• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro Meredu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro Meredu"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro Mereduksi Ancaman Krisis Pangan di Indonesia

Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Banyak

contoh negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi mengalami

kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.

Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa memerlukan bahan

pangan pokok sekurang-kurangnya 53 juta ton beras, 12,5 juta ton jagung dan 3,0

juta ton kedelai (Bachtiar 2012). Jika tidak diimbangi dengan produksi pangan

yang tersedia maka akan menyebabkan terjadinya krisis pangan lokal. Hal ini

menjadi bukti berlakunya teori Malthus yang menyebutkan bahwa pertambahan

jumlah penduduk menurut deret ukur sedangkan pertambahan persediaan bahan

makanan menurut deret hitung. Maksudnya adalah bahwa pertumbuhan

penduduk akan berkembang lebih cepat jika dibandingkan dengan persediaan

pangan yang ada. Peningkatan produksi pangan nasional dapat dilakukan dengan

menerapkan program peningkatan ketersediaan pangan nasional melalui

teknologi yang sanggup untuk menjawab tantangan tersebut. Salah satu cara yang

dapat ditempuh untuk mewujudkannya tidak cukup dilakukan melalui cara-cara

yang umum dilakukan, seperti perluasan area persawahan , reboisasi , perbaikan

sistem irigasi , penggunaan pupuk hayati maupun usaha yang umum lainnya.

Apabila Indonesia hanya menggunakan cara yang umum digunakan, dapat

dipastikan bahwa Indonesia akan mengalami kesulitan untuk menghindar dari

ancaman krisis pangan . Hal tersebut dikarenakan masalah penurunan produksi

pangan disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya : (1) Produktivitas

tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun; (2) Peningkatan luas areal

penanaman-panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan

pertanian pangan produktif di pulau Jawa . Oleh karena itu solusi yang diperlukan

untuk menyelesaikan masalah ini merupakan solusi yang mampu meningkatkan

produksi pangan Indonesia secara cepat dan berkelanjutan. Tindakan tersebut

mutlak dipilih sebagai upaya menghindari dampak krisis pangan global yang

diramalkan akan terjadi beberapa puluh tahun yang akan datang. Berbagai

(2)

semakin meningkatnya kasus kelaparan dimasyarakat. Dengan adanya kasus

kelaparan tersebut akan memicu berbagai macam masalah sosial lainnya seperti

maraknya pengangguran dan meningkatnya kasus kriminalitas.

Salah satu strategi yang sangat disarankan yaitu dengan mengembangkan

bioteknologi pertanian. Bioteknologi adalah jalan keluar atau solusi menghadapi

tantangan dan ancaman krisis pangan di berbagai negara di dunia, termasuk

Indonesia. Bioteknologi juga dapat menjadi jawaban terhadap masalah perubahan

iklim global, krisis air dan emisi karbon dunia sehingga lahan-lahan pertanian

akan dapat dioptimalkan fungsinya. Upaya peningkatan produksi hasil pertanian

dapat dilakukan melalui proses pemuliaan tanaman secara in vitro yang

merupakan cabang ilmu dari bioteknologi pertanian.

Pemuliaan secara in vitro adalah salah satu bentuk bioteknologi yang

berupa budidaya di atas media dengan nutrsi dalam kondisi steril (Suryowinoto

1996). Mengapa alternatif yang harus dipilih dalam rangka menjawab tantangan

krisis pangan adalah pemuliaan tanaman secara in vitro ? Hal ini karena tanaman

merupakan sumber pangan terbesar yang ada. Selain itu keunggulan proses ini

meliputi kemampuan menghasilkan tanaman unggul dalam waktu yang relatif

singkat, kemampuan menghasilkan tanaman yang toleran terhadap stress, bebas

virus, dan berbagai macam keunggulan lainnya. Teknik pemuliaan tanaman secara

in vitro merupakan salah satu upaya untuk melakukan penghematan

biaya,waktu,tempat, dan tenaga sehingga diprediksi mampu mewujudkan masa

depan yang lebih baik bagi Indonesia . Jika dilihat dari sudut pandang tempat dan

waktu, sistem ini mampu menjawab salah satu masalah panyebab penurunan

produksi pangan di suatu negara yaitu mengenai menyempitan lahan untuk

pertanian yang dari tahun ke tahun semakin menyempit. Dengan menggunakan

sistem pemuliaan tanaman secara in vitro masalah ini dapat teratasi, karena

hasil pemuliaan tidak harus ditanam langsung dilahan pertanian. Produk pertanian

yang dihasilkan melalui proses ini dapat dipanen dalam waktu yang lebih singkat

jika dibandingkan dengan produk pertanian yang dihasilkan secara konvensional.

Sehingga tenaga yang diperlukan pun relatif lebih kecil , tidak diperlukan adanya

tenaga untuk mengolah tanah , menyiangi , mengairi dan sebagainya karena

(3)

dampak jangka panjang, proses peningkatan hasil produksi pertanian melalui

sistem pemuliaan tanaman secara in vitro dapat menghemat anggaran pemerintah

sebesar jutaan dolar. Itu sebabnya banyak negara yang tidak memiliki basic

agraris tetapi produksi pangan mereka bahkan lebih tinggi dari negara yang

memiliki latar belakang sebagai negara agraris. Program ini akan mampu

membawa Indonesia menuju kemandirian pangan serta terhindar dari krisis

pangan global yang sekarang ini masih menjadi trending topic diberbagai

kalangan masyarakat. Mungkin pelaksanaan alternatif tersebut tidak akan

semudah yang dibayangkan, karena untuk mendapatkan varietas-varietas unggul

dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat diperlukan

proses yang cukup rumit. Selain itu pengetahuan masyarakat pada umumnya

mengenai hal ini masih sangat minim dan cenderung tidak peduli . Masyarakat

Indonesia seolah-olah bertahan dengan ketradisionalan yang ada. Oleh karena itu

peran pemerintah sangat diperlukan . Melalui kebijakan yang jelas, maka para

pemulia tidak akan ragu-ragu dalam mengambil berbagai keputusan berkaitan

dengan penciptaan berbagai macam varietas unggul yang akan mampu mereduksi

ancaman krisis pangan di Indonesia.

Tindakan pemuliaan tanaman ini seharusnya lebih ditekankan kepada

tanaman serealia seperti padi,jagung ,dan tanaman penghasil bulir lainnya karena

banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya. Rencana

yang besar tanpa didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang profesional

tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, kerjasama antara pemulia

dengan para petani serta masyarakat harus dilaksanakan secara harmonis . Sebab

tanpa adanya mereka yang mendukung program pemuliaan tersebut maka hal itu

tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Jadi, untuk terhindar dari krisis pangan, Indonesia perlu melakukan suatu

tindakan nyata berupa menggencarkan gerakan pemuliaan tanaman secara in

vitro sehingga melalui program tersebut, Indonesia mampu memproduksi pangan

dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.

Sudah saatnya Indonesia bangkit dari keterpurukan menuju kebangkitan , dari

kesederhanaan menuju kemodernan yang positif , dari pertanian konvensional

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang bertema pemuliaan tanaman dan bioteknologi dengan judul “ Produksi Tanaman Dihaploid dari Persilangan Padi Sawah dan Padi Gogo melalui Kultur

Uji potensi sebagai tabir surya dari fraksi etil asetat kulit batang tanaman bangkal dilakukan secara in vitro dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor)

Kultur biji merupakan budidaya secara in vitro dengan eksplan biji pada media steril dan kaya nutrisi sehingga biji dapat beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kecernaan dan fermentabilitas tanaman orok-orok secara in vitro sebagai bahan pakan yang ditanam secara tumpangsari dengan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perbanyakan (multiplikasi) tanaman iles-iles secara in vitro dengan penambahan zpt BAP dan IAA, perkembangan

Penggantian Garam Anorganik Medium MS dengan Pupuk Daun pada Perbanyakan Pisang Cavendish Secara in vitro. Jurnal

rolfsii secara in vitro dengan menggunakan sel secara langsung, dan merupakan calon agen pengendali hayati terhadap penyakit tanaman yang disebabkan oleh

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perbanyakan (multiplikasi) tanaman iles-iles secara in vitro dengan penambahan zpt BAP dan IAA, perkembangan