• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Dan Ketimpangan Wilayah Pantai Barat Dan Pantai Timur Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembangunan Dan Ketimpangan Wilayah Pantai Barat Dan Pantai Timur Sumatera Utara"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN DAN KETIMPANGAN WILAYAH PANTAI

BARAT DAN PANTAI TIMUR SUMATERA UTARA

TESIS

OLEH :

(2)

R I N G K A S A N

Dahlan Tampubolon, “Pembangunan Dan Ketimpangan Wilayah Pantai Barat Dan Pantai Timur Sumatera Utara” dengan Komisi Pembimbing P r o f . B a c h t i a r H . M i r a z a ( K e t u a ) , D r . P a r a p a t G u l t o m , M S I E (Pembimbing I) dan Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Pembimbing II).

Pembangunan bidang ekonomi pada dasarnya banyak diwarnai oleh pendekatan sektoral, di mana perencanaan makro masih mengikuti sistem pencapaian target peningkatan produksi untuk masing-masing sektor yang bersangkutan. Dengan tercapainya target tersebut diharapkan di samping p e n d a p a t a n p e r k a p i t a s e t i a p t a h u n d a p a t m e n i n g k a t , j u g a a k a n mengakibatkan adanya transisi sektoral dari pertanian ke sektor industri atau lainnya.

Wilayah pantai Barat propinsi Sumatera Utara terdiri dari satu kota dan empat kabupaten dengan luas sekitar 35,33 persen dari seluruh luas propinsi tetapi penduduknya hanya sekitar 18,34 persen dengan kepadatan rata-rata hanya 86,67 jiwa per km . Kondisi tersebut sangat berbeda dengan wilayah pantai Timur yang terdiri dari dua kota dan empat kabupaten memiliki luas sekitar 34,64 persen tetapi penduduknya mencapai 58,11 persen dari penduduk Sumatera Utara dengan kepadatan rata-rata 279,81 jiwa per km2.

2

(3)

Ketimpangan ekonomi yang tergambar dari adanya perbedaan dalam hal pendapatan per kapita suatu daerah dengan daerah lain terkadang merupakan masalah. Ketimpangan ini harus diatasi dengan pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan antar daerah, khsususnya dalam mempercepat pembangunan daerah.

T u j u a n p e n e l i t i a n i n i a d a l a h u n t u k m e n g g a m b a r k a n d a u r perkembangan ekonomi dan mengidentifikasi pola pertumbuhan. Selain itu juga mengidentifikasi perubahan struktur dan alih-pangsa sektor-sektor ekonomi serta mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dan berhubungan dengan ketimpangan wilayah pantai Barat dan pantai Timur Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan data hasil publikasi resmi BPS dengan berbagai analisis regional dan ekonometrika. Perkembangan ekonomi dianaiisis dengan Klassen Typologi dan korelasi koefisien variasi sektoral untuk melihat pola pertumbuhan. Model regresi berganda Chenery dan Syrquin digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi, dan pola Issard untuk melihat pergeseran tenaga kerja serta analisis shift share untuk mengidentifikasi komponen perubahan dari tiap sektor. Ketimpangan wilayah diukur dengan indeks Williamson dan diregresikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan untuk mengidentifikasi potensi sektor yang ada di daerah menggunakan indeks keuntungan lokasi PDRB dan tenaga kerja.

(4)

secara umum wilayah Pantai Timur digolongkan tipe daerah yang maju. Kota Medan dan Tanjung Balai digolongkan tipe daerah yang stagnan.

Di wilayah Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera Utara terjadi pertumbuhan dengan pola yang tidak seimbang. Gambaran tersebut menunjukkan suatu fenomena yang sesuai mengenai bagaimana proses pembangunan. Yaitu pembangunan yang terjadi merupakan suatu rangkaian ketidakseimbangan-ketidakseimbangan (a chain of disequilibrium) pertumbuhan.

Struktur ekonomi wilayah Pantai Barat mengalami perubahan dari pertanian ke industri d an d iiku ti sed ik it sek to r jasa seirin g den g an pertumbuhan pendapatan perkapita. Wilayah Pantai Timur menunjukkan perubahan yang Iebih tegas dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Perubahan yang sama terjadi juga dengan penyerapan tenaga kerja. Perubahan di wilayah Pantai Barat banyak disebabkan faktor lokasional dan di wilayah Pantai Timur disebabkan faktor eksternal.

Peningkatan produktivitas pekerja akan menurunkan ketimpangan wilayah pantai Barat Sumatera Utara. Suatu fenomena yang bersifat paradoks muncul dari hasil model regresi ketimpangan wilayah yaitu di wilayah pantai Barat Sumatera Utara peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang berpendidikan baik malah memperbesar ketimpangan wilayah. Penurunan proporsi sektor pertanian cenderung memperkecil indeks ketimpangan wilayah wilayah Pantai Timur sedangkan kepadatan penduduk memperbesar ketimpangan wilayah.

(5)

Keuntungan lokasi sektor pertanian relatif tinggi di Labuhan Batu, Asahan dan Langkat. Konstruksi, perhubungan dan telekomunikasi, jasa-jasa menguntungkan dikembangkan di Tanjung Balai dan Medan yang juga

Referensi

Dokumen terkait

During the shared reading sessions using big book, students early english reading skills developed, they aware of the phonemes within the written form from learning

NAZRIAH PRATIWI : Identifikasi karakter morfologis dan hubungan kekerabatan beberapa genotip Durian ( Durio zibethinus Murr) di Kecamatan Tigalingga dan Pegagan Hilir

Pada suatu malam di tahun 1860, Warsodikromo(kepala desa pamenang) bermimpi dalam tidurnya, bahwa dalam sebuah areal gundukan tanah yang telah menjadi rawa

Media buku, sebagai pembelajaran dapat membuat murid menjadi bosan karena penyajiannya, waktu belajar di kelas yang tidak lama serta pertemuan antara guru dan murid yang

Dampak negative dari usaha Intensifikasi pertanian yang paling besar untuk kelestarian air tanah adalah …..

Dosen FIK IJNY Dosen FIK LrNy Dosen FT tNY Dosen FIK LNy I)osen FIK UNy I)osen FIK LINY Doserr ttlK LJNY Karyawan BAAK UNy Karyawan FMIPA LINY KaryawanKeu. 36 A Kentingan

Peningkatan nilai toleransi risiko dari = , sampai dengan = , hanya menghasilkan peningkatan nilai perbandingan antara rata-rata tingkat pengembalian portofolio

Apakah ada hubungan yang signifikan antara tiap dimensi adjustment problems (tugas sekolah yang tidak menantang, miskinnya hubungan interpersonal, harapan orang tua,