PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM
KAPLET OMESTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DI PT. MUTIFA INDUSTRI FARMASI
MEDAN
TUGAS AKHIR
OLEH:
SRI DEWI HARYATI NIM 072410001
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM
KAPLET OMESTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI
DI PT. MUTIFA INDUSTRI FARMASI
MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
SRI DEWI HARYATI NIM 072410001
Medan, Mei 2010
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
Drs. Maralaut Batubara. M.Phill., Apt.
NIP : 195101311976031003
Disahkan Oleh:
Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Tugas Akhir ini.
Tugas akhir ini merupakan hasil praktek kerja lapangan yang dilaksanakan
di PT. MUTIFA Industri Farmasi Medan dan merupakan salah satu syarat untuk
dapat memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara dengan judul: “PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM
KAPLET OMESTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DI
PT. MUTIFA INDUSTRI FARMASI MEDAN”.
Sembah sujud dan terimakasih terbesar penulis ucapkan kepada Ayahanda
Rasno dan Ibunda Suwarni tercinta yang telah mendidik, membesarkan, dan
memberikan motivasi berupa moril maupun materil kepada penulis. Juga kepada
Kakanda Rani Parlina Amkeb, Adinda Triani Novika Sari, Suci Lestari, dan
Tegar Elfansyah. Serta seluruh keluarga (nenek, palek, ibu, dan adik-adik sepupu)
yang penulis sayangi, terimakasih atas doa, dorongan dan kasih sayang yang tulus
sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan tugas akhir ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan saran
dari berbagai pihak, Untuk itu dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
2. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat serta
bantuannya sehingga selesai penulisan tugas akhir ini
3. Bapak Prof. Dr. Jansen silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku ketua program studi
D III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Ibunda Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen wali penulis selama masa
perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
5. Ibunda Dra. Nuranti Sirait., selaku Manager QC dan seluruh staf laboratorium
PT MUTIFA Industri farmasi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan
bimbingan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
6. Seluruh dosen dan staf pegawai D III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara
7. Teman spesial penulis (Hery Sanukri Munte) yang telah banyak meluangkan
waktu untuk membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini
8. Seluruh teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2007 terutama
(putri, santi, denny, felly).
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
keadaan sempurna. Oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima saran
ataupun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan TugasAkhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Mei 2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ……… v
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
1.1Latar belakang ……… 1
1.2Tujuan dan manfaat ……… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 3
2.1 Obat ……… 3
2.2 Tablet ……….. 3
2.2.1 Bentuk-bentuk tablet ………. 4
2.2.2 Syarat-syarat tablet ……….... 4
2.3 Nyeri ………... 6
2.4 Asam mefenamat ………. 7
2.4.1 Farmakologi ……….. 8
2.4.2 Farmakokinetik ………. 8
2.4.3 Efek samping ……… 9
2.5 Spektrofotometri ………. 9
BAB III METODOLOGI ……….... 11
3.1 Alat-alat ……….. 11
3.2 Bahan-bahan ………... 11
3.3 Pembuatan larutan pereaksi ……… 11
3.4 Pembuatan larutan baku ………. 12
3.5 Prosedur kerja ……… 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….... 14
4.2 Pembahasan ……… 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 15
5.1 Kesimpulan ……… 15
5.2 Saran ………... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) merupakan salah satu perusahaan
atau Industri farmasi yang telah memperoleh sertifikat cara pembuatan obat yang
baik (CPOB) dan banyak memproduksi berbagai bentuk sediaan farmasi seperti
tablet, kapsul, bedak gatal, syrup dan lain-lain dengan mutu atau kualitas yang
baik. Salah satunya adalah tablet Omestan yang mengandung asam mefenamat.
Asam mefenamat biasanya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet
dengan dosis 500 mg tiap tablet. Asam mefenamat merupakan salah satu contoh
obat analgetik yang biasa digunakan untuk mengurangi bahkan menghilangkan
rasa sakit atau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Untuk dapat menyembuhkan penyakit, obat yang akan dikonsumsi harus
memenuhi persyaratan mutu, kualitas dan kadar zat berkhasiat, serta digunakan
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Jika obat dikonsumsi dalam dosis yang
kecil maka obat tidak dapat menyembuhkan suatu penyakit, dan jika dikonsumsi
dalam dosis yang besar, maka obat akan menimbulkan keracunan. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar asam mefenamat dalam
tablet. Apakah telah memenuhi persyaratan yang di tetapkan didalam farmakope
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Untuk menganalisa kadar asam mefenamat yang terkandung di dalam
tablet omestan produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi-Medan telah memenuhi
persyarat seperti yang tertera di dalam USP. 32 Vol II (2009).
1.2.2 Manfaat
Dapat mengetahui apakah kadar asam mefenamat yang terkandung di
dalam tablet omestan produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi-Medan telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat adalah unsur aktif secara fisiologis dipakai dalam diagnosis,
pencegahan, pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau
hewan. Obat dapat berasal dari alam dapat diperoleh dari sumber mineral,
tumbuh-tumbuhan, hewan, atau dapat juga dihasilkan dari sintesis kimia organic
atau biosintesis (Ansel, 1989).
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga
orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat di katakan
bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat
itu akan bersifat secara obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan
dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan, maka akan menimbulkan
keracunan. Dan bila dosisnya kecil, maka kita tidak akan memperoleh
penyembuhan (Anief, 1991).
2.2 Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk
dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Dirjen POM, 1995).
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di
dalamnya sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan
tablet yaitu bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi
rasa dan bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).
2.2.1 Bentuk- bentuk Tablet
Menurut (Jas, 2004) bentuk-bentuk tablet antara lain:
a. Bentuk bulat dan rata ( bikonvek)
b. Bentuk cembung ( bikonkaf)
c. Bentuk bulat telur (oval)
d. Bentuk segitiga (triangle), segilima dan seterusnya
e. Bentuk kapsul di sebut kaplet.
2.2.2 Syarat-syarat Tablet
Syarat –syarat tablet adalah sebagai berikut:
1. Keseragaman ukuran
2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali tebal tablet
3. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan
bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungan.
keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian terkecil dari
tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya famakope
mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg
atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus
memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiaannya
dilakukan pada tiap tablet.
4. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali
tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk
menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada
masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan
atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Pada pengujiaan waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada
bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal
dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut.
5. Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat
ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam
tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada cara pemberian yang
6. Penetapan kadar gizi
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat
aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera
pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing
monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut
tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi
(Syamsuni, 2007).
2.3 Nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal
hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang
adanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot
(Tjay, 2008).
Rasa sakit ini merupakan sensasi yang timbul oleh karena stimulus atau
rangsangan yang berasal dari gangguan-gangguan atau kerusakan jaringan yang
akan mengakibatkan terlepasnya mediator nyeri. Zat ini akan merangsang reseptor
nyeri yang terdapat pada ujung-ujung saraf bebas seperti pada kulit dan selaput
lendir yang akan diteruskan oleh saraf sensorik ke susunan saraf pusat dan akan
diteruskan ke thalamus. Sehingga kita merasakan nyeri. Jadi rasa sakit ini penting
untuk melindungi tubuh. Oleh karena adanya rasa sakit maka kita akan berusaha
untuk menghindarkan ataupun menyelamatkan diri (Anwar, 1973).
Menurut (Tjay, 2008) berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat
a. Analgetika perifer, yang kerjanya menghambat terbentuknya rangsangan
pada reseptor nyeri perifer
b. Anestetika lokal, yang berfungsi merintangi penyaluran rangsangan di
saraf-saraf sensoris
c. Analgetika sentral ( narkotika ), yang memblokir pusat nyeri di SSP
dengan anestesi umum
d. Antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf.
Kebanyakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau
rasa sakit tidak hanya berkhasiat sebagai analgetik saja, tetapi juga mempunyai
khasiat sebagai antipiretik dan anti inflamasi. Analgetik adalah obat yang dapat
menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas dan Antiinflamasi adalah
obat yang merangsang atau menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang
dapat menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan
gangguan fungsi organ (Anwar, 1973).
2.4Asam mefenamat
- Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih. Melebur
pada suhu lebih kurang 2300C disertai peruraian.
- Kelarutan : larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut
dalam klorofom, sukar larut dalam etanol dan
methanol, praktis tidak larut dalam air.
- Persyaratan Kadar : mengandung asam mefenamat tidak kurang dari
90.0% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk
kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Dalam pengobatan,
asam mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup
toksik terutama untuk anak-anak dan janin, karena sifat toksiknya, Asam
mefenamat tidak boleh dipakai selama lebih dari 1 minggu dan sebaiknya jangan
digunakan untuk anak-anak yang usianya di bawah 14 tahun (Munaf,1994).
2.4.1 Farmakologi
Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgetik dan anti inflamasi.
Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat
dan juga kerja perifer. Mekanisme kerja asam mefenamat adalah dengan
menghambat kerja enzim sikloogsigenase (Goodman, 2007).
2.4.2 Farmakokinetik
Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut
hati diserap darah dan dibawa oleh darah sampai ke tempat kerjanya. konsentrasi
puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada
manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin sebagai
metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi. dan 20% obat ini ditemukan dalam feses
sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi (Goodman, 2007).
2.4.3 Efek Samping
Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering
timbul adalah diare, diare sampai berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa
lambung, selain itu dapat juga menyebabkan eritema kulit, memperhebat gejala
asma dan kemungkinan gangguan ginjal (Setiabudy, 2009).
2.5 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu alat yang berguna untuk mempelajari
keseimbangan kimia atau untuk menentukan laju reaksi kimia. zat kimia yang
mengambil bagian dalam keseimbangan harus mempunyai spectra absorbsi yang
berbeda, dan seseorang dengan mudah mengamati variasi absorbsi pada panjang
gelombang tertentu untuk setiap zat (Martin, 1990).
Spektrofotometri terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilka sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif
jika energi tersebut ditransmisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang
Dasar penetapan kadar secara spektrofotometri adalah adanya hubungan
linier antara cahaya yang diserap dengan zat yang menyerap ( Hukum
Lambert-Beer’s ). Hukum Lambert hubungan antara serapan radiasi dan panjang jalan
melewati medium yang menyerap. Jika suatu berkas radiasi monokromatik
diarahkan menembus medium ternyata tiap lapisan menyerap fraksi radiasi yang
sama besar, sedangkan hukum Beer’s hubungan antara konsentrai spesies
penyerap dan tingkat absorbsi dapat diterapkan benar-benar hanya untuk radiasi
monokromatik dan sifat dasar penyerap tak berubah sepanjang jangka konsentrasi
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat-alat
- Spektrofotometer
- Kuvet
- Timbangan analitik
- Spatula
- Mortir dan stamper
- Labu tentukur 100 ml
- Pipet volum 1 ml
- Penghisap karet
- Corong.
3.2 Bahan-bahan
- Larutan NaOH 0,1 N
- Kertas saring
- Kertas perkamen
- Kaplet Omestan dengan no Batch 1209302 produksi PT. MUTIFA.
3.3 Pembuatan larutan pereaksi
Larutan NaOH 0,1 N.
Ditimbang NaOH sebanyak 4 gr lalu dilarutkan dengan 1 liter akuades
3.4 Pembuatan Larutan Baku
- Ditimbang seksama sejumlah 10 mg asam mefenamat baku
- Masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
- Tambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai garis tanda, kocok sampai larut
- Pipet 10 ml larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
- Encerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda
- Ukur serapan larutan baku pada panjang gelombang 285 nm.
3.5 Prosedur Kerja
- Timbang sejumlah 20 tablet
- Hitung bobot rata-rata dari 20 tablet
- Gerus tablet sampai homogen di dalam mortir
- Timbang seksama sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 100 mg
asam mefenamat
- Masukkan serbuk kedalam labu tentukur 100 ml
- Tambahkan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml
- Kocok 15 menit, tambahkan lagi larutan NaOH sampai garis tanda
- Kocok sampai homogen dan disaring
- Dipipet 10 ml larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
- Encerkan dengan larutan NaOH 0,1N sampai garis tanda
- Dikocok sampai homogen
- Ukur serapan larutan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang serapan
Perhitungan:
Kadar asam mefenamat dalam tablet dihitung terhadap jumlah yang tertera
pada etiket dengan rumus:
Vb
• Fu : Faktor pengenceran larutan uji
• Fb : Faktor pengenceran larutan baku
• Au : Absorbansi larutan uji
• Ab : Absorbansi larutan baku
• Br : Bobot rata-rata 1 tablet (mg)
• Bu : Bobot bahan uji yang digunakan (mg)
• Bb : Bobot baku yang ditimbang
• Ke : Kandungan asam mefenamat yang tertera pada etiket (mg)
Acuan untuk persyaratan kadar kandungan zat berkhasiat: USP 32.
Volume II, tahun 2009.
Kadar asam mefenamat tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% dari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan kadar asam mefenamat yang terkandung dalam kaplet
Omestan produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi yang telah dilakukan di
Laborotorium kimia PT. MUTIFA Industri Farmasi secara spektrofotometri
adalah 98,4%.
( Data dan perhitungan dapat di lihat pada lampiran )
4.2 Pembahasan
Hasil penetapan kadar kaplet Omestan secara spektrofotometri Ultra
Violet (UV) diperoleh kadar zat berkhasiat sebesar 98,4%. Dengan demikian
kaplet Omestan telah memenuhi persyaratan Farmakope Amerika Serikat / USP
32 Vol II, tahun 2009, yaitu : tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penetapan kadar zat berkhasiat Asam Mefenamat dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri Ultra Violet (UV). Kadar asam mefenamat yang
terkandung di dalam kaplet Omestan Produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi
Medan memenuhi persyaratan farmakope Amerika Serikat 32 Volume II, tahun
2009.
5.2 Saran
Diharapkan kepada PT. MUTIFA Industri Farmasi agar terus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas obat yang dihasilkan sehingga dapat
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1991). Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: UGM-Press. Halaman 3.
Ansel, C. H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI-Press. Halaman 50-52.
Anwar, J. (1973). Buku Farmakologi I. Medan: Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran USU. Halaman 70-71.
Day, R. A. dan Underwood, A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif E V. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 52.
Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 4, 43.
Goodman dan Gilman. (2007). Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 687.
Jas, A. (2004). Perihal Obat dan Berbagai Sediaannya. Medan: USU-Press. Halaman 36.
Khopkar, S. M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Halaman 225.
Martin, A. (1990). Dasar-Dasar Farmasi Fisik dan Ilmu Farmasetika. Jakarta: UI-Press. Halaman 246-247.
Munaf, S. (1994). Catatan Fuliah Farmakologi Bagian II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 189.
Setiabudy, R. (2009). Farmakologi dan Terapi, E V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Halaman 240.
Syamsuni, A. H. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 61.
Lampiran
Tablet Omestan dengan no batch 1209302
Kadar yang tertera pada etiket tiap tablet mengandung 500 mg asam mefenamat.
Bobot 20 tablet = 15028.0 mg
Berat rata-rata = 751.4 mg
Ditimbang serbuk tablet asam mefenamat setara dengan 100 mg asam mefenamat.
Bobot serbuk =
Absorbansi larutan uji pada panjang gelombang 285 nm.
A1 = 0,39053
A2 = 0,39230
A3 = 0,39446
Kadar asam mefenamat dalam tablet dapat dihitung dengan rumus: