KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN
FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA
TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT
PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh :
Irni Indah Sari Nst 051201010 Manajemen Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
IRNI INDAH SARI NASUTION, Kajian Kepuasan Pengunjung dan
Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. DIbimbing oleh AGUS PURWOKO dan
MA’RIFATIN ZAHRA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk wisata yang meliputi atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan, mengetahui produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, mengetahui atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung serta fasilitas yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 responden dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh nyata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan, yang memiliki pengaruh paling dominan yaitu aksesibilitas setelah diuji secara simultan (serentak) dan parsial (sendiri-sendiri). Persamaan regresi linier bergandanya adalah Y= 7.053 + 0.093 X1 + 0.035 X2 + 0.333 X3.
Atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung adalah tubing dan sungai, sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan berdasarkan persepsi pengunjung berdasarkan skala prioritas adalah toko souvenir, toilet dan rumah makan.
Kata kunci : kawasan ekowisata Tangkahan, produk wisata, regresi linier
ABSTRACT
Study of satisfaction of visitor and development of facility torism in area of Ekowisata Tangkahan of sub Province of Langkat Province North Sumatera. Guded by Agus Purwoko and Ma”rifatin zahrah
This research arm to know what product tourism covering attraction tourism, facility of tourism and aksesbility have and effect on to visitor satisfaction in area of ekowisata Tangkahan, knowing product tourism owning influence most dominant by using doubled linear analysis regression, knowing attraction and the most object tourism enthused by the visitor and also facility which require to be enchanced in area of ekoturism. Sump up the sampel taken by 100 responden with the technique of intake sampel used by purposive sampling.
Attraction most tourism enthused by the visitor is tubing and river, while facility which require to be enchanced by pursuant to visitor perception to priority scale is souvenir shop, toilet and restaurant
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 07 Juli 1987 dari Ayahanda Irham Dinni Nasution, S.Sos dan Ibunda Neny Suwarti. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.
Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Taman Harapan Medan. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 35 Medan. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 08 Medan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Univeritas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Deoartemen Kehutanan, Program Studi Manajemen Hutan pada tahun 2005 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan tujuan untuk mengetahui apakah produk wisata
yang meliputi atraksi wisata, dasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh
terhadap kepuasan pengunjung di kawasan ekowisata Tangkahan, mengetahui
produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan terhadp kepuasan
pengunjung di kawasan ekowisata Tangkahan dan untuk mengetahui atraksi dan
objek wisata yang paling diminati pengunjung serta fasilitas yang perlu
ditambahkan di kawasan ekowisata Tangkahan.
Selama pengerjaan skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, inspirasi dan doa dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si yang telah
memberikan bimbingannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini,
Lembaga Pariwisata Tangkahan yang telah membantu penulis selama penelitian di
lapangan, kedua orangtua penulis serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Pemulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis
DAFTAR ISI
Hipotesis Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata ... 5
Motivasi Berwisata ... 6
Produk Wisata ... 8
Pengertian Wisatawan ... 10
Konsep Ekowisata... 11
Daya Dukung Objek Wisata ... 15
Regresi Linear Berganda ... 17
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
Alat dan Bahan ... 18
Teknik Pengambilan Sampel ... 18
Teknik Pengumpulan Data ... 19
Data Primer ... 20
Data Sekunder ... 20
Pengukuran Variabel Penelitian ... 20
Analisa Data Regresi Linear Berganda ... 20
Persentase Pengunjung ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak Geografis dan Bats Wilayah... 24
Topografi dn Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan) ... 25
Keragaman Flora dan Fauna ... 26
Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat... 27
Sarana dan Prasarana ... 29
Atraksi dan Kegiatan Ekowisata ... 30
Karakteristik Responden Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35
Komposisi Responden Berdasarkan Usia ... 36
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 38
Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Kedatangan ... 39
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan .... 40
Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 41
Analisis Regresi Linier Berganda ... 41
Objek dan Atraksi di Kawasan Ekowisata Tangkahan ... 45
Fasilitas Wisata di Tangkahan ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kelamin ... 36
Tabel 2. Rekapitulasi data responden berdasarkan usia ... 36
Tabel 3. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 37
Tabel 4. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendapatan ... 38
Tabel 5. Rekapitulasi data responden berdasarkan daerah kedatangan ... 40
Tabel 6. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kendaraan ... 40
yang digunakan Tabel 7. Rekapitulasi data responden berdasarkan cara melakukan kunjungan .... 41
Tabel 8. Rekapitulasi penilaian responden terhadap objek wisata di Tangkahan ... 45
Tabel 9. Rekapitulasi penilaian responden terhadap atraksi wisata di Tangkahan ... 46
ABSTRACT
Study of satisfaction of visitor and development of facility torism in area of Ekowisata Tangkahan of sub Province of Langkat Province North Sumatera. Guded by Agus Purwoko and Ma”rifatin zahrah
This research arm to know what product tourism covering attraction tourism, facility of tourism and aksesbility have and effect on to visitor satisfaction in area of ekowisata Tangkahan, knowing product tourism owning influence most dominant by using doubled linear analysis regression, knowing attraction and the most object tourism enthused by the visitor and also facility which require to be enchanced in area of ekoturism. Sump up the sampel taken by 100 responden with the technique of intake sampel used by purposive sampling.
Attraction most tourism enthused by the visitor is tubing and river, while facility which require to be enchanced by pursuant to visitor perception to priority scale is souvenir shop, toilet and restaurant
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan karunia Tuhan yang memiliki banyak manfaat.
Diantaranya sebagai tempat hidup berbagai satwa, pohon-pohon, hasil tambang
dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak
ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang
memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible
yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak
langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang.
Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan
pengaturan tata air serta pencegahan erosi.
Salah satu manfaat hutan yang berkembang cukup potensial saat ini yaitu
sebagai tujuan wisata. Peraturan yang berkaitan dengan hutan sebagai kawasan
wisata diatur dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun 2010. Kawasan hutan yang
dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah kawasan
pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam),
kawasan suaka alam (Suaka Margasatwa) dan Hutan Lindung melalui kegiatan
wisata alam bebas, serta hutan produksi yang berfungsi sebagai wana wisata.
Salah satu objek wisata alam di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten
Langkat yang cukup terkenal yaitu Kawasan Ekowisata Tangkahan. Tangkahan
juga mengandalkan hutan hujan tropis yang masuk dalam kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser. Untuk saat ini diperlukan pelestarian hutan sebagai
konsumtif maka pariwisata memang memiliki potensi untuk meningkatkan
pendapatan negara, pendapatan pemerintah baik pusat maupun daerah, pendapatan
dunia usaha, bahkan pendapatan masyarakat, sehingga mempunyai nilai ekonomi
dan nilai komersial yang tinggi. Bahkan masyarakat setempat yang mengelola
Kawasan Ekowisata Tangkahan telah menjalin kerja sama dengan Balai Taman
Nasional Gunung Leuser untuk mengelola kawasan taman nasional seluas 17.000
hektar sebagai areal wisata alam.
Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di Kabupaten
Langkat juga telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, hal
ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke kawasan wisata
Tangkahan. Sehingga diharapkan hal ini dapat dipertahankan bahkan harus
ditingkatkan karena berpengaruh positif bagi banyak pihak.
Kawasan Ekowisata Tangkahan sebagai salah satu aset pariwisata di
Sumatera Utara perlu diperhatikan mengingat kawasan wisata ini memiliki daya
tarik alami yang tidak dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Kawasan ini dihadapkan
pada tantangan untuk menarik hati para wisatawan agar mau berkunjung. Karena
itulah diperlukan suatu studi mengenai kajian terhadap kepuasan pengunjung yang
nantinya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang terkait guna
meningkatkan kualitas kawasan ini nantinya. Berdasarkan uraian di atas penulis
tertarik untuk mengambil judul penelitian ini yaitu: Kajian Kepuasan Pengunjung
Perumusan masalah
Tangkahan merupakan salah satu kawasan wisata di Sumatera Utara.
Tangkahan memiliki daya tarik alami yang berbeda dengan kawasan lain yang
sejenis. Potensi yang dapat ditemukan di Tangkahan diantaranya pemandangan
alam yang masih asri, keanekaragaman jenis flora dan fauna dapat ditemukan di
sana. Akan tetapi fasilitas dan aksesibilitas di kawasan tersebut saat ini kurang
memadai.
Jika potensi yang ada didukung dengan fasilitas dan aksesibilitas yang
baik tentunya akan menimbulkan kepuasan berwisata di kawasan tersebut. Untuk
itu perlu diketahui faktor apa saja yang saat ini berpengaruh terhadap kepuasan
pengunjung, dengan hasil yang nantinya diperoleh dapat menjadi masukan bagi
pihak yang berkepentingan dalam mengambil kebijakan untuk perencanaan dan
pengelolaan yang tepat sehingga berdampak bagi kemajuan kawasan ini ke
depannya. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan :
1. Apakah ada hubungan antara produk wisata yang meliputi atraksi wisata,
fasilitas dan aksesibilitas terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan
Ekowisata Tangkahan?
2. Manakah komponen produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan?
3. Atraksi dan objek wisata manakah yang paling diminati pengunjung, serta
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah produk wisata, yang meliputi atraksi wisata, fasilitas
dan aksesibilitas berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan
Ekowisata Tangkahan.
2. Mengetahui komponen produk wisata mana yang memiliki pengaruh
paling dominan terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata
Tangkahan.
3. Mengetahui atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung
serta fasilitas yang perlu ditambahkan berdasarkan skala prioritas di
Kawasan Ekowisata Tangkahan.
Hipotesis Penelitian
Atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas berpengaruh nyata terhadap
kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi pemerintah dan pihak pengelola Kawasan
Ekowisata Tangkahan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan
jumlah kunjungan wisata maupun untuk pengembangan kawasan wisata
selanjutnya.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan serta bahan
TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata
Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara
dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan
ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain
seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar
(Suwantoro, 1997).
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata,
yaitu sebagai suatu poerubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat
tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan yang menghasilkan
upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan
suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara
lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui
sesuatu (Suwantoro, 1997).
Untuk memposisikan wisata secara benar pada masyarakat, Dirjen
Pariwisata (1992) mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang
dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata. Sedangkan pariwisata merupakan suatu fenomena yang
melibatkan tiga unsur dasar, yaitu:
1. Unsur dinamik yaitu daerah kunjungan wisata yang dipilih
3. Unsur akibat yaitu dampak yang terjadi akibat pelaksanaan program wisata
tersebut (Suwantoro, 1997).
Dalam perkembanagn kepariwisataan secara umum muncul pula istilah
wisata berkelanjutan. Menurut Swarbrooke (1998) dalam Utama (2006),
mengatakan bahwa pada hakekatnya pariwisata berkelanjutan harus terintegrasi
pada tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut adalah, (1) dimensi lingkungan, (2)
dimensi ekonomi, dan (3) dimensi sosial. Selanjutnya berdasarkan konteks
pembangunan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai:
pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan
tetap memperhatikan kelestarian (conservation, environmental dimention),
memberi peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan (economic dimention)
dan mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial ( social dimention ) yang
telah ada.
Motivasi Berwisata
Menurut Wahab (1975) motivasi merupakan hal yang sangat mendasar
dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata. Pada dasarnya seseorang
melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut
dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:
a) Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik
atau fisologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan,
b) Cultural Motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat,
tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai
objek tinggalan budaya.
c) Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial,
seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan
hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian
dari situasi yang membosankan dan seterusnya.
d) Fantasy Motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang
akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang
memberikan kepuasan psikologis (Utama, 2006).
Adapun faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut
Pitana (2005) dalam Utama (2006) adalah sebagai berikut:
a) Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan
menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
b) Relaxtion. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan
motivasi untuk escape di atas.
c) Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang
merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan
diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.
d) Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan,
khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata
e) Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang
menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk
meningkatkan status atau Social Standing.
f) Social interaction.
Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau
dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.
g) Romance
Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan
suasana romantis.
h) Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru,
mempelajari orang lain dan daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis
lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata.
i) Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri
sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau
orang yang baru.
j) Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama
dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar
bisa melakukan perjalanan (Utama, 2006).
Produk Wisata
Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait,
yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat
a) Jasa yang dihasilkan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan,
pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya.
b) Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai
prasarana umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat-istiadat, seni budaya
dan sebagainya.
c) Jasa yang disediakan alam antara lain: pemandangan alam, pegunungan,
pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya.
Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara
lain: Atraksi suatu daerah tujuan wisata, fasilitas yang tersedia, aksesibilitas ke
dan dari daerah tujuan wisata (Suwantoro, 1997).
Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali hanya
terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu
tertentu. Atraksi dapat berdasarkan sumberdaya alam, budaya, etnisitas atau
hiburan (Suwantoro, 1997).
Kepariwisataan alam sangat ditentukan oleh keberadaan perilaku dan sifat
objek dan daya tarik alam. Atraksi alam dapat dilakukan di objek tertentu di
kawasan wisata alam berupa gunung, pantai, sungai, hutan, lembah, gua, hutan,
air terjun (Fandeli,dkk, 2000).
Fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan
wisata, seperti: jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain
sebagainya (Suwantoro, 1997).
Pada umumnya pengembangan kepariwisataan ada hubungan linear
mendukung pengembangan pariwisata. Namun untuk kepariwisataan alam
hubungan ini tidak signifikan, bahkan untuk kepariwisataan alam tertentu
keterjangkauan yang terlalu tinggi dapat mengancam kelestarian suatu kawasan
wisata. Aspek tingkat pengalaman menjadi sangat penting dalam pengembangan
pariwisata alam. Perjalanan berwisata alam ke wilayah terpencil dengan
aksesibilitas rendah, menghasilkan perjalanan dengan tingkat pengalaman dan
kepuasan tinggi (Fandeli,dkk, 2000).
Wisatawan
Kata pariwisata sering menonjolkan bidang perjalanan dan juga
pertumbuhan meningkat dari orang-orang yang melakukan perjalanan, biasanya
disebut turis/wisatwan. Di dunia kepariwisataan dirasakan perlu adanya suatu
definisi bersama. Untuk memperoleh definisi bersama itu diselenggarakan
Konferensi Roma 1963. oleh United Nation Conference an International Travel
and Tourism direkomendasikan definisi: ‘’Setiap orang yang mengunjungi suatu
negara bukan dimana ia bermukim, bagi setiap keperluan yang bukan untuk
mendapatkan penghasilan, disebut pengunjung. Pengunjung terdiri dari dua
kelompok traveller (orang yang melakukan perjalanan), yaitu:
a) Tourist (Wisatawan)
Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara lebih dari 24 jam. Motivasi
kunjungannya dapat digolongkan untuk:
- Liburan (rekreasi, kesehatan, studi, agama atau olahraga)
- Bisnis
- Seminar atau konferensi
- Dan lainnya
b) Excursionist (Pelancong)
Pengunjung sementara yang melawat kurang dari 24 jam di daerah tujuan
kunjungannya dan tidak menginap, termasuk penumpang kapal pesiar.
(Yoeti, 2008).
Di kawasan pemanfaatan kepariwisataan alam dapat dikembangkan segala
keperluan pelayanan untuk kepuasan pengunjung yaitu :
1. Pintu gerbang masuk
2. Pusat informasi
3. Kantor pengelola
4. Fasilitas kemudahan pengunjung: telekomunikasi, rumah makan,
penginapan, kebersihan lingkungan dan MCK.
5. Rambu-rambu penting bagi pengunjung, terutama petunjuk lokasi-lokasi
daya tarik, lokasi berbahaya dan lain-lain beserta penerangan listrik.
6. Jalan-jalan di dalam kawasan pelestarian alam
7. Lokasi-lokasi berkemah di kawasan rimba (Fandeli, dkk, 2000)..
Ekowisata
Istilah ekowisata menurut Hector Ceballos-Lascurain adalah perjalanan
wisatawan menuju daeraha alamiah yang relatif belum terganggu atau
terkontaminasi. Tujuan utamanya yakni mempelajari, mengagumi dan menikmati
pemandangan alam (landskap) dan kekayaan hayati yang dikandungnya, seperti
2004). Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan
bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap
lingkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi
bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam
ekowisata adalah:
1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung
lingkungan dan sosial-budaya masyarakat
2. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)
3. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)
4. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai
ekonomi)
Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai
partisipasi masyarakat dan ekonomi) (Departemen Kebudayaan dan
Ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism)
Pariwisata
dan WWF, 2009).
Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata
yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat
setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan
segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan
usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut
didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang
alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata,
sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis
kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola (Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata dan
Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan
ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos
transportasi; homestay; menjual kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak
positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada
akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar
penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata
(Departemen Kebudayaan dan Pariwisata WWF, 2009).
dan
Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa
masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran implementasi
ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu
yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai dari
level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi non
pemerintah diharapkan membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu
kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing. Beberapa aspek
kunci dalam ekowisata berbasis masyarakat adalah:
WWF, 2009).
1. Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan
ekowisata di daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi
masyarakat (nilai partisipasi masyarakat dan edukasi)
2. Prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat
setempat) diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana
3. Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata
(nilai ekonomi dan edukasi)
4. Pemandu adalah orang setempat (nilai partisipasi masyarakat)
Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata menjadi tanggung
jawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya untuk wisatawan (nilai
ekonomi dan wisata)
(Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan
Ekowisata dan konservasi
WWF, 2009).
Sejak 1970an, organisasi konservasi mulai melihat ekowisata sebagai
alternatif ekonomi yang berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun
tidak “ekstraktif” dengan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti
penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap sejenis usaha yang
berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di
dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Namun agar ekowisata tetap
berkelanjutan, perlu tercipta kondisi yang memungkinkan di mana masyarakat
diberi wewenang untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha
ekowisata, mengatur arus serta jumlah wisatawan dan mengembangkan ekowisata
sesuai visi dan harapan masyarakat untuk masa depan. Ekowisata dihargai dan
dkembangkan sebagai salah satu program usaha yang sekaligus bisa menjadi
strategi konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi masyarakat.
Dengan pola ekowisata, masyarakat dapat memanfaatkan keindahan alam yang
masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual isinya
Daya dukung Obyek Wisata
Daya dukung obyek wisata adalah kemampuan areal (kawasan) obyek
wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara maksimum tanpa
merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan
oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Hal ini berarti bahwa daya
dukung obyek wisata menurut konsep Mathieson and Wall (1982) berorientasi
pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada
lingkungan yang mungkin timbul (Mathieson and
Pengelompokan wisatawan untuk menikmati suatu produk wisata pada
tempat dan waktu tertentu dapat dijadikan informasi mengenai daya dukung
obyek wisata. Dengan kata lain daya dukung obyek wisata dimanifestasikan pada
banyaknya wisatawan yang berkunjung pada suatu obyek wisata per satuan luas
per satuan waktu (dengan catatan baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat
dirata-ratakan karena penyebaran wisatawan dalam ruang dan waktu yang tidak
merata) (Soemarwoto, 1997). Dengan demikian daya dukung obyek wisata selain
ditentukan oleh tujuan wisatawan juga dipengaruhi oleh komponen lingkungan
biofisik obyek wisata. Pada sisi lain komponen lingkungan sosial-budaya juga
berperan pada pelestarian daya dukung.
Wall, 1982).
Pada kunjungannya ke suatu obyek wisata, wisatawan bertujuan untuk
melakukan berbagai macam aktivitas wisata. Di antaranya adalah
istirahat/berjalan santai, berkemah, mendaki gunung, dan
belajar/mengamati/meneliti atau gabungan dari berbagai aktivitas tersebut.
Melalui berbagai aktivitas wisata tersebut seseorang berharap untuk mendapatkan
seseorang diharapkan dapat pulih kembali. Lingkungan biofisik obyek wisata
terdiri dari berbagai macam komponen biologis dan fisik yang saling berinteraksi
satu sama lain. Komponen biologis misalnya flora dan fauna. Komponen fisik
misalnya topografi, keadaan tanah, iklim (faktor iklim yang paling berpengaruh
pada kunjungan wisatawan adalah suhu), sarana dan prasarana, luas efektif
kawasan wisata, petugas pelayanan wisata, waktu yang dibutuhkan wisatawan
untuk melakukan aktivitas wisata dan ruang gerak wisatawan (Douglass, 1978).
Sering didefinisikan empat kelompok faktor yang mempengaruhi
penentuan pilihan daerah tujuan wisata, seperti:
1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah
2. Nilai estatis: pemandangan (panorama), iklim santai/terpencil, cuaca
3. Waktu/biaya: jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya
perjalanan, harga atau tarif-tarif pelayanan.
4. Kualitas hidup: keramah-tamahan, penduduk, bebas dari pencemaran
(Suwantoro, 1997).
Daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman
dan bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang besifat langka.
4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang
5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya (Suwantoro,
1997).
Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi
linear sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan
umumnya adalah Y = a + b1 X1 + b2 X2 + .... + bn Xn. Dengan Y adalah variabel
tak bebas, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta (intersept) dan
b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas. Syaratnya yaitu
variabel bebas dan variabel tak bebas harus berskala interval ( Kriswanto, 2008).
Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan mengevaluasi
hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable) dengan satu peubah
tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau
meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai peubah bebas yang
diketahui (STIS, 2006).
Metode regresi linear berganda dapat digunakan untuk melihat pengaruh
beberapa peubah penjelas atau peubah bebas terhadap satu peubah tak
bebas. Untuk menyatakan kuat tidaknya hubungan linier antara peubah
penjelas atau peubah tak bebas dan peubah bebas dapat diukur dari
koefisisen korelasi (coefficient correlation) atau R, dan untuk melihat besarnya
sumbangan (pengaruh) dari peubah bebas terhadap perubahan peubah tak
bebas dapat dilihat dari koefisien determinasi (coefficient of determination)
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Tangkahan, Kabupaten
Langkat, Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
2009 sampai dengan Februari 2010.
Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kalkulator
2. Alat tulis
3. Kamera Digital
4. Perangkat Komputer dan SPSS
Bahan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu pengunjung di Kawasan Wisata Alam
Tangkahan. Teknik yang akan digunakan dalam memilih sampel adalah
Purposive sampling, yaitu teknik yang digunakan apabila anggota sampel yang
dipilih berdasarkan tujuan penelitiannya. (Usman dan Purnomo, 1996). Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 100 orang dengan kriteria dewasa (17 tahun
keatas), sehat jasmani dan rohani serta mampu berkomunikasi dengan baik.
Pengambilan sampel dilaksanakan pada hari kerja dan libur. Penentuan jumlah
n =
Jumlah populasi yang diambil untuk menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan yang diperoleh dari pihak Lembaga Pariwisata Tangkahan pada tahun 2007 yaitu 10.260 orang dengan perincian 431 orang wisatawan mancanegara dan 9829 orang wisatawan lokal, pada tahun 2008 jumlah pengunjung 11.263 orang dengan perincian 800 wisatawan mancanegara dan 10.463 wisatawan lokal. Sehingga diperoleh rata-rata pengunjung yaitu 10.761 orang dan jika dimasukkan ke dalam rumus Slovin di atas maka akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Secara matematis dapat dilihat sebagai berikut:
dimana: n = Ukuran sampel yang dibutuhkan
N = Ukuran populasi
Ne = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang diperkenankan (0.1). (Kusmayadi dan Sugiarto, 2003)
Teknik Pengumpulan Data Data Primer
Data primer merupakan data yang akan diperoleh saat melakukan
penelitian di lapangan. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini
Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui studi pustaka dari
berbagai literatur serta sumber resmi dan instansi terkait. Data sekunder ini
meliputi data kondisi umum lokasi penelitian, peta dan data pendukung lainnya.
Pengukuran variabel penelitian
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengukuran ordinal (bertingkat) dengan skala likert. Dimana skala ini
mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi
atau sebaliknya dengan interval yang tidak harus sama (Usman dan
1. Jawaban A bernilai 5 = Sangat puas
Purnomo,
1996). Pemberian skor dengan skala likert yang digunakan dalam penelitian ini
merujuk pada 5 alternatif jawaban, misalnya:
2. Jawaban B bernilai 4 = puas
3. Jawaban C bernilai 3 = Kurang puas
4. Jawaban D bernilai 2 = Tidak puas.
5. Jawaban E bernilai 1 = Sangat tidak puas.
Analisis Data
Regresi Linier Berganda
Metode regresi linear berganda dapat digunakan untuk melihat pengaruh
beberapa variabel penjelas atau peubah bebas terhadap satu variabel tak bebas. Dalam
penelitian ini model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh atraksi wisata
(x1), fasilitas (x2) dan aksesibilitas (x3) terhadap kepuasan pengunjung(Y). Data ini akan
diolah dengan menggunakan software SPSS. Persamaan umum regresi linier berganda
Y=a
0+a
1x
1+a
2x
2+a
3x
3Dimana:
Y = Kepuasan pengunjung
a0 = Konstanta
a1, a2, a3, = Koefisien untuk setiap variabel
x1 = Atraksi wisata
x2 = Fasilitas
x3 = Aksesibilitas
Uji hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian maka dilakukan uji sebagai berikut:
1.Uji t
Uji t ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi
wisata, fasilitas dan aksesibilitas) terhadap variabel terikat secara parsial atau
sendiri-sendiri. Perhitungan dengan menggunakan rumus :
t =
1. Jika t hitung > t tabel maka ada pengaruh signifikan antara variabel X dan
2. Jika t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh signifikan antara variabel
X dan Y.
2.Uji F
Uji F ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi
wisata, fasilitas dan aksesibilitas) terhadap variabel terikat (kepuasan pengunjung) secara
simultan atau bersama-sama. Perhitungan dengan menggunakan rumus :
Fh =
R = koefisien korelasi berganda
K = Jumlah variabel
n = Jumlah anggota sampel
Kriteria :
a. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
b. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
Persentase Pengunjung
Untuk mengetahui atraksi wisata yang paling diminati pengunjung maka
digunakan rumus sebagai berikut:
% = Pp Pk
x 100%
Keterangan:
Pk = Pengunjung pada masing- masing atraksi wisata
Pp = Jumlah total pengunjung yang datang ke kawasan wisata Tangkahan
Analisis deskriptif
Untuk mengetahui fasilitas yang ingin ditambahkan menurut persepsi dari
pengunjung, data yang sudah terkumpul akan ditabulasikan lalu dikelompokkan
berdasarkan skala prioritas dengan memilih 3 besar fasilitas wisata yang perlu
ditambahkan di kawasan ekowisata tangkahan kemudian dilakukan analisis
deskriptif. Menurut Nasution dkk (2001) metode penelitian deskriptif kualitatif
sering memakai metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala – gejala yang diteliti. Analisis deskriptif tujuannya
adalah untuk menyajikan, mendeskripsikan atau menggambarkan, menguraikan,
menjelaskan dan menjabarkan secara jelas dan sistematis data yang diperoleh baik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Batas Wilayah
Tangkahan merupakan sebuah kawasan diperbatasan Taman Nasional
Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara. Secara geografis kawasan Tangkahan
berada pada LU 03041’01”, BT 9804’28,2”. Sedangkan secara administrasi
kawasan Tangkahan termasuk kedalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei.Serdang
Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.
Kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata sebahagian
berada di dalam Taman Nasional Gunung Leuser tepatnya di wilayah kerja
Resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, Sub Seksi TNGL Wilayah-IV Besitang
yang terletak di dua desa yaitu desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang.
Kawasan ekowisata Tangkahan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Perkebunan kelapa sawit milik PTPN II
kebun Kuala Sawit
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan kelapa sawit milik PT.
Ganda Permana
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser.
Sedangkan batas-batas alam kawasan terdiri dari Sungai Batang Serangan,
Topografi dan Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan)
Topografi kawasan berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan
yang bervariasi (45 – 900). Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,1 0C –
27.5 0C dengan kelembaban nisbi berkisar antara 80 – 100%. Musim hujan di
daerah ini berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti.
Curah hujan rata-rata 200 – 320 mm pertahun. Mengingat musim hujan yang
merata sepanjang tahun serta kawasan yang rata-rata masih tertutup oleh hutan, air
tidak menjadi masalah di kawasan ini. Sebagian besar kebutuhan air masyaraat di
kawasan di dapatkan dari unsur tanah dan sungai. Limpahan air hujan pun
dimanfaatkan untuk dapat digunakan sebagai salah satu sumber air.
Tangkahan berada pada ketinggian 130 – 200 , dpl (diatas permukaan laut)
dengan jenis tanah terdiri dari podsolik dan litosol. Podsolik adalah termasuk jenis
tanah yang telah mengalami tingkat perkembangan agak lanjut, umumnya
berbentuk dari batu liat (serpih), napal dan batu pasir atau pada beberapa bagian
telah tercampur dengan bahan vulkanis. Penampang tanah dengan kedalaman
sedang, mempunyai sifat kurang baik dan peka terhadap erosi. Tingkat kesuburan
rendah. Cukup baik untuk tanaman tahunan (misalnya : karet) dengan
memperhatian segi-segi keerosian tanah serta ketersediaan air. Lotosol adalah
jenis tanah tanpa perkembangan profil, merupakan batuan kukuh dengan lapisan
tanah sangat tipis di atasnya. Pada wilayah yang curam, terdapat batuan tanpa
Keragaman Flora dan Fauna
Kawasan Tangkahan pada bagian Taman Nasional Gunung Leuser,
memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Sebagian besar
kawasan Tangkahan merupakan hutan hujan tropis mulai dari hutan primer
Dipterocarpaceae, dan hutan primer campuran. Kawasan ini secara umum
didominasi oleh tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae, Meliaceae,
Burseraceae, Euphorbiaceae, dan Myrtaceae.
Pohon-pohon besar dengan diameter di atas 1 meter di antaranya adalah
pohon kayu jenis Damar, Meranti, Raja dan Cendana) masih didapatkan pada
jalur-jalur yang relatif mudah dicapai, sehingga memungkinkan untuk dijadikan
daya tarik wisata.
Hutan di Taman Nasional Gunung Leuser di kawasan Tangkahan memiliki
6 spesies primata seperti orang utan Sumatera (Pongo pygmaeus abelii), siamang
(Hylobates syndactilus), owa (Hylobates lar), kedih (Presbytis sp.), monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis), dan beruk (Macaca nemestrina). Fauna lainnya
yang terdapat di kawasan adalah tupai kecil, burung rangkong (Buceros
rhinoceros), srigunting batu (Dicrurs paradiceus), elang (Haliastur sp.) dengan
mudah dapat dilihat di sekitar kawasan dan di dalam hutan. Sedangkan orang utan
dan kuau (Phasianidae) dapat dilihat pada waktu-waktu tertentu saja.
Di samping keanekaragaman flora dan fauna, bentang alam di Tangkahan
(baik yang termasuk di dalam maupun diluar TNGL) juga merupakan sumber
daya yang dapat dijadikan aset bagi pengembangan pariwisata. Hutan alami,
sungai, bukit, tebing, goa-goa dan lembah adalah bagian dari sumber daya alam
kawasan merupakan daya tarik wisata yang dapat diunggulkan.
Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat
Penduduk di sekitar kawasan terdiri dari beberapa suku dengan suku Karo
sebagai mayoritas yang mendiami perkampungan-perkampungan di sekitar hutan,
dan suku Jawa, Batak, Melayu adalah mereka yang tinggal sebagai pekerja
perkebunan kelapa sawit dan karet.
Ikatan kekeluargaan menjadi rantai yang tidak terputus dalam kehidupan
sosial di sekitar kawasan Tangkahan. Pesona budaya tampak pada acara-acara
sakral seperti perkawinan, ritual tolak bala dan rutinitas adat lainnya.
Kehidupan beragama sangat toleran, Islam, Katolik dan Kristen Protestan
menganjurkan manusia untuk saling tolong menolong, hal ini yang menjadi
kekuatan kultural kawasan Tangkahan, sehingga suasana tetap kondusif dan stabil.
Kesenian tradisional, makanan khas dan pengobatan tradisional masih terdapat di
kawasan yang dapat dijadikan sebagai daya tarik pengembangan ekowisata
kawasan.
Jumlah penduduk dari Desa Namo Sialang pada tahun 2002 adalah 5037
jiwa yang terdiri dari 2477 laki-laki dan 2560 perempuan dan tersebar pada 15
dusun. Mata pencaharian penduduk kebanyakan adalah pekerja perkebunan,
pegawai negeri, sebagian ada yang melakukan aktivitas pertanian, beternak dan
mengusahakan perikanan. Sumber energi desa, 95% berasal dari kayu dan 5%
minyak. Sedangkan penggunaan listrik berkisar hingga 80%. Sumber air desa
Penduduk Desa Sei Serdang berjumlah 3120 yang terdiri dari 1531
laki-laki dan 1589 perempuan. Mata pencaharian penduduk, hampir sama dengan mata
pencaharian Desa Namo Sialang yaitu pekerja perkebunan (baik kebun milik
pribadi maupun milik investor yang berupa jeruk manis, dan karet ataupun kelapa
sawit), pegawai negeri, bertani dan beternak. Sumber energi desa adalah 90%
berasal dari kayu api, 10% dari minyak dan 100% menggunakan sumber listrik.
Pendidikan masih merupakan kekurangan dari penduduk desa-desa
tersebut. Kekurangan pendidikan ini disebabkan oleh kurangnya pendapatan serta
infrastruktur pendidikan, sehingga masyarakat tidak dapat menemukan/
mendapatkan pendapatan diluar usaha pertanian yang diwariskan oleh orang tua
mereka. Di samping terbatasnya lahan dan tekanan demografi yang telah merusak
pendapatan, pendidikan masih dilihat sebagai pengeluaran yang membebankan
kebutuhan keluarga. Hal ini sangat berpengaruh kepada kebutuhan sumber daya
manusia untuk pengembangan ekowisata di kawasan.
Perkebunan kelapa sawit telah berkembang di kawasan ini sejak tahun
1970, banyak penduduk yang telah menjual tanahnya kepada perkebunan, baik
swasta maupun PIR dan menjadi buruh perkebunan. Kegiatan pertanian yang
mereka lakukan telah terjepit di antara perkebunan Kelapa Sawit dan Taman
Nasional Gunung Leuser. Penduduk makin kekurangan lahan untuk menampung
pertambahan populasi dan kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu perlu adanya
Sarana dan Prasarana
Kawasan Tangkahan berada di antara dua desa, yaitu desa Namo Sialang
dan desa Sei Serdang, kecamatan Batang Serangan. Jarak Tangkahan dari Medan
adalah + 124 km melalui Tanjung Pura, sementara jika melalui Hinai-Padang
Tualang adalah + 95 km.
Jalur jalan dari Medan – Stabat – Tanjung Pura dalam kondisi relatif baik.
Sedangkan jalur Hinai – Padang Tualang Sebahagian dalam Kondisi rusak dan
Sebahagian telah dilakukan perbaikan. Jalur dari Simpang Sidodadi – Simpang
Robert (34 km) sebagian jalannya dalam kondisi rusak. Terutama jalur di
perkebunan karet.
Bus umum “Pembangunan Semesta” melayani rute Medan (Terminal
Pinang Baris ) menuju Tangkahan pada jam-jam tertentu (pukul 06.00, 08.00,
10.00, 12.00 dan 14.00 wib). Rute ke Tangkahan dapat juga dilakukan sepanjang
hari dengan rute Medan-Kuala Sawit. Lokasi pemberhentian bus terakhir terletak
di Simpang Robert, dusun Titi Mangga, desa Namo Sialang, perjalanan ke
Tangkahan dilanjutkan dengan menggunakan ojek. Biaya bus umum Medan –
Tangkahan adalah Rp. 6.000 (enam ribu rupiah), sedangkan ojek dari Simpang
Robert – Tangkahan (8 km) adalah Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah). Jalur jalan
dari Simpang Robert – Tangkahan merupakan jalur jalan perkebunan kelapa sawit
milik PTPN II yang berupa jalan batu/ kerikil.
Akomodasi terbatas yang terdapat di kawasan hanya dapat ditempuh
pengunjung dengan cara menyeberangi sungai Batang Serangan. Penyeberangan
bisa dilakukan dengan menggunakan perahu, getek/ rakit yang terbuat dari bambu.
pergi. Disamping itu juga tersedia perahu karet ( Rubber boat ) yang dapat disewa
untuk bersafari sungai, menelusuri hulu sungai buluh dan sungai batang serangan.
Di kawasan Tangkahan, terdapat sebuah penginapan Ulih Sabar dengan
kapasitas 4 kamar seharga Rp. 110.000 per-malam. Ada juga Green Lodge dengan
kapasitas 6 kamar seharga Rp. 110.000 per- malam, Mega INN dengan kapasitas 8
kamar seharga Rp. 80.000 per-malam, Jungle Lodge dengan kapasitas 9 kamar
seharga Rp.110.000 per-malam dan Bamboo River dengan kapasitas 10 kamar
ditawarkan dengan harga Rp. 110.000 per-malam. fasilitas restaurant juga tersedia
di Bamboo River Lodge.
Sarana telekomunikasi terdekat terdapat di desa dengan memakai jasa
penyedia saluran telepon dari TELKOM dengan menggunakan sistem telepon
satelit yang telah dijadikan warung telepon. Jarak tempuh dari kawasan adalah 45
menit perjalanan. Sementara itu di Kawasan Ekowisata Tangkahan sendiri hanya
ada 1 provider yang mampu menjangkau sinyal dan itu pun tidak maksimal.
Sinyal terakhir dari telepon genggam (dari berbagai pengelola saluran) hanya
didapatkan di Tanjung Pura dan Hinai. Selepas kedua kawasan ini maka sinyal
telepon gengga m sulit diperoleh.
Atraksi dan Kegiatan Ekowisata.
Kawasan Tangkahan terletak di pertemuan dua sungai yaitu sungai Buluh
dan sungai Batang Serangan yang kemudian mengalir ke hilir dan bertemu dengan
sungai Musam. Sungai Batang Serangan mengalir membelah kota Tanjung Pura
Kawasan Tangkahan memiliki bentukan-bentukan alami yang dapat
menjadi potensi ekowisata. Beberapa potensi seperti sumber mata air panas di Sei
Buluh, Sei Sekucip dan Sei Glugur, air terjun Umang, air terjun gambir, gua,
tebing merupakan potensi unggulan bagi kawasan Tangkahan. Paduan potensi
sumber daya alam dan aliran sungai yang jernih diyakini mampu mengundang
decak kagum pengunjung.
Melihat potensi dari sumber daya alam yang terdapat di kawasan, dan
dibandingkan dengan lokasi yang sama di Kabupaten Langkat, maka Tangkahan
dapat menjadi sebuah Kawasan Ekowisata bila dikembangkan dengan baik. Hal
ini didukung oleh informasi yang didapatkan dari Buku Panduan Sumatera Utara
yang ditulis oleh Mahmud Bangkaru. Menurutnya Tangkahan adalah alternatif
lain bagi Bukit Lawang melalui perencanaan yang partisipasif dan ramah
lingkungan. Diharapkan bahwa Tangkahan dapat berkembang menjadi kawasan
ekowisata dan wisata alam yang baru.
Obyek wisata alam di kawasan Tangkahan yang telah diidentifikasi oleh
pemerintah daerah tingkat II Kabupaten Langkat adalah Pemandian Sei Buluh.
Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai kawasan masih sangat terbatas.
Sementara obyek wisata alam dan wisata minat khusus lainnya yang dapat
dikemas menjadi produk-produk ekowisata yang dapat dikembangkan dan telah
diindentifikasi oleh Lembaga Pariwisata Tangkahan yaitu :
1. Produk Wisata Pendidikan
Produk wisata ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian
pengunjung maupun masyarakat akan pentingnya manfaat hutan beserta
Nasional yang berupa hutan hujan dataran rendah, pada kawasan ini dengan areal
tertentu, dibuat jalur-jalur jalan setapak yang menyediakan Interpretasi
berdasarkan tematik tentang hutan (fungsi dan peranannya), fungsi Taman
Nasional, serta persepsi masyarakat tentang pemanfaatan hutan. Produk ini akan
memberikan Nilai Tambah bagi konservasi Taman Nasional dan kesadaran
masyarakat, pengunjung dan pengelola Taman Nasional. Jalur – jalur interpretasi
yang telah dibuat adalah :
a. Jalur interpretasi satu dengan jarak sekitar 2, 2 Km dapat ditempuh selama
2,5 jam, sepanjang perjalanan anda dapat melihat beragam tumbuhan
tropis yang menakjubkan, kedih, monyet ekor panjang dan monyet ekor
pendek serta mempelajari berbagai tanaman obat dengan pengobatan
tradisional Karo dan jika anda beruntung dapat menjumpai orang utan,
burung kuau, hornbil, beruang dan lain-lain
b. Jalur interpretasi dua dengan jarak sekitar 2,6 Km dapat ditempuh selama
kurang lebih 3 jam, jika kondisi memungkinkan anda dapat mandi dan
menangkap ikan pada tepian sungai di lubuk larangan yang dijaga dan
dilestarikan oleh masyarakat.
c. Jalur interpretasi tiga dengan jarak sekitar 6,8 km dapat ditempuh selama
kurang lebih 6 jam. Jalur ini disiapkan bagi anda yang memiliki stamina
yang baik dan berjiwa petualang. Melalui beberapa bukit dengan lereng
yang cukup terjal, selain menikmati hutan dapat juga menelusuri gua
kelelawar, perjalanan akan diakhiri dengan mengarungi sungai merasakan
hempasan jeram dengan tubing (menelusuri sungai dengan menaiki ban
2. Produk Wisata Petualangan
Produk wisata ini bertujuan untuk menambah pengalaman menjelajah
hutan hujan tropis dataran rendah dan peningkatan pengetahuan mengenai
jenis-jenis satwa yang terdapat di Taman Nasional. jalur jalan setapak akan
menyediakan sarana untuk berpetualang dan juga menara –menara pengamatan
satwa, di akhir perjalanan produk wisata ini dapat pula ditambahkan dengan
menyusur gua dan tubing. Produk ini hanya akan diperuntukan bagi mereka yang
memiliki standar kesehatan dan stamina yang baik. Produk wisata ini dapat juga
dilakukan dengan paket Elephant Riding Patroll dengan empat ekor Gajah Leuser
CRU (Conservations Respons Unit) kerjasama Flora & Fauna Internationals
dengan Balai KSDA, Balai TNGL dan Lembaga Pariwisata Tangkahan.
3. Produk Wisata Agro
Produk wisata Agro yang dapat dikembangkan di antaranya adalah
mengunjungi perkebunan tanaman keras dan buah milik masyarakat. Melalui
kegiatan ini dan pengetahuan pengunjung akan kegiatan perkebunan penduduk
dapat ditingkatkan. Jalur-jalur interpretasi wisata agro yang disiapkan melalui
wawasan berbagai jenis perkebunan masyararakat sekaligus mendapatkan
pengalaman langsung dilapangan untuk memetik hasilnya, seperti menyadap
karet, memetik jeruk, durian dan lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
berjalan kaki, berkuda dan bersepeda. Dan dapat juga dilakukan interpretasi di
Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet milik BUMN maupun Swasta yang terdapat
di Kawasan Ekowisata dengan menerangkan proses hulu sampai hilir
produksinya. Hal ini dapat menjadi manfaat ganda bagi masyarakat maupun
4. Produk Wisata Tirta
Di kawasan Tangkahan terdapat sungai-sungai yang memberikan peluang
untuk dikembangkanya wisata tirta seperti wisata pemandian yang telah
berkembang saat ini. Tujuan dari wisata tirta ini lebih banyak untuk mendapatkan
unsur rekreasi, sehingga biasanya bersifat masal (pada kawasan-kawasan tertentu
yang telah ditunjuk) beberapa kegiatan dari wisata tirta yang dapat dilakukan di
Tangkahan adalah berenang, menelusuri sungai dengan tubing (ban karet) dan
paket safari sungai dengan Rubber boat dengan Standard safety pelampung,
helmet dan team Rescue serta tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan
rafting, kayaking/canoing.
5. Berkemah
Dalam hal berkemah di Tangkahan akan dikembangkan dua jenis
perkemahanan. Pertama adalah perkemahan masal yang akan dikembangkan pada
lokasi yang jauh dari Taman Nasional dan secara zonasi pun merupakan zonasi
untuk kegiatan rekreasi, akan tetapi nilai-nilai kebersihan, pelestarian kawasan
dan juga kemungkinan sistem reservasi akan mulai diberikan secara bertahap.
Sementara jenis yang kedua adalah Perkemahan terbatas yang terdapat di dalam
Taman Nasional, di dalam perkemahan ini pengunjung akan benar-benar belajar
berkemah yang ramah lingkungan yang tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap Flora Fauna di Taman Nasional dengan sistem reservasi yang terbatas.
6. Produk wisata Budaya
Merupakan salah satu produk wisata yang juga dapat ditawarkan di
serta meningkatkan apresiasi terhadap adat istiadat Karo, kesenian Karo dan
pengobatan tradisional serta kearifan masyarakat lokal
Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah pengunjung atau
wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berada di kawasan ekowisata
Tangkahan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang dengan
perincian 93 orang wisatawan lokal dan 7 orang wisatawan mancanegara.
Karakteristik responden yang akan dibahas berikut ini meliputi : jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, daerah asal kedatangan, kendaraan
yang digunakan, cara melakukan kunjungan serta penilaian responden terhadap
kawasan dan fasilitas wisata.
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dapat dilihat (tabel 1) bahwa
jumlah pengunjung laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan persentase total
(wisatawan lokal dan mancanegara) sebesar 59% dan 41%. Hal ini menunjukkan
bahwa kecenderungan laki- laki untuk melakukan kegiatan wisata ke Tangkahan
lebih besar dibandingkan perempuan, kondisi ini sesuai dengan pendapat Ross
(1998) yang mengatakan bahwa wisatawan laki-laki lebih banyak memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan mewujudkan jati diri yaitu kebutuhan akan kepuasan diri
dan usaha perwujudan kemampuan dengan cara keinginan untuk berpetualang
Tabel 1. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Lokal Mancanegara Total
Jumlah
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Usia
Pengunjung yang menjadi responden dalam penelitian ini dibatasi mulai
dari usia 17 tahun keatas sampai dengan 50 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa pengunjung yang datang ke kawasan ekowisata tangkahan ini tersebar pada
berbagai tingkatan usia pengunjung pada usia 25-31 tahun lebih banyak daripada
tingkatan usia lainnnya yaitu sebesar 46%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini. Pengunjung yang datang sebagian besar tergolong usia muda
dan produktif. Pada usia muda umumnya orang masih memiliki semangat dan
motivasi yang besar untuk melakukan kegiatan wisata serta kondisi fisik yang
prima untuk melakukan suatu perjalanan wisata. Umur juga berkaitan dengn
kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kegiatan wisata serta menjadi faktor
yang menentukan pola pikir seseorang untuk mengalokasikan sebagian dari
pendapatannya untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Pitana (2005) dalam Utama (2006) bahwa keinginan untuk
merealisasikan mimpi-mimpi yang lama dicita-citakan sampai mengorbankan diri
dalam bentuk penghematan agar bisa melakukan perjalanan wisata merupakan
Tabel 2. Rekapitulasi data responden berdasarkan usia
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Latar belakang pendidikan mempengaruhi seseorang untuk melakukan
kegiatan wisata. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan
diperoleh bahwa responden dengan latar belakang pendidikan yang tinggi juga
memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan kegiatan wisata. Hasil
penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berkunjung ke
kawasan ekowisata tangkahan dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih
dominan yaitu sebesar 53%. Pengunjung dengan latar belakang pendidikan
akademi/perguruan tinggi memiliki pola berfikir yang luas dan memiliki motivasi
pendidikan sehingga mereka berharap dapat memberikan manfaat dan menambah
wawasan, pengalaman dan pengetahuan mereka tentang alam. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Utama (2006) yang menyatakan bahwa Educational opportunity
Tabel 3. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat
Pendidikan
Lokal Mancanegara Total
Jumlah
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat
pendapatan per bulannya lebih dari Rp. 2.000.000 mendominasi jumlah
pengunjung dikawasan ekowisata tangkahan yaitu sebesar 30%. Seperti yang
dikemukakan oleh Yoeti (2008) bahwa bila pendapatan rumah tangga meningkat
maka persentase untuk perjalanan wisata juga meningkat. Hal yang menarik disini
dapat dilihat pada tabel 4 bahwa responden dengan penghasilan kurang dari Rp.
500.000 lebih tinggi persentasenya dibandingkan dengan yang tingkat pendapatan
Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000, ini dikarenakan sebagian besar responden berasal
dari daerah yang tidak jauh dari kawasan wisata ini, namun ada juga responden
dengan tingkat pendapatan yang kurang dari Rp. 500.000 berasal dari daerah yang
cukup jauh dari kawasan wisata ini, misalnya saja Faisal dengan asal kedatangan
dari kota Medan yang menempuh jarak 3-4 jam untuk sampai ke kawasan wisata
ini. Ia mengatakan bahwa kedatangannya ke kawasan ini sudah beberapa kali dan
ia mengaku sangat menikmati keindahan alam disini, oleh karena itu ia sengaja
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kembali berkunjung di kawasan
Tabel 4. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendapatan
No Tingkat
Pendapatan
Lokal Mancanegara Total
Jumlah
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Kedatangan
Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner seperti tampak pada Tabel 5,
responden yang berkunjung ke kawasan ekowisata tangkahan didominasi dari
daerah Kotamadya Medan yaitu sebesar 50%. Secara logika dengan kondisi
aksesibilitas yang kurang baik menuju kawasan wisata ini kemungkinan
pengunjung yang datang hanya berasal dari daerah yang letaknya tidak jauh dari
kawasan wisata ini. Hal ini berarti ada faktor yang menjadi bahan pertimbangan
bagi pengunjung untuk memilih kawasan ekowisata tangkahan sebagai tujuan
wisatanya. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan sebagian besar responden
tertarik dengan potensi yang ada dikawasan ekowisata ini yang tidak dimiliki oleh
kawasan wisata sejenisnya.
Kota Medan merupakan kota terbesar ke 3 di Indonesia. Sebagai salah satu
kota terbesar di Indonesia tentunya berbagai jenis aktifitas manusia berkumpul di
kota tersebut, dengan gaya hidup yang serba instant membuat masyarakat dikota
besar cenderung mencari tempat berlibur yang masih alami sebagai tujuan
daerah alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi, dimana tujuan
utamanya yakni mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan alam dan
kekayaan hayati yang dikandungnya, seperti hewan dan tumbuhan serta budaya
lokal yang ada di sekitar kawasan.
Tabel 5. Rekapitulasi data responden berdasarkan daerah asal kedatangan
No Daerah asal
kedatangan (Kab/kota/Negara)
Lokal Mancanegara Total
Jumlah
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan
Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke Kawasan
Ekowisata Tangkahan menggunakan kendaraan pribadi dengan persentase sebesar
70% dari jumlah total responden. Jenis kendaraan pribadi yang digunakan pada
umumnya berupa mobil walaupun sebagian ada yang menggunakan sepeda motor.
Untuk persentase jenis kendaraan lain yang digunakan responden dapat dilihat
Tabel 6. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan
No Daerah asal
kedatangan
Lokal Mancanegara Total
Jumlah
4 Kendaraan Milik Instansi
- - - -
Total 100 100
Sumber : Data kuesioner diolah
Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan
Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti tampak pada tabel 6 bahwa
responden yang melakukan kunjungan ke kawasan wisata ini adalah berkelompok
dengan jumlah anggota paling banyak 15 orang dan paling sedikit 2. sedangkan
responden yang berkunjung bersama rombongan keluarga yaitu sebesar 33% dan
responden yang datang sendiri ke kawasan ini yaitu hanya 1%.
Tabel 7. Rekapitulasi data responden berdasarkan cara melakukan kunjungan No Cara melakukan
kunjungan
Lokal Mancanegara Total
Jumlah
Sumber : Data kuesioner diolah
Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel yang diuji pada analisis regresi linier berganda ini yaitu atraksi
sebagai independen variabel yang pertama (x1), fasilitas sebagai independen
variabel kedua (x2) dan aksesibilitas sebagai independen variabel ketiga (x3),
analisis yang telah dilakukan seperti tampak pada lampiran 7 maka diperoleh
persamaan regresinya yaitu sebagai berikut :
Y = a0+b1X1+b2X2+b3X3
Y = 7.053 + 0.093x1 + 0.035x2+0.333 x 3
Pada persamaan diatas tampak nilai konstanta sebesar 7.053, secara
matematis nilai konstanta ini menyatakan bahwa pada saat atraksi wisata, fasilitas
dan aksesibilitas bernilai nol (0), maka kepuasan pengunjung memiliki nilai
7.053. Nilai b1 = 0.093 untuk variabel x1 (atraksi wisata) yang bertanda positif
berarti memiliki hubungan yang searah artinya bahwa setiap atraksi naik sebesar
100% maka akan meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 9.3%. Nilai b2 =
0.035 untuk variabel x2 (fasilitas wisata) yang bertanda positif berarti memiliki
hubungan yang searah yang artinya bahwa setiap Fasilitas naik sebesar 100%
maka akan meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 3.5% dan nilai b = 0.333 3
untuk variabel x3 (aksesibilitas) yang bertanda positif berarti memiliki hubungan
yang searah yang artinya bahwa setiap aksesibilitas naik sebesar 100% maka akan
meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 33.3%. Untuk lebih jelasnya hasil
perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 7), diperoleh angka korelasi
antara atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas terhadap kepuasan
pengunjung sebesar 0.483 yang artinya, hubungan ketiga variabel tersebut cukup
kuat. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara atraksi wisata,
fasilitas wisata dan aksesibilitas searah. Artinya , jika atraksi wisata, fasilitas
wisata dan aksesibilitas semakin baik maka kepuasan pengunjung akan
Untuk mengetahui tingkat signifikan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat secara parsial atau sendiri – sendiri maka dilakukan uji t. Hubungan antara
variabel atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas dengan kepuasan
pengunjung signifikan atau tidak, dapat dilihat dari angka probabilitas (nilai
signifikansi). Jika nilai signifikansi masing – masing variabel (> 0.05 atau 5%)
maka variabel tersebut tidak signifikan (nyata) pengaruhnya. Demikian
sebaliknya, jika nilai signifikansi masing – masing variabel (< 0.05 atau 5%)
maka variabel tersebut dinyatakan signifikan pengaruhnya.
Dari hasil analisis uji t dengan SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 7
menunjukkan bahwa untuk variabel atraksi wisata dan fasilitas nilai
signifikansinya yaitu 0.261 dan 0.641 (> 0.05) artinya bahwa variabel atraksi dan
fasilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengunjung di kawasan
ekowisata tangkahan. Sedangkan untuk variabel aksesibilitas, diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0.000 (< 0.05) yang artinya variabel aksesibiltas berpengaruh
nyata terhadap kepuasan pengunjung di kawasan tersebut.
Untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
secara simultan atau bersama – sama dilakukan uji F. Adapun hasil dari uji F
dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran 7.
Dari uji ANOVA atau uji F, diperoleh Fhitung sebesar 9.718 dengan tingkat
signifikansi 0.000. Selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel, dengan didasarkan
pada dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) maka diperoleh Fhitung > Ftabel
(9.918 > 3.94) atau sig F < 5% ( 0.000 < 0.05). Maka koefisien korelasi ganda
yang diuji tersebut adalah signifikan. Artinya bahwa secara simultan atau bersama