• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN

FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA

TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT

PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

Irni Indah Sari Nst 051201010 Manajemen Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

IRNI INDAH SARI NASUTION, Kajian Kepuasan Pengunjung dan

Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. DIbimbing oleh AGUS PURWOKO dan

MA’RIFATIN ZAHRA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk wisata yang meliputi atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan, mengetahui produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, mengetahui atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung serta fasilitas yang perlu ditambahkan di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 responden dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh nyata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan, yang memiliki pengaruh paling dominan yaitu aksesibilitas setelah diuji secara simultan (serentak) dan parsial (sendiri-sendiri). Persamaan regresi linier bergandanya adalah Y= 7.053 + 0.093 X1 + 0.035 X2 + 0.333 X3.

Atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung adalah tubing dan sungai, sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan berdasarkan persepsi pengunjung berdasarkan skala prioritas adalah toko souvenir, toilet dan rumah makan.

Kata kunci : kawasan ekowisata Tangkahan, produk wisata, regresi linier

(3)

ABSTRACT

Study of satisfaction of visitor and development of facility torism in area of Ekowisata Tangkahan of sub Province of Langkat Province North Sumatera. Guded by Agus Purwoko and Ma”rifatin zahrah

This research arm to know what product tourism covering attraction tourism, facility of tourism and aksesbility have and effect on to visitor satisfaction in area of ekowisata Tangkahan, knowing product tourism owning influence most dominant by using doubled linear analysis regression, knowing attraction and the most object tourism enthused by the visitor and also facility which require to be enchanced in area of ekoturism. Sump up the sampel taken by 100 responden with the technique of intake sampel used by purposive sampling.

Attraction most tourism enthused by the visitor is tubing and river, while facility which require to be enchanced by pursuant to visitor perception to priority scale is souvenir shop, toilet and restaurant

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 07 Juli 1987 dari Ayahanda Irham Dinni Nasution, S.Sos dan Ibunda Neny Suwarti. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.

Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Taman Harapan Medan. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 35 Medan. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 08 Medan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Univeritas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Deoartemen Kehutanan, Program Studi Manajemen Hutan pada tahun 2005 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan tujuan untuk mengetahui apakah produk wisata

yang meliputi atraksi wisata, dasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh

terhadap kepuasan pengunjung di kawasan ekowisata Tangkahan, mengetahui

produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan terhadp kepuasan

pengunjung di kawasan ekowisata Tangkahan dan untuk mengetahui atraksi dan

objek wisata yang paling diminati pengunjung serta fasilitas yang perlu

ditambahkan di kawasan ekowisata Tangkahan.

Selama pengerjaan skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan banyak

pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, inspirasi dan doa dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si yang telah

memberikan bimbingannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini,

Lembaga Pariwisata Tangkahan yang telah membantu penulis selama penelitian di

lapangan, kedua orangtua penulis serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Pemulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis

(6)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata ... 5

Motivasi Berwisata ... 6

Produk Wisata ... 8

Pengertian Wisatawan ... 10

Konsep Ekowisata... 11

Daya Dukung Objek Wisata ... 15

Regresi Linear Berganda ... 17

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Alat dan Bahan ... 18

Teknik Pengambilan Sampel ... 18

Teknik Pengumpulan Data ... 19

Data Primer ... 20

Data Sekunder ... 20

Pengukuran Variabel Penelitian ... 20

Analisa Data Regresi Linear Berganda ... 20

Persentase Pengunjung ... 22

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis dan Bats Wilayah... 24

Topografi dn Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan) ... 25

Keragaman Flora dan Fauna ... 26

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat... 27

Sarana dan Prasarana ... 29

Atraksi dan Kegiatan Ekowisata ... 30

Karakteristik Responden Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Komposisi Responden Berdasarkan Usia ... 36

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 38

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Kedatangan ... 39

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan .... 40

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 41

Analisis Regresi Linier Berganda ... 41

Objek dan Atraksi di Kawasan Ekowisata Tangkahan ... 45

Fasilitas Wisata di Tangkahan ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kelamin ... 36

Tabel 2. Rekapitulasi data responden berdasarkan usia ... 36

Tabel 3. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 37

Tabel 4. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendapatan ... 38

Tabel 5. Rekapitulasi data responden berdasarkan daerah kedatangan ... 40

Tabel 6. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kendaraan ... 40

yang digunakan Tabel 7. Rekapitulasi data responden berdasarkan cara melakukan kunjungan .... 41

Tabel 8. Rekapitulasi penilaian responden terhadap objek wisata di Tangkahan ... 45

Tabel 9. Rekapitulasi penilaian responden terhadap atraksi wisata di Tangkahan ... 46

(9)

ABSTRACT

Study of satisfaction of visitor and development of facility torism in area of Ekowisata Tangkahan of sub Province of Langkat Province North Sumatera. Guded by Agus Purwoko and Ma”rifatin zahrah

This research arm to know what product tourism covering attraction tourism, facility of tourism and aksesbility have and effect on to visitor satisfaction in area of ekowisata Tangkahan, knowing product tourism owning influence most dominant by using doubled linear analysis regression, knowing attraction and the most object tourism enthused by the visitor and also facility which require to be enchanced in area of ekoturism. Sump up the sampel taken by 100 responden with the technique of intake sampel used by purposive sampling.

Attraction most tourism enthused by the visitor is tubing and river, while facility which require to be enchanced by pursuant to visitor perception to priority scale is souvenir shop, toilet and restaurant

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan karunia Tuhan yang memiliki banyak manfaat.

Diantaranya sebagai tempat hidup berbagai satwa, pohon-pohon, hasil tambang

dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak

ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang

memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible

yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak

langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang.

Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan

pengaturan tata air serta pencegahan erosi.

Salah satu manfaat hutan yang berkembang cukup potensial saat ini yaitu

sebagai tujuan wisata. Peraturan yang berkaitan dengan hutan sebagai kawasan

wisata diatur dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun 2010. Kawasan hutan yang

dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah kawasan

pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam),

kawasan suaka alam (Suaka Margasatwa) dan Hutan Lindung melalui kegiatan

wisata alam bebas, serta hutan produksi yang berfungsi sebagai wana wisata.

Salah satu objek wisata alam di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten

Langkat yang cukup terkenal yaitu Kawasan Ekowisata Tangkahan. Tangkahan

juga mengandalkan hutan hujan tropis yang masuk dalam kawasan Taman

Nasional Gunung Leuser. Untuk saat ini diperlukan pelestarian hutan sebagai

(11)

konsumtif maka pariwisata memang memiliki potensi untuk meningkatkan

pendapatan negara, pendapatan pemerintah baik pusat maupun daerah, pendapatan

dunia usaha, bahkan pendapatan masyarakat, sehingga mempunyai nilai ekonomi

dan nilai komersial yang tinggi. Bahkan masyarakat setempat yang mengelola

Kawasan Ekowisata Tangkahan telah menjalin kerja sama dengan Balai Taman

Nasional Gunung Leuser untuk mengelola kawasan taman nasional seluas 17.000

hektar sebagai areal wisata alam.

Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di Kabupaten

Langkat juga telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, hal

ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke kawasan wisata

Tangkahan. Sehingga diharapkan hal ini dapat dipertahankan bahkan harus

ditingkatkan karena berpengaruh positif bagi banyak pihak.

Kawasan Ekowisata Tangkahan sebagai salah satu aset pariwisata di

Sumatera Utara perlu diperhatikan mengingat kawasan wisata ini memiliki daya

tarik alami yang tidak dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Kawasan ini dihadapkan

pada tantangan untuk menarik hati para wisatawan agar mau berkunjung. Karena

itulah diperlukan suatu studi mengenai kajian terhadap kepuasan pengunjung yang

nantinya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang terkait guna

meningkatkan kualitas kawasan ini nantinya. Berdasarkan uraian di atas penulis

tertarik untuk mengambil judul penelitian ini yaitu: Kajian Kepuasan Pengunjung

(12)

Perumusan masalah

Tangkahan merupakan salah satu kawasan wisata di Sumatera Utara.

Tangkahan memiliki daya tarik alami yang berbeda dengan kawasan lain yang

sejenis. Potensi yang dapat ditemukan di Tangkahan diantaranya pemandangan

alam yang masih asri, keanekaragaman jenis flora dan fauna dapat ditemukan di

sana. Akan tetapi fasilitas dan aksesibilitas di kawasan tersebut saat ini kurang

memadai.

Jika potensi yang ada didukung dengan fasilitas dan aksesibilitas yang

baik tentunya akan menimbulkan kepuasan berwisata di kawasan tersebut. Untuk

itu perlu diketahui faktor apa saja yang saat ini berpengaruh terhadap kepuasan

pengunjung, dengan hasil yang nantinya diperoleh dapat menjadi masukan bagi

pihak yang berkepentingan dalam mengambil kebijakan untuk perencanaan dan

pengelolaan yang tepat sehingga berdampak bagi kemajuan kawasan ini ke

depannya. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan :

1. Apakah ada hubungan antara produk wisata yang meliputi atraksi wisata,

fasilitas dan aksesibilitas terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan

Ekowisata Tangkahan?

2. Manakah komponen produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan?

3. Atraksi dan objek wisata manakah yang paling diminati pengunjung, serta

(13)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah produk wisata, yang meliputi atraksi wisata, fasilitas

dan aksesibilitas berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan

Ekowisata Tangkahan.

2. Mengetahui komponen produk wisata mana yang memiliki pengaruh

paling dominan terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata

Tangkahan.

3. Mengetahui atraksi dan objek wisata yang paling diminati pengunjung

serta fasilitas yang perlu ditambahkan berdasarkan skala prioritas di

Kawasan Ekowisata Tangkahan.

Hipotesis Penelitian

Atraksi wisata, fasilitas dan aksesibilitas berpengaruh nyata terhadap

kepuasan pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pemerintah dan pihak pengelola Kawasan

Ekowisata Tangkahan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan

jumlah kunjungan wisata maupun untuk pengembangan kawasan wisata

selanjutnya.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan serta bahan

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Pariwisata

Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara

dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan

ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain

seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar

(Suwantoro, 1997).

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata,

yaitu sebagai suatu poerubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat

tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan yang menghasilkan

upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan

suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara

lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui

sesuatu (Suwantoro, 1997).

Untuk memposisikan wisata secara benar pada masyarakat, Dirjen

Pariwisata (1992) mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang

dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan

daya tarik wisata. Sedangkan pariwisata merupakan suatu fenomena yang

melibatkan tiga unsur dasar, yaitu:

1. Unsur dinamik yaitu daerah kunjungan wisata yang dipilih

(15)

3. Unsur akibat yaitu dampak yang terjadi akibat pelaksanaan program wisata

tersebut (Suwantoro, 1997).

Dalam perkembanagn kepariwisataan secara umum muncul pula istilah

wisata berkelanjutan. Menurut Swarbrooke (1998) dalam Utama (2006),

mengatakan bahwa pada hakekatnya pariwisata berkelanjutan harus terintegrasi

pada tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut adalah, (1) dimensi lingkungan, (2)

dimensi ekonomi, dan (3) dimensi sosial. Selanjutnya berdasarkan konteks

pembangunan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai:

pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan

tetap memperhatikan kelestarian (conservation, environmental dimention),

memberi peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan (economic dimention)

dan mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial ( social dimention ) yang

telah ada.

Motivasi Berwisata

Menurut Wahab (1975) motivasi merupakan hal yang sangat mendasar

dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata. Pada dasarnya seseorang

melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut

dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:

a) Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik

atau fisologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan,

(16)

b) Cultural Motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat,

tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai

objek tinggalan budaya.

c) Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial,

seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan

hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian

dari situasi yang membosankan dan seterusnya.

d) Fantasy Motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang

akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang

memberikan kepuasan psikologis (Utama, 2006).

Adapun faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut

Pitana (2005) dalam Utama (2006) adalah sebagai berikut:

a) Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan

menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

b) Relaxtion. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan

motivasi untuk escape di atas.

c) Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang

merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan

diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

d) Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan,

khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata

(17)

e) Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang

menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk

meningkatkan status atau Social Standing.

f) Social interaction.

Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau

dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.

g) Romance

Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan

suasana romantis.

h) Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru,

mempelajari orang lain dan daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis

lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata.

i) Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri

sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau

orang yang baru.

j) Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama

dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar

bisa melakukan perjalanan (Utama, 2006).

Produk Wisata

Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait,

yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat

(18)

a) Jasa yang dihasilkan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan,

pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya.

b) Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai

prasarana umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat-istiadat, seni budaya

dan sebagainya.

c) Jasa yang disediakan alam antara lain: pemandangan alam, pegunungan,

pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya.

Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara

lain: Atraksi suatu daerah tujuan wisata, fasilitas yang tersedia, aksesibilitas ke

dan dari daerah tujuan wisata (Suwantoro, 1997).

Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali hanya

terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu

tertentu. Atraksi dapat berdasarkan sumberdaya alam, budaya, etnisitas atau

hiburan (Suwantoro, 1997).

Kepariwisataan alam sangat ditentukan oleh keberadaan perilaku dan sifat

objek dan daya tarik alam. Atraksi alam dapat dilakukan di objek tertentu di

kawasan wisata alam berupa gunung, pantai, sungai, hutan, lembah, gua, hutan,

air terjun (Fandeli,dkk, 2000).

Fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan

wisata, seperti: jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain

sebagainya (Suwantoro, 1997).

Pada umumnya pengembangan kepariwisataan ada hubungan linear

(19)

mendukung pengembangan pariwisata. Namun untuk kepariwisataan alam

hubungan ini tidak signifikan, bahkan untuk kepariwisataan alam tertentu

keterjangkauan yang terlalu tinggi dapat mengancam kelestarian suatu kawasan

wisata. Aspek tingkat pengalaman menjadi sangat penting dalam pengembangan

pariwisata alam. Perjalanan berwisata alam ke wilayah terpencil dengan

aksesibilitas rendah, menghasilkan perjalanan dengan tingkat pengalaman dan

kepuasan tinggi (Fandeli,dkk, 2000).

Wisatawan

Kata pariwisata sering menonjolkan bidang perjalanan dan juga

pertumbuhan meningkat dari orang-orang yang melakukan perjalanan, biasanya

disebut turis/wisatwan. Di dunia kepariwisataan dirasakan perlu adanya suatu

definisi bersama. Untuk memperoleh definisi bersama itu diselenggarakan

Konferensi Roma 1963. oleh United Nation Conference an International Travel

and Tourism direkomendasikan definisi: ‘’Setiap orang yang mengunjungi suatu

negara bukan dimana ia bermukim, bagi setiap keperluan yang bukan untuk

mendapatkan penghasilan, disebut pengunjung. Pengunjung terdiri dari dua

kelompok traveller (orang yang melakukan perjalanan), yaitu:

a) Tourist (Wisatawan)

Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara lebih dari 24 jam. Motivasi

kunjungannya dapat digolongkan untuk:

- Liburan (rekreasi, kesehatan, studi, agama atau olahraga)

- Bisnis

(20)

- Seminar atau konferensi

- Dan lainnya

b) Excursionist (Pelancong)

Pengunjung sementara yang melawat kurang dari 24 jam di daerah tujuan

kunjungannya dan tidak menginap, termasuk penumpang kapal pesiar.

(Yoeti, 2008).

Di kawasan pemanfaatan kepariwisataan alam dapat dikembangkan segala

keperluan pelayanan untuk kepuasan pengunjung yaitu :

1. Pintu gerbang masuk

2. Pusat informasi

3. Kantor pengelola

4. Fasilitas kemudahan pengunjung: telekomunikasi, rumah makan,

penginapan, kebersihan lingkungan dan MCK.

5. Rambu-rambu penting bagi pengunjung, terutama petunjuk lokasi-lokasi

daya tarik, lokasi berbahaya dan lain-lain beserta penerangan listrik.

6. Jalan-jalan di dalam kawasan pelestarian alam

7. Lokasi-lokasi berkemah di kawasan rimba (Fandeli, dkk, 2000)..

Ekowisata

Istilah ekowisata menurut Hector Ceballos-Lascurain adalah perjalanan

wisatawan menuju daeraha alamiah yang relatif belum terganggu atau

terkontaminasi. Tujuan utamanya yakni mempelajari, mengagumi dan menikmati

pemandangan alam (landskap) dan kekayaan hayati yang dikandungnya, seperti

(21)

2004). Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan

bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap

lingkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi

bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam

ekowisata adalah:

1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung

lingkungan dan sosial-budaya masyarakat

2. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)

3. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)

4. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai

ekonomi)

Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai

partisipasi masyarakat dan ekonomi) (Departemen Kebudayaan dan

Ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism)

Pariwisata

dan WWF, 2009).

Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata

yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat

setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan

segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan

usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut

didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang

alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata,

sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis

(22)

kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola (Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata dan

Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi

masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan

ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos

transportasi; homestay; menjual kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak

positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada

akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar

penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata

(Departemen Kebudayaan dan Pariwisata WWF, 2009).

dan

Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa

masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran implementasi

ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu

yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai dari

level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi non

pemerintah diharapkan membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu

kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing. Beberapa aspek

kunci dalam ekowisata berbasis masyarakat adalah:

WWF, 2009).

1. Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan

ekowisata di daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi

masyarakat (nilai partisipasi masyarakat dan edukasi)

2. Prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat

setempat) diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana

(23)

3. Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata

(nilai ekonomi dan edukasi)

4. Pemandu adalah orang setempat (nilai partisipasi masyarakat)

Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata menjadi tanggung

jawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya untuk wisatawan (nilai

ekonomi dan wisata)

(Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan

Ekowisata dan konservasi

WWF, 2009).

Sejak 1970an, organisasi konservasi mulai melihat ekowisata sebagai

alternatif ekonomi yang berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun

tidak “ekstraktif” dengan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti

penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap sejenis usaha yang

berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di

dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Namun agar ekowisata tetap

berkelanjutan, perlu tercipta kondisi yang memungkinkan di mana masyarakat

diberi wewenang untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha

ekowisata, mengatur arus serta jumlah wisatawan dan mengembangkan ekowisata

sesuai visi dan harapan masyarakat untuk masa depan. Ekowisata dihargai dan

dkembangkan sebagai salah satu program usaha yang sekaligus bisa menjadi

strategi konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi masyarakat.

Dengan pola ekowisata, masyarakat dapat memanfaatkan keindahan alam yang

masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual isinya

(24)

Daya dukung Obyek Wisata

Daya dukung obyek wisata adalah kemampuan areal (kawasan) obyek

wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara maksimum tanpa

merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan

oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Hal ini berarti bahwa daya

dukung obyek wisata menurut konsep Mathieson and Wall (1982) berorientasi

pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada

lingkungan yang mungkin timbul (Mathieson and

Pengelompokan wisatawan untuk menikmati suatu produk wisata pada

tempat dan waktu tertentu dapat dijadikan informasi mengenai daya dukung

obyek wisata. Dengan kata lain daya dukung obyek wisata dimanifestasikan pada

banyaknya wisatawan yang berkunjung pada suatu obyek wisata per satuan luas

per satuan waktu (dengan catatan baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat

dirata-ratakan karena penyebaran wisatawan dalam ruang dan waktu yang tidak

merata) (Soemarwoto, 1997). Dengan demikian daya dukung obyek wisata selain

ditentukan oleh tujuan wisatawan juga dipengaruhi oleh komponen lingkungan

biofisik obyek wisata. Pada sisi lain komponen lingkungan sosial-budaya juga

berperan pada pelestarian daya dukung.

Wall, 1982).

Pada kunjungannya ke suatu obyek wisata, wisatawan bertujuan untuk

melakukan berbagai macam aktivitas wisata. Di antaranya adalah

istirahat/berjalan santai, berkemah, mendaki gunung, dan

belajar/mengamati/meneliti atau gabungan dari berbagai aktivitas tersebut.

Melalui berbagai aktivitas wisata tersebut seseorang berharap untuk mendapatkan

(25)

seseorang diharapkan dapat pulih kembali. Lingkungan biofisik obyek wisata

terdiri dari berbagai macam komponen biologis dan fisik yang saling berinteraksi

satu sama lain. Komponen biologis misalnya flora dan fauna. Komponen fisik

misalnya topografi, keadaan tanah, iklim (faktor iklim yang paling berpengaruh

pada kunjungan wisatawan adalah suhu), sarana dan prasarana, luas efektif

kawasan wisata, petugas pelayanan wisata, waktu yang dibutuhkan wisatawan

untuk melakukan aktivitas wisata dan ruang gerak wisatawan (Douglass, 1978).

Sering didefinisikan empat kelompok faktor yang mempengaruhi

penentuan pilihan daerah tujuan wisata, seperti:

1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah

2. Nilai estatis: pemandangan (panorama), iklim santai/terpencil, cuaca

3. Waktu/biaya: jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya

perjalanan, harga atau tarif-tarif pelayanan.

4. Kualitas hidup: keramah-tamahan, penduduk, bebas dari pencemaran

(Suwantoro, 1997).

Daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman

dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang besifat langka.

4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang

(26)

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam

pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya (Suwantoro,

1997).

Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi

linear sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan

umumnya adalah Y = a + b1 X1 + b2 X2 + .... + bn Xn. Dengan Y adalah variabel

tak bebas, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta (intersept) dan

b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas. Syaratnya yaitu

variabel bebas dan variabel tak bebas harus berskala interval ( Kriswanto, 2008).

Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan mengevaluasi

hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable) dengan satu peubah

tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau

meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai peubah bebas yang

diketahui (STIS, 2006).

Metode regresi linear berganda dapat digunakan untuk melihat pengaruh

beberapa peubah penjelas atau peubah bebas terhadap satu peubah tak

bebas. Untuk menyatakan kuat tidaknya hubungan linier antara peubah

penjelas atau peubah tak bebas dan peubah bebas dapat diukur dari

koefisisen korelasi (coefficient correlation) atau R, dan untuk melihat besarnya

sumbangan (pengaruh) dari peubah bebas terhadap perubahan peubah tak

bebas dapat dilihat dari koefisien determinasi (coefficient of determination)

(27)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Tangkahan, Kabupaten

Langkat, Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

2009 sampai dengan Februari 2010.

Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kalkulator

2. Alat tulis

3. Kamera Digital

4. Perangkat Komputer dan SPSS

Bahan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.

Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu pengunjung di Kawasan Wisata Alam

Tangkahan. Teknik yang akan digunakan dalam memilih sampel adalah

Purposive sampling, yaitu teknik yang digunakan apabila anggota sampel yang

dipilih berdasarkan tujuan penelitiannya. (Usman dan Purnomo, 1996). Jumlah

sampel yang diambil sebanyak 100 orang dengan kriteria dewasa (17 tahun

keatas), sehat jasmani dan rohani serta mampu berkomunikasi dengan baik.

Pengambilan sampel dilaksanakan pada hari kerja dan libur. Penentuan jumlah

(28)

n =

Jumlah populasi yang diambil untuk menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah pengunjung di Kawasan Ekowisata Tangkahan yang diperoleh dari pihak Lembaga Pariwisata Tangkahan pada tahun 2007 yaitu 10.260 orang dengan perincian 431 orang wisatawan mancanegara dan 9829 orang wisatawan lokal, pada tahun 2008 jumlah pengunjung 11.263 orang dengan perincian 800 wisatawan mancanegara dan 10.463 wisatawan lokal. Sehingga diperoleh rata-rata pengunjung yaitu 10.761 orang dan jika dimasukkan ke dalam rumus Slovin di atas maka akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Secara matematis dapat dilihat sebagai berikut:

dimana: n = Ukuran sampel yang dibutuhkan

N = Ukuran populasi

Ne = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang diperkenankan (0.1). (Kusmayadi dan Sugiarto, 2003)

Teknik Pengumpulan Data Data Primer

Data primer merupakan data yang akan diperoleh saat melakukan

penelitian di lapangan. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini

(29)

Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui studi pustaka dari

berbagai literatur serta sumber resmi dan instansi terkait. Data sekunder ini

meliputi data kondisi umum lokasi penelitian, peta dan data pendukung lainnya.

Pengukuran variabel penelitian

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengukuran ordinal (bertingkat) dengan skala likert. Dimana skala ini

mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi

atau sebaliknya dengan interval yang tidak harus sama (Usman dan

1. Jawaban A bernilai 5 = Sangat puas

Purnomo,

1996). Pemberian skor dengan skala likert yang digunakan dalam penelitian ini

merujuk pada 5 alternatif jawaban, misalnya:

2. Jawaban B bernilai 4 = puas

3. Jawaban C bernilai 3 = Kurang puas

4. Jawaban D bernilai 2 = Tidak puas.

5. Jawaban E bernilai 1 = Sangat tidak puas.

Analisis Data

Regresi Linier Berganda

Metode regresi linear berganda dapat digunakan untuk melihat pengaruh

beberapa variabel penjelas atau peubah bebas terhadap satu variabel tak bebas. Dalam

penelitian ini model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh atraksi wisata

(x1), fasilitas (x2) dan aksesibilitas (x3) terhadap kepuasan pengunjung(Y). Data ini akan

diolah dengan menggunakan software SPSS. Persamaan umum regresi linier berganda

(30)

Y=a

0

+a

1

x

1

+a

2

x

2

+a

3

x

3

Dimana:

Y = Kepuasan pengunjung

a0 = Konstanta

a1, a2, a3, = Koefisien untuk setiap variabel

x1 = Atraksi wisata

x2 = Fasilitas

x3 = Aksesibilitas

Uji hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian maka dilakukan uji sebagai berikut:

1.Uji t

Uji t ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi

wisata, fasilitas dan aksesibilitas) terhadap variabel terikat secara parsial atau

sendiri-sendiri. Perhitungan dengan menggunakan rumus :

t =

1. Jika t hitung > t tabel maka ada pengaruh signifikan antara variabel X dan

(31)

2. Jika t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh signifikan antara variabel

X dan Y.

2.Uji F

Uji F ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi

wisata, fasilitas dan aksesibilitas) terhadap variabel terikat (kepuasan pengunjung) secara

simultan atau bersama-sama. Perhitungan dengan menggunakan rumus :

Fh =

R = koefisien korelasi berganda

K = Jumlah variabel

n = Jumlah anggota sampel

Kriteria :

a. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak

b. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima

Persentase Pengunjung

Untuk mengetahui atraksi wisata yang paling diminati pengunjung maka

digunakan rumus sebagai berikut:

% = Pp Pk

x 100%

Keterangan:

Pk = Pengunjung pada masing- masing atraksi wisata

Pp = Jumlah total pengunjung yang datang ke kawasan wisata Tangkahan

(32)

Analisis deskriptif

Untuk mengetahui fasilitas yang ingin ditambahkan menurut persepsi dari

pengunjung, data yang sudah terkumpul akan ditabulasikan lalu dikelompokkan

berdasarkan skala prioritas dengan memilih 3 besar fasilitas wisata yang perlu

ditambahkan di kawasan ekowisata tangkahan kemudian dilakukan analisis

deskriptif. Menurut Nasution dkk (2001) metode penelitian deskriptif kualitatif

sering memakai metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala – gejala yang diteliti. Analisis deskriptif tujuannya

adalah untuk menyajikan, mendeskripsikan atau menggambarkan, menguraikan,

menjelaskan dan menjabarkan secara jelas dan sistematis data yang diperoleh baik

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Batas Wilayah

Tangkahan merupakan sebuah kawasan diperbatasan Taman Nasional

Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara. Secara geografis kawasan Tangkahan

berada pada LU 03041’01”, BT 9804’28,2”. Sedangkan secara administrasi

kawasan Tangkahan termasuk kedalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei.Serdang

Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.

Kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata sebahagian

berada di dalam Taman Nasional Gunung Leuser tepatnya di wilayah kerja

Resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, Sub Seksi TNGL Wilayah-IV Besitang

yang terletak di dua desa yaitu desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang.

Kawasan ekowisata Tangkahan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Perkebunan kelapa sawit milik PTPN II

kebun Kuala Sawit

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan kelapa sawit milik PT.

Ganda Permana

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser.

Sedangkan batas-batas alam kawasan terdiri dari Sungai Batang Serangan,

(34)

Topografi dan Iklim (Suhu, Musim, Angin dan Curah Hujan)

Topografi kawasan berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan

yang bervariasi (45 – 900). Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,1 0C –

27.5 0C dengan kelembaban nisbi berkisar antara 80 – 100%. Musim hujan di

daerah ini berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti.

Curah hujan rata-rata 200 – 320 mm pertahun. Mengingat musim hujan yang

merata sepanjang tahun serta kawasan yang rata-rata masih tertutup oleh hutan, air

tidak menjadi masalah di kawasan ini. Sebagian besar kebutuhan air masyaraat di

kawasan di dapatkan dari unsur tanah dan sungai. Limpahan air hujan pun

dimanfaatkan untuk dapat digunakan sebagai salah satu sumber air.

Tangkahan berada pada ketinggian 130 – 200 , dpl (diatas permukaan laut)

dengan jenis tanah terdiri dari podsolik dan litosol. Podsolik adalah termasuk jenis

tanah yang telah mengalami tingkat perkembangan agak lanjut, umumnya

berbentuk dari batu liat (serpih), napal dan batu pasir atau pada beberapa bagian

telah tercampur dengan bahan vulkanis. Penampang tanah dengan kedalaman

sedang, mempunyai sifat kurang baik dan peka terhadap erosi. Tingkat kesuburan

rendah. Cukup baik untuk tanaman tahunan (misalnya : karet) dengan

memperhatian segi-segi keerosian tanah serta ketersediaan air. Lotosol adalah

jenis tanah tanpa perkembangan profil, merupakan batuan kukuh dengan lapisan

tanah sangat tipis di atasnya. Pada wilayah yang curam, terdapat batuan tanpa

(35)

Keragaman Flora dan Fauna

Kawasan Tangkahan pada bagian Taman Nasional Gunung Leuser,

memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Sebagian besar

kawasan Tangkahan merupakan hutan hujan tropis mulai dari hutan primer

Dipterocarpaceae, dan hutan primer campuran. Kawasan ini secara umum

didominasi oleh tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae, Meliaceae,

Burseraceae, Euphorbiaceae, dan Myrtaceae.

Pohon-pohon besar dengan diameter di atas 1 meter di antaranya adalah

pohon kayu jenis Damar, Meranti, Raja dan Cendana) masih didapatkan pada

jalur-jalur yang relatif mudah dicapai, sehingga memungkinkan untuk dijadikan

daya tarik wisata.

Hutan di Taman Nasional Gunung Leuser di kawasan Tangkahan memiliki

6 spesies primata seperti orang utan Sumatera (Pongo pygmaeus abelii), siamang

(Hylobates syndactilus), owa (Hylobates lar), kedih (Presbytis sp.), monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis), dan beruk (Macaca nemestrina). Fauna lainnya

yang terdapat di kawasan adalah tupai kecil, burung rangkong (Buceros

rhinoceros), srigunting batu (Dicrurs paradiceus), elang (Haliastur sp.) dengan

mudah dapat dilihat di sekitar kawasan dan di dalam hutan. Sedangkan orang utan

dan kuau (Phasianidae) dapat dilihat pada waktu-waktu tertentu saja.

Di samping keanekaragaman flora dan fauna, bentang alam di Tangkahan

(baik yang termasuk di dalam maupun diluar TNGL) juga merupakan sumber

daya yang dapat dijadikan aset bagi pengembangan pariwisata. Hutan alami,

(36)

sungai, bukit, tebing, goa-goa dan lembah adalah bagian dari sumber daya alam

kawasan merupakan daya tarik wisata yang dapat diunggulkan.

Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat

Penduduk di sekitar kawasan terdiri dari beberapa suku dengan suku Karo

sebagai mayoritas yang mendiami perkampungan-perkampungan di sekitar hutan,

dan suku Jawa, Batak, Melayu adalah mereka yang tinggal sebagai pekerja

perkebunan kelapa sawit dan karet.

Ikatan kekeluargaan menjadi rantai yang tidak terputus dalam kehidupan

sosial di sekitar kawasan Tangkahan. Pesona budaya tampak pada acara-acara

sakral seperti perkawinan, ritual tolak bala dan rutinitas adat lainnya.

Kehidupan beragama sangat toleran, Islam, Katolik dan Kristen Protestan

menganjurkan manusia untuk saling tolong menolong, hal ini yang menjadi

kekuatan kultural kawasan Tangkahan, sehingga suasana tetap kondusif dan stabil.

Kesenian tradisional, makanan khas dan pengobatan tradisional masih terdapat di

kawasan yang dapat dijadikan sebagai daya tarik pengembangan ekowisata

kawasan.

Jumlah penduduk dari Desa Namo Sialang pada tahun 2002 adalah 5037

jiwa yang terdiri dari 2477 laki-laki dan 2560 perempuan dan tersebar pada 15

dusun. Mata pencaharian penduduk kebanyakan adalah pekerja perkebunan,

pegawai negeri, sebagian ada yang melakukan aktivitas pertanian, beternak dan

mengusahakan perikanan. Sumber energi desa, 95% berasal dari kayu dan 5%

minyak. Sedangkan penggunaan listrik berkisar hingga 80%. Sumber air desa

(37)

Penduduk Desa Sei Serdang berjumlah 3120 yang terdiri dari 1531

laki-laki dan 1589 perempuan. Mata pencaharian penduduk, hampir sama dengan mata

pencaharian Desa Namo Sialang yaitu pekerja perkebunan (baik kebun milik

pribadi maupun milik investor yang berupa jeruk manis, dan karet ataupun kelapa

sawit), pegawai negeri, bertani dan beternak. Sumber energi desa adalah 90%

berasal dari kayu api, 10% dari minyak dan 100% menggunakan sumber listrik.

Pendidikan masih merupakan kekurangan dari penduduk desa-desa

tersebut. Kekurangan pendidikan ini disebabkan oleh kurangnya pendapatan serta

infrastruktur pendidikan, sehingga masyarakat tidak dapat menemukan/

mendapatkan pendapatan diluar usaha pertanian yang diwariskan oleh orang tua

mereka. Di samping terbatasnya lahan dan tekanan demografi yang telah merusak

pendapatan, pendidikan masih dilihat sebagai pengeluaran yang membebankan

kebutuhan keluarga. Hal ini sangat berpengaruh kepada kebutuhan sumber daya

manusia untuk pengembangan ekowisata di kawasan.

Perkebunan kelapa sawit telah berkembang di kawasan ini sejak tahun

1970, banyak penduduk yang telah menjual tanahnya kepada perkebunan, baik

swasta maupun PIR dan menjadi buruh perkebunan. Kegiatan pertanian yang

mereka lakukan telah terjepit di antara perkebunan Kelapa Sawit dan Taman

Nasional Gunung Leuser. Penduduk makin kekurangan lahan untuk menampung

pertambahan populasi dan kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu perlu adanya

(38)

Sarana dan Prasarana

Kawasan Tangkahan berada di antara dua desa, yaitu desa Namo Sialang

dan desa Sei Serdang, kecamatan Batang Serangan. Jarak Tangkahan dari Medan

adalah + 124 km melalui Tanjung Pura, sementara jika melalui Hinai-Padang

Tualang adalah + 95 km.

Jalur jalan dari Medan – Stabat – Tanjung Pura dalam kondisi relatif baik.

Sedangkan jalur Hinai – Padang Tualang Sebahagian dalam Kondisi rusak dan

Sebahagian telah dilakukan perbaikan. Jalur dari Simpang Sidodadi – Simpang

Robert (34 km) sebagian jalannya dalam kondisi rusak. Terutama jalur di

perkebunan karet.

Bus umum “Pembangunan Semesta” melayani rute Medan (Terminal

Pinang Baris ) menuju Tangkahan pada jam-jam tertentu (pukul 06.00, 08.00,

10.00, 12.00 dan 14.00 wib). Rute ke Tangkahan dapat juga dilakukan sepanjang

hari dengan rute Medan-Kuala Sawit. Lokasi pemberhentian bus terakhir terletak

di Simpang Robert, dusun Titi Mangga, desa Namo Sialang, perjalanan ke

Tangkahan dilanjutkan dengan menggunakan ojek. Biaya bus umum Medan –

Tangkahan adalah Rp. 6.000 (enam ribu rupiah), sedangkan ojek dari Simpang

Robert – Tangkahan (8 km) adalah Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah). Jalur jalan

dari Simpang Robert – Tangkahan merupakan jalur jalan perkebunan kelapa sawit

milik PTPN II yang berupa jalan batu/ kerikil.

Akomodasi terbatas yang terdapat di kawasan hanya dapat ditempuh

pengunjung dengan cara menyeberangi sungai Batang Serangan. Penyeberangan

bisa dilakukan dengan menggunakan perahu, getek/ rakit yang terbuat dari bambu.

(39)

pergi. Disamping itu juga tersedia perahu karet ( Rubber boat ) yang dapat disewa

untuk bersafari sungai, menelusuri hulu sungai buluh dan sungai batang serangan.

Di kawasan Tangkahan, terdapat sebuah penginapan Ulih Sabar dengan

kapasitas 4 kamar seharga Rp. 110.000 per-malam. Ada juga Green Lodge dengan

kapasitas 6 kamar seharga Rp. 110.000 per- malam, Mega INN dengan kapasitas 8

kamar seharga Rp. 80.000 per-malam, Jungle Lodge dengan kapasitas 9 kamar

seharga Rp.110.000 per-malam dan Bamboo River dengan kapasitas 10 kamar

ditawarkan dengan harga Rp. 110.000 per-malam. fasilitas restaurant juga tersedia

di Bamboo River Lodge.

Sarana telekomunikasi terdekat terdapat di desa dengan memakai jasa

penyedia saluran telepon dari TELKOM dengan menggunakan sistem telepon

satelit yang telah dijadikan warung telepon. Jarak tempuh dari kawasan adalah 45

menit perjalanan. Sementara itu di Kawasan Ekowisata Tangkahan sendiri hanya

ada 1 provider yang mampu menjangkau sinyal dan itu pun tidak maksimal.

Sinyal terakhir dari telepon genggam (dari berbagai pengelola saluran) hanya

didapatkan di Tanjung Pura dan Hinai. Selepas kedua kawasan ini maka sinyal

telepon gengga m sulit diperoleh.

Atraksi dan Kegiatan Ekowisata.

Kawasan Tangkahan terletak di pertemuan dua sungai yaitu sungai Buluh

dan sungai Batang Serangan yang kemudian mengalir ke hilir dan bertemu dengan

sungai Musam. Sungai Batang Serangan mengalir membelah kota Tanjung Pura

(40)

Kawasan Tangkahan memiliki bentukan-bentukan alami yang dapat

menjadi potensi ekowisata. Beberapa potensi seperti sumber mata air panas di Sei

Buluh, Sei Sekucip dan Sei Glugur, air terjun Umang, air terjun gambir, gua,

tebing merupakan potensi unggulan bagi kawasan Tangkahan. Paduan potensi

sumber daya alam dan aliran sungai yang jernih diyakini mampu mengundang

decak kagum pengunjung.

Melihat potensi dari sumber daya alam yang terdapat di kawasan, dan

dibandingkan dengan lokasi yang sama di Kabupaten Langkat, maka Tangkahan

dapat menjadi sebuah Kawasan Ekowisata bila dikembangkan dengan baik. Hal

ini didukung oleh informasi yang didapatkan dari Buku Panduan Sumatera Utara

yang ditulis oleh Mahmud Bangkaru. Menurutnya Tangkahan adalah alternatif

lain bagi Bukit Lawang melalui perencanaan yang partisipasif dan ramah

lingkungan. Diharapkan bahwa Tangkahan dapat berkembang menjadi kawasan

ekowisata dan wisata alam yang baru.

Obyek wisata alam di kawasan Tangkahan yang telah diidentifikasi oleh

pemerintah daerah tingkat II Kabupaten Langkat adalah Pemandian Sei Buluh.

Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai kawasan masih sangat terbatas.

Sementara obyek wisata alam dan wisata minat khusus lainnya yang dapat

dikemas menjadi produk-produk ekowisata yang dapat dikembangkan dan telah

diindentifikasi oleh Lembaga Pariwisata Tangkahan yaitu :

1. Produk Wisata Pendidikan

Produk wisata ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian

pengunjung maupun masyarakat akan pentingnya manfaat hutan beserta

(41)

Nasional yang berupa hutan hujan dataran rendah, pada kawasan ini dengan areal

tertentu, dibuat jalur-jalur jalan setapak yang menyediakan Interpretasi

berdasarkan tematik tentang hutan (fungsi dan peranannya), fungsi Taman

Nasional, serta persepsi masyarakat tentang pemanfaatan hutan. Produk ini akan

memberikan Nilai Tambah bagi konservasi Taman Nasional dan kesadaran

masyarakat, pengunjung dan pengelola Taman Nasional. Jalur – jalur interpretasi

yang telah dibuat adalah :

a. Jalur interpretasi satu dengan jarak sekitar 2, 2 Km dapat ditempuh selama

2,5 jam, sepanjang perjalanan anda dapat melihat beragam tumbuhan

tropis yang menakjubkan, kedih, monyet ekor panjang dan monyet ekor

pendek serta mempelajari berbagai tanaman obat dengan pengobatan

tradisional Karo dan jika anda beruntung dapat menjumpai orang utan,

burung kuau, hornbil, beruang dan lain-lain

b. Jalur interpretasi dua dengan jarak sekitar 2,6 Km dapat ditempuh selama

kurang lebih 3 jam, jika kondisi memungkinkan anda dapat mandi dan

menangkap ikan pada tepian sungai di lubuk larangan yang dijaga dan

dilestarikan oleh masyarakat.

c. Jalur interpretasi tiga dengan jarak sekitar 6,8 km dapat ditempuh selama

kurang lebih 6 jam. Jalur ini disiapkan bagi anda yang memiliki stamina

yang baik dan berjiwa petualang. Melalui beberapa bukit dengan lereng

yang cukup terjal, selain menikmati hutan dapat juga menelusuri gua

kelelawar, perjalanan akan diakhiri dengan mengarungi sungai merasakan

hempasan jeram dengan tubing (menelusuri sungai dengan menaiki ban

(42)

2. Produk Wisata Petualangan

Produk wisata ini bertujuan untuk menambah pengalaman menjelajah

hutan hujan tropis dataran rendah dan peningkatan pengetahuan mengenai

jenis-jenis satwa yang terdapat di Taman Nasional. jalur jalan setapak akan

menyediakan sarana untuk berpetualang dan juga menara –menara pengamatan

satwa, di akhir perjalanan produk wisata ini dapat pula ditambahkan dengan

menyusur gua dan tubing. Produk ini hanya akan diperuntukan bagi mereka yang

memiliki standar kesehatan dan stamina yang baik. Produk wisata ini dapat juga

dilakukan dengan paket Elephant Riding Patroll dengan empat ekor Gajah Leuser

CRU (Conservations Respons Unit) kerjasama Flora & Fauna Internationals

dengan Balai KSDA, Balai TNGL dan Lembaga Pariwisata Tangkahan.

3. Produk Wisata Agro

Produk wisata Agro yang dapat dikembangkan di antaranya adalah

mengunjungi perkebunan tanaman keras dan buah milik masyarakat. Melalui

kegiatan ini dan pengetahuan pengunjung akan kegiatan perkebunan penduduk

dapat ditingkatkan. Jalur-jalur interpretasi wisata agro yang disiapkan melalui

wawasan berbagai jenis perkebunan masyararakat sekaligus mendapatkan

pengalaman langsung dilapangan untuk memetik hasilnya, seperti menyadap

karet, memetik jeruk, durian dan lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan

berjalan kaki, berkuda dan bersepeda. Dan dapat juga dilakukan interpretasi di

Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet milik BUMN maupun Swasta yang terdapat

di Kawasan Ekowisata dengan menerangkan proses hulu sampai hilir

produksinya. Hal ini dapat menjadi manfaat ganda bagi masyarakat maupun

(43)

4. Produk Wisata Tirta

Di kawasan Tangkahan terdapat sungai-sungai yang memberikan peluang

untuk dikembangkanya wisata tirta seperti wisata pemandian yang telah

berkembang saat ini. Tujuan dari wisata tirta ini lebih banyak untuk mendapatkan

unsur rekreasi, sehingga biasanya bersifat masal (pada kawasan-kawasan tertentu

yang telah ditunjuk) beberapa kegiatan dari wisata tirta yang dapat dilakukan di

Tangkahan adalah berenang, menelusuri sungai dengan tubing (ban karet) dan

paket safari sungai dengan Rubber boat dengan Standard safety pelampung,

helmet dan team Rescue serta tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan

rafting, kayaking/canoing.

5. Berkemah

Dalam hal berkemah di Tangkahan akan dikembangkan dua jenis

perkemahanan. Pertama adalah perkemahan masal yang akan dikembangkan pada

lokasi yang jauh dari Taman Nasional dan secara zonasi pun merupakan zonasi

untuk kegiatan rekreasi, akan tetapi nilai-nilai kebersihan, pelestarian kawasan

dan juga kemungkinan sistem reservasi akan mulai diberikan secara bertahap.

Sementara jenis yang kedua adalah Perkemahan terbatas yang terdapat di dalam

Taman Nasional, di dalam perkemahan ini pengunjung akan benar-benar belajar

berkemah yang ramah lingkungan yang tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap Flora Fauna di Taman Nasional dengan sistem reservasi yang terbatas.

6. Produk wisata Budaya

Merupakan salah satu produk wisata yang juga dapat ditawarkan di

(44)

serta meningkatkan apresiasi terhadap adat istiadat Karo, kesenian Karo dan

pengobatan tradisional serta kearifan masyarakat lokal

Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah pengunjung atau

wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berada di kawasan ekowisata

Tangkahan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang dengan

perincian 93 orang wisatawan lokal dan 7 orang wisatawan mancanegara.

Karakteristik responden yang akan dibahas berikut ini meliputi : jenis kelamin,

umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, daerah asal kedatangan, kendaraan

yang digunakan, cara melakukan kunjungan serta penilaian responden terhadap

kawasan dan fasilitas wisata.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dapat dilihat (tabel 1) bahwa

jumlah pengunjung laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan persentase total

(wisatawan lokal dan mancanegara) sebesar 59% dan 41%. Hal ini menunjukkan

bahwa kecenderungan laki- laki untuk melakukan kegiatan wisata ke Tangkahan

lebih besar dibandingkan perempuan, kondisi ini sesuai dengan pendapat Ross

(1998) yang mengatakan bahwa wisatawan laki-laki lebih banyak memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan mewujudkan jati diri yaitu kebutuhan akan kepuasan diri

dan usaha perwujudan kemampuan dengan cara keinginan untuk berpetualang

(45)

Tabel 1. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Lokal Mancanegara Total

Jumlah

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Usia

Pengunjung yang menjadi responden dalam penelitian ini dibatasi mulai

dari usia 17 tahun keatas sampai dengan 50 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh

bahwa pengunjung yang datang ke kawasan ekowisata tangkahan ini tersebar pada

berbagai tingkatan usia pengunjung pada usia 25-31 tahun lebih banyak daripada

tingkatan usia lainnnya yaitu sebesar 46%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini. Pengunjung yang datang sebagian besar tergolong usia muda

dan produktif. Pada usia muda umumnya orang masih memiliki semangat dan

motivasi yang besar untuk melakukan kegiatan wisata serta kondisi fisik yang

prima untuk melakukan suatu perjalanan wisata. Umur juga berkaitan dengn

kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kegiatan wisata serta menjadi faktor

yang menentukan pola pikir seseorang untuk mengalokasikan sebagian dari

pendapatannya untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Pitana (2005) dalam Utama (2006) bahwa keinginan untuk

merealisasikan mimpi-mimpi yang lama dicita-citakan sampai mengorbankan diri

dalam bentuk penghematan agar bisa melakukan perjalanan wisata merupakan

(46)

Tabel 2. Rekapitulasi data responden berdasarkan usia

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Latar belakang pendidikan mempengaruhi seseorang untuk melakukan

kegiatan wisata. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan

diperoleh bahwa responden dengan latar belakang pendidikan yang tinggi juga

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan kegiatan wisata. Hasil

penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berkunjung ke

kawasan ekowisata tangkahan dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih

dominan yaitu sebesar 53%. Pengunjung dengan latar belakang pendidikan

akademi/perguruan tinggi memiliki pola berfikir yang luas dan memiliki motivasi

pendidikan sehingga mereka berharap dapat memberikan manfaat dan menambah

wawasan, pengalaman dan pengetahuan mereka tentang alam. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Utama (2006) yang menyatakan bahwa Educational opportunity

(47)

Tabel 3. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat

Pendidikan

Lokal Mancanegara Total

Jumlah

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat

pendapatan per bulannya lebih dari Rp. 2.000.000 mendominasi jumlah

pengunjung dikawasan ekowisata tangkahan yaitu sebesar 30%. Seperti yang

dikemukakan oleh Yoeti (2008) bahwa bila pendapatan rumah tangga meningkat

maka persentase untuk perjalanan wisata juga meningkat. Hal yang menarik disini

dapat dilihat pada tabel 4 bahwa responden dengan penghasilan kurang dari Rp.

500.000 lebih tinggi persentasenya dibandingkan dengan yang tingkat pendapatan

Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000, ini dikarenakan sebagian besar responden berasal

dari daerah yang tidak jauh dari kawasan wisata ini, namun ada juga responden

dengan tingkat pendapatan yang kurang dari Rp. 500.000 berasal dari daerah yang

cukup jauh dari kawasan wisata ini, misalnya saja Faisal dengan asal kedatangan

dari kota Medan yang menempuh jarak 3-4 jam untuk sampai ke kawasan wisata

ini. Ia mengatakan bahwa kedatangannya ke kawasan ini sudah beberapa kali dan

ia mengaku sangat menikmati keindahan alam disini, oleh karena itu ia sengaja

menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kembali berkunjung di kawasan

(48)

Tabel 4. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendapatan

No Tingkat

Pendapatan

Lokal Mancanegara Total

Jumlah

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Kedatangan

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner seperti tampak pada Tabel 5,

responden yang berkunjung ke kawasan ekowisata tangkahan didominasi dari

daerah Kotamadya Medan yaitu sebesar 50%. Secara logika dengan kondisi

aksesibilitas yang kurang baik menuju kawasan wisata ini kemungkinan

pengunjung yang datang hanya berasal dari daerah yang letaknya tidak jauh dari

kawasan wisata ini. Hal ini berarti ada faktor yang menjadi bahan pertimbangan

bagi pengunjung untuk memilih kawasan ekowisata tangkahan sebagai tujuan

wisatanya. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan sebagian besar responden

tertarik dengan potensi yang ada dikawasan ekowisata ini yang tidak dimiliki oleh

kawasan wisata sejenisnya.

Kota Medan merupakan kota terbesar ke 3 di Indonesia. Sebagai salah satu

kota terbesar di Indonesia tentunya berbagai jenis aktifitas manusia berkumpul di

kota tersebut, dengan gaya hidup yang serba instant membuat masyarakat dikota

besar cenderung mencari tempat berlibur yang masih alami sebagai tujuan

(49)

daerah alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi, dimana tujuan

utamanya yakni mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan alam dan

kekayaan hayati yang dikandungnya, seperti hewan dan tumbuhan serta budaya

lokal yang ada di sekitar kawasan.

Tabel 5. Rekapitulasi data responden berdasarkan daerah asal kedatangan

No Daerah asal

kedatangan (Kab/kota/Negara)

Lokal Mancanegara Total

Jumlah

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan yang Digunakan

Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke Kawasan

Ekowisata Tangkahan menggunakan kendaraan pribadi dengan persentase sebesar

70% dari jumlah total responden. Jenis kendaraan pribadi yang digunakan pada

umumnya berupa mobil walaupun sebagian ada yang menggunakan sepeda motor.

Untuk persentase jenis kendaraan lain yang digunakan responden dapat dilihat

(50)

Tabel 6. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan

No Daerah asal

kedatangan

Lokal Mancanegara Total

Jumlah

4 Kendaraan Milik Instansi

- - - -

Total 100 100

Sumber : Data kuesioner diolah

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan

Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti tampak pada tabel 6 bahwa

responden yang melakukan kunjungan ke kawasan wisata ini adalah berkelompok

dengan jumlah anggota paling banyak 15 orang dan paling sedikit 2. sedangkan

responden yang berkunjung bersama rombongan keluarga yaitu sebesar 33% dan

responden yang datang sendiri ke kawasan ini yaitu hanya 1%.

Tabel 7. Rekapitulasi data responden berdasarkan cara melakukan kunjungan No Cara melakukan

kunjungan

Lokal Mancanegara Total

Jumlah

Sumber : Data kuesioner diolah

Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel yang diuji pada analisis regresi linier berganda ini yaitu atraksi

sebagai independen variabel yang pertama (x1), fasilitas sebagai independen

variabel kedua (x2) dan aksesibilitas sebagai independen variabel ketiga (x3),

(51)

analisis yang telah dilakukan seperti tampak pada lampiran 7 maka diperoleh

persamaan regresinya yaitu sebagai berikut :

Y = a0+b1X1+b2X2+b3X3

Y = 7.053 + 0.093x1 + 0.035x2+0.333 x 3

Pada persamaan diatas tampak nilai konstanta sebesar 7.053, secara

matematis nilai konstanta ini menyatakan bahwa pada saat atraksi wisata, fasilitas

dan aksesibilitas bernilai nol (0), maka kepuasan pengunjung memiliki nilai

7.053. Nilai b1 = 0.093 untuk variabel x1 (atraksi wisata) yang bertanda positif

berarti memiliki hubungan yang searah artinya bahwa setiap atraksi naik sebesar

100% maka akan meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 9.3%. Nilai b2 =

0.035 untuk variabel x2 (fasilitas wisata) yang bertanda positif berarti memiliki

hubungan yang searah yang artinya bahwa setiap Fasilitas naik sebesar 100%

maka akan meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 3.5% dan nilai b = 0.333 3

untuk variabel x3 (aksesibilitas) yang bertanda positif berarti memiliki hubungan

yang searah yang artinya bahwa setiap aksesibilitas naik sebesar 100% maka akan

meningkatkan kepuasan pengunjung sebesar 33.3%. Untuk lebih jelasnya hasil

perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 7), diperoleh angka korelasi

antara atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas terhadap kepuasan

pengunjung sebesar 0.483 yang artinya, hubungan ketiga variabel tersebut cukup

kuat. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara atraksi wisata,

fasilitas wisata dan aksesibilitas searah. Artinya , jika atraksi wisata, fasilitas

wisata dan aksesibilitas semakin baik maka kepuasan pengunjung akan

(52)

Untuk mengetahui tingkat signifikan dari variabel bebas terhadap variabel

terikat secara parsial atau sendiri – sendiri maka dilakukan uji t. Hubungan antara

variabel atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas dengan kepuasan

pengunjung signifikan atau tidak, dapat dilihat dari angka probabilitas (nilai

signifikansi). Jika nilai signifikansi masing – masing variabel (> 0.05 atau 5%)

maka variabel tersebut tidak signifikan (nyata) pengaruhnya. Demikian

sebaliknya, jika nilai signifikansi masing – masing variabel (< 0.05 atau 5%)

maka variabel tersebut dinyatakan signifikan pengaruhnya.

Dari hasil analisis uji t dengan SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 7

menunjukkan bahwa untuk variabel atraksi wisata dan fasilitas nilai

signifikansinya yaitu 0.261 dan 0.641 (> 0.05) artinya bahwa variabel atraksi dan

fasilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengunjung di kawasan

ekowisata tangkahan. Sedangkan untuk variabel aksesibilitas, diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0.000 (< 0.05) yang artinya variabel aksesibiltas berpengaruh

nyata terhadap kepuasan pengunjung di kawasan tersebut.

Untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

secara simultan atau bersama – sama dilakukan uji F. Adapun hasil dari uji F

dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran 7.

Dari uji ANOVA atau uji F, diperoleh Fhitung sebesar 9.718 dengan tingkat

signifikansi 0.000. Selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel, dengan didasarkan

pada dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) maka diperoleh Fhitung > Ftabel

(9.918 > 3.94) atau sig F < 5% ( 0.000 < 0.05). Maka koefisien korelasi ganda

yang diuji tersebut adalah signifikan. Artinya bahwa secara simultan atau bersama

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi data responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Lokal Mancanegara
Tabel 2. Rekapitulasi data responden berdasarkan usia No Usia (Tahun) Lokal Mancanegara
Tabel 3. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendidikan No Tingkat Lokal Mancanegara
Tabel 4. Rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendapatan No Tingkat Lokal Mancanegara
+6

Referensi

Dokumen terkait

Judul, nama penulis tanpa gelar, instansi asal, alamat email, abstrak, kata kunci, isi meliputi: Pendahuluan: latar belakang, permasalahan, dan landasan teori (dengan

Informan 3 :”Lingkung an desa kami mayoritas remajanya tamatan SMA dan menurut mereka dengan lulusnya sekolah SMA sudah bisa mengurangi beban orang tua

Aplikasi ini dilengkapi dengan fasilitas login admin, form-form pemilihan hardware secara bertahap sehingga memudahkan dalam pemilihan, petunjuk pengisian pada masing-masing

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana memvalidasi form masukan, kemudian jika form diisi akan langsung di submit ke program lainnya, kemudian

Ilmu hadis adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang menghantarkan kepada pengetahuan tentang rāw ῑ (periwayat) dan marw ῑ (yang diriwayatkan), atau dapat

Menurut kamu apa perbedaan skype dengan media lain yang serupa?.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan dan pengaruh loan to deposit ratio ( LDR ) dan loan to asset ratio ( LAR ) terhadap return

Saat ini MERCOSUL tengah menjajagi kerjasama melalui perundingan dengan Uni Eropa dalam kaitan dengan zona perdagangan bebas maupun antara lain dengan CER (Perjanjian