• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : di PT. Oleochem and Soap Industri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : di PT. Oleochem and Soap Industri)"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) DAN AHP (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS) UNTUK MENINGKATKAN

KUALITAS PRODUK SABUN MANDI PADAT ANTISEPTIK (STUDI KASUS : DI PT. OLEOCHEM AND SOAP INDUSTRI)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh

FANDY ACHMAD SIAMBATON NIM: 100423004

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

INTEGRASI METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) DAN AHP (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS) UNTUK MENINGKATKAN

KUALITAS PRODUK SABUN MANDI PADAT ANTISEPTIK (STUDI KASUS : DI PT. OLEOCHEM AND SOAP INDUSTRI)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh

FANDY ACHMAD SIAMBATON NIM: 100423027

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir.Rosnani Ginting, MT) (Rahmi M Sari, ST, MM (T))

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana ini berjudul “Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : Di PT. Oleochem and Soap Industri)”. Tugas Sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini.Akhir kata, penulis berharap agar tugas sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Agustus 2013

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan yang besar dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Mangara M Tambunan, M.SC., selaku Koordinator Tugas Sarjana di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., yang merangkap sebagai Dosen Pembimbing I Penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan akademis kepada Penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini.

(5)

5. Bapak Ir. Erfan Wasti, selaku kepala Manager Quality Control PT. Oleochem and Soap Industri yang memberi bantuan berupa informasi dan data selama melakukan penelitian di perusahaan.

6. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis baik doa, moral maupun materi dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

7. Semua teman angkatan 2010 Ekstensi di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

RINGKASAN ... xviii

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II LANDASAN TEORI ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.3. Visi, Misi, dan Motto PT. Oleochem and Soap Industri ... II-8 2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-9 2.4.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-9 2.4.2. Jam Kerja ... II-11 2.4.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya ... II-12 2.5. Proses Produksi ... II-13 2.5.1. Fasilitas Peralatan Produksi ... II-13 2.5.2. Bahan Baku ... II-14 2.6. Uraian Proses Produksi ... II-15 2.7. Tahapan Pembuatan Sabun ... II-16 2.8. Jenis-jenis Produk ... II-19

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.1.2. Dimesni Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik ... III-3 3.2. Metode Penentuan Jumlah Sampel ... III-6 3.3. Pembuatan Kuisioner ... III-7 3.5. Skala Penilaian ... III-9 3.6. QFD (Quality Function Depoyment) ... III-11

3.6.1. Struktur QFD ... III-11 3.6.2. Tahapan Quality Function Deployment (QFD) ... III-14

3.6.3. Manfaat Quality Function Deployment (QFD) ... III-15

3.7. Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) ... III-16 3.8. Dasar-dasar AHP ... III-17 3.8.1. Decomposition ... III-18 3.8.2. Comparatif Judgement ... III-19

3.8.3. Synthesis of Priority ... III-21

3.8.4. Logical Consistency ... III-21 3.9. Konsistensi Hierarki ... III-22

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.12.3. Pengolahan Data menggunakan AHP ... IV-18 4.13. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-22 4.14. Kesimpulan dan Saran ... IV-23

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2.1.Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-23 5.2.2.2.Menyusun Matriks Perencanaan ... V-23 5.2.2.3.Menetapkan Karakteristik Teknik terhadap Kebutuhan

Konsumen ... V-31 5.2.2.4.Menetapkan Tingkat Hubungan antara Kebutuhan

Konsumen dengan Karakteristik Teknis ... V-32 5.2.2.5.Menentukan Prioritas Desain Karakteristik Teknis ... V-33 5.2.2.6.Menetapkan Hubungan antara Karakteristik Produk ... V-34 5.2.3.Kuisioner AHP untuk Menentukan Korelasi Variabel dan

Karakteristik Teknis yang Dibutuhkan ... V-37 5.2.3.1.Perhitungan AHP dan Korelasi Matriks ... V-37 5.2.3.2. Menentukan Prioritas Desain Karakteristik Produk ... V-45 5.2.3.3.Membangun Matriks House of Quality (HOQ)

Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik ... V-46

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.2. Analisis Matriks House of Quality (HOQ) ... VI-2

6.2.1.Analisis Matriks Variabel Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik terhadap Tingkat Kepentingan ... VI-2 6.2.2.Analisis Matriks Variabel Produk Sabun Mandi Padat

Antiseptik terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen ... VI-4 6.2.3.Analisis Matriks Variabel Produk Sabun Mandi Padat

Antiseptik terhadap Rasio Perbaikan ... VI-5 6.2.4.Analisis Matriks Variabel Produk terhadap Sales Point ... VI-6 6.2.5.Analisis Matriks Variabel Produk terhadap Peringkat ... VI-8 6.2.6.Analisis Tingkat Kepentingan Relatif (TKR) Karakteristik .. Teknik

... VI-10 6.3. Analisis Analytic Hierarchy Process (AHP)... VI-11

6.4. Analisis Hasil Integrasi QFD dan AHP ... VI-14

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Penjualan Produk Sabun Antiseptik Meditwist 85 gr 2012 ... I-1 1.2. Data Penjualan Produk Sabun Antiseptik Meditwist 85 gr 2013 ... I-3

1.3. Data Klaim Konsumen Produk PT. Oleochem and Soap Industri . I-4 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Oleochem and

Soap Industri ... II-9 3.1. Dasar Perbandingan Kriteria ... III-20 4.1. Defenisi Operasional Penelitian ... IV-3 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka ... V-2 5.2. Variabel Kuesioner Terbuka ... V-4 5.3. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ... V-6 5.4. Proporsi, Proporsi Kumulatif dan NiIai Z, Proporsi masing-masing

(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.11 Nilai Densitas untuk masing-masing Nilai Z ... V-14 5.12. Nilai Scale Value untuk Masing-masing Skala ... V-15

5.13 Uji Validitas Atribut 1 Tingkat Kepuasan Z ... V-15 5.14. Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepuasan Konsumen ... V-18 5.15 Perhitungan Varians Derajat Kepentingan Tiap Butir ... V-19 5.16. Perhitungan Varians Derajat (Kepuasan) Konsumen Tiap Butir .. V-21 5.17. Hasil Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-23 5.18 Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-24 5.19 Tingkat Kepuasan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-25 5.20. Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Variabel Kebutuhan ... V-27 5.21. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-28 5.22. Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepuasan Konsumen ... V-29 5.23 Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel ... V-30 5.24. Karakteristik Teknis yang Dibutuhan untuk Memenuhi Kebutuhan

Konsumen ... V-31 5.25. Perhitungan TKA Jenis Kemasan Kertas Jenis Kemasan harus Terdaftar

(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.31 Hasil Perhitungan Nilai Variabel Et ... V-41 5.32 Hasil Perhitunagn Concistency Rasio ... V-42

5.33 Perhitungan Tingkat Kepentingan untuk Karakteristik Jenis Kemasan harus Terdaftar pada SNI ... V-45 5.34 Rekapitulasi Tingkat Kepentingan Karakteristik Produk ... V-46 6.1 Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepuasan Konsumen ... VI-1 6.2 Variabel Produk dalam Kategori Kebutuhan Konsumen ... VI-3 6.3 Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Variabel Produk Sabun Mandi

Padat Antiseptik PT. Oleochem and Soap Industri ... VI-4 6.4 Variabel Produk dengan Nilai Sales Point Tertinggi ... VI-7

6.5 Nilai Bobot Relatif untuk Setiap Variabel ... VI-8 6.6 Usulan Tindakan Perbaikan Produk ... VI-9 6.7 Matriks Korelasi antara Karakteristik Produk dengan Kebutuhan

Konsumen ... VI-12 6.8 Alternatif Jawaban Terhadap Kebutuhan Berdasarkan Hasil Korelasi

(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Produk Sabun Mandi Padat Meditwist 85 Gram ... I-1 2.1. Struktur Organisasi PT. Oleochem and Soap Industri, KIM II, .... II-3 3.1. House of Quality ... III-12

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Blok Diagram Rancangan Penelitian ... IV-13 4.3. Blok Diagram Tahap Pengolahan Data ... IV-15 4.4. Blok Diagram Pembuatan Matriks House of Quality (HOQ) dengan

Menggunakan Metode QFD ... IV-18 4.5. Blok DiagramPengolahan QFD dan AHP ... IV-21 4.6. Hierarki Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik ... IV-22 5.1. Korelasi antar Karakteristik Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik V-35 5.2. HOQ (House of Quality) dengan Menggunakan Metode QFD ... V-36

5.3. Matriks Korelasi Antara Karakteristik Teknis dengan Keinginan

Pelanggan ... V-44 5.4. HOQ Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik dengan Metode QFD dan

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuisioner Terbuka ... L-1 2. Hasil Rekapitulasi Kuisioner Terbuka ... L-2 3. Kuisioner Tertutup ... L-3 4. Hasil Tabulasi Kuisioner Tertutup ... L-4 5. Kuisioner AHP (Analytic Hierarchy Process) ... L-5 6. Hasil Tabulasi Kuesioner AHP ... L-6 7. Tabel Nilai Kritis untuk Korelasi r Product Moment ... L-7

(20)

ABSTRAK

Kemajuan teknologi dan tingkat persaingan industri yang semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan yang beragam maka semakin banyak produk konsumsi yang ditawarkan pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut, menimbulkan persaingan antar berbagai perusahaan untuk mendapatkan konsumen dan pangsa pasar yang luas. Persaingan produk menyebabkan setiap perusahaan harus selalu berusaha meningkatkan kualitas agar kepuasan pelanggan dapat terwujud. Banyak klaim dari konsumen sehingga memberikan perusahaan evaluasi terhadap kinerja proses produksi sabun yang berkualitas.Industri sabun harus memberikan produk yang aman dan berkualtas sehingga tidak merugikan konsumen/pengguna produk. Perusahaan harus mengevaluasi perbaikan kualitas produknya untuk terus mempertahankan konsumennya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui variabel-variabel yang dibutuhkan konsumen, mengetahui tingkat kepuasan konsumen variabel kebutuhan, mengetahui perbandingan Tingkat Kepentingan Relatif (TKR) produk sabun antara QFD (Quality Function

Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process, dan mengetahui tingkat

konsistensi antara karakteristik teknis produk dengan kebutuhan konsumen). Metode yang digunakan adalah metode Quality Function Deployment (QFD) untuk

menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen menjadi karakteristik teknis yang harus dihasilkan oleh pihak perusahaan dan AHP (Analytic Hierarchy Process)

untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan konsumen dengan karakteristiik produk dan menghitung Consistency Ratio. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat

keonsumen menginginkan 12 variabel kebutuhan terhadap produk sabun mandi padat antiseptik, tingkat kepuasan variabel kebutuhan konsumen yang paling besar adalah jenis kemasan kertas sebesar 3.8997, Rancangan QFD menunjukkan produk sabun mandi padat antiseptik dengan “karakteristik memiliki daya tahan jangka panjang” sebesar 17.965, sedangkan Tingkat Kepentingan Relatif dengan metode QFD-AHP adalah 8.4036, dan tingkat konsistensi yang paling besar adalah “Berat yang standar sesuai dengan permintaan pasar” sebesar 0.1465

(21)

ABSTRAK

Kemajuan teknologi dan tingkat persaingan industri yang semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan yang beragam maka semakin banyak produk konsumsi yang ditawarkan pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut, menimbulkan persaingan antar berbagai perusahaan untuk mendapatkan konsumen dan pangsa pasar yang luas. Persaingan produk menyebabkan setiap perusahaan harus selalu berusaha meningkatkan kualitas agar kepuasan pelanggan dapat terwujud. Banyak klaim dari konsumen sehingga memberikan perusahaan evaluasi terhadap kinerja proses produksi sabun yang berkualitas.Industri sabun harus memberikan produk yang aman dan berkualtas sehingga tidak merugikan konsumen/pengguna produk. Perusahaan harus mengevaluasi perbaikan kualitas produknya untuk terus mempertahankan konsumennya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui variabel-variabel yang dibutuhkan konsumen, mengetahui tingkat kepuasan konsumen variabel kebutuhan, mengetahui perbandingan Tingkat Kepentingan Relatif (TKR) produk sabun antara QFD (Quality Function

Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process, dan mengetahui tingkat

konsistensi antara karakteristik teknis produk dengan kebutuhan konsumen). Metode yang digunakan adalah metode Quality Function Deployment (QFD) untuk

menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen menjadi karakteristik teknis yang harus dihasilkan oleh pihak perusahaan dan AHP (Analytic Hierarchy Process)

untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan konsumen dengan karakteristiik produk dan menghitung Consistency Ratio. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat

keonsumen menginginkan 12 variabel kebutuhan terhadap produk sabun mandi padat antiseptik, tingkat kepuasan variabel kebutuhan konsumen yang paling besar adalah jenis kemasan kertas sebesar 3.8997, Rancangan QFD menunjukkan produk sabun mandi padat antiseptik dengan “karakteristik memiliki daya tahan jangka panjang” sebesar 17.965, sedangkan Tingkat Kepentingan Relatif dengan metode QFD-AHP adalah 8.4036, dan tingkat konsistensi yang paling besar adalah “Berat yang standar sesuai dengan permintaan pasar” sebesar 0.1465

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi dan tingkat persaingan hidup yang semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan yang beragam maka semakin banyak produk konsumsi yang ditawarkan pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut, menimbulkan persaingan antar berbagai perusahaan untuk mendapatkan konsumen dan pangsa pasar yang luas. Persaingan produk menyebabkan setiap perusahaan harus selalu berusaha meningkatkan kualitas agar kepuasan pelanggan dapat terwujud. Kualitas produk yang ingin dipenuhi harus dilihat dari sudut pandang konsumen. Cara ini ditempuh dengan berusaha untuk mengetahui dan memahami ekspektasi maupun persepsi pelanggan terhadap kualitas produk yang diinginkan. Pengendalian kualitas PT. Oleochem and Soap Industri dirasakan belum optimal. Pengendalian kualitas berdasarkan pandangan dari perusahaan saja, dengan adanya umpan balik dari pelanggan, pihak perusahaan dapat memperbaiki kualitas produknya, dan berdasarkan pengetahuan tentang karakteristik pelanggan, maka dapat dikembangkan kualitas produk yang lebih baik yang dapat meningkatkan kepuasan.

(23)

dilakukan dinilai sudah cukup baik, namun dengan latar belakang seperti yang dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan suatu aktifitas pencarian informasi tentang kepuasan pelanggan, sehingga mampu mencapai tujuan akhir bagi kedua belah pihak. Penelitian yang dilakukan PT.Oleochem and Soap Industri ini bertujuan untuk mengetahui keinginan konsumen dan mengevaluasi nilai produk yang telah diberikan oleh perusahaan sabun mandi padat di PT. Oleochem and Soap Industri.

Penerapan prosedur-prosedur yang telah diterapkan pada penelitian ini secara keseluruhan dengan baik, maka diharapkan kualitas produk yang djjual phak PT. Oleochem and Soap Industri, khususnya jenis produk sabun mandi antiseptik dapat memenuhi harapan pelanggan. Penerapan prosedur yang konsistensi pada kualitas produk yang dijual sehingga dapat menimbulkan loyalitas dari pelanggan.

PT. Oleochem and Soap Industri memasarkan produk di Indonesia, tepatnya di Kota Medan, khususnya di Kecamatan Medan Deli Mabar, sabun mandi padat antiseptik dengan merek Meditwist 85 gr merupakan produk unggulan ekspor yang

dimiliki oleh PT. Oleochem and Soap Industri, pada tahun 2012, produk sabun mandi padat antiseptik ini sempat dipasarkan di provinsi Nangroe Aceh Darussalam, namun ketatnya persaingan pasar, dan seiring waktu, produk Meditwist 85 gr ini berkurang

(24)

Tabel. 1.1. Data Penjualan Produk Sabun Antiseptik Meditwist 85 gr 2012 Date in

2012

Total Disposal(Pcs) Januari 18000 Februari 15000

Maret 18000

April 14000

Mei 10000

juni 7500

Juli 7400

Agustus 6500

September 6500

Oktober 6400

November -

Desember -

(Sumber : Data Penjualan PT. Oleochem and Soap Industri)

Tabel di atas adalah permasalahan yang akan dicari solusi pemecahannya dengan melakukan penelitian untuk merancang produk sabun mandi padat antiseptik

Meditwist 85 gr yang sesuai dengan keinginan pasar untuk terus bertahan dan menjadi

(25)

Tabel. 1.2. Data Penjualan Produk Sabun Antiseptik Meditwist 85 gr 2013 Date in 2013 Total Disposal

(Pcs) Januari 28000 Februari 28000

Maret 25000

(Sumber : Data Penjualan PT. Oleochem and Soap Industri)

Gambar 1.1. Produk Sabun Mandi Padat Meditwist 85 Gram

PT. Oleochem and Soap Industri mengalami klaim dari konsumen terhadap produk yang ditawarkan seperti, klaim pelanggan terhadap produk sabun mandi antiseptik ini, yaitu produk Meditwist 85 gr. Riset pasar yang dilakukan perusahaan

pada tahun 2012 di pusat distribusi produk di Medan Mabar menunjukkan telah terjadi peningkatan klaim konsumen terhadap produk Mediwist 85 gr ini.

Klaim yang diperoleh adalah batch number yang kabur, packaging

(26)

Tabel 1.3. Data Klaim Konsumen Produk PT. Oleochem and Soap Industri Tahun Jumlah Klaim Pelanggan

Selama 2012 152 aduan

2013 56 aduan

Sumber : Distribusi PT. Oleochem and Soap Industri

Peningkatan produksi di Industri Sabun mandi padat ini banyak faktor yang ditimbulkan penggunaan Minyak PO (Palm Oil), PS (Palm Stearin), PKO (Palm

Kernel Oil), bahan-bahan pendukung seperti warna, perfume, dan antiseptik

merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam mengendalikan bakteri di kulit tubuh manusia. Kenyataan ini yang menjadi pendukung keadaan bahwa industri sabun adalah industri yang signifikan diperhatikan di Indonesia, hal ini terbukti dengan terjadinya peningkatan jumlah permintaan sabun mandi padat yang sangat besar. Dapat dilihat dari Jumlah Produksi bahan baku pembuatan Sabun mandi padat.

Metode baru rekayasa kualitas dalam industri jasa dalam beberapa dekade terakhir telah tumbuh dramatis. Industri ini dari industri barang memiliki fitur khusus. terutama mengingat bahwa pendidikan tinggi di negara berkembang adalah masalah kualitas yang serius, memperbaiki situasi ini adalah penting bahwa kualitas produk yang digunakan. Quality Function Deployment (QFD) adalah salah satu rekayasa

(27)

Penggunaan Quality Function Deployment (QFD) untuk mengidentifikasi permasalahan mahasiswa dari bidang pendidikan di Industri Organisasi Manajemen Tabriz. Akhirnya, permasalahan diklasifikasikan menjadi lima dimensi sebagai profesor fitur, isi pelajaran, cara mengajar, struktur kelas dan fasilitas pendidikan. Fitur ini untuk memenuhi tuntutan yang diidentifikasi oleh para profesional termasuk empat dimensi umumnya, guru, konten, industri dan teknis. Layanan ini memiliki diprioritaskan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) dan perangkat lunak

terkait (expert choice). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga prioritas utama

untuk mencapai pendidikan berkualitas tinggi adalah: profesor karakter intim, diskusi kelas mendorong dan studi kasus1

Data dikombinasikan dengan Voice of Engineering (VOE) bagan di mana

atribut teknis dan fitur sesuai dengan item dalam Voice of Customer (VOC) yang .

Quality Function deployment (QFD) adalah metode yang berguna untuk

mengoptimalkan produk yang dapat diterapkan selama proses desain serta dalam Proses pascaproduksi untuk pengembangan lebih lanjut dan revisi. makalah ini bertujuan menguji penerapan QFD dan Analytic Hierarchy Process

(AHP) untuk memasukkan harapan pelanggan dan kualitas desain ke dalam produk melalui studi kasus pada sebuah baskom keramik. Kebutuhan pelanggan dan kepuasan studi yang disurvei berdasarkan desain produk saat ini.

1 Houshang Taghizadeh, Pegah Mohamadi. 2013. Journal Identifying

educational services quality using quality function deployment model (QFD) and,

(28)

terdaftar. Analytic Hierarchy Process (AHP), kebutuhan pelanggan serta atribut teknis dikuantifikasi dan diprioritaskan. Karakteristik kualitas tersebut kemudian diperoleh perhitungan bobot pelanggan sesuai dengan tingkat kepentingan, kemudian berubah menjadi terukur atribut teknis di House of Quality (HOQ). Hubungan antar kebutuhan pelanggan, atribut teknis dan perencanaan blok ditempatkan di matriks untuk mendapatkan evaluasi yang tepat. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan QFD pada periode sebelumnya dan tahap desain membantu untuk mengaplikasikan sifat efisien menerapkan desain remediasi2.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian adalah pesatnya pertumbuhan industri produk sabun mandi padat di Indonesia yang mengakibatkan ketatnya tingkat persaingan diantara para pelaku industri. PT. Oleochem and Soap Industri tidak mampu menggungguli kompetitornya untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk sabun mandi padat.

2 Önder Erkarslan, Hande Yilmaz. 2011.

Journal Optimization Of Product

Design Through Quality Function Deployment and Analytical Hierarchy

Process: Case Study Of A Ceramic Washbasin). Faculty of Architecture,

(29)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah Peningkatan kualitas produk sabun mandi padat antiseptik dengan menggunakan metode QFD (Quality Function Depoyment)

dan AHP (Analytic Hierarchy Process) di PT. Oleochem and Soap Industri. Tujuan khusus penelitian:

1. Mengetahui variabel-variabel yang dibutuhkan konsumen terhadap produk sabun mandi padat antiseptik PT. Oleochem and Soap Industri

2. Mengetahui tingkat kepuasan variabel kebutuhan konsumen terhadap produk sabun mandi padat antiseptik PT. Oleochem and Soap Industri.

3. Mengetahui tingkat konsistensi antara karakteristik teknis produk dengan kebutuhan konsumen dan memasukkannya ke dalam HOQ (House of Quality)

dengan menggunakan metode QFD dan AHP pada produk PT. Oleochem and Soap Industri .

4. Mengetahui perbandingan Tingkat Kepentingan Relatif (TKR) produk sabun mandi padat antiseptik dengan menggunakan metode QFD dan QFD - AHP di PT. Oleochem and Soap Industri.

1.4. Asumsi-asumsi yang Digunakan

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jawaban diberikan oleh konsumen adalah jawaban jujur dan apa adanya

(30)

1. Tidak ada segala bentuk perubahan dilakukan oleh perusahaan pada produk sabun mandi antiseptik Meditwist 85 gr selama penelitian ini berlangsung.

1.5. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang ditetapkan pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Deli Mabar, sekitar PT. Oleochem and Soap Industri yang berada di Jl. Pulau Nias Selatan , KIM II Mabar, Medan Sumatera Utara.

2. Produk yang diteliti adalah sabun mandi padat Antiseptik dengan merk Meditwist

85 gr. Dengan Formulasi produk ini dari pencampuran minyak

RBDPO/RBDPKO/RBDPS (Refined/Bleached Deodaration Palm Oil/ Refined/Bleached Deodaration Palm Kernel Oil/ Refined/Bleached Deodaration

Palm Stearin).

3. Konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah warga yang berada di Kecamatan Medan Deli Mabar. Pemilihan daerah dilakukan atas dasar pemasaran produk, dominan di daerah tersebut.

4. Metode yang digunakan untuk peningkatan kualitas produk sabun mandi padat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah metode QFD (Quality Function

(31)

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika yang mempermudah penulisan tugas sarjana ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi serta sistematika penulisan laporan.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan memaparkan secara singkat tentang gambaran dari objek penelitian, yaitu Sejarah Perusahaan, Ruang Lingkup Bidang Usaha, Organisasi dan Manajemen dan Proses Produksi.

BAB III Landasan Teori merupakan dasar teori dan metode yang digunakan sebagai dasar dan kelengkapan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Teori yang dibahas dalam penelitian ini adalah Penelitian survey dengan mengguanakan metode QFD dan AHP (Quality Function Deployment dan Analytic Hierarchy Process).

(32)

.

BAB V Pengumpulan Dan Pengolahan Data membahas tentang data-data primer (data yang diperoleh langsung dalam penelitian) maupun data sekunder (data yang diperoleh dan sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak manajemen perusahaan). Data dikumpulkan diolah menggunakan metode QFD-AHP (Quality Function Deployment- Analytic Hierarchy Process).

BAB VI Analisa Pemecahan Masalah menganalisa hasil dari pengolahan data dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan.

BAB VII Kesimpulan Dan Saran menguraikan tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan. Sedangkan saran berisi tindak lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan.

(33)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Oleochem and Soap Industri berlokasi di kawasan industri medan II adalah salah satu perusahaan dari grup HSA ( Hayeel Seed Anam ) berasal dari

Negara Yaman mempunyai banyak cabang perusahaan di Asia dan Eropa. Kawasan Asia ada di Negara Malaysia dan Indonesia sedangkan di Indonesia di Jakarta dan Medan.

PT Oleochem and Soap Industri merupakan pasaran export, produknya telah

dipasarkan ke Asia,Afrika, Australia, Amerika dan Eropa, di Indonesia hanya di kawasan medan dan sekitar PT Oleochem and Soap Industri. PT Oleochem and Soap Industri didirikan oleh pengusaha Kaya asal timur tengah (Yaman) dengan nama

Hayyel Seed Anam Company HSA group status permodalan PT Oleochem and Soap

Industri adalah penanaman modal asing (PMA) di mana perusahan ini menggunakan

teknologi dari FILD HAHN GMBH, Binacchi, Mazzoni dan CMB perusahaan rekayasa dan konstruksi pabrik kimia asal Jerman dan Italia.

PT. Oleochem and Soap Industri ini menghasilkan 18 MT produk sabun mandi per hari. berikutnya berkembang dan sampai sekarang menjadi lima line yang mencapai produksi 60 MT/hari. Pada awal tahun 2005 pabrik menambah lagi satu plant safonifikasi khusus untuk sabun cuci (laundry). Penambahan plant baru ini

(34)

Perkembangan produksi diikuti oleh penambahan sarana dan prasarana seperti gudang penyimpanan barang (store) peralatan peralatan pendukung seperti mesin

pengepakan barang, forklift dan lain lain.

Kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan modal bagi kemajuan perusahaan. Kepercayaan ini dihasilkan bagi produk prodduk yang berkualitas. PT. Oleochem and Soap Industri juga memiliki sertifikasi ISO 9001 : 2000 pada tahun 2000 yang diperpanjang hingga sekarang.

Proses produksi yang ada pada PT Oleochem and Soap Industri meliputi beberapa bagian di antaranya yaitu :

1. Safonifikasi Plant adalah proses pengolahan pembuatan sabun setengah jadi yang

masih berupa sabun cair (fresh lye) dengan bahan dasar utama minyak/ CPO di

reaksikan dengan larutan NaOH (Coustic Soda), kemudian dikeringkan dan di keraskan menjadi bentuk seperti noodle seperti butiran butiran peluru.

2. Toilet soap plant/finishing line plant adalah proses pencetakan sabun sesuai

dengan permintaan dan kebutuhan konsumen sampai proses pembungkusan dan pengepakan.

3. Glyceryn plant adalah proses pengolahan spent lye (hasil akhir saponifikasi yang

tidak terpakai/limbah sabun menjadi glycerin (bahan dasar pembuatan kosmetik) Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dari PT. Oleochem dan Soap Industri meliputi proses dan kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan produk-produk konsumsi seperti berikut:

(35)

2. Multi Purpose Soap

3. Refined Glycerin

4. Soap Noodles for Toilet Soap

5. Soap Noodles for Multi Purpose Soap

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan3

Struktur organisasi menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh semua pihak yang terkait di dalamnya. Struktur organisasi merupakan bagian yang penting dalam pendirian suatu perusahaan untuk memperlancar jalannya perusahaan, sehingga pendistribusian tugas, dan tanggung jawab serta hubungan antara satu orang dengan yang lain menjadi jelas.

Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Perusahaan harus memiliki struktur organisasi agar setiap karyawannya dapat bertanggung jawab atas pekerjaannya yang telah tertera dalam pembagian tugas dan tanggung jawab dalam struktur organisasi tersebut. Struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik dan tidak terjadi kekacauan akibat kesalahan dalam pemberian perintah dan tanggung jawab.

3 James Apple:”

Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerjemah: Nurhayati, Mardiono. ITB.

(36)

Struktur organisasi adalah dimana setiap karyawan (staf dan tenaga kerja) dapat melihat keseluruhan sistem birokrasi untuk setiap departemen dengan jelas, terperinci dan mudah dimengerti, sehingga setiap karyawan dapat mengetahui kepada siapa dan bagaimana harus melaporkan aktifitas pekerjaannya. Apabila ada masalah yang belum pernah dihadapi sebelumnya harus dapat dengan cepat dan tepat melaporkan kepada pekerja yang berwenang.

PT. Oleochem and Soap Industri, KIM II, Medan, menggunakan struktur organisasi yang berbentuk lini dan fungsional berdasarkan fungsi, yaitu pembagian atas unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas yang dilakukan dan juga wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi pada bidang tertentu secara langsung. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.1

President Director

H R Manager Maintenance

Manager

Finance Manager Production

Manager

General Manager

QC Manager Logistik

Manager

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Oleochem and Soap Industri, KIM II, Medan

Sumber : PT. Oleochem and Soap Industri

(37)

1. President Director

Berhak penuh berkuasa atas seluruh Department dan seluk beluk pabrik atau

PT. Oleochem and Soap Industri. 2. General Manager

1) Bertanggung jawab atas total manajemen perusahaan dalam pedoman kebijakan yang ditetapkan oleh dewan direksi.

2) Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kinerja perusahaan secara keseluruhan berada dalam anggaran biaya / target.

3) Bertanggung jawab atas kualitas produk / jasa yang disediakan dan diberikan oleh perusahaan.

4) Menentukan Kebijakan Mutu dan Tujuan.

5) Delegasi kewenangan tanggung jawab kepada perusahaan Manajemen Personalia.

3. Production Manager

1) Bertanggung jawab atas implementasi rencana produksi baik kuantitas dan kualitas.

2) Bertanggung jawab atas pengawasan sehari-hari dari berbagai bagian produksi dan menjalankan kerja yang tepat dalam bagian ini, dan menyelesaikannya. Untuk koordinasi terus menerus antara bagian produksi dan bagian lain dan departemen.

(38)

4) Untuk menjaga produktivitas manufaktur praktik yang baik berkaitan dengan kualitas dan kuantitas dan untuk memastikan pemanfaatan optimal setiap elemen produksi.

4. Quality Control Manager

1) Untuk memelihara prosedur terdokumentasi, mengendalikan semua dokumen dan data yang terkait dengan persyaratan standar internasional.

2) Untuk memelihara prosedur yang terdokumentasi untuk pemeriksaan & pengujian kegiatan terkait dengan produk jadi dan bahan baku serta pelaksanaannya.

3) Untuk mengidentifikasi kemampuan proses verifikasi dan karakteristik produk.

4) Untuk menjaga dokumentasi prosedur, melaksanakan dan mengendalikan penerapan teknik statistik.

5. Maintenance Manager

1) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab manajemen perusahaan.

2) Bertanggung jawab untuk meninjau kinerja dan tindak lanjuti semua kegiatan diawasi oleh manager departemen

3) Bertanggung jawab atas wewenang dan tanggung jawab yang didelegasikan oleh General Manager.

6. Logistic Manager

(39)

2) Untuk mengontrol kebutuhan bahan material dalam anggaran biaya yang telah ditentukan

3) Untuk menjaga pasokan material dalam memenuhi permintaan produksi. 4) Untuk mengembangkan dan melaksanakan penyimpanan,, penanganan dan

prosedur pengiriman produk jadi

7. H R D Manager

1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan rekrutmen, cuti, dan pemberhentian sesuai dengan prosedur perusahaan dan peraturan pemerintah.

2) Untuk mengontrol sistem catatan kehadiran.

3) Untuk meningkatkan pengetahuan dari semua peraturan pemerintah, peraturan dan pelaksanaannya di perusahaan.

4) Untuk mengajukan semua izin perusahaan dan dokumen administrasi.

5) Untuk melakukan semua pekerjaan administrasi tentang semua registrasi, urusan karyawan, tenaga kerja, jaminan sosial, dan tentang dokumen.

8. Financial Manager

1) Untuk menerapkan kebijakan keuangan perusahaan dan semua peraturan dan sistem keuangan

2) Untuk merencanakan dan mengawasi kegiatan departemen, langsung dan meningkatkan keterampilan mereka

(40)

4) Untuk menindaklanjuti situasi ekonomi internal & eksternal dan dampaknya terhadap tujuan perusahaan.

2.3. Visi, Misi, dan Motto PT. Oleochem and Soap Industri

Industri untuk menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan Standard Internasional dan spesifikasi pelanggan kepada konsumen Sabun Mandi, Sabun Cuci dan Gliserin. PT. Oleochem and Soap Industri berupaya untuk selalu berada di depan dalam produk-produk konsumen melalui:

♦ Mempertahankan lingkungan kerja yang sehat dan aman.

♦ Mempertahankan tenaga kerja yang ahli serta termotivasi di perusahaan dengan pengadaan pelatihan yang berkesinambungan.

♦ Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan di semua sektor untuk peningkatan produk secara kontinu.

Mematuhi pelaksanaan Sistem Management Mutu sesuai standard ISO 9001:2000 dengan penuh tanggung jawab,

2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.4.1. Jumlah Tenaga Kerja

(41)
[image:41.612.88.546.132.707.2]

Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Oleochem and Soap Industri

No Departemen Bagian/Posisi

Jumlah Karyawan

(Orang) 1

TOP MANAGEMENT

President Director 1

2 General Manager 1

3 Management Representative 1

4 Executive Secretary 1

5 Industrial Specialist 1

6 PRODUCTION Production Manager 1

7 Production Assistant Manager 1

8 Production In Charge 2

9 Production Senior operator 2

10 Production Operator 75

11 Drum Filling Skilled Worker 3

12 Skilled Worker 55

13 Worker 200

14 QUALITY CONTROL Quality Control Manager 1

15 Laboratory In Charge 3

16 Quality Control Inspector 9

17 Laboratory Chemist 6

18 Quality Control Skilled Worker 3

19

MAINTENANCE

Maintenance Manager 1

20 Chief Engineer 2

21 Mechanical/Electrical In Charge 6

22

Mechanical/Electrical Senior

Technician 6

23 Electrical Technician 6

24 Electrical Senior Technician 6

25 Mechanical Senior Technician 6

26 Mechanical Technician 6

27

LOGISTIC

Worker 6

28 Logistic Manager 1

29 Logistic In Charge 2

30 Administration 1

(42)
[image:42.612.91.550.138.692.2]

Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Oleochem and Soap Industri (Lanjutan)

No Departemen Bagian/Posisi

Jumlah Karyawan

(Orang)

32 Shipping Officer 1

33 Purchasing Officer 1

34 Warehouse Supervisor 3

35 Storekeeper 3

36 Pump House Operator 2

37 Skilled Worker Warehouse 3

38 Warehouse Worker 3

39 Forklift Driver 6

40 Pump House Skilled Worker 3

41

HUMAN RESOURCE HR Manager 1

42 Administration Specialist 1

43 HR In Charge 1

44 Security Officer 1

45 Administration Officer 1

46 Personnel Clerk Assistant 1

47 Personnel Officer 1

48 General Secretary 1

49 Office Worker 1

50 Receptionist 2

51 Security Guard 9

52 Driver 3

53

FINANCIAL

Financial Manager 1

54 Internal Auditor 2

55 Chief Accountant 1

56 General Accountant 1

57 Accountant Clerk 1

58 Financial Accountant 1

59 Casrhier 1

60 Cost Accountant 1

JUMLAH 473

(43)

2.4.2 Jam Kerja

Jam kerja di PT. Oleochem and Soap Industri, KIM II, Medan adalah enam hari kerja untuk bagian kantor, sedangkan untuk karyawan non reguler 7 hari kerja, Pergantian shift diberlakukan seminggu sekali. Penjadwalan jam kerja untuk tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Karyawan reguler (bagian kantor) mulai bekerja pukul 08.30 – 16.30 WIB dengan waktu istirahat pukul 13.00- 14.00 WIB.

2. Karyawan Non Reguler

Karyawan pada bagian non reguler dibagi atas tiga shift kerja, yaitu :

a. Shift I, mulai bekerja pukul 06.30-14.30 WIB dengan masa istirahat disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 1 jam.

b. Shift II, mulai bekerja pukul 14.30-22.30 WIB dengan masa istirahat disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 1 jam.

c. Shift III, mulai bekerja pukul 22.30-06.30.WIB dengan masa istirahat disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 1 jam.

2.4.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya

Sistem pengupahan pada pabrik PT. Oleochem and Soap industry, KIM II. Medan, adalah berbentuk :

a. Untuk Karyawan Reguler

(44)

b. Untuk Non Reguler (Shift) 1. Gaji pokok bulanan

2. Uang lembur, jika lembur

Perusahaan juga memberikan beberapa tunjangan seperti :

a. Tunjangan Jaminan Hari Tua (JHT) PT. Jamsostek. b. Kesehatan gratis dari PT. Askes, (Askes Inhealth) c. Tunjangan Hari raya

d. Tunjangan pemakaman e. Tunjangan Pernikahan

f. Tunjangan Shift bagi, Karyawan Non Reguler

g. Bonus Kehadiran per bulan h. Tunjangan transportasi.

Perusahaan juga memberikan kesempatan bagi setiap karyawan yang telah bekerja diatas satu tahun dengan memberikan cuti tahunan. Hak cuti yang diberikan perusahaan adalah 12 hari dalam setahun.

2.5. Proses Produksi

2.5.1. Fasilitas Peralatan Produksi

(45)

1. Safonifikasi Plant adalah proses pengolahan pembuatan sabun setengah jadi yang masih berupa sabun cair (neat soap) dengan bahan dasar utama minyak/ CPO di

reaksikan dengan larutan NaOH (Caustic Soda), yang kemudian di keringkan dan di

keraskan menjadi bentuk seperti Noodle seperti butiran butiran peluru.

2. Toilet Soap Plant/finishing line plant adalah proses pencetakan sabun sesuai

dengan permintaan dan kebutuhan konsumen hingga proses pembungkusan dan pengepakan.

3. Glyceryn plant adalah proses pengolahan spent lye (hasil akhir saponifikasi

yang tidak terpakai/limbah sabun menjadi glycerine (bahan dasar pembuatan kosmetik)

2.5.2. Bahan Baku

Bahan baku (raw material) yang dimaksud disini adalah semua bahan yang

membentuk bagian integral suatu produk dimana bahan tersebut mudah ditelusuri sampai bahan jadi (produk aktif).

Bahan baku utama yang digunakan untuk proses pembuatan sabun dan gliserin adalah :

1. CPO (Crude Palm Oil)

2. RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Sterine) 3. CPS (Crude Palm Stearine)

(46)

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan produk sehingga dapat meningkatkan mutu produk. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi adalah

1. Bahan pengisi, meliputi : tepung (talcum powder, kaolin)

2. Bahan pengikat (Pengeras) meliputi : Water glass (sodium silicate)

3. Bahan pelican/ pengikat meliputi : vaseline atau biasa disebut Petrolium jelly

4. Bahan Pewarna

5. Bahan pewangi/ pengharum 6. Bahan pelembut dan bakteri

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi yang berperan sebagai pereaksi, katalisator, dan lain-lain ssehingga diperoleh produksi akhir

1. Asam Phospat (H3PO4)

2. Caustic Soda (NaOH)

3. Katalis Nikel (Ni) 4. Karbon aktif 5. Gas Hidrogen 6. Gas Nitrogen

7. Filter Aid

8. Air

9. Brine Solution (Larutan garam)

(47)

11.Pembungkus

2.6. Uraian Proses Produksi

Persyaratan dasar untuk proses pengolalahan sabun dan dapat menjadi produksi yang berkualitas baik, diantaranya :

1. Material- matelial yang mengandung kadar lemak tinggi sekitar 95-100%, dalam hal ini material yang kita maksud adalah oil (minyak) seperti Palm Oil (PO),

Palm Stearine (PS) dan palm kernel oil (PKO) atau Coconut Oil (CNO).

2. Bahan baku memiliki kadar asam yang sudah disepakati konsentrasinya sesuai dengan standart, dalam hal ini material yang kita maksud adalah larutan Coustic

Soda atau Sodium Hydroxide (NaOH) yang kadar konsentrasinya coustic nya

sekitar 48% dan larutan garam atau Sodium Chloride (NaCl) yang kadar konsentrasi garamnya 22%.

Adapun material-material selain yang di atas seperti: material tambahan seperti HSL (Half Spent Lye) yang diperoleh dari hasil proses pengolahan sabun pada tahap pertengahan proses, hal ini akan dijelaskan pada tori berikutnya. Dalam rumus kimianya proses pembentukan sabun adalah kira-kira seperti ini :

CH2 – O – O – CH – C17H35 CH2–OH

CH – O–O – CH – C17H35 CH – OH – 3C17H35CHONa

CH2 – O – H– CH – C17H35 CH2 – OH

(48)

2.7. Tahapan Pembuatan Sabun Tahap I

Palm Stearine (PS), Palm Oil (PO) dan Kernel Oil (PKO) atau Coconut Oil

(CNO) dialirkan ke jalur pompa (dozing pump) dengan hanya membuka valve

tangkinya saja untuk di recycle kembali ke tangki. Begitu juga dengan larutan coutis

Soda (NaOH) konsentrasi 48% dan larutan garam konsentrasi 22% dan air dengan pH 7-8 dialirkan `ke pompanya masing-masing untuk di recycle kembali ke tangkinya. Hal ini dilakukan untuk memastikan material-material tersebut dan pompanya berjalan dengan normal sebelum proses dijalankan.

Tahap II

Selanjutnya dari dozing pump material- material tersebut dicamourkan kedalam reactor dengan komposisi yang kita kehendaki sesuai dengan planning job

order yang akan dijalankan. Didalam reaktor material-material tersebut diaduk

sampai homogen lebih kurang 30 menit dengan temperatur reaktor mencapai 118°C-121°C selanjutnya diambil sedikit sampel untuk dianalisa di laboratorium.

Tahap III

Reaktor adonan disebut neat soap, neat soap yang sudah mencukupi spesifiknya dialirkan menuju flash coller dengan bantuan pressure (tekanan) yang

sudah diatur (1.8 bar-2 bar). Di flash coller neat soap tersebut diturunkan temperaturnya mencapai 90°C sampai 95°C dengan bantuan vacum.

(49)

Neat soap yang sudah diturunkan temperaturnya dipompakan ke static separator untuk dipisahkan neat soap dengan spent lye (mengandung gliserol) dengan

sendirinya menurut massa jenisnya (Neat soap < spent lye). Neat soap yang lebih

ringan massanya akan naik keatas lalu over flow ke vessel nya dan dipompakan ke

washing coulumn, sementara spent lye yang lebih berat massanya akan turun

kebawah yang kemudian dipompakan ke plant (daerah kerja) lain untuk diproses ulang menjadi produk baru : Glycerine.

Tahap V

Washing coulumn Neat soap ditambahkan larutan fresh lye dengan consentrasi NaOH 48% = 3%-4% dan consentrasi NaCl 22% = 4%-5%, larutan ini ditambahkan berfungsi untuk memisahkan glycerol dari fresh lye. Sama seperti di static seperator Neat soap yang lebih ringan massanya akan naik keatas lalu overflow

ke vessel nya dan dipompakan ke sentrifugal, sementara lye yang biasa disebut Half

Spent lye (HSL) yang lebih berat massanya turun kebawah yang selanjutnya

dipompakan ke reaktor sebagai material pembantu pembuatan sabun. Tahap VI

Bahan baku yang berbentuk neat soap yang masuk area centrifugal memasuki tahap akhir pemisahan neat soap dengan lye dengan bantuan mesin pemisah yang

dimasukkan centrifuge. Centrifuge ini mempunyai kecepatan putar 4700 rpm. Di

Centrifuge ini jalur terbagi dua, jalur neat soap dan jalur lye, neat soap dan jalur lye,

neat soap akan mengarah ke neutralizer untuk netralisasi dan lye akan mengarah

(50)

Tahap VII

Neutralizer neat soap akan dinetralisasi PH NaOH (consentrasi coustic)

dengan menambahkan additive PKO (spesifikasinya sesuai dengan standar yang

diinginkan). Setelah netral Neat soap dialirkan daerah mixer dengan bantuan tekanan (pressure) sekitar 1 bar-2 bar.

Tahap VIII

Bahan baku yang berbentuk neat soap yang masuk ke area ini akan diberikan

additive lain seperti turpinal dan EDTA sebagai anti oksidan (kekebalan produk) agar

produk dapat tahan lama dan tidak begitu tengik. Setelah penambahan additive selesai tersebut akan memasuki tahap pengeringan.

Tahap IX

MixerNeat soap akan mengalami 2 proses pengeringan :

Neat soap akan melewati Heat Exchanger (HE) untuk dipanaskan dengan temperatur

tertentu sesuai dngan MC (Moisture content/kandungan air) yang kita inginkan. Keluar dari HE neat soap akan memasuki pengeringan berikutnya dengan bantuan

vacuum chamber yang fungsinya untuk mengisap uap panas HE dan mengurangi

kadar air (MC). Tahap X

Selanjutnya dipanaskan, lalu produk dipotong kecil-kecil seperti noddle.

2.8. Jenis-jenis Produk

(51)

1. Sabun Kecantikan : Soft Silk 150 gr, 125 gr, 75 gr dengan Variant : Black Musk, Red Petals, Bridal White,dan White Petals.

2. Sabun Kecantikan : Juliet Beauty 150 gr, 125 gr, dan 75 gr, dengan Variant : ,

Energizing, Shooting, dan Relaxing

3. Sabun Kesehatan : Twist, dan Meditwist 85 gr dan 70 gr dengan Variant warna :

merah, putih, kuning, dan orange.

4. Sabun Kecantikan : Lyn, Fortis 110 gr , dengan Variant : merah, putih, kuning, dan orange.

5. Sabun Kecantikan : Juliet Fruity 150 gr, 125 gr, dan 75 gr, dengan Variant : Kiwi,

(52)

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Sabun4

3.1. Variabel Mutu Produk Sabun Mandi Padat

Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat dari sabun ini timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (aditif) seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu dilelehkan dan dituang kedalam suatu cetakan.

5

Variabel Mutu Produk Sabun Mandi Padat dapat membantu pola pikir dalam menetapkan masalah yang ada untuk mengukur sampai sejauh mana telah dicapai

.

4

5

(53)

standar dan efektivitas produk sabun mandi padat antiseptik ini. Variabel mutu disusun berdasarkan referensi pada perancangan produk engineering tersebut adalah:

1. Desain Produk

Desain produk adalah sebuah ide, pengembangan konsep, pengujian dan pelaksanaan manufaktur (objek fisik), seperti : jenis kemasan, bentuk kemasan, berat, dan bentuk produk, dan lain-lain

2. Daya tarik

Daya tarik adaah suatu kemampuan untuk mempengaruhi konsumen agar mau membeli produk . seperti : brand/merek mudah diingat dan familiar, informasi, warna produk, dan lain-lain

3. Karakteristik yang berkualitas

Karakteristik yang berkualitas adalah kondisi yang berbeda dari suatu produk dibandingkan para pesaingnya yang dapat ditawarkan kepada konsumen

seperti : kemampuan menghasilkan busa, wangi yang menarik, kinerja/kemampuan produk jika digunakan parfum yang digunakan.

4. Harga yang kompetitif

(54)

3.1.2. Dimensi Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik6

Ketika kata kualitas yang digunakan, kita biasanya berpikir dalam hal produk

yang sangat baik atau jasa yang memenuhi atau melebihi harapan kita. Harapan ini didasarkan pada tujuan penggunaan dan harga jual. Adapun dimensi yang perlu dikembangkan sehingga dimensi itu dapat meningkatkan kualitas produk dan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen/pelanggan

7

1. Jenis Kemasan Kertas

yaitu :

Kemasan sangat penting peranannya dalam pencantuman penandaan dilakukan sedemikian rupa, sehingga tidak mudah lepas atau terpisah dari kemasannya dan tidak mudah luntur atau rusak

2. Bentuk kotak/persegi

Bentuk kotak/tempat sabun harus khas dan ergonomis, sehingga dalam penyimpanan, bentuk dari produk yang berada di dalamnya tidak rusak/cacat. 3. Berat yang standar sesuai dengan permintaan pasar

Sabun mandi dikemas dalam wadah yang tertutup rapat dan tidak bereaksi dengan isi aman selama transportasi atau penyimpanan sehingga berat produk tidak berpengaruh .

4. Oval/Lonjong

Bentuk produk harus khas dan ergonomis, dalam menggenggam produk sabun mandi padat antiseptik ini,

6Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan makanan Republik Indonesia No. HK.

(55)

5. Busa yang banyak dan cepat, serta mudah dibersihkan Uji stabilitas busa/foam dan di standarisasi terus-menerus 6. Parfum dengan Aroma Herbal

Parfum harus tercantum nama dan nomor kode pewangi, nama dan alamat pemasok serta pernyataan memenuhi pedoman international fragrance

association (IFRA) yang terkini.

7. Cepat membunuh kuman, dan tidak menimbulkan iritasi kulit

- Memiliki sifat harmonis antiseptik harus tetap efektif meskipun sediaan

itu lama disimpan, di lain pihak antiseptik tersebut tidak boleh merusak atau mengubah sediaan kosmetik itu, ia tidak boleh mengurangi daya pembusa sabun, mengubah warna, dan menimbulkan bau yang tidak sedap dan lain-lain

- Bahan-bahan yang dapat mematikan mikroorganisme biasanya juga tidak

sepenuhnya aman bagi makroorganisme termasuk manusia ia dapat meracuni, mengiritasi atau mensensitisasi suatu antiseptik baru boleh digunakan di dalam sediaan kosmetik setelah menjalani tes dosis yang aman bagi manusia, tetapi cukup besar untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kondisi standard. Derajat daya terima kulit terhadap sesuatu antiseptik merupakan syarat penting dalam memilih antiseptik untuk materi sabun

7

(56)

-8. Menggunakan huruf besar agar mudah dilihat dan jelas

Brand atau merek harus mencantumkan lambang yang jelas dan memiliki makna dan arti yang jelas

9. Komposisi secara detail dan lengkap.

Menggunakan nama bahan kosmetik, sesuai dengan nama INCI (Ingredient

International Nomenclature of Comestic Ingredents) menggunakan nama

genus dan spesies untuk bahan yang berasl dari tumbuhan atau ekstrak tumbuhan, diurutkan dari kadar terbesar hingga kadar terkecil.

10.Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan huruf yang bagus dan besar

Penulisan tanggal kadaluarsa ditulis dengan urutan tanggal, bulan, dan tahun atau bulan dan tahun. Sehingga produk dapat digunakan dalam jangka yang telah ditentukan.

11.Warna yang menarik dan transparan

Bahan pewarna yang diizinkan pada semua sediaan kosmetik (seperti : sabun,

shampoo, airliner dan sebagainya) sehingga konsumen tidak ragu dan takut

jika menggunakan produk sabun mandi padat antiseptik ini. 12.Harga yang terjangkau dan ekonomis

(57)

3.2. Metode Penentuan Jumlah Sampel8 ) 1 ( Z ) 1 ( d ) 1 ( Z 2 /2 -1 2 2 /2 -1 p p N N p p n − + − − = α α

Penelitian survei ini, biasanya menggunakan proporsi binomunal (binomunal

proportions) jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan

rumus berikut:

Jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan pengambilan sampel secara acak).

Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut :

2 2 2 2 d ) 1 ( Z d

Z pq p p

n= α = −

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan

p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif

q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif d = limit dari error atau presisi absolute

Jika ditetapkan α=0,05 atau Z1- α /2 = 1,96 atau Z21- α /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang-kadang diubah menjadi:

8 Ir. Suyanto, MKes “

(58)

2 d 4pq

n=

3.3 Pembuatan Kuesioner9

9

Rosnani Ginting. Perancangan Produk. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. hal : 67-80

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pada penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal yang sangat pokok dalam pengmpulan data. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevann dengan tujuan dengan cara mengisi pertanyaan yang dberikan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih. Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan penelitian.

Komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu :

1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.

2. Permohonana ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.

3. Petunjuk pengisian kuesioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.

4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban baik secara terbuka, semi tertutup, ataupun tertutup, dalam membuat pertanyan ini juga disertakan dengan isian untuk identitas responden.

(59)

1. Berdasarkan cara menjawab

a.Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.

b.Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.

2. Berdasarkan jawaban yang diberikan

a.Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.

b.Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.

3. Berdasarkan bentuknya

a.Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana terdapat pilihan jawaban.

b.Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay.

c.Check List, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan

tanda Check List pada klom yang sesuai.

d.Rating Scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang

menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.

Keuntungan menggunakan kuesioner : 1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

(60)

3. Dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, menurut waktu senggang responden

4. Dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yag benar dan sama

Kelemahan menggunakan kuesioner :

1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga adanya pertanyaan yang terlewati tidak dijawab

2. Validitas sulit diperoleh

3. Terkadang responden menjawab secara tidak jujur. 4. Sering tidak dikembalikan

5. Waktu pengambilan tidak sama, bahkan kadang-kadang ada yang teralu lama, sehingga menghambat proses pengolahan data lebih lanjut.

3.5. Skala Penilaian

Skala penilaian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik sesuatu hal berdasarkan suatu ukuran tertentu, sehingga dapat membedakan, menggolongkan bahkan mengurutkan ciri-ciri atau karakteristik tersebut.

(61)

1. Skala nominal, skala ini hanya sekedar membedakan suatu kategori dengan kategori yang lainnya dari suatu variabel. Angka-angka yang diberikan kepada objek merupakan label dan tidak diasumsikan adanya tingkatan antara satu kategori dan kateogri lainnya dari suatu variabel.

2. Skala ordinal adalah skala yang bertujuan untuk membedakan antara kategori-kategori dalam satu variabel dengan asumsi bahwa ada urutan atau tingkatan skala. Angka-angka ordinal lebih menunjukkan urutan peringkat.

3. Skala interval adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan, dan mempunyai tingkatan, juga diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara suatu kategori yang lain dalam suatu variabel.

4. Skala rasio adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan, mempunyai tingkat serta jarak antara suatu nilai dengan nilai yang lainnya, juga diasumsikan bahwa setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan atau titik yang sama (mempunyai titik nol mutlak). Angka-angka pada skala menunjukkan besaran sesungguhnya dari sifat yang kita ukur.

(62)

3.6. QFD (Quality Function Deployment)10

3.6.1 Struktur QFD

Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan pertama kali pada tahun

1972. Inti dari QFD adalah suatu matriks besar yang akan menghubungkan apa keinginan pelanggan (What) dan bagaimana suatu produk akan didesaian dan diproduksi agar memenuhi kebutuhan pelanggan (Arman Hakim Nasution,2006).

Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin, yang mana kebutuhan dan keinginan mereka dijadikan sebagai titik awal (starting point) dari proses QFD,. maka QFD disebut

sebagai voice of customer. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak selalu puas dengan suatu produk meskipun produk tersebut telah dihasilkan dengan sempurna.

Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk/jasa diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk/jasa atau disebut dengan house of

quality. Bagan HOQ dapat dilihat pada Gambar 3.1.

10 Nasution, Arman Hakim.

(63)

A

Customer Needs and Benefits

D

Relationships - What do the customer requirement mean to the manufaktur

- Where are the interactions between relationships

F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets

B Planning Matrix

- Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal

- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight C

Technical Response (Technical Requirement)

[image:63.612.184.458.111.337.2]

E Technical Correlations

Gambar 3.1 House of Quality

Sumber : Lou Cohen. 1995. Quality Function Deployment.

Bagian A :

Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan atau keinginan pelanggan (customer needs

and benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun

secara hirarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan suara pelanggan dengan

interview dan kemudian disusun secara hierarki.

Bagian B :

Planning Matrix merupakan bagian kedua HOQ dan disebut sebagai tempat

(64)

Bagian C :

Bagian ketiga HOQ adalah technical response, merupakan gambaran produk atau jasa

yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan dari customer

needs di bagian pertama HOQ.

Bagian D :

Bagian keempat HOQ adalah relationships, merupakan bagian terbesar dari matriks dan menjadi bagian terbesar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan metode matriks prioritas.

Bagian E :

Bagian kelima HOQ adalah techical correlations, matriks yang bentuknya

menyerupai atap (roof). Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD dalam menentukan desain yang mengalami bottleneck dan menentukan kunci komunikasi di

antara para desainer. Bagian F :

Bagian ini berisi tiga jenis data yaitu :

1. Technical response priorities, urutan tingkat kepentingan (ranking) persyaratan

teknis

2. Competitive technical benchmark, informasi hasil perbandingan kinerja

persyaratan teknis produk yang dihasilkan dari perusahaan terhadap kinerja produk pesaing

3. Target technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru

(65)

Penggunaan metode QFD sering diketahui dan digunakan dalam industri manufaktur. Tidak banyak orang yang tahu bahwasanya metode ini juga bisa digunakan dalam industri jasa/manufaktur. Aplikasi metode QFD dalam perancangan peningkatan/perbaikan kualitas sistem pelayanan/produk manufaktur dalam rangka pemenuhan kepuasan pelanggan mulai berkembang.

Penerapan konsep serta fokus dari QFD pada bidang industri manufaktur dan pada industri jasa adalah sama, yakni sama-sama berfokus pada kepuasan pelanggan, serta proses perancangan, peningkatan/perbaikan kualitas diawali dari identifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Struktur QFD yang digunakan dalam industri jasa pun tidak berbeda dengan struktur QFD pada industri manufaktur, yakni sama-sma berbentuk rumah mutu (house of quality )yang menjadi perbedaan diantara keduanya adalah jika pada industri manufaktur, kebutuhan dan keinginan pelanggan diterjemahkan menjadi karakteristik teknis, sedangkan pada industri jasa kebutuhan dan keinginan pelanggan diterjemahkan ke dalam karakteristik-karakteristik desain sistem jasa pelayanan yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi persyaratan pelanggan tersebut.

3.6.2. Tahapan Quality Function Deployment (QFD)11 Tahapan dalam membuat QFD, antara lain:

11 Ginting, Rosnani. 2007.

(66)

1. Fase I adalah mengumpulkan suara pelanggan (voice of customer), yaitu penentuan kebutuhan atribut yang diperoleh melalui kuesioner.

2. Fase II adalah menyusun rumah kualitas (house of quality), yang terdiri atas

penentuan derajat kepentingan, evaluasi kinerja atribut terhadap pesaing, nilai target, rasio perbaikan, sales point, bobot, normalisasi bobot, parameter

teknik, hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan konsumen, hubungan antar parameter teknik, nilai matriks interaksi dengan parameter teknik, prioritas dari setiap parameter teknik.

3. Fase III adalah analisa dari tahap-tahap di atas.

3.6.3. Manfaat Quality Function Deployment (QFD) Manfaat dari QFD adalah sebagai berikut:

1. Rancangan produk baru dapat dipusatkan pada kebutuhan pelanggan karena kebutuhan tersebut sudah lebih dulu dipahami.

2. Kegiatan menganalisa dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan pelanggan.

3. Menganalisis kinerja produk perusahaan terhadap pesaing utama untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

4. Memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan mengurangi waktu pemasaran produk baru

(67)

6. Menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.

3.7. Metode AHP (Analytic Hierarchy Process ) 12

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan Validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai

kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

(68)<

Gambar

Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Oleochem and Soap Industri
Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Oleochem and Soap Industri
Gambar 3.1 House of Quality
Tabel 3.1. Dasar Perbandingan Kriteria
+7

Referensi

Dokumen terkait