BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Sabun4
3.1. Variabel Mutu Produk Sabun Mandi Padat
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat dari sabun ini timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (aditif) seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu dilelehkan dan dituang kedalam suatu cetakan.
5
Variabel Mutu Produk Sabun Mandi Padat dapat membantu pola pikir dalam menetapkan masalah yang ada untuk mengukur sampai sejauh mana telah dicapai
.
4
5
standar dan efektivitas produk sabun mandi padat antiseptik ini. Variabel mutu disusun berdasarkan referensi pada perancangan produk engineering tersebut adalah:
1. Desain Produk
Desain produk adalah sebuah ide, pengembangan konsep, pengujian dan pelaksanaan manufaktur (objek fisik), seperti : jenis kemasan, bentuk kemasan, berat, dan bentuk produk, dan lain-lain
2. Daya tarik
Daya tarik adaah suatu kemampuan untuk mempengaruhi konsumen agar mau membeli produk . seperti : brand/merek mudah diingat dan familiar, informasi, warna produk, dan lain-lain
3. Karakteristik yang berkualitas
Karakteristik yang berkualitas adalah kondisi yang berbeda dari suatu produk dibandingkan para pesaingnya yang dapat ditawarkan kepada konsumen
seperti : kemampuan menghasilkan busa, wangi yang menarik, kinerja/kemampuan produk jika digunakan parfum yang digunakan.
4. Harga yang kompetitif
3.1.2. Dimensi Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik6
Ketika kata kualitas yang digunakan, kita biasanya berpikir dalam hal produk yang sangat baik atau jasa yang memenuhi atau melebihi harapan kita. Harapan ini didasarkan pada tujuan penggunaan dan harga jual. Adapun dimensi yang perlu dikembangkan sehingga dimensi itu dapat meningkatkan kualitas produk dan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen/pelanggan
7
1. Jenis Kemasan Kertas
yaitu :
Kemasan sangat penting peranannya dalam pencantuman penandaan dilakukan sedemikian rupa, sehingga tidak mudah lepas atau terpisah dari kemasannya dan tidak mudah luntur atau rusak
2. Bentuk kotak/persegi
Bentuk kotak/tempat sabun harus khas dan ergonomis, sehingga dalam penyimpanan, bentuk dari produk yang berada di dalamnya tidak rusak/cacat. 3. Berat yang standar sesuai dengan permintaan pasar
Sabun mandi dikemas dalam wadah yang tertutup rapat dan tidak bereaksi dengan isi aman selama transportasi atau penyimpanan sehingga berat produk tidak berpengaruh .
4. Oval/Lonjong
Bentuk produk harus khas dan ergonomis, dalam menggenggam produk sabun mandi padat antiseptik ini,
6
5. Busa yang banyak dan cepat, serta mudah dibersihkan Uji stabilitas busa/foam dan di standarisasi terus-menerus 6. Parfum dengan Aroma Herbal
Parfum harus tercantum nama dan nomor kode pewangi, nama dan alamat pemasok serta pernyataan memenuhi pedoman international fragrance
association (IFRA) yang terkini.
7. Cepat membunuh kuman, dan tidak menimbulkan iritasi kulit
- Memiliki sifat harmonis antiseptik harus tetap efektif meskipun sediaan itu lama disimpan, di lain pihak antiseptik tersebut tidak boleh merusak atau mengubah sediaan kosmetik itu, ia tidak boleh mengurangi daya pembusa sabun, mengubah warna, dan menimbulkan bau yang tidak sedap dan lain-lain
- Bahan-bahan yang dapat mematikan mikroorganisme biasanya juga tidak sepenuhnya aman bagi makroorganisme termasuk manusia ia dapat meracuni, mengiritasi atau mensensitisasi suatu antiseptik baru boleh digunakan di dalam sediaan kosmetik setelah menjalani tes dosis yang aman bagi manusia, tetapi cukup besar untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kondisi standard. Derajat daya terima kulit terhadap sesuatu antiseptik merupakan syarat penting dalam memilih antiseptik untuk materi sabun
-8. Menggunakan huruf besar agar mudah dilihat dan jelas
Brand atau merek harus mencantumkan lambang yang jelas dan memiliki makna dan arti yang jelas
9. Komposisi secara detail dan lengkap.
Menggunakan nama bahan kosmetik, sesuai dengan nama INCI (Ingredient
International Nomenclature of Comestic Ingredents) menggunakan nama
genus dan spesies untuk bahan yang berasl dari tumbuhan atau ekstrak tumbuhan, diurutkan dari kadar terbesar hingga kadar terkecil.
10.Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan huruf yang bagus dan besar
Penulisan tanggal kadaluarsa ditulis dengan urutan tanggal, bulan, dan tahun atau bulan dan tahun. Sehingga produk dapat digunakan dalam jangka yang telah ditentukan.
11.Warna yang menarik dan transparan
Bahan pewarna yang diizinkan pada semua sediaan kosmetik (seperti : sabun,
shampoo, airliner dan sebagainya) sehingga konsumen tidak ragu dan takut
jika menggunakan produk sabun mandi padat antiseptik ini. 12.Harga yang terjangkau dan ekonomis
3.2. Metode Penentuan Jumlah Sampel8
Penelitian survei ini, biasanya menggunakan proporsi binomunal (binomunal
proportions) jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan
rumus berikut:
Jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan pengambilan sampel secara acak).
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
α = derajat kepercayaan
p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif
q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif d = limit dari error atau presisi absolute
Jika ditetapkan α=0,05 atau Z1- α /2 = 1,96 atau Z21- α /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang-kadang diubah menjadi:
2
d 4pq
n=
3.3 Pembuatan Kuesioner9
9
Rosnani Ginting. Perancangan Produk. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. hal : 67-80
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pada penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal yang sangat pokok dalam pengmpulan data. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevann dengan tujuan dengan cara mengisi pertanyaan yang dberikan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih. Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan penelitian.
Komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu :
1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.
2. Permohonana ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.
3. Petunjuk pengisian kuesioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.
4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban baik secara terbuka, semi tertutup, ataupun tertutup, dalam membuat pertanyan ini juga disertakan dengan isian untuk identitas responden.
1. Berdasarkan cara menjawab
a.Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.
b.Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.
2. Berdasarkan jawaban yang diberikan
a.Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.
b.Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya
a.Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana terdapat pilihan jawaban.
b.Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay.
c.Check List, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda Check List pada klom yang sesuai.
d.Rating Scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.
3. Dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, menurut waktu senggang responden
4. Dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yag benar dan sama
Kelemahan menggunakan kuesioner :
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga adanya pertanyaan yang terlewati tidak dijawab
2. Validitas sulit diperoleh
3. Terkadang responden menjawab secara tidak jujur. 4. Sering tidak dikembalikan
5. Waktu pengambilan tidak sama, bahkan kadang-kadang ada yang teralu lama, sehingga menghambat proses pengolahan data lebih lanjut.
3.5. Skala Penilaian
Skala penilaian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik sesuatu hal berdasarkan suatu ukuran tertentu, sehingga dapat membedakan, menggolongkan bahkan mengurutkan ciri-ciri atau karakteristik tersebut.
1. Skala nominal, skala ini hanya sekedar membedakan suatu kategori dengan kategori yang lainnya dari suatu variabel. Angka-angka yang diberikan kepada objek merupakan label dan tidak diasumsikan adanya tingkatan antara satu kategori dan kateogri lainnya dari suatu variabel.
2. Skala ordinal adalah skala yang bertujuan untuk membedakan antara kategori-kategori dalam satu variabel dengan asumsi bahwa ada urutan atau tingkatan skala. Angka-angka ordinal lebih menunjukkan urutan peringkat.
3. Skala interval adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan, dan mempunyai tingkatan, juga diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara suatu kategori yang lain dalam suatu variabel.
4. Skala rasio adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan, mempunyai tingkat serta jarak antara suatu nilai dengan nilai yang lainnya, juga diasumsikan bahwa setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan atau titik yang sama (mempunyai titik nol mutlak). Angka-angka pada skala menunjukkan besaran sesungguhnya dari sifat yang kita ukur.
3.6. QFD (Quality Function Deployment)10
3.6.1 Struktur QFD
Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan pertama kali pada tahun
1972. Inti dari QFD adalah suatu matriks besar yang akan menghubungkan apa keinginan pelanggan (What) dan bagaimana suatu produk akan didesaian dan diproduksi agar memenuhi kebutuhan pelanggan (Arman Hakim Nasution,2006).
Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin, yang mana kebutuhan dan keinginan mereka dijadikan sebagai titik awal (starting point) dari proses QFD,. maka QFD disebut sebagai voice of customer. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak selalu puas dengan suatu produk meskipun produk tersebut telah dihasilkan dengan sempurna.
Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk/jasa diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk/jasa atau disebut dengan house of
quality. Bagan HOQ dapat dilihat pada Gambar 3.1.
10
A
Customer Needs and Benefits
D
Relationships - What do the customer requirement mean to the manufaktur
- Where are the interactions between relationships
F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets
B Planning Matrix
- Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal
- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight C
Technical Response (Technical Requirement)
E Technical Correlations
Gambar 3.1 House of Quality
Sumber : Lou Cohen. 1995. Quality Function Deployment.
Bagian A :
Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan atau keinginan pelanggan (customer needs
and benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun
secara hirarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan suara pelanggan dengan
interview dan kemudian disusun secara hierarki.
Bagian B :
Planning Matrix merupakan bagian kedua HOQ dan disebut sebagai tempat
Bagian C :
Bagian ketiga HOQ adalah technical response, merupakan gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan dari customer
needs di bagian pertama HOQ.
Bagian D :
Bagian keempat HOQ adalah relationships, merupakan bagian terbesar dari matriks dan menjadi bagian terbesar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan metode matriks prioritas.
Bagian E :
Bagian kelima HOQ adalah techical correlations, matriks yang bentuknya menyerupai atap (roof). Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD dalam menentukan desain yang mengalami bottleneck dan menentukan kunci komunikasi di antara para desainer.
Bagian F :
Bagian ini berisi tiga jenis data yaitu :
1. Technical response priorities, urutan tingkat kepentingan (ranking) persyaratan
teknis
2. Competitive technical benchmark, informasi hasil perbandingan kinerja
persyaratan teknis produk yang dihasilkan dari perusahaan terhadap kinerja produk pesaing
3. Target technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru
Penggunaan metode QFD sering diketahui dan digunakan dalam industri manufaktur. Tidak banyak orang yang tahu bahwasanya metode ini juga bisa digunakan dalam industri jasa/manufaktur. Aplikasi metode QFD dalam perancangan peningkatan/perbaikan kualitas sistem pelayanan/produk manufaktur dalam rangka pemenuhan kepuasan pelanggan mulai berkembang.
Penerapan konsep serta fokus dari QFD pada bidang industri manufaktur dan pada industri jasa adalah sama, yakni sama-sama berfokus pada kepuasan pelanggan, serta proses perancangan, peningkatan/perbaikan kualitas diawali dari identifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Struktur QFD yang digunakan dalam industri jasa pun tidak berbeda dengan struktur QFD pada industri manufaktur, yakni sama-sma berbentuk rumah mutu (house of quality )yang menjadi perbedaan diantara keduanya adalah jika pada industri manufaktur, kebutuhan dan keinginan pelanggan diterjemahkan menjadi karakteristik teknis, sedangkan pada industri jasa kebutuhan dan keinginan pelanggan diterjemahkan ke dalam karakteristik-karakteristik desain sistem jasa pelayanan yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi persyaratan pelanggan tersebut.
3.6.2. Tahapan Quality Function Deployment (QFD)11 Tahapan dalam membuat QFD, antara lain:
11
1. Fase I adalah mengumpulkan suara pelanggan (voice of customer), yaitu penentuan kebutuhan atribut yang diperoleh melalui kuesioner.
2. Fase II adalah menyusun rumah kualitas (house of quality), yang terdiri atas penentuan derajat kepentingan, evaluasi kinerja atribut terhadap pesaing, nilai target, rasio perbaikan, sales point, bobot, normalisasi bobot, parameter teknik, hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan konsumen, hubungan antar parameter teknik, nilai matriks interaksi dengan parameter teknik, prioritas dari setiap parameter teknik.
3. Fase III adalah analisa dari tahap-tahap di atas.
3.6.3. Manfaat Quality Function Deployment (QFD) Manfaat dari QFD adalah sebagai berikut:
1. Rancangan produk baru dapat dipusatkan pada kebutuhan pelanggan karena kebutuhan tersebut sudah lebih dulu dipahami.
2. Kegiatan menganalisa dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan pelanggan.
3. Menganalisis kinerja produk perusahaan terhadap pesaing utama untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
4. Memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan mengurangi waktu pemasaran produk baru
6. Menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.
3.7. Metode AHP (Analytic Hierarchy Process ) 12
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan Validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3.8. Dasar-dasar AHP
Struktur dalam AHP adalah struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam. AHP memperhitungkan Validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. AHP memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-obyektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.
Thomas L Saaty berpendapat, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical
Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan
dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponenkomponen yang mendukung pencapaian tujuan. Proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
12 Theory and Applications of the Analytic Network Process: Decision Making with Benefits,
1-888603-a. Lengkap
Lengkap yang dimaksud adalah kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.
b. Operasional
Operasional yang dimaksud adalah bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.
c. Tidak berlebihan
Tidak berlebihan yang dimaksud adalah menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.
d. Minimum
Minimum yang dimaksud adalah diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis.
3.8.1. Decomposition
menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.
Decomposition memperinci pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu bagian ini dipecah lagi ke dalam bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis. Penjabaran tujuan hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperoleh kriteria yang dapat diukur. Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Hal ini tentu mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran obyektif dari kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pengambilan keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci, maka salah satu cara untuk menyatakan ukuran pencapaiannya adalah dengan menggunakan skala subyektif.
3.8.2. Comparatif Judgement
Comparatif Judgement membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni:
b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum, dalam penyusunan skala
kepentingan, saat menggunakan patokan pada tabel 3.1. di bawah ini: Tabel 3.1. Dasar Perbandingan Kriteria Intensitas
Kepentingan Defenisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya.
5 Elemen yang satu essensial atau sangat penting ketimbang elemen
lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lain
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan berdekatan
Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j mempunyai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i
Sumber: AHP (Analytic Hierarchy Process) Thomas L. Saaty
elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting, jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal
dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1.
3.8.3. Synthesis of Priority
Setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada setiaptingkat, maka mendapatkan global priority harus sintesis antara local
priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur
sintesis dinamakan priority setting.
3.8.4. Logical Consistency
Konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan prioritas untuk setiap unsur adalah perlu sehingga memperoleh hasil yang benar dalam dunia nyata. Rasio ketidakkonsistenan maksimal yang dapat ditolerir 10%.
3.9. Konsistensi Hierarki
Konsistensi hierarki adalah melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hirarki. Apabila perhitungan telah dilakukan maka konsistensi untuk setiap matriks selesai, selanjutnya dilakukan pengujian apakah hierarki yang dibuat telah konsisten atau tidak. Pengujian ini bertujuan untuk menguji kekonsistensian perbandingan antara kriteria yang dilakukan untuk seluruh hirarki.
Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks.
Pengujian konsistensi dari suatu level hirarki dasar yang harus dilakukan adalah dengan mengetahui hasil konsistensi indeks dan vektor eigen dari suatu matriks banding berpasangan pada suatu tingkat hirarki tertentu. Rumus yang digunakan adalah :
CRH = ____
CH CH
Keterangan :
CRH : Rasio konsistensi hierarki
CH : Konsistensi hirarki terhadap indeks konsistensi dari matriks banding berpasangan
____
CH : Konsistensi hirarki terhadap Indeks Random dari matriks banding berpasangan
CI1 : Indeks Konsistensi dari matriks banding berpasangan hirarki level pertama
CI2 : Indeks konsistensi dari matriks banding berpasangan hirarki level kedua
EV1 : Vektor eigen dari matriks banding berpasangan pada hirarki level pertama
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada PT. Oleochem and Soap Industri yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi berbagai jenis Sabun. Perusahaaan ini berlokasi di Jl. Pulau Nias Selatan, KIM II Mabar, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april 2013 s/d juni 2013 .
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei (survei research). Penelitian
survei ialah suatu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala
yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran. Metode
survei menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh para responden dari objek
penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu. Pengisian kuesioner dilakukan dengan
atau tanpa bantuan surveyor.(Sukaria, 2011, p24). Pendekatan survei dalam penelitian ini
dilakukan dengan penyebaran kuisioner dan wawancara langsung kepada konsumen dan atau
4.3. Objek Penelitian13
Objek penelitian pada umumnya dibagi atas 3 komponen utama, yaitu komponen
tempat yaitu ruang dalam aspek fisik dan tempat dimana interaksi sosial sedang berlangsung,
pelaku yaitu orang- orang yang melaksanakan peran atau terlibat dalam interaksi sosial yang
sedang berlangsung, aktivitas yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pelaku
ketika interaksi sedang berlangsung). Dari keterangan diatas, maka objek penelitian ini
adalah karakteristik (atribut-atribut) produk sabun mandi padat antiseptik Meditwist 85 gr
yang dibutuhkan konsumen itu sendiri.
4.4. Kerangka Konseptual
Suatu penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedianya sebuah perancangan kerangka berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Karakteristik Teknis
Desain
Daya Tarik
Karakteristik yang berkualitas
Harga yang kompetitif
Consistency Ratio
Solusi Alternatif
Sumber : Product Design and Process Engineering (Benjamin W. Niebel) dan Alan B. Draper)
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.5. Definisi Operasional14
Defenisi operasional pembahasan hal-hal yang berhubungan dengan pengoperasian suatu konsep penelitian. Jika sebuah konsep hendak dioperasikan maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah penentuan variabel-variabel yang akan diukur nilainya.
Definisi operasional boleh merujuk pada kepustakaan. Defenisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.115
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian
Variabel Defenisi Alat Ukur
1 Desain Produk sabun mandi padat antiseptik harus memiliki desain fungsional
a. Observasi b. Kuesioner
c. Wawancara dengan konsumen
2 Daya tarik
Produk sabun mandi padat antiseptik harus memikat sehingga memiiki
daya tarik kepada konsumen
a. Observasi
b. Wawancara dengan perusahaan
c. Studi literatur
3 Karakteristik yang berkualitas
Produk sabun mandi padat antiseptik harus memiliki karakteristik produk
yang berkualitas tersendiri
a. Observasi b. Kuesioner
c. Wawancara dengan konsumen
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian (Lanjutan)
Variabel Defenisi Alat Ukur
4 Harga yang kompetitif
Produk sabun mandi padat antiseptik harus memiliki harga yang kompetitif di pasaran dengan
kompetitor lainnya
a. Observasi b. Kuesioner
c. Wawancara dengan konsumen
Sumber : Benjamin W Niebel and Alan B. Drapper, Product Design and Process Engineering
4.6. Variabel Penelitian
Penentuan variabel penelitian didasarkan atas studi pendahuluan, studi kepustakaan, dan pengalaman pihak perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
Varibel penelitian yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu:
4.6.1 Variabel Independen16
Variabel independen adalah variabel yang sering juga disebut sebagai variabel predictor (predictor variable) ialah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun secara negative. gunakan pada penelitian ini yaitu :
1. Desain 2. Daya tarik
3. Karakteristik yang berkualitas
15
Benjamin W Niebel and Alan B. Drapper, Product Design and Process Engineering, International Student edition.
16
4. Harga yang kompetitif
4.6.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang sering disebut variabel criteria
(criterion variable) adalah variabel yang nilai atau valuenya dipengaruhi atau
ditentukan oleh nilai variabel lainnya. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yakni :
1. Karakteristik teknis, dideskripsikan sebagai keseluruhan atribut-atribut yang mencirikan
produk sabun mandi padat antiseptik berdasarkan keinginan dan kebutuhan yang
datangnya dari konsumen
2. Tingkat Konsistensi, dideskripsikan sebagai ukuran, tingkat kesesuaian antara apa yang
diinginkan konsumen dengan apa yang diberikan perusahaan.
3. Solusi alternatif, dideskripsikan sebagai solusi tambahan yang dapat memperbaiki kualitas produk sehingga konsumen semakin dibutuhkan oleh konsumen
4.7. Sumber Data
Berdasarkan cara memperolehnya, maka sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yaitu kelompok keluarga yang berada di daerah Kecamatan Medan Deli
Mabar, dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner secara langsung ke lapangan.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan dikumpulkan dari pihak manajemen. Data tersebut adalah data mengenai sejarah perusahaan, produk yang diproduksi, serta struktur organisasinya.
4.8. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1. Teknik survei, yakni melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui kebutuhan konsumen terhadap produk sabun mandi padat antiseptik
meditwist 85 gr dengan menyebarkan kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.
2. Teknik wawancara, yakni dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan konsumen serta pihak perusahaan PT. Oleochem and Soap Industri terkait produk sabun mandi padat antiseptik Meditwist 85 gr..
3. Teknik Dokumentasi, yakni dengan mengumpulkan data mengenai karakteristik produk sabun mandi padat Meditwist 85 gr, proses produksi dari produk ini di PT. Oleochem and Soap Industri serta dokumen-rdokumen yang mendukung penelitian.
4.9. Instrumen Penelitian
Instrumen peneltian memiliki beberapa variabel yang akan diukur melalui pembagian
kuesioner kepada konsumen. Variabel-variabel yang akan dipertanyakan kepada konsumen
dibuat berdasarkan studi literatur, antara lain :
1. Product design and process engineering (Benjamin W. Niebel dan Alan B. Draper)
1)Desain yang fungsional 2)Daya tarik
3)Karakteristik yang berkualitas 4)Harga yang kompetitif
Variabel-variabel di atas memiliki prinsip tanggung jawab fungsi desain produk dalam proses perancangan produk untuk memastikan bahwa semua enam kriteria tersebut terpenuhi, perlu bahwa desain produk dan desain proses kerja sama erat dan harmonis satu sama lain.
2. Handbook of Soap, Detergents, Acid Lurry17
Ide-ide yang baru dan pemasaran tampaknya menjadi subyek utama dari industri sabun
India. Sabun adalah produk yang lincah, bervariasi, kreatif dan rumit, dan memiliki calon
untuk memberikan karir memuaskan. Sabun dan deterjen sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari kita. Menggunakannya untuk mencuci tangan dan membersihkan pakaian kami
tanpa pernah benar-benar memperhatikan bagaimana mereka bekerja.
Jumlah sabun dan deterjen dikonsumsi di suatu negara adalah ukuran yang dapat
diandalkan peradaban nya. Saat ini sabun adalah produk mewah, sekarang itu adalah sebuah
kebutuhan.. Industri Sabun yang mendalam dan menguntungkan dengan indah potensi pasar
serta ruang lingkup masa depan yang cerah dalam rangka memenuhi kebutuhan permintaan
pasar, banyak unit yang lebih baru direkomendasikan untuk dibentuk dalam skala kecil dan
rumah tangga. Sabun dan deterjen sangat mirip dalam sifat kimianya.
1. Spesifikasi standar kemasan sabun
2. Formulasi standar sabun
3. Karakteristik sabun
4. Bahan Penolong sabun
5. Bahan Pendukung Sabun
6. Spesifikasi Warna Sabun
Variabel tersebut selanjutnya akan dimasukkan menjadi atribut pertanyaan yang akan
dibuat pada kuesioner. Ada dua jenis kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini,
yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.
17
1. Kuesioner terbuka
Kuesioner ini digunakan sebagai studi pendahuluan untuk membantu memahami penentuan atribut keinginan konsumen. Berdasarkan studi literatur, kuesioner pendahuluan akan dibagikan kepada responden
2. Kuesioner tertutup merupakan kelanjutan dari kuesioner terbuka yang mana akan memberikan variabel/variabel karakteristik produk yang disesuaikan berdasarkan survey pada kuesioner pendahuluan/ kuesioner terbuka.
Penilaian pada kuesioner tertutup menggunakan skala Likert, yakni untuk melihat
tingkat kesetujuan (degree of agreeness) dari responden terhadap suatu
pertanyaan.(Sukaria Sinulingga,2011,P140).
3. Kuesioner AHP digunakan untuk melihat optimasi antara keinginan konsumen dengan
karakteristik teknis produk dengan cara membandingkannya dengan menggunakan dasar
perbandingan kriteria (Thomas L. Saaty)
4.10. Populasi dan Sampel
4.10.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang
dikenakan investigasi oleh peneliti (Sukaria Sinulingga, 2011,P167). Populasi dalam
penelitian ini adalah Kelompok keluarga khususnya orang yang memiliki aktifitas/pekerjaan
rutin dilakukan, yang berada di Kecamatan Medan Deli Mabar. Berdasarkan data dari Badan
4.10.2. Teknik Sampling
Penarikan sampel digunakan metode non probability sampling. Pada non probability
sampling, setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak
berdasarkan pada probabilitas yang melekat pada setiap elemen, tetapi berdasarkan
karakteristik khusus setiap elemen .(Sukaria Sinulingga, 2011,P178).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah judgement sampling.
Judgementsampling adalah suatu tipe pemilihan sampel dimana responden terlebih dahulu
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu karena kemampuannya atau kelebihannya diantara
orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus dibutuhkan
peneliti.(Sukaria Sinulingga, 2011,P179), Responden yang ditetapkan sebagai sampel dalam
penelitian ini adalah orang yang mengenal dan atau pernah menggunakan produk sabun
mandi padat antiseptik yang diteliti.
Penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai menggunakan proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan rumus berikut:
, = Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
α = derajat kepercayaan
p = proporsi Konsumen PT. Oleochem and Soap Industri
Derajat kepercayaan (α = 0,05) dan tingkat kesalahan (d = 0,1), maka jumlah
sampel minimum yang diperlukan adalah: Zα/2 = 1,96
P = 0,50
q = 1- 0,50 = 0,50 maka, =
n 96,002 97responden
1 , 0
50 , 0 . 50 , 0 . 96 , 1
2 2
≈ =
=
4.10.3. Ukuran Sampel pada Kuesioner AHP18
Kuesioner AHP digunakan untuk melihat bobot nilai antara karakteristik produk dengan kebutuhan konsumen (customer needs) yang ada pada House Of
Quality (HOQ). Kuesioner AHP diberikan pada bagian manager R&D (Research and
Development). Dalam kuesioner AHP ini manager R&D (Research and
Development) memberi penilaian terhadap hubungan antara kebutuhan konsumen
(customer needs) dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan yang ada
4.11. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah tahapan-tahapan dalam melaksanakan suatu penelitian. Diagram rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
18
MULAI
Studi Pendahuluan
1. Tingkat penjualan produk 2. Jenis produk sejenis dari perusahaan pesaing 3. Masalah-masalah 4. Informasi pendukung
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah penyelesaian
Identifikasi Masalah Awal
Semakin tingginya tingkat persaingan diantara para pelaku industri Sabun Mandi Padat di Indonesia
Rumusan Masalah
Produk sabun mandi padatPT. Oleochem and Soap Industri masih belum manpu memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk yang lebih
berkualitas dibandingkan kompetitornya.
Kesimpulan dan Saran
SELESAI Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Primer berupa kuisioner dan wawancara serta Data Sekunder berupa data yang sudah diolah dan didapat dari PT. Oleochem and
Soap Industri
Pengolahan Data
Analisis Pemecahan Masalah
- Analisis QFD-AHP (Quality Function Deployment-Analytic Hierarki Process)
1. Mengetahui variabel-variabel yang dibutuhkan konsumen terhadap produk sabun mandi padat antiseptik PT. Oleochem and Soap Industri
2. Mengetahui tingkat kepuasan variabel kebutuhan konsumen terhadap produk sabun mandi padat antiseptik PT. Oleochem and Soap Industri.
3. Mengetahui tingkat konsistensi antara karakteristik teknis produk dengan kebutuhan konsumen dan memasukkannya ke dalam HOQ (House of Quality) dengan menggunakan metode QFD dan AHP pada produk PT. Oleochem and Soap Industri .
4. Mengetahui perbandingan Tingkat Kepentingan Relatif (TKR) produk sabun mandi padat antiseptik dengan menggunakan metode QFD dan QFD - AHP di PT. Oleochem and Soap Industri.
Gambar 4.2. Blok Diagram Rancangan Penelitian
4.12. Pengolahan Data
Setelah keseluruhan data yang dibutuhkan baik data primer maupun data sekunder terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang diperoleh dari dari pengumpulan data diuji validitasnya dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Untuk pengujian realibilitas data akan
digunakan rumus koefisien Alpha Cronbach.
2. Tahap Quality Function Deployment-Analytic Hierarchy Process
untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen kedalam suatu rancangan
produk yang memiliki karakteristik teknis dan karakteristik kualitas tertentu.
3. Tahap AHP (Analytical Hierarchy Process).
untuk penentuan tingkat konsistensi dengan menggunakan metode AHP (Analytical
Hierarchy Process)., serta mengintegrasikan ke dalam metode QFD (Quality Function
Deployment) dengan membuat House of Quality
MULAI
Penyebaran kuesioner Terbuka
SELESAI
Hasil Tabulasi Kuesioner Tertutup
Uji validitas dan reabilitas
Valid dan reliabel
Pembuatan Matriks House of Quality
dengan metode QFD
Pembuatan dan Penyebaran kuesioner
Ya
Tidak Rekapitulasi Kuisioner Terbuka
Penyebaran Kuisioner Tertutup
Penentuan Consistency Ratio dengan
Metode AHP
Penmbuatan House of Quality dengan Metode QFD dan AHP
Gambar 4.3. Blok Diagram Tahap Pengolahan Data
4.12.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment.
Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
∑
∑
∑
∑
Sedangkan pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien
Alpha Cronbach, yaitu:
4.12.2. Membangun Matriks House Of Quality (HOQ)
Matriks HOQ dibentuk berdasarkan pengembangan karakteristik teknis yang
ditentukan berdasarkan kebutuhan konsumen. Data-data yang diisi pada matriks ini dibuat
berdasarkan data yang diperoleh sebelumnya. Adapun langkah-langkah dalam membangun
matriks HOQ adalah:
1. Identifikasi kebutuhan konsumen
Kebutuhan konsumen disusun berdasarkan variabel kebutuhan konsumen produk sabun
mandi padat yang diperoleh dari hasil kuesioner tertutup.
2. Matriks Perencanaan
Penyusunan matriks perencanaan diperoleh berdasarkan hasil kalkulasi dari beberapa
3. Karakteristik teknis
Karakteristik-karakteristik teknis ini diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dengan
pihak perusahaan yang terkait di PT. Oleochem and Soap Industri.
4. Tingkat hubungan antara kebutuhan konsumen dengan karakteristik teknis
Tingkat hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan kuat, sedang, lemah dan tidak ada hubungan sama sekali.
5. Prioritas desain karakteristik teknis
Prioritas desain didapatkan berdasarkan bobot tingkat absolut atau bobot tingkat relatif.
6. Tingkat hubungan antar karakteristik teknis
Tingkat hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan positif kuat,
sedang, negatif kuat, negatif lemah dan tidak ada hubungan sama sekali Untuk lebih
jelasnya, langkah-langkah pembuatan House of Quality (HOQ) dapat dilihat pada
Identifikasi kebutuhan konsumen
Menetapkan karakteristik teknis terhadap
kebutuhan konsumen
Menentukan tingkat hubungan antara kebutuhan
konsumen dengan karakteristik teknis
Menyusun Matriks Perencanaan
Menentukan Prioritas Desain Karakteristik Teknis
Menentukan tingkat hubungan antar karakteristik teknis
Gambar 4.4. Blok Diagram Pembuatan Matriks House of Quality (HOQ) dengan Menggunakan Metode QFD
Sumber: Pengolahan Data
4.12.3. Pengolahan Data Menggunakan AHP19
Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk melihat hubungan antara atribut
karakteristik teknis produk dengan atribut customer requirement. Metode AHP dinilai dapat
lebih menunjukkan prioritas dengan lebih tepat dan lebih obyektif karena menggunakan
matriks perbandingan antar variabel. Kuesioner AHP diberikan kepada pihak pimpinan R &
D (Research and Development) untuk membandingkan hubungan antara karakteristik produk
19
dengan atribut keinginan konsumen. Penilaian ini menggunakan matriks perbandingan
berpasangan yang ada pada AHP. Prosedur pengolahan menggunakan AHP adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pembobotan kriteria. Pada tahapan ini, seluruh kriteria yang berada pada
setiap tingkat hirarki diberikan penilaian kepentingan relatif antara satu kriteria dengan
kriteria lainnya. Penilaian tersebut menggunakan standar pembobotan Saaty dengan skala
berkisar dari 1 hingga 9 dan kebalikannya.
2. Dibuat matriks perbandingan berpasangan
3. Dijumlahkan kolom matriks perbandingan berpasangan
4. Dihitung normalisasi matriks dengan cara membagi setiap matriks perbandingan dengan
jumlah kolom masing- masing
5. Menghitung eigenvector. Caranya adalah dengan menjumlahkan setiap baris dibagi
dengan kebutuhan.
6. Langkah selanjutnya adalah membuat perkalian antara matriks perbandingan dengan nilai
eigenvector dan penjumlahan setiap baris.
7. Menghitung nilai Et dengan cara menjumlahkan setiap baris eigenvector dan membagi
dengan nilai eigenvector itu sendiri.
8. Menghitung nilai lambda (λ) dengan rumus:
9. Menghitung nilai CI dengan rumus :
11. Apabila CR ≤ 0,1 data telah konsisten dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
Secara keseluruhan pengolahan data dengan AHP dapat dilihat pada block diagram
Kuesioner AHP antara customer needs dan karakteristik produk
Normalisasi Matriks
Perhitungan Eigenvektor
Perkalian antara Matriks perbandingan dengan
Nilai eigenvektor
Perhitungan nilai λ (Lambda)
Start
Perhitungan nilai Consistensi Indeks (CI)
Perhitungan nilai Consistensi Ratio (CR)
CR ≤ 0,1?
Data konsisten dan dapat digunakan
Finish
N
Y
Pembentukan HOQ dengan Menggunakan metode QFD dan AHP
Jenis Kemasan banyak dan cepat,
serta mudah dibersihkan
Parfum dengan aroma herbal
Cepat membunuh kuman, dan tidak menimbulkan
iritasi kulit
Menggunakan huruf besar agar mudah dilihat dan
jelas yang bagus dan
besar
Kadar garam di dalam sabun
Brand atau merek yang mudah
Memberi daya jual yang tinggi tanpa mengurangi
Gambar 4.6. Hierarki Produk Sabun Mandi Padat Antseptik
4.13. Analisis Pemecahan Masalah
Analisis pemecahan masalah terhadap peningkatan kualitas produk sabun mandi padat antiseptik dapat dilakukan dengan mengevaluasi beberapa hal diantaranya:
1. Menganalisis hasil rekapitulasi hasil kuesioner, yaitu analisis uji validitas dan uji realibilitas data.
2. Menganalisis matriks tingkat kepentingan konsumen terhadap variabel kebutuhan produk sabun mandi padat antiseptik
3. Menganalisis matriks tingkat kepuasan konsumen terhadap variabel kebutuhan produk produk sabun mandi padat antiseptik.
4. Menganalisis tingkat konsistensi hubungan antara karakteristik produk dengan atribut keinginan konsumen).
. 4.14. Kesimpulan dan Saran
Penarikan kesimpulan ini berisi hal-hal penting yang diperoleh sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian. Selain itu, peneliti akan memberikan saran yang bermanfaat bagi perusahaan sebagai masukan untuk peningkatan kualitas produk kompetitif.
.
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner
Kuesioner dibagikan dalam 2 tahapan, tahapan pertama merupakan kuesioner terbuka atau kuesioner pendahuluan (Lampiran 1). Kuesioner ini merupakan bentuk pertanyaan yang diajukan kepada 30 responden tentang penilaian kebutuhan konsumen pengguna produk sabun mandi padat antiseptic
Meditwist 85 gr.
Jawaban responden yang tertuang pada kuesioner pendahuluan ini didapatkan beberapa modus yang menjadi pendukung atribut pertanyaan pada kuesioner tahap kedua, yaitu kuesioner tertutup (Lampiran 2).
Kuesioner tertutup terdiri atas dua bagian utama, bagian I menunjukkan tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut sabun mandi padat antiseptik
Meditwist 85 gr.
Bagian II menunjukkan penilaian pelanggan terhadap atribut-atribut tersebut (tingkat kepuasan). Responden pada kuesioner tertutup ini berjumlah 97 orang yang didapatkan berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan metode
5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka pada Lampiran 1, maka rekapitulasi Kuesioner Terbuka dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Rekapitulasi Kuesioner Terbuka
Pertanyaan Keterangan Jumlah
Jenis Kemasan
- Berbahan kertas - Berbahan plastik
- Double packing, sabun dilapisi plastik, kemudian dikemas dengan kertas (kotak kertas)
- Berbahan Kertas Plastik
- Berbahan Plastik transparan
- Berbahan karton
- Jenis kemasan Kotak
11
- Bentuk kemasan kotak/persegi - Menarik untuk dilihat
- Jenis kemasan yang kreatif
- Bentuk kemasan harus simpel dan praktis
- Bungkus kertas
- Berbentuk Oval
- Segiempat dengan ujung sisi yang tidak runcing
19
- Berat yang standar sesuai dengan permintaan pasar - Berat sabun harus beragam
- Tidak terlalu berat
- Adanya perubahan/inovasi baru
- Ditambah menjadi 100 gr
- Berat yang ideal
- Sesuai Bentuk kertas
- Segiempat
- Gepeng
- Bentuk yang cocok setengah bulat
- Bentuk yang bulat
- Adanya perubahan/inovasi pada produk meditwist ini
14
- Menghasikan busa yang banyak dan mudah dibersihkan juga
- Busanya tidak terlalu banyak, sebab ini bukan sabun cuci, yang penting antiseptiknya
- Busa yang sedang
- Busa yang lama hilangnya
Tabel 5.1 Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)
Pertanyaan Keterangan Jumlah
Parfum / Wangi yang
digunakan
- Wangi Herbal
- Parfum/ wangi yang digunakan untuk pria dan wanita (semua orang)
- Meggunakan parfume jenis“Boomerang
- Parfum dengan aroma buah-buahan
- Jangan terlalu norak wanginya dan enak dicium
- Segar dan tahan lama
- Wangi bunga
- Aroma terapi
- Wangi Natural
- Wangi yang menyegarkan
9
- Cepat membunuh kuman, dan tidak menimbulkan iritasi kulit - Cepat dan kesat
- Jangan membuat badan jadi gatal
- Setiap kemasan konsisten menjaga volume isinya
- Ukuran besar memiliki waktu kedaluarsa lebih panjang
24
- Menggunakan huruf besar agar mudah dilihat dan jelas - Timbul ke atas
- Unik dan mudah dibaca
- Harus dicari logo yang pas
- Sudah Oke
- Ada gambar keluarga tersenyum
- Dibagian atas
- Yang jelas ada diakui oeh depkes
- Pencampuran komposisi warna agar udah menarik dikenali logonya
15
- Komposisi secara detail dan lengkap
- Label halal dan komposisi
- Informasi Kadaluarsa
- Ada Keterangan : anjuran pemakaian
- Informasi Pencegahan
- Alamat perusahaan yang jelas, dan suara konsumen
- Dicantum dibagian yang mudah dibaca dengan tulisan yang ideal
- Kelebihan/ manfaat
- Tanggal Produksi dan tanggal kadaluarsa
13
- Tulisannya besar dan jelas untuk dibaca - Tulisan timbul
- Diletakkan di tempat yang mudah dilihat
- Setiap produk individual harus dicantumkan expire date nya
- Kadaluarsa minimal 2 tahun
- Sangat perlu dicantumkan
- 1 tahun
- Warna yang jelas dan timbul
Tabel 5.1 Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)
Pertanyaan Keterangan Jumlah
Warna Sabun mandi padat
Antiseptik
- Warna yang menarik dan transparan
- White (putih)
- Warna yang menarik
- Warna yang cantik dan beragam
- Warna Merah dan transparan
- Warna Merah
- Warna orange
- Warna putih dan transparan
- Tampilan sabun transparan
- Lebih dicerahkan lagi
- Warna yang menarik dan berani daam mencampurkan warna
- Kombinasi yang menarik, sehingga tidak monoton pada satu warna saja
5
- Harga yang terjangkau dan ekonomis
- Harga yang sesuai dengan kualitas
- Harga Rp. 2500,-
- Sesuai dengan pasaran
- Harga terjangkau untk kalangan menengah
- Harga standar, tapi kualitas baik
- Pas
- Harga Rp. 3000,-
- Ukuran hurufnya diperbesar
- Bentuknya jelas, tidak kabur
19
Sumber : Hasil Survei Responden
Setelah direkapitulasi dari nilai modus, maka susunan variabel kuisioner terbuka, dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Variabel Kuesioner Terbuka
No Variabel
1 Jenis Kemasan Kertas 2 Bentuk kotak/persegi
3 Berat yang standar sesuai dengan permintaan pasar 4 Oval/Lonjong
5 Busa yang banyak dan cepat, serta mudah dibersihkan 6 Parfum dengan Aroma Herbal
7 Cepat membunuh kuman, dan tidak menimbulkan iritasi kulit 8 Menggunakan huruf besar agar mudah dilihat dan jelas 9 Komposisi secara detail dan lengkap.
10
Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan huruf yang bagus dan besar
11 Warna yang menarik dan transparan 12 Harga yang terjangkau dan ekonomis
5.1.3 Rekapitulasi Kuesioner Tertutup
Pengukuran atribut yang digunakan pada kuesioner tertutup adalah skala Likert. Adapun kebaikan skala Likert ini yakni terdapat keseragaman skor
(variability of scorer) sebagai akibat penggunaan skala yang berkisar antara 1
sampai dengan 5. Berdasarkan hasil kuesioner tertutup pada Lampiran 2, maka rekapitulasi Kuesioner Tertutup dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang telah disebar akan dikumpulkan kembali, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut.
5.2.1.1. Pengujian Validitas
5.2.1.1.1. Pengujian Validitas Derajat Kepentingan
Berdasarkan data hasil kuesioner untuk penilaian derajat kepentingan terhadap perbaikan kualitas sabun mandi padat antiseptik Meditiwist 85 gr, maka dilakukan pengujian validitas dari pertanyaan 1 hingga 12 dengan menggunakan persamaan korelasi product moment (Pearson). Sebelum melakukan perhitungan validitas, maka skala Likert yang berupa skala ordinal terlebih dahulu diubah menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI).
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mentabulasi frekuensi jawaban dari responden
2 = Kurang penting 3 = Cukup penting 4 = Penting
5 = Sangat penting
Jawaban dari responden yang berbentuk skala ordinal 1, 2, 3, 4 dan 5, dimana akan ditabulasi jumlahnya masing-masing. Tabulasi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden
Atribut Pertanyaan
Skala 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah 1 17 20 19 16 17 26 20 25 20 14 19 16 229 2 14 14 15 19 27 19 16 17 19 21 22 22 225 3 17 18 19 23 14 17 14 16 26 17 18 22 221 4 25 21 22 13 17 24 23 15 16 24 27 14 241 5 24 24 22 26 22 11 24 24 16 21 11 23 248
Total 1164
Sumber: Hasil Pengolahan Data
2. Penentuan proporsi, proporsi kumulatif dan nilai Z masing-masing skala. Proporsi masing-masing skala diperoleh dari hasil perbandingan jumlah frekuensi dengan jumlah total frekuensi. Berikut ini perhitungan untuk proporsi skala 1
Frekuensi untuk skala 1 = 229 Total Frekuensi = 1164
Nilai Proporsi Skala 1 =
total Frekuensi
skala
Frekuensi 1
= 1164
229
= 0,197
distribusi normal. Untuk lebih jelasnya, nilai proporsi, proporsi kumulatif dan nilai Z untuk masing-masing skala dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Proporsi, Proporsi Kumulatif dan Nilai Z Masing-masing Skala Skala Frekuensi Proporsi Proporsi
Kumulatif Z
Sumber: Hasil Pengolahan Data
3. Penentuan nilai densitas f(Z)
Nilai densitas diperoleh dengan cara memasukkan nilai Z tersebut ke dalam fungsi densitas normal baku sebagai berikut :
Perhitungan untuk nilai densitas fungsi Z = -0,860
f (-0.860) = (-0.860) 0,276
dimana, nilai dari setiap fungsi Z dapat dilihat pada Tabel 5.5 Tabel 5.5. Nilai Densitas untuk Masing-masing Nilai Z
Z
-0.860 -0.215 0.202 0.796 ∞ Nilai Densitas f (Z) 0.276 0.390 0.391 0.291 0
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4. Penentuan Nilai Scale Value (SV)
Nilai Scale Value (SV) diperoleh dengan rumus berikut :
Density at lower limit = 0
Density at upper limit = Densitas f (Z=-0,860) = 0,276
Area under offer limit = Proporsi Kumulatif Skala 1
Under lower limit = 0
SV skala 1 =
0 197 , 0
0,276 0
− −
= -1.4013 SV skala 2 =
0 197 , 0
0,390 -0,276
− = -0,5912
Nilai untuk setiap Scale Value dapat dilihat pada Tabel 5.6
Tabel 5.6. Nilai Scale Value untuk masing-masing Skala
Skala
1 2 3 4 5
Nilai Scale Value (SV) -1.4013 -0.5912 -0.0055 0.4847 1.3641
Sumber: Hasil Pengolahan Data
5. Penentuan skala akhir data interval
Skala interval untuk masing-masing skala ordinal (likert) 1, 2, 3, 4 dan 5 diperoleh dengan cara menjumlahkan SV masing-masing skala dengan nilai absolut minus terkecil dari SV dan ditambahkan dengan angka 1.
Tabel 5.7 Uji Validitas Atribut 1 Tingkat Kepentingan (Lanjutan)
Nilai koefisien korelasi product moment untuk variabel 1 adalah 0,2783 Dari tabel kritis koefisien product moment untuk taraf signifikan 5%, diperoleh nilai kritis sebagai berikut:
Nilai kritis untuk taraf signifikan 5% dengan df 97-2 = 95 sebesar 0,202, Karena nilai r hitung > r tabel, maka data derajat kepentingan untuk atribut 1 dinyatakan valid. Selanjutnya, hasil perhitungan validitas untuk semua butir dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepentingan
Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepentingan (Lanjutan)
Atribut n Σx Σy Σx2 Σy2 Σxy r.hit r.tabel ket 8 97 343 3545 1077 132273 10697 0.26465 0.202 Valid 9 97 239 3545 986 132273 10390 0.22597 0.202 Valid 10 97 292 3545 1160 132273 11539 0.40208 0.202 Valid 11 97 387 3545 976 132273 10420 0.27705 0.202 Valid 12 97 314 3545 1101 132273 11071 0.3004 0.202 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data
5.2.1.1.2. Pengujian Validitas Derajat Kepuasan Konsumen
Data hasil kuesioner untuk penilaian derajat kepentingan terhadap perbaikan kualitas sabun mandi padat antiseptik Meditwist 85 gr, maka dilakukan pengujian validitas dari pertanyaan 1 hingga 12 dengan menggunakan persamaan korelasi product moment (Pearson). Sebelum melakukan perhitungan validitas, maka skala Likert yang berupa skala ordinal terlebih dahulu diubah menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI).
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mentabulasi frekuensi jawaban dari responden
1 = Tidak puas 2 = Kurang puas 3 = Cukup puas 4 = puas
5 = Sangat puas
Tabel 5.9. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden
Atribut Pertanyaan
Skala 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 jumlah
1 0 0 0 1 1 0 5 0 28 4 0 0 39
2 5 13 7 9 28 2 32 7 25 27 0 17 172
3 15 29 47 43 33 16 24 34 19 39 13 48 360 4 47 47 40 35 31 54 30 49 21 18 69 21 462
5 30 8 3 9 3 25 5 6 4 9 14 10 126
Total 1159
Sumber: Hasil Pengolahan Data
2. Penentuan proporsi, proporsi kumulatif dan nilai Z masing-masing skala. Proporsi masing-masing skala diperoleh dari hasil perbandingan jumlah frekuensi dengan jumlah total frekuensi. Berikut ini perhitungan untuk proporsi skala 1.
- Frekuensi untuk skala 1 = 39 - Total Frekuensi = 1159
Nilai Proporsi Skala 1 =
total Frekuensi
skala
Frekuensi 1
= 1159
39
= 0.034
Untuk proporsi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan secara berurutan untuk setiap nilai proporsi. Sedangkan untuk penentuan nilai Z ditentukan dari tabel distribusi normal. Untuk lebih jelasnya, nilai proporsi, proporsi kumulatif dan nilai Z untuk masing-masing skala dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Proporsi, Proporsi Kumulatif dan Nilai Z masing-masing Skala Skala Frekuensi Proporsi
Proporsi
Kumulatif Z
1 39 0.034 0.034 -1.825
2 172 0.148 0.182 -0.908
3 360 0.311 0.493 -0.018
4 462 0.399 0.891 1.232
5 126 0.109 1.000 ∞
Total 1159
3. Penentuan nilai densitas f(Z)
Nilai densitas diperoleh dengan cara memasukkan nilai Z tersebut ke dalam fungsi densitas normal baku sebagai berikut :
Perhitungan untuk nilai densitas fungsi Z = -1,825
f (-1,825) = (-1,825) 0,075
Nilai dari setiap fungsi Z dapat dilihat pada Tabel 5.11
Tabel 5.11. Nilai Densitas untuk masing-masing Nilai Z
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4. Penentuan Nilai Scale Value (SV)
Nilai Scale Value (SV) diperoleh dengan rumus berikut :
Perhitungan untuk nilai SV skala 5, dengan menggunakan tabel distribusi normal
Density at lower limit = 0
Density at upper limit = Densitas f (Z=-1,825) = 0,075
Area under offer limit = Proporsi Kumulatif Skala 1
SV skala 2 =
0 148 , 0
0,075 -0,264
− = -1,272
Untuk lebih jelasnya, nilai untuk setiap Scale Value dapat dilihat pada Tabel 5.12
Tabel 5.12. Nilai Scale Value untuk Masing-masing Skala
Skala
1 2 3 4 5
Nilai Scale Value (SV)
-2.243 -1.272 -0.434 0.532 1.719
Sumber: Hasil Pengolahan Data
5. Penentuan skala akhir data interval
Skala interval untuk masing-masing skala ordinal (likert) 1, 2 , 3, 4 dan 5 diperoleh dengan cara menjumlahkan SV masing-masing skala dengan nilai absolut minus terkecil (-2,243) dari SV dan ditambahkan dengan angka 1. a. skala interval baru dari 1 = (-2.243+2.243+ 1) = 1
b. skala interval baru dari 2 = (-1.272+ 2.243+ 1 ) = 1,971 c. skala interval baru dari 3 = (-0.434+ 2.243+ 1) = 2,809 d. skala interval baru dari 4 = (0.532+ 2.243+ 1) = 3,775 e. skala interval baru dari 5 = (1.719+ 2.243+ 1) = 4,962
Nilai-nilai dari skala interval baru tersebut diuji validitasnya. Perhitungan untuk validitas atribut 1.
Tabel 5.13. Uji Validitas Atribut 1 Tingkat Kepuasan
X Y X2 Y2 XY
5 36 25 1296 180
5 53 25 2809 265
3 31 9 961 93
4 50 16 2500 200
4 48 16 2304 192
4 48 16 2304 192
4 43 16 1849 172
Tabel 5.13. Uji Validitas Atribut 1 Tingkat Kepuasan (Lanjutan)
Nilai koefisien korelasi product moment untuk variabel 1 adalah 0,53746. Dari tabel kritis koefisien product moment untuk taraf signifikan 5%, diperoleh nilai kritis sebagai berikut:
Nilai kritis untuk taraf signifikan 5% dengan df 97-2 = 95 sebesar 0,202, Karena nilai r hitung > r tabel, maka data derajat kepentingan untuk atribut 1 dinyatakan valid. Selanjutnya, hasil perhitungan validitas untuk semua butir dapat dilihat pada Tabel 5.14..
Tabel 5.14 Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepuasan Konsumen
Atribut n Σx Σy Σx2 Σy2 Σxy r.hit r.tabel ket
5.2.1.2. Pengujian Reliabilitas
5.2.1.2.1. Uji Reliabilitas untuk Derajat Kepentingan
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang telah dibuat reliabel atau tidak. Dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach, maka nilai varians butir 1, yaitu:
( )
Penggunaan cara yang sama, maka nilai varians butir 2 sampai dengan 12 dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Perhitungan Varians Derajat Kepentingan Tiap Butir Butir Varians
1 2.02636
Sumber: Hasil Pengolahan Data
=
Masukkan ke rumus Alpha
0.87765
Nilai koefisien reliabilitas tingkat kepentingan sebesar 0.87765
Dua cara untuk menilai apakah suatu instrument memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, yaitu:
1. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,6020
2. Tabel kritis koefisien korelasi rPearson.
Dari tabel kritis koefisien korelasi r Pearson untuk taraf signifikan 5%, dengan jumlah responden 97 diperoleh nilai kritis sebagai berikut: Derajat kebebasan (df) = jumlah responden – 2 = 97 – 2 = 95 Nilai kritis untuk taraf signifikan 5% dengan df 95 sebesar 0,202,
Karena nilai r hitung > 0,60 dan r hitung (0,8775) > r tabel (0,202) , maka data derajat (kepentingan) konsumen atribut pertanyaan dinyatakan reliabel, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner dapat dipercaya kebenaran datanya.