• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan produk kantong kain belanja dengan metode quality function deployment (QFD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan produk kantong kain belanja dengan metode quality function deployment (QFD)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ageng Setiawan

NIM : 10310803

Menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul PERANCANGAN PRODUK

KANTONG KAIN BELANJA DENGAN METODE QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT (QFD) adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari hasil karya orang lain yang pernah

dipublikasikan atau yang sudah pernah dipakai untuk mendapatkan gelar di

Universitas lain, kecuali pada bagian dimana sumber informasi dicantumkan

dengan cara referensi yang semestinya.

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung

jawab penuh tanpa melibatkan pihak lain serta bersedia menerima sanksi hukum

dan akademik apabila terbukti melakukan duplikai terhadap Tugas Akhir yang

sudah ada.

Bandung, Februari 2014

(3)
(4)

Nama : Ageng Setiawan

Alamat : Perum Pondok Cipta Blok B N0.50 Bintara Bekasi Barat 17134

E-mail : iwan.ryu6@gmail.com

Agama : Islam

Kewarganegaraan: Indonesia

Tanggal Lahir : 29 Januari 1985

Gender : Pria

Phone : 08156276229

Pendidikan Formal

1990-1991 : TK Puspita Sari, Bekasi

1991-1997 : SDN Bintara 1, Bekasi

1997-2000 : SLTPN 14 Bintara, Bekasi

2000-2003 : SMAN 91 Jakarta Timur

2010-2014 : Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia, Bandung

Pendidikan Non Formal

2003-2005 : Kursus Bahasa Inggris Lembaga Bahasa & Pendidikan LIA

Organisasi

2001-2002 : Kepala Departmen Kerohanian OSIS SMUN 91 Jakarta

2011-2012 : Kepala Departmen Riset and Pengembangan Himpunan Mahasiswa

Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia

2012-2013 : Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas

Komputer Indonesia

2013 : Committee Industrial Games di Universitas Komputer Indonesia

2013 : Instruktur Pelatihan SPSS dan Ms Acces untuk SMU

2013 : Committee Seminar Opportunity, Challenges and Competence

(5)

2012 : Participan Kunjungan Industri at PT. Madubaru.

2012 : Participan Kunjungan Industri at CV. Karya Hidup Sentosa Traktor

Quick.

2013 : Workshop Production Operation Management (POM)

Pengalaman Kerja dan Magang

2008 : Magang di PT. INTI Bandung

2010-2012 : Guru Les Pribadi untuk Mata Pelajaran Matematika SLTP

2012 : Asisten Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan ergonomi (Ganjil

2012/2013 dan Ganjil 2013/2014)

2013 : Asisten Dosen untuk Mata Kuliah SPSS.

(6)

TUGAS AKHIR

Karya tulis disusun sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri

Oleh

AGENG SETIAWAN

NIM. 10310803

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(7)

vi

Assalaamualaikum wr. wb.

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena berkat rahmat,

taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir

dengan judul “Perancangan Kantong Kain Belanja Dengan Metode Quality Function Deployment”. Tak lupa pula shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjunan alam kita Nabi besar Muhammad S.A.W. pada

keluarganya, pada sahabatnya serta kita selaku umatnya. Dalam penelitian dan

penyusunan tugas akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan doa dari

berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang

senantiasa membimbing, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tugas akhirnya. Amin yaa rabbal alamin.

Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan semangatnya

kepada penulis selama menempuh pendidikan.

2. Ibu Dr. Henny, ST., MT. selaku ketua program studi Teknik Industri.

3. Ibu Julian Robecca, MT. selaku pembimbing tugas akhir yang selalu

memberikan masukan dan sabar dalam membimbing penulis selama proses

penyusunan laporan.

4. Bapak Agus Riyanto, ST., MT. selaku dosen wali.

5. Bapak Iyan Andriana, ST., MT. dan Bapak Gabriel Sianturi ST., MT. selaku

dosen penguji

6. Seluruh dosen UNIKOM dan Program Studi Teknik Industri khususnya, terima

kasih atas ilmu dan pembelajarannya.

7. Sekretaris Program Studi Teknik Industri, The One Only Teteh Shinta Kirana

Puspa. Makasih atas bantuannya dalam pengurusan administrasi mulai dari

(8)

vii

Harapan penulis semoga laporan Tugas Akhir bisa berguna dan dapat diambil

hikmah serta manfaatnya bagi pembaca semua. Akhir kata, mohon maaf atas

segala kesalahan dan kekurangan yang menyangkut prakata maupun isi dari tugas

akhir ini, karena penulis yakin laporan ini masih belum sempurna dan Yang Maha

Sempurna datangnya hanya dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung, Februari 2014

(9)

viii

Lembar Pengesahan ………. i

Lembar Pernyataan……….…..… ii

Abstrak ………. iii

Lembar Peruntukan……….………. v

Kata Pengantar ………. vi

Daftar Isi………... viii

Daftar Tabel ………. xi

Daftar Gambar ………... xii

Daftar Lampiran ………..……… xiii

Bab 1 Pendahuluan……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2. Identifikasi Masalah……….… 2

1.3. Tujuan Penelitian ………. 3

1.4. Pembatasan Masalah ……… 3

1.5. Sistematika Penulisan ……….. 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka ………..……….………. 5

2.1. Perancangan dan Pengembangan Produk ………..….… 5

2.2. Konsep Kualitas …..……… 7

2.3. Dimensi Kualitas ………..……….. 8

2.4. Quality Function Deployment……….. 10

2.4.1. Struktur dan Proses Quality Function Deployment ……. 13

2.4.2. House of Quality……….. 15

2.4.3. Parts Deployment ……… 20

2.4.4. Process Planning………. 20

2.4.5. Production Planning……… 21

(10)

ix

2.7.2. Pengujian Reliabilitas ……….. 25

2.8. Material Bahan Kain (Cordura) ……….. 25

Bab 3 Metodologi Penelitian………..……… 28

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah ………..………. 28

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ………..…. 29

3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan………. 29

3.2.2. Identifikasi Masalah ………..………. 29

3.2.3. Tujuan Penelitian ……… 29

3.2.4. Obesrvasi dan Wawancara………... 30

3.2.5. Identifikasi Customer Needs……… 30

3.2.6. Penyusunan Kuesioner ………..………. 30

3.2.7. Pengumpulan Data ……….. 31

3.2.8. Uji Validitas………. 31

3.2.9. Uji Reliabilitas………. 31

3.2.10. Penyusunan House of Quality……… 32

3.2.11. Analisis dan Perancangan Konsep Produk ……… 32

3.2.12. Kesimpulan dan Saran ………..………… 33

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data……….. 34

4.1. Pengumpulan Data……… 34

4.1.1. Penentuan Jumlah Sampel ……….. 33

4.2. Pengolahan Data ……….. 35

4.2.1. Identifikasi Customer Needs……… 35

4.2.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ………. 37

4.2.3. Penyusunan House of Quality ………. 39

(11)

x

(Relationship) ……….. 43

4.2.3.4. Menentukan Korelasi Teknis (Technical Correlation)……….. 45

4.2.3.5. Menyususn Matrik Teknis (Technical Matrix)… 46 Bab 5 Analisis dan Gambar Konsep Perancangan Produk ………….. 49

5.1. Analisis Uji Kuesioner ……… 49

5.2. Analisis House of Quality ……….. 49

5.2.1. Matrik Perencanaan ……… 49

5.2.2. Karakteristik Teknis (Technical Reponse) ………. 51

5.2.3. Matrik Teknis (Technical Correlation) ……….. 53

5.2.4. Matrik Keterhubungan (Relationship) ……… 55

5.2.5. Matrik Teknis (Technical Matrix) ……….. 61

5.3. Gambar Konsep Perancangan Produk ……… 62

Bab 6 Kesimpulan dan Saran ………... 63

6.1. Kesimpulan ………. 63

6.2. Saran ………... 66

Daftar Pustaka……… 67

(12)

Daftar Pustaka

1. Arikunto, Suharsimi (2002), Prosedur Penelitian, PT Rineka Cipta.

2. Basterfield, D.H. (1994), Total Quality Management, prentice Hall, Engel

Wood Cliff New Jersey.

3. Cohen, Lou. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD Work

for You. Massachusset. Addison-Wesley Publishing Company.

4. Dale, B. G. (1994). Managing Quality. Prentice Hall.

5. Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

6. Luthfianto, Saufik, & Siswiyanti. (2012). Implementasi Quality Function

Deployment (QFD) Dalam Perancangan Produk Alat Penetas Telur Rak Putar.

7. Maulana, Dwi. (2008). Usulan Pengembangan Kualitas Layanan Pos Express

Dengan Menggunakan Metode QFD Di Wilayah Bandung. Retrieved January

1st, 2014 from http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php

8. Mohamad, Nor, Asep, & Arifin, Irwan. (2000). Otomasi Pembuatan House of

Quality Pada Quality Function Deployment. Proceedings of Komputer dan

Sistem Intelejen, C142-C147.

9. Noor, Juliansyah. (2011). Metodelogi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta. Prenada Media.

10. Sugiyono Prof. DR. (2006). Statistika untuk Penelitian. Cetakan Kesembilan.

Bandung. Penerbit CV. Alfabeta.

11. Suryaningrat I.B., Djumarti, Ruriani Eka, Kurniawan Indah. (2010). Aplikasi

Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Peningkatan Kualitas

Produk Mie Jagung. Agrotek, Vol 4, No. 1, 2010:8-7.

12. Sutikno, Rian Slamet. (2010). Analisis Pengembangan Desain Konsep Treker

Bearing Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD).

Tugas Akhir. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

13. Tjiptono, Fandy. (1997). Total Quality Service. Yogyakarta. PT.Andi

(13)

14. Ulrich Karl T., Eppinger Steven D. (2001). Perancangan Pengembangan

Produk. Jakarta. Salemba Teknika.

15. Valarie A. Zeithaml, A. Parasuraman, Leonard L. Berry. (1990). Delivering

Quality Service. London. Collier Macmillan Publisher.

(14)

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Penggunaan kantong plastik tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia.

Bermacam jenis kantong plastik telah digunakan untuk membawa barang

belanjaan dan dipakai untuk berbagai jenis kemasan, termasuk kemasan makanan

dan minuman. Plastik telah membuat semuanya menjadi lebih praktis dan sulit

tergantikan. Namun, banyak bahaya yang disebabkan dari penggunaan plastik dan

limbah plastik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM) Indonesia, kantong plastik mengandung bahan kimia

berbahaya yang dapat memicu kanker. Dalam proses daur ulang, produsen tidak

mau memperhatikan apakah plastik ini berasal dari limbah pabrik, rumah tangga,

kotoran hewan atau manusia, sisa pestisida atau dari limbah logam berat.

Hal yang pasti adalah dampak negatif sampah plastik tidak sebesar fungsinya.

Butuh waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara

terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Saat terurai, partikel-partikel

plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan

menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses

pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin.

Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain

memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf,

dan memicu depresi. Bagi lingkungan, kantong plastik juga mengakibatkan banjir,

karena menyumbat saluran-saluran air dan tanggul sehingga mengakibatkan banjir

bahkan yang terparah merusak turbin waduk. Kantong plastik juga menjadi salah

satu penyebab perubahan iklim utama dimana sejak proses produksi hingga tahap

pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer.

Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta

(15)

2

(TPA), sampah plastik juga mengeluarkan gas rumah kaca

(http://bisniskeuangan.kompas.com).

Pada tahun 2012, menurut Kepala BPLH Kota Bandung, Ahmad Rekotomo

berdasarkan data yang diperoleh, satu hari saja sampah plastik di Kota Bandung

menghasilkan sekitar 150 ton sampah plastik. Hingga saat ini penggunaan

kantong plastik di toko-toko tradisional maupun modern sudah sangat banyak.

Pihak BPLH Kota Bandung tengah mengupayakan membahas mengenai peraturan

daerah tentang RAPERDA pelarangan penggunakan kantong plastik sebagai salah

upaya mengurangi sampah plastik.

Untuk itu peneliti ingin membantu untuk mengurangi jumlah konsumsi kantong

plastik dengan menciptakan alternatif pengganti kantong plastik. Alternatif yang

dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengurangi penggunaan kantong plastik,

yaitu dengan mengganti kantong plastik dengan kantong bahan yang lain. Pada

penelitian ini, peneliti memilih menggunakan kantong kain sebagai alternatif

solusi karena kantong kain memiliki kelebihan dibandingkan dengan kantong

kertas. Kelebihan yang dimiliki oleh kantong kain yang tidak dimiliki oleh

kantong kertas adalah beban yang dapat dibawa oleh kantong kain lebih besar

dibandingkan dengan kantong kertas dan terdapat jenis bahan baku kantong kain

yang anti air.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian tentang

bagaimana mendesain produk kantong kain yang memiliki fungsi yang sama

dengan kantong plastik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen supermarket di

(16)

3

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dalam perancangan kantong kain

sebagai alternatif pengganti kantong plastik.

b. Menentukan karakteristik teknis yang akan menjadi prioritas untuk

dikembangkan sehingga dapat menghasilkan produk kantong kain yang sesuai

dengan keinginan konsumen.

c. Merancang kantong kain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

1.4. Pembatasan Masalah

Permasalahan akan dibatasi oleh beberapa hal agar penelitian terfokus terhadap

suatu masalah yang akan diteliti, sehingga menjadi obyek penelitian yang sesuai

dengan judul. Pembatas masalah pada penelitian ini adalah:

a. Struktur dan proses QFD (Quality Function Deployment) hanya sampai kepada

tahap matrik perencanaan produk (House of Quality).

b. Ruang lingkup area penelitian adalah di kota Bandung dengan objek penelitian

adalah wanita dengan rentang usia 20 tahun hingga 49 tahun.

c. Kuesioner tingkat kepuasaan (persepsi) konsumen hanya digunakan sebagai

pembanding dalam proses perancangan konsep produk.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas secara

keseluruhan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah,

(17)

4

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan mengenai teori proses perencanaan produk, pengertian

Quality Function Deployment (QFD), proses QFD, kuesioner mengenai produk

yang akan dibuat dan pustaka lain yang berhubungan dengan proses penyusunan

laporan ini.

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang model atau cara pemecahan masalah serta

langkah-langkah pemecahan masalah yang digambarkan dalam flowchart pemecahan

masalah.

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini menjelaskan cara-cara dalam memperoleh data dan pengolahan data yang

sesuai dengan metode yang digunakan dalam penyusun laporan ini.

Bab 5 Analisis dan Perancangan Konsep Produk

Bab ini menjelaskan tentang analisis terhadap pengolahan data dan perancangan

konsep produk berdasarkan pada hasil pengolahan data.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

Bab ini menjelaskan mengenai garis besar dari hasil akhir semua isi laporan

(18)

5

2.1. Perancangan dan Pengembangan Produk

Menurut Ulrich dan Eppinger (Perancangan Pengembangan Produk, 2001) usaha

perancangan dan pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat

diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba. Namun laba seringkali sulit

untuk dinilai secara tepat dan langsung. Ada lima dimensi spesifik yang

berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha

perancangan dan pengembangan produk, yaitu:

1. Kualitas Produk

Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan? Apakah

produk tersebut memuaskan kebutuhan konsumen? Apakah produk tersebut

kuat dan andal? Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa

pasar dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh konsumen untuk produk

tersebut.

2. Biaya Produk

Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit

produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh

perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.

3. Waktu Pengembangan Produk

Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam

berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan

teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk

menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim

pengembang.

4. Biaya Pengembangan

Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting

(19)

5. Kapabilitas Pengembangan

Kapabilitas merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk

mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis di masa yang akan

datang.

Menurut Ulrich dan Eppinger (Perancangan Pengembangan Produk, 2001)

perusahaan dapat melakukan proyek pengembangan produk dengan empat tipe

diantranya adalah :

1. Platform produk baru

Tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan utama untuk merancang

suatu keluarga produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum.

Keluarga produk baru akan memasuki kategori pasar dan produk yang sudah

dikenal.

2. Turunan dari platform produk yang telah ada

Proyek-proyek ini memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam

memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.

3. Peningkatan perbaikan dari produk yang telah ada

Proyek-proyek ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi

beberapa detil produk dari produk yang telah ada dalam rangka menjaga lini

produk yang ada pesaingnya.

4. Pada dasarnya produk baru

Proyek-proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau teknologi

produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum dikenal

dan baru. Proyek-proyek ini umumnya melibatkan lebih banyak resiko yang

mana, keberhasilan jangka panjang perusahaan mungkin tergantung dari apa

yang dipelajari melalui proyek penting ini.

Pengembangan produk pada dasarnya adalah upaya perusahaan untuk

menciptakan produk baru, memperbaiki produk lama, agar memenuhi tuntutan

pasar dan selera konsumen. Pengembangan produk sangat penting dilakukan dan

(20)

konsumen meskipun produk tersebut belum sepenuhnya diproduksi, bahkan

konsumen bersedia menunggu dari pada membeli produk pesaing yang ada saat

ini (Yamit, 2001).

2.2. Konsep Kualitas

Definisi kualitas produk atau jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi

harapan konsumen. Kualitas produk atau jasa adalah tingkat keunggulan yang

diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi

keinginan konsumen. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi,

yaitu expected service dan perceived service. Apabila yang diterima atau

dirasakan (perceived service) sesuai dengan harapan, maka kualitas terhadap

produk atau jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika yang diterima

melampaui harapan konsumen, maka kualitas produk atau jasa dipersepsikan

sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika yang diterima lebih rendah daripada

yang diharapkan, maka kualitas produk atau jasa dipersepsikan buruk. Dengan

demikian baik buruknya kualitas produk atau jasa tergantung pada kemampuan

penyedia jasa dalam memenuhi harapan konsumennya secara konsisten (Tjiptono,

2004).

Tingkat kepuasan konsumen terhadap penggunaan produk atau jasa dapat diukur

berdasarkan tingkat kepuasan konsumen (degree of satisfaction), yaitu:

1. Angry

Produk atau jasa yang dirasakan dianggap gagal, sehingga konsumen ingin

membalas dan tidak mungkin akan membeli kembali produk tersebut.

2. Dissatisfied

Produk atau jasa yang dirasakan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Apa yang dirasakan atau diterima tidak seperti produk lain. Sehingga

(21)

3. Satisfied

Produk yang dibeli oleh konsumen mampu memenuhi kebutuhan minimal yang

diinginkan oleh konsumen. Sehingga dimasa yang akan datang konsumen bisa

membeli kembali produk tersebut dan mempengaruhi temannya untuk membeli

produk tersebut atau bisa pula tidak membeli kembali produk tersebut dimasa

yang akan datang.

4. Delighted

Konsumen merasakan puas sekali atas produk atau jasa yang dibeli. Bahkan

produk tersebut melebihi ekspektasi konsumen. Sehingga konsumen akan

bercerita kepada teman atau rekan.

5. Ecstatic

Konsumen merasakan sangat puas dan bahagia sekali terhadap produk atau jasa

yang dibelinya. Sehingga konsumen mendorong teman untuk merasakan

produk atau jasa yang sama. Bahkan konsumen mendorong teman untuk

melakukan bisnis akan produk atau jasa tersebut.

Tujuan dilakukannya penelitian mengenai kepuasan konsumen adalah untuk

menentukan critical performance, menilai performansi perusahaan terhadap para

pesaingnya, sebagai dasar tindakan koreksi dan monitoring progress.

2.3. Dimensi Kualitas

David Garvin memperkenalkan subyek kualitas yang diterapkan pada produk dan

telah mengidentifikasi delapan dimensi yang berbeda (Yamit, 2011).

Dimensi-dimensi tersebut terdiri dari:

1. Kinerja (Performance), yakni efisiensi pencapaian tujuan utama produk.

2. Fitur (Features), adalah atribut produk yang melengkapi kinerja dasar sebuah

produk.

3. Reliabilitas (Reliability), yaitu kemampuan sebuah produk untuk tetap

berfungsi secara konsisten selama usia desainnya. Sebuah produk dikatakan

andal (reliable) apabila kemungkinan kerusakan atau gagal dipakai selama usia

(22)

4. Kesesuaian Dengan Spesifikasi (Conformance to Spesification), yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi sebuah produk memenuhi

standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Daya Tahan (Durability), yakni berkaitan dengan tingkat kemampuan sebuah

produk mentolerir tekanan, stress atau trauma tanpa mengalami kerusakan

berarti.

6. Serviceability, yakni kemudahan untuk memperbaiki sebuah produk. Sebuah

produk dikatakan sangat serviceability apabila bisa direparasi secara mudah

dan murah, termasuk penggunaan teknisi untuk reparasi peralatan elektronik.

7. Estetika (Esthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya

bentuk fisik mobil yang menarik, model dan desain yang artistik, warna yang

sesuai preferensi masing-masing pelanggan, aroma parfum yang paling disukai,

dan aroma roti yang memancing selera makan.

8. Persepsi Kualitas (Perceived Quality), yaitu citra dan reputasi produk serta

tanggung jawab perusahaan terhadap produk tersebut. Biasanya karena

kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau fitur produk yang akan

dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama

merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya. Karena

sifatnya perseptual, maka setiap orang punya opini masing-masing.

Sementara itu, ukuran dimensi kualitas untuk jasa yang banyak dijadikan acuan

adalah yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithml, dan Berry (Delivering

Quality Service, Balancing Customer Perceptions and Expectations, 1990).

Terdapat 5 dimensi kualitas pelayanan, yaitu:

1. Tangibles, meliputi penampilan dan performansi dari fasilitas-fasilitas fisik,

peralatan, personel, dan material-material komunikasi yang digunakan dalam

proses penyampaian layanan.

2. Reliability, kemampuan pihak penyedia jasa dalam memberikan jasa atau

pelayanan secara tepat dan akurat sehingga pelanggan dapat mempercayai dan

(23)

3. Responsiveness, kemauan atau keinginan pihak penyedia jasa untuk segera

memberikan bantuan pelayanan yang dibutuhkan dengan cepat.

4. Assurance, pemahaman dan sikap kesopanan dari karyawan (contact personel)

dikaitkan dengan kemampuan mereka dalam memberikan keyakinan kepada

konsumen bahwa pihak penyedia jasa mampu memberikan pelayanan dengan

sebaik-baiknya. Dimensi assurance terdiri dari empat subdimensi, yaitu:

a. Competence, keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki penyedia jasa

dalam memberikan jasanya kepada pelanggan.

b. Credibility, kejujuran dan tanggung jawab pihak penyedia jasa sehingga

pelanggan dapat mempercayai pihak penyedia jasa.

c. Courtesy, etika kesopanan, rasa hormat dan keramahan pihak penyedia jasa

kepada pelanggannya pada saat memberikan jasa pelayanan.

d. Security, rasa aman, perasaaan bebas dari rasa takutserta bebas dari

keragua-raguan akan jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa kepada

pelanggannya.

5. Emphaty, pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen serta perhatian

yang diberikan oleh karyawan. Dimensi empathy terdiri dari tiga subdimensi,

yaitu:

a. Acces, tingkat kemudahan untuk dihubungi atau ditemuinya pihak penyedia

jasa oleh pelanggan.

b. Communication, kemampuan pihak penyadia jasa untuk selalu

menginformasikan sesuatu dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh

pelanggan dan pihak penyedia jasa selalu mau mendengarkan apa yang

disampaikan oleh pelanggan.

c. Understanding Customer, usaha pihak penyedia jasa untuk mengetahui dan mengenal pelanggan beserta kebutuhan-kebutuhannya.

2.4. Quality Function Deployment

QFD (Quality Function Deployment) adalah metode terstruktur yang digunakan

dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan

(24)

dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi dengan

sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan

keinginan pelanggan (Cohen, 1995).

Menurut Akao dalam (Asep Mohamad Noor dan Irwan Arifin), QFD (Quality

Function Deployment) adalah metodelogi untuk menterjemahkan kebutuhan dan

keinginan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan

teknis dan karakteristik tertentu. Penerapan QFD (Quality Function Deployment)

dalam suatu sistem perancangan produk memberikan dampak positif dalam

mereduksi biaya perancangan, memperpendek time to market dan meningkatkan

kesesuaian produk yang dihasilkan dengan kebutuhan serta keinginan konsumen.

Konsep QFD (Quality Function Deployment) pertama kali diperkenalkan oleh

Shigeru Mizuno dan Yogi Akao, seorang Professor of Management Engineering

dari Tokyo Institute of Technology pada tahun 1960. Dipraktek kembangkan pada

tahun 1972 di perusahaan-perusahaan besar di Jepang. Konsep QFD (Quality

Function Deployment) secara tidak langsung mewakili karakter masyarakat

Jepang, antara lain:

Hinsitsu, yang berarti kualitas.

Kino, yang berarti fungsi atau mekanisme.

Tenkai, yang berarti penyebaran, difusi, pengembangan atau evaluasi.

Menurut Iman Jati Widodo (2003) dalam (Saufik Luthfianto dan Siswiyanti) ada

beberapa manfaat dari penggunaan QFD (Quality Function Deployment) sebagai

dasar pengembangan dan perancangan produk, yaitu dapat mengurangi dan

mempercepat terjadinya perubahan, yaitu perubahan dini terhadap perancangan

produk untuk mempercepat waktu produksi.

Menurut Besterfield (1994), manfaat penerapan QFD (Quality Function

(25)

1. Fokus Kepada Customer.

Dengan penerapan QFD (Quality Function Deployment), perusahaan dapat

mengarahkan fokusnya kepada konsumen. Perusahaan akan merancang suatu

produk atau jasa dengan memperhitungkan keinginan dan kebutuhan customer,

sehingga tingkat kebutuhan konsumen akan semakin tinggi. Keinginan dan

kebutuhan konsumen diselidiki oleh perusahaan. Hasil dari penyelidikan

tersebut berupa informasi-informasi yang penting. Kemudian informasi

tersebut akan dipilah-pilah dan akan diambil informasi-informasi yang penting

dan berhubungan dengan usaha-usaha peningkatan kepuasan konsumen yang

dapat dilakukan oleh perusahaan. Dalam proses pemilahan informasi tersebut,

tentu saja perusahaan juga harus memperhitungkan kemampuan dan sumber

daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

suatu kondisi dimana permintaan konsumen terlalu berlebihan, sedangkan

kapasitas serta kemampuan perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhinya.

2. Mengurangi Waktu Implementasi.

QFD (Quality Function Deployment) membuat proses-proses yang penting

teridentifikasi dan termonitor dengan baik dari awal hingga akhir. Hasilnya

adalah pengurangan waktu proses dalam proses-proses yang terjadi, misalnya

proses desain ulang peralatan, pelatihan untuk operator serta perubahan metode

pengontrolan kualitas secara tradisional ke metode yang baru. Dengan adanya

pengurangan waktu untuk setiap proses yang terjadi, maka secara otomatis

waktu proses secara keseluruhan akan berkurang pula.

3. Meningkatkan Teamwork.

QFD (Quality Function Deployment) membuat suatu perusahaan membangun

saluran komunikasinya tidak hanya secara horisontal seperti yang banyak

diterapkan. Input dari QFD(Quality Function Deployment) berasal dari seluruh

elemen organisasi, mulai dari bagian marketing sampai bagian produksi. Setiap

elemen melakukan komunikasi yang baik satu dengan yang lain, sehingga

suatu departemen juga dapat mengerti apa yang dilakukan oleh departemen

lain. Hal ini akan mencegah terjadinya salah paham terhadap intepretasi,

(26)

semua departemen yang ada, sehingga diperlukan adanya kerja sama tim yang

baik untuk mencapainya.

4. Menyediakan Dokumentasi Secara Tepat.

QFD (Quality Function Deployment) menciptakan suatu database dari

desain-desain dan perbaikan proses yang akan dilakukan. Database ini sangat berguna

dan banyak memberikan kemudahan-kemudahan yang diberikan untuk

perusahaan. Selain itu, database juga dapat digunakan sebagai alat untuk

melakukan training bagi pekerja baru. QFD (Quality Function Deployment)

juga sangat fleksibel ketika ada informasi-informasi yang baru atau

perubahan-perubahan yang diperlukan dalam matriks QFD (Quality Function

Deployment).

Menurut Dale (1994), manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan QFD (Quality

Function Deployment) dalam proses perancangan produk antara lain:

1. Meningkatkan keandalan produk.

2. Meningkatkan kualitas produk.

3. Meningkatkan kepuasan konsumen.

4. Memperpendek time to market.

5. Mereduksi biaya perancangan.

6. Meningkatkan komunikasi.

7. Meningkatkan produktivitas

8. Meningkatkan keuntungan perusahaan

2.4.1. Struktur dan Proses Quality Function Deployment

Tahap perencanaan dan pengembangan fase model QFD dapat disebut juga

matriks, adapun matriks perencanaan dan pengembangan QFD adalah sebagai

berikut:

1. Matriks perencanaan produk (House of Quality).

Menjelaskan tentang customer needs, technical requirements, co-relationship,

relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assement,

(27)

2. Matriks perencanaan part (Part of Deployment).

Merupakan faktor-faktor teknis yang kritikal terhadap pengembangan produk.

3. Matriks perencanaan proses (Process Planning).

Merupakan matriks proses pembuatan pengembangan suatu produk.

4. Matriks perencanaan produksi (Production Plannning).

Memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan kualitas produk.

Proses QFD dimulai dari riset segmentasi pasar untuk mengetahui siapa

pelanggan produk kita dan karakteristik serta kebutuhan pelanggan, kemudian

mengevaluasi tingkat persaingan pasar. Hasil dari riset pasar diterjemahkan

kedalam desain produk secara teknis yang sesuai atau cocok dengan apa yang

dibutuhkan pelanggan. Setelah desain produk dilanjutkan dengan desain proses,

yaitu merancang bagaimana proses pembuatan produk sehingga diketahui

karakteristik dari setiap bagian atau tahapan proses produksi. Kemudian

ditentukan proses operasi atau produksi dan arus proses produksi. Akhirnya disusun rencana produksi dan pelaksanaan produksi yang menghasilkan produk

sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Tahapan pada proses QFD (Quality Function

[image:27.595.137.510.489.643.2]

Deployment) dapat dilihat pada gambar 2.1.

(28)

2.4.2. House of Quality

Rumah kualitas atau biasa disebut dengan house of quality merupakan tahapan

pertama yang harus diterapkan dalam metode Quality Function Deployment

(QFD). Matriks ini mengubah suara konsumen menjadi permintaan desain produk

yang memiliki target spesifik yang telah ditetapkan. Setelah itu, dilakukan

benchmarking terhadap produk pesaing untuk mengetahui posisi-posisi relatif

produk. Pada gambar 2.2. adalah struktur matrik pada house of quality.

Gambar 2.2. House of Quality

Pada bagian A berisi daftar kebutuhan konsumen yang merupakan input bagi

proses QFD (Quality Function Deployment). Dalam identifikasi kebutuhan

konsumen ada beberapa metode yang bisa digunakan (kuesioner, wawancara,

survei), metode yang paling mudah adalah dengan melakukan wawancara

langsung kepada target konsumen mengenai spesifikasi produk yang diharapkan.

Menurut Cohen (1995), ada beberapa tahapan dalam merancang kebutuhan

konsumen, diantaranya yaitu:

1. Gather the Voice of the Customer

Hal ini bisa didapatkan melalui wawancara langsung dengan konsumen atau

[image:28.595.182.444.259.524.2]
(29)

2. Sort the Voice of the Customer into major categories

Dalam hal ini termasuk keinginan konsumen, kualitas dari produk subtitusi,

keandalan, dan lain-lain.

3. Structure the Needs in an affinity diagram

4. Arrange the Needs in the Customer Needs Section

Pada bagian B merupakan matrik yang digunakan untuk menterjemahkan

kebutuhan konsumen menjadi rencana-rencana untuk memenuhi kebutuhan

konsumen. Matrik ini membantu bagian tim pengembangan untuk menentukan

aspek apa saja yang harus menjadi prioritas berdasarkan kebutuhan konsumen.

Menurut Cohen (1995), ada tahapan-tahapan dalam membuat matrik perencanaan,

yaitu:

1. Tingkat Kepentingan Konsumen (Importance to Customer)

Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui sejauh

mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan konsumen

yang ada. Ada tiga tipe data yang biasanya digunakan, yaitu kepentingan

absolut, kepentingan relatif dan kepentingan ordinal. Metode yang baik dalam

mengukur tingkat kepentingan konsumen adalah dengan menggunakan

kepentingan relatif. Perhitungan untuk mengukur tingkat kepentingan

konsumen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

DK ………..(2.1.)

Dimana: DK = Derajat Kepentingan

NK = Nilai Kepentingan

N = jumlah responden

2. Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap produk (Customer

Satisfaction Performance)

Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap tingkat persepsi konsumen

(30)

nilai ini adalah dengan menanyakan langsung kepada konsumen melalui

penyebaran kuesioner.

3. Nilai Target (Goal)

Nilai target ini ditentukan oleh pihak perusahaan yang menunjukkan nilai

target yang akan dicapai untuk tiap kebutuhan konsumen.

4. Rasio Perbaikan (Improvement Ratio)

Rasio perbaikan yaitu perbandingan antara nilai target yang akan dicapai (goal)

pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk.

Dihitung dengan rumus :

5. Titik Jual (Sales Point)

Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual

produk. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari:

1 = Tidak ada titik jual

1,2 = Titik Jual Menengah

1,5 = Titik Jual Kuat

6. Raw Weight

Raw Weight merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan

dalam Planning matrix tiap kebutuhan konsumen untuk proses perbaikan

selanjutnya dalam pengembangan produk.

7. Normalized Raw Weight

Normalized raw weight merupakan nilai dari raw weight yang dibuat dalam

skala antara 0 – 1 atau dibuat dalam bentuk persentase.

Pada bagian C perusahaan mengidentifikasi kebutuhan teknik yang sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu, dilakukan juga transformasi dari

kebutuhan-kebutuhan konsumen yang bersifat non teknis menjadi data yang

bersifat teknis guna memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk setiap persyaratan

teknis ditentukan satuan pengukuran yang terdiri dari (Cohen, 1995):

1. The More the Better (▲) atau semakin besar semakin baik, target maksimal

(31)

2. The Less the Better () atau semakin kecil semakin baik, target maksimal

adalah nol.

3. Target is Best (◇) atau target maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan

suatu nilai nominal dimana tidak terdapat variasi disekitar nilai tersebut.

Pada bagian D menggambarkan hubungan antara technical response dengan

customer needs. Ada empat macam keterhubungan yang terbentuk, yaitu (Cohen,

1995):

1. Jika tidak ada keterhubungan maka nilai yang diberikan adalah nol dengan

tidak ada simbol.

2. Jika terdapat kemungkinan adanya keterhubungan maka nilai yang diberikan

adalah satu dan disimbolkan dengan bentuk segitiga (▽).

3. Jika terdapat keterhubungan maka nilai yang diberikan adalah tiga dan

disimbolkan dengan bentuk lingkaran (o).

4. Jika terdapat keterhubungan yang kuat maka nilai yang diberikan adalah

sembilan dan disimbolkan dengan (•).

Setelah seluruh hubungan antar kebutuhan konsumen dan karakteristik teknis

dapat teridentifikasi, ditentukan bobot kolomnya dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

∑ ………...……(2.2)

Dimana :

BK = Bobot Kolom

bi = Bobot normalisasi

rij = Skor relasi antara kebutuhan konsumen i dan karakteristik teknis j.

Pada bagian E berisikan keterkaitan antara persyaratan teknis yang satu dengan

persyaratan teknis yang lain yang terdapat pada bagian C. Korelasi antar

(32)

1. Strong Possitive Impact (√√) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah

direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif kuat terhadap

direction of goodness persyaratan teknis 2.

2. Moderate Possitive Impact (√) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah

direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif yang sedang

terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.

3. No Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of

goodness-nya, tidak akan menimbulkan pengaruh terhadap direction of goodness

persyaratan teknis 2.

4. Moderate Negative Impact (x) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah

direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif yang sedang

terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.

5. Strong Negative Impact (xx) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah

direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif kuat terhadap

direction of goodness persyaratan teknis 2.

Pada bagian F merupakan daftar prioritas spesifikasi proses manufaktur. Matrik

ini memberikan beberapa informasi sebagai berikut:

1. Kontribusi

Menunjukkan kekuatan respon teknis pada keseluruhan kepuasan konsumen.

Kontribusi menentukan prioritas respon produsen terhadap respon konsumen.

Normalized contribution ditentukan dengan menghitung kontribusi respon

teknis ke i dan total kontribusi (Cohen, 1995).

2. Benchmarking

Benchmarking merupakan cara untuk mengetahui tingkat respon teknis yang

dilakukan pesaing.

3. Targetting

Tujuan yang ingin dicapai perusahaan untuk dapat memenuhi tingkat

kebutuhan konsumen dengan menggunakan karakteristik teknis yang dimiliki.

(33)

2.4.3. Parts Deployment

Parts Deployment merupakan iterasi kedua dalam metode QFD. Pada gambar 2.3.

[image:33.595.184.441.176.297.2]

adalah struktur matrik pada part deployment:

Gambar 2.3. Struktur Matrik Parts Deployment

Pada bagian A berisi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD tahap 1.

Selanjutnya pada bagian B merupakan hasil normalisasi kontribusi persyaratan

teknis yang diperoleh dari QFD tahap 1. Pada bagian C adalah persyaratan part

yang berhubungan dan bersesuaian dengan persyaratan teknis yang diperoleh pada

QFD tahap 1 dan direction of goodness dari masing-masing persyaratan part. Pada

bagian D menggambarkan hubungan diantara persyaratan part dan persyaratan

teknis. Sehingga hubungan ini didasarkan pada dampak persyaratan part terhadap

persyaratan teknis. Pada bagian E berisi target persyaratan part yang meliputi part

specification, kontribusi dari persyaratan part dan target dari masing-masing

persyaratan part dalam rangka pengembangan.

2.4.4. Process Planning

Process planning merupakan tahapan iterasi ketiga dalam metode QFD.

Persyaratan part pada QFD iterasi kedua berada pada bagian sebelah kiri dan

karakteristik proses berada pada bagian atas. Kemudian hubungan tiap

karakteristik part dan karakteristik proses diukur berdasarkan skala kuat, sedang

(34)
[image:34.595.164.463.112.231.2]

Gambar 2.4. Struktur Matrik Process Planning

2.4.5. Production Planning

Production Planning merupakan tahapan iterasi keempat dalam metode QFD.

Matriks ini memaparkan tindakan yang perlu diambil dalam perbaikan kualitas

produk atau pelayanan.

Gambar 2.5. Struktur Matrik Production Planning

Karakteristik proses yang pada iterasi ketiga berada di bagian atas menjadi berada

pad bagian kiri rencana kebutuhan berada pada bagian atas. Kemudian hubungan

tiap karakteristik proses dan rencana kebutuhan diukur berdasarkan skala kuat,

sedang dan lemah.

2.5. Sampling

Melakukan sampling adalah merupakan bagian dari penelitian. Sampling adalah

sebagian atau wakil populasi (Arikunto, 2002). Pada suatu sampel, elemen adalah

obyek atau orang yang diminta untuk memberikan informasi. Pada penelitian

survei, elemen disebut juga responden. Populasi adalah total dari semua elemen

[image:34.595.158.464.365.488.2]
(35)

mendapatkan informasi mengenai karakteristik atau parameter dari suatu populasi.

Peneliti bisa mendapatkan informasi mengenai parameter populasi dari sensus

maupun sampel. Sensus melibatkan beberapa elemen dalam suatu populasi.

Dengan kata lain, sampel adalah sub grup dari populasi.

Jumlah populasi wanita di kota Bandung bedasarkan data statistik kota Bandung

pada tahun 2010 berjumlah 464.605 jiwa untuk kelompok umur 20 tahun sampai

dengan 49 tahun. Jumlah populasi tersebut akan dihitung untuk mengetahui

jumlah sampel yang akan menjadi responden untuk menjawab

pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh peneliti. Perhitungan jumlah sampel menggunakan

teknik penentuan sampel dengan parameter proporsi melalui pendekatan Isac

Michel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

………..…(2.3.)

Dimana:

N = banyaknya populasi wanita di kota Bandung yang berusia 20-49 tahun.

Z = variabel normal (tingkat kepercayaan 90%, nilainya 1,645)

d = toleransi penyimpangan pada saat melakukan pengambilan sampel sebesar

10% nilainya 0,1.

p = proporsi wanita dengan rentang umur 20 tahun hingga 49 tahun terhadap

populasi wanita di kota Bandung.

(Juliansyah Noor)

2.6. Kuesioner

Pada Rian Slamet Sutikno, kuesioner adalah seperangkat pertanyaan atau

pernyataan yang telah diformulasikan, sesuai dengan variabel yang diteliti dan

data yang diperlukan. Kuesioner juga dijadikan tempat menyimpan jawaban

responden atas pertanyaan tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

penyusunan kuesioner adalah sebagai berikut : • Isi pertanyaan

(36)

kuesioner, hal-hal yang harus diperhatikan :

Apakah pertanyaan tersebut perlu untuk ditanyakan ?

Apakah responden bersedia dan dapat memberikan data yang ditanyakan ?

Apakah pertanyaan tersebut cukup jelas dan mencakup aspek yang ingin

diketahui ? • Tipe pertanyaan

Tipe pertanyaan yang umumnya digunakan dalam membuat kuesioner adalah

sebagai berikut :

Open-ended

Pertanyaan open-ended memberikan keleluasaan kepada responden untuk

menjawab dengan kalimatnya sendiri dan mengemukakan pendapat dengan

cara yang dipandangnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan

kepadanya.

Close Questions

Tipe pertanyaan ini menyajikan pertanyaan kepada responden dan

memberikan sekumpulan alternatif yang mutually exclusive (hanya satu

alternatif yang dapat dipilih) dan exhaustive (kumpulan alternatif yang

diberikan sudah mencakup semua kemungkinan alternatif yang ada).

Kemudian responden memilih satu dari kumpulan itu, yang paling sesuai

dengan responnya pada pertanyaan yang diajukan. • Sensitivitas Pertanyaan

Beberapa topik penelitian yang berkaitan dengan pendapatan, umur, catatan

kejahatan, kecelakaan dan topik sensitif lainnya cenderung memiliki bias

respon pada responden yang diteliti. Oleh sebab itu bentuk dan penyusunan

kalimat pertanyaan harus dirancang dengan benar agar dapat mengungkap

jawaban yang sebenarnya. • Urutan Pertanyaan

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus disusun dalam urutan yang logis

dan jelas agar responden dapat dengan mudah mengikuti alur pertanyaan dan

(37)

• Tampilan Kuesioner

Pada kuesioner yang dikirim lewat surat atau kuesioner yang diisi oleh

responden dirumahnya masing-masing, penampilan kuesioner memegang

peranan yang cukup penting. Kuesioner yang kelihatannya panjang dan

memiliki kalimat yang banyak semakin cenderung untuk diabaikan responden.

Oleh sebab itu, bila mungkin, pertanyaan harus disusun seminimal mungkin

dengan kalimat-kalimat yang mudah dan sederhana.

Menurut Sugiyono (2006), kuesioner dapat dibuat dengan menggunakan skala

Likert. Dalam butir pertanyaan terdapat beberapa alternatif jawaban yang tersedia

dengan skala ordinal atau skala Likert, yaitu menggunakan lima tingkat skala

sesuai dengan alternatif jawaban. Untuk menentukan tingkat kepentingan dan

kepuasan konsumen, kuesioner ini menggunakan skala Likert yang

dimodifikasikan sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Penting diberi bobot 1.

2. Tidak Penting diberi bobot 2.

3. Penting diberi bobot 3.

4. Sangat Penting diberi bobot 4.

5. Sangat Penting Sekali diberi bobot 5.

Skala Likert dinyatakan ordinal karena pernyataan sangat penting mempunyai

tingkat yang lebih tinggi dari penting, dan penting lebih tinggi daripada sedang,

dan seterusnya.

2.7. Metode Pengujian Kuesioner

Setelah data kuesioner didapatkan, maka data tersebut harus diuji. Pengujian yang

dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu pengujian validitas dan pengujian

reliabilitas. Proses pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan

(38)

2.7.1. Pengujian Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu alat ukur untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

kuesioner yang disusun dapat mengukur apa yang ingin diukur. Cara pengujian

validitas:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

2. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut kepada sejumlah responden.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung korelasi antara masing- masing pernyataan dengan skor total

dengan menggunakan rumus teknik korelasi (product moment).

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka

kritis Tabel Korelasi nilai r. Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris

N-2. Validitas dihitung dengan membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Jika

rhitung lebih besar dari rtabel maka pernyataan tersebut valid, jika rhitung lebih kecil

dari rtabel maka pernyataan tersebut tidak valid.

2.7.2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali

untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif

konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas

menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang

sama. Reliabilitas diukur dengan menggunakan cronbach’s alpha) dimana hasil

yang menunjukkan diatas 0,60 dapat dikatakan reliabel (Ghozali, 2009).

2.8. Material Bahan Kain (Cordura)

Cordura adalah nama merek untuk bahan kain yang digunakan dalam berbagai

macam produk termasuk koper, ransel, celana, pakaian militer dan pakaian yang

dipergunakan untuk kebutuhan kinerja tingkat tinggi. Kain Cordura dikenal

(39)

Cordura awalnya dikembangkan dan terdaftar sebagai merek dagang dari EI

deNemours duPont and Company (DuPont) pada tahun 1929 yang sekarang

dimiliki oleh Invista (anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Koch

Industries, Inc). Kain Cordura ini dibuat dari benang atau serat yang dibuat oleh

Invista. Bahannya dapat dibuat dari serat sintetis 100% atau campuran dengan

kapas atau serat alam lainnya. Untuk dapat menggunakan nama merek Cordura,

bahan kain ini terlebih dahulu harus lulus uji dan disetujui oleh Invista. Cordura

awalnya diperkenalkan sebagai kain jenis Rayon. Produk ini terus dikembangkan

selama Perang Dunia II dan digunakan oleh militer sebagai bahan untuk ban. Pada

tahun 1966, ketika formulasi baru dari nilon terbukti lebih unggul, nama merek

Cordura kemudian ditransfer menjadi penyebutan untuk produk nilon. Pada tahun

1977 peneliti menemukan suatu proses untuk pencelupan Cordura, yang

membuka berbagai aplikasi komersial. Pada 1979 koper dengan bahan soft-sided

Cordura telah berhasil meraup sekitar 40 persen pasar produk koper. Beberapa

merek klasik yang tetap populer saat ini terus menggunakan kain Cordura dalam

produk mereka. Eastpak merupakan merek pertama yang menggunakan kain

Cordura pada produk tas mereka. Sementara JanSport menggunakan nilon

kanvas-seperti di daypacks asli mereka di tahun 1970 dan terus menggunakan

bahan tersebut sampai saat ini

(http://www.tasbackpackkeren.com/blog/apa-itu-bahan-cordura).

Pada 1980 Portage Manhattan mulai menggunakan 1000D Cordura Nylon di tas

mereka agar berdaya tahan tinggi. Pada 1990-an, merek pakaian Workwear Eropa

mengadopsi kain 1000D dan 500D untuk seragam bala bantuan. Merek pakaian

seperti Snickers juga menggunakan kain ini untuk membantu pakaian mereka

bertahan lebih lama. Cordura kini juga digunakan dihampir semua bahan jaket

sepeda motor atau celana dari kualitas menengah sampai paling tinggi karena

ketahanannya terhadap abrasi. Bahan ini bisa kita temukan pada produk pakaian

dan perlengkapan sepeda motor yang dibuat oleh perusahaan seperti Klim, Rukka,

MotoPort, Rev’It, Olympia, AeroStich, dan Dainese. Kain Cordura ini tersedia

(40)

khusus untuk ketahanan terhadap sobek, retensi warna, dan bahan ringan dengan

daya tahan tinggi. Ada pula baselayer, denim dan kain kanvas yang mengandung

campuran serat Invista 420 6,6 nilon dan katun, yang dikenal sebagai Cordura

Baselayer, Cordura Denim, dan kain Cordura Duc. Koleksi kain Cordura

Naturalle, yang didasarkan pada teknologi full dull yarn, dirancang untuk lebih

dekat menyerupai tampilan dan nuansa dari kapas. Kain Cordura Naturelle

tersedia dalam rajutan dan wovens, dengan dan tanpa laminasi dan peregangan

serta finishing

(41)

28

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah

Alur proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. dibawah ini.

Penyajian secara sistematis dibuat agar masalah yang dikaji penelitian beserta

penyelesaiannya dapat dimengerti dengan baik.

[image:41.595.193.420.279.734.2]
(42)

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah untuk penelitian ini, yaitu:

3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan

Tinjauan pustaka berupa konsep dan teori yang dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan landasan-landasan pemikiran yang dapat menunjang dalam

penelitian ini. Tahapan ini dilakukan dengan mencari, membaca dan mempelajari

literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam

penelitian. Referensi utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku

Quality Function Deployment, How to Make QFD Work for You” karangan Lou

Cohen (1995).

Studi lapangan merupakan tahap awal penelitian yaitu dengan melakukan

wawancara dan survei langsung ke lapangan untuk mengetahui permasalahan

yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.

3.2.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan penting di dalam suatu penelitian,

dimana keadaan yang terjadi dirumuskan secara sistematik berdasarkan hasil studi

literature. Pokok permasalahan penelitian ini yaitu bagaimana mengidentifikasi

kebutuhan konsumen ke dalam desain produk kantong kain yang memiliki fungsi

sama dengan kantong plastik.

3.2.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada tugas akhir ini adalah menghasilkan rancangan kantong

kain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dalam perancangan kantong kain

(43)

b. Menentukan karakteristik teknis yang akan menjadi prioritas untuk

dikembangkan sehingga dapat menghasilkan produk kantong kain yang sesuai

dengan keinginan konsumen.

c. Untuk merancang kantong kain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

3.2.4. Observasi dan Wawancara

Observasi dilakukan untuk mengetahui jumlah dan spesifikasi kantong kain yang

telah ada dan digunakan dalam kegiatan jual beli. Sedangkan wawancara

dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang kebutuhan dan keinginan

konsumen mengenai kantong kain.

Hasil dari observasi dan wawancara ini kemudian akan dijadikan refernesi dalam

pembuatan variabel pernyataan yang akan ditanyakan kepada konsumen.

3.2.5. Identifikasi Customer Needs

Tahap identifikasi kebutuhan konsumen dilakukan untuk mengetahui kebutuhan

dan keinginan konsumen dengan tingkat kepentingan variabel pernyataan

terhadap desain kantong kain yang akan dirancang. Data yang digunakan dalam

identifikasi kebutuhan konsumen adalah data hasil wawancara sebelumnya dan

selanjutnya dibuat dalam bentuk kuesioner.

Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan konsumen melalui wawancara, maka

variabel pernyataan yang akan diajukan kepada responden terbagi menjadi 8

dimensi produk menurut David Garvin, yaitu terdiri dari performance, durability,

reliability, conformance, features, esthetics, serviceability dan perceived quality.

3.2.6. Penyusunan Kuesioner

Secara umum kuesioner yang dibuat untuk penelitian ini terdiri dari 3 tahapan,

yaitu:

(44)

• Tahap 2 : Petunjuk pengisian kuesioner

• Tahap 3 : Pengisian kuesioner yang terdiri dari 2 bagian, yaitu: Bagian 1 : Kuesioner untuk mengukur tingkat kepentingan

Bagian 2 : Kuesioner untuk mengukur tingkat kepuasan

3.2.7. Pengumpulan Data

Kuesioner yang telah dibuat selanjutnya akan dilakukan penyebaran dengan

jumlah sampel minimal sebesar 65 responden. Jumlah sampel tersebut diperoleh

dengan teknik penentuan sampel dengan parameter proporsi dengan menggunakan

pendekatan Isac Michel (persamaan 2.3). Responden yang menjadi objek

penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia antara 20 tahun hingga 49 tahun.

3.2.8. Uji Validitas

Uji validitas pada bagian ini adalah untuk mengukur sejauh mana kuesioner ini

dapat mengukur apa yang diukur. Penentuan validitas dilakukan dengan

menggunakan rumus koefisien pearson (pearson correlation) untuk melihat

keterhubungan nilai variabel pernyataan dengan nilai total.

Hasil pengujian validitas ini akan dibandingkan dengan nilai koefisien pearson

kritis yang terdapat pada tabel dengan tingkat signifikansi 10%. Apabila nilai

perhitungan lebih kecil dari nilai tabel maka alat ukur yang dibuat tidak valid,

harus dilakukan penyusunan kuesioner kembali. Pengujian validitas menggunakan

software SPSS 14.

3.2.9. Uji Reliabilitas

Uji reliabillitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana jawaban dari kuisioner

tersebut konsisten pada waktu yang berbeda. Penentuan reliabilitas alat ukur

menggunakan koefisien alpha cronbach. Nilai koefisien ini mempunyai rentang

nilai 0 hingga 1. Nilai perhitungan alpha cronbach yang mendekati 1

(45)

cronbach yang mendekati 0 menunjukkan instrumen yang semakin tidak handal.

Jika pengujian reliabilitas menyatakan instrumen yang digunakan tidak handal

maka harus dilakukan penyusunan kuesioner kembali.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 14 dalam

modul reliability analysis dengan alpha cronbach. Nilai uji reliabilitas yang

diinginkan dapat dilihat pada nilai alpha coefficient. Menurut Ghazali (2009),

reliabilitas diukur dengan menggunakan cronbach’s alpha dimana hasil yang

menunjukkan diatas 0,60 dapat dikatakan reliabel.

3.2.10. Penyusunan House of Quality

Data yang telah lolos uji secara statistik selanjutnya akan dibuat ke dalam matrik

house of quality, dengan tahapan sebagai berikut:

1. Membuat matrik perencanaan, digunakan untuk membantu tim pengembang

dalam menentukan aspek apa saja yang menjadi prioritas berdasarkan

kebutuhan konsumen.

2. Technical Response, mengidentifikasi kebutuhan teknik yang sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu, dilakukan juga transformasi

dari kebutuhan-kebutuhan konsumen yang bersifat non teknis menjadi data

yang bersifat teknis guna memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Relationship Matrix, menggambarkan hubungan antara technical response

dengan customer needs.

4. Technical Correlations, menggambarkan keterkaitan antara persyaratan teknis

(technical response) yang satu dengan yang lain.

5. Technical Matrix, merupakan daftar prioritas spesifikasi manufaktur.

3.2.11. Analisis dan Perancangan Konsep Produk

Pada tahap ini hasil dari pengolahan data dianalisis dan dibahas berdasarkan

hubungannya dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan sebelumnya. Pada tahap ini juga dilakukan identifikasi terhadap urutan

(46)

Lalu selanjutnya dibuatkan rancangan konsep produk yang sesuai dengan daftar

prioritas spesifikasi manufaktur pada tahap penyusunan house of quality. Gambar

prototipe dari konsep produk digunakan sebagai visualisasi untuk referensi bagian

perancang dan bagian produksi jika akan dilanjutkan ke tahap proses produksi.

Software yang digunakan untuk merancang konsep produk adalah Coreldraw.

3.2.12. Kesimpulan dan Saran

Bagian ini merupakan tahap akhir dari penelitian, yang berupa penarikan

kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data. Bagian ini juga

dilengkapi dengan saran-saran untuk menyempurnakan hasil penelitian ini di masa

(47)

34

Bab 4

Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada

target responden.

4.1.1. Penentuan Jumlah Sampel

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bandung pada tahun 2010 jumlah

penduduk wanita di Kota Bandung berjumlah 1.209.395 jiwa. Sementara kelompok

wanita dengan rentang umur 20 hingga 49 tahun memiliki proporsi sebesar 38,42% atau

sekitar 464.605 jiwa. Populasi wanita dengan kelompok umur tersebut yang nantinya

sebagai responden dalam penyebaran kuesioner. Responden wanita dipilih karena

[image:47.595.206.448.467.695.2]

mayoritas konsumen yang berbelanja di supermarket adalah wanita.

Tabel 4.1. Data Penduduk Bandung Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok

Umur Pria Wanita Total

1 0 – 4 13.292 18.894 32.186

2 5 – 9 13.631 15.536 29.167

3 10 – 14 21.211 23.157 44.368

4 15 – 19 27.062 28.446 55.508

5 20 – 24 46.000 43.169 89.169

6 25 – 29 60.051 59.462 119.513

7 30 – 34 70.684 72.118 142.802

8 35 – 39 86.816 84.832 171.648

9 40 – 44 101.646 96.429 198.075

10 45 – 49 117.290 108.595 225.885

11 50 – 54 132.013 121.802 253.815

12 55 – 59 130.003 123.107 253.110

13 60 – 64 111.269 113.951 225.220

14 65 – 69 97.629 94.144 191.773

15 70 – 74 108.813 102.547 211.360

16 75 Keatas 108.712 103.206 211.918

J u m l a h 1.246.122 1.209.395 2.455.517

(48)

Penentuan jumlah sampel dari populasi wanita dengan rentang umur 20 hingga 49 tahun

di Kota Bandung dilakukan dengan menggunakan pendekatan Isac Michel sesuai

dengan persamaan 2.3, metode ini melihat parameter proporsi dari populasi yang akan

diteliti. Dari hasil perhitungan persamaan 2.3 diperoleh hasil jumlah sampel minimum

sebesar 65 dengan toleransi penyimpangan yang diperbolehkan pada proses sampling

sebesar 10% dan nilai variabel normal dengan tingkat kepercayaan 90% sebesar 1,645.

Dalam proses penyebaran kuesioner peneliti mengambil sampel sebanyak 80 responden.

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Identifikasi Customer Needs

Kuesioner ditanyakan kepada responden wanita di kota Bandung dengan kelompok

umur 20 hingga 49 tahun. Jumlah pernyataan yang diajukan kepada responden sebanyak

25 pernyataan yang terbagi ke dalam 8 dimensi kualitas produk menurut Garvin. Daftar

[image:48.595.113.527.444.751.2]

variabel pernyataan berdasarkan dimensi kualitas produk dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Daftar Variabel Pernyataan Berdasarkan Dimensi Kualitas Produk

Dimensi Variabel Pernyataaan

Performance

Tidak rusak pada saat dipakai membawa belanjaan Kantong mudah untuk dilipat jika tidak digunakan Berat minimal yang dapat ditampung oleh kantong

Durability

Bahan baku yang digunakan adalah jenis kain Bahan baku kain yang digunakan anti air Mudah untuk dibersihkan

Reliability Dapat digunakan untuk membawa semua jenis barang

Terdapat 2 ukuran kantong (ukuran besar dan ukuran kecil)

Conformance

Ukuran panjang kantong Ukuran tinggi kantong Ukuran tebal kantong

Warna benang jahit berbeda dengan warna kantong Panjang tali pegangan kantong

Terdapat wadah khusus pada bagian dalam kantong untuk menyimpan botol agar tetap pada posisi berdiri

Features

Menggunakan velcro (prepet) untuk merekatkan bagian atas kantong

Kantong kain hanya terdiri dari 1 warna saja Terdapat beberapa warna kantong

Pegangan pada tali kantong diisi dengan bahan busa agar tidak sakit pada saat dijinjing

Terdapat kantong kecil pada bagian luar sisi kantong

Esthetics

Tidak ada desain pada kantong (polos) Terdapat desain tambahan pada kantong

(49)

Serviceability

Jaminan 1 : Jika pada pemakaian pertama kantong mengalami kerusakan baik pada kain ataupun jahitan konsumen dapat langsung meminta ganti dengan kantong baru dengan mengembalikan kantong yang rusak

Jaminan 2 : Jika setelah beberapa kali pemakaian terjadi kerusakan pada bagian jahitan kantong , konsumen dapat menukarkan

Gambar

Gambar 2.1. Tahapan QFD (Quality Function Deployment)
Gambar 2.2. House of Quality
Gambar 2.3. Struktur Matrik Parts Deployment
Gambar 2.4. Struktur Matrik Process Planning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan produk minuman berbasis madu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen (siswa-siswi SLTP dan SMU) dengan menggunakan metode

Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah; terdapat lima prioritas dari delapan karakteristik teknis berdasarkan true customer needs pada QFD iterasi pertama,

Metode QFD digunakan untuk meningkatkan kualitas produk dari segi prioritas melalui tingkat hubungan antara kebutuhan konsumen dengan karakteristik teknis produk, sedangkan metode

Analisa tingkat kepentingan konsumen dilakukan untuk mengetahui atribut kebutuhan konsumen yang dirasa paling penting oleh konsumen. Hasil analisa tingkat

Adapun ruang lingkup penelitian ini dalam kerangka perancangan dan pengembangan produk adalah hanya dilakukan dari tahapan identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan metode

Brambang Delima, Ambarawa, terhadap kinerja perusahaan tersebut, dalam pemenuhan setiap karakteristik kebutuhan dan harapan konsumen yang ada, dapat diketahui bahwa

Dari hasil kuesioner pernyataan pelanggan(Voice Of Customer) didapatkan hasil 7 atribut kebutuhan konsumen, yaitu Nyaman, Terdapat sandaran, Material logam,

Tujuan dalam penelitian ini adalah memberikan pelatihan metode Quality of Deployment QFD kepada mitra perusahaan agar mengetahui yang menjadi kebutuhan pelanggan sehingga inovasi