ii
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ageng Setiawan
NIM : 10310803
Menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul PERANCANGAN PRODUK
KANTONG KAIN BELANJA DENGAN METODE QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT (QFD) adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari hasil karya orang lain yang pernah
dipublikasikan atau yang sudah pernah dipakai untuk mendapatkan gelar di
Universitas lain, kecuali pada bagian dimana sumber informasi dicantumkan
dengan cara referensi yang semestinya.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung
jawab penuh tanpa melibatkan pihak lain serta bersedia menerima sanksi hukum
dan akademik apabila terbukti melakukan duplikai terhadap Tugas Akhir yang
sudah ada.
Bandung, Februari 2014
Nama : Ageng Setiawan
Alamat : Perum Pondok Cipta Blok B N0.50 Bintara Bekasi Barat 17134
E-mail : iwan.ryu6@gmail.com
Agama : Islam
Kewarganegaraan: Indonesia
Tanggal Lahir : 29 Januari 1985
Gender : Pria
Phone : 08156276229
Pendidikan Formal
1990-1991 : TK Puspita Sari, Bekasi
1991-1997 : SDN Bintara 1, Bekasi
1997-2000 : SLTPN 14 Bintara, Bekasi
2000-2003 : SMAN 91 Jakarta Timur
2010-2014 : Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia, Bandung
Pendidikan Non Formal
2003-2005 : Kursus Bahasa Inggris Lembaga Bahasa & Pendidikan LIA
Organisasi
2001-2002 : Kepala Departmen Kerohanian OSIS SMUN 91 Jakarta
2011-2012 : Kepala Departmen Riset and Pengembangan Himpunan Mahasiswa
Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia
2012-2013 : Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas
Komputer Indonesia
2013 : Committee Industrial Games di Universitas Komputer Indonesia
2013 : Instruktur Pelatihan SPSS dan Ms Acces untuk SMU
2013 : Committee Seminar Opportunity, Challenges and Competence
2012 : Participan Kunjungan Industri at PT. Madubaru.
2012 : Participan Kunjungan Industri at CV. Karya Hidup Sentosa Traktor
Quick.
2013 : Workshop Production Operation Management (POM)
Pengalaman Kerja dan Magang
2008 : Magang di PT. INTI Bandung
2010-2012 : Guru Les Pribadi untuk Mata Pelajaran Matematika SLTP
2012 : Asisten Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan ergonomi (Ganjil
2012/2013 dan Ganjil 2013/2014)
2013 : Asisten Dosen untuk Mata Kuliah SPSS.
TUGAS AKHIR
Karya tulis disusun sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri
Oleh
AGENG SETIAWAN
NIM. 10310803
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
vi
Assalaamualaikum wr. wb.
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena berkat rahmat,
taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir
dengan judul “Perancangan Kantong Kain Belanja Dengan Metode Quality Function Deployment”. Tak lupa pula shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjunan alam kita Nabi besar Muhammad S.A.W. pada
keluarganya, pada sahabatnya serta kita selaku umatnya. Dalam penelitian dan
penyusunan tugas akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan doa dari
berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang
senantiasa membimbing, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penyusunan tugas akhirnya. Amin yaa rabbal alamin.
Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan semangatnya
kepada penulis selama menempuh pendidikan.
2. Ibu Dr. Henny, ST., MT. selaku ketua program studi Teknik Industri.
3. Ibu Julian Robecca, MT. selaku pembimbing tugas akhir yang selalu
memberikan masukan dan sabar dalam membimbing penulis selama proses
penyusunan laporan.
4. Bapak Agus Riyanto, ST., MT. selaku dosen wali.
5. Bapak Iyan Andriana, ST., MT. dan Bapak Gabriel Sianturi ST., MT. selaku
dosen penguji
6. Seluruh dosen UNIKOM dan Program Studi Teknik Industri khususnya, terima
kasih atas ilmu dan pembelajarannya.
7. Sekretaris Program Studi Teknik Industri, The One Only Teteh Shinta Kirana
Puspa. Makasih atas bantuannya dalam pengurusan administrasi mulai dari
vii
Harapan penulis semoga laporan Tugas Akhir bisa berguna dan dapat diambil
hikmah serta manfaatnya bagi pembaca semua. Akhir kata, mohon maaf atas
segala kesalahan dan kekurangan yang menyangkut prakata maupun isi dari tugas
akhir ini, karena penulis yakin laporan ini masih belum sempurna dan Yang Maha
Sempurna datangnya hanya dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Bandung, Februari 2014
viii
Lembar Pengesahan ………. i
Lembar Pernyataan……….…..… ii
Abstrak ………. iii
Lembar Peruntukan……….………. v
Kata Pengantar ………. vi
Daftar Isi………... viii
Daftar Tabel ………. xi
Daftar Gambar ………... xii
Daftar Lampiran ………..……… xiii
Bab 1 Pendahuluan……… 1
1.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2. Identifikasi Masalah……….… 2
1.3. Tujuan Penelitian ………. 3
1.4. Pembatasan Masalah ……… 3
1.5. Sistematika Penulisan ……….. 3
Bab 2 Tinjauan Pustaka ………..……….………. 5
2.1. Perancangan dan Pengembangan Produk ………..….… 5
2.2. Konsep Kualitas …..……… 7
2.3. Dimensi Kualitas ………..……….. 8
2.4. Quality Function Deployment……….. 10
2.4.1. Struktur dan Proses Quality Function Deployment ……. 13
2.4.2. House of Quality……….. 15
2.4.3. Parts Deployment ……… 20
2.4.4. Process Planning………. 20
2.4.5. Production Planning……… 21
ix
2.7.2. Pengujian Reliabilitas ……….. 25
2.8. Material Bahan Kain (Cordura) ……….. 25
Bab 3 Metodologi Penelitian………..……… 28
3.1. Flowchart Pemecahan Masalah ………..………. 28
3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ………..…. 29
3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan………. 29
3.2.2. Identifikasi Masalah ………..………. 29
3.2.3. Tujuan Penelitian ……… 29
3.2.4. Obesrvasi dan Wawancara………... 30
3.2.5. Identifikasi Customer Needs……… 30
3.2.6. Penyusunan Kuesioner ………..………. 30
3.2.7. Pengumpulan Data ……….. 31
3.2.8. Uji Validitas………. 31
3.2.9. Uji Reliabilitas………. 31
3.2.10. Penyusunan House of Quality……… 32
3.2.11. Analisis dan Perancangan Konsep Produk ……… 32
3.2.12. Kesimpulan dan Saran ………..………… 33
Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data……….. 34
4.1. Pengumpulan Data……… 34
4.1.1. Penentuan Jumlah Sampel ……….. 33
4.2. Pengolahan Data ……….. 35
4.2.1. Identifikasi Customer Needs……… 35
4.2.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ………. 37
4.2.3. Penyusunan House of Quality ………. 39
x
(Relationship) ……….. 43
4.2.3.4. Menentukan Korelasi Teknis (Technical Correlation)……….. 45
4.2.3.5. Menyususn Matrik Teknis (Technical Matrix)… 46 Bab 5 Analisis dan Gambar Konsep Perancangan Produk ………….. 49
5.1. Analisis Uji Kuesioner ……… 49
5.2. Analisis House of Quality ……….. 49
5.2.1. Matrik Perencanaan ……… 49
5.2.2. Karakteristik Teknis (Technical Reponse) ………. 51
5.2.3. Matrik Teknis (Technical Correlation) ……….. 53
5.2.4. Matrik Keterhubungan (Relationship) ……… 55
5.2.5. Matrik Teknis (Technical Matrix) ……….. 61
5.3. Gambar Konsep Perancangan Produk ……… 62
Bab 6 Kesimpulan dan Saran ………... 63
6.1. Kesimpulan ………. 63
6.2. Saran ………... 66
Daftar Pustaka……… 67
Daftar Pustaka
1. Arikunto, Suharsimi (2002), Prosedur Penelitian, PT Rineka Cipta.
2. Basterfield, D.H. (1994), Total Quality Management, prentice Hall, Engel
Wood Cliff New Jersey.
3. Cohen, Lou. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD Work
for You. Massachusset. Addison-Wesley Publishing Company.
4. Dale, B. G. (1994). Managing Quality. Prentice Hall.
5. Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
6. Luthfianto, Saufik, & Siswiyanti. (2012). Implementasi Quality Function
Deployment (QFD) Dalam Perancangan Produk Alat Penetas Telur Rak Putar.
7. Maulana, Dwi. (2008). Usulan Pengembangan Kualitas Layanan Pos Express
Dengan Menggunakan Metode QFD Di Wilayah Bandung. Retrieved January
1st, 2014 from http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php
8. Mohamad, Nor, Asep, & Arifin, Irwan. (2000). Otomasi Pembuatan House of
Quality Pada Quality Function Deployment. Proceedings of Komputer dan
Sistem Intelejen, C142-C147.
9. Noor, Juliansyah. (2011). Metodelogi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta. Prenada Media.
10. Sugiyono Prof. DR. (2006). Statistika untuk Penelitian. Cetakan Kesembilan.
Bandung. Penerbit CV. Alfabeta.
11. Suryaningrat I.B., Djumarti, Ruriani Eka, Kurniawan Indah. (2010). Aplikasi
Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Peningkatan Kualitas
Produk Mie Jagung. Agrotek, Vol 4, No. 1, 2010:8-7.
12. Sutikno, Rian Slamet. (2010). Analisis Pengembangan Desain Konsep Treker
Bearing Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD).
Tugas Akhir. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
13. Tjiptono, Fandy. (1997). Total Quality Service. Yogyakarta. PT.Andi
14. Ulrich Karl T., Eppinger Steven D. (2001). Perancangan Pengembangan
Produk. Jakarta. Salemba Teknika.
15. Valarie A. Zeithaml, A. Parasuraman, Leonard L. Berry. (1990). Delivering
Quality Service. London. Collier Macmillan Publisher.
1
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Penggunaan kantong plastik tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia.
Bermacam jenis kantong plastik telah digunakan untuk membawa barang
belanjaan dan dipakai untuk berbagai jenis kemasan, termasuk kemasan makanan
dan minuman. Plastik telah membuat semuanya menjadi lebih praktis dan sulit
tergantikan. Namun, banyak bahaya yang disebabkan dari penggunaan plastik dan
limbah plastik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) Indonesia, kantong plastik mengandung bahan kimia
berbahaya yang dapat memicu kanker. Dalam proses daur ulang, produsen tidak
mau memperhatikan apakah plastik ini berasal dari limbah pabrik, rumah tangga,
kotoran hewan atau manusia, sisa pestisida atau dari limbah logam berat.
Hal yang pasti adalah dampak negatif sampah plastik tidak sebesar fungsinya.
Butuh waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara
terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Saat terurai, partikel-partikel
plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan
menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses
pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin.
Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain
memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf,
dan memicu depresi. Bagi lingkungan, kantong plastik juga mengakibatkan banjir,
karena menyumbat saluran-saluran air dan tanggul sehingga mengakibatkan banjir
bahkan yang terparah merusak turbin waduk. Kantong plastik juga menjadi salah
satu penyebab perubahan iklim utama dimana sejak proses produksi hingga tahap
pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer.
Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta
2
(TPA), sampah plastik juga mengeluarkan gas rumah kaca
(http://bisniskeuangan.kompas.com).
Pada tahun 2012, menurut Kepala BPLH Kota Bandung, Ahmad Rekotomo
berdasarkan data yang diperoleh, satu hari saja sampah plastik di Kota Bandung
menghasilkan sekitar 150 ton sampah plastik. Hingga saat ini penggunaan
kantong plastik di toko-toko tradisional maupun modern sudah sangat banyak.
Pihak BPLH Kota Bandung tengah mengupayakan membahas mengenai peraturan
daerah tentang RAPERDA pelarangan penggunakan kantong plastik sebagai salah
upaya mengurangi sampah plastik.
Untuk itu peneliti ingin membantu untuk mengurangi jumlah konsumsi kantong
plastik dengan menciptakan alternatif pengganti kantong plastik. Alternatif yang
dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengurangi penggunaan kantong plastik,
yaitu dengan mengganti kantong plastik dengan kantong bahan yang lain. Pada
penelitian ini, peneliti memilih menggunakan kantong kain sebagai alternatif
solusi karena kantong kain memiliki kelebihan dibandingkan dengan kantong
kertas. Kelebihan yang dimiliki oleh kantong kain yang tidak dimiliki oleh
kantong kertas adalah beban yang dapat dibawa oleh kantong kain lebih besar
dibandingkan dengan kantong kertas dan terdapat jenis bahan baku kantong kain
yang anti air.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian tentang
bagaimana mendesain produk kantong kain yang memiliki fungsi yang sama
dengan kantong plastik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen supermarket di
3
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dalam perancangan kantong kain
sebagai alternatif pengganti kantong plastik.
b. Menentukan karakteristik teknis yang akan menjadi prioritas untuk
dikembangkan sehingga dapat menghasilkan produk kantong kain yang sesuai
dengan keinginan konsumen.
c. Merancang kantong kain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
1.4. Pembatasan Masalah
Permasalahan akan dibatasi oleh beberapa hal agar penelitian terfokus terhadap
suatu masalah yang akan diteliti, sehingga menjadi obyek penelitian yang sesuai
dengan judul. Pembatas masalah pada penelitian ini adalah:
a. Struktur dan proses QFD (Quality Function Deployment) hanya sampai kepada
tahap matrik perencanaan produk (House of Quality).
b. Ruang lingkup area penelitian adalah di kota Bandung dengan objek penelitian
adalah wanita dengan rentang usia 20 tahun hingga 49 tahun.
c. Kuesioner tingkat kepuasaan (persepsi) konsumen hanya digunakan sebagai
pembanding dalam proses perancangan konsep produk.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas secara
keseluruhan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah,
4
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan mengenai teori proses perencanaan produk, pengertian
Quality Function Deployment (QFD), proses QFD, kuesioner mengenai produk
yang akan dibuat dan pustaka lain yang berhubungan dengan proses penyusunan
laporan ini.
Bab 3 Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang model atau cara pemecahan masalah serta
langkah-langkah pemecahan masalah yang digambarkan dalam flowchart pemecahan
masalah.
Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini menjelaskan cara-cara dalam memperoleh data dan pengolahan data yang
sesuai dengan metode yang digunakan dalam penyusun laporan ini.
Bab 5 Analisis dan Perancangan Konsep Produk
Bab ini menjelaskan tentang analisis terhadap pengolahan data dan perancangan
konsep produk berdasarkan pada hasil pengolahan data.
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjelaskan mengenai garis besar dari hasil akhir semua isi laporan
5
2.1. Perancangan dan Pengembangan Produk
Menurut Ulrich dan Eppinger (Perancangan Pengembangan Produk, 2001) usaha
perancangan dan pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat
diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba. Namun laba seringkali sulit
untuk dinilai secara tepat dan langsung. Ada lima dimensi spesifik yang
berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha
perancangan dan pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan? Apakah
produk tersebut memuaskan kebutuhan konsumen? Apakah produk tersebut
kuat dan andal? Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa
pasar dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh konsumen untuk produk
tersebut.
2. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit
produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh
perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam
berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan
teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk
menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim
pengembang.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting
5. Kapabilitas Pengembangan
Kapabilitas merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis di masa yang akan
datang.
Menurut Ulrich dan Eppinger (Perancangan Pengembangan Produk, 2001)
perusahaan dapat melakukan proyek pengembangan produk dengan empat tipe
diantranya adalah :
1. Platform produk baru
Tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan utama untuk merancang
suatu keluarga produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum.
Keluarga produk baru akan memasuki kategori pasar dan produk yang sudah
dikenal.
2. Turunan dari platform produk yang telah ada
Proyek-proyek ini memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam
memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.
3. Peningkatan perbaikan dari produk yang telah ada
Proyek-proyek ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi
beberapa detil produk dari produk yang telah ada dalam rangka menjaga lini
produk yang ada pesaingnya.
4. Pada dasarnya produk baru
Proyek-proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau teknologi
produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum dikenal
dan baru. Proyek-proyek ini umumnya melibatkan lebih banyak resiko yang
mana, keberhasilan jangka panjang perusahaan mungkin tergantung dari apa
yang dipelajari melalui proyek penting ini.
Pengembangan produk pada dasarnya adalah upaya perusahaan untuk
menciptakan produk baru, memperbaiki produk lama, agar memenuhi tuntutan
pasar dan selera konsumen. Pengembangan produk sangat penting dilakukan dan
konsumen meskipun produk tersebut belum sepenuhnya diproduksi, bahkan
konsumen bersedia menunggu dari pada membeli produk pesaing yang ada saat
ini (Yamit, 2001).
2.2. Konsep Kualitas
Definisi kualitas produk atau jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi
harapan konsumen. Kualitas produk atau jasa adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan konsumen. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi,
yaitu expected service dan perceived service. Apabila yang diterima atau
dirasakan (perceived service) sesuai dengan harapan, maka kualitas terhadap
produk atau jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika yang diterima
melampaui harapan konsumen, maka kualitas produk atau jasa dipersepsikan
sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika yang diterima lebih rendah daripada
yang diharapkan, maka kualitas produk atau jasa dipersepsikan buruk. Dengan
demikian baik buruknya kualitas produk atau jasa tergantung pada kemampuan
penyedia jasa dalam memenuhi harapan konsumennya secara konsisten (Tjiptono,
2004).
Tingkat kepuasan konsumen terhadap penggunaan produk atau jasa dapat diukur
berdasarkan tingkat kepuasan konsumen (degree of satisfaction), yaitu:
1. Angry
Produk atau jasa yang dirasakan dianggap gagal, sehingga konsumen ingin
membalas dan tidak mungkin akan membeli kembali produk tersebut.
2. Dissatisfied
Produk atau jasa yang dirasakan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Apa yang dirasakan atau diterima tidak seperti produk lain. Sehingga
3. Satisfied
Produk yang dibeli oleh konsumen mampu memenuhi kebutuhan minimal yang
diinginkan oleh konsumen. Sehingga dimasa yang akan datang konsumen bisa
membeli kembali produk tersebut dan mempengaruhi temannya untuk membeli
produk tersebut atau bisa pula tidak membeli kembali produk tersebut dimasa
yang akan datang.
4. Delighted
Konsumen merasakan puas sekali atas produk atau jasa yang dibeli. Bahkan
produk tersebut melebihi ekspektasi konsumen. Sehingga konsumen akan
bercerita kepada teman atau rekan.
5. Ecstatic
Konsumen merasakan sangat puas dan bahagia sekali terhadap produk atau jasa
yang dibelinya. Sehingga konsumen mendorong teman untuk merasakan
produk atau jasa yang sama. Bahkan konsumen mendorong teman untuk
melakukan bisnis akan produk atau jasa tersebut.
Tujuan dilakukannya penelitian mengenai kepuasan konsumen adalah untuk
menentukan critical performance, menilai performansi perusahaan terhadap para
pesaingnya, sebagai dasar tindakan koreksi dan monitoring progress.
2.3. Dimensi Kualitas
David Garvin memperkenalkan subyek kualitas yang diterapkan pada produk dan
telah mengidentifikasi delapan dimensi yang berbeda (Yamit, 2011).
Dimensi-dimensi tersebut terdiri dari:
1. Kinerja (Performance), yakni efisiensi pencapaian tujuan utama produk.
2. Fitur (Features), adalah atribut produk yang melengkapi kinerja dasar sebuah
produk.
3. Reliabilitas (Reliability), yaitu kemampuan sebuah produk untuk tetap
berfungsi secara konsisten selama usia desainnya. Sebuah produk dikatakan
andal (reliable) apabila kemungkinan kerusakan atau gagal dipakai selama usia
4. Kesesuaian Dengan Spesifikasi (Conformance to Spesification), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi sebuah produk memenuhi
standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya Tahan (Durability), yakni berkaitan dengan tingkat kemampuan sebuah
produk mentolerir tekanan, stress atau trauma tanpa mengalami kerusakan
berarti.
6. Serviceability, yakni kemudahan untuk memperbaiki sebuah produk. Sebuah
produk dikatakan sangat serviceability apabila bisa direparasi secara mudah
dan murah, termasuk penggunaan teknisi untuk reparasi peralatan elektronik.
7. Estetika (Esthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya
bentuk fisik mobil yang menarik, model dan desain yang artistik, warna yang
sesuai preferensi masing-masing pelanggan, aroma parfum yang paling disukai,
dan aroma roti yang memancing selera makan.
8. Persepsi Kualitas (Perceived Quality), yaitu citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadap produk tersebut. Biasanya karena
kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau fitur produk yang akan
dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama
merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya. Karena
sifatnya perseptual, maka setiap orang punya opini masing-masing.
Sementara itu, ukuran dimensi kualitas untuk jasa yang banyak dijadikan acuan
adalah yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithml, dan Berry (Delivering
Quality Service, Balancing Customer Perceptions and Expectations, 1990).
Terdapat 5 dimensi kualitas pelayanan, yaitu:
1. Tangibles, meliputi penampilan dan performansi dari fasilitas-fasilitas fisik,
peralatan, personel, dan material-material komunikasi yang digunakan dalam
proses penyampaian layanan.
2. Reliability, kemampuan pihak penyedia jasa dalam memberikan jasa atau
pelayanan secara tepat dan akurat sehingga pelanggan dapat mempercayai dan
3. Responsiveness, kemauan atau keinginan pihak penyedia jasa untuk segera
memberikan bantuan pelayanan yang dibutuhkan dengan cepat.
4. Assurance, pemahaman dan sikap kesopanan dari karyawan (contact personel)
dikaitkan dengan kemampuan mereka dalam memberikan keyakinan kepada
konsumen bahwa pihak penyedia jasa mampu memberikan pelayanan dengan
sebaik-baiknya. Dimensi assurance terdiri dari empat subdimensi, yaitu:
a. Competence, keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki penyedia jasa
dalam memberikan jasanya kepada pelanggan.
b. Credibility, kejujuran dan tanggung jawab pihak penyedia jasa sehingga
pelanggan dapat mempercayai pihak penyedia jasa.
c. Courtesy, etika kesopanan, rasa hormat dan keramahan pihak penyedia jasa
kepada pelanggannya pada saat memberikan jasa pelayanan.
d. Security, rasa aman, perasaaan bebas dari rasa takutserta bebas dari
keragua-raguan akan jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa kepada
pelanggannya.
5. Emphaty, pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen serta perhatian
yang diberikan oleh karyawan. Dimensi empathy terdiri dari tiga subdimensi,
yaitu:
a. Acces, tingkat kemudahan untuk dihubungi atau ditemuinya pihak penyedia
jasa oleh pelanggan.
b. Communication, kemampuan pihak penyadia jasa untuk selalu
menginformasikan sesuatu dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh
pelanggan dan pihak penyedia jasa selalu mau mendengarkan apa yang
disampaikan oleh pelanggan.
c. Understanding Customer, usaha pihak penyedia jasa untuk mengetahui dan mengenal pelanggan beserta kebutuhan-kebutuhannya.
2.4. Quality Function Deployment
QFD (Quality Function Deployment) adalah metode terstruktur yang digunakan
dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi dengan
sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan (Cohen, 1995).
Menurut Akao dalam (Asep Mohamad Noor dan Irwan Arifin), QFD (Quality
Function Deployment) adalah metodelogi untuk menterjemahkan kebutuhan dan
keinginan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan
teknis dan karakteristik tertentu. Penerapan QFD (Quality Function Deployment)
dalam suatu sistem perancangan produk memberikan dampak positif dalam
mereduksi biaya perancangan, memperpendek time to market dan meningkatkan
kesesuaian produk yang dihasilkan dengan kebutuhan serta keinginan konsumen.
Konsep QFD (Quality Function Deployment) pertama kali diperkenalkan oleh
Shigeru Mizuno dan Yogi Akao, seorang Professor of Management Engineering
dari Tokyo Institute of Technology pada tahun 1960. Dipraktek kembangkan pada
tahun 1972 di perusahaan-perusahaan besar di Jepang. Konsep QFD (Quality
Function Deployment) secara tidak langsung mewakili karakter masyarakat
Jepang, antara lain:
• Hinsitsu, yang berarti kualitas.
• Kino, yang berarti fungsi atau mekanisme.
• Tenkai, yang berarti penyebaran, difusi, pengembangan atau evaluasi.
Menurut Iman Jati Widodo (2003) dalam (Saufik Luthfianto dan Siswiyanti) ada
beberapa manfaat dari penggunaan QFD (Quality Function Deployment) sebagai
dasar pengembangan dan perancangan produk, yaitu dapat mengurangi dan
mempercepat terjadinya perubahan, yaitu perubahan dini terhadap perancangan
produk untuk mempercepat waktu produksi.
Menurut Besterfield (1994), manfaat penerapan QFD (Quality Function
1. Fokus Kepada Customer.
Dengan penerapan QFD (Quality Function Deployment), perusahaan dapat
mengarahkan fokusnya kepada konsumen. Perusahaan akan merancang suatu
produk atau jasa dengan memperhitungkan keinginan dan kebutuhan customer,
sehingga tingkat kebutuhan konsumen akan semakin tinggi. Keinginan dan
kebutuhan konsumen diselidiki oleh perusahaan. Hasil dari penyelidikan
tersebut berupa informasi-informasi yang penting. Kemudian informasi
tersebut akan dipilah-pilah dan akan diambil informasi-informasi yang penting
dan berhubungan dengan usaha-usaha peningkatan kepuasan konsumen yang
dapat dilakukan oleh perusahaan. Dalam proses pemilahan informasi tersebut,
tentu saja perusahaan juga harus memperhitungkan kemampuan dan sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
suatu kondisi dimana permintaan konsumen terlalu berlebihan, sedangkan
kapasitas serta kemampuan perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhinya.
2. Mengurangi Waktu Implementasi.
QFD (Quality Function Deployment) membuat proses-proses yang penting
teridentifikasi dan termonitor dengan baik dari awal hingga akhir. Hasilnya
adalah pengurangan waktu proses dalam proses-proses yang terjadi, misalnya
proses desain ulang peralatan, pelatihan untuk operator serta perubahan metode
pengontrolan kualitas secara tradisional ke metode yang baru. Dengan adanya
pengurangan waktu untuk setiap proses yang terjadi, maka secara otomatis
waktu proses secara keseluruhan akan berkurang pula.
3. Meningkatkan Teamwork.
QFD (Quality Function Deployment) membuat suatu perusahaan membangun
saluran komunikasinya tidak hanya secara horisontal seperti yang banyak
diterapkan. Input dari QFD(Quality Function Deployment) berasal dari seluruh
elemen organisasi, mulai dari bagian marketing sampai bagian produksi. Setiap
elemen melakukan komunikasi yang baik satu dengan yang lain, sehingga
suatu departemen juga dapat mengerti apa yang dilakukan oleh departemen
lain. Hal ini akan mencegah terjadinya salah paham terhadap intepretasi,
semua departemen yang ada, sehingga diperlukan adanya kerja sama tim yang
baik untuk mencapainya.
4. Menyediakan Dokumentasi Secara Tepat.
QFD (Quality Function Deployment) menciptakan suatu database dari
desain-desain dan perbaikan proses yang akan dilakukan. Database ini sangat berguna
dan banyak memberikan kemudahan-kemudahan yang diberikan untuk
perusahaan. Selain itu, database juga dapat digunakan sebagai alat untuk
melakukan training bagi pekerja baru. QFD (Quality Function Deployment)
juga sangat fleksibel ketika ada informasi-informasi yang baru atau
perubahan-perubahan yang diperlukan dalam matriks QFD (Quality Function
Deployment).
Menurut Dale (1994), manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan QFD (Quality
Function Deployment) dalam proses perancangan produk antara lain:
1. Meningkatkan keandalan produk.
2. Meningkatkan kualitas produk.
3. Meningkatkan kepuasan konsumen.
4. Memperpendek time to market.
5. Mereduksi biaya perancangan.
6. Meningkatkan komunikasi.
7. Meningkatkan produktivitas
8. Meningkatkan keuntungan perusahaan
2.4.1. Struktur dan Proses Quality Function Deployment
Tahap perencanaan dan pengembangan fase model QFD dapat disebut juga
matriks, adapun matriks perencanaan dan pengembangan QFD adalah sebagai
berikut:
1. Matriks perencanaan produk (House of Quality).
Menjelaskan tentang customer needs, technical requirements, co-relationship,
relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assement,
2. Matriks perencanaan part (Part of Deployment).
Merupakan faktor-faktor teknis yang kritikal terhadap pengembangan produk.
3. Matriks perencanaan proses (Process Planning).
Merupakan matriks proses pembuatan pengembangan suatu produk.
4. Matriks perencanaan produksi (Production Plannning).
Memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan kualitas produk.
Proses QFD dimulai dari riset segmentasi pasar untuk mengetahui siapa
pelanggan produk kita dan karakteristik serta kebutuhan pelanggan, kemudian
mengevaluasi tingkat persaingan pasar. Hasil dari riset pasar diterjemahkan
kedalam desain produk secara teknis yang sesuai atau cocok dengan apa yang
dibutuhkan pelanggan. Setelah desain produk dilanjutkan dengan desain proses,
yaitu merancang bagaimana proses pembuatan produk sehingga diketahui
karakteristik dari setiap bagian atau tahapan proses produksi. Kemudian
ditentukan proses operasi atau produksi dan arus proses produksi. Akhirnya disusun rencana produksi dan pelaksanaan produksi yang menghasilkan produk
sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Tahapan pada proses QFD (Quality Function
[image:27.595.137.510.489.643.2]Deployment) dapat dilihat pada gambar 2.1.
2.4.2. House of Quality
Rumah kualitas atau biasa disebut dengan house of quality merupakan tahapan
pertama yang harus diterapkan dalam metode Quality Function Deployment
(QFD). Matriks ini mengubah suara konsumen menjadi permintaan desain produk
yang memiliki target spesifik yang telah ditetapkan. Setelah itu, dilakukan
benchmarking terhadap produk pesaing untuk mengetahui posisi-posisi relatif
produk. Pada gambar 2.2. adalah struktur matrik pada house of quality.
Gambar 2.2. House of Quality
Pada bagian A berisi daftar kebutuhan konsumen yang merupakan input bagi
proses QFD (Quality Function Deployment). Dalam identifikasi kebutuhan
konsumen ada beberapa metode yang bisa digunakan (kuesioner, wawancara,
survei), metode yang paling mudah adalah dengan melakukan wawancara
langsung kepada target konsumen mengenai spesifikasi produk yang diharapkan.
Menurut Cohen (1995), ada beberapa tahapan dalam merancang kebutuhan
konsumen, diantaranya yaitu:
1. Gather the Voice of the Customer
Hal ini bisa didapatkan melalui wawancara langsung dengan konsumen atau
[image:28.595.182.444.259.524.2]2. Sort the Voice of the Customer into major categories
Dalam hal ini termasuk keinginan konsumen, kualitas dari produk subtitusi,
keandalan, dan lain-lain.
3. Structure the Needs in an affinity diagram
4. Arrange the Needs in the Customer Needs Section
Pada bagian B merupakan matrik yang digunakan untuk menterjemahkan
kebutuhan konsumen menjadi rencana-rencana untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Matrik ini membantu bagian tim pengembangan untuk menentukan
aspek apa saja yang harus menjadi prioritas berdasarkan kebutuhan konsumen.
Menurut Cohen (1995), ada tahapan-tahapan dalam membuat matrik perencanaan,
yaitu:
1. Tingkat Kepentingan Konsumen (Importance to Customer)
Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui sejauh
mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan konsumen
yang ada. Ada tiga tipe data yang biasanya digunakan, yaitu kepentingan
absolut, kepentingan relatif dan kepentingan ordinal. Metode yang baik dalam
mengukur tingkat kepentingan konsumen adalah dengan menggunakan
kepentingan relatif. Perhitungan untuk mengukur tingkat kepentingan
konsumen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
DK ∑ ………..(2.1.)
Dimana: DK = Derajat Kepentingan
NK = Nilai Kepentingan
N = jumlah responden
2. Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap produk (Customer
Satisfaction Performance)
Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap tingkat persepsi konsumen
nilai ini adalah dengan menanyakan langsung kepada konsumen melalui
penyebaran kuesioner.
3. Nilai Target (Goal)
Nilai target ini ditentukan oleh pihak perusahaan yang menunjukkan nilai
target yang akan dicapai untuk tiap kebutuhan konsumen.
4. Rasio Perbaikan (Improvement Ratio)
Rasio perbaikan yaitu perbandingan antara nilai target yang akan dicapai (goal)
pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk.
Dihitung dengan rumus :
5. Titik Jual (Sales Point)
Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual
produk. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari:
1 = Tidak ada titik jual
1,2 = Titik Jual Menengah
1,5 = Titik Jual Kuat
6. Raw Weight
Raw Weight merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan
dalam Planning matrix tiap kebutuhan konsumen untuk proses perbaikan
selanjutnya dalam pengembangan produk.
7. Normalized Raw Weight
Normalized raw weight merupakan nilai dari raw weight yang dibuat dalam
skala antara 0 – 1 atau dibuat dalam bentuk persentase.
Pada bagian C perusahaan mengidentifikasi kebutuhan teknik yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu, dilakukan juga transformasi dari
kebutuhan-kebutuhan konsumen yang bersifat non teknis menjadi data yang
bersifat teknis guna memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk setiap persyaratan
teknis ditentukan satuan pengukuran yang terdiri dari (Cohen, 1995):
1. The More the Better (▲) atau semakin besar semakin baik, target maksimal
2. The Less the Better (▼) atau semakin kecil semakin baik, target maksimal
adalah nol.
3. Target is Best (◇) atau target maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan
suatu nilai nominal dimana tidak terdapat variasi disekitar nilai tersebut.
Pada bagian D menggambarkan hubungan antara technical response dengan
customer needs. Ada empat macam keterhubungan yang terbentuk, yaitu (Cohen,
1995):
1. Jika tidak ada keterhubungan maka nilai yang diberikan adalah nol dengan
tidak ada simbol.
2. Jika terdapat kemungkinan adanya keterhubungan maka nilai yang diberikan
adalah satu dan disimbolkan dengan bentuk segitiga (▽).
3. Jika terdapat keterhubungan maka nilai yang diberikan adalah tiga dan
disimbolkan dengan bentuk lingkaran (o).
4. Jika terdapat keterhubungan yang kuat maka nilai yang diberikan adalah
sembilan dan disimbolkan dengan (•).
Setelah seluruh hubungan antar kebutuhan konsumen dan karakteristik teknis
dapat teridentifikasi, ditentukan bobot kolomnya dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
∑ ………...……(2.2)
Dimana :
BK = Bobot Kolom
bi = Bobot normalisasi
rij = Skor relasi antara kebutuhan konsumen i dan karakteristik teknis j.
Pada bagian E berisikan keterkaitan antara persyaratan teknis yang satu dengan
persyaratan teknis yang lain yang terdapat pada bagian C. Korelasi antar
1. Strong Possitive Impact (√√) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah
direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif kuat terhadap
direction of goodness persyaratan teknis 2.
2. Moderate Possitive Impact (√) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah
direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif yang sedang
terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.
3. No Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of
goodness-nya, tidak akan menimbulkan pengaruh terhadap direction of goodness
persyaratan teknis 2.
4. Moderate Negative Impact (x) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah
direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif yang sedang
terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.
5. Strong Negative Impact (xx) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah
direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif kuat terhadap
direction of goodness persyaratan teknis 2.
Pada bagian F merupakan daftar prioritas spesifikasi proses manufaktur. Matrik
ini memberikan beberapa informasi sebagai berikut:
1. Kontribusi
Menunjukkan kekuatan respon teknis pada keseluruhan kepuasan konsumen.
Kontribusi menentukan prioritas respon produsen terhadap respon konsumen.
Normalized contribution ditentukan dengan menghitung kontribusi respon
teknis ke i dan total kontribusi (Cohen, 1995).
2. Benchmarking
Benchmarking merupakan cara untuk mengetahui tingkat respon teknis yang
dilakukan pesaing.
3. Targetting
Tujuan yang ingin dicapai perusahaan untuk dapat memenuhi tingkat
kebutuhan konsumen dengan menggunakan karakteristik teknis yang dimiliki.
2.4.3. Parts Deployment
Parts Deployment merupakan iterasi kedua dalam metode QFD. Pada gambar 2.3.
[image:33.595.184.441.176.297.2]adalah struktur matrik pada part deployment:
Gambar 2.3. Struktur Matrik Parts Deployment
Pada bagian A berisi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD tahap 1.
Selanjutnya pada bagian B merupakan hasil normalisasi kontribusi persyaratan
teknis yang diperoleh dari QFD tahap 1. Pada bagian C adalah persyaratan part
yang berhubungan dan bersesuaian dengan persyaratan teknis yang diperoleh pada
QFD tahap 1 dan direction of goodness dari masing-masing persyaratan part. Pada
bagian D menggambarkan hubungan diantara persyaratan part dan persyaratan
teknis. Sehingga hubungan ini didasarkan pada dampak persyaratan part terhadap
persyaratan teknis. Pada bagian E berisi target persyaratan part yang meliputi part
specification, kontribusi dari persyaratan part dan target dari masing-masing
persyaratan part dalam rangka pengembangan.
2.4.4. Process Planning
Process planning merupakan tahapan iterasi ketiga dalam metode QFD.
Persyaratan part pada QFD iterasi kedua berada pada bagian sebelah kiri dan
karakteristik proses berada pada bagian atas. Kemudian hubungan tiap
karakteristik part dan karakteristik proses diukur berdasarkan skala kuat, sedang
Gambar 2.4. Struktur Matrik Process Planning
2.4.5. Production Planning
Production Planning merupakan tahapan iterasi keempat dalam metode QFD.
Matriks ini memaparkan tindakan yang perlu diambil dalam perbaikan kualitas
produk atau pelayanan.
Gambar 2.5. Struktur Matrik Production Planning
Karakteristik proses yang pada iterasi ketiga berada di bagian atas menjadi berada
pad bagian kiri rencana kebutuhan berada pada bagian atas. Kemudian hubungan
tiap karakteristik proses dan rencana kebutuhan diukur berdasarkan skala kuat,
sedang dan lemah.
2.5. Sampling
Melakukan sampling adalah merupakan bagian dari penelitian. Sampling adalah
sebagian atau wakil populasi (Arikunto, 2002). Pada suatu sampel, elemen adalah
obyek atau orang yang diminta untuk memberikan informasi. Pada penelitian
survei, elemen disebut juga responden. Populasi adalah total dari semua elemen
[image:34.595.158.464.365.488.2]mendapatkan informasi mengenai karakteristik atau parameter dari suatu populasi.
Peneliti bisa mendapatkan informasi mengenai parameter populasi dari sensus
maupun sampel. Sensus melibatkan beberapa elemen dalam suatu populasi.
Dengan kata lain, sampel adalah sub grup dari populasi.
Jumlah populasi wanita di kota Bandung bedasarkan data statistik kota Bandung
pada tahun 2010 berjumlah 464.605 jiwa untuk kelompok umur 20 tahun sampai
dengan 49 tahun. Jumlah populasi tersebut akan dihitung untuk mengetahui
jumlah sampel yang akan menjadi responden untuk menjawab
pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh peneliti. Perhitungan jumlah sampel menggunakan
teknik penentuan sampel dengan parameter proporsi melalui pendekatan Isac
Michel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
………..…(2.3.)
Dimana:
N = banyaknya populasi wanita di kota Bandung yang berusia 20-49 tahun.
Z = variabel normal (tingkat kepercayaan 90%, nilainya 1,645)
d = toleransi penyimpangan pada saat melakukan pengambilan sampel sebesar
10% nilainya 0,1.
p = proporsi wanita dengan rentang umur 20 tahun hingga 49 tahun terhadap
populasi wanita di kota Bandung.
(Juliansyah Noor)
2.6. Kuesioner
Pada Rian Slamet Sutikno, kuesioner adalah seperangkat pertanyaan atau
pernyataan yang telah diformulasikan, sesuai dengan variabel yang diteliti dan
data yang diperlukan. Kuesioner juga dijadikan tempat menyimpan jawaban
responden atas pertanyaan tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyusunan kuesioner adalah sebagai berikut : • Isi pertanyaan
kuesioner, hal-hal yang harus diperhatikan :
Apakah pertanyaan tersebut perlu untuk ditanyakan ?
Apakah responden bersedia dan dapat memberikan data yang ditanyakan ?
Apakah pertanyaan tersebut cukup jelas dan mencakup aspek yang ingin
diketahui ? • Tipe pertanyaan
Tipe pertanyaan yang umumnya digunakan dalam membuat kuesioner adalah
sebagai berikut :
Open-ended
Pertanyaan open-ended memberikan keleluasaan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri dan mengemukakan pendapat dengan
cara yang dipandangnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan
kepadanya.
Close Questions
Tipe pertanyaan ini menyajikan pertanyaan kepada responden dan
memberikan sekumpulan alternatif yang mutually exclusive (hanya satu
alternatif yang dapat dipilih) dan exhaustive (kumpulan alternatif yang
diberikan sudah mencakup semua kemungkinan alternatif yang ada).
Kemudian responden memilih satu dari kumpulan itu, yang paling sesuai
dengan responnya pada pertanyaan yang diajukan. • Sensitivitas Pertanyaan
Beberapa topik penelitian yang berkaitan dengan pendapatan, umur, catatan
kejahatan, kecelakaan dan topik sensitif lainnya cenderung memiliki bias
respon pada responden yang diteliti. Oleh sebab itu bentuk dan penyusunan
kalimat pertanyaan harus dirancang dengan benar agar dapat mengungkap
jawaban yang sebenarnya. • Urutan Pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus disusun dalam urutan yang logis
dan jelas agar responden dapat dengan mudah mengikuti alur pertanyaan dan
• Tampilan Kuesioner
Pada kuesioner yang dikirim lewat surat atau kuesioner yang diisi oleh
responden dirumahnya masing-masing, penampilan kuesioner memegang
peranan yang cukup penting. Kuesioner yang kelihatannya panjang dan
memiliki kalimat yang banyak semakin cenderung untuk diabaikan responden.
Oleh sebab itu, bila mungkin, pertanyaan harus disusun seminimal mungkin
dengan kalimat-kalimat yang mudah dan sederhana.
Menurut Sugiyono (2006), kuesioner dapat dibuat dengan menggunakan skala
Likert. Dalam butir pertanyaan terdapat beberapa alternatif jawaban yang tersedia
dengan skala ordinal atau skala Likert, yaitu menggunakan lima tingkat skala
sesuai dengan alternatif jawaban. Untuk menentukan tingkat kepentingan dan
kepuasan konsumen, kuesioner ini menggunakan skala Likert yang
dimodifikasikan sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Penting diberi bobot 1.
2. Tidak Penting diberi bobot 2.
3. Penting diberi bobot 3.
4. Sangat Penting diberi bobot 4.
5. Sangat Penting Sekali diberi bobot 5.
Skala Likert dinyatakan ordinal karena pernyataan sangat penting mempunyai
tingkat yang lebih tinggi dari penting, dan penting lebih tinggi daripada sedang,
dan seterusnya.
2.7. Metode Pengujian Kuesioner
Setelah data kuesioner didapatkan, maka data tersebut harus diuji. Pengujian yang
dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu pengujian validitas dan pengujian
reliabilitas. Proses pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan
2.7.1. Pengujian Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu alat ukur untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
kuesioner yang disusun dapat mengukur apa yang ingin diukur. Cara pengujian
validitas:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut kepada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara masing- masing pernyataan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi (product moment).
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka
kritis Tabel Korelasi nilai r. Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris
N-2. Validitas dihitung dengan membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Jika
rhitung lebih besar dari rtabel maka pernyataan tersebut valid, jika rhitung lebih kecil
dari rtabel maka pernyataan tersebut tidak valid.
2.7.2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang
sama. Reliabilitas diukur dengan menggunakan cronbach’s alpha (α) dimana hasil
yang menunjukkan diatas 0,60 dapat dikatakan reliabel (Ghozali, 2009).
2.8. Material Bahan Kain (Cordura)
Cordura adalah nama merek untuk bahan kain yang digunakan dalam berbagai
macam produk termasuk koper, ransel, celana, pakaian militer dan pakaian yang
dipergunakan untuk kebutuhan kinerja tingkat tinggi. Kain Cordura dikenal
Cordura awalnya dikembangkan dan terdaftar sebagai merek dagang dari EI
deNemours duPont and Company (DuPont) pada tahun 1929 yang sekarang
dimiliki oleh Invista (anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Koch
Industries, Inc). Kain Cordura ini dibuat dari benang atau serat yang dibuat oleh
Invista. Bahannya dapat dibuat dari serat sintetis 100% atau campuran dengan
kapas atau serat alam lainnya. Untuk dapat menggunakan nama merek Cordura,
bahan kain ini terlebih dahulu harus lulus uji dan disetujui oleh Invista. Cordura
awalnya diperkenalkan sebagai kain jenis Rayon. Produk ini terus dikembangkan
selama Perang Dunia II dan digunakan oleh militer sebagai bahan untuk ban. Pada
tahun 1966, ketika formulasi baru dari nilon terbukti lebih unggul, nama merek
Cordura kemudian ditransfer menjadi penyebutan untuk produk nilon. Pada tahun
1977 peneliti menemukan suatu proses untuk pencelupan Cordura, yang
membuka berbagai aplikasi komersial. Pada 1979 koper dengan bahan soft-sided
Cordura telah berhasil meraup sekitar 40 persen pasar produk koper. Beberapa
merek klasik yang tetap populer saat ini terus menggunakan kain Cordura dalam
produk mereka. Eastpak merupakan merek pertama yang menggunakan kain
Cordura pada produk tas mereka. Sementara JanSport menggunakan nilon
kanvas-seperti di daypacks asli mereka di tahun 1970 dan terus menggunakan
bahan tersebut sampai saat ini
(http://www.tasbackpackkeren.com/blog/apa-itu-bahan-cordura).
Pada 1980 Portage Manhattan mulai menggunakan 1000D Cordura Nylon di tas
mereka agar berdaya tahan tinggi. Pada 1990-an, merek pakaian Workwear Eropa
mengadopsi kain 1000D dan 500D untuk seragam bala bantuan. Merek pakaian
seperti Snickers juga menggunakan kain ini untuk membantu pakaian mereka
bertahan lebih lama. Cordura kini juga digunakan dihampir semua bahan jaket
sepeda motor atau celana dari kualitas menengah sampai paling tinggi karena
ketahanannya terhadap abrasi. Bahan ini bisa kita temukan pada produk pakaian
dan perlengkapan sepeda motor yang dibuat oleh perusahaan seperti Klim, Rukka,
MotoPort, Rev’It, Olympia, AeroStich, dan Dainese. Kain Cordura ini tersedia
khusus untuk ketahanan terhadap sobek, retensi warna, dan bahan ringan dengan
daya tahan tinggi. Ada pula baselayer, denim dan kain kanvas yang mengandung
campuran serat Invista 420 6,6 nilon dan katun, yang dikenal sebagai Cordura
Baselayer, Cordura Denim, dan kain Cordura Duc. Koleksi kain Cordura
Naturalle, yang didasarkan pada teknologi full dull yarn, dirancang untuk lebih
dekat menyerupai tampilan dan nuansa dari kapas. Kain Cordura Naturelle
tersedia dalam rajutan dan wovens, dengan dan tanpa laminasi dan peregangan
serta finishing
28
3.1. Flowchart Pemecahan Masalah
Alur proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. dibawah ini.
Penyajian secara sistematis dibuat agar masalah yang dikaji penelitian beserta
penyelesaiannya dapat dimengerti dengan baik.
[image:41.595.193.420.279.734.2]3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Langkah-langkah pemecahan masalah untuk penelitian ini, yaitu:
3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan
Tinjauan pustaka berupa konsep dan teori yang dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan landasan-landasan pemikiran yang dapat menunjang dalam
penelitian ini. Tahapan ini dilakukan dengan mencari, membaca dan mempelajari
literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian. Referensi utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku
“Quality Function Deployment, How to Make QFD Work for You” karangan Lou
Cohen (1995).
Studi lapangan merupakan tahap awal penelitian yaitu dengan melakukan
wawancara dan survei langsung ke lapangan untuk mengetahui permasalahan
yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.
3.2.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahapan penting di dalam suatu penelitian,
dimana keadaan yang terjadi dirumuskan secara sistematik berdasarkan hasil studi
literature. Pokok permasalahan penelitian ini yaitu bagaimana mengidentifikasi
kebutuhan konsumen ke dalam desain produk kantong kain yang memiliki fungsi
sama dengan kantong plastik.
3.2.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada tugas akhir ini adalah menghasilkan rancangan kantong
kain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dalam perancangan kantong kain
b. Menentukan karakteristik teknis yang akan menjadi prioritas untuk
dikembangkan sehingga dapat menghasilkan produk kantong kain yang sesuai
dengan keinginan konsumen.
c. Untuk merancang kantong kain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
3.2.4. Observasi dan Wawancara
Observasi dilakukan untuk mengetahui jumlah dan spesifikasi kantong kain yang
telah ada dan digunakan dalam kegiatan jual beli. Sedangkan wawancara
dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang kebutuhan dan keinginan
konsumen mengenai kantong kain.
Hasil dari observasi dan wawancara ini kemudian akan dijadikan refernesi dalam
pembuatan variabel pernyataan yang akan ditanyakan kepada konsumen.
3.2.5. Identifikasi Customer Needs
Tahap identifikasi kebutuhan konsumen dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
dan keinginan konsumen dengan tingkat kepentingan variabel pernyataan
terhadap desain kantong kain yang akan dirancang. Data yang digunakan dalam
identifikasi kebutuhan konsumen adalah data hasil wawancara sebelumnya dan
selanjutnya dibuat dalam bentuk kuesioner.
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan konsumen melalui wawancara, maka
variabel pernyataan yang akan diajukan kepada responden terbagi menjadi 8
dimensi produk menurut David Garvin, yaitu terdiri dari performance, durability,
reliability, conformance, features, esthetics, serviceability dan perceived quality.
3.2.6. Penyusunan Kuesioner
Secara umum kuesioner yang dibuat untuk penelitian ini terdiri dari 3 tahapan,
yaitu:
• Tahap 2 : Petunjuk pengisian kuesioner
• Tahap 3 : Pengisian kuesioner yang terdiri dari 2 bagian, yaitu: Bagian 1 : Kuesioner untuk mengukur tingkat kepentingan
Bagian 2 : Kuesioner untuk mengukur tingkat kepuasan
3.2.7. Pengumpulan Data
Kuesioner yang telah dibuat selanjutnya akan dilakukan penyebaran dengan
jumlah sampel minimal sebesar 65 responden. Jumlah sampel tersebut diperoleh
dengan teknik penentuan sampel dengan parameter proporsi dengan menggunakan
pendekatan Isac Michel (persamaan 2.3). Responden yang menjadi objek
penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia antara 20 tahun hingga 49 tahun.
3.2.8. Uji Validitas
Uji validitas pada bagian ini adalah untuk mengukur sejauh mana kuesioner ini
dapat mengukur apa yang diukur. Penentuan validitas dilakukan dengan
menggunakan rumus koefisien pearson (pearson correlation) untuk melihat
keterhubungan nilai variabel pernyataan dengan nilai total.
Hasil pengujian validitas ini akan dibandingkan dengan nilai koefisien pearson
kritis yang terdapat pada tabel dengan tingkat signifikansi 10%. Apabila nilai
perhitungan lebih kecil dari nilai tabel maka alat ukur yang dibuat tidak valid,
harus dilakukan penyusunan kuesioner kembali. Pengujian validitas menggunakan
software SPSS 14.
3.2.9. Uji Reliabilitas
Uji reliabillitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana jawaban dari kuisioner
tersebut konsisten pada waktu yang berbeda. Penentuan reliabilitas alat ukur
menggunakan koefisien alpha cronbach. Nilai koefisien ini mempunyai rentang
nilai 0 hingga 1. Nilai perhitungan alpha cronbach yang mendekati 1
cronbach yang mendekati 0 menunjukkan instrumen yang semakin tidak handal.
Jika pengujian reliabilitas menyatakan instrumen yang digunakan tidak handal
maka harus dilakukan penyusunan kuesioner kembali.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 14 dalam
modul reliability analysis dengan alpha cronbach. Nilai uji reliabilitas yang
diinginkan dapat dilihat pada nilai alpha coefficient. Menurut Ghazali (2009),
reliabilitas diukur dengan menggunakan cronbach’s alpha dimana hasil yang
menunjukkan diatas 0,60 dapat dikatakan reliabel.
3.2.10. Penyusunan House of Quality
Data yang telah lolos uji secara statistik selanjutnya akan dibuat ke dalam matrik
house of quality, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Membuat matrik perencanaan, digunakan untuk membantu tim pengembang
dalam menentukan aspek apa saja yang menjadi prioritas berdasarkan
kebutuhan konsumen.
2. Technical Response, mengidentifikasi kebutuhan teknik yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu, dilakukan juga transformasi
dari kebutuhan-kebutuhan konsumen yang bersifat non teknis menjadi data
yang bersifat teknis guna memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Relationship Matrix, menggambarkan hubungan antara technical response
dengan customer needs.
4. Technical Correlations, menggambarkan keterkaitan antara persyaratan teknis
(technical response) yang satu dengan yang lain.
5. Technical Matrix, merupakan daftar prioritas spesifikasi manufaktur.
3.2.11. Analisis dan Perancangan Konsep Produk
Pada tahap ini hasil dari pengolahan data dianalisis dan dibahas berdasarkan
hubungannya dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada tahap ini juga dilakukan identifikasi terhadap urutan
Lalu selanjutnya dibuatkan rancangan konsep produk yang sesuai dengan daftar
prioritas spesifikasi manufaktur pada tahap penyusunan house of quality. Gambar
prototipe dari konsep produk digunakan sebagai visualisasi untuk referensi bagian
perancang dan bagian produksi jika akan dilanjutkan ke tahap proses produksi.
Software yang digunakan untuk merancang konsep produk adalah Coreldraw.
3.2.12. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini merupakan tahap akhir dari penelitian, yang berupa penarikan
kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data. Bagian ini juga
dilengkapi dengan saran-saran untuk menyempurnakan hasil penelitian ini di masa
34
Bab 4
Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada
target responden.
4.1.1. Penentuan Jumlah Sampel
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bandung pada tahun 2010 jumlah
penduduk wanita di Kota Bandung berjumlah 1.209.395 jiwa. Sementara kelompok
wanita dengan rentang umur 20 hingga 49 tahun memiliki proporsi sebesar 38,42% atau
sekitar 464.605 jiwa. Populasi wanita dengan kelompok umur tersebut yang nantinya
sebagai responden dalam penyebaran kuesioner. Responden wanita dipilih karena
[image:47.595.206.448.467.695.2]mayoritas konsumen yang berbelanja di supermarket adalah wanita.
Tabel 4.1. Data Penduduk Bandung Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok
Umur Pria Wanita Total
1 0 – 4 13.292 18.894 32.186
2 5 – 9 13.631 15.536 29.167
3 10 – 14 21.211 23.157 44.368
4 15 – 19 27.062 28.446 55.508
5 20 – 24 46.000 43.169 89.169
6 25 – 29 60.051 59.462 119.513
7 30 – 34 70.684 72.118 142.802
8 35 – 39 86.816 84.832 171.648
9 40 – 44 101.646 96.429 198.075
10 45 – 49 117.290 108.595 225.885
11 50 – 54 132.013 121.802 253.815
12 55 – 59 130.003 123.107 253.110
13 60 – 64 111.269 113.951 225.220
14 65 – 69 97.629 94.144 191.773
15 70 – 74 108.813 102.547 211.360
16 75 Keatas 108.712 103.206 211.918
J u m l a h 1.246.122 1.209.395 2.455.517
Penentuan jumlah sampel dari populasi wanita dengan rentang umur 20 hingga 49 tahun
di Kota Bandung dilakukan dengan menggunakan pendekatan Isac Michel sesuai
dengan persamaan 2.3, metode ini melihat parameter proporsi dari populasi yang akan
diteliti. Dari hasil perhitungan persamaan 2.3 diperoleh hasil jumlah sampel minimum
sebesar 65 dengan toleransi penyimpangan yang diperbolehkan pada proses sampling
sebesar 10% dan nilai variabel normal dengan tingkat kepercayaan 90% sebesar 1,645.
Dalam proses penyebaran kuesioner peneliti mengambil sampel sebanyak 80 responden.
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Identifikasi Customer Needs
Kuesioner ditanyakan kepada responden wanita di kota Bandung dengan kelompok
umur 20 hingga 49 tahun. Jumlah pernyataan yang diajukan kepada responden sebanyak
25 pernyataan yang terbagi ke dalam 8 dimensi kualitas produk menurut Garvin. Daftar
[image:48.595.113.527.444.751.2]variabel pernyataan berdasarkan dimensi kualitas produk dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Daftar Variabel Pernyataan Berdasarkan Dimensi Kualitas Produk
Dimensi Variabel Pernyataaan
Performance
Tidak rusak pada saat dipakai membawa belanjaan Kantong mudah untuk dilipat jika tidak digunakan Berat minimal yang dapat ditampung oleh kantong
Durability
Bahan baku yang digunakan adalah jenis kain Bahan baku kain yang digunakan anti air Mudah untuk dibersihkan
Reliability Dapat digunakan untuk membawa semua jenis barang
Terdapat 2 ukuran kantong (ukuran besar dan ukuran kecil)
Conformance
Ukuran panjang kantong Ukuran tinggi kantong Ukuran tebal kantong
Warna benang jahit berbeda dengan warna kantong Panjang tali pegangan kantong
Terdapat wadah khusus pada bagian dalam kantong untuk menyimpan botol agar tetap pada posisi berdiri
Features
Menggunakan velcro (prepet) untuk merekatkan bagian atas kantong
Kantong kain hanya terdiri dari 1 warna saja Terdapat beberapa warna kantong
Pegangan pada tali kantong diisi dengan bahan busa agar tidak sakit pada saat dijinjing
Terdapat kantong kecil pada bagian luar sisi kantong
Esthetics
Tidak ada desain pada kantong (polos) Terdapat desain tambahan pada kantong
Serviceability
Jaminan 1 : Jika pada pemakaian pertama kantong mengalami kerusakan baik pada kain ataupun jahitan konsumen dapat langsung meminta ganti dengan kantong baru dengan mengembalikan kantong yang rusak
Jaminan 2 : Jika setelah beberapa kali pemakaian terjadi kerusakan pada bagian jahitan kantong , konsumen dapat menukarkan