• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metafora Cinta Dalam Bahasa Angkola

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Metafora Cinta Dalam Bahasa Angkola"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KaJial1 Linguis{ik, Febman' 2013, 129 - 138

{VPY17,ijJf @20I3, Program .':Illldi LJilJ{uisfik SP-s uslセ@ ISSN 169/J-4660

METAFORA ClNTA DALAM BAHASA ANGKOLA

Rumnasari K. Siregar Politeknik Negeri Medall

Eddy Setia

FIB Universitas Sumatera Utara

Abstract

T'aJlllllRe-J(J, No 1

This research analyzed the categorization and conseptuai mapping of LOVE metaphors in Angkola language. The data obtained by using the observation and interview methods. The data is analyzed by using the identity method and the appropriateness method of the word with the tianguiation technique. This research uses the Conseptual Methapor Theory. The finding show that conseptualizalion of love in Angko/a language derive nine main methapor such as FLUID, FORCE, ff1LD ANIMAL, PATIENT, JOURNEY, WAR, OBJECT, UNITY, and GAME. Category of LOVE IS A FLUID IN A CONTAINER have subcategory of LOVE IS HEAT and LOvE IS FIRE; category of LOVE IS FORCE have subcategory o/LOVE IS PHYSICAL FORCE, LOVE IS NATURAL FORCE, and LOVE IS PSYCHOLOGICAL FORCE; category of LOVE IS PATIENT have subcategory of LOVE IS MAD; categOlyof LOVE IS OBJECT have subcategory of LOVE IS HIDDEN OBJECT, LOVE IS VALUABLE COMAfOD/IT, LOVE IS PLANT, and LOVE IS BUILDING; and category of LOVE IS Wl/fTY have subcategory of LOVE IS ROPE. The mapping of love experience domain consist of fwe basic schema such as schema of CONTAINER, FORCE, SOURCE-PATH-GOAL, SPACE, and LINK. In this mapping the systematical relevancy between the source domain and goal domain involves force and control aspect.

Key words: Love Methaphors, Categorization, lmage-Schemas, and Mapping PENDAHULUAN

Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Peran metafora dalam bahasa diterangkan oleh Hai-Yun (2007: 34) dengan baik. Menurut Hai-Yon, ada tiga fungsi

komunikatif metafora. Pertama, metafora memungkinkan penutur bahasa untuk

mengungkapkan gagasan-gagasan yang abstrak dan rumit apabila dia (merasa) terbatas dalarn penggunaan bahasa harfiah. Kedua, metafora merupakan eara komunikasi yang rapi sebab banyak infonnasi dapat disampaikan seeara ringkas. Ketiga, metafora memberikan gambaran yang lebih kaya, lebih hidup, dan Jebih terperinei tentang pengaJaman subjektif penutur bahasa daripada pengalaman tersebut diekspresikan secara harfiah (lihatjuga Verspoor, 1993: 5; Croft dan Cruse, 2004: 193). Keadaan emosional sedng dideskripsikan secara metaforis (Verspoor, 1993: 42; Sandstrom, 2006: 1; dan Rajeg, 2009: 4). Ekspresi metaforis untuk keadaan emosional didasari asumsi bahwa kualitas keadaan emosional sulit diungkapkan den gall baik jika menggunakan bahasa harfiah.Penutur bahasa lUTIumnya terkendala dalam menyediakan deskripsi harfiah tentang kualitas pengalaman emosi tertentu, keeuali menggunakan ekspresi metaforis. Hal ini meneenninkan kegunaan metafora untuk konsep-konsep abstrak.

Metafora cinta dalam bahasa Angkola (MCBA) sangat penting untuk diteliti. Setidaknya., ada tiga aIasannya. Pertama, bahasa Angkola kaya akan ekspresi metaforis untuk menyatakall cinta. Dalam masyarakat AngkoJa, konsep holong 'cillta dan kasih sayang' menjadi sumber

hukum adat masyarakat:, seperti terdapat pada ungkapan holong manjalahi domu ('kasih sayang

akan menumbuhkan persatuan dan kesatuan') dan domu manjalahi holong ('persatuan dan

kesatuan akan menumbuhkan kasih sayang') (Lubis, 2006: 25). Contohnya, konsep Ginla

diungkapkan dengan kata holong pada (1) dan dibentuk oleh kombinasi kata pan"osuan

'hubungan' dengan bondul makkalang 'aral me.lintang' pada (2). Interpretasinya ialah (1)

mengekspresikan CLVTA sebagai KESATUAllf (melalui kata padomu), sedangkan (2)

(2)

ruャャQjjゥlセゥ@ K.

Sircg;lJ-(I) Hami sannari giot padomu holong. Urn sekarang mau AKT.rajut sayang 'Kami sedang merajut einta.'

(2) Parrosuan 011 adong bondul makkalang. hubungan PART ada aral melintang 'Hubungan ini mendapat rintangan.'

Alasan kedua ialah bahwa penelitian MCBA mempunyai nilai signifikansi yang tinggi. Sebagai sebuah konsep emosi, ciri-eiri semantis pada konsep cillta kadang-kadang bertumpang-tindih pada konsep emosi lain (mis. gembira). Hal ini tampak pada eontoh-contoh berikut. (3) Matania bolnang.

3Tg. terbelalak 'Matanya berbinar.' (4) Mukonia ;eges.

muka 3.Tg. cantik 'Wajahnya berseri-seri.' (5) P armikimnia manarik.

senyum 3Tg. AKT.tarik 'Senyumnya sumringah.'

Metafora pada kalimat (3H5) mencerminkan salah satu dari dua keadaan emosional, yakni cinta atau gembira. Tanpa pelibatan konteks, contoh-contoh itu cendemng ditafsirkan sebagai metafora gembira. Hal ini menunjukkan bahwa MCBA mengandung potensi ketaksaan yang tinggi sehingga tingkat analisisnya lebib rum it. Agar diperoleh interpretasi yang tepat perlu disediakan bukti-bukti pendukung tentang fenomena seperti itu. Alasan ketiga iaJah bahwa penelitian ini, sejauh yang diketahui, belum pemah diketjakan, lebih-Iebih berbasis pada ancangan linguistik kognitif. Perhatian dan minat dari para ahli semantik untuk meneliti metafora emosi bam muneul akhir-akbir ini (lihat Rajeg, 2009; Mulyadi, 2010a, b). Penelitian yang ada umumnya mengandalkan korpus yang terbatas sehingga belum dapat merumuskan generalisasi yang valid tentang metafora emosi.

PeneJitian semantik pada bahasa-bahasa daerah meneakup aspek-aspek semantis umum, seperti tipe-tipe makna, sinonim, antonim, ketaksaan makna, dan lain-lain (Silalahi, 2005: 96). Analisis metafora pada bahasa-bahasa daerah, antara lain, dikerjakan oJeh Si1aJahi (2005) dan Nurismilida (2010). Akan tetapi, kedua jenis penelitian itu berbeda dengan penelitian MCBA walaupun ada kontribusinya pada tingkatan tertentu. Dengan korpus data yang luas, penelitian ini dimungkinkan untuk menghasilkan generalisasi yang valid ten tang kategorisasi MCBA dan pemetaan konseptual pada kedua ranahnya. Jelas bahwa penelitian ini membahas relasi cinta (konsep abstrak) dengan berbagai peristiwa konkret seperti perjalanan, cairan, api, perang, atau binatang buas dalam bahasa Angkola. Relasi ini me1iputi dua sllbjek penelitian yang menarik untuk diuji, yaitukategorisasi dan pemetaan konseptual MCBA.

TINJAUAN PUSTAKA

Metafora Konseptual

(3)

K<!liaI1 Lill,!JllJSlik, TallllIJ kc- 10. No 1 rebmari 2013

dan bertindak pada dunia-karena mencerap pengalaman, memindahkan tubuh, mengerahkan dan mengalami daya, dan lain-Iain---manusia membentuk struktur konseptuaJ dasar untuk menata pikiran me/intas] rentang ranah yang lebih abstrak. Johnson (1987), sepert] dikutip Saeed (1997: 308), mengusulkan skema-citra sebagai suatu level struktur kognitif yang lebih primitif yang mendasari metafora dan menyajikan hubungan sistematis antara pengalaman badani dan ranah kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa.

Sehubungan dengan itu, beberapa skema-citra perseptual diterapkan pada metafora cinta, yaitu skema WADAH, skema HUBUNGAN, skema DAY A, dan skema SUMBER-JALUR-TUJUAN (Kovecses, 2006: 209--211). Contohnya, skema WADAH memiliki demen struktural "interior", "batas", dan "ekstenor". Logika dasarnya ialah bahwa segala sesuatunya berada di dalam atau berada di luar wadah. Jika B ada pada A dan C ada pada B disimpulkan

bahwa C ada pada A. Misalnya, metafora KEADAAN sebagai WADAH, HUBUNGAN

PERSONAL sebagai WADAH, dan BIDANG VISUAL sebagai W ADAH. Elemen struktural pada

skema HUBUNGAN mencakup dua "entitas" dan "hubungan" yang mengikatnya.. Logika dasar dari

skema ini meliputi keselarasan. Jika A dihubungkan dengan B, B dihubungkan dengan A atau jika A dihubungkan dengan B, A dibatasi oleh B. Skema HUBUNGAN bergllna sebagai ranah sumber pada beberapa metafora. Misalnya, pada HUBUNGAN sebagai SAMBUNGAN, kedua entitasnya dihubungkan dengan sambungan.

Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN memiliki elemen "sumber", ')alur", "tujuan", dan "arah". Logika dasamya ialah apabila seseorang pergi dari A ke B, dia harns mdewati setiap

titik persimpangan yang menghubungkan A dengan B. Metafora HIDUP sebagai

PERJALA1vAN mengasurnsikan skema SUI\1BER-JALUR-TUJUAN. Pemetaan dan

submetafora pada rnetafora kompleks ini ialah lvfAKSUD sebagai TUJUAN. Peristiwa kompleks

juga melibatkan keadaan awal (SUMBER), tahap tengahan (JALUR), dan tahap akhir

(TUJUAN). Skema-citra menyediakan pemahaman tentang dunia, baik secara harfiah maupun

secara figuratif. Dasar untuk konstruksi metaforis ini terletak pada pengalaman dasar manusia yang membentuk skema citra dan "menyajikan hubungan pengalaman badani dengan ranah kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa" (Saeed 2003: 353). Namun, dalam penggo]ongan makna kata adakalanya diperlukan lebih dari satu skema (Kovecses, 2006: 211).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Padang Garugur, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara. Desa ini dipilih karena masyarakatnya berbahasa Angkola sebagai alat komunikasi sehari-hari. Selain itu, masyarakatnya tergolong penutur jati dan hingga kini mereka melaksanakan adat budayanya secara konsisten. Dalam pengumpu]an data diterapkan metode simak dan metode cakap (Sudaryanto, 1993). Pada metode simak, teknik sadap menjadi telmik dasar, yang disertai dengan teknik simak libat cakap, simak bebas libat cakap, rekam, dan catat. Dalam peJaksanaan metode cakap disiapkan daftar pertanyaan untuk mengembangkan strategi percakapan. Teknik dasarnya ialah teknik pancing, yang diikuti dengan teknik cakap semuka,

cakap tansemuka, rekanl, dan catal. Seluruh data dianalisis dengan metode padan dan metode

agih. Metode padan beroperasi dalam penetapan kategori MCBA. Misalnya, kata mogap

'tenggeJam' pada (6a) dimuat pada ranah sumber dan emosi cinta pada ranah sasaran. Untuk

menetapkan kategori metafora pada (6a) diidentifikasi ranah pengalaman dasar pada ranah sumber, seperti (6b), yang dikonseptualisasikan sebagai DAYA ALAML Artinya, konsep "cinta" dipahami daTi konsep "daya alami". Jadi, kategori metafora pada (6a) ialah CINTA sebagai DAYA ALA/lB.

(6) a Mogap do au dibaen hata-hatania.

megap PART lTg PAS.bllat kata.3.Tg 'Saya tenggelam oleh rayuannya.'

b .. Mogap daganak i di sunge.

(4)

Rumnas;lfl· K. 51reg;u'

'Anak itu megap di sungai.'

Pemetaan ranah-ranah pengalaman dasar dan cinta pada MCBA dijelaskan dengan menggunakan metode padan. Dalam pemetaan ini, dua entitas pada dua ranah kognitif yang berbeda ditandai oleh perangkat persamaannya. Contohnya, metafora CINTA sebaga; PER.JALANAN terdapat pada kalimat (7) melalui kata tarpatudu 'tertuju' dan kalimat (8) melalui kata lakka 'langkah'.

(7) Holongnia tarpatudu tu daboru na posonai.

sayang.3Tg PAS.tuju PREP istri PART muda.3Tg 'Kasih sayangnya tertuju pada istri rnudanya.'

(8) Muda giot mandapotkon holongnia diporluhon lakka

KONJ ingin AKT.dapat.kan sayang.3Tg PAS.perlu.kan langkah

na marpatudu.

PART AKT.tuju

'Untuk mendapatkan cilltanya diperlukan strategi khusus.'

BASIL DAN PEMBABASAN

Metafora Cinta dalam Bahasa Angkola Kategorisasi MCBA

Kategorisasi MeBA bertumpu pada kesamaan acuan dari kata-kata atau frasa yang membentuk metafora. Berdasaikan kesamaan acuan itu, MeBA memiliki semhilan kategori, yaitu (1)

CINTA sebagai CAIRAN DALAM W ADAH, (2) CINTA sebagai DAYA, (3) CINTA sebagai

BINATANG BUAS, (4) CIlvTA sebagai PASIEN, (5) CINTA sebagai PERJALANAN, (6) CINTA sebagai PERANG, (7) CINTA sebagai BENDA, (8) CINTA sebagai KESATUAN, dan (9) CLVTA

sebagai PERMAINAN. Metafora CINTA sebagai CAIRAN DALAM WADAH rnenggunakan

tubuh pengalam sebagai wadah untuk cinta. Dalam tubuh teIjadi proses internal pada cairan karena cinta mengandung suatu daya yang dapat meningkatkan skala cairan. Dalam bahasa AngkoJa, peningkatan skaJa cairan ini, antara lain, dinyatakan dengan kata mambubung 'membuncah' (secara harfiah, 'penuh') atau kata tarpalobi 'meluap' (secara harfiall, 'berlebihan ').

(9) Parasoan holong doppak mambubung di bagasan ni andorania. perasaan sayang sedang AKT.penuh PREP dalam PART dada.3Tg 'Perasaaan cinta sedang membuncah di dalam dadanya.'

(10) Holongnia tarpalobi inda tarolat. sayang PAS.lebih NEG PAS.haiang 'Luapan cintanya tak terhaJang.'

Cairan dalam wadah dapat rnendidih dan rneledak. Dua keadaan ini rnembentuk rnetafora CINTA sebagoi PANAS. Metafora ini memiliki dua versi: (1) panas dikenakan pada zat cair dan (2) panas dikenakan pada zat padat. Panas pada zat cair membentuk metafora CINTA sebaga; PANAS, seperti (11). Panas pada zat padat, versi rnetaforanya ialah CINTA sebagai API, seperti (12).

(1 I) Borgo ni holongnia mambaen au maraso sonallg ni roha. hangat PART sayang.3Tg AKT.buat ITg AKT.rasa senang PART hati 'Kehangatan cintanya membuatku merasa nyaman.'

(12) Bope dung gok daganak. hoJong ni halahi leng marapi-api.

(5)

K;yi"aIllilJ,ijllis/ik, TabuIl kc- 10. No I Fcbmari 20 l3

Metafor CLVTA sebagai DAYA menggambarkan proses interaksi di antara dua daya, yaitu

daya emosional pada cinta dan daya rasional pada pengaJam. Tipe metafora ini dibagi atas

subkategori CINTA sebagai DAYA FISIK, CINTA sebagai DAYA ALAAll, dan C7NTA sebagai

DAYA PSIKOLOGIS. Daya fisik pada ranah CINTA meliputi faktor internal (yaitu perubahan mekanis di dalam tubuh) dan faktor eksternal (yaitu perubahan mekanis di luar tubuh, seperti terlihat pada ekspresi wajah). Daya alami rnencakup badai, banjir, atau angin. Daya psikologis mengacu pada sensasi yang mltncul dalam diri pengalam akibat "rangsangan" entitas atau

peristiwa. Perhatikan contohnya secara berurutan di bawah ini.

(13) Au mangarasoi dosar ni taroktok di ham; na dua.

lTg AKT.rasa.LOK getar PART jantung PREP 11m PART dua 'Saya rnerasakan getaran di antara karoL'

(14) Naposo nauli bulling i naduana!!.1f!J!1!l2 di bagasan pemudagadis daun DEM PART.dua hanyut PREP dalam

ni marsiholongan.

PART AKT.saling sayang

'Kedua remaja itu hanyut dalam percintaan.'

(15) Santak na labo hulala hatiha rap dohot ia.

sangat PART enak KONJ sama PREP 3Tg

'Aku rnenikmati saat-saat bersamanya.'

Metafora CINTA sebagai BINATANG BU4S menyiratkan pertarungan pemilik dengan binatang

buas. Di satu sisi, pemilik mengerahkan tenaganya untuk menangkap binatang buas dan di sisi lain binatang buas berupaya melepaskan diri dari usaha penangkapan. Dari sudut pandang semantik, pertarungan keduanya bertujuan menguasai kendali cinta. Pihak yang berhasiJ menguasai kendali cinta adalah pemenang dan pihak yang gagal menguasai kendali dnta ialah

pecundang. Metafora CINTA sebagai BINATANG BUAS dicontohkan di bawah ini. Pada

kalirnat (16) CINTA yang dikonseptualisasikan sebagai binatang buas dapat mengancam keseJamatan man usia. Pada kalimat (11), orang-<>rang berusaha menangkap binatang buas.

(16) Parkawinan ni halahi tarancam. pernikahan PART 3Jm PAS.ancam 'Perkawinan mereka terancam.'

(17) Au manakkup landa ni holong di matania. ITgAKT.tangkap tandaPART sayang PREP mata3Tg 'Aku menangkap sinyal cinta di matanya.'

Metafora CINTA sebagai PASIEN mendeskripsikan sikap pasif penga]am daJam

menghadapi cinta. Pasien ialah orang yang menderita sakit. Ini merupakan pikiran dasar tentang pengamh fisik pada cinta. Selain itu, seorang pasien dapat menurun mentalnya atau tidak

mampu berpikirrasionaL Maka, tipe metafora ini berelasi subordinasi dengan metafora CINTA

sebagai KEGILAAN. Dalam bahasa Angkola, metafora .PASlEN disajikan pada (18) melalui

ungkapan hurang martondi 'kurang bersemangat', sementara metafora KEGILAAN disajikan

pada (19) melalui kata mabuk.

(6)

Rumnas;ui K. Siregar

3Jm AKT.kawan OEM mabuk KONJ sarna AKT.suka PART hati

'Pasangan itu dimabuk asmara.'

Metafora CINTA sebagai PERJALANAN ialah metafora konvensionaL Contoh klasiknya ialah

pernikahan, yang dianaJogikan dengan <kapal yang berJayar di tengah samudera', dan pengantin

laki-Iaki disebut sebagai 'nakhoda'. DaJam bahasa Angkola, kata tarpaJudu 'tertuju' pada (20),

kata dao 'jauh' pada (21), frasa lakka matobang 'melangkah lebib jaub' pada (22), dan kata

maradian 'berhenti' pada (23) mendeskripsikan metafora ini.

(20) Ate-atennia tarpatudu dohot raso holong tu anak-anaknia.

hati.3Tg PAS.tuju PREP rasa sayang PREP anak.3Tg

'Hatinya penuh dengan Tasa cinta kepada anak-anaknya.'

(21) Madung sadia dao parrosuan ni halahi?

sudah berapa jauh hubungan PART 3Jm

'Sudah seberapajauh hubungan mereka?'

(22) Hami madung markobas lakka matobang.

11m sudah AKT.siap Jangkah AKT.tua 'Kami sudah siap melangkah lebibjauh.'

(23) Carito parrosuannia maradian. cerita hubungan.3Tg AKT.henti 'Kisah cintanya tak berJanjut.'

Metafora CINTA sebagai PERANG mendeskripsikan objek cinta sebagai sebagai musuh. Orang

yang mencari cinta akan menyerang sasarannya dan berusaha mempertahankan posisinya. Da)am menyerang, orangkadang-kadang memerlukan bantuan ternan sebagai pemasok infonnasi. Juga diperlukan rencana dan strategi yang matang sebab momentum yang kurang tepat berakibat kekaJahan, yaitu penolakan cinta.Pertimbangkan contoh-contoh berikut.

(24) Halak i manumbas holongnia.

orang DEM AKT.balas sayang.3Tg 'Orang ini membalas cintanya.'

(25) Hubzmgan ni halahi singit sarsar.

hubungan PART 3Jm hampirberantakan

'Hubungan mereka hampir berantakan.'

(26) Ate-atekku marot-rot di raso holongnia. hati.1Tg AKT.tusuk PREP rasa sayang.3Tg 'Saya tertusuk oleh panah asmaranya.'

s・ャ。セオエョケ。L@ metafora CINTA sebagai BENDA memiliki subkategori CINTA sebagai OBJEK

TERSEMBUNYI, CINTA sebagai KOMODITAS BERHARGA, CLflfTA sebagai TANAMAN, dan

CINTA sebagai BANGUNAN. Metafora OBJEK TERSEMBUNYI menyiratkan eotitas abstrak,

seperti terlihat pada (27). Metafora KOMODIT AS BERHARGA didasarkan pada pemahaman bahwa konsep '"ciota" merupakan sumber terbatas, seperti kata mararga 'berharga' pada (28).

Metafom T ANAMAN mengacu pada entitas konkret, seperti kata manganapui 'memupuk' pada

(29). Juga metaforaBANGUNAN, seperti katapatureon 'memperbaiki' pada (30).

(27) Raso holong ma i mangarot-roti ate-atenia.

(7)

KijiaIl fjIl,.!juis/ik, TlJ!lllll kc-10, /Ilo 1 Fchrmu1 2018

'Rasa sayang merasuk ke da]am hatinya.'

(28) 1a na sangat mararga ni roha di matakku.

3TgPART sangat AKT.harga PART hati PREP mata.lTg 'Dia begitu berharga di mataku.'

(29) Hita akkon manganapui holongta.

11m harns AKT.pupuk.LOK sayang.11m 'Kita harns memupuk cinta kita.'

(30) Hami doppak palureon hubungan i. Urn sedang perbaiki hubungan DEM 'Karni sedang memperbaiki hubungan ini.'

Dalarn bahasa Angkola terdapat ekspresi metaforis dari metafora konseptual ini. MisaInya, kata mardomu 'teIjalin' (seeara harfiah, 'berpadu') pada (31) dan kata marholong 'belahan jiwa' (secara harfiah, 'sayang') pada (32)berpusat pada metafora KESATUAN. lni merupakan bentuk turunan dari metafora yang lebih umum, yaitll KESATUAN NONF1S1K sebagai KESATUAN F1SIK.

(31) Hubungan ni halahi madzmg mardomu roha salaon. hubungan PART 3Jm sudah AKT.padu hati setahun 'Hubungan mereka sudah teIjalin setahun.'

(32) Ho maia na marholong tu au. 2Tg sendiri PART AKT.sayang PREP 2Tg 'Kan adalah belahan jiwaku.'

Metafora CIlvTA sebagai KESATUAN rnerniliki subkategori CJNTA sebagai TALI. Pemahaman ini sejalan dengan konsep "kesatuan" sebagai superordinatnya Dalam bahasa Angkola, metafora TAU direalisasikan pada kata tartarik 'tertarik', seperti pada (34) dan kata pudunan 'ikatan', seperti pada (34).

(33) Adabonl i mambaen rohakku tartarik.

gadis DEM AKT.buat hati.1tgPAS.tarik 'Gadis itu membuat hatiku terpineut.'

(34) Adong pudzman na gogo di antara ni halahi. ada simpuI PART kuat PREP an tara PART 3Jm 'Ada ikatan yang erat di antara mereka.'

Kategori CINTA sebagai PER.}.;fAINAN memperlakukan cinta sebagai alat pertukaran ekonomis di antara orang-orang. Dalam bahasa Angkola, contohnya tidak banyak ditemukan. Misalnya, ungkapan seperti parmata hepeng 'cewek materi' (seeara harfiah, 'permata uang') dan pahat pahulu na marhahaila 'menjajakan einta' (secara harfiah, 'menjuaJ cinta') merupakan ekspresi metaforis dari CllvTA sebagai PERlvlAINAN.

(35) 1a bonggal songon adabonl parmata hepeng.

3Tg dikenaI sebagai gadis pennata nang 'Dia dikenal sebagai eewek materi.'

(36) Humna tiop borngin adaboru i pahae pahulu na marhahaila.

(8)

• Hampir tiap malam wan ita itu menjajakan cinta.'

Pemetaan Konseptual

Pemetaan MCBA diterangkan skema citra. Ada lima skema citra dasar yang terlibat, yaitu WADAH, DAYA, SUMBER-JALUR-TUJUAN, RUANG, dan HUBUNGAN. Skema WADAH menerangkan pemetaan metafora CIl'vTA sebagai CAlRAN DALAM WADAH dan kedua subkategorinya, yakni CINTA sebagai PANAS dan CINTA sebagai API. Namun, metafora

CINTA sebagai CAlRAN DALAM WADAH dan CINTA sebagai PANAS dapat dibuat lebih

sederhana, yaitu CINTA sebagai CAJRAN PANAS DALAM WADAH. Alasannya, panas dapat dikenakan pada zat cair dalam suatu wadah. Dengan menempatkan CAlRAN (PANAS) pada ranah sumber dan CINTA pada ranah sasaran, metafora CINTA sebagai CAIRAN (PANAS) DALA.M W ADAH dipetakan sebagai berikut.

Sumber: CAIRAN (PANAS)DALAM WADAHSasaran: CINTA

wadah fisik セ@ tubuhpengalam

tekanan jnternal pada wadah セ@ tekanan internal pada tubuh cairan (panas) dalam wadah セ@ cinta

tingkat panas cairan セ@ intensitas cinta

penyebab panas cairan セ@ penyebab cinta

Skenario CINTA sebagai API lebih kompleks. Skenarionya menggambarkan apa yang tetjadi apabila cinta terlalu hebat dan mampu mengendalikan penga)am. Apabila cinta terlalu hebat, yang berkorespondensi dengan terbakamya wadah pada ranah sumber, pecinta dapat meledak. Ini diilustrasikan sebagai berikut.

Sumber: API Sasaran: CINT A

wadah fisik

tekanan internal pada wadah api dalam wadah

penyebab api ledakall pada wadah

セ@ tubuh pengalam

セ@ tekanan internal pada tubuh セ@ cinta

セ@ penyebab cinta

セ@ cinta yang tak terkendali

Skema DA YA memetakan metafora CINTA sebagai DAYA, CINTA sebagai BINATANG BUAS, dan CINTA sebagai PASlEN. Skenario CINTA sebagai DAYA memuat upaya menjaga cinta di bawah kendali. Cinta yang terkendali berarti mengendalikan daya. Skenario CINTA sebaga;

BINATANG BUAS menekankan hilangnya kendaH atas cinta pada diri pengalam. Binatang buas

adaJah cinta, yang dengar. dayanya berusaha memengaruhi pengalam supaya kehilangan kendali atas daya kausal cinta. Skenario CINTA sebagai PASIEN berisi interaksi daya antara diri (pengalam) dan ciota. Pada metafora P ASIEN, diri adalah agonis yang kadang-kadang bertahan dari perubahan daya; artinya, muncul energi bam pada pasien untuk kesembuhannya. Sebagai ilustrasi, pemetaan metafora ClNTA sebagai DAY A A LAM I, metafora CIATA sebagai BINATANG BUAS, dan metafora CINTA sebagai PASIEN dapat dibandingkan di bawah ini.

Sumber: DAY A ALAMI Sasaran: CINTA

ruang fisik daya alami

tingkat pengaruh daya alami penyebab daya alami

kekuatan daya alami

Sumber: BlNATANG BUAS

ruang fisik binatang buas

- tubuh pengalam セ@ ciota

セ@ intensitas cinta セ@ penyebab cinta - hilangnya kendali

Sasaran: CINT A

(9)

KqjiaIl LIi{:;Wslik, TilbuIl kt:-If). No 1 Februali 2013

kekuatan binatang buas ---* penyebab serangan binatang buas penangkapan binatang buas lolosnya binatang buas ---*

Sumber: PASIEN

ruang fisik - 7

pasien pada ruang - 7

munculnya energi ---* hilangnya energi ---*

penyebab sakit ---*

intensitas cinta

---* penyebab cinta ---* pengendalian cinta hilangnya kendali

Sasaran: CINTA

tubuh pengaJam cinta

kemajuan hubungan kemunduran hubungan penyebab cinta

Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN menjelaskan pemetaan CIlvTA sebagai PERJALANAN. Kovecses (2006: 210-211) mengatakan bahwa pengalaman tubuh yang memotivasi skema ini ialah tipe pengalaman yang paling umum sehingga kurang disadari. Faktanya, manusia dapat berpindah dari satu tempat (sumber) ke tempat lain (tujuan) sepanjang urutan tempat yang terus-menerus (jalur). Korespondensi ontologis antara "pe.rjalanan" sebagai ranah sumber dan "cinta" sebagai ranah sasaran tampak pada contoh berikut.

Sumber:PERJALANAN

pejalan

tempat petjalanan tujuan petjalanan jarak yang ditempuh rintangan dalam perjalanan

Sasaran: CINT A

pecinta cinta

tujuan hubllngan

kemajuan dalam hubungan kendala dalam hubungan

Skema RUANG memetakan CIA'TA sebagai BENDA dan CINTA sebaga; PERANG. Penerapan skema RUANG didasari pemahaman bahwa ruang menjadi tempat peletakan benda (abstrak dan konkret) dan menjadi arena peperangan. Hubungall sistematis antara konsep "cinta" dan konsep "benda" dan konsep "cinta" dengall konsep "perallg" terlhat pada pemetaan konseptual di bawah ini.

Sumber: BENDA Sasaran: ClNTA

ruang fisik ---* tubuh pengalam

benda pada ruang ---* cinta

manfaat benda - 7 kekuatan cinta

penjagaan benda ---* pengendalian cinta pengabaian benda ---* hilangnya kendaI.i

Sumber: PERANG Sasaran: CINTA

orang yang berperang - 7 pecinta

sasaran perang - 7 objek cinta

tujuan perang ---* tujuan hubungan

kemenangan perang ---* cinta

(10)

Rumnasari K Siref(ar

KESIMPULAN

Dalam bahasa Angkola, metafora CINTA dibangun sembi Ian kategori, yaitu (l) CJNTA sebagai

CAIRAN DALAM WADAH, (2) CINTA sebaga; DAYA, (3) CI/llTA sebagai BINATANG BUAS,

(4) CINTA sebagai PASIEN, (5) CINTA sebagai PERJAL4NAN, (6) CINTA sebagai PERANG,

(7) CINTA sebagai BENDA, (8) CINTA sebagai KESATUAN, dan (9) CINTA sebaga;

PERMAINAN. Metafora CAlRAN mempunyai subkategori PANAS dan API. Metafora DAYA

mencakup DAYA FISIJ<, DAYA ALAMI, dan DAYA PSIKOLOGIS. Metafora PAStEN berelasi dengan KEGILAAN. Metafora BENDA menderivasi OBJEK TERSEMBUNYI, KOMODITAS BERHARGA, TANAMAN, dan BANGUNAN. Metafora KESATUAN

memiliki subkategori TALI. Pemetaan konseptual MCBA ditata oleh skema WADAH, skema

DAYA, skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema RUANG. dan skema HUBUNGAN.

Skema WADAH memetakan CINTA sebaga; CAlRAN DALAM WADAH. Skerna DAY A

mernetakan CIlvTA sebaga; DAYA, CINTA sebaga; BINATANG BUAS, dan CINTA sebagai

PASIEN. Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN memetakan Clf.lTA sebaga; PERlALANAN.

Skema RUANG memetakan CINTA sebaga; BENDA dan CINTA sebagai PERANG. Skema

HUBUNGAN rnemetakan CINTA sebaga; KESATUAN dan CINTA sebagai PERMAINAN.

REFERENSI

Croft, William. dan D. AHan Cruse. 2004. Cognitive Linguistic. Cambridge: Cambridge

University Press.

Hai-Yun, Liu. 2007. "Metaphor in Expressing Emotions." [dikutip 20 April 2008] Tersedia dari: http://w." .. w.1inguist.org.cnldoc/su2000712/su2000708.pdf.

Kovecses, Zoltan. 2006. Language, Mind, and Culture. Oxford: Oxford University Press.

Lakoff, George dan Mark Johnson. 1980. Metaphors We Live By. Chicago: The University of

Chicago Press.

Lubis, Rosliana. 2006. "Partuturon dalam Masyarakat Angkola." Logat, 1: 25-31.

Mulyadi. 2010a. "Metafora Emosi dalam Bahasa Indonesia." Makalah pada The Slh International Seminar on Austronesian Language and Literature, Udayana, Denpasar, ]9-20 Ju.li.

Mulyadi. 201 Ob. "Dari Gerakan ke Ernosi: PerspektifLinguistik Kognitif." Logat, 1: 17-24.

Nurisrnilida. 2010. Metqfora Bahasa Minangkabau Dialek Pariaman di Kelurahan Banjai

Kecamatan Medan Denai Kota Medan. (Tesis) Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Rajeg, I Made. 2009. '"Cintanya Bertepuk Sebelah Tangan: Metaphoric and Metonymic

Conceptualisation of LOVE in Indonesian." Makalah pada International Conference of

Linguistic Society of Indonesia, Malang, 5-7 November.

Saeed, John 1. 1997. Semantics. Oxford: Blackwell

Sandstrom, Karin. 2006. "When Motion Becomes Emotion: A Study of Emotion Metaphors

Derived from Motion Verbs." [dikutip 27 Maret 2008] Tersedia dari:

http://epuble.ltu.seI1402-1S52/2006/022ILTU-DUPP-06022.SE.pdf.

Silalahi, Roswita. 2005. "Metafora dalam Bahasa Batak Toba." Logat, 2: 96--100.

Sudaryanto. 1993. j\"fetode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana

University.

Referensi

Dokumen terkait

keutuhan bangsa Indonesia. Pembahasan di atas menunjukkan bahwa manusia dalam menghasilkan ungkapan metaforis mengaktifkan memori semantik dengan menggunakan leksikon

Selain bahasa Angkola, apakah bahasa lain yang Anda gunakan dalam pergaulan