• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Brokoli (Brassica oleracea L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Brokoli (Brassica oleracea L.)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI. Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Brokoli (Brassica oleraceaL.). Dibimbing oleh I WAYAN WINASA.

Artropoda merupakan salah satu komponen penting dalam agroekosistem. Berdasarkan ruang huniannya artropoda dapat dikelompokkan sebagai artropoda penghuni permukaan tanah dan penghuni tajuk tanaman. Artropoda permukaan tanah memiliki beberapa peranan penting pada ekosistem pertanian, di antaranya sebagai dekomposer dan musuh alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang (S. tuberosum) dan brokoli (B. oleracea). Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lubang perangkap. Di pertanaman kentang seluas 5000 m2dan pertanaman brokoli seluas 1000 m2 masing-masing dipasang sebanyak 30 lubang perangkap. Penempatan lubang perangkap ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Perangkap dipasang selama 48 jam dan diulang setiap minggu sampai 9 kali untuk pertanaman kentang dan 8 kali untuk pertanaman brokoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang meliputi ordo Coleoptera (famili Cicindelidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae), Dermaptera (famili Carcinophoridae), Hymenoptera (famili Formicidae), Orthoptera (famili Gryllotalphidae), Araneae (famili Salticidae), dan Collembola. Sedangkan pada pertanaman brokoli artropoda permukaan tanah yang tertangkap adalah ordo Coleoptera (famili Cicindelidae, Scarabaeidae dan Tenebrionidae), Dermaptera (famili Carcinophoridae), Hymenoptera (famili Formicidae), Orthoptera (famili Gryllotalphidae dan Gryllidae), Araneae (famili Salticidae dan Lycosidae) dan Collembola. Secara keseluruhan, artropoda yang mendominasi pada kedua jenis pertanaman adalah Collembola. Artropoda permukaan tanah yang berperan sebagai predator adalah kumbang Cicindelidae, cecopet Carcinophoridae, semut Formicidae, laba-laba Salticidae dan Licosidae. Gryllotalphidae atau orong-orong yang tertangkap lubang perangkap merupakan hama penting yang menyerang umbi kentang. Intensitas serangan orong-orong mencapai 20% dari umbi kentang yang dipanen.

(3)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(4)

BROKOLI (

Brassica oleracea

L.)

NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul skripsi : Kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang (Solanum tuberosumL.) dan brokoli (Brassica oleraceaL.)

Nama Mahasiswa : Nurul Afriyanti Utami Dewi

NIM : A34080067

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si NIP 19611210 198703 1 003

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si NIP 19650621 198910 2 001

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala atas segala

karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Brokoli (Brassica oleracea L.)” dapat terselesaikan. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan masukan selama penelitian berlangsung hingga penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan Dr. Ir. Bonny Poernomo Wahyu Soekarno, MS selaku dosen penguji tamu. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua, adik, dan keluarga terkasih atas doa, dukungan, kasih sayang, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan di IPB. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wawan, Bapak Nana, dan Bapak Jajat atas bantuannya dalam proses penelitian.

Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada Ismawati, SP, R Tia Santiani Heryana, Yunian Asih Andriyarini, Elsa Dwi Juliana, SP, Venni Anggraini, sahabat Proteksi Tanaman angkatan 45, rekan-rekan di Laboratorium Ekologi Serangga, dan rekan-rekan di Fairus atas kebersamaan, bantuan, dukungan, dan kerjasamanya selama di IPB. Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan, bimbingan, dan pengorbanan kecuali doa semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan rahmat

dan balasan yang jauh lebih baik kepada semuanya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Bogor, November 2012

(7)
(8)

No. Halaman

1. Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman

kentang... 12 2. Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Perkembangan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanaman

kentang ... 15 2. Perkembangan populasi Collembola pada pertanaman kentang ... 16 3. Perkembangan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanaman

brokoli ... 17 4. Perkembangan populasi Collembola pada pertanaman brokoli ... 17 5. Tingkat curah hujan di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang... 18 6. a.Gryllotalphasp. (orong-orong), b. Umbi berlubang akibat serangan

(10)

Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu komponen penting sebagai tempat hidup binatang termasuk artropoda. Tanah dapat dijadikan sebagai tempat tinggal dan tempat mencari makan bagi beberapa jenis binatang tanah. Adianto (1993) menyatakan bahwa binatang tanah yang paling banyak tinggal di permukaan tanah adalah atropoda. Artropoda permukaan tanah merupakan komponen jasad hidup yang menjadikan tanah sebagai ruang untuk menjalankan sebagian atau seluruh kegiatan ekofiologisnya (Retnowati 2004). Artropoda yang paling banyak ditemukan di permukaan tanah adalah kelompok laba-laba (Araneae), tungau (Acarina), Collembola, kumbang (Coleoptera), dan semut (Hymenoptera) (Retnowati 2004). Giller et al. (1997) menyatakan bahwa artropoda permukaan tanah memiliki peranan penting dalam berbagai proses yang terjadi di tanah, seperti proses dekomposisi, aliran karbon, siklus unsur hara, dan agregasi tanah.

Tanah biasa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Ghabbour et al. (1985) menyatakan bahwa pengolahan tanah, pemakaian pupuk, dan penggunaan pestisida sangat mempengaruhi kepadatan artropoda permukaan tanah. Pemberian pupuk kandang pada pertanaman dapat meningkatkan populasi artropoda, karena kandungan bahan organik dan air tanah meningkat (Adianto 1993). Sastrodihardjo et al. (1987) menyatakan bahwa penggunaan pestisida memberikan pengaruh besar bagi kelimpahan artropoda permukaan tanah secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang ditimbulkan secara langsung yakni berupa racun bagi artropoda permukaan tanah, sedangkan secara tidak langsung berupa perubahan fisik-kimia tanah sebagai akibat residu yang terakumulasi di permukaan tanah dan menyebabkan matinya berbagai organisme pengurai di dalam tanah.

(11)

2

488 ton, sedangkan produktivitas brokoli di Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar 20.88 ton/ha dan produksi sebesar 1 363 741 ton. Kedua tanaman tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga tanaman ini menjadi salah satu komoditas favorit yang sering ditanam di Lembang. Sebagai salah satu sentra produksi sayuran, kegiatan bercocok tanam terus menerus dilakukan di Lembang. Kegiatan bercocok tanam yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pengganggu tanaman (OPT) meningkat karena ketersediaan makanan yang melimpah. Pada tanaman kentang dan brokoli penggunaan pestisida secara intensif merupakan salah satu tindakan pengendalian yang sering dilakukan petani. Penggunaan pestisida secara intensif diduga akan mempengaruhi kelimpahan artropoda permukaan tanah pada kedua jenis pertanaman tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui kelimpahan artropoda permukaan tanah yang terdapat pada pertanaman kentang dan brokoli.

Manfaat Penelitian

(12)

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Tanaman kentang tumbuh baik di daerah dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 800 sampai 1500 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman kentang dapat tumbuh pada suhu udara antara 15 sampai 22 °C. Suhu optimum pertumbuhan kentang yakni 18 sampai 20°C dengan kelembaban udara 80 sampai 90%. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah 2000 sampai 3000 mm/tahun. Derajat keasaman atau pH yang cocok untuk pertumbuhan kentang yakni 5 sampai 5.5 (Kementan 2012).

Salah satu cara untuk mencapai hasil yang optimal adalah budidaya yang baik. Cara budidaya tanaman kentang meliputi persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan.

Persiapan lahan meliputi pencangkulan tanah, pembuatan bedengan, dan pemupukan dasar. Dalam keperluan pembibitan, umbi yang telah dipanen disimpan dalam keadaan kering di dalam rak atau peti di gudang penyimpanan. Umbi siap ditanam apabila telah tumbuh tunas dengan panjang sekitar dua cm. Penyimpanan bibit dilakukan jika terjadi penundaan waktu tanam. Bibit disemprot insektisida atau fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit (Samadi 2007). Pemupukan dasar dilakukan dengan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum tanam sebanyak 20 ton/ha (Samadi 2007)

Penanaman kentang dilakukan dengan meletakkan satu umbi per lubang tanam pada lahan dengan jarak tanam 70 cm × 25 cm. Tanaman kemudian diberikan pupuk buatan berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha) yang diletakkan di antara lubang tanam (Duriatet al.2006).

(13)

4

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pengairan, penyiangan dan pembumbunan, pemangkasan bunga, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman kerdil, rusak, dan mati. Tanaman tersebut diganti dengan tanaman yang baru (Duriatet al.2006).

Pengairan dilakukan secara rutin dengan selang waktu tujuh hari sekali. Pemberian air dilakukan dengan cara digembor atau dengan sistem leb, yaitu mengalirkan air melalui selokan (Samadi 2007).

Kegiatan penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan bersama-sama. Penyiangan atau pembersihan gulma (tanaman pengganggu) dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST), penyiangan berikutnya dilakukan bila dirasakan perlu. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pula pembumbunan sebanyak dua sekali pada minggu kedua dan keempat (Duriatet al.2006).

Pemangkasan bunga bertujuan mencegah terganggunya proses pembentukan umbi. Apabila bunga tidak dipangkas akan terjadi persaingan penggunaan unsur hara untuk pembentukan umbi. Pada umumnya bunga muncul setelah tanaman berumur 25 sampai 30 HST, pemangkasan dapat dilakukan saat bunga masih kuncup (Samadi 2007).

Hama yang terdapat pada tanaman kentang antara lain kutu daun (Myzus persicaeSulz) dan penggerek umbi (Phthorimaea operculellaZeller) (McKinnlay 1992). Duriat et al. (2006) mengemukakan bahwa hama lain yang terdapat pada kentang adalah pengorok daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard), ulat tanah (Agrotis ipsilonHufnagel), trips (Thrips palmiKarny), kutu kebul (Bemisia tabaci Gennadius), dan ulat grayak (Spodoptera lituraFabricius).

(14)

Brokoli (Brassica oleraceaeL.)

Brokoli cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 700 sampai 2000 meter dpl. Curah hujan berkisar antara 1000 sampai 1500 mm per tahun dan merata sepanjang tahun (Dalmadi 2010). Yamaguchi dan Rubatzky (1998) mengemukakan bahwa suhu pertumbuhan optimum brokoli berkisar antara 13 sampai 20°C. Keasaman tanah atau pH berada dalam kisaran 6 sampai 8.

Budidaya tanaman brokoli meliputi penyiapan benih dan penyemaian, penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan.

Benih yang diperlukan sebanyak 100 sampai 250 gram/ha. Benih disemaikan terlebih dahulu pada bedengan persemaian ataupun dalam bumbung yang terbuat dari daun pisang maupun polybag kecil. Benih direndam dalam air dingin selama 12 jam sampai benih terlihat pecah dan ditiriskan di tempat terbuka selama 12 jam. Tujuan perlakuan ini, agar benih cepat berkecambah dan pertumbuhannya seragam. Bibit yang siap ditanam memiliki 2 sampai 3 helai daun (Rukmana 1995).

Penyiapan lahan meliputi pencangkulan tanah, pembuatan bedengan, dan pemberian pupuk dasar. Sebagai pupuk dasar digunakan pupuk kandang. Dosis pupuk kandang yang diberikan sebanyak 12.5 sampai 17.5 ton/ha dan diberikan satu minggu sebelum tanam.

Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 70 cm × 30 cm. Benih yang disemai dengan menggunakan daun pisang dapat ditanam langsung, sedangkan dengan menggunakan polybag harus dikeluarkan terlebih dahulu secara hati-hati agar akar tidak rusak atau putus. Tanaman kemudian diberikan pupuk buatan berupa ZA, urea, TSP, dan KCl masing-masing 250 kg/ha (Rukmana 1995).

Pemupukan susulan dilakukan sebanyak dua kali pada umur tanaman 20 HST dan 30 HST. Pada umur tanaman 20 HST diberikan pupuk urea sebanyak 75 kg/ha, ZA 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha, sedangkan pada umur tanaman 30 HST diberikan pupuk urea sebanyak 100 kg/ha, ZA 150 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha (Rukmana 1995).

(15)

6

atau terganggu pertumbuhannya. Huda (2008) mengemukakan bahwa penyiangan dilakukan sebanyak tiga kali yakni saat tanaman berumur 1 MST, 3 MST, dan 5 MST.

Pengairan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari terutama saat fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tidak dilakukan pengairan (Rukmana 1995).

Hama penting pada tanaman brokoli adalah ulat grayak (S. litura) dan ulat croci (Crocidolomia pavonana Fabricius) (Setiawati 2005). Rukmana (1995) menyebutkan bahwa hama penting lainnya yang menyerang tanaman brokoli antara lain ulat plutela (Plutella xylostella Linnaeus), ulat tanah (A. ipsilon), dan kutu daun (Aphis brassicae Linnaeus). Griffin (1999) mengemukakan bahwa pengendalian hama pada tanaman brokoli dapat dilakukan dengan pemberian insektisida. Pengendalian kutu daun dengan pemberian insektisida dengan bahan aktif permetrin, bifentrin, sihalothrin, dan piretrin. Pengendalian ulat bisa diberikan insektisida dengan bahan aktif permetrin, bifentrin, siflultrin, spinosad, dan piretrin (Departemen Pertanian 2008).

Artropoda Permukaan Tanah

(16)

Lubang Perangkap (pitfall trap)

(17)

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanaman kentang dan brokoli. Untuk pembuatan lubang perangkap (pitfall traps) digunakan gelas bekas air mineral volume 240 ml, formalin 4%, dan seng sebagai pelindung. Selain itu digunakan pula alkohol 70% untuk mengawetkan atropoda sebelum diidentifikasi, ajir untuk menandai tanaman contoh, kantong plastik, dan kertas label.

Alat-alat yang digunakan yakni sekop, kuas, hand counter, kaca pembesar, botol serangga, alat tulis, kamera digital, dan mikroskop untuk alat bantu identifikasi.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat mulai Maret 2012 sampai Juni 2012. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga dan Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian

Budidaya Kentang

(18)

dilakukan saat awal tanam dan saat tanaman berumur 4 MST. Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu umbi yang telah bertunas per lubang tanam. Pengairan dilakukan secara rutin setiap pagi dengan cara digembor. Penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pembumbunan dan hanya sekali saja. Pembumbunan dilakukan hanya satu kali yakni saat tanaman berumur 1 bulan atau 4 MST. Tindakan pencegahan munculnya hama atau penyakit yakni dengan penggunaan insektisida atau fungisida. Insektisida yang digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif imidakloprid dan karbofuran, sedangkan fungisida yang digunakan berbahan aktif propineb. Aplikasi pestisida dilakukan setiap tiga hari satu kali selama 70 hari, namun untuk insektisida berbahan aktif karbofuran hanya diberikan di awal tanam. Petani tidak menggunakan pengendalian dengan cara lain selain dengan pestisida. Periode pertumbuhan kentang adalah 90 hari dan umbi mulai muncul ketika tanaman berumur 30 HST.

Budidaya Brokoli

(19)

10

pengendalian dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik yakni mematikan hama yang terdapat pada tanaman. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif karbofuran, fipronil, dan profenofos. Insektisida berbahan aktif karbofuran diaplikasikan hanya satu kali saat awal tanam sedangkan insektisida berbahan aktif froponil dan profenofos diaplikasikan saat tanaman berumur 4 HST, 7 HST, dan 10 HST.

Pemasangan Lubang Perangkap (pitfall trap)

Pada pertanaman kentang seluas 5000 m2 dan pertanaman brokoli seluas 1000 m2 masing-masing dipasang sebanyak 30 buah perangkap. Penempatan lubang perangkap ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Perangkap dipasang pada guludan dengan jarak antar perangkap 3 sampai 5 meter. Pemasangan perangkap dilakukan dengan cara menggali tanah di antara baris tanaman dalam guludan kemudian dimasukkan gelas bekas air mineral volume 240 ml dan permukaan atas gelas diatur agar rata dengan permukaan tanah. Selanjutnya ke dalam gelas dituangkan formalin 4% sebanyak 60 ml. Untuk melindungi perangkap dari curahan air hujan diberi atap dari seng. Perangkap dipasang selama 48 jam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label untuk selanjutnya diamati di laboratorium. Pemasangan perangkap diulang setiap minggu sampai 9 kali pemasangan pada pertanaman kentang dan 8 kali di pertanaman brokoli.

Pengamatan dan Identifikasi Artropoda

(20)

Pengamatan Umbi Kentang

Intensitas serangan orong-orong (Gryllotalphidae) dilakukan pada saat panen kentang. Diamati 50 rumpun tanaman kentang yang ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Dihitung jumlah umbi kentang berlubang akibat serangan orong-orong dan jumlah umbi total per rumpun tanaman. Intensitas serangan diperoleh dengan rumus

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman

Kentang

Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang sebanyak 19 052 ekor yang berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 1). Ordo Coleoptera meliputi famili Cicindelidae (kumbang harimau), Scarabaeidae (kumbang scarabid), dan Tenebrionidae (kumbang tenebrio). Ordo Dermaptera dari famili Carcinophoridae (cecopet), ordo Hymenoptera dari famili Formicidae (semut), ordo Orthoptera dari famili Gryllotalphidae (orong-orong), dan laba-laba ordo Araneae dari famili Salticidae.

Tabel 1 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang

Artropoda terperangkap Jumlah (ekor) Proporsi (%) Coleoptera

(22)

menunjukkan bahwa pada pertanaman yang diberi bahan organik banyak ditemukan Collembola dan artropoda lain. Nasution (2012) menyatakan bahwa kelimpahan Collembola pada pertanaman yang diberi bahan organik lebih tinggi dibandingkan pada pertanaman yang tidak diberi bahan organik. Artropoda lain yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah semut. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat semut yang merupakan serangga kosmopolit (Sembel 2010) dan diduga berkaitan dengan ketersediaan sumber makanan pada pertanaman kentang. Dalam penelitian Winasa (2001) menyatakan bahwa kelimpahan semut diperkirakan berhubungan dengan sumber makanan pada lahan yang diberi bahan organik. Collembola berperan sebagai dekomposer atau pengurai bahan organik di permukaan tanah (Borroret al.1992). Keadaan tersebut menyediakan sumberdaya makanan yang lebih banyak bagi semut. Semut dapat berperan sebagai predator pada pertanaman. Hopkin (1997) mengemukakan bahwa Collembola merupakan salah satu mangsa alternatif artropoda predator tanah. Artropoda permukaan tanah lain yang berperan sebagai predator adalah laba-laba (Salticidae). Namun kelimpahan dan proporsi laba-laba Salticidae sangat rendah. Hal ini diduga karena penggunaan insektisida yang intensif pada pertanaman kentang. Menurut (Altieri dan Schmid 1986dalamTulung 1999) populasi laba-laba lebih banyak ditemukan pada vegetasi liar di pinggiran pertanaman dibandingkan pada petak pertanaman yang diberi perlakuan insektisida.

Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman

Brokoli

Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman brokoli sebanyak 3302 ekor. Artropoda yang tertangkap berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 2). Ordo Coleoptera meliputi famili Cicindelidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae. Ordo Dermaptera dari famili Carcinophoridae, ordo Hymenoptera dari Formicidae, ordo Orthoptera famili Gryllotalphidae (orong-orong) dan Gryllidae (jangkrik), ordo Araneae dari famili Salticidae dan Lycosidae.

(23)

14

insektisida pada pertanaman brokoli hanya dilakukan pada tanaman yang terserang, sedangkan pada tanaman yang tidak terserang tidak disemprotkan insektisida. Indrayati dan Wibowo (2008) mengemukakan bahwa sistem pertanian dengan aplikasi insektisida berlebihan dapat menekan populasi Collembola. Selain Collembola, artropoda yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah cecopet. Hal ini diduga karena kelimpahan populasi mangsanya yang tinggi termasuk Collembola. Greenslade et al. (2000) menyatakan bahwa Collembola pada ekosistem pertanian merupakan pakan alternatif bagi berbagai artropoda predator. Selain itu, kondisi pertanaman brokoli yang banyak ditumbuhi gulma juga diduga mempengaruhi kelimpahan cecopet. Sembel (2010) menyatakan bahwa gulma merupakan tumbuhan yang menjadi sumber makanan bagi mangsa predator dan tempat tinggal atau berlindung bagi predator. Gulma yang ditemukan pada pertanaman brokoli merupakan gulma golongan rumput (Axonopus sp.) dan golongan daun lebar (Ageratum sp., Amaranthus sp., dan Portulaca oleracea).

Tabel 2 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman brokoli

(24)
(25)
(26)
(27)

0 20 40 60

Maret (4) April (1) April (2) April (3) April (4) Mei(1) (Mei (2) Mei (3) Mei(4)

Cu

r

a

h

h

u

ja

n

(

m

m

)

(28)

pertanaman kentang lebih intesif dibandingkan pertanaman brokoli. Samway (1995) dalam Herlinda et al. (2008) menyatakan bahwa semut merupakan salah satu spesies serangga yang relatif tahan terhadap insektisida.

Gryllotalphidae sebagai Hama Kentang

Dari hasil tangkapan lubang perangkap pada pertanaman kentang maupun brokoli ditemukan artropoda famili Gryllotalphidae (Tabel 1 dan 2). Berdasarkan hasil pengamatan pada saat panen terbukti bahwa serangga Gryllotalpha sp. ini banyak menimbulkan kerusakan pada umbi kentang. Akibat serangannya umbi kentang berlubang tidak beraturan kemudian membusuk (Gambar 6). Hasil pengamatan terhadap 50 rumpun tanaman contoh pada saat panen tingkat kerusakan umbi kentang akibat terserang orong-orong (Gryllotalpha sp.) mencapai 20% (Tabel 3).

Tabel 3 Tingkat kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong

Pengamatan pada 50 rumpun contoh Jumlah umbi/intensitas serangan

Jumlah umbi yang diamati 345

Jumlah umbi terserang 71

Intensitas serangan (%) 20

(29)
(30)

Kesimpulan

Kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang dan brokoli didominasi oleh Collembola. Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang terdiri dari 6 ordo dan 8 famili, sedangkan pada pertanaman brokoli terdiri atas 6 ordo dan 10 famili. Artropoda predator yang ditemukan pada pertanaman kentang terdiri atas famili Salticidae, Cicindelidae, Formicidae, dan Carcinophoridae, sedangkan pada pertanaman brokoli terdiri atas famili Lycosidae, Salticidae, Cicindelidae, Formicidae, dan Carcinophoridae. Gryllotalphidae atau orong-orong yang tertangkap lubang perangkap merupakan hama penting yang menyerang umbi kentang.

Saran

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Adianto. 1993. Biologi Pertanian, Pupuk Kandang, Pupuk Organik, dan Insektisida. Edisi ke-2. Bandung (ID): Alumni.

Agustine W. 2000. Pengaruh aplikasi beberapa jenis insektisida terhadap keragaman arthropoda tanah pada pertanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) di Cipanas Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55 &notab=23.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 13]. Tersedia pada: http://www.deptan.go.id/tampiphp?page=inf_basisdata.

Barrion AT, Litsinger JA. 1995. Riceland Spiders of South and Southeast Asia. CAB International Wallingford (UK): hlm 700.

Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson N. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Partosoedjono Soetiyono, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari:An Introduction to the Study of Insect.

Dalmadi. 2010. Syarat tumbuh brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 Juli 3]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-brokoli.

Departemen Pertanian. 2008. Pestisida Pertanian dan Kehutanan. Pusat Perizinan dan Investasi Sekertariat Jenderal Departemen Pertanian.

Duriat AS, Gunawan OS, Gunaeni N. 2006. Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kentang. Lembang (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Ghabbour SI, Da Fonseca JPC, Mikhail WZA, Shakir SH. 1985. Differentation of ground fauna in desert agriculture of mariut region. Biol fort ground. 1: 9-14.

Giller KE, Beare MH, Lavelle P, Izac AMN, Swift MJ. 1987. Agriculture intensification ground biodiversity and agroecosystem function. Applied soli ecology. 6:3-5.

(32)

Griffin RP. 1999. Cabbage, Broccoli & other Cole Crop Insect Pest. Clemson cooperative extension [internet]. [diunduh pada 2012 Agustus 3]. Tersedia pada:

http://www.clemson.edu/extension/hgic/pests/plant_pests/veg_fruit/hgic220 3.html.

Herlinda S, Waluyo, Estuningsih SP, Irsan C. 2008. Perbandingan keanekaragaman spesies dan kelimpahan artropoda predator penghuni tanah di sawah lebak yang diaplikasi dan tanpa aplikasi insektisida. J. Entomol Indon. 5(2): 96-107.

Hopkin SP. 1997. Biology of Springtails. New York (US): Oxford University Press.

Huda M. 2008. Brokoli lezat kaya manfaat [internet]. [diunduh pada 2012 Agustus 3]. Tersedia pada: http://swatani.co.id/artikel/4/171/Brokoli-Lezat-Kaya-Manfaat.html.

Indrayati, Wibowo L. 2008. Keragaman dan kemelimpahan Collembola serta artropoda tanah di lahan sawah organik dan konvensional pada masa bera. J. HPT Tropika.8(2): 110-116.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Kementan. 2012. Syarat tumbuh kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-tanaman-kentang.

Khasanah N. 2011. Struktur komunitas arthropoda pada ekosistem cabai tanpa perlakuan insektisida.Media Litbang Sulteng.IV (1): 57-62.

McKinlay RG. 1992.Vegetable Crop Pests. Boca Raton (US): CRC Press.

Nasution AP. 2012. Artropoda predator permukaan tanah pada tiga ekosistem pertanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Retnowati A. 2004. Keanekaragaman binatang tanah pada lahan pertanaman kentang (Solanum tuberosumLinn.) dan lahan tanaman hutan akasia (Acacia decurrensWILD) (studi kasus di dataran tinggi Dieng Wonosobo) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rukmana R. 1995. Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta (ID): Kanisius.

(33)

24

Sastrodihardjo S, Adianto, Yusoh MD. 1978. The impact of several insecticides on ground and water communities. Proceedings south-east asian workshop on pestiside management; 1978 Februari 23-27; Pattaya. Pattaya (TH) 7: 117-125.

Sastroutomo SS. 1992. Pestisida Dampak dan Penggunaannya. Jakarta (ID): Widia Pustaka Utama.

Sembel DT. 2010.Pengendalian Hayati. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): Andi.

Setiawati, Uhan TS, Somantri A. 2005. Parasitoid E. argenteopilosus sebagai agens pengendali hayati hamaH. armigera,S. litura, dan C. pavonanapada tumpangsari tomat dan brokoli. J.Hort.15(4): 279-287.

Sihotang B. 2010. Kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/kentang.

Suryaningsih E. 2006. Pengendalian lalat pengorok daun pada tanaman kentang menggunakan pestisida biorasional dirotasi dengan pestisida sintetik secara bergiliran. J. Hort. 16 (3): 229-235.

Syatrawati, Ngatimin SN. 2011. Peranan gulma berbunga terhadap kelimpahan arthropoda tanah pada pertanaman kubis di Sulawesi. Makassar (ID): Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Universitas Hassanudin.

Tulung M. 1999. Ekologi laba-laba di pertanaman padi dengan perhatian utama padaPardosa pseudoannulata (Boes. & Str.)[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Winasa IW. 2001. Artropoda predator penghuni permukaan tanah di pertanaman kedelai [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(34)

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 November 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Rokhmadin Mulyabassary, A.Md dan Ibu Jubaedah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Kayuambon 1 Lembang, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Lembang, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Lembang. Tahun 2008 penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(35)

ABSTRAK

NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI. Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Brokoli (Brassica oleraceaL.). Dibimbing oleh I WAYAN WINASA.

Artropoda merupakan salah satu komponen penting dalam agroekosistem. Berdasarkan ruang huniannya artropoda dapat dikelompokkan sebagai artropoda penghuni permukaan tanah dan penghuni tajuk tanaman. Artropoda permukaan tanah memiliki beberapa peranan penting pada ekosistem pertanian, di antaranya sebagai dekomposer dan musuh alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang (S. tuberosum) dan brokoli (B. oleracea). Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lubang perangkap. Di pertanaman kentang seluas 5000 m2dan pertanaman brokoli seluas 1000 m2 masing-masing dipasang sebanyak 30 lubang perangkap. Penempatan lubang perangkap ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Perangkap dipasang selama 48 jam dan diulang setiap minggu sampai 9 kali untuk pertanaman kentang dan 8 kali untuk pertanaman brokoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang meliputi ordo Coleoptera (famili Cicindelidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae), Dermaptera (famili Carcinophoridae), Hymenoptera (famili Formicidae), Orthoptera (famili Gryllotalphidae), Araneae (famili Salticidae), dan Collembola. Sedangkan pada pertanaman brokoli artropoda permukaan tanah yang tertangkap adalah ordo Coleoptera (famili Cicindelidae, Scarabaeidae dan Tenebrionidae), Dermaptera (famili Carcinophoridae), Hymenoptera (famili Formicidae), Orthoptera (famili Gryllotalphidae dan Gryllidae), Araneae (famili Salticidae dan Lycosidae) dan Collembola. Secara keseluruhan, artropoda yang mendominasi pada kedua jenis pertanaman adalah Collembola. Artropoda permukaan tanah yang berperan sebagai predator adalah kumbang Cicindelidae, cecopet Carcinophoridae, semut Formicidae, laba-laba Salticidae dan Licosidae. Gryllotalphidae atau orong-orong yang tertangkap lubang perangkap merupakan hama penting yang menyerang umbi kentang. Intensitas serangan orong-orong mencapai 20% dari umbi kentang yang dipanen.

(36)

Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu komponen penting sebagai tempat hidup binatang termasuk artropoda. Tanah dapat dijadikan sebagai tempat tinggal dan tempat mencari makan bagi beberapa jenis binatang tanah. Adianto (1993) menyatakan bahwa binatang tanah yang paling banyak tinggal di permukaan tanah adalah atropoda. Artropoda permukaan tanah merupakan komponen jasad hidup yang menjadikan tanah sebagai ruang untuk menjalankan sebagian atau seluruh kegiatan ekofiologisnya (Retnowati 2004). Artropoda yang paling banyak ditemukan di permukaan tanah adalah kelompok laba-laba (Araneae), tungau (Acarina), Collembola, kumbang (Coleoptera), dan semut (Hymenoptera) (Retnowati 2004). Giller et al. (1997) menyatakan bahwa artropoda permukaan tanah memiliki peranan penting dalam berbagai proses yang terjadi di tanah, seperti proses dekomposisi, aliran karbon, siklus unsur hara, dan agregasi tanah.

Tanah biasa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Ghabbour et al. (1985) menyatakan bahwa pengolahan tanah, pemakaian pupuk, dan penggunaan pestisida sangat mempengaruhi kepadatan artropoda permukaan tanah. Pemberian pupuk kandang pada pertanaman dapat meningkatkan populasi artropoda, karena kandungan bahan organik dan air tanah meningkat (Adianto 1993). Sastrodihardjo et al. (1987) menyatakan bahwa penggunaan pestisida memberikan pengaruh besar bagi kelimpahan artropoda permukaan tanah secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang ditimbulkan secara langsung yakni berupa racun bagi artropoda permukaan tanah, sedangkan secara tidak langsung berupa perubahan fisik-kimia tanah sebagai akibat residu yang terakumulasi di permukaan tanah dan menyebabkan matinya berbagai organisme pengurai di dalam tanah.

(37)

2

488 ton, sedangkan produktivitas brokoli di Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar 20.88 ton/ha dan produksi sebesar 1 363 741 ton. Kedua tanaman tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga tanaman ini menjadi salah satu komoditas favorit yang sering ditanam di Lembang. Sebagai salah satu sentra produksi sayuran, kegiatan bercocok tanam terus menerus dilakukan di Lembang. Kegiatan bercocok tanam yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pengganggu tanaman (OPT) meningkat karena ketersediaan makanan yang melimpah. Pada tanaman kentang dan brokoli penggunaan pestisida secara intensif merupakan salah satu tindakan pengendalian yang sering dilakukan petani. Penggunaan pestisida secara intensif diduga akan mempengaruhi kelimpahan artropoda permukaan tanah pada kedua jenis pertanaman tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui kelimpahan artropoda permukaan tanah yang terdapat pada pertanaman kentang dan brokoli.

Manfaat Penelitian

(38)

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Tanaman kentang tumbuh baik di daerah dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 800 sampai 1500 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman kentang dapat tumbuh pada suhu udara antara 15 sampai 22 °C. Suhu optimum pertumbuhan kentang yakni 18 sampai 20°C dengan kelembaban udara 80 sampai 90%. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah 2000 sampai 3000 mm/tahun. Derajat keasaman atau pH yang cocok untuk pertumbuhan kentang yakni 5 sampai 5.5 (Kementan 2012).

Salah satu cara untuk mencapai hasil yang optimal adalah budidaya yang baik. Cara budidaya tanaman kentang meliputi persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan.

Persiapan lahan meliputi pencangkulan tanah, pembuatan bedengan, dan pemupukan dasar. Dalam keperluan pembibitan, umbi yang telah dipanen disimpan dalam keadaan kering di dalam rak atau peti di gudang penyimpanan. Umbi siap ditanam apabila telah tumbuh tunas dengan panjang sekitar dua cm. Penyimpanan bibit dilakukan jika terjadi penundaan waktu tanam. Bibit disemprot insektisida atau fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit (Samadi 2007). Pemupukan dasar dilakukan dengan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum tanam sebanyak 20 ton/ha (Samadi 2007)

Penanaman kentang dilakukan dengan meletakkan satu umbi per lubang tanam pada lahan dengan jarak tanam 70 cm × 25 cm. Tanaman kemudian diberikan pupuk buatan berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha) yang diletakkan di antara lubang tanam (Duriatet al.2006).

(39)

4

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pengairan, penyiangan dan pembumbunan, pemangkasan bunga, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman kerdil, rusak, dan mati. Tanaman tersebut diganti dengan tanaman yang baru (Duriatet al.2006).

Pengairan dilakukan secara rutin dengan selang waktu tujuh hari sekali. Pemberian air dilakukan dengan cara digembor atau dengan sistem leb, yaitu mengalirkan air melalui selokan (Samadi 2007).

Kegiatan penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan bersama-sama. Penyiangan atau pembersihan gulma (tanaman pengganggu) dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST), penyiangan berikutnya dilakukan bila dirasakan perlu. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pula pembumbunan sebanyak dua sekali pada minggu kedua dan keempat (Duriatet al.2006).

Pemangkasan bunga bertujuan mencegah terganggunya proses pembentukan umbi. Apabila bunga tidak dipangkas akan terjadi persaingan penggunaan unsur hara untuk pembentukan umbi. Pada umumnya bunga muncul setelah tanaman berumur 25 sampai 30 HST, pemangkasan dapat dilakukan saat bunga masih kuncup (Samadi 2007).

Hama yang terdapat pada tanaman kentang antara lain kutu daun (Myzus persicaeSulz) dan penggerek umbi (Phthorimaea operculellaZeller) (McKinnlay 1992). Duriat et al. (2006) mengemukakan bahwa hama lain yang terdapat pada kentang adalah pengorok daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard), ulat tanah (Agrotis ipsilonHufnagel), trips (Thrips palmiKarny), kutu kebul (Bemisia tabaci Gennadius), dan ulat grayak (Spodoptera lituraFabricius).

(40)

Brokoli (Brassica oleraceaeL.)

Brokoli cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 700 sampai 2000 meter dpl. Curah hujan berkisar antara 1000 sampai 1500 mm per tahun dan merata sepanjang tahun (Dalmadi 2010). Yamaguchi dan Rubatzky (1998) mengemukakan bahwa suhu pertumbuhan optimum brokoli berkisar antara 13 sampai 20°C. Keasaman tanah atau pH berada dalam kisaran 6 sampai 8.

Budidaya tanaman brokoli meliputi penyiapan benih dan penyemaian, penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan.

Benih yang diperlukan sebanyak 100 sampai 250 gram/ha. Benih disemaikan terlebih dahulu pada bedengan persemaian ataupun dalam bumbung yang terbuat dari daun pisang maupun polybag kecil. Benih direndam dalam air dingin selama 12 jam sampai benih terlihat pecah dan ditiriskan di tempat terbuka selama 12 jam. Tujuan perlakuan ini, agar benih cepat berkecambah dan pertumbuhannya seragam. Bibit yang siap ditanam memiliki 2 sampai 3 helai daun (Rukmana 1995).

Penyiapan lahan meliputi pencangkulan tanah, pembuatan bedengan, dan pemberian pupuk dasar. Sebagai pupuk dasar digunakan pupuk kandang. Dosis pupuk kandang yang diberikan sebanyak 12.5 sampai 17.5 ton/ha dan diberikan satu minggu sebelum tanam.

Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 70 cm × 30 cm. Benih yang disemai dengan menggunakan daun pisang dapat ditanam langsung, sedangkan dengan menggunakan polybag harus dikeluarkan terlebih dahulu secara hati-hati agar akar tidak rusak atau putus. Tanaman kemudian diberikan pupuk buatan berupa ZA, urea, TSP, dan KCl masing-masing 250 kg/ha (Rukmana 1995).

Pemupukan susulan dilakukan sebanyak dua kali pada umur tanaman 20 HST dan 30 HST. Pada umur tanaman 20 HST diberikan pupuk urea sebanyak 75 kg/ha, ZA 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha, sedangkan pada umur tanaman 30 HST diberikan pupuk urea sebanyak 100 kg/ha, ZA 150 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha (Rukmana 1995).

(41)

6

atau terganggu pertumbuhannya. Huda (2008) mengemukakan bahwa penyiangan dilakukan sebanyak tiga kali yakni saat tanaman berumur 1 MST, 3 MST, dan 5 MST.

Pengairan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari terutama saat fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tidak dilakukan pengairan (Rukmana 1995).

Hama penting pada tanaman brokoli adalah ulat grayak (S. litura) dan ulat croci (Crocidolomia pavonana Fabricius) (Setiawati 2005). Rukmana (1995) menyebutkan bahwa hama penting lainnya yang menyerang tanaman brokoli antara lain ulat plutela (Plutella xylostella Linnaeus), ulat tanah (A. ipsilon), dan kutu daun (Aphis brassicae Linnaeus). Griffin (1999) mengemukakan bahwa pengendalian hama pada tanaman brokoli dapat dilakukan dengan pemberian insektisida. Pengendalian kutu daun dengan pemberian insektisida dengan bahan aktif permetrin, bifentrin, sihalothrin, dan piretrin. Pengendalian ulat bisa diberikan insektisida dengan bahan aktif permetrin, bifentrin, siflultrin, spinosad, dan piretrin (Departemen Pertanian 2008).

Artropoda Permukaan Tanah

(42)

Lubang Perangkap (pitfall trap)

(43)

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanaman kentang dan brokoli. Untuk pembuatan lubang perangkap (pitfall traps) digunakan gelas bekas air mineral volume 240 ml, formalin 4%, dan seng sebagai pelindung. Selain itu digunakan pula alkohol 70% untuk mengawetkan atropoda sebelum diidentifikasi, ajir untuk menandai tanaman contoh, kantong plastik, dan kertas label.

Alat-alat yang digunakan yakni sekop, kuas, hand counter, kaca pembesar, botol serangga, alat tulis, kamera digital, dan mikroskop untuk alat bantu identifikasi.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat mulai Maret 2012 sampai Juni 2012. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga dan Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian

Budidaya Kentang

(44)

dilakukan saat awal tanam dan saat tanaman berumur 4 MST. Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu umbi yang telah bertunas per lubang tanam. Pengairan dilakukan secara rutin setiap pagi dengan cara digembor. Penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pembumbunan dan hanya sekali saja. Pembumbunan dilakukan hanya satu kali yakni saat tanaman berumur 1 bulan atau 4 MST. Tindakan pencegahan munculnya hama atau penyakit yakni dengan penggunaan insektisida atau fungisida. Insektisida yang digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif imidakloprid dan karbofuran, sedangkan fungisida yang digunakan berbahan aktif propineb. Aplikasi pestisida dilakukan setiap tiga hari satu kali selama 70 hari, namun untuk insektisida berbahan aktif karbofuran hanya diberikan di awal tanam. Petani tidak menggunakan pengendalian dengan cara lain selain dengan pestisida. Periode pertumbuhan kentang adalah 90 hari dan umbi mulai muncul ketika tanaman berumur 30 HST.

Budidaya Brokoli

(45)

10

pengendalian dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik yakni mematikan hama yang terdapat pada tanaman. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif karbofuran, fipronil, dan profenofos. Insektisida berbahan aktif karbofuran diaplikasikan hanya satu kali saat awal tanam sedangkan insektisida berbahan aktif froponil dan profenofos diaplikasikan saat tanaman berumur 4 HST, 7 HST, dan 10 HST.

Pemasangan Lubang Perangkap (pitfall trap)

Pada pertanaman kentang seluas 5000 m2 dan pertanaman brokoli seluas 1000 m2 masing-masing dipasang sebanyak 30 buah perangkap. Penempatan lubang perangkap ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Perangkap dipasang pada guludan dengan jarak antar perangkap 3 sampai 5 meter. Pemasangan perangkap dilakukan dengan cara menggali tanah di antara baris tanaman dalam guludan kemudian dimasukkan gelas bekas air mineral volume 240 ml dan permukaan atas gelas diatur agar rata dengan permukaan tanah. Selanjutnya ke dalam gelas dituangkan formalin 4% sebanyak 60 ml. Untuk melindungi perangkap dari curahan air hujan diberi atap dari seng. Perangkap dipasang selama 48 jam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label untuk selanjutnya diamati di laboratorium. Pemasangan perangkap diulang setiap minggu sampai 9 kali pemasangan pada pertanaman kentang dan 8 kali di pertanaman brokoli.

Pengamatan dan Identifikasi Artropoda

(46)

Pengamatan Umbi Kentang

Intensitas serangan orong-orong (Gryllotalphidae) dilakukan pada saat panen kentang. Diamati 50 rumpun tanaman kentang yang ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Dihitung jumlah umbi kentang berlubang akibat serangan orong-orong dan jumlah umbi total per rumpun tanaman. Intensitas serangan diperoleh dengan rumus

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman

Kentang

Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang sebanyak 19 052 ekor yang berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 1). Ordo Coleoptera meliputi famili Cicindelidae (kumbang harimau), Scarabaeidae (kumbang scarabid), dan Tenebrionidae (kumbang tenebrio). Ordo Dermaptera dari famili Carcinophoridae (cecopet), ordo Hymenoptera dari famili Formicidae (semut), ordo Orthoptera dari famili Gryllotalphidae (orong-orong), dan laba-laba ordo Araneae dari famili Salticidae.

Tabel 1 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang

Artropoda terperangkap Jumlah (ekor) Proporsi (%) Coleoptera

(48)

menunjukkan bahwa pada pertanaman yang diberi bahan organik banyak ditemukan Collembola dan artropoda lain. Nasution (2012) menyatakan bahwa kelimpahan Collembola pada pertanaman yang diberi bahan organik lebih tinggi dibandingkan pada pertanaman yang tidak diberi bahan organik. Artropoda lain yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah semut. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat semut yang merupakan serangga kosmopolit (Sembel 2010) dan diduga berkaitan dengan ketersediaan sumber makanan pada pertanaman kentang. Dalam penelitian Winasa (2001) menyatakan bahwa kelimpahan semut diperkirakan berhubungan dengan sumber makanan pada lahan yang diberi bahan organik. Collembola berperan sebagai dekomposer atau pengurai bahan organik di permukaan tanah (Borroret al.1992). Keadaan tersebut menyediakan sumberdaya makanan yang lebih banyak bagi semut. Semut dapat berperan sebagai predator pada pertanaman. Hopkin (1997) mengemukakan bahwa Collembola merupakan salah satu mangsa alternatif artropoda predator tanah. Artropoda permukaan tanah lain yang berperan sebagai predator adalah laba-laba (Salticidae). Namun kelimpahan dan proporsi laba-laba Salticidae sangat rendah. Hal ini diduga karena penggunaan insektisida yang intensif pada pertanaman kentang. Menurut (Altieri dan Schmid 1986dalamTulung 1999) populasi laba-laba lebih banyak ditemukan pada vegetasi liar di pinggiran pertanaman dibandingkan pada petak pertanaman yang diberi perlakuan insektisida.

Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman

Brokoli

Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman brokoli sebanyak 3302 ekor. Artropoda yang tertangkap berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 2). Ordo Coleoptera meliputi famili Cicindelidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae. Ordo Dermaptera dari famili Carcinophoridae, ordo Hymenoptera dari Formicidae, ordo Orthoptera famili Gryllotalphidae (orong-orong) dan Gryllidae (jangkrik), ordo Araneae dari famili Salticidae dan Lycosidae.

(49)

14

insektisida pada pertanaman brokoli hanya dilakukan pada tanaman yang terserang, sedangkan pada tanaman yang tidak terserang tidak disemprotkan insektisida. Indrayati dan Wibowo (2008) mengemukakan bahwa sistem pertanian dengan aplikasi insektisida berlebihan dapat menekan populasi Collembola. Selain Collembola, artropoda yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah cecopet. Hal ini diduga karena kelimpahan populasi mangsanya yang tinggi termasuk Collembola. Greenslade et al. (2000) menyatakan bahwa Collembola pada ekosistem pertanian merupakan pakan alternatif bagi berbagai artropoda predator. Selain itu, kondisi pertanaman brokoli yang banyak ditumbuhi gulma juga diduga mempengaruhi kelimpahan cecopet. Sembel (2010) menyatakan bahwa gulma merupakan tumbuhan yang menjadi sumber makanan bagi mangsa predator dan tempat tinggal atau berlindung bagi predator. Gulma yang ditemukan pada pertanaman brokoli merupakan gulma golongan rumput (Axonopus sp.) dan golongan daun lebar (Ageratum sp., Amaranthus sp., dan Portulaca oleracea).

Tabel 2 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman brokoli

(50)
(51)
(52)
(53)

0 20 40 60

Maret (4) April (1) April (2) April (3) April (4) Mei(1) (Mei (2) Mei (3) Mei(4)

Cu

r

a

h

h

u

ja

n

(

m

m

)

(54)

pertanaman kentang lebih intesif dibandingkan pertanaman brokoli. Samway (1995) dalam Herlinda et al. (2008) menyatakan bahwa semut merupakan salah satu spesies serangga yang relatif tahan terhadap insektisida.

Gryllotalphidae sebagai Hama Kentang

Dari hasil tangkapan lubang perangkap pada pertanaman kentang maupun brokoli ditemukan artropoda famili Gryllotalphidae (Tabel 1 dan 2). Berdasarkan hasil pengamatan pada saat panen terbukti bahwa serangga Gryllotalpha sp. ini banyak menimbulkan kerusakan pada umbi kentang. Akibat serangannya umbi kentang berlubang tidak beraturan kemudian membusuk (Gambar 6). Hasil pengamatan terhadap 50 rumpun tanaman contoh pada saat panen tingkat kerusakan umbi kentang akibat terserang orong-orong (Gryllotalpha sp.) mencapai 20% (Tabel 3).

Tabel 3 Tingkat kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong

Pengamatan pada 50 rumpun contoh Jumlah umbi/intensitas serangan

Jumlah umbi yang diamati 345

Jumlah umbi terserang 71

Intensitas serangan (%) 20

(55)
(56)

Kesimpulan

Kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang dan brokoli didominasi oleh Collembola. Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang terdiri dari 6 ordo dan 8 famili, sedangkan pada pertanaman brokoli terdiri atas 6 ordo dan 10 famili. Artropoda predator yang ditemukan pada pertanaman kentang terdiri atas famili Salticidae, Cicindelidae, Formicidae, dan Carcinophoridae, sedangkan pada pertanaman brokoli terdiri atas famili Lycosidae, Salticidae, Cicindelidae, Formicidae, dan Carcinophoridae. Gryllotalphidae atau orong-orong yang tertangkap lubang perangkap merupakan hama penting yang menyerang umbi kentang.

Saran

(57)

KELIMPAHAN ARTROPODA PERMUKAAN TANAH PADA

PERTANAMAN KENTANG (

Solanum tuberosum

L.) DAN

BROKOLI (

Brassica oleracea

L.)

NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(58)

Adianto. 1993. Biologi Pertanian, Pupuk Kandang, Pupuk Organik, dan Insektisida. Edisi ke-2. Bandung (ID): Alumni.

Agustine W. 2000. Pengaruh aplikasi beberapa jenis insektisida terhadap keragaman arthropoda tanah pada pertanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) di Cipanas Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55 &notab=23.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 13]. Tersedia pada: http://www.deptan.go.id/tampiphp?page=inf_basisdata.

Barrion AT, Litsinger JA. 1995. Riceland Spiders of South and Southeast Asia. CAB International Wallingford (UK): hlm 700.

Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson N. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Partosoedjono Soetiyono, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari:An Introduction to the Study of Insect.

Dalmadi. 2010. Syarat tumbuh brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 Juli 3]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-brokoli.

Departemen Pertanian. 2008. Pestisida Pertanian dan Kehutanan. Pusat Perizinan dan Investasi Sekertariat Jenderal Departemen Pertanian.

Duriat AS, Gunawan OS, Gunaeni N. 2006. Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kentang. Lembang (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Ghabbour SI, Da Fonseca JPC, Mikhail WZA, Shakir SH. 1985. Differentation of ground fauna in desert agriculture of mariut region. Biol fort ground. 1: 9-14.

Giller KE, Beare MH, Lavelle P, Izac AMN, Swift MJ. 1987. Agriculture intensification ground biodiversity and agroecosystem function. Applied soli ecology. 6:3-5.

(59)

23

Griffin RP. 1999. Cabbage, Broccoli & other Cole Crop Insect Pest. Clemson cooperative extension [internet]. [diunduh pada 2012 Agustus 3]. Tersedia pada:

http://www.clemson.edu/extension/hgic/pests/plant_pests/veg_fruit/hgic220 3.html.

Herlinda S, Waluyo, Estuningsih SP, Irsan C. 2008. Perbandingan keanekaragaman spesies dan kelimpahan artropoda predator penghuni tanah di sawah lebak yang diaplikasi dan tanpa aplikasi insektisida. J. Entomol Indon. 5(2): 96-107.

Hopkin SP. 1997. Biology of Springtails. New York (US): Oxford University Press.

Huda M. 2008. Brokoli lezat kaya manfaat [internet]. [diunduh pada 2012 Agustus 3]. Tersedia pada: http://swatani.co.id/artikel/4/171/Brokoli-Lezat-Kaya-Manfaat.html.

Indrayati, Wibowo L. 2008. Keragaman dan kemelimpahan Collembola serta artropoda tanah di lahan sawah organik dan konvensional pada masa bera. J. HPT Tropika.8(2): 110-116.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Kementan. 2012. Syarat tumbuh kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-tanaman-kentang.

Khasanah N. 2011. Struktur komunitas arthropoda pada ekosistem cabai tanpa perlakuan insektisida.Media Litbang Sulteng.IV (1): 57-62.

McKinlay RG. 1992.Vegetable Crop Pests. Boca Raton (US): CRC Press.

Nasution AP. 2012. Artropoda predator permukaan tanah pada tiga ekosistem pertanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Retnowati A. 2004. Keanekaragaman binatang tanah pada lahan pertanaman kentang (Solanum tuberosumLinn.) dan lahan tanaman hutan akasia (Acacia decurrensWILD) (studi kasus di dataran tinggi Dieng Wonosobo) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rukmana R. 1995. Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta (ID): Kanisius.

(60)

Sastrodihardjo S, Adianto, Yusoh MD. 1978. The impact of several insecticides on ground and water communities. Proceedings south-east asian workshop on pestiside management; 1978 Februari 23-27; Pattaya. Pattaya (TH) 7: 117-125.

Sastroutomo SS. 1992. Pestisida Dampak dan Penggunaannya. Jakarta (ID): Widia Pustaka Utama.

Sembel DT. 2010.Pengendalian Hayati. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): Andi.

Setiawati, Uhan TS, Somantri A. 2005. Parasitoid E. argenteopilosus sebagai agens pengendali hayati hamaH. armigera,S. litura, dan C. pavonanapada tumpangsari tomat dan brokoli. J.Hort.15(4): 279-287.

Sihotang B. 2010. Kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada: http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/kentang.

Suryaningsih E. 2006. Pengendalian lalat pengorok daun pada tanaman kentang menggunakan pestisida biorasional dirotasi dengan pestisida sintetik secara bergiliran. J. Hort. 16 (3): 229-235.

Syatrawati, Ngatimin SN. 2011. Peranan gulma berbunga terhadap kelimpahan arthropoda tanah pada pertanaman kubis di Sulawesi. Makassar (ID): Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Universitas Hassanudin.

Tulung M. 1999. Ekologi laba-laba di pertanaman padi dengan perhatian utama padaPardosa pseudoannulata (Boes. & Str.)[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Winasa IW. 2001. Artropoda predator penghuni permukaan tanah di pertanaman kedelai [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman
Tabel 2 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman
Tabel 1 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman
Tabel 2 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan simulasi proses perhitungan IPS dan IPK mahasiswa dengan menggunakan sejumlah komputer yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga

df j adalah jumlah dokumen yang mengandung term t j IDF dapat memperbaiki nilai precision, karena IDF mengkhususkan untuk fokus pada sebuah term dalam keseluruhan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh layanan informasi terhadap kedisiplinan siswa, 2) pengaruh bimbingan pribadi terhadap kedisiplinan siswa, 3)

Berdasarkan curah hujan dengan peluang 70% dan ET o bulanan tertinggi yang telah diketahui dari analisis sebelumnya kemudian dikombinasikan dengan nilai koefisien tanaman

Dari hasil pembahasan serta analisa bebagai macam sumber-sumber energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai pembangkit altenatif energi listrik, yaitu: energi angin, energi

This paper deals with the development of a measuring procedure and an experimental set-up (stereo camera system in combination with a projecting line laser and a positioning

5.4.1.4 Usulan Rancangan Perbaikan defect berat kemasan tidak standar (under/over weight)1. Bearing roll press

Dari hasil Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pengambilan Keputusan Untuk Penerimaan Beasiswa Dengan Metode SAW ( Simple Additive Weighting ), dapat disimpulkan bahwa