ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN
ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM
PADA SUB SEKTOR INDUSTRI SEMEN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
ANGGITA MUGI RAHAYU
H24104100
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN
ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM
PADA SUB SEKTOR INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan
Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANGGITA MUGI RAHAYU
H24104100
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Economic Value
Added Terhadap Harga Saham pada Sub Sektor Industri Semen
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Nama : Anggita Mugi Rahayu
NIM : H24104100
Disetujui Oleh
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Yusrina Permanasari, S.Sos,ME
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui Oleh
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen
RINGKASAN
ANGGITA MUGI RAHAYU. H24104100. Analisis Pengaruh Rasio
Profitabilitas dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham pada Sub Sektor Industri Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto dan Yusrina Permanasari
Nilai perusahaan yang baik akan berdampak pada harga saham perusahaan. Penilaian harga saham dilakukan melalui berbagai perhitungan analisis terhadap laporan keuangan. Analisis laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan dilakukan melalui berbagai perhitungan rasio. Penilaian laba dapat dilakukan melalui perhitungan rasio profitabilitas, karena rasio profitabilitas menunjukkan gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Menurut Kamaludin dan Rini (2012), perhitungan yang biasa digunakan adalah Ratio On Asset (ROA), Ratio On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),
Earning Per Share (EPS). Tetapi penggunaan rasio keuangan sebagai alat pengukuran akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Maka dikembangkannya konsep baru yaitu Economic Value Added (EVA). EVA merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi penyandang dana dan memberikan tolak ukur seberapa jauh perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham dalam suatu periode tertentu (Kamaludin dan Rini, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA terhadap harga saham. Sampel yang digunakan adalah perusahaan sub sektor industri semen yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Variabel independen yang digunakan adalah ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA dengan variabel dependennya adalah harga saham. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel yang meliputi data cross section dan time series.
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara dari pasangan Sumkana,
S.IP M.SI. (Alm) dan Hj. Yayah supriati, S.IP. Penulis dilahirkan di Majalengka
pada tanggal 13 September 1989.
Penulis mengawali pendidikan formal pada SD Pasireungit 1995 hingga 2001.
Penulis memulai pendidikan menengah pertama pada SMP Negeri 1 Cicurug pada
tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh pendidikan
menengah atas pada SMA PGRI Cibadak.
Tahun 2007 penulis diterima di Program Diploma Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP), Universitas Padjadjaran melalui jalur seleksi masuk.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 (S1) pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen Fakultas
KATA PENGANTAR
Segala kalimat puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan nikmat dan kemudahan tiada batasnya. Shalawat dan salam kepada
Nabi Muhhamad SAW sebagai tauladan sampai akhir zaman.
Tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, terima kasih
kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio
Profitabilitas dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham pada Sub Sektor
Industri Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM),
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita
semua.
Bogor, Juni 2013
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran,
motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME selaku dosen pembimbing skripsi kedua
yang telah begitu banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
permasalahan, meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu,
saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini.
3. Kepada Ibu Hardiana selaku moderator seminar yang bersedia meluangkan
waktunya dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Kepada ibu Farida selaku penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya
dan memberikan arahan dan saran kepada penulis.
5. Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc.. selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, FEM IPB.
7. Keluarga tercinta Mamah, Papah, teh riska dan raafi yang mencurahkan kasih
sayangnya, yang memberikan motivasi dan selalu mendoakan penulis.
8. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan di kampus Program Sarjana Alih
Manajemen terutama ardhi dian, dela (hug), yuni, egi, dheput, ida dan
semuanya yang tidak disebutkan yang selalu memberikan motivasi bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP………...ii
KATA PENGANTAR……….. iii
UCAPAN TERIMAKASIH……….iv
DAFTAR ISI………. v
DAFTAR TABEL………... vii
DAFTAR GAMBAR………..viii
DAFTAR LAMPIRAN……….ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
1.5. Ruang Lingkup ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Sub Sektor Industri Semen ... 5
2.1.1. Perkembangan Industri Semen Indonesia………..5
2.2. Saham………..6
2.2.1. Keuntungan Membeli Saham……….7
2.2.2. Risiko Membeli Saham………...7
2.2.3. Kondisi yang Menentukan Saham Naik dan Turun………...8
2.3. Rasio keuangan…..………...8
2.4. Economic Value Added……….…………9
2.4.1. Perhitungan EVA………...9
2.4.2. KelebihanEVA……….………10
2.4.3. Kekurangan EVA……….11
2.5. Penelitian Terdahulu ... 11
III. METODE PENELITIAN ... 13
3.1. Kerangka Pemikiran ... 13
3.2. Lokasi dan Wakti Penelitian ... 14
3.3. Jenis Data dan Sumber Data ... 15
3.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 15
3.4.1. Analisis Rasio Keuangan………15
3.4.2. Analisis Economic Value Added………...16
3.5. Metode Analisis Data………...………18
3.5.1. Pengujian Hipotesis……….18
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 21
4.1.1. PT Semen Gresik Tbk ... 21
4.1.2. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 22
4.1.3. PT Holcim Tbk ... 24
4.2. Analisis Rasio rofitabilitas ... 26
4.2.1. Return On Asset(ROA)………...26
4.2.2. Return On Equity(ROE)………..28
4.2.3. Net Profit Margin(NPM)……….29
4.2.4. Earning Per Share(EPS)………...………30
4.3. Analisis Economic Value Added (EVA) ... 32
4.4. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan EVA Terhadap Harga Saham………..33
4.4.1. Analisis Regresi Data Panel……….33
4.4.2. Uji F (Simultan)………34
4.4.3. Uji T (Parsial)………...35
4.4.4. Uji R2………35
4.5. Variabel yang Paling Dominan Mempengaruhi Harga Saham ... 36
4.6. Peramalan (Forecasting)………37
4.6.1 PT Semen Gresik Tbk………...37
4.6.2 PT Indocement Tbk………...41
4.6.3 PT Holcim Tbk………..44
4.7. Implikasi Manajerial ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
Kesimpulan ... 49
Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Hasil uji analisis regresi data panel………...33
2. Uji F (Simultan)………34
3. Uji T (Parsial)……… .. 35
4. Uji Koefisien Determinasi ... 35
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Petumbuhan penjualan semen periode 2007-2011………..2
2. Kerangka pemikiran………...14
3. Grafik Return On Asset (ROA)………..26
4. Grafik Return On Equity (ROE)………....28
5. Grafik Net Profit Margin (NPM)………...29
6. Grafik Earning Per Share (EPS)………30
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Alur pikir penelitian ... 52
2. Perhitungan rasio profitabilitas PT Semen Gresik Tbk ... 53
3. Perhitungan rasio profitabilitas PT Indocement Tbk ... 54
4. Perhitungan rasio profitabilitas PT Holcim Tbk ... 56
5. Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT Semen Gresik Tbk ... 58
6. Perhitungan Economic Value Added(EVA) PT Indocement Tbk………….. 60
7. Perhitungan Economic Value Added(EVA) PT Holcim Tbk……..
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh manajer keuangan secara normatif
adalah memaksimalkan nilai perusahaan sebagai sasaran akhir. Untuk mencapai
nilai tersebut maka perusahaan berupaya untuk meningkatkan laba dan arus kas
yang diperoleh dimasa depan. Sehingga peningkatan performa atau kinerja
perusahaan sangat penting. Evaluasi kinerja perusahaan biasanya digambarkan
dalam laporan keuangan perusahaan.
Indikator kinerja akan dicerminkan oleh rasio-rasio, bagi perusahaan publik
indikator rasio-rasio ini akan menjadi salah satu titik fokus dalam pengembalian
keputusan, terutama dalam menilai harga saham. Dalam penelitian ini hanya
menggunakan rasio profitabilitas karena secara umum investor yang menanamkan
dananya di pasar modal adalah untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin.
Keuntungan yang diperoleh investor atas dananya yang diinvestasikan pada saham
berupa laba (dividen) dan selisih harga jual saham dengan harga belinya (capital
gain).
Menurut Kamaludin dan Rini (2012) rasio profitabilitas digunakan untuk
menunjukkan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Ukuran yang biasa digunakan adalah Return On Asset (ROA),
(EPS). Tetapi penggunaan rasio keuangan sebagai alat pengukuran akuntansi
konvensional memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal,
sehingga sulit mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan
nilai atau tidak.Maka dikembangkannya konsep baru yaitu Economic Value Added
(EVA).
EVA merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan dengan
memperhatikan secara adil ekspektasi penyandang dana dan memberikan tolak
ukur seberapa jauh perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang
saham dalam suatu periode tertentu (Kamaludin dan Rini, 2012).
Industri semen diyakini akan mengalami pertumbuhan positif dengan seakin
menggeliatnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam
skala besar dan dalam waktu yang bersamaan, berdampak langsung pada
paermintaan semen dalam negeri. Dengan melihat perkembangan data-data yang
ada, sampai dengan kuartal III tahun 2012 penjualan semen di dalam negeri masih
terus menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Grafik 1.
Gambar 1. Penjualan pada tahun 2010-2012 triwulan I, II dan III Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Dari Grafik 1, jelas bahwa angka penjualan semen selama tahun 2012 yang
digambarkan pertiga bulan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Persentase
peningkatan dari masing-masing triwulan dibandingkan dengan periode 2011
adalah sebagai berikut: triwulan I meningkat sebesar 18%, triwulan II 12% dan
triwulan III 15%. Tingginya angka penjualan semen tersebut tidak lepas proyek
yang dicanangkan pemerintah, sehingga semakin banyaknya proyek-proyek besar
yang dilakukan secara bersamaan seperti proyek pembangunan beberapa ruas
jalan tol dna pembangunan perumahan.
Masterplan ini memiliki dua kata kunci, yaitu percepatan dan perluasan.
Dengan adanya Masterplan ini diharapkan Indonesia mampu mempercepat
pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam
mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi,
pembangunan infrastruktur dan energy, serta pembangunan SDM dan Iptek.
Percepetan pembangunan ini diharapkan akan ekonomi Indonesia dapat dirasakan
tidak saja disemua daerah di Indonesia tetapi juga oleh seluruh komponen
masyarakat diseluruh wilayah nusantara.
1.2. Perumusan Masalah
Informasi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit
Margin (NPM), merupakan rasio yang menggambarkan sejauhmana kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham.
Earning Per Share (EPS) merupakan informasi yang dianggap paling mendasar
dan berguna bagi investor karena bisa menggambarkan prospek earning
perusahaan dimasa depan. Rasio tersebut dapat kita gunakan untuk menilai harga
suatu saham perusahaan.
Pendekatan pengukuran kinerja keuangan yang baru dalam penilaian saham
adalah dengan menghitung Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan.
Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik dapat dilihat dari besarnya
nilai tambah yang dberikan, maka akan tercermin pada peningkatan harga saham
perusahaan. Nilai EVA yang positif akan memberikan nilai tambah kepada
pemegang saham, namun EVA yang negatif tidak memberikan nilai tambah
kepada pemegang saham. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) dan Economic
Value Added (EVA) pada sub sektor industri semen yang terdaftar di Bursa Efek
2. Apakah rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) dan Economic Value
Added (EVA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada
sub sektor industri semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham pada
sub sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ditetapkan lebih dahulu agar dalam pelaksanaan nanti
dapat dijadikan pedoman guna melangkah selanjutnya. Adapun tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kondisi rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) dan
Economic Value Added (EVA) pada sub sektor industri semen di Bursa Efek
Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) dan
Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham pada sub sektor industri
semen di Bursa Efek Indonesia.
3. Menganalisis variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham
pada sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :
1. Perusahaan
Penelitian ini memberikan informasi bagi perusahaan sebagai bahan kajian
dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam jangka panjang yang
dapat mempengaruhi harga saham terus meningkat, sehingga banyak investor
yang percaya menanamkan modalnya.
2. Investor
Dapat mengetahui rasio keuangan yang mempengaruhi pergerakan harga
saham, terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk
dividen atau capital gain.
Perusahaan yang dijadikan dalam penelitian ini adalah perusahaan semen
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2011 yaitu PT
Indocement Prakarsa Tbk,PT Semen Gresik Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk.
Data laporan keuangan kuartal yang digunakan adalah data dari periode 2009
sampai 2011.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sub Sektor Industri Semen
Perusahaan semen yang terdaftar di BEI ada tiga perusahaan yaitu Semen
Gresik (SMGR), Indocement (INTP), dan Holcim Indonesia (SMCB).
Semen adalah suatu binder, suatu zat yang dapat menetapkan dan
mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat material lain. Abu vulkanis dan
batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu kapur yang dibakar
sebagai agen pengikat untuk memperoleh suatu pengikat hidrolik yang selanjutnya
disebut sebagai “cementum”. Semen yang digunakan dalam konstruksi
digolongkan kedalam semen hidrolik dan semen non-hidrolik.
2.1.1 Perkembangan Industri Semen Indonesia
Perjalanan industri semen selama 15 tahun terakhir terlihat bahwa
pertumbuhan pada tahun 2011 merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi, di
bawah pencapaian tertinggi sebelumnya pernah dicapai yaitu pada tahun 2000
yaitu sebesar 18,7% setelah sebelumnya didera krisis ekonomi sejak tahun 1998
pada tahun 1998 dengan presentase hanya sebesar -30,5%. Jika dirata-ratakan
angka presentase pertumbuhannya selama 10 tahun tersebut adalah sekitar 6,5%
bahkan bila dihitung sejak 20 tahun terakhir angka rata-rata pertumbuhan masih
sekitar 6,4%. Dengan dimulainya beberapa proyek infrastruktur secara
besar-besaran dan dalam waktu yang bersamaan pada pertengahan tahun 2011
menyebabkan permintaan semen meningkat begitu tajam.
Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 terjadi di wilayah Jawa dengan
tingkat pertumbuhan sebesar 21%. Hal ini terjadi karena fokus dari pembangunan
masih berpusat di Jawa terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, seperti
pembangunan beberapa ruas jalan tol yang, properti, serta perumahan yang terus
semakin marak. Di beberapa wilayah lainnya juga mengalami pertumbuhan yang
cukup tinggi, seperti di Sumatera 14%, Kalimantan 17%, Sulawesi 16%, serta
Bali-Nusa Tenggara 19%. Sementara itu untuk wilayah yang masih mengalami
penurunan hanya terjadi di Papua yaitu sekitar 29%, hal disebabkan karena masih
sering terkendalanya angkutan semen ke beberapa pasar yang ada di sana akibat
dari kurangnya sarana dan prasarana transportasi baik darat maupun laut, sehingga
distribusi semen sering terhambat.
2.2. Saham
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan
instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu
memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham didefinisikan sebagai tanda
penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan
atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut
memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (www.idx.co.id).
Menurut (Irham, 2012) Saham merupakan tanda bukti penyertaan kepemilikan
modal atau dana pada suatu perusahaan. Ada dua jenis saham yang paling umum
dikenal oleh publik yaitu :
Common Stock adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang
menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana
pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak
untuk menentukan membeli penjualan saham terbatas (right issue) atau tidak,
yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
dividen.
b. Saham istimewa (Preferred Stock)
Preferred Stock adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan
yang menjelaskan nilai nominal dimana pemegang sahamnya akan memperoleh
pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal.
2.2.1 Keuntungan Memiliki Saham
Menurut Irham (2012) bagi pihak yang memiliki saham akan memperoleh
beberapa kuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu :
a. Memproleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun
b. Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki
tersebut di jual kembali pada harga yang lebih mahal
c. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa (common stock).
2.2.2 Risiko Membeli Saham
Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
a. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor
menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di
beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus
mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga
saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut
sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
b. Rasio Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan atau
perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham
mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi
penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara
proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari
likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang
saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus
mengikuti perkembangan perusahaan.
2.2.3 Kondisi yang Menentukan Saham Naik dan Turun
Ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham itu akan
mengalami fluktuasi yaitu:
a. Kondisi mikro dan makro ekonomi
b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha),
seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka di
domestic maupun luar negeri
c. Pergantian direksi secara tiba-tiba
d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana
dan kasusnya sudah masuk pengadilan
e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.
2.3. Rasio Keuangan
Menurut Harmono (2009) analisis rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke
dalam lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Rasio yang bertujuan untuk mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang
dimiliki oleh perusahaan yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk
membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang telah jatuh
tempo.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio yang bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam
hal pembayaran kewajiban finansial perusahaan jika perusahaan tersebut
dilikuidasi.
c. Rasio Profitabilitas
Menurut Kamaludin dan rini (2012), rasio profitabilitas menunjukan
laba. Rasio profitabilitas juga dipakai sebagai ukuran apakah pemilik atau
pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian yang pantas atas
investasinya. Ukuran yang biasa digunakan adalah :
1) Return On Asset (ROA)
ROA melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu
memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Investasi
tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkannya atau
ditempatkan. Menurut Irham (2012) ROA dapat dikatakan baik apabila
memperoleh angka ROA > 2%.
2) Return On Equity (ROE)
ROE disebut juga dengan laba atas equity. Rasio ini mengkaji sejauh mana
suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya
posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian juga sebaliknya. Menurut Irham
(2012) angka ROE dapat dikatakan baik apabila angka ROE yang diperoleh >
12% .
3) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong
pajak. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif,
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya
pada perusahaan tersebut.
4) Earning Per Share (EPS)
Rasio laba per lembar merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. EPS yang rendah
berarti manajemen belum berhasil memuaskan pemegang saham, sebaliknya EPS
yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat.
d. Rasio Aktivitas
Rasio yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan efektivitas perusahaan.
2.4. Economic Value Added (EVA)
Konsep EVA dipopulerkan oleh G. Bennett Stewart, Managing partner dari
yang terbaru dari Joe M. Stern Managing partner dari Stern Steward & Co
berjudul “The EVA Challenge Implementing Value Added Change in An
Organization”, yang diterbitkan tahun 2001. Sejak itu, lebih dari 300 perusahaan
di dunia mengadopsi disiplin tersebut (Tunggal, 2008).
Menurut Kamaludin dan Rini (2012), Economic Value Added (EVA)
merupakan mengukur kinerja manajerial dalam suatu tahun tertentu. EVA tidak
lain adalah laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal setelah pajak.
2.4.1Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Langkah–langkah untuk menghitung Economic Value Added (EVA)
(Tunggal, 2008)
a. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT)
NOPAT merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan dan non cash book
keeping entries seperti biaya penyusutan. NOPAT dapat diperoleh dari laporan
laba perusahaan yaitu data mengenai pendapatan bersih setelah pajak dan
besarnya biaya bunga yang ditanggung perusahaan.
b. Menghitung Invested Capital (IC)
IC merupakan jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka
pendek tanpa bunga, seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar,
hutang pajak, uang muka pelanggan. IC dapat diperoleh dari neraca laporan
perusahaan, yaitu data mengenai total hutang, total ekuitas pinjaman jangka
pendek tanpa bunga yang meliputi hutang dagang, biaya yang masih harus
dibayar, hutang pajak, uang muka untuk pelanggan.
c. Menghitung Weight Average Cost Of Capital (WACC)
WACC merupakan jumlah biaya masing-masing komponen modal, misalnya
pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang serta setoran modal saham
yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal
perusahaan.
d. Menghitung Capital Charges (CC)
CC adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas
pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk
mempertahankan nilai pasar sahamnya.
e. Menghitung Economic Value Added (EVA)
EVA didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua
biaya dan biaya modal. EVA dapat dihitung dari laba sebelum beban bunga dan
pajak dikurangi beban pajak dikurangi biaya modal.
2.4.2 Kelebihan Economic Value Added (EVA)
Menurut Mirza dan Imbuh (1999) kelebihan EVA adalah:
a. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan secara mandiri tanpa
membutuhkan data pembanding seperti standar industri atau data dari
perusahaann lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan
analisis rasio.
b. Economic Value Added (EVA) memfokuskan penilaiannya pada nilai
tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
c. Perhitungan Economic Value Added (EVA) relatif mudah dilakukan, hanya
yang menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data
yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam.
2.4.3 Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Menurut Mirza dan Imbuh (1999) kelemahan EVA adalah :
1. Economic Value Added (EVA) hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini
tidak mengukur aktifitas-aktifitas penentu lainnya, seperti loyalitas konsumen.
2. Economic Value Added (EVA) terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa
investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham tertentu.
2.5. Peramalan (Forecasting)
Menurut M. Nafarin (2007), ramalan adalah proses aktivitas meramalkan
suatu kejadian yang mungkin terjadi dimasa mendatang dengan cara mengkaji
data yang ada. Menurut Darsono (2006), untuk mengadakan peramalan terlebih
dahulu dikumpulkan data historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah menjadi
perencanaan keuangan. Peramalan bisnis itu dituangkan dalam angka-angka
keuangan menjadi peramalan keuangan suatu unit organisasi bisnis.
Pada penelitian ini, model peramalan yang dipakai adalah model peramalan
Double Exponential Smoothing menggunakan data historis dalam bentuk time
series kuartal dengan menggunaka software Minitab 14. Metode ini dipakai
karena data yang diramalkan berbentuk trend yaitu ditandai dengan adanya
kecenderungan arah data bergerak menaik atau menurun pada jangka panjang.
Menurut Santoso (2009), metode forecasting yang tepat pada data trend adalah
metode double exponential smoothing.
2.6. Penelitian Terdahulu
Melinda Haryuningputri (2012) dengan Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan
EVA Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Manufaktur Di BEI Tahun
2007-2010. Rasio Profitabilitas yang dipakai adalah ROA, ROE, ROI, EPS dan
EVA dan teknik analisis regresi berganda,Uji-F dan Uji-t. Sampel dalam
penelitian ini populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI dari tahun 2007-2010. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini
adalah Purposive Sampling. Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas atas perubahan
dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi
variable terikat. Hasil analisis regresi bahwa dari kelima variabel independen
hanya tiga variabel yang tidak berpengaruh signifikan yaitu ROA, ROE dan EVA
dengan tingkat signifikan sebesar 0,118, 0,188 dan 0,392, sedangkan dua variabel
lainnya yaitu ROE dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham sebesar
0,006 dan 0,001.
Tri Suciyati (2011) dengan Pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA
Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan Di BEI. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA terhadap
harga saham. Sampel yang digunakan ada 16 perusahaan sektor pertambangan
yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010. Variabel independen yang digunakan
adalah ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA dengan variabel devendennya adalah
harga saham. Metode analisis yang digunakan adalah data panel yang meliputi
random effect. Hasil random effect menunjukan bahwa variabel independen EPS
dan EVA yang signifikan dan berpengaruh terhadap harga saham.
Akroman (2009) dengan Pengaruh Rasio Keuangan (ROA dan ROE) dan
EVA Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang terdaftar Di JII. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari ROA, ROE
dan EVA terhadap harga saham. Sampel dari penelitian ini yaitu
perusahaan-perusahaan yang masuk di JII selama periode 2004-2006. Untuk mengetahui
pengaruh rasio keuangan (ROA dan ROE) dan EVA terhadap harga saham,
Akroman menggunakan metode analsisi deskriptif dan analisis kuantitatif dengan
menggunakan regresi berganda dan anova sebagai alat analisis. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa ROA berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham karena nilai probabilitas < 0,5, dan didasarkan pada hasil pengujian
regresi diperoleh nilai probabilitas ROA sebesar 0,007. Sedangkan ROE dan EVA
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham karena nilai
probabilitas > 0,05, didasarkan pada hasil pengujian regresi diperoleh nilai
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pada umumnya, investor yang menanamkan modalnya di pasar modal
mengharapkan dividen dan capital gain. Dividen akan diberikan pada setiap akhir
tahun dan capital gain merupakan keuntungan pada saat saham yang akan dimiliki
tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal (Irham, 2009).
Sub sektor industri semen merupakan bagian dari sektor industri bahan
dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang secara periodik
wajib menerbitkan laporan keuangannya. Menurut Kamaludin dan rini (2012),
evaluasi kinerja perusahaan biasanya dapat digambarkan dalam laporan keuangan
perusahaan. Indikator kinerja akan dicerminkan oleh rasio-rasio, bagi perusahaan
publik indikator rasio-rasio ini akan menjadi salah satu titik fokus dalam
pengambilan keputusan, terutama dalam menilai harga saham.
Penilaian harga saham yang digunakan yaitu analisis fundamental
digunakan untuk mengukur tingkat kewajaran suatu saham, biasanya dengan
bergerak dalam bisnis yang sama. Saat ini, terdapat cukup banyak rasio keuangan
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kewajaran terhadap suatu saham.
Analisis rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah ROA, ROE,
NPM, EPS sebagai pendekatan alternatif yang digunakan sebagai ukuran
profitabilitas yang dapat mengukur kinerja manajerial dalam suatu periode
tertentu (Kamaludin dan Rini, 2012). Dan dalam penelitian ini menggunakan
analisis EVA yang digunakan untuk mengukur seberapa besar investor
mendapatkan nilai tambah atas investasi yang disimpannya.
Nilai rasio profitabilitas dan EVA yang diperoleh digunakan untuk
menguji apakah berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan
menggunakan regresi data panel. Sehingga informasi yang di dapat dari analisis
tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas dan EVA
berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap harga saham, berdasarkan
sejumlah masalah, tujuan dan konsep dasar yang dirumuskan dalam penelitian ini,
secara garis besar kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 2.
Economic Value Added
Rasio Profitabilitas
ROA, ROE, NPM, EPS
Capital Charges
NOPAT Bursa Efek Indonesia
Sub Sektor Industri Semen
Laporan Keuangan
Analisis regresi data panel pengaruh rasio profitabilitas dan EVA terhadap
harga saham perusahaan
Uji F Harga Saham
---
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan
Maret 2013 dan Lokasi penelitian pada Bursa Efek Indonesia (Data Sekunder).
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. jenis
data sekunder dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan kuartal dari
periode 2009-2011 perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
seperti PT Gresik Tbk, PT Indocement Tbk dan PT Holcim Tbk, harga saham
pada penutupan setiap akhir kuartal selama 3 periode, jurnal dan sumber lain yang
berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder tersebut diperoleh dari internet
website BEI dan website perusahaan semen
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah balik secara
manual maupun menggunakan bantuan software computer Eviews 6 untuk
dianalisis kuantitatif ini kemudian diinterprestasikan secara deskriptif. Adapun
analisis kinerja keuangan pada sub sektor industri semen dilakukan dengan
menggunakan rasio keuangan dan Economic Value Added (EVA), serta analisis
regresi data panel untuk mengetahui pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA
terhadap harga saham perusahaan. Sebelum menggunakan regresi data panel
penulis menggunakan regresi berganda untuk mengolah data tersebut, tapi hasil
yang diperoleh terjadi multikolinearitas dan dalam regresi berganda tidak boleh
terjadi multikolienaritas. Salah satu untuk menghilangkan multikolienaritas
tersebut yaitu dengan menggabungkan data time series dan cross section yaitu
data panel.
3.4.1 Analisis Rasio Keuangan
Hasil
Uji T
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
profitabilitas dan alat ukur yang digunakan Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS).
a. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukan seberapa besar tingkat keberhasilan
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Semakin besar profitabilitas maka
semakin baik kinerja keuangan perusahaan.Rasio ini juga digunakan sebagai
ukuran apakah pemilik atau pemegang saham dapat memperoleh tingkat
pengembalian yang pantas atas investasinya.Profitabilitas diukur dengan
menggunakan :
1) Return On Asset (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari
penggunaan aktiva. Adapun rumus ROA adalah :
Laba Bersih
ROA = x 100 %... (1) Total Asset
2) Return On Equity (ROE)
ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih
ROE = x 100%... (2) Modal
3) Net Profit Margin (NPM)
Merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar
NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak
NPM = x 100%... (3) Penjualan
4) Earning Per Share (EPS)
Bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari
setiap lembar saham yang dimilki.
Laba Bersih
3.4.2. Analisis Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan alat analisis untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
dengan menghitung laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal.
Menurut Tungaal (2008) Langkah-langkah untuk menghitung EVA adalah:
a. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
NOPAT merupakan laba operasi perusahaan dari suatu current operating yang
merupakan laba usaha setelah dikurangi beban pajak.Pajak yang digunakan dalam
perhitungan EVA adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
penciptaan nilai tersebut.
Rumus : NOPAT = laba bersih + Biaya Bunga………..(5) b. Menghitung Invested Capital (IC)
IC merupakan jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka
pendek tanpa bunga, seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar,
hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya. IC dapat dirumuskan
sebagai berikut :
IC = Kas + working capital requirement+ aktiva tetap………(6)
c. Menghitung Weight Average Cost of Capital (WACC)
WACC merupakan jumlah biaya dari masing-masing komponen modal,
misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang (cost of debt)
serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan
proporsinya dalam struktur modal perusahaan, dan WACC dirumuskan sebagai
beriku :
WACC = {(D x rd) (1 –Tax) + (E x Re)}……….(7)
Keterangan
D = Tingkat modal dari hutang Rd = Biaya hutang
Tax = Pajak
E = Tingkat modal dari ekuitas Re = Biaya ekuitas
d. Menghitung Capital Charges (CC)
CC adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas
risiko usaha dari modal yang ditanamkannya. CC dapat dirumuskan sebagai
berikut :
e. Menghitung EVA
EVA merupakan laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal
(capital charges) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA
dapat dirumuskan sebagai berikut :
EVA = NOPAT –Capital Charges………....(9)
Konsep EVA dijelaskan dari tiga ukuran yang dapat digunakan dalam
menilai kinerja perusahaan yaitu:
1) Jika EVA > 0, menunjukan terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja
keuangan perusahaan baik.
2) Jika EVA = 0, menunjuakan posisi impas perusahaan.
3) Jika EVA > 0, menunjukan tidak terjadi proses nilai tambah perusahaan, yang
mengakibatkan laba yang ada tidak bisa memenuhi harapan investor,
sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak baik.
3.5. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan metode panel least
square dengan menggunakan pembobot cross section weight, tujuan adalah untuk
mengurangi heterogenitas antar unit cross section dan menggunakan metode
coefisien covarian white periode untuk mengestimasi covarian yang akan
menghasilkan general heterogenitas (Gujarati, 2003).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel
dan E-views 6.
3.5.1 Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas dan economic value added
terhadap harga saham dilakukan analisis regresi data panel dan pengujian
hipotesis menggunakan uji F (Simultan), uji T (Parsial) dan R2 (koefisien
determinasi)
a. Regresi data panel
Regresi data panel (pooled data) merupakan gabungan antara data cross
section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan
dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series adalah
Dalam persamaan garis regresi yang bertindak sebagai variabel dependen
adalah harga saham, sedangkan variabel independen diwakili oleh Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per
Share (EPS) dan Economic ValueAdded (EVA).
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
Yit = α + ROAit + ROEit + NPMit + EPSit + EVAit + εit………(10)
i = 1,2,……N ; t = 1,2,……T
Dimana:
ROA = Return on Asset
ROE = Return on Equity
NPM = Net Profit Margin
EPS = Earning Per Share
EVA = Economic Value Added α = intercept (konstanta regresi)
ε = error term
N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu
b. Uji Simultan (Uji-F)
Uji simultan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen. Rumusan hipotesis untuk menguji
pengaruh variabel bebas terhadap variabel independen secara simultan adalah
sebagai berikut :
Ho: Model tidak layak (variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel tidak bebas)
Ha: Model layak (variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel tidak bebas)
Pada penelitian ini terdapat nilai P value yang dibandingkan dengan α sebesar
0,05. Kriteria penerimaan menggunakan nilai Ho, Apabila hasil Ho menunjukkan
nilai> 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan Ho diterima. Sedangkan apabila
hasil Ho menunjukkan nilai < 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak.
c. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t bertujuan untuk menunjukan seberapa besar pengaruh satu variabel
individu secara parsial dalam menerangkan variabel dependen.Bentuk
Rumusan hipotesis untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel
independen secara parsial adalah sebagai berikut :
Ho: Variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel tidak bebas
Ha: Variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak
bebas
Pada penelitian ini terdapat nilai P value yang dibandingkan dengan α = 0,05.
Kriteria penerimaan menggunakan nilai Ho apabila hasil Ho menunjukkan nila >
5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan Ho diterima. Sedangkan apabila hasil Ho
menunjukkan nilai < 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak.
d. Koefisien Determinasi (R Square)
Nilai R2 menunjukkan seberapa besar model mampu menjelaskan variabelitas
variabel independen. Dimana R2 adalah koefisien determinasi yang artinya
besarnya pengaruh variabel independen X1, X2, X3, X4 dan X5 seacra
bersama-sama terhadap variabel dependen (Y).
e. Variabel Dominan
Untuk melihat variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi
harga saham pada penelitian ini terlebih dahulu melakukan perhitungan dengan
membakukan koefisien, agar hasilnya tidak bias karena satuan koefisien
berbeda-beda.
Koefisien X yang paling besar bukan berarti memilki pengaruh yang besar
terhadap Y karena satuan koefisien regresi tergantung satuan peubah respon Y dan
satuan peubah bebas ke-x. Jadi, untuk mengkaji realtif pentingnya masing-masing
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan yang dijadikan dalam penelitian ini adalah perusahaan semen
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk, PT Semen Gresik Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk.
4.1.1 PT Semen Gresik Tbk
PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 agustus 1957 oleh
Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun.
Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual
40 juta lembar saham kepada masyarakat. Pada bulan September 1995, perseroan
melakukan penawaran umum terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi
kepemilikan saham menjadi Negara RI 65% dan masyarakat 35%, Tanggal 15
Semen Tonasa, yang kemudian dikenal dengan nama Semen Gresik Group
(SGG).
Pada tanggal 17 September 1998, Pemerintah melepas kepemilikan
sahamnya di SGG sebesar 14% melalui penawaan terbuka yang dimenangkan
oleh Cemex S.A. de C.V., perusahaan semen global yang berpusat di Mexico.
Komposisi kepemilikan saham kembali menjadi Negara RI 51%, masyarakat
35%, dan cemex 14%. Pada tanggal 30 September 1999, komposisi kepemilikan
saham kembali berubah menjadi Negara RI 51%, masyarakat 23.5% dan Cemex
25.5%.
Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex S.A. de
C.V. pada Blue Valley Holdings PTE Ltd, sehingga komposisi kepemilikan
saham sampai saat ini berubah menjadi Negara RI 51.01%, Blue Valley Holdings
PTE Ltd. 24.90% dan masyarakat 24,09%. Kapasitas terpasang riil SGG sebesar
16.92 juta ton semen per tahun, dan menguasai 46% pangsa pasar semen
domestik.
a. Visi Perusahaan
Menjadi Perusahaan Persemenan Terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara.
b. Misi Perusahaan
1) Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya yang
berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan.
2) Mewujudkan manajemen perusahaan yang berstandar internasional dengan
menjunjung tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan serta bertindak
proaktif, efisien dan inovatif dalam setiap karya.
3) Meningkatkan keunggulan bersaing dalam industri semen domestik dan
internasional.
4) Memberdayakan dan mensinergikan unit-unit usaha strategik untuk
meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
5) Mengembangkan komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan pemangku
kepentingan (stakeholders) terutama pemegang saham, karyawan dan
masyarakat sekitar.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah produsen semen berkualitas
yang terkemuka di Indonesia sejak tahun 1975. Lebih dari satu dekade lalu,
HeidelbergCement Group yang berbasis di Jerman menjadi pemegang saham
mayoritas Indocement.
Dua belas pabrik Indocement berada di 3 lokasi yaitu Bogor, Cirebon, dan
Kotabaru. Kompleks Pabrik Citeureup Bogor, Jawa Barat, merupakan salah satu
pabrik semen terbesar di dunia yang mengoperasikan 9 pabrik dengan kapasitas
produksi terpasang sebesar 11,9 juta ton semen per tahun. Dua kompleks pabrik
lainnya berlokasi di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dengan dua pabrik dan
Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan dengan satu pabrik. Total kapasitas
produksi terpasang Perseroan adalah 18,6 juta ton semen per tahun.
Beberapa jenis produk semen yang dipasarkan dengan merek “Tiga Roda”
adalah Portland Composite Cement, Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan
Tipe V, Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement), Semen Putih (White Cement)
dan TR30 Acian Putih. Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen
Putih di Indonesia. Berbeda dari OPC, produk PCC yang diperkenalkan pada
2005, memiliki rasio klinker yang lebih rendah. Penggunaan bahan baku alternatif
menciptakan daya tahan lebih baik dan memberikan perlindungan optimal
terhadap pengaruh erosi akibat cuaca maupun zat kimia. Hal ini efektif
mengurangi pemakaian energi serta emisi CO2 seiring dengan komitmen
Indocement untuk menjaga kelestarian lingkungan di seluruh wilayah operasinya.
Melalui anak perusahaannya, PT Pionirbeton Industri (Pionir), Indocement
menjadi penyedia beton siap-pakai (RMC) terkemuka di Jawa. Untuk mendukung
bisnis RMC, Perseroan memiliki dua bisnis agregat dengan estimasi cadangan 100
juta ton. Setelah diselesaikannya beberapa batching plant baru pada 2011, pangsa
pasar RMC tumbuh dengan pesat di pasar utama Jakarta dan Jawa Barat.
Indocement tetap mempertahankan program Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang bertitikberat pada
pemberdayaan berkelanjutan. Selain filantrop, kelaparan dan pengentasan
kemiskinan, CSR Indocement juga memberikan perhatian terhadap ketersediaan
lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, pelestarian satwa langka,
terbarukan dan lainnya. Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia
dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp62.765 miliar, pada 30 Desember 2011. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp58.716 miliar, menandakan
peningkatan 6,9%.
Pada akhir 2011 sebanyak 6.316 karyawan bekerja di Indocement dan anak
perusahaannya. Selama 2011, Indocement menjual lebih dari 16 juta ton semen
dan klinker, atau naik 15,2% dari 2010.
a. Visi Perusahaan
Kami berkecimplung dalam bisnis penyediaan bahan semen dan bahan
bangunan yang berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan
pembangunan berkelanjutan.
b. Misi Perusahaan
Pemain utama dalam bisnis semen domestic dan pemimpin pasar dibidang
beton siap pakai, agregat dan bisnis pasir dijawa.
4.1.3 PT Semen Holcim Tbk.
Holcim dikenal sebagai pelopor dan inovator di sektor industri semen yang
tercatat sebagai sektor yang tumbuh pesat seiring pertumbuhan pasar perumahan,
bangunan umum dan infrastruktur. Holcim satu-satunya produsen yang
menyediakan produk dan layanan terintegrasi yang meliputi 10 jenis semen, beton
dan agregat. Kini tengah dikembangkan usaha waralaba yang unik, yakni Solusi
Rumah, yang menawarkan solusi perbaikan dan pembangunan rumah dengan
biaya terjangkau dengan dukungan lebih dari 9.200 ahli bangunan binaan Holcim,
waralaba yang hingga pertengahan 2011 telah mencapai 351 gerai, dan staf
penjualan via telepon yang jumlahnya terus bertambah.
Produk semen Holcim dijual di lebih dari 9.000 toko bangunan di seluruh
Indonesia. Holcim Beton adalah perusahaan yang pertama memasarkan
SpeedCreter, produk beton cepat kering untuk membantu menghemat waktu
perbaikan jalan dan proyek pembangunan, sementara layanan pemesanan via
telepon MiniMix memudahkan konsumen mendapatkan produk beton jadi pada
hari yang sama. Holcim pula perusahaan pertama yang mengembangkan fasilitas
Kebutuhan untuk pasar utama Holcim, yaitu Pulau Jawa, dipasok dari dua
unit produksi utama dan satu stasiun penggilingan, dan semua unit ini mampu
berproduksi dengan kapasitas 8.265 juta ton pertahun. Saat ini sedang dibangun
unit produksi yang ketiga di Tuban, Jawa Timur, yang berkapasitas tahunan 1,7
juta ton dan direncanakan mulai berjalan pada tahun 2013. Kami mengoperasikan
banyak batching plant beton, dua tambang dan jaringan logistik lengkap yang
mencakup pula gudang dan silo.
Tim Geocycle kami menyediakan solusi total pembuangan limbah industri,
perkotaan dan pertanian bagi konsumen yang tidak ingin terbebani masalah
pengumpulan, penyimpanan dan pembuangan limbah berbahaya maupun limbah
tidak berbahaya. Reputasi Holcim kian meningkat, dan seiring dengan itu semakin
banyak perusahaan besar di sektor industri maupun pemerintah yang
memanfaatkan jasa kami. Konsultan Holcim bekerja dengan prinsip kurangi,
pakai kembali dan daur ulang dalam membantu perusahaan menekan produksi
limbah mereka. Geocycle mempelopori pembangunan instalasi pemusnahan gas
perusak ozon, CFC, dengan cara yang aman – fasilitas yang pertama di kawasan
Asia Tenggara. Holcim memperoleh kredit karbon dalam program Mekanisme
Pembangunan Bersih UNFCCC dengan memanfaatkan biomassa dalam proses
produksi semen karena langkah ini dapat mengurangi emisi CO2 yang muncul
dalam proses pembusukan jika limbah pertanian tersebut dibiarkan begitu saja.
Pada tahun 2010 pabrik semen Holcim di Cilacap menjadi salah satu dari
hanya dua badan usaha di Indonesia yang berhasil meraih penghargaan PROPER
Emas dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup – penghargaan tertinggi di
bidang manajemen limbah dan lingkungan hidup di Indonesia. Pabrik Holcim di
Narogong berhasil memperoleh peringkat PROPER Hijau. Pada tahun itu juga,
untuk ketiga kalinya, merek Holcim dianugerahi penghargaan tahunan Superbrand
– merek pilihan konsumen. Semua unit kerja perusahaan pada tahun 2010 mampu membukukan 6 juta jam kerja tanpa satu kali pun kecelakaan menimpa karyawan.
Pada tahun 2008 Holcim Indonesia menerima penghargaan tertinggi
kategori lingkungan hidup dalam ajang Penghargaan Laporan Pembangunan
Berkelanjutan National Corporate Social Responsibility (NCSR). Selain itu
kerja tahun 2008 dan penghargaan dari Du Pont/Warta Ekonomi sebagai
“Perusahaan Paling Peduli tentang keselamatan kerja pada tahun 2008, serta
menjadi satu-satunya perusahaan yang mendapat peringkat Emas bidang
manajemen keamanan dari Kepolisian Republik Indonesia.
a. Visi Perusahaan
Menyediakan kondisi berkehidupan yang sehat bagi masa depan masyarakat.
b. Misi Perusahaan
Holcim akan tumbuh dengan menyediakan solusi bangunan berkelanjutan
untuk segmen pelanggan tertentu, dan dengan mengembangkan potensi personil
dan masyarakat, berkat manajemen yang inovatif dan jaringan yang terpadu.
4.2. Analisis Rasio Profitabilitas
Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut. Alat analisis rasio ini dapat memberikan
gambaran baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan jika dibandingkan
dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. Rasio keuangan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas letak kekurangan dan kelebihan dari
perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya.
Pada umumnya, salah satu pertimbangan penting dalam menilai kinerja
perusahaan adalah dengan menilai kinerja perusahaan dengan melihat tingkat
keuntungan atau laba yang berhasil dicapai perusahaan. Beberapa alat yang pada
umumnya digunakan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan dan juga
mencerminkan tingkat kesejahteraan investornya adalah rasio keuangan yang
berbasis pendekatan laba diantaranya adalah ROA, ROA, NPM, EPS. Perhitungan
rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) terdapat pada lampiran 2.
4.2.1 Return On Asset (ROA)
ROA merupakan perbandingan antara laba bersih yang berhasil diperoleh
perusahaan terhadap total aset yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atas aset yang dikelola
dalam kegiatan operasional sehari-hari. Hasil perhitungan ROA pada ketiga
Gambar 3. Grafik Return On Asset (ROA) Sub Sektor Industri Semen yang Terdaftar di BEI
Sumber: Data diolah
Tingkat ROA yang telah dicapai PT Semen Gresik dan PT Indocement
Tunggal Prakarsa rata-rata mengalami penurunan setiap periodenya. Pada kuartal
III-2010, laba bersih semen gresik naik sebesar 8,09% dibandingkan periode sama
tahun lalu dan aset naik sebesar 0,84%. Laba bersih naik lebih besar dari pada aset
sehingga memperoleh penurunan nilai ROA pada kuartal III-2010 tersebut. hal ini
terjadi karena laba bersih yang diperoleh meningkat lebih besar dari pada aset
sehingga menyebabkan penurunan pada nilai ROA. Walaupun rata-rata nilai ROA
yang dihasilkan oleh PT Semen Gresik menurun tetapi secara teori nilai ROA
yang baik berada > 2% (Irham, 2012). Dan PT Semen Gresik memperoleh nilai
ROA yang baik karena memperoleh angka ROA > 2%.
ROA yang dicapai PT Indocement Tbk pada periode 2010 dari kuartal
I-IV mengalami peningkatan nilai ROA dari periode sebelumnya, hal ini terjadi
karena total aset yang diperoleh meningkat lebih tinggi dari laba bersih, dalam hal
ini perusahaan dapat mengelola aset yang dimilki sehingga perusahaan mampu
menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki. PT Holcim memperoleh angka
ROA yang paling rendah dibandingkan dengan kedua pesaingnya. Dan pada
kuartal 1-2009 PT Holcim memperoleh nilai ROA kurang baik yaitu sebesar
1,02% tetapi pada kuartal selanjutnya Holcim dapat memperoleh ROA yang baik
sebesar 3,67% artinya Holcim sudah mampu menghasilkan keuntungan atas aset
yang dikelola dalam kegiatan operasional sehari-hari.
4.2.2 Return on Equity (ROE)
ROE merupakan salah satu pengukuran rasio keuangan yang berbasiskan
yang ada. ROE dicerminkan melalui perbandingan antara laba bersih terhadap
ekuitas, semakin tinggi nilai ROE maka semakin baik pula kinerja perusahaan
dalam menciptakan keuntungan atas modal yang diserahkan investor. Hasil
perhitungan ROE PT Gresik, PT Indocement dan PT Holcim periode 2009-2011
kuartal I-IV dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Return On Equity (ROE) Sub Sektor Industri Semen yang Terdaftar di BEI
Sumber: Data diolah
Tingkat ROE pada PT Gresik Tbk pada periode 2010-2011 kuartal I rata-rata
mengalami penurunan dari kuartal periode sebelumnya. Pada kuartal I-2010
sebesar 7,34% dan kuartal I- 2011 sebesar 6,78%. Hal ini menunjukkan bahwa
laba bersih yang diperoleh meningkat lebih besar dari ekuitas. Pada kuartal I-2010
laba bersih yang diperoleh meningkat sebesar 0,85% dan ekuitas meningkat
sebesar 0,80%. Tingkat ROE PT Indocement Tbk pada periode 2009 mengalami
peningkatan dari kuartal I-IV, angka ROE tertinggi sebesar 25,71% pada kuartal
IV. Peningkatan ROE terjadi karena jumlah laba bersih meningkat kecil
dibandingkan dengan meningkatnya jumlah ekuitas yang tinggi. Pada tahun 2010
rata-rata terjadi peningkatan angka ROE dari periode sebelumnya tetapi pada
kuartal IV angka ROE yang diperoleh menurun dari 25,71 menjadi 24,66% pada
periode 2010. Hal ini terjadi karena jumlah ekuitas dari tahun sebelumnya
meningkat sebesar 0,81% sedangkan laba bersih meningkat sebesar 0,85% dan
untuk periode 2011 ROE PT Indocement rata-rata mengalami penurunan dari
periode sebelumnya sebesar 6,21% (kuartal I), 12,47% (kuartal II), 16,46%
(kuartal III) dan 22,89% (kuartal IV).
Tingkat ROE pada PT Holcim mengalami penurunan setiap periodenya. Pada
12,14%, tetapi pada akhir periode 2011 mangalami peningkatan nilai ROE yaitu
sebesar 14,12%. Hal ini menunjukkan perusahaan mengalami perbaikan kinerja
dalam pengelolaan atas ekuitas yang dimiliki sehingga laba bersih yang dicapai
cenderung mengalami peningkatan.
4.2.2 Net Profit Margin (NPM)
Perhitungan NPM perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.
Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga
akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Hasil perhitungan Net Profit Margin (NPM) PT Gresik, PT
Indocement dan PT Holcim periode 2009-2011 kuartal I-IV dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Net Profit Margin (NPM) Sub Sektor Industri Semen yang Terdaftar di BEI
Sumber: Data diolah
Tingkat NPM pada periode 2009-2010 PT Semen Gresik Tbk selalu
mengalami peningkatan. Pada akhir kuartal tahun 2009 angka NPM sebesar
23,12% dan pada 2010 meningkat menjadi 25,33%. Hal ini terjadi karena laba
bersih yang dihasilkan cenderung meningkat, pada kuartal IV-2010 meningkat
0,90% dan penjualan meningkat sebesar 1,00%. Sedangkan pada periode 2011
kuartal III dan IV tingkat NPM mengalami penurunan dari periode sebelumnya
sebesar 24,01% (kuartal III) dan 24,15% (kuartal IV), hal ini terjadi karena laba
bersih yang dihasilkan meningkat lebih besar dari pada penjualan, seperti laba
bersih yang dihasilkan pada kuartal III-2011 meningkat dari tahun periode