KOMODITI KAKAO BIJI PROPINSI SULAWESI TENGAH
M.R. YANTU
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ii
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi Model Ekonomi Wilayah
Komoditi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah ialah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Disertasi ini.
Bogor, Juni 2011
iii
M.R.YANTU. The Regional Economic Model for Cocoa Beans Commodity of
Central Sulawesi Province. Under Direction of BAMBANG JUANDA, HERMANTO SIREGAR, ISANG GONARSYAH, and SETIA HADI.
The aim of the study was to develop a model for the economy of Central Sulawesi Province that bases on cocoa beans commodity Methods of analysis used were R/C ratio, significance test, production function, scale analysis, price efficiency analysis, game theory, logit model, S-C-P model, marketing margin analysis, fixed effect model, constant market share, shift share analysis, Gini ratio, and Theil Index. Data used were time series data 1985 – 2008 by regency about cocoa, population, prices and consumer price index, GDRP, income and its distribution, GDP and population of Malaysia and USA. Furthermore primary data were used too. It was taken by purposive and un-proportional stratified random sampling technique, so that 160 farmers and 46 traders were interviewed. The study developed a model for Sulteng economy that bases cocoa beans commodity. Based on the model, the effect of demand side has been dominated growth of the region economy. On the contrary, in the world economic crisis, the supply side can be traded on. The study recommended (i) program of empowerment for farmers in field of market information; (ii) program of development for marketing institutional of cocoa beans at farm level; (iii) the export volume of cocoa beans to Malaysia shall be increased, so the subsidy policy for factor inputs indirectly like in the Cocoa Gernas Program shall be maintained until condition of farmers stand alone financially; (iv) the economic growth that was pushed by supply side shall be increased by planning of regional economic growth that base cocoa beans. The planning will empty into a training program of cultivation technology, time after cocoa harvest (pascapanen), and cocoa institutional. Finally, some continuation studies that will be made compulsory are (i) participatory research for model development of the cocoa marketing institutional at farm level; (ii) experimental research (game theory) for verifying institutional conclusions of this study; (iii) simulation study that will refer to natural resources (agro-ecology); and (iv) revision study for the regional economy model of cocoa beans that was developed in this study, especially block model II.
iv
M.R.YANTU. Model Ekonomi Wilayah Komoditi Kakao Biji Propinsi Sulawesi
Tengah. Dibawah Bimbingan BAMBANG JUANDA, HERMANTO SIREGAR, ISANG GONARSYAH, dan SETIA HADI.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan model ekonomi wilayah Sulteng berbasis komoditi kakao biji. Secara rinci penelitian ini bertujuan (i) menganalisis kelayakan usahatani kakao, dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitasnya; (ii) mempelajari struktur, tingkah laku dan efektivitas pasar kakao biji, serta keadaan kelembagaannya; (iii) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon produksi, volume ekspor, daya saing, dan jumlah penduduk miskin; (iv) menganalisis dampak perdagangan domestik kakao biji; dan (v) menganalisis dampak perdagangan internasional kakao biji.
Metode analisis adalah R/C, uji beda rata-rata, fungsi produksi, analisis skala usaha, analisis efisiensi harga, game theory, logit model; S-C-P model, analisis margin tataniaga; fixed effet model; constant market share, shift share analysis, Gini ratio dan Theil Index. Data yang digunakan adalah data sekunder periode 1985 – 2008 menurut kabupaten. Data yang dikumpulkan adalah luas areal tanam kakao, produksi dan harga kakao, penduduk, harga-harga dan IHK, PDRB, pendapatan dan distribusinya, dan GDP, penduduk serta kurs rupiah terhadap mata uang negara tujuan
ekspor. Selain data sekunder, data primer diambil dengan teknik purposive dan
unproportional stratified random sampling. Ada sebanyak 160 petani, dan 46 orang pedagang telah diwawancarai
Penelitian ini telah mengembangkan model ekonomi wilayah kakao biji Sulteng. Berdasarkan model tersebut, pengaruh tarikan sisi permintaan lebih dominan dibandingkan pengaruh dorongan sisi penawaran. Sebaliknya, dalam krisis ekonomi dunia, pengaruh dorongan sisi penawaran dapat diandalkan. Konfirmasi model tersebut dengan model makroekonometrik wilayah menunjukkan bahwa kebocoran ekonomi Sulteng melalui aktivitas ekonomi berbasis komoditi kakao biji kurang berdampak pada pengurangan jumlah penduduk miskin.
Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani kakao rakyat Sulteng layak, R/C> 1 (3,34 berdasarkan penerimaan riil dan 6,37 berdasarkan penerimaan potensial). Produktivitas usahatani tersebut tergolong rendah (riil, 285,06 Kg, dan potensial, 1,266.92 Kg) dan cenderung menurun. Produktivitas tersebut merespon secara positif harga kakao biji, harga kopi biji, kemajuan teknologi, dan tingkat inflasi. Sebaliknya produktivitas tersebut merespon negatif upah buruh tani dan tingkat bunga bank. Adapun peubah-peubah faktor produksi berpengaruh tidak sesuai harapan.
v
indeks harga konsumen Malaysia, dan indeks harga konsumen AS dalam beda kala satu tahun. Indeks harga kedua negara tujuan elkspor tersebut bertanda positif tidak sesuai harapan sebenarnya memperkuat kenyataan bahwa permintaan kakao biji merupakan permintaan turunan. Sebaliknya, volume ekspor tersebut dipengaruhi secara negatif oleh GDP kedua negara tujuan ekspor tersebut.
Integrasi pasar kakao biji dalam jangka pendek tidak saja lemah, tetapi juga dalam derajad integrasi yang tidak nyata secara statistik. Bahkan, pasar kakao biji di di tingkat petani dengan pasar domestik kakao biji kabupaten tersegmentasi. Sebenarnya, hal ini disebabkan oleh struktur pasar kakao biji di tingkat petani yang oligopsoni.
Dalam struktur pasar yang oligopsoni, informasi menjadi asimetri bagi petani, sehingga untuk mendapatkan informasi dan bantuan dana, petani membangun kerjasama dengan pedagang. Kerjasama tersebut melembaga dalam bentuk prinsipel – agen, dan memiliki biaya kontrak (bonus-imbalan dana panjar) yang tinggi (40%). Jadi, pasar kakao biji Sulteng belum efektif di mana bagian harga yang diterima
petani (83,63%) masih harus dipotong dengan biaya kontrak (bonus). Hal ini
menyebabkan petani sulit keluar dari kondisi kemiskinan. Di desa-desa sampel, rumah tangga miskin masih berada di atas 20 persen.
Daya saing kakao biji dipengaruhi secara positif dan nyata secara statistik oleh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji, harga kakao biji di tingkat petani, bunga bank, inflasi dan jumlah pengangguran. Selanjutnya, distribusi pendapatan dipengaruhi secara terbalik dan nyata secara statistik oleh daya saing kakao biji, tingkat pertumbuhan ekonomi Sulteng, kenaikan pengangguran, dan pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji. Terakhir, jumlah rumah tangga miskin dipengaruhi secara terbalik dan nyata secara statistik oleh peningkatan daya saing kakao biji, pertumbuhan ekonomi, kenaikan pengangguran, dan pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji.
Penelitian ini merekomendasikan pertama, dalam rangka meningkatkan integrasi pasar, maka seyogyanya pemerintah (a) mengadakan program pemberdayaan petani dalam aspek informasi pasar, dan (b) memfasilitasi pengembangan kelembagaan pemasaran kakao biji di tingkat petani. Kedua, kinerja perdagangan dengan Malaysia ditingkatkan. Untuk itu, kebijakan subsidi input faktor secara tidak langsung seperti dalam Gernas kakao dapat dipertahankan sampai pada situasi di mana petani mandiri dari aspek dana. Ketiga, pertumbuhan ekonomi melalui dorongan sisi penawaran ditingkatkan melalui perencanaan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan propinsi berbasis kakao biji Perencanaan tersebut bermuara pada program pelatihan teknologi budidaya, pascapanen, dan kelembagaan kakao.
Beberapa penelitian lanjutan yang disarankan ialah (i) penelitian partisipatif pengembangan model kelembagaan pemasaran kakao di tingkat petani; (ii) penelitian
eksperimental (game theory) untuk menguji kesimpulan-kesimpulan tentang
kelembagaan dalam penelitian ini; (iii) penelitian (simulasi) berbasis sumberdaya alam (agroekologi); dan (iv) revisi blok model makroekonometrik wilayah.
vi
© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
vii
MODEL EKONOMI WILAYAH
KOMODITI KAKAO BIJI PROPINSI SULAWESI TENGAH
M. R. YANTU
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
viii
Nama : M.R. Yantu
NRP : P063020021
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Ketua Anggota
Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah Dr. Ir. Setia Hadi, M.S Anggota Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Dekan Sekolah Pascasarjana Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
ix Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup
1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS
(Ketua Program Studi Agribisnis, Pascasarjana IPB)
2.
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS(Staf Pengajar pada Departemen ESDL FEM IPB dan pada Program Studi Ilmu - ilmu Perencanaan Pem - bangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pasca - sarjana IPB)
Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka
1. Dr. Ir. Nizwar Syafaat, MS
(Direktur Litbang PT. Sang Hyang Sri, dan Alumni Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana IPB) 2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
x
Dengan rahmat Allah SWT, Disertasi Model Ekonomi Wilayah Komoditi
Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah dapat dirampungkan penulis. Disertasi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Doktor pada program studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana IPB. Komoditi kakao biji merupakan komoditi andalan subsektor perkebunan secara khusus dan sektor pertanian secara umum dalam perekonomian Sulteng. Karena Sulteng adalah propinsi pemasok utama kakao biji nasional, dan kakao biji diperdagangkan secara meluas di pasar dunia. Penelitian dalam tema ini diselenggarakan karena kurangnya penelitian-penelitian yang mengkaji kaitan komoditi tersebut dengan perekonomian Sulteng.
Disertasi ini terdiri atas 8 bab, yaitu (i) pendahuluan, (ii) tinjauan pustaka, (iii) metodologi; (iv) gambaran umum wilayah Sulawesi Tengah, (v) kinerja usahatani kakao rakyat Sulawesi Tengah; (vi) model ekonometrik perdagangan kakao biji Sulteng; (vii) model makroekonometrik wilayah; dan (viii) penutup. Sebagian Bab VI telah diringkas dan diberi judul Integrasi Pasar Kakao Biji Perdesaan Sulteng dengan Pasar Kakao Biji Dunia, dan dipulikasikan dalam Jurnal Agro Ekonomi PSE, JAE Vol. 28 No. 2, Oktober 2010 (jurnal terakreditasi).
Penelitian ini memanfaatkan data primer dan sekunder kurun waktu 1985– 2008 menurut kabupaten (terdapat 9 kabupaten). Hingga 1999, Sulteng hanya 4 kabupaten dan 1 kota. Untuk mendapatkan data lengkap dilakukan identifikasi hingga ke kecamatan. Data yang tidak tersedia diadakan dengan teknik intra-, inter- dan exstra-polasi. Data daya saing kakao biji tidak tersedia, dan data distribusi pendapatan hanya satu titik waktu. Untuk mendapatkan data daya saing dilakukan
dengan substitusi model CMS dengan SSA. Untuk mendapatkan data distribusi
dilakukan dengan kombinasi model Gini Ratio dan Theil Index. Hasil kombinasi kedua model tersebut telah diringkas dan diberi judul The Model Development for Income Distritution in Regional Economy that Bases Agriculture: A Case Study of Economy of Central Sulawesi Province. Artikel tersebut akan diajukan untuk dipublikasikan pada UTIP Working Paper, University of Texas Inequality Project.
Penelitian ini telah mengembangkan model ekonomi Sulteng berbasis kakao biji. yang menunjukkan bahwa pengaruh tarikan sisi permintaan lebih dominan. Sebaliknya, dalam krisis ekonomi dunia, pengaruh dorongan sisi penawaran dapat diandalkan dalam mempertahankan kinerja ekonomi. Konfirmasi dengan model makroekonometrik wilayah menunjukkan bahwa kebocoran dalam ekonomi Sulteng menyebabkan penurunan yang sangat lambat dari jumlah penduduk miskin.
Semoga disertasi ini bermanfaat secara khusus dalam perencanaan pengembangan kakao biji dalam mendukung perekonomian Sulteng, dan secara umum pengembangan ilmu-ilmu perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan. Untuk penyempurnaannya, penulis mengharapkan kritik dan saran. Terima kasih.
xi
Penulis menghaturkan puji syukur yang mendalam ke hadirat Allah SWT,
karena sesungguhnya hanya berkat rahmat, inayah dan hidayahNYA, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan disertasi ini. Dalam penulisan disertasi ini, penulis diarahkan oleh tim komisi pembimbing. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang mendalam kepada Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Bambang Juanda, MS, Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Hermanto Siregar, M.Ec, Bapak Prof. Dr. Ir. Isang Gornarsyah, dan Bapak Dr. Ir. Hi. Setia Hadi, M.S, yang berturut-turut ketua dan anggota-anggota komisi, atas bimbingan dan arahan selama penulisan disertasi ini. Selain itu, penulis juga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas salah dan khilaf, terutama ketidakkonsistenan dalam menepati jadwal pertemuan-pertemuan dalam rangka penyelesaian disertasi ini.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang mendalam secara berturut-turut kepada Yth Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS (penguji luar komisi pada ujian tertutup), Dr. Ir. Nizwar Syafaat, MS dan Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim. M.Ec (penguji luar komisi pada ujian terbuka) yang telah memberikan masukan, kritik dan saran untuk penyempurnaan disertasi ini.
Penghargaan dan terima kasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi ini, sebagai berikut :
(i) Rektor, Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Jurusan Agribisnis, dan Ketua
Lembaga Penelitian pada Universitas Tadulako beserta staf yang telah memberikan kesempatan (tugas belajar) kepada penulis, dan bantuan finansial serta administrasi selama proses pendidikan. Secara khusus, Bapak Drs. Hi. Sahabuddin Mustapa, M.Si, mantan Rektor UNTAD yang telah memberikan tugas belajar kepada penulis. Juga, kepada Rektor UNTAD yang baru, Prof. Dr. Ir. Muh. Basir Cyio, SE, MS (mantan Dekan FAPERTA UNTAD) yang memberikan dorongan dalam penyelesaian studi.
(ii) Prof. Dr. Ir. Hi. Edi Guharja, MSc (IPB), Prof. Dr. Ir. Hi. Lutfi Ibrahim
xii
(iii) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa
BPPS kepada penulis dalam program pendidikan pascasarjana program Doktor di IPB.
(iv) Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta staf administrasi atas
bantuan dan fasilitas yang telah diberikan selama proses pendidikan.
(v) Pimpinan Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan (PWD) beserta staf pengajar dan administrasi atas perhatian, dorongan motivasi dan dukungan fasilitas selama proses pendidikan. Secara khusus, dosen yang sempat mengajar penulis berturut-turut Prof. Dr. Ir. Hi. Affendi Anwar, MSc, Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah, Prof. Dr. Ir. Hi. Hermanto Siregar, MEc, Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc, Prof. Dr. Ir. Hi. Bambang Juanda, MS, Dr. Ir. Hi. R.Sunsun Syaifulhakim, M.Agr, dan Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr, atas curahan ilmu dan diskusi yang hangat dalam perkuliahan. Juga kepada Mbak Elva, SE, (Sekretaris Pimpinan Program).
(vi) Prof. Dr. Ir. Hi. Affendi Anwar, MSc (IPB), ketua program studi PWD pada
saat penulis mendaftar masuk mahasiswa program magister dan juga pada program doktor, dan penguji pada ujian Preliminasi Lisan, atas saran-saran kritis terhadap penyempurnaan metodologi penelitian untuk disertasi ini.
(vii) Para mantan Dekan FAPERTA UNTAD, secara khusus Bapak Ir. Hi.
Burhanuddin Samad, SH yang telah mengesahkan berkas administrasi (pengajuan permohonan kuliah lanjut) bagi penulis. Juga, kepada Dekan FAPERTA UNTAD yang baru, Prof. Dr. Ir. Hi. Alam Anshary, MS. dan Kajur Agribisnis yang baru Ir. John Tomy, M.Si. Terakhir, kepada para mantan Ketua Jurusan Sosek/Agribisnis (Prof. Dr. Ir. Made antara, MP dan Ir. Hadayani, MS) dan mantan Sekjur Sosek (Ir. Abdul Muis, MP) atas informasi administrasi di tingkat jurusan.
(viii) Teman-teman yang telah membantu pengumpulan data, baik primer maupun
xiii
Asdi, SP, MSi (Badan Ketahanan Pangan Sulteng), Fadli, SP, MSi (UNSAM), Eren, SP, MSi (NTT); Elton Paudi (PAN Sulteng), Marlina Paudi, SE (BAPPEDA Parimo), Asdedy, SP dan Kasman Napu, SP (keduanya alumni SOSEK FAPERTA UNTAD), dan Muh. Fadly Mustapa (Muth - asisten pribadi yang bersedia menemani peneliti ke semua desa sampel melintasi hutan tanpa mengeluh sedikit pun). Terakhir, Mas Tatan Suwitka, SP, MSi atas sharing informasi virus asing dan domestik.
(ix) Teman-teman yang selalu dan terus menerus memberikan motivasi dan
dorongan dalam penyelesaian studi penulis, berturut-turut Bapak Ir. Hi. Masril Bustami, MSc (Mantan Dekan FAPERTA UNTAD), Prof. Dr. Ir. Muh. Basir Cyio, SE, MS (mantan Dekan FAPERTA UNTAD, dan Rektor UNTAD saat ini), Prof. Ir. Hi. Muh. Salim Saleh, MP (Wadek Bidang Akademik FAPERTA UNTAD), Prof. Dr. Ir. Mahfud, MP (mantan Wadek Bidang Administrasi Keuangan Faperta UNTAD), Prof. Dr. Ir. Hj. Marhawati Mappatoba, MT (Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir/Lautan); Ir. Hadayani, MS (Mantan Kajur Sosek Faperta UNTAD), Ir. Abd. Kadir Paloloang, MP (Mantan Wadek Bidang Akademik Faperta UNTAD), Sisfahyuni, SP, MSi (UNTAD); Ludin Yunding, SP, MP (UNISMUH), A.Aris, SP, MSi (Kementerian Kelautan dan Perikanan), Luh Putu Suciati, SP, M.Si (Suci - UNEJ), Taufik, SP, M.Si (DISBUN Sulteng); Ir. Ketut Rembun (DISTANAK Sulteng), Syaifuddin Abdullah, S.Sos (Dadang - Pemkab Gorontalo), Kartin Abdullah, ST, MMT (Popi - Pemkab Gorut).
(x) Pemerintah Kabupaten Parimo Propinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah
Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo, dan Pemerintah Propinsi Gorontalao atas bantuan dana penelitian.
(xi) Pimpinan dan Staf berturut-turut Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
xiv
Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, atas izin survai dan pengambilan data sekunder.
(xii) Pimpinan BPS Indonesia, secara khusus Bapak Dr. Ir. Slamet Sutomo, MS,
Deputi Bidang Analisis Neraca, dan Bapak Erisman, MS, Kadit Statistik Tanaman Perkebunan. Juga, Koordinator Perpustakaan BPS Sulteng, Pak Lahmudin, atas bantuan pengambilan data sekunder.
(xiii) Direktur Statistik Tanaman Perkebunan DITJEN Perkebunan DEPTAN atas
bantuan pengambilan data statistik perkebunan, secara khusus tanaman kakao. Juga, Mbak Yaty Nuryaty, SP, MS (Kementerian Perdagangan dan Industri) atas email data harga-harga kakao biji dunia.
(xiv) Dewan Redaksi Jurnal PSE beserta Staf Editor yang bersedia menerima,
memberikan rekomenasi, dan menerbitkan sebagian magteri yang diajukan untuk dipublikasikan, secara khusus Dr. Ir. S. Sumaryanto, MS (Ketua Dewan Redaksi) dan Ibu Dra. Tita Dvijati Permata, MSi (Editor). Juga kepada Pimpinan dan Staf Perpustakaan PSE yang senantiasa memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis. Secara khusus, Pak Agus (pensiunan), Pak Edi, Pak Rahmad, Ibu Yani Riani, dan Ibu Sofiah Syarief.
(xv) Pimpinan DPP ASKINDO, secara khusus Bapak Is Darmawan, MBA (Wakil
Ketua) atas sharing diskusi tentang ekspor kakao, dan juga atas kiriman buku-buku Kiat Ekspor (ditulis sendiri oleh beliau) ke Jurusan Agribisnis FAPERTA UNTAD. Juga Pimpinan dan Staf DPW ASKINDO Sulteng, Bapak Ir. Tony Mangitung atas informasi perkembangan ekspor kakao asal Sulteng, dan Ibu Ima staf admistrasi atas informasi awal yang diberikan.
Juga, staf ahli ASKINDO Sulteng Ir. Muslimin, MP (UNTAD), atas sharing
diskusi tentang teknologi pascapanen kakao.
(xvi) Kepala Desa Petimbe Kecamatan Palolo, Kepala Desa Sejahtera Kecamatan
xv dalam fasilitasi pengumpulan data primer.
(xvii) Ketua-ketua kelompok tani dan petani-petani kakao responden di desa-desa
sampel serta pedagang responden di semua jenjang, termasuk eksportir di Kota Palu yang semuanya telah bersedia memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan peneliti.
(xviii) Teman-teman di Prog. Studi PWD, berturut-turut Dr. Ansofino, MSi
(UNISMUH Sumbar); Ir. Elan Masbulan, MP (DEPTAN); Dr. Ir. N. Utari Vipriyanti, MSi (Universitas Mahasaraswati); Dr. Askar Jaya, SE, MS (Pemprop Jambi); A.Aris, SP, MSi (Kementerian Kelautan dan Perikanan), H.A.Mubarok, SE, MSi (UIKA); Mahyudin, SP, M.Si (UNHAS); Amir Halid, SP, M.Si (UNG), Luh Putu Suciati, SP, MSi (Suci - UNEJ) dan Andi
Darmawati Tombolututu, SE, MSi atas kebersamaan dan sharing diskusi
selama ini.
(xix) Teman-teman yang berhimpun dalam HIMPAST Bogor berturut-turut :
xvi
seru di Asrama HIMPAST.
(xx) Sahabat-sahabat jamaah Masjid Al Muhajirin Tegal Gundil Bogor, secara
khusus Bapak Hi. Karim Baesuni, S.PdI (Imam Masjid) dan Bapak Ustadz Hi. Zarkasi yang senantiasa memelihara tali silaturrahim melalui kunjung mengunjungi dan diskusi-diskusi agama singkat setiap dua mingguan.
(xxi) Kel. Bapak Abd. Kohar (tetangga dekat) dan Kel. Bapak Hi. Ahadiat (Ketua
RT) yang telah menganggap dan memperlakukan penulis sebagai kerabat dekat.
Dalam kesempatan ini pula, penulis menyampaiikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada Ayahanda Rahman D. Yantu (almarhum)
yang semasa hidupnya telah mengndoktrinasi penulis sedemikain rupa, sehingga
penulis memiliki himmah dalam menempuh jalur hidup sebagai seorang akademisi,
dan menyelesaikan penulisan disertasi ini (syarat dalam memperoleh gelar tertinggi dalam pendidikan di perguruan tinggi). Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa beliau, melipat-gandakan amalan baik beliau, melapangkan dan menerangi liang lahad beliau, dan menempatkan arwah beliau dengan arwah para suhada, Amin !
Doa, perhatian dan kasih sayang yang terus menerus, serta dukungan moril spiritual dan material finansial, penulis telah terima dari ibunda, serta kakak-kakak
yang tercinta, yang semuanya sangat berharap si bungsu bisa menyelesaikan
xvii
Almarhumah Ibunda Hj. Sartje Ahmad-Ma’ruf, yang keduanya semasa hidup senantia memberikan nasihat dan doa kepada keluarga penulis, dan senantiasa mendampingi Istri dan anak-anak penulis, sejak penulis memulai kuliah di jenjang S3. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka, melipatgandakan amalan baik mereka, melapangkan dan menerangi liang lahad mereka, serta menempatkan arwah mereka dengan arwah para suhada, Amin !
Penghargaan yang mendalam dan ucapan terima kasih yang istimewa, penulis tujukan kepada Adinda Ir.Molly Ramlah Ahmad, MM (mantan istri tercinta) atas dorongan motivasi dan dukungan moril dan material, serta bimbingan terhadap anak-anak selama penulis dalam proses pendidikan. Kepada putra-putri tercinta, Rahayu Robiyah Veybe Putri M.Yantu (15 tahun), Ramaway Rojiah Juybe Putri M.Yantu (11 tahun), dan Alif Yaa Putra M.Yantu (5 tahun) yang senantiasa memberikan perasaan, geli, senang , gembira dan himmah kepada penulis, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terkira, dan senantiasa mendoakan, kiranya ketiganya bisa mendapatkan rahmat, hidayah dan inayah dari Allah SWT, sehingga bisa mendapatkan umur yang panjang, kesehatan yang memadai, pendidikan yang tinggi dan amalan yang baik, Amin !
Semoga kiranya Insya Allah, Allah SWT membalas berlipatganda budi baik semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian disertasi ini, baik yang telah disebutkan di atas maupun yang tidak sempat disebutkan oleh penulis, Amin ! Bagi pihak yang tidak sempat disebutkan, penulis mohon maaf yang tak terhingga, dan Allah Mahatahu. Terima kasih, wassalam.
Bogor, Juni 2011
xviii
MARWAN RAHMAN YANTU dilahirkan di Gorontalo pada 2 Juni 1961, anak terakhir dari 5 bersaudara. Ayahanda, Rahman Doka Yantu (almarhum) dan Ibunda, Bokie Mariam Paudi
Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas (SMA) di SMAN Kabila Kabupaten Gorontalo tahun 1982, penulis mengikuti pendidikan sarjana S1 di Jurusan Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi di Manado, dan selesai tahun 1987. Penulisan Skripsi dan Karya Ilmiah dibawah bimbingan Prof. Ir. F.H.M. Wokas (alamarhum) dan Ir.A.O.D. Pangaila. Pendidikan Magister diselesaikan tahun 1991 di Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Program Pascasarjana IPB (KPK UNSRAT). Penulisan Tesis dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hi. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc (IPB), Prof. Dr. Ir. J.W.P. Mandagi, MSc (UNSRAT), dan Prof. Dr. M. Wullur, MS (UNIMA). Tahun 2002 mendaftar Program Doktor pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Program Pascasarjana IPB dengan beasiswa yang disponsori oleh BPPS.
Tahun 1983 – 1988, penulis menjadi staf programmer pada Pusat Komputer Universitas Sam Ratulangi. Tahun 1988 – 1991 ditugasbelajarkan untuk Analis Sistem Pengembangan Wilayah dengan beasiswa yang disponsori oleh TMPD, atas inisiatif Prof. Dr. Ir. Hi. Edi Guharja, MSc, Dekan Fakultas Pascasarjana IPB waktu.itu. Tahun 1991 – 1995 penulis bertugas sebagai analis sistem bidang pengembangan wilayah di Pusat Komputer Universitas Sam Ratulangi, dan menjadi staf pengajar (luar biasa) di Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi. Tahun 1995 – kini, penulis tercatat sebagai staf pengajar tetap dan peneliti pada Fakultas Pertanian Universitas Tadulako di Palu. Sebelum tugas belajar, penulis bertugas di Kelompok Ilmu-ilmu Analisis Kuantitatif (Laboratorium.Komputasi dan Analisis Kuantitatif), Jurusan Sosek (Agribisnis). Sejak 2003, memangku jabatan fungsional (nonaktif) Lektor Kepala Pengembangan Wilayah.
Dalam aktivitas penelitian, penulis berkonsentrasi pada ekonomi wilayah dengan bidang ketahanan pangan, dan kemiskinan. Dalam aktivitas pengabdian pada masyarakat, beberapa kegiatan yang penulis ikuti (i) tim ahli manajemen Bimas Intensifikasi Sulteng (1997); (ii) tim penyuluh agribisnis Harian Mercusuar Palu (1998 – 1999); (iii) tim ahli program Gema Bangdesa Sulteng (1998 – 1999); (iv) tim penyusun Visi Misi Kota Palu (1999); (v) narasumber free-lance agribisnis Sulteng (1999 – 2000); (vi) tim teknis Bimas Intensifikasi Sulteng (1998 – 2001); (vii) tim pengamat pelatihan perencanaan pembangunan perdesaan di kawasan Pegunungan Dieng (2002); dan (viii) tim pengamat pelatihan perencanaan
pembangunan community berbasis partisipasi di Pulau Tidung Kepulauan Seribu
(2004).
xix
Hal.
DAFTAR TABEL... xxiii
DAFTAR GAMBAR... xxx
DAFTAR LAMPIRAN... xxxiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.1.1 Identifikasi Masalah ... 4
1.1.2 Batasan dan Rumusan Masalah... 7
1.2 Tujuan Penelitian ... 10
1.3 Manfaat Penelitian... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA... 13
2.1 Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Kakao ... 13
2.1.1 Produksi dan Penawaran Kakao Biji Indonesia ... 13
2.1.2 Kelembagaan dan Ekspor Kakao Biji Indonesia... 17
2.1.3 Konsumsi, Permintaan dan Impor Kakao Indonesia ... 20
2.1.4 Komoditi Kakao dalam Perekonomian Wilayah ... 22
2.2 Tinjauan Teoritis untuk Pendekatan Masalah... 23
2.2.1 Fungsi Produksi Komoditi Kakao ... 23
2.2.2 Fungsi Permintaan Komoditi Kakao Biji... 39
2.2.3 Penawaran Ekspor Kakao Biji Di Pasar Dunia ... 41
2.2.4 Kelembagaan Kakao ... 50
2.2.5 Game Theory untuk Kelembagaan Kakao, Prinsipal–Agen (Petani- Pedagang)... 55
2.2.6 Sistem Tataniaga Komoditi Kakao Biji ... 63
2.2.7 Ekonomi Wilayah ... 67
2.2.8 Pengembangan Wilayah dalam Konteks Ekonomi Wilayah... 117
2.2.9 Model Ekonometrik untuk Hubungan Nilai Produksi Kakao Biji, Kinerja Ekonomi Wilayah, Pendapatan Per Kapita, dan Kemiskinan 128
III. METODOLOGI ... 155
xx
3.3.1 Analis Kelayakan Usahatani Kakao... 162
3.3.2 Analisis Kelembagaan Kakao Biji ... 173
3.3.3 Pendekatan Game Theory untuk Kelembagaan Prinsipel-Agen.. 175
3.3.4 Model S-C-P... 180
3.3.5 Model Ekonometrik Hubungan antara Nilai Produksi Kakao Biji Biji, Nilai Perdagangan Bersihnya dan Kinerja Ekonomi Wilayah 182 3.3.6 Substitusi Model untuk Analisis Daya Saing Kakao Biji Wilayah 232 3.3.7 Perkawinan Model untuk Distribusi Pendapatan... 235
3.3.8 Validasi Model ... 240
3.4 Spesifikasi Data ... 241
3.4.1 Data Primer dan Teknik Penarikan Sampel ... 242
3.4.2 Data Sekunder ... 257
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH SULAWESI TENGAH ... 265
4.1 Keadaan Biofisik ... 266
4.1.1 Keadaan Geografis ... 266
4.1.2 Sumberdaya Lahan Pertanian ... 284
4.1.3 Iklim ... 295
4.2 Fisik ... 297
4.2.1 Jaringan Irigasi ... 297
4.2.2 Jaringan Jalan ... 298
4.2.3 Angkutan Laut dan Angkutan Penyeberangan ... 300
4.2.4 Fasilitas Angkutan Udara ... 303
4.2.5 Interaksi Wilayah ... 304
4.3 Sosial Ekonomi ... 305
4.3.1 Penduduk ... 305
4.3.2 Angkatan Kerja .... ... 306
4.3.3 Ekonomi ... 306
4.3.4 Harga-harga ... 310
xxi
5.1.2 Karakteristik Usahatani Kakao Petani Responden... 316
5.1.3 Penggunaan Sarana Produksi ... 318
5.1.4 Curahan Tenaga Kerja ... 331
5.1.5 Panen dan Pengolahan Hasil ... 334
5.1.6 Pendapatan Usahatani Kakao ... 342
5.1.7 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Kakao ... ... 347
5.2 Kelayakan Usahatani Kakao ... 352
5.2.1 Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C) ... 352
5.2.2 Analisis Ekonomi Skala Usaha dan Keberlanjutan Usahatani Kakao 353 5.2.3 Analisis Efisiensi Harga ... 366
5.3 Kelembagaan Petani – Pedagang (Prinsipel – Agen) ... ... 369
5.4 Hasil Analisis Gaming Petani – Pedagang Pengumpul ... 375
5.5 Kinerja Sistem Tataniaga Komoditi Kakao Biji Sulawesi Tengah... 389
5.5.1 Struktur Pasar Kakao Biji ... 389
5.5.2 Perilaku Pasar Kakao Biji ... 391
5.5.3 Efektivitas Pasar Kakao Biji ... 392
VI. MODEL EKONOMETRIK PERDAGANGAN KAKAO BIJI PROPINSI SULAWESI TENGAH ... 402
6.1 Kelayakan Data Dasar ... ... 402
6.2 Spesifikasi Model ... 406
6.3 Estimasi Model ... 409
6.4 Validasi Model ... 410
6.5 Penafsiran Model ... 411
6.6 Pembahasan Model ... 446
VII. MODEL MAKROEKONOMETRIK WILAYAH PROPINSI SULAWESI TENGAH... ... 449
7.1 Kelayakan Data Dasar ... 449
7.2 Spesifikasi Model ... 455
7.3 Estimasi Model ... 460
xxii
xxiii
Tabel Judul Hal. 1 Klasifikasi Keterkaitan ... 74 2 Bentuk Data Panel Hubungan Nilai Produksi Kakao Biji, Kinerja
Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Kemiskinan... 131
3 Program untuk Hausman Test (fixed vs random effect)... 185 4 Blok Model I: Perdagangan Kakao Biji Sulawesi Tengah ... 186
5 Koefisien Pengaruh Ganda Output dalam Tabel I – O Sulawesi
Tengah Tahun 2005 ... 188 6 Blok Model II: Makroekonometrik Wilayah ... 203 7 Luas Areal dan Produksi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2005 ... 242 8 Jarak Kecamatan, Luas Areal dan Jumlah Produksi Kakao Di
Kabupaten Parimo Menurut Kecamatan Kurun Waktu 2004 -2005 243
9 Jarak Kecamatan, Luas Areal dan Jumlah Produksi Kakao Di
Kabupaten Donggala Menurut Kecamatan Kurun Waktu 2004 -
2005... 244 10 Jarak Desa, Jumlah Penduduk, dan Produksi Kakao Biji Di
Kecamatan Sausu Kabupaten Parimo Tahun 2005 ... 245
11 Jarak Desa, Jumlah Penduduk, dan Produksi Kakao Biji Di
Kecamatan Tinombo Kabupaten Parimo Tahun 2005 ... 246
12 Jarak Desa dan Luas Areal Kakao Di Kecamatan Palolo Kabupa -
ten Donggala Tahun 2005 ... 247
13 Jarak Desa dan Jumlah Produksi Kakao Di Kecamatan Damsol
Kabupaten Donggala Tahun 2005 ... 248
14 Rumah Tangga Petani Kakao dan Total Rumah Tangga Di Propin
si Sulawesi Tengah Menurut Kabupaten Sampel Tahun 2004 ... 249
15 Luas Desa Sampel dan Jumlah Rumah Tangga Kakao Tahun 2004
Di Sulteng ... ... 250
16 Jumlah dan Status Pedagang Kakao Biji yang Dijadikan Sampel.. 252
17 Nama dan Alamat Perusahaan Ekspor Kakao Di Sulteng Tahun
xxiv
20 Distribusi Pendapatan Propinsi Sulawesi Tengah Kurun Waktu
1985 – 2008 Berdasarkan Gini Ratio dan Ukuran Ketimpangan
Theil ... 260 21 Korelasi Koefisien Gini dengan Ketimpangan Theil... 261 22 Daya Saing Kakao Biji dalam Perekonomian Sulteng Kurun
Waktu 1985 – 2008 ... 263 23 Luas Wilayah Sulteng Per Kabupaten dan Jarak dari Ibu Kota
(Palu) Tahun 2008... 269
24 Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah ... 284
25 Luas Panen Berbagai Cabang Usahatani Pangan dan Hortikultur
Di Sulteng Per Kabupaten Tahun 2007 (Ha)... 286
26 Luas Lahan Kering Di Sulteng Per Kabupaten Menurut Pengguna-
annya Tahun 2007 (Ha)... ... 289 27 Luas Areal Sawah Potensial dan Fungsional yang Diawasi serta Di
tangani Program PID oleh Kanwil PU Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2007 (000 Ha)... ... 290
28 Luas Areal Perkebunan Per Kabupaten Menurut Cabang Usahatani
tani Di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007 (Ha)... 292 29 Panjang Jalan Menurut Pemerintah yang Berwenang dan Jenis
Pemukimannya Tahun 2007 (Km) ... 299 30 Panjang Jalan Menurut Kondisi Kondisi Jalan dan Pemerinah
yang Berwenang Tahun 2007 (Km)... 300
31. Keadaan Ketenagakerjaan Di Sulteng Per Kabupaten Tahun
2008 (Jiwa)... 307 32 Distribusi Persentase Aktivitas Ekonomi Sulteng Menurut
Sektor Tahun 2008 ... 308
33 Indeks Harga Umum Sulteng Per Kabupaten, 1985 – 2008... 311
34 Inflasi Sulteng Per Kabupaten, 1985 – 2008 (%)... 311 35 Status Responden Menurut Desa Sampel ... 313
xxv
Sampel ... 319 39 Rataan Produktivitas Usahatani Kakao Rakyat Di Sulteng
Menurut Pola Tanam dan Status Petani ... 320
40 Rataan Penggunaan Sarana Produksi Per Hektar Di Sulteng... 327
41 Persentase Petani Responden Pemakai Pupuk Buatan dan Obat
obatan Di Sulteng ... 329
42 Curahan Tenaga Kerja dalam Usahatani Kakao Per Hektar Di
Sulteng ... 332
43 Hasil panen Kakao Petani Respon Di Sulteng (%)... 335
44 Kinerja Berbagai Jenis Kegiatan Pengolahan Hasil yang Di -
lakukan Petani Responden Kakao Di Sulteng ... 336
45 Biaya, penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kakao Rakyat
Sulteng Per Hektar (Rp. 000)... 344 46 Struktur Pendapatan Petani Kakao Sulteng Tahun 2005
(Rp.000)... 348 47 Struktur Pendapatan Petani Kakao Sulteng (%)... 350 48 Analisis R/C Usahatani Kakao Rakyat Sulteng ... 352 49 Estimasi Maximum Likelihood Model Logit Persamaan
(MO.05) untuk Menganalisis Faktor - faktor yang Mem -
pengaruhi Keputusan Petani Melakukan Konservasi Lahan... 355
50 Estimasi OLS Persamaan (MO.09) untuk Menganalisis Faktor
faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Me -
manfaatkan Kredit Bank ... 359 51 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi
Tengah, Persaaan (MO.10).. ... 361 52 Estimasi OLS Fungsi Produksi, Persamaan (MO.08a) dalam
Kondisi Restriksi Per Hektar... 363 53 Analisis Efisiensi Harga Input Faktor Tidak Tetap dalam
xxvi
pengaruhi Keputusan petani dalam Memilih Kelembagaan 373
55 Gambaran Pendapatan Petani Kakao Berdasarkan Kualitas
Kakao Biji ... 376
56 Gaming antara Petani Kakao dengan Pedagang Pengumpul
Tipe II ... 379
57 Gaming antara Petani Kakao dengan Pedagang Pengumpul
Tipe I... 381 58 Gaming antara Petani Kakao dengan PPT I di mana Ke -
duanya Melanggar Komitmen Kontrak, karena Harga Kakao
Bisa Menutupi Biaya Fermentasi ... 385 59 Gaming antara Petani Kakao dengan PPT II (Harga Kakao
Terfermentasi Bisa Menutupi Biaya Fermentasi)... 385 60 Gaming antara Petani Kakao dengan PP (Harga KakaoTer-
fermentasi Bisa Menutupi Biaya Fermentasi)... 388
61 Harga dan Biaya Pemasaran Kakao Biji Sulteng Per Kabupa-
ten Sampel... 398 62 Hasil Uji Unit Root untuk Peubah- peubah dari Persamaan -
persamaan dalam BM I... 404 63 Hasil pengujian Heteroskedastisitas dan Otokorelasi Per -
samaan-persamaan dalam Blok Model Perdagangan Kakao
Biji... 406 64 Hasil Analisis Hausman Test (fixed vs random effect) untuk
Persamaan-persamaan dalam BM I... 410
65 Hasil Validasi Persamaan-persamaan dalam BM I dengan
Memanfaatkan MSE(%) ... 411 66 Hasil Estimasi Blok Model Perdagangan Kakao Biji Sulteng
ditafsirkan... 413 67 Pertumbuhan Harga Riil Pupuk Di Sulteng Per Kabupaten Kurun
xxvii
70a Hasil Pengujian Segmentasi Pasar dan Integrasi Pasar Kakao
Biji Di Berbagai Tingkatan ... 434 70b Kecenderungan Pertumbuhan Jumlah Kakao Biji yang Di -
ekspor Kabupaten - kabupaten di Sulteng Kurun Waktu 1985 –
2008 ... 445 71 Hasil Uji Unit Root untuk Koefisien-koefisien yang Nyata Secara
Statistik untuk Peubah-peubah dalam Persamaan-persamaan Blok
Model Makroekonometrik Wilayah ... ... 451 72 Hasil pengujian Heteroskedastisitas dan Otokorelasi Perfsamaan -
Persamaan dalam Blok Model Makroekonometrik Wilayah... 453 73 Hasil Analisis Hausman Test (fixed vs random effect) BM II ... 460
74 Hasil Validasi Empirik Persamaan-persamaan dalam BM Makro–
ekonometrik Wilayah dengan Memanfaatkan RMSE(%)... 462 75 Hasil Estimasi Persamaan-persamaan dalam Blok Model Makro-
ekonometrik Wilayah Sulteng yang Ditafsirkan... 464 76 Hasil Uji Dua Beda Rata - rata Peubah Respon untuk Validasi
Lanjutan Persamaan - persamaan dalam Blok Model Makro -
Ekonometrik Wilayah ... 474
77 Smbangan Subsektor Perkebunan terhadap Sektor pertanian dan
Total Ekonomi Sulteng Tahun 2007 (%)... 489
78 Komponen-komponen yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sub -
sektor Perkebunan Kabupaten - kabupaten Di Sulteng, Kurun
Waktu 2004 – 2007 (%)... 490 79 Location Quotient Sektor Pertanian Sulteng Per Kabupaten
Tahun 2007 Atas Dasar Harga Berlaku ... 492
80 Komponen-komponen yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor
Pertanian Sulteng Per Kabupaten Kurun Waktu 2003 - 2007 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ... 494
81 Jumlah Produksi Berbagai Cabang Usahatani Tanaman Perkebun-
xxviii
Atas Dasar Harga Berlaku (%) ... 504 83 Location Quotient Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sulteng Per Kabupaten Tahun 2007 Atas Dasar Harga Berlaku.... 505
84 Komponen-komponen yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran Sulteng Per Kabupaten Kurun
Waktu 2003 – 2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000... 508
85 PDRB Sektor Pertanian Per Subsektor Per Kabupaten Di Sulteng
Tahun 2007 Atas Dasar Harga Berlaku ... 512
86 Jumlah Rumah Tangga Miskin Di sulteng Per Kabupaten, Tahun
2005 dan 2007... 514 87 Persentase Pengangguran terhadap Angkatan Kerja Di Sulteng
Kurun Waktu 1985 – 2007 ... 517
88 Dayasaing Kakao Biji Sulteng Per Kabupaten Kurun Waktu 1985
- 2008 Atas Dasar Harga Konstan 1985 (%)... 518 89 Komposisi Industri Kakao Biji Sulteng Menurut Kabupaten,
Kurun Waktu 1985 – 2008 (%) ... 527
90 PDRB Berlaku dan Koefisien Pengaruh Ganda Subsektor Per -
kebunan Kurun Waktu 2000 – 2007 ... 530
91 Komponen-komponen yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor
PertanianSulteng dan Subsektor - subsektornya, Kurun Waktu
2000 - 2007 ... 536 92 Sumbangan Sektor Pertanian Nasional terhadap Total PDB
Indonesia atas Dasar Harga Berlaku, Kurun Waktu 2003 – 2007 537
93 Tingkat Pertumbuhan Sektor Pertanian Sulteng Kurun Waktu
2005 – 2010... 538
94 Kekuatan Permintaan dan Penawaran Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran Sulteng dalam Pertumbuhan Ekonomi Sulteng
Kurun Waktu 2000 – 2007 atas Dasar Harga Konstan 2000... 556
95 Tarikan Permintaan dan Dorongan Penawaran Sektor PHR dalam
xxix
97 Pertumbuhan Ekonomi Sulteng dan Nasional Kurun Waktu 1985-
2008 (%) ... 562
98 Kebocoran Ekonomi Sulteng dalam Paruh Kedua Setiap Dekade
xxx
Gambar Judul Hal.
1 Identifikasi dan Perumusan Masalah... 8 2 Bagan Alir Pemrosesan Kakao... 24 3 Kurva U Terbalik dari Kuznet ... 95 4 Kurva Lorenz untuk Gini Ratio ... 96
5 Kerangka Pemikiran Pengembangan Model Ekonomi Sulteng Ber-
Berbasis Komoditi Kakao Biji... 158
6 Extensive Foom Game (Signalling Game) Petani Kakao dengan
Pedagang Pengumpul Tipe I dan Pedagang Pengumpul Tipe II... 179 7 Peta Administrasi Darat Propinsi Sulawesi Tengah ... 267 8 Peta Administrasi Laut Propinsi Sulawesi Tengah ... 268 9 Peta KAPET Batui Propinsi Sulawesi Tengah ... 272 10. Peta KADAL Propinsi Sulawesi Tengah ... 274 11 Peta KACETUM Propinsi Sulawesi Tengah ... 275 12 Peta KAPOTKEMBANG Propinsi Sulawesi Tengah ... 276 13 Peta KAREWIL Propinsi Sulawesi Tengah ... 277 14 Peta KAPERTASAN Propinsi Sulawesi Tengah ... 278 15 Peta KATISLING Propinsi Sulawesi Tengah ... 279 .16 Peta KAECOLESTARI Propinsi Sulawesi Tengah ... 280 17 Peta Klasifikasi Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah... 281
18 Peta Kawasan Perlindungan Alam Propinsi Sulawesi Tengah... 282
19 Peta Penyangga TNLL Propinsi Sulawesi Tengah ... 283 20 Peta Kawasan Budidaya Propinsi Sulawesi Tengah ... 285 21 Peta Penggunaan Lahan Propinsi Sulawesi Tengah ... 293
22 Peta Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Propinsi Sulawesi Tengah 294
xxxi
30 Usahatani Kakao Rajyat Pola Tumpangsari (dengan Kelapa) Di
Desa Lembah Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala
Sulteng ... 317
31 Usahatani Kakao Rakyat Pola Monokultur Di Desa Malakosa Ke-
camatan Sausu Kabupaten Parimo Sulteng ... 317 32 Kakao Biji Variasi Baru Hasil Perkawinan yang Dilakukan Salah
Satu Petani Responden Desa Tada Kecamatan Tinombo ... 323
33 Kakao Biji Hasil Usahatani Kakao, Petani Responden Sulteng... 323
34 Buah Kakao Muda (Warna Hijau) Hasil Usahatani Kakao Rakyat
Di Sulteng ... 325
35 Buah Kakao Matang (Warna Kuning) Hasil Usahatani Kakao
Rakyat Sulteng ... 325
36 Buah Kakao Muda (Warna Merah) Hasil Usahatani Kakao Rakyat
Di Sulteng ... 326 37 Buah Kakao Matang (Warna Orange) Hasil Usahatani Kakao
Rakyat Di Sulteng ... 326 38 Unit Pengering Kakao Biji Dilihat dari Samping Di Desa Bahagia
Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala ... 339 39 Unit Pengering Kakao Biji Dilihat dari Depan Di Desa Bahagia
Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala ... 339 40 Rak Tempat Kakao Biji (Posisi Di atas Oven)... 339 41 Tungku Pemanas (Oven) dalam Unit Pengering ... 339
42 Unit Pengolah Kakao Biji Menjadi Kakao Bubuk (Mesin Peng -
halus) ... 340
43 Unit Pengolah Kakao Biji Menjadi Kakao Bubuk (Mesin Peng -
giling)... 340
44 Tempat Kakao Biji yang akan Digiling, di atas Mesin Giling. 340
45 Papan Sekretariat Kelompok Tani Pajar Kakao Desa Bahagia
xxxii
47 Signalling Game (Kondisi Status Quo) antara Petani Kakao
dengan Pedagang Pengumpul Di Sulteng ... 382 48 Signalling Game (Bila Ada Intervensi Pemerintah) antara
Petani Kakao dengan Pedagang Pengumpul Di Sulteng... 386 49 Saluran Tataniaga Kakao Biji Di Sulteng ... 393 50 Integrasi Pasar Kakao Biji Di Tingkat Petani Sulteng – Pasar
Dunia... 436
xxxiii
Lampiran Judul Hal.
A1 Data Karakteristik Petani Kakao Responden dan Usahatani Kakao
Kabupaten Parimo, Januari – Pebruari 2006 ... 611
A2 Data Karakteristik Petani Kakao Responden dan Usahatani Kakao
Kabupaten Donggala, Januari – Pebruari 2006 ... 619
B1 Koefisien Ketimpangan Pendapatan dalam Kabupaten (Indeks
Theil) Berdasarkan PDRB Nominal, 1985 – 2008 (Harga
Mutlak)... 627
B2 Koefisien Ketimpangan Pendapatan dalam Kabupaten (Indeks
Theil) Berdasarkan PDRB Riil, 1985 – 2008 (Harga Mutlak).... 628
B3 Koefisien Ketimpangan Pendapatan Antar-sektor - Dalam Kabu
paten (Indeks Theil) Berdasarkan PDRB Nominal , 1985 – 2008
(Harga Mutlak)... 629
B4 Koefisien Ketimpangan Pendapatan Antar-sektor - Dalam Kabu
paten (Indeks Theil) Berdasarkan PDRB Riil, 1985–2008 (Harga
Mutlak)... 630
B5 Koefisien Gini Sulteng Per Kabupaten (Harga Mutlak)... 631
B6 Koefisien Korelasi Koefisien Gini dengan Koefisien Ketimpang-
an Antar-sektor Dalam Kabupaten (Harga Mutlak)... 632 B7 Daya Saing Kakao Biji Sulteng Per Kabupaten, 1985 – 2008
(Rp) ... 633
B8 Pertumbuhan Daya Saing Kakao Biji Sulteng Per Kabupaten,
1985 - 2008 (%) ... 634
B9 Jumlah Penduduk Propinsi Sulawesi Tengah Menurut Kabupaten
1985 – 2008 (Jiwa) ... 635
B10 Jumlah Rumah Tangga Di Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupa -
ten 1985 – 2008 (KK)... 636
B11 Jumlah Rumah Tangga Miskin Di Propinsi Sulawesi Tengah Per
Kabupaten, 1985 – 2008 (KK)... 637
xxxiv
B14 PDRB Harga Berlaku Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupaten
dan Sektor Terpilih 1985 – 2008 (Rp. Juta)... ... 640
B15 PDRB Kakao Biji Harga Berlaku Propinsi Sulawesi Tengah Per
Kabupaten dan Sektor Terpilih 1985 – 2008 (Rp. Juta)... ... 644
B16 PDRB Margin Tataniaga Harga Berlaku Propinsi Sulawesi Tengah
Per Kabupaten dan Sektor Terpilih 1985 – 2008 (Rp. Juta)... ... 645
B17 Luas Lahan Kakao yang Menghasilkan, Jumlah Produksi Kakao
dan Produktivitas Usahatani Kakao Propinsi Sulawesi Tengah Per
Kabupaten, 1985 – 20058... 646
B18 Jumlah Produksi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabu -
paten, 1985 – 2008 (Ton)... 648
B19 Data Ekspor Kakao Biji Di Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupa -
ten, 1985 – 2005 (Ton)... 649
B20 Nilai Ekspor Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupaten,
1985 – 2008 (Rupiah)... 650 B21 Harga - harga Berlaku Kakao Biji Di Tingkat Petani Produsen
Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupaten, 1985 – 2008 (Rp/Kg)... 651
B22 Harga-harga Berlaku Kakao Biji Di Berbagai Tingkatan Wilayah... 652
B23 Harga-harga Berlaku Kakao Biji Di Pasar Domestik Per Kabupa -
ten, 1985 – 2008 (Rp/Kg)... 653 B24 Harga - harga Berlaku Kopi Biji Di Tingkat Petani Produsen
Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupaten, 1985 – 2008 (Rp/Kg).... 654
B25 Harga-harga Berlaku Kopi Biji Di Pasar Domestik Per Kabupaten,
1985 – 2008 (Rp/Kg)... 655
B26 PDRB Harga Berlaku Per Kapia Propinsi Sulawesi Tengah Per
Kabupaten dan Sektor Terpilih 1985 – 2008 (Rp. Juta)... ... 656
B27 Data Pengeluaran Per Kapita Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabu -
paten,1985 – 2008 (Rp. Juta)... 657
B28 Data Pengeluaran Riil Per Kapita Di Sulteng untuk Tahun- tahun
xxxv
B30 Harga-harga Berlaku Rata -rata Berbagai Jenis Pestisida Di Propin-
si Sulawesi Tengah Per Kabupaten, 1985 – 2008 (Rp/Kg)... 660
B31 Tingkat Bunga Bank Pemerintah, Kurun Waktu 1985 – 2008... 661
B32 Tingkat Upah Nominal Buruh Tani Di Perdesaan Propinsi Sulawesi
Tengah, Kurun Waktu 1985 – 2008 ... 662 C Data untuk Negara Tujuan Utama Ekspor Kakao Biji... 663
D1 Fungsi Produksi Usahatani Kakao Rakyat yang Tidak Direstriksi
Propinsi Sulawesi Tengah, Persamaan (MO.02)... 664
D2 Fungsi Produksi Usahatani Kakao Rakyat yang Tidak Direstriksi
Propinsi Sulawesi Tengah, Persamaan (MO.04)... 665
D3 Fungsi Produksi Usahatani Kakao Rakyat yang Direstriksi Propinsi
Sulawesi Tengah, Persamaan (MO.02) Bebas Heteroskedastisitas 666
D4 Matriks Korelasi antar-peubah Penjelas untuk Fungsi Produksi Per
Hektar ... 667
E1 Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah yang Direstriksi,
Persamaan (MO.08) untuk Pengujian Endogeneity Peubah Kredit
Bank (Bebas Heteroskedastisitas)... 669
E2 Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah yang Tidak Di -
restriksi, Persamaan (MO.08a) untuk Pengujian Endogeneity Pe -
ubah Kredit Bank (Bebas Heteroskedastisitas)... 670
E3 Matriks Korelasi Peubah-peubah Fungsi Kredit Bank, Persamaan
(MO.10)... 671 E4 Estimasi OL S Persamaan (MO.07) untuk Pengujian Endogeneity
Peubah Kredit Bank (Bebas Heteroskedatisitas)... 672 E5 Estimasi OL S Persamaan (MO.07) untuk Pengujian Endogeneity
Peubah Kredit Bank (Mengandung Heteroskedatisitas)... 673 E6 Estimasi OL S Persamaan (MO.09) untuk Menganalisis
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
xxxvi
F2 Matriks Korelasi antar-peubah Penjelas untuk Fungsi Produksi
Per Hektar... 676
F3 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah
Persamaan (MO.10) yang Tidak Direstriksi dengan Menggunakan
Peubah Produksi Potensial... 677
F4 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah
Persamaan (MO.10) yang Tidak Direstriksi dengan Menggunakan
Peubah Produksi Potensial Bebas Heroskedastisitas ... 678
F5 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah
Persamaan (MO.10) yang Direstriksi dengan Menggunakan Pe -
ubah Produksi Potensial... 679 F6 Analisis F-hit ntuk Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi
Tengah dengan Menggunakan Peubah Jumlah Produksi Potensial 680
F7 Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah Persamaan
(MO.10) yang Direstriksi terhadap Peubah Luas Lahan untuk Kepentingan Analisis Efisiensi Harga dan Didasarkan atas Peubah
Jujmlah Produksi Riil... 681
G1 Hasil Pendugaan Model Persamaan-persamaan dalam Blok Model
I : Perdagangan Kakao Biji ... 682
G2 Hasil Pendugaan Model Persamaan-persamaan dalam Blok Model
II : Makroekonometrik Wilayah... 688
H Nilai Prediksi Peubah-peubah Respon Persamaan-persamaan dalam
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao diperdagangkan secara meluas di pasar dunia, karena kandungan
nilai makanan yang tinggi, rasa, dan aromanya yang khas, yang disukai dan
dibutuhkan oleh manusia. ICCO memprakiran produksi kakao dunia 2007/2008
adalah 3.727.000 ton, terkonsentrasi di 3 negara (70,43%), yaitu Pantai Gading
(36,76%), Ghana (18,11%), dan Indonesia (15,56%). Permintaan dalam tahun
yang sama adalah 3.778.000 ton, terkonsentrasi di 5 negara (55,05%), yaitu
Amerika Serikat (AS) (23,81%), Jerman (12,45%) Prancis (6,68%), United
Kingdom (UK) (6,40%), dan Belgium (5,71%)
Oleh karena pasokan lebih sedikit daripada permintaan, maka
diprakirakan terjadi defisit sebesar 51.000. Akibatnya, harga kakao biji dunia
meningkat. Tahun 2007/2008 harga tersebut 2.203 US$/ton, lebih tinggi 30,60
persen dari tahun sebelumnya. Jadi, konsentrasi negara konsumen dan produsen,
dan liberalisasi pasar ternyata tidak menyebabkan harga-harga kakao dunia
menurun. Bagi Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan produksi kakao
yang tinggi, kecenderungan peningkatan harga dunia merupakan peluang emas.
Tahun 2007 volume ekspor kakao biji Indonesia adalah 379.820 Ton dengan nilai
US$ 622.6 juta
Desember 2007 (Statistik Indonesia, 2009) yang bernilai Rp. 9.376, maka nilai
ekspor kakao biji Indonesia dalam tahun 2007 tersebut adalah Rp. 5,84 triliun,
atau 0,50 persen dari nilai ekspor barang dan jasa Indonesia atas dasar harga
berlaku tahun tersebut.
Sumbangan nilai ekspor kakao biji yang dikemukakan di atas masih bisa
meningkat tidak saja disebabkan oleh kecenderungan harga kakao biji dunia yang
meningkat, tetapi juga oleh peningkatan produktivitas kakao Indonesia. Hingga
tahun 2008, berdasarkan data DITJEN Perkebunan (2009), produktivitas kakao
sebagaimana dilaporkan oleh Yantu (2005) bahwa produktivitas kakao rakyat di
propinsi tersebut dalam tahun 2003 hanya sebesar 0,85 Ton. Angka-angka
produktivitas tersebut berada di bawah produktivitas harapan. Spillane (1995)
mengemukakan bahwa tingkat produktivitas potensial yang bisa dicapai tanaman
kakao adalah 2 Ton.
Berdasarkan data DITJEN Perkebunan (2007) diprakirakan produksi
kakao biji Indonesia dalam tahun 2008 mencapai 795.581 Ton dengan luas areal
tanaman menghasilkan sekitar 1.021.459 Ha. Dari angka tersebut,
propinsi-propinsi di Pulau Sulawesi memasok 518.791 Ton (65,21%). Sulawesi Tengah
(Sulteng) merupakan pemasok peringkat pertama, yaitu 154.462 Ton (19,41%),
Sulawesi Tenggara merupakan pemasok peringkat kedua dengan pasokan 16,64
persen, Sulawesi Selatan di posisi ketiga dengan pasokan 15,46 persen dan
Sulawesi Barat di posisi keempat dengan pasokan 12,70 persen. Adapun,
pasokan Sulawesi Utara dan Gorontalo berada di bawah 1 persen berturut-turut
0,59 persen dan 0,40 peresen.
Pasokan kakao biji Sulteng masih lebih besar daripada pasokan
keseluruhan Pulau Sumatera yang hanya sebanyak 139.772 Ton, atau 17,57
persen dari produksi kakao biji Indonesia. Ini menunjukkan bahwa kakao biji
merupakan komoditi andalan perekonomian propinsi Sulteng. Bila menggunakan
harga produsen tahun 2008, yaitu Rp. 16.500 per Kg (diekstrapolasi dari harga
produsen tahun 2006 dan 2007, Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian
Sulteng Tahun 2008), maka nilai produksi kakao biji tahun tersebut adalah
Rp.2,55 triliun. Menggunakan faktor koreksi 0,693, angka tersebut masih Rp.
1.77 triliun, atau 41,07 persen dari PDRB subsektor perkebunan harga berlaku
tahun 2008. Nilai tersebut langsung kembali ke masyarakat, karena 99,81 persen
perkebunan kakao di Sulteng adalah perkebunan rakyat, dengan jumlah RT 30,81
persen dari total RT di propinsi tersebut. Faktor koreksi yang digunakan ialah
rasio nilai output kakao biji atas dasar harga produsen dalam Tabel I-O Sulteng
tahun 2005 (BAPPEDA dan BPS, 2007) dengan nilai produksi kakao biji tahun
Tahun) dan harga produsen kakao biji tahun tersebut (Statistik Harga Produsen
Sektor Pertanian Sulteng Tahun 2007).
Kakao biji diperdagangkan tidak saja di pasar domestik, tetapi juga
secara meluas hingga ke pasar dunia. Ini berarti komoditi tersebut bisa
memberikan sumbangan devisa tidak saja terhadap perekonomian nasional
sebagaimana telah dikemukakan di atas, tetapi juga terhadap perekonomian
Sulteng. Tahun 2005, volume ekspor Sulteng sebesar 116.575,35 Ton dengan
nilai US$ 133,094,391.00. Pada tahun 2008, angka-angka tersebut menjadi
8.780,43 Ton dengan nilai US$ 198,004,207.41 (DISPERINDAG, 2006 dan
2009). Jadi, meskipun volume ekspor cenderung menurun, namun nilainya
cenderung meningkat, karena peningkatan harga-harga dunia.
Bila menggunakan kurs Desember 2008, yaitu Rp. 11.092 (Statistik
Indonesia, 2009), nilai ekspor di atas adalah Rp. 2,20 triliun, atau 48,25 persen
dari nilai ekspor barang dan jasa Sulteng dalam tahun tersebut. Ini mengartikan
bahwa komoditi kakao biji memiliki peran yang penting dari sisi permintaan
ekonomi wilayah.
Dengan potensi sebagaimana digambarkan di atas, kakao biji menjadi
komoditi pendukung perekonomian kabupaten-kabupaten di Sulteng (secara
khusus subsektor perkebunan dan subsektor perdagangan, dan secara umum
sektor pertanian dan sektor perdagangan). Hingga 2008, sektor pertanian
merupakan sektor basis perekonomian Sulteng. Sektor pertanian menyumbang
42,26 persen terhadap perekonomian Sulteng. Sementara itu, sektor perdagangan
meskipun bukan sektor basis di tingkat propinsi, namun merupakan penyumbang
terbesar kedua setelah sektor pertanian dengan besar sumbangan 11,90 persen.
Jadi, dari sisi penawaran, sektor pertanian berbasis komoditi kakao biji
diharapkan dapat mendorong perekonomian kabupaten-kabupaten di Sulteng, dan
selanjutnya, sektor perdagangan berbabasis perdagangan kakao biji diharapkan
1.1.1 Identifikasi Masalah
Potensi kakao biji Sulteng yang dikemukakan di atas belum dapat
dimanfaatkan secara optimal, karena diperhadapkan pada beberapa masalah yang
bersumber dari sisi permintaan dunia, dan sisi penawaran kakao biji Sulteng.
Adapun masalah yang bersumber dari sisi permintaan dunia dapat dijabarkan,
sebagai berikut :
(i) Salah satu masalah klasik yang hingga kini dihadapi oleh kakao biji asal
Indonesia (termasuk Sulteng) adalah tatacara aturan perdagangan global
WTO, yang masuk dalam kategori SPS (Sanitary and Phytosanitary) dan
TBT (Technical Barrier to Trade). Kedua kategori ini memungkinkan
penalti (automatic detention) atas kakao biji asal Indonesia. Potongan
harga berkisar dari 7 persen (Akiyama dan Nishio, 1997: 110 – 111) hingga
40 persen (Ritterbusch dan Mϋhlbauer, 2001:10).
(ii) AS (negara tujuan ekspor utama kedua setelah Malaysia) tidak begitu
selektif dalam meminta kakao biji yang bermutu, sehingga harga kakao
didasarkan atas harga kakao biji asalan. Oleh karena itu, pedagang
pengumpul desa menetapkan harga kakao biji berdasarkan kakao yang
tidak terfermentasi. Konsekuensinya, petani enggan melakukan fermentasi,
karena tidak ada insentif harga antara kakao biji yang tidak terfermentasi,
dan yang terfermentasi. Selain itu, industri pengolahan kakao grinding di
Indonesia belum berkembang baik, sehingga sebagian besar, kakao biji
yang diekspor adalah kakao biji asalan, dan ini telah menjadi image di
pasar dunia.
(iii) Untuk karakteristik cocoa butter, kriteria kandungan lemak (dry nib base)
adalah 55 – 58 persen (Ritterbusch dan Muhlbauer, 2004: 13). Kadar
lemak kakao Sulawesi tergolong rendah, yaitu kurang daripada 52 persen
(Zaenudin dan Wahyudi,1996: 46). Sementara itu, kadar lemak kakao dari
Afrika Barat minimum 58 persen (Ibrahim, 1997: 13) Oleh karena itu,
(iv) Akiyama dan Nishio (1997: 103). telah menemukan bahwa harga kakao
biji di tingkat usahatani di Indonesia berdasarkan harga konstan 1993,
kurang daripada separuh dibandingkan dengan harga pertengahan 1980-an.
Ini merupakan indikasi bahwa pasar kakao biji di tingkat petani kurang
terintegrasi dengan pasar kakao dunia.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa selain dari sisi permintaan
kakao biji dunia, masalah juga muncul dari sisi penawaran yang dapat dijabarkan,
sebagai berikut :
(i) Hingga kini, kakao biji Indonesia (termasuk Sulteng) masih memiliki daya
saing yang lemah, karena kualitas rendah. Kualitas rendah karena usahatani
kakao diselenggarakan atas dasar swadaya masyarakat yang umumnya
bukan berasal dari benih unggul. Di samping itu, petani kakao umumnya
enggan melakukan fermentasi sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya.
(ii) Rendahnya kualitas kakao biji asal Indonesia (termasuk Sulteng), selain
karena tidak terfermentasi, juga karena serangan hama pod-borer, karena
daging buah kakao tampak berwarna hitam, keriput dan ringan.
(iii) Di samping kualitas rendah, daya saing kakao yang lemah disebabkan oleh
biaya produksi yang tinggi. Biaya produksi terus meningkat, karena tidak
ada lagi subsidi input faktor. Dalam masa pemerintahan Presiden
Megawaty Soekarnoputri, Pemerintah mencabut semua subsidi input faktor
untuk tanaman pertanian, sehingga harga-harga input faktor tersebut
meningkat drastis.
(iv) Di tingkat propinsi, dalam era desentrasiliasi dan otonomi pengembangan
ekspor kakao akan berhadapan dengan pajak dan tarif yang
diluncurkan untuk mengejar peningkatan pendapatan wilayah. Akiyama
dan Nishio (1997: 107) telah menemukan bahwa di Kabupaten Donggala,
Kabupaten Buol Toli-Toli dan Kabupaten Luwuk Banggai Propinsi
per kilogram secara berturut - turut di masing-masing kabupaten tersebut
adalah Rp. 15, Rp. 25 dan Rp. 4 – 10. Ini adalah tarif per hari yang akan
dipungut untuk satu hari jika kakao melewati pos-pos jaga dalam hari
tersebut.
(v) Pertumbuhan ekonomi wilayah (Sulteng) cenderung membaik. Dalam
kurun waktu 2000 – 2007, pertumbuhan ekonomi Sulteng (9,44% / tahun)
berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional (7,89% / tahun). Meskipun
demikian, kinerja ekonomi propinsi tersebut masih tergolong rendah. Ini
diindikasikan oleh (a) pangsa relatif ekonomi wilayah terhadap ekonomi
nasional masih jauh dari nilai harapan teoritis (0,60% vs 3,49%). Luas
wilayah daratan Sulteng 3,49 persen dari luas wilayah nusantara. Secara
kasar, bila lahan dianggap merupakan faktor produksi utama, maka pangsa
relatif teoritis ekonomi wilayah ini adalah 3,49 persen; (b). produktivitas
sektor pertanian yang rendah (< 1), yaitu rasio antara sumbangan sektor
pertanian terhadap PDRB Sulteng dengan sumbangan penyerapan AK
sektor tersebut; (c) PDRB per kapita (Rp. 9,07 juta atas dasar harga
berlaku 2007) masih di bawah PDB per kapita (Rp.17,50 juta ); (d)
disparitas PDRB per kapita antar-daerah yang cenderung membesar yang
diindikasikan oleh varians PDRB per kapita antar-daerah di propinsi ini
yang cenderung membesar dalam kurun waktu 2000 – 2007.
(vi) Kinerja ekonomi propinsi ini yang masih tergolong rendah sebagaimana
dikemukakan di atas mempengaruhi tingkat pendapatan per kapita, dan
jumlah penduduk miskin di propinsi ini. Pendapatan per kapita (PPK) yang
diindikasikan oleh pengeluaran per kapita propinsi ini (Rp. 580.200 tahun
2005) masih tergolong rendah, karena masih berada di bawah rata-rata PPK
nasional (591.200 tahun yang sama). (Indeks Pembagunan Manusia, 2006).
Selanjutnya, jumlah penduduk miskin di propinsi tersebut masih tergolong
besar, yaitu 524.700 jiwa atau 20,75 persen dari total penduduk propinsi
1.1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kinerja ekonomi wilayah Sulawesi Tengah tergolong rendah.
Padahal, propinsi tersebut merupakan propinsi peringkat pertama dalam
memasok kakao biji nasional. Sementara itu, kakao biji diperdagangkan secara
meluas di pasar dunia. Oleh karena itu, pertanyaan penting yang memerlukan
jawaban penelitian ini ialah bagaimana strategi pengembangan model ekonomi
wilayah (Sulteng) yang berbasis komoditi kakao biji ?
Pertanyaan di atas menimbulkan beberapa pertanyaan penting yang
menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian ini, sebagaimana dikemukakan berikut
ini :
(i) Bagaimana kondisi usahatani kakao di Sulteng ? Apakah layak diusahakan
dan dikembangkan terkait dengan tingkat produktivitasnya yang rendah ?
(ii) bagaimana struktur, tingkah laku dan efektivitas pasar komoditi kakao biji
di Sulteng ?
(iii) Bagaimana respon produksi kakao biji terhadap faktor-faktor produksi
yang cenderung meningkat dan kebijakan-kebijakan perkakaoan di
Sulteng ?
(iv) Bagaimana tingkat integrasi pasar kakao biji di berbagai tingkatan ?
(v) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kakao biji
kabupaten-kabupaten di Sulteng tersebut ?
(vi) Bagaimana pengaruh total perdagangan bersih (net trade) komoditi
tersebut terhadap kinerja ekonomi wilayah, pendapatan per kapita, daya
saing kakao biji, distribusi pendapatan, dan jumlah penduduk miskin di
Sulteng ?
(vii) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing kakao biji
Sulteng ?
[image:44.612.23.562.51.700.2]
Pemasok Permintaan relatif Peringkat III Kecil
Gambar 1 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Kakao
Kebutuhan Manusia
Perdagangan Dunia Produksi
Relatif konstan
Konsumsi Cenderung
meningkat
Harga dunia naik
Posisi Indonesia
Ekonomi Nasional Sektor
Pertanian
Ekonomi Wilayah Sisi
Produksi
Sisi Permintaan
Pertumbuhan Ekonomi
Pengembangan
Pemerintah Pusat
Pemerintah Propinsi
Konsumsi
Investasi
Belanja Pemerintah Net Ekspor
Produktivitas Sektor pertanian Masih rendah
Pangsa Relatif Ekonomi Wilayah
Lebih Kecil daripada Nlai
Harapan
PDRB/kapita tergolong
rendah
Meningkatnya disparitas PDRB/kapita Antar-daerah
PPK Kemiskinan
Masalah:
- Permintaan Dunia + SPS & TBT + Pergeseran Pasar + Segment Pasar + Eskalasi Tarif + Melemahnya Harga - Penawaran Indonesia
+ Daya saing lemah + Biaya produksi naik + Tatanan pasar domestik + Desentralisasi/otonomi
Pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas merupakan batasan ruang
lingkup penelitian ini. Pembatasan ini dilakukan karena pertimbangan kajian
masalah kakao dalam penelitian ini sangat luas, yaitu dari aspek mikro (produksi
usahatani) sampai makro (perdagangan internasional). Oleh karena itu, di level
ekonomi wilayah (meso), dari sisi penawaran, kajian difokuskan pada aspek
produksi, dan dari aspek permintaan, kajian difokuskan pada aspek perdagangan
internasional .
Sulteng dijadikan target penelitian karena merupakan pemasok peringkat
pertama kakao biji nasional, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
Alasan lain muncul dari kurangnya publikasi-publikasi penelitian kakao rakyat
propinsi tersebut.
Sebelum tahun 1999, Sulteng terdiri atas satu kota (Palu) dan empat
kabupaten. Kini keempat kabupaten tersebut telah dimekarkan masing-masing
menjadi dua kabupaten, bahkan Poso menjadi tiga kabupaten, yaitu Poso
(kabupaten induk), Morowali dan Tojo Una-una (Touna). Kabupaten Donggala
menjadi Kabupaten Donggala (induk) dan Kabupaten Parigi Moutong (Parimo).
Kabupaten Buol Toli-toli menjadi Kabupaten Toli-toli (induk) dan Kabupaten
Buol. Kabupaten Luwuk Banggai menjadi Kabupaten Banggai (induk) dan
Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep). Kesembilan kabupaten tersebut
memasok kakao biji. Kabupaten Parimo merupakan pemasok peringkat pertama
dengan besar pasokan 33,49 persen pada tahun 2008. Selanjutnya, Kabupaten
Donggala merupakan pemasok peringkat kedua (22,43%), dan Kabupaten Poso
pemasok peringkat ketiga (12,03%). Kabupaten lainnya masing-masing
memasok tidak lebih darip