Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU INFORMASI TENTANG MAKNA DAN FILOSOFI SAJEN DALAM RITUAL BUDAYA SUNDA
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014
Oleh :
Ricky Andeska 51908299
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Ricky Andeska
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 10 Juni 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Jati Hegar, Blok E3 No 1 RT 01 RW 07 Desa Marga Asih Kec. Marga Asih Kab. Bandung
Telepon/Hp : +62 85224137826
Email : ricky_andeska@yahoo.com
Pendidikan Formal
• SDN Karang Mulya, Bandung (1995-2001) • PONPES Al-Basyariyah, Bandung (2001-2004) • MA Al-Istikomah, Bandung (2004-2007)
• Universitas Komputer Indonesia, Bandung (2008-2014)
Kemampuan Spesifik
• Tugas Akhir : Perancangan Buku Informasi Tentang Makna dan Filosofi Sajen Dalam Ritual Budaya Sunda
• Fotografi
• Adobe Indesign • Adobe After Effect • Adobe Flash • 3DS Max • Cinema 4D
Pengalaman Kerja
• Komposer & Editor Audio Visual, PT. Sejehtera Berkah Bahagia • Komposer & Editor Audio Visual, PT. Cinevisi
• Animator 3D, Wacana Nusantara
• Animator 3D, Bumi Dega Sunda Academy
Hormat Saya,
i
BAB II MAKNA DAN FILOSOFI SAJEN DALAM RITUAL BUDAYA SUNDA II.1 Kebudayaan, Unsur Kebudayaan, Budaya Sunda di Jawa Barat ... 4
II.1.1 Pengertian Kebudayaan ... 4
II.3.1 Informasi Media yang Tersebar Tentang Sajen ... 12
II.3.2 Buku ... 13
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 15
ii
III.1.2 Strategi Komunikasi ... 15
III.1.3 Strategi Kreatif ... 16
III.1.4 Strategi Media ... 16
III.2 Konsep Visual ... 21
III.2.1 Format Desain ... 21
III.2.2 Tata Letak ... 21
III.2.3 Tipografi ... 22
III.2.4 Ilustrasi ... 23
III.2.5 Warna ... 25
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Media Utama ... 26
IV.1.1 Sampul ... 27
IV.1.2 Isi Halama ... 28
IV.2 Teknis Pembuatan Buku Informasi Sajen ... 29
IV.3 Kemasan ... 31
IV.4 Media Pendukung ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 37
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Sajen Masyarakat Adat Jawa Barat ... 7
Gambar II.2 Alam Semesta ... 9
Gambar II.3 Penghormatan Terhadap Sajen ... 11
Gambar III.1 Sketsa Sampul ... 16
Gambar III.14 Sketsa Ilustrasi Sampul ... 24
Gambar III.15 Penggunaan Warna ... 25
Gambar IV.6 Editing Foto Pada Software Adobe Photoshop ... 29
Gambar IV.7 Editing Foto Pada Software Adobe Photoshop ... 30
Gambar IV.8 Editing Layout Pada Software Adobe Indesign ... 30
iv
Gambar IV.10 Tas Koja Kemasan Buku ... 30
Gambar IV.11 X-Banner ... 32
Gambar IV.12 Poster ... 33
Gambar IV.13 Pin ... 33
Gambar IV.14 Umbul-Umbul ... 34
Gambar IV.15 Pembatas Buku ... 35
Gambar IV.16 Kaos ... 35
37 DAFTAR PUSTAKA
Ajip, R. 2011. Wawacan, Puisi Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Atik, S., Oyon, S. U. 1985. Kakawihan Barudak, Nyanyian Anak- Anak Sunda. Yogyakarta: Proyek Pengkajian dan Penelitian Kebudayaan Nusantara.
Jakob, S. 2003. Simbol- Simbol Artefak Budaya Sunda, Tafsir- Tafsir Pantun Sunda. Bandung: Kelir
Koentjaraningrat. 1975. Kebudayaan, Mentalitet dan pembangunan. Jakarta : Gramedia.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Luki, H. 2014. Sunda. Bandung : Seminar Gotra Sawala.
Tien, W., Ruhaliah., Mamat, R., Aditia, G. 2011. Sanghyang Swawarcinta, Teks dan Terjemah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Tjetjep, R. R. 2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI
KATA PENGANTAR
Laporan tugas akhir ini dibuat sebagai kelengkapan persyaratan penyelesaian studi pada program sarjana Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.
Tugas akhir ini merupakan mata kuliah wajib sekaligus mata kuliah akhir untuk meraih gelar sarjana pada jenjang Strata I dari Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia, dengan cara menampilkan karya yang telah terkonsep.
Untuk tugas akhir ini, penulis merancang media informasi berupa buku yang memaparkan guna serta filosofi yang terdapat pada sajen dalam upacara ritual adat masyarakat Jawa Barat dengan konsep, literatur, visual, dan makna yang terkandung dalam sajen, pengantar tugas akhir ini diberi judul buku informasi sajen (su astra ajian rahayu ning rat pangruwat ing diyu).
Tujuan perancangan buku informasi sajen ini adalah selain agar tetap menjaga eksistensi kearifan budaya lokal secara umum, khususnya penggunaan sajen pada kebiasaan masyarakat Jawa Barat, serta menjabarkan filosofi yang terkandung pada sajen sebagai pedoman cara dan ciri hidup yang sesuai diwilayah Tatar Parahyang.
Dalam menjalani tugas akhir ini, penulis menyadari ketidak sempurnaan dan kekurangan yang dibuat secara sengaja maupun tidak, karena keterbatasan ilmu yang dimiliki. Masukan berupa saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi siapapun.
Rasa terimakasih juga penulis sampaikan dengan penuh kerendahan diri bagi segenap pengajar Program Studi Desain Komunikasi Visual UNIKOM, dan semua yang turut membantu penulisan laporan dan tugas akhir hingga saat ini.
Bandung, 15 Agustus 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Peradaban di muka Bumi sudah dimulai dari ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu, awal terciptanya peradaban sudah tentu didasari oleh tanah dan air serta siklus alam yang menjadi tempat tinggal manusia itu sendiri, peradaban yang dilakukan secara turun-temurun oleh setiap bangsa melalui proses adaptasi dan tahapan belajar berkelanjutan sehingga membentuk suatu perilaku beradab, hal tersebutlah yang menjadi dasar terbentuknya kebudayaan.
Kebudayaan yang luhur tentunya akan menciptakan perilaku yang luhur pula, dan setiap kebudayaan yang ada di seluruh muka Bumi tentunya akan berbeda-beda seperti Arab, Yunani, Amerika, Jepang, dan lain sebagainya tergantung dari watak alam yang ditempati oleh setiap bangsa tertentu, hal tersebutlah yang melahirkan cara dan ciri setiap bangsa di seluruh muka bumi yang dapat dibuktikan melalui bahasa, aksara, perilaku, sikap mental, dan lain sebagainya.
Dari seluruh kebudayaan yang terdapat di muka Bumi, Nusantara juga memiliki kebudayaan yang beradab dan berbudi pekerti luhur pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari keragaman budaya yang telah turun temurun menjadi tradisi disetiap pelosok wilayah di seluruh Nusantara. Adapun beberapa ragam kebudayaan yang dihasilkan oleh Bangsa Nusantara itu berupa kesenian seperti gerak tari, bela diri, kesenian bunyi, berupa gamelan, kecapi suling, hingga kesenian pun di tuangkan kedalam masakan dan masih banyak lagi, seluruh kesenian ini tentunya memiliki nilai dan arti yang tidak sebarangan.
2
mencipatakan bangsa yang cerdas dan makmur yang dapat menciptakan kebudayaan luhur.
Di era moderen seperti sekarang ini, kebudayaan diwilayah Nusantara yang sudah turun temurun dari para leluhur kini mulai memudar, hal tersebut terjadi karena terkikis oleh perubahan jaman yang masuk dari sisi pendidikan, perekonomian, agama dan politik. Sehingga warisan kebudayaan dari para leluhur tersebut, mulai tidak dipandang lagi oleh mayoritas generasi dijaman sekarang, faktanya yaitu slogan gemah ripah loh jinawi sudah tidak terasa dalam kehidupan sehari-hari.
Dari keragaman budaya yang ada diseluruh nusantara terdapat tradisi yang luhur yaitu ritual upacara yang seringkali dilakukan ditempat dan waktu tertentu sesuai dengan tujuan upacara tersebut, biasanya ritual upacara ini dilengkapi oleh sebuah sarana yaitu berupa sajen yang menjadi salah satu persyaratan, contohnya yang dilakukan oleh minoritas masyarakat yang masih memegang adat istiadat di wilayah Jawa Barat. Kebudayaan seperti ini sudah sangat langka dilakukan oleh mayoritas masyarakat Jawa Barat dijaman sekarang, bahkan dinilai sebagai suatu kegiatan yang tidak wajar.
Pada dasarnya sajen adalah sebuah titis-tulis yang tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Jawa Barat, karena nilai filosofi dan ajaran sunda tentang silih asah,silih asuh, silih asih, dan silih wangi yang menjadi panutan dalam kehidupan masyarakat adat, semuanya terangkum didalam sajen. Kini hanya minoritas masyarakat saja yang mampu mengkaji nilai-nilai dari sajen, bahkan dijaman sekarang mayoritas masyarakat malah menjadi tidak nyaman dan merasa risih dengan keberadaan sajen tanpa mengetahui nilai dan arti dari sajen itu sendiri.
3
I.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas yaitu sajen menjadi hal yang tabu bagi mayoritas masyarakat Jawa Barat dijaman sekarang, hal tersebut menjadi suatu masalah dan dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
• Masyarakat Jawa Barat dijaman sekarang kurang memahami kebudayaannya sendiri.
• Masyarakat Jawa Barat tidak tahu kegunaan dan makna sajen. • Sangat sedikit rujukan informasi mengenai sajen dari berbagai
media. I.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas menjadi acuan dasar dalam merumuskan masalah penelitian, atas dasar itu dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut.
• Bagaimana upaya memperkenalkan kembali nilai-nilai yang terdapat pada sajen melalui media informasi yang tepat dan mudah diterima oleh hal layak.
I.4 Batasan Masalah
Dari seluruh permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diangkat yaitu kasus cara pandang masyarakat Jawa Barat terhadap sajen, dan permasalahan ini akan dibatasi pada persoalan guna serta makna yang terkandung didalam sajen pada upacara sembahyang.
I.5 Tujuan perancangan
Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan ini antara lain.
• Fenomena yang terjadi terhadap cara pandang masyarakat Jawa Barat mengenai sajen tidak lagi menjadi hal yang asing.
• Melestarikan kembali budaya lokal yang menjadi cara dan ciri masyarakat Jawa Barat.
4
BAB II
MAKNA DAN FILOSOFI SAJEN DALAM RITUAL BUDAYA
SUNDA
II.1 Kebudayaan, Unsur Budaya, Budaya Sunda di Jawa Barat
Sebelum masuk ke dalam bahasan sajen, untuk mendeskripsikan lebih jelas unsur dan karakteristik serta nilai-nilai yang terdapat didalam sajen, maka sebelumnya harus dideskripsikan dulu apa itu budaya, pengertian budaya, unsur pembentuk budaya, pengertian budaya sunda dan bagaimana karakteristik serta unsur budaya dan nilai yang terdapat pada masyarakat Jawa Barat sebagai kolektif pemilik kebudayaan tersebut.
II.1.1 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah sebuah kristalisasi pencapaian perilaku berbudi luhur
yang dibentuk dari hasil cipta, karsa, dan karya sehingga menjadikan keberadaban
bagi suatu bangsa demi terciptanya keharmonisan antar setiap mahluk hidup.
Fungsi kebudayaan sangat berguna bagi kehidupan manusia, karena tanpa
itu manusia hanya akan menjadi perusak di muka Bumi ini dan keharmonisan
antara manusia dan alamnya tidak akan terjalin, hal tersebutlah yang menjadi
dasar pentingnya kebudayaan bagi manusia.
Ki Hadjar Dewantara sendiri mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut. “Kebudayaan berarti segala apa yang berhubungan dengan budaya, budaya berasal dari kata budi yang diartikan sebagai Jiwa yang telah masak”. Sutan Takdir Alisyahbana dalam definisi akan kebudayaan berpendapat bahwa kebudayaan adalah pola kejiwaan yang di dalamnya terkandung dorongan hidup dasar, perasaan, pikiran, kemauan, dan hayalan yang dinamakan budi.
5 rasa manusia (Koentjaraningrat, 2000, 181).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah suatu pencapaian sebuah berperilaku yang berbudi pekerti luhur dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
II.1.2 Unsur Kebudayaan
Menurut (Koentjaraningrat, 2000) kebudayaan manusia setidaknya memiliki tujuh unsur budaya yang universal yang terdapat di dalam kebudayaan tiap-tiap kolektif, ketujuh unsur itu antara lain.
• Bahasa.
• Sistem mata pencaharian. • Teknologi.
• Sistem pengetahuan. • Organisasi sosial. • Religi.
• Kesenian.
Di Nusantara khususnya di Jawa barat unsur kebudayaan ini menjadi dua
bagian yaitu artefak dan arketype, artefak adalah sebuah kristalisasi dari hasil
cipta, karsa, dan karya yang di wariskankan oleh para leluhur yang bersifat
kebendaan seperti pusaka kujang, senjata, perkakas, pakaian, alat musik, aksara,
dan lain sebagainya.
Sedangkan arketype adalah sebuah kristalisasi dari hasil cipta, karsa, dan
karya yang di wariskankan oleh para leluhur yang bersifat kejiwaan seperti cara
berperilaku, sikap mental, tata krama, sopan santun, tari, musik, bahasa, dan lain
sebagainya, peninggalan tersebut sudah ada sejak jaman dahulu dan terus
diturunkan hinga jaman sekarang yang bertujuan terciptanya keberadaban serta
keharmonisan antara setiap mahluk hidup.
Masih menurut (Koentjaraningrat, 2000) sebuah kebudayaan memiliki
sistem tersendiri yang disebutnya sebagai sistem nilai budaya, sistem nilai budaya
ini adalah tingkat tertinggi dan terabstrak dari adat istiadat, karena nilai budaya
merupakan konsepsi yang hidup dalam alam pikiran kolektif masyarakat tentang
6 kehidupan, sehingga berguna sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan
orientasi kehidupan kolektif masyarakat tersebut (Koentjaraningrat, 2000).
Berdasarkan definisi koentjaraningrat tentang kebudayaan diatas, dapat dimengerti bahwa kebudayaan adalah pengejawantahan budi manusia yang mencangkup kemauan, cita-cita, idea, maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup lahir batin (Koentjaraningrat 1995 : 166).
II.1.3 Budaya Sunda di Jawa Barat
Budaya sunda adalah sebuah budaya yang sudah menjadi tradisi secara turun-temurun dan melekat pada masyarakat Jawa Barat, sunda sendiri bukan sebuah nama ras, etnis atau pun suku bagi yang tinggal di Jawa Barat karena sunda memiliki pengertian yang adiluhung dan sangat luas untuk diuraikan.
Menurut (Luki Hendrawan, 2014) dalam seminar kebudayaan sunda berasal dari tiga suku kata yaitu su, na, dalam bahasa sunda kuno adalah sebagai berikut.
• Su = Sejati / Abadi. • Na = Api / Agni / Geni. • Da = Agung / Besar.
• SUNDA = Api Sejati (Abadi) yang Agung.
Sunda artinya api sejati yang agung maksud dari arti kata tersebut yaitu matahari, sinar, dan penerang. Secara dasar pengrtian sunda adalah suatu konsep bagi pencapaian manusia sunda agar menjadi manusia paripurna, maka sunda adalah puncak dari kebudayaan yang berarti budi pekerti luhur yang dapat menerangi segala mahluk hidup.
7 sunda sangat luas dari pada hanya menyatakan suatu ras, etnis, atau pun suku yang berada di Jawa Barat.
Dari budaya sunda yang beragam jenisnya memiliki konsep serta nilai-nilai yang mengarahkan manusia kepada suatu pencapaian menjadi manusia sunda yang tentunya suci serta menjadi penerang bagi seluruh mahkuk hidup, pencapaian hal tersebut sudah terangkum di dalam beragam peninggalan budaya yang ada di seluruh Nusantara khususnya Jawa Barat untuk dibaca dan dipelajari oleh pera penerus bangsa.
II.2 Pengertian Su Astra Jen Rahayu Ning Rat Pangruat Ing Diyu (sajen)
Gambar II.1 Sajen Masyarakat Adat Jawa Barat
(Foto Pribadi. 2014)
Sajen atau lebih jelasnya sastra jen rahayu ning rat pangruat ing diyu
adalah sebuah titis-tulis yang memiliki nilai dan makna yang sangat luhur atau
bisa di sebut juga sebagai kitab suci bagi manusia sunda, menurut (Luki
Hendrawan, 2014) dalam seminar kebudayaan secara etimologi su astra jen
rahayu ning rat pangruat ing diyu dalam bahasa sunda kuno terdiri dari beberapa
8 • Sastra = Su-Astra artinya Cahaya Sejati adalah tulisan yang sangat indah dari Yang Maha Kuasa, karya daya cipta Yang Maha Kuasa yang menjadi
penerang bagi kehidupan.
• Jen = Ajian/ aji artinya ajaran adalah sesuatu yang harus dimengerti dan dipahami dengan baik dan benar dalam kata lain disebut sebagai ilmu
pengetahuan.
• Rahayu = Ra-Hayu artinya Sinar Keselamatan & Kesejahteraan atau Selamat dan Sejahtera.
• Ning rat= bagi semesta.
• PANGRUWAT = untuk memunahkan, menghilangkan.
• ING DIYU = keragu-raguan, ketidak-pastian, kesalahan.
Arti kalimat di atas dalam tafsir bebas adalah daya cipta yang sejati yang
menjadi ilmu keselamatan dan kesejahteraan bagi semesta kehidupan untuk
menghapus keragu-raguan atau kebodohan. Sajen adalah sastra yang sangat agung
menjadi sebuah kitab suci dari hasil karya daya cipta Yang Maha Kuasa yang
mengajarkan manusia menuju pencapaian manusia sunda yang akan menjadi
penerang bagi seluruh mahluk hidup (Luki Hendrawan, 2014).
II.2.1 Perubahan isilah
Dari masa ke masa telah terjadinya perubahan istilah sastra jen rahayu
ning rat pangruat ing diyu bisa jadi ada pengaruh tertentu yang mengakibatkan
perubahan itu terjadi, perubahan istilah itu antara lain.
• Su-Astra Ajian Ra Hayu ning Rat Pangruwat ing Diyu. • Sastra Jen Ra Hayu ning Rat Pangruwat ing Diyu. • Sastra Jen Rahayu ning Rat.
• Sastra Jenra. • Sasajen. • Sajen.
Bisa jadi perubahan istilah inilah yang menyebabkan sulitnya membaca
serta memahami makna yang terangkum di dalam Su-Astra Ajian Ra Hayu ning
9 II.2.2 Sastra Yang Maha Agung
Gambar II.2 Alam Semesta
Sumber : http://www.anneahira.com/images/planet-bumi.jpg (7/31/2014)
Kebudayaan yang telah diwariskan oleh para leluhur bangsa merupakan
pencapaian budi pekerti luhur, karena dengan sangat cerdas mereka telah
menyadari, bahwa Yang Maha Kuasa telah menciptakan karya sastra yang maha
agung, dan tidak ada satu mahluk pun di jagat raya ini yang mampu menandingi
maha karya Yang Maha kuasa.
Sastra yang maha agung tersebut merupakan tulisan yang hidup dan
memberikan kehidupan kepada seluruh mahluk yang ada diseluruh jagat raya,
satra yang maha agung tersebut antara lain.
• Akasa (Langit). • Kartika.
• Bintang-bintang / Galaxy. • Surya.
• Bintang / Matahari. • Chandra (Bulan).
10
• Terkatakan & Tidak Terkatakan. • Terlihat & Tidak Terlihat. • Tercium & Tidak Tercium. • Terdengar & Tidak Terdengar. • Teraba & Tidak Teraba.
• Yang Diketahui & Yang Tidak Diketahui.
Dengan demikian Su-Astra Ajian Ra Hayu ning Rat Pangruwat ing Diyu
menjadi sebuah tulisan yang sangat luhur, demi pencapaian manusia sunda
menuju paripurna, karena mampu menyadarkan, bahwa sesungguhnya manusia
hanya bagian terkecil dari jagat raya ini.
II.2.3 Guna Sajen Bagi Masyarakat Adat Jawa Barat
Didalam ritual warisan para leluhur, yang sering kali dilakukan oleh
masyarakat adat Jawa Barat, penggunaan sajen bertujuan untuk upaya
menyampaikan pesan kepada segala dimensi kehidupan, Menurut (Luki
Hendrawan, 2014) hal tersebut dilakukan karena.
• Pujian lisan manusia kepada keagungan maha karya Yang Maha Kuasa tidak mungkin sempurna.
• Ngarasa
• Rumasa
• Tumarima
11 • Bahasa lisan dan tulisan adalah asli hasil daya cipta manusia, dan pasti
penuh keterbatasan.
• Bahasa buatan manusia yang disampaikan melalui “kata” tidak cukup untuk berbicara dengan semesta kehidupan.
• Mustahil keagungan semesta dapat terwakili hanya oleh gerakan lidah manusia.
Gambar II.3 Penghormatan Terhadap Sajen
(Foto Pribadi. 2014)
Sajen merupakan tulisan Yang Maha Kuasa sebagai pemunah
kesombongan manusia. Sajen menjadi sebuah bahasa yang universal yang bisa
dibaca oleh seluruh mahluk hidup khususnya manusia tergantung oleh cara
pandang, cara membaca, dan mengartikan makna dari sajen tersebut, karena
tulisan maha agung yang terangkum di dalam sajen memiliki bahasa yang sangat
suci, dengan kata lain sajen memiliki bahasa yang sangat jujur seperti gula dengan
manisnya, garam dengan asinnya dan tentunya tanpa campur tangan daya cipta
12 Ungkapan pesan yang disampaikan melalui beberapa sarana berupa benda
alam hasil daya cipta sang maha agung yang dapat dibaca oleh segala mahluk,
maka sasajen bisa disebut juga sebagai bahasa buwana, berikut beberapa contoh
unsur yang terangakum di dalam sajen antara lain.
• Unsur inti pemberi kehidupan (api, udara, air, tanah). • Unsur awal kehidupan (telur).
• Unsur ruang & waktu / cahaya (kelapa / daun kelapa). • Unsur rasa utama (asin, manis, pahit, asam, pahang). • Unsur keindahan rupa & penciuman (bunga, wewangian). • Unsur kesuburan & kemakmuran (padi / beras, buah).
Menurut Luki Hendrawan Su-Astra Ajian Ra Hayu ning Rat Pangruwat
ing Diyu adalah sebuah ayat-ayat atau tulisan yang hidup dan memberi kehidupan,
menurut ajar pikukuh sunda sebagai maha karya sastra Yang Maha Kuasa (Luki
Hendrawan, 2014).
Dengan demikian sajen merupakan sebuah titis-tulis Yang Maha Kuasa
yang sudah tentu harus dimengerti dan dihormati oleh seluruh mahluk hidup
khususnya manusia, karena sajen adalah suatu bentuk usaha manusia dalam
memberadabkan diri, serta berkomunikasi dengan segala dimensi kehidupan agar
terjadi hubungan yang selaras.
II. 3 Media Informasi
Pengertian media informasi menurut Sadiman (2002) adalah, media berasal dari
bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
II. 3.1 Media Informasi Yang Tersebar Tentang Sajen
13 keinginan, selain itu juga sebagian besar media informasi tidak tahu bahwa sajen dan sastra jen rahayu ningrat pangruwat ing diyu kedua istilah ini sama saja, hal tersebut terjadi karena terjadi perubahan istilah yang terlalu jauh, sehingga makna yang terkandung didalamnya menjadi hilang.
Kurangnya pengetahuan bangsa Nusantara khususnya Jawa Barat terhadap guna sajen, sebagai ajaran kebudayaan yang diwariskan oleh para leluhur, menjadi tolak ukur bahwa kemunduran bangsa Nusantara semakin terlihat jelas, yang disebabkan oleh memudarnya kebudayaan, karena bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang mengenal sejarah leluhurnya.
II. 3.2 Buku
Buku bacaan adalah buku yang digunakan sebagai penambah pengetahuan atau pengalaman atau juga sebagai hiburan, yang menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi buku bacaan fiksi dan non fiksi.
14
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
Strategi perancangan yang dibuat adalah mengangkat tema su astra ajian rahayu ning rat pangruwat ing diyu (sajen) yang disajikan secara informatif
sesuai dengan keadaan pola pikir, cara hidup, pandangan, psikologis, dan kultur masyarakat modern, dengan tidak mengurangi nilai kesakralan yang tedapat pada sajen tersebut.
Untuk itu, penulis membuat solusi berupa media informasi yang menjelaskan mengenai sajen dalam kebudayaan Jawa Barat, dengan menuangkannya ke dalam karya literatur berupa buku informasi dengan teks dan gambar fotografi yang diambil pada upacara-upacara kebudayaan di Jawa Barat.
III.1.1 Pendekatan Komunikasi
Masyarakat yang menjadi target audiens untuk menerima informasi mengenai su astra ajian rahayu ning rat pangaruwat ing diyu (sajen) dapat dikatagorikan secara demografis, geografis, dan psikografis, antara lain sebagai berikut;
1. Demografis
Secara demografis target audiens ditujukan kepada kalangan dewasa dengan usia antara 21 sampai 30 tahun, yang meliputi mahasiswa sampai sudah bekerja. Dipilihnya rentang usia ini dikarenakan pada kalangan usia tersebut telah mencapai tingkat kematangan berfikir, yang artinya pada kalangan usia ini sudah cerdas dalam mengkaji dan memilah-milah suatu informasi.
Kalangan yang dipilih sebagai target audiens ini tergolong pada kelas sosial menengah keatas dikaitkan dengan kemampuan daya beli target audiens tersebut.
15 sampaikan hanya meliputi tentang kebudayaan masyarakat Jawa Barat saja, karena informasi ini merupakan refleksi dari kebudayaan masyarakat. 2. Geografis
Secara geografis target audiens ditujukan kepada kalangan dewasa yang bertempat tinggal di kawasan pemukiman perkotaan di provinsi Jawa Barat.
3. Psikografis
Akal pikiran kalangan dewasa seringkali bergerak bebas dalam alam abstrak. Baik situasi-situasi nyata maupun bagan-bagan/simbol-simbol/gambar-gambar skematis tidak membantunya. Namun demikian, tidak berarti bahwa gejala pikiran berdiri sendiri melainkan tanggapan, ingatan membantunya. Di samping itu, kecerdasan pikir sendirilah yang berperanan memecahkan masalah. Maka tingkat ini dikatakan tingkat berpikir yang tertinggi. Orang-orang dewasa biasanya telah memilki kemampuan berpikir abstrak.
III.1.2 Strategi Komunikasi
Dibutuhkan perancangan strategi khusus untuk sebuah media informasi seperti karya literatur ini, agar bisa mencapai tujuan dan pesan nilai yang ingin disampaikan pada target audiens bisa diterima, tentu dengan tidak mengesampingkan nilai kesusastraan dan estetika literatur maupun visual.
Untuk mencapai tujuan itu, maka pembuatan media informasi buku su astra ajian rahayu ning rat pangruwat ing diyu (sajen) ini dibuat dengan
pendekatan komunikasi budaya dengan menyisipkan pantun-pantun sunda kuno yang selalu digunakan pada upacara ritual, serta menjabarkan makna dan filosofinya.
16 III.1.3 Strategi Kreatif
Agar media informasi buku sajen dapat diminati kembali diera modern ini, begitu juga pada kalangan dewasa, adalah dengan tindak lanjut berupa pembuatan media buku sajen, dengan informasi yang cukup mendalam mengenai filosofi yang berkaitan dengan cara ciri hidup dalam kebudayaan.
Pesan yang disampaikan pada buku dibuat semudah mungkin, dengan bobot pesan yang didominasi oleh gambar fotografi yang diambil langsung dari upacara-upacara kebudayaan di Jawa Barat, hal tersebut dilakukan bertujuan agar pesan mudah dimengerti, serta para pembaca tidak mudah jenuh dengan dengan visual yang dibuat.
III.1.4 Strategi Media
Dalam perancangan buku informasi sajen ini, akan diguanakan media utama dan beberapa media pendukung diantaranya.
1. Media Utama
Media utama yang digunakan berupa buku informasi sajen, seperti yang sudah dibahas, buku sajen ini merupakan genre buku yang menggunakan gambar fotografi dan tulisan, yang mana lebih didominasi oleh gambar dan penataan tulisan yang cukup sederhana, hal tersebut dilakukan dengan maksud, agar dalam penyampaian pesan mudah untuk disampaikan, diharapkan dapat menjangkau kalangan dewasa.
Media buku pun dipilih dengan pemikiran bahwa buku lebih dapat menjangkau banyak segmentasi ekonomi, karena tidak membutuhkan teknologi semacam computer atau pun sejenisnya. Selain itu, alasan lainnya yaitu menjadi media koleksi, berbeda dengan media digital yang hanya berupa data.
17 2. Media Pendukung
Untuk mendukung media utama tadi, dibutuhkan beberapa media promosi yang berfungsi sebagai media pengingat, sehingga mampu menarik minat target audiens terhadap buku informasi sajen, beberapa konsep media penunjang yang akan dibuat diantaranya.
• X- Baner • Poster • Tas buku • Pembatas buku • Stand display buku • Figura
• Umbul-umbul • Pin
1. X-Banner
X-banner ini merupakan media yang memuat informasi mengenai launching peluncuran buku sajen. Pada x-banner ini visualnya menggunakan logo cover sajen, foto sajen, informasi keterangan launching buku, dan logo penerbit. Pengaplikasian x-banner ini dapat ditempatkan di stand atau meja tempat dimana buku cerita bergambar ini disimpan.
18 2. Poster
Poster ini merupakan media yang memuat informasi mengenai launching peluncuran buku sajen. Pada poster ini visualnya menggunakan logo cover sajen, foto sajen, informasi keterangan launching buku, dan logo penerbit.
Gambar III.3 (Sketsa Poster)
3. Kaos
Konsep kaos adalah salah satu strategi media promosi berjalan, Penyebaran kaos dengan cara diberikan kepada pembeli buku sebagai hadiah.
19 4. Display Buku
Display buku berkonsep kebudayaan, dengan menggunakan bahan dari kayu.
Gambar III.5 (Sketsa Display Buku)
5. Pembatas Buku
Visual dari pembatas buku menggunakan logo yang digunakan pada cover sajen, serta di tambah visual kujang pada bagian atasnya.
20 6. Umbul-Umbul
Umbul-umbul ini sebagai media pendukung yang berfungsi sebagai penanda lokasi acara bedah buku berlangsung.
Gambar III.7 (Sketsa Umbul-Umbul)
7. Pin
Pin berguna sebagai media pengingat, serta menjadi hadiah yang didapat dari pembelian buku sajen.
21 III.2 Konsep Visual
Dalam buku sajen ini, visual yang digunakan didominasi oleh fotografi yang bergambar upacara-upacara pada ritual adat sunda, dengan tata letak tulisan yang cukup sederhana, serta pewarnaan dan pencitraan kebudayaan pada masa lalu, hal tersebut dilakukan dengan maksud memicu rasa kerinduan target audien terhadap kebudayaan yang pada saat ini sudah cukup jarang dijumpai.
III.2.1 Format Desain
Format desain buku su astra ajian rahayu ning rat pangruwat ingdiyu (sajen) ini berukuran 14,8 X 21 dengan jumlah halaman tidak lebih dari 80, serta berbentuk landscape. Format desain buku ini termasuk format buku yang tidak standar, hal tersebut yang menjadi salah satu keunikan pada buku sajen ini.
III.2.2 Tata Letak
Penggunaan tata letak yang digunakan pada buku ini, terbilang cukup sederhana dan banyak menyisakan ruang kosong, pada setiap perpindahan materi selalu menyisipkan sedikit tulisan pantun yang diiringi dengan gambar fotografi sebagai pengisi suasana. Kekosongan menjadi salah satu filosofi dalam kebudayaan sunda, karena di dalam sajen bercerita tentang alam semesta yang di dominasi oleh ruang kosong, hal tersebut sangat dipercaya oleh masyarakat adat Jawa Barat.
22 Gambar III.9 (Sketsa Tata Letak)
Gambar III.10 (Sketsa Tata Letak)
Gambar III.11 (Sketsa Tata Letak)
III.2.3 Tipografi
Dalam perancangan buku sajen ini digunakan beberapa jenis font untuk mengisi pesan dan kesan pada tiap-tiap penggunaan font tersebut. Pada bagian judul cover digunakan font Minion Pro Medium untuk menunjukan kesan tegas dan tingkat keterbacaan cukup tinggi, sedangkan pada bagian sub judul digunakan font FontleroyBrown dengan maksud menunjukan kesan klasik dan elegan.
Minion Pro Medium
QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG
23 quick brown fox jumps over the lazy dog
FontleroyBrown
QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY
DOG
Quick Brown Fox Jumps Over The Lazy Dog
quick brown fox jumps over the lazy dog
Pada bagian body tex mengunakan font Calibri dengan maksud memberikan kenyamanan dan kecepat dalam membaca, karena memiliki tingkat kerbacaan yang tinggi, sedangkan pada bagian lain yang menjadi sisipan pantun menggukan font Vijaya, yang bertujuan untuk memberikan kesan klasik pada bagian tersebut.
Calibri
QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG
Quick Brown Fox Jumps Over The Lazy Dog
quick brown fox jumps over the lazy dog
Vijaya
QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG
Quick Brown Fox Jumps Over The Lazy Dog
quick brown fox jumps over the lazy dog
III.2.4 Ilustrasi
24 Gambar III.12 Tumpeng (2014) Gambar III.13 Alam (2014)
Gambar III.14 (Sketsa Ilustrasi Sampul)
25 Selain itu untuk melengkapi kebutuhan ilustrasi pada informasi sajen ini, membutuhkan pengambilan gambar tempat atau pemandangan yang dianggap bersejarah dan memiliki nilai tinggi bagi masyarakat adat Jawa Barat.
III.2.5 Warna
Warna yang akan digunakan yaitu warna-warna standar seperti hitam dan putih, warna tersebut akan ditempatkan pada bagian background, untuk background putih dengan teks hitam dan latar hitam dengan teks putih. Maksud dari pewarnaan hitam dan putih yaitu bercerita tentang keseimbangan, yang menjadi siklsus dari alam semesta.
Gambar III.15 (Penggunaan Warna RGB)
Pada bagian visulisasi berupa foto, warna yang akan digunakan yaitu warna sepia, untuk menambah nilai pada suasa gambar menjadi lebih mimiliki karakter kebudayaan. Foto-foto yang di beri suasana sepi akan ditempatkan pada bagian pantun-pantun yang terdapat pada buku informasi sajen. Sedangkan pada bagian informasi akan diberi warna suasana aslinya.
26 BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Media Utama
Media utama untuk menyampaikan su astra ajian rahayu ning rat pangruwat ing diyu (sajen) ini yaitu berupa buku informasi. Buku sajen ini merupakan jenis buku yang menggunakan gambar fotografi dan tulisan, yang mana lebih didominasi oleh gambar dan penataan tulisan yang cukup sederhana, hal tersebut dilakukan dengan maksud, agar dalam penyampaian pesan mudah untuk disampaikan, diharapkan dapat menjangkau kalangan dewasa.
Pada bagian sampul buku diberi ilustrasi yang merupakan filosofi dari sajen. Konsep dari ilustrasi pada sampul ini diambil dari bentuk tumpeng, selain itu disesuaikan juga dengan maknanya yaitu matahari, gunung, dan laut yang mewakili seluruh unsur didalam kehidupan. Dari referensi bentuk tumpeng, kemudian distilasi menjadi ilustrasi sederhana.
Warna yang digunakan yaitu warna-warna standar seperti hitam dan putih, warna tersebut akan ditempatkan pada bagian background, untuk background putih dengan teks hitam dan latar hitam dengan teks putih. Maksud dari pewarnaan hitam dan putih yaitu bercerita tentang keseimbangan, yang menjadi siklsus dari alam semesta.
27 Media Utama : Buku Informasi Sajen
Ukuran : 14,8cm x 21cm Material : Art paper 260gr Teknis produksi : Cetak Offset Sparasi Jilid : softcover laminasi Doff
IV.1.1 Sampul 1. Sampul Depan
Pada sampul depan terdapat logo yang menggambarkan matahari, gunung, dan laut, serta mengambarkan juga tumpeng yang biasanya menjadi bagian sajen.
Judul buku bertuliskan ‘SAJEN’. Kemudian pada sub judul bertuliskan ‘Su Astra Ajian Rahayu ning Rat Pangruwat ing Diyu’. Dibagian bawah terdapat
nama penulis.
2. Sampul Belakang
Pada sampul belakang terdapat beberapa foto yang mewakili isi buku. Pada bagian atas sampul terdapat judul buku kemudian pada bagian tengah halaman diisi dengan sinopsis informasi sajen.
28 Gambar IV.3 Jaket Sampul
IV.1.2 Isi Halaman
Isi halaman yang terdapat pada buku ini, terbilang cukup sederhana dan banyak menyisakan ruang kosong, serta pada setiap perpindahan materi selalu menyisipkan sedikit tulisan pantun yang diiringi dengan gambar fotografi sebagai pengisi suasana. Perancangan tata letak yang dibuat disini menitik beratkan pada kenyamanan target audiens dalam membaca dan menghayati isi dari informasi tersebut.
29 Gambar IV.5 (isi halaman pantun)
Bagian buku : Halaman isi Ukuran : 14,8cm x 42cm Material : Art paper 260gr Jumlah halaman : 80 halaman bukaan Teknis produksi : Cetak offset sparasi
VI.2 Teknis Proses Pembuatan BukuInformasi Sajen
Proses pembuatan buku informasi sajen ini diawali dengan proses pemotretan untuk mendokumentasikan aktivitas ritual adat serta sajennya, setelah data gambar didapat, kemudian dipilih. Proses pengeditan warna dilakukan menggunakan software Adobe Photoshop.
30 Gambar IV.7 (Editing foto Adobe Photoshop CS6)
Setelah gambar dipilih dan diolah, mulai masuk pada proses pelayoutan dengan menggunakan software Adobe Indesign.
Gambar IV.8 (Editing layout Adobe Indesign CS6)
31 IV.3 Kemasan
Kemasan untuk buku informasi sajen ini berupa tas koja untuk menyimpan buku. Tas koja bahannya terbuat dari kulit kayu yang dianyam, untuk bagian penempatan logo sajen, digantungkan di tengah tas.
Gambar IV.10 (Tas koja kemasan buku)
Kemasan : Tas Koja
Ukuran : 18 cm x 5 cm x 24 cm
Material : kulit kayu, dan batok kelapa Material gambar : Artpaper 190gsm
Teknis produksi gambar : Cetak offset sparasi
IV.4 Media Pendukung
Media untuk mendukung media utama buku infotmasi sajen ini antara lain: 1. X-Banner
32 ditempatkan di stand atau meja tempat dimana buku cerita bergambar ini disimpan.
Gambar IV.11 (X-Banner)
Media Pendukung : X-Banner
Ukuran : 60 cm x160 cm
Material : Flexi German Teknis produksi : digital printing
2. Poster
33 Gambar IV.12 (Poster)
Media pendukung : Poster
Ukuran : A3
Material : Artpaper 190gsm Teknis produksi : Cetak offset sparasi
3. Pin
Pin berguna sebagai media pengingat, serta menjadi hadiah yang didapat dari pembelian buku sajen.
34 Media pendukung : Pin
Ukuran : 4.20cm X 1cm
Material : Kuningan Teknis produksi : Etching
4. Umbul-Umbul
Umbul-umbul ini sebagai media pendukung yang berfungsi sebagai penanda lokasi acara bedah buku berlangsung.
Gambar IV.14 (Umbul-Umbul)
Media pendukung : Umbul-Umbul
Ukuran : 40cm X 45cm
35 5. Pembatas Buku
Visual dari pembatas buku menggunakan logo yang digunakan pada cover sajen, serta di tambah visual kujang pada bagian atasnya.
Gambar IV.15 (Pembatas Buku)
Media Pendukung : Pembatas Buku Ukuran : 5.50 cm x 11 cm Material : Art paper 260gr Teknis produksi : Cetak offset sparasi
6. Kaos
Konsep kaos adalah salah satu strategi media promosi berjalan, Penyebaran kaos dengan cara diberikan kepada pembeli buku sebagai hadiah. Bagian depan bergambar logo sajen, sedangkan bagian belakang bertuliskan salah satu pantun yang terdapat pada siksa kang karesian.
36 Media Pendukung : Kaos
Ukuran : All Size Material Gambar : Kain
Teknis produksi : Cetak Sablon
7. Display Buku
Display buku berkonsep kebudayaan, dengan menggunakan bahan dari.
Gambar IV.17 (Display Buku)
Media Pendukung : Display Buku Ukuran : 100 cm X 300 cm
Material : Kayu