28 4.1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di dua Sekolah Dasar yaitu SD Negeri Randuacir 01 dan
SD Negeri Randuacir 02 tahun ajaran 2014/2015 yang siswanya masing-masing
berjumlah 15 dan 19 siswa. Kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah diuji kesamaan
variannya yang menunjukkan bahwa keadaan kedua kelas homogen. Artinya
memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok
mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelas eksperimen dapat diberi
perlakuan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah.
Kedua kelompok diberi alokasi waktu yang sama dalam pembelajaran yaitu 2
x pertemuan (4 x 35 menit). Sebelum diberi treatment kedua kelas diberi tes (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi treatment. Setelah akhir
penyampaian semua materi kedua kelompok diberi tes dengan soal yang sama
(posttest) tujuannya untuk mengetahui apakah treatment yang digunakan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada pertemuan pertama
kelas eksperimen siswa diajarkan menggunakan metode ceramah, guru menjelakan
materi dan siswa mendengarkan, agar siswa lebih mudah memahami materi ketika
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) . Pada pertemuan kedua kelas eksperimen tampak antusias dan bersemangat untuk memulai pelajaran dengan permainan kartu. Siswa-siswi saling berebut untuk
mencocokan kartu-kartu. Kendala yang dihadapi Pertemuan kedua adalah kegaduhan
siswa saat mencari pasangan dari kartu. Selain itu ada juga siswa yang tidak mau
berpasangan dengan lawan jenisnya karena malu. Kelas kontrol juga melakukan 2x
Pada pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan tanya jawab.
Kemudian guru menjelaskan materi. Saat tanya jawab banyak siswa yang malu
menjawab pertanyaan dari guru tetapi juga ada siswa yang tidak malu dan menjawab
pertanyaannya. Sama seperti pertemuan pertama, pada pertemuan kedua
pembelajaran dimulai dengan tanya jawab tentang pelajaran lalu. Kemudian guru
melanjutkan materi selanjutnya. Setelah semua materi disampaikan lalu guru
memberikan soal untuk evaluasi.
Berikut merupakan jadwal penelitian dan tes yang dilaksanakan pada kedua kelas.
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian di SD Negeri Randuacir 01 dan SD Negeri Randuacir 02
Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015
No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1. 01 desember 2014 Ijin Penelitian ( pada pertemuan ini, meminta ijin kepada pihak sekolah di kedua SD untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut)
4. 03 desember 2014 Perkenalan dengan siswa untuk kelas eksperimen
Memberikan uji kesetaraan kepada kelas eksperimen dan dengan materi sebelumnya. 5. 05 desember 2014 Perkenalan dengan siswa untuk kelas
kontrol
Memberikan uji kesetaraan kepada kelas kontrol dan dengan materi sebelumnya. 6. 10 desember 2014 Kegiatan pembelajaran pada kelas
eksperimen
7. 12 desember 2014 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas eksperimen
8. 11 desember 2014 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas control 9. 13 desember 2014 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas control
4.2. Hasil Analisis Data
Hasil analisis data skor hasil belajar matematika yang terkumpul dari hasil
dilakukan pada saat pra-penelitian. Kedua analisis data pada penelitian ini
menggunakan program SPSS 18,0 for windows.
4.2.1 Analisis Deskriptif Data
Analisis deskriptif pada data penelitian posttest dilakukan dengan bantuan SPSS 18,0 for windows. Sebelum analisis deskriptif dilakukan terlebih dahulu dibuat tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar pretset dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Destribusi frekuensi yang dibuat bertujuan untuk mempermudah dalam
membuat interval kelas. Sugiyono (2011:34-35) Untuk menentukan jumlah kelas
digunakan rumus yang mengacu dari Sturges (K=1 + 3,3 log n) dan n merupakan
jumlah siswa.
Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut:
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal
Banyaknya kategori / kelas = 1 + 3,3 log n interval
4.2.1.1Data Pre Tes
Analisis data pretest dilakukan dengan membuat destribusi frekuensi dari nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Destribusi frekuensi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui persebaran dan interval nilai. Berikut ini hasil perhitungan
dan destribusi frekuensi nilai dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Destribusi frekuensi pretest kelas eksperimen :
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal = 86 – 40
= 46
Banyaknya kategori = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 46
=1 + 5.49
= 6.49 (dibulatkan menjadi 6)
interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
46 6
= 7,66 (dibulatkan menjadi 8)
Berikut disajikan Tabel 4.2 destribusi frekuensi pretest kelas eksperimen
Tabel 4.2
Destribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen
NO. Interval Kelas Eksperimen
Frekuensi Persentase
1 40 – 48 2 13,33%
2 49 – 57 3 20%
3 58 – 66 4 26,67%
4 67 – 75 3 20%
5 76 – 84 2 13,33%
6 85 – 93 1 6,67%
Jumlah 15 100%
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui destribusi skor hasil belajar posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Interval merupakan persebaran nilai dari hasil posttest yang telah dilaksanakan. Skor hasil posttest pada kelas eksperimen sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 40 sampai dengan 48 sebanyak 2 anak dengan peresentase
13,33. Siswa yang mendapat skor 49 sampai dengan 57 terdiri dari 3 anak dengan
persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 58 sampai dengan 66 sebanyak 4 anak
dengan persentase 26,67%. Siswa yang mendapat skor 67 sampai dengan 75
sebanyak 3 anak dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 76 sampai
dengan 84 sebanyak 2 anak dengan persentase 13,33% dan Siswa yang mendapat
skor 85 sampai dengan 93 sebanyak 1 anak dengan persentase 6.67%. Berikut grafik
Destribusi frekuensi prettest kelas kontrol :
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal = 90 – 63
= 27
Banyaknya kategori = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 27
=1 + 4,72
= 5,72 (dibulatkan menjadi 6)
Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
= 27 6
=4,5 (dibulatkan menjadi 5)\ 0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Berikut disajikan Tabel 4.3 destribusi frekuensi pretest kelas kontrol
Tabel 4.3
Destribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
NO. Interval Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui destribusi skor postest kelas kontrol. Skor hasil posttest pada kelas kontrol sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 terdiri dari 8 anak dengan persentase 42,11%. Siswa yang mendapat skor
66 sampai dengan 71 sebanyak 3 anak dengan persentase 15,79%. Siswa yang
mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak dengan persentase 15,79%
siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 84 sebanyak 1 anak dengan persentase
5,26% dan siswa yang mendapat skor 85 sampai dengan 90 sebanyak 4 anak dengan
persentase 21,05%. Berdasarkan nilai-nilai skor hasil posttest kelas kontrol tersebut dapat disajikan ke dalam Grafik 4.2 sebagai berikut.
Berikut disajikan Tabel 4.4. destribusi frekuensi skor hasil belajar dari hasil
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.4
Destribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol NO. Interval
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Frekuensi Persentase Frekuensi Persenta
se eksperimen dan kelas kontrol. Interval merupakan persebaran nilai dari hasil pretest
yang telah dilaksanakan. Skor hasil pretest pada kelas eksperimen sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 terdiri dari 0 anak dengan persentase
0 %. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 sebanyak 5 anak dengan
persentase 33,33%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak
dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 2
anak dengan persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89
sebanyak 3 anak dengan persentase 20% dan siswa yang mendapat skor 90 sampai
dengan 95 sebanyak 3 anak dengan persentase 12,50%.
yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 terdiri dari 9 anak dengan persentase
47,37%. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 sebanyak 2 anak dengan
persentase 10,53%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak
dengan persentase 15,79%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83
sebanyak 1 anak dengan persentase 5,26%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai
90 sampai dengan 95 sebanyak 2 anak dengan persentase 10,53%.. Berdasarkan
nilai-nilai skor hasil pretest tersebut dapat disajikan ke dalam Grafik 4.3 sebagai berikut:
Destribusi frekuensi pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebagai berikut:
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal = 90 – 40
= 50
Banyaknya kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 50
=1 + 5,61
= 6,61 (dibulatkan menjadi 7)
interval
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
40 –47 48 –55 56 –63 64 –71 72 –78 79 - 86 87 - 94
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
=𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
=50 7
4.2.1.2Data Post Tes
Data posttest diperlukan untuk mengetahui hasil belajar kedua kelas eksperimen setelah dikenai model pembelajaran yang berbeda dengan bantuan media
pembelajaran yang sama. Hasil posttest siswa ini diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang diberi perlakukan yang berbeda pada kelas eksperimen.
Analisis data posttest dilakukan dengan membuat destribusi frekuensi dari nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Destribusi frekuensi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui persebaran dan interval kelas pada nilai posttest. Berikut ini hasil perhitungan dan destribusi frekuensi nilai dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Destribusi frekuensi posttest kelas eksperimen :
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal
= 5,87 (dibulatkan menjadi 6)
Interval
Berikut disajikan Tabel 4.5 destribusi frekuensi posttest kelas eksperimen
Tabel 4.5
Destribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen
NO. Interval Kelas Eksperimen
5 84 – 89 3 20%
6 90 - 95 4 26,67%
Jumlah 15 100%
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui destribusi skor hasil belajar posttest kelas eksperimen. Interval merupakan persebaran nilai dari hasil posttest yang telah dilaksanakan. Skor hasil posttest pada kelas eksperimen sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 sebanyak 1 anak dengan peresentase 6,67%.
Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 terdiri dari 2 anak dengan persentase
13,33%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak dengan
persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 2 anak
dengan persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89
sebanyak 3 anak dengan persentase 20% dan Siswa yang mendapat skor 90 sampai
dengan 95 sebanyak 4 anak dengan persentase 26,67% Berikut grafik skor posttest kelas eksperimen yang disajikan pada grafik 4.4:
Destribusi frekuensi posttest kelas kontrol:
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal 0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
60-65 66 –71 72 –77 78 –83 84 –89 90 - 95
posttest kelas eksperimen
= 90 – 60
= 30
Banyaknya kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30
=1 + 4,87
= 5,87 (dibulatkan menjadi 6)
interval
Berikut disajikan Tabel 4.6 destribusi frekuensi posttest kelas kontrol
Tabel 4.6
Destribusi Frekuensi Posttest Kelas kontrol
NO. Interval Kelas kontrol
Frekuensi Persentase dengan 65 sebanyak 5 anak dengan peresentase 26,32%. Siswa yang mendapat skor
66 sampai dengan 71 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15,78%. Siswa yang
mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 4 anak dengan persentase 21,05%.
Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 1 anak dengan persentase
5,26%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89 sebanyak 3 anak dengan
persentase 15,79% dan Siswa yang mendapat skor 90 sampai dengan 95 sebanyak 2
anak dengan persentase 10,53%. Berdasarkan nilai-nilai skor hasil posttest kelas kontroltersebut dapat disajikan ke dalam Grafik 4.5 sebagai berikut.
=Banyak kelas Range
=306
\
Destribusi frekuensi posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal = 95 – 60
= 35
Banyaknya kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 35
=1 + 6,10
= 7 (dibulatkan menjadi 7)
interval
Dibulatkan menjadi 9
Berikut disajikan Tabel 4.7 destribusi frekuensi skor hasil belajar dari hasil
postest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. 0
1 2 3 4 5 6
60-65 66 –71 72 –77 78 –83 84 –89 90 - 95
post test kelas kontrol
Interval
= Range
Banyak Kelas
=357
Tabel 4.7
Destribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas kontrol
NO. Interval Kelas Eksperimen Kelas kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 60-65 1 6,67% 5 26,32%
eksperimen dan kelas kontrol. Interval merupakan persebaran nilai dari hasil pretest
yang telah dilaksanakan. Skor hasil posttest pada kelas eksperimen sebagai berikut :
siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 sebanyak 1 anak dengan peresentase
6,67%. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 terdiri dari 2 anak dengan
persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak
dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 2
anak dengan persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89
sebanyak 3 anak dengan persentase 20% dan Siswa yang mendapat skor 90 sampai
dengan 95 sebanyak 4 anak dengan persentase 26,67%.
Skor hasil belajar postest pada kelas kontrol antara lain: siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 sebanyak 5 anak dengan peresentase 26,32%. Siswa yang
mendapat skor 66 sampai dengan 71 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15,78%.
Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 4 anak dengan persentase
21,05%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 1 anak dengan
persentase 5,26%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89 sebanyak 3 anak
dengan persentase 15,79% dan Siswa yang mendapat skor 90 sampai dengan 95
sebanyak 2 anak dengan persentase 10,53%.
Berdasarkan analisis destribusi frekuensi yang dibuat, maka dapat dilakukan
analisis deskriptif. Analisis deskriptif pada penelitian berisi tentang gambaran data
tentang jumlah data, nilai maksimum, nilai minimum, mean dan standar deviasi. Data
yang akan dianalisis berupa skor hasil belajar Matematika dari hasil posttest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Berikut ini analisis deskriptif yang disajikan
kedalam Tabel 4.8
Tabel 4.8
Analisis Deskriptif Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kelas kontrol 19 60.00 90.00 75.0000 9.57427
kelas eksperimen 15 65.00 95.00 80.6667 8.83715
Valid N (listwise) 11
Output Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa skor hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dengan jumlah siswa (N) sebanyak 15
0 1 2 3 4 5 6
60-65 66 –71 72 –77 78 –83 84 –89 90 - 95
Series1
mempunyai skor minimum 65 dan nilai maksimum 95, sedangkan mean 80,67 dan
standar deviasinya (ukuran persebaran) sebesar 8,84.
Pada kelas kontrol skor hasil posttest dengan jumlah siswa (N) sebanyak 19 mempunyai nilai minimum 60 dan nilai maksimum 90. Sedangkan mean 75 dan
standar deviasinya (ukuran persebaran) 9,57. Semakin kecil standar deviasi berarti
semakin kecil persebarannya atau semakin tidak terlalu jauh dari rata-rata, berarti
data tersebar disekitar rata-rata.
Dari skor posttest tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata skor posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata skor posttest kelas kontrol.
4.3 Analisis Data
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan dari hasil belajar siswa
kelas IV SD yang dikenai model pembelajaran tipe CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan media kelereng dengan hasil belajar siswa kelas IV SD yang dikenai model ceramah pada materi bilangan bulat maka dilakukan uji t atau uji beda
pada nilai posttest.
Uji Beda yang digunakan adalah uji dua sampel tidak berhubungan
(Independen Samples T Tes). Independen Samples T Tes digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak
berhubungan. Uji hipotesis dengan uji perbedaan dilakukan untuk mengetahui apakah
ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 terhadap
hasil belajarnya. Uji t dilakukan dengan bantuan Independent Sample T-Test dari SPSS 16,0 for windows. Sebelum dilakukan uji beda maka dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
seperti yang dilakukan pada saat uji kesetaraan.
4.3.1 Uji Normalitas dan Homogenitas 4.3.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data
windows pada data uji Kolmogorov-Smirnov/Shapiro-Wilk kriterianya adalah jika signifikansi hasil perhitungan > 0,05 berarti berdestribusi normal (Priyatno, 2010).
Hasil uji normalitas yang dilakukan dapat dilihat dari Tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.9
Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen 1 Dan Kelas Eksperimen 2
Tests of Normality
kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai kelas kontrol .162 19 .200* .938 19 .248
kelas eksperimen .155 15 .200* .955 15 .612
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan output pada Tabel 4.9 diatas diperoleh hasil bahwa data kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang didapat berdestribusi normal. Hal ini dibuktikan
dengan hasil Siginifikansi > 0,05 yaitu kelas eksperimen 0,248 dan kelas kontrol 0,612 jadi dari tabel output bahwa data tersebut dinyatakan berdestribusi normal.
Grafik 4.7. Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen
Pada Grafik 4.7 dan 4.8 dapat dilihat sebaran data masih berada disekitar garis
normal yang menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdestribusi normal atau persebarannya merata.
4.3.1.2 Uji homogenitas
Uji homogenitas untuk memastikan kelompok data berasal dari populasi yang
homogen atau memiliki varience sama. Uji homogenitas menggunakan bantuan software SPSS 16,0 for windows pada uji tests of normality dengan kriterianya adalah jika hasil perhitungan > 0,05 berarti kedua kelas homogen (Priyatno, 2010). Hasil uji
homogenitas yang dilakukan dapat dilihat dari Tabel 4.10 sebagai berikut
Tabel 4.10
Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.002 32 30,98 .967
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas dengan metode levene’s menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,002 (kurang dari 0,05), artinya kedua kelompok sample berasa dari populasi yang memiliki variansi yang tidak sama
(heterogen).
4.3.2 Analisa Uji-t
Setelah melakukan uji homogenitas maka dilakukan uji independent sampel t
test untuk membandingkan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Terdapat dua macam independent sample t test yaitu Equal variances assumed
dan Equal variances not assumed. Berdasarkan hasil uji homogenitas yang mneyimpulkan bahwa
kedua kelompok sample berasal dari populasi yang mrmiliki variansi yang tidak sama (heterogrn) maka
indepenpent sample t test yang digunakan adalah Equal variances not assumed. Hasil uji tersebut
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
berjenis equal variances not assumed menghasilkan nilai t sebesar -1,971 dengan
probabilitas signifikansi 0,058 (lebih dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang
dikenai model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan hasil belajar siswa kelas IV SD yang dikenai model pembelajaran ceramah. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh CTL dan ceramah terhadap hasil
4.4Uji Hipotesis
Ho diasumsikan sebagai hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antar variabel, sedangkan Ha diasumsikan sebagai hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antar variabel. Berikut ini merupakan hipotesis statistik yang diuji dalam
penelitian ini yaitu:
H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara
penggunaan metode pembelajaran make a match dengan metode
ceramah terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SDN
Randuacir 01 dan SDN Randuacir 02.
Ha : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan
metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode ceramah terhadap hasil belajar matematika pada siswa
kelas 4 SDN Randuacir 01 dan SDN Randuacir 02.
Dari uji F yang menyatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
merupakan kelas yang setara berarti uji t menggunakan Equal Variance Assumed. Pengujian hipotesis menggunakan uji dua sisi (Sig. (2-tailed)) dengan probabilitas signifikansi > 0,05. Apabila tingkat signifikansi (> 0,05) maka Ho diterima dan Ha
ditolak dan apabila signifikansi (< 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan Tabel 4.11 tersebut hasil uji t diketahui bahwa nilai t adalah -1.956
dengan probabilitas signifikansi (> 0,05) yaitu 0,967 , maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Sedangkan melihat dari tingkat signifikansi hasil yang didapat dari uji t yaitu
0,967 , maka kriteria tingkat signifikansinya adalah signifikan. Dari analisis tersebut
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara
penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode ceramah terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas SDN Randuacir 01 dan
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november 2014 sampai dengan januari
2015. Proses dan alur kerja penelitian dimulai dari a) tahap persiapan, b) tahap
pelaksanaan, c) tahap penyusunan. Tahap persiapan tahap ini mencakup penyusunan
judul, penyusunan proposal, pembuatan instrumen, permohonan izin serta survei di
sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian. Tahap pelaksanaan mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah yang meliputi uji coba instrument dan
pengambilan data. Pada proses pelaksanaan tidak lepas dari treatmen yang digunakan, serta bagaimana cara melaksanakan treatment tersebut secara optimal agar mencapai tujuan atau hasil yang optimal pula. Selanjutnya tahap pengelolaan
data dan konsultasi yang diikuti penyusunan skripsi serta persiapan ujian.
Berdasarkan hasil analisis hasil pretest pada siswa kelas 4 SDN Randuacir 01 dan SDN Randuacir 02 tahun ajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa kedua kelas
tersebut homogen. Artinya data berdestribusi normal dan memiliki varians yang tidak
berbeda secara signifikan dan kedua kelas sebelum diberi perlakuan mempunyai
kemampuan awal yang sama sehingga kelas eksperimen dapat diberi treatment yaitu metode pembelajaran contextual teaching and learning sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Setelah diberi treatment pada kelas eksperimen dan kontrol diberi posttest atau tes akhir.Dalam pembelajaran kelas eksperrimen dan kontrol menggunakan alokasi waktu yang sama yaitu 2
×
pertemuan atau 4 jam pelajaran.Pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning agar suasana pembelajaran dalam kelas menyenangkan dan menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran.
Pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Peranan lebih banyak dan
aktif diperankan oleh guru dibandingkan siswa. Karena guru memberikan penjelasan
mengenai materi pelajaran. Siswa duduk ditempat sambil mendengarkan penjelasan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas di dapatkan bahwa
kegiatan belajar mengajar pada kelas eksperimen berlangsung dengan baik. Baik dari
persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sesuai dengan prosedur dalam metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat diketahui bahwa hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal ini dibuktikan
pada rata-rata hasil belajar untuk posttest pada kelas eksperimen lebih banyak dibandingkan pada kelas kontrol yaitu 80,67 pada kelas eksperimen dan 75 pada kelas
kontrol. Selisih dari rata-rata posttest kelas eksperimen dan kontrol adalah 5,67. Dari hasil posstest tersebut dibandingkan pretest pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen 63,27 sedangkan nilai rata-rata posttset kelas eksperimen 80,67 Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan sebanyak 17,4 pada kelas eksperrimen sedangkan, sedangkan pada kelas
kontrol mengalami peningkatan yaitu nilai pada pretest kelas kontrol 71,52 sedangkan nilai rata-rata posttset kelas kontrol 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan sebanyak 3,48 pada kelas kontrol.
Berdasarkan uji t-tes hasil t-hitung menunjukan -1.956 dengan ρ value 0,590
> 0,05, artinya terdapat pengaruh yang kurang siginfikan setelah melakukan
pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode ceramah. Dapat dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol. Hal ini dapat
dilihat dari adanya perbadaan rata-rata nilai siswa kelas eksperimen sebesar 80,67 dan
kelas kontrol sebesar 75.
Secara umum adanya perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol disebabkan karena pada kelas eksperimen diterapkan metode