• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PADA KOMUNITAS IBU SLUM AREA

KELURAHAN SELAPAJANG JAYA

KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

MUTIARA SARI DEWI NIM : 1110104000051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2014

Mutiara Sari Dewi, NIM: 1110104000051

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang

xix+72 halaman + 13 tabel + 2 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Dukungan keluarga adalah dukungan sosial yang diberikan oleh anggota keluarga seperti orangtua, suami atau istri, atau saudara kandung. Dukungan keluarga memiliki peran penting bagi ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal care. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan antenatal care pada komunitas ibu slum area (daerah kumuh). Penelitian ini dilakukan di pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 28 orang. Sampel penelitian merupakan komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga melahirkan dalam jangka waktu 2012-2014. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Cara pengumpulan data menggunakan kuisioner. Hasil penelitian mengungkapkan 57.1% ibu slum area memiliki dukungan keluarga tidak baik, namun angka kunjungan antenatal care mencapai 96.4%. Hipotesis nol (Ho) diterima atau tidak adanya hubungan bermakna antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan antenatal care dengan p value 1.000 (sig 2 tailed > 0.05). Peran keluarga serta dukungan yang positif bagi ibu hamil sangat perlu untuk ditingkatkan dan dikaji faktor lainnya yang lebih mempengaruhi kunjungan antenatal care.

Kata Kunci: Dukungan keluarga, frekuensi kunjungan antenatal care, slum area

(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2014

Mutiara Sari Dewi, NIM: 1110104000051

The Relationship between Family Support and Antenatal Care Visit Frequency among Maternal Slum Community Areas in Selapajang Jaya Tangerang City

xix + 72 pages + 14 tables + 2 schemes + 7 attachments

ABSTRACT

Family support is the social support provided by family members such as parents, spouse, or sibling. Family support has an important role for pregnant women to visit antenatal care (ANC). The purpose of this study,to know and determine whether there is a relationship between the frequency of family support for antenatal care visits (ANC) on maternal slum community areas (slums). This research was conducted in the slum Village Selapajang Jaya Tangerang City. The number of samples of this study as many as 28 people. The research sample is a community of women who have experienced pregnancy until delivery in the 2012-2014 time period. The study design was cross-sectional. The collecting data was using a questionnaire. The results of the study revealed 57.1% of women slum areas have poor family support either, however the figure reached 96.4% of ANC visits. The results of the statistical test obtained p value 1.000 (2-tailed sig> 0.05). Ho accepted or absence of a significant relationship between the frequency of family support for ANC. The roles and social support from family members for maternal slum mother have to be promoted. In the other hand, many factors which is influencing ANC visit frequency among maternal slum mother need to be examined.

Key Words: Family support, antenatal care visit frequency, slum area

(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MUTIARA SARI DEWI

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 31 Mei 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Roda Hias, RT 007/002 Blok G-4 Kecamatan

Serpong

Tangerang Selatan, Banten

HP : 085718250319

E-mail : mutiara_dewii@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

6. Sekolah Menengah Pertama 02 Cisauk 2004 – 2007

7. Madrasah Aliyah Negeri Serpong 2007 – 2010

8. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 – sekarang

(9)

6. PASKIBRA Kecamatan Setu 2008 – 2009

7. PRAMUKA MAN Serpong 2008 – 2010

8. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat 2010 – 2012

9. Paduan Suara FKIK (PASIFIK) UIN 2010 – 2012

10.BEM Jurusan Ilmu Keperawatan 2012 – 2014

(10)

PERSEMBAHAN

Andai aku telah dewasa, apa yang akan kukatakan untukmu idolaku

tersayang,

Ayah...

Oh, andai... usiaku berubah, kubalas cintamu

Bunda...

Pelitaku, Penerang jiwaku dalam setiap waktu....

Oh Tuhan, Kau kupinta...

Bahagiakan mereka sepertiku....

(Sherina, Andai Aku Besar Nanti)

Dalam selembar kertas ini, ingin kunyatakan bahwa skripsi yang amat sederhana ini, semuanya aku persembahkan kepada:

Mama, satu-satunya wanita yang melahirkanku, yang senantiasa

mendoakanku dalam setiap tahajudnya, yang senantiasa membantuku saat aku terjatuh, dan yang akan selalu mencintaiku seberapapun sering aku melawan perkataannya. I Love You forever, Ma...

Ayah, seorang laki-laki yang rela banting tulang agar aku bisa sekolah

setinggi ini, seorang imam yang selalu menjadi teladan anak-anaknya, seorang pejuang keluarga yang terhebat, laki-laki terbaik sepanjang hidupku...

Adik-adikku tersayang, betapapun kalian sering membuatku kesal, tapi kalianlah saudara sedarahku yang takkan pernah putus sampai kapanpun. Kalianlah yang juga menjadi motivasiku untuk menjadi kakak yang terbaik. Love you guys..

(11)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam dan seluruh isinya. Hanya dengan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula selalu terhantarkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, semoga kita selaku umatnya dapat senantiasa meneladani sifat-sifat mulianya dan mendapatkan syafaatnya. Amin.

Skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area

Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang” ini diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) selain itu juga sebagai media pembelajaran bagi penulis di bidang penelitian.

Proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat bekerja sendiri melainkan banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka melalui tulisan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjuddin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi serta Ibu Eni Nur’aini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(12)

5. Ibu Yenita Agus, M.Kep, Sp.Mat, PhD selaku pembimbing 1 dan Ibu Nia Damiati S.Kp, MSN selaku pembimbing 2 yang tak pernah bosan dan tak pernah lelah selalu mengajarkan serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Segenap jajaran pengajar/dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan berbagai hal serta memberikan inspirasi bagi penulis mengenai dunia keperawatan dan memotivasi penulis untuk menjadi tenaga perawat yang lebih baik di masa yang akan datang.

7. Orang tua tercinta (Bapak H.Mahyuddin,SH dan Ibu Jueriah, S.PdI) dan adik-adik tersayang (M. Akbar dan Maharani Rafadian), serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis hingga penulis mampu mencapai tahap seperti saat ini.

8. Teman-teman seperjuangan, PSIK Angkatan 2010, yang telah bersama-sama berjuang melewati semua tantangan perkuliahan dan selalu kompak. 9. Tak lupa sahabat-sahabat tersayang (Lia, Desi, Hani, Wilda, Mella), tanpa

dukungan kalian penulis merasa bukan siapa-siapa. I Love you gals...

Skripsi ini tak lepas dari segala bentuk kekurangan, sehingga penulis akan sangat menerima kritik dan saran demi terbentuknya karya tulis yang lebih baik.

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta, Juli 2014

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Pernyataan Persetujuan ... v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... viii

Lembar Persembahan ... x

Kata Pengantar ... xi

Daftar Isi ... xiii

Daftar Singkatan ... xvi

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Bagan ... xviii

Daftar Lampiran ... .. xix

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

(14)

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga ... 10

1. Konsep Keluarga ... 10

a. Definisi Keluarga ... 10

b. Tipe-Tipe Keluarga ... 11

2. Konsep Dukungan Keluarga ... 12

a. Definisi Dukungan Keluarga ... 12

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 13

c. Macam-Macam Bentuk Dukungan Keluarga ... 15

d. Sumber Dukungan Sosial / Keluarga ... 16

e. Kualitas Dukungan Keluarga ... 17

f. Fungsi Dukungan Keluarga ... 18

g. Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil ... 19

B. Konsep Antenatal Care ... 20

1. Definisi Antenatal Care... 20

2. Tujuan Antenatal Care ... 21

3. Frekuensi Antenatal Care ... 21

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Antenatal Care ... 23

C. Konsep Slum Area ... 25

1. Definisi Slum Area ... 25

2. Tipe-Tipe Slum Area ... 27

3. Pelayanan Kesehatan di Slum Area ... 28

D. Penelitian Terkait ... 29

E. Kerangka Teori ... 32

3. BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 33

B. Definisi Operasional ... 34

(15)

4. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

1. Hasil Uji Validitas ... 43

2. Hasil Uji Reliabilitas ... 44

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 44

G. Etika Penelitian ... 46

H. Prosedur Pengolahan Data ... 47

I. Teknik Analisa Data ... 49

1. Analisa Univariat ... 49

2. Analisa Bivariat ... 49

5. BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang ... 51

B. Hasil Analisis Univariat ... 52

C. Hasil Analisis Bivariat... 57

6. BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ... 59

B. Analisis Bivariat ... 64

C. Keterbatasan Penelitian ... 68

7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(16)

DAFTAR SINGKATAN

ANC : Antenatal Care

BPS : Badan Pusat Statistik

Depkes : Departemen Kesehatan

Kesbangpol : Kesatuan Bangsa dan Politik

Kesbanglinmas : Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

Litbangkes : Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

MDGs : Millenium Development Goals

Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

UN : United Nation

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Definisi Operasional 34

Tabel 4.1 : Kisi –kisi Kuisioner Dukungan Keluarga 42 Tabel 5.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 52

Tabel 5.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 53

Tabel 5.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 53

Tabel 5.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat

Kesehatan Selama Hamil 54

Tabel 5.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah

Kehamilan 54

Tabel 5.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun

Kehamilan 55

Tabel 5.7 : Gambaran Jenis Pelayanan Kesehatan yang

digunakan Responden 55

Tabel 5.8 : Gambaran Dukungan Anggota Keluarga yang

Menemani Kunjungan ANC 56

Tabel 5.9 : Gambaran Dukungan Keluarga 56

Tabel 5.10: Gambaran Kunjungan ANC 57

Tabel 5.11: Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi

(18)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Kerangka Teori 32

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat- Surat Perizinan

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3. Kuisioner

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas SPSS

Lampiran 5. Hasil Univariat SPSS

Lampiran 6. Hasil Bivariat SPSS

(20)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa Angka

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berkisar 220 per 100.000 kelahiran (WHO,

2011). Indonesia menempati peringkat ketiga negara dengan jumlah AKI

tertinggi setelah Laos dan Kamboja (Hogan dkk, 2008 dalam Tumaji dkk,

2013 ; Kemenkes, 2011). Berdasarkan fakta tersebut, Indonesia bersama

bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium bersama untuk

mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Terdapat delapan tujuan

MDGs, diantaranya tujuan ke-5 yakni meningkatkan kesehatan ibu dengan

dua targetnya yaitu “Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga-perempat

dalam kurun waktu 1990-2015” serta target yang kedua, “Mewujudkan akses

kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015” (Bappenas, 2011).

Penyebab utama kematian ibu masih diyakini adalah trias klasik

(perdarahan, infeksi, dan eklampsia) (Depkes, 2007). Namun jika dilakukan

penelusuran lebih dalam, etiologi lain yang menyebabkan kematian ibu secara

tidak langsung yakni rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, akibat

masih adanya hambatan informasi, hambatan sosial-budaya, hambatan

ekonomi dan hambatan geografis dalam menjaga kesehatan ibu hamil

(21)

berkualitas, komplikasi kehamilan dapat diketahui secara dini sehingga

langsung dapat ditangani (Depkes, 2007).

Pelayanan antenatal terpadu atau dengan istilah antenatal care (ANC)

adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan

kepada semua ibu hamil yang bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin

kelainan/gangguan/penyakit yang diderita oleh ibu hamil (Kemenkes, 2007).

Pelayanan ANC rutin meliputi intervensi medis serta saran-saran kesehatan

yang diterima ibu hamil selama kehamilannya dan ini merupakan poin kunci

bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dalam peningkatan

kesehatan dan pencegahan komplikasi (Kamal, 2013). WHO

merekomendasikan kunjungan ANC pada kehamilan normal, yakni sebanyak

empat kali kunjungan (Tran dkk, 2012).

Namun pelaksanaan ANC secara lengkap (K1-K4) belum begitu

menyeluruh pelaksanaannya, baik di tiap-tiap provinsi di Indonesia, di daerah

pedesaan maupun perkotaan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada

tahun 2010, angka cakupan pelayanan antenatal untuk satu kunjungan (K1)

yakni 92,70% dan empat kali kunjungan (K4) hanya sebesar 61,40%

(Bappenas, 2011). Dalam penelitian oleh Tumaji dkk (2013) dipaparkan

mengenai angka cakupan ANC K1-K4 di daerah kumuh perkotaan di seluruh

Indonesia yang bersumber dari data sekunder, yakni Riskesdas (2010), bahwa

untuk cakupan K1 sudah mencapai 84,6% (n = 2318) dan angka cakupan K4

(1-1-2) yakni mencapai 72,4% dan dinyatakan masih jauh dari target

(22)

WHO merangkum beberapa faktor yang dapat mencegah ibu dalam

menerima atau mencari perawatan selama kehamilannya maupun saat

persalinannya, yakni kemiskinan, jarak, kurangnya informasi, pelayanan

inadekuat, serta budaya (WHO, 2012). Penelitian oleh Rahman (2009) di

komunitas ibu hamil di kawasan kumuh Bangladesh, yakni bahwa tingkat

pengetahuan ibu, lokasi pelayanan kesehatan, pekerjaan suami serta

pendapatan keluarga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi

kunjungan ANC. Hasil studi yang dilakukan oleh Low (2005) mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC diantaranya yaitu faktor

demografik, situasional, dan psikososial, faktor psikososial meliputi reaksi ibu

terhadap kehamilannya, keterlambatan diagnosa kehamilan, kontemplasi

aborsi, serta ketersediaannya dukungan sosial.

Ketersediaan dukungan sosial diyakini menjadi salah satu faktor

perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ANC (Low, 2005; Potter dkk,

2009). Dukungan sosial merupakan kenyamanan secara fisik dan psikologis

yang diberikan oleh teman/anggota keluarga (Baron dan Byne, 2005, dalam

Adicondro, 2011). Hasil penelitian oleh Kim dkk.(2010) bahwa ibu hamil

yang menerima dukungan sosial yang adekuat akan meningkatkan perilaku

ibu dalam menjaga kesehatannya, termasuk melakukan kunjungan prenatal

care. Penelitian oleh Tyas (2013) pada ibu hamil di Puskesmas Bendosari

Kabupaten Sukoharjo, membuktikan bahwa ada hubungan antara dukungan

sosial keluarga dengan perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC.

(23)

tidak melakukan ANC adalah ibu hamil yang mengalami kekurangan

dukungan sosial. Bahkan hasil penelitian oleh Wahn dan Eva Nissen (2008)

pada komunitas wanita di Swedia, menyatakan bahwa wanita ternyata

memang mengharapkan dukungan dari keluarga terutama dari ibu dan suami

pada masa-masa kehamilan mereka.

Adapun dukungan sosial keluarga memiliki manfaat tersendiri bagi

individu yang menerimanya, sebagaimana yang dinyatakan dalam hasil studi

yang dilakukan oleh Adicondro (2011) dipaparkan bahwa orang yang

mendapatkan dukungan sosial keluarga yang tinggi maka akan banyak

mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif

dari keluarga yang tinggi pula, sehingga meningkatkan pula perasaan individu

tersebut akan perhatian dan pengetahuan. Sedangkan pada ibu hamil, dampak

dukungan sosial keluarga terbukti memberikan outcome kehamilan yang baik,

seperti ibu dapat melahirkan bayi dengan berat badan ideal dan mencegah

lahirnya bayi prematur, serta dapat meningkatkan kualitas hidup ibu

(Haobijam 2010; Nohara dan Miyagi 2009; Ohonsi 2010). Berbeda dengan

ibu hamil yang mendapatkan dukungan sosial keluarga yang adekuat, maka

pada ibu hamil yang kurang mendapatkan dukungan sosial keluarga

cenderung mengalami gejala depresi antenatal (Golbasi dkk, 2009) dan

outcome kehamilannya melahirkan bayi prematur (Gungor dkk, 2010).

Slum area atau daerah kumuh merupakan salah satu jenis pemukiman

yang identik dengan kemiskinan dan diperkirakan sekitar 820 juta orang

(24)

masalah kesehatan di daerah kumuh perkotaan adalah sulitnya masyarakat

untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (Matthews dkk, 2010, dalam

Tumaji dkk, 2013). Umumnya di daerah kumuh lokasi pelayanan kesehatan

milik pemerintah terletak sangat jauh dari lokasi pemukiman, sehingga

biasanya masyarakat yang tinggal di daerah kumuh memilih pelayanan

kesehatan milik swasta karena lebih dekat lokasinya (Pande, 2005). Hasil

penelitian oleh Surtiari dkk (2009) mengenai akses masyarakat pemukiman

kumuh terhadap pelayanan kesehatan di Kota Tangerang menyatakan bahwa

kebanyakan masyarakat kumuh bersifat tidak menetap sehingga masih banyak

yang belum terdata di pelayanan kesehatan setempat, selain itu tingkat

pengetahuan tentang cara mengakses pelayanan kesehatan dan penggunaan

Jamkesmas masih kurang sehingga biasanya masyarakat cenderung membeli

obat di warung dibandingkan ke pelayanan kesehatan setempat.

Kelurahan Selapajang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang

terdapat di Kecamatan Neglasari di Kota Tangerang. Kelurahan ini terdiri dari

40 Rukun Tetangga (RT) dan 8 Rukun Warga (RW) dan memiliki jumlah

penduduk sebanyak 17.265 jiwa (Litbang Tangerang, 2012). Selapajang Jaya

adalah kelurahan yang memiliki area pemukiman kumuh perkotaan yang

terletak tepat di area Bandara Soekarno-Hatta, yakni RW 05 dan RW 08 dan

sebagian dari penduduknya tidak memiliki izin kepemilikan tanah dan

bangunan.

Dari hasil wawancara peneliti kepada kader Posyandu di area

(25)

hamil untuk melakukan kunjungan ANC (K1-K4) cukup tinggi, yakni sekitar

80%. Adapun ada berbagai faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan

kunjungan ANC, yaitu faktor ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan

ibu dan keluarga, serta adanya dukungan dari keluarga. Selain itu, letak

pelayanan kesehatan pemerintah, yakni Puskesmas dan Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Tangerang, yang sangat jauh dari daerah pemukiman, jarak

dari Puskesmas ke area pemukiman sejauh 1,2 kilometer (Litbang Tangerang,

2013), sedangkan jarak dari RSUD Tangerang sejauh 2,1 kilometer (Litbang,

Tangerang, 2013), membuat masyarakat daerah kumuh Selapajang Jaya lebih

memilih posyandu, klinik bidan atau rumah sakit swasta sebagai pilihan

masyarakat untuk pemeriksaan kesehatan dan berobat, termasuk juga ibu

hamil dan melahirkan.

Berdasarkan berbagai fakta yang telah dipaparkan mengenai manfaat

dukungan keluarga dan kunjungan ANC di berbagai wilayah di Indonesia

termasuk kawasan kumuh perkotaan (slum area), maka peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi

Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan

Selapajang Jaya Kota Tangerang”.

B. Rumusan Masalah

Pada latar belakang masalah dijelaskan bahwa pentingnya ibu hamil

dalam melakukan ANC, yakni salah satunya sebagai cara untuk

(26)

psikologis selama kehamilan juga dapat teridentifikasi (Cannella, 2006, dalam

Choi, 2010). ANC juga dapat membantu mengurangi angka mortalitas

maternal (Simkhada dkk.,2010). Choi (2010) dalam studinya pada beberapa

ibu hamil di Korea, memaparkan bahwa faktor penting pada ibu hamil dalam

melakukan prenatal care, yaitu stress dan dukungan sosial. Peneliti belum

banyak menemukan penelitian sebelumnya di Indonesia mengenai ANC pada

komunitas ibu yang tinggal di kawasan kumuh (slum area) dan hubungannya

dengan dukungan keluarga. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi

Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan

Selapajang Jaya Kota Tangerang”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana data demografi komunitas ibu slum area di Kelurahan

Selapajang Jaya?

2. Bagaimana frekuensi kunjungan ANC (K1-K4) pada komunitas ibu slum

area di Kelurahan Selapajang Jaya?

3. Siapakah anggota keluarga yang paling berperan dalam menemani ibu

hamil melakukan kunjungan ANC?

4. Bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan

(27)

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui apakah

ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan

Antenatal care pada komunitas ibu slum area di Kelurahan Selapajang

Jaya Kota Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data demografi komunitas ibu di Kelurahan Selapajang

Jaya Kota Tangerang.

b. Mengetahui bagaimana riwayat frekuensi kunjungan ANC (K1-K4)

pada komunitas ibu di Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang.

c. Mengetahui anggota keluarga yang paling berperan menemani ibu

hamil dalam melakukan kunjungan ANC.

d. Mengetahui dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan ANC

pada komunitas ibu yang tengah diteliti.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Penelitian ini dapat menjadi sumber data bagaimana sebenarnya pengaruh

dukungan keluarga terhadap keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil,

sehingga kedepannya tenaga medis puskesmas tidak hanya memberikan

penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil tetapi juga keluarga yang

(28)

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan suatu informasi untuk tindakan

keperawatan pada ibu hamil agar juga melibatkan keluarga sebagai

dukungan sosial bagi ibu hamil sehingga tindakan keperawatan yang

diberikan bisa lebih bersifat komprehensif.

3. Bagi Penelitian Berikutnya

Bagi penelitian berikutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang

lebih luas lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan

ANC selain dari variabel dukungan keluarga.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang mencari hubungan antar dua

variabel dengan desain cross sectional, yakni untuk melihat apakah ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan frekuensi kunjungan Antenatal

care (ANC). Lokasi penelitian dilakukan di pemukiman kumuh perkotaan di

RW 05 dan RW 08, Kelurahan Selapajang Jaya Kecamatan Neglasari Kota

Tangerang. Adapun subjek penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah

mengalami kehamilan hingga persalinan dalam jangka waktu tahun

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga 1. Konsep Keluarga

a. Definisi Keluarga

Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang terdiri dari dua

orang atau lebih yang tinggal bersama dan memiliki hubungan darah,

pernikahan, atau adopsi yang saling berbagi secara emosional dan

melakukan tugas-tugas sosialnya dalam keluarga (U.S. Census Bureau,

2004; Levine, Carey, & Crocker, 1999, p.119, dalam Leifer, 2008).

Menurut Friedman (1992, dalam Bobak dkk, 2005) menyatakan bahwa

definisi keluarga adalah dua individu atau lebih yang bergabung bersama

karena ada ikatan untuk saling berbagi dan ikatan kedekatan emosi dan

yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian keluarga. Biro Sensus

Amerika Serikat (1996, dalam Bobak dkk.2005) mengidentifikasi dua

kategori utama rumah tangga sebagai keluarga dan bukan keluarga.

Sebuah keluarga atau suatu rumah tangga berbentuk keluarga

membutuhkan kehadiran sekurang-kurangnya dua orang, seorang kepala

keluarga dan satu atau lebih anggota keluarga lain yang mempunyai

hubungan dengan kepala keluarga tersebut melalui kelahiran, adopsi, atau

(30)

seorang kepala keluarga yang hidup sendiri atau dengan orang yang tidak

mempunyai hubungan dengan dirinya (Bobak dkk. 2005).

b. Tipe-Tipe Keluarga

Leifer (2008) dalam bukunya “Maternity Nursing: An Introductory

Text”, mengklasifikasikan tipe keluarga menjadi 8 (delapan) macam,

diantaranya yaitu:

1. Keluarga Inti (Nuclear Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung yang

hidup bersama.

2. Keluarga Campuran (Blended or Reconstituted Family)

Keluarga yang terdiri dari kombinasi dua keluarga dengan anak-anak

dari salah satu keluarga maupun dari kedua keluarga tersebut.

3. Keluarga Hidup Bersama (Cohabitating Family)

Keluarga yang terdiri dari pasangan yang hidup bersama tanpa adanya

jalinan pernikahan yang memiliki anak kandung dari kedua pasangan

tersebut, atau anak dari salah satu pasangan, atau anak hasil adopsi.

4. Keluarga Komunal (Communal Family)

Keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga yang hidup bersama

yang berbagi tanggung jawab kerja maupun pengasuhan anak.

5. Keluarga Tambahan (Extended Family)

Keluarga yang terdapat lebih dari satu generasi, yang meluas hingga

termasuk saudara-saudara di luar keluarga inti (seperti kakek-nenek,

(31)

6. Keluarga Gay atau Lesbian (Same-sex Family)

Keluarga yang terdiri dari pasangan sesama jenis, gay maupun lesbian

dengan atau tanpa anak; anak hasil adopsi, dari hubungan sebelumnya.

7. Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family)

Keluarga yang terdiri dari individu yang tidak dalam status hubungan

pernikahan, perceraian, duda atau janda, yang memiliki setidaknya

satu anak.

8. Keluarga Orang Tua Tiri (Stepparent Family)

Keluarga yang terdiri dari seseorang yang pernah menikah yang

memiliki minimal satu anak.

2. Konsep Dukungan Keluarga a. Definisi Dukungan Keluarga

Definisi istilah „dukungan’ diartikan sebagai bantuan yang

diterima seseorang dari orang lain, yaitu dari lingkungan sosial seperti

orang-orang yang dekat, termasuk anggota keluarga, orang tua, dan teman

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994 dalam Marliyah dkk, 2004).

Menurut Mahmunah (2010) dukungan keluarga pada umumnya

merupakan turunan dari dukungan sosial. Dukungan orang tua (keluarga)

termasuk dukungan sosial dimana pengertian dukungan sosial yaitu

dukungan yang terdiri dari informasi atau nasihat verbal atau nonverbal,

bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau

didapat karena kehadiran orang yang mendukung serta hal ini mempunyai

(32)

merasa dipedulikan, dihargai dan dicintai (Sarason,dkk, 1983,Gottlieb

dikutip oleh Muluk, 1996, dalam Marliyah,dkk, 2004).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2008, dalam Rahayu, 2008) faktor-faktor

yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah :

1) Faktor Internal

a) Tahap Perkembangan

Dukungan ditentukan oleh faktor usia yang dalam hal ini

merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap

rentang usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap

perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

b) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk

oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar

belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. kemampuan

kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

c) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap

adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Bagaimana cara

(33)

orang tersebut merespon stressor dalam tiap fase

kehidupannya. Pada orang yang cenderung stress, maka ia akan

merespon sakit dengan cara mengkhawatirkannya, sedangkan

pada orang yang cenderung tenang, mungkin juga memiliki

respon yang kecil selama ia sakit.

d) Faktor Spiritual

Aspek ini dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan

kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

2) Faktor Eksternal

a) Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

b) Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang

mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup : stabilitas perkawinan, gaya

hidup, dan lingkungan kerja.

Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan

dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi

(34)

tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat

tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia

akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan

pada kesehatannya.

c) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk

cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

c. Macam-macam Bentuk Dukungan Keluarga

Gallo dan Reichel (1998, dalam Indriyani 2013) membagi jenis-jenis

dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1) Dukungan Fisiologis

Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam

bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang

mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan dan

memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau

ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan

fisik sesuai kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan

yang aman, dan lain-lain.

2) Dukungan Psikologis

Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan memberikan

(35)

rasa aman, membantu menyadari, dan memahami tentang identitas.

Selain itu, meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan

waktu bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik

dengan intonasi atau nada bicara jelas, dan sebagainya. Stolte

(2003) menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi proteksi yang

melingkupi selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat

tinggal, juga memberikan dukungan dan menjadi tempat yang

„aman’ dari dunia luar.

3) Dukungan Sosial

Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu

untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan

arisan, memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan

sesuai dengan keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan

orang lain, dan memperhatikan norma-norma yang berlaku.

d. Sumber Dukungan Sosial / Keluarga

Menurut Gallo dan Reichel (1998, dalam Indriyani 2013),

terdapat tiga komponen sumber dukungan, yaitu sebagai berikut :

1) Sistem pendukung informal meliputi keluarga dan teman-teman.

2) Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat,

program-program medikasi, dan kesejahteraan sosial.

3) Sistem pendukung semiformal meliputi bantuan-bantuan dan

(36)

e. Kualitas Dukungan Keluarga

Dolan dkk. (2006) memaparkan bahwa suatu dukungan keluarga

dikatakan berkualitas apabila memiliki ciri seperti poin-poin berikut:

1) Kedekatan

Antar anggota keluarga dan hubungan keluarga lainnya, biasanya

seseorang lebih menyukai untuk meminta dukungan kepada

seseorang yang memang sudah menjadi tempat berbagi dan

memiliki rasa kedekatan satu sama lain. Wong dkk (2009) juga

menyatakan bahwa jika ikatan keluarga kuat, kontrol sosial lebih

efektif dan sebagian besar anggota keluarga dapat menjalankan

perannya masing-masing dengan tulus dan penuh komitmen.

2) Hubungan timbal balik

Meliputi kegiatan tolong menolong antara sesama, dan memastikan

bahwa orang tersebut tidak berhutang budi terhadap individu lain.

Seringkali dalam keluarga sudah terdapat adanya rasa saling

mengerti satu sama lain sehingga dalam keluarga juga sudah

terbentuk dukungan yang dibutuhkan dan tersedia jika memang

dukungan tersebut dibutuhkan.

3) Daya Tahan

Berhubungan dengan berapa lama dan sejauh mana individu dalam

satu keluarga mengenal satu sama lain. Idealnya anggota keluarga

yang handal adalah orang yang telah mengenal dalam kurun waktu

(37)

f. Fungsi Dukungan Keluarga

Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri,

tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil

penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting

dalam menyelesaikan masalah seseorang (Nursalam & Ninuk Dian

Kurniawati, 2007). Dukungan keluarga yang juga merupakan dukungan

sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap siklus

kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat

seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota

keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat

(Effendi & Makhfudli, 2009).

Fungsi dukungan keluarga mengacu pada interaksi anggota

keluarga terutama pada kualitas hubungan dan interaksi mereka (Wong

dkk, 2009). Adapun fungsi dukungan keluarga menurut Cobb (1976) dan

Lazarus (1981, dalam Mahmunah, 2010), sebagai berikut :

1) Dukungan Informasional

Dalam fungsi ini dimaknai bahwa keluarga berfungsi sebagai

kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia.

Keluarga memiliki fungsi untuk menjelaskan mengenai pemberian

saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan

(38)

2) Dukungan Penilaian

Dalam hal ini keluarga berfungsi sebagai wadah umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, dengan

pemberian support, penghargaan, dan perhatian.

3) Dukungan Instrumental

Disini keluarga berfungsi sebagai sumber pertolongan praktis dan

konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan

makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

4) Dukungan Emosional

Keluarga berfungsi sebagai tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi.

g. Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil

Dukungan sosial yang paling diperlukan bagi seorang ibu dalam

menghadapi periode perinatal adalah keluarga (Indriyani, 2013). Ibu hamil

selama sekitar 9 bulan mengalami dan merasakan fase-fase pertumbuhan

janin yang membutuhkan dorongan mental dari lingkungannya (Anshor

dan Abdullah Ghalib, 2010). Dalam hal ini fungsi dukungan keluarga bagi

ibu hamil yakni akan mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas,

dan rasa nyaman yang akan membuat ibu hamil akan merasa mendapat

dukungan secara emosional yang akan mempengaruhi kesehatan jiwanya

(Mahmunah, 2010). Pada masa kehamilan, peran suami sangat penting

(39)

makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, terus bersabar serta

mendampinginya setiap memeriksakan kehamilan (Anshor dan Abdullah

Ghalib, 2010). Manuaba dkk (2003), menyatakan bahwa ibu hamil yang

kekurangan dukungan psikologis dan sosial budaya dari keluarga yang

paling dekat, khususnya suami, akan cenderung mengalami stress pada

kehamilan. Mahmunah (2010) juga menambahkan bahwa jika seluruh

keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan

dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih

percaya diri, lebih bahagia dan siap menjalani kehamilan, persalinan, dan

masa nifas.

B. Konsep Antenatal Care 1. Definisi Antenatal Care

Pelayanan Antenatal care atau prenatal care merupakan langkah

identifikasi medis dan psikologis yang mungkin dapat mempengaruhi

kesehatan maternal dan perinatal serta mengurangi adanya komplikasi tak

terdeteksi yang dapat menyebabkan konsekuensi serius bagi ibu dan bayi

(Potter dkk, 2009). Intervensi esensial dalam ANC adalah identifikasi dan

manajemen komplikasi obstetrik seperti preeklampsia, imunisasi tetanus

toksoid, penanganan pencegahan intermitten untuk malaria, manajemen

infeksi HIV, sipilis dan penyakit menular seksual lainnya (Lincetto dkk,

2006). ANC juga merupakan wadah edukasi bagi ibu hamil dan keluarga

(40)

pekerjaan yang berat, serta dukungan emosional yang adekuat dari

keluarga untuk ibu hamil (Fischer, 2012).

2. Tujuan Antenatal care / Prenatal Care

Menurut Saifudin (2002, dalam Indriyani 2013), tujuan

dilakukannya antenatal care adalah sebagai berikut :

a. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial,

dan bayi.

c. Menganalisis secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit

secara umum, yaitu pembedahan dan kebidanan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.

3. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC)

WHO merekomendasikan jumlah kunjungan Antenatal care bagi

ibu hamil dengan tanpa komplikasi di negara berkembang, yakni minimal

sebanyak empat kali kunjungan (Tran dkk. 2012). Sebagaimana yang

(41)

Model”, bahwa ibu hamil disarankan melakukan kunjungan pertama kali

yakni pada usia kehamilan 8 – 12 minggu, kunjungan kedua pada usia

kehamilan 24 – 26 minggu, kunjungan ketiga di usia kehamilan 32

minggu, dan kunjungan keempat di usia kehamilan 36 – 38 minggu

(Lincetto dkk, 2006). Tujuan dari kunjungan ANC di setiap trimester

kehamilan, yaitu karena di setiap trimester kehamilan memiliki kegiatan

fokus pemeriksaan tersendiri sesuai dengan perkembangan ibu dan janin,

misalnya pada kunjungan pertama, yakni usia kehamilan 8 – 12 minggu,

fokus kegiatan ANC yakni mengkonfirmasi kehamilan, mendeteksi

kebutuhan jumlah kunjungan (apakah hanya empat kali atau lebih),

menentukan / skrining apakah ibu membutuhkan pencegahan komplikasi

tertentu (Lincetto dkk, 2006).

Departemen Kesehatan RI (2007) dalam bukunya “Pedoman

Pelayanan Antenatal”, mencantumkan jumlah frekuensi kunjungan yang

harus dilakukan oleh ibu hamil yakni paling sedikit 4 (empat) kali selama

kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut :

a. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama = K1

b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2

c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga = K3 dan K4

Sedangkan jika ditemukan kelainan atau penyulit kehamilan

(42)

dan lain-lain, maka frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kehamilan

(Depkes, 2007).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal care

Mahfuzar Rahman, 2010, dalam hasil penelitiannya mengenai

faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC pada komunitas ibu di

kawasan kumuh (slum mothers) di Bangladesh, menyatakan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC, diantaranya:

a. Tingkat pendidikan ibu

Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi frekuensi kunjungan

ANC. Semakin paham ibu mengenai pentingnya ANC, maka ibu

tersebut akan semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan

kunjungan ANC.

b. Tempat pelayanan kesehatan

Dalam studi Rahman, terdapat 2 jenis tempat pelayanan kesehatan

di Bangladesh, yang pertama adalah pelayanan kesehatan yang

didalamnya terdapat tenaga medis namun tenaga medis tersebut

tidak melalui pendidikan resmi tenaga kesehatan, dan yang kedua

yaitu rumah sakit atau klinik. Hasil penelitiannya yaitu mayoritas

ibu memeriksakan kehamilan mereka ke rumah sakit atau klinik.

(43)

professional dalam suatu tempat pelayanan kesehatan dapat

mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC.

c. Pekerjaan suami

Pekerjaan suami merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi

kunjungan ANC pada ibu hamil. Hasil penelitian memaparkan

bahwa ibu hamil yang memiliki suami yang pekerjaannya lebih

layak seperti businessman, melakukan kunjungan ANC lebih rutin

dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki suami dengan

pekerjaan sebagai buruh.

d. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga juga menjadi faktor ibu hamil melakukan

kunjungan ANC. Didapatkan dalam hasil penelitian, bahwa ibu

hamil dengan keluarga dengan penghasilan yang tinggi perbulan,

melakukan ANC dengan rutin dibandingkan ibu hamil dengan

keluarga yang berpenghasilan lebih rendah.

e. Paparan media massa

Adapun maksud dari paparan media massa, yakni karena media

masa memiliki peran yang cukup besar untuk membantu

menumbuhkan kesadaran mengenai berbagai komplikasi

kehamilan serta apa saja dampak dari komplikasi tersebut bagi ibu

(44)

Adanya faktor budaya yang penting untuk dipertimbangkan, seperti

gaya hidup serta kepercayaan yang dianut individu (Leifer, 2008).

Kompetensi budaya merupakan kesadaran, penerimaan, serta penghormatan

akan suatu kepercayaan, nilai, dan tradisi tertentu dan pasti berbeda antara

suatu individu dengan individu lainnya (Leifer, 2008), begitu juga dengan

keluarga, keluarga mempunyai adat istiadat dan tata nilai masing-masing serta

menyusun standar interaksi di dalam maupun di luar kelompok (Wong dkk,

2009). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kim dkk (2010) menyatakan

bahwa dukungan sosial juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi ibu

hamil dalam melakukan prenatal care.

C. Konsep Slum Area 1. Definisi Slum Area

Konsep slum area maupun definisinya berbeda di tiap negara,

tergantung daripada kondisi sosio-ekonomi masing-masing negara

tersebut (Mohanty & Swati Mohanty, 2005). Kata “slum” berasal dari kata

slumber” yang artinya “tidak dikenal/ tidak diketahui”, untuk

mendeskripsikan sekelompok orang yang tinggal di jalan gelap di

gang-gang yang sempit (Mohanty & Swati Mohanty, 2005). Slum area atau

daerah kumuh didefinisikan sebagai daerah atau kawasan bagian

perkotaan yang terabaikan, berpenghasilan rendah dan tempat tinggal bagi

masyarakat miskin (United Nation Habitat, 2003;2007). Menurut BPS

(45)

letak rumah yang tidak tersusun rapi. Biasanya daerah ini terletak di pusat

kota, terminal, stasiun kereta api, sepanjang rel kereta api, pasar tradisionil

atau di seputar pabrik-pabrik.

United Nation Habitat (UN Habitat) (2006) mendefinisikan rumah

tangga kumuh (slum household) sebagai sekelompok individu yang

tinggal dalam satu atap di daerah urban yang tidak memiliki salah satu ciri

atau lebih sebagai berikut:

a. Rumah atau tempat tinggal yang permanen, tahan lama, serta dapat

melindungi dari kondisi ekstrim.

b. Luas ruangan yang cukup artinya tidak lebih dari tiga orang dalam

satu ruangan.

c. Akses mudah untuk mendapatkan air bersih dan aman serta dalam

jumlah yang mencukupi dan harga yang dapat terjangkau.

d. Adanya akses untuk sanitasi yang adekuat, seperti penggunaan toilet

bersama dengan jumlah pengguna yang rasional.

e. Memiliki posisi/kedudukan yang aman sehingga dapat terlindung dari

penggusuran paksa.

Selain karakteristik berdasarkan lokasi tempat tinggal, slum area juga

diidentikkan dengan karakteristik masyarakatnya yang memiliki tingkat

pendidikan relatif rendah, begitu juga dengan tingkat pengetahuannya, jenis

pekerjaan informal dan mempunyai pendapatan yang secara umum belum

(46)

Analisis Tipologi BPS (2007) memaparkan bahwa sekitar 74,5% masyarakat

area kumuh berpendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD), 24,8%

berpendidikan setingkat sekolah lanjutan, dan 0,8% saja yang melanjutkan ke

jenjang universitas. Sedangkan dari segi pekerjaan, BPS (2007) menyebutkan

bahwa kebanyakan pekerjaan utama dari kepala rumah tangga miskin/slum

area adalah sebagai buruh, sekitar 26,8 %.

2. Tipe-Tipe Slum Area

Mohanty dan Swati Mohanty (2005) membagi 3 (tiga) tipe daerah

kumuh (slum), diantaranya :

a. Daerah kumuh asli (Original slum)

Daerah kumuh asli diartikan sebagai daerah kumuh yang memang

sejak awal terbentuk dari bangunan-bangunan yang sudah tidak layak

dan butuh perbaikan. Contohnya seperti daerah kumuh di Wichita,

Meksiko.

b. Daerah kumuh sebagai hasil dari perpindahan keluarga kelas atas dan

menengah

Tipe kedua ini merupakan daerah kumuh yang dihasilkan dari

berpindahnya para keluarga kelas atas dan menengah pada suatu

daerah ke daerah lain dan mengakibatkan terjadinya kemerosotan di

daerah yang ditinggalkan. Contoh daerah ini yaitu daerah kumuh di

Boston.

(47)

Daerah kumuh tipe ketiga ini adalah daerah kumuh yang terbentuk

ketika suatu daerah sekitar area bisnis mengalami kemunduran, maka

akan terjadi pula kemunduran dari aspek fisik dan sosial secara drastis.

Pada daerah kumuh dengan tipe seperti ini akan memiliki karakteristik

padat penduduk, kemiskinan, banyaknya tempat prostitusi, dan

warung-warung minuman keras. Begitu pula dengan karakteristik

masyarakat yang mendiami daerah kumuh ini, merupakan masyarakat

dengan perilaku kriminal, peminum, dan lain sebagainya.

3. Pelayanan Kesehatan di Slum Area

Pada konferensi internasional mengenai pelayanan kesehatan

primer, WHO dan UNICEF di Alma Ata 1978, dibentuklah konsep

“Health For All” atau HFA yang salah satu targetnya adalah pemenuhan

program kesehatan area urban yang sasarannya mencakup masyarakat

urban miskin yang meliputi pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan

anak (Srivastava dan Kabra, 2011). Namun pelaksanaan program

kesehatan bagi masyarakat urban miskin atau kumuh ini tidak dapat

berjalan dengan baik karena sulitnya masyarakat kumuh dalam mengakses

pelayanan kesehatan di daerah mereka (Gibbons dan Rajeev Bali, 2010).

Hal ini disebabkan karena banyaknya masyarakat kumuh urban yang tidak

terdata oleh daerah setempat sehingga menyulitkan mereka untuk

terjangkau program-program pelayanan kesehatan daerah tersebut

(Ramanathan, 2004 dalam Gibbons dan Rajeev Bali, 2010). Lokasi tidak

(48)

pelayanan kesehatan, karena seringkali walaupun dari segi lokasi dapat

diakses oleh masyarakat kumuh, namun tetap sulit terjangkau karena biaya

pelayanan kesehatan (misal, rumah sakit) dianggap terlalu mahal (Gibbons

dan Rajeev Bali, 2010). Selain itu ketidakadekuatan pelayanan kesehatan,

baik dari manajemen pelayanan, tenaga kesehatan yang kurang memadai

maupun ketersediaan peralatan dan obat, juga menjadi faktor sulitnya

memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat kumuh (Shekhar dan

Ram, 2005 dalam Gibbons dan Rajeev Bali, 2010)

D. Penelitian Terkait

Berikut adalah penelitian-penelitian terkait dengan hubungan antara

dukungan keluarga / sosial dan frekuensi kunjungan ANC:

1. Penelitian oleh Kim dkk. (2010) pada 165 responden wanita imigran

Korea, menunjukkan adanya hubungan antara ketersediaan dukungan

sosial dan praktek prenatal care ( r = 0.647, p <.001) dengan mean score

correlation 2.98. Kim dkk, juga menyatakan bahwa semakin tinggi

dukungan sosial yang diberikan pada ibu hamil, meningkatkan ibu hamil

dalam melakukan prenatal care, dalam studi ini dipaparkan bahwa peran

suami, ibu dan mertua dari ibu hamil memiliki peran yang penting dalam

memberikan dukungan sosial.

2. Penelitian oleh Kamal dkk. (2013) pada 4905 wanita dari berbagai

tingkat ekonomi di Bangladesh menghasilkan bahwa terdapat 48,3 %

tidak melakukan ANC dikarenakan berbagai faktor, mayoritas karena

(49)

keluarga/suami hanya sekitar 4,1 %, meskipun tergolong rendah namun

angka ini menyatakan bahwa masih terdapatnya korelasi atau hubungan

antara ketersediaan dukungan keluarga dengan kunjungan ANC yang

dilakukan oleh ibu hamil.

3. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Simkhada dkk. (2010) pada ibu

hamil di Nepal, memaparkan bahwa dukungan sosial dari ibu mertua

memiliki pengaruh yang kuat bagi ibu hamil terutama dalam melakukan

ANC.

4. Penelitian oleh Dyah Arista (2013) mengenai hubungan motivasi ibu dan

dukungan keluarga dengan kelengkapan antenatal care di wilayah UPT

Puskesmas Mojokerto. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan

yang signifikan (p = 0,01) antara dukungan keluarga dengan kelengkapan

antenatal care .

5. Penelitian oleh Siti Aisyah (2009) tentang gambaran motivasi ibu hamil

dalam melakukan ANC di Puskesmas Pamulang. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa keseluruhan ibu hamil mendapatkan motivasi dari

suami maupun keluarga untuk melakukan kunjungan ANC.

Dari berbagai hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara dukungan sosial / keluarga dengan kunjungan Antenatal

care. Namun peneliti belum menemukan penelitian yang lebih spesifik

(50)

K1 hingga K4, terlebih di komunitas ibu kawasan kumuh perkotaan di

(51)

Keterangan:

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang diteliti Faktor yang Mempengaruhi Dukungan

Keluarga :

1. Faktor Internal

2. Faktor Eksternal

(Purnawan, 2008 dalam Rahayu 2008)

Sumber Dukungan Sosial / Keluarga :

1. Sumber Informal

Frekuensi ANC yang dianjurkan :

a. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama = K1

b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2

Pelayanan Kesehatan di Slum Area:

1. Lokasi pelayanan kesehatan yang

jauh dari pemukiman/sulit diakses.

2. Biaya pengobatan yang mahal.

3. Manajemen pelayanan kesehatan

yang kurang memenuhi kebutuhan

(tenaga medis, peralatan, dll)

(Gibbons dan Rajeev Bali, 2010;

Shekhar dan Ram, 2005)

Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan ANC di Slum Area (Rahman, 2010 :

Leifer, 2008; Kim dkk, 2010):

(52)
(53)

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti 2 (dua) variabel, yakni

variabel dukungan keluarga sebagai variabel independen yang merupakan

variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen

(Hidayat, 2008). Sedangkan variabel frekuensi antenatal care (ANC) sebagai

variabel dependen atau terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen

yakni dukungan keluarga (Hidayat, 2008). Adapun kerangka konsep antara

kedua variabel tersebut, sebagai berikut :

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan antara Variabel Dukungan Keluarga (Bebas)

dan Variabel Frekuensi Kunjungan ANC (Terikat)

Dukungan Keluarga :

- Fisiologis

- Psikologis

- Sosial

Frekuensi Kunjungan ANC

(54)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur resiko tinggi kehamilan, sedangkan usia ideal hamil

2 Pendidikan Pendidikan formal terakhir responden.

3 Pekerjaan Jenis kegiatan mencari nafkah

yang dilakukan oleh

Keluhan kesehatan yang dirasakan responden selama masa kehamilan.

dialami responden saat

Kuisioner (1) Data Demografi

1 = primigravida 2 = multigravida

(55)

pengumpulan data.

Primigravida adalah ibu yang pertama kali hamil,

Multigravida adalah ibu yang mengalami kehamilan lebih dari satu kali.

Poin B

(56)

9 Independen : Dukungan Keluarga

(57)

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan yang merupakan

jawaban sementara peneliti terhadap pertanyaan penelitian (analitik) (Dahlan,

2009). Berdasarkan kerangka konsep penelitian sebelumnya, peneliti

menentukan hipotesis, yaitu :

Hipotesis alternatif (Ha) : ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap

frekuensi kunjungan Antenatal care (ANC) pada komunitas ibu slum area

Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang.

Hipotesis nol (Ho) : tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap

frekuensi kunjungan Antenatal care (ANC) pada komunitas ibu slum area

(58)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan masalah keperawatan yang

menghubungkan antara dua variabel, sehingga penelitian ini disebut penelitian

asosiatif (Hidayat, 2008). Penelitian ini juga bersifat pendekatan analitik

kuantitatif yang menggunakan metode cross sectional karena penelitian ini

dilakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan / sekali waktu

untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung

(Hidayat, 2008 : Ghazali, dkk, 2011).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014 dan berlokasi di area

pemukiman kumuh RW 05 dan RW 08 Kelurahan Selapajang Jaya,

Kecamatan Neglasari Kota Tangerang. Peneliti memilih lokasi ini sebagai

tempat penelitian karena daerah ini merupakan area pemukiman kumuh yang

sesuai dengan kriteria pemukiman kumuh oleh United Nation Habitat (2003),

seperti area yang kurang ketersediaan akan air bersih, kepemilikan tanah dan

bangunan yang ilegal, dan lain-lain.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

(59)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat 2008). Populasi dari

penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan

hingga persalinan dalam rentang waktu tahun 2012-2014 di area

pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya, Kecamatan Neglasari

Kota Tangerang yang berjumlah 50 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2008). Sampel penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah

mengalami kehamilan hingga persalinan dalam rentang waktu tahun

2012-2014 dan tinggal di area pemukiman kumuh di Kelurahan Selapajang Jaya

Kota Tangerang. Adapun total sampel seharusnya berjumlah 50 orang,

namun hanya 28 orang yang memenuhi kriteria sampel, sedangkan 22

orang lainnya tidak dapat berpartisipasi menjadi responden karena tidak

memenuhi kriteria yang telah ditentukan dengan berbagai sebab, seperti

sakit, telah berpindah domisili, dan bekerja.

Kriteria inklusi dari sampel penelitian ini, yaitu :

a. Ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga persalinan dalam

rentang waktu tahun 2012-2014.

b. Ibu yang sehat jasmani dan rohani.

c. Ibu yang berdomisili di pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya

(60)

d. Ibu yang sedang berada di tempat saat dilakukan penelitian dan

bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang dipergunakan sebagai alat untuk

mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data dari suatu variabel

(Matondang, 2009). Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner / angket dengan beberapa pertanyaan, alat ukur ini

digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat,

2008). Berdasarkan sumber data yang digunakan, instrumen dalam penelitian

ini terbagi menjadi 2 (dua) macam instrumen, yaitu instrumen data primer dan

instrumen data sekunder.

A) Adapun instrumen data primer berupa kuisioner yang terdiri dari 3 jenis,

yakni :

 Kuisioner 1 : yaitu berisi data demografi responden, seperti nama

(inisial), usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat kehamilan, jumlah

kehamilan, jenis pelayanan kesehatan yang digunakan dan

lain-lain.

 Kuisioner 2 : untuk mengukur dukungan keluarga. Pertanyaan

alam kuisioner ini dibuat sendiri oleh peneliti yang merupakan

modifikasi dari jenis-jenis dukungan keluarga berdasarkan teori

(61)

disesuaikan untuk ibu hamil. Kuisioner ini berisi 45 pernyataan

dan skala ukurnya menggunakan skala Likert.

Sistem penilaian skor dari kuisioner 2 ini yaitu terbagi

menjadi 4 (empat) kategori, pada pertanyaan favorable, yaitu

“Selalu” ( nilai skor 4); “Sering”( nilai skor 3); “Jarang” (nilai skor

2); “Tidak Pernah ( nilai skor 1), sedangkan pada pertanyaan

unfavorable penilaiannya adalah “Selalu” ( nilai skor 1); “Sering”(

nilai skor 2); “Jarang” (nilai skor 3); “Tidak Pernah (nilai skor 4).

Analisis penilaian skornya menggunakan nilai median, apabila

skor kurang dari nilai median, maka dikategorikan dukungan

keluarga tidak baik, dan jika skor lebih dari sama dengan median

maka dikategorikan dukungan keluarga baik. Berdasarkan jumlah

soal kuisioner, yaitu 45 soal, dengan rincian pernyataan 29

favorable dan pernyataan 16 unfavorable, dan apabila skor

maksimal pada tiap nomornya adalah 4, maka skor tertinggi yang

(62)

Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuisioner Dukungan Keluarga

Variabel Dukungan

Keluarga

Item Pertanyaan

Favorable Unfavorable

Dukungan Fisiologis

19,22,25,27,30,32,34,37, 6,9,11,12,14,40,43,

Dukungan Psikologis

1,5,8,10,16,18,21,24,31,33 3,13,29,36,39

Dukungan Sosial

2,4,7,15,23,28,35,38,41,42,45 17,20,26,44

 Kuisioner 3 : untuk mengukur frekuensi kunjungan ANC yang

didasari oleh WHO dan Departemen Kesehatan RI mengenai

rekomendasi frekuensi kunjungan ANC. Kuisioner ini berisi 1

pertanyaan dan skala ukurnya menggunakan skala Guttman. Adapun

penilaian skornya adalah : Ya (nilai skor 2); Tidak (nilai skor 1).

Analisis penilaian skornya yakni dikategorikan lengkap apabila

jumlah kunjungan minimal empat kali, dan dikategorikan tidak

lengkap apabila jumlah kunjungan kurang dari empat kali selama

kehamilan.

B) Instrumen data sekunder yaitu lembar observasi yang akan diisi oleh

peneliti. Adapun yang diobservasi adalah buku KIA (Kesehatan Ibu dan

(63)

lembar observasi ini sebagai alat validasi jumlah frekuensi kunjungan

ANC. Instrumen ini hanya bersifat sebagai pelengkap data, namun data

utama yang digunakan tetap berdasarkan instrumen data primer, dan data

ini tidak akan mempengaruhi data primer (kuisioner 1 dan 2).

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai

standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data

(Hidayat, 2008).

1. Hasil Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2002). Adapun uji validitas

instrumen penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment

dengan bantuan software SPSS. Nilai r tabel = 0.361 jika pengujian

validitas dilakukan pada 30 responden (N=30). Jika nilai r hitung > r tabel

berarti valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti instrumen tidak

valid (Sugiyono, 2010 dalam Mardliyah 2013).

Hasil uji validitas instrumen kuisioner dukungan keluarga 45 soal

didapatkan 17 pernyataan yang valid dan 28 pernyataan yang tidak valid.

Adapun rincian dari 17 pertanyaan yang valid terdiri dari 8 pernyataan

variabel dukungan fisiologis, 4 pernyataan variabel dukungan psikologis,

5 pernyataan variabel dukungan sosial. Sementara untuk 28 pernyataan

lainnya yang tidak valid kemudian dimodifikasi oleh peneliti dan diuji

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuisioner Dukungan Keluarga
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan dan penetapan penari merupakan salah satu hal terpenting dalam sebuah karya tari, karena lewat penari, penata tari dapat menyampaikan keinginannya dalam wujud

bersedia untuk mengikuti tahapan penelitian: 1) Mengkonsumsi suplemen antioksidan (vitamin C/vitamin E/multivitamin-mineral), 2) Diambil sampel darah sebanyak 5 cc

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Financial Ditress Terhadap Manajemen Laba( Studi KasusPada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Daya dukung tanah dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase dan lain-lain. Pada tanah dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan

Dalam proses Protokol Feige Fiat Shamir (FFS) ini dibutuhkan bilangan prima yang dicari menggunakan metode Fermat dan bilangan acak yang dicari menggunakan metode Quadratic

Makalah yang ketiga dengan judul Identifikasi Fasilitas 24 Pelabuhan di Indonesia Menggunakan Analisis Cluster dan Analysis Hierarchy Processoleh Fitri Indriastiwi, penelitian

Peran serta bawahan dalam menyusun anggaran, masukan, dan diskusi antara bawahan dan atasan di lingkup pemerintahan daerah Kabupaten Situbondo dapat meningkatkan kinerja

Timbal (Pb) digunakan dalam bentuk alloy, seperti pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan bahan kimia yang korosif karena Timbal merupakan logam yang tahan