PADA KOMUNITAS IBU SLUM AREA
KELURAHAN SELAPAJANG JAYA
KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
MUTIARA SARI DEWI NIM : 1110104000051
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Mutiara Sari Dewi, NIM: 1110104000051
Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang
xix+72 halaman + 13 tabel + 2 bagan + 7 lampiran
ABSTRAK
Dukungan keluarga adalah dukungan sosial yang diberikan oleh anggota keluarga seperti orangtua, suami atau istri, atau saudara kandung. Dukungan keluarga memiliki peran penting bagi ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal care. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan antenatal care pada komunitas ibu slum area (daerah kumuh). Penelitian ini dilakukan di pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 28 orang. Sampel penelitian merupakan komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga melahirkan dalam jangka waktu 2012-2014. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Cara pengumpulan data menggunakan kuisioner. Hasil penelitian mengungkapkan 57.1% ibu slum area memiliki dukungan keluarga tidak baik, namun angka kunjungan antenatal care mencapai 96.4%. Hipotesis nol (Ho) diterima atau tidak adanya hubungan bermakna antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan antenatal care dengan p value 1.000 (sig 2 tailed > 0.05). Peran keluarga serta dukungan yang positif bagi ibu hamil sangat perlu untuk ditingkatkan dan dikaji faktor lainnya yang lebih mempengaruhi kunjungan antenatal care.
Kata Kunci: Dukungan keluarga, frekuensi kunjungan antenatal care, slum area
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2014
Mutiara Sari Dewi, NIM: 1110104000051
The Relationship between Family Support and Antenatal Care Visit Frequency among Maternal Slum Community Areas in Selapajang Jaya Tangerang City
xix + 72 pages + 14 tables + 2 schemes + 7 attachments
ABSTRACT
Family support is the social support provided by family members such as parents, spouse, or sibling. Family support has an important role for pregnant women to visit antenatal care (ANC). The purpose of this study,to know and determine whether there is a relationship between the frequency of family support for antenatal care visits (ANC) on maternal slum community areas (slums). This research was conducted in the slum Village Selapajang Jaya Tangerang City. The number of samples of this study as many as 28 people. The research sample is a community of women who have experienced pregnancy until delivery in the 2012-2014 time period. The study design was cross-sectional. The collecting data was using a questionnaire. The results of the study revealed 57.1% of women slum areas have poor family support either, however the figure reached 96.4% of ANC visits. The results of the statistical test obtained p value 1.000 (2-tailed sig> 0.05). Ho accepted or absence of a significant relationship between the frequency of family support for ANC. The roles and social support from family members for maternal slum mother have to be promoted. In the other hand, many factors which is influencing ANC visit frequency among maternal slum mother need to be examined.
Key Words: Family support, antenatal care visit frequency, slum area
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : MUTIARA SARI DEWI
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 31 Mei 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Roda Hias, RT 007/002 Blok G-4 Kecamatan
Serpong
Tangerang Selatan, Banten
HP : 085718250319
E-mail : mutiara_dewii@yahoo.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
6. Sekolah Menengah Pertama 02 Cisauk 2004 – 2007
7. Madrasah Aliyah Negeri Serpong 2007 – 2010
8. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 – sekarang
6. PASKIBRA Kecamatan Setu 2008 – 2009
7. PRAMUKA MAN Serpong 2008 – 2010
8. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat 2010 – 2012
9. Paduan Suara FKIK (PASIFIK) UIN 2010 – 2012
10.BEM Jurusan Ilmu Keperawatan 2012 – 2014
PERSEMBAHAN
“
Andai aku telah dewasa, apa yang akan kukatakan untukmu idolaku
tersayang,
Ayah...
Oh, andai... usiaku berubah, kubalas cintamu
Bunda...
Pelitaku, Penerang jiwaku dalam setiap waktu....
Oh Tuhan, Kau kupinta...
Bahagiakan mereka sepertiku....
”
(Sherina, Andai Aku Besar Nanti)
Dalam selembar kertas ini, ingin kunyatakan bahwa skripsi yang amat sederhana ini, semuanya aku persembahkan kepada:
Mama, satu-satunya wanita yang melahirkanku, yang senantiasa
mendoakanku dalam setiap tahajudnya, yang senantiasa membantuku saat aku terjatuh, dan yang akan selalu mencintaiku seberapapun sering aku melawan perkataannya. I Love You forever, Ma...
Ayah, seorang laki-laki yang rela banting tulang agar aku bisa sekolah
setinggi ini, seorang imam yang selalu menjadi teladan anak-anaknya, seorang pejuang keluarga yang terhebat, laki-laki terbaik sepanjang hidupku...
Adik-adikku tersayang, betapapun kalian sering membuatku kesal, tapi kalianlah saudara sedarahku yang takkan pernah putus sampai kapanpun. Kalianlah yang juga menjadi motivasiku untuk menjadi kakak yang terbaik. Love you guys..
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam dan seluruh isinya. Hanya dengan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula selalu terhantarkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, semoga kita selaku umatnya dapat senantiasa meneladani sifat-sifat mulianya dan mendapatkan syafaatnya. Amin.
Skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area
Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang” ini diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) selain itu juga sebagai media pembelajaran bagi penulis di bidang penelitian.
Proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat bekerja sendiri melainkan banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka melalui tulisan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjuddin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi serta Ibu Eni Nur’aini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yenita Agus, M.Kep, Sp.Mat, PhD selaku pembimbing 1 dan Ibu Nia Damiati S.Kp, MSN selaku pembimbing 2 yang tak pernah bosan dan tak pernah lelah selalu mengajarkan serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Segenap jajaran pengajar/dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan berbagai hal serta memberikan inspirasi bagi penulis mengenai dunia keperawatan dan memotivasi penulis untuk menjadi tenaga perawat yang lebih baik di masa yang akan datang.
7. Orang tua tercinta (Bapak H.Mahyuddin,SH dan Ibu Jueriah, S.PdI) dan adik-adik tersayang (M. Akbar dan Maharani Rafadian), serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis hingga penulis mampu mencapai tahap seperti saat ini.
8. Teman-teman seperjuangan, PSIK Angkatan 2010, yang telah bersama-sama berjuang melewati semua tantangan perkuliahan dan selalu kompak. 9. Tak lupa sahabat-sahabat tersayang (Lia, Desi, Hani, Wilda, Mella), tanpa
dukungan kalian penulis merasa bukan siapa-siapa. I Love you gals...
Skripsi ini tak lepas dari segala bentuk kekurangan, sehingga penulis akan sangat menerima kritik dan saran demi terbentuknya karya tulis yang lebih baik.
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta, Juli 2014
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Pernyataan Keaslian Karya ... ii
Abstrak ... iii
Abstract ... iv
Pernyataan Persetujuan ... v
Lembar Pengesahan ... vi
Daftar Riwayat Hidup ... viii
Lembar Persembahan ... x
Kata Pengantar ... xi
Daftar Isi ... xiii
Daftar Singkatan ... xvi
Daftar Tabel ... xvii
Daftar Bagan ... xviii
Daftar Lampiran ... .. xix
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pertanyaan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga ... 10
1. Konsep Keluarga ... 10
a. Definisi Keluarga ... 10
b. Tipe-Tipe Keluarga ... 11
2. Konsep Dukungan Keluarga ... 12
a. Definisi Dukungan Keluarga ... 12
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 13
c. Macam-Macam Bentuk Dukungan Keluarga ... 15
d. Sumber Dukungan Sosial / Keluarga ... 16
e. Kualitas Dukungan Keluarga ... 17
f. Fungsi Dukungan Keluarga ... 18
g. Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil ... 19
B. Konsep Antenatal Care ... 20
1. Definisi Antenatal Care... 20
2. Tujuan Antenatal Care ... 21
3. Frekuensi Antenatal Care ... 21
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Antenatal Care ... 23
C. Konsep Slum Area ... 25
1. Definisi Slum Area ... 25
2. Tipe-Tipe Slum Area ... 27
3. Pelayanan Kesehatan di Slum Area ... 28
D. Penelitian Terkait ... 29
E. Kerangka Teori ... 32
3. BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 33
B. Definisi Operasional ... 34
4. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... 38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
C. Populasi dan Sampel ... 38
D. Instrumen Penelitian ... 40
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43
1. Hasil Uji Validitas ... 43
2. Hasil Uji Reliabilitas ... 44
F. Prosedur Pengumpulan Data ... 44
G. Etika Penelitian ... 46
H. Prosedur Pengolahan Data ... 47
I. Teknik Analisa Data ... 49
1. Analisa Univariat ... 49
2. Analisa Bivariat ... 49
5. BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang ... 51
B. Hasil Analisis Univariat ... 52
C. Hasil Analisis Bivariat... 57
6. BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ... 59
B. Analisis Bivariat ... 64
C. Keterbatasan Penelitian ... 68
7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
DAFTAR SINGKATAN
ANC : Antenatal Care
BPS : Badan Pusat Statistik
Depkes : Departemen Kesehatan
Kesbangpol : Kesatuan Bangsa dan Politik
Kesbanglinmas : Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
Litbangkes : Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
MDGs : Millenium Development Goals
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
UN : United Nation
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Definisi Operasional 34
Tabel 4.1 : Kisi –kisi Kuisioner Dukungan Keluarga 42 Tabel 5.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 52
Tabel 5.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 53
Tabel 5.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 53
Tabel 5.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat
Kesehatan Selama Hamil 54
Tabel 5.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah
Kehamilan 54
Tabel 5.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun
Kehamilan 55
Tabel 5.7 : Gambaran Jenis Pelayanan Kesehatan yang
digunakan Responden 55
Tabel 5.8 : Gambaran Dukungan Anggota Keluarga yang
Menemani Kunjungan ANC 56
Tabel 5.9 : Gambaran Dukungan Keluarga 56
Tabel 5.10: Gambaran Kunjungan ANC 57
Tabel 5.11: Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 : Kerangka Teori 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat- Surat Perizinan
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3. Kuisioner
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas SPSS
Lampiran 5. Hasil Univariat SPSS
Lampiran 6. Hasil Bivariat SPSS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berkisar 220 per 100.000 kelahiran (WHO,
2011). Indonesia menempati peringkat ketiga negara dengan jumlah AKI
tertinggi setelah Laos dan Kamboja (Hogan dkk, 2008 dalam Tumaji dkk,
2013 ; Kemenkes, 2011). Berdasarkan fakta tersebut, Indonesia bersama
bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium bersama untuk
mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Terdapat delapan tujuan
MDGs, diantaranya tujuan ke-5 yakni meningkatkan kesehatan ibu dengan
dua targetnya yaitu “Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga-perempat
dalam kurun waktu 1990-2015” serta target yang kedua, “Mewujudkan akses
kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015” (Bappenas, 2011).
Penyebab utama kematian ibu masih diyakini adalah trias klasik
(perdarahan, infeksi, dan eklampsia) (Depkes, 2007). Namun jika dilakukan
penelusuran lebih dalam, etiologi lain yang menyebabkan kematian ibu secara
tidak langsung yakni rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, akibat
masih adanya hambatan informasi, hambatan sosial-budaya, hambatan
ekonomi dan hambatan geografis dalam menjaga kesehatan ibu hamil
berkualitas, komplikasi kehamilan dapat diketahui secara dini sehingga
langsung dapat ditangani (Depkes, 2007).
Pelayanan antenatal terpadu atau dengan istilah antenatal care (ANC)
adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan
kepada semua ibu hamil yang bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin
kelainan/gangguan/penyakit yang diderita oleh ibu hamil (Kemenkes, 2007).
Pelayanan ANC rutin meliputi intervensi medis serta saran-saran kesehatan
yang diterima ibu hamil selama kehamilannya dan ini merupakan poin kunci
bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dalam peningkatan
kesehatan dan pencegahan komplikasi (Kamal, 2013). WHO
merekomendasikan kunjungan ANC pada kehamilan normal, yakni sebanyak
empat kali kunjungan (Tran dkk, 2012).
Namun pelaksanaan ANC secara lengkap (K1-K4) belum begitu
menyeluruh pelaksanaannya, baik di tiap-tiap provinsi di Indonesia, di daerah
pedesaan maupun perkotaan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada
tahun 2010, angka cakupan pelayanan antenatal untuk satu kunjungan (K1)
yakni 92,70% dan empat kali kunjungan (K4) hanya sebesar 61,40%
(Bappenas, 2011). Dalam penelitian oleh Tumaji dkk (2013) dipaparkan
mengenai angka cakupan ANC K1-K4 di daerah kumuh perkotaan di seluruh
Indonesia yang bersumber dari data sekunder, yakni Riskesdas (2010), bahwa
untuk cakupan K1 sudah mencapai 84,6% (n = 2318) dan angka cakupan K4
(1-1-2) yakni mencapai 72,4% dan dinyatakan masih jauh dari target
WHO merangkum beberapa faktor yang dapat mencegah ibu dalam
menerima atau mencari perawatan selama kehamilannya maupun saat
persalinannya, yakni kemiskinan, jarak, kurangnya informasi, pelayanan
inadekuat, serta budaya (WHO, 2012). Penelitian oleh Rahman (2009) di
komunitas ibu hamil di kawasan kumuh Bangladesh, yakni bahwa tingkat
pengetahuan ibu, lokasi pelayanan kesehatan, pekerjaan suami serta
pendapatan keluarga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi
kunjungan ANC. Hasil studi yang dilakukan oleh Low (2005) mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC diantaranya yaitu faktor
demografik, situasional, dan psikososial, faktor psikososial meliputi reaksi ibu
terhadap kehamilannya, keterlambatan diagnosa kehamilan, kontemplasi
aborsi, serta ketersediaannya dukungan sosial.
Ketersediaan dukungan sosial diyakini menjadi salah satu faktor
perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ANC (Low, 2005; Potter dkk,
2009). Dukungan sosial merupakan kenyamanan secara fisik dan psikologis
yang diberikan oleh teman/anggota keluarga (Baron dan Byne, 2005, dalam
Adicondro, 2011). Hasil penelitian oleh Kim dkk.(2010) bahwa ibu hamil
yang menerima dukungan sosial yang adekuat akan meningkatkan perilaku
ibu dalam menjaga kesehatannya, termasuk melakukan kunjungan prenatal
care. Penelitian oleh Tyas (2013) pada ibu hamil di Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo, membuktikan bahwa ada hubungan antara dukungan
sosial keluarga dengan perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC.
tidak melakukan ANC adalah ibu hamil yang mengalami kekurangan
dukungan sosial. Bahkan hasil penelitian oleh Wahn dan Eva Nissen (2008)
pada komunitas wanita di Swedia, menyatakan bahwa wanita ternyata
memang mengharapkan dukungan dari keluarga terutama dari ibu dan suami
pada masa-masa kehamilan mereka.
Adapun dukungan sosial keluarga memiliki manfaat tersendiri bagi
individu yang menerimanya, sebagaimana yang dinyatakan dalam hasil studi
yang dilakukan oleh Adicondro (2011) dipaparkan bahwa orang yang
mendapatkan dukungan sosial keluarga yang tinggi maka akan banyak
mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif
dari keluarga yang tinggi pula, sehingga meningkatkan pula perasaan individu
tersebut akan perhatian dan pengetahuan. Sedangkan pada ibu hamil, dampak
dukungan sosial keluarga terbukti memberikan outcome kehamilan yang baik,
seperti ibu dapat melahirkan bayi dengan berat badan ideal dan mencegah
lahirnya bayi prematur, serta dapat meningkatkan kualitas hidup ibu
(Haobijam 2010; Nohara dan Miyagi 2009; Ohonsi 2010). Berbeda dengan
ibu hamil yang mendapatkan dukungan sosial keluarga yang adekuat, maka
pada ibu hamil yang kurang mendapatkan dukungan sosial keluarga
cenderung mengalami gejala depresi antenatal (Golbasi dkk, 2009) dan
outcome kehamilannya melahirkan bayi prematur (Gungor dkk, 2010).
Slum area atau daerah kumuh merupakan salah satu jenis pemukiman
yang identik dengan kemiskinan dan diperkirakan sekitar 820 juta orang
masalah kesehatan di daerah kumuh perkotaan adalah sulitnya masyarakat
untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (Matthews dkk, 2010, dalam
Tumaji dkk, 2013). Umumnya di daerah kumuh lokasi pelayanan kesehatan
milik pemerintah terletak sangat jauh dari lokasi pemukiman, sehingga
biasanya masyarakat yang tinggal di daerah kumuh memilih pelayanan
kesehatan milik swasta karena lebih dekat lokasinya (Pande, 2005). Hasil
penelitian oleh Surtiari dkk (2009) mengenai akses masyarakat pemukiman
kumuh terhadap pelayanan kesehatan di Kota Tangerang menyatakan bahwa
kebanyakan masyarakat kumuh bersifat tidak menetap sehingga masih banyak
yang belum terdata di pelayanan kesehatan setempat, selain itu tingkat
pengetahuan tentang cara mengakses pelayanan kesehatan dan penggunaan
Jamkesmas masih kurang sehingga biasanya masyarakat cenderung membeli
obat di warung dibandingkan ke pelayanan kesehatan setempat.
Kelurahan Selapajang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang
terdapat di Kecamatan Neglasari di Kota Tangerang. Kelurahan ini terdiri dari
40 Rukun Tetangga (RT) dan 8 Rukun Warga (RW) dan memiliki jumlah
penduduk sebanyak 17.265 jiwa (Litbang Tangerang, 2012). Selapajang Jaya
adalah kelurahan yang memiliki area pemukiman kumuh perkotaan yang
terletak tepat di area Bandara Soekarno-Hatta, yakni RW 05 dan RW 08 dan
sebagian dari penduduknya tidak memiliki izin kepemilikan tanah dan
bangunan.
Dari hasil wawancara peneliti kepada kader Posyandu di area
hamil untuk melakukan kunjungan ANC (K1-K4) cukup tinggi, yakni sekitar
80%. Adapun ada berbagai faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan
kunjungan ANC, yaitu faktor ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan
ibu dan keluarga, serta adanya dukungan dari keluarga. Selain itu, letak
pelayanan kesehatan pemerintah, yakni Puskesmas dan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Tangerang, yang sangat jauh dari daerah pemukiman, jarak
dari Puskesmas ke area pemukiman sejauh 1,2 kilometer (Litbang Tangerang,
2013), sedangkan jarak dari RSUD Tangerang sejauh 2,1 kilometer (Litbang,
Tangerang, 2013), membuat masyarakat daerah kumuh Selapajang Jaya lebih
memilih posyandu, klinik bidan atau rumah sakit swasta sebagai pilihan
masyarakat untuk pemeriksaan kesehatan dan berobat, termasuk juga ibu
hamil dan melahirkan.
Berdasarkan berbagai fakta yang telah dipaparkan mengenai manfaat
dukungan keluarga dan kunjungan ANC di berbagai wilayah di Indonesia
termasuk kawasan kumuh perkotaan (slum area), maka peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi
Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan
Selapajang Jaya Kota Tangerang”.
B. Rumusan Masalah
Pada latar belakang masalah dijelaskan bahwa pentingnya ibu hamil
dalam melakukan ANC, yakni salah satunya sebagai cara untuk
psikologis selama kehamilan juga dapat teridentifikasi (Cannella, 2006, dalam
Choi, 2010). ANC juga dapat membantu mengurangi angka mortalitas
maternal (Simkhada dkk.,2010). Choi (2010) dalam studinya pada beberapa
ibu hamil di Korea, memaparkan bahwa faktor penting pada ibu hamil dalam
melakukan prenatal care, yaitu stress dan dukungan sosial. Peneliti belum
banyak menemukan penelitian sebelumnya di Indonesia mengenai ANC pada
komunitas ibu yang tinggal di kawasan kumuh (slum area) dan hubungannya
dengan dukungan keluarga. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi
Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan
Selapajang Jaya Kota Tangerang”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana data demografi komunitas ibu slum area di Kelurahan
Selapajang Jaya?
2. Bagaimana frekuensi kunjungan ANC (K1-K4) pada komunitas ibu slum
area di Kelurahan Selapajang Jaya?
3. Siapakah anggota keluarga yang paling berperan dalam menemani ibu
hamil melakukan kunjungan ANC?
4. Bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui apakah
ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan
Antenatal care pada komunitas ibu slum area di Kelurahan Selapajang
Jaya Kota Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui data demografi komunitas ibu di Kelurahan Selapajang
Jaya Kota Tangerang.
b. Mengetahui bagaimana riwayat frekuensi kunjungan ANC (K1-K4)
pada komunitas ibu di Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang.
c. Mengetahui anggota keluarga yang paling berperan menemani ibu
hamil dalam melakukan kunjungan ANC.
d. Mengetahui dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan ANC
pada komunitas ibu yang tengah diteliti.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Penelitian ini dapat menjadi sumber data bagaimana sebenarnya pengaruh
dukungan keluarga terhadap keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil,
sehingga kedepannya tenaga medis puskesmas tidak hanya memberikan
penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil tetapi juga keluarga yang
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan suatu informasi untuk tindakan
keperawatan pada ibu hamil agar juga melibatkan keluarga sebagai
dukungan sosial bagi ibu hamil sehingga tindakan keperawatan yang
diberikan bisa lebih bersifat komprehensif.
3. Bagi Penelitian Berikutnya
Bagi penelitian berikutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang
lebih luas lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan
ANC selain dari variabel dukungan keluarga.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang mencari hubungan antar dua
variabel dengan desain cross sectional, yakni untuk melihat apakah ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan frekuensi kunjungan Antenatal
care (ANC). Lokasi penelitian dilakukan di pemukiman kumuh perkotaan di
RW 05 dan RW 08, Kelurahan Selapajang Jaya Kecamatan Neglasari Kota
Tangerang. Adapun subjek penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah
mengalami kehamilan hingga persalinan dalam jangka waktu tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga 1. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang tinggal bersama dan memiliki hubungan darah,
pernikahan, atau adopsi yang saling berbagi secara emosional dan
melakukan tugas-tugas sosialnya dalam keluarga (U.S. Census Bureau,
2004; Levine, Carey, & Crocker, 1999, p.119, dalam Leifer, 2008).
Menurut Friedman (1992, dalam Bobak dkk, 2005) menyatakan bahwa
definisi keluarga adalah dua individu atau lebih yang bergabung bersama
karena ada ikatan untuk saling berbagi dan ikatan kedekatan emosi dan
yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian keluarga. Biro Sensus
Amerika Serikat (1996, dalam Bobak dkk.2005) mengidentifikasi dua
kategori utama rumah tangga sebagai keluarga dan bukan keluarga.
Sebuah keluarga atau suatu rumah tangga berbentuk keluarga
membutuhkan kehadiran sekurang-kurangnya dua orang, seorang kepala
keluarga dan satu atau lebih anggota keluarga lain yang mempunyai
hubungan dengan kepala keluarga tersebut melalui kelahiran, adopsi, atau
seorang kepala keluarga yang hidup sendiri atau dengan orang yang tidak
mempunyai hubungan dengan dirinya (Bobak dkk. 2005).
b. Tipe-Tipe Keluarga
Leifer (2008) dalam bukunya “Maternity Nursing: An Introductory
Text”, mengklasifikasikan tipe keluarga menjadi 8 (delapan) macam,
diantaranya yaitu:
1. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung yang
hidup bersama.
2. Keluarga Campuran (Blended or Reconstituted Family)
Keluarga yang terdiri dari kombinasi dua keluarga dengan anak-anak
dari salah satu keluarga maupun dari kedua keluarga tersebut.
3. Keluarga Hidup Bersama (Cohabitating Family)
Keluarga yang terdiri dari pasangan yang hidup bersama tanpa adanya
jalinan pernikahan yang memiliki anak kandung dari kedua pasangan
tersebut, atau anak dari salah satu pasangan, atau anak hasil adopsi.
4. Keluarga Komunal (Communal Family)
Keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga yang hidup bersama
yang berbagi tanggung jawab kerja maupun pengasuhan anak.
5. Keluarga Tambahan (Extended Family)
Keluarga yang terdapat lebih dari satu generasi, yang meluas hingga
termasuk saudara-saudara di luar keluarga inti (seperti kakek-nenek,
6. Keluarga Gay atau Lesbian (Same-sex Family)
Keluarga yang terdiri dari pasangan sesama jenis, gay maupun lesbian
dengan atau tanpa anak; anak hasil adopsi, dari hubungan sebelumnya.
7. Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family)
Keluarga yang terdiri dari individu yang tidak dalam status hubungan
pernikahan, perceraian, duda atau janda, yang memiliki setidaknya
satu anak.
8. Keluarga Orang Tua Tiri (Stepparent Family)
Keluarga yang terdiri dari seseorang yang pernah menikah yang
memiliki minimal satu anak.
2. Konsep Dukungan Keluarga a. Definisi Dukungan Keluarga
Definisi istilah „dukungan’ diartikan sebagai bantuan yang
diterima seseorang dari orang lain, yaitu dari lingkungan sosial seperti
orang-orang yang dekat, termasuk anggota keluarga, orang tua, dan teman
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994 dalam Marliyah dkk, 2004).
Menurut Mahmunah (2010) dukungan keluarga pada umumnya
merupakan turunan dari dukungan sosial. Dukungan orang tua (keluarga)
termasuk dukungan sosial dimana pengertian dukungan sosial yaitu
dukungan yang terdiri dari informasi atau nasihat verbal atau nonverbal,
bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau
didapat karena kehadiran orang yang mendukung serta hal ini mempunyai
merasa dipedulikan, dihargai dan dicintai (Sarason,dkk, 1983,Gottlieb
dikutip oleh Muluk, 1996, dalam Marliyah,dkk, 2004).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Purnawan (2008, dalam Rahayu, 2008) faktor-faktor
yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah :
1) Faktor Internal
a) Tahap Perkembangan
Dukungan ditentukan oleh faktor usia yang dalam hal ini
merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap
rentang usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
b) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. kemampuan
kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
c) Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Bagaimana cara
orang tersebut merespon stressor dalam tiap fase
kehidupannya. Pada orang yang cenderung stress, maka ia akan
merespon sakit dengan cara mengkhawatirkannya, sedangkan
pada orang yang cenderung tenang, mungkin juga memiliki
respon yang kecil selama ia sakit.
d) Faktor Spiritual
Aspek ini dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
2) Faktor Eksternal
a) Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
b) Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Variabel psikososial mencakup : stabilitas perkawinan, gaya
hidup, dan lingkungan kerja.
Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan
dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi
tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia
akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan
pada kesehatannya.
c) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk
cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
c. Macam-macam Bentuk Dukungan Keluarga
Gallo dan Reichel (1998, dalam Indriyani 2013) membagi jenis-jenis
dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1) Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam
bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang
mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan dan
memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau
ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan
fisik sesuai kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan
yang aman, dan lain-lain.
2) Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan memberikan
rasa aman, membantu menyadari, dan memahami tentang identitas.
Selain itu, meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan
waktu bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik
dengan intonasi atau nada bicara jelas, dan sebagainya. Stolte
(2003) menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi proteksi yang
melingkupi selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat
tinggal, juga memberikan dukungan dan menjadi tempat yang
„aman’ dari dunia luar.
3) Dukungan Sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu
untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan
arisan, memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan
sesuai dengan keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan
orang lain, dan memperhatikan norma-norma yang berlaku.
d. Sumber Dukungan Sosial / Keluarga
Menurut Gallo dan Reichel (1998, dalam Indriyani 2013),
terdapat tiga komponen sumber dukungan, yaitu sebagai berikut :
1) Sistem pendukung informal meliputi keluarga dan teman-teman.
2) Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat,
program-program medikasi, dan kesejahteraan sosial.
3) Sistem pendukung semiformal meliputi bantuan-bantuan dan
e. Kualitas Dukungan Keluarga
Dolan dkk. (2006) memaparkan bahwa suatu dukungan keluarga
dikatakan berkualitas apabila memiliki ciri seperti poin-poin berikut:
1) Kedekatan
Antar anggota keluarga dan hubungan keluarga lainnya, biasanya
seseorang lebih menyukai untuk meminta dukungan kepada
seseorang yang memang sudah menjadi tempat berbagi dan
memiliki rasa kedekatan satu sama lain. Wong dkk (2009) juga
menyatakan bahwa jika ikatan keluarga kuat, kontrol sosial lebih
efektif dan sebagian besar anggota keluarga dapat menjalankan
perannya masing-masing dengan tulus dan penuh komitmen.
2) Hubungan timbal balik
Meliputi kegiatan tolong menolong antara sesama, dan memastikan
bahwa orang tersebut tidak berhutang budi terhadap individu lain.
Seringkali dalam keluarga sudah terdapat adanya rasa saling
mengerti satu sama lain sehingga dalam keluarga juga sudah
terbentuk dukungan yang dibutuhkan dan tersedia jika memang
dukungan tersebut dibutuhkan.
3) Daya Tahan
Berhubungan dengan berapa lama dan sejauh mana individu dalam
satu keluarga mengenal satu sama lain. Idealnya anggota keluarga
yang handal adalah orang yang telah mengenal dalam kurun waktu
f. Fungsi Dukungan Keluarga
Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri,
tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting
dalam menyelesaikan masalah seseorang (Nursalam & Ninuk Dian
Kurniawati, 2007). Dukungan keluarga yang juga merupakan dukungan
sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap siklus
kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat
seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota
keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat
(Effendi & Makhfudli, 2009).
Fungsi dukungan keluarga mengacu pada interaksi anggota
keluarga terutama pada kualitas hubungan dan interaksi mereka (Wong
dkk, 2009). Adapun fungsi dukungan keluarga menurut Cobb (1976) dan
Lazarus (1981, dalam Mahmunah, 2010), sebagai berikut :
1) Dukungan Informasional
Dalam fungsi ini dimaknai bahwa keluarga berfungsi sebagai
kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia.
Keluarga memiliki fungsi untuk menjelaskan mengenai pemberian
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan
2) Dukungan Penilaian
Dalam hal ini keluarga berfungsi sebagai wadah umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, dengan
pemberian support, penghargaan, dan perhatian.
3) Dukungan Instrumental
Disini keluarga berfungsi sebagai sumber pertolongan praktis dan
konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan
makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
4) Dukungan Emosional
Keluarga berfungsi sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi.
g. Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil
Dukungan sosial yang paling diperlukan bagi seorang ibu dalam
menghadapi periode perinatal adalah keluarga (Indriyani, 2013). Ibu hamil
selama sekitar 9 bulan mengalami dan merasakan fase-fase pertumbuhan
janin yang membutuhkan dorongan mental dari lingkungannya (Anshor
dan Abdullah Ghalib, 2010). Dalam hal ini fungsi dukungan keluarga bagi
ibu hamil yakni akan mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas,
dan rasa nyaman yang akan membuat ibu hamil akan merasa mendapat
dukungan secara emosional yang akan mempengaruhi kesehatan jiwanya
(Mahmunah, 2010). Pada masa kehamilan, peran suami sangat penting
makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, terus bersabar serta
mendampinginya setiap memeriksakan kehamilan (Anshor dan Abdullah
Ghalib, 2010). Manuaba dkk (2003), menyatakan bahwa ibu hamil yang
kekurangan dukungan psikologis dan sosial budaya dari keluarga yang
paling dekat, khususnya suami, akan cenderung mengalami stress pada
kehamilan. Mahmunah (2010) juga menambahkan bahwa jika seluruh
keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih
percaya diri, lebih bahagia dan siap menjalani kehamilan, persalinan, dan
masa nifas.
B. Konsep Antenatal Care 1. Definisi Antenatal Care
Pelayanan Antenatal care atau prenatal care merupakan langkah
identifikasi medis dan psikologis yang mungkin dapat mempengaruhi
kesehatan maternal dan perinatal serta mengurangi adanya komplikasi tak
terdeteksi yang dapat menyebabkan konsekuensi serius bagi ibu dan bayi
(Potter dkk, 2009). Intervensi esensial dalam ANC adalah identifikasi dan
manajemen komplikasi obstetrik seperti preeklampsia, imunisasi tetanus
toksoid, penanganan pencegahan intermitten untuk malaria, manajemen
infeksi HIV, sipilis dan penyakit menular seksual lainnya (Lincetto dkk,
2006). ANC juga merupakan wadah edukasi bagi ibu hamil dan keluarga
pekerjaan yang berat, serta dukungan emosional yang adekuat dari
keluarga untuk ibu hamil (Fischer, 2012).
2. Tujuan Antenatal care / Prenatal Care
Menurut Saifudin (2002, dalam Indriyani 2013), tujuan
dilakukannya antenatal care adalah sebagai berikut :
a. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial,
dan bayi.
c. Menganalisis secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit
secara umum, yaitu pembedahan dan kebidanan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.
3. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC)
WHO merekomendasikan jumlah kunjungan Antenatal care bagi
ibu hamil dengan tanpa komplikasi di negara berkembang, yakni minimal
sebanyak empat kali kunjungan (Tran dkk. 2012). Sebagaimana yang
Model”, bahwa ibu hamil disarankan melakukan kunjungan pertama kali
yakni pada usia kehamilan 8 – 12 minggu, kunjungan kedua pada usia
kehamilan 24 – 26 minggu, kunjungan ketiga di usia kehamilan 32
minggu, dan kunjungan keempat di usia kehamilan 36 – 38 minggu
(Lincetto dkk, 2006). Tujuan dari kunjungan ANC di setiap trimester
kehamilan, yaitu karena di setiap trimester kehamilan memiliki kegiatan
fokus pemeriksaan tersendiri sesuai dengan perkembangan ibu dan janin,
misalnya pada kunjungan pertama, yakni usia kehamilan 8 – 12 minggu,
fokus kegiatan ANC yakni mengkonfirmasi kehamilan, mendeteksi
kebutuhan jumlah kunjungan (apakah hanya empat kali atau lebih),
menentukan / skrining apakah ibu membutuhkan pencegahan komplikasi
tertentu (Lincetto dkk, 2006).
Departemen Kesehatan RI (2007) dalam bukunya “Pedoman
Pelayanan Antenatal”, mencantumkan jumlah frekuensi kunjungan yang
harus dilakukan oleh ibu hamil yakni paling sedikit 4 (empat) kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut :
a. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama = K1
b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2
c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga = K3 dan K4
Sedangkan jika ditemukan kelainan atau penyulit kehamilan
dan lain-lain, maka frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kehamilan
(Depkes, 2007).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal care
Mahfuzar Rahman, 2010, dalam hasil penelitiannya mengenai
faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC pada komunitas ibu di
kawasan kumuh (slum mothers) di Bangladesh, menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC, diantaranya:
a. Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi frekuensi kunjungan
ANC. Semakin paham ibu mengenai pentingnya ANC, maka ibu
tersebut akan semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan
kunjungan ANC.
b. Tempat pelayanan kesehatan
Dalam studi Rahman, terdapat 2 jenis tempat pelayanan kesehatan
di Bangladesh, yang pertama adalah pelayanan kesehatan yang
didalamnya terdapat tenaga medis namun tenaga medis tersebut
tidak melalui pendidikan resmi tenaga kesehatan, dan yang kedua
yaitu rumah sakit atau klinik. Hasil penelitiannya yaitu mayoritas
ibu memeriksakan kehamilan mereka ke rumah sakit atau klinik.
professional dalam suatu tempat pelayanan kesehatan dapat
mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC.
c. Pekerjaan suami
Pekerjaan suami merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi
kunjungan ANC pada ibu hamil. Hasil penelitian memaparkan
bahwa ibu hamil yang memiliki suami yang pekerjaannya lebih
layak seperti businessman, melakukan kunjungan ANC lebih rutin
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki suami dengan
pekerjaan sebagai buruh.
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga juga menjadi faktor ibu hamil melakukan
kunjungan ANC. Didapatkan dalam hasil penelitian, bahwa ibu
hamil dengan keluarga dengan penghasilan yang tinggi perbulan,
melakukan ANC dengan rutin dibandingkan ibu hamil dengan
keluarga yang berpenghasilan lebih rendah.
e. Paparan media massa
Adapun maksud dari paparan media massa, yakni karena media
masa memiliki peran yang cukup besar untuk membantu
menumbuhkan kesadaran mengenai berbagai komplikasi
kehamilan serta apa saja dampak dari komplikasi tersebut bagi ibu
Adanya faktor budaya yang penting untuk dipertimbangkan, seperti
gaya hidup serta kepercayaan yang dianut individu (Leifer, 2008).
Kompetensi budaya merupakan kesadaran, penerimaan, serta penghormatan
akan suatu kepercayaan, nilai, dan tradisi tertentu dan pasti berbeda antara
suatu individu dengan individu lainnya (Leifer, 2008), begitu juga dengan
keluarga, keluarga mempunyai adat istiadat dan tata nilai masing-masing serta
menyusun standar interaksi di dalam maupun di luar kelompok (Wong dkk,
2009). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kim dkk (2010) menyatakan
bahwa dukungan sosial juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi ibu
hamil dalam melakukan prenatal care.
C. Konsep Slum Area 1. Definisi Slum Area
Konsep slum area maupun definisinya berbeda di tiap negara,
tergantung daripada kondisi sosio-ekonomi masing-masing negara
tersebut (Mohanty & Swati Mohanty, 2005). Kata “slum” berasal dari kata
“slumber” yang artinya “tidak dikenal/ tidak diketahui”, untuk
mendeskripsikan sekelompok orang yang tinggal di jalan gelap di
gang-gang yang sempit (Mohanty & Swati Mohanty, 2005). Slum area atau
daerah kumuh didefinisikan sebagai daerah atau kawasan bagian
perkotaan yang terabaikan, berpenghasilan rendah dan tempat tinggal bagi
masyarakat miskin (United Nation Habitat, 2003;2007). Menurut BPS
letak rumah yang tidak tersusun rapi. Biasanya daerah ini terletak di pusat
kota, terminal, stasiun kereta api, sepanjang rel kereta api, pasar tradisionil
atau di seputar pabrik-pabrik.
United Nation Habitat (UN Habitat) (2006) mendefinisikan rumah
tangga kumuh (slum household) sebagai sekelompok individu yang
tinggal dalam satu atap di daerah urban yang tidak memiliki salah satu ciri
atau lebih sebagai berikut:
a. Rumah atau tempat tinggal yang permanen, tahan lama, serta dapat
melindungi dari kondisi ekstrim.
b. Luas ruangan yang cukup artinya tidak lebih dari tiga orang dalam
satu ruangan.
c. Akses mudah untuk mendapatkan air bersih dan aman serta dalam
jumlah yang mencukupi dan harga yang dapat terjangkau.
d. Adanya akses untuk sanitasi yang adekuat, seperti penggunaan toilet
bersama dengan jumlah pengguna yang rasional.
e. Memiliki posisi/kedudukan yang aman sehingga dapat terlindung dari
penggusuran paksa.
Selain karakteristik berdasarkan lokasi tempat tinggal, slum area juga
diidentikkan dengan karakteristik masyarakatnya yang memiliki tingkat
pendidikan relatif rendah, begitu juga dengan tingkat pengetahuannya, jenis
pekerjaan informal dan mempunyai pendapatan yang secara umum belum
Analisis Tipologi BPS (2007) memaparkan bahwa sekitar 74,5% masyarakat
area kumuh berpendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD), 24,8%
berpendidikan setingkat sekolah lanjutan, dan 0,8% saja yang melanjutkan ke
jenjang universitas. Sedangkan dari segi pekerjaan, BPS (2007) menyebutkan
bahwa kebanyakan pekerjaan utama dari kepala rumah tangga miskin/slum
area adalah sebagai buruh, sekitar 26,8 %.
2. Tipe-Tipe Slum Area
Mohanty dan Swati Mohanty (2005) membagi 3 (tiga) tipe daerah
kumuh (slum), diantaranya :
a. Daerah kumuh asli (Original slum)
Daerah kumuh asli diartikan sebagai daerah kumuh yang memang
sejak awal terbentuk dari bangunan-bangunan yang sudah tidak layak
dan butuh perbaikan. Contohnya seperti daerah kumuh di Wichita,
Meksiko.
b. Daerah kumuh sebagai hasil dari perpindahan keluarga kelas atas dan
menengah
Tipe kedua ini merupakan daerah kumuh yang dihasilkan dari
berpindahnya para keluarga kelas atas dan menengah pada suatu
daerah ke daerah lain dan mengakibatkan terjadinya kemerosotan di
daerah yang ditinggalkan. Contoh daerah ini yaitu daerah kumuh di
Boston.
Daerah kumuh tipe ketiga ini adalah daerah kumuh yang terbentuk
ketika suatu daerah sekitar area bisnis mengalami kemunduran, maka
akan terjadi pula kemunduran dari aspek fisik dan sosial secara drastis.
Pada daerah kumuh dengan tipe seperti ini akan memiliki karakteristik
padat penduduk, kemiskinan, banyaknya tempat prostitusi, dan
warung-warung minuman keras. Begitu pula dengan karakteristik
masyarakat yang mendiami daerah kumuh ini, merupakan masyarakat
dengan perilaku kriminal, peminum, dan lain sebagainya.
3. Pelayanan Kesehatan di Slum Area
Pada konferensi internasional mengenai pelayanan kesehatan
primer, WHO dan UNICEF di Alma Ata 1978, dibentuklah konsep
“Health For All” atau HFA yang salah satu targetnya adalah pemenuhan
program kesehatan area urban yang sasarannya mencakup masyarakat
urban miskin yang meliputi pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan
anak (Srivastava dan Kabra, 2011). Namun pelaksanaan program
kesehatan bagi masyarakat urban miskin atau kumuh ini tidak dapat
berjalan dengan baik karena sulitnya masyarakat kumuh dalam mengakses
pelayanan kesehatan di daerah mereka (Gibbons dan Rajeev Bali, 2010).
Hal ini disebabkan karena banyaknya masyarakat kumuh urban yang tidak
terdata oleh daerah setempat sehingga menyulitkan mereka untuk
terjangkau program-program pelayanan kesehatan daerah tersebut
(Ramanathan, 2004 dalam Gibbons dan Rajeev Bali, 2010). Lokasi tidak
pelayanan kesehatan, karena seringkali walaupun dari segi lokasi dapat
diakses oleh masyarakat kumuh, namun tetap sulit terjangkau karena biaya
pelayanan kesehatan (misal, rumah sakit) dianggap terlalu mahal (Gibbons
dan Rajeev Bali, 2010). Selain itu ketidakadekuatan pelayanan kesehatan,
baik dari manajemen pelayanan, tenaga kesehatan yang kurang memadai
maupun ketersediaan peralatan dan obat, juga menjadi faktor sulitnya
memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat kumuh (Shekhar dan
Ram, 2005 dalam Gibbons dan Rajeev Bali, 2010)
D. Penelitian Terkait
Berikut adalah penelitian-penelitian terkait dengan hubungan antara
dukungan keluarga / sosial dan frekuensi kunjungan ANC:
1. Penelitian oleh Kim dkk. (2010) pada 165 responden wanita imigran
Korea, menunjukkan adanya hubungan antara ketersediaan dukungan
sosial dan praktek prenatal care ( r = 0.647, p <.001) dengan mean score
correlation 2.98. Kim dkk, juga menyatakan bahwa semakin tinggi
dukungan sosial yang diberikan pada ibu hamil, meningkatkan ibu hamil
dalam melakukan prenatal care, dalam studi ini dipaparkan bahwa peran
suami, ibu dan mertua dari ibu hamil memiliki peran yang penting dalam
memberikan dukungan sosial.
2. Penelitian oleh Kamal dkk. (2013) pada 4905 wanita dari berbagai
tingkat ekonomi di Bangladesh menghasilkan bahwa terdapat 48,3 %
tidak melakukan ANC dikarenakan berbagai faktor, mayoritas karena
keluarga/suami hanya sekitar 4,1 %, meskipun tergolong rendah namun
angka ini menyatakan bahwa masih terdapatnya korelasi atau hubungan
antara ketersediaan dukungan keluarga dengan kunjungan ANC yang
dilakukan oleh ibu hamil.
3. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Simkhada dkk. (2010) pada ibu
hamil di Nepal, memaparkan bahwa dukungan sosial dari ibu mertua
memiliki pengaruh yang kuat bagi ibu hamil terutama dalam melakukan
ANC.
4. Penelitian oleh Dyah Arista (2013) mengenai hubungan motivasi ibu dan
dukungan keluarga dengan kelengkapan antenatal care di wilayah UPT
Puskesmas Mojokerto. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan
yang signifikan (p = 0,01) antara dukungan keluarga dengan kelengkapan
antenatal care .
5. Penelitian oleh Siti Aisyah (2009) tentang gambaran motivasi ibu hamil
dalam melakukan ANC di Puskesmas Pamulang. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa keseluruhan ibu hamil mendapatkan motivasi dari
suami maupun keluarga untuk melakukan kunjungan ANC.
Dari berbagai hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara dukungan sosial / keluarga dengan kunjungan Antenatal
care. Namun peneliti belum menemukan penelitian yang lebih spesifik
K1 hingga K4, terlebih di komunitas ibu kawasan kumuh perkotaan di
Keterangan:
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti Faktor yang Mempengaruhi Dukungan
Keluarga :
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
(Purnawan, 2008 dalam Rahayu 2008)
Sumber Dukungan Sosial / Keluarga :
1. Sumber Informal
Frekuensi ANC yang dianjurkan :
a. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama = K1
b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2
Pelayanan Kesehatan di Slum Area:
1. Lokasi pelayanan kesehatan yang
jauh dari pemukiman/sulit diakses.
2. Biaya pengobatan yang mahal.
3. Manajemen pelayanan kesehatan
yang kurang memenuhi kebutuhan
(tenaga medis, peralatan, dll)
(Gibbons dan Rajeev Bali, 2010;
Shekhar dan Ram, 2005)
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan ANC di Slum Area (Rahman, 2010 :
Leifer, 2008; Kim dkk, 2010):
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti 2 (dua) variabel, yakni
variabel dukungan keluarga sebagai variabel independen yang merupakan
variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(Hidayat, 2008). Sedangkan variabel frekuensi antenatal care (ANC) sebagai
variabel dependen atau terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen
yakni dukungan keluarga (Hidayat, 2008). Adapun kerangka konsep antara
kedua variabel tersebut, sebagai berikut :
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan antara Variabel Dukungan Keluarga (Bebas)
dan Variabel Frekuensi Kunjungan ANC (Terikat)
Dukungan Keluarga :
- Fisiologis
- Psikologis
- Sosial
Frekuensi Kunjungan ANC
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur resiko tinggi kehamilan, sedangkan usia ideal hamil
2 Pendidikan Pendidikan formal terakhir responden.
3 Pekerjaan Jenis kegiatan mencari nafkah
yang dilakukan oleh
Keluhan kesehatan yang dirasakan responden selama masa kehamilan.
dialami responden saat
Kuisioner (1) Data Demografi
1 = primigravida 2 = multigravida
pengumpulan data.
Primigravida adalah ibu yang pertama kali hamil,
Multigravida adalah ibu yang mengalami kehamilan lebih dari satu kali.
Poin B
9 Independen : Dukungan Keluarga
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan yang merupakan
jawaban sementara peneliti terhadap pertanyaan penelitian (analitik) (Dahlan,
2009). Berdasarkan kerangka konsep penelitian sebelumnya, peneliti
menentukan hipotesis, yaitu :
Hipotesis alternatif (Ha) : ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap
frekuensi kunjungan Antenatal care (ANC) pada komunitas ibu slum area
Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang.
Hipotesis nol (Ho) : tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap
frekuensi kunjungan Antenatal care (ANC) pada komunitas ibu slum area
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan masalah keperawatan yang
menghubungkan antara dua variabel, sehingga penelitian ini disebut penelitian
asosiatif (Hidayat, 2008). Penelitian ini juga bersifat pendekatan analitik
kuantitatif yang menggunakan metode cross sectional karena penelitian ini
dilakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan / sekali waktu
untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung
(Hidayat, 2008 : Ghazali, dkk, 2011).
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014 dan berlokasi di area
pemukiman kumuh RW 05 dan RW 08 Kelurahan Selapajang Jaya,
Kecamatan Neglasari Kota Tangerang. Peneliti memilih lokasi ini sebagai
tempat penelitian karena daerah ini merupakan area pemukiman kumuh yang
sesuai dengan kriteria pemukiman kumuh oleh United Nation Habitat (2003),
seperti area yang kurang ketersediaan akan air bersih, kepemilikan tanah dan
bangunan yang ilegal, dan lain-lain.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat 2008). Populasi dari
penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan
hingga persalinan dalam rentang waktu tahun 2012-2014 di area
pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya, Kecamatan Neglasari
Kota Tangerang yang berjumlah 50 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2008). Sampel penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah
mengalami kehamilan hingga persalinan dalam rentang waktu tahun
2012-2014 dan tinggal di area pemukiman kumuh di Kelurahan Selapajang Jaya
Kota Tangerang. Adapun total sampel seharusnya berjumlah 50 orang,
namun hanya 28 orang yang memenuhi kriteria sampel, sedangkan 22
orang lainnya tidak dapat berpartisipasi menjadi responden karena tidak
memenuhi kriteria yang telah ditentukan dengan berbagai sebab, seperti
sakit, telah berpindah domisili, dan bekerja.
Kriteria inklusi dari sampel penelitian ini, yaitu :
a. Ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga persalinan dalam
rentang waktu tahun 2012-2014.
b. Ibu yang sehat jasmani dan rohani.
c. Ibu yang berdomisili di pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya
d. Ibu yang sedang berada di tempat saat dilakukan penelitian dan
bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang dipergunakan sebagai alat untuk
mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data dari suatu variabel
(Matondang, 2009). Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner / angket dengan beberapa pertanyaan, alat ukur ini
digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat,
2008). Berdasarkan sumber data yang digunakan, instrumen dalam penelitian
ini terbagi menjadi 2 (dua) macam instrumen, yaitu instrumen data primer dan
instrumen data sekunder.
A) Adapun instrumen data primer berupa kuisioner yang terdiri dari 3 jenis,
yakni :
Kuisioner 1 : yaitu berisi data demografi responden, seperti nama
(inisial), usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat kehamilan, jumlah
kehamilan, jenis pelayanan kesehatan yang digunakan dan
lain-lain.
Kuisioner 2 : untuk mengukur dukungan keluarga. Pertanyaan
alam kuisioner ini dibuat sendiri oleh peneliti yang merupakan
modifikasi dari jenis-jenis dukungan keluarga berdasarkan teori
disesuaikan untuk ibu hamil. Kuisioner ini berisi 45 pernyataan
dan skala ukurnya menggunakan skala Likert.
Sistem penilaian skor dari kuisioner 2 ini yaitu terbagi
menjadi 4 (empat) kategori, pada pertanyaan favorable, yaitu
“Selalu” ( nilai skor 4); “Sering”( nilai skor 3); “Jarang” (nilai skor
2); “Tidak Pernah ( nilai skor 1), sedangkan pada pertanyaan
unfavorable penilaiannya adalah “Selalu” ( nilai skor 1); “Sering”(
nilai skor 2); “Jarang” (nilai skor 3); “Tidak Pernah (nilai skor 4).
Analisis penilaian skornya menggunakan nilai median, apabila
skor kurang dari nilai median, maka dikategorikan dukungan
keluarga tidak baik, dan jika skor lebih dari sama dengan median
maka dikategorikan dukungan keluarga baik. Berdasarkan jumlah
soal kuisioner, yaitu 45 soal, dengan rincian pernyataan 29
favorable dan pernyataan 16 unfavorable, dan apabila skor
maksimal pada tiap nomornya adalah 4, maka skor tertinggi yang
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuisioner Dukungan Keluarga
Variabel Dukungan
Keluarga
Item Pertanyaan
Favorable Unfavorable
Dukungan Fisiologis
19,22,25,27,30,32,34,37, 6,9,11,12,14,40,43,
Dukungan Psikologis
1,5,8,10,16,18,21,24,31,33 3,13,29,36,39
Dukungan Sosial
2,4,7,15,23,28,35,38,41,42,45 17,20,26,44
Kuisioner 3 : untuk mengukur frekuensi kunjungan ANC yang
didasari oleh WHO dan Departemen Kesehatan RI mengenai
rekomendasi frekuensi kunjungan ANC. Kuisioner ini berisi 1
pertanyaan dan skala ukurnya menggunakan skala Guttman. Adapun
penilaian skornya adalah : Ya (nilai skor 2); Tidak (nilai skor 1).
Analisis penilaian skornya yakni dikategorikan lengkap apabila
jumlah kunjungan minimal empat kali, dan dikategorikan tidak
lengkap apabila jumlah kunjungan kurang dari empat kali selama
kehamilan.
B) Instrumen data sekunder yaitu lembar observasi yang akan diisi oleh
peneliti. Adapun yang diobservasi adalah buku KIA (Kesehatan Ibu dan
lembar observasi ini sebagai alat validasi jumlah frekuensi kunjungan
ANC. Instrumen ini hanya bersifat sebagai pelengkap data, namun data
utama yang digunakan tetap berdasarkan instrumen data primer, dan data
ini tidak akan mempengaruhi data primer (kuisioner 1 dan 2).
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai
standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data
(Hidayat, 2008).
1. Hasil Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2002). Adapun uji validitas
instrumen penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment
dengan bantuan software SPSS. Nilai r tabel = 0.361 jika pengujian
validitas dilakukan pada 30 responden (N=30). Jika nilai r hitung > r tabel
berarti valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti instrumen tidak
valid (Sugiyono, 2010 dalam Mardliyah 2013).
Hasil uji validitas instrumen kuisioner dukungan keluarga 45 soal
didapatkan 17 pernyataan yang valid dan 28 pernyataan yang tidak valid.
Adapun rincian dari 17 pertanyaan yang valid terdiri dari 8 pernyataan
variabel dukungan fisiologis, 4 pernyataan variabel dukungan psikologis,
5 pernyataan variabel dukungan sosial. Sementara untuk 28 pernyataan
lainnya yang tidak valid kemudian dimodifikasi oleh peneliti dan diuji