i
SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan, dan semoga kita mendapatkan Syafaat di hari akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari perhatian, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti dan berharga bagi penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada siapapun yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini.
ii Hidayatullah Jakarta beserta jajaranya.
2. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A. selaku dekan Fakultas Ushuluddin beserta para pembantu Dekan I,II, III.
3. Bapak Dr. Bustamin, M.Si selaku ketua jurusan Tafsir Hadis sekaligus dosen pembimbing dalam skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kerelaannya, rela meluangkan waktu, bimbingan dan saran-sarannya mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Lalu Ibu Dr. Lilik Ummi Kalstum, M.A.
4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima Kasih atas ketulusan dan keikhlasanya dalam memberikan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah di ajarkan menjadi amal jariah bagi mereka semua dan sentiasa membawa berkah dan manfaat bagi masa depas penulis.
5. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin, perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Umum Islam Iman Jama`, yang telah membantu pengadaan sumber bacaan dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
iii
jangan lupain skripsi kelarin. (Bolang) Abdul Hadi. Kepada temen-temen Kelasa Th.C (Tiga HaR! CeRia), ( Sri, Ummi, Sasa, Ulfah, Hidayah, Fauziah, Bier Jannah, Asep M.D, Ucen, Irfan, Julkarnaen, Hafidz, Afif, Yasir, Suryadi, Sahid, Samsul, Muamar. Semoga Allah Swt. Selalu melindungi kalian dan tetap menatap masa depan. Itoh yang lagi hamiiilll mudah-mudahan dapet anak yang banyak, bedah yang sudah semangatin sampai tetes terakhir.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
8. Buat yang tersayang Renny Indah cahyaning kadir, makasi yah sudah dukung aa, marahin aa jika sedang males, ngingetin aa jika sedang lupa, you will be the last for me… Amiinn.
Dalam penulisan ini tentu masih banyak kelemahan dan kekurangannya, semoga segala bantuan dari segala pihak hingga tulisan ini dapat diselesaikan, diterima sebagai amal baik di sisi Allah SWT. Dan memperoleh balasan yang berlibat ganda dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amin
Bekasi, 16 maret 2011
iv
Kata pengantar ……….i
Daftar isi……….iv
Transliterasi………...vi
BAB I Pendahuluan………1
A. Latar belakang masalah………1
B. Identifikasi Masalah……….5
C. Perumusan dan pembatasan masalah………...6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………7
E. Metodologi penelitian………..7
F. Kajian pustaka……….10
G. Sistematika penulisan………..12
BAB II Kajian Teori………..13
A. Pendefinisian……….13
1. Pengertian akhlak……….13
2. Macam-macam akhlak……….15
3. Pengertian ibadah………19
4. Akhlak beribadah………21
v
2. Mengenal sosok pendiri IRMAS; almarhum kanda Ma’mun Syah…………...27
3. Filosofi dan tujuan IRMAS………...28
BAB III Analisis pengaruh kajian hadis terhadap pembentukan akhlak remaja ……….35
A. Pengajaran hadis dalam tradisi IRMAS………..35
1. Bentuk pengajaran……….35
2. Hadis akhlak yang dikaji………...36
B. Analisis data 1. Identitas ………....38
2. Materi pengajian………...42
3. Metode pembelajaran………....….44
4. Pemahaman ………..44
5. Pengamalan………...47
BAB IV Penutup……….52
A. Kesimpulan………52
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI1
Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
ﺍ tidak dilambangkan
ﺏ B be
ﺕ T te
ﺙ Ts te dan es
ﺝ J Je
ﺡ H h dengan garis bawah
ﺥ Kh ka dan ha
ﺩ D da
ﺫ Dz De dan zet
ﺭ R Er
ﺯ Z Zet
ﺱ S Es
ﺵ Sy es dan ye
ﺹ S es dengan garis bawah
ﺽ D de dengan garis bawah
ﻁ T te dengan garis bawah
ﻅ Z zet dengan garis bawah
ﻉ ‘ koma terbalik keatas, menghadap ke kanan
1
vii
ﻍ Gh ge dan ha
ﻑ F Ef
ﻕ Q Ki
ﻙ K Ka
ﻝ L El
ﻡ M Em
ﻥ N En
ﻭ W We
ـﻫ H Ha
ﺀ ‘ Apostrof
ﻱ Y Ye
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih
aksaranya adalah sebai beeriku:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
___َ___ a fathah
___ِ___ i kasrah
___ُ___ u dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي__َ__ ai a dan i
__َ__
viii
Vokal Panjang (Madd)
Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ﺎَــ â a dengan topi di atas
ﻲــ î i dengan topi di atas
ﻮـــ û u dengan topi di atas
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh
huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân
bukan ad-dîwân.
Syaddah (Tashdid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secaraa lisan
berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”,
demikian seterusnya.
Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf tamarbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat
ix
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf
/t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
no Kata Arab Alih aksara
1 ﺔﻘﻳﺮﻃ tarîqah
2 ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ ﺔﻌﻣﺎﳉﺍ al-jâmî ah al-islâmiyyah
3 ﺩﻮﺟﻮﻟﺍ ﺓﺪﺣﻭ wahdat al-wujûd
Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid
1
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dimana dalam dunia mereka sedang dirundung oleh rasa ego yang amat tinggi yang sangat membutuhkan arahan dan bimbingan. Pada saat sekarang ini banyak sekali remaja-remaja yang sikap keberagamaannya sangat memprihatinkan, terutama dalam masalah akhlak beribadah. Misalnya banyak remaja yang mulai meninggalkan perintah shalat, terlibat dalam tindakan kriminal, narkoba dan sikap kenakalan-kenakalan remaja lainnya.
Masa remaja yang penuh rasa ingin tahu tidak cukup hanya diberikan siraman rohani yang isinya sejumlah doktrin agama yang harus diterima begitu saja, melainkan doktrin-doktrin agama ini harus ditelaah lebih dalam sehingga generasi remaja benar-benar telah mengetahui mengapa mereka harus memilih Islam sebagai pedoman hidupnya.
pengajaran akhlak khususnya tentang akhlak beribadah bagi remaja sangat dibutuhkan sejak dini.
Akhlak dan ibadah bagaikan dua mata uang yang tak bisa dipisahkan, hal itu karena keduanya saling berkaitan. Seperti yang dijelaskan oleh ‘Amru Khalid dalam bukunya Semulia Akhlak Nabi, dia mengutarakan “sesungguhnya akhlak (dalam arti luas-edt) lebih esensial-daripada (lahiriyah) ibadah, karena tujuan utama setiap ibadah adalah memperbaiki akhlak. Jika tidak, dikhawatirkan seluruh aktifitas ibadah ‘hanya sebatas’ prima raga….! Begitu juga ritual ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya tidak akan bernilai tanpa didasari dengan akhlak….”.1
Keutamaan dan pahala besar yang ada dalam budi pekerti luhur. Maka, ibadah pergaulan dan tradisi selalu dihiasi dengan akhlak yang baik. Setiap ibadah yang hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah, pasti dihiasi dengan akhlak yang baik. Begitu juga, interaksi dengan orang lain dianjurkan untuk berakhlak yang baik pula dan tradisi yang disahkan oleh Islam, pasti dimahkotai dengan akhlak yang baik.2
Dari urayan di atas bisa disimpulkan dalam beribadah pun ada aturan, tata cara dan harus selalu diiringi dengan akhlak baik. Seperti, menjauhi kata-kata dusta ketika melakukan ibadah, menepati janji, menjaga rutinitas
1 Amru Khalid, Semulia Akhlak Nabi, (Aqwam, Mei 2008), cet 5, h. 23-27. Lihat juga :
Bambang Trim, meng-Install Akhlak Anak, (Jakarta: Hamdalah; Imprint Grafindo Media Pratama, Agustus 2008) cet 1, h. 64
(istiqomah) dalam beribadah dan sebagainya. Karena akhlak yang baik, umumnya, merupakan petunjuk tentang tingkat keimanan seseorang. Sebaliknya, akhlak yang buruk adalah petunjuk tentang tingkat keyakinannya yang lemah.3
Pada masa kerasulan, Rasulullah saw Menanamkan modal akhlak pada awal dakwahnya. Kebijakan pertama yang dilakukan oleh Nabi saw adalah membangun masjid di Quba, sebuah kota yang terletak dekat dengan Madinah, dan dilanjutkan dengan membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah, sejalan dengan berkembangnya Islam di Madinah yang semakin pesat.4
Tak dipungkiri, hingga saat ini pun masjid berfungsi sebagai pusat dakwah dan pendidikan. Sebagai salah satu bentuk pendidikan non formal yang ada di masyarakat Islam adalah pengajian, yang sebenarnya pengajian ini merupakan satu-satunya bentuk institusional pendidikan Islam sejak pertama kali dan dapat bertahan hingga sekarang. Prof. Kuntowijoyo mengatakan : “Kegiatan ini biasanya berpusat di lingkungan masjid yang
3 Musthafa al-‘Adawy, Fiqh Akhlak, (Jakarta : Qisthi Press, 2005) cet 1, h. 339
4H. Abuddin Nata, dan Fauzan, Pendidikan dalam perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta
mana masjid sangat mungkin sekali melakukan pembinaan terhadap jama’ah di wilayahnya.”5
Sebagai salah satu contoh di lingkungan Kp. Cakung Kelurahan Jatimekar Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi terdapat kegiatan pengajian remaja sebagai wadah kegiatan keagamaan bagi remaja di lingkungan sekitar itu.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh remaja di lingkungan tersebut guna memberikan tameng ilmu agama khususnya tentang akhlak beribadah adalah pengajian rutin mingguan yang dilaksanakan setiap malam jum’at. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan diadakan oleh remaja tersebut mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat. Tidak heran, jika pengajian remaja ini dapat bertahan hingga 14 tahun dari usianya sejak awal didirikan.
Di pengajian ini para remaja diberikan materi ilmu-ilmu hadis, seperti materi akhlak yang meliput akhlak dalam beribadah, baik ibadah yang langsung kepada Allah (hablum min Allah) maupun sesama manusia (hablum min an-nậs).
Namun, hingga saat ini belum diketahui sebesar mana pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja yang berada dilingkungannya. Oleh karena itu, maka penulis mencoba untuk meneliti mengenai hal tersebut yang di beri
5 Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Yogyakarta: Shalahudin Press,
judul, “Pengaruh Kajian al-Hadits Terhadap Akhlak Remaja Dalam Menjaga Istiqomah Beribadah: Studi Kasus Remaja Masjid Jami’ al-Mubarakah Kampung Cakung Jatimekar Bekasi.”
B. Identifikasi Masalah
Muhammad Abdul Aziz al-Hakim mengutarakan barang siapa memaksa dirinya untuk berakhlak, maka ia telah menjadi orang yang telah mengabdikan diri kepada Allah dengan ikhlas.6
Sejauh penelusuran awal penulis, terjadi pergeseran dalam akhlak remaja khususnya dalam akhlak beribadah seiring dengan perkembangan zaman dan pergumulannya dengan westernisasi. Namun, masih terdapat remaja yang giat mengkaji ilmu Agama khususnya tentang hadis yang berkaitan dengan akhlak beribadah.
Akhlak dalam beribadah adalah sangat diperlukan, karena dalam pengertiannya akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, melainkan juga norma yang mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhannya.7 Sebagai contoh dari keduanya adalah:
berbuat baik, menjaga perasaan orang lain dan menghargai kemampuannya, kasih
sayang dan rendah hati antar sesama, menghormati guru dan orang tua dan masi
banyak contoh lainnya dalam akhlak beribadah antar sesama, sedangkan dalam
akhlak beribadah kepada Allah adalah: melakukan shalat lima waktu yang wajib dan
sunnah yang menyertainya, puasa, zakat dan lain sebagainya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebetulnya banyak masalah yang bisa dikembangkan untuk diteliti dalam skiripsi ini, namun dalam hal ini, penulis membatasi kajiannya hanya pada persoalan pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja dalam menjaga rutinitas beribadah.
Sejatinya banyak ritual-ritual keagamaan yang harus disertai dengan akhlak dalam melakukannya, baik dalam ibadah yang langsung kepada Allah (hablum min Allah) maupun sesama manusia (hablum min an-naas). Namun, sebaik-baiknya akhlak dalam melakukannya adalah menjaga rutinitas (istiqamah) dalam melakukannya. Hal itu sesuai dengan hadits Nabi saw yang diuraikan oleh Muslim dalam kitab shahihnya.8
Untuk itu, dalam hal ini penulis akan meneliti pengaruh kajian hadits terhadap akhlak remaja dalam menjaga rutinitas beribadahnya. Khususnya dalam ibadah yang langsung kepada Allah, salat lima waktu yang wajib.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja masjid jami’ al-mubarakah dalam menjaga istiqomah beribadah?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan skiripsi ini, diantaranya adalah untuk mendeskripsikan bagaimana atau sejauh mana sebenarnya pengaruh kajian hadis terhadap pembentukan akhlak remaja masjid jami’ al-mubarakah dalam menjaga istiqomah beribadah.
Kemudian secara khusus, penulisan skiripsi ini tidak lain sebagai syarat bagi penulis untuk bisa mendapatkan gelar strata satu (S-1) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam bidang Tafsir Hadis.
E. Metodologi penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research. Yakni penelitian lapangan yang dilakukan di Kp. Cakung Jatimekar Bekasi. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan kualitatif. Yang dilakukan melalui kegiatan deskriptif analisis, sebagai upaya memberikan penjelasan serta gambaran komprehensif tentang pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja.
lebih banyak berupa kata atau gambar keadaan daripada dalam bentuk angka-angka atau statistik.
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kp. Cakung Jatimekar Bekasi. Alasannya adalah tempat remaja masjid belajar berbagai ilmu pengetahuan melalui pengajian, khususnya ilmu hadis. Walau tak dipungkiri masih banyak tempat-tempat pengajian remaja yang lain diluar kampung ini. Namun demikian, masih belum diketahui sejauh mana pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja setempat. Serta lokasi penelitian adalah tempat peneliti menetap sehingga mempermudah peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
3. Subyek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi atau pengamatan langsung
Yakni pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala dan obyek yang diteliti.9 Untuk memperkaya data dan interpretasi, penelitian ini juga menggunakan data sekunder dan kepustakaan sebagai penunjang.
b) Wawancara
Yakni penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan responden10 yang menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).11 Kemudian untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang dianggap berwenang atau mengetahui masalah yang diteliti.
c) Angket
Yakni pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner kepada informan agar penulis dapat mengetahui atau menggambarkan bagaimana pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja.
d) Analisis Data
Setelah hasil penelitian dapat di peroleh, telah di olah, maka langkah selanjutnya adalah menganalisanya. Maksudnya penulis menganalisa
persoalan-persoalan apa saja yang terjadi selama penelitian dan adakah hasil yang signifikan dengan permasalahan yang di angkat, sehingga menjadi sebuah hasil data yang valid untuk mempermudah penulis dalam penyusunan.
4. Populasi dan Sampel
a) Populasi
Menurut Suharsimi arikunto, populasi adalah keseluruhan obyek-obyek penelitian.12 Dengan demikian populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja yang mengikuti pengajian remaja Kp. Cakung Kelurahan Jatimekar Bekasi yaitu sebanyak 80 orang.
b) Sampel
Adapun besarnya sampel yang penulis ambil sebanyak 50% dari populasi, yaitu 50% x 80 orang = 40 orang (Responden). Jadi samplingnya sekitar 40 orang responden. Dan penganbilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu dengan cara mengundi.
F. Kajian Pustaka
Beberapa kajian yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
MATULLAH (2009) judul skripsi: “Pengaruh Aktivitas Dakwah Terhadap Perubahan Akhlak Remaja Masjid Jami” Asy-Syafi’iyah PondokPucung
Karang Tengah Tangerang”.
12 Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek), (Jakarta: Rineka
ZULFANI INDRA KAUTSAR (2010) judul skripsi: “Kegiatan Pengajian Remaja dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Akhlak Generasi Muda
(Studi Kasus Di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok). Namun dari kedua penelitian di atas, ada beberapa perbedaan yang signifikan dengan skripsi yang peneliti buat. Diantara perbedaan tersebut adalah terletak pada judul skripsi, objek atau sasaran, serta tempat dilaksanakannya penelitian.
Selain itu, pada skripsi saudara Matullah tentang pengaruh aktivitas dakwah terhadap perubahan akhlak remaja masjid, yang dibahas dalam penelitiannya itu hanya tentang bagaimana bentuk dan pengaruh aktivitas dakwah masjid terhadap perubahan akhlak remaja.
Sementara itu, pada skripsi saudari Zulfani Indra Kautsar yang dibahas pada penelitian tersebut adalah tentang bagaimana akhlak generasi muda secara menyeluruh setelah mengikuti kegiatan pengajian.
G. Sistematika Penulisan
Untuk keserasian pembahasan dan mempermudah analisis materi dalam penulisan skripsi ini, maka berikut ini penulis jelaskan dalam sistematika penulisan.
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari empat bab, setiap bab dibagi menjadi sub bab, dan setiap sub bab mempunyai pembahasan masing-masing yag antara satu dan lainnya saling berkaitan.
Adapun bab pertama, diawali dengan pendahuluan yang menguraikan argumentasi signifikansi studi ini. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan pustaka , tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
13 A. PENDEFINISIAN
1. Pengertian akhlak
Pengertian akhlak secara Etimologi “akhlak” berasal dari bahasa Arab
jama’ dari bentuk mufradnya “khuluqun” ( ﻖﻠﺧ ) yang menurut logat diartikan:
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut Dalam
mengandung segi-segi kesesuaian dengan perkataan ‘khalqun” ( ﻖﻠﺧ ) yang
berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kata ‘khaliq” ( ﻖﻟﺎﺧ ) yang
berarti penciptadan “makhluq” ( قﻮﻠﺨﻣ ) yang berarti yang diciptakan.1
Kata khuluq dalam al-Qur’an dapat dijumpai dalam surat al-Qolam ayat ke
empat. Allah swt berfirman;
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. al-Qalam, 68:4)2
Dalam kamus bahasa Indonesia kata akhlak memiliki arti yang sama
dengan budi pekerti, watak dan tabiat.3 Persamaan dari budi pekerti, adalah
1
Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-1, h. 1
2
Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 960
3
etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Italia “etos” yang berarti kebiasaan,
sedangkan moral berasal dari bahasa Belanda Latin “mores” yang berarti
kebiasaan.4
Adapun pengertian akhlak secara terminologi mempunyai beragam arti,
karena beragamnya pendapat para ahli. Menurut Imam al-Ghazali ra:
ﹶﺍﹾﻟ
ﺨ
ﹸﻠﻖ
ﻋﺒ
ﺭﺎ
ﹲﺓ
ﻋ
ﻦ
ﻫﻴ
ﹶﺌﺔ
ﻓ
ﻨﻟﺍ ﻲ
ﹾﻔ
ﹺﺲ
ﺭ
ﺳﺍ
ﺨ
ﹲﺔ
ﻋﻨ
ﻬ
ﺗ ﺎ
ﺼ
ﺪ
ﺭ
ِﻹﺍ
ﻧﺍﻔ
ﻌ
ﹸﻝﺎ
ﹺﺑ
ﺴ
ﻬ
ﻮﹶﻟ
ﺔ
ﻭ
ﻳ
ﺴ
ﹴﺮ
ﻣ
ﻦ
ﹶﻏﻴ
ﹺﺮ
ﺣ
ﺟﺎ
ﺔ
ﹺﺇﹶﻟ
ﻰ
ﻓ
ﹾﻜ
ﹴﺮ
ﻭ
ﺭﺅ
ﻳﺔ
Artinya: “Akhlak adalah keadaan yang melekat dalam jiwa dan dari padanya timbul semua perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan petimbangan”.5
Menurut Asmaran AS dengan mengutip perkataan Ibnu maskawaih dalam
bukunya Tahzibul Akhlak wa Tathir al-‘Arq yang artinya: “Akhlak itu ialah
keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak
menghajatkan pemikiran”.6
Dalam Ensiklopedi Islam dinyatakan bahwa akhlak adalah suatu keadaan
yang melekat dalam jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian. Jika
keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan
akal dan syara (hukum Islam), maka disebut akhlak yang baik. Sebaliknya jika
4
Rahmat Jadmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), cet ke-1, h 26 5
Imam Ghazali, Ihy al-‘Ulum al-Dn, (Semarang: Toha Putra Semarang, 1990), Jilid 3, hal 52
6
perbuatan yang timbul itu perbuatan yang tidak baik, maka dinamakan akhlak
yang buruk.7
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat diketahui
cirri-ciri perbuatan akhlak. Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadian.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa
adanya pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu. Ketiga, perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa
ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sesungguhnya bukan main-main atau dilakukan dengan
bersandiwara. Kelima, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas
karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapat pujian.8
Jadi, akhlak bersifat mengarah, membimbing, mendorong, membangun
peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental, serta
tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Macam-macam akhlak
1. Akhlak yang terpuji (al-akhlaq al-mahmudah).
Akhlak yang terpuji adalah akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol
Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi
kemaslahatan umat seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, rendah hati,
7
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: letiar Baru Van Voebe, 1994), cet ke-3, h. 102
8
berprasangka baik, optimis, suka menolong orang lain, kasih sayang terhadap
sesama dan lian sebagainya.9
Menurut H. Muhammad Ardani, dilihat dari segi hubungan manusia
dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian
Agung sifat itu, yang jangan kan manusia, malaikat pun tidak akan
menjangkau hakekatnya.
Allah swt berfirman;
Artinya:“ Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” .(Q.S. al-Rahmn, 55:33)10
b) Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan
menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri
dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai
9
Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002) 153 10
ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
dengan sebaik-baiknya.
Rasulluh saw bersabda:
ﺣ
ﺪﹶﺛ
ﻨ
ﻋ ﺎ
ﺒﺪ
ِﷲﺍ
ﺑﻦ
ﻋﺒ
ﺪ
ﺮﻟﺍ
ﺣ
ﻤﺎ
ﻥ
ﹶﺃﺧ
ﺒﺮ
ﻧ
َﻷﺍ ﺎ
ﺳ
ﻮﺩ
ﺑﻦ
ﻋ
ﻣﺎ
ﹴﺮ
ﺣ
ّﺪﹶﺛ
ﻨ
ﹶﺃ ﺎ
ﺑﻮ
ﺑﹾﻜ
ﹺﺮ
ﺑﻦ
ﻋﻴ
ﹴﺵﺎ
ﻋ
ﹺﻦ
َﻷﺍ
ﻋ
ﻤ
ﹺﺶ
ﻋ
ﻦ
ﺳ
ﻌﻴ
ﺪ
ﺑﹺﻦ
ﻋﺒ
ﺪ
ِﷲﺍ
ﺑﹺﻦ
ﺟ
ﺮﻳ
ﹴﺞ
ﻋ
ﻦ
ﹶﺍﹺﺑ
ﻲ
ﺑﺮ
ﺯﹶﺓ
ﺍَﻷ
ﺳﹶﻠ
ﻤ
ﹺﻲ
ﹶﻗ
ﹶﻝﺎ
:
ﹶﻗ
ﹶﻝﺎ
ﺭ
ﺳ
ﻮ
ﹸﻝ
ِﷲﺍ
ﺻ
ﱠﻠ
ُﷲﺍ ﻰ
ﻋﹶﻠ
ﻴﻪ
ﻭ
ﺳّﹶﻠ
ﻢ
ﹶﻟ ﺎ
ﺗﺰ
ﻭ
ﹸﻝ
ﹶﻗﺪ
ﻣ
ﻋ ﺎ
ﺒﺪ
ﻳﻮ
ﻡ
ﻘﻟﺍ
ﻴﻣﺎ
ﺔ
ﺣﺘ
ﻳ ﻰ
ﺴ
ﹶﺌﹶﻞ
ﻋ
ﻦ
ﻋ
ﻤ
ﹺﺮﻩ
ﻓﻴ
ﻢ
ﹶﺃﹾﻓﻨ
ﻩﺎ
ﻭ
ﻋ
ﻦ
ﻋﹾﻠ
ﻤﻪ
ﻓﻴ
ﻢ
ﹶﻓﻌ
ﹶﻞ
ﻭ
ﻋ
ﻦ
ﻣﻟﺎ
ﻪ
ﻣ
ﻦ
ﹶﺃﻳ
ﻦ
ﹾﻛﺍ
ﺘ
ﺴ
ﺒﻪ
ﻭﻓ
ﻴﻢ
ﹶﺃﻧﹶﻔ
ﹶﻘﻪ
ﻭ
ﻋ
ﻦ
ﹺﺟ
ﺴ
ﻤﻪ
ﻓﻴ
ﻢ
ﹶﺃﺑﹶﻠ
ﺎﻩ
Artinya: “Dari Abi barzah al-Aslam berkata; Rasulullah saw bersabda; Pada hari kiamat kedua kaki seorang hamba tidak akan bergerak sama sekali sampai ia ditanya tentang usia yang dihabiskannya, tentang ilmunya; apa yang diperbuat dengannya, tentang hartanya; darimana ia mendapatkannya dan kemana diinfakkannya, serta tentang badan yang diarunginya.(HR. at-Tirmizi)11
c) Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal hanya bergantung
kepada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling
tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan
berakhlak yang baik kepada sesama dan kepada orang yang paling
dekat dengan nya.12
11
Ab ‘Îs Muhammad bin Îs bin saurah, Sunan at-Tirmizi, bab fi al-Qiyamah, (Dar al-ma’rifah, Bairut,2002) juz 4, h. 612
12
Rasulullah saw bersabda:
ﹴﺮﹶﻔﻌﺟ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻻﺎﹶﻗ ﹴﺭﺎﺸﺑ ﻦﺑﺍﻭ ﻰﻨﹶﺜﻤﹾﻟﺍ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ﹶﺓﺩﺎﺘﹶﻗ ﺖﻌﻤﺳ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹸﺔﺒﻌﺷ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ﻰﹺﺒﻨﻟﺍ ﹺﻦﻋ ﻚﻟﺎﻣ ﹺﻦﺑ ﹺﺲﻧﹶﺃ ﻦﻋ ﹸﺙﺪﺤﻳ
-ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
ﹶﻝﺎﹶﻗ
»
ﻪﻴﺧَﻷ ﺐﺤﻳ ﻰﺘﺣ ﻢﹸﻛﺪﺣﹶﺃ ﻦﻣﺆﻳ ﹶﻻ
ﻩﹺﺭﺎﺠﻟ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻭﹶﺃ
ﻪِﺴﹾﻔﻨﻟ ﺐﺤﻳ ﺎﻣ
«
.
Artinya: “Dari Anas bin Malik dari Nabi saw bersabda; tidak beriman sesorang sampai dia mencintai saudaranya -atau tetangganya- seperti dia mencintai dirinya sendiri.(HR. Muslim)13 2. Akhlak yang tercela (al-akhlaq al-madzmumah).
Akhlak yang tidak dalam control Ilahiyah, atau berasal dari nafsu
yang berada lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negative
bagi kepentingan manusia, seperti sombong, berprasangka buruk, tamak,
pesimis, dusta, berkhianat dan lain-linnya.
Allah swt berfirman;
Artinya: “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”. (Q.S. Yusuf, 12:53)
13
3. Pengertian Ibadah
Arti ibadadah secara harfiah ialah “al-‘Abdu” yang artinya “pelayan dan
budak”. Jadi ibadah mempunyai pengertian penghambaan dan perbudakan.14 Dalam kamus ilmiah populer, ibadah adalah kebaktian dan ketundukan pada
Tuhan.15 Dalam pengertian lain, ibadah yaitu penyembahan seseorang hamba terhadap Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya,
dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan oleh agama.16 Allah berfirman dalam al-Qur’an surat adz-Dzariy
t
ayat 56:
Artinya: “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” .(Q.S. adz-Dzariyt, 51:56)17
Jelaslah dari ayat tersebut di atas, bahwa manusia mempunyai tugas paling
utama dalam hidupnya yaitu beribadah kepada dan harus dilakukan hanya
semata-mata kepada Allah swt.
Dalam buka Islam Alternatif, Jalaludin Rahmat mengatakan bahwa ibadah itu
terbagi dua yaitu:
1) Ibadah yang merupakan upacara-upacara tertentu untuk mendekatkan
diri kepada Allah swt, seperti salat, dzikir, saum dan sebagainya.
14
Abul ‘Ala al Maududi, Dasar-dasar Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), cet ke-1, h. 107 15
Pius A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h.236
16
Slamet Abidin dan Moh. Suyono HS, Fiqih Ibadah, (Jakarta: CV. Pustaka Setia, 1998), cet ke-1, h.11, Lihat juga, Muhaimin dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 59
17
2) Ibadah yang mencakup hubungan antara manusia dalam rangka
mengabdi atau mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ibadah jenis pertama bersifat ritual, yakni berhubungan langsung dengan
Allah swt, karenanya para ulama menamakannya dengan ibadah mahdah. Ibadah
mahdah ini tidak banyak jumlahnya hanya terdiri dari delapan macam, yaitu
taharah, salat, saum, dzakat, haji, mengurus jenazah, uhdiyah dan ‘aqiqah, dzikir
dan doa. Ibadah jenis ini bersifat ta’abudi18, artinya manusia tidak boleh merubah
dan menambahkannya dengan hal-hal baru.
Sedangkan ibadah kedua bersifat sosial, yakni hubungan diantara sesama
manusia yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, karenanya juga
para ulama menamakannya dengan ibadah ghair al-mahdah. Ibadah ini banyak
sekali jumlahnya tidak bisa dibatasi, mencakup segala perbuatan apa saja yang
tidak dilarang syara’ melakukannya yang diniatkan karena Allah maka menjadi
ibadah.19
Dengan demikian pangkal semua amal perbuatan ibadah adalah niat, artinya
suatu amal perbuatan dunia, kalau niatnya baik, maka akan menjadi amal akhirat
dan sebaliknya meski suatu perbuatan itu secara lahiriah adalah perbuatan akhirat,
kalau niatnya jelek maka akan menjadi amal dunia. Sebagaimana sabda Nabi saw:
18
Ta’abudi adalah beribadah mengikuti sesuai syara yang telah ditentukan dan tidak bisa diterka-terka atau dipikirkan oleh akal, sedangkan ibadah yang dapat dipikirkan dengan akal disebut ibadah ta’aquli.
19
ﹶﻝﺎﹶﻗ ،ﹺﺮﻴﺑﺰﻟﺍ ﻦﺑ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﻱﺪﻴﻤﹸﳊﺍ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
:
ﹶﻝﺎﹶﻗ ،ﹸﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
:
ﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ﹶﻝﺎﹶﻗ ،ﻱﹺﺭﺎﺼﻧَﻷﺍ ﺪﻴﻌﺳ
:
ﻦﺑ ﹶﺔﻤﹶﻘﹾﻠﻋ ﻊﻤﺳ ﻪﻧﹶﺃ ،ﻲﻤﻴﺘﻟﺍ ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﹺﺇ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﻲﹺﻧﺮﺒﺧﹶﺃ
ﹸﻝﻮﹸﻘﻳ ،ﻲﺜﻴﱠﻠﻟﺍ ﹴﺹﺎﱠﻗﻭ
:
ﻪﻨﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ ﹺﺏﺎﱠﻄﹶﳋﺍ ﻦﺑ ﺮﻤﻋ ﺖﻌﻤﺳ
ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹺﺮﺒﻨﳌﺍ ﻰﹶﻠﻋ
:
ﹸﻝﻮﹸﻘﻳ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹶﻝﻮﺳﺭ ﺖﻌﻤﺳ
" :
ﺕﺎﻴﻨﻟﺎﹺﺑ ﹸﻝﺎﻤﻋَﻷﺍ ﺎﻤﻧﹺﺇ
ﺎﻤﻧﹺﺇﻭ ،
،ﺎﻬﺤﻜﻨﻳ ﺓﹶﺃﺮﻣﺍ ﻰﹶﻟﹺﺇ ﻭﹶﺃ ، ﺎﻬﺒﻴﺼﻳ ﺎﻴﻧﺩ ﻰﹶﻟﹺﺇ ﻪﺗﺮﺠﻫ ﺖﻧﺎﹶﻛ ﻦﻤﹶﻓ ، ﻯﻮﻧ ﺎﻣ ﹴﺉﹺﺮﻣﺍ ﱢﻞﹸﻜﻟ
ﻪﻴﹶﻟﹺﺇ ﺮﺟﺎﻫ ﺎﻣ ﻰﹶﻟﹺﺇ ﻪﺗﺮﺠﹺﻬﹶﻓ
.
Artinya: “Dari Muhammad bin Ibrahim, dia mendengar ‘Alqamah bin waqs al -laits, dia berkata, aku mendengar ‘Umar bin al-Khattab ra dari atas minbar berkata, aku mendengar Nabi saw bersabda: sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung dengan niatnya, dan sesungguhnya (yang diperoleh) bagi setiap orang hanya sekedar apa yang diniatkannya, maka siapa yang niatnya untuk dunia dan keindahannya, atau wanita yang ingin dinikahinya, maka niatnya apa yang dinginkanya saja.(H.R Bukhari)20
4. Akhlak Beribadah
Akhlak dan ibadah dua hal yang berbeda namun tidak bisa dilepaskan,
karena jelas dalam Islam mengajarkan manusia untuk senantiasa berakhlak dalam
beribadah, seperti menjaga aurat, bersuci, menggunakan wewangian ketika
hendak beribadah dan lain sebagainya.
Allah swt befirman:
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid...”(Q.S. al-‘Araf, 07:31)
20
Selain dianjurkan menggunakan pakaian yang indah disetiap (memasuki)
masjid, sebagai seorang muslim pun harus lah senantiasa istiqamah dalam
beribadah. Sebagaimana firman Allah swt;
Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Hd, 11:112)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu".(Q.S. Fussilat, 41:30)
Rasulullah saw pun menjelaskan dalam sabdanya;
Artinya: “Dari Suufyn bin ‘Abdillhi al-Tsaqafiyi berkata; aku berkata ya Rasulallah katakanlah kepadaku perkataan dalam Islam yang aku tidak bertannya lagi kepada seseorang setelahmu, Rasulullah bersabda; katakanlah aku beriman kepada Allah maka Istiqamahlah. (HR. Muslim)21
5. Pengertian remaja
Remaja dalam bahasa inggris disebut “Puberty” atau “Pubertait” dalam
bahasa belanda. Sedangkan dalam bahasa latin disebut “Purbetas” artinya
“kelaki-lakian, kedewasaan yang ditandai oleh sifat dan tanda kelahiran”.22
Istilah remaja atau kata yang berarti remaja dijelaskan dalam agama Islam,
dalam al-Qur’an kata (Fityatun), mempunyai makna orang muda (remaja) yang
terdapat dalam firman Allah surat al-Kahfi ayat 13:
Artinya:“ Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk. (Q.S. al-Kahfi 18:13)
Remaja menurut Zakiyah darajat adalah masa peralihan yang ditempuh
oleh seseorang dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara fisik telah
terbentuk dan orang-orangnya telah dapat menjalankan fungsinya, segi emosi dan
sosial belum matang dan memerlukan waktu proses untuk berkembang menjadi
dewasa.23
21
Ab al-Husain Muslim bin al-Hujjj, Sahh muslim, (drul Fikri, 1981) juz 1, h. 47 22
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya, 1990), cet ke-3, h. 109
23
Sedangkan menurut pendapat Drs. Sudarsono, SH masa remaja adalah
masa transisi, masa yang berbahaya bagi dirinya sebab ia mengalami hidup di dua
alam, yakni antara alam hayalan dan alam kenyataan dimana banyak ditemukan
gejolak jiwa dan fisik, gejolak emosional yang tidak terkendali.24
Masa remaja adalah suatu periode peralihan dari masa anak-anak kepada
masa dewasa. Ini berarti anak-anak masa ini harus meninggalkan sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakan, dan juga harus mempelajari sikap dan pola prilaku
yang baru pengganti prilaku dan sikap yang ditinggalkan. Akibat sikap peralihan
ini remaja bersifat ambivalensi: di satu pihak ingin diperlukan sebagai orang
dewasa, jangan selalu diperintah seperti anak kecil, tetapi dilain pihak segala
kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya anak-anak.25
Dalam perkembangannya masa remaja terbagi kedalam dua fase, yakni;
fase remaja awal dan fase remaja akhir dan masing-masing fase memiliki cirri-ciri
khusus. Adapun cirri-ciri khusus remaja awal adalah sebagai berikut:
1. Perasaan dan emosi remaja tidak stabil.
2. Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan.
3. Kemampuan mental dan daya pikir mulai agak sempurna.
4. Hal sikap dan moral, menonjol menjelang akhir fase remaja awal.
5. Remaja awal adalah masa kritis.
6. Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.
24
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara), cet, ke-1, h. 14
25
Adapun cirri-ciri remaja akhir, pada umumnya dan yang tidak mempunyai
problema yang serius adalah;
1. Stabilitas mulai timbul.
2. Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis.
3. Perasaannya lebih matang.
4. Dalam menghadapi masalah dihadapi secara lebih matang.26
B. PROFIL IKATAN REMAJA MASJID JAMI’ AL-MUBARAKAH
1. Sejarah dan Perkembangan Irmas
Ikatan remaja masjid jami’ al-Mubarakah terletak di jalan Jatimekar,
Kelurahan Jatimekar. Tidak seperti ikatan remaja masjid lainnya, Ikatan remaja
masjid jami’ al-Mubarakah terletak di dua perkampungan yang terpisahkan
dengan adanya jalan protokol. Sehingga memiliki jangkauan dakwah yang lebih
luas di bandingkan dengan remaja masjid lainnya di kelurahan jatimekar.
Ikatan remaja masjid jami’ al-Mubarakah pada mulanya adalah
sekumpulan pengajian atau penela’ahan yang biasa dilaksanakan di mushala
an-Nûr al-Huda kampung cakung Jatimekar. Pengajian di mushala yang terletak di
jalan nangka kampung cakung tersebut lambat laun mulai berkembang. Dilihat
dari latar pendidikan, peserta pengajian rata-rata keluaran SD hingga SMA,
bahkan ada pula yang sambil melajutkan kejenjang perkuliahan.
26
Pada waktu itu, tujuan pengajian adalah ada dua, pertama meningkatkan
ketaqwaan pada Allah melalui pengajian dan pendekatan kepada seluruh makhluk
ciptaan-Nya. Kedua menjauhkan remaja kampung tersebut dari hingar bingarnya
pergaulan bebas dan akibat yang ditibulkan olehnya.
Pada mulanya materi yang diangkat hanyalah diskusi-diskusi ringan
semata, namun belakangan ini barulah mulai diberikan materi-materi khusus oleh
beberapa Ustad setempat, diantaranya pembahasan tentang hadis Nabi
Muhammad saw dengan merujuk kitab Sahh al-Bukhari karya al-Imam Bukhari,
al-Lu lu’u wa al-Marjận karya Muhammad fuad abd al-Baqy.
Akhirnya, dari sekedar kelompok pengkajian kecil kemudian berevolusi
menjadi sebuah organisasi kepemudaan yang menjadikan masjid sebagai simbol
pemersatu. tepatnya pada tanggal 28 April 1995 ikatan remaja masjid jami’
al-mubarakah pun resmi didirikan. Dengan kesekretariatan yang berpusat di masjid
jami’ al-Mubarakah maka seluruh kegiatan pun diabdikan untuk masyarakat,
khususnya masyarakat kampung cakung Jatimekar. Namun, untuk lebih
mempermudahkan pengabdian dan memperluas sasaran dakwah keseluruh
pemuda. Maka, pengajian pun tidak hanya berpusat dimasjid semata, akan tetapi
diseluruh mushala yang berada di lingkungan tersebut.
Hal ini tidak mengherankan, disamping karena ikatan remaja masjid jami’
al-Mubarakah mempunyai sejarah panjang di kampung cakung, juga didukung
oleh karakteristik masyarakat setempat yang masih menjaga nilai-nilai keagamaan
dengan baik, sehingga mempengaruhi pola pemikiran remaja terhadap nilai
2. Sosok Pendiri Ikatan Remaja Masjid Jami’ al-mubarakah 012; Almarhum
Kanda Ma’mun Syah
Corak pengkajian dan karakteristik ikatan remaja masjid jami’
al-mubarakah tidak bisa lepas dari sosok pendirinya, yaitu Almarhum Kanda
Ma’mun Syah. Beliau lahir pada tanggal 16 September 1974 dan wafat pada
tanggal 13 September 1996. Almarhum lahir dari pasangan bapak H. Mudin dan
Ibu Nui. Orang tua beliau dikenal sebagai petani kebun bunga yang mempunyai
semangat tinggi untuk mempelajari Islam. Sejak kecil ayah beliau selalu mendidik
anaknya agar cinta terhadap ilmu dan Islam. Diantaranya dengan sering mengajak
almarhum kecil kepengajian dan memasukkan almarhum kepengajian yang diajar
langsung oleh salah satu ustad di dekat kediamannya.
Setelah lulus SMA, almarhum lebih banyak mengabiskan waktunya untuk
mengaji al-Qur’an, disamping bersilaturahmi dan berdiskusi dengan teman
seusianya. Ada beberapa rekan yang ketika itu sangat mempengaruhi corak
pemikiran dan semangat juangnya. yaitu Ahmad Syukran, Muhammad Furqon, H.
Ahmad Saroni, H. Saiful Bahri.27
Perjuangan almarhum bisa dikatakan berhasil dalam mendirikan ikatan
remaja masjid jami’ al-mubarakah dan mengkader pelanjut beliau. Hampir seluruh
aktivitas organisasi almarhum beliau abdikan di organisasi ikatan remaja masjid
27
jami’ al-mubarakah. Namun sayang jabatan yang pernah beliau emban sebagai
ketua remaja masjid tersebut tidak lah berlangsung lama. Setelah mendirikan
ikatan remaja masjid almarhum mendapat cobaan sebuah penyakit yang kemudian
akhirnya beliau wafat dan kalah dengan penyakitnya tersebut. Praktis hanya lima
bulan beliau mengemban amanah sebagai ketua ikatan remaja masjid jami’
al-mubarakah.28
3. Filosofi dan Tujuan Ikatan Remaja Masjid jami’ al-mubarakah
Filosofi ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah tidak terlepas dari lambang
yang menjadi pengikat organisasi tersebut. Sebuah kitab dan masjid yang
terbungkuskan sebuah segitiga yang mengandung makna. Sebuah kitab yang
diartikan sebagai sebuah kunci ilmu, masjid sebagai tempat beribadah umat
muslim dan puncak segitiga sebagai simbol yang Maha Tinggi Allah ‘Azza wa
Jalla. Maka, apabila di gabungkan keseluruhannya berarti sebuah ilmu harus lah
digunakan untuk beribadah, ibadah haruslah didasari dengan ilmu. Karena,
dengan ilmu bisa diketahui ketentuan yang harus dijalankan dalam beribadah
sesuai dengan syariat yang di ajarkan oleh Rasulullah saw, bila tidak maka seluruh
amalnya tidak diterima.29
Rasulullah saw bersabda:
ﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﹺﻝﻮﹶﻘﻟ
ﱠﻠ
ُﷲﺍ ﻰ
ﻋﹶﻠ
ﻴﻪ
ﻭ
ﺳﱠﻠ
ﻢ
:
ﹰﻼﻤﻋ ﹶﻞﻤﻋ ﻦﻣ
ﺩﺭ ﻮﻬﹶﻓ ﺎﻧﺮﻣﹶﺃ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﺲﻴﹶﻟ
.
28
Wawancara pribadi dengan Abdul Ajid, Adik kandung almarhum yang kini menjabat sebagai ketua ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah, Bekasi 24 Januari 2011
29
Artinya: “Siapa yang beramal suatu amalan yang tidah sejalan dengan ajaran kami, maka amalannya tertolak.” (HR. Bukhari)30
Dan seluruh manusia tidak diperintah kecuali supaya beribadah kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepadanya, semua itu dapat diraih dengan ilmu dan
beribadah sesuai dengan syariat yang diwahyukan oleh Allah dan kemudian
disampaikan oleh Rasulullah saw. Hal itu sesuai dengan firman Allah swt dalam
al-Qur’an:
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus31, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah 98: 5)
Filosofi yang mendasari berdirinya ikatan remaja masjid jami’
al-mubarakah;
1. Berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah
Setiap manusia haruslah memiliki pedoman hidup dalam menjalani
kehidupannya, karena tanpa memiliki pedoman hidup yang jelas maka manusia
akan terjerumus kedalam lubang kehinaan. Bagi seorang muslim tidak lah sulit
dalam mencari pedoman dalam kehidupan, karena Allah melalui Rasul-Nya telah
memberikan dua warisan yang apabila berpegang teguh dengannya tidak akan
tersesat selamanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam khutbah al-Wadâ’:
30
Lihat, Ab Muhammad bin Ism’l al-Buhr,Sahh al-Bukhri, bab bad’u al-Wahyu, (Riyad: Bait al-Afkar ad-dauliyah, 1998), Juz 9, h. 132
31
Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan. Lihat
ﻰﹺﻧﺍﺮﻌﺸﻟﺍ ﹺﻞﻀﹶﻔﹾﻟﺍ ﹺﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﻦﺑ ﹸﻞﻴﻋﺎﻤﺳﹺﺇ ﻰﹺﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ﹸﻆﻓﺎﺤﹾﻟﺍ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻧﺮﺒﺧﹶﺃ
ﺪﺣ
ﹶﺔﻣﹺﺮﹾﻜﻋ ﻦﻋ ﻰﻠﻳﺪﻟﺍ ﺪﻳﺯ ﹺﻦﺑ ﹺﺭﻮﹶﺛ ﻦﻋ ﻰﹺﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹴﺲﻳﻭﹸﺃ ﻰﹺﺑﹶﺃ ﻦﺑﺍ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻯﺪﺟ ﺎﻨﹶﺛ
ﺎﻤﻬﻨﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﺿﺭ ﹴﺱﺎﺒﻋ ﹺﻦﺑﺍ ﹺﻦﻋ
:
ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹶﻝﻮﺳﺭ ﱠﻥﹶﺃ
-ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
ﺐﹶﻄﺧ
ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻓ ﹺﻉﺍﺩﻮﹾﻟﺍ ﺔﺠﺣ ﻰﻓ ﺱﺎﻨﻟﺍ
:
»
ﻳ
ﻢﺘﻤﺼﺘﻋﺍ ﻥﹺﺇ ﺎﻣ ﻢﹸﻜﻴﻓ ﺖﹾﻛﺮﺗ ﺪﹶﻗ ﻰﻧﹺﺇ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻬﻳﹶﺃ ﺎ
ﻪﻴﹺﺒﻧ ﹶﺔﻨﺳﻭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﺍﺪﺑﹶﺃ ﺍﻮﱡﻠﻀﺗ ﻦﹶﻠﹶﻓ ﻪﹺﺑ
«
.
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a: Bahwa Rasulullah saw berkhutbah kepada manusia dalam haji wadậ’ dan bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di antara kalian yang jika kalian berpegang teguh padanya niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”.32 2. ‘Amar Ma’rûf Nahi Munkar
Seorang muslim dalam dirinya memikul kewajiban untuk berdakwah,
menyerukan kepada perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan
menjauhkan dari pebuatan yang dapat menjauhkan diri dari Allah, karena
sejatinya seperti itulah orang beriman lagi saleh. Sesuai dengan firman Allah swt:
Artinya: “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Ali ‘Imran (03): 114).
32
Adapun yang menjadi tujuan dari ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah
adalah sebagai berikut33:
1. Meningkatkan ketaqwaan pada Allah swt melalui pengkajian dan
pendekatan pada ciptaannya.
Artinya: “Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah." dia Telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang34. dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman35.(QS. Al an‘âm (06): 12).
A
rtinya: “Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)
33
Sesuai dengan Anggaran Dasar ikatan remaja masjid jami’ al-mubarakah, BAB VI, PASAL 6 tentang Tujuan, 25 Jan