• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan

Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat

Dan Perubahan Wujud Benda

Sa’adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo melalui penerapan model pembelajaran langsung pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, subyek penelitian sebanyak 12 siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data menggunakan tes hasil belajar dan lembar observasi. Hasil penelitian berhasil meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai oleh rata-rata persentase DSK pada siklus I adalah 65% dibandingkan 57,5% sebelum pembelajaran dan meningkat menjadi 73,75% pada siklus II. Rata-rata persentase KBK pada siklus I adalah 29,2% dibandingkan 16,7% sebelum pembelajaran dan meningkat 85,7% pada siklus II. Hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I sama-sama termasuk pada kategori baik dan meningkat menjadi sangat baik pada siklus II. Kesimpulan yaitu model pembelajaran langsung yang diterapkan pada siswa kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sifat dan perubahan wujud benda.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Langsung, Aktivitas Guru dan Siswa, Hasil Belajar

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan bangsa dan negara karena melalui pendidikan, peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam berbagai bentuk kompetensi dan keterampilan dapat diwujudkan. Pengembangan pendidikan IPA diupayakan menyesuaikan dengan hakikat IPA dan tingkat perkembangan anak didik. Penyesuaian ini tentu akan memberi warna dalam praktek pendidikan IPA di lingkungan pendidikan formal.

Berdasarkan hasil ulangan harian semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SDN Karunia Kecamatan Palolo bahwa 66,67% siswa kelas IV mengalami kesulitan belajar IPA. Dalam menyampaikan materi pembelajarannya, guru terbiasa dengan menggunakan metode konvensional yakni metode ceramah, dan tidak pernah melatih diri dan membiasakan untuk

(2)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Hal ini berdampak pada pemahaman siswa terhadap konsep yang dibelajarkan menjadi sulit dan tentu saja keadaan ini berakibat pada hasil belajar siswapun menjadi rendah. Bukti dari keadaan ini adalah ketuntasan belajar yang dicapai siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) individu yang ditentukan oleh sekolah yaitu 70, karena hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikatakan berhasil atau tuntas apabila mendapat nilai minimal sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal individu adalah 70 dan ketuntasan klasikal adalah 80%. Dari 12 orang siswa kelas IV pada tahun ajaran 2013/2014 yang mengikuti evaluasi pada materi sifat dan perubahan wujud benda, hanya 4 orang siswa (33,33%) yang mencapai ketuntasan, sedangkan 8 orang (66,67%) siswa tidak tuntas. Sebagian besar siswa memperoleh nilai berkisar antara 50-60.

Rendahnya pemahaman siswa kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo terhadap materi pelajaran IPA diduga disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini dengan menggunakan metode ceramah menyebabkan siswa hanya sebagai pendengar saja dan bertindak pasif menerima informasi tanpa mengalaminya sendiri. Selain itu, guru lebih senang mendominasi kegiatan pembelajaran tanpa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Hal ini menyebabkan siswa tidak terlatih dan tidak mampu mengembangkan kreativitasnya. Hasilnya adalah siswa sekedar memperoleh informasi dan kemudian menghafalnya, padahal yang lebih penting dalam pembelajaran adalah bagaimana guru memberikan pengalaman bermakna kepada siswa yang dapat meninggalkan bekas (Setiawati, dkk. 2001). Oleh karena itu sudah saatnya siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya.

Guru memegang peranan penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus dapat memikirkan dan memilih berbagai strategi mengajar dan menggunakan strategi tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Mengajar bukanlah semata-mata kegiatan memindahkan pengetahuan dari

(3)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

guru ke siswa, tetapi merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Sehubungan dengan hal itu, maka perlu adanya penggunaan suatu model pembelajaran yang cocok, yang dapat membangkitkan pembelajaran menjadi aktif, tidak kaku tetapi menyenangkan dan efektif dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran IPA yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman konkrit.

Model pembelajaran langsung merupakan suatu cara membelajarkan siswa melalui guru membimbing siswa menemukan sendiri konsep-konsep, mengidentifikasi konsep serta menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah. Dalam implementasinya, model pembelajaran langsung dapat membantu guru memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa sebelumnya, sehingga pembelajaran selanjutnya menjadi lebih efektif. Model pembelajaran langsung senantiasa mengedepankan sintaks yaitu tahapan demi tahapan dalam hal menanamkan konsep dan materi yang mendalam bagi siswa, sehingga diharapkan guru dapat melakukan bimbingan kepada siswanya melalui kegiatan eksperimen ataupun praktek. Oleh karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran langsung siswa diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikajinya, untuk selanjutnya digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupannya sehari-hari (Joyce, 2003). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Mulyati (2009) yaitu model pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN I Banyumanik Kota Semarang pada pembelajaran IPA semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 pada materi menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya.

Berdasarkan uraian di atas, diduga kuat bahwa penggunaan model pembelajaran langsung merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran langsung pada siswa kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo pada mata pelajaran IPA khususnya materi sifat dan perubahan wujud benda, dengan harapan dapat memperbaiki proses belajar dan meningkatkan hasil belajar mereka.

(4)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bersiklus, mengacu pada model Kurf Lewin yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Depdiknas, 2004). Setiap siklus meliputi empat tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Dua jenis data pada penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Analisis Data Pra Tindakan

Kegiatan pre test dilakukan untuk menguji pemahaman konsep awal siswa terhadap materi sifat dan perubahan wujud benda. Hasil analisis tes awal disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Ringkasan Hasil Analisis Data Tes Awal

Aspek Perolehan Hasil

Jumlah Siswa 12

Skor Terendah 40 (1 orang)

Skor Tertinggi 80 (1 orang)

Skor Maksimal 100

Jumlah Siswa yang Tuntas 2 orang

Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 10 orang

Daya Serap Klasikal 57,5%

Ketuntasan Belajar Klasikal 16,7%

Deskripsi Analisis Data Tindakan Siklus I

Proses pembelajaran pada siklus I secara keseluruhannya telah memberikan hasil, dan hasil-hasil tersebut akan dipaparkan berikut.

Hasil Analisis Data Kegiatan Guru dan Siswa

Hasil analisis data tentang aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I memberi arti bahwa beberapa tahap pembelajaran telah dilaksanakan secara terintegrasi. Hasil yang dapat ditunjukkan adalah secara keseluruhan aktivitas guru pada

(5)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

pertemuan 1 dan 2 sudah baik (64% pada pertemuan 1 dan 75% pada pertemuan 2). Namun masih ada dua indikator yang belum dilaksanakan secara maksimal dan masih berada dalam kategori cukup, pada pertemuan 1 dan 2. Indikator-indikator tersebut adalah (1) mengarahkan siswa melakukan praktek sesuai dengan petunjuk LKS untuk dilakukan pada fase III, dan (2) mengecek pemahaman dan memberi umpan balik. Kegiatan membimbing siswa melakukan pengkajian pada LKS dan kegiatan menutup pembelajaran, berada pada kategori cukup untuk pertemuan 1 namun sudah diperbaiki pada pertemuan 2 dan hasil yang diperoleh bahwa kedua kegiatan ini sudah mencapai kategori baik. Khusus untuk kegiatan menyampaikan dan menulis tujuan dan kompetensi pembelajaran serta kegiatan memberi kesempatan latihan lanjutan dan penerapannya telah mencapai kategori baik pada pertemuan 1 dan meningkat lagi menjadi kategori sangat baik pada pertemuan 2. Kegiatan-kegiatan lainnya telah dilakukan secara baik pada pertemuan 1 dan tidak terjadi perubahan hasil yang ditunjukkan pada pertemuan 2 meskipun sudah dilakukan perbaikan.

Secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh siswa pada pertemuan 1 dan 2 belum maksimal yang dibuktikan dengan persentase yang dicapai adalah 58,3% pada pertemuan 1 atau berada pada kategori cukup dan 77% pada pertemuan 2 atau berada pada kategori baik. Kegiatan keterlibatan siswa menjawab sebagai umpan balik dari guru, adalah satu-satunya kegiatan yang mencapai kategori cukup pada pertemuan 1 dan tetap tidak berubah pada pertemuan 2 meskipun sudah dilakukan perbaikan. Kegiatan mendengarkan penjelasan dan informasi setahap demi setahap yang disampaikan oleh guru dan kegiatan mendengarkan penjelasan dan informasi tentang latihan lanjutan berupa tugas rumah merupakan dua kegiatan siswa yang mencapai kategori baik pada pertemuan 1 dan juga tidak berubah pada pertemuan 2.

Kegiatan mendengarkan guru mengabsen dan kegiatan memperhatikan pembimbingan pelatihan yang disampaikan guru, adalah dua kegiatan siswa yang sudah menunjukkan kategori baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi sangat baik pada pertemuan 2. Kegiatan-kegiatan siswa lainnya mencapai kategori cukup pada pertemuan 1 dan berubah menjadi baik pada pertemuan 2 setelah dilakukan perbaikan.

(6)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa merupakan hasil pengukuran terhadap pemahaman konsep siswa pada materi yang dipelajari. Ringkasan analisis data mengenai hasil belajar siswa pada siklus I ditunjukkan padaTabel 2.

Tabel 2. Ringkasan Analisis Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Aspek Perolehan

Hasil

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Jumlah Siswa 12 12

Skor Terendah 50 (2 orang) 50 (2 orang)

Skor Tertinggi 80 (2 orang) 80 (2 orang)

Skor Maksimal 100 100

Jumlah Siswa yang Tuntas 5 orang 7 orang

Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 7 orang 5 orang

Daya Serap Klasikal 64,2% 65,8%

Ketuntasan Belajar Klasikal 16,7% 41,7%

Deskripsi Analisis Data Tindakan Siklus II

Seluruh hasil yang diperoleh pada proses pembelajaran pada siklus I menjadi acuan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Kegiatan pembelajaran pada siklus II tetap mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dirancang dan dituangkan dalam RPP yaitu melanjutkan pokok pembahasan pada materi perubahan wujud benda padat, cair dan gas serta contohnya.

Hasil Analisis Data Kegiatan Guru dan Siswa

Aktivitas pembelajaran guru dan siswa pada siklus II telah dilaksanakan secara maksimal. Aktivitas guru pada pertemuan 1 mencapai kriteria baik (79,2%) dan meningkat

(7)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

menjadi sangat baik pada pertemuan 2 (95,8%). Semua kegiatan guru telah mengalami peningkatan dan menunjukkan kriteria sangat baik kecuali kegiatan (1) mengabsen kehadiran siswa, dan (2) mengarahkan siswa melakukan praktek sesuai dengan petunjuk LKS untuk dilakukan pada fase III, yang relatif sama (belum maksimal) pada pertemuan 1 dan 2 pada siklus I.

Keseluruhan aktivitas siswa mencapai kriteria sangat baik pada pertemuan 1 dan 2 (81,3% dan 95,8%). Semua kegiatan siswa telah mengalami peningkatan dan menunjukkan kriteria sangat baik kecuali kegiatan menyimak arahan guru untuk melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk LKS, untuk dilakukan pada fase III dan kegiatan keterlibatan siswa menjawab sebagai umpan balik dari guru, merupakan dua kegiatan siswa yang dapat dipertahankan sejak pertemuan 1 namun dengan hasil yang baik tapi belum maksimal.

Hasil Belajar Siswa

Ringkasan analisis data hasil belajar siswa pada siklus II disajikan padaTabel 3. Tabel 3. Ringkasan Analisis Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Aspek Perolehan

Hasil

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Jumlah Siswa 12 12

Skor Terendah 60 (2 orang) 60 (1 orang)

Skor Tertinggi 90 (2 orang) 90 (2 orang)

Skor Maksimal 100 100

Jumlah Siswa yang Tuntas 10 orang 11 orang

Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 2 orang 1 orang

Daya Serap Klasikal 73,3% 74,2%

Ketuntasan Belajar Klasikal 83,3% 91,7%

Pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo pada materi ajar “sifat dan perubahan wujud benda” telah memberikan hasil yang sangat memuaskan. Pembelajaran yang dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran langsung telah mampu membangkitkan kemauan siswa untuk belajar yang ditandai oleh

(8)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

aktivitas siswa selama proses pembelajaran menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini diakibatkan oleh usaha guru dalam menyampaikan materi pelajaran menunjukkan aktivitas yang serius, bersungguh-sungguh, bersemangat dan penuh gairah namun tidak terlepas dari sikap sabar. Semua usaha guru tersebut tidaklah sia-sia karena pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pelajarannya yang ditunjukkan dengan hasil belajar yang dicapainya cukup menggembirakan. Keadaan ini menjadi tanda bahwa siswa-siswa di kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo cukup memahami konsep sifat dan perubahan wujud benda yang dibelajarkan kepada mereka.

Pemilihan model pembelajaran menjadi salah satu aspek yang penting dalam hal menyampaikan materi pembelajaran. Sejalan dengan keadaan tersebut, Chotimah (2007) mengatakan bahwa kreativitas guru amat dibutuhkan dalam mendesain proses belajar mengajar yaitu proses belajar yang mengkondisikan lingkungan belajar pada partisipasi dan aktivitas siswa di kelas. Hal ini cocok dengan usaha guru pada penelitian ini yang telah menciptakan kesesuaian materi pelajaran dengan model pembelajaran yang digunakan dan tingkat perkembangan kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

Tes awal yang diberikan kepada siswa menjadi suatu faktor penting dalam mengukur pemahaman awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Hasil yang diperoleh pada tes awal adalah hanya 2 (dua) orang siswa saja yang mencapai nilai ketuntasan dari 12 siswa yang mengikuti tes dan ada 10 orang siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan. Hal ini menjadi petunjuk bahwa siswa-siswa kelas IV ini masih memiliki pengetahuan yang sangat minimal terhadap materi sifat dan perubahan wujud benda. Fenomena ini cukup beralasan karena pada kelas sebelumnya mereka mendapat materi ini sangat singkat dan cakupannya belum luas. Apalagi tingkat keseriusan anak-anak dalam mengikuti pembelajaran dan menerima pelajaran belum maksimal karena mereka masih senang bermain.

Proses belajar dengan menerapkan model pembelajaran langsung telah merubah suasana pembelajaran di kelas ini menjadi berbeda dari biasanya. Namun demikian, peneliti sebagai guru IPA yang juga baru pertama kali ini menerapkan model pembelajaran langsung, terkesan adanya kekakuan dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga

(9)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

pembelajaran menjadi agak lambat karena seringnya guru menengok skenario pembelajaran dan RPP di atas meja untuk melihat setiap langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini diakibatkan oleh keadaan yang belum terbiasa dan semua masih menjadi coba-coba. Hasil pengamatan membuktikan adanya keadaan ini karena semua kegiatan guru pada siklus I, pada pertemuan 1 dan 2 belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Pada pembelajaran ini terkesan guru belum lincah mengarahkan siswa melakukan praktek sesuai dengan petunjuk LKS untuk dilakukan pada fase III. Keadaan ini berlangsung terus sampai dengan pertemuan 2. Dampak dari kegiatan guru seperti ini terlihat pada aktivitas siswa terutama pada kegiatan siswa dalam menyimak arahan guru untuk melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk LKS, untuk dilakukan pada fase III terkesan agak lambat dan keadaan kelas terlihat ribut karena siswa-siswa dalam kelompok mereka masing-masing sibuk berdiskusi ataupun bercerita. Hal ini diakibatkan guru belum terbiasa mengatur siswa secara berkelompok dalam melakukan demonstrasi ataupun praktek, sehingga suasana pertama yang dihadapi oleh siswa ini tentu saja menjadi asing bagi siswa dan pada saat ini terkesan siswa mencuri waktu untuk bermain saat perhatian guru hanya tertuju pada suatu kelompok, dan tidak mengawasi mereka dalam kelompok lain. Keadaan kelas terlihat ramai dan agak ribut akibat aktivitas ini.

Keadaan yang sama terjadi pula pada kegiatan mengecek pemahaman siswa dan memberi umpan balik. Guru tidak menyiapkan sebelumnya pertanyaan-pertanyaan yang memadai jumlahnya terkait dengan materi yang diajarkan, yang digunakan untuk menggali pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini menyebabkan guru harus bekerja keras menyusun pertanyaan di depan kelas dalam waktu yang singkat dan pada situasi ini timbul kesan kelambanan guru dalam memotori pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa pertanyaan guru yang maknanya kurang dimengerti oleh siswa, sehingga siswa menjadi bingung untuk memberi jawaban. Hal ini dibuktikan oleh aktivitas siswa yang terekam oleh observer terutama pada kegiatan keterlibatan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebagai umpan balik menjadi tidak bersemangat. Keadaan ini berlangsung pula sampai dengan pertemuan 2.

(10)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

Model pembelajaran langsung yang digunakan guru baru pertama kalinya ini, tentu saja sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hanya 5 orang siswa yang tuntas dalam pembelajarannya pada pertemuan 1 dan masih ada 7 orang lagi yang belum tuntas. Seiring dengan keadaan ini maka daya serap klasikal yang dicapai pada pertemuan ini adalah 64,2% dan ketuntasan belajar klasikal adalah 16,7%. Hasil yang dicapai ini belum memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan. Namun demikian, meskipun pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih terkesan belum lancar dan lincah, namun guru telah berupaya melakukan perbaikan-perbaikan pada pertemuan 2 dan hal ini telah berdampak pada meningkatnya hasil belajar yang dicapai siswa. Terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas pada pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan 2 yaitu ada 7 orang siswa yang tuntas dan tinggal 5 orang siswa lagi yang belum tuntas diiringi dengan meningkatnya daya serap klasikal yang dicapai yaitu 65,8% dan ketuntasan belajar klasikal adalah 41,7%. Hasil yang dicapai pada pertemuan 2 inipun belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang diharapkan.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan oleh guru dan teman sejawat sebagai observer terhadap hasil yang diperoleh pada siklus I, maka direkomendasikan kepada peneliti untuk melanjutkan penelitian ini pada siklus II dengan sangat memperhatikan pada hal-hal yang telah disepakati bersama untuk diperbaiki. Beberapa aspek pada kegiatan guru menunjukkan hasil yang baik, dan aktivitas ini hendaknya dipertahankan bahkan jika memungkinkan ditingkatkan lagi.

Dua kegiatan penting yang telah dilakukan secara baik oleh guru selama pembelajaran sejak pertemuan 1 pada siklus I yaitu guru telah menyampaikan dan menulis tujuan dan kompetensi pembelajaran secara jelas, dan hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih tahu ke mana arah pembelajaran ini dilakukan oleh guru sebagaimana yang terekam dalam hasil pengamatan oleh guru pengamat. Kegiatan kedua adalah guru telah memberi kesempatan latihan lanjutan dan penerapannya pada siswa secara jelas dan terarah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi serius dan penuh perhatian mendengarkan penjelasan dan

(11)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

informasi tentang latihan lanjutan berupa tugas rumah yang dibebankan kepada mereka. Aktivitas siswa ini juga terekam oleh pengamat sebagai hasil pengamatannya.

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini sudah memenuhi karakterisasi model pembelajaran langsung sebagaimana yang disampaikan oleh Suyatno dalam Shamdas (2012) bahwa ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah (1) perhatian, artinya perilaku yang teramati dapat diperhatikan dengan baik jika perilaku tersebut jelas dan tidak terlalu kompleks, (2) retensi, artinya perilaku yang teramati dapat dimantapkan dengan cara menghubungkannya dengan pengalaman sebelumnya, (3) produksi, artinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang keterampilan baru secara bijaksana, dan (4) motivasi, artinya memberikan penguatan kepada siswa agar dapat melakukan pembelajaran dan kerja dengan baik dan benar.

Pada siklus II, guru telah melakukan pembelajaran sebagaimana pembelajaran pada siklus I yaitu tetap menerapkan model pembelajaran langsung pada materi perubahan wujud benda padat, cair dan gas serta contohnya. Pada pembelajaran ini terkesan guru lebih serius dengan kegiatan-kegiatan penting yang direkomendasikan untuk diperbaiki, namun gaya mengajar guru terkesan lebih tenang dan agak santai karena guru sudah terbiasa dengan menerapkan model pembelajaran ini. Terlihat bahwa guru lebih menguasai langkah-langkah pembelajaran langsung, sehingga pada pembelajaran ini terlihat proses pembelajaran berjalan lancar karena guru tidak selalu menengok skenario dan RPP yang ada di atas mejanya.

Guru telah menyusun pertanyaan-pertanyaan dalam jumlah yang memadai untuk mengecek pemahaman siswa terkait dengan materi yang diajarkan, dan redaksi pertanyaan yang diajukan guru sangat dipahami siswa. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih pasti dalam menyusun jawaban-jawaban mereka. Selain itu guru kelihatan lebih aktif, lincah dan sabar menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga aktivitas dan semangat ingin tahu siswa menjadi lebih terpacu.

Semua aktivitas guru yang dilakukan sebagai perbaikan pada pembelajaran pada siklus II ini cukup berpengaruh pada semua aktivitas siswa yang diamati. Terjadi

(12)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

peningkatan yang sangat memuaskan pada semua kegiatan siswa yang dibuktikan oleh persentase yang dicapai siswa pada pertemuan 1 dan 2 yaitu masing-masing adalah 81,3% dan 95,8%, keduanya termasuk pada kategori sangat baik. Tidak saja itu, cara guru menyampaikan pembelajaran secara maksimal tersebut berdampak pula pada hasil belajar siswa setelah dilakukan tes sebagai evaluasi pada pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. 10 orang siswa yang tuntas pada pertemuan 1 dari 12 siswa yang mengikuti tes, dan meningkat menjadi 11 orang pada pertemuan 2. Seiring dengan jumlah siswa yang tuntas tersebut, daya serap klasikal yang dicapai adalah 73,3% pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 74,2% pada perrtemuan 2. Demikian halnya dengan ketuntasan belajar klasikal yang dicapai adalah 83,3% pada pertemuan 1 meningkat menjadi 91,7% pada pertemuan 2. Hal ini sungguh menggembirakan karena keberhasilan ini merupakan wujud keberhasilan guru dalam memimpin dan mengelola pembelajarannya. Keadaan ini menandakan pula terjadinya perubahan karakter siswa menjadi lebih baik terutama rasa percaya diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Mengacu pada hasil yang dicapai siswa dalam pembelajarannya yang ditandai oleh persentase daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal telah memenuhi kriteria ketuntasan yang dipersyaratkan, maka tujuan perbaikan pembelajaran ini telah berhasil dicapai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mulyati (2009) dengan hasil yaitu penerapan model pembelajaran langsung telah meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN I Banyumanik Kota Semarang pada pembelajaran IPA semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 yang dibuktikan oleh hasil tes akhir tindakan siklus I sebesar 62,50% meningkat menjadi 84,75% pada siklus II. Selain itu, temuan pada penelitian ini juga mendukung pendapat Suyatno dalam Shamdas (2012) bahwa model pembelajaran langsung dirancang khusus untuk memudahkan para siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi berupa pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) dan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu berupa fakta, konsep, prinsip atau generalisasi) yang dirancang dengan baik.

(13)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1) Hasil belajar siswa kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo pada pokok bahasan sifat dan perubahan wujud benda dengan menerapkan model pembelajran langsung, dapat ditingkatkan. Meningkatnya hasil belajar siswa ditandai oleh rata-rata persentase daya serap klasikal yang dicapai pada siklus I adalah 65% dibandingkan 57,5% sebelum pembelajaran dan meningkat lagi menjadi 73,75% pada siklus II. Demikian halnya dengan rata-rata persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai pada siklus I adalah 29,2% dibandingkan 16,7% sebelum pembelajaran dan meningkat menjadi 85,7% pada siklus II.

2) Model pembelajaran langsung yang diterapkan pada pokok bahasan sifat dan perubahan wujud benda, pada siswa kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa yang ditandai oleh aktivitas guru dan siswa pada siklus I sama-sama berada pada kategori baik dan meningkat menjadi sangat baik pada siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Chotimah, H. (2007). Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Biologi dalam Pendekatan Kontekstual melalui Model Pembelajaran Think Pair Share pada Peserta Didik Kelas X-6 SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Malang: Jurnal Penelitian Pendidikan. 17(1): 103-109.

(14)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X

Joyce. (2003). Konsep Model Pembelajaran Langsung. Bandung: Alfabeta.

Mulyati, S. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN I Banyumanik Kota Semarang pada Pembelajaran IPA Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, tidak diterbitkan. Semarang: FKIP UNES.

Setiawati, L., Handayani., Pratiwi, R. (2001). Upaya Optimalisasi Pengkajian Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Shamdas, G. B. N. (2012). Pembelajaran Inovatif. Palu: Lembaga Pengkajian Pembaharuan Hukum dan kebijakan Publik (LP2HKP).

Gambar

Tabel 1 Ringkasan Hasil Analisis Data Tes Awal
Tabel 2. Ringkasan Analisis Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Disisi lain, tertanggung atau konsumen juga seringkali kurang cermat dalam membaca polis sehingga kurang paham dengan adanya klausul eksonerasi ini, sehingga asuransi tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Hasil Penelitian ... Analisis Kemampuan Representasi Matematis ... Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... Analisis

Sosiologi: suatu pengantar.Yogyakarta.Raja Grafindo Persada.. Spradley, James

[r]

dari alat komunikasi jarak jauh menjadi suatu benda yang sangat pintar yang dapat.. digunakan berbagai macam hal

Makalah pada Workshop Penyempurnaan Hasil Karya Lomba Pembuatan Media Pembelajaran SMA Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Dikmenum, Jakarta.. Meningkatkan Kemampuan

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat Ansus karena dengan mengetahui perbedaan bentuk kata kerja kedua bahasa,

Diagram 3.17 Peningkatan Perencanaan, Pelaksanaan, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa dari Data Awal sampai Siklus III