• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjaun maqasid syariah terhadap undang - undang narkotika nomor 35 Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjaun maqasid syariah terhadap undang - undang narkotika nomor 35 Tahun 2009"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

AHMAD RIJAL NIM : 1110045100037

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 Program Studi Jinayah Siyasah, Konsentrasi Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2014 M. X+72 halaman

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Tinjaun Maqȃsid Syarȋ’ah Terhadap Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009. Karena pada saat ini kasus Narkoba sering sekali merasa terus-menerus meningkat pesat dalam skala yang semakin mengerikan. Kepesatan dan kesuburan narkotika juga ditunjang dengan struktur tanah Indonesia yang subur dan mudah ditanami berbagai jenis narkotika Pada penelitian ini penulis menganalisis Undang-undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 dalam Pandangan maqȃsid syarȋ’ah.

Penelitian dilakukan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur, baik berupa undang-undang, buku-buku, majalah, artikel, yang berhubungan dengan tema penelitian.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa analisis yang digunakan undang-undang no 35 tahun 2009 dalam pandangan maqȃsid syarȋ’ah dalam menggunakan kaidah menolak bahaya menarik kemaslahatan dunia dan akhirat dan saling mempunyai persamaan dalam hal pencegahan narkotika yang dapat merusak kemaslahatan hidup manusia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam Undang-undang Narkotika melindungi ketersediaan Narkotika

Kata kunci : Tinjaun Maqȃsid Syarȋ’ah Terhadap Narkotika Pembimbing : Dr. Asep Saepuddin Jahar. MA, Ph.D

(6)

ii

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan kesempurnaan sehingga dengan izin dan berkah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Allah SWT dan seluruh umat manusia yang mencintai ilmu. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, atas tetesan darah dan air mata beliaulah kita mampu berdiri dengan rasa bangga sebagai umat Islam yang menjadi umat yang terbaik diantara semua kaum. Tidak lupa kepada keluarga, para sahabat, serta yang mengamalkan sunnahnya dan menjadi pengikut setia hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari akan pentingnya orang-orang yang telah memberikan pemikiran dan dukungan secara moril maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai yang diharapkan karena adanya mereka segala macam halangan dan hambatan yang menghambat penulisan skripsi ini menjadi mudah dan terarah. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Phill H. J.M. Muslimin, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

(7)

iii

selama perkuliahan, dalam perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi strata I dengan sebaik-baiknya.

3. Ibu Dra. Hj. Rosdiana, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah terima kasih banyak telah banyak membantu penulis untuk melengkapi berbagai macam keperluan, dan berkas-berkas persyaratan untuk menggapai studi strata I dengan sebaik-baiknya.

4. Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A, Ph.D selaku Dosen Pembimbing terima kasih banyak telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan nasehat yang berguna bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi strata 1 dengan sebaik-baiknya.

5. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang dengan ikhlas menyalurkan ilmu dan pengetahuannya secara ikhlas dalam kegiatan belajar mengajar yang penulis jalani.

(8)

iv

saya.dan menyediakan tempat singgah untuk menyelasaikan skripsi ini

8. Termikasih kepada kekasih saya Mimi Nurhikmah yang telah memberikan semangat kepada saya sehingga dapat terselsaikan juga skripsi ini

9. Teman-teman Seperjuanganku Program Studi Jinayah Siyasah Jurusan Pidana Islam Angkatan 2010 yang telah menemani saya selama kuliah dan memberikan inspirasi untuk berjuang dalam hidup, terutama Andhika Yudho, Ade, Farid, Sena, Rodhi, Awaluddin, Ayu, Dijah, Siska, Ika, Reni, Lulu, Adit, Denis, Geradin, Agung, yongki, Sahuri, Gunawan, Faridah Razaq (UNIAT), dan Aizah Faqih. Terima kasih sebanyak-banyaknya yang selalu bersedia menemani penulis baik berdiskusi maupun berpetualang.

10.Kepada sahabat-sahabatku dalam kelompok Kampak Mintul Farid Fauzi (Narji), Ridwan Daus, M. Fadillah (Bedil), Masrur Fuadi (Mas Mukey), Edo Fahmi (Edos), dan Badru Tamam (Gondes) Terima kasih sebanyak-banyaknya yang selalu bersedia menemani penulis baik berdiskusi maupun berpetualang. Dan akhirnya kita lulus bersama juga

11.Kepada sahabatku yang setia menamaniku bolak balik kempus Mikail El Dhafin saya ucapkan terimaksih

Tiada cita dapat terwujud dengan sendirinya kecuali dengan pertolongan

(9)

v

bantuan, doa, motivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Wassalammualaikum. Wr. Wb

Jakarta, 30 Desember 2014

(10)

vi

tulisan Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan yaitu berupa pedoman aksara dan vokal.

a. Pedoman Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا tidak dilambangkan

Be

t Te

ts te dan es

ج j je

ح H ha dengan garis bawah

Kh ka dan ha

د D de

ذ dz de dan zet

ر r er

z zet

س S es

ش sy es dan ye

S es dengan garis bawah d de dengan garis bawah t te dengan garis bawah

ظ z zet dengan garis bawah

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha

ف f ef

q ki

k ka

ل l el

M em

N en

و W we

ھ H ha

ء ˊ apostrop

(11)

vii

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

_ a fathah

¯ I kasrah

_ u dammah

2. Vokal Rangkap (Diftong)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

_ Ai a dan i

و _ Au a dan u

3. Vokal Panjang (Madd)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اـ ȃ a dengan topi di atas

ىـ ȋ i dengan topi di atas

وـ Ȗ u dengan topi di atas

c. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf ( لا

), dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qomariyyah. Misalnya :

دا تجإا = al-ijtihâd

صخ لا = al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

d. Tasydîd (Syaddah)

(12)

viii

e. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau diikuti oleh sifat (na‘t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Dan jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “t”

(te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1. ي ش syarîʻah

2. يماسإا ي شلا al- syarîʻah al-islâmiyyah 3. بھاّملا نراقم muqâranat al-madzâhib f. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism) atau huruf (harf),

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas :

No Kata Arab Alih Aksara

1. ارو ملا حي ت رو لا al-darûrah tubîhu al-mahzûrât 2. ىماسإا داصتقإا al-iqtisâd al-islâmî

3. هقفلا لوصأ usûl al-fiqh

(13)

ix

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MAQSID SYARÎ’AH A. Pengertian Maqsid Syarî’ah ... 17

B. Bagian-bagian Maqsid Syarî’ah ... 20

C. Perlindungan Maqsid Syarî’ah Bagi Kepentingan Manusia ... 26

BAB III NARKOTIKA DALAM UNDANG-UNDANG N0 35 TAHUN 2009 A. Pengertian Narkotika ... 30

B. Jenis-jenis Narkotika ... 32

C. Pengaruh Narkotika Dalam Jiwa Manusia ... 43

(14)

x

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari waktu ke waktu narkotika ditanah air terus-menerus meningkat pesat dalam skala yang semakin mengerikan. Kepesatan dan kesuburan narkotika juga ditunjang dengan struktur tanah Indonesia yang subur dan mudah ditanami berbagai jenis narkotika. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa yang mengedarkan dan mengkonsumsi di tanah air bukan hanya masyarakat luas khususnya generasi muda melainkan juga para elit politik, anggota legislatif, pejabat pemerintah, aparat pemerintah, serta aparat keamanan dan penegak hukum itu sendiri. Di tambah lagi peredaran narkoba telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi dan tekhnologi canggih. Peredaran narkoba, secara ilegal di Indonesia sejak beberapah tahun ini, semakin meningkat. Indonesia yang pada mulanya sebagai negara transit perdagangan narkoba kini sudah dijadikan daerah tujuan operasi oleh jaringan narkoba internasional. Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar berkebangsaan asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti dalam jumlah besar.1 Narkotika

[image:15.612.117.530.110.322.2]

1 Lihat’’ kata pengantar ‘’Dalam Undang Undang Narkotika & Psikotropika (Jakarta: Sinar

(16)

merupakan bagian dari narkoba yaitu segolongan obat, bahan atau zat yang jika masuk ke dalam tubuh manusia dapat berpengaruh pada tubuh manusia terutama pada fungsi otak (susunan syaraf pusat) dan sering menimbulkan ketergantungan.

Permasalahan narkotika memang bukanlah hal baru lagi, penyalahgunaan narkotika di Indonesia saat ini sudah pada fase yang mengkhawatirkan, penyalahgunaanpun saat ini sudah masuk pada semua lapisan baik dari kalangan atas, kalangan menengah, bahkan kalangan bawah sekalipun, tidak memandang tua atau muda bahkan anak pun juga terlibat dalam penyalahgunaan narkotika.2

Masyarakat yang menjadi korban adalah anak-anak yang masih tergolong anak usia sekolah. Data yang diperoleh tahun 2002 pada tanggal 14 agustus menujukan bahwa anak usia sekolah yang ditahan dirutan Pondok Bambu dengan kasus narkoba berjumlah 300 orang anak usia sekolah.3

Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, pada sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 2002 melalui ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia nomor VI/MPR/2002 telah merekomendasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2 Ahmadi Sopyan, Narkoba Mengincar Anak Muda (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) h. 12. 3 Mahdiah, Hak Asasi Manusia Untuk Anak Usia Sekolah KorbanNarkoba ( TT: Direktorat

(17)

1997 tentang narkotika. Untuk lebih mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor maka dibentuklah kelembagaan Negara yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden nomor 83 tahun 2007 tentang badan narkotika nasional, badan narkotika provinsi, dan badan narkotika kabupaten/kota. BNN tersebut merupakan lembaga non struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang hanya mempunyai tugas dan fungsi melakukan koordinasi. Dalam undang-undang ini, BNN tersebut ditingkatkan menjadi Lembaga Pemerintah Non kementerian (LPNK) dan diperkuat kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan. BNN berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Selain itu, BNN juga mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai instansi vertikal, yakni BNN provinsi dan BNN kabupaten/kota.4

Terkait dengan pihak pengguna narkotika yang disebut juga dengan pecandu narkotika, terhadap mereka sering kali terjadi pandangan buruk dari masyarakat seperti seorang penjahat. Dengan adanya UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika sebagaimana sudah menjadi tujuan dari UU No 35 Tahun 2009, penyalahgunaan dan pecandu narkotika dijamin untuk mendapatkan rehabilitasi medik dan sosial. Adapun mengenai ruang lingkup UU No 35 Tahun

(18)

2009, telah diatur dalam pasal 5 UU No 35 Tahun 2009 bahwa pengaturan narkotika dalam Undang – Undang ini meliputi dari segala bentuk kegiatan atau

perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan perkursor narkotika yang dapat menjadi sebuah pendahuluan sebelum pembahasan atau ketentuan pidana dalam Undang – Undang bahwa telah diatur secara limitatif hal – hal yang berkaitan dengan kegiatan yang berhubungan dengan narkotika maupun prekursor narkotika yang memiliki konsekuensi pidana apabila dilanggar karena pada intinya, narkotika hanya dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu penegetahuan dan teknologi.5

Kejahatan penayalahgunaan narkotika dalam maqȃsid syarȋ’ah adalah segala sesuatu yang dapat merusak akal yang diqiyaskan dengan pengguna khamr, hal-hal dalam katagori khamr adalah heroin, morfin, kokain, ganja dan sejenisnya. Sebagaimana dalam hukum positif,dan hukum Islam juga terdapat sanksi bagai pelaku dan pengguna narkotika. Kejahatan ini dalam hukum pidana Islam dimasukan kedalam jarîmah hudûd, karena penyalahgunaan narkotika dapat merusak akal dan jiwa bahkan dapat menimbulkan kematian.6 Narkotika dapat digolongkan pada benda-benda yang diharamkan oleh agama Islam karena narkotika tersebut merupakan benda atau barang yang dapat memabukan. Sebab

5 AR. Sujono, Bony Daniel, Komentar & Pembahasan Undang- undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika ( Jakarta : Sinar Grafika 2011) cet,1, h. 65 -67

6 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam ( Fikih Jinayah), ( Bandung: Pustaka Setia, 2000) h.

(19)

benda-benda itu mengakibatkan kemudhorotan besar dan kerusakan kerusakan yang fatal.7

Allah SWT mengistimewakan manusia (keistimewannya kepada mahluk lain melalui akal yang ada dalam otak manusia), otak merupakan permata yang mahal dan gedung anugrah yang mahal yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada manusia, lalu apakah yang yang menyebabkan akal dalam otak tidak berfungsi sebagaimna mestinya manusia normal di antaranya penyebab akal didalam otak tidak berfungsi adalah mengkonsumsi alkohol (khamr), dan obat-obatan yang menyebabkan urat syaraf terganggu. Obat-obatan itu disebut dengan narkotika yang sangat bahaya dampaknya bagi tubuh manusia, bahkan zat narkoba dapat menyebabkan hilangnya kemampuan merasakan hal-hal yang yang terjadi disekitar pengguna, menyebakan kantuk bahkan tertidur tak sadar karena zat ini mengandung unsur-unsur melemahkan, menenangkan dan menyadarkan.8

Kalau kita pelajari dengan seksama ketetapan Allah dan Rasul-Nya yang terdapat didalam Al-Qur’an dan Hadis dapat kita ketahui tujuan hukum Islam. Secara umum tujuan hukum Islam adalah untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak dengan cara mengambil yang bermanfaat dan meninggalkan yang mudhorot (tidak berguna), yaitu tidak berguna bagi kehidupan. Dengan kata lain,

7 Mashuri Sudiro, Hukum Islam Melawan Narkoba, (Yogyakarta : Madani Pustaka Hikmah,

2000) h. 75

8 Ahmad Al Mursi Husain Jauhar, maqashid syari’ah,(Jakarta : Amzah Bumi Aksara, 2009)

(20)

tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani dan jasmani, individual dan sosial. Abu Ishaq Al Syathibi merumuskan lima tujuan hukum Islam yakni 1. Memelihara Agama 2. Jiwa 3. Akal 4. Keturunan, dan 5. Harta yang kemudian disepakti oleh ilmuan Islam dengan kata maqȃsid syarî’ah.9

Islam sangat memperhatikan perlindungan untuk tiap individu, yakni melalui perlindunganya untuk semua urusan individu yang bersifat materi dan moral. Islam menjaga kehidupan setiap individu, menjaga semua yang menjadi sandaran hidupnya ( harta dan semua yang dimilikinya), yang paling dasar dan pertama adalah menjaga kehormatan, yaitu nasab, tempat tumbuh, serta silsilah keturunan kepada ayah dan keluargnya, adapun menjaga akal yang merupakan dasar pembebanan kewajiban dan tanggung jawab dalam Islam, juga menjaga agama dan hubungan individu tersebut dengan Tuhannya. Mempelajari perlindungan yang diberikan Islam kepada jiwa dan kehormatan mengharuskan kita untuk mempelajari perlindungan Islam untuk harta dan keturunan, mustahil bila manusia memiliki kehidupan manusiawi atau eksistensi kemanusiaan, kecuali dengan adanya perlinduangan saat ini. Lalu perkembangan pelindungan itu disebutkan al-Kulliyyât al-Khams dan agama ini juga menyuruh untuk menjaganya, serta mengharamkan untuk menganiayanya. Adapun rincian perlindungan terhadap itu ialah perlindungan terhadap agama (Hifdz al - Ad dîn), Perlindungan terhadap jiwa (Hifdz al-Nafs), perlindungan terhadap akal

(21)

(Hifdz al-‘Aql), perlindungan terhadap kehormatan (Hifdz al-Ardh), perlindungan terhadap harta benda (Hifdz al–Mâl). Akal merupakaan sumber

hikmah (pengetahuan), sinar, hidayah, cahaya hati, dan media kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Dengan akal, surat perintah dari Allah disampaikan, dengannya pula manusia berhak menjadi pemimpin dimuka bumi, dan manusia manjadi sempurna dari pada mahluk Allah lainya. Akal dinamakan ikatan karena ia bisa mengikat dan mencegah pemiliknya untuk melakukan hal -hal buruk dan mengerjakan kemungkaran10.

Hukum Islam mempunyai watak tertentu dan beberapa karakteristik yang membedakan dengan berbagai macam hukum yang lain. Karakteristik tersebut ada yang memang berasal dari watak hukum Islam itu sendiri dan ada pula yang berasal dari proses penerapan dalam lintasan sejarah menuju ridha Allah. Salah satu diantaranya ialah menegakan maslahat, karena seluruh hukum itu harus bertumpu pada masalahat dan dasar dari semua kaidah yang dikebangankan dari seluruh hukum Islam harus bertumpu pada maslahat.11

Hukum Islam, sebagai bagian dari agama Islam, melindungi hak asasi manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan hukum Islam itu sendiri, jika hukum Islam dibandingkan dengan hukum positif yang lebih dominan kepada hukum barat maka dapat dilihat perbedaanya. Perbedaan itu terjadi karena

10 Ahmad Al Mursi Husain Jauhar, maqashid syari’ah, h. 91

11 Yayan Sopyan, Tarikh Tasyri Sejarah Pembentukan Hukum Islam, ( Depok : Gramata

(22)

pemikiran hukum barat memandang hak asasi manusia semata mata antroposentris, artinya berpusat pada manusia. Sebaliknya pandangan hukum Islam yang bersifat teosentris. Artinya berpusat pada tuhan (Allah) pusat segalanya.12

Adapun tujuan hukum Islam di atas dapat dilihat dari dua segi. 1). Pembuatan hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya. 2). Dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam itu. Jika dilihat dari pembuatannya hukum Islam itu adalah : pertama untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat primer, sekunder, dan tertiear, yang dalam kepustakaan Islam disebut dengan istilah darûriyyah, hâjiyyah, dan tahsȋniyyah. Kebutuhan primer (darûriyyah) adalah kebutuhan yang utama yang harus dilindungi dan dipelihara

sebaik-baiknya oleh hukum Islam agar kemaslahatan hidup manusia benar-benar terwujud. Kebutuhan skunder (hâjiyyah) adalah kebutuhan yang dibutuhkan untuk mencapai primer. Kebutuhan tersier adalah (tahsȋniyyah) kebutuhan

manusia dari selain yang bersifat primer dan sekunder itu yang perlu diadakan dan dipelihara untuk kebaikan hidup manusia dalam masyarakat misalnya sandang , pangan, dan lain lain. Kebutuhan hidup manusia yang bersifat primer yang disebut dengan darûriyyah tersebut di atas merupakan tujuan utama yang harus dijaga oleh hukum Islam. Kepentingan-kepentingan yang harus dipelihara

12 Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : PT

(23)

itu yang telah disinggung di atas ada lima, diantaranya yaitu pelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.13

Sehubungan dengan pengkajian hukum pidana Islam tersebut, maslahat merupakan tujuan utama pokok dan dasar pertimbangan utama dalam menjatuhkan hukuman yang berupa qisâs diyyȃt, hudȗd, dan ta’zîr. Ketiga hukum tersebut untuk katagori tindak pidana berikut sanksinya yang pokoknya adalah maqȃsid syarȋ’ah.14

Tujuan pemberian hukuman dalam Islam sesuai dengan konsep tujuan umum di syariatkannya hukum, yaitu untuk merealisasi kemaslahatan umat dan menegakan keadilan. Yang ditegakan dalam syariat Islam mempunyai dua aspek, yaitu : prefentif dan represif. Dengan ditetapkannya kedua aspek tersebut akan dihasilkan satu kemaslahatan (positif), yaitu terbentuknya moral yang baik, sehingga membuat menjadi masyarakat aman, damai dan penuh dengan keadilan. Moral yang dilandasi dengan agama akan membawa perilaku manusia sesuai dengan tuntunan agama. Fondasi perundangan Islam berdasarkan kepada kaidah “menjaga kemaslahatan dan menolak bahaya,” maka syariat ini mengharamkan

segala materi atau zat yang bisa menimbulkan bahaya atau sesuatu yang lebih

13 Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia, h. 62

14 Abd Al Qadir Audah, al - Tasyrî’ al - jinâȋ al- Islȃmȋ Muqȃranan Bi al Qȃnȗn al

(24)

buruk, baik zat tersebut dalam bentuk diminum, beku, dimakan, bubuk atau di hirup.15

Diharamkan pengguna seluruh jenis narkotika, yaitu seluruh benda yang membahayakan tubuh dan akal seperti daun banggo, opium, ganja dan sebaginya. Berdasrakan hadits dari Ummu Salamah yang berkata ”Rasulullah SAW melarang mengkonsumsi seluruh benda yang memabukan dan melemahkan tubuh.” Disamping itu, benda-benda seperti ini juga membahayakan akal dan

tubuh manusia16.

Keempat imam madzhab fikih dan yang lainya telah menetapkan keharaman khamr dan tidak ada perselisihan dalam hal ini, setelah adanya kesepakatakan mengenai keharamannya dapat dipastikan bahwa narkotika bisa dihukumi dengan hukum khamr atas dasar nash, sehingga tidak ada kemungkinanannya dalam membedakan kedua jenis minuman tersebut dengan khamr karena keduanya mempunyai kemiripan dalam merusak akal dan agama17

Oleh karena itu, untuk menjawab latar belakang di atas tentang maraknya peredaran narkotika dan hukum yang sudah ada, maka penulis

memberikan judul TINJAUAN MAQȂSID SYARȊ’AH TERHADAP UNDANG-UNDANG NARKOTIKA NO 35 TAHUN 2009.

15 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Usȗl Fiqh, (Kuwait: Darul Qalam, 1992) h.198

16 Wahbah Az Zuhaili, al- Fiqh al- Islȃmî Wa Adillatuh, (Jakarta : Gema Insani, 2011, jilid

ke iv), h. 187

17 Abu Malik Kamal Bin As-Sayid Salaim, Sahîh Fiqh Sunnah, (Jakarta: Pustaka Azzam,

(25)

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

Dalam pembahasan ini penulis membatasi pembahasan akan membahas ruang lingkup dan dasar tujuan di buatnya Undang-Undang Narkotika No 35 Tahun 2009 yang di tinjau dari maqȃsid syari’ah.sehingga menemukan relevansinya dalam hukum Islam , Maka penulis merumskan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud denganmaqȃsid syarȋ’ah dan narkotika ?

2. Bagaimanakah tinjauan maqȃsid syarȋ’ah terhadap UU Narkotika No 35 tahun 2009?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap karya tulis yang bernilai ilmiah tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang ingin di capai, begitu pula dengan penulisan skripsi ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan tentang pandangan maqȃsid syarȋ’ah terhadap narkotika 2. Dan apa yang dimaksud dengan narkotika dan maqȃsid syarȋ’ah

D. Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut :

(26)

Menambah perbendaharaan keilmuwan dalam bidang hukum khususnya kajian mengenai tindak pidana narkotika. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan pandangan dalam hukum pidana Islam yang berkaitan kepada maqȃsid syarȋ’ah.

Kepada yang mengkaji lebih lanjut tentang masalah ini, diharapkan skripsi ini dapat menjadi salah satu masukan yang berarti, dan sedikit banyak dapat membuka cakrawala berfikir yang ilmiah.

2. Kegunaan secara praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

masyarakat dan penegak hukum sehingga mempunyai wawasan yang lebih komprehensif khususnya khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi disiplin pengetahuan yang berkaitan dengan masalah penggunaan narkotika yang ditunjau dalam maqȃsid syarȋ’ah.

E. Tinjauan Pustaka

(27)

Buku yang ditulis oleh AR. Sujono SH,.M.H dan Bony Daniel S.H yang berjudul komentar dan pembahasan Undang–Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika. Kajian hukum Islam dan hukum positif terhadap kasus penyalahgunaan narkotika oleh anak dibawah umur. Yang ditulis oleh Laili Maulida dalam skripsi ini membahas tentang sanksi yang diberikan terhadap anak yang memakai narkoba dibawah umur.

Adapun skripsi saya berbeda dengan skripsi yang terdahulu dan buku diatas, dalam skripsi saya membahas tentang tujuan uu no 35 tahun 2009 ditinjau dalam maqȃsid syarȋ’ah. Sehingga menemukan persamaan tentang pencegahan narkotika.

F. Metode Peneltian

(28)

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang objek utamanya berupa buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat , majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber lainnya yang berkaitan secara langsung dengan obyek yang diteliti.

a. Sumber Data Primer

Merupakan data-data yang diperoleh dari sumber aslinya, memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Sumber-sumber data tersebut berupa perundang-undangan yang membahas mengenai, Al-Quran dan As-Sunnah dan juga buku-buku yang membahas tentang narkotika.

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan data-data yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan primer yang diambil dari sumber-sumber tambahan yang memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain informasi yang relevan, artikel, buletin, atau karya ilmiah para sarjana.

2. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan penulis menggunakan

(29)

yang diperoleh dan faktor-faktor yang merupakan pendukung dan relevan terhadap objek yang diteliti sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hal yang dijadikan objek penelitian.

Data yang diklarifikasikan maupun dianalisa untuk mempermudah dan menghadapkan pada pemecahan masalah. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode analisis isi secara kualitatif. Dalam analisis ini, semua data yang dianalisis adalah berupa teks. Analisis isi kualitatif digunakan untuk menemukan, mengidentifikasi, dan menganalisa teks atas dokumen untuk memahami signifikasi dan relevansi teks atau dokumen.

G. Sistematika Penulisan

Bab I : PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis mengemukakan latar belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, lokasi penelitian serta diakhiri dengan penjelasan mengenai sistematika penelitian.

Bab II : TINJAUAN UMUM MAQȂSID SYARȊ’AH

(30)

Bab III : NARKOTIKA DALAM UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 Pada bab ini, penulis memuat uraian teoritis sebagai lanjutan dari bab sebelumnya, yaitu mengenai penegrtian, tujuan, dasar dan ruang lingkup UU Narkotika.

Bab IV : UNDANG-UNDANG NARKOTIKA NO. 35 TAHUN 2009

Pada bab ini, penulis memaparkan tentang pengertian dan ruang lingkup tujuan dibentuknya Undang-Undang narokotika No 35 tahun 2009 dan dimensi maqȃsid syarȋ’ah dalam UU No 35 tahun 2009.

Bab V : PENUTUP

(31)

17 A. Pengertian Maqȃsid syarȋ’ah

Secara bahasa maqȃsid syarȋ’ah terdiri dari dua kata yaitu maqȃsid dan

syarȋ’ah,maqȃsid yang berarti kesengajaan atau tujuan, maqȃsid yang merupakan bentuk jamak dari maqsud yang berasal dari suku kata qashada yang berati

menghendaki atau memaksudkan,1 sedangkan syarȋ’ah secara bahasa berarti

‘’jalan kesumber air minum,’’ namun bangsa arab sering mengartikan sebagai

jalan yang lurus, karena mata air adalah sumber kehidupan.2

Yusuf Al-Qardhawi mendefenisikan maqȃsid syarȋ’ah sebagai tujuan yang

menjadi target teks dan hukum-hukum untuk direalisasikan dalam kehidupan

manusia, baik berupa perintah, larangan dan mubah, untuk individu, keluarga,

jamaah dan umat, atau juga disebut dengan hikmat-hikmat yang menjadi tujuan

ditetapkannya hukum, baik yang diharuskan ataupun tidak, karena dalam setiap

hukum yang disyari’atkan Allah kepada hambanya pasti terdapat hikmat yaitu

tujuan luhur yang ada di balik hukum.3 Ulama ushul fiqih mendefinisikan

maqȃsid syarȋ’ah dengan makna dan tujuan yang dikehendaki syara’ dalam

mensyari’atkan suatu hukum bagi kemashlahatan umat manusia. maqȃsid

1 Ahmad Qorib, Usul Fikih 2, (Jakarta :PT. Nimas Multima, 1997), Cet II, h. 170

2 Yayan Sopyan, Tarikh Tasryi Pembentukan Hukum Islam, (Depok : Gramata Publishing), h. 2

(32)

syarȋ’ah di kalangan ulama ushul fiqih disebut juga asrâr al- syarȋ’ah yaitu rahasia-rahasia yang terdapat di balik hukum yang ditetapkan oleh syara’ berupa

kemashlahatan bagi manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Misalnya, syara’

mewajibkan berbagai macam ibadah dengan tujuan untuk menegakkan agama

Allah SWT.4

Adapun definisi lain ialah secara etimologi, maqȃsid syarȋ’ah berarti maksud/ tujuan disyariatkan hukum Islam. Menurut Wahbah Az Zuhaili, maqȃsid syarȋ’ah berarti nilai-nilai dan sasaran syara’ yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya. Nilai-nilai dan sasaran-sasaran itu

dipandang sebagai tujuan dan rahasia syariah yang ditetapkan oleh as-syar’ȋ dalam setiap ketentuan hukum.5

Adapun dasar maqȃsid syarȋ’ah yaitu yang termaktub dalam surat Al-Jatsiyah [45]:18.



























Artinya : “kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak

mengetahui.” ( QS. Al-Jatsiyah [45]: 18)

Ayat di atas menjelaskan tentang sebuah makna syari’ah yang

mempunyai pengertian secara gelobal yaitu peraturan-peraturan yang ditetapakan

oleh Allah SWT yang harus dikiuti.6

(33)

Berdasarkan beberapa pengertian syariat diatas ada pula yang menyatakan

bahwa syariat ialah segala perintah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku

manusia karena objek kajianya adalah tindak tanduk, prilaku dan perbuatan

manusia. Dan adapun defenisi lain dalam syari’at ialah segala printah Allah yang

berhubungan dengan sikap dan tingkah laku manusia baik yang bersifat aqidah

yang (disebut usȗliyyah) maupun yang bersifat amaliyah (disebut furȗ’î).7

Maqasid syarȋ’ah adalah suatu konsep yang menekankan tujuan penetapan hukum Islam dalam upaya memelihara kemaslahatan hidup manusia, dengan

tujuan mendatangkan kemanfaatan dan menghindari dari bahaya. Ibnu Al-Qayyim

Al-Jauziyah (691-751 H/1292-1350 M) mengatakan bahwa sesungguhnya

prinsip-prinsip dan dasar penetapan hukum Islam adalah demi kemaslahatan

manusia di dunia dan akhirat. Menurutnya semua hukum itu mengandung

keadilan, rahmat, kemaslahatan dan hikmah. Jika keluar dari keemepat nilai ini

maka tidak dinamakan hukum Islam.8

Hal ini juga dikemukakan oleh Al-Asyathibi, ia menegasakan semua

kewajiban diciptakan dalam rangka merealisasikan kemaslahatan hamba. Tak

satupun hukum Allah yang diciptakan tidak mempunyai tujuan. Hukum yang

tidak mempunyai tujuan sama juga dengan taklîf ma la yûtaq’ )memebankan

sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan). Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan

dunia dan akhirat itulah, maka para ulama ushul fiqh merumuskan tujuan hukum

(34)

Islam tersebut dalam lima misi, semua misi ini wajib dipelihara untuk

melastarikan dan menjamin terwujudnya kemaslahatan. Kelima misi tersebut

disebut maqȃsid syarȋ’ah yang mencangkup memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.9 Imam Al-Ghazali (450-505 H) berpendapat, bahwa

maslahat pada dasarnya adalah ungkapan dari memperoleh manfaat dan menolak

mudarat. Ungkapan tersebut dikatagorikan dalam sebuah kaidah yang paling luas

ruang lingkupnya dan cakupannya. Dalam kaidah sebagai berikut:

َدقم ْدس افمْلاءْرد

حل اصمْلا بْلج ىلع

Menolak kemudhorotan harus diutamakan daripada mendapatkan kemaslahatan.”10

B. Bagian-Bagian Maqȃsid Syarȋ’ah

Kita tahu bahwa Allah tidaklah membuat perundang-undangan atau

syari’at dengan main-main sundau gurau dan tidak pula menciptakan dengan

sembarangan, namun Allah mensyar’iatkan perundang-undangan Islam untuk

tujuan-tujuan besar dengan kemaslahatan dunia dan akhirat yang kembali kepada

para hamba, sehingga sejahtera akan merata dan rasa aman dan sentosa.

Kemaslahatan dunia dikatagorikan menjadi dua, baik yang pencapaianya dengan

cara menarik kemanfaatan atau dengan cara menolak kemudhorotan. Yaitu:

1. Kemaslahatan darûriyyah (inti/pokok), kemaslahatan maqȃsid syarȋ’ah yang berada dalam urutan paling atas.

9 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqasid Syari’ah Menurut al- Syatibi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996) h. 71

(35)

2. Kemaslahatan ghairu darûriyyah (bukan kemaslahatan pokok) namun

kemaslahtan ini penting dan tidak bisa dipisahkan.

Kemaslahatan inti pokok yang disepakati dalam semua syari’at tercakup

dalam lima hal, seperti yang terhitung dan disebutkan oleh ulama Kulliyyât

al-Khams (lima hal pokok) di antaranya ialah :

1. Hifdz al-Dîn (menjaga atau memlihara agama)

Islam sangat menjaga hak dan kebebasan, dan kebebasan yang

pertama adalah kebebasan beragama atau berkeyakinan dalam beribadah :



















Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya

telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”(QS. Al-Baqarah [2]: 256)

Mengenai tafsir ayat tersebut Ibnu Kastir mengungkapkan “janganlah

kalian memaksa seseorang untuk masuk kedalam agama Islam” sesungguhnya

dalil dan bukti akan hal ini sangat jelas dan gamblang bahwa sesorang tidak

boleh dipaksa dalam masuk keagama Islam.11

Dalam ketentuan hukum Islam untuk membunuh orang kafir dan

menghukum pembuat bid’ah yang mengajak orang lain untuk berbuat

bid’ahnya, apabila dibiarkan dapat menimbulkan hilangnya agama umat atau

subtansi-subtansi dari agama tersebut. Allah mensyariatkan untuk menjaga

(36)

agama dan wajib untuk dipelihara oleh setiap orang muslim, baik yang

berkaitan dengan aqidah, ibadah dan muamalah.12

2. Hifzd al - Nafs (perlindungan terhadap jiwa)

Islam sangat menjunjung tinggi hak manusia untuk hidup, hak yang

disucikan dan tidak boleh dihancurkan kemuliaanya. Sebagaiman Allah

berfirman dalam Al-Qur’an :















Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya allah adalah

maha penyayang kepadamu.” ( QS. An-nisa [4]: 29).

Dalam hadist shahih nabi juga menjelaskan ancaman bagi orang orang

yang membunuh jiwa:

ْوي ه َّع ءْيش هسْفن لتق ْنم

همايقْل

) لسم هاور (

Barang siapa yang membunuh diri dengan sesuatu, dia akan disiksa dengan mengunkan sesutu tersebut di hari kiamat”.(H.R Muslim)13

Dalam kaitanya hal ini, untuk kemaslahatan jiwa dan hidup manusia,

Allah mensyari’atkan berbagai hukum yang terkait dengan itu, seperti syari’at

qisȃs bagi para pembunuh, dan syariat yang berkaiatan dengan jiwa manusia.14

Dititik puncak perhatiannya untuk melindungi jiwa nyawa, syari’at

Islam telah mencapai target yang tinggi, yang tidak dapat dicapai oleh syari’at

12 Nasrun haroen, Usul Fiqh I,(Ciputat : Logos Publishing House, 1996) h.155 13 Ahmad Al Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syari’ah, h. 44

(37)

apapun didunia saat ini. Adapun tindakan penganiyayaan terhadap jiwa yang

dilakukan dengan cara membunuhnya dengan keji ataupun dengan cara yang

lain yang dapat menghilangkan nyawa seseorang, itu merupakan perbuatan

yang keluar dari ajaran dan undang-undang agama Islam, menodai syariat

yang dimuliakan Allah SWT dan dilindungin Allah, hal yang demikan itu

memerangi fitrah yang diciptakan Allah untuk jiwa tersebut. Ini juga

merupakan tindakan kriminal terhadap hak-hak seluruh masyarakat.15 Allah

berfirman:















































Artinya : “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya ( QS. Al –Maidah [5]32).

3. Hifzd al –‘Aql (menjaga akal)

Akal adalah merupakan sumber hikmah pengetahuan, sinar hidayah,

cahaya mata hati, dan media kebahagiaan manusia dunia akhirat. Dengan

akal, surat perintah Allah disampaikan, dan dengan akal manusia berhak

menjadi pemimpin dimuka bumi ini dan dengannya manusia sempurna dari

mahluk lainnya. Allah SWT berfirman :

(38)









































Artinya : “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna

atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” ( QS. Al-Isra[17]:70)

Akal yang merupakan sasaran yang dapat menentukan bagi sesorng

untuk menjalankan kehidupanya, oleh sebab itu Allah menjadikan akal utnuk

dijaga dan dipelihara sebagai suatu yang pokok, dan Allah melarang dari

hal-hal yang dapat merusak akal seperti mengkonsumsi alkhohol

minuman-minuman keras, obat-obatan terlarang karena yang demikan dapat merusak

akal dan merusak kehidupan manusia.16

4. Hifdz al –‘Ard (menjaga kehormatan)

Islam sangat menjamin kehormatan manusia dengan memberikan

perhatian yang sangat besar, yang dapat digunakan untuk memebrikan

spesialisasi kepada hak asasi manusia. Perlindungan ini sangat jelas terlihat

dari beberapa sanksi yang berat dijatuhkan terhadap orang-orang yang yang

merusak kehormatan seperti dalam masalah zina, masalah manghancurkan

kehormatan orang lain, dan masalah qadzaf. Diantara bentuk-bentuk

perlindungan terhadap kehormatan ialah dengan menghinakan dan memberi

(39)

ancaman kepada para pembuat dosa tersebut dengan siksa yang sangat pedih

dihari kiamat.17

Dalam menjaga kehormatan dan keturuan yang merupakan masalah

pokok untuk memelihara dan melanjutkan keturunan tersebut. Allah SWT

telah mensyari’atkan nikah dengan segala hak dan kewajiban yang

diakibatkan.18 Kewajiban yang harus dilakukan bagi pelaku zina maka harus

di hukum had yang bertujuan untuk menjaga kehormatan dan keturunanan,

akibat dari perbuatan zina dapat merusak generasi bangsa dan meresahkan

masyarakat.

5. Hifdz al- Mâl (menjaga harta),

Harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam kehidupan, dimana

manusia tidak terpisah darinya dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:





















Artinya : “ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia “( QS. Al- Kahfi [18]:46)

Perlindungan untuk harta yang baik ini tampak dalam dua hal berikut.

Pertama memliki hak untuk dijaga dari para musuhnya, baik dari pencurian,

perampokan, atau tindakan lain memakan harta orang lain dengan cara yang

bathil. Kedua harta tersebut dipergunakan untuk hal-hal yang mubah, tanpa

(40)

ada unsur mubazir atau menipu untuk hal - hal yang dihalalkan Allah. Maka

harta ini tidak dinafkahkan untuk kefasikan, minuman keras, atau judi.19

C. Perlindungan Maqȃsid Syarȋ’ah Bagi Kepentingan Manusia

Allah menciptakan manusia sebagai hamba yang wajib taat kepadanya.

Untuk itu, manusia harus beribadah untuk dapat menunjukkan kepatuhannya

kepada Allah. Ibadah dapat dibedakan dalam dua bentuk; pertama, ibadah

mahdhah yang fungsi utamanya mendekatkan hamba kepada Allah. Kedua adalah

aktivitas muamalah yang berlaku menurut tradisi yang merupakan sendi

kemaslahatan hidup manusia. Tanpa ini, kehidupan manusia akan rusak binasa.

Jika tipe ibadah yang kedua tadi bersifat duniawi dan dapat dipahami oleh nalar

manusia (al-ma’qûl al-ma’nâ), tipe ibadah yang pertama bersifat ukhrawi dan

merupakan kewenangan mutlak Allah.20

Maqȃsid syarȋ’ah berarti tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan itu dapat ditelusuri dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan

Sunnah Rasulullah sebagai alasan untuk merumuskan suatu hukum yang

bertujuan kepada kemaslahatan umat manusia. Sebagaimana dikemukakan oleh

Abu Ishaq Al-Syathibi bahwa tujuan pokok disyariatkan hukum Islam adalah

untuk kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Lebih lanjut Abu

Ishaq Syathibi melaporkan hasil penelitian para ulama terhadap ayat-ayat

19 Ahmad Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syari’ah, h.171

(41)

Qur’an dan Sunnah Rasulullah bahwa hukum-hukum disyariatkan Allah untuk

mewujudkan kemaslahatan umat manusia baik di dunia maupun akhirat kelak.

Kemaslahatan yang akan diwujudkan itu menurut Al-Syathibi terbagi kepada tiga

tingkatan, yaitu kebutuhan darûriyyah, kebutuhan hâjiyyah, dan kebutuhan

tahsȋniyyah.21 Maka dari itu adannya maqȃsid syarȋ’ah, adalah untuk mewujudkan manusia kedalam kemaslahatan dunia dan akhirat yang kemaslahatn itu

bersumber dari Al-Qur’an dan sunah Rasul.

Perbuatan manusia dapat dipandang menjadi dua aspek, yakni aspek

terwujudnya kemaslahatan dan tuntunan syari’at. Dari keduannya, kita bisa

melihat bagaimana tanggung jawab manusia sebagai mukalaf. Pada aspek

terwujudnya kemaslahatan, daya manusia menjadi syarat utama berlakunya taklif.

Jadi, taklîf bi mâ lâ yûtaq (tuntutan atas perbuatan diluar daya manusia) adalah

mustahil. Sedangkan dalam aspek tntuntan syari’at, hal ini berkaitan dengan

kehendak (irâdah) dan perintah (amr) Allah kepada hamba- nya, selanjtunya

berkait pula dengan konsekuensi perbuatan manusia dalam bentuk pahala dan

siksaan di akhirat.22

Tujuan syariat adalah kemaslahatan manusia yang terdiri atas dua macam,

yakni duniawi dan ukhrawi. Manusia memperoleh maslahah jenis pertama di

dunia, sedangkan kedua akan diperoleh di akhirat. Jika kemaslahatan manusia di

dunia terwujud dalam bentuk bahagia dan sejahtera yang bertentangan dengan

(42)

kesengsaraan, maka kemaslahatan di akhirat dalam bentuk surga juga

bertentangan dengan neraka.23

Adapun ruang lingkup konsep maslahah yang menjadi tujuan syariat. Para

ahli ushul sepakat bahwa syariat Islam bertujuan untuk memelihara lima hal,

yakni 1. Agama, 2. Jiwa, 3. Akal, 4. Keturunan, 5. Harta.24 Setiap aspeknya dapat

dibedakan dalam tiga tingkatan, yakni darûriyyah, hâjiyyah, dan tahsȋniyyah.

Darûriyyah adalah kemaslahatan bagi kehidupan manusia dan karena itu

wajib ada syarat mutlak terwujudnya kehidupan itu sendiri, baik ukhrawi dan

duniawi. Dengan kata lain jika darûriyyah ini tidak terwujud, niscaya kehidupan

manusia akan punah sama sekali. Hâjiyyah adalah segala hal yang menjadi

kebutuhan primer manusia agar hidup bahagia dan sejahtera, dunia, dan akhirat.

Dan terhindar dari kesengsaraan, jika kebutuhan ini tidak diperoleh, kehidupan

manusia pasti kesulitan. Tahsȋniyyah ialah kebutuhan hidup, untuk menyempurnakan kesejahteraan hidup manusia, jika tahsȋniyyah ini tidak terpenuhi maka kemaslahatan hidup manusia kurang sempurna.25

Adanya maqȃsid syarȋ’ah bagi manusia adalah untuk memberikan kemaslahatan didunia dan akhirat, kemaslahatan itu yang bersumber dari tujuan

23 Hamka Haq, Al Syatibi Aspek Teologis Konsep Mashlahah Dalam Kitab al- Muwâfaqȃt h.197-198

24 Hamka Haq, Al Syatibi Aspek Teologis Konsep Mashlahah Dalam Kitab al- Muwâfaqȃt , h. 59

(43)

hukum Islam itu sendiri ialah memelihara yang lima hal tersebut yang dinamakan

(44)

30

A. Pengertian Narkotika

Dalam UU No 35 tahun 2009 pasal 1 berbunyi sebagai berikut : narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintesis maupun simistesis,

yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangakan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan dalam golongan-golongan.1

Dalam bahasa asing narkotika diartikan a drug (as opium or morphine)

that in moderat doses dulls than senses, relives pain,and induces profound sleep

but exscessive does causes stupor, coma, or convulsions; artinya sebuah obat

(seperti opium atau morfin) yang dalam dosis tertentu dapat menimbulkan indra ,

mengurangi rasa sakit, dan mendorong tidur, tetapi dalam dosis berlebihan

menyebabkan pingsan , koma, atau kejang.2

Dalam penjelasan UU No. 35 tahun 2009 tersebut, mendefinisikan tentang

narkotika sebagai berikut: narkotika merupakan zat atau obat yang sangat

bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika

disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat

menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat

1

A.R. Sujono, Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet, 1, h.63

2

(45)

khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika disertai dengan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya

yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada

akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional.3

Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa inggris

narcose atau narcocis yang berati menidurkan dan pembiusan. Narkotika berasal

dari bahasa yunani yaitu narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak

merasakan apa-apa. Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya

sesuatu yang menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbuklkan efek stupor

(bengong), bahan- bahan pembius dan obat bius.4 Secara terminologi, dalam

kamus besar Indonesia narkoba atau narkotika adalah obat yang dapat

menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk.5

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa narkotika dalam

UU No 35 merupakan zat yang berbahaya, yang dapat menimbulkan pengaruh

tertentu bagi mereka yang menggunakanya, dengan cara memasukan obat tersebut

kedalam tubuhnya dan narkotika juga dijaga oleh UU untuk ketersediannya dalam

pemakiannya.

3

Penjelasan UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika

4

A.R.Sujono, Bony Daniel, Komentar & Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, h. 637

5

Anton M Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) ,

(46)

B. Jenis-Jenis Narkotika

Dalam UU No. 35 Tahun 2009 jenis-jenis narkotika dibagi menjadi tiga

golongan yaitu sebagai berikut :

Narkotika golongan I (narkotika yang dapat digunakan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam tearapi serta

mempunya potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan) yang menurut

lampiran UU No 35 tahun 2009 terdiri dari : Tanaman papaver somniverum,

etrahydrocannabinol, asetorfina, acetil-alfa metil-fentanil, alfa mentifantanil,

opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari tanaman

papaver somniferum L yang mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus

dan pengankutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya;

1. Opium masak

2. Daun koka jenis arkotika dari tumbuhan genus yang belum kering dijadikan

serbuk yang menghasilkan kokain secara langsung atau perubahan kimia

3. Tanaman ganja, semua tanaman genus cannabis

4. Kokain mentah

5. Kokaina, metil ester– 1 –bensoil ekgonina.6

Narkotika golongan II (narkotika yang berkhasiat pengobatan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan

6

A.R. Sujono, Bony Daniel, Komentar & Pembahasan UU No 35 Tahun 2009 Tentang

(47)

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan yang menurut UU No 35 Tahun 2009 terdiri dari antara lain.

a. Alfasetilmetadol : alfa - 3 - asektoksi - 6 dimetil amino - 4,4 difenilheptana;

b. Alfameprodina : alfa - 3 - etil - metil - fenil- 4 propionoksipiperidina

c. Betametadol : beta - 6 - dimetilamino - 4,4 difenil- 3- heptanol;

d. Dipipanona : 4,4 - difenil - 6- piperidina – 3 heptanona

e. Dioksafetil butirat : etil - 4 - morfolino - 2,2 - dienilbutirat;7

Narkotika golongan III (narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan), yang menurut UU

No. 35 terdiri dari antara lain: Asetildihidrokodeina, deskstroproksifiena,

dihidrokodeina, etilmorfina: 3-etil morfina, kodeina: 3-metil morfina;

nikodikodina: 6-nikotinildihidrokodeina; nikodina: 6-nikotinilkodeina, nikodeina:

N-demetilkodeina; polkodina: morfoliniletilmorfina, garam-garam dari narkotika

dalam golongan tersebut diatas; campuran-campuran dengan bahan lain bukan

narkotika. 8

Adapun yang termasuk dalam zat/obat yang dikatagorikan sebagai

prekursor narkotika menurut lampiran II UU No. 35 tahun 2009 adalah :

1. Acetic anhydride

7

A.R Sujono, Bony Daniel, Komentar & Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, h. 50

8

A.R.Sujono, Bony Daniel, Komentar & Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang

(48)

2. N - Acetylanthranilic acid

3. Ephedrine

4. Ergometrine

5. Ergotamine

6. Isosafrole

7. Lysergic Acid

8. 3,4 methylenedioxyphenyl - 2 - propanone

9. Norephedrine

10.1 - phenyl - 2 – propanone

11.Piperonal

12.Potassium permanganate

13.Safrole

14.Pseudoephedrine

Table II

1. Acetone

2. Anthranilic

3. Ethyl ether

4. Hydrochloric acid

5. Methyl ethyl ketone

6. Phenylacetic acid

7. Piperidine

(49)

9. Toluene.9

Berdasarkan rangakain uraian di atas tersebut, dapat diharapkan agar

penegak hukum praktisi hukum menyadari betul bahwa kejahatan yang terkaiat

dengan obat-obatan terlarang narkotika, yang demikian itu merupakan kejahatan

yang luar biasa yang memerlukan pemahaman secara khusus dan pelaksanaan

hukumnya harus tegas dan profesoinal tanpa pandang bulu demi penyelenggaraan

ketahanan nasional yang baik dalam membangun masyarakat yang adil dan

makmur serta sejahtera.

Jenis-jenis narkotika yang sering kali digunakan dikalangan masyarakat

luas yaitu:

1. Opium

Opium adalah getah berwarna putih seperti susu yang keluar dari

kotak biji tanaman papver samni veryum. Jika buah candu yang bulat telur itu

kena torehan, getah tersebut jika ditampung dan kemudian dijemur akan

menjadi opium mentah. Cara modern untuk memprosesnya sekarang adalah

dengan jalan mengelolah jeraminya secara besar–besaran , kemudian dari

jerami candu yang matang setelah proses akan menghasilkan alkodia dalam

bentuk cairan, padat, dan bubuk.10

Dalam perkembangan opioum dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

9

A.R. Sujono, Bony Daniel, Komentar & Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, h. 57- 58

10

Andi Hamzah dan RM , Surahman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta:

(50)

a. Opium mentah, yakni getah yang membeku sendiri, yang diperoleh dari

dua tanaman papaver samni verum yang hanya mengalami pengolahan

sekedar untuk pembungkusan dari pengangkutan tanpa memperhatikan

kadar morfinnya.

b. Opium masak adalah candu, yakni yang diperoleh dari opium mentah

melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan,

pemanasan dan peragian.

Jicing, yakni sisa-sisa candu yang telah di hisap, tanpa, memperhatikan

apakah candu tersebut tercampur dengan bahan lain ataupun tidak

c. Jicing, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.11 Opium obat

adalah opium mentah yang tidak mengalami pengolahan sehingga sesuai

untuk pengobatan baik dalam bubuk atau dicampur dengan zat-zat netral

sesuai dengan syarat farmakologi.

2. Morpin

Dalam bahasa yunani morpin ialah “morpheus” yang artinya dewa

mimpi yang dipuja-puja. Nama ini cocok dengan pecandu morphin, karena

merasa melayang jiwanya.12 Morpin adalah jenis narkotika yang bahan

bakunya berasal dari candu atau opium. Sekitar 4-21%, morpin dapat

dihasilkan dari opium. Morpin adalah prototip analgetik yang kuat, tidak

11

UU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.

12

(51)

berbau rasanya pahit, berbentuk kristal putih, dan warnanya makin lama

berubah menjadi kecoklat-coklatan.13

Morpin adalah alkodia utama dari opium, dengan rumusan kimia C17

H19 NO3,14. Ada tiga jenis morfin yang sering beredar dikalangan masyarakat

yaitu :

1. Cairan yang berwarna putih, (berupa cairan) yang disimpan di dalam

sampul atau botol kecil dan pemakainya dengan cara injeksi (suntik)

2. Bubuk atau serbuk berwarna putih (berupa bubuk) seperti bubuk kapur

atau tepung dan mudah larut di dalam air, ia cepat sekali lenyap tanpa

bekas. Pemakainya adalah dengan cara menginjeksi, merokok dan kadang

menyilet tubuh.

3. Tablet kecil warna putih, pemakainnya dengan menelan15

3. Ganja

Ganja adalah damar yang diambil dari sebuah tanaman genus cannabi,

termasuk biji dan buahnya. Damar ganja adalah damar yang diambil dari

tanaman ganja termasuk hasil pengolahannya mengunanakan damar sebagai

bahan dasar.16

Ganja atau marihuana atau cannabis india. Ganja bagi para pengedar

maupun pecandu disitilahkan dengan cimeng, gele, daun, rumput jayus, jum,

13

Satya Joewana , Gangguan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lainya,(Jakarta: Karisma Indonesia, 1986) h.25

14

UU No. 22 1997 Tentang Narkotika

15

M. Ridha Ma’ruf, Narkotika Masalah dan Bahayanya,(Jakarta: Cv Marga Jaya, 1976)

h. 15

16

(52)

marjuana, gelek hijau, bang bunga, ikat dan labang.17 Di India, ganja dikenal

dengan sebutan indian hemp, karena ia merupakan sumber kegembiraan dan

dapat memancing atau merangsang selera tertawa berlebihan.18

4. Kokaine

Tanaman kokain adalah dari semua genus erithroxylon dari sejenis

keluarga erythroxlaceae. Daun koka adalah daun yang belum atau sudah

kering atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus erithroxylon yang

menghasilakn kokain secara langsung melalui perubahan kimia.19

Tanaman koka tumbuh dan subur di daerah yang berketinggian 400 -

600 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia tanaman koka ini banyak

terdapat di daerah Jawa Timur. Sedangkan penghasil koka terbesar adalah di

Negara Amerika Selatan, yaitu Bolivia dan Peru yang tumbuh di lereng

gunung Ades. Daerah ini menghasilkan produksinya rata - rata 25 juta ton per

tahun.20

Bentuk-bentuk dan macam kokaine yang terdapat di dunia

perdagangan gelap di antaranya ialah:

a. Cairan berwarna putih atau tanpa warna

b. Kristal berwarna putih seprti damar ( getah perca)

17

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Persepektif Hukum Islam dan Pidana

Nasional, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2008) h. 84

18

B. Asitanggang, Pendidikan Pencegahan Penyalahgunan Narkotika, (Jakarta : Karya

Utama, 1981 ) Cet I, h. 64

19

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Persepektif Hukum Islam dan Pidana

Nasional, h. 84

20

(53)

c. Bubuk berwarna putih seperti tepung

d. Teblet berwana putih.21

5. Heroin

Heroin atau diacethyl morpin adalah suatu zat semi sintesis tururnan

morpin. Proses pembuatan heroin adalah melalui proses penyulingan dan

proses kimia lainya di laboratorium dengan cara acethalasi dengan

aceticanydrida. Bahan bakunya adalah morpin, asam cuka, anhidraid atau

asetilklorid.22

Heroin dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Heroin nomor satu, bentuknya masih merupakan bubuk atau gumpalan

yang berwarna kuning tua sampai coklat. Jenis ini sebagaian besar masih

berisi morphine dan merupakan hasil ekstrasi.

b. Heroin nomor dua, sudah merupakan bubuk berwarna abu-abu sampai

putih dan masih merupakan bentuk tarnsisi dari morphine ke heroin yang

belum murni.

c. Heroin nomor tiga, merupakan bubuk butir- butir kecil kebanyakan agak

berwarna abu–abu juga diberi warna lain untuk menandai ciri khas oleh

pembuatnya. Biasanya masih dicampur kafein, barbital, dan kinin.

21

B.Asitanggang, Pendidikan Pencegahan Penyalahgunan Narkotika, h. 45

22

Mardani, Penyalahgunaan Narakoba dalam Persepektif Hukum Islam dan Hukum

(54)

d. Heroin nomor empat, bentuknya sudah merupakn kristal khusus untuk

disuntikan.23 Pemakai biasanya mengunakannya dengan cara menyedot

dan yeng lebih praktis diinjeksikan.

6. Shabu-shabu

Shabu–shabu ialah berbentuk sepreti bumbu masak, yakni kristal

kecil-kecil berwarna putih, tidak berbau, serta mudah larut dalam air alkohol.

Air shabu juga termasuk jenis amphetamine yang jika dikonsumsi memiliki

pengaruh yang kuat terhadap fungsi otak.biasanya pengguna dapat merasakan

aktif, banyak ide, tidak meras lelah, meski sudah lama bekerja, tidak merasa

lapar, dan tiba-tiba memiliki rasa percaya diri besar.24

7. Ekstasi

Ekstasi adalah zat atau bahan yang tidak termasuk katagori narkotika

atau alkohol. Ektasi adalah jenis zat adiktif25 zat adiktif yang dikandung

ekstasi adalah amphertamine (MDMA), suatu zat yang tergolong simultansia

(Perangsang).26 Ekstasi merupakan perangsang psikoatif, biasanya dibuat

laboratorium yang tidak sah secara hukum.

Saat ini sudah diketahui sekitar 36 jenis ekstasi (tergolong jenis

adiktif) yang sudah beredar di Indonesia dari ratusan jenis ekstasi yang

23

Sumarno Ma’sum, Penanggulangan Bahaya Narkoba, (Jakarta : CV Mas Agung,

1987), h .78

24

Mardani, Penyalahgunaan Narkotika dalam Persepektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional, h.86

25

Mardani, Penyalahgunaan Narkotika dalam Persepektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, h.87

26

Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS dan Naza, (Yogyakarta: Dhanabakti

<

Gambar

Grafika, 1999), cet  III, h. 5.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum praktikan melaksanakan mengajar terbimbing, praktikan terlebih dahulu melakukan bimbingan dengan guru pamong dan guru kelas untuk berkonsultasi tentang materi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Pangebatan tahun pembelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas IV A dan kelas IV B kemudian pengambilan

dan nilai Anti-image Correlation variabel- variabel yang diuji diatas 0,5. Pada analisis selanjutnya dari variabel- variabel preferensi konsumen dalam memilih buah durian,

penampilan produk bisa dilihat dari tanpak rasa, bau, dan bentuk dari produk. 8) Kesan Kualitas (perceived quality), sering dibilang merupakan hasil dari

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah : (1) Memperoleh pemahaman dari unsur-unsur kebudayaan universal masyarakat Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang,

The combined response due to the three modes from UMRHA, and the exact response from NLTHA for the pier’s top displacement of pier 7 are shown in Figure 9.. All peak values

Sehingga dengan dari hasil perhitungan perancangan dimana torsi motor DC yang didapat adalah lebih besar dari torsi yang bekerja pada ulir, maka motor DC dapat

Pertama, gangguan atau kesulitan bicara, di mana individu mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan bunyi bahasa dengan benar.Biasanya anak penyandang tunagrahita