• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

OLEH :

ENDAH PURNAMASARI 1110051000051

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah.

Badan Kontak Majelis Taklim merupakan suatu badan atau forum untuk mengkaji permasalahan yang ada dalam majelis taklim, sebagai usaha meningkatkan kualitas majelis taklim. BKMT terus berkembang dan telah memiliki perwakilan di 33 provinsi diseluruh Indonesia. Salah satunya BKMT Kota Tangerang Selatan merupakan pengurus daerah yang telah banyak melakukan kegiatan berdasarkan program kerjanya dalam rangka untuk meningkatkan kualitas majelis taklim maupun kegiatan lainnya untuk syiar Islam. Dalam perkembangan BKMT Kota Tangerang Selatan mempunyai anggota majelis taklim yang jumlahnya semakin bertambah. Adapun yang menjadi anggota BKMT adalah seluruh majelis taklim kaum ibu di wilayah Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini cukup memperhatikan pentingnya strategi dalam menyampaikan dakwah Islam. Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini terkait pada bagaimana perumusan strategi dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan, bagaimana penerapan strategi dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan dan bagaimana penilaian strategi dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan.

Penulis dalam hal ini memakai teori strategi Fred R David, bahwa dalam proses strategi ada beberapa tahapan-tahapan yaitu perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Penerapan strategi berarti mobilitasi karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Penilaian strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategi. Manajer mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena metode kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif dan lebih mendalam, baik berupa kata-kata tertulis yaitu data atau secara lisan untuk memperoleh pemahaman program dan kegiatan di Pengurusan Daerah maupun Pengurusan Cabang BKMT Kota Tangerang Selatan. Melalui pendekatan ini penulis berusaha mengkaji strategi dakwah yang dilakukan pengurus dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan BKMT Kota Tangerang Selatan.

(6)

ii

Tuhan semesta alam, Yang Maha Pemberi Cahaya, Maha Pemberi Ilmu, dan

Maha Pemberi Hidayah. Dengan segala rahmat dan nikmat yang dilimpahkan

tanpa pernah putus, akhirnya penulis dapat merampungkan penelitian skripsi ini.

Shalawat beriring salam sejahtera semoga selalu tercurah keharibaan baginda

Nabi, manusia termulia, insan yang paling utama, pembawa risalah kebenaran

hingga akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Demikian pula kepada keluarga,

para sahabat dan pengikutnya.

Penyelesaian skripsi ini bukanlah perkara yang mudah dan instan. Begitu

banyak halangan melintang yang membuat penyelesaiannya tersendat. Tak ayal

begitu banyak hal yang harus penulis korbankan agar skripsi dapat terselesaikan

dengan baik. Namun berkat uluran tangan dan motivasi yang tak henti dari

berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat rampung seperti yang

diharapkan.

Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan

terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,

MA, Wakil Dekan Bid. Akademik Dr. Suparto, M. Ed, MA, Wakil Dekan

Bid. Administrasi Umum Drs. Jumroni, M. Si dan Wakil Dekan Bid.

Kemahasiswaan Drs. Wahidin Saputra, MA. telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah

(7)

iii

Komunikasi dan Penyiaran Islam yang penuh dengan kesabaran banyak

membantu penulis dalam memberikan informasi.

3. Bapak Drs. S. Hamdani, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan sabar membimbing, mengarahkan, serta memotivasi dengan

memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Kepada semua Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis

mengikuti perkuliahan.

5. Kepada Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah membantu mencari literatur untuk penyelesain skripsi ini.

6. Kepada Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu mencari literatur untuk penyelesain skripsi ini.

7. Kepada Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan semua persyaratan

penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

8. Ketua dan pengurus Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota

Tangerang Selatan dan para pimpinan PC. BKMT se-Kota Tangerang

Selatan, selaku subyek dalam penelitian saya, yang telah menerima dan

(8)

iv

Aren, Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong

Utara terima kasih atas bantuan data yang diberikan sehingga penulis

dapat merampungkan skripsi ini.

10.Kepada kedua orang tua tersayang, Bapak Ghozalie Sahlan dan Mamah

Hj. Astariati S.Ag yang selalu mencurahkan kasih sayang yang begitu

besar dan selalu berusaha memenuhi kebutuhan penulis baik moril

maupun materil. Serta yang selalu memanjatkan do’a yang tak henti agar penulis selalu mendapatkan yang terbaik.

11.Kakak-kakak dan adik-adik tersayang Eka Rahayu, S.Sos.I, H. Amsori

S.Sos.I, Muchlis Sahlan SH.I, Sri Dewi Komalasari AM.Kep, Fauzan

Akbar dan Teguh Maulana Ahsan serta keponakanku tersayang Zahra

Khumaira, Carissa Anindya Putri dan Rafardhan Al-Fareza yang selalu

membuat penulis bertambah semangatnya dalam menyelesaikan skripsi

ini.

12.Saudara Satrio Adhe Permana Putra, terimakasih atas perhatian, dukungan

yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman seperjungan, Alvionita Jayussarah, Eva Damayanti, Amanda

Rachmawati, Rosma Aliyah, Rika Fitrianti, Noor Aisyah, Sinta Taryas,

(9)

v

Nurafifah, Asri Andini, Indah Mawaddah.

15.Teman-teman KKN ULTRA 2013 Desa Pasilian – Kronjo Tangerang dan Teman-teman Paduan Suara VOC.

16.Teman-teman seperjuangan KPI B Angakatan 2010, terimakasih teman

atas dukungannya dan kenangan yang tak terlupakan dalam menuntut ilmu

bersama. Semoga ilmu yang kita miliki selalu bermanfaat dalam segala

hal.

Dan untuk semua pihak yang tak cukup untuk penulis sebutkan.

Semoga Allah SWT membalas dengan segala bentuk kebaikan. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih membutuhkan

penyempurnaan agar menjadi lebih baik lagi. Namun penulis berharap

semoga penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar

khususnya bagi penulis pribadi dan berbagai pihak, sehingga menjadi

tambahan khasanah keilmuan dan refrensi bagi dunia akademik terutama

di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Tangerang Selatan, April 2014

(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustakan ... 14

F. Kerangka Teori ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Dakwah ... 19

1. Strategi ... 19

2. Dakwah ... 23

3. Strategi Dakwah ... 40

B. Badan Kontak Majelis Taklim ... 42

1. Pengertian Majelis Taklim ... 42

2. Pengertian Badan Kontak Majelis Taklim ... 44

(11)

vii

D. Visi, Misi ... 53

E. Tujuan BKMT ... 53

F. Kepengurusan dan Struktur Organisasi ... 54

G. Program Kegiatan ... 68

H. Profil BKMT ... 60

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Perumusan Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah ... 64

B. Penerapan Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah ... 71

C. Penilaian Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran - saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(12)

1

A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama terakhir yang diturukan Allah kepada Nabi

Muhammad Saw, untuk membina umat manusia agar berpegang teguh kepada

ajaran-ajaran yang benar dan di Ridhai-Nya serta untuk mencapai kebahagiaan di

dunia dan di akhirat.

Islam adalah agama terakhir, yang merupakan agama penyempurna dari

keberadaan agama-agama sebelumnya. Perkembangan agama Islam yang di

sebarkan oleh Nabi Muhammmad SAW di Mekah kemudian di Madinah, dan

kemudian berkembang ke seluruh penjuru dunia tidak lain adalah adanya proses

dakwah yang di lakukan oleh para tokoh Islam. Perkembangan dakwah Islamiyah

inilah yang menyebabkan agama Islam senantiasa berkembang dan disebarluaskan

kepada masyarakat.1

“Islam adalah agama yang didalamnya terdapat ajaran untuk

melaksanakan dakwah baik secara kelompok maupun perorangan dan aktivitas

atau usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan

taraf dan tata nilai hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT dan

Rasulullah saw”.2

Dakwah adalah sebuah aktivitas penyampaian ajaran Islam yang sangat

dibutuhkan manusia. Dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan

1

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, t.t.), Cet ke-2, h. 16-17.

2

(13)

kebijakan kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kemaslahatan dan ke bahagiaan di dunia dan akhirat.3 Dasar dakwah

adalah amar makruf dan nahi munkar, sedangkan tujuannya ialah islamisasi dalam

kehidupan manusia, pribadi dan masyarakat.4

Pada dasarnya kegiatan dakwah adalah “suatu proses komunikasi antara

seorang da’i dengan mad’unya karena dengan komunikasi seorang dapat

menyampaikan apa yang ada didalam pikirannya dan apa yang di rasakan kepada

orang lain”. 5 Dakwah juga merupakan spirit untuk memperjuangkan penanaman nilai kebenaran kedalam jiwa manusia.

Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan

muslimah untuk menyiarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Keberadaannya

menjadikan Islam tegak dan kokoh dimuka bumi ini. Aktivitas dakwah dalam

Islam yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya

aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena

itu, maka dapat di mengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah di atas

pundak setiap pemeluknya.

Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam

bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan dalam suatu sistem kegiatan manusia

beriman. Dan dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara, rasa, berfikir

dan bertindak.

3

Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya, 2004), Cet. ke-1 hal. 3.

4

Firdaus, Panji-Panji Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya, 1991), Cet. ke-1, hal. 4.

5

(14)

Jika proses itu tercapai, maka seorang mubaligh sebagai komunikator

harus mampu mengemas materi agar dapat dikomunikasikan secara efektif yang

salah satunya dengan menggunakanbahasa yang baik dan benar, mudah di pahami

dan diserap oleh mad’u dengan tujuan agar dakwah yang disajikannya tidak

kering, gersang, dan hambar yang mudah diabaikan.6

Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 114, bahwasannya bagi mereka yang

menyeru padayang makruf dan mencegah pada yang munkar, maka mereka itulah

orang-orang yang saleh, Allah SWT, berfirman :

































mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh

kepada yang makruf, dan mencegah yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”

Dengan adanya aktivitas dakwah, para ulama mempunyai peranan penting

dan menentukan suatu keberhasilan seorang da’i atau da’iyah unutk

menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian

dan kemampuan untuk meyampaikan pada mad’u dan di terima dengan

baik.Kegagalan pelaksanaan dakwah yang sering terjadi disebabkan ketidak

pahaman dan kurang telitinya seorang da’i maupun da’iyah dalam strategi

berdakwah.

6

(15)

Dakwah Islam memerlukan strategi baru yang mampu mengantisipasi

perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu dalam rekayasa

peradaban islam sekarang ini guna menyongsong kebangkitan ummat di zaman

modern diperlukan formasi strategi yang tepat.7

Dari uraian di atas, amat perlulah umat Islam memahami jalan dakwah

yang lurus. Jalan itulah yang akan memenangkan agama serta memuliakan kaum

muslim. Tidak setiap orang yang bergerak dalam berdakwah dan jihad dapat

memahami dan mengenal jalan ini.8

Di sinilah peran sebuah lembaga atau organisasi Islam.Dengan adanya

lembaga ini di harapkan mampu memberikan solusi umat terhadap berbagai

masalah kehidupan. Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah

organisasi, terutama strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada

suatu pencapaian tujuan yang yang diinginkan.

Pada hakikatnya strtegi merupakan serangkaian perencanaan atau suatu

keputusan manajerial yang strategis untuk mencapai tujuan-tujuan yang

ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah, strategi

mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan dakwah, bila

strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivis dakwah akan

tersusun secara sistematis dan teratur.9

7

M.Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. ke-1, h. 33.

8

Abdurrahman Abdul Khaliq, Strategi Dakwah Syar’iyah, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1996), cet. ke-1 h. 113.

9

(16)

Beragam cara yang di tempuh oleh umat Islam dalam mengembangkan

dakwah dan mempertahankan ajaran Islam. Diantaranya adalah pengembangan

institusi Pendidikan, Majelis Taklim, Qira’at al-Qur’an dan lain-lainnya.

Oleh karena itu untuk “mempermudah dakwah Islam maka dibentuklah suatu organisasi yang merupakan sebuah kekuatan ummat yang disusun dalam satu kesatuan berupa bentuk persatuan mental dan spiritual serta fisik material dibawah komando pimpinan sehingga dapat melaksanakan tugas lebih mudah, terarah, dan jelas motivasinya serta jelas arah tujuannya sehingga dapat mengetahui tahap-tahap yang harus dilaluinya”.10

Badan Kontak Majelis Taklim merupakan suatu badan atau forum untuk

mengkaji permasalahan yang ada dalam majelis taklim, sebagai usaha

meningkatkan kualitas majelis taklim.11

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) sebagai induk atau umbrella dari

ribuan majelis taklim yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, diakui telah

menyumbangkan peran yang amat besar dalam ikut serta mencerdaskan

kehidupan umat dan bangsa khususnya dalam mengajarkan agama dan penguatan

moral bangsa. BKMT terus berkembang dan telah memiliki perwakilan di 33

propinsi diseluruh Indonesia.12

Berdasarkan tujuan organisasi BKMT yaitu meningkatkan peranan dan

kualitas majelis taklim itulah, yang membuat BKMT untuk mengembangkan

organisasinya keseluruh wilayah Indonesia yang mempunyai susunan organisasi

dan kepengurusan terdiri dari Pusat, Wilayah, Daerah dan cabang. Salah satunya

adalah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan yang

10

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Kalangan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. ke-1, h. 64.

11

Panitia Mubes IV BKMT, Lima Belas Tahun Kiprah BKMT, (Jakarta: 1996), h. 35.

12

(17)

merupakan pengurusan daerah dari provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan

merupaka daerah otonom di Provinsi Banten. Kota yang terbilang masih sangat

muda ini merupakan wilayah pemekaran dari kabupaten Tangerang yang berdiri

pada 26 November 2008. Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun

2012 berdasarkan hasil verifikasi data ganda oleh Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil adalah 1,226,359 orang terdiri dari laki-laki 636,000 orang dan

perempuan 590,359 orang. Semua peduduk tersebut tersebar dibeberapa

kecamatan, diantaranya adalah kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang,

Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Dengan luas wilayah 147,19

Km2, kepadatan penduduk kota mencapai 8,766 orang/Km2. Kepadatan tertinggi

terdapat di kecamatan Ciputat Timur yaitu 11,589 orang/Km2 sedangkan

kepadatan terendah di kecamatan Setu yaitu 4,475 orang/Km2.13

Dari ketujuh kecamatan yang ada di Tangerang Selatan tersebar pula

Pengurusan Cabang Per/Kecamatan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT).

Setiap pengurusan cabang BKMT tentulah memiliki strategi dalam berdakwah

bukan hanya untuk mengajak bergabung dalam organisasi yang tidak hanya

berkumpul dan belajar agama, akan tetapi sebagai forum umat Islam, BKMT

mempunyai fungsi, peranan dan potensi yang besar dalam menyemarakkan syiar

Islam dan meningkatkan kecerdasan umat. Oleh karena itu BKMT bersifat terbuka

untuk semua kaum muslimin. Akan tetapi dalam realitanya anggota BKMT

kebanyakat kaum muslimat, yaitu kaum ibu.

13

(18)

BKMT Kota Tangerang Selatan sebagai pengurus daerah telah banyak

melakukan kegiatan berdasarkan program kerjanya dalam rangka untuk

meningkatkan kualitas majelis taklim maupun kegiatan lainnya untuk syiar

Islam.Dalam perkembangan BKMT Kota Tangerang Selatan mempunyai anggota

majelis taklim yang jumlahnya semakin bertambah. Adapun yang menjadi

anggota BKMT adalah seluruh majelis taklim kaum ibu di wilayah Kota

Tangerang Selatan.

Keberadaan majelis taklim sekarang ini sudah semakin banyak jumlahnya,

hal ini dapat dilihat dengan adanya aktivitas dan strategi dakwah yang dilakukan

BKMT Kota Tangerang Selatan ini dikarenakan kesadaran masyarakat akan

kebutuhan spiritual yang tidak dapat dihilangkan dalam kehidupan sebagai

manusia, salah satu pemicu bertambahnya jumlah anggota dan majelis taklim bisa

dikatakan suksesnya strategi dakwah yang dilakukan BKMT Kota Tangerang

Selatan.

Dalam mengkoordinir majelis-majelis taklim dan anggota jamaah lainnya,

tentu organisasi ini harus mengetahui strategi dakwah apa yang tepat digunakan.

Terlebih lagi untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu, agar setiap proses

dakwahyang mereka lakukan dapat berjalan dengan lancar dan program BKMT

Kota Tangerang Selatan dapat terealisasikan dengan baik maka dibutuhkan

strategi dakwah yang tepat dan efektif dalam setiap kegiatan dakwah ke seluruh

majelis taklim kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Maka sebagai organisasi majelis taklim sudah sewajarnya jika setiap

(19)

tepat dengan majelis-majelis taklim dan para jamahnya yang terkait dalam

mewujudkan program dakwah mereka.

Berdasarkan alasan sebagaimana yang telah di uraikan di atas, penulis

merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai Strategi

Dakwah. Demikian penelitian ini mengangkat judul tentang “Strategi Dakwah

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.Pembatasan Masalah

Penelitian ini lebih terarah dan pembahasannya tidak meluas, maka

penulis membatasi penulisan pada Strategi Dakwah Pengurusan Daerah

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam

Menjalin Ukhuwah Islamiyah. Alasan Penelitian dilakukan kepada

Pengurus Daerah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang

Selatan karena penulis ingin mengetahui lebih dalam Strategi Dakwah

pada PD. BKMT Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah

Islamiyah, serta dua kepengurusan cabang BKMT yang memiliki jumlah

majelis taklim terendah dan jamaah terbanyak dalam menyiasati strategi

dakwah.

2. Perumusan masalah

(20)

a. Bagaimana Perumusan Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim

(BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah

Islamiyah?

b. Bagaimana Penerapan Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim

(BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah

Islamyiah?

c. Bagaimana Penilaian Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim

(BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah

Islamiyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana perumusan strategi dakwah yang

digunakan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota

Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah .

b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan atau tahapan-tahapan

dalam strategi dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT)

Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah.

c. Untuk mengetahui penilaian strategi dakwah Badan Kontak

Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin

Ukhuwah Islamiyah.

2. Manfaat penelitian

(21)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah

ilmu pengetahuan kepada mahasiswa / mahasiswi terutama jurusan

komunikasi penyiaran Islam agar mengetahui Strategi Dakwah

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan

Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah .

b. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis penelitian ini juga dapat di jadikan sebagai

bahan masukan dan pedoman kepada majelis taklim, lembaga atau

organisasi yang ada, khususnya Badan Kontak Majelis Taklim

(BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah

Islamiyah, mengenai strategi dakwah bagi majelis taklim dalam

merencanakan maupun merealisasikan program-programnya,

sehingga secara kualitas dan kuantitas BKMT dapat memberikan

sumbang saran kepada praktisi di bidang kelembagaan agama

khususnya Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang berada di

Kota Tangerang Selatan.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena metode

kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif dan lebih mendalam,

baik berupa kata-kata tertulis yaitu data atau secara lisan (wawancara).14

14

(22)

Menurut M. Nazir dalam buku metodologi penelitian menyatakan,

bahwa metode penelitian deskriptif merupakan proses pencarian fakta,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.15 Berdasarkan

metode penelitian tersebut, penulis mendapatkan data penelitian yang

bersifat deskriptif sehingga penulis dapat menganalisis dan menelaah lebih

dekat, mendalam, dan menyeluruh untuk mendapatkan gambaran yang

jelas mengenai Strategi Dakwah Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT)

Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiyah.

2. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada periode bulan Febuari-April 2014 di

sekertariat PD. Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang

Selatan yang bertempat di Jalan Ketapang II Pamulang Barat - Tangerang

Selatan, maupun penelitian diberbagai kegiatan BKMT Kota Tangerang

Selatan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah Badan Kontak Majelis Taklim

(BKMT) Kota Tangerang Selatan. Sedangkan yang menjadi objek

penelitian ini adalah Strategi Dakwah yang dilakukan Badan Kontak

Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin

Ukhuwah Islamiyah.

15

[image:22.595.101.517.216.599.2]
(23)

4. Teknik dan Alat Pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan

permasalahan penelitian ini, penulis mengadakan komunikasi secara

langsung dan tidak langsung, dengan menggunakan alat (instrument)

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan

secara sistematis dari fenomena yang di teliti.16 Dengan penelitian langsung oleh penulis terhadap kegiatan BKMT Kota Tangerang

Selatan untuk mendapatkan data mengenai Strategi Badan Kontak

Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin

Ukhuwah Islamiyah, selama kurang lebih tiga bulan dengan observasi

langsung ke sekretariat Pengurusan Daerah BKMT Kota Tangerang

Selatan dan beberapa kegiatan yang dilaksanakan BKMT. Sehingga

penulis dapat mendapatkan jawaban atau bukti atas pelaksanaan untuk

mengetahui dan mengamati bagaimana Strategi Dakwah Badan Kontak

Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin

Ukhuwah Islamiyah .

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah pengumpulan data dengan cara

mengadakan Tanya jawab secara langsung antara pewawancara

16

(24)

(interviewer) dengan terwawancara (interviewee).17 Penulis melakukan wawancara langsung dengan Ketua Umum PD Kota Tangerang

Selatan Hj. Tati Astariati untuk mengetahui jawaban langsung tentang

strategi dakwah yang BKMT lakukan dalam menjalin ukhwah

islamiah. Para pimpinan Pengurusan Cabang yang terdiri dari dua

Pimpinan Cabang BKMT yang memiliki jamaah dan majelis taklim

terbanyak adalah PC. BKMT Kec. Ciputat Timur Ibu Hj. Atikah dan

PC. BKMT Kec. Pamulang Ibu Hj. Sri Noor Lenawati serta dua

Pimpinan Cabang BKMT yang memiliki jumlah jamaah dan majelis

taklim terrendah yaitu PC. BKMT Kec. Setu Ibu Hj. Eneng Suhartini

dan PC. BKMT Kec. Serpong Utara Ibu Yuyun, guna memperoleh

atau mendapatkan informasi tentang strategi dakwah BKMT, serta

wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab

perumusan masalah yang peniliti ajukan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan dan pengambilan data

yang di peroleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen untuk

memperkuat informasi.18 Dalam hal ini peneliti melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, dokumen BKMT

Kota Tangerang Selatan. Tujuannya untuk mendapatkan informasi

yang mendukung analisis dan interpretasi data.

17

Ibid., h.145.

18

(25)

5. Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan analisis

data. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu

suatu metode dalam penulisan sekelompok manusia, suatu objek, suatu

kondisi, suatu pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.19 Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif terhadap strategi dakwah BKMT Kota Tangerang Selatan Dalam

Menjalin Ukhuwah Islamiyah, yaitu suatu analisis data dimana penulis

terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh kemudian

menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis dalam

bentuk kalimat-kalimat.

6. Teknik Olah Data

Teknik olah data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara

mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui wawancara, tinjauan

lokasi, serta dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian

kemudian peneliti menjabarkan, menerangkan, menginterpretasikan

data-data secara apa adanya. Kemudian memberi kesimpulan. Sedangkan

teknik dan metode penulisan laporan penelitian ini, penulis mengacu

kepada “Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi)” yang ditertibkan oleh CeQDA UIN JakartaTahun 2007.

19

(26)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan

tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

berbagai sumber buku yang didapati sebagai literatur penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, antara lain:

1. “Manajemen Strategi Konsep”, Penulis Fred R. David, Jakarta: Salemba

Empat, 2012.

2. “Manajemen Dakwah”, Penulis Muhammad Munir S.Ag MA dan Wahyu

Ilahi S.Ag MA, Jakarta: Kencana, 2009.

3. “Ilmu Dakwah”, Penulis Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag., Jakarta:

Kencana, 2009.

4. “Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)” Oleh

Pimpinan Pusat Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Jakarta: Agustus

2008.

Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang telah penulis

lakukan sampai saat ini tidak menemukan judul yang serupa dengan judul

yang penulis ajukan dan perbedaan antara judul penulis dengan judul

sebelumnya.

1. “Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA) Dalam

Meningkatkan Nilai-Nilai Keislaman Para Pemuda Di Kampung Areman

Cimanggis Depok, ” Oleh Indra Dita Puspito tahun 2011. Skripsi ini

(27)

Masjid Al-Hikmah dalam meningkatkan nilai-nilai keIslaman para

pemuda.

2. “Strategi Dakwah Pengurus Masjid Ittihadul Muhajirin Reni Jaya Baru –

Pamulang” Oleh Nur Ardiansyah tahun 2013.

Skripsi ini mendeskripsikan dan menganalisis tentang startegi dakwah

pengurus masjid Ittihadul Muhajirin.

3. “Strategi Dakwah DKM Al-Qolam, Depok” Oleh Fitriani Nurhasanah

tahun 2012. Skripsi ini mendeskripsikan dan menganalisis tentang strategi

dakwah dilingkungan DKM Al-Qolam dalam perencanaan strategis

dakwah di sekitar Depok.

Meskipun penulis menggunakan tema yang sama dengan skripsi di

atas, namun penelitian yang dilakukan penulis tetaplah beda. Walau

memliki kesamaan dari strategi dakwah tetapi dalam objek kajian berbeda.

Karena penulis menggunakan kajian strategi dakwah ini di Badan Kontak

Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin

Ukhwah Islamiah.

F. Kerangka Teori

Tahap-tahap

Manajemen Strategis

(Fred R. David)

Perumusan Strategi

Penerapan Strategi

(28)

Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap, pertama

perumusan strategi, kedua penerapan strategi, dan ketiga penilaian strategi.

Perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi, identifikasi

peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran antara

kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang,

pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk

mencapai tujuan.20 Penerapan strategi berarti mobilitasi karyawan dan

manajer untuk melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Penilaian

strategi adalah “tahap terakhir dalam manajemen strategi. Manajer mesti

tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik”.21

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah

sistematika penulisan yang yang dibagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri

dari beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab yang berisikan tentang latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teori, serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori Merupakan Landasan Teoritis Tentang

Dakwah yang di dalamnya meliputi pengertian strategi

dakwah yang terdiri pengertian strategi, dakwah dan

20

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Cet. ke-12, h. 6.

21

(29)

strategi dakwah. pengertian badan kontak majelis taklim

yang meliputi pengertian majelis taklim dan pengertian

Badan Kontak Majelis Taklim.

BAB III Gambaran Umum membahasa mengenai profil umum

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang

Selatan yaitu tentang sejarah berdirinya BKMT Kota

Tangerang Selatan, visi misi dan tujuan BKMT,

kepengurusan dan struktur organisasi BKMT Kota

Tangerang Selatan, program kegiatan Badan Kontak

Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan serta

tentang profil BKMT.

BAB IV Temuan Dan Analisis Data Mengenai Strategi Dakwah

BKMT Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin

Ukuhuwah Islamiyah yaitu, perumusan strategi dakwah di

Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang

Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah Islamiah, penerapan

strategi dakwah di Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT)

Kota Tangerang Selatan Dalam Menjalin Ukhuwah

Islamiyah dan penilaian strategi dakwah Badan Kontak

Majelis Taklim (BKMT) Kota Tangerang Selatan Dalam

Menjalin Ukhuwah Islamiyah .

[image:29.595.98.514.249.597.2]
(30)

19

A. Strategi Dakwah 1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari kata Yunani strategos, yang berarti jendral.

Oleh karena itu, kata strategi secara harfiah berarti “seni para jendral”.

Kata ini mengacu pada apa yang merupakan perhatian utama manajemen

puncak orgnisasi. Secara khusus, strategi adalah ‘penempaan’ misi

perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan

eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk

mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga

tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.1

Secara istilah, strategi adalah “proses penentuan rencana yang

disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi

perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk

memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang

tepat oleh perusahaan”.2

Penggunaan kata strategi dalam suatu organisasi di artikan sebagai

“kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam

melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi

1

George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1997), h. 18.

2

(31)

organisasi”.3

Dalam kamus manajemen, strategi adalah rencana yang tepat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling hubungan

dalam hal waktu dan ukuran.4

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, strategi merupakan ilmu

dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan

kebijaksanaan tertentu diperang dan damai.5

Untuk mengetahui lebih jelas pengertian strategi, penulis

mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa

pakar, antara lain:

1. Pendapat Onong Uchayana Efendi, mengatakan:

“Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (Planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai sebagai peta jalan yang hanya memberika arah saja, melainkan harus mampu menunjukan taktik operasionalnya”.6

2. Pendapat Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip oleh Husein

Umar dalam buku „Strategic Managemen in Action’, strategi

didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut

dapat dicapai.7

3

Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2000), Cet ke-1, h. 147.

4

B. N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: CV Muliasari, 2005), Cet ke-2, h. 340.

5

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed,3 – Cet. ke-2, h. 1092.

6

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana 2009), Cet. ke-2, h. 351.

7

(32)

3. Henry Mintzberg, berpendapat memiliki lima pengertian strategi:

a. Rencana : Suatu petunjuk, suatu tuntunan atau tindakan yang

akan dilakukan, sesuatu yang memberi arah bagi

tindakan-tindakan di masa depan.

b. Pola : Perilaku yang konsisten antar waktu.

c. Posisi : Penentuan posisi dalam konteks persaingan.

d. Perspektif : Bagaimana suatu organisasi menjalankan

kegiatannya.

e. Permainan : Kumpulan manuver untuk “menjinakkan” pihak

lawan atau suatu cara yang dilakukan untuk mengecoh pesaing.

Meskipun demikian, mazhab yang dominan adalah mazhab yang

melihat strategi sebagai suatu rencana. Strategi dipandang sebagai suatu

yang dibuat untuk mengamankan masa depan. Pertama-tama, strategi

dinilai yang berurusan dengan masa depan. Kata “strategi” berkonotasi

antisipasi, prediksi dan hal-hal lain yang penuh dengan ketidakpastian.8

b. Tahap – tahap Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada

tahapan-tahapan yang harus ditempuh, perumusan strategi, penerapan

strategi dan penilaian strategi.

8

(33)

1). Perumusan Strategi

Perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi,

identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran

antara kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka

panjang, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi

tertentu untuk mencapai tujuan.9 2). Penerapan Strategi

Penerapan strategi sering kali disebut “tahap aksi” dari

manajemen strategis. Menerapkan strategi berarti mobilitasi karyawan

dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah dirumuskan.

Sering kali dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen

strategi, penerapan atau implementasi strategi membutuhkan disiplin,

komitmen, dan pengorbanan personal. Penerapan strategi yang berhasil

bergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan,

yang merupakan seni dari pada pengetahuan. Strategi tersebut

dirumuskan, namun bila tidak diterapkan tidak ada gunanya.10

Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang

suportif pada strategi, menciptakan stuktur organisasi yang efektif,

pengetahuan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran,

pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan

kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.11

9

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta:Salemba Empat, 2012), Cet. ke-12, h. 6.

10

Ibid. h. 7.

11

(34)

3). Penilaian Strategi

Penilaian strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen

strategi. Manajer mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan

dengan baik. Penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama

untuk memperoleh informasi semacam ini. Semua strategi terbuka

untuk di modifikasi di masa yang akan datang karena berbagai faktor

eksternal dan internal terus menerus berubah.12

2. Dakwah

a. Pengertian Dakwah

Secara etimologi (bahasa) kata dakwah berasal dari bahasa

Arab, yaitu da’a, yad’u yang artinya mengajak, mengundang, atau

memanggil. Kemudian menjadi kata da’watun yang artinya panggilan

atau undangan. Istilah lain yang identik dengan kata dakwah adalah

tabligh. Kata tabligh adalah berasal dari bahasa arab: ballagha,

yuballighu yang artinya menyampaikan. Kata itu kemudian menjadi

kata tabligh yang artinya menyampaikan suatu pesan.13

Sedangkan secara terminologis dakwah Islam telah banyak

didefinisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb memberi batasan dengan

“mengajak” atau “menyeru” kepada orang lain masuk ke dalam sabil

Allah Swt. Bukan untuk mengikuti da’i atau sekelompok orang.14

12

Ibid.,h. 7.

13

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. ke-1, h. 5.

14

(35)

Dakwah adalah sebuah aktivitas penyampaian ajaran Islam

yang sangat dibutuhkan manusia. Karena dakwah merupakan proses

mengajak manusia dengan kebijakan kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa. Untuk kemasalahan dan ke

bahagiaan di dunia dan akhirat.15

Untuk mengetahui lebih jelas pengertian dakwah, penulis

mengedepankan pengertian dakwah yang dikemukakan oleh beberapa

tokoh dengan sudut pandang masing-masing, antara lain:

1). Menurut Ahmad Ghusuli menjelaskan bahwa dakwah merupakan

“pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya

mengikuti Islam”.16

2). Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah “satu proses

menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud

memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain”.17

3). Pendapat M. Natsir, seperti yang dikutip Samsul Munir Amin,

dalam buku „Ilmu Dakwah’ dakwah didefinisikan sebagai:

“Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an -nahyu an munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan berkemasyarakat dan perikehidupan bernegara”.

15

Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya, 2004), Cet. ke-1, h. 3.

16

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet ke-1, h. 14.

17

(36)

4). Menurut Dr. M. Quraish Shihab, seperti yang dikutip oleh Samsul

Munir Amin dalam buku ‘Ilmu Dakwah’, dakwah didefinisikan

sebagai:

“Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyrakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi sekaran ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran-ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek”.18

5). Pendapat Ibnu Taimiyah, seperti yang dikutip oleh Samsul Munir

Amin dalam buku ‘Ilmu Dakwah’ dakwah didefinisikan sebagai

“suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada

Allah, percaya dan menaati apa yang telah diberitakan oeh rasul

serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan

melihat-Nya”.

Adapun menurut hemat penulis dakwah adalah suatu aktivitas

yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan

pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran

Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan

individual maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan

manusia baik di dunia maupun di akhirat, dengan menggunakan media

dan cara-cara tertentu.

Pemahaman-pemahaman definisi dakwah sebagaimana

disebutkan diatas, meskipun terdapat perbedaan-perbedaan kalimat,

18

(37)

namun sebenarnya tidaklah terdapat perbedaan-perbedaan kalimat,

namun sebenarnya tidaklah terdapat perbedaan prinsipil. Dari berbagai

perumusan definisi di atas, kiranya bisa disimpulkan sebagai berikut.

a. Dakwah itu merupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan

dengan sengaja atau sadar.

b. Usaha dakwah tersebut berupa ajakan kepada jalan Allah dengan

al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu al-munkar.

c. Usaha tersebut dimaksudkan untuk mencapai cita-cita dari dakwah

itu sendiri yaitu menuju kebahagiaan manusia di dunia maupun di

akhirat.

Dakwah juga dapat di artikan sebagai proses penyampaian

ajaran Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah

tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan

usaha pengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life,

manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang

lebih baik.19

Masih banyak lagi definisi dakwah yang dikemukakan oleh

para ahli. Namun demikian, dari beberapa definisi tersebut penulis

menyimpulkan bahwa dakwah ialah seruan atau suatu usaha mangajak

manusia untuk berada di jalan Allah SWT, yaitu dengan menjalankan

segala perintah yang telah di tetapkan, serta meninggalkan segala

19

(38)

bentuk perbuatan yang dilarangnya. Semuanya itu bertujuan untuk

mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.

b. Unsur – unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang

terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah

da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi

dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode dakwah), dan

atsar (efek dakwah).

1). Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan,

tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu,

kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan

mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun

sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena

masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang

menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah

agama, khatib (orang yang berkhotbah), dan sebagainya. Siapa saja

yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya

menjadi seorang da’i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah

yang nyata dan kokoh.Dengan demikian, wajib baginya untuk

mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syariah,

(39)

dan keterampilan khusus, maka kewajiban berdakwah dibebankan

kepada orang –orang tertentu.

Nasarudin Latief mendefinisikan bahwa da’i adalah

“muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu

amaliah pokok bagi tugas ulama”. Ahli dakwah adalah wa’ad,

mubaligh mustama’in (juru penerang) yang menyeru, mengajak,

memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah

tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang

dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap problema

yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya

untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah

dan tidak melenceng.20

2). Mad’u (Mitra Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau

manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai

kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau

dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia

yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak

mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada

20

(40)

orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan

kualitas iman, Islam dan ihsan.21

Masyarakat sebagai obyek dakwah atau sasaran dakwah

adalah salah satu unsur yang penting didalam sistem dakwah yang

tidak kalah peranannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah

lain. Oleh sebab itu, masalah masyarakat ini seharusnyalah

dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas

dakwah yang sebenarnya. Maka dari itu sebagai bekal dakwah bagi

seorang da’i atau muballigh hendaknya memperlengkapi diri

dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat

hubungannya dengan masalah masyarakat ini.

Klasifikasi sasaran dakwah:

1. Tempat tinggal

a. Masyarakat kota

b. Masyarakat desa

2. Struktur masyarakat

a. Masyarakat industri

b. Masyarakat agraris

3. Pendidikan

a. Berpendidikan

b. Tidak berpendidikan

21

(41)

4. Kekuasaan

a. Elite / Pemimpin

b. Rakyat

5. Agama

a. Islam

b. Bukan Islam

6. Sikap terhadap dakwah

a. Cinta kepada agamanya (Islam)

b. Simpatisan agama lain tapi bukan Islam

7. Umur

a. Anak-anak (6-13 tahun)

b. Remaja (14-18 tahun)

c. Pemuda (18-35 tahun)

d. Orang tua (35-55 tahun)

e. Lanjut usia (55 tahun keatas).22

3). Maddah (Materi)Dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang

disampaikan da’i kepada mad’u.Dalam hal ini sudah jelas bahwa

yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.23 Materi dakwah, tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak dengan berbagai macam

22

Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet ke-1, h. 58-59.

23

(42)

cabang ilmu yang di peroleh darinya. Materi yang disampaikan

oleh seorang da’i haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu. Seseorang yang intelektualitasnya rendah harus disampaikan dengan bahasa dan contoh yang di mengerti oleh mereka.24

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan

dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah

dikatakan bahwa materi dakwah dapat dikladifikasikan menjadi

tiga hal pokok, yaitu:

a) Masalah Keimanan (aqidah)

Aqidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad bathiniyah yang

mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan

rukun iman. Bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya

tertuju pada masalah-masalah yang wajib di-imani, akan tetapi

materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang

sebagai lawannya, misalnya syirik (menyekutukan Tuhan),

ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.25 b) Masalah KeIslaman (syar’iyah)

Syar’iyah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan

amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan atau

hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama

manusia.26

24

Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1, h. 59

25

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60-61.

26

(43)

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan

mengikat seluruh umat Islam.Ia merupakan jantung yang tidak

terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru

dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan.

Kelebihan dari materi syariah Islam antara lain. Syariah ini

bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan

nonmuslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Adanya materi

syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan

sempurna.

Di samping mengandung dan mencakup kemaslahatan

sosial dan moral, maka materi dakwah dalam bidang syariah ini

dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar,

pandangan yang jernih, dan kejadian secara cermat terhadap

hujjah atau dalil-dalil dalam melihat setiap persoalan

pembaruan, sehingga umat tidak terperosok kedalam

kejelekkan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah

kebaikan.27

c) Masalah Budi Pekerti (akhlakul karimah)

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi

dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi

keimanan dan keIslaman seseorang. Meskipun akhlak ini

berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak

27

(44)

kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan

keIslaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna

keimanan dan keIslaman. Sebab Rasulullah saw, sendiri pernah

bersabda:

“Aku (Muhammad) diutus oleh Allah di dunia ini hanyalah untuk menyempurnakan akhlak” (hadits sahih).28

4). Wasilah (Media Dakwah)

Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk

menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.

Menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan

berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima

macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak, berikut

merupakan pengertian dari lima wasilah dakwah, yaitu:

a) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang

menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat

berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan

sebagainya.

b) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat

kabar, surat menyurat (korespondensil), spanduk, dan sebagainya.

c) Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan

sebagainya.

28

(45)

d) Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra

pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi, film

slide, internet, dan sebagainya.

e) Akhlak adalah media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata

yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat

dan didengarkan oleh mad’u.29

Dengan begitu banyaknya media dakwah yang tersedia,

maka seorang da’i haruslah memilih salah satu atau beberapa

media dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Tujuan dakwah yang hendak dicapai

Media dakwah yang dipakai semestinya haruslah sesuai dengan

tujuan yang dicapai sehingga tujuannya dapat tercapai dengan

efektif dan efesien.

b) Materi dakwah

Media yang dipakai semestinya sesuai dengan bahan dakwah yang

akan disampaikan.

c) Objek dakwah

Media dakwah yang dipilih haruslah mempermudah objek dakwah

memahami materi dakwah, sesuai dengan kondisi daerahnya,

sesuai dengan pola berfikir objek dakwah.

d) Kemampuan da’i

Seorang da’i harus mampu menggunakan media tersebut.

29

(46)

e) Ketersediaan media

Memilih media juga harus memperhatikan kemudahan

mendapatkan media tersebut dan biaya untuk menggunakannya.

f) Kualitas media

Kualitas media pun harus diperhatikan.30

5). Thariqah (Metode) Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan

secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana

sistem, tata pikir, manusia”. Sedangkan dalam metodologi pengajaran

ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang

sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.

Berkaitan dengan pengajaran ajaran Islam, maka pembahasan selalu

berkaitan dengan hakikat penyampaian materi kepada peserta didik

agar dapat diterima dan dicerna dengan baik.

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru

dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Pada suatu

penyampaian pesan dakwah, metode sangat sangat penting

peranannya, karena suatu pesan walau pun baik, tetapi disampaikan

lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh

30

(47)

penerima pesan. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada

umumnya merujuk pada surat an-Nahl 125:































                       

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan carayang

baik.Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: Bi Al-Hikmah,

Mau’izatul Hasanah; dan Mujadalah Billati Hiya Ahsan. Secara garis

besar ada tiga pokok metode (thariqah) dakwah, yaitu:

a). Bi Al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan

mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam

selanjutnya, mereka tidak lagi merasakan terpaksa atau keberatan.

b). Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasihatan-nasihatan atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam

dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang

disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

c). Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara

(48)

dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan

pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.31

6). Atsar (Efek Dakwah)

Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.

Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi

dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan

efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah).

Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan balik) dari

proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian

para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah

disampaikan, maka selesailah dakwah.Padahal atsar sangat besar

artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa

menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang

sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali.

Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat,

maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan

penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. Demikian strategi

dakwah yang dianggap baik dapat di tinggkatkan.

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan

secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara persial atau

setengah-setengah. Seluruh komponen sistem (unsur-unsur) dakwah

harus dievaluasi secara komprehensif. Para da’i harus memiliki jiwa

31

(49)

terbuka untuk melakukan pembaruan dan perubahan, disamping bekerja

dengan menggunakan ilmu. Jika proses evaluasi ini telah menghasilkan

beberapa konklusi dan keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan

korektif. Jika proses ini dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah

suatu mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah. Dalam bahasa

agama, inilah sesungguhnya yang disebut dengan ihktiar insani.32

7).Macam-macam Dakwah

Menurut Samsul Munir Amin, secara umum dakwah Islam itu dapat

dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu :

a) Dakwah bi Al-Lisan

Dakwah bi al-lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui

lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah,

diskusi, nasihat dan lain-lain. Metode ceramah ini tampaknya sudah

sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majlis taklim,

khutbah jumat di masjid-masjid atau ceramah pengajian-pengajian. Dari

aspek jumlah barangkali dakwah melalui lisan (ceramah dan yang

lainnya) ini sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di

tengah-tengah masyarakat.

b) Dakwah bi Al-Hal

Dakwah bi al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang

meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata

32

(50)

yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret

oleh masyarakat sebagai objek dakwah.

Dakwah bi al-hal dilakukan oleh Rasullulah, terbukti bahwa

ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah

membangun masjid Al-Quba mempersatukan kaum Anshar dan

Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh

Nabi yang dapat dikatakan sebagai dakwah bi al-hal.

c) Dakwah bi Al-Qolam

Dakwah bi al-qolam, yaitu dakwah melalui tulisan yang

dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku,

maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi

al-qolam ini lebih luas dari pada melalui media lisan, demikian pula

metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus

untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek

dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi al-qolam ini.

Dakwah bi al-qolam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal

menulis, yang kemudian disebarluaskan melalui media cetak (printed

publication). Bentuk tulisan dakwah bi al-qolam antara lain bisa

berbentuk artikel keIslaman, tanya jawab hukum Islam, rubrik dakwah,

rubrik pendidikan agama, kolom keIslaman, cerita religius, cerpen

religius, puisi keagamaan, publikasi khutbah, pamphlet keIslaman,

buku-buku dan lain-lain.33

33

(51)

3. Strategi Dakwah

Setelah membahas pengertian strategi dan dakwah, maka langkah

selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu

penggambungan dari strategi dan dakwah.

a). Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.34

Menurut Asmuni Syukir di dalam buku ‘Dasar-Dasar Strategi

Dakwah Islam’, mengartikan strategi dakwah merupakan “sebagai

metode, siasat, taktik atau maniuvers yang dipergunakan dalam

aktivitas (kegiatan) dakwah”.35

Al-Bayanuni mendefisinikan strategi dakwah (manabij

al-dakwah) adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana

yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.36

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:

(1). Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan

dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan

berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi

merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai

pada tindakan.

34

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-2, h. 349.

35

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 32.

36

(52)

(2). Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah

dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian

tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu

dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur

keberhasilannya.37

b). Asas-Asas Strategi Dakwah

Strategi dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik atau

maniuvers yang dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan) dakwah.

Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha

dakwah harus memperhatikan beberapa azas dakwah antara lain :

(1) Asas filosofis: Asas ini terutama membicarakan masalah yang

erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai

dalam proses atau dalam aktifitas dakwah.

(2) Asas kemampuan dan keahlian da’i: Asas ini menyangkut

pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i

sebagai subjek dakwah.

(3) Asas sosiologis: asas ini membahas masalah-masalah yang

berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.

Misalnya politik pemerintahan setempat, mayoritas agama di

daerah setempat, mayoritas agama setempat, filosofis sasaran

dakwah. Sosio kultural sasaran dakwah dan sebagainya.

37

(53)

(4) Asas psikologis: asas ini membahas masalah yang erat

hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seseorang da’i

adalah manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki

karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama

lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah

idiologi atau kepercayaan tak luput dari masalah-masalah

psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya.

(5) Asas efektifitas dan efesiensi: Asas ini maksudnya adalah

didalam aktivitas dakwah harus berusaha meseimbangkan

antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan

pencapaian hasilnya yang semaksimal mungkin. Dengan kata

lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu

Gambar

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
Gambaran Umum membahasa mengenai profil umum

Referensi

Dokumen terkait

Inilah yang menjadi perhatian penulis untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh lembaga Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat dalam mengembangkan dakwah islam di Patani

Strategi program SUARA diantaranya; Perencanan, yang dilakukan dengan jangka panjang berupa program yang diberikan penyiar melalui tema yang di request oleh pendengar atau pun

Yang kedua, saya mau mendistribusikan dana zakat itu dari BAZNAS Tangsel itu, yang pertama yaitu didistribusikan melalui BAZ Kecamatan gitu, jadi di alas...disitu

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Majelis Ta’lim Tuli Indonesia, dan yang menjadi objek penelitian adalah strategi dakwah dengan pendekatan tilawah,

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul STRATEGI DAKWAH GERAKAN NASIONAL ANTI NARKOBA (GANAS ANNAR) MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) KOTA BANDAR LAMPUNG adalah