• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Obstructive Sleep Apnoe (OSA) Pada Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Obstructive Sleep Apnoe (OSA) Pada Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

JUDUL: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBSTRUCTIVE SLEEP APNOE ( OSA ) PADA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 MEDAN

(2)

Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuisioner ini untuk mendapatkan data – data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Oleh itu saya berharap kesedian setiap guru untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar.Anda bebas memilih jawaban.Kerjasama guru-guru sangat dihargai.

DATA RESPONDAN

NAMA :

UMUR :

JENIS KELAMIN :

Lampiran Kuesioner

1. Menurut anda Obstructive sleep apnea (OSA) adalah A. nyenyak tidur

(3)

2. Dikatakan Obstructive sleep apnea (OSA) A. Cepat menimbulkan efek

B. Lambat menimbulkan efek

C. Tidak menimbulkan efek pada penderita

3.Sumbatan jalan nafas paling sering terjadi pada A. Nasopharynx dan oropharyx

B. Laring C. Trackea

4. Apakah gejala pada waktu malam yang dapat dilihat pada penderita

Obstructive sleep apnea (OSA)?

A. mendengkur B. Mengigil C. Deman tinggi

5. Apakah gejala pagi hari yang dapat dilihat pada penderita Obstructive sleep

apnea(OSA)?

A. rasa segar saat bangun B. mengantuk saat beraktivitas C. lapar

6. Usia yang paling beresiko untuk mendapat Obstructive sleep apnea (OSA)? A. 20 – 30 tahun

B. 30– 40 tahun C. 40 – 60 tahun

(4)

A. pria B. wanita

C. kedua - duanya

8. Siapa yang beresiko untuk mendapat Obstructive sleep apnea (OSA)? A. Orang yang besar lehernya

B. Orang yang tidak suka makan C. Orang yang kurang beraktivitas fisik

9. Apakah kegemukan dapat menyebabkan Obstructive sleep apnea (OSA)? A. Ya

B. Tidak C. Mungkin

10. Apakah merokok dapat menyebabkan Obstructive sleep apnea (OSA)? A. Ya

B. Tidak C. Mungkin

11. Siapa sajakah yang mempunyai resiko untuk menderita Obstructive sleep

apnea(OSA)?

A. Orang yang suka minum alkohol B. Orang yang gizi seimbang C. Orang yang suka berolahraga

12. Yang mempunyai resiko untuk menderita Obstructive sleep apnea (OSA)? A. Orang yang mepunyai kelainan pada langit-langit lunak

B. Orang yang kurus

C. Orang yang sering beraktivitas

(5)

(OSA)?

A. orang yang mengalami peradangan pada lambung ( Gastroesophageal reflux disease)

B. orang yang suka minum air hangat C. orang yang berotot besar

14.Masalah sleep apnoe yang kronis adalah? A.kemungkinan tertidur jarang

B. kemungkinan tertidur sering C.kemungkinan tertidur sebentar

15. Apakah Obstructive sleep apnea (OSA) dapat dicegah? A. Ya

B. Tidak C. Mungkin

16. Yang manakah dapat membantu untuk mencegah Obstructive sleep apnea (OSA)?

A. Sentiasa duduk

B. Orang yang kurang mengkonsumi makanan C. Tidak penggunaan alkohol dan obat-obatan

17. Adakah penderita Obstructive sleep apnea (OSA) dapat disembuhkan? A. Ya

B. Tidak C. Mungkin

(6)

(OSA)?

A. pola makan yang tidak sehat B. menghindari tidur terlentang C. menghindari beraktivitas berat

19. Menurut anda apakah dengan berolahraga dan menjaga berat badan dapat mencegahObstructive sleep apnea (OSA)?

A. Ya B. Tidak C. Mungkin

20. Menurut anda apakah ada terapi bedah untuk Obstructive sleep apnea (OSA)? A. Ya

B. Tidak C. Mungkin

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA :ESTHER LOURDES A/P LURDU SAMI

TEMPAT : JOHOR, MALAYSIA

TANGGAL LAHIR : 5 SEPTEMBER 1992

AGAMA : KRISTIAN

(7)

ALAMAT : A&W REST, JLN. DR. MANSYUR NO 3/3A SIMPANG PINTU 1 KAMPUS USU MEDAN RIWAYAT PENDIDIKAN : S.K. (1) SUBANG JAYA (1999-2004)

: S.M.K.USJ 13 (2005-2009)

: PRESIDENT COLLEGE (JAN-JUL 2010)

: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (AUG 10) RIWAYAT ORGANISASI : AHLI PERSATUAN KEBANGSAAN PELAJAR-

PELAJAR MALAYSIA DI INDONESIA(PKPMI)

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernama Esther Lourdes adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Obstructive Sleep Apnoe (OSA) Pada

Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

(8)

akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika guru bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan guru menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2013 Peneliti,

(Esther Lourdes)

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Esther Lourdes mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama, dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Obstructive Sleep Apnoe (OSA) Pada

Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

(9)

Responden,

(10)

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

1. Perbanyak lembar penjelasan (52 x @ Rp 100,00) :Rp 5.200,00 2. Perbanyak lembar persetujuan (52 x @ Rp 100,00) :Rp 5.200,00 3. Perbanyak kuesioner (52 x @ Rp 100,00) :Rp 5.200,00 4. Reward untuk responden penelitian (52 x @ Rp 5000,00) :Rp 260.000,00 5. Transportasi :Rp 60.000,00 6. Mencetak proposal dan hasil penelitian(kertas dan tinta printer) :Rp 250.000,00 7. Jilid biasa (10 x @ Rp 2.000,00) :Rp 20.000,00 8. Jilid lux ( 5 x @ Rp 15.000,00) :Rp 75.000,00

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Abu S.M. Shamsuzzaman,2008, Obstructive Sleep Apnea, Implications for

Cardiac and Vascular Disease. Available

from:http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=197410(Access ed: 20 April 2013)

American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMS)., 2008.

Snoring and Sleep Apnea.Available

(12)

AnwarusySyamsi,Obstructive Sleep Apnoe, 2009, Avaiable from:http://www.pdf.com/doc/17841206/Obstructive-Sleep-Apnea (Accessed: 23 April 2013)

Carson-DeWitt, R., 2009.Risk Factors for Sleep ApneaAvailable from: http://www.mbmc.org/healthgate/GetHGContent.aspx?token=9c315661-83b7 472d-a7ab-bc8582171f86&chunkiid=20184 (Accessed:23 April 2013)

Dorinda, 6 My 2010, Penanganan Penderita Sleep Apnoe dan Kebiasaan

Mendengur, Avaiable

from:http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31670 (Accessed: 23 April 2013)

Harvey Simon, 2012. Obstructive Sleep Apnea, University of Maryland Medical

Center. Available

from:http://edu/health/medical/reports/articles/obstructive-sleep-apnea(Accessed:24 April 2013)

Health-Cares.Net., 2005.Obstructive sleep apnea: Clinical and diagnostic

features. Available from:

http://neurology.health-cares.net/sleep-apnea-types.php (Accessed:23 April 2013)

Judarwanto, W., 3 sept. 2009. Obstructive sleep apnea/hypopnea syndrome

(OSAHS).Availablefrom:http://sleepclinic.wordpress.com/2009/09/03/ob

structive-sleep-apneahypopnea-syndrome-osahs/(Accessed:23 April 2013)

(13)

Kumar, P,. Clark, M .,2006 : Diseases of the lower respiratory tract. In : Clinical Medicine, 6th edt, Elsevier Saunders Publication Ltd,: 907-908 Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)., 4 june 2009. Availablefrom:http://www.mayoclinic.com/health/obstructive sleepapnea/DS00968/DSECTION=treatments-and-drugs(Accessed:24 April 2013)

Medicastore.com.,2010. Obstructive Sleep Apnea.Available from: http://medicastore.com/penyakit/3023/Obstructive_Sleep_Apnea.html (Accessed:27 April 2013)

Mohamed, Emthadhullah B. Seeni, 2010, Obstructive Sleep Apnoe, Avaiable from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21368 (Accessed: 24 April 2013)

Omidvari K. Sleep disorders. In: Ali juzar, Summer Warren, Levitzky Michael, editors.Pulmonary pathophysiology. New york: McGraw-Hill; 2000. p.283-90http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/OSA%20Diagnosis, patogenesis,skrining.pdf(Accessed :24 April 2013)

Patrick. J, 2012. Obstructive Sleep Apnea of the New England Journal Of

Medicine. Available

from:http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM199601113340207(Ac cessed: 1 May 2013)

(14)

Simon, H., 23 June 2009. Obstructive sleep apnea. Available from: http://www.umm.edu/patiented/articles/what_causes_sleep_apnea_00006 5_3.htm (Accessed:2 May 2013)

Rinaldi, V., Apr 1 2010. Snoring and Obstructive Sleep Apnea, CPAP. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/870192-overview (Accessed: 5 May2013)

Rowley, J.,Apr 2 2009. Obstructive Sleep Apnea-Hypopnea Syndrome.Available from: http://emedicine.medscape.com/article/302773-overview(Accessed: 3 May 2013)

Sankar, V., 14 Jan 2010. Mendengkur dan Sleep Apnea obstruktif, Pendekatan

fisiologis.Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/869941-overview(Accessed :4 May 2013)

Saragih, A.R., 1 Dec 2007. Mendengkur “The Silent Killer” Dan UpayaPenanganan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup.Available from: http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_abdul_rachm an.pdf (Accessed:5 May 2013)

Sleep disorder channel., 2000. Obstructive Sleep Apnea (OSA).Available from :http://www.sleepdisorderchannel.com/osa/treatment.shtml (Accessed:1 May 2013)

(15)

Universitas Kisten Maranatha, Obstructive Sleep Apnoe, Avaiable from:http://repository.maranatha.edu/1882/3/0510025_Chapter1.pdf (Accessed:26 April)

Victor, L.D.,15 Nov 1999. Obstructive Sleep Apnea.Available from: http://www.aafp.org/afp/991115ap/2279.html (Accessed: 3 May 2013)

WebMD., 09 July 2009. Sleep Apnea – Prevention. Available from:

http://www.webmd.com/sleep-disorders/tc/sleep-apnea-prevention (Accessed:25 April 2013)

WHO, 2007.Global surveillance, prevention and control of CHRONIC

RESPIRATORY DISEASES.Available from:

http://www.who.int/gard/publications/GARD%20Book%202007.pdf (Accessed: 27 April 2013)

Wika, A., 1 Dec. 2008. Jangan Anggap Remeh Mendengkur. Available from:

http://husnikamal.blogspot.com/2008/12/jangan-anggap-remeh-mendengkur.html (Accessed:25 April 2013)

Young, T., Peppard, P.E., Gottlieb, D.J., American Thoracic Society.,2002.

Epidemiology of Obstructive Sleep Apnea ,A Population Health

(16)

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

3.2. Variabel dan Definisi Operasional Aspek Pengukuran

Variable yang telah diukur adalah tingkat pengetahuan tentang obstructive sleep

apnoe (OSA) pada Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan akan diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap jawaban yang telah diberikan bobot. Ukuran tingkat pengetahuan mahasiswa diukur berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden menurut Pratomo (1990):

a) Tingkat pengetahuan baik, bila skor responden lebih dari 75% dari seluruh pertanyaan.

b) Tingkat pengetahuan sedang, bila skor responden antara 40% hingga 75% dari seluruh pertanyaan.

c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor responden kurang dari 40% dari seluruh pertanyaan.

2. Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan bernafas yang dialami

pada saat tidur dengan penyebab yang masih tidak jelas. Adanya penurunan kualitas hidup yang disebabkan oleh penderita sleep apnea dan

Ostructive SleepApnoe

(OSA)

Gambaran Tingkat

Pengetahuan Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

Baik

Sedang

(17)

kebiasaan mendengkur. Gangguan napas saat tidur menggambarkan abnormalitas respirasi selama tidur,memberikan gejala mendengkur, rasa tidak segar saat bangun tidur, kepala pusing,mengantuk pada pagi/siang hari yang akhirnya menurunkan aktivitas kerja.

Berdasarkan metode scorring pernilaian terhadap pengetahuan responden adalah apabila menjawab benar dari :

- 15 hingga 20 pertanyaan : Baik - 8 hingga 14 pertanyaan : Sedang - 0 hingga 7 pertanyaan : Kurang

Alat ukur :

Alat ukur mengunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan yaitu 5 pertanyaan untuk pengetahuan Obstructive Sleep Apnoe,11 pertanyaan tentang faktor resiko dan 6 pertanyaan untuk pencegahan dengan 3 pilihan jawaban. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan menggunakan skala menurut (Arikunto, 2006) yaitu - Jawaban yang benar diberi nilai 1 - Jawaban yang salah diberi nilai 0.

(18)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat

surveydeskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan carapendekatan,atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat / point

timeapproach.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 karena sampel dari penelitian ini adalah terhadap Guru Sekolah yang bekerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2013 sampai November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Dalam penelitian populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu.Populasi penelitian adalah Guru Sekolah yang bertugas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah Guru Sekolah yang bertugas di Sekolah Menegah Atas Negeri 1 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

(19)

2. Para Guru Sekolah yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.

Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Guru Sekolah yang tidak mengisi formulir kuesioner lengkap.

N Z21-/2 P (1-P)

n = --- (N-1) d2 + Z21-/2 P (1-P)

Keterangan:

n : besar sampel minimum

Z21-/2 : nilai Z pada derajat kemaknaan (90%= 1,645, 95% = 1,96)

P : proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50

d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir: 10% (0,10), 5% (0,05), atau 1% (0,01)

N : jumlah di populasi

Keterangan:

n :

Z21-/2 : 1.96

P : 0.5 d : 0.1 N : 108

(20)

N Z21-/2 P (1-P)

n = --- (N-1) d2 + Z21-/2 P (1-P)

Sampel yang akan diambil untuk penelitian ini adalah sebanyak 52 orang.

4.4. Metode Pengumpulan data 4.4.1. Data primer

Pada penelitian ini, cara pengumpulan data yang telah digunakan adalah dengan cara penyebaran angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dilakukan uji validitas isi terlebih dahulu.Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada sampel agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.Kemudian kuesioner tersebut diberikan kepada sampel untuk diisi.Ada beberapa formulir yang telah disertakan dengan instrument penelitian.

Formulir A :

Formulir ini berisi tentang penjelasan kepada responden tentang penelitian yang akan dijalankan yang memuatkan tandatangan peneliti.

Formulir B :

Adalah inform consent yaitu surat persetujuan dari responden yang memuat tanda tangan responden dan persetujuan responden.

Formulir C :

n =

108 x (1.96)

2 x 0,5 x (10,5 108−1 x (0,1)2+ (1.96)2 x 0,5 x 0,5

(21)

Kuesioner yang akan diisi oleh responden.

4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat dipercayai. Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur setelah diuji validitas dan reliabilitasnya.Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun telah mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka dilakukan pengujian antara nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan telah memiliki korelasi bermakna (construck

validity ) berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut mampu

mengukur konsep yang kita ukur.

Teknik yang dipakai adalah teknik korelasi “Product Moment”.Ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada satu kelompok subjek yang menyerupai subjek asal penelitian.

(22)

4.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memakai kuesioner sebagai instrument penelitian. Adapun prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menjelaskan mengenai tujuan kuesioner, cara mengisi, dan peneliti mengawasi atau mendampingi responden pada saat mengisi kuesioner.

2. Peneliti mengingatkan kembali pengisian kuesioner kepada responden secara teliti dan cermat agar tidak ada yang terlewatkan, responden mengisi sesuai data dirinya dan menanyakan langsung kepada peneliti apabila ada yang kurang jelas atau yang kurang mengerti.

3. Setelah mengisi kuesioner, kemudian diserahkan kembali kepada peneliti dan periksa dengan lengkap.

(23)
(24)

4.6.1. Pengolahan Data

Data yang di kumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner akan di olah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data

responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. 2. Coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah tabulasi dan analisa data.

3. Entry yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer

dengan menggunakan program yang tertentu.

4. Cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui

ada kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.6.2. Metode Analisis Data

(25)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan yang beralamat di Jalan Teuku Cik Ditiro No.1 Medan.

5.2. Hasil Penelitian

Pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 27 Oktober sampai dengan tanggal 20 November 2012 pada guru yang bertugas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.Kuesioner yang telah lengkap diisi dikumpulkan dan analisis data dilakukan untuk menilai dan mengetahui tingkat pengetahuan guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan tentang Obstructive

Sleep Apnoe.Hasil yang didapatkan dapat disimpulkan dalam paparan di bawah.

(26)

Karakteristik responden yang terdapat pada penelitian ini meliputi usia,jenis kelamin dan pengetahuan Obstructive Sleep Apnoe. Untuk lingkungan usia, semua responden yang berjumlah 80orang adalah berumur dalam lingkungan 20-50 dan melebihi 51 tahun.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden

Usia Frekuensi(n) Persentase (%)

20-30 4 7.7

31-40 18 34.6

41-50 24 46.2

>51 6 11.5

Total 52 100,0

Dari table 5.1 dapat diketahui responden terbanyak adalah dari kelompok usia 41-50 tahun yaitu 24 orang (46.2%), kelompok yang paling sikit respondennya adalah berumur melebihi 51 tahun yaitu hanya 6 orang (11.5%).

(27)

Jenis Kelamin Frekuensi(n) Persentase (%)

Laki-laki 29 55.8

Perempuan 23 44.2

Total 52 100,0

Dari table 5.2 dapat diketahui responden terbanyak adalah dari kelompok laki-laki yaitu 29 orang (55.8%), diikuti oleh kelompok perempuan sebanyak 23 orang (44.2%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Pengetahuan Frekuensi(n) Persentase (%)

Baik 4 7.7

Sedang 31 59.6

Kurang 17 32.7

Total 52 100,0

Dari table 5.3 dapat diketahui responden terbanyak adalah dari kelompok yang pengetahuan sedang yaitu 31 orang (59.6%), diikuti oleh pengetahuan kurang yaitu sebanyak 17 oarang (32.7%). Manakala, 4 orang (7.7%) dengan pengetahuan baik.

5.2.2. Pengetahuan Responden Mengenai Obstructive Sleep Apnoe

Untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai Obstructive Sleep Apnoe telah diajukan 20 pertanyaan.Untuk lebih jelasnya jawaban responden terhadap pertanyaan dapat dilihat pada table di bawah ini.

(28)

No Pertanyaan Jawaban

Benar Salah

(n) % (n) %

1 P1 45 86.5 7 13.5

2 P2 24 46.2 28 53.8

3 P3 29 55.8 23 44.2

4 P4 21 40.4 31 59.6

5 P5 45 86.5 7 13.5

6 P6 17 32.7 35 67.3

7 P7 24 46.2 28 53.8

8 P8 29 55.8 23 44.2

9 P9 25 48.1 27 51.9

10 P10 31 59.7 21 43.3

11 P11 23 44.2 29 55.8

12 P12 24 46.2 28 53.8

13 P13 12 23.1 40 76.9

14 P14 24 46.2 28 53.8

15 P15 25 48.1 27 51.9

16 P16 29 55.8 23 44.2

17 P17 28 53.8 24 46.2

18 P18 31 59.7 21 43.3

19 P19 43 82.7 9 17.3

(29)

Dari Tabel 5.4. dapat diketahui dari 20 pertanyaan tentang tingkat pengetahuan

Obstructive Sleep Apnoe, pertanyaan paling banyak dijawab benar oleh responden

adalah soal pertama dan ke-5 yaitu tentang pengertian Obstructive Sleep

Apnoe.Pertanyaan ini telah dijawab benar oleh 45 responden (86.5%).Sedangkan

pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah soal yang terakhir yaitu mengenai pencegahan Obstructive Sleep Apnoesebanyak 43 orang (82.7%).Dari hasil jawapan pertanyaan tersebut, dapat kita kategorikan tingkat pengetahuan responden menjadi baik, sedang dan kurang.Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada table di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Obstructive Sleep Apnoe

Pengetahuan Frekuensi(n) Persentase (%)

Baik 13 25.0

Sedang 22 42.3

Kurang 17 32.7

Total 52 100,0

Dari Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa 13 orang (25.0%) responden dengan tingkat pengetahuan baik, 22 orang responden yaitu sebanyak (42.3%) mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang Obstructive Sleep Apnoe.Sebanyak 17 orang (32.7%) dengan tingkat pengetahuan yang kurang.

Tabel 5.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Menurut Usia

Usia Baik Sedang Kurang Total

N % n % N % n %

20-30 2 50 1 25 1 25 4 100,0

31-40 3 16.7 10 55.6 5 27.8 18 100,0

(30)

>51 2 33.3 2 33.3 2 33.3 6 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada responden yang berusia 20-31 tahun merupakan responden berpengetahuan baik (50%), manakala responden berusia 31-40 tahun hanya (16.7%) yang berpengetahuan baik dan paling banyak pengetahuan buruk yaitu (37.5%), bagi kelompok yang berusia 41-50 tahun. Bagi kelompok usia>51 tahun hanya (33.3%) yang berpengetahuan buruk.

Tabel 5.7. Distribusi Tingkat Pengetahuan Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Baik Sedang Kurang Total

N % N % n % n %

Laki-laki 6 20.7 11 37.9 12 41.4 29 100,0

Perempuan 7 30.4 11 47.8 5 21.7 23 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 6 responden laki-laki yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang Obsructive Sleep Apnoe yaitu sebanyak (20.7%), manakala perempuan mempunyai pengetahuan yang baik tentang Obstructive Sleep Apnoedengan 7 orang (30.4%).

Tabel 5.8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Tentang Obstructive Sleep Apnoe

(31)

Baik Sedang Kurang Total

N % N % N % n %

Baik 4 30.8 9 69.2 0 0 13 100,0

Sedang 0 0 22 100,0 0 0 22 100,0

Kurang 0 0 0 0 17 100,0 17 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 4 responden (30.8%) yang berpengetahuan baik tentang Obstructive Sleep Apnoe, manakala 22 orang (100%) mempunyai pengetahuan yang sedang tentang Obstructive Sleep Apnoe. Bagi pengetahuan yang kurang teantang Obstructive Sleep Apnoe adalah sebanyak 17 responden (100%).

5.3. Pembahasan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan para guru yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan tentang Obstructive Sleep Apnoe.

(32)

Tingkat pengetahuan responden yang berusia 20-30 tahun yaitu yaitu 7.7% dari total responden merupakan golongan yang mempunyai peratusan yang dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang Obstructive Sleep Apnoe yaitu 50%. Hasil ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh Notoadmodjo (2007) yaitu semakin tinggi umur seseorang maka ia akan banyak mempunyai pengalaman Sehingga semakin tinggi umurnya, maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya.

Berdasarkan table distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden yang berusia 20-30 tahun yaitu 7.7% dari total responden merupakan golongan yang mempunyai peratusan yang dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang

Obstructive Sleep Apnoe yaitu 50%.Hasil ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh

Notoadmodjo (2007) yaitu semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Sehingga semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya.Tambahan pula respondan bagi kuesioner ini merupakan para guru yang memang seharusnya tahu secara lengkap tentang Obstructive Sleep

Apnoe.

Berdasarkan golongan laki-laki terdapat 6 orang 20% yang tingkat pengetahuaannya baik, manakala golongan perempuan adalah sebanyak 7 orang 30% dengan pengetahuan yang baik tentang Obstructive Sleep Apnoe. Menurut Notoatmodjo (2003),tingkat pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain.Fasilitas juga menjadi salah satu sumber faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa para guru yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang Obstructive Sleep Apnoe, sehingga tingkat pengetahuan “aplikasi”, yaitu mengetahui bagaimana menerapkan cara dan langkah-langkah pencegahan. Sesuai

dengan pendapat Notoadmodjo (2007), “tahu” diartikan sebagai mengingat suatu

(33)

yang paling rendah.Sedangkan “aplikasi” diartikan kemampuan untuk

menerapkan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.Respondan sebagai guru dianggap berada pada tahap dimana mereka dapat mengedukasi masyarakat tentang Obstructive Sleep Apnoe.Maka,melalui jadwal diatas dapat dibuktikan bahawa tingkat pengetahuan mereka berada dalam lingkungan yang cukup.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Abu S.M. Shamsuzzaman (2008), yang menunjukkan bahwa Obstructive Sleep Apnoe dapat meningkatkan resiko terkena hipertensi,penyakit jantung koroner, stroke pada usia muda terutama pada pria yang mencukupi yaitu 30% dan 15% pada wanita. Tingkat pengetahuan Obstructive Sleep Apnoe lebih baik dari pria.Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2005), yaitu dengan bertambahnya pendidikan seseorang maka proses berfikir akan semakin matang dan dewasa. Pendidikan yang baik biasanya akan lebih meningkatkan kompetensi mereka sebagai guru untuk memberikan edukasi pada masyarakat umum.

Tetapi pada penelitian Patrick (2010), the New England Journal of

Medicine,menunjukkan hasil yang berbeda bahwa tingkat pengetahuan pria dan

wanita tentang Obstrucive Sleep Apnoe jauh lebih baik yaitu 70 orang (80%). Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi dan lingkungan masyarakat, seperti informasi yang diterima, kurang atau tingginya tingkat pengetahuan mengenai Obstructive Sleep Apnoe.Hal ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2005), bahwa kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.Maka dari itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang Obstructive Sleep Apnoe, seperti mencari informasi di berbagai media, seperti media cetak (buku, majalah, koran, tabloid) dan media elektronik (televisi, radio, internet). Penelitian yang dilakukan oleh Harvey Simon (2012), juga mengatakan bahwa hasil dari penelitian yang dilakukan didapati 78% dari pria dan wanita mengikuti ceramah-ceramah pencegahan tentang Obstructive Sleep

(34)

Hal diatas tersebut sesuai dengan teori Notoadmodjo (2005), bahwa untuk meningkatkan pengetahuan seseorang perlu diperhatikan beberapa faktor yangmempengaruhi pengetahuan tersebut, seperti pendidikan, pekerjaan, usia, minat, pengalaman, kebudayaan, lingkungan sekitar, tingkat sosial ekonomi dan sumber informasi.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa,

1. Tingkat pengetahuan guru yang bekerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan adalah 42% dengan tingkat pengetahuan yang sedang.

(35)

3. Golongan laki-laki terdapat 6 orang 20% yang tingkat pengetahuaannya ik, manakala golongan perempuan adalah sebanyak 7 orang 30% dengan pengetahuan yang baik tentang Obstructive Sleep Apnoe.

4. Bagi tingkat pengetahuan Obstructive Sleep Apnoe, 25% responden dengan pengetahuan baik, 42% dengan pengetahuan sedang dan 33% dari dengan pengetahuan yang kurang. diharapkan agar tetap meningkatkan prestasi dan masih mencari informasi baik melalui media cetak atau media elektonik untuk memperluas pengetahuan.

2. Bagi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan diharapkan agar tetap dapat memberikan penyuluhan mengenai Obstructive Sleep Apnoe pada guru dengan melakukan latihan penyegaran untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang ObstructiveSleep Apnoe.

3. Bagi Peneliti

Penulis menyadari bahwa penelitian ini sempurna dalam menggambarkan pengetahuan para guru yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan tentang Obstructive Sleep Apnoe. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada kesemua para guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan karena penelitian ini hanya berada dalam lingkungan guru yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya, untuk meneliti tidak hanya tingkat pengetahuan saja,tetapi juga sikap dan perilaku para guru tentang

(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : a) Tahu

Suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajarisebelumnya.Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b) Paham

Diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan denganbenar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materitersebut secara benar.

c) Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang talah dipelajari pada situasi ataukondisi yang sebenarnya.

d) Analisis

Kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponenyang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu samalain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

e) Sintesis

(37)

f) Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a) Pengalaman

Diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b) Pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memilikipengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

c) Keyakinan

Diperoleh secara turun-menurun, baik keyakinan yang positif maupunkeyakinan yang negative, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d) Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalahmajalah, radio, koran, televise, buku, dan lain-lain.

e) Penghasilan

Tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang.Namun,jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakanfasilitas yang lebih baik.

f) Kebudayaan

(38)

2.2. Obstruksi Sleep Apnea (OSA) 2.2.1.Definisi

Obstructive Sleep Apnea (OSA) ditandai dengan episode berulang dari

keruntuhan dan obstruksi jalan napas atas saat tidur.Episode obstruksi ini berhubungan dengan desaturasi oksihemoglobin secara berulang ketika tidur.OSA terkait dengan rasa kantuk di siang hari yang berlebihan, ini biasanya disebut sindrom Obstructive Sleep Apnea (OSA).Meskipun penyakit ini umum, OSA adalah penyakit yang tidak terdeteksi oleh sebahagian besar dokter di Amerika Serikat (Rowley, 2009).

Definisi Obstructive Sleep Apnea menurut WHO merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan berulangnya episode obstruksi saluran napas atas sehingga dapat mengurangi aliran udara pada hidung atau mulut.Episode ini biasanya disertai dengan dengkuran keras dan hipoksemia, dan biasanya diakhiri dengan terbangun secara berulang, yang menyebabkan fragmentasi tidur.Pasien dengan sindrom Obstructive Sleep Apnea biasanya tidak menyadari dirinya terbangun tetapi, mengakibatkan penurunan kualitas tidur yang menyebabkan kantuk di siang hari.Kebanyakan pasien sindrom Obstructive Sleep Apnea tidak terdeteksi kelainan pernafasan saat terjaga (WHO, 2007).

Mendengkur (snoring) adalah suara bising yang disebabkan oleh aliran udara melalui sumbatan parsial saluran nafas pada bagian belakang hidung dan mulut yang terjadi saat tidur.Gangguan tidur dengan gejala utamanyamendengkur adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA).Apnea didefinisikan sebagai,henti nafas selama 10 detik atau lebih yang dapat mengakibatkan penurunan aliran udara 25% dibawah normal. Siapa pun bisa memiliki gangguan ini, tetapi kebanyakan orang menderita apnea tidur obstruktif adalah laki-laki, terutama orang-orang yang kelebihan berat badan(Anwarusy Syamsi 2009).

2.3.Epidemiologi

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah penyakit yang umum di Amerika

(39)

Estimasi prevalensi OSA adalah 2% untuk perempuan dan 4% untuk pria. Tujuh belas data serupa telah ditemukan dalam studi epidemiologi dari Pennsylvania.Prevalensi OSA dalam populasi non-Amerika hanya dipelajari pada pria dan telah ditemukan paling rendah 0,3% di Inggris dan paling tinggi 20-25% di Israel dan Australia (Rinaldi, 2010).

Dr. Syahrial MH Sp THT, juga mengatakan kematian pada usia produktif sebagian besar dikarenakan menderita OSA yang kemudian mengalami komplikasi. OSA lebih banyak menyerang pria daripada wanita, dengan perbandingan 7:1. Pada usia kurang dari 40 tahun, OSA menyerang 25% pria dan 10-15% wanita,sedangkan di atas usia 40 tahun, OSA menyerang 60% pria dan 40% wanita (Wika, 2008).

Pada penelitian kesehatan kardiovaskular di Amerika Serikat yang meliputi 5000 penduduk berusia 65 tahun atau lebih,33%pria dan 19% wanita mendengkur.Prevalensi mendengkur menurun pada kelompok usia di atas 75tahun. Mendapatkan hasil yang sama,dimana prevalensi mendengkur pada pria memuncak pada usia 50-60 tahun dan selanjutnya menurun.Sementara penelitian lain menemukan pada usia di atas 60 tahun,prevalensi OSA mencapai 45-62% di Nantes,Perancis,hamper 60% penduduk yang berusia 60-70 tahun mendengkur (Anwarusy Syamsi 2009).

2.4.Patofisiologi Mendengkur dan OSA

(40)

Gambar 2.1Faktor yang berperan meyebabkan patensi dan kolaps jalan nafas

(41)

Gambar 2.2 Tiga mekanisme input saraf pada otot genioglossus ( fasik )

2.5.Klasifikasi

Tipe-tipe Sleep apnea:

Sleep apnea dapat diklasifikasikan atas 3 tipe yaitu sentral sleep apnea,

obstuktif sleep apnea, dan mixed sleep apnea.

A. Obstruktif Sleep apnea

(42)

obstruktif sleep apnea adalah rasa kantuk berlebihan dan lelah pada siang hari serta kualitas tidur yang buruk karena pasien sering terbangun saat tidur.

Gambaran 2.3Obstruktif sleep apnea(Dorinda 2007).

B. Central Sleep Apnea

Kondisi ini kurang umum daripada OSA.Ini melibatkan masalah dalam jalur saraf yang merangsang dan mengontrol pernapasan.Di sini, pernapasan oral, tenggorokan dan upaya pernapasan perut secara bersamaan terganggu.Orang-orang dengan Central Sleep Apnea mungkin berhenti bernapas untuk jangka waktu beberapa detik, napas mereka mungkin terlalu dangkal atau jarang menyediakan kebutuhan oksigen yang mencukupi untuk darah dan jaringan (Health-Cares.Net, 2005).

C.Mixed Apnea

Mixed Apnea, periode singkat Central Sleep Apnea diikuti dengan jangka

waktu yang lama terjadi Obstructive Sleep Apnea.Pola ini dimulai dengan setral

sleep apnea yang ditandai oleh tidak adanya aliran udara yang terdeteksi pada

(43)

2.6.Gambaran Klinis Gejala nocturnal

- Mendengkur, biasanya keras, dan mengganggu orang lain

- Menyaksikan pasangan tidur apnea, yang sering mendengkur dan diakhiridengan mendengus

- Sambil terengah-engah dan tersedak yang menimbulkan sensasi pasien daritidur gelisah

- Pasien sering mengalami arousals dan melempar atau memutar pada malamhari

Gejala pagi hari

a. Tidak merasa segar saat bangun b. Sakit kepala

c. Sakit atau rasa kering di tenggorokan

d. Mengantuk saat aktivitas yang memerlukan kewaspadaan umum (misalnya,sekolah, bekerja, mengemudi).

e. Kelelahan: letih, kurang memiliki energy

f. Masalah dengan memori, konsentrasi, dan fungsi kognitif, terutama fungsieksekutif

2.7.Faktor resiko Jenis kelamin

Sleep apnea lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.Pria

cenderung memiliki leher yang lebih besar dan berat lebih dari perempuan.Namun, wanita cenderung untuk mendapatkan berat badan dan leher lebih besar setelah menopause, yang meningkatkan risiko mereka terserang sleep

apnea (Punjabi, 2009).

Usia

Sleep apnea pada orang dewasa paling umum terjadi pada usia 40-60

(44)

Ras dan Etnis

Afrika-Amerika menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk Sleep apnea dibandingkan kelompok etnis lainnya di Amerika Serikat.Ada studi yang menunjukkan bahwa prevalensi OSA di Asia adalah sebanding dengan yang didokumentasikan di Amerika Utara dan Eropa.Pengamatan yang menarik dan tak terduga yang muncul adalah, bahwa orang Asia cenderung kurang obesitas dari kulit putih, prevalensi penyakit di Timur tidak kurang dari di Barat. Selain itu, untuk usia tertentu, jenis kelamin, dan BMI, Asia memiliki tingkat keparahan penyakit lebih besar dari kulit putih (Punjabi, 2009).

Kegemukan

Obesitas, khususnya yang memiliki lemak di sekitar perut (bentuk apel), merupakan faktor risiko untuk sleep apnea, bahkan pada remaja dan anak-anak. Namun, tidak semua orang yang obesitas menderita sleep apnea.Sifat anatomis dan fisiologis tertentu dalam saluran udara lebih mungkin untuk hadir dalam penderita obesitas dengan apnea (MFMER, 2008).

Kondisi Medis Terkait Sleep Apnea Diabetes Diabetes

Dikaitkan dengan sleep apnea dan mendengkur.Hal ini tidak jelas apakah ada hubungan antara dua kondisi atau apakah obesitas merupakan faktor umum saja.

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

(45)

Sindrom Ovarium Poli Kistik (PCOS)

OSA dan kantuk siang hari yang berlebihan muncul pada sindrom ovarium polikistik (PCOS).Sekitar setengah dari pasien dengan PCOS juga memiliki diabetes.Obesitas dan diabetes terkait dengan sleep apnea dan PCOS (The New York Times, 2010; Simon, 2009).

2.8.Diagnosis Pemeriksaan fisik

Untuk mendiagnosa sleep apnea, dokter akan memeriksa indikasi fisik

sleep apnea, termasuk:

a. Kelainan di daerah lunak atau saluran udara bagian atas, termasuk tonsilmembesar.

b. Obesitas (indeks massa tubuh [BMI]> 30): Ini merupakan faktor resiko utamasindrom apnea tidur obstruktif (OSA). Menurut studi Wisconsin Sleep Cohort,peningkatan 10% berat dikaitkan dengan risiko 6 kali lipat pengembanganpernapasan tidur-teratur.

c. Sebuah pengukuran lebar leher mengesampingkan gangguan lainnya Jika

sleepapnea tidak jelas setelah pemeriksaan fisik dan sejarah, dokter akan

perlu untukmenyingkirkan masalah lain. Ini termasuk gangguan tidur, (seperti narkolepsi,insomnia, gelisah atau gangguan kaki), atau kondisi medis atau psikologis(sindrom kelelahan kronis, depresi) yang dapat menyebabkan kantuk di sianghari.

Polisomnografi dan Home Sleep Studies

(46)

Epworth sleepiness scale (ESS)

Evaluasi subjektif kantuk di siang hari;

- Pasien sering kali meremehkan tingkat kantuk mereka, mungkin karena sleep apnea adalah suatu yang kronis, masalah tersembunyi tetapi berbahaya dan mereka menganggap normal pada masa itu. Epworth sleepiness scale (ESS) (lihat Tabel) adalah umum digunakan. Statistik kuesioner divalidasi untuk mengantuk di siang hari. Beberapa situasi terdaftar, dan pasien diminta untuk mengevaluasi kantuk. Skala berikut ini kemudian digunakan untuk memilih jumlah yang paling sesuai dengan situasi masing-masing;

0 = kemungkinan tertidur jarang 1 = kemungkinan tertidur sebentar 2 = kemungkinan tertidur sedang 3 = kemungkinan tertidurn sering

2.9.Pencegahan

Pencegahan yang dapat membantu mencegah OSA adalah ; a. Berhenti merokok

Nikotin dalam tembakau melemaskan otot-otot yang menjaga saluran udaraterbuka.Jika tidak merokok, otot-otot cenderung tidak jatuh pada malam haridan mempersempit saluran udara (Apneareport.com, 2010).

b. Posisi kepala

(47)

mengantuk dan membuat episodeapnea parah. Sebaliknya pengunaan dekongestan menyebabkan drainase akanmenurun(Webmed, 2009).

c. Makan Sehat

Cara terbaik untuk mencegah apnea adalah tetap sehat. Seperti telah dibahas,orang gemuk lebih mungkin untuk menderita OSA. Oleh karena itu jaringanyang berlebihan yang terbentuk di tenggorokan. Solusinya adalah makan sehatdan berolahraga rutin untuk menjaga berat badan terkendali (Apneareport.com,2010).

d. Monitor Tekanan Darah Anda

Individu dengan tekanan darah tinggi lebih mungkin untuk menderita sleepapnea dan sekitar 30% dari individu dengan tekanan darah tinggi juga memilikiapnea.Individu yang sudah memiliki sleep apnea lebih cenderung mengalamitekanan darah tinggi. Menjaga tekanan darah dan tetap sehat tidak hanyamembantu mencegah apnea, malah mencegah penyakit lain (Apneareport.com,2010).

e. Menghindari Alkohol dan Narkoba

Konsumsi alkohol dan pil tidur dapat membuat jalan napas lebih cenderungruntuh saat tidur.Akibatnya, periode apnea ditingkatkan. Alkohol adalahdepresan dan sementara mengkonsumsi alkohol dapat membantu tertidur,penarikan mendatang, sementara tidur dapat menambah masalah danmengakibatkan OSA. Demikian pula, merokok dapat menyebabkan salurannapas bagian atas membengkak.Hal ini dapat menyebabkan mendengkur danmengakibatkan OSA. Bagi mereka yang sudah mulai, berhenti merokokmerupakan langkah utama untuk mencegah sleep apnea (Apneareport.com,2010).

(48)

Untuk seseorang yang cenderung OSA, tidur terlentang harus dihindari.Hal ini menyebabkan jaringan longgar untuk memblokir jalan napas.Posisi tidurterbaik untuk mencegah OSA adalah posisi samping.Bantal dan perangkat khusus dapat digunakan untuk membantu menjaga seseorang dari berguling ke posisi telentang dan mencegah OSA terjadi (Apneareport.com, 2010).

2.9.1. Terapi Terapi Non-Bedah

Continuous positive airway pressure (CPAP)

Continuous positive airway pressure (CPAP). Sleep apnea yang parah

dianjurkan sebuah mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker yang ditempatkan di atas hidung saat tidur. Jenis yang paling umum disebut continuous

positive airway pressure (CPAP). Dengan terapi ini, tekanan nafas udara adalah

kontinu.Kompresi udara mencegah runtuhnya jalan napas di tenggorokan.Hal ini mencegah apnea dan mendengkur (Rowley, 2009).

CPAP adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengobati sleep

apnea.Namun, ada yang merasa canggung dan tidak nyaman.Kebanyakan orang

belajar untuk menyesuaikan masker untuk mendapatkan cocok nyaman dan aman. Segelintir orang juga mendapat manfaat dari menggunakan humidifier bersama dengan sistem CPAP mereka (Rowley, 2009)

Mouthpiece (oral device) or Inter-oral devices (IODs)

Pilihan lain adalah mengunakan perangkat oral yang dirancang untuk menjaga tenggorokan terbuka. Peralatan oral merupakan alternatif yang sukses untuk segelintir pasien. Beberapa perangkat dirancang untuk membuka tenggorokan dengan membawa rahang ke depan. Kadang-kadang hal ini dapat menghilangkan mendengkur dan OSA ringan. Perangkat lain menahan lidah dalam posisi yang berbeda. Saran dari dokter gigi, pengalaman diperlukan untuk pemasangan dan terapi tindak lanjut perangkat(Punjabi, 2009).

(49)

Kebanyak orang mendapat manfaat dengan posisi tidur pada elevasi 30 derajat dari tubuh bagian atas.Ini membantu mencegah keruntuhan gravitasi dari jalan napas.Sebuah elevasi 30 derajat dari tubuh bagian atas dapat dicapai dengan tempat tidur diatur, atau baji tempat tidur ditempatkan di bawah kasur. Pendekatan ini dapat dengan mudah digunakan dalam kombinasi dengan perawatan lain dan sangat efektif untuk orang yang gemuk. Posisi tidur lateral (tidur di sisi) juga dianjurkan (Swierzewski,2000)

2.9.2.Terapi bedah

Tujuan dari pembedahan adalah untuk membuang kelebihan jaringan dari hidung atau tenggorokan yang dapat bergetar dan menyebabkan mendengkur.Kelebihan jaringan mungkin memblokir saluran bahagian atas pernafasan dan menyebabkan sleep apnea. Beberapa tindakan bedah antara lain :

a. (a). Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP)

Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP) adalah prosedur di mana jaringan daripada bagian belakang mulut dan tenggorokan bagian atas dibuang.Tonsil dan adenoid biasanya dibuang juga.UPPP biasanya dilakukan di rumah sakit dan memerlukan anestesi umum.

b. Koreksi rahang

Prosedur ini disebut kemajuan maxillomandibular. Tujuan tindakan ini adalahmemperbesar ruang belakang lidah dan langit-langit lunak, membuat obstruksikemungkinannya

c. Implant

Prosedur implant adalah pengobatan minimal invasif. Ini melibatkan penempatantiga batang poliester kecil di langit-langit lunak.Untuk mencegah jatuhnya palatum molle.Perawatan ini hanya disarankan untuk derajat ringan sampai sedang (Medical News Today, 2010).

(50)

Menghapus jaringan di bagian belakang tenggorokan dengan laser dengan ablasifrekuensi radio (Medical News Today, 2010; AAOMS, 2008).

(51)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan bernafas yang dialami

pada saat tidur dengan penyebab yang masih tidak jelas.Sebagian besar pasien mengalami obstruksi di palatum molle dan meluas ke daerah pangkal lidah. Di daerah ini tidak ada bagian yang keras, seperti kartilago atau tulang, sehingga otot-ototlah yang menjaga agar saluran ini tetap terbuka. Pada saat penderita OSA tertidur, otot-otot daerah ini mengalami relaksasi ke tingkat dimana saluran nafas ini menjadi kolaps dan terjadi obstruksi (Chung F et al., 2008).

Gangguan pernafasan saat tidur merupakan pola pernafasan abnormal yang menyebabkan individu sering terbangun, namun hal ini tidak disadari oleh individu yang bersangkutan karena terjadi dalam waktu yang relatif singkat.Adapun beberapa gangguan pernafasan tersebut, yaitu kebiasaan mendengkur dan sindrom sleep apnea.Menurut Young, dkk (1993) melaporkan prevalensi penderita apnea menurut indeks apneahipopnea adalah 9% pada wanita dan 24% pada pria. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pernafasan lebih sering terjadi pada pria daripada wanita (Dorinda 2010).

(52)

Ketika saluran nafas tertutup, penderita berhenti bernafas, dan penderita akan berusaha terbangun dari tidurnya supaya saluran nafas dapat kembali terbuka. Proses terbangun dari tidur ini biasanya hanya berlangsung beberapa detik, tetapi dapat menganggu irama tidur dan juga dapat menghalangi seseorang masuk ke dalam tingkat tidur yang dalam, seperti rapid eye movement (REM)

sleep. Tidak dapatnya seseorang masuk ke tingkat tidur yang dalam dapat

menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang, seperti mengantuk sepanjang hari, penurunan daya ingat, erectile dysfunction (impotensi),depresi, dan perubahan kepribadian (Swierzewski S.J., 2000).

(53)

Dari hasil penelitian di India yang menguji validitas kuesioner Berlin untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko terkena OSA, kuesioner ini dinilai lebih mudah digunakan dan lebih akurat karena dengan kuesioner ini dapat dibedakan orang-orang yang berisiko tinggi dan berisiko rendah terkena OSA dan juga internal reliability-nya baik karena jawaban dari tiap kuesioner dinilai per kategori (Sharma S.K., et al., 2006).

Menurut penelitian, berdasarkan hasil studi di Indonesia, perbandingan penderita Snoring dan OSA di Indonesia pria dan wanita adalah 7 : 1 terutama kelompok umur 40-49 tahun. Hasil studi level obstruksi saluran nafas penyebab

snoring& OSA pada penderita Indonesia yaitu: hidung (konka) sebanyak 76,14 %,

velofaring (palatal) sebanyak 64,81 % dan orofaring (lidah) sebanyak 65,91 % (Dr.Damayanti Soetijpto,2009)

Berdasarkan keterangan di atas, terlihat adanya perbedaan yang cukup erat antara mendengkur dengan kejadian OSA.Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai OSA sehingga selain masalah kesehatan, juga timbul masalah-masalah sosial dan menurunnya kualitas hidup penderita. Adanya penurunan kualitas hidup yang disebabkan oleh penderita sleep apnea dan kebiasaan mendengkur yang sering menyebabkan gangguan napas saat tidur , rasa tidak segar saat bangun tidur, kepala pusing,mengantuk pada pagi dan siang hari yang akhirnya menurunkan aktivitas kerja.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang,maka yang menjadi rumusan masalah adalah untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan tentang Obstructive Sleep Apnoe

(54)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Obstructive Sleep Apnoe

(OSA) pada Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang pengertian Obstructive

Sleep Apnoe (OSA)pada Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Medan.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang faktor resiko ObstructiveSleep Apnoe (OSA) pada Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang pencegahan Obstructive Sleep Apnoe (OSA) pada Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Data daripada hasil penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi system pengajaran dan untuk menamabah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian kesehatan khusunya tentang Obstructive

SleepApnoe (OSA) dikalangan Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Medan.

(55)
(56)

ABSTRAK

Obstructive Sleep Apnea (OSA) ditandai dengan episode berulang dari keruntuhan

dan obstruksi jalan napas atas saat tidur.Episode obstruksi ini berhubungan dengan desaturasi oksihemoglobin secara berulang ketika tidur.OSA terkait dengan rasa kantuk di siang hari yang berlebihan. Kematian pada usia produktif sebagian besar dikarenakan menderita OSA yang kemudian mengalami komplikasi. OSA lebih banyak menyerang pria daripada wanita, dengan perbandingan 7:1. Pada usia kurang dari 40 tahun, OSA menyerang 25% pria dan 10-15% wanita, sedangkan di atas usia 40 tahun, OSA menyerang 60% pria dan 40% wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang Obstructive Sleep Apnoe.

Desain penelitian ini adalah deskriptif cross sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 52 orang guru yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2013 sampai November 2013. Sampel pada penelitian ini sebanyak 52 orang guru, cara pengumpulan data yang telah digunakan adalah dengan cara penyebaran angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dilakukan uji validitas isi terlebih dahulu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru sekolah yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan, tentang Obstructive

Sleep Apnoe

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan guru yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan 33% mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, 42% dengan tingkat pengetahuan yang sedang dan 25% dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang

Obstructive Sleep Apnoe.

(57)

ABSTRACT

Obstructive Sleep Apnea (OSA) is characterized by repeated episodes of collapse and upper airway obstruction during sleep. Episode of obstruction is associated with desaturation of oxyhemoglobin repeatedly during sleep. OSA is associated with excessive daytime sleepiness. It also said the death at productive age mainly due to suffering from OSA, who later suffered from complications. OSA is more common in men than women, with a ratio of 7:1. At the age of less than 40 years, OSA occured 25% of men and 10-15% of women, while over the age of 40 years, OSA occured 60% of men and 40% female. The objective of this study is to access the knowledge of teachers at the Sekolah MenengahNegeri 1 Medan on Obstructive Sleep Apneo.

The design of this research is descriptive cross sectional with a sum of 52 school teachers, who works in Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.The research is conducted from September 2013 untill November 2013.Total sampel needed to conduct this research was 52 teachers, which was conducted by distributing questionnaires which was validated earlier.

The aim of this research is to find out the knowledge level of school teachers, who works inSekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan on Obstructive Sleep Apnoe. According to the result of the research,it is concluded that the knowledge level of the teachers who works at the Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan 33% of them with low knowledge, followed by 42% of them with enough knowledge and 25% with good knowledge on Obstructive Sleep Apnoe.

(58)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBSTRUCTIVE SLEEP APNOE (OSA) PADA GURU SEKOLAH MENENGAH

ATAS NEGERI 1MEDAN

OLEH :

ESTHER LOURDES A/P LURDU SAMI

100100294

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(59)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Obstructive Sleep Apnoe (OSA) Pada Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp. A (K) selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp. GK selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Muhammad Rusda, Sp. OG (K) selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. dr.Farhat, MKed (ORL-HNS), Sp.THT-KL(K) selaku dosen pembimbing penulis, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

6. dr. Hj. Berlian Hasibuan, SpA(K), selaku dosen penguji I serta dr. Refli Hasan, SpPD, SpJP(K), selaku dosen penguji II yang telah bersedia menguji, memberikan masukan, dan saran kepada penulis.

7. Esther Lourdes dan Lurdu Sami selaku orang tua penulis yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

(60)

9. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini.

10.Bidang Penelitian dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

11.Ketua departmen dan seluruh staf Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam pengumpulan data penelitian ini.

12.Teman-teman satu bimbingan dengan penulis, Tri Adimas Ardian dan Salinee Visuanathan serta teman-teman yang selalu mendukung penuh dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

13.Pihak lain yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan pendidikan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan.Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak, dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, 6 Desember 2013 Penulis

(61)

ABSTRAK

Obstructive Sleep Apnea (OSA) ditandai dengan episode berulang dari keruntuhan

dan obstruksi jalan napas atas saat tidur.Episode obstruksi ini berhubungan dengan desaturasi oksihemoglobin secara berulang ketika tidur.OSA terkait dengan rasa kantuk di siang hari yang berlebihan. Kematian pada usia produktif sebagian besar dikarenakan menderita OSA yang kemudian mengalami komplikasi. OSA lebih banyak menyerang pria daripada wanita, dengan perbandingan 7:1. Pada usia kurang dari 40 tahun, OSA menyerang 25% pria dan 10-15% wanita, sedangkan di atas usia 40 tahun, OSA menyerang 60% pria dan 40% wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang Obstructive Sleep Apnoe.

Desain penelitian ini adalah deskriptif cross sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 52 orang guru yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2013 sampai November 2013. Sampel pada penelitian ini sebanyak 52 orang guru, cara pengumpulan data yang telah digunakan adalah dengan cara penyebaran angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dilakukan uji validitas isi terlebih dahulu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru sekolah yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan, tentang Obstructive

Sleep Apnoe

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan guru yang berkerja di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan 33% mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, 42% dengan tingkat pengetahuan yang sedang dan 25% dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang

Obstructive Sleep Apnoe.

(62)

ABSTRACT

Obstructive Sleep Apnea (OSA) is characterized by repeated episodes of collapse and upper airway obstruction during sleep. Episode of obstruction is associated with desaturation of oxyhemoglobin repeatedly during sleep. OSA is associated with excessive daytime sleepiness. It also said the death at productive age mainly due to suffering from OSA, who later suffered from complications. OSA is more common in men than women, with a ratio of 7:1. At the age of less than 40 years, OSA occured 25% of men and 10-15% of women, while over the age of 40 years, OSA occured 60% of men and 40% female. The objective of this study is to access the knowledge of teachers at the Sekolah MenengahNegeri 1 Medan on Obstructive Sleep Apneo.

The design of this research is descriptive cross sectional with a sum of 52 school teachers, who works in Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.The research is conducted from September 2013 untill November 2013.Total sampel needed to conduct this research was 52 teachers, which was conducted by distributing questionnaires which was validated earlier.

The aim of this research is to find out the knowledge level of school teachers, who works inSekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan on Obstructive Sleep Apnoe. According to the result of the research,it is concluded that the knowledge level of the teachers who works at the Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan 33% of them with low knowledge, followed by 42% of them with enough knowledge and 25% with good knowledge on Obstructive Sleep Apnoe.

(63)

DAFTAR ISI

2.1.1. DefinisiPengetahuan ... 6

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 6

2.1.3. Faktor yang MempengaruhiPengetahuan... 7

2.2.Obsructive Sleep Apnoe (OSA) ... 8

2.2.1. Definisi ... 8

2.3.Epidemiologi ... 8

2.4.PatofisiologiMendengurdan OSA ... 9

(64)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1.KerangkaKonsep ... 21

3.2.VariabeldanDefinisiOperasional ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1.JenisPenelitian ... 23

4.2.LokasidanWaktuPenelitian ... 23

4.2.1. LokasiPenelitian ... 23

4.2.2. WaktuPenelitian ... 23

4.3.PopulasidanSampelPenelitian ... 23

4.3.1. Populasi ... 23

4.3.2. Sampel ... 23

4.4.MetodePengumpulan data ... 25

4.4.1. Data Primer ... 25

4.4.2. Uji Validitas dan Realibilitas ... 26

4.5.Metode Pengolahan Data ... 27

4.5.1. Hasi Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner Obstructive Sleep Apnoe ... 28

4.6.1. Pengolahan Data ... 28

4.6.2. Metode Analisa Data ... 29

BAB 5HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1.Diskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.2.Hasil Penelitian ... 30

5.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 30

5.2.2. Pengetahuan Responden Mengenai Obstructive Sleep Apnoe ... 32

(65)

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1.Kesimpulan ... 38

6.2.Saran ... 38

(66)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.2 Variable, DefinisiOperasional, Metode, Cara Ukur, 22 HasilUkurdanSkalaUkur

4.5.1 HasilUjiValiditasdanReabilitasKuesioner 28

Obstructive Sleep Apnoe

5.1 DistribusiFrekuensiUsiaResponden 31

5.2 DistribusiFrekuensiJenisKelaminResponden 31

5.3 DistribusiFrekuensiPengetahuanResponden 31

5.4 DistribusiFrekuensiJawapanResponden 32

5.5 DistribusiPenegetahuanRespondenTentangObstructive

Sleep Apnoe 33

5.6 Distribusi Tingkat PengetahuanMenurutUsia 33

(67)

DAFTAR GAMBAR

NomorJudulHalaman

Gambar 2.1. Faktor yang berperanmenyebabkanpatensi 10 dankolapsjalannafas

Gambar 2.2. Tigamekanisme input sarafpadaotot 11 Genioglossus (fasik)

(68)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LembarPenjelasan

LAMPIRAN 2 LembarPersetujuan

LAMPIRAN 3 KuesionerGambaran Tingkat

PengetahuanTentang ObstructiveSleep Apnoe (OSA) Pada Guru

SekolahMenengahAtasNegeri 1 Medan LAMPIRAN 4

PersetujuanKomisiEtikTentangPelaksanaanP enelitian

LAMPIRAN 5 DaftarRiwayatHidup

LAMPIRAN 6 RincianBiaya

LAMPIRAN 7 Surat Persetujuan Penelitian dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

Gambar

Table 3.2. Variable, Definisi Oprasional, Metode, Cara Ukur, Hasil
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
Tabel 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Obstructive Sleep Apnoe
+5

Referensi

Dokumen terkait

東京ガス:自由回答の分析結果 画像表示スピード メリット(利便性)

Pada gambar 7 dijelaskan bahwa untuk masuk ke aplikasi web, user hanya perlu melakukan login satu kali saja kemudian dapat mengakses kedua layanan yang tersedia, yaitu

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan proses kemunculan geng motor, komunitas subkultural dan perilaku geng

Pengukuran Panjang pada Seluruh Kerang Hijau (Kode Berbeda dengan Kode Sampel Utama)..

Konfigurasi Keamanan Jaringan Wireless dengan Menggunakan Wifi Protected Access (WPA) pada TP-LINK TD-8951 ND di Keecamatan Kejaksan Kota Cirebon.. Dian Ade Kurnia, M.Kom

2) Sertifikat Badan Usaha (SBU) kualifikasi Usaha Kecil, dengan klasifikasi Bangunan Gedung - Subklasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Komersial (BG004)

Pancasila 2 Achmad Saptono, S.Sos Selasa 12.30 - 14.00 R.. &

Pada gambar, dalam sistem penggajian terpadu (Intergrated personnel-payroll system) mempunyai sebuah berkas pegawai (Employee file) yang terdiri dari dua jenis record,