• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

50

Lampiran 1. Surat Permohonan Pengambilan Data dan Izin Melakukan Penelitian

(2)

51

Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data dan Izin Penelitian

(3)
(4)
(5)

54

Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

PENELITIAN

Assalamualaikum Wr Wb/Salam Sejahtera

Denga Hormat,

Nama Saya Ekanitha Sahara., sedang menjalani pendidikan Farmasi di Program S1 Ekstensi Farmasi USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul

“Evaluasi Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara

Sumatera Utara Tahun 2015”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengetahuan dan kepatuhan pasien di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian bagi Pemerintah Daerah, khususnya professional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat serta dapat memberikan informasi terkait pengetahuan untuk mengontrol tekanan darah dan pentingnya kepatuhan dalam menggunakan obat antihipertensi, di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada bapak/ibu/sdra/sdri mengenai:

a. Data demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sumber

informasi mengenai hipertensi.

b. Data klinis seperti tekanan darah, obat/terapi hipertensi yang digunakan, riwayat

penyakit, penggunaan obat lain, dan efek samping yangpernah diderita.

c. Data penilaian tingkat pengetahuan dan kepatuhan dalam menjalankan terapi

hipertensi, seperti kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi.

Wawancara akan kami lakukan sekitar 20 menit. Petugas pewawancara adalah peneliti yaitu saya sendiri. Dan wawancara yang dilakukan tidak menimbulkan potensi efek samping bagi responden.

Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya:

Nama : Ekanitha Sahara

Alamat : Jln. Merdeka no 84, Kec. Tanjung tiram Kab. Batubara

No. HP : 08116211169

(6)

55

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, Mei 2015

Peneliti

(EkanithaSahara )

(7)

56

Lampiran 4. Lembar Persetujuan menjadi Responden

(8)

57

Lampiran 5. Data Demografi

Data Demografi

1. umur : tahun

2. jenis kelamin: Laki-laki Perempuan 3. pendidikan: SD SMP

SMA Perguruan tinggi 4. Pekerjaan: pegawai negeri Wiraswasta

Pegawai swasta pensiunan Lain lain

5. Riwayat hipertensi: Diri sendiri orang tua Tidak ada

6. mendapat informasi tentang hipertensi: Keluarga

Pelayanan kesehatan Media massa/tv Lain-lain Tidak pernah

(9)

58

Lampiran 6. Data Klinis Pasien

DATA KLINIS

Obat yang digunakan: (terapi hipertensi)

Tekanan Darah

Riwayat Penyakit Sudah berapa lama:

Komplikasi penyakit lainnya:

Penggunaan Obat lain

Efek Samping yang pernah diderita

(10)

59

Lampiran 7. Kuesioner Pengetahuan mengenai Hipertensi

No Pernyataan Ya Tidak Tidak

tahu

1 Hipertensi dapat dideteksi dari pengukuran tekanan darah

2 Hipertensi merupakan penyakit keturunan 3 Hipertensi dapat disebabkan oleh ilmu hitam

(sihir)

4 Hipertensi disebabkan stress dan rasa takut yang berlebih

5 Hipertensi hanya terjadi pada lansia

6 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat ditengkuk 7 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi

adalah mual dan muntah

8 Merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi

9 Makanan yang asin dapat menyebabkan hipertensi

10 Makanan yang tinggi lemak dapat meningkatkan resiko hipertensi

11 Hipertensi dapat menyebabkan kematian 12 Hipertensi dapat menyebabkan penyakit

jantung seperti serangan jantung 13 Hipertensi dapat menyebabkan stroke 14 Hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal 15 Hipertensi dapat menyebabkan kanker 16 Penyakit hipertensi dapat disembuhkan sama

sekali

17 Pasien hipertensi harus mengambil obat-obatan antihipertensi seumur hidup 18 Pasien hipertensi hanya mengambil

obat-obatan antihipertensi hanya ketika mereka sakit

19 Pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi setiap hari

20 Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran dapat menolong mencegah hipertensi

(11)

60

Lampiran 8. Kuesioner Kepatuhan Morisky Kuesioner Kepatuhan

Pertanyaan Jawaban pasien

1. Pernahkan anda lupa minum obat? ya tidak 2. Selain lupa, mungkin anda tidak minum

obat karena alasan lain. Dalam 2 minggu terakhir, apakah anda pernah tidak minum obat? Mengapa?

3. Pernahkah anda mengurangi atau berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter karena anda merasa obat yang diberikan membuat keadaan anda menjadi lebih buruk?

4. Pernah anda membawa obat ketika beperian?

5. Apakah anda masih meminum obat anda kemarin?

6. Apakah anda berhenti minum obat ketika anda merasa gejala yang dialami telah teratasi?

7. Meminum obat setiap hari merupakan sesuatu ketidaknyamanan untuk beberapa orang. Apakah anda merasa terganngu harus minum obat setiap hari?

8. Berapa sering anda lupa minum obat? a. Tidak pernah

(12)

61

Lampiran 9. Ethical Clearence

(13)

62

Lampiran 10. Uji Reabilitas

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 waktu 1 28,4000 20 4,47684 1,00105 waktu 2 28,7000 20 4,21900 ,94340

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 waktu 1 & waktu 2 20 ,954 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

Pair 1 waktu 1 - waktu 2

-,30000 1,34164 ,30000 -,92791 ,32791 -1,000 19 ,330

(14)

63

Lampiran 11. Uji Normalitas

Uji normalitas kolmogorov-Smirnov

Karakteristik demografi dengan pengetahuan

Tests of Normality

umur Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuan pasien

26-35 ,385 3 . ,750 3 ,000

36-45 ,215 4 . ,946 4 ,689

46-55 ,163 40 ,009 ,949 40 ,069

56-65 ,132 33 ,154 ,968 33 ,437

diatas 65 ,196 20 ,042 ,945 20 ,294

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

jenis kelamin Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pengetahuan

pasien

laki-laki ,141 42 ,034 ,961 42 ,156

perempuan ,159 58 ,001 ,952 58 ,022

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Pendidikan pasien Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuan pasien

SD ,163 71 ,000 ,958 71 ,018

SMP ,124 26 ,200* ,956 26 ,325

SMA ,219 3 . ,987 3 ,780

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

(15)

64

Tests of Normalityc

Pekerjaan pasien Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuan pasien

Pegawai swasta ,292 3 . ,923 3 ,463

wiraswasta ,132 43 ,057 ,967 43 ,241

nelayan ,197 5 ,200* ,943 5 ,685

petani ,163 9 ,200* ,970 9 ,895

ibu rumah tangga ,203 35 ,001 ,931 35 ,031

tidak bekerja ,162 4 . ,989 4 ,952

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

c. pengetahuan pasien is constant when Pekerjaan pasien = lain-lain. It has been omitted.

Tests of Normality Riwayat

keluarga

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pengetahuan

pasien

ya ,181 26 ,029 ,934 26 ,098

tidak ,131 74 ,003 ,967 74 ,053

a. Lilliefors Significance Correction

Karakteristik demografi dengan kepatuhan

Tests of Normality

umur Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kepatuhan pasien

26-35 ,314 3 . ,893 3 ,363

36-45 ,329 4 . ,895 4 ,406

46-55 ,165 40 ,008 ,948 40 ,066

56-65 ,162 33 ,028 ,937 33 ,055

diatas 65 ,178 20 ,097 ,931 20 ,161

a. Lilliefors Significance Correction

(16)

65

Tests of Normality

jenis kelamin Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. kepatuhan

pasien

laki-laki ,202 42 ,000 ,908 42 ,003

perempuan ,160 58 ,001 ,949 58 ,016

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality Pendidikan

pasien

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normalityc Pekerjaan

pasien

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

c. kepatuhan pasien is constant when Pekerjaan pasien = lain-lain. It has been omitted.

(17)

66

Tests of Normality Riwayat

keluarga

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. kepatuhan

pasien

ya ,199 26 ,010 ,923 26 ,052

tidak ,163 74 ,000 ,927 74 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Pengetahuan dengan kepatuhan

Tests of Normality pengetahua

n2

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. kepatuhan

pasien

rendah ,199 36 ,001 ,926 36 ,019

sedang ,167 56 ,000 ,934 56 ,004

tinggi ,161 8 ,200* ,967 8 ,876

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

(18)

67

Lampiran 12. Uji Statistik

Umur dengan Pengetahuan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided) Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 9 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,24. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 242632866.

c. The standardized statistic is -,588.

(19)

68 Jenis kelamin dengan Pengetahuan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided)

Sig. 90% Confidence Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,36. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 242632866.

c. The standardized statistic is ,080.

(20)

69 Pendidikan dengan Pengetahuan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,24. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 242632866.

c. The standardized statistic is -,013.

(21)

70 Pekerjaan dengan Pengetahuan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 16 cells (76,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,08. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 92208573.

c. The standardized statistic is -,133.

(22)

71 Riwayat keluarga dengan Pengetahuan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,08. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 242632866.

c. The standardized statistic is -1,992.

(23)

72 Umur dengan Kepatuhan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 9 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.

c. The standardized statistic is -1,407.

(24)

73 Jenis kelamin dengan Kepatuhan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,10. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.

c. The standardized statistic is 1,094.

(25)

74 Pendidikan dengan Kepatuhan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.

c. The standardized statistic is ,815.

(26)

75 Pekerjaan dengan Kepatuhan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 16 cells (76,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.

c. The standardized statistic is -,505.

(27)

76 Riwayat keluarga dengan Kepatuhan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,30. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.

c. The standardized statistic is 1,721.

(28)

77 Pengetahuan dengan Kepatuhan

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 2000000.

c. The standardized statistic is 1,462.

(29)

78 Pengetahuan dengan Keberhasilan Terapi

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 624387341.

c. The standardized statistic is -2,032.

(30)

79 Kepatuhan dengan Keberhasilan Terapi

Chi-Square Tests

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,55. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 957002199.

c. The standardized statistic is -5,554.

(31)

47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). www.hipertensi pada wanita lebih berbahaya. nationalgeographic.co.id. Diakses 20 November 2015.

Anonim. (2014). www.obatalamidarahtinggi94.wordpress.com. Diakses 27 September 2015.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman: 67. Awotidebe, T.O., Adedoyin, R.A., Rasaq, Adeyeye, W.A., Mbada, V.O., Akinola,

C.E., Otwombe, O.T. (2013). Knowledge, Attitude and Practice of Exercise For Blood Pressure Control: A Cross-sectional Survey. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. 10(1): 8.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: DepKes RI. Halaman: 88.

Badan POM RI. (2006). Kepatuhan Pasien: Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi. Info POM. Badan POM RI. 5(7): 11.

Brigitte, R.M., Juliana, T., Debora, G., Reynaldo, M.G., Boni Y., Cicera, C.V.A. (2010). Blood Pressure Levels and Adherence to Treatment of Hypertensive patient, User of a School Pharmacy. Brazillian journal of pharmaceutical sciences. Municipal University. 46(3): 421.

Chobanial, A.V, Bakris, G.L., Black, H.R. (2003). The seventh Report of The Joint National Committe on Prevantion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA. 42(6): 1206-1252.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI.

Gultom, Y.T., Lestari, S. (2012). Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tentang Manajemen Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Skripsi. Jakarta: FIK UI. Halaman: 38. Diakses 28 Agustus 2015.

Harijanto, W., Rudijanto, A., Arief, A.N. (2014). Pengaruh Konseling Motivational Interviewing terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi. Jurnal Kedokteran Brawijaya. FK Universitas Brawijaya. 28(4): 353-354.

Hayens, R.B., Leenen, F.H.H., Soetrisno, E. (2003). Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Penerbit Ladang Pustaka & Intimedia. Halaman: 121. Hart, J.T., Tom, F., Wendy, S. (2009). Tanya Jawab Seputar Tekanan Darah

Tinggi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Arcan. Halaman: 13-14.

(32)

48

Harimurti G.M. (2003). Hypertension, Vascular Disease: Management and Prevention from Dream to Reality. Jakarta: FK UI. Halaman: 105.

Krapek, K. (2004). Medication Adherence and Assosiated HbA1c in type 2 Diabetes. The Annals of Pharmacotherapy. 38(9): 1357.

Lailatushifah, S.N.F. (2012). Kepatuhan Pasien yang Menderita Penyakit Kronis dalam Mengkonsumsi Obat Harian. Yogyakarta. Fakultas Psikologi. Halaman: 1-9. Diakses 2 September 2015.

Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J., dan Lwangsa, S.K. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman: 54.

Lubis, H.R. (2008). Hipertensi dan Ginjal. Medan: USU Press. Halaman: 21. Mulyati, L., Yetti, K., Sukmarini, L. (2013). Analisis Faktor yang mempengaruhi

self Management Behaviour pada Pasien Hipertensi. Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad. 1(2): 53.

Morgado, M., Sandra, R. (2011). Pharmacist Intervention Program to Enhance Hypertension Control: A Randomised Controlled Trial. International Journal of Clinical Pharmacy. Int J Clin Pharm. 33(1): 132.

Mycek, M.J., Richard, A.H., Pamela, C.C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika. Halaman: 181-192.

Norman, K.F., Retnosari, A. (2012). Pengaruh Ceramah Kesehatan Terhadap Kepatuhan dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2012. Skripsi. Jakarta: Fakultas MIPA UI. Halaman: 1- 43. Diakses tanggal 25 Agustus 2015.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halaman: 50.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman: 139-140.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman: 70-71.

Nugraha, S., Setyawati, B., Ginova, N. (2005). Kebisingan dan Hipertensi pada Karyawan Laki-laki Di Plant 34 PT “I”. Majalah Kedokteran Indonesia: 55(12): 714.

Osterberg, L., Terrence, B., (2005). Adherence to Medication. N Eng J Med. 353(5):487-491.

(33)

49

Price, S.A.,Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman: 583.

Rahajeng, E., Tuminah, S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 59(12): 581.

Rantucci, M. (2009). Komunikasi Apoteker-PasienPanduan Konseling Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman: 57.

Ruhyanudin, F. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Malang: UMM Press. Halaman: 138.

Shaikh, M.A., Yakta, D., Sadia, Kumar, R. (2012). Hypertension Knowledge, Attitude and Practice in Adult Hypertensive Patients at LUMHS.Liaquat University of Medical and Health Sciences. Jamshoro: LUMHS. 11(02): 113.

Suriassumatri, Jujun, S. (2005). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Tan, H.J., Kirana, R. (2010). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Gramedia. Halaman: 538-562.

World Health Organization. (2001). Pengembangan Hipertensi Laporan Komisi Pakar WHO. Bandung: Penerbit ITB. Halaman: 62.

(34)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di puskesmas di Kecamatan Tanjung tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sampel minimal (Lameshow, 1997):

n =

keterangan: n = jumlah sampel minimal Z1-α/2 = derajat kemaknaan

p = proporsi konsumen

d = tingkat presisi/deviasi

dengan persen kepercayaan yang diinginkan 90%; Z1-α/2= 1,645; p = 0,5; dan d =

0,1 maka diperoleh besar sampel minimal:

(35)

22 n =

= 67,65 orang = 70 orang

Adapun kriteria inklusi dari subjek penelitian adalah: a. seluruh pasien berusia 18 tahun keatas.

b. pasien yang didiagnosis hipertensi.

c. pasien yang menggunakan obat-obat antihipertensi.

Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Adapun kriteria ekslusi yang dimaksud adalah: a. pasien yang tidak mengikuti penelitian hingga selesai

b. pasien yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik c. pasien yang data rekam medisnya tidak lengkap.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni tahun 2015.

3.4Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena belum pernah dilakukan penelitian tentang evaluasi pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap keberhasilan terapi hipertensi di daerah tersebut. Selain itu ditinjau dari segi jumlah pasien penderita hipertensi yang cukup banyak sehingga memungkinkan untuk dilakukan penelitian. Alasan lain adalah lokasi Kecamatan Tanjung Tiram yang dekat dengan pantai sehingga diperkirakan konsumsi garam (yang merupakan salah satu penyebab hipertensi) pada masyarakat tersebut cukup tinggi.

(36)

23

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara membagikan kuesioner kepada pasien yang berobat di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara. Kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. data demografi pasien berupa biodata pasien yang terdiri dari 6 poin, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga yang mengalami hipertensi.

b. pengetahuan pasien terdiri dari 20 poin pertanyaan yang meliputi pengetahuan umum mengenai hipertensi, gejala, faktor resiko, komplikasi, penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi.

c. tingkat kepatuhan pasien. Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait

perilaku pasien terhadap pengobatannya.

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu data yang diambil dari data yang sudah ada ditempat penelitian dengan menggunakan rekam medis. Adapun catatan medis pasien terdiri dari 5 bagian yaitu obat antihipertensi yang digunakan, tekanan darah, riwayat penyakit, penggunaan obat lain, dan efek samping yang pernah diderita.

3.5.1 Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner ini menggunakan instrumen penelitian oleh Iyalomhe dan Iyalomhe (2010) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia kemudian dilakukan

(37)

24

pengujian reabilitas. Untuk pengujian reabilitas dilakukan dengan pengujian test retest.

3.5.2 Kuesioner Kepatuhan

Kuesioner kepatuhan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Kuesioner MMAS adalah alat penilaian dari WHO yang sudah divalidasi (Krapek, 2004), dan diperoleh hasil yang valid sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengujian validitas.

3.5.3 Pengujian Reabilitas

Pada penelitian ini pengujian reabilitas untuk kuesioner pengetahuan dilakukan dengan metode test retest (test ulang). Jumlah sampel yang dipakai sebanyak 20 orang. Sampel yang digunakan dalam pengujian ini adalah pasien hipertensi di puskesmas Tanjung Tiram dengan interval waktu pemberian test pertama dan test kedua yaitu ± 10 hari. Dari hasil uji reabilitas didapatkan nilai pvalue > 0,05 yang berarti seluruh pertanyaan dinyatakan reliabel. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 10.

3.6Penilaian Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan

3.6.1 Penilaian Tingkat Pengetahuan

Sebelum menentukan kategori baik, cukup, dan kurang terlebih dahulu menetukan kriteria tolak ukur yang dijadikan penentuan skor pada setiap jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban yang salah atau tidak tahu diberi nilai 0.

Menurut Arikunto yang dikutip oleh Samsuryanti (2013), Skala pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan:

a. baik, bila menjawab pertanyaan dengan benar 16-20 soal (76-100%).

(38)

25

b. cukup, bila menjawab pertanyaan dengan benar 12-15 soal (56-75%) c. kurang, bila menjawab pertanyaan dengan benar <12 (<56%).

3.6.2 Penilaian Tingkat Kepatuhan

Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya, dengan jawaban iya atau tidak pada nomor 1 sampai 7. Pada pertanyaan nomor 1, 2, 3, 6, dan 7 untuk setiap jawaban “ya” diberi nilai 1 dan

untuk jawaban “tidak” diberi nilai 0. Pada pertanyaan nomor 4, dan 5 untuk

jawaban “tidak” beri nilai 1 dan untuk jawaban “ya” diberi nilai 0. Pada nomor 8,

jawaban berupa spektrum dengan jawaban selalu hingga tidak pernah. Untuk jawaban “tidak pernah” diberi nilai 0, dan untuk jawaban “sesekali” hingga

“selalu” diberi nilai 1.

Skor penilaian MMAS dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kepatuhan rendah, dengan nilai lebih dari 2, kepatuhan sedang dengan nilai 1-2, kepatuhan tinggi dengan nilai 0.

3.7Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

a. Editing, yaitu data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian, dan kejelasan.

b. Coding (pengkodean data), setelah dilakukan pengeditan, kemudian dilakukan pengkodean. Data yang diedit kemudian diubah dalam bentuk angka yaitu dengan cara memberikan kode 1 pada tingkat pengetahuan dan kepatuhan rendah, kode 2 pada tingkat pengetahuan dan kepatuhan sedang, dan kode 3 pada tingkat pengetahuan dan kepatuhan tinggi.

(39)

26

c. Input data, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam program IBM SPSS Statiscs 21.0.

d. Cleaning data, setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali untuk

memastikan apakah data bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis. proses pembersihan data dilakukan dengan pengecekan kembali data yang sudah di entry. Pengecekan ini untuk melihat apakah ada data yang hilang (missing) dengan melakukan list, koreksi kembali apakah data yang sudah di entry benar atau salah dengan melihat variasi data atau kode yang digunakan.

3.7.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian. Data dianalisa menggunakan program SPSS. Awalnya data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji yang dilakukan. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah chi-square (p < 0,05) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik demografi pasien terhadap tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan serta mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan terhadap keberhasilan terapi hipertensi.

3.8 Langkah Penelitian

a. Meminta rekomendasi Wakil Dekan I Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

(40)

27

b. Menghubungi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara Sumatera Utara untuk mendapat izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas.

c. Menghubungi pihak Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara untuk mendapat izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara .

d. Mengurus ethical clearence sebagai syarat penelitian.

e. Visite ke puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

f. Menjumpai pasien dan meminta kesediaannya menjadi responden, mengambil data klinis pasien dari rekam medis lalu meminta pasien mengisi kuesioner tingkat pengetahuan.

g. Setelah ± 2 minggu kemudian, pasien yang telah menggunakan obat antihipertensi kembali datang ke puskesmas untuk memeriksa tekanan darahnya, diambil data klinisnya yang baru dari rekam medis lalu meminta pasien mengisi kuesioner tingkat kepatuhan.

h. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh, hingga diperoleh suatu kesimpulan.

(41)

28

3.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Defenisi operasional dari karakteristik pasien hipertensi

Variabel Defenisi operasional

Cara ukur

Alat ukur parameter

Umur total lama waktu hidup subjek

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

a. SD b. SMP c. SMA

d. perguruan tinggi Jenis

pekerjaan

Aktifitas mata pencarian subjek

Observasi Lembar kuesioner

keluarga dengan penyakit

hipertensi

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

a. tinggi 0 b. sedang 1-2 c. rendah >2

(42)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang hubungan antara karakteristik dari pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat hipertensi dari keluarga) dengan tingkat pengetahuan dan kepatuhan, serta melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien hipertensi dengan keberhasilan terapi.

4.1 Data Demografi

Data demografi pasien terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat hipertensi pada keluarga. Berikut ini gambaran distribusi frekuensi dari karakteristik pasien hipertensi.

(43)

30

Data demografi Jumlah (pasien) Persentase (%) Pekerjaan

Tabel 4.1 menunjukkan frekuensi pasien hipertensi berdasarkan usia, paling banyak diderita pada kelompok umur 46 – 55 tahun yaitu sebanyak 40 pasien (40%). Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa umur diatas 45 tahun lebih cenderung untuk diserang penyakit hipertensi karena pada usia tersebut organ-organ vital seperti jantung, ginjal, serta pembuluh darah telah mengalami penurunan fungsi atau kerusakan yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah. Usia diatas 40 tahun akan meningkatkan resiko hipertensi (Nugraha, ddk., 2005).

Berdasarkan jenis kelamin, pasien hipertensi yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 58 pasien (58%), sedangkan pada laki-laki sebanyak 42 (42%). Namun menunjukkan jumlah selisih yang tidak jauh berbeda. Hal ini serupa dengan penelitian Norman (2011) yaitu populasi hipertensi pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 73,9%. Berdasarkan riset wake forest baptist medical center yang dipublikasikan dalam Therapeutic Advances in Cardiovascular Disease tahun 2013 menyebutkan penyakit pembuluh darah 30-40% lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding

(44)

31

pria. Ada perbedaan fisiologis signifikan antara sistem kardiovaskular wanita dan pria, termasuk tipe dan banyaknya hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.

Berdasarkan tingkat pendidikan, yang paling banyak adalah pasien dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 71 pasien (71%). Berdasarkan pekerjaan, yang paling banyak adalah pasien dengan pekerjaan wiraswasta, yaitu sebanyak 43 pasien (43%). Berdasarkan keadaan sosioekonomi, aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan (WHO, 2001).

Berdasarkan riwayat hipertensi yang ada pada keluarga, mayoritas pasien adalah pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarganya yaitu sebanyak 74 pasien (74%).

4.2 Data Klinis

4.2.1 Tekanan Darah

Data klinis yang diperoleh dari rekam medis pasien yang didapat dari puskesmas adalah tekanan darah. Pencatatan tekanan darah dilakukan 2 kali. Tekanan darah I diambil saat pertemuan pertama dengan pasien, tekanan darah II diambil dengan interval waktu ±2 minggu saat pasien kembali mengunjungi puskesmas untuk mengontrol tekanan darahnya. Kategori tekanan darah dibagi atas 2 kelompok, yaitu positif yang artinya terjadi penurunan tekanan darah pada pasien setelah dilakukan pengurangan antara tekanan darah II dan tekanan darah I, dan negatif yang artinya terjadi kenaikan tekanan darah.

(45)

32

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pasien terbanyak mengalami penurunan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran 2 minggu kemudian yaitu sebanyak 89 pasien (89%). Namun sebagian besar dari penurunan tekanan darah tersebut belum mencapai target terapi. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori perubahan tekanan darah (n=100)

No Kategori perubahan tekanan darah Jumlah (pasien) Persentase (%) 1

2

Positif Negatif

89 11

89 11

Total 100 100%

Selain dilakukan pengelompokan berdasarkan perubahan tekanan darah, dilakukan juga pengelompokan berdasarkan keberhasilan terapi hipertensi. Kategori berdasarkan keberhasilan terapi hipertensi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu berhasil artinya pasien yang memiliki tekanan darah <140/90 mmHg pada pengukuran kedua dan tidak berhasil yaitu pasien pasien yang memiliki tekanan darah >140/90 mmHg pada pengukuran kedua.

Tabel 4.3 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori keberhasilan terapi hipertensi (n=100)

No Kategori keberhasilan terapi Jumlah (pasien) Persentase (%) 1

2

Berhasil Tidak berhasil

31 69

31 69

Total 100 100%

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 69 pasien (69%) belum mencapai target terapi dan sekitar 31 pasien (31%) dapat mencapai target terapi. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien hipertensi gagal mencapai target terapi.

(46)

33

4.2.2 Penggunaan Obat Antihipertensi

Selain tekanan darah, data klinis lain yang diperoleh dari rekam medis adalah obat antihipertensi yang digunakan pasien.

Tabel 4.4 Distribusi pasien berdasarkan penggunaan jenis antihipertensi No Jenis Obat Antihipertensi Jumlah pasien Persentase (%)

1 2 3 4

Kaptopril Amlodipin Nipedipin furosemid

72 22 17 15

57,14 17,46 13,49 11,91

Total 126 100%

Tabel 4.4 menunjukkan antihipertensi yang paling banyak diberikan pada pasien di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram yaitu kaptopril sebanyak 72 pasien (57,14%). Kaptopril adalah obat golongan Angiotensin-converting enzym (ACE) Inhibitor yang digunakan untuk penanganan hipertensi (Nugroho, 2012). Obat yang diberikan pada pasien tidak hanya terdiri dari terapi tunggal tetapi juga terdiri dari kombinasi antihipertensi.

4.3 Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi

Untuk pengujian tingkat pengetahuan, dibuat beberapa pertanyaan seputar pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan umum mengenai hipertensi, faktor resiko, komplikasi, penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi. Hasil ini berguna sebagai informasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang mengontrol penyakit hipertensi. Mayoritas informasi mereka peroleh dari tenaga kesehatan khususnya dokter dan perawat.

(47)

34

Tabel 4.5 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan tingkat pengetahuan (n=100) No Tingkat pengetahuan Jumlah (pasien) Persentase (%)

1

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, mayoritas pasien terdapat pada kategori tingkat pengetahuan cukup sebanyak 56 pasien (56%). Kategori tingkat pengetahuan kurang 36 pasien (36%) , dan baik 8 pasien (8%). Hasil tersebut menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan pasien hipertensi di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram tergolong cukup, tetapi masih perlu ditingkatkan dengan cara memberikan edukasi dan konseling pada pasien. Awotidebe, dkk., (2013), menyatakan bahwa upaya bersama diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan untuk memaksimalkan pencegahan dan pengontrolan hipertensi.

Tabel 4.6 Pengetahuan umum pasien hipertensi mengenai hipertensi (n=100)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

hipertensi dapat dideteksi dari pengukuran tekanan darah

96 Hipertensi merupakan penyakit

keturunan Hipertensi dapat disebabkan oleh

ilmu hitam (sihir)

1 Hipertensi disebabkan stress dan rasa

takut yang berlebih

93 Hipertensi hanya terjadi pada lansia 14

(14%)

66 (66%)

20 (20%)

Statistik deskriptif untuk kajian mengenai variabel pengetahuan umum mengenai hipertensi ditunjukkan pada Tabel 4.6. Sekitar 96% dari pasien hipertensi di puskesmas di kecamatan tanjung tiram mengetahui bahwa hipertensi

(48)

35

dapat dideteksi dari pengukuran tekanan darah. Sekitar 93% pasien mengatakan bahwa hipertensi dapat disebabkan stress dan rasa takut yang berlebihan, tapi hanya sekitar 26% pasien yang mengetahui bahwa hipertensi merupakan penyakit keturunan.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sekitar 96% pasien hipertensi mengetahui bahwa gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat ditengkuk.

Tabel 4.7 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai gejala hipertensi (n=100)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat ditengkuk

96 (96%)

4 (4%)

0 (0%) Gejala yang ditemui pada penderita

hipertensi adalah mual dan muntah

24 (24%)

71 (71%)

5 (5%)

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pengetahuan pasien mengenai faktor resiko hipertensi yang disebabkan oleh makanan yang asin sekitar 98%. Namun hanya sekitar 25% pasien yang mengetahui bahwa merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi. Pengetahuan pasien relatif tinggi mengenai makanan yang asin sebagai faktor resiko hipertensi karena adanya informasi dari pihak puskesmas baik itu dokter maupun perawat. Namun tidak ada informasi dari tenaga medis di puskesmas bahwa merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stress, peningkatan asupan natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan dan lain-lain (Lubis, 2008).

(49)

36

Tabel 4.8 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai faktor resiko hipertensi (n=100)

Pertanyann Ya Tidak Tidak tahu

Merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi

menyebabkab resiko hipertensi

66

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pasien hipertensi memiliki pengetahuan yang cukup mengenai komplikasi yang terjadi disebabkan hipertensi. Sebanyak lebih dari 90% pasien hipertensi mengetahui bahwa hipertensi dapat menyebabkan kematian dan stroke. sebanyak 76% pasien mengetahui hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung. Namun hanya 26% pasien yang mengetahui hipertensi dapat menyebabkan gangguan ginjal.

Tabel 4.9 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai komplikasi hipertensi (n=100)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

Hipertensi dapat menyebabkan kematian Hipertensi dapat menyebabkan

penyakit jantung seperti serangan jantung Hipertensi dapat menyebabkan stroke 93

(93%)

6 (6%)

1 (1%) Hipertensi dapat menyebabkan

gangguan ginjal Hipertensi dapat menyebabkan kanker 4

(4%)

42 (42%)

54 (54%)

Tabel 4.10 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai Penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi (n=100)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

Penyakit hipertensi dapat disembuhkan sama sekali

28 pasien harus mengambil

(50)

37 Pasien hipertensi hanya mengambil obat-obatan antihipertensi hanya ketika mereka sakit

Pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi setiap hari

44

Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran dapat menolong mencegah hipertensi

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pengetahuan pasien hipertensi mengenai hal-hal yang dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah yaitu dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam penatalaksanaan hipertensi hanya kurang dari 50% pasien yang mengetahui bahwa pasien hipertensi harus mengambil obat-obatan antihipertensi seumur hidup dan pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi setiap hari. 64% pasien hipertensi mengatakan pasien hipertensi hanya mengambil obat-obatan antihipertensi hanya ketika mereka sakit. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan pasien hipertensi mengenai penatalaksanaan hipertensi relatif rendah.

4.4 Tingkat Kepatuhan

Salah satu alat pendeteksi kepatuhan dalam minum obat adalah MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya, dengan jawaban iya atau tidak pada nomor 1 sampai 7. pada nomor 8, jawaban berupa spektrum dengan jawaban selalu hingga tidak pernah.

Skor penilaian MMAS dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kepatuhan rendah dengan nilai lebih dari 2, kepatuhan sedang dengan nilai 1-2, dan kepatuhan tinggi dengan nilai 0.

(51)

38

Tabel 4.11 Distribusi pasien Hipertensi berdasarkan tingkat kepatuhan (n=100) No Tingkat kepatuhan Jumlah (pasien) Persentase (%) 1

2 3

Rendah Sedang Tinggi

69 26 5

69 26 5

Total 100 100%

Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan pasien di Kecamatan Tanjung Tiram terhadap hipertensi tergolong masih rendah. Hal-hal yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam mengkonsumsi obat antara lain karena merasa gejala sudah teratasi sebanyak 82%, kelupaan sebanyak 56%, terlambat kontrol sebanyak 47%, dan timbulnya efek samping sebanyak 5%. Penyebab ketidakpatuhan terendah adalah malas sebanyak 3%. Harijanto, dkk., (2014), mengatakan penyebab ketidakpatuhan pada hasil survei terutama karena keterlambatan kontrol, kelupaan, dan merasa tekanan darahnya sudah terkontrol sehingga tidak perlu meminum obat.

4.5 Hubungan Karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan mengenai hipertensi. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametik.

(52)

39

Tabel 4.12 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan (n=100)

Variabel

Tingkat pengetahuan

(53)

40

Tabel 4.12 berdasarkan kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,840. Berdasarkan kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,410. Berdasarkan kategori pendidikan terakhir dan pekerjaan, diperoleh nilai signifikansi masing masing adalah 0,640 dan 0,970, dan berdasarkan kategori riwayat keluarga, diperoleh nilai signifikansi 0,110. Nilai (p > 0,05) tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan.

4.6 Hubungan Karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametik.

Tabel 4.13 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan (n=100)

Variabel

Tingkat Kepatuhan

P value Rendah Sedang Tinggi

(54)

41

Tabel 4.13 berdasarkan kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,500. Berdasarkan kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,590. Berdasarkan kategori pendidikan terakhir diperoleh nilai signifikansi adalah 0,050. Berdasarkan kategori pekerjaan diperoleh nilai signifikansi adalah 0,850, dan berdasarkan kategori riwayat keluarga diperoleh nilai signifikansi adalah 0,080. Nilai (p > 0,05) tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat kepatuhan.

(55)

42

Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan.

4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametik.

Tabel 4.14 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan (n=100)

Berdasarkan uji chi-squarediperoleh nilai p adalah 0,580. Nilai (p > 0,05) tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Walaupun hasil ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan pencarian pengobatan. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak terdapatnya hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan karena pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang

(56)

43

sebagian besar terkait penatalaksanaan non farmakologi termasuk (gejala, faktor resiko, dan komplikasi), serta hanya sebagian kecil pengetahuan yang terkait tentang penatalaksanaan farmakologi (perilaku minum obat) pada pasien hipertensi, sedangkan kepatuhan yang dimaksud adalah kepatuhan yang terkait tentang penatalaksanaan farmakologi (perilaku minum obat) pada pasien hipertensi.

4.8 Hubungan tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi hipertensi

Keberhasilan terapi pada pasien hipertensi dilakukan dengan pengukuran tekanan darah sebanyak 2 kali pada interval waktu ± 2 minggu. Kemudian dilakukan pengkategorian antara pasien yang mempunyai tekanan darah <140/90 mmHg dan ≥ 140 mmHg.

Tabel 4.15 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi Hipertensi (n=100)

Kategori tingkat pengetahuan

Jumlah

Nilai signifikansi Berhasil Tidak berhasil

Kurang

Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa pada kategori tingkat pengetahuan kurang, persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 19,4% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 80,6%. Sedangkan pada kategori tingkat pengetahuan cukup persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 33,9% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 66,1%. Kategori tingkat pengetahuan baik persentase pasien yang

(57)

44

mengalami keberhasilan terapi sebanyak 50% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 50%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi maka semakin tinggi pula persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi. Namun dari nilai signifikansi yaitu 0,190 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi hipertensi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyati (2013), yang menyatakan bahwa pengetahuan pasien tidak mempengaruhi perilaku pasien untuk mengontrol tekanan darah.

4.9 Hubungan tingkat kepatuhan dengan keberhasilan terapi Hipertensi

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara tingkat kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi hipertensi. Untuk mengetahuinya dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square.

Tabel 4.16 Hasil analisis hubungan tingkat kepatuhan dengan keberhasilan terapi Hipertensi (n=100)

Kategori kepatuhan

Jumlah Nilai

signifikansi Berhasil Tidak berhasil

Rendah

Tabel 4.16 pada kategori tingkat kepatuhan rendah, persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 13,0% dan yang mengalami

(58)

45

ketidakberhasilan terapi sebanyak 87,0%. Sedangkan pada kategori tingkat kepatuhan sedang persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 69,2% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 30,8%. Kategori tingkat kepatuhan tinggi persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 80% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 20%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat antihipertensi maka semakin tinggi pula persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan nilai signifikansi yaitu 0,000 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan mengkonsumsi antihipertensi mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Morgado, dkk., (2011), bahwa kepatuhan dapat menurunkan tekanan darah hingga mencapai tekanan darah terkontrol. Kepatuhan terhadap pengobatan farmakologis untuk hipertensi dianggap sebagai faktor kunci dalam menjamin hasil terapi yang sukses (Brigitte, 2010).

(59)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. karekteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) tidak mempengaruhi pengetahuan pasien hipertensi (p > 0,05). b. karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat

keluarga) tidak mempengaruhi kepatuhan pasien hipertensi (p > 0,05).

c. tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi kepatuhan pasien (p > 0,05).

d. tingkat pengetahuan yang tinggi sebanyak 8 pasien (8%), pengetahuan sedang

56 pasien (56%), pengetahuan rendah sebanyak 36 pasien (36%). Tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi (p > 0,05).

e. tingkat kepatuhan yang tinggi sebanyak 5 pasien (5%) , kepatuhan sedang sebanyak 26 pasien (26%) , kepatuhan rendah sebanyak 69 pasien (69%). Tingkat kepatuhan pasien mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi (p<0,05).

5.2 Saran

Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi atau penyuluhan kepada pasien, keluarga pasien (sebagai perawat pasien dirumah), dan masyarakat mengenai pentingnya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat harian antihipertensi dalam mengontrol tekanan darah pasien.

(60)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan diastolik ≥90 mmHg.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII

Klasifikasi Sistolit (mmHg) Diastolit (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage I 140-159 90-99

Hipertensi stage II >160 >100

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Hart, dkk., 2009), antara lain:

a. Kecepatan: jantung anda memompa darah ke dalam arteri dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada apa yang dilakukan dan apa yang dipikirkan. b. Diameter: arteri yang lebih kecil mempunyai diameter yang bervariasi

bergantung pada tekanan pada benang-benang otot yang mengelilinginya. Tekanan ini bergantung terutama pada sinyal dari otak dan berbagai bahan kimia dalam peredaran darah (hormon) yang dilepaskan oleh organ-organ lain dalam tubuh.

c. Gesekan: gesekan sepanjang dinding-dinding arteri meningkat sewaktu arteri menjadi makin tua dan makin dipenuhi oleh plak seperti lilin yang terbuat dari bekuan darah dan kolesterol. Proses tersebut menaikkan tekanan darah dengan

(61)

7

cara menaikkan ketahanan terhadap aliran darah, sementara aliran akan dipercepat dengan tekanan yang meningkat, jadi terbentuk proses berantai. d. Viskositas dan Volume: baik viskositas maupun volume darah bervariasi,

bergantung terutama pada asupan garam, efisiensi ginjal dan ukuran serta bentuk sel darah merah, yang dapat diubah oleh kadar zat besi yang rendah dalam darah atau kadar alkohol darah yang tinggi.

Mekanisme yang berkaitan dengan pemelihara tekanan darah sangat kompleks. Tekanan darah terutama dikontrol oleh otak , sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah didalam tubuh. Organ ini juga langsung mengatur berbagai organ lain dalam menanggapi permintaan dan keperluan tubuh. Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan gas) didalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin. Angiotensin menyebabkan pembuluh darah mengerut sehingga tekanan darah meningkat. Hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi darah. Pada bagian atas ginjal terdapat sebuah kelenjar kecil yang disebut kelenjar adrenal. Kelenjar ini mensekresikan beberapa hormon yang dapat meningkatkan tekanan darah, termasuk kortison, adrenalin dan aldosteron (Hayens, 2003).

2.2 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Ruhyanudin, 2006):

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang penyebabnya

tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi

(62)

8

primer kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

b. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal.

2.3 Diagnosis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosis melalui gejala klinik dan pemeriksaan tekanan darah.

2.3.1 Gejala Klinik

Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur. Nyeri ini biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan adakalanya melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh darah (Tan dan Kirana, 2010).

2.3.2 Pemeriksaan Tekanan Darah

Dikatakan seseorang memiliki tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan distolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran (Ruhyanudin, 2006).

Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan

(63)

9

adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi (Ruhyanudin, 2006).

2.4. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah penurunan mortalitas dan morbiditas. Tujuan tersebut berhubugan dengan kerusakan organ target dan terjadi penurunan kejadian resiko penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit ginjal (Depkes, RI., 2006).

Tatalaksana terapi hipertensi berdasarkan pedoman teknis penemuan dan tatalaksana penyakit hipertensi tahun 2006, yaitu:

a. Seseorang didiagnosis menderita hipertensi maka yang pertama dilakukan adalah mencari faktor resiko. Setelah ditemukan faktor resiko, dapat dilakukan terapi awal yaitu terapi non farmakologi dengan modifikasi gaya hidup. Bila penurunan tekanan darah tidak tercapai maka terapi non farmakologi dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologi.

b. Terapi farmakologi disesuaikan dengan tingkat hipertensi, adatidaknya komplikasi penyakit atau keadaan khusus seperti diabetes melitus dan kehamilan.

c. Terapi farmakologi pilihan pertama yang digunakan adalah golongan tiazid,

kedua golongan ACE Inhibitor, kemudian diikuti golongan antagonis kalsium. d. Bila terapi tunggal tidak berhasil, maka diberikan terapi kombinasi

e. Bila tekanan darah target tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya hidup dan terapi kombinasi dilakukan sistem rujukan spesialis.

2.4.1 Non Farmakologi

(64)

10

Penatalaksanaan nonfarmakologi diartikan sebagai penatalaksanaan tanpa obat. Terapi nonfarmakologi terdiri dari beberapa modifikasi gaya hidup seperti:

a. Menguruskan Badan

Berat badan berlebihan (kegemukan) menyebabkan bertambahnya volume-darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan tekanan volume-darah dapat turun kurang lebih 0,7/0,5 mmHg setiap kg penurunan. Di anjurkan BMI antara 18,5-24,9 kg/m2 (Tan dan Kirana, 2010).

b. Mengurangi Konsumsi Garam

Bila kadar Na di filtrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air akan dikeluarkan untuk menormalisasi kadar garam dalam darah. Akibat pengeluaran ekstra air tersebut, tekanan darah akan turun. Pengurangan setiap gram garam sehari dapat berefek penurunan tensi 1 mmHg. Maka untuk mencapai penurunan tekanan darah yang nyata, konsumsi garam harus dibatasi sampai <6 g sehari (Tan dan Kirana, 2010).

c. Adaptasi Pengaturan Pola Makan Berdasarkan DASH

Konsumsi makanan yang mengandung banyak buah dan sayur serta mengurangi asupan lemak atau yang mengandung lemak diperkirakan dapat menurunkan tekanan diastolik 8-14 mmHg (Chobanial, dkk., 2003).

d. Aktivitas Fisik

Aktifitas olahraga aerobik (jogging sekitar 30 menit setiap hari, atau lebih dari sekali dalam seminggu diperkirakan dapat menurunkan tekanan diastolik 4-9 mmHg (Chobanial, dkk., 2003).

(65)

11

e. Pengurangan Konsumsi Alkohol dan Berhenti Merokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat (Tan dan Kirana, 2010). Konsumsi alkohol tidak lebih dari dua jenis minuman beralkohol atau bahkan penghentian penggunaan alkohol diperkirakan dapat menurunkan tekanan diastolik 2-4 mmHg (Chobanial, dkk., 2003).

2.4.2 Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi hipertensi terdiri dari tujuh kelompok antihipertensi antara lain:

2.4.2.1Diuretika

Diuretika meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun. Disamping itu, diperkirakan berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar Na membuat dinding lebih kebal terhadap nor-adrenalin, hingga daya tahannya berkurang. Efek hipotensifnya relatif ringan. Diuretik thiazida dianggap sebagai obat hipertensi pilihan utama dan umumnya digunakan sebagai terapi awal bagi kebanyakan penderita tekanan darah tinggi, sebagai obat tunggal atau kombinasi (Tan dan Kirana, 2010).

2.4.2.2Alfa-blockers

Zat-zat ini memblok reseptor-alfa adrenergik, yang terdapat di otot polos pembuluh (dinding), khususnya di pembuluh kulit dan mukosa. Dapat dibedakan 2 jenis reseptor: α1 dan α2, yang berada di post-synaptis, dan α2 juga pre-synaptis.

Alfa-blockers melawan antara lain vasokonstriksi tersebut akibat aktivasi dan dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Tan dan Kirana, 2010), yaitu:

(66)

12

a. alfa-blockers tak selektif: fentolamin (Regitine), yang hanya digunakan i.v. pada krisis hipertensi tertentu.

b. alfa-1- blockers selektif: memblok hanya reseptor-α1-adrenergik secara

selektif, antara lain prazosin, terazosin, dan alfuzosin. c. alfa-2-blockers selektif: yohimbin.

2.4.2.3. Obat-obat Penyekat β-adrenoseptor

Penyekat β menurunkan tekanan darah terutama mengurangi isi sekuncup

jantung. Obat ini juga menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin dari ginjal, karena itu mengurangi pembentukan angiotensin II dan sekresi aldosteron. Prototipe penyekat-β adalah propanolol, yang bekerja pada reseptor β1 dan β2. Obat-obat yang lebih baru seperti atenolol dan metoprolol selektif untuk β1. Obat-obat ini sering digunakan untuk penyakit-penyakit seperti

asma, dan propanolol memiliki kontraindikasi karena mempunyai efek bronkokonstriksi yang diperantarai β2 (Mycek, dkk., 2001).

2.4.2.4ACE Inhibitor

ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan ataupun kontraktilitas. Obat-obat ini menghambat enzim pengkonversi angiotensin yang mengubah angiotensin I membentuk vasokonstriksi poten angiotensin II. Dengan menurunkan kadar angiotensin II yang beredar, ACE inhibitor juga menurunkan sekresi aldosteron, sehingga mengurangi retensi natrium dan air. Contoh obat: kaptopril (Mycek, dkk., 2001).

(67)

13

2.4.2.5Antagonis Angiotensin II

Zat ini memblok reseptor AT II dengan efek vasodilatasi. Contoh obat: Losartan, Valsartan (Tan dan Kirana, 2010).

2.4.2.6Penyekat Kanal Kalsium

Konsentrasi kalsium intraseluler mempunyai peranan penting dalam mempertahankan tonus otot polos dan kontraksi miokard. Kalsium masuk sel-sel otot melalui kanal khusus kalsium yang sensitif voltase. Ini merangsang pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma dan mitokondria, yang selanjutnya meningkatkan kadar kalsium sitosol. Obat antagonis kanal kalsium menghambat gerakan pemasukan kalsium dengan cara terikat pada kanal kalsium tipe L di jantung dan otot polos koroner dan vaskular perifer. Ini menyebabkan otot polos vaskular beristirahat, mendilatasi terutama arteriol. Contoh obat: amlodipin, nifedipin, nikardipin (Mycek, dkk., 2001).

2.3.2.7. Vasodilator

Vasodilator bekerja dengan cara merelaksasi otot polos vaskular, yang menurunkan resistensi dan karena itu mengurangi tekanan darah. Obat-obat ini menyebabkan stimulasi refleks jantung, menyebabkan gejala berpacu dari kontraksi miokard yang meningkat, nadi dan konsumsi oksigen. Vasodilator juga meningkatkan konsentrasi renin plasma, menyebabkan resistensi natrium dan air. Contoh obat: Hidralazin (Mycek, dkk., 2001).

2.5 Pengetahuan

pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi operasional dari karakteristik pasien hipertensi Variabel Defenisi Cara Alat ukur parameter
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien hipertensi berdasarkan karakterisasi pasien
Tabel 4.1 menunjukkan frekuensi pasien hipertensi berdasarkan usia,
Tabel 4.4 Distribusi pasien berdasarkan penggunaan jenis antihipertensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi yang harus dilakukan pemimpin harus mengoreksi, memantau, mengetahui masalah-masalah yang sedang terjadi pada karyawan agar pemimpin bisa menyelesaikan masalah

merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data yang benar terjadi di lapangan.Sedangkan penelitian kuantitatif sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono(2014:14) adalah

Garis OP berserenjang dengan garis PQ yang bersilang dengan paksi-y pada

When observing the OSM geodata represented for selected regions in Africa regarding the size, we can observe a huge increase of data volume for the less developed parts of the

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi.. cukup sepanjang

pujian positif pada keluarga atas usahanya.. e) Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan. cara atur jadwal rutin

Ya waktu itu aku belum tau ya konsep pacaran tu gimana tapi aku ngrasa nggak klik dan nggak sama kayak yang aku bayangin .Dan yang paling bikin aku dongkol

Perbaikan citra bertujuan meningkatkan tampilan citra untuk pandangan manusia atau untuk mengkonversi suatu citra agar memiliki format yang lebih baik sehingga