• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Tabel Penskoran Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga YAKMI di Kelurahan Polonia

NO PERSEPSI JUMLAH SIKAP JUMLAH PARTISIPASI JUMLAH

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan

Sosial : Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta. PT Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi,

dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya). Jakarta. Kencana

Prenada Media Group

Kusjuliadi, Danang. 2007. Septictank (Pengenalan, Persyaratan, Pembuatan,

Renovasi & Pemeliharaan). Depok. Griya Kreasi

Mahmud, Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta

Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Graha Ilmu

Sarwono, Wirawan Sarlito. 1991. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta. CV. Rajawali Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta:

Pembangunan.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian

Bidang Ilmu-ilmu Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan). Medan.

PT Grasindo Monoratama

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji

Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Suprapto. 2007. Ekonomi Partisipasi. Jakarta. Konrad Adnaeuer Stiftung.

Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Konsep, Aplikasi &

Tantangan. Jakarta. Rajawali Pers

Wijoyo, Yosef. 2013. Diare Pahami Penyakit & Obatnya. Yogyakarta. PT Citra Aji Parama

Sumber lain:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008

(3)

http://www.tempo.co/read/news/2014/11/18/060622849/40-Persen-Penduduk-Tak-Punya-Akses-Sanitasi-Layak , diakses pada tanggal 20 September 2015 pukul 15:30

(http://id.wikipedia.org/wiki/Diare#Penyebab) , diakses pada tanggal 20 September 2015 pukul 18.00

(http://staypublichealth.blogspot.com/2013/01/definisi-kesehatan-lingkungan-menurut.html), diakses pada tanggal 23 September 2015 pukul 17.00 (http://www.jualseptictankbio.com/p/septic-tank-ramah-lingkungan.html).

Diakses pada tanggal 23 September 2015 pukul 17.00

(http://lacaxcom.blogspot.com/2015/03/makalah-sanitasi-dan-kesehatan.html). Diakses pada tanggal 26 September 2015 pukul 17.30

(https://diskusilingkungan.wordpress.com/2013/07/10/apa-sih-manfaat-sanitasi/). Diakses pada tanggal 3 Oktober 2015 pukul 17.30

(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian 2011:52).

Melalui penelitian ini penulis akan menggambarkan secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat terhadap sanitasi melaui septictank ramah lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

(5)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu-individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini maka dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian (Siagian 2011:155).

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2009 : 99). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Polonia dampingan Lembaga YAKMI yang telah diberikan materi pemicuan atau sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan dan septictank ramah lingkungan berjumlah 150 orang.

3.3.2 Sampel

(6)

(Siagian, 2011 : 156).Apabila jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampelnya sebesar 10% - 20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009 : 255). Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungan nya adalah 20% x 150 = 30. Maka sampel yang akan diambil peneliti adalah berjumlah 30 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal, surat kabar dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2) Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial yaitu: a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung

terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topikpenelitiandi lokasi penelitian.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untu melengkapi data yang diperlukan.

(7)

memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011).

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif,sehingga nantinya peneliti dapat menggambarkan informasi data yang diperoleh dalam penelitian. Pengolahan data

secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan (tabulating).

1. Editing, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini diperlukan karena data yang dihimpun kadangkala belum memenuhi harapan peneliti, diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebihan dan bahkan terlupakan.

2. Pengkodean, adalah pemberian identitas pada data yang sudah di edit sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.

(8)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Kelurahan Polonia

Kelurahan Polonia merupakan salah satu kelurahan yang ada dikota Medan dan tepatnya ada di Kecamatan Medan Polonia.Kelurahan Polonia berada pada sekitar MDPL 35 m (114 kaki) dan merupakan daerah dataran cukup rendah. Sementara itu curah hujan mencapai rata-rata 2510-3000 MM per tahun dengan temperatur udara sekitar 30ºC-33ºC.Udara di Kelurahan Polonia cukup bersih tidak berdebu karena jauh dari kawasan industri dan langit di Kelurahan Polonia biru dan cerah karena tidak terlalu tercemari oleh polusi.Luas wilayah Kelurahan Polonia 157 ha. dan Kelurahan Polonia memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Anggrung 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Sari rejo 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Alur Babura Medan Baru 4. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Suka dame

Kelurahan Polonia ini terdiri dari 13 Lingkungan yang mana setiap lingkungan ini di pimpin oleh seorang kepala lingkungan

4.2 Keadaan Demografis

(9)

peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya penduduk perantau yang datang ke daerah ini.Kelurahan ini terdiri dari berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduk di Kelurahan Polonia ini adalah suku Jawa.selain itu juga terdapat suku-suku lain seperti batak melayu china madras dan lain-lain.

4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 7425 50,29

2 Perempuan 7341 49,71

Jumlah 14766 100%

Data tahun 2015 dari profil kelurahan

Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak sekitar 50,29 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yang hanya sekitar 49,71 %.

4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan

(10)

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Lingkungan

NO LINGKUNGAN JUMLAH JIWA

1 I 866

2 II 409

3 III 650

4 IV 769

5 V 1516

6 VI 955

7 VII 896

8 VIII 920

9 IX 1934

10 X 1451

11 XI 1943

12 XII 1290

13 XIII 1167

JUMLAH 14.766

Data tahun 2015 dari profil kelurahan

Dari table 4.2.2 diatas dapat kita lihat bahwa lingkungan II memiliki jumlah penduduk yang lebih sedikit dengan jumlah 409 jiwa,sedangkan lingkungan XII memiliki jumlah penduduk yang terbanyak dengan jumlah 1.943 jiwa dengan total jumlah keseluruhan penduduk 14.766 jiwa.

(11)

NO KELAMIN JENIS LK

Data tahun 2015 dari profil kelurahan

Lingkungan XI memiliki komposisi jumlah penduduk laki-laki terbanyak dengan jumlah 1.012 jiwa dan lingkungan II dengan jumlah laki-laki paling sedikit dengan jumlah 205 jiwa.Sedangkan lingkungan IX yang memiliki jumlah penduduk perempuan terbanyak dengan jumlah 954 jiwa sedangkan dan lingkungan II yang paling sedikit dengan 204 jiwa dan secara jumlah laki-laki dengan jumlah terbanyak 7.425 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 7.341 jiwa.

4.3 Sarana dan Prasarana 4.3.1 Sarana Jalan

(12)

kesehatan yang memadai pula. Sarana kesehatan di Kelurahan Polonia belum memenuhi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di kelurahan ini.

Kelurahan ini juga mempunyai masyarakat yang rentan terkena resiko penyakit baik itu penyakit TBC ataupun penyakit lain nya. Adapun sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.11 Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah

1

Data tahun 2015 dari profil kelurahan

4.3.4 Sarana Peribadatan

(13)

Tabel4.12 Sarana Peribadatan

No Sarana Peribadatan Jumlah

1

Data tahun 2015 dari profil kelurahan

4.3.5 Sarana Pendidikan

Untuk menampung penduduk yang ingin mengikuti pendidikan formal dan non formal, pemerintah dan pihak swasta membangun sarana pendidikan di Kelurahan Polonia. Sarana pendidikan yang telah tersedia di kelurahan ini adalah

Tabel4.13 Sarana Pendidikan

No Srana Pendidikan Jumlah

1

Data tahun 2015 dari profil kelurahan

(14)

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar

Bab ini peneliti menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan melalui penyebaran angket. Kuesioner diisi oleh warga dampingan Lembaga YAKMI yang telah diberikan materi pemicuan/sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan, dimana responden pada penelitian ini berjumlah 30 kepala keluarga. Pembahasan data dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan membagi dalam dua sub bab agar penelitian tersusun secara sistematis, yaitu : a. Analisis Identitas Responden meliputi jenis kelamin, usia, agama, suku,

pendidikan terakhir dan pekerjaan.

b. Respon masyarakat dampingan Lembaga YAKMI terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan di Kelurahan Polonia

5.2 Analisis Identitas Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah sebanyak 30 kepala keluarga dengan demikian satu orang responden mewakili satu keluarga (rumah tangga).

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 2

Laki-laki Perempuan

4 26

13 87

Jumlah 30 100

(15)

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden berjenis kelamin perempuan 26 orang (87%) jauh lebih banyak daripada jumlah responden berjenis kelamin laki-laki yang hanya 4 orang (13%) hal tersebut karena perempuan lebih banyak yang mengikuti kegiatan sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan dari Lembaga YAKMI tersebut.

Agenda sosialisasi biasanya dilakukan setelah kegiatan cek kesehatan anak diposyandu yang diadakan puskemas kelurahan polonia dan juga setelah acara perwiritan ibu-ibu yang mana kegiatan ini dilakukan oleh perempuan. Sedangkan bagi peserta laki-laki ada yang tidak sengaja mengikuti sosialisasi pemicuan tersebut disaat mengantar istri mereka dan sebagian lagi memang diajak untuk ikut hadir.

Berdasarkan pengamatan peneliti didalam kegiatan sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan oleh lembaga YAKMI tersebut biasanya adalah orang yang sudah berumah tangga sehingga sudah memiliki rumah/tempat tinggal sendiri maka biasanya dari mereka sudah berusia diatas 25 tahun, dimana usia tersebut sudah menjadi usia yang ideal untuk menikah.

(16)

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

20-30 31-40 41-50 51 Keatas

2 11

9 8

7 36,5

30 26,5

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.2 jumlah responden berusia 31-40 adalah yang paling banyak yakni 11 orang (36,5%). Usia 31-40 masih dalam kategori usia yang produktif sehingga mereka masih sangat mampu dan antusias untuk mengikuti sosialisasi/pemicuan tersebut dan juga kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Sedangkan paling sedikit berusia antar 20-30 yakni hanya 2 orang (7%), hal tersebut karena para responden adalah mereka yang sudah berumah tangga

sehingga mereka yang berada pada golongan usia tersebut sangat sedikit karena masih banyak yang belum menikah/berumah tangga pada golongan usia

(17)

Tabel 5.3

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan hasil data distribusi responden berdasarkan agama bahwa mayoritas responden adalah beragama islam sebanyak 29 0rang (97%), hal ini dikarenakan kegiatan sosialisasi /pemicuan diadakan setelah ibu-ibu selesai melakukan perwiritan atau pengajian sehingga mereka yang ikut melakukan kegiatan tersebut adalah warga dampingan yang beragama islam dan masyarakat kelurahan polonia adalah mayoritas beragama islam.

Tabel 5.4

Sumber : Data primer 2016

(18)

batak 3 orang (10%) karena mayoritas penduduk Kelurahan Polonia adalah suku Jawa. Suku Jawa bukanlah merupakan suku asli dari Kelurahan Polonia namun suku Jawa merupakan yang terbanyak dikelurahan Polonia, dikelurahan Polonia terdapat juga suku-suku lain, seperti etnis tionghoa etnis madras melayu dan nias. Walaupun dikelurahan Polonia terdapat banyak etnis dan suku namun mereka tetap saling menghargai dan hidup dengan nyaman.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

SD SMP SMA

12 8 11

40 25 35

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2016

(19)

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga yakni berjumlah 19 orang (63%), mereka tidak berkerja karena tingkat pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan juga suami yang bekerja sehingga mereka lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaan rumah saja.

Sementara 9 orang responden (30%) berprofesi sebagai wiraswasta dimana sebagian besar dari mereka memiliki usaha sendiri baik usaha rumahan maupun mejadi pedagang dipasar. Selanjutnya 2 orang (7%) mereka bekerja sebagai Buruh, baik sebagai buruh bangunan maupun buruh pabrik.

5.3 Respon Masyarakat Dampingan Lembaga YAKMI Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Di Kelurahan Polonia

(20)

5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan

Persepsi responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan dapat dilihat melalui hasil data pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Sanitasi Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

Sanitasi lingkungan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan merupakan salah satu cara dalam memperoleh kesehatan lingkungan manusia,terutama lingkungan fisik yaitu Air Tanah dan Udara Yang menjadi indikator dari sanitasi lingkungan ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, saluran air parit yang baik dan lancar dan pengelolaan aliran pembuangan air hujan.

(21)

Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa mereka dapat memiliki pengetahuan mengenai sanitasi lingkungan karena mereka aktif berkegiatan dalam sosialisasi/pemicuan dan cukup antusias mengikutinya.

Sanitasi lingkungan hal sangat penting bagi kehidupan manusia, banyak manfaat yang didapatkan jika kita mampu menjaga sanitasi lingkungan dengan baik. Untuk melihat jawaban responden mengenai pentingnya sanitasi lingkungan bagi kesehatan dapat diketahui melalui hasil data pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pentingnya Sanitasi Lingungan Bagi Kehidupan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(22)

berbagai jenis penyakit dan bakteri jahat”. Tidak ada satupun dari responden yang

tidak mengetahui manfaat dari sanitasi lingkungan bagi kesehatan. Seperti kita ketahui sanitasi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang.

Banyak manfaat yang didapatkan apabila sanitasi lingkungan dapat dijaga dengan baik, diantaranya adalah mengurangi resiko terkena penyakit, terhindar dari penyakit diare/mencret, terciptanya hidup yang sehat dan berkualitas, meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan produktivitas masyarakat. Kelima hal tersebut juga menjadi komponen indikator bagi penulis untuk mengklasifikasikan jawaban dari responden mengenai pentingnya sanitasi lingkungan bagi kehidupan.

Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah BAB Sembarangan dapat Mencemari Air dan Lingkungan Sekitar

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(23)

Sementara responden dengan jumlah 2 orang (7%) masih kurang mengetahui karena kurangnya informasi yang didapat serta kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan mengenai sanitasi lingkungan. Limbah BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan dimana ketika meresap ketanah maka tanah akan tercemar, dengan tercemarnya tanah secara terus menerus maka ini akan menyebabkan tercemarnya sumur sebagai sumber air bersih dimana masyarakat Kelurahan Polonia masih banyak menggunakan sumur bor sebagai sumber air bersihnya.

Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah BAB Sembarangan dapat Menyebabkan Penyakit Diare/Mencret karena Limbah Meresap Ketanah, Air Bersih dan Mengandung Bakteri E-Coli

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(24)

atau media informasi lainnya tentang kesehatan yang mereka baca dan juga dari kegiatan pemicuan dari lembaga YAKMI.

Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan pengetahuan responden terhadap septictank, maka keseluruhan responden yakni 30 orang (100%) seluruhnya mampu menjelaskan dengan baik apa yang dimaksud dengan septictank karena semua responden memiliki septictank dirumah mereka sebagai wadah penampungan kotoran/limbah tinja. juga melalui media massa yang pernah mereka baca dan melalui sosialisasi dari pihak Puskesmas mengenai sanitasi yang baik. Septictank merupakan bangunan penampung kotoran tinja yang biasanya berukuran diatas 1x1 meter dan terbuat dari batu bata yang biasanya tidak kedap air sehingga limbah kotoran tinja dibiarkan meresap ketanah.

(25)

Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.10 bahwa responden sebagian besar sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan septictank ramah lingkungan yakni sebanyak 28 orang (93%), pengetahuan ini mereka dapatkan melalui sosialiasi/pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan dari lembaga YAKMI dengan intensitas kehadiran yang aktif dan partisipasi yang juga aktif maka septictank ramah lingkungan ini sering mereka dengar dan mereka lihat sehingga dapat menyampaikan dengan baik pengertian dari septictank ramah lingkungan tersebut.

Sementara 2 orang responden (7%) lainnya masih kurang mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai septictank ramah lingkungan , karena intensitas kehadiran mereka yang kurang dalam mengikuti sosialisasi tersebut sehingga informasi yang mereka dapatkan tidak maksimal.

(26)

Tabel 5.11

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan Manfaat Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.11 bahwa responden sebagian besar sudah mengetahui fungsi dan manfaat septictank ramah lingkungan yakni sebanyak 28 orang (93%), pengetahuan ini juga mereka dapatkan melalui sosialiasi/pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan dari lembaga YAKMI dengan partisipasi yang aktif didalam kegiatan tersebut sehingga pengetahuan dan informasi yang didapatkan maksimal. Selanjutnya 2 orang (7%) dari responden masih kurang mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai septictank ramah lingkungan, hal ini juga karena intensitas kehadiran mereka yang kurang dalam sosialisasi tersebut sehingga tidak maksimal informasi yang mereka peroleh. Fungsi dari septictank ramah lingkungan ini adalah menampung dan mengolah kotoran tinja dan limbah rumah tangga menjadi limbah yang tidak mencemari lingkungan, kemudian manfaatnya adalah tidak mencemari tanah dan sumber air bersih dan menghindarkan/meminimalisir resiko untuk terkontaminasi bakteri penyebab penyakit diare.

(27)

lingkungan.Perbedaan antara septic tank biasa dengan septic tank ramah lingkungan dapat dilihat dari struktur dan bentuk bangunan. Kalau septic tank resapan biasa nya berbentuk petak dan terbuat dari batu bata dan dapat meresap ketanah yang menyebabkan pencemaran air, dan kalau septic tank ramah lingkungan dibuat dengan percampuran 1 pasir berbanding 2 semen tanpa batu bata sehingga bangunan kokoh dan kedap air, kemudian bentuknya juga berbeda memiliki 2 tabung dan fungsinya yang tidak hanya menampung tapi juga mengolah air buangan limbah rumah tangga menjadi steril dan tidak mencemari lingkungan.

Tabel 5.13

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Terhadap Tujuan Program Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan oleh Lembaga

YAKMI

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(28)

responden masih kurang memahami tujuan program tersebut karena partisipasi yang kurang aktif dalam sosialisasi dan pemicuan tersebut sehingga pemahaman mengenai septictank ramah lingkungan dan sanitasi lingkungan tidak maksimal dengan demikian tujuan dari program tersebut juga kurang mereka pahami. Tujuan program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan oleh Lembaga YAKMI adalah agar masyarakat sadar dan peduli terhadap kebersihan lingkungan, sehingga merubah pola perilaku mereka akan sanitasi lingkungan. mencegah tercemarnya sumber air bersih akibat perilaku manusia untuk mengurangi/ meminimalisir penyakit mencret/diare didalam masyarakat.

Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Terhadap Resiko yang Ditimbulkan Jika Tidak Menggunakan Septictank

Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(29)

kegiatan pemicuan sehingga informasi yang didapat juga tidak maksimal

Resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah lingkungan seperti sumber air bersih yang akan tercemar kemudian akan sulit untuk mendapatkan sumber air bersih, terkena penyakit diare/mencret akibat tercemar bakteri E-coli.

5.3.2 Sikap Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan

Sikap responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan dapat dilihatmelalui hasil data pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Program Bantuan Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(30)

Seperti hasil wawancara dengan salah seorang responden yakni Bapak surahman (62thn)“program ini sangat membantu karena kita dapat subsidi 2,5

juta rupiah jadi saya tinggal menambah sikit aja,dan septic tank ini menjaga kita

supaya terhindar dari sumber penyakit karena bakteri ”. Responden yang lain sebanyak 2 orang (7%) menganggap bahwa program bantuan tersebut kurang membantu, mereka yang menganggap program tersebut kurang membantu yakni karena hanya disubsidi sebagian tidak sepenuhnya, sehingga mereka menganggap jumlah 1,5 juta Rupiah yang dikeluarkan masih tetap saja terasa berat bagi mereka.

Berdasarkan dari hasil data responden 30 orang (100%) mengatakan program bantuan dari YAKMI tersebut sangat bermanfaat bagi warga dan bagi kesehatan lingkungan. adanya pengetahuan tentang sanitasi yang mereka dapatkan dari kegiatan pemicuan/sosialisasi tersebut dan mengatakan program tersebut bermanfaat karena dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat sehingga merubah pola perilaku mereka tentang menjaga kesehatan lingkungan Dapat mengurangi tingkat pencemaran di lingkungan tempat tinggal mereka

Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(31)

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.16 bahwa sebagian besar responden yakni 28 orang responden (93%) beranggapan bahwa septictank ramah lingkungan membantu mengurangi tingkat pencemaran karena kedap air sehingga air limbah kotoran tidak meresap dengan tanah, dan memiliki tabung filterisasi yang mampu mengelola dan mensterilkan buangan limbah sehingga air buangan tidak mencemari lingkungan sekitar dan 2 orang responden (7%) berpendapat bahwa septictank biasa saja sudah cukup untuk digunakan tanpa harus menggunakan septictank ramah lingkungan. Mereka menganggap septictank biasa sudah cukup untuk digunakan karena tidak pernah bermasalah selama memakai septictank tersebut.

Tabel 5.17

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pentingnya dibangun septictank ramah lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(32)

lingkungan penting dibangun disini karena septictank resapan tidak layak lagi

dipakai karena meresap ketanah jadi dapat mencemari tanah dan sumber air

bersih”.

Kemudian 4 orang responden (13%) mengatakan kurang penting karena menganggap tingkat pencemaran belum terlalu tinggi tetapi tetap menganggap septictank ramah lingkungan bermanfaat untuk digunakan dan 5 orang (17%) mengatakan tidak penting, karena menganggap pencemaran lingkungan belum tinggi masih biasa-biasa saja dan septictank resapan sudah cukup untuk digunakan.

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Program Septictank Ramah Lingkungan Demi Kelangsungan Kesehatan

Lingkungan Generasi Mendatang

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(33)

lingkungan harus dijaga untuk masa depan anak cucu mereka, kemudian 9 orang responden (30%) kurang mendukung mereka menganggap program tersebut perlu untuk diterapkan didaerah lain akan tetapi partisipasinya dalam menyampaikan manfaat program tersebut kepada orang lain tidak ada.

Pada tabel 5.19dibawah ini dapat dilihat bagaimana tanggapan responden mengenai apakah cukup menggunakan septictank resapan tanpa harus menggantinya dengan septictank ramah lingkungan.

Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Septictank Biasa Sudah Cukup Tanpa Harus Membangun Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.19 bahwa sebagian besar responden yakni 25 orang (83%) beranggapan bahwa septictank biasa (resapan) tidak cukup untuk digunakan dan harus menggantinya dengan septictank ramah lingkungan,hal ini berdasarkan kondisi yang mereka alami ketika menggunakan septictank ramah lingkungan dan juga informasi yang mereka dapatkan dalam kegiatan pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan. Seperti hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden yakni Ibu wagini (34thn) yang mengatakan “septictank biasa tidak cukup, banyak kurangnya seperti baunya

yang sering menguap, tidak kedap air jadi kotoran tinja meresap ketanah bisa

(34)

Berdasarkan hasil data dari responden 30 orang (100%) mengatakan berminat menggunakan septic tank ramah lingkungan karena mereka memiliki pemahan tentang pentingnya septic tank yang ramah lingkungan, namun tidak semua warga mampu untuk membangun septic tank ramah lingkungan karena keterbatasan tersebut warga polonia yang membangun septic tank yang ramah lingkungan 8 unit saja. Akan tetapi sebagian warga yang tetap memiliki keinginan untuk membangun septic tank yang ramah lingkungan. Berikut hasil wawancara dengan salah satu warga Ibu Rida (43th) “Sebenar nya kami pingin nya

membangun septic tank ramah lingkungan ini tapi karena gak ada duit nantilah dulu karena ini pun masih ada yang lebih penting untuk anak sekolah”

Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasarkan Keyakinan Kesehatan Akan Lebih Terjamin Jika Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(35)

mencemari tanah dan sumber air minum sehingga mereka yakin kesehatan mereka akan lebih terjaga. Sementara 2 orang responden (7%) kurang meyakini karena menganggap belum bisa menjawab apabila belum memakainya langsung.

Berdasarkan hasil data responden semua 30 orang (100%) mengatakan setuju jika pemerintah mengeluarkan peraturan pelarangan BAB sembarangan karena alasan tingkat pencemaran sudah tinggi dan akan menyebarkan bibit penyakit dan juga akan sangat meresahkan karena bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh tinja yang dibuang sembarangan.

Pada tabel 5.24 dibawah ini dapat dilihat sikap para responden apabila pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai keharusan membangun septictank ramah lingkungan di masing-masing rumah tempat tinggal baik rumah yang sudah terbangun maupun yang baru akan dibangun.

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pemerintah Menetapkan Peraturan Tentang Keharusan Membangun Septictank

Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(36)

wawancara bahwa responden yang setuju tentang keharusan membangun septictank ramah lingkungan dalam mengurangi tingkat pencemaran sangat diperlukan untuk kelestarian lingkungan dan untuk generasi selanjutnya, hal ini karena limbah yang dihasilkan septictank ramah lingkungan tidak mencemari lingkungan alam karena air yang dihasilkan sudah bersih sehingga tanah tidak tercemar. Pencemaran lingkungan yang mereka rasakan di lingkungan mereka tinggal sudah parah sehingga mereka setuju karena hal tersebut dianggap akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan untuk kelestarian lingkungan alam kedepannya. Sementara 19 orang responden (63%) kurang setuju dengan hal tersebut dengan alasan walaupun septictank ramah lingkungan penting keberadaannya tetapi tidak semua mampu untuk membangunnya karena biaya yang tidak terjangkau masyarakat.

5.3.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan

Partisipasi responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kehadiran dalam Pertemuan dengan Puskesmas Mengenai Kebersihan Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(37)

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.22 bahwa sebagian besar responden yakni 24 orang (83%) kurang aktif mengikuti pertemuan dengan pihak Puskesmas mengenai kebersihan lingkungan, karena waktu pertemuan itu terkadang bersamaan dengan kesibukan para warga melakukan aktifitas dan juga kurang nya informasi yang diberikan tentang kegiatan tersebut, kurangnya sosialisasi dari pihak Puskesmas merupakan kendala utamanya. Sedangkan 4 orang (13%) tidak pernah hadir dalam pertemuan tersebut karena tidak mendapatkan informasi dan 2 orang (7%) responden aktif mengikuti pertemuan tersebut dengan intensitas 3 kali dalam sebulan atau lebih, mereka aktif dalam kegiatan tersebut.

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kehadiran Dalam Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(38)

mereka dan masyarakat lainnya dalam hal kesehatan lingkungan disamping juga aktif karena ingin mendapatkan bantuan yang cukup membantu bagi mereka.

Sementara 9 orang responden (30%) kurang aktif dalam mengikuti sosialisasi karena kehadiran yang hanya dibawah 1 kali dalam 2 minggu dikarenakan mereka tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk mengikuti program tersebut, sehingga ketika ada waktu luang sajalah mereka bisa mengikutinya dan 6 orang responden (20%) tidak aktif dalam mengikuti kegiatan tersebut dengan intensitas yang hanya 1 kali dalam sebulan disamping juga tidak memiliki waktu sebagian dari mereka juga menganggap kegiatan ini tidak terlalu penting dikarenakan tidak tertarik dengan penggunaan septictank ramah lignkungan tersebut.

Tabel 5.24

Distribusi Responden Berdasarkan Keaktifan dalam MengikutiSosialisasi/Pemicuan oleh Lembaga YAKMI

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(39)

selama mengikuti kegiatan tersebut. Selanjutnya 23 orang responden (77%) kurang aktif dalam kegitan dimana mereka hanya bertanya atau hanya memberikan pendapat saja dan 4 orang (13%) responden tidak aktif dalam kegiatan sosialisasi tersebut, karena antusias yang kurang dimana mereka mengikuti kegiatan Tersebut tetapi bukan karena kemauan sendiri seperti hasil wawancara dengan salah satu warga yakni Ibu elisa (35thn) mengatakan “ saya datang kemari karena diajak bu kepling, jadi segan kalau gak datang”.

Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Penyampaian Kembali

Informasi Mengenai Pentingnya Sanitasi, Septictank Ramah Lingkungan danBahaya BAB Sembarangan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Kerabat, orang lain diluar daerah Keluarga

Sumber : Data primer 2016

(40)

tentang materi tersebut kepada orang terdekatnya saja yakni keluarga karena pengetahuan ini dianggap penting untuk kesehatan keluarga mereka. Selanjutnya 1 orang responden (3%) tidak pernah menyampaikan kembali informasi tersebut karena kurangnya pengetahuan yang didapat sehingga mereka tidak pernah menyampaikan kembali materi tersebut dikarenakan tidak maksimal nya informasi yang mereka serap.

Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan Membersihkan Lingkungan di Sekitar Rumah

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

(41)

Tabel 5.27

Distribusi Responden Berdasarkan Aktif Mengikuti Kegiatan Bersama/ Gotong Royong yang Berhubungan dengan Kebersihan Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.27 bahwa 1 orang responden (3%) memiliki partisipasi yang aktif dalam kegiatan bersama gotong royong dan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan seperti membuang sampah, membersihkan parit, kategori aktif apabila responden mengikuti kegiatan gotong royong 3 kali dalam sebulan atau lebih karena gotong royong dilakukan setiap minggunya pada hari minggu pagi.

(42)

Tabel 5.28

Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Keluarga dalam Kegiatan Kebersihan Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 5.28 bahwa 9 orang responden (30%) selalu melibatkan keluarga atau orang terdekatnya dalam kegiatan kebersihan lingkungan setiap hari karena mereka menganggap hal ini perlu dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran akan kebersihan lingkungan dalam keluarga dan 18 orang (60%) kurang melibatkan keluarga dalam membersihkan lingkungan sekitarnya dimana mereka lebih memilih untuk membersihkan/ melakukannya sendiri selagi mereka bisa dan sanggup melakukannya sendiri.Sedangkan 3 orang (10%) tidak melibatkan keluarga dalam membersihkan lingkungan sekitarnya karena responden sudah terbiasa melakukan sendiri karena keluarga memiliki kesibukan diluar masing-masing.

(43)

Tabel 5.29

Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2016

Sedangkan 17 orang responden (57%) responden belum/akan menggunakan septictank ramah lingkungan tersebut, mereka sadar akan manfaatnya dan memiliki keinginan untuk membangun tetapi masih terkendala dengan uang yang belum cukup dan 5 orang responden (16%) menjawab tidak akan menggunakan, hal ini karena kesadaran yang kurang akan sanitasi lingkungan dan partisipasi yang kurang dalam kegiatan sosialisasi sehingga tidak mendapatkan pengetahuan dengan maksimal dan juga masalah materi yang menjadi halangan utama karena tidak memiliki uang yang cukup.

5.4 Analisis Data Kuantitatif Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan

Setelah hasil respon warga binaan terhadap program pemberdayaan komunitas adat terpencil telah dianalisis dari kuesioner yang telah dibagikan, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif melalui pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data dilakukan mulai dari respon negatif, respon netral, dan respon positif, yakni:

(44)

Hasil respon masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan, dilakukan melalui pemberian skor berdasarkan pengetahuan, persepsi, sikap dan partisipasi. Jawaban responden yang telah dianalisis, kemudian dapat diklasifikasikan apakah persepsi, sikap dan partisipasinya positif atau negatif dengan menentukan interval kelas seperti terlihat pada uraian di bawah ini:

Negatif Netral Positif

-1 -0,66 -0,33 0 0,33 0,66 1

Maka untuk menentukan kategori responden positif, respon netral atau respon negatif dapat dilihat dengan adanya nilai batasan sebagai berikut:

(45)

5.4.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan

Pemberian skor variabel persepsi terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan ini merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel persepsi (V1) merupakan hasil rata-rata V1 = Σ skor variabel : (hasil jumlah sub variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel persepsi ada 11 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V1 = Σ skor variabel : (11 x 30).

Untuk mengetahui apakah persepsi masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan termasuk respon negatif, respon netral dan respon positif, maka dilakukan analisa dengan memberikan skor -1 pada respon negatif, skor 0 untuk respon netral dan skor 1 untuk respon positif, lalu dibagi dengan jumlah total responden. Hasil akhir dapat dilihat apakah persepsi negatif, netral atau positif dengan batasan nilai pada skala likert.

= 307 : (11 x 30) = 307 : 330 = 0,93 Keterangan :

Σ skor variabel persepsi = 307 Jumlah sub variabel persepsi = 11 Jumlah responden = 30

Hasil skor variabel Persepsi (V1) = 0,93

(46)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa responden memiliki persepsi positif terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan di Kelurahan Polonia

5.4.2 Sikap Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan

Pemberian skor variabel sikap terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan ini merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sikap (V2) merupakan hasil rata-rata V2 = Σ skor variabel : (hasil jumlah sub variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel sikap ada 10 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V2 = Σ skor variabel : (10 x 30).

Untuk mengetahui apakah sikap masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan termasuk respon negatif, respon netral dan respon positif, maka dilakukan analisa dengan memberikan skor -1 pada respon negatif, skor 0 untuk respon netral dan skor 1 untuk respon positif, lalu dibagi dengan jumlah total responden. Hasil akhir dapat dilihat apakah sikap negatif, netral atau positif dengan batasan nilai pada skala likert.

= 247 : (10 x 30) = 247 : 300 = 0,82 Keterangan :

Σ skor variabel persepsi = 247 Jumlah sub variabel persepsi = 10 Jumlah responden = 30

Hasil skor variabel Persepsi (V2) = 0,82

(47)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa responden memiliki sikap yang positif terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan di Kelurahan Polonia

5.4.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan

Pemberian skor variabel partisipasi terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan ini merupakan variabel ketiga dalam mengukur respon. Hasil skor variabel persepsi (V3) merupakan hasil rata-rata V3 = Σ skor variabel : (hasil jumlah sub variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel partisipasi ada 8 sub variabel (lihat lampiran). Sehingga rata-rata V3 = Σ skor variabel : (8 x 30).

Untuk mengetahui apakah partisipasi masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan termasuk respon negatif, respon netral dan respon positif, maka dilakukan analisa dengan memberikan skor -1 pada respon negatif, skor 0 untuk respon netral dan skor 1 untuk respon positif, lalu dibagi dengan jumlah total responden. Hasil akhir dapat dilihat apakah partisipasi negatif, netral atau positif dengan batasan nilai pada skala likert.

= 53 : (8 x 30) = 53 : 240 = 0,22 Keterangan :

Σ skor variabel persepsi = 82 Jumlah sub variabel persepsi = 8 Jumlah responden = 30w

Hasil skor variabel Persepsi (V3) = 0,22

(48)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa responden memiliki respon yang netral terhadap sanitasi lingkungan dikelurahan Polonia

Jika kuantifikasi data dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan skala likert, maka dapat dilihat secara rata-rata respon menyeluruh masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Jadi, Hasil Persepsi + Hasil Sikap + Hasil Partisipasi dibagi dengan banyak kelas, yaitu :

(49)

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil penelitian.Kesimpulan yang terdapat di bab ini merupakan hasil yang dicapai dari analisisdata dalam penelitian tentang respon masyarakat terhadap sanitasi melalui

septictank ramah lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan

Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat terhadap sanitasi melalui septic tank ramah lingkungan dapat dilihat dari tiga aspek yaitu :

1. Aspek persepsi, hasil analisis data dapat diketahui bahwa masyarakat memiliki persepsi yang positif terhadap sanitasi melalui septic tank ramah lingkungan, yang ditunjukkan melalui pengetahuan tujuan dan manfaat dari program pembangunan septic tank ramah lingkungan oleh Lembaga YAKMI tersebut.

2. Aspek sikap, hasil analisis data dapat diketahui bahwa masyarakat memiliki sikap yang positif terhadap sanitasi melalui septic tank ramah lingkungan tersebut, dimana masyarakat memberikan penilaian yang baik serta setuju terhadap pelaksanaan dan keberlangsungan program pembangunan septic

tank ramah lingkungan guna terciptanya lingkungan yang sehat dan

(50)

3. Aspek partisipasi, hasil analisis data menunjukan bahwa masyarakat memiliki partisipasi yang netral terhadap sanitasi melalui septic tank ramah lingkungan tersebut, hal ini dapat dilihat melalui jarangnya masyarakat mengikuti kegiatan pertemuan yang diadakan pihak Puskesmas namun beberapa masyarakat juga aktif dalam mengikuti kegiatan sosialisasi/ pemicuan mengenai sanitasi lingkungan oleh lembaga YAKMI.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada masyarakat kelurahan Polonia untuk selalu menjaga kesehetan baik itu kesehatan lingkungan maupun kesehatan diri sendiri, Dapat dimulai dari menjaga kebersihan lingkungan,agar dapat mengurangi resiko untuk terkena berbagai macam penyakit. Dan juga untuk lebih perduli terhadap lingkungan guna kelestarian alam yang mana nantinya akan sangat berpengaruh bagi kualitas kesehatan masyarakat dan juga berguna untuk generasi selanjutnya. 2. Kepada pihak pemerintahan Kelurahan Polonia untuk bekerja sama dengan

(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Responberasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan(reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan definisi responadalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat.

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu:

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

(52)

faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang. (Sarwono, 1991: 35)

Respon merupakan reaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi pada pengamatan masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan keputusan melalui empat tahapan:

1. Kategori primitif, yakni objek atau peristiwa yang diamati dan diisolasi berdasarkan ciri-ciri khusus.

2. Mencari tanda, si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencari informasi-informasi tambahan yang mungkin hanya melakukan kategorisasi yang tepat.

3. Konfirmasi, yakni terjadinya setelah objek mendapatkan penggolongan sementara.

4. Konfirmasi tuntas dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon mulai muncul.

(53)

1. Persepsi berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

2. Sikap berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan.

3. Partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut. (http:shvoong.com,2011)

(54)

merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lampau (Mahmud, 1990:49).

Sikap merupakan kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi. Sikap juga menetukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang (Ahmadi, 2009:148). Selain itu, dalam kajian sikap telah diketahui bahwa sikap tersebut dapat bersifat negatif dan dapat pula bersifat positif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaannya suatu objek. Sedang sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu (Mueller, 1996).

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang tanpa objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat dan sebagainya.

b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.

c. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit berubah.

d. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.

e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

(55)

Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma –norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara satu individu dengan individu yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek. Sikap juga dapat berubah dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan sikap adalah :

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.

2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang terdapat dari diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok, interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melaui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan sebagainya.

(56)

pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto, 2007:20). Menurut Sudarningrum dalam Sugiyah (2001:38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :

1. Partisipasi langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisi[asi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

2. Partisipasi tidak langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu mendelagasikan hak partisipasinya (eprints.uny.ac.id)

2.2 Masyarakat

(57)

2.2.1 Masyarakat dan Macamnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

1. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.

2. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam :

 Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku,

golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar

 Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau

(58)

2.2.2 Asal Masyarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanya sselalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:

1. Hasrat yang berdasar naluri ( kehendak diluar pengawasan akal ) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk. 2. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan

bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga bersama.

3. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.

(59)

kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan (Shadily, 1993 : 52 )

2.3 Kesehatan Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (1996) kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan ligkungan yang optimum yang sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula, Sedangkan Moeller (1992) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian, pemahaman dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia. Undang-Undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya (Mulia, 2005:2).

(60)

Adapun Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :

 Penyediaan Air Minum

 Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran  Pembuangan Sampah Padat

 Pengendalian Vektor

 Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia  Higiene makanan, termasuk higiene susu

 Pengendalian pencemaran udara  Pengendalian radiasi

 Kesehatan kerja

 Pengendalian kebisingan  Perumahan dan pemukiman

 Aspek kesling dan transportasi udara  Perencanaan daerah dan perkotaan  Pencegahan kecelakaan

 Rekreasi umum dan pariwisata

 Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk

 Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Sedangkan sasaran kesehatan lingkungan, yakni :

 Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang

(61)

 Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis  Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis

 Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk

umum

 Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan

yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus

(http://staypublichealth.blogspot.com/2013/01/definisi-kesehatan-lingkungan-menurut.html).

2.4 Sanitasi

2.4.1 Pengertian Sanitasi

Sanitasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik dibidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat, sedangkan sanitasi lingkungan adalah cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara (http://kbbi.web.id/sanitasi).

(62)

lingkungan yang mencakup perumahan, pembangunan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat.

Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan. Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan upaya pengobatan penyakit, banjir, pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran sungai, dialirkan pada saluran sungai

(http://lacaxcom.blogspot.com/2015/03/makalah-sanitasi-dan-kesehatan.html).

2.4.2 Manfaat Sanitasi

(63)

1. Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semu.

Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas, jika dihitung detail, seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju pertimbuhan ekonomi.

2. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas masyarakat.

Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas air minum dapat menurunkan kasus diare yang akan mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah dan tidak masuk kerja hingga 8 hari pertahun atau meningkat 17% yang tentunya berdampak pada kesempatan meningkatkan pendapatan.

3. Menurunkan angka kemiskinan.

Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp 1,25 juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan harian (opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus menunggu dan merawat anggota keluarga yang sakit.

4. Memberdayakan masyarakat.

(64)

5. Menyelamatkan masyarakat.

Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait motto di bidang kesehatan yang sudah dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati. Bayangkan negara kita harus kehilangan Rp 58 triliun pertahun karena kita memilih tidak mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11,2 triliun pertahun untuk memperbaiki kondisi sanitasi.

6. Menjaga lingkungan hidup.

Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal menginvestasikan USD 1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut (https://diskusilingkungan.wordpress.com/2013/07/10/apa-sih-manfaat-sanitasi/).

2.4.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan . STBM merupakan program nasional yang ditetapkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat dalam hal ini agar tidak buang air sembarangan atau Open

Defecation Free (ODF) guna menutus mata rantai penularan penyakit, Cuci

(65)

rumah tangga (PAM RT) di mana air yang digunakan sebagai air minum dan untuk produksi serta keperluan lainnya seperti sikat gigi dan berkumur dikelola, disimpan dan dimanfaatkansecara higienis. Termasuk pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga (Wibowo, 2014:128).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah kondisi ketika suatu komunitas :

 Tidak buang air besar sembarangan (BAB).  Mencuci tangan pakai sabun.

 Mengelola air minum dan makanan yang aman.  Mengelola sampah dengan benar.

 Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

2.5 Septictank Ramah Lingkungan

(66)

diplester dan diaci (tidak kedap air) serta tanpa adanya resapan. Akibatnya air tinja mudah meresap sehingga air tanah, air sumur dan air kali yang ada disekitarnya terkontaminasi bakteri E.coli dan fecal coli (Kusjuliadi, 2007: 5-7)

Berdasarkan kondisi dan perkembangan teknologi, karena semakin sempit lahan yang tersedia untuk perumahan yang menyebabkan pembuatan septictank menjadi kendala tersendiri sehingga pentingnya keberadaan septictank di lingkungan sekitar rentan untuk diabaikan. berdasarkan permasalahan tersebut maka sekarang telah muncul produk-produk septictank ramah lingkungan hasil pabrikasi yang dapat menjadi alternatif bagi lahan sempit dan perkotaan. Septictank ini memiliki sistem kerja dengan menghasilkan air limbah yang tidak mencemari air tanah dan sungai ketika dibuang ke tanah, sehingga septictank ini menjadi septictank yang ramah lingkungan.

(67)

modern karena proses penguraian dan pembusukan limbah menggunakan teknologi biologis dan filterisasi.

Manfaat yang didapat dari pembuatan septictank yang benar dan ramah lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Kebersihan air tanah ikut terjaga.

2. Perawatan lebih mudah karena tidak mudah penuh dan bau. 3. Penghuni rumah dapat merasa nyaman karena saluran

pembuangan tidak mampat sehingga memudahkan penyiraman. 4. Untuk septictank biologis, air pembuangannya dapat

dimanfaatkan untuk ekosistem lain, misalnya menyiram tanaman. ( Kusjuliadi, 2007 : 11).

2.6 Kerangka Pemikiran

(68)

Pemerintah membuat sebuah Program Nasional yang dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dituangkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008. STBM adalah suatu pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan, untuk mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas. Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah perilaku melalui pemberdayaan di masyarakat dengan pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu salah satunya adalah Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). Mengacu pada program tersebut United States Agency for International Development (USAID) bekerja sama dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) membuat sebuah program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan sebanyak 32 buah kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dimana perbuah nya disubsidi sekitar 2,5 juta dari total pembangunan 4 juta rupiah kepada 5 kelurahan di Kota Medan salah satunya yakni Kelurahan Polonia. Untuk menjalankan program tersebut maka Lembaga YAKMI sebagai pelaksana program melakukan pemicuan/sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan berupa bahaya buang air besar sembarangan dan septictank yang baik dan benar yang tidak mencemari lingkungan. Maka masyarakat yang diberikan pemicuan tersebutlah yang menjadi masyarakat dampingan dan akan dilihat responnya.

Gambar

Tabel Penskoran Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan  Lampiran 1 Dampingan Lembaga YAKMI di Kelurahan Polonia
Tabel 4.2
Tabel 5.1
Tabel 5.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

I Wayan Mudra, M.Sn Iptek Bagi Masyarakat Usaha kerajinan ukir kayu Kriya Seni FSRD PENGABDIAN (IbM) 50,000,000 DIPA. N0 Nama Peneliti Judul Penelitian PRODI FAKULTAS SKIM

Go Sailing merupakan aplikasi berbasis website yang diperuntukan untuk mempermudah masyarakat umum untuk mendapatkan informasi terbaru terkait jasa layanan wisata laut

Dalam Penulisan Ilmiah ini penulis menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 untuk memberikan informasi rute jalan yang dilalui kendaraan dan peta Jakarta Selatan sehingga

Dalam kasus komisi yang wajib dibayarkan oleh Perusahaan kepada Introducing Broker hanya dari hasil trading satu klien di dalam jaringan kemitraan dimana komisi yang bisa

Pencacah dekade ini akan menghasilkan keluaran yang berurut melalui 4 buah pin outputnya yang disalurkan ke kabel UTP, kemudian akan ditampilkan pada 4 buah dioda LED yang

[r]

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat desain antarmuka,