Daftar Pustaka
Buku :
C.S.T Kansil dan Kansil.cristine,Kitab Undang-Undang Hukum Agraria,Jakarta: Sinar Grafika 2001,
Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Bandung: Djambatan, 1997. Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, Penguatan LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.2001
Budiono kusumohamidjojo, Ketertiban yang adil, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999
Lawrence M.Friedman, American Law (New York : W.W. Norton and Company,1984)
Leonard J.Theberge, ”Law and Economic Development”, Journal of International Law and Policy,Vol 9, (1980)
A.P Parlindungan, Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA, Medan: Mandar Maju, 1994
Tampil anshari siregar, UUPA dalam bagan, Medan: KSHM USU, 2003 A.P.Parlindungan. Komentar atas UUPA, Bandung: Mandar Maju, 1991
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (edisi kedua), jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan & balai pustaka,1995
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, jakarta, UII Press, 2004
Boedi harsono, Undang-undang pokok agraria, (cetakan ketiga), Jakarta: Djambatan, 1970
Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 UUD 1945, Jakarta: Mutiara, 1977 Muhammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi, Jakarta: Djambatan, 1954
Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan konstitusi suatu negara,
Bandung: Mandar Maju, 1995
Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan hukum tanah nasioanal dalam hubungannya dengan TAP MPR RI IX/MPR/2001, Surabaya: Universitas Trisakti, 2002
Urip Santoso, Hukum Agraria, Jakarta: Prenada Media Grup, 2012
Soetaryo sigit, Potensi Sumber Daya Mineral Dan Kebangkitan Pertambangan Indonesia, ilmiah Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa di ITB, Bandung: 1996
Deno Kamelus, fungsi hukum terhadap ekonomi di indonesia, disertasi, pps-unair, surabaya, 1998
Roziq B. Soetjipto, Sejarah Munculnya Pemilikan Pengusahaan Pertambangan yang berorientasi Kerakyatan, yokyakarta: loekman soetrisno et al, 1997
Direktorat jenderal pertambangan umum departemen pertambangan dan energi,
kilas balik 50 tahun pertambangan umum dan wawasan 25 tahun mendatang, jakarta: 1995
Sukandarramidi, Hukum Pertambangan, Jakarta: UII Press, 2003 R.Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perjanjian,Jakarta: Intermasa, 1983
Indonesia,Semarang: FH-UNDIP-Dikti -Depdikbud,1996)
Taqwaddin, “Penguasaan Atas Pengelolaan Hutan Adat oleh Masyarakat Hukum Adat (Mukim) di Provinsi Aceh”, (Disertasi Doktor Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2010)
Husen Alting, Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah ,LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2010
Hazairin. Demokrasi Pancasila. Tintamas, Jakarta, 1970
Soepomo. Bab-Bab tentang Hukum Adat, Pradya Paramita, Jakarta,1977. Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2008.
Dominikus Rato, Hukum Adat di Indonesia (suatu pengantar),laksbang justitia Suarabaya, Surabaya, 2014
Salim HS., Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Sinar Grafika, jakarta, 2012
Mochtar Kusumaatmadja,Hukum, Masyarakat, dan pembinaan hukum, Binacipta, Bandung.1976
Jurnal
Perlindungan Hukum Masyarakat Adat di Wilayah Pertambangan.Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 3. Desember 2013,hal 208
Humanika.Jakarta, 2010
Pusat Data dan Informasi.Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014.Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.2015
Tim Kerja Dibawah Pimpinan Dr. Herlambang P Wiratraman, S.H., MA, LAPORAN AKHIR TIM PENGKAJIAN KONSTITUSI TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nassional Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2014.
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI,Laporan akhir tim pengkajian konstitusi tentang perlindungan hukum terhadap masyarakat hukum adat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI Jakarta, 2014
Internet
Diakses tanggal 09
februari 2016, pukul 20.00 wib
Peraturan Perundang-Undangan
UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Energi Sumber Daya Mineral
Peraturan Pemerintah RI No.22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan
Landasan historis Tafsiran UUPP 1967
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian.
Undang – Undang Pokok Pertambangan,UU No.11 Tahun 1967,(LN No.22 Tahun 1967)
Undang – undang Perseroan Terbatas,UU No 40 Tahun 2007,(LN No. 106 Tahun 2007,TLN No.4756)
BAB III
Hak dan kewajiban pemegang izin usaha pertambangan dalam
mengelola Mineral dan Batubara
A. Izin Pengelolaan Mineral dan Batubara
Kontrak atau Izin pengelolaan mineral dan batubara di indonesia saat ini beraneka ragam, dikarenakan masih berlakunya berbagai jenis kontrak atau izin yang ditetapkan sebelum berlakunya undang-undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara. Kontrak atau izin pertambangan yang berlaku sebelum undang-undang No. 4 Tahun 2009, meliputi:
1. Kontrak karya;
2. Perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara; 3. Kuasa Pertambangan;
4. Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
Sementara itu, izin yang dikenal dalam undang-undang No. 4 Tahun 2009, meliputi:
1. Izin Pertambangan Rakyat (IPR); 2. Izin Usaha Pertambangan (IUP); dan 3. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
Apabila disintesiskan pembagian diatas, maka kontrak atau izin pengelolaan mineral dan mineral yang berlaku kini, meliputi:
a. Kontrak Karya;
c. Kuasa Pertambangan; d. Izin Pertambangan Rakyat;
e. Izin Usaha Pertambangan (IUP); dan f. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
Ke-enam jenis pengelolaan mineral dan batubara tersebut dapat dikualifikasikan menjadi dua macam yaitu:
a. Kontrak Karya
Kontrak termasuk ke dalam golongan perjanjian. Menurut R. Subekti66
Berdasarkan asas tersebut, maka kaidah hukum perjanjian dapat dipersempitatau diperluas oleh para pihak yang membuat perjanjian atau kontrak.
, pengertian kontrak lebih sempit dari perjanjian karena kontrak mensyaratkan bentuknya selalu tertulis,sedangkan perjanjian bentuknya selain tertulis dapat juga dilakukan secara lisan. Dengan demikian, mazhab kontrak dapat termasuk ke dalam perjanjian. Di dalam sebuah kontrak, para pihak dapat menentukan sendiri mengenai ketentuan ketentuanyang akan mengatur para pihak yang terlibatdidalamnya.
67
66
R.Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perjanjian,Intermasa,Jakarta,1983.hal. 1.
67
Sri Soemantri M.,Permasalahan Hukum Tata Negara (dan Politik) Dalam Perspektif Penelitian,Pengembangan dan Pendidikan Hukum di Indonesia,Semarang: FHUNDIPDikti -Depdikbud,1996), hal 8
pertambangan terutama dilakukan melalui program pengolahan hasil pertambangan secara efisien.68
Di Indonesia terdapat beberapa ketentuan yang digunakan dalam hal investasi pertambangan batu bara sebelum di berlakukannya Undang – Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara diantaranya adalah dengan menggunakan Kontrak Karya dalam Pertambangan (KKP). Kontrak Karya dalam Pertambangan merupakan perjanjian antara pemerintah dan pengusaha pertambanganuntuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pertambangan di Indonesia.69
Di dalam Kontrak Karya Pertambangan terdapat ketentuan – ketentuan yang mengatur berbagai hak dan kewajiban kontraktor serta berbagai kemudahan yang dapat diberikan pemerintah kepada kontraktor untuk melaksanakan kegiatan usahanya.
Di dalamkonsep kontrak karya ini kedudukan antara pemerintah dan pengusaha pertambangan memiliki kedudukan yang sama yaitu sebagai pihak-pihak yang sedang melakukan perjanjian. Pemerintah sebagai principal sedangkan pengusaha sebagai contractor.
70
68
Aminuddin Ilmar,Hukum Penanaman Modal di Indonesia ,(Jakarta:Preneda Media,2005),hal 144
69
Ari wahyudi Hertanto,kontrak karya (suatu kajian hukum keperdataan),hukum dan pembangunan 2, Jakarta, 2008. Hal 204
70
Joko Susilo dan Adi Prathomo,Sejarah Perkembangan Pertambangan Indonesia ( Kumpulan Tulisan S.Sigit,1967-2004)”,Yayasan Minergy Informasi Indonesia,Jakarta, 2004. hal 91
Pertambangan ini didasari pada pasal 10 Undang – undang No 11 Tahun 1967,yaitu71
1. Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor apabila diperlukan untuk melaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku pemegang kuasapertambangan.
:
2. Dalam mengadakan perjanjian karya dengan kontraktor seperti yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara harusberpegang pada pedoman-pedoman, petunjuk-petunjuk dan syarat-syarat yang diberikan oleh menteri.
3. Perjanjian karya tersebut dalam ayat 2 pasal ini berlaku sesudah disahkan oleh pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat apabila menyangkuteksploitasigolonganasepanjangmengenaibahan-bahangalian
yang ditentukan dalam pasal 13 Undang-undang ini dan/atau yang perjanjian karyanya berbentuk penanaman modal asing.
Setiap perusahan pertambangan yang ingin memiliki usaha di bidang pertambangan harus menggunakan konsep kontrak karya ini. Penerapan konsep ini ditegaskan keberlakuannya di dalam pasal 8 Undang – undang No 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, yaitu :
“Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerjasama dengan Pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain
71
sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku”72
Di dalam Undang-undang No 5 Tahun tentang penanaman modal asing mengatur mengenai bentuk badan usaha yang dapat diberikan izin untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal mengenai bentuk badan usaha tersebut diatur di dalam pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun yang menyatakan bahwa penanaman modal asing di Indonesia harus dalam bentuk Perseroan Terbatas berdasarkan hukum di Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Indonesia,kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut maka sudah tegas bahwabentuk badan usaha untuk melakukan penanaman modal asing haruslah berbetnuk Perseroan Terbatas atau PT. Dengan demikian, bentuk badan usaha Perseroan Terbatas haruslah tunduk dan berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dasar hukum dari kontrak karya untuk diterapkan dalam penanaman modal dalam bidang pertambangan batu bara di Indonesia diatur dalam pasal 8 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun 1967 dan pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) Undang-undang No 11 Tahun 1967. Dari dua dasar hukum tersebut dalam dipahami bahwa kontrak karya pada dasarnya tergolong ke dalam sebuah perjanjian. Subjek dari perjanjian itu adalah pemerintah dan pengusaha pertambangan, sedangkan objek dari perjanjian itu sendiri adalah pertambangan mineral dan batu bara.
72
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang – undang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksana Undang – Undang Perseroan Terbatas.73Di dalam ketentuan yang dikandung dalam Undang – undang penanaman modal dimungkinkanpenanaman modal yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh asing.74
“Suatu perjanjian yang dibuat antara pemerintah Indonesia dengan Kontraktor Asing semata – mata dan/atau merupakan patungan antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik untuk melakukan kegiatan eksplorasi maupuneksploitasi dalam bidang pertambangan umum,sesuai dengan jangka waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak.”
Perusahaan yang mengandung modal asing maka disebut sebagai PT PMA atau Peseroan Terbatas Penanaman Modal Asing.
Kontrak karya memiliki definisi lain yang diberikan di dalam keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam rangka Penanaman Modal Asing,yaitu:
75
1. Adanya Konsep kontraktual,yaitu perjanjian yang dibuat oleh parapihak; Bedasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik beberapa unsur yang terdapat di dalam konsep Kontrak Karya Pertambangan,yaitu:
2. Adanya subjek hukum yang merupakan pihak – pihak yang terlibat di
73
Indonesia,Undang – undang Perseroan Terbatas,UU No 40 Tahun 2007,(LN No. 106 Tahun 2007,TLN No.4756),ps. 1 angka (1)
74
Indonesia,Undang – undang Perseroan Terbatas,UU No 40 Tahun 2007,(LN No. 106 Tahun 2007,TLN No.4756),ps. 1 angka (1)
75
dalam perjanjian tersebut yaitu antara pemerintah dan pengusaha pertambangan yang dapat berupa kontraktor asing atau perusahaaangabungan;
Karakteristik sistem pengelolaan mineral dengan menggunakan kontrak karya, yaitu Subjek hukumya, Yaitu :
• pemerintah indonesia dengan badan hukum indonesia atau merupakan
gabungan antara badan hukum indonesia dengan badan hukum asing;
• Objeknya, yaitu pemanfaatan dan pengembangan potensi pertambangan di
indonesia;
• Segala biaya untuk melakukan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, dan operasi ditanggung oleh badan hukum;
• Membayar segala jenis pajak sebagaimana ditentukan dalam kontrak karya;
• Haknya, meliputi:
− Hak tunggal untuk mencari dan melakukan eksplorasi mineral di dalam
wilayah kontrak karya;
− Mengembangkan dan menambang secara baik setiap endapan mineral
yang ditemukan dalam wilayah pertambangan;
− Mengolah dan memurnikan, menyimpan dan mengangkut dengan cara
apapun semua mineral yang dihasilkan;
− Memasarkan dan menjual atau melepaskan semua produksi di dalam
maupun luar negeri, melakukan kegiatan lainnya yang mungkin perlu atau memudahkan serta akan dilaksanakan dengan betul-betul memperhatikan persetujuan ini.
sebelum kemerdekaan,melalui Indishe Mijnwet 1899. Indische Mijnwet adalah sebuah ketentuan mengenai pertambangan yang diterapkan oleh kolonial Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda mendeklarasikan penguasaan barang tambang seperti mineral dan logam yang ada di wilayah Indonesia. Peraturan mengenaipertambanganini mengalami perubahan pada Tahun 1910 dan 1918dan dengan menerapkan Mijnordonnantie76sebagai ketentuan pelengkap. Perbaikan pada tahun 1910 menambahkan pasal 5a Indische Mijnwet,yang menjadi dasar bagi perjanjian,yang kemudian sering disebut dengan “5a Contract”.77
1. Pemerintah berwenang untuk melakukan penyelidikan dan ekploitasi selama hal itu tidak bertentangan dengan hak – hak yang telah diberikan kepada penyidik atau pemegangkonsepsi;
Ketentuan dari 5a Contract adalah sebagai berikut:
2. Untuk hal tersebut, pemerintah dapat melakukan sendiri penyelidikan dan eksploitasi atau mengadakan perjanjian dengan perorangan atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam pasal 4 Undang –undang ini sesuai dengan perjanjian itu maka wajib melaksanakan eksploitasi ataupun penyelidikan dan eksploitasi yangdimaksud;
3. Perjanjian yang demikian itu tidak akan dilaksanakan,kecuali telah disahkan dengan undang –undang.78
Berdasarkan ketentuan diatas yang dijadikan acuan untuk membentukkonsep
76
Mijnordonnantie adalah sistem hukum pertambangan pada masa kolonial Belanda yang merupakan perbaikan dari sistem Indische Mijnwet.
77
Muhammad Chalid,”Studi Agenda Tersembunyi di Balik Kontrrak Karya dan Operasi Tambang INCO”,disampaikan pada temu Profesi Tahunan (TPT) IX dan Kongres IV PerhimpunanAhli Pertambangan Indonesia (PERHAPI)),(14 September200)
78
kontrak karya ,maka dikenal sistem konsesi yang juga merupakan sistem pengelolaan pertambangan yang mencakup hak menguasai atas tanah disamping pemberian kuasapertambangan. Sistem kontrak karya pada dasarnya mengambil jalan tengah antara sistem konsesi ini, dimana kontraktor asing mendapat hak penuh terhadap mineral dan tanah,dengan model kontrak bagi hasil dimana negara tuan rumah langsung mendapatkan hak atas peralatan dan prasarana dan dalam waktu singkat seluruhoperasi menjadi milik negara.79
Dalam Undang – undang No 11 Tahun 1967,padadasarnya semua mineral diuasahakan oleh Negara dan berdasarkan ketentuan undang-undang dimaksud, Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor untuk pekerjaan yang belum mampu dikerjakan sendiri. Pemerintah dalam hal ini mengawasi dan memantau jalannya pelaksanaan pekerjaandimaksud,sedangkansarana yang melandasi dan merupakan dasar hukumnya adalah berupa perjanjian yang harus terlebih dahulu mengkonsultasikannya dengan Dewan Perwakilan Rakyat.80
Dalam perkembangan konsep Kontrak Karya Pertambangan ini mengalami beberapa perubahan untuk memperbaiki berbagai konsep yang ada di dalamnya yang menyangkut beberapa bidang selain dari bidang pertambangan seperti bidang keuangan,pajak, dan pendapatan negara lainnya, walaupun selama perkembangannya tidak mengalami perubahan yang mendasar dan signifikan. Dengan demikian dalam kurun waktu 30 Tahun (1967-1997), terdapat tujuh generasi KKP.81
Berdasarkan prinsipnya,kontrak karya termasuk ke dalam suatu perjanjian.
79
Salim H.S.,Hukum Pertambangan di Indonesia,Opcit hal143
80
Ari Wahyudi.Op.Cit. Hal 5
81
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.82Dengan adanya perjanjian ini maka akan menimbulkan suatu hubugan perikatan. Intisari dari sebuah perjanjian adalah adanya janji-janji atau kesanggupan-kesanggupan antara satu pihak dengan pihak yang lainnya. Komtrak adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antar dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.83
Di dalam kontrakkarya ini terdapat suatu bentuk kerjasama antara para pihak yang terikat di dalamnya. Berdasarkan definisinya, kerjasama adalah ikatan dua orang atau lebih yang mempunyai kepentingan – kepentingan yang saling menguntungkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di dalam mencapai suatu tujuan tersebut tedapat suatu titik keseimbangan diantara kepentingan mereka. Titik keseimbangan dapat bertahan apabila para pihak melaksanakan kewajiban masing-masing sesuai yang diperjanjikan disertai dengan keseimbangan yang optimal dari kepentingan ekonomi masing-masing.84Inti dari Kontrak karya ini adalah adanya motivasi untuk sama- sama mencari keuntungan untuk kedua belah pihak. Melalui pendekatan ekonomi,jelas dapat terbaca bahwa motivasi dari kerjasama migas dan pertambangan umumpada akhirnya adalah motif untuk mendapatkan keuntungan, dimana secara jumlah sudah dapat diperhitungkan versus risiko dan segala hambatannya.85
82
Subekti,Hukum Perjanjian,cetakan XX,(Jakarta,PT Intermasa,tahun 2004), hal 11
83
I b i d
84
Sutadi Pudjo Utomo,Prinsip-prinsip dalam Perjanjian Kerja sama,BPMIGA,jakarta. Hal 2
85
Adapun pihak – pihak yang berwenang untuk menandatangani kontrak karya menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 1614 Tahun 2004 tentang pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal Asing, gubernur dan bupati/walikota tidak lagi menjadi salah satu pihak dalam kontrak karya. Menurut Keputusan ini pihak yang berwenang untuk menandatangani adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dengan badan hukum Indonesia atau kontraktor, terutama badan hukum asing. Sedangkan pejabat yang berwenang untuk pemrosesan permohonan Kontrak Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara adalah Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, gubernur, dan Bupati/Walikota.
Pemerintah di dalam Kontrak Karya, kedudukannya sama dengan pihak lain, dimana posisinya sama dengan posisi para pihak di dalam perjanjian keperdataan pada umum. Para pihak memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum perjanjian yang dibuat oleh para pihak dan tidak ada yang memiliki kedudukan yang suprior dibandingkan dengan pihak yang lainnya di dalam perjanjian tersebut. Menurut pak Bagir Manan adalah hubungan (hukum) kesederajatan yang merupakan hubungan keperdataan antara pemerintah dengan orang atau badan hukum keperdataan.86
86
Bagir Manan,Bentuk – Bentuk Perbuatan Keperdataan yang Dapat Dilakukan oleh Pemerintah Daerah,Journal Padjajaran University,( Bandung :LP.Unpad,1996),hal.24
Hal ini dilakukan bukan untuk merendahkan posisi
pemerintah Indonesia agar setara dengan
kemasyarakatan atau hubungan (hukum) sebagai pihak atau subjek yang tidak berbedadengan subjek hukum perorangan atau badan-badan hukum keperdataan pada umumnya.87
b. Perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B), merupakan:
Suatu perbuatan keperdataan hanya dapat dilakukan oleh Badan Hukum atau pribadi kodrati, oleh karena itu, suatu negara jika ingin melakukan suatu kegiatan keperdataan harus diwakili oleh badan hukum yang mengatasnamakan Negara, dapatberupa Badan Hukum Negara. Selain badan hukum negara,pemerintah juga dapat mewakili negara sebagai subjek hukum untuk melakukan kegiatan keperdataan berupa kontrak. Pemerintah dapat langsung melakukan kontrak dengan menggunakan pemerintah pusat atau daerah maupun tidak langsung dengan menggunakan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha MilikDaerah.
Pemerintah dalam hal ini mewakili negara dapat memasukan unsur hukum publik di dalam kontrak yang akan dilakukannya. Walaupun kontrak bersifat keperdataan namun karena negara bersifat mewakili kepentingan publik maka unsur tersebut dapat dimasukkan ke dalam kontrak. Kepentingan publik yang dimaksud dapat berupa ketentuang perundang-undangan yang berlaku dimasukkan sebagai syarat-syarat kontrak tersebut. Hubungan antara pemerintah dengan mitranya atau (lawan kontraknya) tidak berada di dalam kedudukan yang sama,tetapi pemerinahmempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari mitranya. Karena itu disebut perjanjian publik.
87
Perjanjian antara pemerintah republik indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk pengusahaan batubara dengan berpedoman kepada undang-undang No. 1 Tahun 1967 Tentang penanaman modal asing serta undang-undang No.11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan umum”.
88
• Subjek hukumnya, yaitu pemerintah rapublik indonesia dengan perusahaan
swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA);
Dengan menganalisis defenisi ini, maka dapat dikemukakan karakteristik perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B). Karakteristik itu, disajikan berikut ini:
• Objeknya, yaitu untuk pengusahaan batubara;
• Kewajibannya, meliputi:
− Menyampaikan rencana kerja dan rencana anggaran belanja tahunan
kepada pemerintah;
− Menyerahkan sebesar 13,50 % (tiga belas dan lima puluh perseratus) hasil
produksi batubara kepada pemerintah secara tunai atas harga pada saat berada di atas kapal (free on board) atau harga setempat (at sale point);
− Membayar pajak kepada pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku pada saat perjanjian ditandatangani;
− Membayar pungutan-pungutan daerah untuk fasilitas atau pengesahan
yang diberikan oleh pemerintah;
88
− Membayar iuran tetap (dead rent) kepada pemerintah berdasarkan luas
wilayah kerja pengusahaan pertambangan batubara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
− Menyampaikan daftar rencana kebutuhan barang modal dan bahan yang di
impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pemerintah untuk mendapatkan persetujuan;
− Mendirikan badan hukum menurut hukum indonesia, berkedudukan di
indonesia dan semata-mata berusaha dalam bidang pengusahaan pertambangan batubara;
− Dalam hal kontraktor swasta merupakan perusahaan penanaman modal
asing yang seluruh modalnya dimiliki dan/atau badan hukum asing, perusahaan kontraktor swasta tersebut menjual sebagian sahamnya kepada warganya dan/atau badan hukum indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
− Wajib mengutamakan penggunaan hasil produksi dan jasa dalam negeri,
tenaga kerja indonesia;
− Memperhatikan kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan daerah
dan perlindungan lingkungan.
• Adapun haknya, meliputi:
− Melakukan kegiatan eksplorasi, dan eksploitasi terhadap sumber daya
tambang batubara diwilayah hukum pertambangan indonesia;
− Dibebaskan dari bea masuk;
− Dibebaskan bea balik nama sehubungan dengan pemilikan barang-barang
tersebut, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam pasal 2 huruf i undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Pertambangan disebutkan pengertian kuasa pertambangan adalah :
“wewenang yang diberikan kepada badan/perorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan”.
Wewenang merupakan hak dan kekuasaan yang diberikan oleh hukym kepada badan/perorangan untuk melakukan usaha pertambangan. Sementara pejabat yang berwenang untuk memberikan kewenangan kepada perorangan adalah menteri, gubernur, bupati/walikota. Pemberian kewenangan tersebut dituangkan dalam surat keputusan pemberian kuasa pertambangan. Sementara itu, badan/perorangan yang dapat diberikan kewenangan untuk melaksanakan usaha pertambangan adalah:
• Instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri, gubernur,
bupati/walikota;
• Perusahaan negara;
• Perusahaan daerah;
• Perusahaan dengan modal bersama antara negara dan daerah;
• Badan atau perseorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan (pasal 5 undang-undang no.11 tahun 1967).
pertambangan bahan galian yang termasuk dalam golongan bahan galian strategis dan golongan bahan galian vital, baru dapat dilaksanakan apabila terlebih dahulu mendapatkan kuasa pertambangan. Dimana kuasa pertambangan tersebut dituangkan kedalam surat keputusan kuasa pertambangan, yang diterbitkan oleh:
• Kewenangan bupati/walikota
Bupati/walikota berwenang menerbitkan surat keputusan kuasa pertambangan apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam wilayah kabupaten/kota dan/atau diwilayah laut sampai 4 mil laut.
• Kewenangan Gubernur
Gubernur berwenang menerbitkan kuasa pertambangan apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam beberapa wilayah kabupaten/kota dan tidak dilakukan kerjasama antara kabupaten/kota maupun antar kabupaten/kota dengan provinsi, dan/atau diwilayah laut yang terletak antara 4 sampai dengan 12 mil laut.
• Kewenangan Menteri
Menteri berwenang menerbitkan kuasa pertambangan apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam beberapa wilayah provinsi dan tidak dilakukan kerja sama antar provinsi, dan/atau diwilayah laut yang terletak diluar 12 mil laut.
Sebelum pejabat yang berwenang menerbitkan surat kuasa pertambangan, syarat dan ketentuan yang berlaku pada saat itu yang terdapat dalam surat keputusan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1453 K/29/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis penyelenggaraan Tugas Pemerintahan diBidang Pertambangan Umum.
Selain konsep Kontrak Karya Pertambangan ini terdapat juga konsep Kuasapertambangan. Menurut Undang-undang No 11 Tahun 1967,kuasa pertambangan adalah wewenang yang diberikan kepada badan/perorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan.89Kuasa Pertambangan adalah salah satu instrumen hukum yangdapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha pertambangan olehuntuk melaksanakan kegiatan usaha pertambangan olehpemegang kuasa pertambangan. Setiap pihak yang ingin melakukan usaha pertambangan di Indonesia harus memiliki kuasa pertambangan terlebih dahuluWewenang yang dimaksud di dalam pasal 2 huruf i Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 adalah hak dan kekuasaan yang secara hukumdiberikan kepada badan/perseorangan untuk melakukan usaha pertambangan. Wewenang untuk memberikan Kuasa Pertambangan tersebut dimiliki oleh pejabat-pejabat sesuai dengan wilayah kekuasaannya diantaranya adalah menteri, gubernur, walikota/bupati. Menurut pasal 5
Undang-undangNomor 11 Tahun 1967yang
tergolongdalambadan/perseorangan yang dapat diberikan kuasa pertambangan adalah sebagai berikut:90
a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk olehMenteri;
b. PerusahaanNegara;
c. PerusahaanDaerah;
d. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara danDaerah;
89
Indonesia,Undang-Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan,UU Nomor11 Tahun 1967,LN No.22 Tahun 1967 ,Ps. 2 huruf i.
90
e. Koperasi;
f. Badan atau perseorangan swasta yang telah memenuhipersyaratan;
g. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan/atau Daerah dengan Koperasi dan/atau Badan/Perseorangan Swasta yang telah memenuhi persyaratan;
h. Pertambanganrakyat.
Walaupun telah ditentukan para pihak-pihak yang dapat memiliki Kuasa
Pertambangan,namun di dalam pasal 6 sampai dengan pasal 9 Undang – undang No 11
Tahun 1967 Tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Pertambangan mengatur lebih rinci
pembagian pihak – pihak lembaga,badan usaha atau perseorangan yang dapat melakukan
usaha pertambangan khususnya bahan galian strategis dan bahan galian vital.
Konsep Kuasa Pertambangan memiliki tiga jenis yang diatur lebih lanjut di dalam
Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang – undang No 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan – ketentuan Pokok Pertambangan, antara lain :
a. Surat Keputusan PenugasanPertambangan
Surat Keputusan Penugasan Pertambangan adalah Kuasa Pertambangan yang diberikan oleh menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai kewenangannya kepada Instansi Pemerintah yang meliputi tahap kegiatan penyelidikan umum dan tahap eksplorasi.
b. Surat Keputusan Izin PertambanganRakyat
Surat Keputusan Izin Pertambangan Rakyat adalah Kuasa Pertambangan yang
diberikan oleh Bupati/Walikota kepada rakuat setempat untuk melaksanakanusaha
c. Surat Keputusan Pemberian KuasaPertambangan
Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan adalah Kuasa Pertambangan yang diberikan oleh menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai kewenangannya kepada perusahaan negara, perusahaan daerah, badan usaha swasta atau perorangan untuk meliputi usaha pertambangan yang meliptu tahap kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan barang tambang.
Pemberian Kuasa Pertambangan bersifat parsial pada setiap tahapan kegiatan usaha pertambangan. Berdasarkan pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang – undang No 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuanPokok Pertambangan. Jenis-jenis Kuasa Pertambangan tersebut adalah sebagai berikut:91
a. Kuasa Pertambangan PenyelidikanUmum
Kuasa pertambangan penyelidikan umum adlah kuasa untuk melakukan penyelidikan secara geologi umum dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk mentepkan tanda – tanda adanya bahan galian pada umumnnya;
b. Kuasa PertambanganEksplorasi
Kuasa pertambangan eksplorasi adalah wewenang yang diberikan oleh pejabat berwenang untuk melakukan penyidikan geologi pertambangan
91
untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan galian;
c. Kuasa PertambanganEksploitasi
Kuasa pertambangan eksploitasi adalah kuasa pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya;
d. Kuasa Pertambangan Pengolahan danPemurnian
Kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian adalah kuasa pertambangan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh untur yang terdapat pada bahan galian tersebut;
e. Kuasa Pertambangan Pengankutan danPenjualan
Kuasa pertambangan pengangkutan dan penjualan adalah kuasa pertambangan
untuk memindahkan bahan galian dan hasil pengelolahan dan pemurnian bahan
galian dari daerah eksplorasi atau tempatpengolahan/pemurnian.
penyelidikan umum dan eksplorasi, kuasa pertambangan yang diajukan harus melampirkan peta wilayah lapangan usaha pertambangan dengan batas – batas yang jelas, serta menyebutkan bahan galian yang terdapat di wilayahtersebut.
Kuasa Pertambangan memiliki persyaratan yang berbeda – beda untuk pengumpulan
permohonan berkas – berkas yang diajukan. Hal ini diatur dalam lampiran Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 1453 K/29/MEM/2000 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum. Sedangkan
prosedur untuk permohonan Kuasa Pertambangan bergantung pada pejabat yang
berwenang untuk memberikan Kuasa Pertambangan tersebut untuk para pihak pemohon.
d. Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
92
• adanya izin;
Istilah izin pertambangan rakyat berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu small-scale mining permit. Sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan istilah mijnbouw mogelijk te maken, dan dalam bahasa jerman disebut bergbau. Pengertian izin pertambangan rakyat dirumuskan dalam pasal 1 angka 10 undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menjelaskan bahwa :
“izin pertambangan rakyat adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas”
Adapun unsur-unsur dalam pengertian tersebut meliputi:
• adanya usaha pertambangan;
• wilayah pada pertambangan rakyat;
92
• luas wilayahnya terbatas;
• investasi terbatas.
Adapun wilayah pertambangan rakyat (selanjutnya disebut wpr), adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Luas wilayahnya terbatas mengandung makna bahwa pemegang IPR hanya dapat diberikan pada wilayah penambangan yang tidak begitu luas. Adapun jenis kegiatan pertambangan dalam pasal 66 undang-undang nomor 4 Tahun 2009 ditentukan ada 4 kelompok kegiatan pertambangan rakyat, ke-empat kelompok itu antara lain:
• Pertambangan mineral Logam;
• pertambangan mineral bukan logam;
• pertambangan batuan; dan/atau
• pertambangan batubara.
93
• perorangan;
Untuk pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan IPR pada dasarnya tidak setiap orang atau seorang diri yang dapat mengajukan permohonan IPRnya. Namun yang dapat mengajukannya adalah penduduk setempat. Adapun klasifikasi penduduk setempat ini antara lain:
• kelompok; dan
• koperasi.
Namun diantara klasifikasi ini tetap didasarkan kepada orang perorangan atau masyarakat yang mendiami suatu tempat, apakah itu dalam suatu kampung nagari 93
atau lainnya yang bertemapat disekitar WPR. Sementara untukpejabat yang berwenang untuk menerbitkan IPR adalah Bupati/Walikota, namun dapat dilimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebelum IPR diberikan, maka bupati/walikota menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR). 94
• adanya izin;
Sedang untuk luas wilayah pertambangan rakyat bagi pemohon perorangan paling banyak 1 hektar, untuk pemohon masyarakat adalah paling banyak 5 hektar dan untuk pemohon koperasi paling banyak 10 hektar.
Istilah izin pertambangan rakyat berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu
small-scale mining permit. Sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan istilah mijnbouw mogelijk te maken, dan dalam bahasa jerman disebut bergbau. Pengertian izin pertambangan rakyat dirumuskan dalam pasal 1 angka 10 undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menjelaskan bahwa :
“izin pertambangan rakyat adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas”
Adapun unsur-unsur dalam pengertian tersebut meliputi:
• adanya usaha pertambangan;
• wilayah pada pertambangan rakyat;
• luas wilayahnya terbatas;
• investasi terbatas.
94
Adapun wilayah pertambangan rakyat (selanjutnya disebut wpr), adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Luas wilayahnya terbatas mengandung makna bahwa pemegang IPR hanya dapat diberikan pada wilayah penambangan yang tidak begitu luas. Adapun jenis kegiatan pertambangan dalam pasal 66 undang-undang nomor 4 Tahun 2009 ditentukan ada 4 kelompok kegiatan pertambangan rakyat, ke-empat kelompok itu antara lain:
• Pertambangan mineral Logam;
• pertambangan mineral bukan logam;
• pertambangan batuan; dan/atau
• pertambangan batubara.
95
• perorangan;
Untuk pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan IPR pada dasarnya tidak setiap orang atau seorang diri yang dapat mengajukan permohonan IPRnya. Namun yang dapat mengajukannya adalah penduduk setempat. Adapun klasifikasi penduduk setempat ini antara lain:
• kelompok; dan
• koperasi.
Namun diantara klasifikasi ini tetap didasarkan kepada orang perorangan atau masyarakat yang mendiami suatu tempat, apakah itu dalam suatu kampung nagari atau lainnya yang bertemapat disekitar WPR. Sementara untukpejabat yang berwenang untuk menerbitkan IPR adalah Bupati/Walikota, namun dapat
95
dilimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebelum IPR diberikan, maka bupati/walikota menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR). 96
e. Izin Usaha Pertambangan Khusus
Sedang untuk luas wilayah pertambangan rakyat bagi pemohon perorangan paling banyak 1 hektar, untuk pemohon masyarakat adalah paling banyak 5 hektar dan untuk pemohon koperasi paling banyak 10 hektar. Hak dan Kewajiban Izin Usaha Pertambangan
Sistem pengelolaan mineral dan batubara di Indonesia saat ini bersifat pulralistik karena berlakunya beraneka ragam kontrak atau izin pertambangan, baik yang berlaku sebelum atau sesudah berlakunya undang-undang Nomor 29 Tahun 2009. Izin usaha Pertambangan Khusus (selanjutnya disingkat IUPK) berasal dari terjemahan bahasa ingris yaitu Special Mining Permit atau Special Mining License sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan istilah Speciale Mijnbouwlicentie.
97
a. badan usaha milik negara (BUMN);
IUPK merupakan izin yang diberikan penerbit izin kepada pemegang IUPK untuk melaksanakan usaha pertambangan diwilayah izin usaha pertambangan khusus sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dalam undang-undang. Adapun yang berhak untuk mengajukan permohonan IUPK, yaitu:
b. badan usaha milik daerah (BUMD) c. badan usaha swasta (BUS)
96
Pasal 68 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara
97
Sementara yang berwenang untuk menerbitkan IUPK hanya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Adapun yang menjadi objek IUPK adalah sebagai berikut:98
a. penyelidikan umum; b. eksplorasi;
c. studi kelayakan; d. konstruksi; e. penambangan;
f. pengolahan dan pemurnian; g. pengangkutan dan penjualan; dan h. pascatambang.
Adapun yang menjadi kekhususan dari izin ini adalah sebagai berikut:
a. Pejabat yang berwenang untuk meneritkan IUPK hanyalah menteri ESDM.
b. Yang dapat mengajukan permohonan IUPL hanyalah BUMN, BUMb dan BUS.
c. Objeknya Mineral Logam dan batubara sedangkan IUP meliputi mineral logam, bukan logam dan batubara.
d. Cara pemberian wilayah izin usaha pertambangan khusus adalah melalui prioritas dan lelang.
e. WIUPK nya cukup luas. Untuk WIUPK eksplorasi mineral logam adalah seluas 100.000 hektare, WIUPK produksi seluas 25.000 hektare, WIUPK
98
ekplorasi batubara seluas 50.000 hektare dan WIUPK produksi batubara seluas 15.000 hektare.
f. Jangka waktunya cukup panjang yaitu 48 tahun.
f. Izin Usaha Pertambangan
Berdasarkan pasal 1 angka 7 UUP Minerba, dijelaskan bahwasanya Izin Usaha Pertambangan adalah “Izin untuk melaksanakan usaha pertambangan”.99
1. Adanya izin; dan
Apabila kita analisis defenisi ini, maka ada dua unsur yang paling penting dalam IUP, yaitu:
2. Usaha pertambangan.
Izin merupakan suatu pernyataan atau perstujuan yang memperbolehkan pemegangnya untuk melakukan usaha pertambangan. Sementara itu, usaha pertambangan atau mining business merupakan:
“Kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyeledikan umum, eksplorasi, studi kelayakan (feasibility study), kontruksi, penambangan, pengolahan, dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang”.100
• IUP Eksplorasi, adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan
tahapan kegiatan usaha pertambangan, yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.
Adapun macam-macam IUP terbagi menjadi dua bagian yaitu:
99
Pasal 1 Angka 7 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara.
100
• IUP Operasi Produksi, yaitu izin usaha yanag diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Ekplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi, yang meliputi kegiatan kontruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan.
Maka dapat disimpulkan bahwa setiap mereka yang ingin mendapatkan izin usaha pertambangan harus melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan itu antara lain adalah :
• Penyelidikan Umum
Penyelidikan umum merupakan tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui :
− Kondisi geologi regional, yaitu keadaan struktur dan komposisi dari
mineral pada suatu wilayah tertentu. dan
− Indikasi adanya mineralisasi adalah tanda-tanda adanya bahan mineral
yang terdapat dalam wilayah tertentu.
• Eksplorasi merupakan tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang:
− Lokasi bahan galian;
− Bentuk bahan galian;
− Dimensi bahan galian;
− Sebaran bahan galian;
− Kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian; dan
• Studi kelayakan (feasibility study) adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan, untuk menentukan :
− Kelayakan ekonomis;
− Kelayakan teknis usaha pertambangan;
− Analisis mengenai dampak lingkungan; dan
− Perencanaan pascatambang.
• Operasi produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
melakukan kegiatan produksi bahan yang meliputi:
− Kontruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan
pembangunan seluruh fasilitas operasi prosuksi dan pengendalian dampak lingkungan.
− Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan mineral ikutannya.
− Pengolahan dan pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral dan memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan.
− Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan
mineral dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.
− Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil
pertambangan.
a) Badan usaha, adalah setiap badan hukum yang bergerak dibidang pertambangan yang didirikan berdasarkan ketentuan hukum indonesia dan berkedudukan dalam wilayah NKRI.101
• badan hukum yang bergerak dibidang pertambangan;
Ciri badan usah yang dapat mengajukan permohonan IUP adalah:
• didirikan berdasarkan hukum indonesia; dan
• kedudukan badan usaha, yaitu wilayah NKRI.
Adapun badan usaha dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
• badan usaha swasta nasional;
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN); dan
• Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
b) Koperasi, adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.102
103
• keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka bagi siapa saja yang
berminat untuk menjadi anggota dengan tanpa memalui suatu proses formal dan materi tertentu;
Adapun prinsip-prinsip dari koperasi itu senidir adalah sebagai berikut:
• pengelolaan usaha dilakukan secara demokratis dalam artian bahwa
setiap keputusan yang berhubungan dengan usaha haruslah melalui 101
Pasal 1 Angka 32 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara
102
Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.
103
rapat anggota, pembentukan pengawas, penentuan pengurus, dan penunjukan pengelola sebagai karyawan yang bekerja dikoperasi;
• pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sesuai dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
• Pemberian balas jasa yang diberikan kepada setiap anggota hanya
terbatas terhadap modal yang diberikannya.
• kemandirian, dimana koperasi tidak terikat pada suatu organisasi
tertentu maupun bergantung kepada organisasi lainnya. c) Perorangan, dapat berupa:
• orang perorangan;
• perseroan firma, adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha untuk melakukan suatu usaha dibawah satu nama bersama.104 Dalam perseroan firma, tiap-tiap persero bertanggung jawab secara renteng untuk seluruh perikatan-perikatan perseroannya105
• Perseroan Komanditer, adalh perseroan yang dibentuk dengan cara
meminjamkan uang, didirikan antara seseorang atau beberapa orang persero yang memiliki tanggung jawab renteng.
;
106
Dengan di berlakukanya UU No.4Tahun 2009 tentang mineral dan Batubara secara secara otomatis membuat UU No.11 Tahun 1967 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Maka berakhirlah rezim KP,SIPD,PKP2B dan kontrak karya akan digantikan dengan Izin Usaha Pertambangan(“IUP”).Sedangkan untuk
104
Pasal 16 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
105
Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
106
KP,SIPD,Kontrak Karya dan PKP2B yang telah lahir sebelum berlakunya UU No.4 Tahun 2009 tetap dihormati sampai masa berlakunya berakhir. Berikut peraturan pelaksana dari UU No. 4 Tahun 2009:
a. PP No.22 Tahun 2010 tentang wilayah Pertambangan. b. PP No.23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha.
c. PP No.55 Tahun 2010 tentang konsep kontrak perjanjian digantikan dengan system IUP.
Dari penjelasan diatas terdapat perbedaan yang sangat jelas antara kontrak izin pengusahaan pertambangan yang berlaku baik dimasing-masing masa peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Syarat untuk mendapatkan izin usaha pertambangan Minerba
Setiap masyarakat baik individual, kelompok masyarakat maupun koperasi dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan IUP, IUPK dan IPR. Adapun syarat dan ketentuan untuk memiliki setiap izin tersebut adalah berbeda cara, diantaranya adalah sebagai berikut.
Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa IUP terbagi menjadi dua yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Adapun syarat untuk mengajukan IUP tersebut secara umum adalah meliputi :
a. Administratif; b. teknis;
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh pemohon badan usaha yaitu:
a. syarat untuk permohonan IUP yang bergerak dibidang mineral logam dan batubara, yaitu:
• surat permohonan;
• susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
• surat keterangan domisili perusahaan.
b. Sementara untuk pertambangan diluar mineral logam dan dan batuan, yaitu:
• surat permohonan;
• profil badan usaha;
• akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
• nomor pokok wajib pajak (NJOP);
• susunan direksi dan daftar pemegang saham;
• surat keterangan domisili.
Untuk permohonan admistratif oleh pemohon yang berbentuk koperasi adalah sebagai berikut:
a. syarat mengajukan permohonan IUP dalam rangka pengelolaan mineral logam dan batubara adalah sebagai berikut:
• surat permohonan;
• susunan pengurus; dan
b. syarat untuk permohonan IUP dalam rangka pengelolaan dibidang bukan mineral bukan logam dan batuan antara lain:
• surat permohonan;
• profil koperasi;
• akte pendirian koperasi yang bergerak dibidang pertambangan yang
telah disahkan oleh pejabat yang bewenang;
• nomor pokok wajib pajak;
• susuanan pengurus; dan
• keterangan domisili.
Syarat adminsitratif untuk pemohon yang bersifat orang perorangan adalah sebagai berikut:
a. syarat untuk mengajukan IUP dalam bidang pertambangan mineral logam dan batubara adalah sebagai berikut:
• surat permohonan; dan
• surat keterangan domisili.
b. untuk IUP dalam bidang pertambangan mineral bukan logam dan batuan, yaitu:
• surat permohonan;
• kartu tanda penduduk;
• nomor pokok wajib pajak;
• surat keterangan domisili.
badan usaha.
Disamping syarat administratif, kepada pemohon IUP juga diminta untuk memenuhi syarat teknis. Syarat teknis untuk mengajukan IUP eksplorasi yang harus dilengkapi adalah :
a. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikir 3 (tiga) tahun; b. peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang
dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;
syarat teknis untuk mengajukan IUP Operasi produksi, meliputi:
a. peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi yang berlaku secara nasional;
b. laporan lengkap eksplorasi; c. laporan studi kelayakan;
d. rencana reklamsi dan pascatambang; e. rencana kerja dan anggaran biaya;
f. rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi; dan
g. tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman palaing sedikit 3 (tiga) tahun.
dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi oleh pemohon IUP operasi produkdi adalah sebagai berikut:
a. persyaratan kesanggupan untuk mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
b. persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan finansial merupakan persyaratan yang berkaitan dengan keuangan. Pemohon IUP, baik IUP Eksplorasi dan IUP produksi harus memenuhi persyaratan finansial. Persyaratan pemohon IUP eksplorasi, meliputi:
a. bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; b. bukti pembayaran harga nilai konpensasi data informasi hasil lelang
WIUP logam atau batubara dengan nilai penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah.
Persyaratan finansial yang harus dipenuhi oleh pemohon IUP Operasi Produksi, meliputi:
a. laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik; b. bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; dan
c. bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir.
undang-undang-undang No.4 Tahun 2009 telah ditentukan mengenai substansi danhal-hal yang wajib dimuat dalam IUP Eksplorasi dan IUP Produksi. Hal-hal yang wajib dimuat dalam IUP eksplorsi meliputi:
a. nama perusahaan; b. lokasi dan luas wilayah; c. rencana umum tataruang; d. jaminan kesungguhan; e. modal investasi;
f. perpanjangan waktu tahap kegiatan; g. hak dan kewajiban pemegang IUP; h. jangka waktu berlakunya tahap kegiatan; i. jenis usaha yang diberikan;
j. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat disekitar wilayah pertambangan;
k. perpajakan;
l. penyelesaian perselisihan; m. iurn tetap dan iuran eksplorasi; n. AMDAL.
Hal-hal yang wajib dimuat dalam IUP operasi produksi, meliputi: a. nama perusahaan;
b. luas wilayah;
c. lokasi penambangan;
f. modal investasi;
g. jangka waktu berlakunya IUP; h. jangka waktu tahap kegiatan; i. penyelesaian masalah pertanahan;
j. lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang; k. dana jaminan reklamasi dan pascatambang;
l. perpanjangan IUP;
m.hak dan kewajiban pemegang IUP;
n. rencana pengembangn dan pemberdayaan masyarakat disekitar wilayah pertambangan;
o. perpajakan;
p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi;
q. penyelesaian perselisihan;
r. keselamatan dan kesehatan kerja; s. konservasi mineral;
t. pemanfaatan brang, jasa, dan teknologi dalam negeridan teknologi dalam negeri;
u. penerapan kaidah keteknologian dan keekonomian pertambangan yang baik;
v. pengembangan tenaga kerja indonesia; w.pengelolaan data mineral; dan
IUP hanya diberikan untuk satu jenis mineral kepada pemohon. Namun, apabila dalam pelaksanaannya telah ditentukan jenis mineral yang akan dikelola, namun berikutnya ditemukan jensi mineral yang baru. Maka untuk menjawab hal itu dalam paal 40 UUPMinerba telah ditentukan:
a. pemegang IUP yang menemukan mineral lain didalam WIUP yang dikelola diberikan prioritas untuk mengusahakannya;
b. pemegang IUP yang bermaksud mengusahakan mineral lain yang wajib mengajukan permohonan IUP baru kepada menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
c. pemegang IUP dapat juga menyatakan tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang ditemukan tersebut;
d. pemegang IUP yang tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang ditemukan, wajib menjaga mineral lain tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak lain;
e. IUP untuk mineral lain dapat diberikan kepada pihak oleh menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
C. Hak dan Kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)
107
a. dapat melakukan seluruh atau sebagian tahapan usaha pertambangan, baik kegiatan eksplorasi maupun prosduksi;
Dalam pasal 90 sampai dengan pasal 94 undang-undang nomor 4 Tahun 2009 telah diatur mengenai hak pemegang IUP. Yaitu:
b. dapat memanfaatkan sarana dan prasarana umum untuk memenuhi seluruh kegiatan pertambangan setelah memenuhi peraturan perundang-undangan;
c. memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya, atau batubara yang telah diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi, kecuali mineral ikutan radioaktif.
d. mengalihkan kepemilikan dan/atau saham dibursa saham indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu; e. melakukan usaha pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Adapun kewajiban pemegang IUP ditentukan dalam pasal 112, yaitu:108
a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik. Dalam kaidah penerapan teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP wajib melaksanakan:
• ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja;
• keselamatan operasi pertambangan;
• pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk
kegiatan reklamasi dan pascatambang;
107
Pasal 90-94 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara
108
• upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
• pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan
dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standart baku mutu lingkungan sebelum dilepas kelingkungan.
b. mengelola keuangan sesuai dengan standart sistem akutansi indonesia; c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral;
d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan;
f. menjamin penerapan standart baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah;
g. menjada kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; h. menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat
mengajukan permohonan IUP operasi produksi;
i. pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang;
j. menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pascatambang; k. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dalam pelaksanaan
penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral; l. melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan didalam
negeri;
n. iuran produksi;
o. menyampaikan laporan hasil penjualan mineral yang tergali kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya; p. mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang dan jasa
dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; q. mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada didaerah tersebut sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
r. menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat;
s. menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan produksi kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangnya;
t. memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangnya;
u. setelah 5 (lima) tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUPbadan usaha yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham pada pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, atau Badan Usaha Milik Swasta Nasional.
v. membayar pendapatan negara dan pendapatan daerah;
w. membayar kepada pemrintah 4% dan kepada pemerintah daerh 6% dari keuntungan bersih.
a. penerimaan pajak; b. penerimaan bukan pajak; c. hibah.
Penerimaan pajak adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas : a. pajak dalam negeri; dan
b. pajak perdagangan international.
Pajak dalam negeri dalah semua penerimaan pajak yang berasal dari: a. pajak penghasilan;
b. pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah;
c. pajak bumi dan bangunan;
d. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan; e. bea cukai; dan
f. pajak lainnya.
Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang berasal dari bea masuk dan bea keluar.
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah semua penerimaan pemerintah pusat yang diterima dalam bentuk penerimaan sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN, penerimaan pajak lainnya, serta pendapatan badan layanan umum. Peneriman negara bukan pajak terdiri atas ;
d. kompensasi data informasi.
Pendapatan daerah terdiri atas: a. pajak daerah;
b. retribusi daerah; dan
BAB IV
Kepastian hukum pemberian izin usaha pertambangan dikaitkan
dengan hak menguasai negara berdasarkan UUPA
Dalam Undang-Undang Minerba terdapat ketentuan-ketentuan yang menurut beberapa kalangan pelaku usaha pertambangan memuat pasal-pasal yangbersifat kontradiktif satu sama lain. Menurut hemat penulis, Undang-undang Minerbayang sejatinya dibuat dalam rangka memberikan landasan hukum bagilangkah-langkah pembaharuan dan penataan kembali kegiatan pengelolaan dan pengusahaan pertambangan khususnya minerba demi menyesuaikan diri denganperubahan lingkungan strategis, baik bersifat nasional maupun internasional. Ini ditandai dengan seiring perkembangan sistem kontrak pengusahaan pertambangan dalam suatu wilayah pertambangan. Khusus dalam skripsi ini adalah mengenai pemberian izin usaha pertambangan sebagaimana diatur dalam pasal 1 angka 7 Undang-undang Minerba dengan pengaruhnya terhadap ketentuan mengenai hak ulayat masyarakat hukum adat, terhadap pemgembangan dan pemberdayaan masyarakat lingkar tambang, dan implikasinya terhadap undang-undang perkebunan dan kehutanan.
A. Kajian hukum pemberian IUP dengan hak ulayat masyarakat hukum adat (Mahudat).
1. Pengertian dan pengakuan Mahudat
Sudah barang tentu bahwa mahudat di indonesia masih lazim kita jumpai dalam perkembangan berbangsa dan bernegara. Pemerintah tidak dapat mengabaikan pertentangan antara penerapanUndang-Undang Minerba yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Mahudat, karenaMahudat ini keberadaan dan eksisitensinya masih diakui dalam KonstitusiRepublik Indonesia, Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi:
”Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukumadat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai denganperkembangan dan prinsip Negara Kesatuam Republik Indonesia yang diaturdalam undang-undang”.
Istilah masyarakat hukum adat sendiri adalah istilah resmi yang tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria (yang selanjutnya disebut UUPA), Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dan peraturan perundang-undangan lainnya sebagai padanan dari rechtgemeenschapt, atau oleh sedikit literatur menyebutnya
mengacu pada sejumlah kesepakatan internasional.109
Dalam skripsi ini, masyarakat adat disamakan artinya dengan pengertian masyarakat hukum adat, sebagaimana lazim ditemukan dalam peraturan perundang-undangan. Secara faktual setiap provinsi di Indonesia terdapat Istilah masyarakat adat merupakan padanan dari indigeneous people. Istilah itu sudah dikenal luas dan telah disebutkan dalam sejumlah kesepakatan internasional, yaitu : Convention of International Labor Organixation Concerning Indigeneous and Tribal People in Independent Countries (1989), Deklarasi
Cari-Oca tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (1992), Deklarasi Bumi Rio de Janairo(1992), Declaration on the Right of Asian Indigenous Tribal People Chianmai (1993), De Vienna Declaration and Programme Action yang dirumuskan oleh United Nations World Conference on Human Rights (1993). Sekarang istilah indigenous people semakin resmi penggunaannya dengan telah lahirnya Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (United Nation Declaration on the Rights of Indegenous People) pada tahun 2007.
Banyak ahli berpendapat bahwa pengertian masyarakat adat harusdibedakan dengan masyarakat hukum adat. Konsep masyarakat adat merupakan pengertian umum untuk menyebut masyarakat tertentu dengan ciri-ciri tertentu. Sedangkan masyarakat hukum adat merupakan pengertian teknis yuridis yang menunjuk sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah (ulayat) tempat tinggal dan lingkungan kehidupan tertentu, memiliki kekayaan dan pemimpin yang bertugas menjaga kepentingan kelompok (keluar dan kedalam), dan memiliki tata aturan (sistem) hukum dan pemerintahan.
109Taqwaddin,
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat dengan karakteristiknya masing-masing yang telah ada ratusan tahun yang lalu. Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang teratur, yang bertingkah laku sebagai kesatuan, menetap disuatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, memiliki hukum adat masing-masing dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa benda yang berwujud ataupun tidak berwujud serta menguasai sumberdaya alam dalam jangkauannya. Mereka memiliki sistem kebudayaan yang kompleks dalam tatanan kemasyarakatannya dan mempunyai hubungan yang kuat dengan tanah dan sumber daya alamnya.110Masyarakat hukum adat juga diartikan sebagai sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.
111
110
I B I D
111Husen Alting,
Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah ,LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2010. hlm. 30.
selama-lamanya.
Kusumo Pujosewojo, memberikan pengertian yang hampir sejalan denganTer Haar, beliau mengartikan masyarakat hukum adat sebagai masyarakat yang timbul secara spontan diwilayah tertentu, berdirinya tidak ditetapkan atau diperintahkan oleh penguasa yang lebih tinggi atau penguasa lainnya, dengan rasasolidaritas sangat besar di antara anggota, memandang anggota masyarakat sebagai orang luar dan menggunakan wilayahnya sebagai sumber kekayaan yang hanya dapat dimanfaatkan sebagai sumber kekayaan yang hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh anggotanya.112
113
1. terdapat masyarakat yang tertatur;
Sedangkan menurut Hazairin, masyarakat hukum adat adalah kesatuan-kesatuan masyarakat yang mempunyai kelengkapan-kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri yang mempunyai kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya. Para tokoh masyarakat adat yang tergabung dalam AMANmerumuskan masyarakat hukum adat sebagai sekelompok orang yang terikat olehtatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar hukum tersebut maka dapat dirumuskan kriteria masyarakat hukum adat sebagai berikut :
2. menempati suatu wilayah tertentu; 3. terdapat kelembagaan;
4. memiliki kekayaan bersama;
112
Ibid.hal 44
113
5. susunan masyarakat berdasarkan pertalian darah atau lingkungan daerah; 6. hidup secara komunal dan gotong-royong.
114
1. Sifat magis religious diartikan sebagai suatu pola pikir yang didasarkanpada keyakinan masyarakat tentang adanya sesuatu yang bersifat sakral.Sebelum masyarakat bersentuhan dengan sistem hukum agama religiusitas ini diwujudkan dalam cara berpikir yang prologka, animism, dan kepercayaan pada alam ghaib. Masyarakat harus menjaga keharmonisan antara alam nyata dan alam batin (dunia gaib). Setelah masyarakat mengenal sisitem hukum agama perasaan religious diwujudkan dalam bentuk kepercayaan kepada Tuhan (Allah). Masyarakat percaya bahwa setiap perbuatan apapun bentuknya akan selalu mendapat imbalan dan hukuman tuhan sesuai dengan derajat perubahannya.
Dalam buku De Commune Trek in bet Indonesische Rechtsleven, F.D. Hollenmann mengkonstruksikan 4 (empat) sifat umum dari masyarakat adat, yaitu magis religious, komunal, konkrit dan kontan. Hal ini terungkap dalam uraian singkat sebagai berikut:
2. Sifat komunal (commuun), masyarakat memiliki asumsi bahwa setiap individu, anggota masyarakat merupakan bagian integral dari masyarakat secara keseluruhan. diyakini bahwa kepentingan individu harus sewajarnya disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan masyarakat karena tidak ada individu yang terlepas dari masyarakat.
114
3. Sifat konkrit diartikan sebagai corak yang serba jelas atau nyata menunjukkan bahwa setiap hubungan hukum yang terjadi dalam masyarakat tidak dilakukan secara diam-diam atau samar.
4. Sifat kontan (kontane handeling) mengandung arti sebagai kesertamertaanterutama dalam pemenuhan prestasi. Setiap pemenuhan prestasi selaludengan kontra prestasi yang diberikan secara sertamerta/seketika.
Masyarakat adat menunjukkan hubungan yang erat dalam hubungan antarpersonal dan proses interaksi sosial yang terjadi antarmanusia tersebut menimbulkan pola-pola tertentu yang disebut dengan cara (a uniform or customary of belonging within a social group).115
1) Dalam UUD 1945
Masyarakat Hukum adat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkandari bangsa Indonesia, keberadaannya tidak dapat dipungkiri sejak dahulu hingga saat ini. Konstitusi Indonesia menggunakan beberapa istilah untuk menunjuk kesatuan masyarakat hukum adat, seperti kesatuan masyarakat hukum adat, masyarakat adat, serta masyarakat tradisional, sehingga istilah–istilah ini dapat digunakan sekaligus atau secara berganti-gantian.
Bila kembali pada masa lalu dalam pembahasan Undang-Undang Dasar1945 pada sidang-sidang BPUPKI dan PPKI, hanya Soepomo dan Moehammad Yamin yang mengemukakan pendapat tentang perlunya mengakui
115Hendra Nurtjahjo dan Fokky Fuad,