• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Debt Financing Dan Equity Financing Terhadap Profit Expense Ratio Pada Bank Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tingkat Debt Financing Dan Equity Financing Terhadap Profit Expense Ratio Pada Bank Syariah"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA

BANK SYARIAH

OLEH Sri Hervina

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(2)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Kasih dan Anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Pengaruh Tingkat Debt Financing dan Equity Financing Terhadap Profit

Expense Ratio pada Bank Syariah” Adapun skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S-1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa dari semua pihak baik secara moril maupun materil khususnya kepada kedua orangtua penulis Wahidin dan Sukarsih. Dengan segala kerendahan hati, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatea Utara.

(3)

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbig penulis higga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Buat saudara-saudara penulis Sri Herwin Prasetya dan Sri Denny Agustina yang selalu memberi dukungan selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat pihak-pihak lainnya sebagai tambahan pengetahuan dan dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan skripsi berikutnya.

Medan, Desember 2013 Penulis,

(4)

PENGARUH TINGKAT DEBT FIANANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA BANK

SYARIAH

Sri Hervina dan Hotmal Ja’far ABSTRAK

Pembiayaan menurut kualitasnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah. Pembiayaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. pengelolaan pembiayaan jual beli yang merupakan salah satu komponen penyusunan asset terbesar yang akan menghasilkan pendapatan yang dapat mempengaruhi peningkatan profitabilitas.

Penilitian ini, menggunakan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri sebagai objek penelitian, dengan periode penelitian 2008 – 2012. data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan Publikasi 2005 – 2012. metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif semetara uji hipotesis menggunakan uji – t dan uji – f untuk menguji pengaruh variabel secara parsial. selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji mulitikolinearitas, uji heteroskedastisitas an uji autokorelasi.

Dari hasil analisa menunjukan bahwa selama periode pengamatan menunjukan bahwa DPK berpengaruh terhadap nisbah bagi hasil yang diberikan sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel DPK signifikan positif terhadap nisbah bagi hasil menunjukan pengaruh terhadap profit. Kemampuan dari keempat prediksi variabel tersebut terhadap profit adalah 51,8% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted r2, sedangakan sisanya 48,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian.

(5)

ABSTRACT

Financing according to the quality is based on the likelihood of risk to the compliance of the conditions and the customer. Financing in fulfilling the obligation – an obligation to pay for results, as well as pay off pembiayaannya. the management of the financing of the sale, which is one of the components of the preparation of the greatest asset will generate income that can affect an increase in profitability.

This study, using the Bank Muamalat Indonesia and Bank Syariah Mandiri as objects of research, with the research period 2008 – 2012. the data used in this study were obtained from the publication financial report 2005-2012. data analysis method used is descriptive method using hypothesis testing semetara testing – t – f and test to test the influence of partially variable. It also conducted a classic assumption test that includes a test of normality, test mulitikolinearitas test heteroskedastisitas, an autocorrelation test.

From the results of the analysis showed that during the period of observation showed that the ratio of influence on DPK results provided in accordance with the initial research hypothesis. The results of this research show that partially significant positive against DPK variable ratio for the results show the impact on profit. The ability of the four aforementioned variables against profit prediction was 51,8% as indicated by the amount of adjusted r2, while the rest was 48.2% is affected by other factors that are not incorporated into the model research.

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………. i

DAFTAR TABEL ……….. iii

DAFTAR GAMBAR ………. iii

BAB I LATAR BELAKANG ………... 1

1.1Latar Belakang ……….. 1

1.2Perumusan Masalah ……….. 9

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ………. 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ……… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 11

2.1 Gambaran Umum Bank Syariah ……… 11

2.2 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah …….. 12

BAB III METODE PENELITIAN ……… 35

3.1 Jenis Penelitian ………... 35

3.2 Jenis Data ………. 36

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……….. 36

3.4 Metode yang Digunakan ……….. 37

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 38

3.6 Operasional Variabel ………... 39

3.6.1 Debt Financing ……… 39

3.6.2 Equity Financing ………. 40

3.6.3 Profit Expenses Ratio ……….. 40

3.6.4 Hubungan Antar Variabel ………... 41

3.6.5 Penetapan Rancangan Hipotesis ………. 42

3.6.6 Penetapan Tingkat Signifikan ………. 54

3.6.7 Penarikan Kesimpulan ……… 54

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ……… 55

4.1 Gambaran Singkat Penelitian ………. 55

4.1.1 PT. BANK MUAMALAT INDONESIA ……… 55

4.1.2 PT. BANK SYARIAH MANDIRI ………. 56

4.2 Tinjauan Terhadap Variabel – Variabel Penelitian ……… 56

4.2.3 Profit Expense Ratio ……… 58

4.3 Pengujian Asumsi Klasik ………... 60

4.3.1 Uji Normalitas ………... 60

(7)

4.3.3 Uji Autokorelasi ………. 62

4.3.4 Uji Hetorokedastisitas ……….... 63

4.4 Deskriptif Hasil Penelitian ……… 65

4.4.2 Pengujian Hepotesis Penelitian ……….. 69

4.4.2.1 Uji F ………... 69

4.4.2.2 Uji T ……….. 71

4.5 Pembahasan ……….. 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 75

5.1 Kesimpulan ……….. 75

5.2 Saran ……… 77 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah Dilihat dari Jumlah dana Pihak Ketiga

dan Pembiayaan yang diberikan ……….… 5

TABEL 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional………. 12

TABEL 3.1 Operasionalisasi Variabel ……….. 41

TABEL 4.1 Tingkat Debt Financing ……….………. 57

TABEL 4.2 Tingkat Equity Financing ……… 58

TABEL 4.3 Tingakt Profit Expenses Ratio ……… 59

TABEL 4.4 Nilai Variabel – Variabel Penelitian ………... 59

TABEL 4.5 Uji Normalitas dengan Kolmogrov Smirnov Test ………..… 61

TABEL 4.6 Uji Multi Kolinieritas ……….. 62

TABEL 4.7 Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson ………. 63

TABEL 4.8 Uji Hetoroskedastisitas dengan Korelasi Determinasi Multiple 64 TABEL 4.9 Koefisiensi Regresi ……….. 65

TABEL 4.10 Koefisiensi Korelasi dan Koefisiensi Determinasi Multiple .. 67

TABEL 4.11Koefisiensi Korelasi dan Koefisiensi Determinasi Parsial ….. 68

TABEL 4.12 Hasil Uji F ……… 70

(9)

PENGARUH TINGKAT DEBT FIANANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA BANK

SYARIAH

Sri Hervina dan Hotmal Ja’far ABSTRAK

Pembiayaan menurut kualitasnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah. Pembiayaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. pengelolaan pembiayaan jual beli yang merupakan salah satu komponen penyusunan asset terbesar yang akan menghasilkan pendapatan yang dapat mempengaruhi peningkatan profitabilitas.

Penilitian ini, menggunakan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri sebagai objek penelitian, dengan periode penelitian 2008 – 2012. data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan Publikasi 2005 – 2012. metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif semetara uji hipotesis menggunakan uji – t dan uji – f untuk menguji pengaruh variabel secara parsial. selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji mulitikolinearitas, uji heteroskedastisitas an uji autokorelasi.

Dari hasil analisa menunjukan bahwa selama periode pengamatan menunjukan bahwa DPK berpengaruh terhadap nisbah bagi hasil yang diberikan sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel DPK signifikan positif terhadap nisbah bagi hasil menunjukan pengaruh terhadap profit. Kemampuan dari keempat prediksi variabel tersebut terhadap profit adalah 51,8% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted r2, sedangakan sisanya 48,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian.

(10)

ABSTRACT

Financing according to the quality is based on the likelihood of risk to the compliance of the conditions and the customer. Financing in fulfilling the obligation – an obligation to pay for results, as well as pay off pembiayaannya. the management of the financing of the sale, which is one of the components of the preparation of the greatest asset will generate income that can affect an increase in profitability.

This study, using the Bank Muamalat Indonesia and Bank Syariah Mandiri as objects of research, with the research period 2008 – 2012. the data used in this study were obtained from the publication financial report 2005-2012. data analysis method used is descriptive method using hypothesis testing semetara testing – t – f and test to test the influence of partially variable. It also conducted a classic assumption test that includes a test of normality, test mulitikolinearitas test heteroskedastisitas, an autocorrelation test.

From the results of the analysis showed that during the period of observation showed that the ratio of influence on DPK results provided in accordance with the initial research hypothesis. The results of this research show that partially significant positive against DPK variable ratio for the results show the impact on profit. The ability of the four aforementioned variables against profit prediction was 51,8% as indicated by the amount of adjusted r2, while the rest was 48.2% is affected by other factors that are not incorporated into the model research.

(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.2 Kerangka Pemikiran ……… 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

(12)

stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Perbankan terdiri dari 2 ( dua ) yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank Syariah memiliki peranan sebagai lembaga perantara antara unit – unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit lain yang kekurangan dana. Melalui bank kesulitan tersebut dapat disalurkan kepada pihak – pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.

(13)

kantor bank berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Momentum penting lainnya yang mendukung perkembangan bank syariah di Indonesia adalah tepat tanggal 16 Desember 2003 Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga bank adalah haram. Hal ini menjadi pendorong sejumlah bank untuk mulai membuka unit usaha berdasarkan prinsip syariah.

Persaingan antar bank syariah yang semakin ketat, secara langsung ataupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap pencapaian profitabilitas bank syariah. Meskipun bank syariah memiliki motivasi lebih daripada sekedar bisnis, keamampuan bank syariah dalam menghasilkan profit menjadi indikator penting keberlanjutan entitas bisnis. Selain itu, kemampuan menghasilkan profit menjadi indikator penting untuk mengukur kemampuan bersaing bank syariah dalam jangka panjang.

(14)

Prospek perbakan syariah kedepannya sangat cerah, apalagi mengingat pangsa

pasarnya yang cukup besar. sehingga wajar jika kemudian banyak bank – bank konvensional

yang membuka cabang syariah secara langsung maupun melalui konversi cabang – cabang

konvensionalnya menjadi bank syariah. Prospek perkembangn produk bank syariah masih

terbuka lebar, jika bank syariah melakukan kajian mendalam untuk pengembangan produk

baru. Sehingga muncul inovasi dalam membuat produk-produk baru yang customized bagi

customers. Pemahaman akan produk (product knowledge) dan skim-skim syariah menjadi

dasar dalam pengembangan produk bank syariah. Minimnya pengetahuan mengenal aspek

fiqh dalam perbankan syariah juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan produk

di bank syariah. Berdasarkan perkembangan perkembangan secara nasional maka ada

kecenderungan ke depan trennya adalah kepeminjaman konsumen. Disisi lain pemberian

pinjaman kepada kelompok UKM (Usaha Kecil Menengah) juga menjadi salah satu pilihan

karena hal ini dapat mengurangi resiko kemacetan kredit yang biasanya disebabkan oleh

debitur-debitur besar, jika satu debitur besar mengalami kemacetan maka akan mempengaruhi

posisi CAR suatu bank secara signifikan (Abirizal,2013)

(15)

Penilaian kelayakan pembiayaan pada bank syariah, selain didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya dan acceptable dari segi syariahnya (Muhammad, 2005). Diantara empat pola penyaluran pembiayaan yang ada pada bank syariah, terdapat dua pola utama yang saat ini dijalankan oleh bank dalam penyaluran pembiayaan, yakni pembiayaan dengan prinsip jual beli dan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan yang diterima dari pembiyaan yang disalurkan.

Keuntungan yang diterima dari prinsip jual beli berasal dari mark up yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. sedangkan pendapatan dari prinsip bagi hasil ditentukan bersadarkan kesepakatan besarnya nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. pola bagi hasil banyak mengandung resiko, oleh karena itu pihak bank harus aktif berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian nasabah sejak awal (Muhammad,2005)

(16)

perolehan laba yang meningkat (Firdaus, 2009). Oleh karena itu, pengelolaan pembiayaan baik pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, maupun jenis pembiyaan lainnya akan sangat mempengaruhi profitabilitas yang diterima bank syariah.

Dana untuk melakukan pembiayaan dalam bank syariah, sebgaian besar

berasal dari dana pihak ketiga (DPK) yang bersal dari masyarakat yang menjadi nasabah

bank tersebut. porsi pembiayaan pada bank syariah, pada umumnya mencapai 60% dari

totak aktiva. oleh karena itu, bank syariah harus benar – benar mempersiapkan strategi

penggunaan dana-dananya agar tingkat penghasilan dari pembiayaan merupakan tingkat

penghasilan yang menempati porsi terbesar. sehingga baik syariah selaku mudharib harus

mampu memaksimalkan profit yang didapatnya guna memberikan return yang berarti

bagi nasabahnya (Muhaamad,2002)

Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat menimbulkan potensi

Dan terbukti dengan melihat tabel di bawah ini menunjukkan peningkatan yang cukup

signifikan dari perkembangan perbankan syariah dilihat dari jumlah dana pihak ketiga dan

pembiayaan yang diberikan.

Tabel 1.1

Perkembangan perbankan syariah dilihat dari jumlah dana pihak ketiga dan

pembiayaan yang diberikan (dalam triliun rupiah)

Maret 2012

Agustus 2012

Desember 2012

(17)

Jumlah Dana Pihak Ketiga 9,07 9,62 10,84 10,98

Pembiayaan 1,54 1,97 2,51 2,64

Sumber: Bank Indonesia

Namun ada masalah seiring dengan pesatnya perkembangan jumlah bank syariah

dan jumlah aset dari bank syariah tersebut. Yaitu pembiayaan mayoritas disalurkan pada

debt financing yaitu sebesar 66,93% dengan komposisi murabahah 61,45%;lainnya

5,48%, sedangkan pembiayaan bagi hasil ( equity financing) hanya sebesar 30,45%

dengan komposisi mudharabah 10,39%;musyarakah 20,06%. Hal ini dimaklumi bahwa

debt financing mendominasi dunia perbankan syariah di awal – awal perkembangannya sebagian masih memandangnya wajar, karena berbagai kendala yang dihadapi dalam

pembiayaan bagi hasil(equity financing). Kendala itu dapat bersifat internal maupun eksternal. Menurut Ascarya (peneliti senior Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan

Bank Indonesia)

“Kendala internal adalah perbankan syariah masih terdapat masalah seperti

pemahaman akan esensi perbankan syariah yang masih kurang, adanya orientasi

bisnis dan usaha yang lebih diutamakan, kualitas serta kuantitas Sumber Daya yang

belum memadai, sikap aversion to effort serta aversion to risk.”

Sehingga bank syariah menilai bahwa pembiayaan dengan sistem bagi hasil

(equity financing) memiliki resiko tinggi dalam hal kerugian yang dapat terjadi dalam

kurun waktu pembiayaan tersebut sehingga dapat menurunkan laba perusahaan

karena pembiayaan bagi hasil tidak hanya bersifat berbagi untung tetapi juga berbagi

rugi tetapi bila kerugian itu bukan merupakan kesalahan/kelalaian pihak yang diberi

(18)

bagi hasil yang memerlukan tingkat kejujuran yang sangat tinggi dari pihak yang

mendapatkan pembiayaan. Untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa usaha

yang akan dibiayai dengan sistem bagi hasil menguntungkan dan dalam kondisi bagus

serta memiliki prospek yang bagus pula maka bank syariah harus melakukan

penelitian yang cermat dan membutuhkan biaya yang tidak kecil. Inilah yang membuat

bank syariah belum berani berekspansi dalam pembiayaan bagi hasil (equity financing).

Hal ini sangat ironis mengingat tujuan pendirian bank syariah menurut A.

Wirman Syafei adalah

“Dalam rangka mencapai falaah (kemenangan dunia dan akhirat) dan turut menciptakan kehidupan yang lebih baik.”

Lebih lanjut A. Wirman Syafei mengutip pernyataan El-Ashker yang

menyatakan bahwa

“Tujuan bank syariah menggambarkan bahwa bank syariah dilarang untuk

menghasilkan laba maksimum (profit maximization). Tetapi bank syariah tetap didorong untuk menghasilkan laba tanpa harus melanggar prinsip syariah dan tanpa

harus meninggalkan kontribusinya dalam peningkatan kualitas perekonomian umat

(masyarakat muslim).”

(19)

dan dapat menjaga tingkat profitabilitas dan likuiditasnya. Karena itu dalam menilai kinerja bank syariah tidak hanya menitikberatkan kepada kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba tetapi juga pada kepatuhan terhadap prinsip – pronsip syariah dan tujuan bank syariah tersebut. Abdus Samad dan M. Khabir Hassan dalam jurnalnya “The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study”, mereka menilai profitabilitas dengan kriteria ROA (Return On Asset),ROE (Return On Equity) dimana kedua rasio ini menilai efisiensi manajemen, juga menggunakan PER (Profit Expense Ratio) yang menilai efisiensi biaya dimana menilai kemampuan bank menghasilkan profit tinggi dengan beban –

beban yang harus ditanggungnya; tingkat likuiditas menggunakan CDR (Cash Deposit Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio),Current Ratio; tingkat solvabilitas dan risiko menggunakan DER (Debt to Equity Ratio), DTAR (Debt to Total Asset Ratio) , mereka juga menilai komitmen bank terhadap perekonomian dan komunitas muslim. Dimana penilaian ini berdasarkan pada seberapa besar bank syariah

tersebut melakukan pembiayaan bersifat bagi hasil (Mudharabah dan

Musyarakah), menggunakan MMR (Mudharaba-Musyarakah Ratio) dimana

semakin besar dana digunakan untuk pembiayaan bagi hasil maka menunjukan

bahwa bank tersebut memiliki komitmen kuat dalam turut serta membangun

kualitas umat muslim.

(20)

“PENGARUH TINGKAT DEBT FINANCING DAN EQUITY

FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PERBANKAN

SYARIAH”

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka masalah – masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah :

1. Apakah tingkat debt financing dan equity financing berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap profit expense ratio bank syariah?

2. Apakah tingkat debt financing dan equity financing berpengaruh secara parsial terhadap profit expense ratio bank syariah?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat debt financing dan equity financing secara bersama - sama (simultan) profit expense ratio bank syariah. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat debt financing dan equity

financing secara parsialterhadap profit expense ratio bank syariah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak

(21)

1. Bagi Bagi Dunia Perbankan

Dapat memberikan masukan yang berguna bagi pihak manajemen perbankan syariah terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil terutama prioritas jenis produk pembiayaan yang dipilihnya.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi bank syariah dalam menentukan jenis produk pembiayaan yang

dipilihnya.

3. Bagi Peneliti Lain

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengkaji lebih dalam permasalahan yang terjadi di bank syariah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(22)

Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan

demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang

dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa belakangan

ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk

menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori ekonomi

yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi

pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang biasa disebut

dengan bank syariah didirikan.

Tujuan perbankan syariah didirikan dikarenakan pengambilan riba dalam transaksi

keuangan maupun non keuangan (QS. Al-Baqarah 2 : 275).

Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada

jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga (Zaenul Arifin, 2002).

Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan

penerapan prinsip syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta

bisnis lain yang terkait.

Sepanjang praktek perbankan konvensional tidak bertentangan dengan prinsip

syariah, bank syariah telah mengadopsi sistem dan prosedur perbankan yang ada. Bila terjadi

pertentangan dengan prinsip syariah, maka bank-bank islam merencanakan dan menerapkan

prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip

(23)

2.2 Perbedaan Bank Konvesional dan Bank Syariah

Perbedaan antara bank syariah dan bank konvesional disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1

Perbedaan bank syariah dan bank konvesional

1. Hanya melakukan investasi yang halal Investasi yang halal dan haram

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli,

atau sewa

Memakai perangkat bunga

3. Profit dan falah oriented Profit oriented

4. Hubungan yang terbentuk dengan nasabah

adalah hubungan kemitraan

Hubungan yang terbentuk dengan nasabah

adalah kreditur-debitur

5. Penghimpunan dan penyaluran harus

sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas

Syariah

Tidak terdapat dewan sejenis

“Dalam rangka mencapai falaah (kemenangan dunia dan akhirat) dan turut menciptakan kehidupan yang lebih baik. “

Oleh karena itu bank syariah tetap didorong untuk menghasilkan laba tanpa harus

melanggar prinsip syariah dan tanpa harus meninggalkan kontribusinya dalam peningkatan

kualitas perekonomian umat (masyarakat muslim). Selain itu sebagaimana halnya bank

(24)

lembaga intermediasi keuangan, bank syariah dituntut untuk memenuhi kriteria demand, brand image, dan pangsa pasar dalam penciptaan usahanya. Karena itu bank syariah harus mampu membangun kepercayaan dan emosi umat bahwa keberadaannya akan bermanfaat

bagi masyarakat umum, sehingga harus dikelola atas dasar visi yang kuat untuk

memberdayakan ekonomi kerakyatan. Maka upaya yang dilakukan bank syariah adalah

melalui pembiayaan.

Pembiayaan dalam konteks perbankan syariah yang tertuang dalam PAPSI:

“Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah merupakan bagian dari aktivitas pendanaan yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman bank”.

Fungsi Bank Syariah

Intermediary agent (sama seperti bank konvensional)

Fund atau investment manager

 Penyedia jasa perbankan pada umumnya (sama seperti bank konvensional) sepanjang

tidak melanggar syariah

 Pengelola fungsi sosial (ZISWA)

 Alat transmisi kebijakan moneter (sama seperti bank Konvensional)

Falsafah Operasional Bank Syariah

Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah

(25)

lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus

dihindari (ibid).

a) Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya :

1. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan

usaha (QS. Luqman, ayat :34)

2. Menghindari penggunaan sistem prosentasi untuk pembebanan biaya terhadap hutang

atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat

gandakan secara otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu

(QS. Ali-Imron, 130)

3. Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan

imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun

kualitas (HR. Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567)

4. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan tambahan dimuka atas hutang

yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR. Muslim, Bab

Riba No. 1569 s/d 1572).

b) Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. Dengan mengacu pada Qur’an

surat Al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan

syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau

transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dan barang. Akibatnya pada

kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga

akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa,

(26)

Menurut Bank Indonesia dalam hal ini Direktorat Perbankan Syariah, jenis produk

pembiayaan yang dapat dilakukan bank syariah adalah :

(1). Pembiayaan dengan sistem bagi hasil (Equity financing) yaitu :

a. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu di mana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana (atau

amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan

ditanggung bersamasesuai dengan kesepakatan.

Aplikasi Perbankan

1. Pembiayaan proyek

Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana nasabah dan bank sama – sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

2. Modal ventura

(27)

atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

Manfaat

1. Bak akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat

2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cashflow/arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah

4. Bank akan lebih selektif dan hati – hati (prudent) mencari usaha yang benar – benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar – benar terjadi itulah yang akan dibagikan

(28)

Risiko

1. Side streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur

b. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal (shahibul maal), sedangkan pihak

kedua menjadi pengelola. Dimana keuntungan dibagi menurut kesepakatan

yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan kerugian seluruhnya

ditanggung pemilik modal asalkan kerugian bukan karena kelalaian

pengelola tapi bila sebaliknya maka kerugian ditanggung pengelola.

c. Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian

kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian

tertentu (persentase) dari hasil panen. Dalam konteks ini lembaga keuangan

islam dapat memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam

bidang plantation atas dasar prinsip bagi hasil dari hasil panen.

d. Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana penggarap hanya bertnggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.

Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

(29)

a. Murabahah adalah jual – beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

Syarat Bai’al Murabahah

1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah

2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3. Kontrak harus bebas dari riba

4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian

5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Aplikasi dalam Perbankan

Murabahah KPP umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang – barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui Letter of credit (L/C). Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya.

Manfaat

(30)

Risiko

1. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran 2. Fluktuasi harga komparatif; ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual – beli tersebut

3. Penolakan nasabah; barang yang sudah dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah

4. Dijual; Nasabah bebas menjual asetnya sehingga risiko untuk default akan besar.

b. Salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayaran dilakukan di muka.

Aplikasi dalam Perbankan

1. Dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Dan bank melakukan akad bai’as salam dengan pembeli kedua. Inilah yang disebut sebagai Salam Paralel.

(31)

Adalah selisih harga yang didapat dari nasabah dengan harga jual kepada pembeli.

c. Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembelidan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.

Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau

membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya

kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem

pembayaran.

d. Ijarah al Muntahia Bittamlik adalah sejenis perpaduan kontrak jual – beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang

di tangan si penyewa.

 

Aplikasi dalam Perbankan

(32)

Manfaat

Adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok Risiko

1. Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja

2. Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh pihak bank

3. Berhenti; nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau membeli aset tersebut. Akibatnya bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah

e. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

imbalan.

Aplikasi dalam Perbankan

(33)

2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk deposito. Sebagai produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM

3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil

Manfaat

1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek

2. Qardh al hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda bank syariah dengan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersial

3. Adanya misi sosial kemasyarakatn ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah Risiko

Risiko yang terkandung dalam qardh terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.

(34)

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.

Aplikasi dalam Perbankan

1. Sebagai produk pelengkap

Rahn dipakai produk pelengkap, artinya sebagai akad tambahan (jaminan/collateral) terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan bai’al murabahah. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut.

2. Sebagai produk tersendiri

(35)

Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria :

 Milik nasabah sendiri

 Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar

 Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank Manfaat

1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain – main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan bank

2. Memberikan keamanan bagi segenap penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau barang (marhun) yang dipegang oleh bank.

3. Jika rahn ditetapkan dalam mekanisme pegadaian, maka sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana

Risiko

1. Risiko tidak terbayarnya hutang nasabah (wanprestasi) 2. Risiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak

g. Hiwalah

(36)

para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.

Aplikasi dalam Perbankan

Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada: 1. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang

memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan menagihnya dari pihak ketiga itu.

2. Post-dated check, di mana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

3. Bill discounting. Secara prinsip, bill discounting serupa dengan hiwalah. Hanya, dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sementara pembahasan fee tidak didapati dalam kontrak hiwalah.

Manfaat

1. Memungkinkan penyelesaian hutang dan piutang dengan cepat dan simultan

(37)

3. Dapat menjadi salah satu fee-based income/sumber pendapatan non – pembiayaan bagi bank syariah.

Risiko

Adanya kecurangan yang harus diwaspadai dari kontrak hiwalah adalah adanya kecurangan nasabah dengan memberi invoice palsu atau wanprestasi/ingkar janji untuk memenuhi kewajiban hiwalah ke bank.

Dari hasil musyawarah (ijma internasional) para ahli ekonomi Muslim beserta para ahli fiqih dari Academi Fiqh di Mekkah pada tahun 1973, dapat disimpulkan bahwa konsep dasar hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam dalam bentuk sistem ekonomi Islam

ternyata dapat diterapkan dalm operasional lembaga keuangan bank maupun lembaga

keuangan non bank. Penerapan atas konsep tersebut terwujud dengan munculnya lembaga

keuangan Islam di persada nusantara ini.

Pada sisi pengerahan dana masyarakat, shahibul maal berhak atas bagi hasil dari usaha lembaga keuangan sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama, bagi hasil yang

diterima shahibul maal akan naik turun secara wajar sesuai dengan keberhasilan lembaga keuangan dalam mengelola dana yang dipercayakan kepaanya. tidak ada biaya yang perlu

digeserkan karena konsep bagi hasil bukan konsep biaya.

Pada penyaluran dana kepada masyarakat, sebagian besar pembiayaan Bank Islam

untuk nasabahnya. dengan demikian, pembiayaan hanya diberikan apabila barang dan jasanya

telah ada terlebih dahulu. dengan metode ada barang dahulu, baru ada uang maka masyarakat

(38)

barang yang dibeli/diadakan menjadi jaminan (collateral) hutang. Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut ditentukkan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep aqad. Bersumber dari lima konsep ini bank syariah dapat menerapkan

produk-produk lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah

yang dapat dioperasionalkan. Kelima Konsep tersebut adalah :

1. Prinsip Simpanan Murni (al’Wadiah). Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank islam yang memberikan kesempatan kepada pihak yang elebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al’Wadiah. Fasilitas al’Wadiah diberikan bertujuan untuk investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.

2. Bagi Hasil (Syirkah). Sistem ini adalah suatu system yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha penyedia dana dengan pengelola dana. pembagian hasil usaha ini dapat terjadi anatara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah.

(39)

barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan (Margin)

4. Perinsip Sewa (al-Ijarah). Prinsip ini secara garis besar terbagi atas 2 (dua) jenis :

a. Ijarah, sewa muni, seperti halnya penyewaan alat – alat produk (operating lease). dalam teknis perbankan, bank dapat membeli equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya telah disepakati kepada nasabah.

b. Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease)

5. Prinsip jasa/fee (al-Ajr walumullah). Prinsip ini meliputi seluruh layanan non- pembiayaan yang diberikan bank. bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Jasa, Inkaso,Transfer, dll.

Bank harus mampu memaksimalkan profit yang didapatnya guna memberikan return

yang berarti bagi nasabahnya. Tingkat keuntungan bersih (net income) yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor – faktor yang dapat dikendalikan (controlable factors) dan faktor – faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrolable factors). Controlable factors

(40)

(orientasinya kepada wholesale dan retail), pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual – beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya – biaya. Uncontrolable factors atau faktor – faktor eksternal adalah faktor – faktor yang dapat mempemgaruhi kinerja bank seperti kondisi ekonomi secara umum dan

situasi persaingan di lingkungan wilayah operasinya. Bank tidak dapat mengendalikan faktor

– faktor eksternal, tetapi mereka dapat membangun fleksibilitas dalam rencana operasi

mereka untuk menghadapi perubahan faktor – faktor eksternal. Karena itu, bank syariah harus

dapat melakukan ekspansi kredit/pembiayaan untuk dapat menjaga tingkat likuiditas dan

profitabilitas sehingga nisbah bagi hasil yang diberikan tidak berfluktuasi.

Hal itulah yang melatarbelakangi bank syariah memilih jenis produk pembiayaan

yang dilakukan. Dan jenis produk yang mendominasi pembiayaan yang dilakukan oleh bank

syariah di Indonesia adalah jenis debt financing karena alasan mudah karena dalam memutuskan pemberian debt financing tidak diperlukan biaya yang besar karena tidak perlunya ada proses tinjauan terlebih dahulu oleh pihak bank mengenai prospek usaha, risiko

kerugian kecil karena margin keuntungan telah ditetapkan sebelumnya sehingga bank sudah

dapat memperhitungkan profit yang dihasilkan pada pembiayaan tersebut. Sebaliknya dalam memutuskan pemberian equity financing terlebih dahulu bank harus melakukan tinjauan terhadap pihak yang akan diberi pembiayaan. Tinjauan itu menyangkut prospek usaha untuk

melihat profitabilitas, kondisi usaha untuk menilai kemampuan mengembalikan pembiayaan

yang tentunya mengeluarkan biaya yang akan menjadi beban bagi bank dalam melakukan

pembiayaan, selain itu profit yang dihasilkan tidak dapat diperhitungkan karena bergantung pada hasil usaha yang bisa ditetapkan hanya nisbah bagi hasil saja. Belum adanya risiko

(41)

bank menurun. Tapi apakah benar bahwa equity financing sangat berisiko tinggi dan memerlukan biaya yang lebih besar dalam operasionalnya dibandingkan debt financing dalam meningkatkan profit bank syariah?

Padahal equity financing lebih memiliki keunggulan dibandingkan debt financing, karena dalam equity financing menggunakan sistem yang adil dimana berbagi untung

(profit)/rugi(loss), sehingga memacu pengguna dana untuk meningkatkan kinerja usahanya karena sadar bahwa tanggung jawab dipikul bersama dan adanya group control dimana pihak bank melakukan pengawasan terhadap kinerja usaha pengguna dana sehingga jalannya usaha

terkendali, berbeda dengan debt financing yang hanya mengandalkan peminjam dana saja tanpa adanya pengawasan dari pihak bank.

Selain itu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan saudara Nur Anisa Qadriyah

pada tahun 2003 dengan judul “Pengaruh Jenis Produk Pembiayaan, Jenis Pembiayaan, dan

Jenis Sektor Ekonomi Pembiayaan terhadap Non Performing Financing pada Perbankan Syariah”, yang membuktikan bahwa

“Perbedaan jenis produk pembiayaan (equity financing dan debt financing) yang disalurkan oleh bank – bank syariah tidak memiliki pengaruh pada tingkat NPF

padahal diduga equity financing lebih memiliki risiko kredit macet lebih tinggi dibanding debt financing. Artinya semua jenis produk pembiayaan memiliki risiko kredit macet yang relatif sama.”

(42)

yang dihasilkan dengan memperhitungkan biaya atau beban yang harus ditanggung bank

syariah dalam melakukan pembiayaan tersebut.

Profit Expense Ratio (PER) adalah rasio yang digunakan DR. Abdus Samad dan DR. M. Khabir Hassan dalam menilai kinerja Bank Islam Malaysia periode 1984-1997 dalam hal

profitabilitas. Dimana bila rasio ini menunjukkan nilai yang tinggi mengindikasikan bahwa

bank menggunakan biaya secara efisien dan menghasilkan profit yang tinggi dengan beban – beban yang harus ditanggungnya. Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang

secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah

organisasi. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak

terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien.

Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer di mana pun mereka berada, baik

dalam organisasi bisnis, pelayanan publik, maupun organisasi sosial kemasyarakatan.

Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan

pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Di samping itu, dengan adanya pemisahan antara unit dan harga ini, dapat diidentifikasi berapa

tingkat efisiensi teknologi, efisiensi alokasi, dan total efisiensi. Dimana hasil penelitiannya

adalah

(43)

36%. This difference in profitability performance is statistically significant at 5% level. There are various reasons for lower profitability performance of BIMB. First, BIMB does not have wide scope for investment in any stock or security because of religious constraints. It can only invest in Shariah approved projects. It can not invest beyond the Shariah Board approved investments even if it can earn higher rate of returns. Shariah Board supervises bank investment. Secondly, investment in government bond is a major source of earnings. The rate of return of government bond is lower than other types investments. Thirdly, in order to provide the guarantee of depositors' deposits and trust (amanah), BIMB maintains more liquidity than the conventional banks.”

Berdasarkan hal di atas penulis menarik hipotesis bahwa tingkat debt financing dan

equity financing baik secara parsial maupun simultan mempengaruhi Profit Expense Ratio

[image:43.595.69.536.546.823.2]

perbankan syariah.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Bank Syariah

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis penelitian

Hipotesis Penelitian : 

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis penelitian

Hipotesis Penelitian : 

(46)

3. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksploitasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan keadaan dan karakteristik sebenarnya dari suatu objek penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh.

4. Pembatasan Masalah

Penulis melakukan suatu pembatasan masalah dengan tujuan agar penelitian dapat

dilakukan secara terarah dan hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebaik –

baiknya. Batasan – batasan tersebut adalah :

1. Pengukuran tingkat debt financing dengan menggunakan balance sheet approach karena pada neraca bank syariah memperlihatkan berapa besar pembiayaan disalurkan pada debt financing periode tertentu.

2. Pengukuran tingkat equity financing dengan menggunakan balance sheet approach karena pada neraca bank syariah memperlihatkan berapa besar pembiayaan disalurkan pada equity financing periode tertentu.

3. Pengukuran tingkat Profit Expense Ratio dengan menggunakan income statement approach karena pada laporan tersebut memperlihatkan berapa besar profit yang dihasilkan dan berapa beban yang ditanggung oleh bank syariah pada periode tertentu.

4. Data yang diolah adalah laporan keuangan publikasi periode 2008 hingga

2012.

5. Tahun penelitian dibatasi dari tahun 2008 hingga 2012 karena perkembangan

bank syariah menunjukkan hasil yang bagus pada periode tersebut.

(47)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data sekunder yaitu berupa laporan keuangan BMI dan BSM yang terdiri atas laporan posisi keuangan, perhitungan rasio keuangan. Selain itu penulis juga memperoleh data dari studi literature/kepustakaan dengan mempelajari, mengkaji serta menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dan makalah yang berkaitan dengan penelitian.

Penulis mengambil sampel dengan periode 2009 sampai dengan 2013 dengan alasan pada periode ini BMI dan BSM mengalami pertumbuhan yang baik dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang perbankan syariah.

3.3 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Penelitian Kepustakaan

Teknik ini dilakukan baik secara library reseach maupun internet reseach untuk menambah wawasan dan informasi tentang masalah yang dikaji, yang dilaksanakan

dengan maksud untuk memperoleh data-data pendukung yang berfungsi sebagai tinjauan

pustaka guna mendukung data-data sekunder yang diperoleh dari objek penelitian serta

referensi-referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan ini dilakukan dengan mendapatkan, mempelajari dan menganalisa

(48)

3. Wawancara

Merupakan suatu teknik penelitian dimana peneliti mengadakan komunikasi langsung

untuk memeriksa validitas jawaban dan informasi lebih lanjut mengenai kinerja suatu

bank.

3.4Metode Yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan asosiatif. Pengertian metode deskriptif menurut Moh. Nazir (1999; 63-64) adalah

“Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki yang kemudian di analisis.”

Penelitian asosiatif ini merupakan suatu penelitian yang mencari hubungan antara

satu variabel dengan variabel yang lain. Dalam metode deskriptif, bisa saja membandingkan

fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif.

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Tingkat Debt Financing sebagai variabel bebas (X1)

2. Tingkat Equity Financing sebagai variabel bebas (X2)

(49)

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan pengujian kuantitatif, untuk mengukur pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan metode statistik yaitu analisis dan korelasi berganda. Namun sebelumnya, penulis melakukan terlebih dahulu uji normalitas data dan asumsi klasik. Untuk perhitungan statistiknya, penulis sebagian menggunakan progran komputer SPSS for Windows ver.12..

3.5Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan mendapatkan laporan keuangan publikasi yang

dipublikasikan melalui media cetak dan elektronik dari laporan keuangan Bank Muamalat

Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. Penelitian berlangsung periode Januari – Mei 2013.

3.6Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul yang diketengahkan yaitu: “Pengaruh Tingkat Debt Financing dan Equity Financing terhadap Profit Expense Ratio Perbankan Syariah” maka :

Variabel Independen atau variabel variabel yang tidak tergantung pada variabel lain adalah :

(50)

 Variabel X2 adalah tingkat equity financing

Variabel dependen adalah variabel yang tergantung atas variabel lain adalah :  Variabel Y adalah Profit Expense Ratio bank syariah

3.6.1 Debt Financing

Pembiayaan yang dilakukan bank syariah dimana tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian dari harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli (debt financing) seperti Murabahah, Salam, dan Istishna,Hiwalah, Qardh serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu Ijarah. Bila rasio ini tinggi, menunjukan bahwa bank syariah belum sepenuhnya menjalankan peran sosialnya sebagai komponen pemberdayaan umat. Dihitung dengan rumus :

3.6.2 Equity Financing

Pembiayaan yang dilakukan bank syariah di mana tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil (equity financing). Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Musyarakah dan Mudharabah, Muzara’ah, dan Musaqah. Bila rasio ini tinggi,

Jumlah debt financingt

(51)

menunjukan bahwa bank syariah sudah baik dalam menjalankan peran sosialnya sebagai komponen pemberdayaan umat. Dihitung dengan rumus :

3.6.3 Profit Expense Ratio

Abdus Samad dan M. Khabir Hassan dalam jurnalnya “The Performance of

Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study”, dalam menilai profitabilitas menggunakan PER atau Profit Expense Ratio yang bertujuan untuk menilai efisiensi biaya yang dilakukan oleh perusahaan dan pencapaian profit tinggi dengan beban –

beban yang ada.

Profit Expense Ratio dapat dihitung dengan rumus :

Efisiensi menitikberatkan pada metode atau prosedur dari operasional perusahaan. Dalam menilai efisiensi dilihat apakah perusahaan memenuhi tanggung jawabnya dengan penggunanaan usaha yang minimal.

Untuk lebih memperjelas mengenai operasionalisasi variabel yang dibutuhkan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Profit

PER = ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐

Total

Expenses

Jumlah equity financingt

(52)
[image:52.595.104.514.214.492.2]

Tabel 3.1

Operasionalisasi variabel

Variabel Indikator (Rumus) Skala

Tingkat debt financing Jumlah debt financingt = ---

Total pembiayaant

Rasio

Tingkat equity financing Jumlah equity financingt = ---

Total pembiayaant

Rasio

Profit Expense Ratio

Profitt

= ---

Total expensest

Rasio

Sumber : Jurnal “The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study”oleh Abdus Samad dan M. Khabir Hassan

3.6.4 Hubungan Antar Variabel

(53)

maupun equity financing masing – masing memiliki prosedur yang berbeda dan menghasilkan beban – beban yang akan ditanggung bank berbeda pula. Dan baik tingkat debt financing maupun tingkat equity financing memiliki pengaruh yang relatif sama terhadap tingkat profitabilitas dan efisiensi biaya bank syariah karena pada debt financing tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian dari harga atas barang atau jasa yang dijual, pada equity financing tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil dimana keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka, sedangkan baik debt financing maupun equity financing memiliki risiko kredit macet (Non Performing Finance) yang relatif sama , hal ini berdasarkan hasil penelitian Nur Anisa Qadriyah dalam skripsinya berjudul :”Pengaruh Jenis Produk Pembiayaan, Jenis Pembiayaan, dan Jenis Sektor Ekonomi Pembiayaan Terhadap Non Performing Financing Pada Perbankan Syariah”

3.6.5Penetapan Rancangan Hipotesis

Dalam melakukan analisis, tahap-tahap yang dilalui oleh penulis adalah :

1. Mendapatkan data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang terkait

(54)

sesuai dengan indikator atau formula yang telah ditetapkan dari data awal

yang telah dikumpulkan.

2. Melakukan pengujian statistik untuk menguji hipotesis sekaligus

menginterpretasikan dan membuat analisis terhadap hasil pengujian

hipotesis.

3. Berdasarkan hasil pengujian statistik akan ditarik suatu kesimpulan.

Penetapan Hipotesis Null dan Hipotesis Alternatif

Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian hipotesis null (Ho) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi tidak berarti atau tidak signifikan sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan bahwa koefisien korelasinya berarti atau signifikan. Adapun perumusan Ho dan Ha adalah sebagai berikut :

Secara keseluruhan :

(55)

Ha3: β 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama – sama tingkat debt financing dan equity financing terhadap profit expense ratio perbankan syariah

Secara parsial :

1. Tingkat Debt Financing

Ho1 : β = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial tingkat debt financing

terhadap profit expense ratio perbankan syariah

Ha1: β 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial tingkat debt financing

terhadap profit expense ratio perbankan syariah

2. Tingkat Equity Financing

Ho2 : β = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial tingkat equity financing terhadap profit expense ratio perbankan syariah

Ha2 : β 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial tingkat equity financing

terhadap profit expense ratio perbankan syariah

Test Statistik untuk Pengujian Hipotesis

(56)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya.

Menurut Singgih Santoso (2003:400) dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan

berdasarkan probabilitas ( asymptotic significance), yaitu :

 Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal

 Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi adalah tidak normal

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi digunakan untuk menaksir nilai variabel Y berdasarkan nilai variabel X serta taksiran perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan variabel X. Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini yaitu :

Y =  + 1X1 + 2X2 + 

Dimana :

Y = Profit expense ratio

(57)

X2 = Tingkat equity financing

 = Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat varaiabel

bebasnya adalah 0 (X1, X2, = 0)

1 = Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y, bila

variabel bebas X2, dan dianggap konstan

2 = Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap variabel terikat Y, bila

variabel bebas X1, dandianggap konstan

 = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel Y

Arti koefisien  adalah jika nilai  positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai  negatif (-), menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel terikat, dan sebaliknya.

(58)

heterokedastisitas). Sehingga pengujian asumsi klasik ini meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas.

3. Pengujian Asumsi Klasik Regresi

a. Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi model regresi linear adalah tidak adanya korelasi yang sempurna,

atau korelasi tidak sempurna tetapi relatif sangat tinggi pada variabel-variabel bebasnya. Jika

terdapat multikolinieritas sempurna akan berakibat koefisien regresi tidak dapat ditentukan

serta standar deviasi menjadi tak terhingga. Jika terdapat multikolinieritas tidak sempurna

maka koefisien regresi meskipun berhingga tetapi mempunyai standar deviasi yang besar,

sehingga koefisen-koefisien tidak dapat ditaksir dengan mudah.

Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF diatas nilai 5 atau tolerance value

dibawah 0,10 (Hair et.al,1992:204).

Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus :

Tolerance

VIF  1

(59)

Salah satu asumsi model regresi linier adalah tidak terdapatnya autokorelasi.

Autokorelasi adalah korelasi antara nilai observasi yang berurutan dari variabel bebas.

Autokorelasi dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

 Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel bebas

yang terus-menerus sehingga akan terjadi dan mempengaruhi nilai-nilai

variabel-variabel bebasnya.

 Terjadinya penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel-variabel bebas

lain yang tidak dimasukkan dalam model.

 Bentuk fungsi yang salah.

 Adanya lags (tenggang waktu).

 Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.

Untuk memeriksa adanya autokorelasi, biasanya dilakukan uji statistik Durbin-Watson (DW) dengan langkah-langkah hipotesis sebagai berikut :

 Ho :  = 0 tidak terjadi autokorelasi

Ha :  0 terjadi autokorelasi

 Nilai DW menggunakan rumus :

 

2

2 1

i i i

u u u DW

 Nilai statistik hitung diatas dibandingkan dengan nilai teoritisnya seperti di

bawah ini :

 Jika autokorelasi positif (>0)

(60)

 Jika DW < du, dengan dk = n-k-1, maka Ho ditolak

 Jika dL < DW < du, maka tidak dapat diambil kesimpulan,

disarankan untuk memperluas sampel.

 Jika autokorelasi negatif (<0)

 Jika (4-DW) = du, maka Ho diterima

 Jika (4-DW) = dL, maka Ho ditolak

 Jika dL < (4-DW) < du, maka tidak ada keputusan apakah

terdapat autokorelasi atau tidak di dalam model.

c. Uji Heteroskedastisitas

Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varians bersyarat dari (εi 2

) = Var(εi) = σ 2

(homokedastisitas), apabila varians bersyarat εi = σi2 untuk setiap 1, ini berarti variansnya

heterogen atau homokedastisitas. Akibatnya tiap pengamatan dalam suatu penelitian tidak

mempunyai kekonsistenan. Cara mendeteksinya :

a. Secara sederhana dengan melihat diagram pencar apabila diagram pencarnya

mengikuti pola tertentu akan bersifat heterokedastisitas, sedangkan diagram

yang pencarannya acak akan cenderung disifati homokedastisitas.

b. Dengan melakukan pengujian hipotesis yang salah satunya dengan uji korelasi

Rank Spearman.

Korelasi Rank Spearman :

 Taksir model dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa.

(61)

 selanjutnya dikorelasikan antara │εi│dengan variabel bebas X dengan

menggunakan korelasi rank speraman.

Dengan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

Ho : ρ = 0 tidak terdapat heterokedastisitas

Ha : ρ 0 terdapat heterokedastisitas

Dengan nilai t hitung : 2

1 2 r N r t s

  

Dengan kriteria uji : thitung < ttabel, maka Ho sehingga diperoleh kesimpulan bahwa

varians dalam residual ε homogen atau tidak terdapat heterokedastisitas. Dalam SPSS.12.0

kita dapat mengetahui terjadinya masalah ini dengan membandingkan nilai signifikansi

korelasi spearman antara variabel bebas dengan absolut error. Bila terdapat tingkat

signifikansi yang lebih kecil daripada data penelitian, maka terdapat heterokedastisitas.

4. Analisis Korelasi Berganda (Multiple)

Berdasarkan adanya regresi linear berganda ini, kemudian dihitung besarnya

koefisien korelasi secara keseluruhan (R) dan koefisien determinasi (multi korelasi) yaitu R2

yang merupakan bagian dari variasi total dalam variabel dependent yang dapat dijelaskan

oleh variabel independent secara bersama-sama. Korelasi multipel digunakan untuk

mengetahui seberapa erat hubungan antara keseluruhan variabel bebas (X1, X2) dengan

variabel terikat (Y). Koefisien korelasi tersebut diperoleh dari :

(62)

R2Y12 merupakan koefisien determinasi multiplenya. Apabila R2Y12semakin

mendekati 1, maka pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya semakin

tinggi.

5. Analisis Korelasi Parsial

Besarnya pengaruh masing-masing komponen variabel bebas secara parsial, yaitu

tingkat debt financing dan equity financing terhadap Profit Expense Ratio Perbankan Syariah, dapat diketahui dengan menggunakan koefisien korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial

antara ketiga variabel tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

 

 

 

n

Y

Y

n

X

X

n

X

Y

X

n

Y

Y

n

X

X

n

X

Y

X

i i i i Yi i i i i i i i Yi i i i 2 2 2 2 2 2 2 2 y2.1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 y1.2 2

r

r

Dengan diketahuinya koefisien korelasi antara masing-masing variabel X dan Y kita dapat menetukan koefisien determinasi tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat (Y).

(63)
[image:63.595.152.453.319.535.2]

variabel terikat. Bila r mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sangat rendah atau bahkan tidak ada. Untuk menentukan kriteria interpretasi nilai hubungan r dan R, penulis mendasarkan pada ketetapan yang dikemukakan oleh Suharsimi, yaitu:

Tabel 3.1

Interpretasi Nilai Hubungan r dan R

Besanya nilai hubungan r dan R Interpretasi

0,801 – 1,000 Tinggi

0,601 – 0,800 Cukup

0,401 – 0,601 Agak rendah

0,201 – 0,400 Rendah

0,000 – 0,200 Sangat re

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara dewan komisaris dan kepemilikan manajerial terhadap kinerja

Hal ini kerana, wujudnya fenomena negatif dalam organisasi yang semakin berleluasa pada masa kini seperti pecah amanah, gangguan seksual, pergaduhan, layanan yang tidak

Berdasarkan hasil wawancara oleh guru matematika dan peserta didik SDN Sudimara Timur 5, masih banyak peserta didik yang sulit memahami materi matematika. Hal tersebut disebabkan

Program Pengabdian Pengembangan Desa Mitra (PPDM) memberikan kontribusi berupa Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang kesiapsiagaan dan mitigasi menghadapi

Berdasarkan besarnya pengaruh identitas agama di Indonesia, aspek Orientasi Politik Eklusif menjadi menarik untuk diteliti mengenai hubungannya dengan Willingness To Act dalam

Berdasarkan hasil uji t dalam pengujian hipotesis pada tabel diatas, hasilnya adalah dari kelima variabel komponen fraud triangle yang dimoderasi dengan keahlian

Penggunaan pupuk dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di Desa Biatan Ilir, sedangkan penggunaan faktor produksi lain seperti benih dan

Penulis berharap agar tesis ini dapat memberikan kontribusi dan bermanfaat banyak bagi akademisi dan segala pihak yang membutuhkan, sehingga hasil yang diperoleh dapat