• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Impor Komoditi Jagung Pipil Terhadap Harga Ditingkat Produsen Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Impor Komoditi Jagung Pipil Terhadap Harga Ditingkat Produsen Sumatera Utara"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL

TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

MICHAEL N SURBAKTI 090304021

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL

TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

MICHAEL N SURBAKTI 090304021

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(HM. Mozart B Darus, M.Si ) (Ir. Diana Chalil M.Si, P.hd) NIP: 196210051987031001 NIP: 19670303199802001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN

SUMATERA UTARA

MCHAEL N SURBAKTI

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh impor jagung pipil terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan tujuan penelitian, metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan data runtut waktu (times series) yang berupa data bulanan dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sumber data didapatkan dari berbagai instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Metode untuk menganalisis pengaruh impor yang digunakan adalah metode uji regresi linear berganda metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis SPSS 16.

Adapun hasil penelitian adalah adanya pengaruh nyata dari harga jagung pipil impor terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara. Pengaruh yang ditimbulkan didapatkan dari hubungan positif antara harga jagung pipil impor dengan volume impor jagung dimana semakin rendah harga jagung impor apabila dibandingkan dengan harga jagung lokal akan menyebabkan semakin meningkatnya permintaan jagung pipil impor yang berujung pada peningkatan volume impor jagung pipil.

(4)

RIWAYAT HIDUP

MICHAEL NOVRANDA SURBAKTI, lahir di Medan, pada tanggal 30 November 1991 anak dari Bapak Drs. Konsep Surbakti dan Ibu Srie Mori Br

Bangun . Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1996 masuk Taman Kanak-Kanak Gelora Kasih GBKP Sibolangit,

tamat tahun 1997.

2. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 101843 Sibolangit, tamat tahun

2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama RK Deli Murni Sibolangit,

tamat tahun 2006.

4. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan, tamat tahun

2009.

5. Tahun 2009 diterima di Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian di

Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur PMP.

6. Bulan Januari melaksanakan penelitian skripsi.

7. Bulan melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di desa Sinah Kasih,

Kecamatan Sei rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi yaitu Pengurus

IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) FP-USU di Bidang

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN SUMATERA UTARA”.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

HM Mozart B. Darus, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini.

Ibu Ir. Diana Chalil M.Si, P.hD selaku Anggota Pembimbing yang telah

melunagkan waktunya untuk mengajari, memotovasi dan membantu penulis

dalam pengerjaan, penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda tercinta Drs. Konsep Surbakti dan Ibunda tersayang Srie Mori Br

Bangun, dan juga kakak dan abang tersayang Cory Meiliany Br Surbakti,

STP, Ferdinanta Sembiring, SP dan Malvin Octorico Surbakti, SE, penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas seluruh cinta, motivasi,

kasih sayang dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan

(6)

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kemudahan dalam hal kuliah dan administrasi kegiatan administrasi kegiatan

organisasi di kampus.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis

selama ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2009 Program Studi Agribisnis khususnya

Nike Salfida Karokaro, Jandwi Sarah Kacaribu, Indri Pratiwi Pohan,Febri

Tita Eka Putri, Debbie Febrina Manurung, Nova Rohani, Reny Marissa dan

Aiva Viforit atas kebersamaan dan canda tawa kalian yang membuat penulis

menjadi lebih semangat.

5. Buat teman terbaik penulis, Sari Valentina Sembiring dan

teman-teman satu organisasi IMASEP dan POPMASEPI.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru

kedepannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, September 2013

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 40

4.1 Perkembangan Jagung Sumatera Utara ... 40

4.2 Perkembangan Ternak Unggas di Sumatera Utara ... 45

(8)

4.4. Perkembangan Impor Jagung Sumatera utara ... 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1 Hasil ... 49

5.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan harga 63 5.4 Pembahasan ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi di Sumatera Utara tahun 2009 – 2012 ... 49

2. Data Volume Impor, Nilai Impor dan Harga Produsen Jagung pipil di Sumatera Utara tahun 2009-2012 ...

3. Harga Jagung Pipil impor dan Harga Produsen Sumatera Utara ...

4. Perkembangan Luas Panen, Produksivitas, dan Produksi Jagung di Indonesia tahun 2009-2012 ...

5. Perkembangan Jenis Ternak Unggas di Sumatera Utara tahun 2010 - 2012 ...

6. Konsumsi Jagung di Sumatera Utara tahun 2003 - 2012 ...

7. Jumlah Produksi Pakan Ternak Unggas Sumatera Utara tahun 2011

8. Perkembangan Ekspor dan Jmpor Jagung Sumatera Utara tahun 2003- 2012 ...

9. Model Summary Regresi ...

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan

1 Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten 2007 – 2010

(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN

SUMATERA UTARA

MCHAEL N SURBAKTI

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh impor jagung pipil terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan tujuan penelitian, metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan data runtut waktu (times series) yang berupa data bulanan dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sumber data didapatkan dari berbagai instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Metode untuk menganalisis pengaruh impor yang digunakan adalah metode uji regresi linear berganda metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis SPSS 16.

Adapun hasil penelitian adalah adanya pengaruh nyata dari harga jagung pipil impor terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara. Pengaruh yang ditimbulkan didapatkan dari hubungan positif antara harga jagung pipil impor dengan volume impor jagung dimana semakin rendah harga jagung impor apabila dibandingkan dengan harga jagung lokal akan menyebabkan semakin meningkatnya permintaan jagung pipil impor yang berujung pada peningkatan volume impor jagung pipil.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta

ton pipilan kering per tahun. Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan, jagung

juga merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak (Budiman, 2012).

Sejak tahun 2001-2006 tercatat konsumsi jagung domestik Indonesia 50%

diantaranya digunakan untuk industri pakan. Dalam 5 tahun terakhir, kebutuhan

jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan dan minuman meningkat

10-15% pertahun (Zubachtirodin et al, 2007).

Sebagian besar ketersediaan jagung di Sumatera Utara diperuntukkan sebagai

pasokan bagi industri pakan ternak maupun industri-industri makanan yang ada di

Provinsi Sumatera Utara. Setiap tahunnya industri-industri tersebut menyerap

lebih dari 80% produksi jagung Sumatera Utara, sedangkan 20% lagi untuk

kebutuhan konsumsi masyarakat secara langsung dan perdagangan keluar provinsi

(Badan Ketahanan Pangan, 2007).

Pemintaan jagung yang terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri

pakan dan pangan, menuntut kontunuitas ketersediaan dan mutu produk yang

memadai. Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya

penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan

(14)

Ketersediaan pasokan jagung akan sangat mempengaruhi industri peternakan

secara luas. Bila pasokan bahan baku mengalami kelangkaan akan berakibat pada

stagnansi ketersediaan pakan ternak. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan

baku jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak. Ini berarti

jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja pembangunan peternakan dan

penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia (Statistik Peternakan, 2011).

Mengingat pentingnya peranan jagung, maka Indonesia dengan jumlah penduduk

yang banyak dan industri pakan yang berkembang cukup pesat sangat beralasan

untuk memperioritaskan perkembangan jagung. Selain untuk mencukupi

kebutuhan dalam negri, juga peluang untuk diekspor ke pasar internasional.

Pemenuhan kebutuhan jagung bila mengandalkan impor akan beresiko tinggi, dan

akan berdampak terhadap industri peternakan (pakan) dalam negeri. Fluktuasi

ketersediaan dan harga pakan ternak yang sering muncul, salah satu penyebabnya

adalah karena pengaruh fluktuasi pasokan bahan baku jagung. Oleh karena itu,

diperlukan upaya terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung dalam

negeri (Statistik Peternakan, 2011).

Fakta yang terjadi di Sumatera Utara luas areal panen jagung mengalami

penurunan dari tahun ke tahun (Tabel 1) tetapi produktivitas setiap tahun

(15)

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi di Sumatera Utara tahun 2009 - 2012

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha)

Sumber : Data Badan Ketahanan Pangan

Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 1.347.006 ton, naik sebesar

19.238 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2011 dengan luas lahan menurun

menjadi 243.098 hektar dengan produktivitas yang meningkat 55,41 (Kw/Ha) atau

meningkat sebesar 3,4 (Kw/Ha).

Tabel 2. Data Volume Impor, Nilai Impor dan Harga Produsen Komoditi Jagung Di Sumatera Utara Tahun 2009-2012

Tahun Volume Impor

(Kg) Nilai Impor ($ US)

Harga Produsen (Rp)

2009 102.475.113 21.127.756 2.436

2010 100.846.810 23.776.858 2.631

2011 305.818.856 92.752.890 2.835

2012 217.083.050 62.936.139 2.768

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Sumatera Utara

Impor jagung pipil adalah pemasukan jagung dari luar negri ke Sumatera Utara.

Untuk tahun 2010 volume impor mengalami penurunan tetapi nilai impor dan

harga domestik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009.

Pada tahun 2011 volume impor dan nilai impor mengalami kenaikan yang

signifikan 300% dari tahun 2010, kenaikan ini berbanding lurus dengan harga

produsen di Sumatera Utara. Volume impor jagung pada tahun 2012 dengan 2011

terjadi penurunan yang signifikan hampir 100% yaitu sebesar 88.735.806 kg yang

(16)

jagung. Dapat disimpulkan bahwa impor jagung pipil Sumatera Utara

berfluktuatif.

Kegiatan mengimpor jagung yang dilakukan pemerintah membuat konsumen

beralih mengkonsumsi jagung pipil impor terutama perusahaan industri pakan

ternak, dengan alasan ketersediaan jagung pipil dan juga harga yang relatif lebih

murah.

Tabel 3. Harga Jagung Pipil Impor dan Harga Produsen Sumatera Utara

Tahun Harga Impor (Rp/Kg) Harga Sumatera Utara (Rp/Kg)

2009 1.886 2.436

2010 2.157 2.631

2011 2.774 2.835

2012 2.652 2.768

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Sumatera Utara (diolah)

Dari tabel 3, dapat dilihat harga jagung di empat tahun terakhir menurut Badan

Pusat Statistik (2012) dan Dinas Pertanian (2010). Di tahun 2009, harga jagung

impor adalah Rp 1.886 sedangkan harga jagung Sumatera Utara adalah sebesar Rp

2.436. Di tahun 2010, harga jagung impor adalah Rp 2.157, sedangkan harga

jagung Sumatera Utara adalah Rp 2.631. Di tahun 2011, harga jagung impor

adalah sebesar Rp 2.774, sedangkan harga jagung Sumatera Utara adalah sebesar

Rp 2.835. Di tahun 2012 harga impor jagung juga lebih murah daripada harga

domestik di Sumatera Utara.

Dapat disimpulkan bahwa, harga jagung impor lebih murah dibandingkan dengan

harga jagung Sumatera Utara. Walaupun ada saat dimana harga produsen jagung

pipil Sumatera Utara mengalami penurunan yang pada akhirnya harga produsen

(17)

pipil impor. Hal inilah yang mendorong konsumen lebih memilih menggunakan

jagung impor dibandingkan dengan jagung domestik.

Untuk menganalisis dampak perbedaan harga tersebut terhadap harga di tingkat

petani perlu dilakukan penelitian empiris.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah:

1. Bagaimana perkembangan impor jagung pipil di Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh impor terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen di

Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah

1. Untuk mengetahui perkembangan impor jagung pipil di Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis pengaruh impor terhadap harga jagung pipil ditingkat

produsen di Sumatera Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

melihat perkembangan Impor jagung di Sumatera Utara , dan dampak impor

terhadap harga ditingkat konsumen.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Perkembangan Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia,

mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi

langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan. Selain itu, pentingnya

peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan jagung

sebagai kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan

(Zubachtirodin et al, 2007).

Jagung juga merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki karakter

berfluktuatif dalam hasil karena dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut

mempengaruhi permintaan dan penawarannya secara langsung. Apabila

penawaran dan permintaan jagung fluktuatif maka akan membentuk harga yang

fluktuatif pula (Syamsi, 2012).

Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Indonesia tahun 2009-2012

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas

(Kw/Ha) Produksi (Ha)

2009 4.160.659 42.37 17.629.748

2010 4.131.676 44.36 18.327.636

2011 3.864.692 45.65 17.643.250

(19)

Dari tabel 4 dapat dilihat jelas bahwa terjadi peningkatan luas areal panen jagung

pada dua tahun terakhir (2011-2012) tetapi terjadi penurunan apabila

dibandingkan dengan tahun 2009-2010. Sedangkan produktivitas setiap tahun

mengalami peningkatan, yang tidak berbanding lurus dengan produksi yang

mengalami fluktuasi volume. Hal ini juga terjadi di Sumatera Utara yang

mengalami peningkatan produktivitas tetapi luas areal semakin menurun serta

produksi yang berfluktuatif (Tabel1).

2.1.2 Permintaan Jagung

Permintaan suatu komoditas pertanian pada umumnya terdiri dari permintaan

langsung (dikonsumsi) dan permintaan tidak langsung (diolah lebih lanjut menjadi

produk konsumsi atau lainnya) (Departemen Pertanian, 2006). Pada dasarnya

konsumsi jagung dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai bahan pangan,

bahan baku industri olahan, dan bahan baku pakan (Purwono dan Hartono, 2006).

Kebutuhan jagung untuk bahan pangan pokok, bahan baku pakan serta bahan

baku industri olahan terus meningkat. Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan

semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan industri peternakan

yang menuntut kontinuitas pasokan bahan baku. Oleh karena itu, volume impor

jagung terus meningkat mengingat harga jagung di pasar dunia relatif lebih

murah dibanding harga jagung lokal serta kualitas produk lebih terjamin

(Rachman, 2003).

Sebagian besar negara berkembang mempunyai masalah yang sama dalam

pertanian jagung di dalam negerinya. Indonesia yang masih dapat dikatakan

(20)

perekonomian nasional mulai digantikan oleh sektor industri juga menghadapi

masalah tersebut. Masalah utama pertanian jagung negara berkembang adalah

peningkatan produksi jagung yang relatif rendah dibandingkan dengan konsumsi

jagung secara nasional.

2.1.3 Perkembangan Impor Jagung

Kebijakan impor jagung dipilih sebagai cara untuk mengatasi kekurangan dan

kontinuitas pasokan jagung yang digunakan sebagai bahan baku pangan dan

industri pakan. Pemerintah tidak ingin memberatkan industri pakan sebagai

pendukung pertumbuhan industri peternakan menanggung biaya produksi yang

tinggi sebab hal tersebut akan berakibat pada tingginya harga produk peternakan

(Siregar, 2009).

Perubahan era pasar komoditas pertanian yang mengarah pada pasar bebas membawa

konsekuensi terhadap harga komoditas pertanian, yaitu harga pangan di pasar

domestik semakin terbuka terhadap gejolak pasar internasional. Harga komoditas

pangan di pasar dunia secara langsung akan mempengaruhi harga komoditas pangan

di dalam negeri. Sebagai salah satu komoditas pangan, fluktuasi perubahan harga

jagung tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar komoditas pangan dunia,

stabilitas harga, dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Akumulasi berbagai perubahan

tersebut secara simultan akan mempengaruhi fluktuasi harga jagung di dalam negeri

(Rachman, 2003).

Terdapat dua kondisi yang menjadi alasan mengapa suatu negara mengimpor

jagung dan bagaimana pemerintah seharusnya menyikapi permasalahan tersebut.

(21)

negeri dan pada saat yang sama harga jagung dunia lebih murah dari harga jagung

lokal. Pada kondisi seperti ini konsumen jagung dalam negeri yang tingkat

kebutuhannya sangat tinggi, seperti perusahaan pakan akan lebih memilih impor

jagung dibandingkan membeli jagung lokal. Impor jagung oleh perusahaan pakan

mendorong harga jagung lokal turun menyamai harga jagung dunia. Hal ini akan

memukul produsen jagung di dalam negeri, sehingga pemerintah menetapkan tarif

tertentu terhadap impor jagung. Kebijakan tarif impor jagung ternyata belum

mendorong petani jagung di dalam negeri menjadi lebih efisien.

Kondisi kedua adalah ketika produksi jagung lokal relatif rendah dibandingkan

jumlah kebutuhan jagung di dalam negeri. Seperti pada kondisi pertama, misalnya

kebutuhan oleh pabrik pakan tidak dapat dipenuhi produksi jagung lokal, maka

pabrik pakan akan mengimpor jagung dari pasar dunia sekalipun harganya lebih

mahal. Jika harga jagung dunia lebih mahal maka pabrik pakan akan melakukan

pengurangan produksi, namun keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh rasio

harga pakan dan harga hasil peternakan (Timor, 2008).

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Timor (2008), dengan judul “Analisis

Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia”,

yang menghasilkan kesimpulan bahwa Kondisi produksi jagung di Indonesia

selama periode tahun 1985 – 2005 meningkat secara fluktuatif karena peningkatan

luas areal dan produktivitas tanaman jagung. Dari sisi produktivitas, produktivitas

jagung Indonesia masih relatif rendah meskipun meningkat dari tahun ke tahun.

(22)

seperti terbatasnya penggunaan benih varietas unggul, pemupukan yang belum

berimbang lebih dominan menggunakan pupuk urea, dan masih kurangnya

penggunaan pestisida untuk pengendalian hama.

Di satu sisi, konsumsi jagung juga mengalami peningkatan terutama konsumsi

untuk industri. Selama periode tahun 1985 – 2005 tidak terjadi ketimpangan

antara jumlah produksi dan konsumsi jagung secara nasional. Industri pakan

sebagai pendukung pertumbuhan industri peternakan merupakan konsumen utama

jagung di Indonesia.

Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan protein hewani. Akan tetapi, peningkatan industri pakan belum

diimbangi dengan produksi. Maka dari itu, meskipun produksi jagung meningkat

tetapi impor jagung Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi untuk

memenuhi kebutuhan industri pakan.

Analisis impor jagung memberikan informasi bahwa variabel harga impor jagung

Indonesia dan jumlah impor Indonesia jagung tahun sebelumnya berpengaruh

nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Meskipun Produk Domestik Bruto

tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia tetapi memiliki

tanda yang sesuai dengan teori ekonomi/hipotesis. Variabel nilai tukar rupiah

terhadap dollar Amerika, jumlah impor jagung, tarif impor jagung, dan harga

impor jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga impor jagung

Indonesia.

(23)

penawaran jagung. Kondisi di atas menunjukkan bahwa harga jagung Indonesia

akan lebih banyak ditentukan oleh harga jagung impor karena meningkatnya

volume impor jagung Indonesia. Selain itu, harga jagung Indonesia juga lebih

banyak ditentukan oleh pabrik pakan yang cenderung mendekati oligopsoni.

Harga jagung dunia dalam jangka pendek kurang responsif terhadap perubahan

penawaran dan permintaan jagung dunia, namun cukup responsif dalam jangka

panjang. Fenomena ini menunjukkan dalam jangka panjang bahwa harga jagung

dunia secara kuat akan dipengaruhi dari sisi penawaran dan permintaan jagung

dunia, sementara dalam jangka pendek kedua variabel tersebut tidak berpengaruh

banyak karena masih banyak faktor eksternal lain yang berpengaruh. Harga

jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia, kurs rupiah dan lag harga

jagung impor. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang harga jagung impor

hanya responsif terhadap perubahan harga jagung dunia. Kondisi ini menunjukkan

bahwa harga jagung impor sangat kuat ditentukan oleh harga jagung dunia. Hal ini

membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan

jagung dunia.

Penelitian mengenai harga jagung yang dilakukan oleh Purba (1999)

menghasilkan harga jagung domestik dipengaruhi oleh harga jagung impor, harga

pakan ternak, penawaran jagung Indonesia dan lag harga jagung domestik. Harga

jagung domestik tidak responsif terhadap semua peubah tersebut karena adanya

kekuatan oligopsoni dan transmisi harga dimana wilayah produksi jagung dan

pabrik pakan ternak memiliki lokasi yang berjauhan. Harga jagung dunia

dipengaruhi oleh ekspor, impor jagung dunia dan lag harga jagung dunia. Harga

(24)

oleh sisi ekspor jagung. Harga jagung impor responsif terhadap perubahan harga

jagung dunia dalam jangka panjang. Selain itu, peningkatan harga jagung impor

akan meningkatkan harga jagung domestik dan sebaliknya tetapi harga jagung

domestik tidak responsif terhadap perubahan harga jagung impor dengan nilai

elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini

menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung

impor yang sampai ke Indonesia. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang harga

jagung di atas dapat disimpulkan bahwa harga jagung domestik lebih dipengaruhi

oleh harga jagung impor. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung

dunia dan kurs rupiah. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh besarnya permintaan

dan penawaran jagung di pasar dunia. Kondisi di atas menunjukkan bahwa

terdapat transmisi harga pada harga jagung dunia dengan dometsik, dimana harga

jagung dunia berpengaruh terhadap harga jagung impor dan harga jagung impor

juga berpengaruh terhadap harga jagung domestik. Kondisi ini juga membuktikan

bahwa peranan Indonesia dalam perdagangan jagung dunia hanya bertindak

sebagai negara kecil atau price taker.

2.2 Landasan Teori

Teori Penawaran, Permintaan dan Harga

Permintaan suatu komoditas pertanian adalah banyaknya komoditas pertanian

yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen (Rahim dan Hastuti, 2007). Jadi,

permintaan komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah

(25)

(lembaga-lembaga pemasaran dan konsumen) berdasarkan harga yang sudah ditentukan oleh

produsen (petani, nelayan, dan peternak).

Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi, yaitu penawaran dan

permintaan. Harga merupakan sinyal kelangkaan (scarcity) suatu sumberdaya

yang mengarahkan pelaku ekonomi untuk mengalokasikan sumberdayanya

(Sunaryo, 2001). Perpotongan kurva penawaran dengan kurva permintaan suatu

komoditi dalam suatu pasar menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana

jumlah komoditi yang diminta sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan.

Dengan kata lain, keseimbangan harga pasar merupakan hasil interaksi kekuatan

penawaran dan permintaan komoditi di pasar (Nicholson, 2002).

Permintaan mempengaruhi harga secara positif, dimana jika permintaan turun

maka kuantitas komoditi yang ada di pasar cenderung berlebihan sehingga

produsen akan menawarkan komoditinya dengan harga yang lebih rendah.

Sedangkan penawaran mempengaruhi harga secara negatif, dimana jika

penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun dikarenakan

kuantitas komoditi yang ada lebih besar daripada yang diinginkan konsumen

(Nicholson, 2002).

Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional menganalisis dasar-dasar terjadinya perdagangan

internasional serta keuntungan yang diperoleh suatu negara dari pelaksanaan

perdagangan internasional tersebut. Pada dasarnya perdagangan internasional

(26)

penerimaan devisa sebagai penyediaan dana pembangunan bagi negara yang

bersangkutan.

Berdagang dengan negara lain kemungkinan dapat memperoleh keuntungan,

yakni dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan mungkin dapat

menjual keluar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. Perdagangan luar

negeri sering timbul karena adanya perbedaan harga barang di berbagai Negara

(Noprin, 1990).

Perbedaan dalam jumlah, jenis, kualitas serta cara-cara mengkombinasikan

faktor-faktor produksi tersebut di dalam proses produksi. Menjadi pangkal timbulnya

perdagangan antar Negara (Noprin, 1990).

Pada umumnya model perdagangan internasional didasarkan pada empat

hubungan inti, antara lain sebagai berikut:

1. Hubungan antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva

penawaran relatif.

2. Hubungan antara harga-harga relatif dengan tingkat permintaan.

3. Penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan

permintaan relatif dunia.

4. Dampak-dampak atau pengaruh nilai tukar perdagangan (terms of trade),

yaitu harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya,

(27)

Gambar 1. Skema Perdagangan Internasional

Keterangan gambar:

Kurva 1: Menggambarkan keadaan pasar komoditi X di negara 1 (x1).

Kurva 2: Menggambarkan perdagangan internasional komoditi X negara 1 dan 2

(x).

Kurva 3: Menggambarkan keadaan pasar komoditi X di negara 2 (x2).

Mekanisme perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 1. Negara 1

akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif

komoditi X (Px/Py) sebesar P1 sebanyak x1, sedangkan negara 2 akan berproduksi

dan berkonsumsi di titik A’ pada harga relatif komoditi X di P3 sebanyak x2.

Setelah hubungan perdagangan berlangsung di antara kedua negara tersebut, harga

relatif komoditi X akan berada di antara P1 dan P2. Apabila harga relatif yang

berlaku di negara 1 lebih besar dari P1, maka negara 1 akan memasok lebih

banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestiknya. Kelebihan produksi

(28)

tersebut akan diekspor ke negara 2. Di lain pihak, jika harga relatif yang berlaku

di negara 2 lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan

permintaan, sehingga tingkat permintaan akan melebihi penawaran domestiknya.

Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor komoditi X dari negara 1.

Dampak Impor terhadap harga dan produksi terlihat jelas dari adanya

perdagangan internasional, yaitu dimana harga di pasar Internasional yang lebih

rendah dari harga domestik yang membuat penawaran menjadi meningkat dan

dilakukan lah impor barang dari pasar internasional ke pasar domestik.

Dilakukannya impor tidak hanya disebebkan oleh harga yang rendah tetapi

dipengaruhi juga oleh produksi, stok dan juga kebutuhan akan barang yang

digunakan.

Perbedaan harga bukanlah hanya ditimbulkan oleh karena adanya perbedaan

ongkos produksi, tetapi juga karena perbedaan dalam pendapatan serta selera.

Selera dapat memainkan peranan penting dalam menentukan permintaan akan

sesuatu barang antara berbagai negara. Apabila persediaan suatu barang di satu

negara tidak cukup untuk memenuhi permintaan, negara tersebut dapat

mengimpor dari negara lain. untuk suatu barang tertentu faktor selera dapat

memegang peranan penting. Misalnya, mobil, rokok, pakaian, meskipun suatu

negara tertentu telah dapat menghasilkan barang-barang tersebut, namun

(29)

2.3 Kerangka Pemikiran

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kegiatan mengimpor jagung yang telah

dilakukan oleh pemerintah saat ini membuat konsumen beralih dari jagung dalam

negeri ke jagung impor. Dikarenakan harga jagung impor yang lebih murah dari

pada harga jagung dalam negeri.

Permasalahan yang dihadapi dalam mengimpor jagung yakni adanya efek negatif

dimana impor jagung diduga akan menurunkan harga jagung lokal dan akhirnya

akan menurunkan produksi jagung nasional. Selain itu perlu dilihat apakah

kebijakan yang diterapkan pemerintah sudah efektif dalam penanganan impor

jagung.

Karena jagung merupakan komoditas pertanian yang memiliki karakter

berfluktuatif. Maka produksi dan penawaran jagung memiliki karakter

berfluktuatif pula sehingga harga yang terbentuk menjadi fluktuatif. Fluktuasi

harga jangka pendek merugikan petani dan konsumen. Fluktuasi harga jangka

panjang, jika terjadi penurunan harga jagung dunia, maka akan menguntungkan

konsumen tetapi berdampak pada anjloknya harga jagung petani, pendapatan

petani dan produksi dalam negeri. Sedangkan peningkatan harga jagung dunia

berdampak pada peningkatan harga jagung konsumen dan mengancam ketahanan

pangan tetapi meningkatkan pendapatan petani dan produksi dalam negeri.

Dalam penelitian ini akan diuji hipotesa yang menyatakan bahwa harga jagung di

tingkat produsen Sumatera Utara akan mengalami perubahan jika dilakukan impor

jagung. Hipotesa tersebut akan diuji dengan membuat model regresi. Variabel

(30)

jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya,

harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya, harga rill jagung pipil

domestik Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan

harga rill pakan ternak unggas.

Pendugaan pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap impor beras dilakukan

dengan membentuk model ekonometrika dan melakukan uji estimasi parameter

dengan OLS (Ordinary Least Squares). Setelah diduga, model diuji dengan uji-F,

uji t-hitung, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.

Dengan demikian, selain resiko produksi yang dihadapi produsen/petani karena

komoditas pertanian memiliki karakteristik musiman, mudah rusak dan berat,

petani juga mengalami resiko harga yang berfluktuatif. Bagi petani hal ini menjadi

suatu masalah, untuk itu diperlukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut.

Pada penelitian ini pembahasan dibatasi pada analisis pengaruh impor jagung pipil

terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen dimana faktor lain dianggap

(31)

Dari kerangka pemikiran ini, maka dapat dibuat skema pemikiran sebagai berikut:

Bagan 1. Skema Pemikiran

Keterangan:

pengaruh

hubungan

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Bahwa ada pengaruh yang ditimbulkan dari impor jagung terhadap harga ditingkat

produsen.

Produksi Jagung

Impor Jagung

Harga Jagung Pipil Ditingkat Produsen

Produksi Lokal

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive di Provinsi Sumatera Utara.

Dengan pertimbangan bahwa Sumatera Utara yang merupakan produktivitas

jagung terbesar ketiga di Indonesia pada tahun 2011 dan menghasilkan

produktivitas sebesar 55,44 Kw/Ha yaitu diatas rata-rata produktivitas jagung di

Indonesia sebesar 47,80 Kw/Ha.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Produksi

jagung Sumatera Utara, stok jagung pipil, volume impor jagung pipil, harga

jagung pipil ditingkat produsen, harga jagung pipil domestik Indonesia, harga

jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga pakan ternak unggas.

Data yang digunakan adalah data runtut waktu (time series) yang berupa data

bulanan mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sumber data yang digunakan

berasal dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas

Pertanian Sumatera Utara dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Di

samping itu, penulis juga melakukan studi literature untuk mendapatkan teori

(33)

Sumber data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber. Data Harga Jagung

Impor tahun 2009-2012 bersumber dari Statistik Perdagangan Luar Negeri dan

Antar Pulau/Provinsi untuk Ekspor dan Impor Provinsi Sumatera Utara, Badan

Pusat Statistik Sumatera Utara. Data Harga Jagung Impor tahun 2012 bersumber

dari Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Provinsi Sumatera Utara, Badan

Pusat Statistik Sumatera Utara. Data Harga Jagung Sumatera Utara bersumber

dari Laporan Tahunan 2010, Dinas Pertanian Sumatera Utara. Data Produksi

Jagung Sumatera Utara bersumber dari Analisis Usaha Tani Tanaman Padi,

Jagung, Kedelai, dan Tebu Sumatera Utara Tahun 2009, Badan Pusat Statistik

Sumatera Utara.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis penelitian ini adalah uji regresi linear berganda. Dalam penelitian

ini digunakan data skunder berupa data bulanan atau tahunan (times series). Data

times series yang dikumpulkan adalah data dalam nilai nominal, namun dalam

pengoperasian analisis, data distandarisasi terlebih dahulu dengan mengubah nilai

nominal menjadi rill.

Data yang dikumpulkan berupa data nominal, artinya masih ada pengaruh inflasi

didalamnya. Untuk itu, data harga jagung diubah kedalam nilai rupiah dengan

menggunakan nilai Exchange Rate. Menurut Lipsey,dkk (1984) cara

mengkonversi nilai nominal kedalam nilai rill dapat menggunakan rumus:

Nilai Rill = x100%

IHK al NilaiNomin

(34)

Model Ekonometrika

Spesifikasi model meliputi penentuan peubah penjelas yang terkandung dalam

model, tanda, dan besar koefisien parameter fungsi dan bentuk matematis model.

Spesifikasi model dilakukan untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam

bentuk matematika sehingga fenomena ekonomi dapat dieksplorasi secara

empiris. Analisis pengaruh volume impor jagung terhadap harga jagung dalam

negeri dilakukan dengan membentuk model sebagai berikut:

HJG = a0 + a1 PROt + a2 STKt-1 + a3 VIM t-1 + a4 HJS t-1 + a5 HDI t-1 + a6 HJIt

+ a7KRSt + a8 HPTt

Dimana:

HJGt : Harga jagung pipil produsen Sumatera Utara pada periode bulan ke- t

PRDt : Produksi jagung Sumatera Utara pada periode bulan ke- t

STKt-1 : Stok jagung pipil pada periode sebelumnya

VIMt-1 : Volume impor jagung pipil pada periode sebelumnya

HJSt-1 : Harga jagung pipil produsen Sumatera Utara pada periode sebelumnya

HDIt-1 : Harga jagung domestik Indonesia pada periode sebelumnya

HJIt : Harga jagung impor pada periode bulan ke- t

KRPt : Nilai tukar dollar terhadap rupiah pada periode bulan ke- t

HPTt : Harga pakan ternak unggas pada periode bulan ke- t

Model yang dibentuk harus dinilai kelayakannya baik secara statistik maupun

(35)

koefisien determinasi (R2). Secara ekonometrik, dilakukan pengujian apakah

model yang dibentuk melanggar asumsi dasar seperti multikolinieritas,

homoskedastisitas dan autokorelasi.

Uji Statistik terhadap Model

1. Analisis Koefisien determinasi (R-Square)

Penilaian terhadap koefisien deteminasi bertujuan untuk melihat apakan kekuatan

variabel bebas untuk mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Semakin banyak

variabel bebas yang digunakan maka semakin tinggi pula koefisien deteminasinya

(Nachrowi dan Usman,2006).

2. Uji F

Untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel endogen, maka pada model dilakukan uji F.

Statistik uji :

Dimana:SSR = jumlah kuadrat regresi

SSE = jumlah kuadrat error

K = jumlah parameter

n = jumlah pengamatan

Hipotesis yang digunakan untuk pengujian:

H0 : pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap harga produsen jagung

(36)

H1 : pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap harga produsen jagung

pipil adalah nyata.

Kriteria uji pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ α H0 diterima, artinya variabel bebas secara

bersama-samatidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen pada tingkat kepercayaan

tertentu.

Jika nilai signifikansi < α H1 diterima, artinya variabel bebas secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel endogen pada tingkat kepercayaan

tertentu.

2. Uji t

Selain dilakukan uji variabel eksogen secara bersama-sama, dilakukan pula uji

parsial (uji t). Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel eksogen yang

terdapat dalam model secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel

endogen.

Statistik uji: t-hitung = i)

S(ßi) = standar deviasi parameter dugaan

k = jumlah parameter

n = jumlah pengamatan

Hipotesis uji statistik t adalah sebagai berikut:

H0 = perubahan suatu variabel eksogen secara individu tidak berpengaruh nyata

(37)

H1 = perubahan suatu variabel secara individu berpengaruh nyata terhadap

perubahan variabel endogen.

Kriteria uji:

Jika nilai signifikansi ≥ α, H0 diterima, artinya variabel eksogen yang diuji tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya pada taraf nyata a.

Jika nilai signifikansi < α, H1 diterima, artinya variabel eksogen yang diuji

berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya pada taraf nyata a.

Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat dikatakan sebagai model yang baik jikia

model memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat

dicapai apabila memenuhi asumsi klasik.

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas dalam model dapat diidentifikasi dengan melihat nilai tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance berkisar < 1. Jika nilai

tolerance variabel independennya lebih besar dari 1, maka terdapat masalah

multikolinieritas. Menurut Gujarati (1995) cara lain dalam mendeteksi

multikolinearitas adalah dengan cara melihat koefisiien korelasi sederhana,

dimana nilainya tidak boleh lebih dari 0,8.

Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus:

xi

Dimana: R2 Xi = koefisien determinasi dari model dimana Xi adalah fungsi dari

(38)

Sebagai tambahan bahwa nilai VIF =

tolerence

1

, dapat dilihat langsung pada

output regresi pada SPSS.

2. Uji Autokorelasi

Persamaan dalam penelitian ini menggunakan data times series yang mengandung

lagged endogenous variable. Pada jenis data seperti itu sering ditemukan masalah

autokorelasi, dimana terjadi hubungan error term antar dua pengamatan.

Kasus autokorelasi positif lebih banyak terjadi dari pada autokorelasi negatif. Jika

residual dalam persamaan regresi mengandung autokorelasi positif, penggunaan

metode kuadrat terkecil menimbulkan beberapa msalah yaitu:

- Kesalahan baku estimasi menilai variabilitas kesalahan menjadi lebih rendah.

- Interval keyakinan dan pengujian dengan menggunakan distribusi t dan F

tidak dapat lagi diterapkan secara tepat.

- Kesalahan baku koefisien regresi menilai variabilitas koefisien regresi yang

ditaksir terlalu rendah.

Untuk mengetahui adanya gejala autokorelasi pada suatu model regresi yaitu

dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Penentuan daerah nilai DW

menggunakan nilai kritis dU (nilai batas atas) dan dL (nilai batas bawah)

berdasarkan jumlah sampel dan banykanya variabel bebas. Terdapat beberapa

standar dalam menentukan keputusan ada tidaknya autokorelasi serta menentukan

dimana nilai DW berada adalah sebagai berikut:

a. DW < dL : Terdapat autokorelasi positif

b. dL < DW < dU : Tidak dapat disimpulkan

(39)

d. 4-dU < DW < 4dL : Tidak dapat disimpulkan

e. DW > 4-dL : Terdapat autokorelasi negatif

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel pengganggu (e)

memiliki distribusi normal atau tidaak. Uji normalitas dapat dilihat dari posisi

normal sebaran data dengan menggunakan standart deeviasi dari histogram dan

juga one sample Kolmogorov Smirnov test .

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi

dan batasan operasional, sebagai berikut:

Definisi

1. Analisis regresi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan

bentuk pengaruh antar variabel-variabel.

2. Jagung yang dimaksudkan dalam penelitian adalah jagung pipil yang telah

dilepaskan dari tongkol jagungnya dan kemudian dikeringkan.

3. Produksi jagung Sumatera Utara adalah jumlah total produksi jagung di

Sumatera Utara yang dinyatakan dalam satuan ton.

4. Volume impor jagung pipil Sumatera Utara adalah jumpah seluruh impor

jagung yang dipasarkan di pasar domestik setiap bulan, tidak termasuk impor

(40)

5. Harga rill jagung domestik Indonesia adalah harga jagung lokal atau domestik

setelah dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, dan

dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

6. Harga rill jagung di tingkat produsen adalah harga jagung pipil di tingkat

produsen setelah dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia,

dan dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

7. Harga rill jagung pipil impor Sumatera Utara adalah harga CIF jagung

Sumatera Utara yang merupakan hasil bagi antara nilai dengan volume

impor, dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, dan

dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

8. Nilai tukar mata uang (kurs) adalah perbandingan dari perubahan mata uang

Amerika terhadap mata uang negara lain dalam konteks ini adalah Indonesia,

dinyatakan dalam satuan Rupiah per Dollar Amerika.

9. Harga rill pakan ternak unggas adalah harga pakan ternak unggas setelah

dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, dan dinyatakan

dalam satuan rupiah per kilogram.

10. Tarif impor adalah tarif yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap jagung,

yakni tarif advalorem, dinyatakan dalam satuan persen.

11. Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya

perubahan harga pada tingkat konsumen dari komoditi yang dikonsumsi suatu

(41)

Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013.

2. Penelitian ini menganalisis dampak impor jagung terhadap harga jagung

ditingkat produsen di Sumatera Utara mulai tahun 2009-2012 berdasarkan

(42)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARATERISTIK PENELITIAN

4.1 Perkembangan Jagung Sumatera Utara

Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, hal ini

dapat dilihat dari Lampiran 8. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa Sumatera

Utara menempati peringkat 3 sebagai sentra produksi jagung tertinggi setelah

provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan dengan produksi jagung di tahun

2012 sebesar 1.347.124 ton dan juga produktivitas tertinggi setelah provinsi Jawa

Barat dan Sumatera Barat dengan produktivitas ditahun 2012 sebesar 55,41%.

Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara menunjukan bahwa produksi

jagung Sumatera Utara meningkat dari tahun ke tahun walaupun tidak sejalan

dengan luas areal produksi yang terus menurun. Peningkatan tinggi terjadi pada

tahun 2007 menuju ke tahun 2008 dimana terjadi peningkatan produksi jagung

sebesar lebih kurang 300.000 ton.

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

(43)

Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 1.347.006 ton, naik sebesar

19.238 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2011 akan tetapi apabila

dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami penurunan produksi 14.699 ton.

Untuk luas lahan areal tanaman jagung tiga tahun terakhir mengalami penurunan

tetapi tidak sebanding dengan produktivitas yang semakin meningkat

(Badan Ketahanan Pangan, 2012).

Rendahnya produksi jagung dan penurunan luas lahan areal jagung di tingkat

petani pada tahun 2010-2011 dimungkinkan ada kaitannya dengan pengunaan

varietas, pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak

sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung, dan keragaman produktivitas tersebut

diduga disebabkan adanya perbedaan penggunaan benih berserti fikat, teknologi

budidaya kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai, ketidaktersediaan air

dan kondisi sosial ekonomi petani.

Tetapi dengan berjalannya waktu, petani mulai berfikir maju untuk melakukan

usahatani jagung yang baik dan benar yaitu lebih memperhatikan tata cara dalam

bertani jagung untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal dan memuaskan.

Ini dapat dilihat dari produktivitas jagung dan produksi yang meningkat pada

tahun 2012 apabila dibandingkan dengan tahun 2011 walaupun luas lahan yang

(44)

4.2 Perkembangan Ternak Unggas di Sumatera Utara

Populasi ternak unggas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Data

menunjukkan jumlah populasi unggas (baik ayam ras maupun unggas lokal) pada

tahun 2012 sebesar 70 juta ekor dan diprediksi akan meningkat setiap tahunnya,

sehingga menyebabkan kebutuhan pakan unggas juga akan meningkat juga.

Bila dilihat dari perkembangan populasi per jenis ternak di Sumatera Utara (2011-

2012) dapat dilihat bahwa semua jenis ternak mengalami peningkatan. Dari setiap

jenis unggas terjadi peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan yang cukup

tinggi terlihat nyata untuk jenis ayam ras (petelur) dan juga ayam ras (pedaging)

yang dapat kita simpulkan bahwa permintaan dan konsumsi akan telur dan daging

setiap tahun meningkat.

Tabel 5. Perkembangan Jenis Ternak Unggas di Sumatera Utara, 2010-2012

Jenis Unggas 2011 2012

Ayam Ras (Petelur) 8.994.440 12.055.590 Ayam Ras (Pedaging) 40.167.720 42.813.170 Ayam Buras 11.963.680 12.073.420

Itik 2.569.664 2.633.909

Jumlah 63.695.504 66.942.180

Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara 2012

Dapat kita ambil kesimpulan bahwa tiap kebutuhan akan daging unggas serta telur

semakin meningkat. Dimana masyarakat mulai memikirkan kebutuhan makanan

(45)

4.3 Konsumsi Jagung di Sumatera Utara

Permintaan pakan terus mengalami peningkatan. Pesatnya perkembangan usaha

perunggasan di Indonesia merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya

permintaan jagung domestik, sehingga Indonesia saat ini menjadi negara

pengimpor jagung dalam volume cukup besar. Impor yang dilakukan pemerintah

Indonesia berdampak negatif terhadap usahatani jagung yang dilakukan di

Sumatera, dimana dengan masuknya jagung impor membuat para petani merugi

sebab konsumen lebih memilih jagung impor dengan kualitas yang baik serta

harga yang relatif lebih murah.

Tabel 6. Konsumsi Jagung di Sumatera Utara tahun 2003-2012

Tahun Konsumsi Jagung Sumatera Utara (Ton) Sumber: Badan Katahanan Pangan Sumatera Utara

Pada tabel 6 dapat kita lihat bahwa konsumsi jagung di Sumatera Utara tiap

tahunnya semakin meningkat secara fluktuatif. Konsumsi jagung terbagi tiga yaitu

untuk industri pakan ternak, industri pangan dan juga konsumsi rumah tangga.

Hal ini dapat diselaraskan dengan perkembangan jumlah ternak unggas. Konsumsi

terbanyak terdapat pada industri pakan ternak yang mana sesuai dengan

(46)

Permintaan jagung di Sumatera Utara baik di tingkat rumah tangga maupun industri

menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Hampir dari 80 persen produksi

jagung pipil pada saat sekarang digunakan oleh industri pakan ternak. Industri pakan

ternak inilah sebagai konsumen jagung pipil di Sumatera Utara yang mana jumlah

industri dan juga jumlah output industri pakan setiap tahunnya meningkat.

Tabel 7. Jumlah Produksi Pakan Ternak Unggas Sumatera Utara tahun 2011

No Perusahaan

Ayam Petelur

Ayam

Pedaging Bredder Puyuh

Ayam Sumber : Statistik Peternakan, 2011

Peningkatan kebutuhan dan juga konsumsi jagung pipil untuk pakan ternak

berbanding lurus denga produksi dari industri pakan ternak berbahan baku jagung

pipil. Tahun 2011 hampir 65 persen konsumsi jagung pipil Sumatera utara digunakan

untuk Industri pakn ternak unggas. Dari data statistik pertanian 2011, 5 dari 8

perusahaan industri pakan menghasilkan 622.204,35 ton pakan ternak dengan jagung

pipil sebagai bahan utama produknya. Hal tersebut ada kaitannya dengan peningkatan

populasi ternak unggas sebagai konsumen pakan ternak unggas dan juga berhubungan

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Perkembangan Impor Jagung di Sumatera Utara

Permintaan jagung untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan bahan baku pakan

semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Sementara itu, produksi jagung

nasional masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk

menutup kekurangan yang jumpahnya cukup besar, maka Indonesia melakukan

impor jagung dari negara lain yang kecenderungannya dari tahun ke tahun

semakin meningkat. Jika impor jagung semakin besar, maka akan memboroskan

cadangan devisa Indonesia yang jumlahnya sangat terbatas. Selain itu tidak

terkendalinya impor jagung dapat mematikan petani jagung Indonesia, karena

usahatani jagung indonesia yang tradisional harus menghadapi usahatani jagung

negara maju.

Sumatera Utara selain berperan sebagai daerah pengimpor jagung dunia juga

berperan sebagai daerah pengekspor jagung. Perkembangan volume ekspor dan

impor jagung Sumatera Utara pada periode tahun 2003-2012 berfluktuasi.

Peningkatan volume impor jagung setelah tahun 2009 cukup signifikan sebagai

(48)

Tabel 7. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Tahun 2003-2012 di Sumatera

Sumber : Badan Pusat Statistik, Sumatera Utara

Kebijakan pemerintah dalam hal impor jagung ini adalah dengan adanya tarif impor.

Pengenaan tarif impor atas komoditi jagung bertujuan untuk melindungi petani

jagung dalam negeri. Selama tahun 1974 – 1979 besarnya tarif impor yang

diberlakukan adalah sebesar lima persen, kemudian ditingkatkan menjadi 10 persen

pada tahun 1980-1993. Tarif impor kembali diturunkan menjadi lima persen pada

tahun 1994 hingga saat ini, bahkan penurunannya mencapai nol persen ketika kondisi

pertanian jagung di Indonesia tidak sedang dalam musim panen. Pemenuhan jagung

sebagai bahan baku industri pakan dan industri olahan berbasis jagung sepenuhnya

dipenuhi dari impor. Kebijakan pengenaan tarif impor dan bentuk-bentuk proteksi

lainnya tidak akan efektif mempengaruhi kesejahteraan petani jagung di dalam negeri

sebelum sistem produksi jagung nasional dapat bersaing secara efisien

(Rachman, 2003).

Keputusan terbaru mengenai besarnya tarif impor jagung telah ditetapkan

berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor 600/PMK.010/2004 tanggal 23 Desember

(49)

persen. Kemudian tidak hanya impor jagung yang dikenakan tarif impor tetapi juga

impor pakan dikenakan tarif impor meski hanya sebesar nol persen. Pati jagung

sebagai produk olahan industri berbasis jagung yang juga harus bersaing dengan

produk impor yang harganya relatif lebih murah turut serta dilindungi pemerintah.

Hal ini ditetapkan berdasarkan Permenkeu Nomor 108/PMK.010/2005 bahwa impor

pati jagung dikenakan tarif sebesar 10 persen tetapi dengan tingkat tarif impor yang

dinilai cukup harmonis tersebut ternyata belum mampu meningkatkan daya saing

industri pengolahan jagung (Departemen Perindustrian, 2007).

Melihat perkembangan impor jagung sebagai bahan baku pakan semakin meningkat

karena kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan belum seluruhnya dapat dipenuhi

dari jagung lokal, maka pelaksanaan impor bahan baku tersebut perlu dilakukan

pengawasan secara ketat oleh pemerintah. Salah satu tujuan pengawasan tersebut

dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi para pihak baik aparatur maupun

Badan Usaha yang melakukan kegiatan importasi bahan baku pakan, yaitu

perusahaan importir dan perusahaan pakan, serta dalam upaya pembinaan dan

pengawasan dengan tujuan agar bahan baku pakan yang diimpor dapat dijamin mutu

dan aman dari media penyakit hewan menular, sebab bahan baku pakan dapat

menjadi agent penyakit hewan menular. Pengawasan ini dilakukan melalui pemberian

Surat Keterangan Bahan Baku Impor (Departemen Pertanian, 2002).

5.1.2 Hasil Analisis Pengaruh Impor terhadap Harga

Penelitian mengenai analisis pengaruh impor komoditi jagung pipil terhadap harga

ditingkat produsen Sumatera Utara dilaksanakan dengan mengumpulkan data-data

yang mempengaruhi harga produsen jagung domestik Sumatera Utara dari tahun

(50)

pengaruh volume impor jagung yang dilakukan pemerintah terhadap harga

produsen atau petani dan pengaruh-pengaruh lainnya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Harga

Harga produsen jagung pipil di Sumatera Utara dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu produksi jagung, stok jagung pipil periode sebelumnya, volume impor

jagung pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode

sebelumnya, harga rill jagung pipil domestik Indonesia, harga rill jagung pipil

impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas dikalikan

dengan Indeks Harga Konsumen. Hasil analisis fakor-faktor pembentukan harga

produsen jagung Sumatera Utara dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 9 . Model Summary Regresi

Model R

Pada tabel dapat dilihat nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,839 yang

menunjukkan hubungan yang kuat antar variabel. Koefisien determinasi (R2) dari

model harga rill jagung di tingkat produsen Sumatera Utara sebesar 0,704, yang

berarti 70,4 persen keragaman harga rill jagung pipil di tingkat produsen Sumatear

Utara dapat diterangkan oleh variabel- variabel eksogen di dalam model yaitu

produksi jagung, stok jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung

pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya,

(51)

rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas. Sedangkan sisanya

sebesar 29,6 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam

model.

Tabel 10.Analisis Regresi Faktor-faktor pembentukan Harga Produsen Jagung Pipil

Penduga Koefisien

Regresi Sig t

Konstanta 983494,418 0,226

Produksi jagung -1,068 0,053

Stok periode sebelumnya -0,653 0,210

Volume impor sebelumnya -2,495 0,328

Harga rill jagung sebelumnya 0,429 0,005

Harga jagung Indonesia sebelumnya -0,523 0,048

Harga rilll impor 0,797 0,005

Kurs 68,093 0,283

Harga rill pakan ternak unggas 0,041 0,459

Sumber : Lampiran Output SPSS

Model yang dirumuskan dalam upaya menerangkan pengaruh volume impor

jagung pipil terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara

adalah model regresi berganda, dengan metode pendugaan Ordinary Least Square

(OLS). Model hasil dugaan diperoleh sebagai berikut:

HJG = 983494,418 – 1,068 PRO – 0,653 STK – 2,495 VIM + 0,429 HJS - 0,523 HDI + 0,797 HJI + 68,093 KRS + 0,041 HPT

Dari persamaan tersebut diperoleh konstanta sebesar 983494,418, nilai ini

menunjukkan bahwa harga pada bulan desember tahun 2012 sebesar 983494,418

rupiah per ton apabila tidak dipengaruhi oleh produksi jagung, stok jagung pipil

periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya, harga rill

(52)

Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga rill

pakan ternak unggas.

Untuk koefisien dugaan variabel jumlah produksi jagung adalah sebesar -1,068,

artinya hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen

Sumatera Utara pada saat sekarang akan turun sebesar 1,068 rupiah untuk setiap

kenaikan jumlah produksi jagung.

Koefisien dugaan variabel jumlah stok jagung pipil periode sebelumnya adalah

sebesar -0,653, artinya hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat

produsen Sumatera Utara pada saat sekarang akan turun sebesar 0,653 rupiah

untuk setiap kenaikan jumlah stok jagung periode sebelumnya sebesar satu ton.

Untuk volume impor jagung pipil periode sebelumnya diperoleh koefisien -2,495,

hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara

pada saat sekarang akan turun sebesar 2,495 rupiah untuk setiap kenaikan jumlah

volume impor jagung pipil periode sebelumnya sebesar satu ton.

Untuk koefisien dugaan variabel harga rill jagung pipil produsen periode

sebelumnya diperoleh koefisien 0,429, yang berarti jika terjadi peningkatan harga

rill jagung pipil ditingkat produsen sebesar satu rupiah per ton akan menyebabkan

peningkatan harga rill jagung pipil ditingkat produsen sebesar 0,429 rupiah per

ton di periode yang akan datang, sebaliknya apabila terjadi penurunan harga rill

jagung di tingkat produsen periode sebelumnya sebesar satu rupiah per ton akan

mengakibatkan harga rill jagung pipil di tingkat produsen turun sebesar 0,429

(53)

Untuk harga jagung domestik Indonesia periode sebelumnya diperoleh koefisien

-0,523, hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen pada

saat sekarang akan turun sebesar 0,523 rupiah setiap kenaikan harga jagung pipil

domestik Indonesia pada periode sebelumnya.

Koefisien dugaan variabel harga rill jagung pipil impor adalah sebesar 0,797,

artinya jika terjadi peningkatan harga rill jagung pipil impor sebesar satu rupiah

per ton akan menyebabkan peningkatan harga rill jagung pipil ditingkat produsen

sebesar 0,797 rupiah per ton.

Untuk kurs rupiah diperoleh nilai koefisien 68,093, hal ini menunjukkan bahwa

harga rill jagung pipil ditingkat produsen akan naik sebesar 68,093 rupiah untuk

setiap kenaikan kurs rupiah di Indonesia dimana faktor lain dianggap konstan.

Untuk harga pakan ternak unggas diperoleh koefisien 0,041, hal ini menunjukkan

bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara akan naik sebesar

0,041 rupiah setiap kenaikan harga pakan ternak unggas di Sumatera Utara,

dimana faktor lain dianggap konstan.

Dari persamaan tersebut dilakukan uji asumsi sebagai berikut:

1. Uji Statistik F

Tabel 11. Anova Hasil Regresi

Model Residual 7,1848E11 31 2,32E10

Total 2,42949E12 39

(54)

Dari tabel diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil

dibandingkan dengan α sebesar 0,1 (10 %). Dengan demikian H0 ditolak, H1

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak memiliki

pengaruh yang nyata terhadap harga jagung di Sumatera Utara.

2. Uji Statistik t

Dari tabel diperoleh nilai signifikan t:

• Jumlah produksi (PRO) sebesar 0,053 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan

α sebesar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini

menunjukkan jumlah produksi (PRO) berpengaruh nyata terhadap harga

jagung di tingkat produsen Sumatera Utara.

• Jumlah stok periode sebelumnya (STK) sebesar 0,210 yaitu yaitu lebih besar

dari nilai α dengan besar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 diterima, H1

ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh jumlah stok periode sebelumnya

terhadap (STK) harga rill jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara

tidak nyata.

• Volume impor jagung pipil periode sebelumnya (VIM) sebesar 0,328 yaitu

yaitu yaitu lebih besar dari nilai α dengan besar 0,1 (10%). Dengan demikian

H0 diterima, H1 ditolak. Hal ini menunjukkan volume impor jagung pipil

periode sebelumnya (VIM) terhadap harga rill jagung pipil di tingkat

produsen Sumatera Utara tidak nyata.

• Harga rill jagung pipil di tingkat produsen periode sebelumya (HJS) sebesar

(55)

demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini menunjukkan Harga rill jagung

pipil di tingkat produsen periode sebelumnya (HJS) berpengaruh nyata

terhadap harga jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara.

• Harga rill jagung pipil domestik Indonesia periode sebelumnya (HDI) sebesar

0,048 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,1 (10%). Dengan

demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini menunjukkan Harga rill jagung

pipil domestik Indonesia periode sebelumnya (HDI) berpengaruh nyata

terhadap harga jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara.

• Harga rill jagung pipil impor (HJI) sebesar 0,005 yaitu lebih kecil

dibandingkan dengan α sebesar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 ditolak, H1

diterima. Hal ini menunjukkan Harga rill jagung pipil impor (HJI)

berpengaruh nyata terhadap harga jagung pipil di tingkat produsen Sumatera

Utara.

• Kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar 0,283 yaitu lebih besar

dari nilai α dengan besar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 diterima, H1

ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh kurs dollar terhadap rupiah dalam

model pembentukan harga jagung di tingkat produsen Sumatear Utara tidak

nyata.

• Harga rill pakan ternak unggas Sumatera Utara sebesar 0,459 yaitu lebih

(56)

ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh Harga pakan ternak unggas Sumatera

Utara terhadap harga jagung di tingkat produsen Sumatear Utara tidak nyata.

Uji Asumsi Klasik

1. Multikolinearitas

Multikolinieritas dalam model dapat diidentifikasi dengan melihat nilai tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance independennya lebih

besar dari 1, atau nilai VIF sama dengan 1 dibagi dengan niali tolerance, maka

terdapat masalah multikolinieritas. Dengan berpedoman padahasil output regresi

dengan tabel , terlihat bahwa ternyata nilai tolerance dari kedelapan variabel

(produksi jagung, stok jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung

pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya,

harga rill jagung pipil domestik Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs

rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas), lebih kecil dari 1 yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas di dalam model

dugaan.

Tabel 12. Nilai tolerance dan VIF dalam uji Multikolinearitas

Model Tolerance VIF

1 (Constant)

produksi jagung 0,775 1,290

stok periode sebelumnya 0,560 1,784 volume impor sebelumnya 0,544 1,838 harga rill jagung sebelumnya 0,446 2,243 harga jagung Indonesia sebelumnya 0,129 7,779

harga rilll impor 0,122 8,189

Kurs 0,255 3,927

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi di Sumatera Utara tahun 2009
Tabel 3.  Harga Jagung Pipil Impor dan Harga Produsen Sumatera Utara
Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Indonesia tahun 2009-2012
Gambar 1. Skema Perdagangan Internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah

H0 = Variasi variabel eksogen (harga jagung giling dan harga pakan ayam) tidak berpengaruh nyata yang signifikan secara parsial (masing-masing) terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berapa besar pengaruh harga jagung giling dan harga pakan ayam terhadap harga ayam ras serta untuk menganalisis berapa

Harga jagung domestik tidak responsif terhadap semua peubah tersebut karena adanya kekuatan oligopsoni dan transmisi harga dimana wilayah produksi jagung dan

Pada kondisi saat analisis ini dilakukan (nilai tukar Rp 9.000/kg, harga CIF jagung US$ 122/ton, tarif impor 0%), usahatani jagung memberikan keuntungan bersih ( profit ) sebesar

lokal dengan volume impor produksi, untuk menganalisis hubungan antara harga.. kedelai lokal dengan harga kedelai internasional, serta

Output Korelasi Harga Kedelai Lokal Dengan Volume Impor

Berdasarkan Tabel 3.1, bea masuk impor untuk jagung dari Indonesia ke Jepang dalam perjanjian kerjasama ekonomi Indonesia-Japan EPA. adalah free untuk HS 100510 Maize seed , dan