• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bikin Pakan Sendiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bikin Pakan Sendiri"

Copied!
259
0
0

Teks penuh

(1)

Bikin Pakan Sendiri, Peternak

Lele Lebih Untung

Published on October 23, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 0

Para pembudidaya lele yang tergabung dalam Kelompok Mina Siwani Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Wonogiri menggelar panen raya lele, kemarin. Pada panen kali ini, mereka mampu meraup keuntungan yang lebih besar. Pasalnya, mereka tidak

menggunakan pakan pabrik, melainkan membuat pakan sendiri.

Anggota kelompok Mina Siwani, Sarno memaparkan, pakan buatan sendiri mampu menekan biaya pemeliharaan hingga 50%. Pakan ikan dibuat dari berbagai bahan

alternatif. Antara lain berupa tepung ikan rucah (ikan sisa), bekatul, roti afkir, daun pepaya, hingga daun kelor.

Pembuatan 20 kilogram pakan hanya menelan biaya Rp 57.500. Dengan demikian, biaya pembuatan pakan hanya sekitar Rp 2.300 per kilogram. Biaya tersebut jauh lebih hemat dibandingkan dengan membeli pakan pabrik yang harganya berkisar Rp 8.666 per kilogram.

(2)

keuntungan hingga Rp 700.000 per seribu benih ikan lele. Adapun pakan pabrikan hanya memberi keuntungan Rp 300.000 per seribu benih ikan lele.

Meski demikian, mereka belum bisa membuat pakan yang mampu mengapung. “Kami sedang mencari resep bagai mana caranya agar pakan bisa mengapung di air. Pakan yang kami buat ada yang mengapung, tetapi masih ada juga yang tenggelam,” katanya. Camat Selogiri, Bambang Haryanto mengatakan, upaya mereka untuk membuat pakan sendiri sungguh luar biasa. “Semangat yang luar biasa. Roti afkir bisa jadi pakan ikan,” ujarnya.

Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakperla) Wonogiri, Rully Pramono Retno menambahkan, pembudidaya hendaknya juga memperhitungkan biaya tenaga kerja dan biaya bahan bakar jika ingin mengembangkan usaha lebih besar. Pihaknya

menyarankan agar pembudidaya getol mencari informasi agar dapat membuat pakan yang mampu mengapung.

“Pada 28 Oktober nanti, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan akan hadir ke Nguntoronadi. Silahkan bertanya bagai mana cara membuat pakan agar terapung,” tuturnya. (Sumber : Suara Merdeka

Eko Mulyadi Makmurkan

(3)

Saat orang lain berduyun-duyun mengejar mimpi di Ibukota, Eko Mulyadi justru sibuk membangun desa tercintanya di Desa Karang Patiang, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Kini, Pria muda tersebut telah memberdayakan masyarakat sekitar menjadi peternak lele, kambing dan perajin keset.

Sambil bercerita, Eko menggambarkan kondisi perekonomian warga di desanya dengan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Sayangnya, keadaan lahan yang kering kerap mempersulit warga setempat untuk bercocok tanam karena harus mengandalkan musim hujan.

“Kalau musim kemarau tidak ada aktifitas alias menganggur sehingga ini yang

menyebabkan kemiskinan. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga miskin dengan beberapa anggota keluarga,” ungkap dia kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Kamis (31/10/2013).

Jiwa mulia sepertinya sudah tertanam dalam diri Kepala Desa Karang Patiang ini.

Pasalnya, dia memfokuskan program pemberdayaan beternak lele kepada warganya yang mengalami keterbelakangan mental.

Saat ini, Eko menyebut, basis penduduk di desanya mencapai 5.800 jiwa terdiri dari 1.845 kepala keluarga (KK), yakni kalangan sangat miskin sebanyak 290 KK, sebanyak 560 KK merupakan warga miskin dan 48 KK mengalami keterbelakangan mental atau 98 jiwa.

“Mulanya, kami kirim-kirim proposal mengenai program beternak lele lalu bertemu dengan Bank Indonesia (BI) cabang Kediri yang akhirnya membantu kami membuat kolam-kolam lele pada tahun 2004. Mengajari masyarakat cara beternak lele yang menghasilkan uang,” tambah lulusan SMK Negeri 1 Ponorogo itu.

Kala itu, dia memaparkan, BI memberikan bantuan untuk membuat satu kolam lele besar berukuran 6×24 meter, lalu kembali mendirikan 12 kolam kecil bagi masyarakat seluas 1×2 meter.

(4)

Hasilnya, mahasiswa semester akhir jurusan Manajemen Bisnis di Universitas

Muhammadiyah Ponorogo ini mengatakan, satu kolam lele kecil tersebut bisa menampung hingga 1.000 ekor lele.

“Setiap 90 hari sekali, lele biasanya panen. Dan dalam setahun bisa sampai empat kali memanen hasil ternak ikan lele. Namun omzet dari beternak lele sebesar Rp 100 ribu-Rp 250 ribu per bulan dalam satu kali panen dan diambil bersama Papua,” paparnya.

Sambil menunggu hasil panen, kata Eko warga setempat bisa menyambinya dengan usaha beternak kambing dengan hasil baru terlihat selama satu tahun. Sedangkan untuk

menambal penghasilan sehari-hari, warga bisa memproduksi keset berbahan baku kain bekas.

“Ambisi saya ke depan adalah bisa meng-cover seluruh warga baik yang sangat miskin, miskin dan keterbelakangan mental supaya bisa memiliki kemampuan dan keahlian dalam beternak lele,” ujar Suami dari Yuliana itu. (Sumber : Liputan 6)

Pakan Lele Murah Meriah Dari

Kotoran Puyuh

(5)

Peternak ikan lele kini bisa menekan biaya pakan ternak mereka hingga sekira 50%. Bila biasanya mereka butuh Rp9.000 untuk membeli 1 kilogram (kg) pakan ikan lele, kini cukup dengan Rp5.000, mereka bisa memberi pakan tinggi protein bagi lele yang dibiakkan.

Ketua Tim Pusat Pengembangan Kewirausahaan (PPKwu) UNS Ir. Suyono menjelaskan, harga pakan ikan yang mahal mengakibatkan usaha budidaya ikan banyak mengalami kerugian. Padahal, di sisi lain, pemerintah sedang menggalakkan program masyarakat gemar makan ikan.

“Itulah yang memunculkan wacana perlu upaya menemukan pakan lele yang murah dan ramah untuk masyarakat,” ujar Suyono.

Bersama timnya, Suyono pun merekayasa kotoran burung puyuh untuk dijadikan alternatif pakan ikan lele. Awalnya, peternak burung puyuh ini merasa tertantang untuk memanfaatkan kotoran burung puyuh yang tersedia melimpah untuk dijadikan pakan lele. Selain murah, kata Suyono, kotoran burung puyuh dipilih karena kandungan proteinnya yang tinggi dibandingkan kotoran ayam.

“Kandungan protein kotoran burung puyuh adalah 21 persen, sedangkan kandungan protein dalam kotoran ayam petelur 11-14 persen,” jelasnya.

Suryono mencampur kotoran burung puyuh dengan bulu ayam dan sisa ikan asin. Bulu ayam berfungsi membuat pakan lele dapat mengambang di air. Sisa ikan asin digunakan untuk menambah nafsu makan ikan lele.

Pembuatan pakan lele dengan pemanfaatan limbah organik tersebut, menurut Suryono

menggunakan perbandingan 1:1:1. Satu kg kotoran kering burung puyuh dicampur 1 kg bulu ayam yang telah dipresto dan 1 kg ikan asin.

“Setelah dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung dan dicampur. Baru kemudian diproses menjadi pelet,” urai Dosen Fakultas Pertanian UNS itu.

Suryono mengimbuh, bila dijual, pakan lele dari limbah organik dihargai Rp5.000 per kg. Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan pakan ikan pada umumnya yang dibanderol Rp8.000-Rp9.000 per kg.

“Tetapi pakan ikan lele hasil ujicoba ini belum dipasarkan. Tetapi hanya sebatas dimanfaatkan oleh UNS sebagai pendampingan peternak ikan lele,” tuturnya. (Sumber : Okezone)

Berita Perikanan Terkait

(6)

Published on September 23, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses 1

Memilih usaha ternyata tidak harus dari sesuatu yang wah. Banyak peluang besar bisa Anda peroleh justru dari sesuatu yang nampak sepele. Semisal beternak ikan lele.Ikan berkumis ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pebisnis.

Padahal, rejeki yang ia janjikan cukup besar. Gerai supermerket besar hingga warung tenda di pinggir jalan butuh pasokan lele dalam jumlah banyak secara rutin.

Mungkin kita tak pernah menggubris warung tenda yang menjajakan menu pecel lele yang berderet di sepenjang jalan. Padahal, kontinuitas kebutuhan lele di warung tenda umumnya lebih pasti bila dibanding dengan kebutuhan lele di supermarket. Warung-warung seperti itu banyak tersebar di setiap kota.

Memulai bisnis lele tidah harus selalu diawali dengan hitungan yang jelimet serta bikin pusing. Anda bisa memualinya dengan sekedar bejlan-jalan santai, nongkrong sambil iseng mencicipi menu ikan lele. Dari kegiatan itu Anda bisa memetakan pasar ikan lele. Jumlah kebutuhan ikan lelepun bisa Anda peroleh secara pasti.

Di Jakarta pedagang pecel lele bisa menghabiskan 7-8 kg ikan lele, Tiap kilo harganya Rp 12.000. Jika dihitung-hitung, pedagang tenda membutuhkan pasokan ikan lele yang tidak sedikit. Paling tidak ia harus mendapat pasokan 210 – 240 kg lele segar secara rutin.

(7)

Tempel, Desa Krikilan Kecamatan Masaran ini, Usaha yang dirintisnya telah mampu memasok kebbutuhan ikan lele di kota jakarta, yang pembibitanya di lakukan di kampung halamannya ini.

Usaha pembesaran memang butuh modal lebih besar bila dibandingkan dengan pembibitan. Namun, untung yang bisa diraup lebih menjanjikan. Masa panen ikan lele memang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi yang lain. Kalau gurami baru bisa dipanen sekitar 8 bulan. Sedangkan lele sudah bisa dipanen sekitar 50 hari.

Kondisi pasar ikan lele mamang cenderung lebih tidak stabil bila dibanding dengan kondisi pasar ikan jenis lain. Kadang-kadang harganya naik sangat tinggi, Tapi kadang-kadang pula merosot, Pokoknya jangan jual lele pada bulan-bulan yang tidak ada huruf R nya (Mei, Juni, Juli, dan Agustus).

Sebab, Pada kisaran bulan itu banyak petani lele yang mengobral lelenya dengan harga murah. Alasannya, mereka sangat butuh biaya untuk keperluan sekolah anak-anak mereka. Harga jual ikan lele akan mencapai puncak termahal pada bulan Januari. Sebab, pada waktu itu pasokan ikan lele cenderung berkurang.

Hal itu disebabkan karena pada bulan itu pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur yang gagal menetas lantaran pengaruh musim hujan. Air hujan bisa menurunkan derajan keasaman (pH) air kolam.

Jika memiliki jumlah kolam lebih dari satu, Maka periode panen bisa dirancang bergantian. Berkat cara seperti ini, periode panen bisa menjadi lebih cepat dari 50 hari. Budidaya lele tidak direpotkan dengan masalah air. Daya tahan ikan lele sangat baik, Asal air selalu penuh dan cukup pangan, itu sudah beres.

Supaya bisa untung, ikan yang dipelihara minimal haru berjumlah 10.000 ekor. Jumlah ikan sebanyak itu butuh pakan sebanyak 35 karung. Setok pakan sebanyak itu dipakai dalam satu kali periode usaha. Setiap karung berisi pakan seberat 30 kg. Harga pakan perkarung adalah Rp 160.000.

(8)

Jadi, satu karung pelet digunakan untuk sekali pemberian pakan. Berkat menu tambahan, ukuran ikan bisa semakin besar. Kalau biasanya ikan sekilo ada 7 ekor, setelah diberi pakan tambahan berat ikan sekilo cuma 6 ekor. Keuntungan lain yaitu bisa lebih irit biaya Rp 510.000 setiap bulan.

Harga jual ikan lele di tingkat petani saat ini adalah Rp 11.000 / kg. Persentase kematian ikan lele biasanya mencapai 10%. Kondisi seperti itu umumnya terjadi sehabis ikan lele dilepas ke dalam kolam. Terutama ketika cuaca sedang panas. Setiap kolam bisa menghasilkan lele seberat 7 – 8 kuintal.

Kedalaman kolam lele minimal 1 m. Air yang terlalu dangkal menyebabkan ukuran lele menjadi terlalu pendek. Sebab ikan menjadi kurang gerak. Jumlah bibit yang ditaburkan 50.000 ekor dalam setiap kolam. Bibit lele itu masih seukuran rokok. Satu bulan setelah dilepas, iakan lantas disortasi.

Ikan yang sudah sebesar batu baterai dipindah kolam yang lain. Tujuannya supaya ukuran ikan seragam. Sebab jika tidak disortir, ikan yang ukurannya lebih kecil akan dimangsa oleh lele yang berbada lebih gede. Biasanya setelah disortir ikan tinggal 12.000 ekor. Atau sekitar 3 kwintal. (Sumber : Sragen News)

unung Kidul Kurang Pasokan

Ikan Lele

(9)

Produksi lele di Gunungkidul belum bisa mencukupi pasar sehingga pedagang ikan di beberapa pasar terpaksa mencari pasokan dari luar daerah.

Seperti yang terjadi di Pasar Ponjong. Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul

mencatat kebutuhan ikan lele 1,5 ton per pekan sedangkan pasokan dari pembudi daya lele baru sekitar 25% dari kebutuhan per pekan, yakni 1,125 ton.

Kondisi tersebut membuat dinas terus berupaya menggenjot produksi pembudidaya ikan lele. Kepala DKP Gunungkidul, Agus Priyatno, mengungkapkan sudah banyak bantuan yang diberikan untuk meningkatkan usaha pembudidaya lele.

Namun, bantuan sebatas stimulan, seperti bantuan terpal untuk lahan budi daya, benih dan pakan.

“Kami memberi bantuan lebih hati-hati sebab ketika pedagang mandiri juga ikut

memproduksi, nanti ketika panen bersamaan harga lele jatuh,” ujarnya, Minggu (8/9/2013).

Saat ini harga lele di tingkat peternak mencapai Rp16.000 per kilogram.

Pembudi daya lele di Kecamatan Ponjong, Riftanto, mengakui adanya banyak permintaan lele namun dia belum mampu memenuhi meski sudah memiliki 40 kolam pembenihan lele berukuran 3×4 cm dan 17 kolam pembesaran dengan ukuran 10×15 cm.

Budi dayanya hanya mampu memproduksi lele sebanyak 2,5 kuintal per pekan. “Sekarang saya sedang menambah 35 kolam lagi yang berukuran 4×14 cm untuk pembesaran,” katanya.(Sumber : Harian jogja)

Budidaya Ikan Kolam Terpal

Diminati di Kalbar

(10)

Salah satu usaha di sektor perikanan darat yang menjadi primadona dan digemari oleh masyarakat adalah budidaya ikan kolam terpal. Kolam ini memiliki potensi besar, jenis usaha ini juga sangat mudah dilakukan oleh masyarakat karena tidak harus ditempatkan dilokasi yang besar. Di lahan sempit, kolam terpal pun bisa dibuat.

Jaidu misalnya. Ketua Unit Perbenihan Rakyat (UPR) Babanto tidak merasa heran kalau saat ini upaya pengembangan kolam terpal yang ada di daerah Landak sudah cukup diminati oleh masyarakat. Beberapa Desa yang juga sudah menjadi binaan kelompok ini.”Usaha ini sudah cukup di minati oleh masyarakat termasuk ibu-ibu juga sudah mengembangkan usaha ini dan sampai saat ini sudah mulai berhasil,” tuturnya.

Terkait dengan perkembangan pengembangan usaha tersebut, pihaknya dari UPR Babanto, secara terus menerus akan memberikan dukungan dan penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang sudah bergabung dengan kelompok tersebut.Kedepan, lanjutnya, pengembangan usaha ini tidak hanya berkembang di beberapa Desa saja melainkan juga bisa di kembangkan di daerah lain di Kabupaten Landak.

(11)

Apalagi yang lebih banyak berperan dan menjadi anggota ini adalah ibu-ibu sehingga akan lebih fokus mengingat keseharian kegiatan ibu-ibu lebih banyak di rumah sehingga

pemeliharaan ikan akan lebih optimal. Jenis ikan yang bisa dibudidayakan di sini pun cukup beragam. Mulai dari lele, mas, nila hingga jenis lainnya. (Sumber : Postianak Post)

Sepi Melaut Kini Jadi

Pengusaha Ikan Lele

Published on July 30, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses 0

Salah satu kecamatan di kabupaten di Banyuwangi yang menjadi sentra budidaya lele adalah Muncar. Daerah ini yang setiap tahunnya berhasil meningkatkan budidaya ikan Lele.

Muncar adalah salah satu kecamatan yang terkenal dengan sebutan kota ikan di

Banyuwangi ini sebagian besar mata pencariannya adalah nelayan. Berkat hasil tangkapan yang melimpah, penduduk didaeah tersebut hidupnya cukup makmur. Namun, di tahun 2007 hasil tangkapan ikan mulai sepi. Sehingga, membuat masyarakat kota Muncar harus mencari kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(12)

Alhamdulillah dengan usaha ini saya bisa akhirnya bisa menyekolahkan anak saya ke perguruan tinggi . Dan saat ini Kementrian Kelautan dan Perikanan RI akan memberikan bantuan modal secara hibah untuk memajukan usaha saya serta masyarakat sekitar sini” katanya.

H. Mislan menceritakan awal mulanya dirinya membuk usaha budidaya ikan Lele ini bermodalkan uanga Rp.50 juta hasil dari pinjaman. Dengan uang itu dibuatlah tiga kolam ikan lele di belakang rumahnya dengan ukuran 3 X 4 meter perpetak. Dari tiga petak itu di taburi benih lele sebanyak 15.600 bibit lele. Dengan optimis H Mislan memelihara benih ikan lele tersebut dan akhirnya bisa berkembang

“Ulet dan telaten kunci keberhasilan, awalnya. Saya ini tidak mengerti budidaya ikan lele ini, namun saya belajar dari buku, alhamdulillah sejak saya berusaha saya tidak pernah

rugi,”ungkapnya.

Keberhasilan H. Mislani ini membuat masyarakat Kedungrejo yang tidak mempunyai pekerjaan akhirnya meminta bapak tiga anak ini untuk menularkan keberhasilannya. Sebanyak 12 orang yang ingin merubah hidupnya akhirnya membuka kelompok kerja tani dengan nama Karya Mina.

“Alhamdulillah sekarang ada 20 orang yang membuka usaha dibidang usaha ini, dan behasil semua, yang rata-rata mempunyai pendapatan perbulannya diatas 6 juta perbulan,”beber H. Mislan.

Hasil nyata H. Mislan dan rekan-rekannya ini akhirnya bisa menjadi ikon desa mereka untuk pengembangan ikan Lele

Dirjen Kelautan dan Perikanan yakni Sekretaris Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (Sesditjenkanbud) Ir. Moh Abduh Nurhidayat yang melihat keberhasilan budidaya ikan Lele yang dikembangkan kelompok tani karya Mina ini akhirnya memberikan bantuan yang nantinya bisa digunakan untuk pengembangan lebih besar lagi

“Ternyata tidak semua nelayan tidak bisa usaha, nyatanya H. Mislan ini, dari nelayan berubah menjadi pembudidaya ikan lele, agar lebih maju dan meningkatkan hasil produksinya,”kata Moh. Abduh.

(13)

“Hal ini dapat dijadikan contoh sebagai alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui kegiatan usaha perikanan budidaya, Budidaya lele, khususnya di Kecamatan Muncar yang sebelumnya hanya sekedar coba-coba telah berubah menjadi salah satu sumber penghasilan bagi para nelayan di ma

Ikan Lele Pun Dibuat Es Krim

Published on July 21, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses 1

Siswa SMK N I Temon (SMK Kelautan) mencoba berkreasi dengan menciptakan es krim yang terbuat dari bahan dasar ikan lele. Produk buatan siswa kelas XII jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPI) SMK Kelautan ni diharapkan mampu meningkatkan kegemaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan.

Menurut Sri Wahyuni siswa kelas XII TPHP, lele ini banyak dijumpai di Kulonprogo, namun hanya selalu diolah untuk lauk. Karena itu ia bersama-sama temannya berkreasi membuat es krim lele tersebut dan ini sudah diikutkan dalam Clinic Science Dinas Pendidikan DIY dan direncanakan September akan ikut pameran di DIY.

(14)

Diungkapkan Sri Wahyuni, langkah awal pembuatan inti es krim lele yang paling banyak memakan waktu adalah mendapatkan tepung lelenya karena melalui proses yang lumayan lama dan telate. Ikan lele kemudian disiangi dan dicuci bersih lalu dikukus hingga matang.

“Usai dikukus daging ikan dipisahkan dari kulit dan tulangnya, hasilnya dispiner hingga 3 x agar air/minyak dari lele hilang dari dagingnya. Setelah itu daging lele dioven untuk

mempermudah penghalusan, lalu diblender. Hasilnya diayak sehingga didapatkan

tepungnya. Ini yang dikatakan harus telaten tadi, karena melalui beberapa kali proses untuk mendapatkan tepung lele yang halus,” paparnya.

Setelah diperoleh tepung, langkah selanjutnya mempersiapkan bahan-bahan es krim, diantaranya memanaskan santan susu. Untuk adonan I dimulai dengan mencampur tepung ikan, perasa, susu dan santan yang telah dipanaskan. Saat gelembung mulai timbul maka pemanasan dihentikan.

Untuk adonan II adalah mencampur tepung ikan, perasa, santan dan dipanaskan. Telur, vanili, gula diblender dengan adonan I. Semua bahan dipanaskan sampai mengental.

“Kemudian tuangkan ke dalam wadah es krim dan masukkan ke dalam kulkas,”kata Sri Wahyuni sambil menambahkan biasanya untuk 1 kg lele didapatkan sekitar 80 gram tepung lele. (Sumber : KR Jogja)

(15)

Dalam usaha Budidaya lele kita juga bisa membuat ramuan pakan organik yang berbahan dasar “Ampas Tahu” dengan tujuan agar lele dapat berkembang seperti di habitat aslinya yaitu memakan makanan yang berasal dari bahan organik dan ikan lele akan tumbuh dengan baik.

Selain itu hal tersebut juga untuk menekan atau mengurangi biaya pengeluaran serta mengurangi menumpuknya limbah dari Ampas Tahu tersebut.

Cara Pembuatan Pakan Lele dari Ampas Tahu

Sebelumnya persiapkan bahan-bahan pembuatan pakan lele dari Ampas Tahu sebagai berikut:

1. Ampas Tahu 5 Kg

2. Dedak Halus 5 Kg

3. Tepung Ikan 1 Kg

4. Tetes Tebu/Molases 1 liter

5. Probiotik(EM4-Perikanan) : 200 ml

6. Ragi Tempe 2 sdm

Setelah seluruh bahan dicampur dan diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam

drum/ember/kantong plastik yang diberi lobang udara dengan menggunakan selang untuk mengalirkan gas/udara yang ujungnya ditutup plastikatau bekas gelas air mineral tetapi jangan terlalu tertutup rapat(sebagian terbuka untuk keluar masuknya oksigen).

Kemudian simpan dan dibiarkan selama +/- 5 hari agar terjadi proses fermentasi secara alami.

Setelah di Fermentasi 5 hari Pakan Lele Organik sudah bisa dimanfaatkan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Bisa diberikan langsung ke Lele dengan cara dikepalkan sehingga lele bisa mengkonsumsi secara langsung

2. Disarankan diberikan ke Lele yang umurnya diatas 1 bulan dari penebaran ukuran benih 5-7/7-9, sebelumnya bisa diberikan dari hasil fermentasi dan pakan alami pupuk kandang

3. Pemberiannya jangan bersamaan dengan pemberian pellet ikan

(16)

5. Frekwensi pemberian pakan lele organik dari ampas tahu ini bisa 2 – 3 kali sehari diberikan pada pagi/siang hari

6. Pembudidaya Lele

Indramayu Tak Terpengaruh

Cuaca

7. Published on June 18, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 0

8.

9.

10.Pasokan ikan lele hasil panen petani tambak di Kecamatan Kandanghaur seperti tak tergoyah cuaca. Saat hujan maupun panas usaha budidaya air tawar mereka tetap memberikan keuntungan para petaninya.

11.Pemantauan Senin (17/6) petani tambak memanen hasil tanaman lele mereka. Harga jual ikan lele size 9 ekor per Kg bertahan Rp13 ribu. Jangkauan pemasaran ikan lele dari Indramayu itu menjangkau kota kota besar seperti Jaakrta dan sekitarnya dan Bandung dan sekitarnya.

(17)

13.Setiap kolam lele memberi keuntungan petani tambak antara Rp3 juta hingga Rp5 juta dengan masa panen selama 4 bulan. Selain kemudahan pemaaran, petani tambak lele pun tidak kesulitan mencari bibit maupun pakan.

14.“Bibit kita beli seharga Rp120 per ekor seukuran rokok mild. Setelah 4 bulan dipelihara berat ikan lel mencapai rata rata 1,1 ons,” katanya.

15.Pakan lele selain menggunakan pakan produk pabrik juga bisa menggunakan pakan buatan seperti ikan ikan kecil, nasi bekas, dedak serta daun kangkung dan lumut.

16.Di Kecamatan Kandanghaur saat ini terdapat ratusan petani tambak lele yang setiap saat tanpa terputus memasok kebutuhan lele ke Jakarta, Bandung dan lokal

Indramayu. (Sumber : Poskota)

17. Pembudidaya Ciparay

Coba Sistem Baru

Pendederan Lele

18.Published on June 11, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 0

19.

(18)

21.Para pembudidaya ikan di Ciparay Kabupaten Bandung melakukan uji coba sistem baru pendederan benih ikan lele dengan menggunakan jaring.

22.“Kami berharap sistem ini bisa meningkatkan nilai tambah untuk budidaya lele,” kata Ojat, salah seorang petani ikan di Ciparay Bandung, Senin.

23.Pemeliharaan benih ikan lele dilakukan di kolam dengan menggunakan jaring atau yang dikenal petani dengan sebutan waring.

24.Benih ikan lele yang baru berusia dua hingga tiga hari dibesarkan di dalam jaring yang di simpan di tengah-tengah kolam yang juga dipakai untuk memelihara ikan biasa.

25.“Pakannya yang beda, biasanya menggunakan cacing, namun dengan sistem baru ini diberi pakan ikan yang halus,” kata Ojat.

26.Dibandingkan dengan cara konvensional, kata dia, pemeliharaan lele dengan sistem baru ini lebih efektif dan tingkat keberhasilannya lebih maksimal.

27.“Angka kematiannya lebih rendah, kami baru dua bulan ini mengembangkan dan hasilnya cukup terlihat,” katanya.

28.Ikan lele kemudian dipelihara selama dua pekan, kemudian pada usia itu yang disebut ‘bagar’ kemudian dilelang kepada petani ikan pendederan atau pembesaran.

29.Selama ini pembenihan dan budidaya ikan mas di kawasan Bandung selatan baru sebatas selingan dari pembudidayaan ikan mas Majalaya.

30.“Pasar benih lele cukup potensial dan selama ini tidak terpenuhi. Mudah-mudahan sistem baru ini memberikan hasil,” kata Ojat yang juga anggota salah satu kalompok petani ikan di kawasan itu.

(19)

Cara Membuat Pakan Lele

Organik Dari Kotoran Sapi

Published on June 10, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 6

Budidaya ikan lele organik mempunyai beberapa kelebihan dari lele non organik. Terutama dari segi penghematan biaya pakan, rasa, dan manfaatnya untuk kesehatan.

Budidaya ikan lele sudah ada dimana-mana karena memang banyak sekali peminatnya, namun tidak sedikit yang gulung tikar sebab kian melambungnya harga pakan lele. Harga pakan lele yang mahal tak sebanding dengan hasil panen dan jerih payahnya.

Akan tetapi bagi peternak lele organik, mahalnya harga pakan tidak jadi soal. Sebab pembudidaya lele organik tidak menggunakan pakan pelet buatan pabrik, tapi membuat pakan buatan sendiri dari kotoran sapi.

Budidaya lele dengan pakan organik dari kotoran sapi banyak sekali manfaatnya. Diantaranya adalah :

1. Kandang sapi menjadi lebih bersih.

2. Hemat biaya perawatan.

3. Air kolam tidak berbau busuk.

4. Tidak perlu mengganti air kolam.

(20)

6. Memberi pendapatan tersendiri bagi peternak sapi di sekitar.

7. Bobot ikan lele lebih berat dan harga jualnya lebih tinggi.

8. Lebih aman untuk kesehatan.

9. Nilai gizinya lebih tinggi dan kolesterolnya lebih rendah.

10. Air bekas budidaya lele organik sangat baik untuk memupuk tanaman.

Budidaya ikan lele organik lebih hemat biaya produksi. Pasalnya penggunaan pakan organik dari kotoran sapi sangat menghemat biaya pakan. Sebagai perbandingan, saat ini harga pellet buatan pabrik sudah di atas Rp.8.000 per kilo. Sedangkan harga pakan lele organik hanya Rp.2.000 per liter.

Untuk menghasilkan 1 ton ikan lele siap konsumsi, pakan yang dibutuhkan jika

menggunakan pellet bisa mencapai 1 ton. Sedangkan jika menggunakan pakan organik hanya membutuhkan 2.300 liter. Bobot ikan lele organik juga lebih berat dari non organik. Satu kilo gram ikan lele non organik, umumnya isinya berjumlah 8 sampai 9 ekor.

Sedangkan lele organik jumlah perkilo gramnya hanya 7 sampai 8 ekor.

Cara Membuat Pakan Lele Organik Dari Kotoran Sapi

1. Kumpulkan kotoran sapi yang telah di angin-anginkan selama kurang lebih 1 minggu

2. Dalam keadaan kering kotoran sapi tersebut di masukkan ke dalam kolam / bak penampungan

3. Campurkan larutan fermentor/Probiotik EM4 dan tetes tebu/gula dengan perbandingan 1 liter fermentor 2 liter tetes tebu/gula dan 10 liter air sampai merata.

4. Dalam waktu 7-10 hari akan tumbuh plankton-plakton yang akan menjadi pakan utama lele.

5. Cara pemberian pakan untuk lele cukup diambil beberapa ember dari kolam yang berisi plankton tadi kemudian di masukkan kedalam kolam lele dan dalam waktu kurang lebih 3- 4 bulan lele bisa di panen.

(Sumber : E-Petani Deptan)

Brownies Ikan Lele Karya KWT

Kartini Mandiri

(21)

Melihat Potensi lain dari ikan lele maka kelompok Wanita Tani Kartini Mandiri di Kelurahan Tipar, Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengembangkan usaha pembuatan kue brownies dengan bahan baku ikan lele.

“Pembuatan brownies dari ikan lele ini ide awalnya karena melihat potensi lele di daerah kami, sehingga diputuskan untuk mencari makanan unik dan timbul ide membuat brownies dari ikan lele,” kata Ketua KWT Kartini Mandiri Ine Susanti kepada wartawan, Rabu (22/5).

Saat ini, usaha brownies lele sudah banyak diminati sebab selain lezat, kadungan

proteinnya pun tinggi karena lele merupakan ikan yang memiliki kadar protein cukup tinggi.

Harganya yang ditawarkan cukup murah, mulai dari Rp2 ribu sampai Rp30 ribu tergantung besarnya kue tersebut. Keuntungan dari penjualan kue ini akan dibagikan kembali ke anggota KWT, karena tujuan dibuatnya usaha ini untuk membantu wanita agar bisa mendapatkan penghasilannya di rumah.

(22)

Potensi Bisnis Pembenihan

Lele

Published on May 21, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Peluang Usaha 0

Senin malam (20/5) sekitar pukul 21.00 WIB, dua orang pria terlihat duduk di bawah pohon duku dalam suasana yang remang-remang, dan di hadapannya terdapat empat kolam terpal berukuran 1,5 Mx2,5 M.

Mata kedua pria yang kemudian diketahui bernama Aman (46) dan Ma`mun (43), terus tertuju pada satu kolam yang berada di sebelah kiri.

Setelah didekati, ternyata di dalam kolam yang berisi air dengan kedalaman sekitar 30 centimeter tersebut terdapat kakaban, yakni ijuk pohon enam yang dijepit dengan belahan bambu. Dalam kolam itu terdapat dua ekor lele dombu (sepasang).

“Kami sedang memijahkan (menelurkan) lele,” kata Aman singkat, ketika ditanya kegiatan yang sedang dilakukannya.

Dua jam kemudian, tampak dua ekor lele tersebut saling berkejaran. Pejantan terus mengejar betinanya.

(23)

“Kalau mau bertelur lele betina akan menuju ke ijuk, dan di ijuk itulah akan bertelur. Nanti telur-telurnya menempel di ijuk,” kata Aman menyambung pembicaraan rekannya.

Suasana hening, dan semua mata tertuju pada sepasang ikan lele yang sedang berkejaran dalam kolam terpal.

Tiba-tiba “gocoprok” suara air yang “disapu” ekor lele betina, dan bersamaan dengan suara tersebut, lele betina tersebut mengeluarkan telur-telur dari dalam perutnya. Lele betina itu terus mengeluarkan telur selama sekitar setengah jam.

Ribuan telur berbentuk bulat dengan ukuran lebih kecil dari kacang ijo itupun menempel di kakaban. Semua ijuk yang ada dalam kolam tersebut penuh ditempeli telur ikan lele.

Sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, Aman mengambil kedua ekor ikan lele dari kolam terpal, dan kembali dimasukan dalam kolam penyimpanan dengan cara dipisahkan.

“Penyimpanan indukan dengan pejantan harus dipisahkan. Kalau tidak indukan yang ada dalam kolam penyimpanan bisa bertelur,” katanya.

Menurut dia, indukan yang sudah bertelur, akan kembali bisa dipijahkan atau ditelurkan pada tiga-empat bulan mendatang.

Mengenai telur ikan lele yang ada dalam kola terpal, menurut dia, paling lambat 12 jam akan menetas seluruhnya.

“Setelah dua minggu, disortir. Lele yang agak besar dipisahkan ke kolam yang telah kami sediakan. Jika tidak maka akan memakan yang kecil, karena sifat ikan tersebut

kanibalisme,” ujarnya.

Aman menjelaskan, setelah dua hari menetas, benih ikan lele akan diberi pakan cacing sutera, yang banyak diperjualbelikan dengan harga Rp15 ribu per liter. Pemberian cacing sutera dilakukan hingga benih berumur 14 hari.

“Setelah itu pakannya kita ganti dengan produksi pabrikan, dan pada usia 20 hari biasanya benih mencapai ukuran dua-empat centimeter dan sudah bisa dijual,” katanya.

(24)

“Untuk literan harganya Rp50 ribu per liter, sedangkan hitungan Rp50 per ekor. Sebenarnya kalau diperhitungkan sama saja,” katanya.

Ma`mun menambahkan, cukup banyak petani pembenih lele di Kelurahan Pagadungan, dan semunya menjual lele dalam kondisi masih kecil, atau tidak akan disiapkan untuk pembesaran, karena biayanya cukup mahal.

Menurut dia, dari satu ekor betina ukuran sebesar pergelangan tangan orang dewasa, bisa menghasilkan benih lele berkisar 20 ribu-30 ribu ekor.

“Kalau kami jual pada umur 20 hari bisa menghasilkan sekitar Rp700 ribu-Rp900 ribu, sedangkan modal yang dikeluarkan untuk membeli pakan sekitar Rp200 ribu-Rp300 ribu, jadi masih ada untung Rp500 ribu-Rp700 ribu,” katanya.

Permintaan tinggi

Permintaan benih ikan lele cukup tinggi, tidak hanya dari petani pembudidaya lokal namun dari juga dari Kabupaten Lebak, Serang dan Kota Cilegon.

“Permintaan banyak, kadang mereka menanyakan sudah memijahkan atau belum, kalau kita katakan sudah, maka 20 hari setelah pemijahan mereka akan datang dan membeli seluruh benih lele,” katanya.

Biasanya, kata dia, pembeli membeli seluruh ikan lele satu indukan, berapapun jumlahnya, pertimbangannya karena ukurannya relatif sama, jadi ketika dibesarkan pun akan sama, jadi bisa dipanen bersamaan.

Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, Banten, Bedjo membenarkan tingginya permintaan benih ikan lele di daerah tersebut.

“Di Pandeglang cukup banya pembudidaya ikan lele dan selama ini mereka mendatangkan benih dari Sukabumi, karena produksi lokal relatif kurang,” katanya.

(25)

Pembenihan itu, kata dia, bekerja sama dengan Balai Besar Benih Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang telah berpengalaman karena telah lama melaksanakan usaha tersebut.

Balai Besar Benih Sukabumi, kata dia, memiliki indukan ikan air tawar berkualitas yang telah bersertifikat.

“Kami meminjam indukan dari Balai Besar Benih Sukabumi supaya benih yang dihasilkan berkualitas sehingga tidak merugikan bagi pembeli,” katanya.

Mengenai sistem kerja sama, kata dia, yakni DKP Pandeglang akan meminjam indukan dari balai benih tersebut untuk dipijahkan atau ditelurkan, setelah bertelur dikembalikan.

Selain itu, kata dia, DKP Pandeglang siap menyuplai benih ke Sukabumi dan sekitarnya, kalau pasokan dari Balai Besar Benih Sukabumi tidak mencukupi.

Terkait penjualan benih dari Balai Benih Ikan (BBI), menurut dia, akan lebih difokuskan pada pengadaan benih yang anggaranya dari bantuan, baik dari dana alokasi khusus (DAK) maupun pemerintah kabupaten dan provinsi.

“Dengan membeli benih dari BBI maka ada retribusi untuk pemasukan PAD, dan ini sesuai dengan Perda No.12 tahun 2012 yang didalamnya menyebutkan benih ikan kena retribusi,” katanya.

Selama ini, kata dia, pengadaan benih dari bantuan pemerintah membeli dari pihak ketiga sehingga tidak ada retribusi atau pemasukan bagi daerah.

Selain itu, Dinas Keluatan dan Perikanan Pandeglang juga akan membangun pasar benih Cipeucang yang merupakan pusat penjualan benih ikan air tawar.

“Tahun ini kami merencanakan membangun pasar benih, mudah-mudahan bisa direalisasikan,” katanya.

Pasar benih itu, kata dia, akan dibangun di lokasi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI) Cepeucang, Kecamatan Cimanuk.

(26)

“Penataan yang dilakukan pun tidak terlalu rumit, yakni tinggal membuka pagar saja, sudah layak menjadi tempat penjualan benih,” katanya.

Pembangunan pasar benih itu, kata dia, guna memperlancar penjualan benih yang juga telah diprogramkan oleh DKP Kabupaten Pandeglang.

Ia mengaku optimistis pasar benih tersebut akan berjalan, mengingat tingginya permintaan benih ikan, terutama lele dan ikan mas, dari masyarakat. (Sumber : Antaranews)

Siasati Lahan Sempit, Petani

Lele Bandung Gunakan Sistem

Tumpang Sari

Published on May 7, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 2

Sejumlah petani lele di kawasan Bandung selatan mulai mengembangkan budidaya ikan lelesecara tumpang sari dengan menggunakan jaring terapung di tengah kolam.

(27)

Pengembangan sistem pemeliharaan lele dengan cara menggunakan jaring atau waring ukuran besar di tengah kolam itu dipandu oleh seorang sarjana lulusan IPB Bogor.

Menurut Dede, dengan sistem baru itu, seorang petani ikan tetap bisa memelihara ikan lainnya di luar jaring, sedangkan ikan lele dibatasi dengan jaring.

“Sistem pemeliharaanya sama dengan mengurus lele biasanya, juga pakannya sama. Namun dengan sistem ini memudahkan petani untuk menyortir lele yang bisa dilakukan dua pekan sekali,” kata Dede.

Pola pemeliharaan lele dengan cara itu, kata Dede diharapkan bisa meningkatkan

produktivitas sektor perikanan petani ikan di Bandung selatan yang selama ini fokus pada pembenihan ikan.

“Harga lele cukup stabil, dan pasarnya cukup terbuka. Selama ini pasokan lele untuk konsumsi di Bandung atau ke Jabodetabek masih kurang,” kata Dede.

Selain menerapkan pemeliharaan lele dengan sistem baru itu, petani di Ciparay juga mendapat pendalaman teknik memelihara lele termasuk mengantisipasi penyakit dan virus yang kerap menyerang lele.

Selama ini para petani di kawasan Bandung selatan lebih banyak ke pembenihan ikan mas strain Majalaya, dan sedikit yang melakukan pemeliharaan ikan daging.

“Biasanya pendederan dilakukan di Bojongsoang, sedangkan pembesaran di Bendungan Cirata. Sayangnya luas kolam di Bojongsoang dan Mengger terus menyusut,” kata Dede Darsono menambahkan.

(28)

Tak hanya sayur saja yang organik, bebas zat kimia. Kini budidaya ikan juga ada yang organik. Kelompok Perikanan Mina Rukun di Desa Gelaran II, Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul mengelola ikan secara organik tanpa menggunakan bahan kimia.

Bahkan kelompok perikanan Mina Rukun di desa Gelaran II, Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Senin (8/4) terpilih sebagai wakil Gunungkidul dalam penilaian perikanan tingkat provinsi.

Ketua Kelompok Mina Rukun, Aminto mengatakan, mereka tidak menggunakan bahan kimia apapun untuk budidaya ikan lele dan budidaya ikan nila di Gelaran II.

Aminto menjelaskan, di Gelaran II warga tidak hanya melakukan usaha perikanan. Mereka juga sekaligus melakukan upaya pelestarian lingkungan. Beberapa ikan yang mereka hasilkan tidak semuanya dipanen, beberapa dikembalikan ke habitatnya di sungai yang membelah dusun itu.

Kesadaran warga terhadap lingkungan itu diakui Aminto merupakan hasil dari pelajaran yang dipetik pada masa lalu. Dulu, menurut Aminto, warga pernah mencari ikan di sungai dengan menggunakan racun. Akibatnya sungai Gelaran sempat tercemar dan merusak habitat ikan.

Berkaca dari peristiwa itu, warga kemudian bersama-sama melakukan rehabilitasi

(29)

pembiakan ikan dilakukan secara alami, mulai dari pakan hingga suplemen tambahan untuk menghindarkan ikan dari penyakit.

Imbas dari upaya itu, kini sumber air di Gelaran juga dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh warga setempat.

Ketua tim penilai, Aning Indrawati mengatakan, konsep yang diusung masyarakat Gelaran memang tergolong unik. Mereka enggan menggunakan pakan dan suplemen kimiawi.

Sebagai gantinya, warga menggunakan bahan yang ada di sekitar mereka, seperti bekicot dan tiwul.

Dengan cara itu, mereka mampu menghemat biaya penyediaan pakan karena tinggal mengambil dari bahan yang ada di sekitar mereka.

Selain itu, konsep kelestarian yang diusung warga juga dinilai positif karena mampu melestarikan kondisi alam di desa itu.

“Bahkan untuk mengobati penyakit jamur pada ikanpun mereka pakai bahan alam seperti pace,” tambah Aning. (Sumber : Harian Jogja)

Budidaya Lele Organik, Siasati

Mahalnya Harga Pelet Ikan

(30)

Harga pelet ikan terus melambung. Pembudi daya lele di Tasikmalaya menjerit. Kondisi ini tentu tidaklah ideal untuk meningkatkan kesejahteraan para pembudi daya.

Kini, sekitar 70% biaya budi daya lele tergerus harga pakan, padahal masih ada sejumlah biaya operasional lainnya yang dibutuhkan pembudi daya agar bisnisnya bertahan.

Menurut pembudi daya lele asal Desa Sukaratu Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya, Syaiful Manan (40), mengaku terus kebobolan biaya pakan karena harga pelet mahal. Sementara itu, harga jual lele tidak sebanding dengan biaya operasional yang habis untuk membeli pelet.

“Ah susah mengandalkan pakan yang mahal mah. Jika saya kalkulasi keuntungan, dengan mengandalkan pakan saat ini, dari benih seribu ekor lele, maka saat panen hanya

mendapatkan Rp100 ribu. Itu kalau mulus, kalau lele mati sepuluh persen, berarti sudah rugi,” keluhnya kepada INILAH, Minggu (7/4/2013).

Petani lainnya, Imat Ruhimat (32), menuturkan hal yang sama. Dia mengatakan pakan lele jenis pelet yang paling murah saja, satu bal (sekitar 30 kg) harganya lebih dari Rp100 ribu, sementara pertumbuhan lele bergantung pada makanannya.

“Serba salah, kalau mengandalkan pakan maka akan bobol di modal, sementara tidak cukup asupan makanannya lele, akan kanibal,” terangnya.

“Pemberian pakan yang tidak teratur juga berakibat fatal bagi lele,” tambahnya.

Dia berharap, ada solusi dari pemerintah agar harga pakan dapat terjangkau oleh petani. “Juga pemasaran harga lele harus memihak, petani bisa mendapatkan laba, tidak habis untuk pakan saja,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu pemerhati pertanian lele, Bari Purnomo (45) mengatakan para petani lele saat ini perlu teknik baru yang tidak mengandalkan pakan dari pelet.

“Saat ini, petani lele jangan mengandalkan pelet, susah untungnya kalau hanya mengandalkan pelet atau membeli tambahan pakan lain dari toko,” kata penyuluh Komunitas Petani Cahaya Muda Tasikmalaya ini.

(31)

“Jika mau ngulik dan mencari inovasi, insya Allah banyak cara untuk budi daya lele tanpa harus membeli pakan. Kita sedang mencoba budi daya ikan lele hanya dengan

mengandalkan pakan dari kompos, limbah kandang dan sejumlah limbah organik lainnya. Tapi memang, untuk mencoba budi daya organik, petani perlu sedikit rajin dan mau belajar lagi,” jelasnya.(Sumber : Inilah)

Sunardi ‘Raja’ Istana Lele

Situbondo

Published on April 4, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses 0

Cukup lima belas menit menunggu. Seorang pelayan sudah datang membawa enam tusuk lele panggang plus nasi hangat, lalapan dan sambal cabe merah ke meja. Aroma lele panggang dari perapian langsung menggoda selera. Menu ini menjadi andalan warung Istana Lele di Jalan Raya Banyuwangi, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur.

Warung ini hanya berjarak lima kilometer di utara Taman Nasional Baluran. Istana Lele menjadi pilihan saya makan siang, Selasa 2 April 2013 lalu karena warungnya nyaman. Ada 10 gazebo yang bisa dipilih sebagai tempat menikmati lele sambil lesehan. Di pinggir gazebo, saya bisa menikmati hamparan ladang jagung milik petani.

(32)

altrnatif. Tapi sebagai menu utama, lele panggang sangat sayang sekali bila dilewatkan begitu saja.

Daging lele disajikan cukup empuk. Bumbu merah khas warung ini, merasuk hingga ke dagingnya. Rasa pedas sambal terasa sempurna.

Ukuran lele yang disajikan lebih besar dan gemuk dibandingkan lele yang kerap ditemui. Rahasia lainnya, lele di warung ini dibudidayakan secara organik. Sunardi, 56 tahun, pemilik Istana Lele, mengatakan, Istana Lele didirikan pada 2002. Bermula dari profesi sampingannya sebagai peternak lele, Sunardi mendapat pesanan lele goreng dari teman-temannya. Ternyata banyak kawannya ketagihan dengan masakan Sunardi dan

menyarankan dia membuka warung.

Lelaki dua anak itu kemudian membuka warung kecil-kecilan di depan rumahnya. Saat itu pensiunan pegawai Balai Penelitian Tanaman Pertanian ini membuka warung di perumahan balai. Sehari sebanyak lima kilogram lele habis terjual. Istana Lele semakin ramai dan warungnya sudah tak mampu menampung pembeli.

Lima tahun kemudian, Sunardi memindahkan Istana Lele di tempat seperti sekarang ini, yang berjarak 300 meter dari warung sebelumnya. Di lahan 6.000 meter persegi ini, Sunardi membangun rumah, mendirikan 10 gazebo plus 7 kolam lele. “Sekarang paling sedikit 50 kg lele habis,” kata dia, Selasa 2 April 2013.

Tujuh kolam lele miliknya, ternyata kurang untuk memenuhi kebutuhan. Sunardi akhirnya bekerja sama dengan satu kelompok petani lele di desanya. Dalam satu minggu, dia membeli 2 kwintal lele dari petani. Selain itu dia juga mendatangkan bahan baku dari Kabupaten Jember sebanyak 6 kwintal dalam sebulan.

Seluruh lele yang dihidangkan dibudidayakan dengan cara organik. Pakan lele tak menggunakan konsentrat tetapi tepung ikan, tepung udang plus 12 campuran organik lainnya. Dengan pakan organik inilah, lele milik Sunardi lebih berdaging dan panjang.

Cara membuat lele panggang ternyata gampang. Setelah dibersihkan, lele kemudian dipanggang seperti sate. Setelah itu dilumuri bumbu rujak. Lele disimpan dulu hingga ada pembeli kemudian dipanggang lagi supaya tetap hangat. Cara seperti ini, kata Sunardi, yang membuat penyajian lele tidak butuh waktu lama.

(33)

pernah sepi pengunjung. Pelanggannya justru banyak berasal dari luar Kabupaten Situbondo seperti Banyuwangi hingga Bali.

Rahmawati, pembeli Istana Lele dari Banyuwangi, mengatakan, rasa lele panggang cukup gurih di lidah. Apalagi tidak banyak warung yang menyediakan menu lele panggang. “Kebanyakan hanya menjual lele goreng,” kata dia.

Dia mengaku baru pertama kali makan di Istana Lele. Namun nama Istana Lele cukup sering dia dengar dan direkomendasikan oleh teman-temannya.

Tak terasa, satu porsi lele yang saya santap kini tinggal tulang-belulangnya saja. Pedas dan gurih lele panggang yang tersisa di lidah saya tutup dengan es jeruk manis. Sungguh makan siang saya terasa sempurna. (Sumber : Tempo)

Bekasi Butuh Pasokan Benih

Lele & Patin

Published on April 3, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 11

(34)

Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanlut) Kabupaten Bekasi,

Abdurrofiq mengakui, untuk memenuhi kekurangan bibit ikan air tawar itu, para peternak di Kabupaten Bekasi banyak membeli bibit ikan ke Kabupaten Subang yang sudah mampu memproduksi sedikitnya 500 ribu ekor.

Abdurrofiq menegaskan, salah satu alasan yang menjadi kendala kurangnya produksi ikan air tawar di Kabupaten Bekasi, yakni keterbatasan lahan.

“Kalau cara pembibitan, balai benih di Kabupaten Bekasi sudah mampu, tapi karena memang keterbatasan lahan yang membuat produksi lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan peternak,” ujar Abdurrofiq, seraya mengatakan, untuk itu, karena Kabupaten Subang dianggap sudah mampu memproduksi ikan air tawar dengam baik, maka pihaknya pun bersama-sama perwakilan komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Kabupaten Bekasi, melakukan studi banding ke balai pembibitan ikan di Kabupaten Bekasi.

“Pasti kami juga bisa melakukan seperti di Kabupaten Subang, namun perlu proses. Subang sudah punya aturan tentang perikanan, dan itu memang sangat membantu,” kata Abdurrofiq.(Sumber : Berita Bekasi)

Permintaan Benih Lele

Melonjak di Bangka

(35)

Permintaan benih ikan lele di Balai Benih Ikan (BBI) Sungailiat sejak awal tahun 2013, mengalami peningkatan hingga akhir Maret 2013 yakni mencapai 20.600 ekor. Untuk bulan Janurai 2013, permintaan benih ikan lele sebanyak 2.480 ekor, bulan Februari 2013

sebanyak 12.710.

Menurut Kepala Balai Benih Ikan (BBI) Sungailiat, Sujono, meningkatnya permintaan benih jenis ikan ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat untuk tiga atau empat bulan kedepan. Untuk memenuhi permintaan petani tambak akan benih ikan, BBI pun menjalin kerjasama dengan sejumlah petani tambak lainnya yang tergabung dalam Unit Pembenihan Rakyat (UPR), yang juga melakukan pemijahan ikan lele.

Dikataannya, ada sekita 14 UPR yang tersebar didelapan kecamatan di Kabupaten Bangka, yang selama ini menjalin kerjasama dengan BBI Sungailiat guna memenuhi kebutuhan benih untuk semua jenis ikan terutama ikan lele.

Tingginya konsumsi ikan lele, diungkapkan Sujono karena adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dari ikan laut yang sebelumnya disukai beralih ke ikan air tawar khususnya ikan lele. Selain ikan lele yang tinggi permintaannya, juga terjadi peningkatan permintaan yang sama untuk jenis benih ikan nila merah, nila gift, gurami dan ikan mas.

Terhitung sampai dengan akhir Maret 2013, dijelaskan Sujono, total permintaan benih ikan nila merah mencapai 14.780 ekor. Masing-masing pada bulan Januari 2013 sebanyak 6.200 ekor, Februari 2013 sebanyak 6.850 ekor dan Maret 2013 sebanyak 1.730 ekor. Jadi total benih nila gift yang berhasil BBI Sungailiat salurkan ke petani tambak sesuai dengan permintaan sampai akhir Maret 2013 sebanyak 11.750 ekor.

Penyaluran benih kepetani pada bulan Januari 2013 sebanyak 3.200 ekor, Februari 2.300 ekor dan Maret 2013 sebanyak 6.250 ekor.

Sedangkan untuk jenis benih ikan gurami jelas Sujono, mencapai total 4.402 ekor hingga akhir Maret 2013. Jumlah tersebut mengalami penurunan permintaan pada setiap

bulannya. Pada Januari 2013 sebanyak 2.040 ekor, Februari menurun permintaan menjadi 1.225 ekor dan sampai akhir Maret 2013 kembali menurun hanya sebanyak 1.137 ekor.

(36)

Untuk penyaluran jenis benih ikan mas juga mengalami peningkatan permintaan yakni, pada Januari 2013 sebanyak 2.340 ekor, Februari 2013 sebanyak 6.545 ekor, untuk penyaluran benih jenis ikan ini dibulan Maret belum dapat direkap” tutupnya. (Sumber : Rakyat Pos)

Lele Masamo, Panen Lebih

Cepat Untung Berlipat

Published on March 27, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 0

Ikan lele termasuk jenis ikan air tawar yang banyak penggemarnya di Indonesia. Seperti ikan lainnya, lele juga mempunyai banyak varian atau spesies. Salah satu ikan lele yang mulai populer adalah lele masamo.

Pada dasarnya, setiap jenis lele berasal dari indukan lele dumbo. Namun dengan

penanganan dan cara budidayanya berbeda, lahirlah varietas lele, seperti lele sangkuriang, lele phyton, dan lele Masamo. Setiap varietas memiliki keunggulan tersendiri.

Lele masamo dibawa ke Indonesia oleh PT Matahari Sakti, yang juga perusahaan pakan lele pada 2010 lalu. Tidak ada yang mengetahui persis dari negara mana lele masamo ini berasal. Ada yang bilang dari Korea Selatan, Thailand atau bahkan Afrika.

(37)

Lele ini, misalnya, dapat hidup di daerah pegunungan dengan kondisi air dan cuaca yang sangat dingin. Selain fisiknya kuat, lele masamo bisa dipanen lebih cepat.

Pertumbuhan lele ini tergolong cepat karena makannya juga kuat. Achmad bilang, masa panen lele masamo sekitar dua bulan. ” Paling lama 2,5 bulan tergantung penanganan,” katanya.

Sementara masa panen lele jenis lain sekitar tiga bulan. Permintaan lele masamo di pasar juga tinggi. Ia mengaku, setiap panen lele masamo selalu habis diserap pasar.

Achmad memiliki beberapa hektar kolam yang tersebar di daerah Malang. Selain masamo, ia juga mengembangkan lele jenis lain. Khusus lele masamo, dalam sebulan ia bisa

menjual 30.000 ekor bibit ukuran 5 centimeter (cm) – 6 cm .

Harga per ekornya sekitar Rp 70. Omzetnya dari usaha budidaya lele masamo ini Rp 8 juta, dengan laba bersih Rp 2 juta per bulan.

“Omzet dari lele masamo ini mencapai 30% dari total penjualan seluruh lele jenis lain yang saya kembangkan,” katanya.

Peternak lain adalah Abdul Chafid asal Surabaya, Jawa Timur. Ia memiliki 12 kolam budidaya lele masamo di Pasuruan dan delapan kolam di Sidoarjo. Setiap satu kolam berukuran 2 x 5 meter.

Ia membenarkan, jika tubuh lele masamo lebih cepat tumbuh ketimbang lele jenis lain, sehingga masa panennya jauh lebih cepat.

Chafid bilang, masa panen lele masamo bahkan bisa mencapai 1,5 bulan saja, tergantung pakannya.

Setiap bibit lele masamo ukuran 5 centimeter (cm) dihargainya Rp 150 – Rp 250 per ekor. Selain bibit, ia juga menjual indukan seharga Rp 50.000 – Rp 200.000 per kilogram (kg).

Dalam sebulan, Chafid bisa meraup omzet Rp 100 dengan keuntungan bersih sekitar 10%. Ia mengaku, konsumennya berasal dari berbagai daerah, seperti Kalimantan dan Papua.

(38)

Dawet Ayu Da’Lele, Dijamin

Tidak Amis

Published on March 25, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Produk Olahan Ikan 0

Ikan lele biasanya diolah menjadi pecak lele, sambal lele atau abon lele. Namun, seorang lulusan IPB membuat inovasi, dawet dari daging ikan lele. Berwarna hijau, disajikan dengan santan, gula merah dan es batu.

Fedwi Anggi Indrayani (24), lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mewujudkan hasil olahan ikan lele. Bukan berupa lauk tetapi minuman dawet ayu khas Banjarnegara. Meski terbuat dari ikan, ia berani menjamin dawet buatannya tidak berbau amis.

“Siapa berani coba? Kalau amis saya beri gratis dan saya tambah uang Rp 100 ribu,” kata Anggi kepada calon pelanggannya di Festival Jajan Pasar dan Batik di kampus UNNES, Semarang, Jumat (22/3/2013).

Ide membuat dawet dari bahan ikan diperoleh Anggi saat ia mengetahui angka konsumsi ikan di Indonesia yang masih rendah. Padahal protein yang terkandung dalam ikan sangat penting untuk kesehatan.

(39)

dawet,” kata perempuan asal Desa Sered RT 03 RW 02, Kecamatan Madukara, Banjarnegara itu.

Wujud dan rasa dawet yang diberi nama Dawet Ayu Da’Lele itu tidak berbeda dari dawet ayu khas Banjarnegara pada umumnya. Cendolnya pun tetap berwarna hijau seperti dawet dengan tambahan daun pandan dan suji. Bahan utamanya memakai fillet ikan lele.

“Pertama untuk ikannya tidak langsung dipotong tapi dipukul kepalanya sampai mati. Lalu saat mengiris dagingnya atau membuat fillet. Harus dijaga pembuluh-pembuluh di perut jangan sampai pecah agar tidak amis,” tandasnya.

Kemudian daging fillet ikan lele dikukus, setelah itu dicampurkan dengan adonan tepung hunkwe, air daun pandan dan garam. Campuran tersebut kemudian dimasak sambil diaduk hingga menggumpal. Selanjutnya dicetak seperti membuat dawet biasa. Dawet ayu Da’Lele pun siap dihidangkan dengan campuran santan dan sirop gula merah.

“Komposisi adonannya, 30 persen daging ikan lele dan 60 persen bahan karbohidrat,” terang Anggi.

Saat ini minuman unik hasil ciptaannya itu sudah dijual di sejumlah sekolah. Bahkan bulan Mei mendatang Dawet Ayu Da’Lele khas Banjarnegara akan menjadi salah satu kuliner yang mewakili Indonesia dalam festival makanan hasil olahan produk laut internasional di Bangkok.

Dibalik keberhasilannya itu ternyata Anggi sempat dicemooh oleh rekan-rekannya. Banyak yang ragu bahkan muntah saat mencoba dawet ciptaan Anggi saat pertama kali diuji coba tahun 2012 lalu. Ia pun harus berulang kali mengukur takaran yang pas hingga 40 kali percobaan.

“Wah, dulu dihina dan dicemooh. Awal komposisi dagingnya 50 persen, enggak diterima karena cendol terlalu besar. Lalu diturunkan 40 persen ternyata biaya pembuatan masih tinggi setelah 40 kali mencoba selama tiga bulan, didapatkan komposisi daging 30 persen,” tutur perempuan yang saat ini mejadi dosen Politeknik Banjarnegara itu.

(40)

anak.”Produk perikanan mengandung asam amino essensial yang baik untuk otak dan tubuh,” tandasnya.

Salah satu pelanggat Dawet Ayu Da’Lele, Levita mengatakan dawet buatan Anggi tidak berbeda dari dawet lainnya, namun ada sedikit perbedaan tekstur pada cendol yang membuat dawet tersebut lebih unik dari kuliner sejenisnya. “Teksturnya sedikit beda tapi tetap enak,” kata Levita yang segera menyeruput Dawet Ayu Da’Lele. (Sumber : Detik Food)

Aceh Butuh Pasokan 1 Ton Ikan

Lele Per Bulan

Published on March 23, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 0

Setiap bulan pasar di sejumlah daerah Provinsi Aceh membutuhlan pasokan satu ton ikan lele yang belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh peternak ikan lokal. Mereka kewalahan karena produksi setiap bulan belum sampai sebanyak itu.

(41)

Di Lhokseumawe sendiri, ungkapnya, ada sejumlah peternak ikan lele seperti di Desa Blang Weu Baroh dan Buket Rata, Kecamatan Blang Mangat. Ada juga sebagian di Kecamatan Muara Dua dan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, namun mereka belum mampu memenuhi kebutuhan pasar yang semakin hari semakin banyak.

“Awalnya masyarakat Aceh kurang gemar mengonsumsi ikan lele, karena sudah terbiasa dengan ikan laut. Tapi sekarang peminatnya kian banyak, rumah-rumah makan juga sudah menyediakan menu ikan lele, begitu juga warung-warung lesehan, makanya permintaan juga meningkat drastis,” ungkapnya.

Zulfikar mengatakan produksi ikan lele perlu ditingkatkan, dia sendiri bersama rekan-rekan dari kelompok tani terus berupaya memanfaatkan peluang tersebut.

Zulfikar mengaku kelompok tani peternak ikan lele mendapat bantuan dari Bank Indonesia cabang Lhokseumawe. Mereka mendapat dukungan penuh dalam hal permodalan usaha, penyediaan bibit unggul, pakan dan kebutuhan lain.

Sekarang usaha peternakan ikan lele itu terus digulirkan ke kelompok lain. “Mudah-mudahan usaha yang sedang digeluti bisa terus berkembang dan bisa memenuhi kebutuhan pasar di Aceh,” ucapnya. (Sumber : Medan Bisnis)

Cara Pemijahan Alami Ikan

Lele

(42)

Pada dasarnya semua lele dewasa yang telah matang gonad akan berusaha untuk berkembang biak. Pembudidaya ikan lele tinggal mempersiapkan tempat dan lingkungan yang sesuai sehingga ikan lele yang telah matang gonad akan memijah secara alami tanpa menyuntikan hormon perangsang pemijahan.

Saat ini pemijahan alami ikan lele masih banyak diterapkan oleh para pembudidaya lele saat ini. Mereka beranggapan bahwa pemijahan lele dengan bantuan hormon atau tambahan obat-obatan belum tentu lebih baik dari teknik pemijahan alami.

Cara pemijahan alami ikan lele diyakini lebih baik daripada menggunakan teknik pemijahan buatan karena indukan lele tidak ‘dipaksa’ untuk mengeluarkan telurnya. Benih ikan lele yang dihasilkan dari proses pemijahan lele secara alami pun diyakini lebih unggul dibanding benih ikan lele hasil pemijahan buatan.

Berikut dibawah adalah cara untuk melakukan pemijahan ikan lele secara alami :

1. Siapkan kolam pemijahan lele dengan membersihkannya terlebih dahulu. Setelah itu masukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur. Untuk kolam berukuran 2 m x 2 m x 1 m, dibutuhkan kakaban sebanyak 10-12 buah. Kakaban diletakkan di dasar dan

diberikan pemberat berupa batu. Kakaban disusun berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak menempel.

(43)

3. Lakukan seleksi induk untuk mendapatkan induk lele yang siap memijah dan memiliki gonad yang berkualitas dan berpotensi menghasilkan banyak telur.

4. Setelah wadah terisi air, masukkan induk lele yang telah diseleksi ke dalamnya dengan perbandingan satu ekor jantan dan dua ekor betina. Biasanya, induk lele dipindahkan ke dalam wadah pemijahan pada sore hari sekitar pukul 15.00 – 17.00. Pemindahan dari kolam indukan ke kolam pemijahan dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan seser atau serokan.

5. Biarkan induk lele berada dalam kolam selama satu malam. Biasanya, ikan lele akan memijah pada malam hari sekitar pukul 22.00 – 02.00. Pada proses pemijahan, induk lele betina akan mengeluarkan telur dan dibuahi oleh sang jantan.

6. Lakukan pengecekan pada pagi harinya. Jika pemijahan berlangsung lancar, pada pukul empat pagi telur-telur akan memenuhi kakaban.

7. Pindahkan kakaban yang telah ditempeli telur secara hati-hati ke dalam kolam penetasan. Jika induk baru memijah pada pagi hari maka pemindahan kakaban dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 14.00 – 16.00. Setelah itu, tinggal menunggu telur menetas.

8. Selanjutnya, pindahkan indukan lele yang telah memijah dari kolam pemijahan ke kolam pemeliharaan induk. Induk lele betina dapat dipijahkan kembali setelah tiga minggu sampai satu bulan masa istirahat. Sedangkan induk lele jantan memerlukan waktu 1-2 minggu masa istirahat.

9. Kampung Lele Kapuk

Muara, Dari Banjir Menjadi

Berkah

10.Published on March 8, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses 0

(44)

12.

13.Engkong Mukhtar, 72 tahun, mengenang masa mudanya dulu di bilangan Kapuk Muara, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. “Dulu ini tanah semua, empang aja nggak ada. Cuman kebon!” katanya dalam logat Betawi kental. “Sekarang

kebanjiran!” lanjutnya.

14.Banjir itu memang jadi masalah di Jl. Kapuk Raya Swadaya III Rt. 006/02. Perlahan muka tanah dari tahun ke tahun mulai digenangi air. Menurut Andri Wahyudin, tokoh pemuda setempat, banjir melanda sejak 20 hingga 25 tahun yang lalu.

15.“Saat banyak dibangun permukiman-permukiman. Tanah mulai ditimbun dan tidak ada resapan air. Tiba-tiba saja kampung saya jadi yang paling rendah di kawasan ini. Kami korban tata kelola kota,” jelas Andri.

16.Genangan air berkumpul di kampung mereka. Kampung pun mulai menyesuaikan diri, hunian dibangun menjadi rumah panggung. “Bagi yang masih bertahan mereka membangun rumah panggung, yang tidak kuat bertahan lahan itu ditinggalkan,” lanjut Andri lagi.

17.Perlahan rumah yang ditinggalkan terendam air dan menjadi semacam danau-danau. “Dalam airnya sampai dua-tiga meteran.” jelas Andri.

18.Akhirnya danau itu menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat. Kampung menjadi kumuh dan kotor. Melihat kondisi itu sekelompok anak muda tercetus untuk membersihkan genangan air dari sampah itu.

19.Pada tahun 2007 muncul ide membudidayakan lele di atas lahan yang tergenang itu. “Karena budidaya lele masyarakat tak membuang sampah ke dalam air lagi,

ditampung di bak sampah di pinggir kolam. Ada warga yang nanti mengangkutnya” begitu jelas Andri.

20.Tahun pertama masih merugi, pada tahun 2009 mulailah keuntungan didapat. Mereka mulai menemukan formula yang tepat untuk membudidayakan ikan lele di atas genangan-genangan air itu. Yang mereka pilih adalah sistem jaring apung atau waring yang diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

(45)

jalan kecil di kampung. Kini mereka memiliki koperasi dan kelompok budidaya perikanan berbadan hukum.

22.Budidaya lele telah mengantar mereka membangun kampung jadi paguyuban. Bank sampah didirikan, begitu juga pendidikan anak di bawah lima tahun. Inovasi terus berlanjut, sekarang merambah ke komunitas kawasan. Mereka mulai memikirkan mangrove yang ada di pinggir pantai.

23.Lalu didirikanlah perkumpulan ‘Bale Mangrove’ untuk merekrut anak-anak muda untuk peduli lingkungan di kawasan Kapuk Muara. Gerakan paguyuban ini mereka namakan sebagai “Komunitas Kapuk” yang kemudian mendapat perhatian dari sejumlah lembaga.

24.Tahun ini kampung mereka menjadi salah satu juara kompetisi kewirausahaan sosial dari British Council Indonesia. Kompetisi itu memang mencari usaha yang berbasis komunitas untuk mengembangkan ekonomi rakyat. Sebagai hadiahnya mereka mendapat bantuan dana sampai Rp100 juta yang digunakan sebagai modal mengembangkan usaha budi daya ikannya.

25.Upaya mereka memang pantas mendapat acungan jempol dan bisa menjadi contoh kampung-kampung lain. Di kampung itu, banjir permanen bukan lagi dipandang bencana tapi menjadi berkah. (Sumber : National Geographic)

26. Permintaan Tinggi, Petani

Lele Beralih Budidaya

Lobster

(46)

28.

29.

30.Petani ikan lele di Kota Bekasi, mulai beralih ke budi daya lobster hias, menyusul tingginya permintaan masyarakat dan perawatannya yang mudah.

31.“Ikan lele sangat riskan terkena penyakit. Saya beralih ke lobster, setelah ada eksportir asal Galaxi, Bekasi Selatan, yang memberikan bibit pada 2011,” kata Indha Suryadi (53) di lokasi budi daya ikan miliknya di Jalan Umar, Kelurahan Mustika Jaya, Jumat.

32.Menurut dia, budi daya lobster hias merupakan salah satu peluang usaha yang selama ini masih kurang dilirik, sehingga kesempatan berbisnis masih terbuka luas untuk petani ikan air tawar dengan lahan yang tidak terlalu luas.

33.“Sampai sekarang saya sudah bisa mengekspor ke Jepang, Amerika, dan Singapura,” katanya.

34.Pada awal berkecimpung sebagai pembudi daya lobster, kata dia, jumlah bibit yang dimiliki sebanyak 30 ekor betina dan 15 ekor jantan. “Setiap satu betina mampu menghasilkan 1.400 anak,” katanya.

(47)

36.Lobster ini akan siap panen dari mulai telur sampai anakan selama 45 hari.

37.“Satu anakan dengan panjang dua inchi warna putih seharga Rp7.000 per ekor, warna orange Rp4.000 per ekor, dan warna merah Rp4.000 per ekor,” katanya.

38.Permintaannya bisa datang dari eksportir ikan hias, rumah makan, komunitas ikan hias, dan lainnya.

39.“Kalau sudah masuk toko ikan hias, harga lobster dengan ukuran yang sama bisa mencapai Rp35 ribu hingga Rp50 ribu per ekor,” katanya.

40.Menurut dia, permintaan lobster dari sejumlah rumah makan di Jakarta juga mengalami peningkatan.

41.“Bahkan, harga lobster saat ini sangat bagus, sekitar Rp380 ribu per kilogram untuk kualitas super dan Rp180 ribu per kilogram untuk kualitas biasa,” katanya.

42.Dikatakan Suryadi, pemeliharaan lobster sangat mudah hanya mengganti air sepekan sekali dari kolam yang rata-rata berukuran 1×1,5 meter.

43.“Lobster cukup diberikan pelet lele, buah dan sayuran,” katanya. (Sumber : Inilah)

(48)

46.

47.

48.Belum lama ini Pemerintah Kabupaten Rejang lebong (RL) meluncurkan bantuan sebanyak 60 unit kolam fiber untuk ternak lele kepada sejumlah kelompok peternak ikan wanita di sejumlah kecamatan.

49.Alhasil, panen raya Selasa (5/3) kemarin membuktikan kolam fiber dinilai efektif untuk beternak lele. Terbukti 1 unit kolam fiber yang berisikan 50 kg benih ikan lele, dapat menghasilakn sebanyak 200 kg usia panen.

50.“Bantuan ini kita serahkan khusus kepada kelompok peternak perempuan yang ada di RL. Kami yakin program kegiatan ini dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat Rejang Lebong ke depannya,” ungkap Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan RL, Ir. Amrul Eby, MM saat panen raya lele di Desa Air Meles Atas Kecamtan selupu Rejang, kemarin.

51.Amrul mengatakan, bantuan ini bertujuan untuk memberikan peluang bagi ibu rumah tangga menambah penghasilan keluarga dengan cara memanfaatkan waktu luang.

(49)

53.Dalam kegiatan panen raya yang dihadiri oleh seluruh Kepala SKPD RL tersebut, Bupati RL, H. Suherman, SE, MM menegaskan jika dengan adanya bantuan fiber serta benih lele bagi kelompok tani peternak perempuan ini dapat menambah perekonomian keluarga. “Saya lihat, dari panen raya di kelompok peternak Tunas Harapan ini dapat menghasilakan lele siap konsumsi yang lumayan banyak. Saya harap, bantuan ini benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat dan tidak

disalahgunakan,” kata Suherman.

54.Suherman meminta kelompok peternak juga dapat mampu mengembangkan hasil olahan ikan lele yang telah dipanen dalam berbagai macam bentuk pakan ataupun produk konsumsi olahan. “Ini adalah kesempatan yang baik bagi ibu-ibu untuk berkarya membantu suami,” pesan Suherman.

55.Diketahui, kolam fiber lele bantuan tersebut berukuran 3 kali 4 meter. Dalam setiap kolam di beri benih bantuan sebanyak 50 kg. Ikan mulai dipanen setelah berusia 2,5 bulan. (Sumber : Harian Rakyat Bengkulu)

56. Manfaatkan Lahan

Kosong, Divif-1 Kostrad

Budidaya Ikan Lele

57.Published on March 6, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele 0

(50)

59.

60.Anggota Denhub Divif-1 Kostrad memiliki cara tersendiri untuk memberdayakan lahan kosong yang ada di satuan dengan mengembangkan budidaya Ikan Lele. Budidaya ikan tawar tersebut merupakan salah satu solusi untuk mendukung program pemerintah, yaitu ketahanan di bidang pangan.

61.Sampai saat ini, Denhub Divif-1 Kostrad telah memiliki 35 petak kolam budidaya yang dikelola oleh anggotanya. Kolam tersebar di lahan-lahan kosong dan pekarangan yang ada di sekitar satuan. Berkat keuletan anggota dan dukungan yang diberikan pimpinan, Denhub Divif-1 Kostrad mampu menghasilkan ± 20.000 s.d. ± 25.000 ekor Ikan Lele dalam sekali panen.

62.Bahkan budidaya tersebut semakin berkembang, dari hanya sekedar pemijahan, kini menjadi pemasok ke sejumlah pasar tradisional dan rumah makan di Ciluar, Bogor.

63.Untuk membagi kiat susksesnya, Denhub Divif-1 Kostrad beberapa kali

menyelenggarakan pelatihan budidaya Ikan Lele, diantaranya adalah memberikan pelatihan selama dua hari bagi anggota Yonhub Kodiklat TNI-AD, 18-20 Februari 2013 lalu.

64.Dalam pelatihan ini, anggota Denhub Divif-1 Kostrad memberikan pengetahuan, baik teori maupun praktek cara pembudidayaan benih dan pemeliharaan yang baik, untuk mencapai hasil panen yang memuaskan. (Sumber : Pen Kostrad)

65. Agus Kewalahan Penuhi

Permintaan Bibit Lele

Sangkuriang

(51)

67.

68.

69.Agus Fathurahman (35), perlahan-lahan mulai masuk ke kolam indukan ikan lele sangkuriang terbuat dari batu bata dilapisi semen. Selang berukuran besar dari mesin sedot robin dimasukkannya ke kolam tersebut. Sedangkan, selang kecil lainnya dialihkannya ke kolam satu lagi, tepat di sebelah kolam indukan.

70.Air itu sebelumnya sudah diisi dengan kotoran kambing terbungkus dengan karung, kata Agus, sengaja tidak dibuangnya. Itu dilakukannya sudah sejak tiga bulan lalu, November 2012, awal ia melakukan usaha pembibitan ikan lele sangkuriang.

71.Termasuk juga memidahkan telur-telur ikan yang menempel di ijuk ke kolam anakan dan pembibitan berukuran 1,2×2 meter. “Sudah tiga bulan ini usaha pembibitan ini saya lakukan. Jujur saja, saya kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar.

72.Setiap harinya permintaan 20-30 ribu ekor ikan, sedangkan kita hanya sanggup 40 ribu ekor per bulannya,” kata Agus, saat peluncuran sekaligus syukuran Pembibitan Ikan Lele Sangkuriang Lancang Kuning, Sabtu (23/2), di Desa Karya Indah,

Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar.

(52)

Batalyon Paskhas 462/Pulanggeni ini menjelaskan, standarnya untuk pembibitan itu memerlukan 100 kolam.

74.Namun, saat ini ia hanya memiliki 40 kolam untuk pembibitan ikan lele sangkuriang. Agus mengatakan, ia menjual bibit ikan dengan ukuran panjang minimal 3 hingga 6 centimeter.

75.“Dalam kurun waktu 45-60 hari ikan sudah bisa dipanen dengan rasio 4-5 ekor untuk 1 kg. Tidak hanya itu, ikan ini tidak rakus dengan pakan pelet dan tak perlu

mengganti air kolamnya,” kata Agus.

76.Ia menjelaskan, ukuran 3-4 cm dijualnya per ekor Rp 150, 3-5 cm Rp 180 dan 4-6 cm Agus melepasnya di harga Rp 220. Selain itu, untuk mengawasi pembibitan ikan lele sangkuriang miliknya, ia mempekerjakan tiga orang yang telah dibekali dengan ilmu bagaimana beternak ikan langsung dari Nasruddin, pengembang pertama lele jenis ini di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

77.Ikan ini merupakan perkawinan silang yang dilakukan oleh Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Betina keturunan kedua lele dumbo asli Afrika Selatan (F2) dikawinkan dengan pejantan keturunan keenam lokal (F6).

78.Bagaikan ibu mengawini anak lelakinya sendiri, sehingga anakan yang dihasilkan kemudian dinamakan Lele Sangkuriang. “Terpenting, rasa ikan lele sangkuriang ini pasti beda dengan lele dumbo lainnya. Lebih garing dan tebal dagingnya,” kata Agus sambil promosi dengan menyebutkan nomor telepon selulernya 082388595603 bagi yang ingin memesan bibit ikan lele sangkuriang. (Sumber : Tribun News)

79. LeleQu, Bisnis Sampingan

Olahan Ikan Lele Bermoset

3-5 Juta Per Bulan

(53)

81.

82.

83.Memilih usaha sampingan memang gampang-gampang susah. Anda harus bisa memilih yang cocok dan menghasilkan untung besar. Mungkin, dengan membuka usaha di bidang makanan bisa menjadi referensi Anda.

84.Namun, bila ingin produk dilirik, tak jarang banyak orang memilih sesuatu yang unik, kreatif, dan berinovasi tinggi. Nah, tak ada salahnya jika mencoba menjadi agen atau reseller dari abon lele bermerek LeleQu. Ya, abon lele ini adalah sebuah brand bisnis makanan yang menggunakan bahan dasar ikan lele.

85.Tak hanya untuk dan sekadar dipasarkan saja, perluasan makanan ini dinilai menjadi salah satu satu sarana untuk melestarikan warisan kuliner nusantara yang beraneka ragam. Visi perusahaan ini adalah ingin menjadi salah satu makanan khas dari Tegal, sebelumnya maskot dari Tegal yang kita tahu yakni warteg dan bawang.

(54)

87.Menurut dia, ikan lele yang laku untuk dijual adalah yang berukuran 14-15

sentimeter (cm). “Oleh karena itu, ikan lele yang tidak dapat dijual saya olah menjadi abon lele,” ungkap Nopi kepada Okezone, beberapa waktu lalu.

88.Nopi menceritakan, abon lelenya bermerek LeleQu berdiri pada Juni 2011. Pada mulanya dia beserta komunitas petani lele yang berada di Tegal bingung terhadap lele yang sudah tidak dapat dijual lagi. Kemudian tercetuslah ide membuat abon ini.

89.Demi memuluskan niatnya, dia mengajukan pinjaman ke P

Gambar

Tabel 2.
Tabel 4.Komposisi Bahan Baku Pakan Tidak Dimasak Buatan Sendiri
Tabel 5.
tabel 8 untuk sistem karamba.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan bank untuk mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap debitur akibat kesalahan pada SID untuk debitur yaitu

Teknik dokumentasi digunakan peneliti untuk mendapatkan data-data yang dimiliki MA NU Mazro’atul Huda terkait dengan judul maupun data- data berupa: Tinjauan Historis, letak

Aplikasi adalah program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah-perintah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih

KAMIS 2 Gedung E Lantai III E-13 4 AB S1 Ekonomi Pembangunan EKU1441 MANAJEMEN KEUANGAN BANK 3 S1 Ekonomi Pembangunan Vietha Devia SS., SE.,ME 21.. KAMIS 2 Gedung E Lantai III E-16 4

melaksanakan instrumen penilaian terdiri atas penilaian proses dalam bentuk rubrik dan/atau penilaian hasil dalam bentuk mekanisme penilaian terdiri atas menyusun,

Pada Gambar 2 dapat terlihat bahwa pada umur yang sama (13 bulan pasca aklimatisasi) tanaman anggrek bunga kontrol belum memasuki masa pembungaan, sedangkan tanaman mutan

Hasil evaluasi yang didapatkan penulis mengenai asuhan yang sudah diberikan antara lain: Ibu dan suami menerima dan merasa senang dengan informasi yang

Desain-desain rumah tinggal etnis Tionghoa yang dibuat oleh Liem makin lama makin menunjukkan citra arsitektur modern dan meninggalkan bentuk-bentuk masa lalu seperti arsitektur