PENERAPAN AKAD MUDHARABAH DALAM PENGHIMPUNAN DANA DAN PENGELOLAANNYA PADA BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT)
GLOBAL INSANI CIREBON JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
BETARI TYAS MAHARANI NIM : 1112046100054
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Agustus 2016
v ABSTRAK
Betari Tyas Maharani, 1112046100054, “Penerapan Akad Mudharabah dalam Penghimpunan Dana dan Pengelolaannya pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani Cirebon Jawa Barat”. Strata 1. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Agustus 2016, xii+86 halaman+23 lampiran.
Latar belakang penelitian ini adalah untuk menjawab kekhawatiran masyarakat akan pengelolaan dana investasi di BMT. Sementara masalah pokok penelitian ini adalah pelaksanaan akad Mudharabah dalam penghimpunan dan pengelolaan dana produk Investasi Mudharabah Al Qiradh „Am Hasanah serta bagaimana kesesuaian praktik akad Mudharabah di BMT Global Insani dengan konsep dalam prinsip syariah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian lapangan/ studi lapangan. Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas dua sumber, yaitu data primer yang diperoleh dengan teknik wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari kajian literatur tertulis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, pelaksanaan akad Mudharabah Muthlaqah pada produk Al Qiradh „Am Hasanah di BMT Global Insani, dilihat dari karakteristik, prosedur, akad tertulis, pengelolaan dan pembagian hasil dapat dikatakan sesuai dengan fatwa DSN-MUI dan konsep Mudharabah dalam fiqh. Akan tetapi, masih terdapat beberapa klausul dalam akad perjanjian pembiayaan mudharabah tersebut yang kurang sesuai dengan kaidah dan Fatwa DSN. Diharapkan untuk kedepannya, BMT dapat lebih menyempurnakan kembali kejelasan penulisan akad tertulis dan kesesuaian akad pada konsep hukum syariah, melihat akad tertulis merupakan suatu aspek terpenting pada suatu transaksi.
Kata Kunci : Kontrak, Akad, Mudharabah, BMT, Fatwa MUI, Investasi
vi
Alhamdulillahirobbil‟alamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, penguasa alam semesta, Tuhan yang maha pengasih dan penyayang.
Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Berkat curahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Penerapan Akad Mudharabah dalam Penghimpunan
Dana dan Pengelolaannya pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani
Cirebon Jawa Barat” yang diajukan demi memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi strata satu (S1).
Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis
sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih sebagai bentuk penghargaan yang tidak
terlukiskan kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Dr.
Abdurrauf, M.A selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.
3. H. Qosim Arsyadani, M.A. selaku Dosen Pembimbing. Terimakasih atas
kesediaannya memberikan waktu kepada penulis untuk membimbing dan
vii
4. Dr. Hj. Isnawati Rais, M.A. selaku dosen Pembimbing Akademik. Terimaksih
atas bimbingan dan nasehat akademik selama masa perkuliahan penulis.
5. Supriyono, S.E, M.M. Terimakasih atas kepercayaannya memberikan
kesempatan dan pengalaman kepada penulis untuk berkontibusi dalam
menyusun karya tulis.
6. Pimpinan dan Staf perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai
informasi dan referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.
7. Bang Ricky Aprison selaku Marketing BMT GI yang telah membantu penulis
dalam perizinan dan pengumpulan data penelitian.
8. Pak Harry Juana selaku Manajer BMT GI dan Pak Arif Haryanto selaku
Kabag Operasional BMT GI, yang telah membantu penulis dalam
memberikan informasi mengenai permasalahan penelitian.
9. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Julis Subagyo dan Ibunda Ratnawati, S.E,
S.Pd. atas segala motivasi, bantuan moril dan materil serta doa dan kasih
sayang yang selalu diberikan kepada penulis.
10.Kakak dan Adik tersayang, Arum Tyas Nugraheni dan Citra Devi Tyas
Hapsari yang senantiasa berbagi keceriaan, memotivasi dan mendoakan.
11.Gadis-gadis ku tersayang, My Lovely Amigo, Anis Khaerunnisa, Dian
Octaviani, Laeli Sayidah Izati, Marliana Fitriani, Rahmi Azizah. Terimakasih
atas kebersamaan kita selama 4 tahun ini. Mengenal dan bersahabat dengan
kalian adalah kesyukuran dan kebahagiaan yang tiada terlukiskan. Ingat, Best
viii
12.My beloved roommate, Endah Hardiyaningsih, atas segala masukan, saran dan
motivasi. Terimakasih telah menjadi kawan sekamar yang baik dan senantiasa
berbagi keceriaan selama ini.
13.Muhamad Ilham Nugraha, S. Kom.I, terimasih atas segala doa, bantuan dan
dukungannya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
14.Kawan-kawan terbaik, Ulya Hikmawati, Miftah Farhahtidini, Nurul
Khowatim, Wulan Wibisono, Riyasani, M. Riyadi Eko Prabowo, Fikri Rafif
Rinaldi, Hamdan Syamsudin, Sang Adjie, Rifaldi Noviansyah, Yosep
Hermawan, Anna Putri Pratiwi, Bagja Nugraha, dan Fernando Tjandra,
terimakasih atas doa, motivasi dan dukungannya.
15.Kawan-kawan seperjuangan semasa kuliah konsentrasi Perbankan Syariah
tahun 2012. Terimakasih atas seluruh pengalaman bersama selama ini.
16.Kawan-kawan koloni “Lebah”. Terimakasih atas pengalaman selama KKN di
Kedung.
17.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dan turut berkontribusi sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan di UIN hingga akhir.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan segala urusan dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis
dan para pembaca.
Jakarta, Agustus 2016
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA SIDANG ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBARDAN TABEL ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 7
C. Perumusan Masalah ... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
E. Review Kajian Terdahulu ... 9
F. Metodologi Penelitian ... 14
G. Sistematika Penulisan Penelitian ... 17
BAB II : LANDASAN TEORI A. Mudharabah ... 19
x
2. Landasan Hukum ... 21
3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah ... 25
4. Macam-macam Mudharabah ... 27
5. Hukum dan Kedudukan Mudharabah ... 28
6. Berakhirnya Akad Mudharabah ... 29
7. Aplikasi Mudharabah pada Lembaga Keuangan Syariah ... 30
B. Baitul Maal wa Tamwil ... 31
1. Pengertian Baitul Maal wa Tamwil ... 31
2. Ciri-ciri Utama BMT ... 32
3. Prinsip ... 33
4. Kegiatan ... 34
5. Jenis Usaha ... 37
6. Produk Penghimupnan Dana ... 38
BAB III : GAMBARAN UMUM BMT GLOBAL INSANI A. Sejarah Singkat BMT Global Insani ... 39
B. Visi dan Misi BMT Global Insani ... 41
C. Budaya Kerja dan Kegiatan BMT Global Insani ... 42
D. Legalitas BMT ... 44
E. Manajemen dan Struktur Organisasi ... 44
F. Produk dan Layanan ... 47
1. Produk Tabungan dan Investasi ... 47
xi
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Akad Investasi Mudharabah “Al Qiradh „Am
Hasanah” ... 51
1. Prosedur Pembukaan Investasi Mudharabah ... 53
2. Pengelolaan Investasi Mudharabah ... 55
B. Analisis Kesesuaian Akad pada produk Investasi
Mudharabah ... 64
1. Analisis Kesesuaian Karakteristik dam Prosedur Aplikasi
Pembukaan ... 65
2. Analisis Kesesuaian Kontrak Akad Tertulis ... 68
3. Analisis Kesesuaian Pengelolaan dan Bagi Hasil ... 76
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
xii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 2.1. Skema Cara Kerja dan Perputaran Dana BMT ... 36
Gambar 4.1. Sistem Informasi Perkembangan Lahan Jahe ... 57
Gambar 4.2. Skema Pengolahan Dana Investasi ... 58
Gambar 4.3. Skema Bagi Hasil Mudharabah ... 62
Gambar 4.4. Ilustrasi Hasil Investasi Al Qiradh „Am Hasanah ... 63
Gambar 4.5. Warkat / Sertifikat Qiradh ... 71
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang kaffah (menyeluruh). Islam mengajarkan
umatnya tuntunan beribadah secara hablu minnallah (hubungan dengan Allah)
dan tuntunan bermuamalah hablu minnannas (hubungan dengan sesama).
Dalam qaidah ibadah pada konteks hablu minnallah, berlaku qaidah
هرماوا ىلع لْيل َدلا هب ءاج ام َاإ لْط ْلاو مْيرْحَتلا دا علْا ىف لْصأا “Hukum asal dalam
beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada dalil yang
memerintahkan"1 Karena beribadah dalam arti hablu minnallah yang boleh
dilakukan hanyalah apabila ada dalil perintahnya.
Sementara dalam bermuamalah, Islam memberikan kebebasan dalam
kegiatannya selama tidak bertentangan dengan syariah dan tidak ada dalil
yang mengharamkannya. Dalam qaidah ibadah pada konteks hablu minnannas
berlaku kaidah مْيرْحَتلا ىلع لْيلَدلْا َل دي ىَتح ح اب إْا ءايْشأْا ىف لْصأا“Hukum asal dari
sesuatu (muamalah) adalah mubah sampai ada dalil yang melarangnya”2
Al-Quran telah mengingatkan manusia untuk mencari dan mengelola
rezeki sesuai dengan nilai-nilai agama. Perilaku ekonomi harus sesuai dengan
hukum Allah. Orang yang melalaikan hak-hak Allah dalam aktivitas
kehidupan sehari-harinya niscaya akan merugi di dunia dan di akhirat.3
1
Imam Jalaludin As-Suyuti, Asybah Wan Nadhair, (Beirut: Darul Fikr, 1995), h.44.
2
Imam Jalaludin As-Suyuti, Asybah Wan Nadhair, h.43.
3
Islam tidak memperkenankan muamalah yang menguntungkan sebelah
pihak dan kelebihan (riba‟) karena menimbulkan kerusakan baik dari segi moralitas dan perekonomian. Terkait hal ini, Dewan Syariah Nasional (DSN)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang haramnya
riba‟ dalam Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 dan menerbitkan fatwa-fatwa terkait ketentuan dalam bermuamalah,
khususnya ketentuan transaksi syariah pada lembaga keuangan syariah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa lembaga keuangan menurut ketentuan
perundang-undangan dibagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan non bank.4 Saat ini, selain lembaga keuangan syariah yang
bersifat komersial seperti Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah, Reksadana
Syariah, dan Obligasi Syariah, lembaga keuangan syariah yang bersifat nirlaba
seperti Organisasi Pengelola Zakat dan Badan Wakaf mulai berkembang.
Bahkan lembaga keuangan mikro syariah seperti BMT (Baitul Maal wa
Tamwil) juga turut berkembang sangat pesat di Indonesia.5
BMT adalah lembaga keuangan syariah non bank yang beroperasi
seperti koperasi sehingga berbadan hukum koperasi. Sesuai dengan surat
keputusan dari Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004. 6
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) atau disebut juga Koperasi Syariah
dalam operasionalnya terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal (lembaga
4
Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Solo: ISES Publishing, 2008), h.15.
5
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2010), h.33.
6
3
sosial) dan baitul tanwil (lembaga bisnis). Dengan demikian, BMT memiliki
peran ganda, yaitu fungsi sosial dan fungsi komersial.7
Meskipun belum ada data statistik resmi mengenai perkembangan
BMT di Indonesia dari segi jumlah, aset, dan anggota yang dilayani, beberapa
koperasi sekunder yang mewadahi BMT-BMT di Indonesia seperti Induk
Koperasi Syariah (INKOPSYAH) dan Perhimpunan BMT Indonesia pernah
menyebutkan bahwa jumlah BMT di Indonesia berjumlah lebih dari 5000
BMT yang tersebar di pelosok Indonesia. Ditambah lagi dengan adanya
beberapa peraturan pemerintah melalui kementrian koperasi dan UMKM
mengenai koperasi syariah yang menunjukan adanya pengakuan legal akan
kehadiran BMT di Indonesia.8
Pada akhir tahun 2015, perhimpunan BMT berhasil mengonsolidasi
561 BMT berbadan hukum koperasi dengan jumlah aset yang dikelola sekitar
11,9 triliun rupiah dan memiliki anggota sebanyak 2.694.013 orang yang
tersebar di seluruh Indonesia.9
Jumlah tersebut merupakan prestasi yang cukup baik mengingat secara
hukum koperasi syariah baru didirikan pada tahun 2004. Perkembangan
tersebut tidak lepas dari peran BMT yang mampu mengelola koperasi dengan
profesional dan modern. Sudah banyak BMT yang menggunakan teknologi
canggih seperti yang dimiliki perbankan yaitu ATM, internet banking dan
7
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.22.
8
https://gustani.blogspot.co.id/2015/07/mengenal-bmt-catatan-hari-koperasi-2015.html, diakses pada 28 agustus 2016 pukul 14.01
mobile banking. Dengan fasilitas pelayanan tersebut, diharapkan kepercayaan
anggota terhadap koperasi syariah akan bertambah.
Diantara sekian banyak BMT yang berkembang di Indonesia, BMT
Global Insani adalah salah satu lembaga pengelola keuangan syariah di bawah
payung hukum Koperasi Surabraja Madani dan didirikan oleh PT. Surabraja
Mandiri yang merupakan perusahaan holding dari Surabraja Food Industri
yang berdiri sejak 1960. Sebagai wadah bagi para mitra pelanggan, PT.
Surabraja Mandiri mendirikan unit usaha jasa pengelola keuangan syariah
dalam bentuk Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani (GI) yang
mengeluarkan produk jasa keuangan berbasis syariah.10
Pada tahun buku 2015,11 aset yang dikelola BMT GI Cirebon adalah
sebesar Rp. 4.549.184.250,- yang berarti BMT GI Cirebon mewakili 0,04 %
aset BMT di Indonesia secara Global. BMT GI mengeluarkan produk jasa
keuangan berupa pembiayaan dan simpanan dalam bentuk tabungan dan
investasi dengan akad syariah, salah satunya adalah prinsip Mudharabah.
Mudharabah secara bahasa berasal dari kata dharb (pergi) yang
maksudnya berjalan dimuka bumi, istilah ini merupakan bahasa penduduk Iraq
sedangkan penduduk Hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh atau
muqaradhah.12 Secara terminologi, Sayyid Sabiq mendefinisikan mudharabah
adalah akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana salah satu pihak menjadi
10
Profil Global Insani, diakses pada 5 Februari 2016 dari http://klikgi.com/site/profil
11
Laporan Rapat Anggota Tahunan Koperasi Surabraja Madani Tahun Buku 2015 12
5
pemodal untuk diperdagangkan, dengan ketentuan keuntungan dibagi dua
sesuai dengan kesepakatan bersama.13
BMT Global Insani menerapkan akad Mudharabah salah satunya pada
produk Investasi “Al Qiradh 'Am Hasanah”. Produk ini merupakan produk
investasi jangka panjang, dimana BMT GI bertindak sebagai Mudharib dan
Nasabah sebagai Shahibul Maal. Dana yang diinvestasikan nasabah akan
dikelola dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan akad, dan nisbah bagi
hasilnya diserahkan sepenuhnya mutlak kepada pihak Shahibul Maal.14
Pengaturan investasi Mudharabah pada Lembaga Keuangan Syariah
termaktub dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, Pasal 1 angka (24)
yang berbunyi: “Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad Mudharabah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk
Deposito, Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”.
Akan tetapi, pengetahuan masyarakat terkait BMT dan urgensi
berinvestasi masih sangat terbatas. Masyarakat terlihat seringkali masih
khawatir dan ragu untuk berinvestasi pada BMT karena terbatasnya
pengetahuan terkait BMT.
Berdasarkan data awal penelitian, nasabah yang sudah berinvestasi di
BMT juga tidak begitu memahami terkait pengelolaan dana tersebut. Bahkan
menurut kesaksian beberapa investor dalam wawancara pada penelitian
pendahuluan, mereka mengaku tidak begitu memusingkan kemana dana
13
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Darul Fikr, 1977), h.212.
14
investasi mereka dialokasikan untuk dikelola. Hal ini sebenarnya sah – sah saja karena Mudharabah Muthlaqah memang membebaskan mudharib untuk
mengelola dana investasi shahibul maal dengan sebebas-bebasnya, selama
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Namun demikian, pengetahuan akan kemana saja dana investasi
nasabah dikelola akan sangat diperlukan. Hal ini untuk menjawab
kekhawatiran masyarakat tentang pengelolaaan dana investasinya dan
memberikan jaminan kepada nasabah akan keamanan dana investasi mereka,
yang tentu saja tidak lepas dari prinsip profit and loss sharing (berbagi untung
dan rugi) sebagaimana diajarkan dalam Islam.
Apabila kepercayaan masyarakat telah terbentuk, hal ini akan saling
menguntungkan baik bagi nasabah maupun BMT. Nasabah akan dengan
senang hati berinvestasi maksimal karena memahami dan percaya akan
pengelolaan dana di BMT dan BMT pun akan mendapatkan keuntungan dan
kemudahan dengan memutar dana yang cukup besar. Selanjutnya kesesuaian
antara penerapan akad yang digunakan di BMT dengan konsep syariah juga
harus diperhatikan melihat BMT adalah salah satu lembaga mikro keuangan
berbasis syariah.
Ketentuan mengenai akad Mudharabah pada dasarnya telah diatur
dengan jelas dalam Fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh). Sebagai umat Islam yang harus
berpegang teguh pada dalil naqli dan aqli, penggunaan akad mudharabah
7
melainkan juga kepada sang pencipta. Karenanya, dalam menerapkan akad
mudharabah, rukun dan syarat harus mutlak terpenuhi disetiap transaksi.15
Berangkat dari pemahaman dan latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Akad
Mudharabah dalam Penghimpunan Dana dan Pengelolaannya pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani Cirebon Jawa Barat”.
B. Idetifikasi dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang muncul adalah:
1. Kekhawatiran masyarakat akan pengelolaan dana investasi di BMT.
2. Pelaksanaan akad Mudharabah di BMT Global Insani dalam
penghimpunan dan pengelolaan dana pada produk Investasi Mudharabah.
3. Kesesuaian prosedur penghimpunan dan pengelolaan dana Mudharabah
pada praktik di BMT Global Insani dengan konsep dalam prinsip syariah.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dilakukan
pembatasan masalah agar tidak terjadi penyimpangan dari pokok pembahasan
yang hendak diteliti. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu,
penelitian difokuskan pada penerapan akad Mudharabah pada penghimpunan
dana (investasi) dan pengelolaan produk Investasi “Al Qiradh „Am Hasanah”
di BMT Global Insani.
15 Hilda Nurdiati, “Kesesuaian Akad
C. Perumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang menjadi pokok pembahasan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana pada produk
Investasi Mudharabah di BMT Global Insani?
2. Apakah penerapan akad Mudharabah pada produk Investasi Mudharabah
dilapangan sesuai dengan konsep dalam prinsip syariah yang tertuang
dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana pada produk
Investasi Mudharabah di BMT Global Insani.
2. Mendeskripsikan kesesuaian penerapan akad Mudharabah dalam praktik
dilapangan dengan konsep syariah.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
lembaga keuangan syariah tentang pelaksanaan akad Mudharabah.
b. Menambah literatur keilmuan yang dapat dijadikan sebagai referensi
9
2. Manfaat Akademis
a. Menambah wawasan keilmuan ekonomi Islam khususnya akad
Mudharabah.
b. Penelitian ini dapat dijadikan gambaran mengenai investasi syariah
dengan akad Mudharabah yang dilaksanakan oleh BMT.
3. Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi bahan evaluasi bagi BMT dalam hal penerapan akad
Mudharabah pada produk yang ditawarkan.
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan antara
mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana yang dilakukan BMT
Global Insani dengan lembaga keuangan syariah lainnya.
c. Dapat menjawab kehawatiran dan keraguan masyarakat untuk
berinvestasi di BMT serta meningkatkan kepercayaan masyarakat akan
terjaminnya keamanan dan keuntungan bertransaksi di BMT.
E. Review Kajian Terdahulu
Penulis melakukan tinjauan review kajian terdahulu sebagai referensi
dan rujukan penelitian.
1. Jurnal Ilmiah
Penelitian pertama yang dijadikan review studi terdahulu adalah
penelitan yang dilakukan oleh Khudari Ibrahim dengan judul “Penerapan Prinsip Mudharabah dalam Perbankan Syariah” yang diterbitkan oleh
Universitas Mataram. Kesimpulan dari jurnal ini adalah: Pengaturan
Mudharabah menurut perspektif hukum Islam merupakan prinsip syariah
yang terkodifikasi pada literatur klasik sesuai ijtihad para ulama
berdasarkan situasi dan kondisi masing-masing yang bercorak tradisional.
Sedangkan di zaman modern pengaturan Mudharabah telah berkembang
menjadi bagian dari produk perbankan syariah. Adapun pengaturan prinsip
Mudharabah menurut perspektif hukum positif tertera pada
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang diperjelas
oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 sebagai aturan
pelaksanaannya dengan pembentukan Komite Perbankan Syariah. Pada
penerapan prinsip Mudharabah dalam perjanjian (akad) di perbankan
syariah terdapat improvisasi syarat tambahan tentang asuransi yang tidak
diatur melalui fatwa Dewan Syariah Nasional dan karenanya menyalahi
asas kepatuhan syariah sesuai amanat undang-undang perbankan syariah.
Pada jurnal tersebut, penelitian difokuskan terhadap penerapan
prinsip Mudharabah berdasarkan perspektif hukum positif dan hukum
Islam dalam hal jaminan dan asuransi. Sedangkan penelitian yang akan
dilakukan penulis adalah membahas bagaimana penerapan akad
Mudharabah pada penghimpunan dana (invetasi) oleh nasabah dan
pengelolaannya di BMT, serta kesesuaian penerapan dilapangan dengan
konsep syariah.
Jurnal yang dijadikan referensi selanjutnya adalah jurnal ilmiah
11
Mudharabah pada Perbankan Syariah” yang diterbitkan oleh Jurnal Mimbar Hukum Volume 22 Nomor 3, Oktober 2010. Dan jurnal
“Kerjasama pada Sistem Ekonomi Syariah (Analisis atas Pembiayaan
Akad Mudharabah)” oleh Apipudin yang diterbitkan oleh Jurnal Ekonomi
Bisnis Volume 20 Nomor 1, April 2015, Universitas Gunadarma.
Kedua jurnal ini memaparkan tentang penerapan akad Mudharabah
pada kegiatan pembiayaan pada lembaga keuangan syariah. Pada jurnal
tersebut dijelaskan bahwa segala tindak muamalah adalah boleh selama
tidak bertentangan dengan nila-nilai prinsip Islam, berada dalam koridor
Tauhid dan senantiasa menjaga asas-asas bermuamalat dalam tiap
transaksinya. Islam memberikan kebebasan dalam mendesain transaksi
tersebut seperti membebankan jaminan pada mudharib untuk
mengantisipasi risiko apabila nasabah tidak memenuhi kewajiban karena
kelalaian/kecurangan.
2. Skripsi
Adapun skripsi yang dilakukan mahasiswa terdahulu yang
membahas tentang Penerapan akad dan atau akad Mudharabah antara lain
sebagai berikut:
a. Hilda Nurdiati. Perbankan Syariah. Tahun 2014. UIN Syarif
Hidayatullah. Judul Skripsi “Kesesuaian Akad Mudharabah terhadap fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 pada Produk Penyaluran
Dana BMT”. Tujuan penelitian ini adalah menelaah lebih lanjut
dengan fatwa DSN-MUI. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui
kesesuaian akad Mudharabah pada BMT Al Fath IKMI, BMT Al
Munawaroh, BMT Ta‟awun dengan fatwa DSN-MUI
No.07/DSN-MUI/IV/2000.
b. Arif Syarifuddin. Perbankan Syariah. Tahun 2009. UIN Syarif
Hidayatullah. Judul Skripsi “Mekanisme Pembiayaan Mudharabah
Bagi Usaha Kecil dan Menengah pada BMT Al-Karim Cipulir”.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang
mekanisme dan strategi pemberian pembiayaan, serta mengetahui
solusi dari kendala yang dihadapi BMT Al-Karim dalam memberikan
pembiayaan mudharabah bagi usaha kecil dan menengah. Penelitian
difokuskan terhadap mekanisme dan praktek pembiayaan mudharabah
bagi usaha kecil dan menengah pada BMT Al-Karim tahun 2009.
c. Ihsan Septianto. Perbankan Syariah. Tahun 2012. UIN Syarif
Hidayatullah. Judul Skripsi “Analisis Penerapan Akad Qardh dan Ijarah pada Produk Kepemilikan Logam Mulia”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan akad Qardh pada produk kepemilikan
logam mulia, return dan prospek akad Ijarah dan Qardh pada produk
kepemilikan logam mulia BRI Syariah. Penelitian difokuskan terhadap
analisis return yang didapat nasabah dalam produk kepemilikan logam
mulia, analisis kesesuaian akad dan analisis SWOT. Penelitian
13
d. Amala Shabrina. Perbankan Syariah. Tahun 2013. UIN Syarif
Hidayatullah. Judul Skripsi “Optimalisasi Pinjaman Kebajikan
(AlQardh) pada BMT (Studi Kasus pada BMT UMJ, Ciputat)” Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan strategi BMT dalam menghimpun
dana dan mengoptimalkan dana pinjaman kebajikan tersebut serta
mendeskripsikan prestasi BMT dalam penyaluran dana Al-Qardh.
Fokus penelitian ini adalah optimalisasi dana pinjaman pada Produk
Pinjaman Kebajikan (Al-Qardh). Dan prestasi dalam penyaluran dana
tahun 2010-2012. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dari orang dan perilaku
yang diamati. Penelitian dilakukan tahun 2013 di BMT UMJ, Ciputat.
Perbedaan dengan penelitian pada skripsi-skripsi di atas adalah,
penelitian-penelitian di atas terbatas pada mekanisme dan/atau konsep
penerapan akad dari sisi penyaluran dana. Sementara dalam skripsi ini,
penulis akan membahas mekanisme, penerapan akad dan kesesuaian
akad mudharabah dari sisi penghimpunan dana dan pengelolaan atas
dana yang berhasil dihimpun tersebut. Adapun tujuan penelitian ini
adalah menghapus kekhawatiran masyarakat terhadap BMT,
memahami mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana serta
menganalisis kesesuaian penerapan akad Mudharabah secara konsep
syariah dan praktik. Penelitian dilakukan tahun 2016 di Kantor Pusat
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
dengan menggunakan fakta yang objektif dan benar-benar terjadi di
lapangan.
2. Jenis Penelitian
Jenis untuk penelitian ini adalah penelitian dengan studi lapangan
dan didukung oleh data literatur. Penulis menggunakan jenis penelitian
lapangan (field research) dengan melakukan penelitian langsung ke
lapangan berupa wawancara dengan responden yang menjadi objek
penelitian untuk mendapatkan data.
Setelah itu penulis juga melakukan studi pustaka (library research)
dengan mengkaji dan mempelajari berbagai literatur yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi dan landasan pemikiran secara teoritis.
3. Kriteria Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama.16 Data ini
berupa data pokok yang diperoleh dari narasumber berupa hasil
wawancara dan observasi.
16
15
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tangan kedua, seperti
laporan keuangan dan data literatur yang terkait dengan penelitian ini
berupa brosur, buku, penelitian sebelumnya maupun internet.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini berbentuk studi kasus dan bersifat mencari penjelasan
tentang “Penerapan Akad Mudharabah dalam Penghimpun Dana dan
Pengelolaannya di BMT Global Insani (Studi Kasus Pada BMT Global
Insani Cirebon)”. Untuk meneliti secara cermat masalah ini, ada beberapa
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, yaitu:
a. Observasi
Observasi yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan atau pencatatan secara sistematik terhadap
fenomena-fenomena yang diteliti.17 Dalam penelitian ini penulis secara langsung
melakukan pengamatan mengenai produk Investasi Mudharabah “ Al-Qiradh am Hasanah”.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang
diinginkan.18 Wawancara dilakukan dengan Manajer Marketing, staf
dan nasabah BMT Global Insani guna mencari data atau informasi
yang diinginkan.
17
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.136.
18
c. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengkaji dan mempelajari buku, catatan, laporan dan literatur terkait
masalah penelitian yang dibahas. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data tentang BMT dan Mudharabah.
5. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Pusat BMT Global Insani di Jl.
Tuparev Kompleks Ruko Kagum City Blok C1-C3, Kedawung Cirebon,
Jawa Barat 45153.
6. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah didapat baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif
diolah agar menjadi hasil penelitian yang diinginkan. Pengolahan data
dimulai dari menulis kembali hasil wawancara dan observasi agar tersusun
secara sistematis. Selanjutnya merangkum data tersebut hingga
menghasilkan poin penting dari penelitian. Langkah selanjutnya
memaparkan data yang diperoleh dan hasil analisis. Tahap terakhir adalah
menarik kesimpulan dari data yang telah diolah.
7. Metode Analisis Data
Metode yang peneliti gunakan dalam menganalisis data adalah bersifat
deskriptif kualitatif yaitu penyajian data berdasarkan data yang telah
terkumpul dalam bentuk tulisan dan menerangkan apa adanya sesuai data
17
8. Teknik Penulisan Data
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu
(PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2015.
G. Sistematika Penulisan Penelitian
Sistematika yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima
bab dan terbagi lagi menjadi beberapa sub bab. Adapun sistematika penelitian
ini, yaitu:
Bab I (Pendahuluan), Bab ini memaparkan Latar Belakang Masalah,
Identifikasi dan Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Bab II (Landasan Teori), Bab Ini menjelaskan tentang landasan teori
dari penelitian yang diambil. Dalam bab ini, dipaparkan secara rinci mengenai
konsep Mudharabah dalam prinsip syariah dan Baitul Maal wa Tamwil.
Bab III (Gambaran Objek Penelitian), Bab ini merupakan gambaran
umum tentang profil BMT Global Insani yang meliputi Sejarah Singkat, Visi
dan Misi, Budaya Kerja dan Kegiatan, Legalitas, Manajemen dan Struktur
Organisasi serta Produk dan Layanan BMT Global Insani.
Bab IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan), Bab ini memaparkan
permasalahan yang diambil mengenai; Mekanisme penghimpunan dana
Mudharabah dan pengelolaannya pada produk Investasi Mudharabah di BMT
Global Insani serta analisis kesesuaian penerapan akad Mudharabah
dilapangan dengan konsep syariah.
BAB V (Penutup), Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya beserta saran-saran
19 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Mudharabah
1. Pengertian
Kata Mudharabah berasal dari kata ً ْ ض ْ ي ض yang berarti
bergerak, berbagi, memukul, dan lain-lain (lafaz ini termasuk lafaz
musytarak yang mempunyai banyak arti), kemudian mendapat ziyadah
(tambahan) alif ( ) sehingga menjadi ي ض yang berarti
saling bergerak, saling pergi, saling berbagi atau saling memukul.1
Mudharabah secara bahasa berasal dari kata dharb (pergi) yang
maksudnya berjalan dimuka bumi, istilah ini merupakan bahasa penduduk
Iraq sedangkan penduduk Hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh atau
muqaradhah.2
Dari segi terminologi, Mudharabah atau qiradh dikemukakan oleh
beberapa ulama, sebagaimana yang ditulis oleh Hendi Suhendi dalam
bukunya yang berjudul Fiqh Muamalat adalah sebagai berikut:3
1. Menurut para fuqaha, Mudharabah adalah akad antara dua pihak
(orang) saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya
kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah
1Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,
Fikih Muamalah,Cet.1, (Bogor: Ghia Indonesia, 2011 ), h. 187.
2
Wahbah Zuhaili, al-Muamalah al-Maliyah al-Mu‟ashirah, Cet.6, (Beirut: Darul Fikr, 2008), h. 105-106
3
ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Menurut Hanafiyah, Mudharabah ialah :
ع ْق ْي جْ ح ْ حْ ِ ىف كْ ِ ى ع ع
خ ْْ
“Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta dan satu pihak pemilik jasa”
3. Malikiyah berpendapat bahwa Mudharabah ialah :
ع ْق يكْ ت َ فْ َ ( ْي ْقَ ْ جَ ي ْ ى ع ْيغ ْ َ ْ
(
“Akad perwakilan, dimana pemilik harta mengeluarkan hartanya
kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang
ditentukan (emas dan perak)”
4. Hanabilah berpendapat bahwa Mudharabah adalah :
ءْزج ْيف جَ ي ْ ى إ ْ َيع ً ْ ق ْ ح عف ْ ي ْ أ ع ع
ْ ْ ْع
حْ
“Suatu sebutan, bahwa pemilik harta menyerahkan hartanya dengan
ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan bagian dari
keuntungan yang diketahui”
5. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa Mudharabah adalah :
ع َي ْ أ ى ْقي ْق ْ ْ ش عف ْ
ًْ خ ْيف جَ ي
“Akad yang menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain untuk ditijarahkan”
Dari segi teknis, Mudharabah merupakan bentuk kerjasama dari
21
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan
metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi
pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung
pemilik dana.4
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
Mudharabah pada dasarnya adalah berbagi hasil. Apabila terjadi kerugian
dari segi permodalan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal
(shahibul maal) sedangkan pengusaha (mudharib) menanggung kerugian
berupa hilangnya kesempatan mendapatkan profit.
2. Landasan Hukum
Pada dasarnya, hukum Mudharabah dalam islam adalah boleh
berdasarkan dalil-dalil al-Quran, as-Sunnah dan Ijma’ Umah.5 Karena
bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang
yang ahli dalam mengelola dana. Banyak di antara pemilik modal yang
tidak ahli dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara
banyak yang ahli di bidang perdagangan tidak memiliki modal. 6
Meskipun dalam praktik pada masa nabi dan sahabat tidak
disebutkan secara langsung istilah Mudharabah, kerjasama semacam ini
adalah sebuah kebiasaan umat muslim sejak zaman nabi, bahkan
4
Tim Penyusun PAS BMT 002, Pedoman Akad Syariah pada BMT, Cet.2, (PAS BMT 002),, (Jakarta: BMT Center, 2009), h. 3.
5
Wahbah Zuhaili, al-Muamalah al-Maliyah al-Mu‟ashirah, h. 106
6
dipraktikkan secara langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW. Ketika
berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad Mudharabah dengan
Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik
Mudharabah ini dibolehkan, baik menurut al-quran, sunnah, maupun
ijma’.7
Adapun landasan hukum Mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
....
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu”. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 198)
...
...
“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya…”(QS. al-Baqarah (2): 283)
....
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”(QS. al-Ma’idah (5): 1)
723
“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al.Muzammil (73):20)
“Apabila telah ditunaikan shalat, Makabertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (Q.S. al-Jumuah (62): 10)
b. Hadits
Hadits Rasulullah yang merupakan rujukan akad transaksi Mudharabah adalah :
ع
ْ
س ي ع ه ى ه س ق : ق ي ع ي ح
:
ث
ل
ف
ي
َ
ك
ض ق ج ى عي
خ
يع
تي
عي ْ
“Diriwayatkan dari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli tidak tunai (secara kredit), muqaradah (Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).8
8
Muhammad bin Ismail Al-Kahlani, Subul As-Salam, Juz 3, cet.IV, (Mesir: Maktabah wa
ع ه يض زح ْ ي ح ْ ع
:
ى ع
ْ ي ك َ أ
طْعأ إ جَ
ْح يف ْحت ْ , ْ ك يف ي عْجت ْ ْ أ :ً ض ق ًْ
ْ ,
, يس ْط يف زْ ت
ي تْ ض قف ك ْ ً ْيش تْ عف ْ إف
(
ي ْطق َ
)
“Dari Hakim Ibnu Hizam bahwa disyaratkan bagi seseorang yang memberikan modal sebagai qiradh, yaitu: Jangan menggunakan modalku untuk barang yang bernyawa, jangan membawanya ke laut, dan jangan membawanya di tengah air yang mengalir. Jika engkau melakukan salah satu di antaranya, maka engkaulah yang menanggung modalku. (Riwayat Daruquthni).9
c. Ijma’10
Setelah Nabi SAW. membenarkan syarat kerjasama sebagaimana
diriwayatkan pada hadits di atas, orang-orang mulai melakukan sistem
Mudharabah dengan memberi hukum-hukum batasan terkait sistem
kerjasama ini. Selanjutnya, orang muslim pada masa sahabat dan
setelahnya menetapkan ketentuan Mudharabah dan menjalankan
ketentuan tersebut. Tak ada seorangpun yang mengingkarinya
(kesepakatan para sahabat). Kebijakan para sahabat dalam menetapkan
ketentuan Mudharabah tersebut adalah demi kebutuhan para pihak yang
bekerjasama, mengangkat kemudharatan dan kesempitan serta
mendatangkan kemashalahatan. Sejak saat itulah muncul kegiatan
pembiayaan Islam dengan cara Mudharabah.
9
Ibnu Hajar Atsqalani, Bulughul Maram min Adilatil Ahkaam, (Bandung: CV. Gema Risalah Press, 2009), h.369-370
10
25
3. Rukun dan Syarat Sah
Rukun Mudharabah menurut hanafi’iyah adalah ijab qabul yang
menunjukkan adanya saling ridho bagi pihak yang bertransaksi.
Sedangkan menurut Jumhur selain Hanafiyah ada tiga rukun yaitu: 11
a. Aqid (2 orang yang berakad); pemodal dan pengelola
b. Ma‟qud ‘alaih (Objek); modal, tenaga (pekerjaan) dan keuntungan c. Shighat; ijab dan qabul.
Untuk masing-masing rukun terdapat syarat-syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Pihak yang berakad yaitu Pemodal dan Pengelola
Dalam Mudharabah ada dua pihak yang berkontrak: penyedia
dana atau shahibul mal dan pengelola. Syarat keduanya adalah:12
1) Keduanya harus memiliki kemampuan untuk diwakili dan
mewakilkan.
2) Penyedia dana tidak boleh membatasi tindakan pelaksana usaha
sedemikian rupa untuk mencegahnya dari mencapai tujuan
Mudharabah yaitu keuntungan.
3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan Mudharabah.
4) Pengelola harus mematuhi syarat-syarat yang ditentukan pemilik
modal jika syarat itu tidak kontradiktif dengan apa yang ada dalam
kontrak Mudharabah.
11
Wahbah Zuhaili, al-Muamalah al-Maliyah al-Mu‟ashirah, h.106
12
b. Modal
Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia
dana kepada pengelola untuk diinvestasikan dalam aktivitas
Mudharabah. Modal harus memenuhi syarat sebagai berikut:13
1) Modal harus tunai.
2) Jelas jumlahnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui modal
pokok dan keuntungan yang diperoleh dan yang akan dibagikan.
c. Keuntungan
Keuntungan adalah modal yang didapat sebagai kelebihan dari
modal. Keuntungan adalah tujuan akhir dari Mudharabah. Namun
keuntungan ini terkait oleh syarat sebagai berikut: 14
1) Harus untuk kedua belah pihak dan tidak ada satu pihak pun yang
mengambil seluruh keuntungan tanpa pihak yang lainnya.
2) Proporsi (nisbah) keuntungan masing-masing pihak harus diketahui
pada saaat kontrak dan proporsi tersebut harus dari keuntungan.
3) Kalau jangka waktu akad Mudharabah relatif lama, tiga tahun ke
atas, maka nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari
waktu ke waktu.
4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja
yang ditanggung pengelola. Kesepakatan ini penting karena biaya
akan mempengaruhi biaya nilai keuntungan.
13
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, Cet.2, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 175.
14
27
d. Shighat yaitu persetujuan (ijab dan qabul)
Ucapan (Shighat) yaitu penawaran dan penerimaan (ijab dan
qabul) harus diucapkan oleh kedua belah pihak guna menunjukkan
kemauan mereka untuk memyempurnakan kontrak. Shighat tersebut
harus sesuai dengan hal-hal sebagai berikut: 15
1) Harus jelas dan disebutkan spesifik dengan siapa berakad.
2) Antara ijab dan qabul harus selaras, baik dalam modal, usaha,
maupun penentuan nisbah keuntungan.
3) Tidak menggantungkan klausul yang bersifat menggantungkan
keabsahan transaksi pada hal/kejadian yang akan datang.
4) Dibolehkan dengan ucapan verbal atau kontrak tertulis yang
ditandatangani, dibolehkan juga melalui koresponden atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Macam-macam Mudharabah
Secara umum, Mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yakni;
Mudharabah muthlaqah dan Mudharabah muqayyadah.16
a. Mudharabah Muthlaqah (Bebas)
Yang dimaksud dengan transaksi Mudharabah muthlaqah adalah
bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
15
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, h. 166.
16
waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama salafus
shaleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if‟al ma syi‟ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi
kekuasaan sangat besar.
b. Mudharabah Muqayyadah (Terikat)
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
Mudharabah/specified Mudharabah adalah kebalikan dari
Mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis
usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali
mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam
memasuki jenis usaha.
5. Hukum dan Kedudukan Mudharabah
Hukum Mudharabah berbeda-beda seiring dengan adanya
perbedaan-perbedaan keadaan. Begitupun dengan kedudukan harta
yang dijadikan modal dalam Mudharabah, juga tergantung pada
keadaan.17
Karena pengelola modal perdagangan mengelola modal
tersebut atas izin pemilik harta, maka pengelola modal merupakan
wakil pemilik barang tersebut dalam pengelolaannya, dan kedudukan
modal adalah sebagai wakalah ‘alaih (objek wakalah).18
17Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,
Fikih Muamalah, h. 200.
18
29
Apabila harta itu rusak bukan karena kelalaian pengelola, ia
tidak wajib menggantinya. Bila kerusakan timbul karena kelalaian
pengelola ia wajib menanggungnya.19
Ditinjau dari segi akad, Mudharabah terdiri dari dua pihak.
Bila ada keuntungan dalam pengelolaan uang, laba itu dibagi dua
dengna persentase yang telah disepakati. Mudharabah juga sebagai
syirkah, karena bersama-sama dalam keuntungan. Ditinjau dari segi
keuntungan yang diterimah dalam pengelola harta, pengelola
mengambil upah sebagai bayaran dari tenaga yang di keluarkan,
sehingga Mudharabah dianggap sebagai Ijarah (upah-mengupah atau
sewa menyewa). Apabila pengelola modal mengingkari
ketentuan-ketentuan Mudharabah yang telah disepakati duabelah pihak, maka
telah terjadi kecacatan dalam Mudharabah. Kecacatan yang terjadi
meyebabkan pengelolaan dan penguasaan harta tersebut dianggap
ghasab.20
6. Berakhirnya Akad Mudharabah
Akad Mudharabah berakhir apabila:21
a. Adanya pembatalan, larangan berusaha (tasharruf) dan pemecatan.
b. Salah seorang yang berakad meninggal dunia.
c. Salah seorang yang berakad dianggap gila.
19
Hendi suhendi, Fiqh muamalat, h. 141.
20Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,
Fikih Muamalah, h. 200.
21
d. Pemilik modal murtad
e. Modal habis atau rusak, sebelum dikelola oleh pekerja.
7. Aplikasi Mudharabah pada Lembaga Keuangan Syariah
Prinsip bagi hasil dalam Mudharabah berbeda dengan prinsip
bunga tetap. Dalam bagi hasil, pemilik dana akan menagih penerima
pembiayaan sesuai dengan pendapatan/ hasil usaha. Sedangkan prinsip
bunga akan menagih penerima pembiayaan sejumlah bunga tetap
berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun nasabah merugi
dan terjadi krisis ekonomi.22
Aplikasi Mudharabah dalam lembaga keuangan syariah biasanya
diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi
penghimpunan, maka dana Mudharabah diterapkan pada: 23
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban dan sebagainya.
b. Deposito biasa, dan
c. Deposito spesial (special investment) dimana dana yang ditipkan
nasabah khusus untuk bisnis terntentu, misalnya murabahah saja atau
ijarah saja.
22
M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), h. 111-114.
23
31
B. Baitul Maal wa Tamwil
1. Pengertian Baitul Maal wa Tamwil
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul
maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti: zakat, infaq,
dan shadaqoh. Adapun baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial.24
Sedangkan menurut A. Djazuli yang dikutip oleh Muhammad
dalam bukunya yang berjudul “Lembaga Keuangan Syariah”, definisi
Baitul Maal wa Tamwil adalah lembaga keuangan terpadu yang isinya
berintikan bayt al-maal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
ekonomi pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Selain itu, BMT juga bisa
menerima titipan zakat, infaq, shadaqah dan menyalurkannya sesuai
peraturan syariah dan amanahnya.25
Konsep Baitul Maal wa Tamwil sebenarnya sudah ada sejak zaman
Nabi Muhammad SAW. Cikal bakal lembaga baitul maal yang telah
dicetuskan dan difungsikan oleh Rasulullah SAW, diteruskan oleh Abu
Bakar ashShiddiq dan semakin dikembangkan fungsinya pada masa
24
Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 363.
25
pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab sehingga menjadi lembaga yang
regular dan permanen.26
Dalam perkembangannya, selain bergerak di bidang keuangan,
BMT juga melakukan kegiatan di sektor riil. Sehingga ada tiga jenis
aktivitas yang dijalankan BMT, yaitu jasa keuangan; sosial atau
pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS); serta sektor riil.27
2. Ciri-ciri Utama BMT, yaitu: 28
a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama dan meningkatkan
pemanfaatan ekonomi untuk anggota dan lingkungannya;
b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infak, dan sedekah bagi kesejahateraan orang
banyak.
c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di
sekitarnya.
d. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu
sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.
26
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2010), h.91.
27
Hertanto Widodo, dkk., PAS, (Pedoman Akuntansi Syariat): Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wa Tamwil, (BMT), (Bandung: Mizan, 2000), h. 81-82.
28
33
3. Prinsip
BMT memiliki asas keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan
bagi masyarakat. Hal ini juga mendorong BMT memberikan peranannya
pada masyarakat dengan: 29
a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat ribawi,
seperti melakukan sosialisai dan pelatihan mengenai cara bertransaksi
secara syariah dimana harus punya bukti dalam transaksi, dilarang
bersifat curang dalam menimbang/ mengukur/ menakar, harus jujur
terhadap konsumen dan tidak berlaku gharar.
b. Melakukan pendanaan usaha kecil dengan jalan pendampingan,
pembinaan penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-usaha
nasabah.
c. Melepaskan ketergantungan masyarakat pada rentenir; dengan
memberikan layanan yang lebih baik pada ketersediaan dana setiap
saat dan birokrasi yang sederhana.
d. Menjaga keadilan ekonomi dengan distribusi yang merata. BMT
berhadapan langsung dengan masyarakat yang kompleks harus
mempunyai sikap dan langkah-langkah yang baik dalam pemetaan
skala prioritas pemberian pembiayaan kepada nasabah sehingga BMT
harus memperhatikan kelayakan usaha nasabah, golongan nasabah
dengan jenis pembiayaan yang dilakukan.
29
Selain itu BMT juga menjadi motor penggerak ekonomi dan sosial
masyarakat, pelaksana sistem ekonomi syariah, penghubung antara kaum
aghnia (kaya) dengan kaum dhu‟afa (miskin) serta sebagai sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang Islami.30
4. Kegiatan
BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah dalam menjalankan
kegiatannya harus berdasarkan pada prinsip muamalah dalam Islam.
Secara umum, kegiatan BMT dapat dikelompokkan menjadi beberapa
sektor, yaitu:
a. Jasa Keuangan31
Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa
penghimpunan dana dan menyalurkannya melalui kegiatan
pembiayaan dari dan untuk anggota atau non-anggota. Kegiatan ini
dapat disamakan secara operasional dengan kegiatan simpan pinjam
dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara umum.
1) Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu
dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk
disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan.
Simpanan ini dapat berbentuk tabungan wadi’ah, simpanan
Mudharabah jangka pendek dan jangka panjang.
30
Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, h.23.
31
35
2) Penyaluran Dana
Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis:
Pertama, pembiayaan dengan sistem bagi hasil dan kedua, jual beli
dengan pembayaran ditangguhkan.
b. Sektor Riil32
Pada dasarnya, kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk
penyaluran dana BMT. Namun, berbeda dengan kegiatan sektor jasa
keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran
dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan
terdapat unsur kepemilikan di dalamnya. Penyaluran dana ini
selanjutnya disebut investasi atau penyertaan.
c. Sektor Sosial33
Kegiatan pada sektor sosial merupakan jantung kekuatan BMT.
Dengan kegiatan ini, BMT tidak hanya berperan dalam bidang
ekonomi, tetapi juga dalam pembinaan agama bagi para nasabah sektor
jasa keuangan BMT. Selain itu, dengan kegiatan ini BMT juga
diharapkan turut memperkuat sektor sosial terutama bagi anggotanya
dalam menyalurkan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS). Cara kerja dan
perputaran dana BMT secara sederhana dapat digambarkan pada
skema berikut:
32
Hertanto Widodo, dkk., PAS, (Pedoman Akuntansi Syariat): Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wa Tamwil, (BMT), h.83.
33
Gambar 2.1 Skema Cara Kerja dan Perputaran Dana BMT
Berdasarkan skema diatas, dapat dilihat bagaimana perguliran dana
BMT. Pada awalnya dana BMT diperoleh dari para pendiri berbentuk
simpanan pokok khusus. Sebagai anggota biasa, para pendiri juga
membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan jika ada, simpanan
sukarela. Dari modal para pendiri ini dilakukan investasi untuk membiayai
pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor serta perangkat administrasi.34
Mengenai bagaimana caranya BMT mampu membayar bagi hasil
kepada anggota, khususnya anggota yang menyimpan simpanan sukarela,
maka BMT harus memiliki pemasukan keuntungan dari hasil usaha
pembiayaan berbentuk modal kerja yang di berikan kepada anggota dan
kelompok usaha anggota. Karena itu pengelola BMT harus menjemput
bola dalam membina anggota pengguna dana agar mereka dapat
berkembang dan mendapatkan untung yang besar, sehingga BMT pun
34
37
akan memperoleh feedback keuntungan yang cukup besar pula. Dari
keuntungan itulah BMT dapat menanggung biaya operasional untuk gaji
pengelola dan karyawan serta membayar bagi hasil yang memadai dan
memuaskan para anggota penyimpanan sukarela.35
Dalam menjemput bola tersebut, pengelola BMT harus mampu
menjelaskan dengan menarik minat anggota dan calon anggota untuk
menyimpan simpanan sukarelanya dalam jumlah yang besar dan alasan
jika menyimpan dana di BMT, dananya akan aman dan bermanfaat bagi
masyarakat, lebih menguntungkan dengan prinsip bagi hasil dan bebas dari
unsur riba‟. Dalam menjamin dananya, BMT umumnya menggunakan analisis kelayakan usaha dan jaminan (collateral).36
5. Jenis Usaha
Jenis-jenis usaha BMT sebenarnya dimodifikasi dari produk
perbankan Islam. Oleh karena itu, usaha BMT dapat dibagi kepada dua
bagian utama, yaitu memobilisasi simpanan dari anggota dan usaha
pembiayaan. Jenis usaha pembiayaan BMT lebih diarahkan pada
pembiayaan usaha mikro, kecil bawah, dan bawah. Di antara usaha
pembiayaan tersebut adalah; Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Al-Bai‟ Bithaman Ajil dan Al-Qardhul Hasan37
35
Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h.458 36
Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h.459 37
6. Produk Penghimpunan Dana
Pada sistem operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya
di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, melainkan berbagi hasil
keuntungan. Berdasarkan Fatwa DSN-MUI disebutkan bahwa diantara
produk LKS adalah produk penghimpunan dana yakni: 38
a. Giro Wadiah, merupakan produk simpanan yang berasal dari dana
nasabah yang dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat
nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari
keuntungan pemanfaatan dana tersebut oleh BMT. Besarnya bonus
tidak ditetapkan dimuka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan
BMT dan nominalnya diupayakan untuk senantiasa kompetitif.
b. Tabungan Mudharabah, yakni dana yang disimpan nasabah akan
dikelola BMT untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan diberikan
kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah dan pihak BMT.
Nasabah bertindak sebagai shahibul maal dan BMT sebagai mudharib.
c. Deposito Mudharabah. Dalam hal ini terdapat dua konsep yang
ditawarkan pada BMT, dimana BMT bebas melakukan berbagai usaha
yang tidak bertentangan dengan Islam dan terus mengembangkannya
yang didasarkan pada konsep Mudharabah Muthlaqah. Atau dengan
konsep Mudharabah Muqayyadah, dimana nasabah sebagai shahibul
maal menentukan dana yang disimpan harus dikelola pada suatu usaha
saja.
38
39 BAB III
GAMBARAN UMUM BMT GLOBAL INSANI
A. Sejarah Singkat BMT Global Insani1
Koperasi Surabraja Madani adalah koperasi serba usaha yang memiliki
<