• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Tekanan Darah Peserta Senam Diabetes di RSUD Cibinong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Tekanan Darah Peserta Senam Diabetes di RSUD Cibinong"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ANALISIS AKTIFITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN,

STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH PESERTA SENAM

DIABETES DI RSUD CIBINONG

HERNAWAN PRASSETYO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Tekanan Darah Peserta Senam Diabetes di RSUD Cibinong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

(3)

Status Gizi dan Tekanan Darah Peserta Senam Diabetes di RSUD Cibinong. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN

Meningkatkan aktivitas fisik serta pengaturan pola makan merupakan salah satu faktor untuk mencegah terjadinya peningkatan gangguan kesehatan berupa penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan aktifitas fisik, konsumsi pangan, status gizi dan tekanan darah peserta senam. Desain penelitian menggunakan metode cross sectional study, pemilihan tempat dilakukan secara purposive sampling. Teknik penarikan contoh dengan menggunakan seluruh populasi peserta senam. Beradasarkan uji korelasi spearman adanya hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pendidikan dengan pengetahuan gizi serta status gizi dengan tingkat kecukupan protein. Hasil uji korelasi pearson juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tekanan darah. Akan tetapi tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pekerjaan, status pernikahan dan umur dengan tekanan darah dan pengetahuan gizi, pengetahuan gizi dengan konsumsi pangan, status gizi dengan tingkat kecukupan energi dan tekanan darah, serta aktifitas fisik dengan tekanan darah.

Kata kunci: aktivitas fisik, konsumsi pangan, status gizi, tekanan darah.

ABSTRACT

HERNAWAN PRASSETYO. Study Analysis of Physical Activities, Food Consumption, Nutritional Status and Blood Pressure of Diabetes in the Elderly Gymnastics Participant at RSUD Cibinong. Supervised by ALI KHOMSAN

Increasing physical activity and diet regulation is factor to prevent increase health problems such as diabetes mellitus and hypertension. The purpose of this study was to analyze the relationship between physical activity, food consumption, nutritional status and blood pressure of diabetes gymnastic participant. Research design using a cross-sectional study, site selection was done by purposive sampling. Sampling technique using the entire population of gymnastic participants. Based on the Spearman correlation test, there was significant relationship (p<0.05) between education and nutritional knowledge, as well nutritional status and adequacy level of protein. Pearson correlation test showed a significant relationship between education and blood pressure. However, no significant relationship (p>0.05) between occupation, marital status and age with blood pressure and nutritional knowledge, nutritional knowledge with food consumption, nutritional status with energy adequecy levels and blood pressure, as well physical activity with blood pressure.

(4)

Status Gizi dan Tekanan Darah Peserta Senam Diabetes di RSUD Cibinong. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan, status gizi dan tekanan darah peserta senam diabetes di RSUD Cibinong. Tujuan khusus antara lain 1) Menganalisis konsumsi pangan dan asupan gizi, 2) Menganalisis aktifitas fisik, 3) Menganalisis status gizi dan kesehatan (tekanan darah), 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan.

Desain penelitian ini dengan menggunakan metode cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu lansia yang berusia 45 tahun ke atas, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak mengalami gangguan ingatan, bersedia diwawancarai sebagai responden, serta peserta senam diabetes. Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi lansia yang berjumlah 30 orang.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data kerakteristik contoh (nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan pendapatan), konsumsi pangan (Food Frequency Quistionaire dan recall 24 jam), aktivitas fisik (Physically Activity Level), status gizi (IMT), dan status kesehatan (riwayat kesehatan dan tekanan darah). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner serta pengukuran secara langsung. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data gambaran umum rumah sakit dan peserta senam.

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Statistical Package for Social Science versi (SPSS) 16.0 for Windows. Analisis gambaran menggunakan statistik deskriptif. Analisis hubungan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata umur contoh adalah 58.6 tahun. Contoh dengan pendidikan tamat SMP (40.6%), lebih dari separuh contoh menyatakan tidak bekerja (53.3%) dengan status menikah (73.3%). Sebagian besar contoh memiliki pendapatan sebesar <Rp. 1 500 000 perbulan (56.3%).

(5)

19 orang (39.6%), Anggota keluarga contoh yang mengalami diabetes sebanyak 11 orang (30.6%) dengan ayah sebagai penderita (33.3%). Contoh dinyatakan mengalami hipertensi sistolik terisolasi (36.7%).

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

STUDI ANALISIS AKTIFITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN,

STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH PESERTA SENAM

DIABETES DI RSUD CIBINONG

HERNAWAN PRASSETYO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang berjudul Studi Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Tekanan Darah Peserta Senam Diabtetes di RSUD Cibinong. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Prof Dr Ir Ali Khomsan MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan meluangkan banyak waktu, memberikan banyak masukan, serta kritik dan saran dalam penyusunan karya ilmiah ini.

2. Prof Dr Ir Faisal Anwar MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi ini.

3. Prof Dr Ir Hidayat Syarief MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran kepada penulis selama ada di bangku perkuliahan. 4. Penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Maria Tambunan, semua ahli

gizi RSUD Cibinong (uni rini, umi nova, ibu enri, teh nur, ibu mona) dan Direktur RSUD Cibinong yang bersedia memberikan izin untuk penelitian ini.

5. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Agus Suharto S.IP dan Ibunda Fatminiwati serta kedua adikku Ratih Cahyandari dan Anissa Qotrunnanda atas segala doa dan kasih sayangnya.

6. Tak lupa juga penulis sampaikan kepada Nafisatul Ulfa yang telah menjadi penyemangat serta bersedia membantu selama penyusunan skripsi baik tenaga, moral maupun dukungan.

7. Kepada teman-teman sahabat gizi masyarakat 47 selalu menjadi motivasi penulis.

8. Terkhusus Irwan, Andika, Fauzi, Farid, Ade, Richardson, Yazid, Putri, Wilda, Wahyu, Elok, Almira, Dayu, Iqbar dan Willy penulis ucapkan terima kasih telah bersedia bersedia membantu dalam proses pengambilan data. 9. Teman2 satu bimbingan, kirana, Desi, Ifdal, dan Widia yang telah

memberikan kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih ke berbagai pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini yang belum dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, walaupun masih cukup jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Bogor, Oktober 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE PENELITIAN 5 Desain, Tempat, dan Waktu 5 Teknik Penarikan Contoh 5 Jenis dan Cara Pengambilan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Gambaran Umum 8 Karakteristik Responden 9 Pengetahuan Gizi 12 Status Gizi 14

Pola konsumsi 15

Tingkat Kecukupan Gizi 20

Aktivitas Fisik 21

Status Kesehatan 22

Hubungan Antar Variabel 25

SIMPULAN DAN SARAN 30

Kesimpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 34

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 6

2 Sebaran peserta senam berdasarkan usia 9

3 Sebaran peserta senam berdasarkan pendidikan 10

4 Sebaran peserta senam berdasarkan pekerjaan 10

5 Sebaran peserta senam berdasarkan pendapatan 11 6 Sebaran peserta senam berdasarkan status pernikahan 12 7 Sebaran pertanyaan berdasarkan jawaban responden 12 8 Sebaran peserta senam berdasarkan skor pengetahuan gizi 13 9 Sebaran peserta senam berdasarkan status gizi 14 10 Sebaran peserta senam berdasarkan banyaknya makan dalam sehari 15 11 Sebaran peserta senam berdasarkan kebiasaan sarapan pagi 16 12 Sebaran peserta senam berdasarkan makanan yang dibatasi 16 13 Urutan frekuensi konsumsi sumber karbohidrat peserta senam

(kali/bulan) 17

14 Urutan frekuensi konsumsi protein hewani dan lemak peserta senam

(kali/bulan) 18

15 Urutan frekuensi konsumsi sumber protein nabati (kali/bulan) 18 16 Urutan frekuensi konsumsi sayuran (kali/bulan) 19 17 Urutan frekuensi konsumsi buah (kali/bulan) 20 18 Sebaran peserta senam berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi 20 19 Sebaran peserta senam berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein 21 20 Sebaran peserta senam berdasarkan aktifitas fisik 22 21 Sebaran peserta senam berdasarkan jenis penyakit yang sedang diderita 23 22 Sebaran peserta senam berdasarkan jenis penyakit yang pernah dialami

keluarga 23

23 Sebaran peserta senam berdasarkan keluarga yang pernah menderita

diabetes 24

24 Sebaran peserta senam berdasarkan tekanan darah 25 25 Hubungan tekanan darah dengan karakteristik responden, status gizi,

dan aktivitas fisik 25

26 Sebaran tekanan darah contoh berdasarkan status gizi 26 27 Sebaran tekanan darah contoh berdasarkan aktivitas fisik 27 28 Hubungan pengetahuan gizi dengan karakteristik responden dan

konsumsi pangan 27

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kondisi pengambilan data peserta senam diabetes di RSUD Cibinong 34

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu indikator sukses pembangunan disuatu negara yaitu dengan melihat semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Usia harapan hidup penduduk dapat dilihat dengan adanya peningkatan derajat hidup masyarakat di suatu kota dari tahun ke tahun. Peningkatan derajat kehidupan ini tidak lepas dari faktor kesejahteraan manusia yaitu dengan memperhatikan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada. Peningkatan kualitas SDM berhubungan langsung dengan fenomena perbaikan status kesehatan, salah satunnya dengan peningkatan status gizi. Peningkatan status kesehatan ini berhubungan langsung dengan peningkatan usia harapan hidup penduduk yang ditandai dengan adanya pertambahan jumlah lansia yang ada di berbagai negara salah satunya Indonesia. Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9.77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11.34 persen pada tahun 2020 (Badan Pusat Statistik 2010).

Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo 2006). Pada umumnya tanda-tanda penuaan sudah terlihat pada umur 30 tahun, yaitu penampakan kerutan-kerutan pada kulit (wajah), timbulnya uban (rambut putih), demikian juga kekuatan fisik sudah mulai menurun (Muchtadi 2009). Dengan adanya proses aging ini berdampak pada status kesehatan. Status kesehatan peserta senam sangat dipengaruhi dengan umur. Semakin meningktanya umur maka semakin banyak pula masalah kesehatan yang akan diderita. Penyebab masalah gizi menurut Wirakusumah (2001) yaitu: perubahan kebiasaan makan, penurunan selera makan, penurunan sensitivitas indra perasa dan penciuman, gangguan pencernaan dan pengunyahan serta penyakit degeneratif.

Menurunya kekuatan fisik serta daya tahan tubuh menyebabkan kerja organ tubuh dapat terganggu sehingga dapat memunculkan berbagai macam penyakit yang terjadi pada peserta senam diabetes. Secara tidak langsung penurunan kekuatan fisik dan daya tahan tubuh ini akan mempengaruhi sistem metabolisme tubuh yang berdampak terhadap status gizi individu. Adapun penyakit yang terjadi pada lansia di Indonesia yaitu penyakit sendi, hipertensi, anemia, katarak serta penyakit komplikasi lainnya seperti diabetes melitus. Hal ini diperoleh dari data yang didapatkan dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan oleh Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006. Diketahui bahwa persentase penyakit yang paling besar diderita lansia yaitu pada penyakit sendi (52,3%) kemudian disusul oleh hipertensi (38,8%) dan anemia (30,7%). Katarak menjadi persentase penyakit terkecil diantara penyakit sebelumnya yaitu sebesar (23%). Penyakit-penyakit ini merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Komnas lansia 2010).

(13)

bahwa Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia berdasarkan jawaban pernah didiagnosis dokter sebesar 1.5 persen. DM berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 2.1 persen. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25.8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30.9%), diikuti Kalimantan Selatan (30.8%), Kalimantan Timur (29.6%) dan Jawa Barat (29.4%). Prevalensi DM dan hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki (Kemenkes RI 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Patriasih et al (2013) menunjukkan bahwa indeks massa tubuh dan pengukuran lingkar lengan pada lansia di luar panti jompo lebih besar daripada lansia di panti jompo. Hal ini mengindikasikan terjadi masalah yang besar terhadap status gizi yakni gizi berlebih pada lansia di luar panti jompo. Peningkatan indeks massa tubuh berhubungan dengan peningkatan penyakit degeneratif kronis seperti DM tipe 2, penyakit kardiovaskuler, dan kanker.

Meningkatkan aktivitas fisik serta pengaturan pola makan merupakan salah satu faktor untuk mencegah terjadinya peningkatan gangguan kesehatan berupa penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Selain mengatur pola makan, melakukan aktivitas fisik untuk penderita diabetes merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyakit tersebut. Berdasarkan isu dan data-data diatas maka menarik bagi peneliti untuk mengkaji lebih lanjut mengenai status kesehatan (tekanan darah) dengan melihat hubungan pola konsumsi, aktivitas fisik, dan status gizi peserta senam diabetes di RSUD Cibinong.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah karakteristik lansia peserta senam berpengaruh terhadap status gizi? 2. Bagaimana aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap tekanan darah peserta

senam?

3. Bagaimana hubungan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan?

4. Bagaimana hubungan pengetahuan gizi terhadap konsumsi pangan peserta senam?

5. Bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap penyakit diabetes secara umum ?

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas fisik, konsumsi pangan, status gizi dan tekanan darah peserta senam diabetes di RSUD Cibinong.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis konsumsi pangan dan asupan gizi, 2. Menganalisis aktifitas fisik,

3. Menganalisis status gizi dan status kesehatan,

(14)

Hipotesis Penelitian

1. Adanya kaitan antara aktivitas fisik, konsumsi pangan, status gizi terhadap status kesehatan peserta senam diabetes di RSUD Cibinong.

2. Adanya pengaruh antara aktivitas fisik terhadap status gizi dan status kesehatan (diabetes) pada peserta senam diabetes di RSUD Cibinong.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aktivitas fisik, konsumsi pangan, status gizi terhadap status kesehatan pada peserta senam diabetes di RSUD Cibinong. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menambah pengetahuan untuk pengelola RSUD khususnya di bidang gizi dan kesehatan serta adanya gambaran umum mengenai aktivitas fisik, pola konsumsi dan status gizi yang baik dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit diabetes mellitus.

KERANGKA PEMIKIRAN

Dewasa ini peningkatan pembangunan khususnya dibidang kesehatan telah mengurangi angka kesakitan dan kematian penduduk. Hal ini sesuai dengan visi indonesia sehat 2010 yang ingin meningkatkan derajat kesehatan penduduk indonesia, salah satunya terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah lansia di indonesia. Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita sehingga resiko untuk terkena penyakit akan semakin tinggi, baik penyakit secara degeneratif maupun infeksi. Penurunan daya tahan fisik ini akan mengakibatkan penurunan kesehatan. Sehingga dengan meningkatnya usia akan berdampak pada meningkatnya kejadian penyakit kronik maupun akut.

Bergesernya penyebab penyakit dari infeksi menjadi degeneratif yang terjadi pada masa sekarang ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat, diantaranya dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang rendah serta pola makan yang kurang sehat sehingga berpengaruh terhadap status gizi dan status kesehatan. Penyakit yang diderita oleh seseorang diduga merupakan dampak dari pola makan terdahulu yang baru dirasakan dampaknya setelah mereka memasuki usia tua.

Aktivitas fisik yang kurang juga menjadi salah satu penyebab dari timbulnya berbagai penyakit. Kegiatan sehari-hari serta frekuensi mengerjakan perkerjaan menjadi salah satu tolak ukur untuk melihat aktivitas fisik pada seseorang. Oleh karena itu dengan menilai aktivitas fisik ini dapat digolongkan apakah aktivitas fisiknya berpengaruh terhadap status kesehatan.

(15)

rendah dan berlangsung terus menerus dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Berikut ini adalah bagan kerangka studi analisis aktivitas fisik, pola konsumsi pangan, status gizi dan tekanan darah peserta senam diabetes (pada gambar 1)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1. Kerangka Pemikiran studi analisis aktivitas fisik, konsumsi pangan, status gizi, dan tekanan darah peserta senam diabetes di RSUD Cibinong.

Status Kesehatan - Jenis penyakit - Perawatan kesehatan

Aktivitas Fisik

- Jenis dan alokasi waktu untuk aktivitas fisik Karakteristik Contoh

- Jenis Kelamin - Usia

- Pendidikan - Pekerjaan

- Status perkawinan - Pendapatan

Konsumsi Pangan - Tingkat kecukupan - Frekuensi pangan

Status Gizi

- Berat Badan (Kg) - Tinggi Badan (Cm)

Pengetahuan Gizi

(16)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan metode cross sectional study yaitu semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian tersebut dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan banyaknya peserta senam diabetes di RSUD cibinong. Selain itu kemudahan akses dan perizinan serta adanya populasi yang beragam. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei - Juni 2014.

Teknik Penarikan Contoh

Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang menjadi peserta senam diabetes di RSUD Cibinong. Pertimbangan pengambilan populasi sebagai contoh adalah keinginan peneliti untuk menganalisis keadaan keseluruhan peserta senam diabetes di RSUD Cibinong tersebut. Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu berusia 45 tahun ke atas, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak mengalami gangguan ingatan, bersedia diwawancarai sebagai responden, serta peserta senam diabetes. Populasi berjumlah 32 orang sementara 2 contoh tidak memenuhi kriteria dalam penelitian ini, sehingga total contoh sebanyak 30.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

(17)

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan

Karakteristik peserta

Konsumsi Pangan Food Frequency

Quistionaire, Recall

Wawancara langsung menggunakan kuisioner

Aktivitas Fisik Jenis dan alokasi waktu

untuk aktivitas fisik

Wawancara menggunakan kuisioner dengan

menggunakan acuan perhitungan PAL dan PAR.

Status Gizi Berat badan (Kg)

Tinggi badan (cm)

Status Kesehatan Tekanan darah, riwayat

penyakit, perawatan cleaning dan selanjutnya dianalisis. Proses editing dilakukan untuk pengecekan data. Selanjutnya, dilakukan coding untuk penggolongan sesuai dengan peubah dan dilakukan entry data sesuai dengan coding yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah selesai, dilakukan cleaning yang bertujuan untuk mengecek data untuk melihat kesesuaian pada kode yang telah ditentukan dan melihat data yang tidak sesuai. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excell dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) Versi 16.0 for Windows.

Uji statistik yang dilakukan, adalah menggunakan uji korelasi Spearman korelasi Pearson dan regresi linier. Uji korelasi digunakan untuk menguji hubungan antara konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan status gizi dengan status kesehatan (tekanan darah) peserta senam diabetes. Uji regresi linier dilakukan untuk mengetahui pengaruh diabetes mellitus dan obesitas terhadap penyakit hipertensi.

(18)

Konsumsi makan terdiri dari jenis, jumlah, dan frekuensi konsumsi contoh selama sebulan serta tingkat kecukupan energi dan protein. Frekuensi makan diukur menggunakan metode Food Frequencies Questionnaires (FFQ) sedangkan Tingkat Kecukupan zat gizi contoh dihitung melalui perbandingan konsumsi energi dan protein yang didapat melalui Recall dengan Angka Kecukupan Energi menurut WKNPG (2004). Data konsumsi pangan yang telah didapatkan dikonversikan ke dalam satuan energi (kkal), merujuk pada Daftar Komposisi Bahan Makanan. Konversi dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan 1994) sebagai berikut:

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

Setelah mengetahui zat-zat gizi dari pangan yang dikonsumsi sampel, maka tingkat kecukupan zat gizi dapat diketahui dengan cara membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut AKG 2004. Penilaian untuk tingkat kecukupan energi menurut Depkes (1996) dibagi menjadi lima kategori yaitu:

1. Defisit tingkat berat : <70% AKG 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKG 3. Defisit tingkat ringan : 80-89% AKG 4. Normal : 90-119% AKG

5. Kelebihan : >120% AKG

Data mengenai aktivitas fisik didapatkan dengan cara wawancara langsung menggunakan metode recall 1x24 jam. Menurut FAO/WHO/UNU diacu dalam Hasanah (2012) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physically Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

PAL = Σ(PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam

Tingkat aktivitas kemudian diketegorikan menjadi tiga kategori, yaitu ringan (1,40≤ PAL ≤ 1,69), sedang (1,70≤ PAL ≤1,99), dan berat (2,00≤ PAL ≤2,39).

Status gizi dinilai dengan menggunakan indikator antropometri. Pengukuran antropometri dilakukan berdasarkan perbandingan berat badan dan tinggi badan. Pengkategorian status gizi ditentukan berdasarkan IMT menurut WHO (2000), yaitu : kurang (<18.5 kg/m2), normal (≥18.5-24.9 kg/m2), pre-obese (24.9-29.9 kg/m2), obese I (30.0-34,9 kg/m2), obese II (35-39.9 kg/m2) dan obese III (≥40 kg/m2). Adapun rumus penghitungan status gizi yakni sebagai berikut :

IMT (kg/m2) = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m2)

(19)

Definisi Operasional

Peserta senam adalah seseorang yang mengikuti senam diabetes secara rutin di RSUD Cibinong.

Karakteristik Contoh adalah keadaan umum contoh berdasarkan usia, status pernikahan, pendidikan, pendapatan dan besar jenis kelamin.

Aktivitas fisik Setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi sehingga menyebabkan pembakaran energi seperti lari, senam, duduk, berjalan dll.

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh contoh berupa makanan dan minuman dalam setiap waktu makan dengan menggunakan metode Recall 24 jam dan menggunakan FFQ.

Asupan zat gizi jumlah zat gizi yang diperoleh dan didapat dari konsumsi pangan Tingkat kecukupan gizi adalah angka perbandingan jumlah zat gizi pangan yang dikonsumsi oleh contoh dengan angka kecukupan gizi berdasarkan usia, jenis kelamin dan berat badan contoh.

Frekuensi konsumsi adalah jumlah konsumsi makanan tertentu baik sumber karbohidrat, protein, sayur, dan buah yang dikonversi kedalam satuan kali/bulan.

Status gizi adalah ukuran mengenai kondisi tubuh lansia yang dapat dilihat dari pengukuran tinggi badan dan berat badan kemudian dihitung IMT.

Status Kesehatan adalah kondisi kesehatan lansia yang dilihat dari gangguan kesehatan yang dimilki, lama sakit dan perawatan kesehatan yang dilakukan.

Tekanan darah adalah kuatnya darah menekan dinding pembuluh darah saat dipompa dari jantung menuju seluruh jaringan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit umum daerah (RSUD) Cibinong berdiri pada tahun 1982 dengan luas tanah 51.789 m2. Rumah sakit cibinong terletak di pinggir jalan raya kelurahan tengah kecamatan cibinong berdekatan dengan kompleks perkantoran pusat pemerintahan daerah kabupaten bogor di jalan KSR Dadi Kusumayadi No 27.

(20)

Salah satu pencapaian dari misi ini adalah diadakannya senam diabetes yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. sebagian besar peserta senam adalah pasien rawat jalan penyakit diabetes mellitus. Senam diabetes dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Ada 5 pilar yang dilakukan oleh pihak rumah sakit untuk penderita diabetes yang disebut dengan EPLOK. EPLOK yang berarti (1.Edukasi, 2.Pola Makan, 3.Latihan Jasmani, 4. Obat, dan 5. Kontrol Gula Darah). Setelah mendapatkan Edukasi dari rumah sakit penderita diabetes dianjurkan untuk mengikuti senam diabetes. Komunitas peserta senam ini berdiri pada tanggal 18 april 2008. Senam diabetes dilakukan 1x dalam seminggu dan biasanya dilakukan pada hari sabtu dari pukul 7.30 WIB hingga 09.00 WIB. Setiap melakukan senam diabetes ini biasanya peserta senam selalu dibimbing oleh ahli gizi dan perawat. Dilakukan pemeriksaan kesehatan. Selain dilakukan pemeriksaan kesehatan peserta senam diabetes ini juga menerima informasi tentang diabetes mellitus melalui seminar dan simposium yang diadakan oleh pihak rumah sakit.

Karakteristik Peserta Senam

Usia

Peserta senam dikelompokkan menjadi 3 kelompok usia yakni 45-50 tahun, 50-55 tahun, dan umur >55 tahun. Berdasarkan penggolongan usia tersebut maka peserta senam memiliki kategori usia tertinggi berada pada rentang usia >55 tahun sebanyak 70% kemudian diikuti dengan kategori usia 45-50 tahun (23.3%) dan 50-55 tahun sebesar 6.7%. Rata-rata umur contoh yaitu sebesar 58.6 tahun. Sebaran peserta senam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran peserta senam berdasarkan usia

Jenis Kelamin

Responden yang ada dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan dikarenakan semua peserta senam diabetes berjenis kelamin perempuan. Selain itu populasi yang diambil sudah memenuhi kriteria inklusi yakni dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia diwawancarai, tidak mengalami gangguan ingatan, serta peserta senam diabetes RSUD Cibinong. Hasil tersebut tersebut menjelaskan jumlah responden yang didapat ada sebanyak 32 orang akan tetapi umur dari 2 orang responden tidak memenuhi kriteria sehingga jumlah responden sebanyak 30 orang yang berjenis kelamin perempuan.

Kategori Usia n %

45-50 tahun 7 23.3

50-55 tahun 2 6.7

>55 tahun 21 70.0

Total 30 100

Rata-rata umur 58.6 ± 7.9

(21)

Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat baik dari pendidikan formal maupun non formal akan mempengaruhi kemampuan masyarakat terkait pola pikir dan pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi. Menurut BPS (2004) tingkat pendidikan dapat diukur dari pendidikan formal terakhir yang ditamatkan. Tingkat pendidikan formal peserta senam dikategorikan berdasarkan strata pendidikan yang ada di Indonesia yaitu SD, SMP, SMA, serta perguruan tinggi. Sebagian besar tingkat pendidikan peserta senam diabetes ini memiliki pendidikan SMP yaitu 13 orang atau 43.3%, SMA sebanyak 10 orang atau 33.3%, SD sebanyak 4 orang atau 13.3%, serta perguruan tinggi sebanyak 3 orang atau 10%.

Tabel 3 Sebaran peserta senam berdasarkan tingkat pendidikan

Pada penelitian ini tidak ada peserta senam yang tidak tamat SD maupun tidak bersekolah, tingkat pendidikan yang paling rendah adalah tamat SD/sederajat (13.3%). Sebagian besar peserta senam tinggal di lingkungan rumah sakit yang terletak di pusat kota kabupaten sehingga peserta senam ini semakin sadar akan pentingnnya pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang cenderung memiliki pola pikir dan pengaturan konsumsi pangan lebih teratur.

Pekerjaaan

Pekerjaan seseorang sangat erat kaitannya dengan jenis kelamin, yang mana jenis kelamin wanita memiliki pekerjaan yang sedikit lebih ringan dibandingkan dengan laki-laki. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan (Khomsan 2000). Sebaran jenis pekerjaan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu tidak bekerja/pensiunan, TNI/POLRI/PNS/Pegawai, wiraswasta/jasa, petani, buruh/nelayan, serta pekerjaan lainnya.

Tabel 4 Sebaran peserta senam berdasarkan pekerjaan

Kategori Pekerjaan n %

Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga 16 53.3

TNI/POLRI/PNS/Pegawai 2 6.7

Wiraswasta/Jasa 3 10.0

Petani 0 0.0

Buruh/Nelayan 0 0.0

Lainnya/Pensiunan 9 30.0

Total 30 100

Kategori Pendidikan n %

SD 4 13.3

SMP 13 43.3

SMA 10 33.3

Perguruan Tinggi 3 10.0

(22)

Sebagian besar contoh menyatakan bahwa mereka tidak bekerja yaitu sebanyak 53.3%, yang berprofesi sebagai TNI/POLRI/PNS/Pegawai yaitu sebesar 6.7%, serta Wiraswasta/Jasa 10.0%. Pekerjaan petani serta buruh/nelayan contoh menyatakan yang tidak ada berprofesi dalam pekerjaan tersebut. Pekerjaan lainnya sebanyak 9 orang atau sebesar 30.0%. Sebagian besar sampel yang menyatakan tidak bekerja yakni berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Contoh yang tidak bekerja menggunakan sebagian besar waktunnya untuk mengurus keperluan keluarga.

Pendapatan

Pendapatan merupakan biaya yang diperoleh atau didapatkan peserta senam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sebagian besar contoh sudah berumur lanjut, sehingga pendapatan sudah tergantung kepada anak, pensiunan, suami, serta sosial. Menurut Nursilmi dalam Mutingataun (2013) lansia diindonesia masih banyak tergantung kepada orang lain terutama anak. Ketergantungan terhadap anak banyak dialami oleh wanita dan persentasenya naik seiring dengan bertambahnya usia.

Penggolongan pendapatan diperoleh dari pendekatan pendapatan perbulan dengan mengkategorikan pendapatan kedalam tiga klasifikasi besar yaitu <1.5 juta, 1.5-2.5 juta, dan > 2.5 juta. Sebaran pendapatan dapat dilihat dari Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran peserta senam berdasarkan pendapatan (Rp/bulan)

Kategori Pendapatan n %

<1.5 juta 9 56.3

1.5-2.5 juta 2 12.5

>2.5 juta 5 31.3

Total 16 100

Rata-rata pendapatan ± SD 1964063 ± 1312947

Min / Max 300000 / 5000000

Berdasarkan wawancara dari ke 30 responden, hanya 16 orang yang mau menyebutkan pendapatan mereka. Hal ini disebabkan sebagian besar peserta senam hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja sehingga mereka enggan untuk menyebutkan bahwa mereka memiliki pendapatan. Oleh karena itu hanya diperoleh 16 orang saja. Dari ke 16 contoh ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan contoh berada pada kategori kurang dari 1.5 juta (56.3%), selebihnya contoh berada pada kategori pendapatan 1.5-2.5 juta (12.5%) dan pendapatan lebih dari 2.5 juta (31.3%).

Status Pernikahan

(23)

Tabel 6 Sebaran peserta senam berdasarkan status pernikahan

Berdasarkan Tabel 5 sebagian besar peserta senam berstatus menikah (73.3%), sedangkan peserta senam lainnya berstatus cerai mati (26.7%) serta tidak adannya peserta senam yang memiliki status cerai hidup ataupun tidak menikah. Dengan masih banyaknya peserta senam yang masih berstatus menikah, faktor stress tersebut sedikit berkurang.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan landasan dasar yang akan merubah perilaku gizi dan sikap gizi seseorang. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan yang baik akan bertahan lebih lama, oleh sebab itu penting bagi peserta senam diabetes ini untuk memperoleh pengetahuan gizi terkait dengan penyakit diabetes mellitus, baik dari makanan maupun aktifitas fisik seseorang.

Pertanyaan pengetahuan gizi yang berkaitan tentang diabetes ada sebanyak 20 pertanyaan yang didapatkan malalui wawancara. Dari 20 pertanyaan yang diberikan hanya ada 5 pertanyaan yang dijawab benar oleh responden, dan 15 pertanyaan lagi menghasilkan jawaban yang beragam antara benar dan salah. Dari 15 pertanyaan itu jawaban benar paling sedikit ada pada pertanyaan nomer 5 yaitu tentang golongan yang paling rentan terkena diabetes tipe 2. Hanya ada 9 orang dari 30 orang yang menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Adapun sebaran pertanyaannya dapat dilihat dibawah ini

Tabel 7 Sebaran pertanyaan berdasarkan jawaban responden

No Pertanyaan Benar %

1 Diabetes merupakan penyakit karena kadar gula darah melebihi

batas 27 90

2 Diabetes merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan sangat

jarang menimbulkan komplikasi 16 53.3

3 Ada 2 tipe penyakit diabetes 26 86.7

4 Penyakit diabetes bersifat tidak menular, disebabkan karen pola

makan serta hidup yang tidak sehat 29 96.7

5 Anak-anak adalah golongan paling rentan terkena diabetes tipe 2 9 30 6 Kegemukan, pola makan yang salah, keturunan dan kurang

olahraga, merupakan salah satu faktor penyebab diabetes 30 100

7 Makanan yang manis adalah makanan yang sangat dianjurkan

bagi diabetisi 30 100

8 Jadwal makan yangh dianjurkan adalah 3 kali makan utama dan 2

kali selingan 22 73.3

9 Jenis makanan yang dianjurkan adalah makanan berminyak serta

(24)

Tabel 7 Sebaran pertanyaan berdasarkan jawaban responden (lanjutan)

No Pertanyaan Benar %

10 Penting untuk memperhatikan makanan berdasarkan jenis makanan, jumlah makanan, jam makan yang konsisten serta jarak

makan yang teratur 29 96.7

11 Kadar gula darah normal yakni <126 mg/dl puasa dan <200 mg/dl

sewaktu 26 86.7

12 Pola makan diabetisi yaitu suatu cara dalam pengaturan jumlah dan jenis makan dengan maksud mempertahankan kesehatan,

status gizi, dan membantu kesembuhannya 25 83.3

13 Cara yang paling baik untuk mengonsumsi protein hewani adalah

dengan tanpa kulit agar kandungan lemaknya rendah 30 100

14 Lebih baik mengonsumsi mengkonsumsi buah apel dibandingkan

semangka 22 73.3

15 Buah banyak mengandung kadar gula sehingga makan buah tidak

dianjurkan 28 93.3

16 Selain lauk hewani lauk nabati juga dibutuhkan diabetisi untuk

menyempurnakan asupan proteinnya 28 93.3

17 Tahu dan tempe memiliki kandungan lemak yang rendah sehingga

lauk nabati ini baik untuk dikonsumsi 30 100

18 Menggoreng adalah cara pengolahan yang baik dibandingkan

dengan direbus agar kandungan kolesterolnya rendah 27 90

19 Makanan dengan IG rendah mempunyai efek yang lambat dalam

menaikkan kadar gula darah 25 83.3

20 Bagi diabetesi lebih baik mengonsumsi beras merah daripada

beras ketan dikarenakan memiliki kandungan IG yang rendah 30 100

Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengkategorian pengetahuan gizi berdasarkan jawaban yang benar yang dijawab oleh responden serta pemberian skor atau nilai dari jawaban pertanyaan tersebut. Pengkategorian pengetahuan gizi seseorang didasarkan pada Khomsan (2000) yang membagi pengetahuan gizi menjadi 3 kategori, yakni kategori baik dengan skor >80, kategori sedang dengan skor 60 – 80, serta kategori kurang dengan skor <60. Adapun hasil dari pengkategorian pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran peserta senam berdasarkan skor pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi Skor n %

(25)

diabetes, adanya workshop seputar diabetes serta bertukar informasi setiap senam menjadi salah satu faktor semakin baiknnya skor pengetahuan gizi yang berhubungan dengan penyakit diabetes.

Status Gizi

Status gizi merupakan kondisi kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, serta penggunaan zat gizi makanan. Penilaian status gizi seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk mengetahui baik buruknya status gizi seseorang atau sekelompok orang (Riyadi 2003). Status gizi dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan standar IMT (kg/m2). Klasifikasi IMT menurut WHO (2000) Kategori status gizi dibagi menjadi 5 kategori yaitu kurang, normal, overweight, obese 1 dan obese 2, akan tetapi peneliti hanya membagi kalsifikasi tersebut kedalam 3 kategori yaitu kurang, normal, dan obese. Sebaran status gizi dapat dilihat dari Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran peserta senam berdasarkan status gizi

Status Gizi IMT n %

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh termasuk kedalam status gizi obese (53.3%). Sebanyak 40.0% contoh termasuk kedalam kategori normal, kemudian 6.7% contoh termasuk kedalam status gizi kurang. Menurut WHO (2000) wanita cenderung mengalami peningkatan penyimpanan lemak, sehingga memilki kemungkinan untuk menjadi obesitas. Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa status gizi pada penduduk indonesia kelompok umur diatas 18 tahun paling banyak menunjukkan obesitas. Prevalensi obesitas pada perempuan sebesar 26.9% lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki yaitu 16.3% (Depkes RI 2010).

(26)

Pola Konsumsi

Pola konsumsi merupakan susunan jenis atau ragam pangan yang biasa dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang di daerah tertentu. Pengelompokkan pola konsumsi pangan dapat dibentuk berdasarkan kegunaan atau fungsi pangan dalam tubuh meliputi pola konsumsi pangan pokok, pola konsumsi pangan sumber protein, pola konsumsi sayuran, dan pola konsumsi buah-buahan (Nasoetion et al. 1992). Secara umum survei konsumsi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan contoh, kebiasaan sarapan contoh, makanan yang dibatasi, serta frekuensi pangan contoh berdasarkan sumber-sumber pangan zat gizi. Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat kualitatif, biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi dan kebiasaan makan.

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan adalah suatu kegiatan makan dengan menyatakan banyaknya makan dalam sehari. Dengan mengetahui berapa banyak contoh mengkonsumsi makanan maka dapat diketahui sebaran pola konsumsi pada contoh. Berikut disajikan Tabel mengenai banyaknya contoh mengkonsumsi makan dalam sehari.

Tabel 10 Sebaran peserta senam berdasarkan banyaknya makan dalam sehari

Banyaknya makan dalam sehari n %

Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa contoh sebagian besar menyatakan bahwa makan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali dalam sehari (70%), selain itu yang menyatakan makan 2 kali sehari (30%). Contoh tidak ada menyatakan baik makan 1 kali sehari ataupun lebih dari 3 kali sehari.

Sarapan memiliki arti penting dalam hal penyediaan energi untuk menunjang aktivitas pagi hari sampai tiba saatnya waktu makan selanjutnya. Untuk peserta senam terutama lansia, penyediaan energi sangat penting untuk membantu dalam beraktivitas sehari-hari. Sebagian besar sampel adalah ibu rumah tangga sehingga sarapan ini sangat menunjang dalam melakukan kegitan rumah tangga sehari-hari. Kebiasaan tidak makan pagi biasannya disebabkan karena tidak adanya nafsu makan, terbiasa tidak makan pagi, dan tidak mempunyai waktu cukup untuk melakukannya.

(27)

Tabel 11 Sebaran peserta senam berdasarkan kebiasaan sarapan pagi

Dari Tabel diatas kebiasaan sarapan pagi dibagi kedalam 4 kategori yaitu selau, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Sebagian besar contoh menyatakan selalu sarapan pagi (76.7%), kadang-kadang (16.7%), jarang (3.3), serta tidak pernah (3.3%). Menurut winarno (2002) sebagian besar ibu-ibu rumah tangga harus menanggung beban yang kerja berat dan tekanan keluarga, karena itu mereka memerlukan vitamin ekstra dan tambahan kalori untuk mengatasinya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian berupa terdapat 23 orang dari 30 contoh menyatakan selalu sarapan yang artinya contoh sudah mengerti akan arti pentingnya sarapan bagi tubuh.

Peserta senam diabetes adalah pasien rawat jalan penyakit diabetes mellitus dari RSUD Cibinong. Jadi penting bagi diabetisi untuk memperhatikan pola makan agar kesehatan dapat terus terjaga sehingga resiko komplikasi terhadap suatu penyakit yang ditimbulkan dapat dicegah. Begitu pula dalam hal pembatasan makanan yang notabene pada penyakit diabetes ini sangat rentan terhadap makanan tertentu serta dalam hal pengolahanya. Makanan yang dibatasi oleh peserta senam dapat dilihat dari Tabel berikut.

Tabel 12 Sebaran peserta senam berdasarkan makanan yang dibatasi

Makanan yang dibatasi n %

Nasi, ubi, gula 11 36.7

Daging, ayam, ikan 0 0.0

Minyak, mentega, margarin 4 13.3

Semuannya 15 50.0

Total 30 100

Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hampir semua jenis makanan dibatasi seperti sumber karbohidrat, sumber protein, serta minyak dan lemak. Sebagian besar contoh membatasi semua jenis pangan (50%), begitu juga dengan dengan sumber karbohidrat (nasi, ubi, gula) yang merupakan pangan yang memiliki persentase tertinggi kedua yaitu 36.7%. makanan sumber minyak dan lemak (13.3%) merupakan makanan tertinggi ketiga yang dibatasi. Beda halnya dengan asupan protein, tidak ada seorangpun yang membatasi asupan makanan tersebut.

Frekuensi Konsumsi

(28)

konsumsi diukur dalam satuan satuan kali per hari, kali perminggu, maupun kali perbulan. Adapun kebiasaan makan peserta senam dikonversi kedalam satuan bulan. Jenis dan frekuensi makan dikelompokkan berdasarkan golongan makanan. Urutan terhadap pangan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi contoh dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Urutan frekuensi konsumsi sumber karbohidrat peserta senam (kali/bulan)

Karbohidrat (IG tinggi) Rata-rata

Dalam penelitian ini sumber pangan karbohidrat terdiri dari nasi putih, roti tawar, kentang, roti gandum, beras ketan hitam, beras ketan putih, jagung, kentang, ubi jalar, mie, beras merah dan makaroni. Dari sumber pangan karbohidrat nasi putih adalah pangan yang paling sering dikonsumsi perbulan yakni dengan rata-rata 75 kali perbulan, kemudian diikuti roti tawar dan jagung sebanyak 7 kali/bulan.

Makanan sumber karbohidrat paling tinggi yaitu nasi yang termasuk kedalam makanan dengan indeks glikemik yang tinggi. indeks glikemik pangan adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Bagi penderita diabetes indeks glikemik merupakan cara ilmiah unruk menentukan makanan (Siagian 2004). Penderita diabetes dapat memilih makanan yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastis. Makanan yang memiliki indeks glikemik rendah membantu mengendalikan rasa lapar, nafsu makan dan kadar gula darah. Adapun contoh makanan sumber karbohidrat dengan indeks glikemik pangan yang rendah seperti jagung, masih jarang dikonsumsi oleh peserta senam dilihat dari frekuensi konsumsi hanya sebanyak tujuh kali/bulan. Peserta senam cenderung lebih memilih pangan dengan sumber IG tinggi diduga karena umumnya pangan sumber IG tinggi yaitu nasi lebih gampang ditemui dibandingkan dengan IG rendah seperti jagung, ubi serta pangan lainnya. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang makanan pokoknya adalah beras menjadi faktor utama peserta senam lebih memilih konsumsi sumber karbohidrat dengan IG tinggi dibandingkan dengan IG rendah.

(29)

Profil lipid lemak darah yang baik adalah dengan kandungan kolesterol total <200 mg/dl (Dalimartha 2002). Untuk melihat frekuensi pangan sumber protein hewani dan lemak, tercantum pada Tabel 14.

Tabel 14 Urutan frekuensi konsumsi sumber protein hewani dan lemak peserta senam (kali/bulan)

Kolesterol beresiko tinggi Rata -rata

Minyak goreng 23.7

Daging sapi (tanpa kulit) 3.5

Daging kambing (tanpa kulit) 0.03

Pangan sumber protein paling tinggi dikonsumsi adalah susu 17.6 kali/ bulan, lalu diiukuti dengan telur ayam ayam sebanyak 13.5 kali/bulan. Penderita diabetes lebih banyak mengkonsumsi susu dengan tujuan untuk menjaga kesehatan diabetesnya. Contoh lebih sering mengkonsumsi telur ayam, dibandingkan dengan sumber protein lainnya, pemilihan makanan sumber protein hewani harusnya lebih diperhatikan bagi penderita diabetes agar resiko untuk menderita penyakit degeneratif lainnya dapat dihindari. Pengolahan makanan juga sebaiknya diperhatikan, dilahat dari tabel diatas sumber minyak masih sangat mendominasi cara paengolahan makanan, sebaiknnya makanan sumber kolesterol ini tidak terlalu banyak mengonsumsi setiap bulannya.

Pangan sumber lemak yang paling tinggi rasio konsumsinya adalah minyak goreng yaitu (23.7 kali/bulan). Hal ini dikarenakan seringnya mengkonsumsi makanan dengan cara digoreng. Untuk sumber lemak lainnya seperti santan kelapa dan margarin contoh tidak terlalu sering mengkonsumsi yaitu untuk santan sebanyak 4.4 kali/bulan dan margarin 2.6 kali/bulan. sumber lemak yang paling jarang dikonsumsi adalah mentega dengan rata-rata konsumsi 1.1 kali/bulan.

Tabel 15 Urutan frekuensi konsumsi sumber protein nabati (kali/bulan)

Protein nabati Rata-rata

(30)

adalah tahu dengan rata-rata konsumsi adalah sebesar 23.6 kali/ bulan, selain tahu tempe juga merupakan sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi peserta senam yakni 22.6 kali/bulan. Hal ini seiring dengan mudahnya dalam hal mendapatkan sumber pangan tersebut. Makan yang jarang dikonsumsi adalah kacang hijau, kedelai, serta susu kedelai. Sumber protein nabati yang paling jarang dikonsumsi adalah susu kedelai dengan rata-rata 2.9 kali/bulan.

Tempe maupun tahu merupakan makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat. Makanan ini merupakan makanan dengan penyumbang sumber protein nabati terbesar bagi tubuh. Selain harganya murah, makanan ini sangat mudah untuk diolah menjadi berbagai bahan makanan. Menurut Astawan (2008) keunggulan makanan ini dapat dilihat dari komposisi zat gizi secara umum, daya cerna protein dan kandungan asam amino essensial yang relatif lebih tinggi, zat anti gizi yang berupa anti tripsin, dan asam fitat yang jauh lebih rendah dari kedelai.

Tabel 16 Urutan frekuensi konsumsi sayuran (kali/bulan)

Sayuran Rata-rata

Wortel 16.4

Labu siam 12.3

Kacang panjang 10.3

Buncis 9.3

Bayam 7.6

Brokoli 6.5

Sawi 6.7

Toge 5.4

Kangkung 4.5

Kol 3.1

Sayuran yang dikonsumsi peserta senam terdiri dari 10 jenis sayuran, adapun jenis sayuran tersebut terdiri dari wortel, labu siam, kacang panjang, buncis, bayam, brokoli, sawi, toge, kangkung, dan kol (Tabel 16). Dari Tabel diatas dapat dilihat dari 10 macam jenis sayur, yang paling sering dikonsumsi adalah wortel dengan rata-rata konsumsi 16.4 kali/bulan. Untuk sayur yang paling jarang dikonsumsi adalah sayur kol dengan rata-rata 3.1 kali/bulan.

(31)

Tabel 17 Urutan frekuensi konsumsi buah (kali/bulan) beragam. Jenis buah tersebut diantaranya adalah pisang, pepaya, apel, jeruk manis, melon, semangka dan mangga. Buah yang paling sering dikonsumsi adalah pisang yaitu 12.5 kali/bulan. untuk pepaya 10.9 kali/bulan, apel 6.6 kali/bulan, jeruk manis 5.7 kali/bulan, melon 5.0 kali/bulan, semangka 4.2 kali perbulan. Yang paling jarang dikonsumsi adalah mangga (3.7 kali/bulan) dikerenakan buah mangga adalah buah musiman sehingga belum tentu setiap bulannya ada buah tersebut.

Tingkat Kecukupan Gizi

Tingkat Kecukupan Energi (TKE)

Tingkat kecukupan energi dibedakan) menjadi lima cut off points menurut Departemen Kesehatan (1996) yaitu: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG) (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG) (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG) (4) normal (90-119% AKG) dan (5) kelebihan (≥120% AKG). Konsumsi energi dari setiap contoh masing-masing berbeda tergantung dari pemasukan serta pengeluaran energi dari contoh. Tingkat kecukupan energi (TKE) dihitung dengan menggunakan metode recall kemudian dikonversi menjadi kategori-kategori TKE. Sebaran tingkat kecukupan energi dari peserta senam dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran peserta senam berdasarkan tingkat kecukupan energi (TKE)

Kategori TKE Skor TKE n %

(32)

sudah mencapai usia senja. Adapun perubahan secara fisik yakni berupa gangguan pengelihatan, komposisi tubuh, perubahan secara fisik, sistem pencernaan, sistem katabolisme dll. Hal ini juga dapat dilihat dari angka kecukupan gizi pada wanita umur 30-49 tahun yakni 2150 kkal berbeda dengan wanita 50-64 tahun yaitu 1900 kkal begitu juga dengan wanita umur 65-80 tahun yang angka kecukupan gizi energinya 1550 kkal.

Tingkat Kecukupan Protein (TKP)

Protein berfungsi sebagai pengatur dan pemeliharaan sel, selain itu juga sebagai sumber energi dengan menyediakan 4 kalori per gram. Akan tetapi, dengan bertambahnya usia, perlu pemilihan makanan yang mengandung protein bermutu tinggi dan mudah dicerna. Kebutuhan protein lansia dipenuhi dari yang bernilai biologis tinggi seperti telur, ikan dan protein hewani lainnya karena kebutuhan asam amino esensial meningkat pada usia lanjut (Fatmah 2010). Sebaran tingkat kecukupan protein peserta senam dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Sebaran peserta senam berdasarkan tingkat kecukupan protein (TKP)

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa kategori TKP dibagi kedalam 5 kriteria yaitu defisit tigkat berat, defisit tingkat sedang, defisit tingkat ringan, normal serta kelebihan. Sebaran contoh menunjukkan bahwa sebagian besar terletak pada kategori TKP normal (53.3%) atau setengah dari populasi. Beda halnya dengan TKE yang mana sebagian besar dari contoh menyatakan defisit berat akan tetapi pada TKP tidak adanya satupun contoh yang memiliki kategori tersebut. Tingkat kecukupan protein berdasarkan angka kebutuhan menunjukkan bahwa rata–rata tingkat kecukupan lansia yang tinggal di panti dan bersama keluarga tergolong defisit tingkat berat, yaitu <70% (Depkes 1996). Hal ini terlihat berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein pada peserta senam sebagian besar pada kategori normal. Salah satu penyebab tingginya TKP adalah tingginya mengkonsumsi sumber protein hewani.

Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik seperti berlari, berjalan, berolahraga serta lainnya. Energi yang diperlukan untuk melakukan aktifitas fisik bervariasi menurut tingkatan intensitas dan lama melakukan aktifitas fisik, sehingga semakin lama dan

(33)

semakin berat aktifitas fisik maka semakin tinggi energi yang diperlukan (Sandjaja 2010). Aktifitas fisik ini dilihat dari kegiatan yang dilakukan contoh mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi lalu dihitung dengan menngunakan PAR (Physically Activity Ratio). Setelah didapatkan aktifitas masing-masing kegiatan, maka total aktifitas fisik dibagi kedalam 24 jam dan diukur dengan menggunakan kriteria PAL (Physically Activity Level) yang dibagi kedalam 4 kriteria yaitu sangat ringan, ringan, sedang, serta berat. Adapaun sebaran aktifitas fisik contoh dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Sebaran peserta senam berdasarkan aktifitas fisik

Tabel 20 menjelaskan bahwa tingkatan aktifitas fisik pada peserta senam bervariasi. Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh memiliki aktifitas yang ringan (80%), selebihnya sangat ringan (13.3%) dan sedang (6.7%). Beda halnya dengan aktifitas berat, tidak ada satupun contoh yang masuk kedalam kriteria ini. Senam merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat dianjurkan untuk dapat meningkatkan aktivitas fisik.

Senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan lansia.aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh untuk tetap segar dan bugar. Adapun jenis senam yang sering diterapkan pada lansia meliputi senam diabetes mellitus, senam kebugaran, senam hipertensi, senam osteoporosis, senam otak dan jalan santai. Salah satu latihan yang dianjurkan adalah Senam Diabates Melitus. Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus. Senam diabetes dibuat oleh para spesialis yang berkaitan dengan diabetes, diantaranya adalah rehabilitasi medis, penyakit dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam. Senam tersebut khusus dirancang untuk pasien DM dan gerakan senam DM tidak jauh beda dari senam kesehatan jasmani (SKJ) yaitu pemanasan, gerakan inti, pendinginan. Senam diabetes mellitus dilakukan secara teratur 3-5 kali dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit. Gerakan yang mudah dilakukan, serta ekonomis (Sinaga 2012).

Status Kesehatan

Sebaran Penyakit

Dalam penelitian ini status kesehatan dilihat dari penyakit yang sedang diderita, penyakit yang pernah dialami keluarga, keluarga yang pernah mengalami diabetes dan tekanan darah peserta senam. Jenis penyakit yang ada pada kuisioner

(34)

didasarkan atas pertimbangan jenis-jenis penyakit komplikasi diabetes yang sering dialami oleh masyarakat.

Senam diabetes ini diadakan oleh pihak rumah sakit untuk membantu para penderita diabetes agar dapat melakukan aktifitas fisik serta dapat mengontrol kesehatannya, sehingga Jenis penyakit yang sedang diderita pada peserta senam paling besar yaitu diabetes mellitus (39.6%). Penyakit diabetes mellitus ini kerap hubungannya dengan penyakit-penyakit lainnya dan sering menimbullkan gejala komplikasi. Sehingga seorang dapat memiliki lebih dari satu jenis penyakit komplikasi yang dialami.

Tabel 21 Sebaran peserta senam berdasarkan jenis penyakit yang sedang diderita

Penyakit yang sedang diderita n %

Diabetes 19 39.6

Hipertensi 8 16.7

Kolesterol tinggi 9 18.8

Infeksi saluran pencernaan 0 0.0

Infeksi ginjal 4 8.3

Jantung 1 2.1

Lainnya 7 14.6

Tabel 21 menggambarkan bahwa satus kesehatan masing-masing individu berbeda, ternyata dapat disimpulkan bahwa peserta senam diabetes tidak semuannya menderita penyakit diabetes, ada sebagian orang yang hanya mengikuti senam tersebut untuk berolahraga. Selain penyakit diabetes kolesterol tinggi merupakan penyakit tertinggi kedua (18.8%). Penyakit hipertensi sebesar 16.7%, infeksi ginjal 8.3%, jantung 2.1% serta lainnya berupa penyakit asam urat, asma, maag, insomnia, serta katarak (14.6%). Untuk infeksi saluran cerna tidak ada seorangpun yang menderita penyakit ini.

Status kesehatan kita juga sangat dipengaruhi terhadap penyakit yang pernah dialami keluarga. oleh karena itu keluarga sangat berperan penting dalam pemeliharaan status kesehatan. Adapun sebaran penyakit yang pernah dialami oleh keluarga dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Sebaran peserta senam berdasarkan jenis penyakit yang pernah dialami keluarga

Penyakit yang pernah dialami keluarga n %

Diabetes 11 30.6

Hipertensi 10 27.8

Kolesterol tinggi 2 5.6

Infeksi saluran pencernaan 1 2.8

Infeksi ginjal 2 5.6

Jantung 3 8.3

Lainnya 7 19.4

(35)

Penyakit lainnya merupakan penyakit yang memiliki persentase terbanyak berikutnya yakni sebesar 19.4%. jenis penyakit berupa sakit pinggang, asma, kanker rahim, alergi stroke, dan tumor hati. Penyakit jantung 8.3%, penyakit kolesterol tinggi dan infeksi ginjal sama-sama memiliki persentase 5.6%. penyakit yang paling sedikit dialami keluarga adalah penyakit infeksi saluran pencernaan 2.8%, hal ini sama dengan paling sedikit penyakit yang sedang diderita contoh.

Faktor keturunan sangat mendukung terhadap penyakit yang akan diderita seseorang, sehingga pengaturan pola makan sangat mendukung terhadap pencegahan penurunan penyakit tersebut. Salah satu contoh penyakit keturunan adalah penyakit diabetes mellitus tipe 1. Menurut arisandi (2009) Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh ketiadaan insulin yang dikenal dengan diabetes melitus tipe 1 atau berkurangnya kepekaan hormon insulin dalam tubuh atau dikenal dengan sebutan diabetes melitus tipe 2. Munculnya penyakit diabetes melitus tipe 2 diantaranya disebabkan oleh faktor keturunan, gaya hidup dan pola makan yang salah. Tabel 23 menjelaskan tentang keluarga peserta senam yang pernah menderita diabetes. Adapun tabelnya dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 23 Sebaran peserta senam berdasarkan keluarga yang pernah menderita diabetes

Keluarga yang pernah menderita diabetes n %

Ayah 8 33.3

Tabel diatas dapat menjelaskan bahwa keluarga yang pernah menderita diabetes paling banyak terdapat pada ayah contoh (33.3%), selanjutnya adalah ibu (20.8%). Apabila ayah dan ibu memiliki penyakit diabetes yang dapat diturunkan maka sangat beresiko bagi anak untuk menderita penyakit ini, perlunya faktor gaya hidup yang sehat serta pengaturan pola makan yang baik agar diabetes ini dapat dicegah. Selain pada ayah dan ibu, ada juga terdapat pada kakek, nenek, paman dan bibi yakni dengan masing-masing persentase 8.3%, 4.2%, 8.3%, dan 8.3%. selajutnya keluarga lainnya yaitu kakak, dan keponakan sebesar 16.7%.

Tekanan Darah

(36)

lain: umur, jenis kelamin, merokok, stress, konsumsi alkohol, konsumsi garam, pendapatan, status gizi dan obesitas.

Menurut ESC/ESH (2003) tekanan darah dikelompokkan menjadi 7 golongan yaitu optimal, normal, normal tinggi, hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2, hipertensi derajat 3, dan hipertensi sistol terisolasi. Adapun sebaran tekanan darah dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Sebaran peserta senam berdasarkan tekanan darah

Tekanan darah Sistolik Diastolik n %

Hipertensi sistol terisolasi ≥140 ≤90 11 36.7

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh dikategorikan kedalam kategori tekanan darah hipertensi sistol terisolasi yaitu sebanyak 11 orang atau 36.7%. Hal ini sejalan dengan Krummel (2004) yang menyatakan bahwa tekanan sistolik terus meningkat sampai umur 80 tahun dan dan tekanan diastolik terus meningkat sampai umur 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Oleh karena itu pada lansia cenderung lebih banyak yang tekanan darahnya tergolong kedalam tekanan darah hipertensi sistolik terisolasi.

Hubungan antar Variabel

Tekanan Darah dengan Variabel Lainnya

Masalah gizi berlebih (obesitas) merupakan status gizi yang rawan terhadap penyakit karena dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti hipertensi. Sama halnya dengan aktifitas fisik yang rendah yang dapat meningkatkan tekanan darah. Berikut disajikan Tabel tentang hubungan tekanan darah dengan status gizi, aktivitas fisik dan karakteristik responden pada Tabel 25.

Tabel 25 Hubungan tekanan darah dengan karakteristik responden, status gizi, dan aktivitas fisik.

Variabel r p

Pendidikan -0.381 0.038*

Status pernikahan 0.243 0.196

Pekerjaan 0.178 0.346

Umur 0.171 0.366

IMT -0.498 0.606

PAL 0.059 0.757

(37)

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson pada Tabel 25 didapatkan adanya hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah yang ditandai dengan nilai signifikansi (p<0.05). Hasil ini menunjukan adanya hubungan negatif (r= -0.381 dan p=0.038) antara pendidikan dengan tekanan darah yang berarti semakin tingginya pendidikan seseorang maka semakin rendah untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal ini dapat terjadi karena orang yang memiliki pendidikan yang tinggi lebih mengetahui tentang tekanan darah dan dampaknya terhadap kesehatan dibandingkan dengan orang yang pendidikannya rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian terhadap wanita ras Kaukasian antara usia 50 dan 89 tahun yang dilakukan oleh Reaven (1991) yang menyatakan adanya hubungan negatif tekanan darah sistolik dengan tingkatan pendapatan atau pendidikan pada perempuan. Hal ini dikaitkan dengan indeks massa tubuh, obesitas abdominal dan diabetes. Tidak ada hubungan yang konsisten antara pendidikan atau pendapatan dan tekanan darah. Berbeda halnya dengan pekerjaan, status pernikahan dan umur contoh yang tidak signifikan terhadap tekanan darah yang ditandai hasil uji korelasi Spearman dan dilihat dari nilai signifikansinya (P>0.05). Hasil ini sejalan dengan penelitian Hasanah (2012) yang dilakukan tehadap lansia yang ada di panti Salam Sejahterah Bogor. Hasil penelitiannya menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik responden (pekerjaan, status pernikahan dan umur) dengan tekanan darah.

Terdapat bukti bahwa tekanan darah pada wanita lanjut usia dapat dikurangi salah satunya dengan melakukan aktivitas fisik. Namun hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh dari hasil uji korelasi Spearman. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara tekanan darah dengan status gizi yang ditandai dengan nilai signifikansi (p=0.540). Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh Destyana (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dengan tekanan darah di kecamatan Purwokerto Timur. Hal ini diduga karena tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor genetik, aktivitas saraf simpatis konsumsi garam yang berlebihan dan aktivitas fisik. Sebaran tekanan darah contoh berdasarkan status gizi disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26 Sebaran tekanan darah contoh berdasarkan status gizi

Status Gizi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Obese 139.9 81.8

Tidak obese 142.8 80.4

(38)

fungsi pembuluh darah. Patogenesis obesitas sehingga mengakibatkan suatu hipertensi merupakan hal yang kompleks karena penyebabnya multifaktor dan saling berhubungan (Lumoindong et al 2013).

Menurut Fatmah (2010), aktivitas fisik seperti olahraga dapat meningkatkan kesehatan apabila memperhatikan frekuensi, intensitas dan waktu. Penelitian Reaven (1991) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara aktivitas fisik dengan tekanan darah dimana level tekanan darah akan menurun seiring dengan peningkatan aktivitas fisik. Tidak adannya hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah diduga karena sebaran contoh rata-rata memililiki aktivitas yang ringan, kurang beragamnya data aktivitas ini dapat menyebabkan tidak adanya hubungan yang signifikan. Selain itu tekanan darah juga lebih dipengaruhi oleh faktor lainnya selain aktivitas fisik yaitu genetik (keturunan), obesitas, stres, asupan garam dan sebagainnya.

Tabel 27 Sebaran tekanan darah contoh berdasarkan aktivitas fisik

Aktivitas Fisik Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Ringan/sangat ringan 140.6 80.8

Sedang 150.0 86.0

Sebaran tekanan darah peserta senam berdasarkan aktivitas fisik dapat dilihat pada Tabel 9. Sebaran tekanan darah berdasarkan aktivitas ini berada pada kategori tekanan darah hipertensi sistolik terisolasi. Tabel diatas menunjukkan bahwa contoh dengan aktivitas fisik yang ringan/sangat ringan memiliki rataan sistolik sebesar 140.6 mmHg dan rataan diastolik sebesar 80.8 mmHg. Aktivitas fisik yang sedang memiliki rataan sistolik sebesar 150 mmHg dan diastolik sebesar 86 mmHg. Menurut Padilla et al. (2004), aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Tingginya tekanan darah yang disajikan pada Tabel 9 dapat disebabkan karena aktivitas fisik contoh tergolong ringan/sangat ringan dan sedang. Selain itu riwayat penyakit contoh sebanyak 39.6% menderita diabetes yang akan mempengaruhi tingginya tekanan darah.

Pengetahuan Gizi dengan Variabel Lainnya

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi zat gizi terhadap status gizi, status kesehatan, serta konsumsi pangan. Pengetahuan gizi yang baik belum tentu berhubungan langsung dengan konsumsi pangan yang akan menjadi baik. Hubungan antara pengatahuan gizi dangan karakteristik responden dan konsumsi pangan dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Hubungan pengetahuan gizi dengan karakteristik responden dan konsumsi pangan

Variabel r p

Umur 0.236 0.208

Pendidikan -0.554 0.002*

Status pernikahan 0.024 0.901

Pekerjaan -0.085 0.654

TKE -0.098 0.605

TKP -0.025 0.895

Gambar

gambar 1)
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 4 Sebaran peserta senam berdasarkan pekerjaan
Tabel 7 Sebaran pertanyaan berdasarkan jawaban responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur kerja bagi pegawai di UPTD Pendidikan Kecamatan Tuntang sudah di tunjukan dengan adanya struktur organisasi, akan tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan belum

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya, sehinggan dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Pembuatan Sistem

Hasil penelitian ini dukungan keluarga masuk dalam kategori baik, mungkin karena dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh lansia Desa Ciwaru melibatkan

yaitu mengenai bentuk perlindungan dari orang tua terhadap anak. yang mengalami kekerasan dan mengenai kewajiban orang

Memelihara harta dalam peringkat dharuriyyat, seperti syariat tentang cara pemilikan harta dan larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak sah, apabila

peningkatan pada setiap siklusnya. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data

dari total 38 mahasiswa. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II, untuk ketuntasan secara NODVLNDO WHUPDVXN NH GDODP NDWHJRUL

Menyatakan dengan sesunguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul “ Perencanaan Jembatan Gantung Pejalan Kaki Tipe I Dusun Taker Desa Gunung Malang Kecamatan Suboh