• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengembangan Pasar “Pulpy Jelly” Rumput Laut dengan Pendekatan Riset Aksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pengembangan Pasar “Pulpy Jelly” Rumput Laut dengan Pendekatan Riset Aksi"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR

“PULPY JELLY” RUMPUT LAUT

DENGAN PENDEKATAN RISET AKSI

DUWI ICHSAN YAHYA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pengembangan Pasar “Pulpy Jelly” Rumput Laut dengan Pendekatan Riset Aksi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Duwi Ichsan Yahya

(4)
(5)

ABSTRAK

DUWI ICHSAN YAHYA. Kajian Pengembangan Pasar “Pulpy Jelly” Rumput Laut dengan Pendekatan Riset Aksi. Dibimbing oleh AJI HERMAWAN.

Serat adalah komponen penting makanan yang diperlukan dalam sistem pencernaan manusia. Salah satu sumber serat alami di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan berserat adalah rumput laut. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan terhadap kurangnya konsumsi serat yang ada di masyarakat, kemudian mencari alternatif solusi penyelesaian dari permasalahan tersebut melalui pengembangan produk kesehatan berserat dari rumput laut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset aksi dengan menggunakan data primer yang diperoleh melaui proses wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja wanita usia 15-24 tahun memiliki masalah dengan konsumsi serat makanan. Sebanyak 76% responden menyatakan diri mereka kurang mengkonsumsi serat setiap harinya dan menginginkan adanya asupan serat tambahan dalam bentuk yang praktis. Berdasarkan data hasil pengujian solusi diketahui bahwa asupan serat tambahan yang diinginkan adalah dalam bentuk minuman. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yaitu sebanyak 70% responden menginginkan produk dalam bentuk minuman. Produk yang dibuat juga harus alami dan rendah kalori.

Kata kunci: pulpy jelly rumput laut, serat makanan, kanvas model bisnis, riset aksi

ABSTRACT

DUWI ICHSAN YAHYA. A Study of Customer Development of Seaweed “Pulpy Jelly” using Action Research Approach. Supervised by AJI HERMAWAN.

Fibre is an important part of a healthy diet. A high fibre diet can improve digestive health. One of the best natural source of fiber is seaweed. The aim of this research is to identify the lack of fiber intake in Indonesia, then find the alternative solution by designing healty seaweed-based food. The methodology used was action research, implementing interview to collect data. The results showed that female aged 15-24 years had problems with the consumption of dietary fiber. As many as 76% of respondents realize their lack of fiber and they wanted extra fiber intake by consuming more practical product. Based on solution test data, 70% of respondents wanted product in the form of beverages. The products must be also natural and low calories. Seaweed “pulpy jelly” comes as a solution to solve the problem.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR

“PULPY JELLY” RUMPUT LAUT

DENGAN PENDEKATAN RISET AKSI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kajian Pengembangan Pasar “Pulpy Jelly” Rumput Laut dengan Pendekatan Riset Aksi

Nama : Duwi Ichsan Yahya NIM : F34090128

Disetujui oleh

Dr Ir Aji Hermawan, MM Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini adalah Kajian Pengembangan Pasar “Pulpy Jelly” Rumput Laut dengan pendekatan Riset Aksi. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada Bapak Dr. Ir. Aji Hermawan, MM selaku Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi

Bogor, Februari 2014

(13)
(14)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE ... 2

Instrumen Penelitian ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hipotesis Kanvas Model Bisnis ... 5

Pengujian Masalah ... 8

Pengujian Solusi ... 8

Verifikasi Kanvas Model Bisnis ... 10

Verifikasi Kanvas Model Bisnis Tahap 2 ... 14

Peta Penjualan (Roadmap Sales) ... 14

Ukuran Pasar (Market Size) ... 15

Product Positioning ... 16

SIMPULAN DAN SARAN ... 17

Simpulan ... 17

Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Masalah dan Solusi yang Ditawarkan ... 9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahapan Penelitian... 3

Gambar 2. Skema Customer Relationships ... 6

Gambar 3. Hasil Pengujian Masalah ... 9

Gambar 4. Hasil Pengujian Solusi ... 11

Gambar 5. Nata de Seaweed ... 12

Gambar 6. Juice Rumput Laut ... 13

Gambar 7. “Pulpy Jelly” Rumput Laut ... 13

Gambar 8. Periode Konsumsi dan Harga Produk ... 14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan Wawancara Pengujian Masalah ... 21

Lampiran 2. Panduan Wawancara Pengujian Solusi ... 22

Lampiran 3. Presentasi Produk Pengujian Solusi ... 24

Lampiran 4. Hipotesis Kanvas Model Bisnis Awal ... 26

Lampiran 5. Daftar Responden Pengujian Masalah ... 27

Lampiran 6. Kanvas Model Bisnis 1... 29

Lampiran 7. Daftar Responden Pengujian Solusi ... 30

Lampiran 8. Kanvas Model Bisnis 2... 32

Lampiran 9. Kanvas Model Bisnis 3 ... 33

Lampiran 10. Proses Pembuatan Nata de Seaweed ... 34

Lampiran 11. Analisis Keuangan Nata de Seaweed ... 35

Lampiran 12. Proses Pembuatan Juice Rumput Laut ... 36

Lampiran 13. Analisis Keuangan Juice Rumput Laut ... 37

Lampiran 14. Kanvas Model Bisnis 4 ... 38

Lampiran 15. Proses Pembuatan “Pulpy Jelly” Rumput Laut ... 39

Lampiran 16. Analisis Keuangan “Pulpy Jelly” Rumput Laut... 40

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Serat adalah komponen penting makanan yang harus dikonsumsi setiap hari dalam kadar yang cukup. Menurut Lubis (2008), fungsi serat bagi tubuh adalah menyerap racun dalam saluran cerna, menyerap kolesterol, dan menyerap sisa-sisa makanan yang menempel dalam saluran cerna. Tensiska (2008) menambahkan bahwa serat juga dapat mengurangi kecepatan absorpsi glukosa dalam tubuh, merespon aktivasi insulin, dan menurunkan kadar glukosa dalam darah. Mengkonsumsi cukup serat setiap hari dapat mengurangi resiko serangan jantung, stroke, dan obesitas.

Akan tetapi, konsumsi serat masyarakat Indonesia masih rendah. Hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor menunjukkan bahwa konsumsi serat rata-rata penduduk Indonesia sekitar 10,5 gram per hari, padahal menurut WHO batas bawah konsumsi serat per hari adalah 27 gram (Isnaharani 2009). Konsumsi serat masyarakat Indonesia masih jauh di bawah standar minimun konsumsi serat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Di sisi lain, produksi rumput laut Indonesia sangat tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Winarno (1990) rumput laut mengandung serat alami yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Rumput laut juga mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak, abu, dan mineral seperti natrium dan kalsium (Winarno 1990). Menurut Rajagukguk (2009), pada tahun 2006 Indonesia adalah negara terbesar ketiga sebagai produsen rumput laut dunia dengan produksi rumput laut sebanyak 1.733.705 ton. Indonesia juga dinobatkan sebagai negara dengan volume ekspor rumput laut terbesar di dunia pada tahun 2006. Namun demikian, potensi rumput laut Indonesia yang melimpah masih belum dimanfaatkan secara optimal. Terbukti nilai ekspor komoditi rumput laut Indonesia masih sangat rendah yaitu berada di peringkat ke tujuh dunia, jauh di bawah Republik Korea, China, dan Maroco.

Keberadaan rumput laut yang melimpah di Indonesia ini sangat potensial untuk dijadikan sumber alternatif pelengkap kebutuhan serat harian masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan kajian pengembangan pasar produk minuman kesehatan berserat yang terbuat dari rumput laut sebagai alternatif pelengkap kebutuhan serat harian masyarakat Indonesia.

Tujuan Penelitian

(17)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mengacu pada empat tahapan pengembangan pasar (customer development). Menurut Blank dan Dorf (2012), customer development terdiri atas empat tahapan yaitu tahap pencarian konsumen (customer discovery), validasi pasar (customer validation), kreasi pasar (customer creation), dan tahap pendirian perusahaan (company building).

Pada penelitian ini hanya dilakukan dua tahapan awal yaitu customer discovery dan customer validation. Customer discovery merupakan tahap awal dari proses customer development di mana visi misi perusahaan dituangkan dalam bentuk hipotesis yang kemudian akan diuji untuk menghasilkan kanvas model bisnis terverifikasi. Dalam customer discovery terdapat empat sub tahapan yaitu pembuatan hipotesis awal, pengujian masalah, pengujian solusi, dan verifikasi kanvas model bisnis. Pengujian hipotesis (pengujian masalah dan solusi) dilakukan dengan metode wawancara kepada 50 responden. Hasil wawancara kemudian dianalisis dengan teknik kualitatif. Tindakan iteratif dilakukan apabila hipotesis model bisnis yang dibuat belum sesuai dengan hasil analisis data.

Setelah tahapan customerdiscovery selesai dan didapat kanvas model bisnis yang terverifikasi, penelitian dilanjutkan pada tahap customer validation. Tahap ini merupakan tahap untuk memastikan kanvas model bisnis yang dibuat sudah

scalable dan reapetable. Pada tahap ini terdapat empat sub tahapan yaitu persiapan penjualan, penjualan produk, product positioning, dan validasi model bisnis. Namun tahapan customer development ini berada pada tingkat riset, sehingga penelitian ini hanya menyelesaikan dua tahapan saja yaitu persiapan penjualan (pembuatan peta distribusi) dan product positioning.

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Action Research yaitu terjun langsung ke lapangan dan mewawancarai responden. Menurut Gunawan (2004),

action research adalah tindakan perbaikan suatu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya yang digarap secara sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Pengambilan data dilakukan melalui proses wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan terbuka kepada 50 responden.

(18)

Instrumen Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan Mei hingga Desember 2013. Penelitian dilakukan di Bogor dan Laboratorium Dasar Ilmu Terapan Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB. Instrumen penelitian terdiri atas prototipe produk berserat dari rumput laut, kanvas model bisnis, dan formulir wawancara sebagai alat untuk mendapatkan data penelitian.

Gambar 1. Tahapan penelitian

Y Y a Tidak

Ya

Pembuatan Hipotesis Kanvas Model Bisnis:

- Mendapatkan gambaran target pasar Mulai

Pengujian Solusi - Pembaharuan kanvas model bisnis - Pembuatan presentasi produk - Wawancara responden - Revisi kanvas model bisnis

Verifikasi Kanvas Model Bisnis

Apakah model bisnis sudah

layak?

Persiapan Penjualan 1. Pembuatan peta penjualan 2. Market share

3. Product positioning

(19)

1. Pembuatan hipotesis kanvas model bisnis

Bagian ini merupakan tahap pendefinisian model bisnis secara singkat. Model bisnis yang dimaksud adalah kanvas model bisnis yang dapat diartikan sebagai rancangan strategi mengenai bagaimana bisnis akan dijalankan. Hipotesis yang dibuat mencakup sembilan elemen model bisnis yaitu customer segment, value proposition, channel, customer relationship, revenue stream, key resource, key activities, key partner, dan cost structure. Hipotesis model bisnis dibuat berdasarkan asumsi awal peneliti dengan berbagai pertimbangan dari peneliti sendiri.

2. pengujian masalah

Bagian ini adalah tahap pengujian hipotesis terhadap asumsi masalah konsumsi serat yang saat ini dihadapi masyarakat. Pengujian dilakukan melalui wawancara langsung kepada responden dengan mengajukan beberapa pertanyaan terbuka. Responden yang dipilih berjumlah 50 orang dengan kriteria sesuai segmen pasar. Tujuan dari pengujian masalah ini adalah untuk mengetahui apakah permasalahan yang sebenarnya sedang dihadapi masyarakat dan solusi apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Panduan wawancara pengujian masalah dapat dilihat pada Lampiran 1.

3. Pengujian solusi

Setelah dilakukan pengujian masalah, tahap selanjutnya adalah pengujian solusi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah asumsi hipotesis mengenai solusi yang ditawarkan sudah mampu menyelesaikan masalah yang ada pada masyarakat. Pengujian dilakukan kepada 50 responden yaitu campuran dari responden yang sama pada pengujian masalah dan responden baru. Responden lama dipilih sebagai responden pada pengujian solusi jika memungkinkan untuk dihubungi kembali dan mau untuk dijadikan responden pada saat pengujian solusi. Panduan wawancara pengujian solusi dapat dilihat pada Lampiran 2. Presentasi produk dapat dilihat pada Lampiran 3.

4. Verifikasi kanvas model bisnis

Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil wawancara terhadap pengujian masalah dan solusi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui kelayakan model bisnis yang dibuat. Jika belum layak, maka harus dilakukan perubahan model bisnis dan perlu dilakukan pengujian kembali baik pada bagian pengujian masalah maupun pengujian solusi. Jika sudah layak, maka penelitian berlanjut ke tahap selanjutnya yaitu validasi model bisnis.

5. Pembuatan peta penjualan

Setelah dilakukan verifikasi terhadap kanvas model bisnis, tahap selanjutnya ada pembuatan peta penjualan. Peta penjualan menjelaskan tahapan produk dapat tersampaikan ke tangan konsumen.

6. Product positioning

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis Kanvas Model Bisnis

Hipotesis yang dibuat meliputi sembilan elemen model bisnis yaitu

customer segments, value proposition, channels, customers relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure. Hipotesis kanvas model bisnis awal secara ringkas dapat dilihat pada Lampiran 4.

1. Customer segments

Segmen konsumen yang dipilih pada hipotesis model bisnis awal adalah remaja wanita ekonomi menengah ke atas usia 15-24 tahun. Segmen ini dipilih dengan asumsi bahwa masyarakat golongan ini memiliki kesibukan belajar yang padat dan memiliki kecenderungan untuk malas berolahraga. Remaja wanita ekonomi menengah ke atas juga termasuk golongan yang paling rentan dipengaruhi oleh gaya hidup modern.

Santoso et al (2004) menjelaskan bahwa gaya hidup modern yang tidak tepat seperti kurang minum air putih, kurang gerak, mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi, kebiasaan istirahat yang tidak teratur dan kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kesehatan. Saat ini banyak sekali penyakit modern yang ditimbulkan akibat perubahan gaya hidup khususnya kesehatan pencernaan. Bustan (2007) menegaskan bahwa perubahan gaya hidup seperti konsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak baik, kebiasaan merokok dan kurangnya aktivitas fisik, adalah salah satu pemicu untuk timbulnya penyakit berbahaya seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke.

2. Value propositions

Value propositions (nilai tambah) adalah manfaat atau nilai yang ditawarkan perusahaan kepada segmen pasar yang dilayani. Blank dan Dorf (2012) menjelaskan bahwa value propositions setidaknya memiliki MVP (minimum viable product). MVP adalah fitur minimum yang harus dimiliki oleh produk/jasa yang memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan konsumen. Osterwalder dan Pigneur (2012) menegaskan bahwa value propositions merupakan nilai tambah suatu produk maupun jasa yang menjadi alasan pelanggan untuk mau menggunakannya.

(21)

3. Channels

Channels (saluran distribusi) merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan value propositions kepada customer segments yang dilayani. Pada hipotesis model bisnis awal yang dibuat, channels yang diperlukan antara lain berupa penjualan langsung (direct selling), supermarket, minimarket, distributor makanan/minuman, hotel, dan pasar tradisional. Pemilihan channels ini didasarkan pada kebiasaan tempat membeli produk-produk sejenis oleh konsumen pada segmen pasar yang ditargetkan.

4. Customer relationships

Customer relationships menjelaskan langkah-langkah perusahaan menjalin hubungan baik dengan pelanggannya. Ada tiga prinsip penting dalam customer relationships menurut Blank dan Dorf (2012) yaitu “Get, Keep, Grow”. Get yang dimaksudkan disini adalah getting customers, yaitu upaya mengarahkan konsumen pada saluran penjualan produk perusahaan. Tahapan berikutnya adalah

Keep (keeping customers), upaya menjaga pelanggan yang sudah didapatkan untuk terus percaya dan berlangganan kepada produk/jasa yang kita tawarkan. Kemudian yang ketiga adalah Grow (growing customers), yaitu upaya memperbanyak pelanggan untuk meningkatkan penjualan. Skema customer relationships disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Skema customer relationships

• Mengikuti pameran produk retail dan kesehatan • Promosi melalui media sosial (web, twitter,

facebook, danonline shop)

Get

• Menyediakan layanancustomer service terhadap produk melalui sms, telepon, dan email.

• Menyediakan layanan konsultasi seputar serat dan kesehatan malalui forum online.

Keep

• Melakukan promosi melalui media komersial (koran, majalah, radio, dan televisi)

(22)

5. Revenue streams

Revenue streams adalah pendapatan yang diterima perusahaan dari masing-masing segmen pasar. Revenue streams biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima perusahaan dari pelanggannya. Dalam hipotesis model bisnis awal yang dibuat, revenue streams perusahaan diperoleh dari penjualan produk yang bersifat langsung (direct selling) dan penjualan tidak langsung (indirect selling). Penentuan harga jual produk didasarkan pada harga-harga minuman di minimarket dan supermarket karena fitur produk yang ingin dibuat yaitu berbentuk minuman. Harga jual produk yang ditawarkan adalah Rp 5.000,- per kemasan botol 250ml.

6. Key resources

Key resources yang diperlukan mencakup empat kategori sumber yaitu bahan baku produksi, teknologi, sumber daya modal, dan sumberdaya manusia. Sumber daya bahan baku meliputi rumput laut, karagenan, tepung konjak, gula stevia, sukrosa, garam, dan bahan tambahan makanan lainnya. Sumber daya teknologi adalah ilmu pembuatan produk dan peralatan yang digunakan. Sumber daya teknologi ini bersifat unik dan rahasia. Sumber daya modal adalah sumber-sumber pendanaan yang memungkinkan untuk menjalankan aktivitas industri. Sumber daya modal diperoleh dari modal pribadi dan investor dengan sistem pembagian saham. Sumber daya manusia yang dibutuhkan meliputi direktur, manajer, dan staf pekerja.

7. Key activities

Key activities adalah aktivitas utama yang harus dikuasai perusahaan untuk menjalankan bisnis (Blank dan Dorf 2012). Pada bisnis minuman kesehatan berserat dari rumput laut ini aktivitas utama yang harus dikuasai antara lain pengadaan bahan baku produksi (rumput laut, karagenan, tepung konjak, air bersih, dan raw material lainnya), proses produksi, dan sistem pemasaran.

8. Key partners

Key partners (kemitraan) merupakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan untuk mewujudkan proposisi nilai, tetapi tidak dimiliki oleh perusahaan tersebut. Partner yang dimaksudkan dalam bisnis model adalah sosok perantara yang bukan miliki perusahaan namun berperan dalam mengubah produk/nilai menjadi uang. Partner dari bisnis ini antara lain:

a. Supplier rumput laut. Rumput laut diperoleh dari supplier yang berada di daerah Jawa Barat dan Jakarta dengan spesifikasi rumput laut yang sudah bersih

(23)

9. Cost structure

Cost structure (struktur biaya) adalah bagian dalam elemen kanvas model bisnis yang menjelaskan biaya yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Pada penelitian ini, analisis biaya menggunakan metode full-costing

untuk menghitung seluruh komponen biaya yang ada dalam pengoperasian bisnis. Dalam metode ini terdapat dua komponen utama yaitu biaya produksi (production cost) dan biaya non produksi (non production cost). Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku langsung (direct material), biaya tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya overhead.

Pengujian Masalah

Pengujian permasalahan dilakukan pada segmen remaja wanita sebanyak 50 responden. Daftar responden tercantum dalam Lampiran 5. Dari pengujian yang dilakukan langsung melalui proses wawancara kepada responden, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Remaja wanita ekonomi menengah ke atas kurang mengkonsumsi sayur karena mereka lebih menyukai mengkonsumsi makanan berlemak seperti daging, bakso, dan restoran cepat saji.

b. Sebagian besar remaja wanita bermasalah dengan berat tubuhnya. Mereka menganggap bahwa tubuh wanita mudah sekali gemuk.

c. Remaja wanita jarang melakukan aktivitas fisik yang berat seperti olahraga. d. Remaja wanita kurang memperhatikan apa yang mereka makan, terutama serat.

Banyak yang hanya berfikir makan untuk kenyang dan yang mereka sukai. e. Remaja wanita sebenarnya sadar jika mereka kurang mengkonsumsi serat,

untuk itu mereka mengharapkan adanya produk serat tambahan yang praktis. Hasil pengujian permasalahan dapat dilihat pada Gambar 3. Pengujian permasalahan ini menghendaki adanya perubahan model bisnis pada elemen value propositions dari yang semula semua memposisikan produk sebagai produk diet untuk menurunkan berat badan menjadi produk diet dan sekaligus pelengkap kebutuhan serat harian. Perubahan ini dilakukan karena sebesar 82% dari responden menginginkan produk berserat adalah untuk memenuhi kebutuhan serat harian karena mereka sadar kurang mengonsumsi serat setiap harinya. Namun hanya sebesar 56% responden yang mengharapkan produk serat untuk menurunkan berat badan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan serat harian. Hasil pengubahan model bisnis pertama dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pengujian Solusi

(24)

Gambar 3. Hasil pengujian masalah [(a) bermasalah dengan diet tubuh, (b) sibuk, (c) tidak terlalu mempedulikan makanan yang dikonsumsi, (d) menyadari bahwa kurang mengkonsumsi serat, (e) menginginkan konsumsi serat tambahan]

Tabel 1. Identifikasi masalah dan solusi yang ditawarkan

Masalah Konsumen Solusi yang Ditawarkan - Kurang mengkonsumsi serat karena kurang

tertarik mengkonsumsi sayur setiap hari - Kurang aktivitas fisik, sangat jarang olahraga - Bermasalah dengan diet tubuh

- Kurang memperhatikan konsumsi makanan, terutama serat

- Lebih suka mengkonsumsi makanan berlemak seperti daging, dan makanan restoran cepat saji - Menginginkan konsumsi serat tambahan dalam

bentuk yang praktis

- Produk minuman serat dari rumput laut (berbentuk nata) - Baik untuk kesehatan pencernaan

dan menjaga diet tubuh - Sebagai asupan serat tambahan

untuk memenuhi kebutuhan serat harian

- Praktis - Segar

- Banyak pilihan rasa

Hasil pengujian nilai tambah produk menunjukkan hasil yang positif, yaitu segmen pasar yang di targetkan memang membutuhkan asupan serat tambahan

(c) (d)

(e)

(25)

yang praktis dalam bentuk minuman. Selain nilai produk diatas, hasil wawancara menunjukkan bahwa konsumen juga menginginkan adanya nilai tambah lainnya yaitu produk harus alami (tanpa pengawet dan pemanis buatan), rendah kalori supaya lebih aman dikonsumsi, dan segar supaya lebih nikmat. Hasil pengujian solusi dituangkan dalam Gambar 4.

Pada pengujian solusi juga diketahui bahwa responden lebih memilih minimarket sebagai saluran pembelian utama dimana mereka bisa mengakses produk minuman berserat ini, lalu disusul supermarket. Sementara untuk hotel dan pasar tradisional maupun toko kurang diminati. Adanya permintaan konsumen yang menginginkan produk harus rendah kalori mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi bahan baku pembuatan, sehingga terjadi perubahan model bisnis pada elemen key partner. Pada elemen ini terjadi penambahan partner berupa supplier gula stevia dan HFCS (high fructose corn syrup). Distributor juga masuk kedalam kategori partner yang harus dijaga karena merupakan salah satu jalur penjualan produk.

Dengan demikian, terjadi perubahan model bisnis pada elemen value propositions dan channels. Pada elemen value propositions terjadi penambahan

value alami, rendah kalori, dan segar. Sedangkan pada channels, jalur penjualan hotel, direct selling, dan pasar tradisional dihapuskan karena memakan biaya tanpa dapat menjual produk dengan jumlah yang signifikan. Perubahan kanvas model bisnis kedua selengkapnya disajikan dalam Lampiran 8.

Verifikasi Kanvas Model Bisnis

Verifikasi model bisnis dilakukan pada kesembilan elemen model bisnis. Dari sembilan model bisnis tersebut ternyata terdapat satu elemen yang masih belum layak, sehingga perlu dilakukan iterasi. Iterasi adalah suatu aktivitas pengulangan pengujian yang bertujuan untuk membuat model bisnis menjadi lebih baik. Ketidaklayakan terjadi pada elemen cost structure yang didasarkan atas dua alasan yaitu:

a. Pada harga pokok produksi (HPP) produk nata de seaweed sangat tinggi karena menggunakan komponen gula pada tahap fermentasi, sehingga keuntungan yang bisa diperoleh sedikit. Biaya produksi yang tinggi juga mengurangi daya saing produk di pasar karena produk harus dijual dengan harga yang mahal untuk memperoleh keuntungan.

b. Waktu fermentasi yang dibutuhkan adalah 20 hari. Dalam proses produksi

nata de seaweed, lama waktu fermentasi ini menunjukkan banyaknya ruang produksi yang harus disediakan untuk proses fermentasi. Hal ini sangat tidak efisien karena akan memakan banyak tempat. Contoh produk nata de seaweed

(26)

(a) (b)

(c)

(f)

Gambar 4. Hasil pengujian solusi [(a) menginginkan produk berserat tinggi, (b) menginginkan produk yang praktis, (c) bentuk produk yang diinginkan, (d) menginginkan produk yang alami, (e) menginginkan produk yang rendah kalori, (f) menginginkan produk yang segar]

(27)

Gambar 5. Nata de seaweed

Penelitian dilanjutkan dengan melakukan proses iterasi. Proses iterasi diawali dengan pengembangan produk alternatif baru. Produk baru yang dikembangkan adalah juice rumput laut. Juice rumput laut adalah minuman berserat dari rumput laut yang diolah sehingga berbentuk seperti juice. Produk ini dipilih karena pengolahannya tidak membutuhkan fermentasi serta masyarakat pada umumnya biasa mengkonsumsi juice buah-buahan. Perubaham kanvas model bisnis karena terjadinya iterasi dari produk nata de seaweed menjadi juice

rumput laut bisa dilihat pada Lampiran 9. Perubahan produk mengakibatkan terjadinya perubahan aktivitas proses dan analisis keuangan. Tahapan proses pembuatan produk nata de seaweed dan struktur keuangan secara berturut-turut disajikan pada Lampiran 10 dan 11. Kemudian untuk tahapan proses pembuatan produk juice rumput laut dan analisis keuangannya secara berturut-turut disajikan pada Lampiran 12 dan 13.

Selanjutnya produk juice rumput laut ini diujikan kepada responden sehingga dapat dilakukan verifikasi ulang terhadap hasil wawancara. Hasil wawancara adalah sebagai berikut:

a. Konsumen menyukai fitur serat rumput laut yang ditawarkan

b. Kehadirannya sebagai produk kesehatan yang alami dan rendah kalori disambut dengan baik oleh konsumen.

c. Penempatan juice rumput laut sebagai produk yang ready to drink sangat praktis untuk asupan pemenuhan konsumsi serat harian.

d. Rasa yang tidak terlalu manis dan khas rumput laut menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen

e. Variasi rasa direkomendasikan karena kesukaan konsumen terhadap rasa berbeda beda. Rasa yang paling banyak diminati adalah jeruk, leci, strawberry, dan melon.

f. Desain kemasan kurang menarik terutama bentuk botol yang digunakan g. Tekstur produk lembek (kental khasnya juice) sehingga terasa aneh di mulut. h. Konsumen menghendaki adanya perubahan tekstur dan kemasan namun

(28)

Setelah dilakukan verifikasi ternyata tekstur juice rumput laut yang lembek (kental) sangat berpengaruh terhadap minat beli konsumen, sehingga produk ini tidak disukai konsumen. Dengan demikian, iterasi kembali dilakukan untuk membenahi tekstur juice sesuai permintaan konsumen. Contoh produk juice

rumput laut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Juice Rumput Laut

Penelitian dilanjutkan dengan mengembangkan produk alternatif lainnya yaitu “pulpy jelly” rumput laut. Produk “pulpy jelly” rumput laut bisa dilihat pada Gambar 7. “Pulpy jelly” rumput laut merupakan minuman kesehatan berserat dari rumput laut dimana serat yang terkandung dalam rumput laut dibuat menjadi butiran-butiran yang kenyal. Perubahan kanvas model bisnis dari juice rumput laut ke “pulpy jelly” rumput laut dapat dilihat pada Lampiran 14. Perubahan produk mengakibatkan terjadinya perubahan aktivitas proses dan struktur keuangan. Tahapan proses pembuatan produk “pulpy jelly” rumput laut dan analisis keuangannya secara berturut-turut disajikan pada Lampiran 15 dan 16.

(29)

Verifikasi Kanvas Model Bisnis Tahap 2

Verifikasi tahap dua dilakukan dengan mengecek kembali seluruh elemen model bisnis yang telah diuji. Hasil verifikasi tahap dua menyatakan kesembilan elemen model bisnis sudah sesuai dan layak untuk dijadikan sebagai model untuk

start-up business. Berdasarkan data wawancara yang dilakukan, sebagian besar konsumen ingin membeli produk “Pulpy Jelly” Rumput Laut ini sebanyak 3 kali dalam seminggu untuk pemenuhan serat harian mereka. Harga yang diharapkan per kemasan botol 250ml adalah Rp 5.000,-. Hasil wawancara mengenai periode konsumsi produk dan harga yang diinginkan konsumen disajikan pada Gambar 8.

Peta Penjualan (Roadmap Sales)

Peta penjualan merupakan skema saluran penjualan produk yang digunakan untuk menjalankan model bisnis. Terdapat dua macam saluran penjualan dalam model bisnis ini yaitu penjualan melalui minimarket, dan penjualan melalui distributor.

Gambar 8. (a) Periode konsumsi produk per minggu, (b) Harga yang diinginkan konsumen untuk satu botol produk.

(a)

(b) x x x

x x

(30)

1. Saluran penjualan minimarket

Saluran penjualan ini adalah saluran penjualan utama dari produk. Menjamurnya minimarket di seluruh wilayah perkotaan dan pedesaan menjadi sebuah peluang untuk melakukan penjualan secara luas ke seluruh bagian Indonesia. Masyarakat saat ini juga lebih banyak yang beralih ke minimarket

untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Mekanisme dan aturan penjualan pada saluran penjualan ini mengikuti aturan yang telah ditentukan oleh pihak pengelola

minimarket. Pada saluran penjualan ini, pihak minimarket mendapatkan potongan harga sebesar 30% dari harga jual normal. Analisis konsumen potensial yang diperoleh dari hasil wawancara disajikan pada Lampiran 17.

2. Saluran penjualan distributor

Saluran penjualan ini dibuat untuk memperbesar penjualan produk dengan memanfaatkan distributor-distributor produk makanan dan minuman. Saluran ini memberi kesempatan kepada distributor untuk ikut mengambil keuntungan dari kegiatan bisnis perusahaan. Keuntungan bagi perusahaan adalah meningkatnya volume penjualan karena distributor akan berusaha mencari bagian konsumen yang sulit dijangkau oleh minimarket pada kondisi tertentu misalnya di kantin sekolah. Pada saluran penjualan ini distributor mendapat potongan harga sebesar 20% dari harga normal.

Ukuran Pasar (Market Size)

Ukuran pasar ditentukan secara bertahap dengan menggunakan pendekatan jumlah penduduk masyarakat Indonesia yang berada pada segmen remaja wanita kelas ekonomi menengah keatas.

1. Total addressable market (TAM)

Total addressable market merupakan keseluruhan potensi pasar yang berpeluang untuk menjadi konsumen dari produk/jasa sejenis yang ditawarkan. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), pada tahun 2010 jumlah remaja wanita di Indonesia usia 15-24 tahun adalah sebanyak 20.683.052 jiwa. Sementara menurut Wakil Menteri Perdagangan yang dikutip dari kalangan atas di Indonesia adalah sebanyak 20% dari jumlah penduduk. Dengan demikian jumlah potensi pasar bisa diperkirakan sebesar 4.136.610 jiwa. Data wawancara penelitian menunjukkan bahwa konsumen ingin membeli produk sebanyak 3 kali dalam seminggu. Dengan demikian total addressable market

dapat diasumsikan sebesar 1.772.833 kemasan botol per hari atau sebesar Rp 8,86 milyar per hari karena harga jual produk adalah sebesar Rp 5.000,- per kemasan botol 250ml.

Produsen Minimarket Konsumen

(31)

2. Served available market (SAM)

Served available market merupakan bagian potensi pasar yang memiliki kencenderungan untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Berdasarkan hasil wawancara penelitian diperoleh bahwa sebanyak 82% responden ingin mengkonsumsi produk untuk memenuhi kebutuhan serat harian mereka. Sementara 56% responden ingin mengkonsumsi produk untuk memenuhi kebutuhan serat harian dan sekaligus menjaga berat tubuh. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pangsa pasar yang benar-benar menginginkan

value dari produk adalah sebesar 56%. Sehingga served available market

diperkirakan sebesar 992.786 botol per hari atau senilai dengan Rp 4,96 milyar per hari.

3. Target market (TM)

Target market merupakan bagian dari pangsa pasar yang benar-benar menjadi pengguna dari produk/jasa perusahaan. Target market diasumsikan sebesar 1% dari keseluruhan SAM yaitu sebesar 9.928 botol produk atau senilai dengan Rp 49,6 juta per hari.

Product Positioning

1. Target pengguna

Target pengguna dari produk ini adalah remaja wanita kelas ekonomi menengah keatas. Segmen ini memiliki masalah kurang mengkonsumsi serat. Kesadaran kurang mengkonsumsi serat ini dinilai kurang baik dan membuat mereka ingin mengkonsumsi serat tambahan dalam bentuk yang praktis. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa segmen ini tertarik dengan produk “pulpy jelly” rumput laut. Ketertarikan segmen konsumen terhadap produk ini adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi serat setiap hari.

2. Nama dan kategori produk

Produk yang ditawarkan bernama “pulpy jelly” rumput laut. Produk ini masuk ke dalam kategori minuman kesehatan yang mengandung serat alami rumput laut. Produk ini didesain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi serat harian masyarakat terutama remaja wanita yang notabenenya kurang mengkonsumsi serat.

3. Tagline produk

“be healthy with complete your daily fiber consumtion”

4. Fitur produk

a. Wujud produk adalah berbentuk minuman yang siap untuk langsung diminum (ready to drink). Wujud minuman ini dipilih berdasarkan hasil wawancara penelitian yang menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai produk dalam bentuk minuman.

(32)

c. Serat yang terkandung berbentuk “pulpy jelly” yaitu butiran-butiran rumput laut yang teksturnya dibuat seperti jelly. Tekstur jelly ini diharapkan dapat meningkatkan kenikmatan saat mengkonsumsi produk. d. Stiker kemasan dibuat dengan kombinasi warna dominan biru dan hijau.

Warna biru dan hijau dipilih untuk memberikan kesan alami dan segar. e. Produk “pulpy jelly” rumput laut ini dibuat dengan kombinasi varian rasa.

Variasi rasa dibuat agar tidak menimbulkan efek jenuh bisa dikonsumsi secara rutin. Hal tersebut juga memberikan keleluasaan kepada konsumen untuk memilih rasa yang paling disukai.

5. Benefit produk

a. Produk ini mengandung serat alami rumput laut yang dapat membantu menjaga berat tubuh tetap normal.

b. Produk ini berperan untuk memenuhi kebutuhan serat harian. Fungsi serat bagi tubuh antara lain menyerap kolesterol, menyerap sisa-sisa makanan dan racun dalam saluran cerna, menurunkan kadar glukosa dalam darah, mengurangi resiko serangan jantung, stroke, dan obesitas.

c. Produk “pulpy jelly” rumput laut ini alami, dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet dan pemanis buatan. Sehingga produk ini aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang.

d. Produk ini dibuat dengan campuran gula stevia dan sedikit sukrosa sehingga kadar kalorinya rendah. Kalori yang rendah aman dikonsumsi bagi penderita diabetes.

e. Produk ini mengandung serat alami yang bisa langsung dikonsumsi tanpa harus dimasak atau diolah terlebih dahulu oleh konsumen (praktis).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(33)

Saran

Tahapan customer validation pada dasarnya terdapat empat sub tahapan yaitu persiapan penjualan, penjualan, product posisioning, dan validasi model bisnis. Namun pada penelitian ini tahapan customer validation hanya dilakukan dua sub tahapan saja yaitu persiapan penjualan (roadmap sales distribution) dan

product positioning. Penelitian selanjutnya akan lebih baik jika tahapan customer validation ini dilakukan secara menyeluruh supaya model bisnis yang dihasilkan menjadi lebih tervalidasi secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia

Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual: The Step-by Step Guide for Building a Great Company. United State of America: K&S Ranch, Inc. Publisher

Bustan MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka

Gunawan. 2004. Makalah untuk Pertemuan Dosen UKDW yang akan melaksanakan penelitian pada tahun 2005. URL :

Isnaharani Y. 2009. Pemanfaatan Tepung Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk.) Dalam Pembuatan Cookies Tinggi Serat [skripsi]. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor

Lubis Z. 2008. Mencegak Infeksi Difertikula dengan Asupan Serat Makanan yang Cukup [skripsi]. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Miles MB, Huberman AM. 1992. Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New Methods. Beverly Hills

Osterwalder A, Pigneur Y. 2012. Business Model Generation. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Rajagukguk MM. 2009. Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional [skripsi]. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor

Santoso S, Ranti, Lies A. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta

Tensiska. 2008. Serat Makanan. Jurusan Teknologi Pangan. Universitas Padjajaran.

(34)
(35)
(36)

Lampiran 1. Panduan wawancara pengujian masalah (test the problem)

A. Identitas Responden:

Nama :

Jenis kelamin :

Usia : tahun

Profesi :

Penghasilan rata2/bulan : Rp Berat / tinggi badan : kg / cm Alamat / no.telp :

B. Konten yang ingin didapatkan

1. Mengetahui aktivitas/kesibukan responden sehari-hari.

2. Mengetahui pengaruh aktivitas/kesibukan terhadap kepedulian menjaga kesehatan.

3. Mengetahui pandangan konsumen terhadap makanan/minuman kesehatan. 4. Mengetahui pengaruh aktivitas/kesibukan responden terhadap pola makan,

pola istirahat, dan kebiasaan olahraga.

5. Mengetahui kesadaran responden terhadap konsumsi makanan/minuman yang sehat.

6. Mengetahui seberapa jauh pengetahuan responden terhadap pentingnya serat bagi tubuh.

7. Mengetahui kebiasaan dan kebutuhan menjaga berat tubuh responden. 8. Mengetahui minat responden terhadap konsumsi makanan/minuman

(37)

Lampiran 2. Panduan wawancara pengujian solusi

Penghasilan rata2/bulan : Rp

Berat / tinggi badan : kg / cm Alamat / no.telp :

B. Pengujian Permasalahan

Masalah Konsumen Solusi yang Ditawarkan

- Kurang mengkonsumsi serat karena kurang tertarik mengkonsumsi sayur setiap hari

- Kurang aktivitas fisik, sangat jarang olahraga - Bermasalah dengan berat tubuh

- Kurang memperhatikan konsumsi makanan, terutama serat

- Lebih suka mengkonsumsi makanan berlemak seperti daging, dan makanan restoran cepat saji - Menginginkan konsumsi serat tambahan dalam

bentuk yang praktis

- Produk minuman serat dari rumput laut (berbentuk nata)

- Baik untuk kesehatan pencernaan dan menjaga diet tubuh

- Sebagai asupan serat tambahan untuk memenuhi kebutuhan serat harian

- Praktis - Segar

- Banyak pilihan rasa

Tanggapan mengenai produk :

1. Bentuk kemasan dibuat botol supaya lebih praktis, mudah diminum, dan mudah dibawa. Apakah Anda menyukai produk ini dengan bentuk kemasan botol seperti ini?

Alasan: …

2. Produk dibuat dalam bentuk minuman supaya lebih mudah dinikmati dan lebih segar, serta bisa diminum kapan saja. Apakah Anda setuju jika produk kesehatan berserat ini dibuat dalam bentuk minuman? Apakah Anda lebih menyukainya dalam bentuk minuman seperti ini?

(38)

Lampiran 2. Panduan wawancara pengujian solusi (lanjutan)

3. Produk ini dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet, bagaimana tanggapan Anda mengenai hal tersebut?

Jawaban: …

4. Produk ini dibuat tanpa menggunakan gula sintetis (buatan), bagaimana tanggapan Anda?

Jawab: …

5. Produk ini dibuat menggunakan gula pasir dan gula stevia. Gula stevia adalah gula alami yg diperoleh dari hasil ekstraksi daun stevia dengan kandungan kalori 0%. Sehingga, meskipun rasanya manis namun produk ini memiliki kalori yang rendah dan tetap aman untuk penderita diabetes, serta baik untuk menjaga berat tubuh tetap ideal. Bagaimana tanggapan Anda?

Jawab: …

6. Produk ini dibuat dari 100% rumput laut pilihan berkualitas. Sehingga serat yg terkandung dalam minuman ini adalah serat yang berasal dari rumput laut. Bagaimana tanggapan Anda?

Jawab: …

7. Dengan keunggulan dan manfaat yang dimiliki oleh produk ini. Menurut Anda, berapakah harga jual yang pantas untuk produk pulpy “jelly” rumput laut ini?

Jawab: …

8. Dengan keunggulan dan manfaat yang dimiliki oleh produk ini. Menurut Anda, apakah Anda merasa memerlukan produk minuman berserat seperti ini?

Jawab: …

9. Jika Anda merasa memerlukan, baik difungsikan untuk menjaga berat tubuh, melancarkan pencernaan, menurunkan kolesterol, dan sebagainya. Intinya menjaga kesehatan, berapa kali Anda akan mengkonsumsi produk ini dalam seminggu?

(39)
(40)
(41)
(42)

Lampiran 4. Hipotesis kanvas model bisnis awal

Supplier rumput laut, bahan tambahan

makanan (BTM)

Supplier kemasan produk

• Pengadaan bahan baku produksi

• Proses produksi (teknologi)

• Sistem dan strategi pemasaran

• Serat rumput laut • Praktis

• Varian rasa

• Penyebaran informasi (online & offlline)

• Pengisian stand di acara kuliner, kesehatan, ekspo, dll

Customer services

(media sosial dan sms)

Sample produk gratis

(43)

Lampiran 5. Daftar responden pengujian masalah

(44)

No Nama (inisial) Usia (tahun) Alamat

(45)

Lampiran 6. Kanvas model bisnis 1 (perubahan pertama)

Supplier rumput laut, bahan tambahan

makanan (BTM)

Supplier kemasan produk

• Pengadaan bahan baku produksi

• Proses produksi (teknologi)

• Sistem dan strategi pemasaran

Serat rumput laut

sebagai pelangkap

(46)

Lampiran 7. Responden pengujian solusi

(47)

No Nama (inisial) Usia (tahun) Alamat

(48)

Lampiran 8. Kanvas Model Bisnis 2 (perubahan kedua)

32

Supplier rumput laut, bahan tambahan

makanan (BTM)

Supplier kemasan produk

Supplier gula stevia dan HFCS

Distributor

• Pengadaan bahan baku produksi

• Proses produksi (teknologi)

• Sistem dan strategi pemasaran

• Serat rumput laut (bentuk nata)

(49)

Lampiran 9. Kanvas model bisnis 3 (perubahan ketiga)

Supplier rumput laut, bahan tambahan

makanan (BTM)

Supplier kemasan produk

Supplier gula stevia dan HFCS

• Distributor

• Pengadaan bahan baku produksi

• Proses produksi (teknologi)

• Sistem dan strategi pemasaran

• Serat rumput laut

(berbentuk juice)

(50)

Lampiran 10. Proses pembuatan nata de seaweed

Starter bakteri

Penyesuaian biakan

Rumput laut

Perendaman

Pencucian

Air Air

Air Air

Perebusan

Penyaringan

Filtrat rumput laut

Fermentasi

Nata lembaran

Pencucian Pemotongan

Air Air

Nata berbentuk dadu

Bahan pembuat sirup

Perebusan Air

Sirup

Perebusan

Penurunan suhu

Pengemasan

(51)

Lampiran 11. Analisis keuangan nata de seaweed

A. Biaya produksi (production cost)

Komponen Kuantitas Satuan Harga/satuan Jumlah Direct material

Biaya pokok produksi Rp 431.570.833

B. Biaya non produksi (non production cost)

Komponen Biaya

C. Harga pokok produksi

Biaya pokok produksi Rp 431.570.833 Keterangan:

Biaya non produksi Rp 17.500.000 hari kerja 25 hari/bulan Jumlah produk 200.000 botol jam kerja 8 jam/hari Harga pokok produksi Rp 449.070.833 skala produksi 8.000 botol/hari

(52)

Lampiran 12. Proses pembuatan juice rumput laut

Rumput laut

Perendaman

Pencucian

Air Air

Air Air

Pelumatan

Perebusan

Filtrat juice rumput laut Air

Penurunan suhu

Bahan tambahan

Perebusan Air

Penurunan suhu

Mixing

Pengemasan

(53)

Lampiran 13. Analisis keuangan juice rumput laut A. Biaya produksi (production cost)

Komponen Kuantitas Satuan Harga/satuan Jumlah Direct material

Biaya pokok produksi Rp 289.150.833

B. Biaya non produksi (non production cost)

Komponen Biaya

C. Harga pokok produksi

Biaya pokok produksi Rp 289.150.833 Keterangan:

Biaya non produksi Rp 17.500.000 hari kerja 25 hari/bulan Jumlah produk 200.000 botol jam kerja 8 jam/hari Harga pokok produksi Rp 306.650.833 skala produksi 8.000 botol/hari

(54)

Lampiran 14. Kanvas model bisnis 4 (final)

Lampiran 11. Kanvas Model Bisnis 4 (Kanvas Model Bisnis Final / Verified) 38

Supplier rumput laut, Bahan Tambahan

Makanan (BTM)

Supplier kemasan produk

Supplier gula stevia dan HFCS

• Distributor

• Pengadaan bahan baku produksi

• Proses produksi (teknologi)

• Sistem dan strategi pemasaran

• Serat rumput laut

(berbentuk pulpy Jelly)

(55)

Lampiran 15. Proses pembuatan “pulpy jelly” rumput laut

Rumput laut

Perendaman

Pencucian

Air Air

Air Air

Pelumatan

Perebusan

Jelly rumput laut Air

Pencetakan Karagenan

Pendinginan

Pemotongan

Bahan pembuat sirup

Perebusan

Penurunan suhu Air

Sirup

Mixing

Pengemasan

(56)

Lampiran 16. Analisis keuangan “pulpy jelly” rumput laut A. Biaya produksi (production cost)

Komponen Kuantitas Satuan Harga/satuan Jumlah Direct material

Biaya pokok produksi Rp 349.368.333

B. Biaya non produksi (non production cost)

Komponen Biaya

C. Harga pokok produksi

Biaya pokok produksi Rp 349.368.333 Keterangan:

Biaya non produksi Rp 17.500.000 hari kerja 25 hari/bulan Jumlah produk 200.000 botol jam kerja 8 jam/hari Harga pokok produksi Rp 366.868.333 skala produksi 8.000 botol/hari

(57)
(58)

Lampiran 17. Analisis konsumen potensial (lanjutan)

Bobot Potensial/Tidak Potensial

(59)

Lampiran 17. Analisis konsumen potensial (lanjutan)

Intensitas konsumsi Ketertariakan Harga yang dapat dibayar Akses produk Pengeluaran/hari Total bobot

(60)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, pada tanggal 20 Maret 1992 dari pasangan suami-isteri Waryoko (ayah) dan Suharti (ibu). Penulis berdarah Jawa ini menempuh jenjang studi pertamanya di SD Muhammadiyah Desa Teluk Dalem, Kabupaten Lampung Timur (1997-2003). Kemudian melanjutkan studi di SMP N 1 Way Jepara Lampung Timur (2003-2006), SMA N 1 Way Jepara Lampung Timur (2006-2009), dan diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB melalui jalur SNMPTN pada tahun 2009. Penulis melaksanakan Praktek Lapang pada bulan Juli-Agustus 2012 di PT.Kusuma Agrowisata Grup, Batu-Jawa Timur.

Selama masa perkulihan penulis pernah menjabat sebagai Ketua Biro Advokasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fateta (BEM-F) periode 2010-2011 dan Ketua Bidang II (Bidang Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa) Badan Eksekutif Mahasiswa Fateta periode 2011-2012. Penulis juga pernah mejadi asisten mata kuliah Teknologi Pati, Gula, dan Sukrokimia pada tahun 2013 di Departemen Teknologi Industri Pertanian. Prestasi lomba yang pernah diikuti penulis antara lain menjadi finalis IPB Business Model Competition pada tahun 2013, Runner-up

Gambar

Gambar 1. Tahapan penelitian
Gambar 2. Skema customer relationships
Gambar 3. Hasil pengujian masalah [(a) bermasalah dengan diet tubuh, (b) sibuk,  (c) tidak terlalu mempedulikan makanan yang dikonsumsi, (d)  menyadari bahwa kurang mengkonsumsi serat, (e) menginginkan  konsumsi serat tambahan]
Gambar  4. Hasil pengujian  solusi  [(a) menginginkan produk berserat tinggi, (b)  menginginkan produk  yang  praktis, (c) bentuk produk  yang  diinginkan, (d) menginginkan produk yang alami, (e) menginginkan  produk yang rendah kalori, (f) menginginkan pr
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini digambarkan lebih detail mengenai garis besar dari proses yang terjadi di dalam sistem. Di dalam proses Operasi Produksi terjadi pengolahan data- data mengenai

Meskipun harus diakui bahwa proses negosiasi dan diplomasi berlangsung cukup sulit antara Iran dengan negara-negara Barat terutama Amerika Serikat, tetapi tidak

Tekanan ekstrusi adalah gaya ekstrusi dibagi dengan luas penampang logam yang diekstrusi.. Kenaikan tekanan ekstrusi dengan cepat pada awal proses disebabkan oleh adanya

Dengan cara yang sama, setiap orang yang bekerja dalam media atau pada teks media tertentu butuh berhubungan kepada lebih dari satu institusi, lebih dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai identifikasi pemahaman konseptual dan algoritmik siswa kelas XI SMA Negeri 4 Banda Aceh pada materi termokimia

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

Baik media dasar MS maupun ½ MS tidak ber- pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah buku per tanaman, jumlah tunas per tanaman, jumlah akar per tanaman dan panjang

Tindak kekerasan merupakan kegiatan yang bisa merugikan orang lain maupun masyarakat dengan kepentingan untuk merubah sistem yang telah ada, di ganti