DENGAN PENDEKATAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA KANDANGAN, KALIMANTAN SELATAN
JAMILAH HAYATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
DENGAN PENDEKATAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA KANDANGAN, KALIMANTAN SELATAN
JAMILAH HAYATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
DENGAN PENDEKATAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA KANDANGAN, KALIMANTAN SELATAN
JAMILAH HAYATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Studi Pengembangan
Ruang Terbuka Hijau dengan Pendekatan Konsep Kota Hijau di Kota Kandangan,
Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
JAMILAH HAYATI. Studi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau dengan
Pendekatan Konsep Kota Hijau di Kota Kandangan, Kalimantan Selatan.
Dibimbing oleh SANTUN RISMA PANDAPOTAN SITORUS dan SITI
NURISJAH.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian penting dalam penataan
ruang kota karena berperan sebagai penyeimbang ekosistem kota. Konversi lahan
hijau menjadi lahan terbangun karena pertumbuhan kota yang tidak terkendali
menimbulkan perubahan iklim dan berkurangnya kenyamanan. Untuk mengatasi
masalah tersebut, pemerintah memberlakukan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang yang mewajibkan setiap daerah menyediakan RTH seluas 30%
dari wilayahnya. Kementerian Pekerjaan Umum mengembangkan Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH) untuk mendukung pelaksanaan mandat UU
tersebut.
Kota Kandangan merupakan kota yang sedang bertumbuh dan giat
membangun infrastruktur fisik. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah lahan
terbangun dari 9,54% menjadi 16,74% pada periode 2008
2010. Hal ini
cenderung diikuti oleh berkurangnya kenyamanan
thermal
akibat kenaikan suhu
udara rata-rata tahunan dari 26,79
o
C menjadi 27,36
o
C pada periode yang sama.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan
memetakan RTH eksisting Kota Kandangan, (2) Menganalisis kebutuhan RTH
berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kenyamanan
thermal
dan preferensi
masyarakat (3) Menyusun arahan pengembangan RTH Kota Kandangan.
Penelitian dilaksanakan di Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan Provinsi Kalimantan Selatan sejak pertengahan bulan April hingga
Oktober 2013. Pada tahap awal dilaksanakan inventarisasi RTH eksisting dan
pemetaannya. Analisis kebutuhan RTH dihitung berdasarkan luas wilayah sesuai
ketentuan UU No. 26 tahun 2007, berdasarkan prediksi jumlah penduduk hingga
20 tahun ke depan (2032) dengan standarisasi kebutuhan RTH per kapita dalam
PermenPU No. 5/PRT/M/2008, berdasarkan indeks kenyamanan
thermal
menggunakan metode yang dikembangkan oleh Niewolt (1975) dan berdasarkan
preferensi masyarakat dengan metode
Analytical Hierarchy Process
(AHP).
Pendekatan Konsep Kota Hijau dengan atribut
Green Open Space
digunakan
sebagai strategi untuk mencapai kebutuhan RTH tersebut. Hasilnya kemudian
diintegrasikan dalam rencana penggunaan lahan atau
Zoning Regulation
dari
RDTRK Kota Kandangan.
Hasil penelitian menunjukkan RTH Kota Kandangan saat ini didominasi
RTH privat berupa lahan pertanian (83,26%). RTH publik yang tersedia hanya
sebesar 0,22% dari luas wilayah Kota Kandangan. RTH publik ini terdistribusi di
wilayah pusat kota dan jalur jalan utama. Oleh karena itu, pengembangan RTH
Kota Kandangan ditekankan pada pemenuhan kebutuhan RTH publik yaitu 20%
dari luas wilayah.
rekreasi, tanaman pohon peneduh dan asal tanaman lokal.
Atribut Kota Hijau yang sesuai untuk upaya pengembangan RTH Kota
Kandangan adalah
Green Open Space. Strategi pengembangan dari atribut ini
yang bisa diterapkan di Kota Kandangan yaitu membangun lahan hijau (hub) baru
dengan perluasan melalui pembelian lahan, mengembangkan koridor ruang
terbuka hijau (link), dan peningkatan kualitas RTH kota melalui refungsi RTH
eksisting. Berdasarkan
Zoning Regulation
strategi pengembangan RTH Kota
Kandangan ditekankan pada menjaga kesinambungan fungsi RTH eksisting
berupa lahan pertanian. Pendistribusian RTH ditempatkan berdasarkan pembagian
Bagian Wilayah Kota (BWK) menurut RDTRK Kota Kandangan, dengan model
jaringan hierarki.
Strategi dan arahan untuk pengembangan RTH Kota Kandangan adalah
intensifikasi dengan peningkatan kualitas RTH eksisting dan ekstensifikasi
melalui pembelian lahan untuk RTH. Selain itu, juga dilakukan pengukuhan
keberadaan lahan-lahan hijau produksi, konservasi dan lindung sebagai lahan
hijau abadi melalui penyesuaian
Zoning Regulation
(re-zoning) serta pengukuhan
jejaring hijau jalan (green corridor) dan memperluas penggunaan fungsi ekologis
untuk mengendalikan kondisi
thermal
kota
JAMILAH HAYATI. Development of Green Open Space Study with Green City
Concept in Kandangan City, South Kalimantan. Supervised by SANTUN RISMA
PANDAPOTAN SITORUS and SITI NURISJAH.
Green Open Space (RTH) is an important part of spatial planning as a
counterweight for city ecosystem. Conversion of green land into built land by
uncontrolled urban growth have caused micro climate change and decreased
comfort. To overcome this problem, the government introduced Act No. 26/2007
about Spatial Planning, which required each county to provide 30% of its
territory as RTH. Ministry of Public Works introduced the Green City
Development Program (P2KH) to assist the implementation of the mandate of this
Act.
Kandangan is a
growing city and rapidly developing physical
infrastructure. This resulted an increasing amount of built land from 9,54% to
16,74% during the period of 2008
2010. This tends to be followed by a
reduction in thermal comfort due to rising annual average air temperature 0f
26,79
o
C to 27,36
o
C during the same period.
This research was conducted with the aims: (1) Identifying and mapping
existing condition of Kandangan City RTH, (2) Analyzing requirements of
Kandangan city green open space based on vast territory, population, thermal
comfort dan community preferences, (3) Arranging development strategy to
increase the amount of green open space in Kandangan city.
The research was held in the Kandangan City, Hulu Sungai Selatan, South
Kalimantan since mid April to October 2013. In the early stages implemented
RTH existing inventory and mapping. Analysis of green open space requirement is
calculated based on vast territory in accordance with Act No. 26/2007, based on
predictions of population up to 20 years (2032) with green open space
requirement standard per capita as in Permen PU No. 5/PRT/M/2008, based on
thermal comfort index using the method developed by Niewolt (1975) and based
on community preferences with Analytical Hierarchy process (AHP). Green Open
Space is the attribute from Green City Concept approach which is used as a
strategy to achieve the requirement of the green open space. The result are then
integrated into the land use plan or Zoning Regulation in RDTRK of Kandangan
City.
The result showed Kandangan City RTH is currently dominated by private
RTH as agricultural land (83,26%). Pubic RTH available is only 0,22% of
Kandangan City territory. This public RTH is distributed around the city center
and main roads. Therefore, the development of Kandangan City RTH focused on
fulfilling requirement of public RTH which is 20% of its vast territory.
Kandangan City is Green Open Space. Development strategy that can be applied
in Kandangan City is building green open spaces (hub) with expansion through
the acquisition of new land, developing green corridor (link), and quality
improvement through refunction of existing RTH. Based on Zoning Regulation,
Kandangan City development strategy focused on maintaining continuity of
existing RTH function as agricultural land. The requirement of RTH is distributed
by the division part of the city (BWK) according to RDTRK of Kandangan City, as
a hierarchical network model.
Strategies and referrrals for development of Green Open Space of
Kandangan City are intensification by increasing the quality of existing RTH and
extensification by acquisition of new land for RTH. Other efforts are inauguration
of the green lands for production, conservation and preservation as eternal green
lands by reconciliation of Zoning Regulation (re-zoning), inauguration of green
lane network (green corridor), and expand the use of ecological function to
manage the thermal condition of the city.
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
DENGAN PENDEKATAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA KANDANGAN, KALIMANTAN SELATAN
JAMILAH HAYATI
Tesis
sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Konsep Kota Hijau Di Kota Kandangan, Kalimantan Selatan
Nama
: Jamilah Hayati
NIM
: A156120334
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir. Santun R.P. Sitorus
Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA
Ketua
Anggota
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Ilmu Perencanaan Wilayah
Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
bimbingan-Nya pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan proposal penelitian
ini. Proposal penelitian ini disusun dengan judul Studi Pengembangan Ruang
Terbuka Hijau Dengan Pendekatan Konsep Kota Hijau Di Kota Kandangan,
Kalimantan Selatan .
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Santun R.P.
Sitorus selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Siti Nurisjah MSLA selaku
Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. Selain itu penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Setia Hadi MS selaku dosen penguji
luar komisi dan Dr. Khursatul Munibah MSc selaku pemimpin sidang atas
masukan yang diberikan pada pelaksanaan ujian tesis. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Ir H A Syakhfiani, MSc beserta staf Dinas
Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaan, Ir H Tarjidinnoor, MT beserta staf
Dinas Pekerjaan Umum, Dedi Hamdani, ST MT dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan serta Bapak Abdul Khair
beserta staf dari Laboratorium Proteksi Hama Penyakit Tanaman Sungai Raya dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan segenap responden
yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
suami Syaifullah dan anakku M Zulkarnain Akbari serta kakak, nenek dan ibu
mertua atas kesetiaan, kesabaran, dukungan dan doanya selama penulis menjalani
perkuliahan. Tidak lupa juga penulis menyampaikan terima kasih kepada
rekan-rekan seperjuangan Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Kelas Khusus
Bappenas angkatan 2012 atas dukungan fisik dan moril yang diberikan selama
menjalani studi.
Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, dan secara khusus bermanfaat bagi upaya
pengembangan RTH di kawasan perkotaan, khususnya Kota Kandangan.
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
5
Kerangka Pemikiran
5
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kota Hijau
7
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
8
Pengertian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
8
Jenis-jenis RTHKP
9
Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
9
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
12
Kenyamanan
Thermal
14
Fenomena
Urban Heat Island
14
Temperature Humidity Index
17
Keterkaiatan RTH dengan UHI
17
Analytical Hierarchy Process
18
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
20
Bahan dan Alat
21
Tahapan Penelitian
21
Tahap Persiapan
21
Tahap Pengumpulan Data
22
Tahap Analisis Kebutuhan
22
Tahap Penyusunan Arahan Pengembangan RTH Kota Kandangan
25
KONDISI UMUM
Letak Geografis dan Administrasi
28
Kondisi Fisik Kota Kandangan
30
Topografi
30
Tanah
31
Hidrologi
31
Iklim
32
Kondisi Sosial Kota Kandangan
32
Jumlah Penduduk
32
Kepadatan Penduduk
32
Identifikasi RTH Eksisting Kota kandangan
37
Kebutuhan RTH Kota Kandangan
40
Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
40
Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
42
Kebutuhan RTH Berdasarkan Indeks Kenyamanan
Thermal
(THI) 44
Suhu Udara
44
Kelembaban Relatif
47
Indeks Kenyamanan
Thermal
(THI)
49
Preferensi Masyarakat Kota Kandangan
51
Penyusunan Arahan Pengembangan RTH Kota Kandangan
55
Pendekatan Konsep Kota Hijau
55
Analisis Ketersediaan Lahan untuk RTH Berdasarkan
Zoning
Regulation
58
Arahan Pengembangan RTH Kota Kandangan
61
Konsep Pengembangan
61
Pengintegrasian Kebutuhan RTH ke dalam
Zoning Regulation
67
Tahapan Pencapaian Kebutuhan RTH Publik Kota Kandangan
72
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
73
Saran
74
DAFTAR PUSTAKA
75
LAMPIRAN
79
1.
Klasifikasi jenis RTH kawasan perkotaan
10
2.
Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk
13
3.
Definisi skor pembobotan AHP
19
4.
Indeks Random
19
5.
Matriks data dan metode analisis
23
6.
Proporsi luas wilayah kecamatan terhadap luas Kota Kandangan
29
7.
Luas dan proporsi kelas lereng Kota Kandangan
30
8.
Perubahan penggunaan lahan Kota Kandangan periode 2008 - 2010
34
9.
Proporsi penggunaan lahan di Kota Kandangan
38
10. Klasifikasi RTH Kota Kandangan
39
11. Neraca kebutuhan dan ketersediaan RTH publik Kota Kandangan
berdasarkan luas wilayah
41
12. Prediksi pertambahan jumlah penduduk Kota Kandangan hingga tahun
2032
42
13. Neraca kebutuhan dan ketersediaan RTH publik Kota Kandangan
43
14. Fluktuasi harian suhu udara Kota Kandangan
45
15. Fluktuasi harian kelembaban relatif Kota Kandangan
47
16. Fluktuasi rata-rata harian THI Kota Kandangan
50
17. Proporsi penambahan RTH Kota Kandangan berdasarkan nilai THI
51
18. Hasil perhitungan AHP untuk penentuan prioritas pengembangan RTH
publik Kota Kandangan
54
19. Luasan lahan untuk penambahan RTH publik berdasarkan strategi
Pengembangan dari atribut
Green Open Space
59
20. Luas penggunaan lahan berdasarkan
Zoning Regulation
Kota Kandangan
61
21. Arahan pengembangan RTH publik berdasarkan zonasi penggunaan
1.
Perubahan proporsi penggunaan lahan di Kota Kandangan
3
2.
Kerangka Pikir Penelitian
6
3.
Tipologi RTH
9
4.
Pola RTH yang mengikuti pola tata ruang kota
14
5.
Fenomena UHI secara Spasial
15
6.
Wilayah lokasi penelitian
20
7.
Alat yang digunakan untuk pengamatan suhu udara dan kelembaban
Relatif
24
8.
Struktur hierarki pengembangan RTH Kota Kandangan
26
9.
Tahapan pelaksanaan penelitian
27
10. Batas wilayah Kota Kandangan
29
11. Peta kontur Kota Kandangan
30
12. Kondisi sempadan Sungai Amandit
31
13. Kurva pertumbuhan jumlah penduduk Kota Kandangan
33
14. Tingkat kepadatan penduduk tiap desa di Kota Kandangan
33
15. Kondisi komplek perumahan di Kota Kandangan
34
16. Peta penggunaan lahan Kota Kandangan tahun 2010
35
17. Kondisi kebun campuran di Kota Kandangan
35
18. Kondisi persawahan di Kota Kandangan
36
19. Peta penyebaran RTH publik Kota Kandangan
39
20. Peta distribusi rata-rata harian suhu udara Kota Kandangan
46
21. Peta distribusi rata-rata harian kelembaban relatif Kota Kandangan
48
22. Areal perdagangan dan jasa Kota Kandangan
49
23. Peta distribusi rata-rata harian indeks kenyamanan Kota Kandangan
50
24. RTH publik Kota Kandangan yang paling banyak dikunjungi
52
25. Kondisi jalur hijau jalan Kota Kandangan
57
26. Kondisi fasilitas olahraga dan taman pemakaman umum
58
27. Peta pengembangan RTH Kota Kandangan berdasarkan strategi dari
atribut
Green Open Space
59
28. Peta
Zoning Regulation
Kota Kandangan Tahun 2010
2029
60
29. Model jaringan hierarki RTH Kota Kandangan
62
30. Penyebaran RTH berdasarkan model jaringan hierarki
64
31. Bentuk tajuk jenis tanaman peneduh
65
1.
Nama Desa/Kelurahan dalam wilayah Kota Kandangan dan luasnya
79
2.
Peta Kelerengan Kota Kandangan
80
3.
Kepadatan penduduk Kota Kandangan pada masing-masing desa/
Kelurahan
81
4.
Peta penggunaan lahan Kota Kandangan tahun 2008
82
5.
Identifikasi RTH Publik Kota Kandangan
83
6.
Peta fluktuasi suhu harian Kota Kandangan
84
7.
Peta fluktuasi kelembaban relatif Kota Kandangan
86
8.
Peta fluktuasi THI Kota Kandangan
88
9.
Ikhtisar fluktuasi harian suhu, kelembaban relatif dan THI Kota
PENDAHULUAN
Latar Belakang
(
)
!"
(
# $ % & ' !,
( )
,
(*
.
(
)
+ !" ,%& -./ 0.
, yaitu sebagai pusat
pertumbuhan bagi wilayah
!".
Keinginan menjadikan Kab. HSS sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah
Banua Lima tersebut diiringi berbagai upaya pembangunan, terutama
pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan dan pusat pelayanan, antara lain
pembangunan kawasan Terminal Antar Kota, pembangunan Pasar Sentra
Agribisnis, pembangunan gedung Rumah Sakit H. Hasan Basry baru dan
pembangunan jalan lingkar luar kota. Selain itu, berkembang pula beberapa
kawasan pemukiman baru. Sitorus
./ %1(2011) menyatakan perkembangan
sektor-sektor ekonomi menyebabkan kebutuhan sumberdaya lahan meningkat
untuk penyediaan sarana pendukung sehingga meningkatkan alih fungsi lahan
ruang terbuka hijau (RTH) menjadi penggunaan lain atau lahan terbangun yang
mengurangi keberadaan RTH di perkotaan.
Konversi lahan menjadi lahan terbangun mengakibatkan berkurangnya
kuantitas dan kualitas RTH. Miller (1986)
2 %"Irwan (2008) menyatakan bahwa
bangunan beton dan jalan aspal menyerap panas sepanjang hari dan
melepaskannya secara lambat pada malam hari. Pusat kota tidak hanya lebih
panas dari pinggir kota tetapi juga kurang nyaman, mengandung banyak polusi,
kurang sinar matahari, kurang angin dan kelembabannya rendah. Suhu udara dan
kelembaban adalah salah satu elemen iklim yang mempengaruhi kenyamanan
manusia. Menurut Niewolt (1975)
2 %"Rushayati
./ %. (2011) kenyamanan
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan
lingkungan yang dinyatakan secara kuantitatif melalui hubungan kelembaban
udara dan suhu udara yang disebut dengan
3."4.0/ 0. 5" ! 2!/ 6 7 2.8(THI).
Menurut hasil penelitian Mom (1947)
2 %"Effendy (2007) indeks kenyamanan
di Indonesia berada pada kisaran 20-26.
Joga dan Ismaun (2011) menyatakan bahwa persaingan dalam pemanfaatan
lahan saat ini lebih banyak berdimensi ekonomi dibandingkan ekologis. Hal ini
menjadi salah satu penyebab konversi RTH di daerah perkotaan makin tidak
terkendali. Kenaikan
kebutuhan lahan yang pesat untuk pembangunan
infrastruktur fisik dan pemukiman tidak dimbangi dengan penyediaan lahan yanng
memadai. Akibatnya terjadi mekanisme pasar dengan persaingan yang semakin
ketat, di mana lahan alami (RTH) di lokasi strategis dianggap tidak mempunyai
nilai ekonomi sehingga terancam fungsi ekologisnya. Pemberlakuan
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, mengubah paradigma
pembangunan selama ini. Undang-undang ini mengamanatkan setiap daerah
menyediakan RTH seluas 30% dari luas wilayahnya untuk menyeimbangkan
ekosistem kota baik sistem hidrologi, klimatologi, menyediakan udara bersih,
keanekaragaman hayati dan estetika. RTH ini terdiri atas RTH publik yang
dikelola oleh pemerintah daerah seluas 20% dan RTH privat yang dimiliki oleh
masyrakat dan swasta.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (Ditjen
Penataan
Ruang) mulai tahun 2011 mengembangkan prakarsa Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Program ini merupakan salah satu langkah
nyata Pemerintah bersama pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten
dalam memenuhi amanat Undang-undang Penataan Ruang, sekaligus sebagai
jawaban atas tantangan perubahan iklim di Indonesia (Kementerian PU 2012).
Salah satu pengertian Kota Hijau menurut Kementerian PU (2012) adalah kota
yang mengutamakan keseimbangan ekosistem hayati dengan lingkungan
terbangun sehingga tercipta kenyamanan bagi penduduk kota yang tinggal di
dalamnya maupun bagi para pengunjung kota. Pengembangan Kota Hijau berbasis
pada memperkuat karakter lokal, tingkat kepadatan lingkungan, bentuk pola ruang
yang efektif, aksesibilitas dan pilihan moda transportasi, di mana RTH menjadi
komponen penting penyatu dalam tata ruang kota (infrastruktur hijau).
Sejak Maret 2012, Pemkab HSS telah mencanangkan Gerakan Kandangan
Bersih dan Hijau sebagai upaya untuk mewujudkan Kandangan menjadi Kota
Hijau. Keseriusan Pemkab. HSS dalam program ini ditandai dengan kegiatan
penanaman pohon yang dipimpin langsung oleh Bupati HSS di wilayah Kota
Kandangan, seperti di Kawasan Pondok Pesantren Darul Ulum, sekitar lokasi
Rumah Sakit H. Hasan Basry yang baru, dan dan beberapa ruas jalan di pusat
kota. Menyadari pentingnya peran masyarakat untuk menjaga keberlanjutan usaha
pengembangan RTH tersebut, Pemkab. HSS berusaha melibatkan masyarakat
serta pihak swasta untuk turut berpartisipasi. Pemkab. HSS juga telah membentuk
forum komunikasi untuk memupuk kesadaran lingkungan bagi masyarakat yang
tinggal di areal sempadan sungai, dipimpin oleh Lurah Kandangan Kota.
1.
Luas minimum yang diperlukan,
2.
Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH,
3.
Bentuk yang dikembangkan, dan
4.
Distribusinya dalam kota.
Menurut Dahlan (1992), pendekatan untuk pembangunan RTH kota di
Indonesia memandang RTH sebagai bagian dari suatu kota. Oleh karena itu,
untuk penghitungan kebutuhan luasannya mempertimbangkan aspek:
1.
Persentase, yaitu luasan RTH ditentukan dengan menghitungnya dari luasan
kota.
2.
Perhitungan per kapita, yaitu luasan RTH ditentukan berdasarkan jumlah
penduduknya.
3.
Berdasarkan isu utama yang muncul, misalnya berdasarkan tujuan
pemenuhan kebutuhan akan oksigen, air dan kebutuhan lainnya.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyusun arahan
bagi perencanaan pengembangan RTH di Kota Kandangan dalam upaya
mendukung perwujudan Kota Kandangan sebagai Kota Hijau. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penghitungan kebutuhan luasan RTH sebagai dasar
perencanaan dan mempertimbangkan preferensi masyarakat sebagai karakter lokal
yang sangat berperan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Perumusan Masalah
Hingga saat ini, lebih dari 80% RTH di Kota Kandangan, didominasi oleh
lahan pertanian berupa tegalan/kebun campuran dan sawah. Jenis RTH ini rentan
mengalami konversi menjadi lahan terbangun, terutama dengan semakin tingginya
intensitas pembangunan. Selama periode 2008
2010, terjadi peningkatan
proporsi lahan terbangun dari 9,54% menjadi 16,74% (Gambar 1). Jika tidak
dikendalikan, kualitas dan kuantitas RTH di daerah ini cenderung akan semakin
menurun sejalan dengan meningkatnya intensitas pembangunan.
Sumber: Bappeda HSS (2009) dan citra
(2010)
Gambar 1 Perubahan proporsi penggunaan lahan Kota Kandangan
periode 2008 - 2010
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Kebun Campuran
Sawah
Terbangun
34,05
56,41
9,54
48,17
35,09
16,74
2008
Kota Kandangan berada di daerah dataran rendah aluvial yang terkadang
berawa-rawa dengan ketinggian 0
25 m di atas permukaan laut (Bappeda HSS
2009). Hal ini berakibat suasana yang tidak nyaman karena udara yang panas dan
lembab. Data iklim dari Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(Lab Proteksi TPH) Sungai Raya menunjukkan suhu udara rata-rata tahunan Kota
Kandangan meningkat dari 26,79
O
C dan kelembaban rata-rata tahunan 86,03%
pada tahun 2008 menjadi 27,36
O
C dan 88,33% pada tahun 2010. Oleh karena itu,
keberadaan RTH sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan
fisik/
9:;<= >?ini. Bila RTH menurun, tentu akan berakibat menurunnya
kenyamanan.
Peningkatan
intensitas
pembangunan
cenderung
diiringi
dengan
menurunnya kualitas dan kuantitas RTH. Oleh karena itu, perlu upaya
pengendalian dalam bentuk perencanaan sejak awal. Perencanaan ini bertujuan
untuk mengendalikan konversi lahan hijau menjadi lahan terbangun, terutama di
wilayah-wilayah yang kenyamanan
9 : ;<=>?nya kurang. Dengan demikian,
meskipun pembangunan terus berjalan, namun suasana nyaman di dalam kota
akan terus terjaga.
Salah satu upaya yang telah ditempuh Pemerintah Daerah Kab. HSS untuk
memenuhi kebutuhan RTH Kota adalah menginventarisasi RTH publik yang
berada dalam pengelolaan pemerintah daerah dan menetapkannya dalam Surat
Keputusan Bupati HSS. Hanya saja, inventarisasi RTH publik ini masih dalam
bentuk data tabular, sehingga tidak diketahui distribusi spasial dan luasannya.
Atas dasar perumusan masalah di atas, disusun pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1.
Bagaimana kondisi RTH eksisting Kota Kandangan?
2.
Berapa prakiraan kebutuhan RTH kota yang akan datang untuk meningkatkan
kenyamanan melalui pendekatan konsep Kota Hijau?
3.
Bagaimana arahan pengembangan RTH Kota Kandangan berdasarkan
kebutuhan tersebut?
Tujuan Penelitian
Upaya pengembangan RTH publik perlu perencanaan yang bisa dijadikan
arahan agar bisa berhasil dengan baik. Karena itulah penelitian ini dilakukan,
sebagai tahapan awal dari proses perencanaan pengembangan RTH di Kota
Kandangan, dengan tujuan umum yaitu menyusun arahan pengembangan RTH
Kota Kandangan untuk memenuhi tuntutan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dengan pendekatan Konsep Kota Hijau. Tujuan antara dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi dan memetakan RTH eksisting Kota Kandangan.
2.
Menganalisis kebutuhan RTH Kota Kandangan berdasarkan luas wilayah,
jumlah penduduk, kenyamanan
9:;<= >?dan preferensi masyarakat.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1.
Sebagai data dan bahan informasi spasial mengenai kondisi eksisting RTH
Kota Kandangan
2.
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kab. HSS untuk upaya
pengembangan RTH Kota Kandangan dengan Konsep Kota Hijau
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya permasalahan akibat
pembangunan yang tidak terkendali. Meningkatnya jumlah lahan terbangun akibat
pembangunan infrastruktur fisik berakibat berkurangnya kualitas dan kuantitas
RTH Kota Kandangan. Hal ini cenderung diikuti oleh berkurangnya kenyamanan
@ABCD EFakibat kenaikan suhu udara kota.
RTH dengan berbagai fungsinya
diharapkan dapat menjawab permasalahan ini. Oleh karena itu, Pemerintah dalam
UU No. 26 tahun 2007 mengamanatkan setiap daerah untuk menyediakan 30%
wilayahnya sebagai RTH demi menjaga kelangsungan ekosistem kota. Amanat
UU No. 26 tahun 2007 ini dijabarkan oleh Kementerian PU dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 5/PRT/M/2008 dan diwadahi dalam
wujud Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH).
Gambar 2 Kerangka pikir penelitian
Permasalahan perkotaan akibat pembangunan yang tidak terkendali
(Meningkatnya jumlah lahan terbangun diikuti menurunnya kualitas dan kuantitas
RTH di Kota Kandangan)
Berkurangnya
kenyamanan
NO PQ RSTUU/Peraturan mengenai
penataan RTH
Kondisi Eksisting RTH
Kota Kandangan
Analisis Kebutuhan RTH Kota Kandangan
(berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kenyamanan
N OPQ R STdan preferensi
masyarakat)
Konsep Kota Hijau
U VWX WYZPY[ TSN XVWArahan Pengembangan RTH Kota Kandangan
UU No. 26 tahun 2007
PermenPU No.
5/PRT/M/2008
Program Pengembangan
Kota Hijau (P2KH)
Tipologi
Penyebaran
] ^ _
JAUAN PUSTAKA
Konsep Kota Hijau
K
`ab cdK
`e fH
g h fi ji a ki l mg l fe fno cl fpfa qg ` l cr dcne ijoir fa p`ef sfa q o cqge i kc dfe m fa o cngjdlgp fb g ecnr fm fd eg joi lasf o c no fqfg dc nj fb flfr fa dcnp`effab cdc negp cj f k cefa to fa hgn,
dc njipg j fapijir tp cb ca hfaqfa b `bgfl,
m fa o cnpi nfa qasf li fbfa ni faqecnoip f rghfi(RTH)
b cne fuca`j ca f dc nio frfa g p lgj(E
na fvg2012). K
cjcaecng faPU (2011)
j caqf ne gp faK
`e fH
g h fi b co fq fg p`e f sfaq nfjfr lg aqpiaq fa m caq fa j cj fa uf fe pfa bckf nf cucpe g u m fa cugb g ca b ijo cnm fsf fg n m fa ca cnqg,
jcaqinfa qg lg jo fr t j ca cnfdpfa bg becj e nfab d` nefb g e cndfmi t jca hfjg a p cbcr fe fa lg aqpia q fa t jcab g a cnqgp fa lg aqpia q fa flfj g m fa oi fe fa t o cnm fbfnp fa d cn ca kfaf fa m fa dc nfa k fa qfa p`e f sfa q o cndgr fp dfm f dngab g d-
dngab g ddcj o faqia fao cnp cl fa hiefa.
S
cl fa hieasfK
cjcae cng faPU (2012)
j ca hcl fbp fa fe ngoie sfa q mgdcnlipfa iaeipjcvi himp fap`efrg h fisfg eiw1.
dcnca k fa f fa m fa dcnfa k faq fa p`ef(
Green Planning and Design
),
sfaq o cnei hi fa j caga qp fe pfa pi flgefb n ca kfaf e fef nifaq m fa nfakfa q p`e f sfaq lcogr bcab ge g u e cnr fm fd fqcamf rg h fi t i dfsf fm f de fb g m fa j ge gqfbg e cnr fm fd dcnio fr fagp lgj.
2.
dcj o fa qia fa ni fa qec no ip f rg hfi(
Green Open Space
)
iae ipj cag a qp fep fa pi flgefb m fa pifa eg e fbRTH
b cb i fg mcaqfa p f nfpe cngb eg p p`ef/
p foi d fe ca t m caq faefnq ceRTH 30%.
3.
Green Community
,
sfge i dcaqcjofa qfa h fng a qfa pcnhfb fjf dcjcng aefr t j fbsf nfpfe,
m famiag fibfr fsfa qbcrfe.
4.
dcaqinfa qfa m fa d caq`l fr fa lgj o fr m fa b fjd fr(
Green Waste
),
mca qfa j ca cnfdpfaxyz {|}~ y.
5.
dcaq cj o faqfa bg becj e nfab d` ne fb g o cnpcl fa hie fa(
Green Transportation
)
sfa q jcam`n`a q vfnq f iaeip j caqqia fpfa enfabd` nefbg dio lgp nfjfr lg aqpia qfa tbc nefo cnhfl fap fpgm fao cnbcdcm fmflfjh fnfpdcamcp6.
dcag aqpfe fa pi flgefb fgn(
Green Water
)
m caqfa j ca c nfdpfa p`ab cd cp`m nfga fbcm faxyz{z {.
7.
Green Energy
,
sfge i dcjfa uffe fa bij o c n ca cnqg sf a q cugb g ca m fa nfjfr lg aqpia qfa tj gbflasflg beng pe ca fqfbi nsf,
e ca fq ffaqg a tmbo8.
Green Building,
sfg ei dca cnfd fa o fa qiafa rg h fi(
z yy ),
e fj fa fefdz{{}z y)
mfae fjfa cneg p fl(
yz}}zy).
1.
M
RTH 30 % ( 20 %
¡¢ £ )
¤ ¤ RTR
¥K
/K
2.
M
¤ ¤¤ ¤
(K
¤ ¦U 2011).
L
§ ¤P2KH
¤K
¤ PU
(2011)
¨1.
K
: I
2.
K
: B
¤ (
©ª« ¬ª®¯)
K
H
(
° ¤ ¤ ¤ -
(
±ª«¬²³¯ ´ªµ¶),
¤ -¤ ¤¤ ¤ ¤ ¤ ¤ ,
· ¤ ¤,
¸K
· ¤K
H
¤ ¤ ¹ ¤ ¤ ¹ ¤ (K
¤ PU 2011).
K
¤ K
H
¤ ¤ ,
· ¹¹,
¤ ,
º¤ · ¤ RTH
¤ ¤ ¤ (
¹ ) (K
¤ PU 2012). D
¤ · P2KH
§¤ -
¤ .
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Pengertian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
P
¤ (1995)
¤ RTH
¤¤ · · ¤ » ¤ ¤ ¤ (
¼¯³ ¯¶¶ ª½¾ ¿µµ® ¬ ¼¾ ½¶«),
¤ º ¤ ¤ (
· ¤· ¤ · ¤ )
¤ · -
¹ RTH
¸M
D
P
R
(2007) R
¤¤ /
§ ¤ ¤ · ¹ ,
¤ ¤ ¤ · ¤ º ¤ ¤ ¤.
N
(2005)
¤ (RTH)
-
(
µ¼¯¶ À¼½±¯À)
¤ º ¤ ¹ ¤ ¤ ¸M
D
(2007)
R
T
H
K
P
RTHKP
¤ ¤ ¤ ¤ ¹ ,
,
,
¤ . S
¤ (2010)
¤ ¤ RTH
¨2.
M
.
Jenis-Jenis RTHKP
P
-
RTH
. S
RTH
RTH
RTH
,
,
-
. RTH
,
-D
, RTH
,
. S
, RTH
(
,
),
D
RTH
RTH
RTH
(D
P
R
2008). S
TH
G
3.
S
: D
R
(2008)
G
3 T
RTH
M
RTH
D
(2007)
D
P
R
(2008),
RTH
5
,
RTH P
RTH T
, RTH J
RTH F
RTH P
(T
1). S
,
RTH
RTH P
TH P
.
Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
RTH
,
(N
2005):
1.
F
,
RTH
(R
-
(
,
,
T
1 K
RTH
S
: D
(2007)
(2008)
2.
F
RTH
RTH
RTH
(
3.
F
,
RTH,
,
,
. C
Depdagri (2007)
Ditjen Penataan Ruang
(2008)
1
T
ÁÂÁÃÄ ÅÆÁÇÁÁÈÁÂT
ÁÂÁ ÃÉÊ ÇÁ ÃËÁÌÁH
ÊÇÁÃÈÅ ÃÍÊÃÎB
ÏÃÇÁÃÎÁ ÈÁÂÆ ÏÐ ÏË Ç ÅÎÊÃÊ ÃÎ,
ÑÊÒ Å Ç
,
ÈÏËÏÃÎÍÁ ÃÈ ÏÂ ÑÁ ÉC
ÁÎÁËÁ ÈÁÂ2
RTH P
ÏÒÁËÁ ÃÎÁ ÃP
ÏÒ ÁËÁÃÎÁ ÃÓÊÂÁ ÉÔÅ ÃÎÎÁ ÈH
ÁÈÁÂÁÃ Ð ÏËÒÁ ÃÇÕ ËÁÃÖÐ ÏËÇÕÒ ÕÁÃÍÁ ÃÇ ÏÂÐ ÁÇÊÆÁ ÉÁ
T
ÁÂÁ Ã× ÇÁÐT
ÁÂÁÃÁÇÁÐÑÁ ÃÎÊ ÃÁÃ
T
ÁÂÁ ÃÓT
T
ÁÂÁ ÃÓ ØT
ÁÂÁ ÃÙ ÏÈ ÊËÁÉÁ ÃT
ÁÂÁ ÃÙ ÏÚÁÂÁ ÇÁÃT
ÁÂÁ ÃÒÕÇÁT
ÁÂÁÃÙÕ ÇÁT
ÁÂÁ ÃË ÏÒ Ë ÏÁÆ ÅK
ÏÑ ÊÃËÁÌÁK
ÏÑ ÊÃÑÅ ÃÁ ÇÁÃÎL
ÁÐÁ ÃÎÁÃÕ ÈÁÉËÁÎÁL
ÁÐÁ ÃÎÁÃÊÐÁÚÁ ËÁH
ÊÇÁÃÒÕ ÇÁH
Ê ÇÁ ÃÙ Õ ÇÁK
ÁÄ ÁÆÁÃÍÁÃÛÁ È ÊËÉÅÛÁ ÊS
Á ÑÊÒÜ ÅÛ ÁÊÝÞßààáâàãä
)
P
ÊÈÁÊå ÁÈÁ ÃM
ÏÍÅÁÃå ÁÈÁ ÃJ
Á ÈÊ ËÐ ÏÛ ÁÈÁ ÃÒÁÒ ÅË ÊÁÃÎÍÅÑÁÄ ÁÉÛÁ ÈÁÃÈÁ ÌÁ ÃÎ
RTH F
Ê ÃÎÆ ÅT
ÏËÇ ÏÃÇ ÊRTH
Æ ÏÂÐÁÍÁÃËÏÈÒ ÏËÏÇÁÁÐ ÅJ
Á ÈÊ Ë ÍÅÑÁÄ ÁÉ
Ç ÏÎÁ ÃÎÁÃÇÅ ÃÎÎÅ
(SUTT
ÍÁ ÃæUTET)
Û ÁÈ ÊËÉÅÛ ÁÊ ÛÁ ËÅ ÃÎÁÃ
ÈÅÆ Ç ËÅÒ Ç ÏÎÁÃÎÁÃÇ ÅÃÎÎÅ
RTH S
ÏÂÐÁÍÁ ÃÆ ÊÃÎÁ ÅRTH
Æ ÏÂÐ ÁÍÁÃÐÁÃ ÇÁ ÅRTH P
ÏÃÎÁÂÁ ÃÁ ÃÆ ÊÂ Ñ ÏËÁ ÅËÑÁÒ ÊçÂÁ ÇÁÁ ÅË
P
ÏÂÁÒÁÂÁÃÊÂ ÊÂP
ÏÂÁÒÁÂÁ ÃD
ÁÏËÁ ÉÐÏÃ ÌÁ ÃÎÁ(
Ñ Êè è ÏËéÕ ÃÏ)
ÈÁÐ ÁÃÎÁ ÃÊÍÁ ËÁ
P
ÁËÒ Å ËÇÏËÑ ÊÒÁRTH P
ÏËÇÁ ÃÅÁÃêÏËÒ Õ ÇÁÁ ÃL
Á ÉÁ ÃÐ ÏË ÇÁ ÃÅÁÃÐ ÏËÒÕÇÁÁ ÃRTH T
ÁÂÁ ÃÍÁÃÜ ÊÇÁ ÃK
Õ ÇÁT
ÁÂÁ ÃÈ ÅÃÎÒ Ê ÃÎÁ ÃÐ ÏËÊÂÁÉÁÃÍÁ ÃÐÏËÂ ÊÒ ÅÂÁ Ã
J
Á ÈÊ ËÐÏÃÎÁÂÁ ÃÛ Á ÈÁ ÃÖÂ ÏÍÅÁ ÃÛ ÁÈÁ ÃÖË ÏÈÒÏË ÏÇÁÁÐÅ
,
Ð ÅÐ ÁÎÁÆ ÍÁ ÃÐÏÍÏÆ Ç ËÅÁ ÃS
ÏÂÐ ÁÍÁÃÆÊ ÃÎÁ Å,
ÐÁ ÃÇÁÅ,
ÑÁ ÃÎÊÃÁ ÃÖÆ Å Ç ÊÍÁ ÃËÁÄ Á
RTH
Alami
RTH
Non
Alami
(Binaan)
T
ÁÂÁ ÃÈ ÅÃÎÒ Ê ÃÎÁ ÃÐ ÏËÒ ÁÃ ÇÕËÁ ÃÍÁ ÃÎÏÍÊÃÎÒÕÂ ÏËÆ ÅÁÈ
RTH J
Á È ÊËH
ÅÛ ÁÊåÁ ÈÁÃKlasifikasi RTH Menurut:
No.
Fisik
ë ìíîïì îí
RTH
ðñ ò ó ô õöë öôò ÷ ø îùñú ùöïôòñû,
öù ôòìö ìñë ïñüñë ñò ý,
öòù ñ úþ ë ôí ìñ ïôòðñøñòñò4.
F
îò óë ö ë ÿë ö ñû,
ðñö ìî õîò óë ö ùñò øñò õññ ìRTH,
ëô ñí ñ ûñò óë îò ó ùñò ìöùñ ï ûñòóë îò ó,
îò ì îï ôòöò óïñ ì ñò ïîñ ûö ìñë ïôúöù îñò øñëðñ íñïñ ì ôíïÿì ññòC
ÿò ìÿúòðñ ñùñ ûñ úRTH
ëôñ óñö ë îñ ìî ì ôøñ ì ôòöòóïñ ìñò ôò ó ôìñ úîñò ùñò ïôëôúñ ìñò ÷ôíëÿëö ñ ûö ëñë ö,
ùñò ôíôïíôñë ö,
ùñò ôíì ôøîòðñ ñò óóÿìñ ù ñíö ë î ñì î ïÿøîòöìö.
D
ôùñ óíö(2007)
ø ôò ôûñëïñò ë ô ñ íñ ëôøö ì õîòóë öRTHKP
ñùñ ûñ ú ë ôñóñ ö ôíöïîì:
ñ
.
P
ôòóñ ø ñòñòïôôíñùññòïñüñë ñòûö òù îò ó ôí ïÿìñ ñò þP
ôòóôòù ñ ûö ôò ôøñíñòùñòïôíîë ñ ïñòìñòñ ú÷ñöíùñòîùñíñ þ.
T
ôøñ ì ôí ûö òù îò óñò ûñ ëøñò îõìñ úùñòïôñò ôï ñí ñóñ øñòúñðñ ìö þ ùP
ôòóôòù ñ ûöìñ ìññö íþùñòô
.
S
ñíñòñôëìôìöïñïÿìñ.
M
ôò îíîìD
öìôòP
ôòñ ìññ òR
îñòó(2008), RTH
ø ôøöûöïö õîòóë ö ðñò ó ìö ùñ ï ìôí ûñ û î ñ îú ôí ôùñ ùôòóñò ôòù ññìN
îíöë ñ ú,
ù ôòóñò ûôö ú ì ôíôíöò ö,
ðñö ì î ëôñ óñö ô íöïîì:
ñ
. F
îò óë öîìñ øñ(
öò ìíö òë ö ïýðñ öìîõîò óëöôïÿûÿóöë
øôø ôíö ñ øö òñò ôò óñ ùññòRTH
ø ôò ñùö ñ óöñò ùñ íö ë öë ìôø ë ö íïîûñëö îùñíñ(
ñíî-
ñíîïÿìñ)
þ
ôòóñ ìîíö ïûö øøöïíÿñ óñ íë ö ë ì ôøë öí ïîûñë öîù ñíñù ñòñö íë ô ñíññ ûñ øöùñ ñ ìôíûñò óë îò óûñò ñí þ
ëôñ óñö ôòôù îúþ
í ÿù îë ôòÿïë öó ôò þ
ôòðôíññöíúîñò þ
ôòðôùö ñúñöìñ ìëñ ìü ñ þ
ôòðôíñ ÿûîìñòø ôùöñîùñíñ,
ñöíùñòìñò ñ ú÷ë ôí ìñ þ
ôòñ úñòñò óö òîò óë öìñøñ úñò ôïëìíöòë ö ïýðñöìî
F
îò óë öëÿëö ñ ûùñò îùñðñ:
-
ø ôòóóñøñíïñòôïë íôë ö îùñðñûÿïñ û þ-
ø ôíîñ ïñòøôùöñïÿøîòöïñëöüñí óñïÿìñ þ-
ì ôøñ ìí ôïíôñë ö þ-
ü ñùñú ù ñò ÿ ôï ôò ùö ùö ïñò ÷ ôò ôûö ìöñò ÷ ù ñ ò ôûñ ìö úñò ù ñ ûñ ø ø ôø ôûñ ñíöñûñ ø
F
îò óë öôïÿò ÿøö:
-
ëîø ôí í ÿù îï ðñ ò ó ö ëñ ùö îñû,
ëô ôí ìö ìñòñøñò îòóñ,
îñ ú÷ ùñ îò ÷ ë ñðîíøñðîí-
ö ë ñ øôò ñùöñ óöñò ùñíö îëñ úñôí ìñòöñò ÷ ô íï ôîòñò ÷ïôúîìñò ñò ùñò ûñöò ûñö ò
F
îò óë öôëìôìöïñ:
-
ø ôòöòóïñ ìïñò ïôòðñøñò ñò ÷ øôø ôíöòùñ ú ûö òóïîòóñò ïÿìñ ñöï ùñ íö ëïñ ûñ øöïíÿ úñûñ øñò íîøñú÷ ûöòóïîò óñò ôíøîïöøñ ø,
øñ î îò øñ ïíÿûñòëôïñïÿìñëô ñíñïôëôûîí îúñò-
M
RTHKP
D
(2007)
:
.
S
S
.
S
M
.
M
.
S
-
!,
".
S
M
.
M
M
D
!P
R
(2008)
RTH
#
.
M
(
$ %&'()* +),
(
,
! ,
-
!(
,
,
M
(
! ! (&$%&'()*+),
,
(
).
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
D
(1992)
-
TH
#1.
RTH
-
!.
B
, RTH
. P
#. P
,
RTH
.
P
,
RTH
!
.
. B
. M
RTH
!
.
2.
S
RTH
.
P
,
+&.* %/+
(
,RTH
.
D
!P
R
(2008)
!RTH
"
:
1.
P
-TH
"K
!UU N
26
2007
P
R
. P
RTH
"
:
P
RTH
30%
20% RTH
RTH
.
. A
RTH
.
2.
P
TH
U
RTH
RTH
. D
P
R
(2008)
RTH
I
20
2
,
T
2.
T
2 P
TH
S
: P
(2006)
R
(2007)
3.
P
TH
F
RTH
,
D
(1992)
RTH
.
M
RTH
. L
,
RTH
A
No.
Unit
Lingkungan
Tipe RTH
Luas
minimal/
unit (m
2
)
Luas
minimal/
kapita (m
2
)
Lokasi
1
250
0123T
3 43 56T
250
1,0
71895:3;<15:=>5:3 5
RT,
?371> @ABBC200
42
2.500
0123T
3 43 56D1.250
0,5
71E> @38=9:138356D
,
?371> @FBBC300
43
30.000
0123T
34 35K
9 <>?3;359.000
0,3
71=9 <G4 EG= =3 57 95:3 5 @9 =G <3;HE>@38
=9 <>?3;35
T
34 35K
9 I34 383524.000
0,2
71=9 <G4 EG= =3 57 95:3 5 @9 =G <3;HE>@38
=9 I34 3835
P
94 3=34 35 71@9@>31=351,2
89 ?@9 J3?T
34 35KG83144.000
0,3
71E> @3821<3L3;H= G83H
> 835= G83 71@9@>31=354,0
7173<34
/
=323@35 E15::1?35>58>=M>5:@1
-M>5:@18 9?8958>71@9@>31=35
12,5
71@9 @>31=357 95:35 =9J > 8>;35
-
,
TH
.
N
(2005)
RTH
o
o
RTH
o
G
4)
o
S
: T
IPB (1993)
N
2005)
G
4 P
RTH
S
M
. (2011)
S
M
RTH
. B
RTH
. RTH
200
15
.
Kenyamanan
Thermal
Fenomena
Urban Heat Island
M
(2002)
E
(2007)
(UHI)
(
)
(UCL)
(
)
(
),
. D
(G
5).
S
:
(2002)
E
(2007)
G
5 F
UHI
S
P
I
2008)
,
1.
B
P
P
A
,
2.
B
O
P
B
,
P
.
3.
S
K
S
,
,
,
NOPQ ORPSQP TUV WXQ WYP NPSPTYW TNZ NZQQUS P [PT \]W^PQ O TSOT\\O_Z\P ]W^P Q OT ^WTOT\QPS
.
4.
S
Z^RW`K
WV W^ RP RP TD
O YW`QUS P PT P O` XZ_ P T a WTNW`Z T \ ^WT_ PNO PVO` P T YW`^ZQP P Tb PQ ORPS P NP T [P YW`^ZQPP T ] W^WTb YP` OS,
] WVUQP Tb NP T YO YP-
YOYP ]PV Z`P T N`P OTP ]W. D
O NP W`PX YW` NW]P P T ] WRP \OP T R W]P` P O` XZ_ PT ^W`W] P Y Q W NPVP^ SP TPX ] WX OT \\P aP NP T \P T P O` Z TSZQ YWT \ZP YP T NP YPS ^ WT[W_ZQQPT Z NP`P. J
Z^V PX RP NP T PO`(
]Z T\PO,
NP TPZb QUVP^ NP T `PcP-
`P cP)
YW` ]PSZPT V ZP ] VWROX Q W aOV NO QUS P NP` OYP NP NO ] WQ OS P`T[P,
]WX O T\\P YP TP ] [P T \X OVPT\Q P` WTP WdP YU`P ] O NP`O P O` VWROXQ WaOV.
5.
K
ZPV OSP ]e NP`PB
P T[PQ T[P RPT \Z TP T R W`SOT\Q PS NP T SOT\QPS YW TaW^P` PT [PT \ S O T\\O NP`O Q W\O PS P T O TNZ ]S `O NP T Q WTNP`P P T RW`^US U` NO YW`QUSPP T ^WT[WRP RQ P T SO^RZV T [PQZ RPX NWRZ(
f gh i fjkl),
[POSZ] WV Z RZ T \YUV ZSP T[PT \^ WT[WVO ^ZS O QUS P.
R
Z ]XP[PSO(2011)
^WT[W RZS QP T]Z^RW`YW`^ P ] PV P XP TeHI
P NPVPX:
1.
E
^ O ]O\P]`Z^PXQ P aPP
ZV PZ RPXP T\(UHI)
[P T\ SW`RWTS ZQ NO P` WP YW`QUS PP T NOPQ ORPS Q P T UVWX SOT\\O T [P QU T]WTS`P ]O \P ] `Z^PX QP aP(GRK). F
W TU^WTP OTO NO] WRZS ]WRP\PO WmWQ `Z^PX Q P aP. A
T\\` P OTO(2011)
^WT_ WV P]QP T WmWQ `Z^ PX Q P aP NOP TPV U \OQ P T ]WRP\P O RZ^ O [P T \ NOQ WVOVOT\O \WV P] QPaP,
NO ^P TP YPTP ] ^ PSPXP`O NP YPS ^P ]ZQ QW RZ^O ^WTW^RZ ] \WV P ] SW` ] WRZS. S
WRP\OP T WTW` \O ^ PSPXP`O SW` ]WRZS NO ] W` PY UVWX RZ^ O NP T ] O]P T [P NOYP TS ZVQP T Q W^ RPVO Q W `ZP T \ P T \QP]P. A
QP T SWS P YO,
YPTP ] [P T \ ]WXP`Z ]T [P NOYP TSZV QP T OTO SPQ RO ]P ^WTW^RZ ] VP YO]P T \WVP] QP aP ] WX O T \\P S W`YW` P T\Q PY NO RZ^ O. H
PV OTO ^WT [W RP RQP T ]ZXZ RZ ^O ^WT_P NO VWROX YP TP] nA
T \\`P OTO(2011)
_ Z \P ^WT [W RZS QP T oPS-
oPS [PT \ S W`^ P ]ZQ NPVP^ Q WV U^ YUQGRK
PN PV PX QP` RU TNOUQ ] ONP(CO
2
),
^ WSP TP(CH
4
),
NO TOS `U UQ ]O NP(C
2
O),
X O N`U mV ZU`UQP` RU T(HFC),
YW` mVZUQP`RU T(PFC),
]P^ YP O ]ZVmZ` X WQ ]PmVZU`O NP(SF
6
). S
Z^ RW`ZS P^ P Y W T\XP ]OV W^O] OGRK
OTO PTSP`P VP O T Y W^ RP T \Q OS VO]S` OQ RW`S WTP\PRPSZRP `PNP TYW^ RPQP` P TQ WTNP `P P TR W`^US U`.
2.
P
WT\P `ZXYWTZS Z YP TVPX PTP
.
N
W`P aPR
P NOP] ONP TN
W`PaPE
TW` \OP
WTZSZ YP T V PXP T [PT \ PNP NO P`WP YW`QUSP P T ^W TWTS ZQPT TW`P aP ` P NOP ] O(
SW`^ P ]ZQ YWT \P `ZX NP` O pqrlfj)
] W`S P TW`PaP WT W` \O NO P`WP YW`QUSPP TnR
Z ]XP[PS O(2011)
^WT \P`S OQP T pqrl fj ] WRP\P O YW`RP TNO T \PT P TSP`P _Z^ VPX `P NOP ] O \WVU^RP T\ Y WTNWQ [PT \ NO YPTSZV QPT NWT \PT _Z^ VPX `P NOP] O \WV U^ RP T \ YWTN WQ [P T\ NOS W`O^P ]ZPS Z YW`^ZQPP TnM
P ] OT \ -^P ] OT\_WTO]YWTZS Z YPTVPXP T^W^YZ T[POQ W^ P^YZP T^W^P TSZV QP TNP T ^ WT [W`P Y `P NO P ]O ]Z`[P(
pqrl fj)
[PT \ RW` RWNP-
RWNP. S
W^PQ OT RP T [P Q `P NOP] O ]Z`[P [P T \ NOYP TSZV QP Tb ^ PQP `P NOP ] O TWSU PQP T ]W^ PQ O T SOT\\O ]WX O T\\P]ZXZY W`^ZQPPTNP T]ZXZZ NP` PNO] WQ OSP`T[P`WTNPX nsW^OQ OP T _Z \P ]WRPVOQ T[P. A
S P Y RPT\Z TP T [P T \ \WVP Yb RP T \Z TPT RWS U T NP T _PV PT -_PV PT RW`P ] YPV ^ W^OVOQ O pqrl fj [PT \ ` WTNPXb ] WX OT\\P VWROX RP T[PQ ^ WT [W`P Y `P NOP ]O ]Z `[P,
] WX O T\\P ]ZXZ YW`^ZQ PP T NPT ]ZXZ Z NP`P T[P V WROXS O T\\ONORP TNO T\Q PTNP W`PX [PT \NONU^OTP ]OUV WXtTH.
M
vwxyz(1974)
{|}|~R
xv vw(2011)
y y z v y y zwv yv zv vvvx wz v y z v v v vz v y yz vz vw yz vv y v w yz(
y v v . T
zv zv vv vx yxv v v z vz yy wv y v z y y vvE
v wzv zv yz v v v v wvzv yv zv v wzv zv . E
v zv v w zv zv yv wyw v yx v wz (
zvv ,
x vzv,
yyvv vzv,
y zy vv wy v v v zv,
v ,
v wy w v yx y y y wv .
yy wv y v z v v z v v y v v v w yv wzv zv yx v x yz v v v x vzv y wv zv y xzy vx Temperature Humidity Index
K
yv vv yz v v w vx v v v w y vwv v y vzx y vvv v v w y z v wv wyzxvv v v.
P
vzv y wyz v v v v w y v y v v v v v vvvx x vzv v y yv v z yvw (RH). S
x v y y v v v yy vz x,
v vRH
v v y z vv v x y v w,
v y vw y w v x w zK
y v vz vy wyz vv-
vv yy v z x y v v v v v. S
x v wyzv w vwv wyz v zyvx v v y v yv wv v v,
yv v yy v v v w yzv v v v wv vv v v v. L
v yz (1981)
{|}|~K
vv(2009)
y v wv v x yvv y vv v v vvv vx27
C
28
C
v y y v v 0% - 75%
~ | ~{ {
(THI)
v yv y v v y y v v v y zv v y wy w y y wv x vv v y vv vv v y y wv v yy vz v v wyz y w v v y vv v v v y v y v v vz v y wyz x v yyv v vzv. E
y (2007)
y y v THI
yv v y v zv v vv w vw v y v w vw y v v vv zv v v v v v¡ v vxyz wv v K
vv v v v y vv y y z v v yv v w y zv z w v vv y v wz v x w x yzv v vv yy v(E
y 2007). K
y v v v y vzv vw wv w v v w v wv v y vvTHI,
v z v yxN
y ¡w(1975). M
y z w xv y yw v M
(1947)
{|} |~E
y (2007)
y yv v v I
y v y z vz vv v20
26.
A
v y zw ¢zv v wv |}. (2003)
{ |} |~K
v v(2009)
y y v v v yv v y v wv vw v v vv vzv vTHI 19
23,
yv v v vzv 23
27
v w v vv vv vTHI
vwv £¤Keterkaitan RTH dengan UHI
F
y RTH
v v wvz v v v vvx yyzv z yzvv vv yzv x vzv. P
y y w v yx ¥x |}¦(2011)
y v vx¡vyz y wv yyw v yywvvvvxv w zwyzy w w y z v y yUHI. M
yy zv v § ¨¨© v y v w v vv v x y vz vyy wv v wy zv yy ªHI.
¬® ¯® °±¯² ³¯² ´ µ¶µ ·¯
-
µ · ¯ · ¯¸ ¯® ® ²±¶±²¬ ¯² ¹±º ± ±·¯¶ ¯,
» ¶ ´¯²» ±²´ ±¬ ±¶¯² °¼º¼ ² ·¯² ¬¯¶ ¯¬ » ¶½¹»½¬ ¬ ¯²¼ °½² ³¯,
³¯²´ ® ®° ²´ ¯¶±º ½ ° ²»¶ ¯¹ ½ ¶¯·½ ¯¹ ½ ® ¯»¯º ¯¶ ½. P
² ¸½» ½ ¯² ³¯²´·½ ¸¯¬ ±¬ ¯² ¼ ¸ºS
º¯¹ º ±¯-B
¯¶ ¾¿ÀÁ. (2009)
® ²±²Â ±¬¬ ¯² µ¯ºÃ ¯ ¬¼® µ½ ²¯¹ ½ µ¯³¯² ´¯² °¼º¼ ² ·¯² ¶ ±® °±» ® ¶ ±°¯¬ ¯² ¹» ¶ ¯» ´½ ¸¯²¹ ¬¯° ³¯ ²´ °¯¸½ ²´Ä¬» ½ ı²»±¬® ² ±¶ ±²¬ ¯²¹±º ±±·¯¶¯º ½ ²´´¯2 K.
E
ÄÄ ²·³(2007)
® ²³¯»¯¬ ¯² º ±µ±²´ ¯²RTH
·¯² ¹±º ± ±·¯¶ ¯ µ¶¹ ½ į» ²¼ ²¸½ ² ¯¶· ²´ ¯²°¼ ¸ ¯µ ¶µ¯² ·½²´»¶ µ¯¸ ½¬ ÅP
²´±¶¯²´ ¯²50% RTH
® ²½ ²´¬ ¯»¬ ¯² ¹ ±º ± ±·¯¶¯0,4
1,8
Æ
C,
¹ ·¯²´¬ ¯² ° ² ¯® µ¯º ¯ ²RTH 50%
º¯²³¯ ®² ±¶ ±²¬ ¯² ¹ ±º ± ±·¯¶ ¯ ¹ µ¹¯¶0,2
0,5
Æ
C. K
¯¶²¯ ½» ± ° ²»½²´ ¹ ¬¯¸ ½ ® ® °¶»¯º ¯²¬ ¯² ¬ µ¶ ¯· ¯¯²RTH
·½ ¬ ¯Ã¯¹ ¯² ° ¶¬¼»¯¯²ÅD
¯¶ ½ µ ¶µ¯´ ¯½ ° ²¸ ½»½¯² » ¶¹ µ±» ·¯°¯» ·½¹ ½®°±¸¬ ¯² µ¯ºÃ ¯RTH
® ® °±²³¯½ ı²´¹ ½ ±²»±¬ ® ²±¶ ±²¬ ¯² ¹ ±º± ±·¯¶ ¯ ¹º ½ ²´´¯·¯°¯»®® ° ¶ µ ¯½¬ ½½¬ ¸ ½®® ½¬¶¼Ç¯® ¸½¼¶¯¹½½¬ ¸½®).
D
¯®°¯¬RTH
»¶º ¯·¯°°²±¶ ±²¯²¹±º ±±·¯¶ ¯·²´¯²® ²´±¶ ¯²´½Ä¬UHI
¯¬ ¯² µ¶·¯®°¯¬ » ¶º¯ ·¯°THI
µ ¶ ±°¯ ° ¶¹¯®¯¯² ²¼ ²-
¸½ ² ¯¶ · ²´¯ ² °¼ ¸¯ µ¶µ¯²·½² ´ ¸ ±¶±¹ÅS
» ½ ¯° ° ²½ ²´¬¯»¯²UHI
¯¬ ¯² ® ² ³µ¯µ¬ ¯² ¬ ²¯½¬ ¯ ²THI.
P
²½²´¬ ¯» ¯²UHI 0,2
1,0
Æ
C
® ²³µ¯µ¬ ¯²°² ½ ²´¬ ¯»¯²THI
¹ È ¯¶¯» ¯Â ¯®,
¸ ¯¸ ± ® ¸ ¯²·¯½. T
» ¯°½° ²±¶±²¯²UHI
¹ µ¹ ¯¶0,4
Æ
C
¹ ¯Â ¯ ¯¬ ¯² ® ²±¶ ±²¬ ¯² ²½ ¸ ¯½THI
³¯ ²´ ¹ » ¯¶¯ · ²´¯² ° ²½²´¬ ¯»¯²UHI 1,2
Æ
C. A
¶»½² ³¯,
¹ » ½ ¯° ±° ¯³¯ °²¬ ¯²¯² ·¯® °¯¬UHI
® ²´º ¯¹ ½ ¸¬ ¯² ²½¸ ¯½THI
³¯²´ ¹¯²´¯» ²³¯»¯ µ¶¬ ± ¶¯²´(E
ÄIJ·³2007).
Analitical Hierarchy Process
ÉÊÀÁ Ë ¿Ë ÌÀÁÍË ¾ÎÀÎÌÏÐÑÎ Ò Ì¾Ó Ó
(AHP)
®¶ ±° ¯¬ ¯²»¬ ²½¬ ³¯ ²´ ·½¬®µ¯²´¬ ¯ ² ¼ ¸ºD
¶. T
º¼®¯¹S
¯¯»³ ° ¯·¯ »¯º ±²1970-
¯²ÅT
¬ ²½¬ ½ ²½ ·½ ´±²¯¬ ¯² ±²»±¬ ® ²½ ·²»½Ä½¬ ¯¹½ ·¯² ® ²²»±¬ ¯² °¶½¼¶ ½» ¯¹ · ¯¸¯® ° ²´ ¯®µ½¸ ¯² ¬ °±» ±¹¯² ³¯²´ ¬¼® °¸¬¹³¯²´® ¸½ µ¯» ¬¯²µ¶ µ ¯´¯½¬¶ ½» ¶ ½¯(F
½¶· ¯±¹ ¾¿ÀÁ. 2011). P
¶ ¯¹³¯¶¯» ·¯°¯» ·½´±²¯¬¯²²³¯ ¯² ¯¸½¹ ½¹ ½ ²½ ¯·¯¸¯º ¶¹°¼ ²·² º ¯¶ ±¹ ¼¶ ¯² ´ ³¯ ²´ µ ² ¯¶-
µ² ¯¶ ®®¯º ¯®½¹½»±¯¹ ½³¯²´¹ ·¯²´·½» ¸ ¯¯º ÅP
¶¼¹¹ ° ²³±¹±²¯²AHP
® ²±¶±»P
¯²±Â ±(2012)
® ¸ ½°±»½ µ µ¶ ¯°¯ »¯º ¯° ³¯ ½» ±Ô1. M
²» ¯°¬ ¯²» ±Â ±¯²Õ· ¯²¹±µ»±Â±¯²³¯²´½ ²´½²·½È ¯°¯½¹ µ¯´ ¯½¬ °±»±¹ ¯²2. M
²· Ľ ²½¹½¬ ¯² ¬¶ ½»¶½ ¯,
¹±µ ¬¶ ½» ¶ ½¯,
¹ ±µ ¹ ±µ¬¶ ½» ¶½ ¯ ·¯² ¹» ¶±¹ ²³¯ ±²» ±¬µ½¹¯® ²È¯°¯½» ±Â±¯²·½ ® ¯¬¹±·
3. M
²· Ľ ²½¹½¬ ¯²¯¸» ¶² ¯»½Ä¹ ¼ ¸±¹½µ¶ ·¯¹¯¶¬¯²¬¶ ½» ¶ ½ ¯»¶¹ µ±»4. M
² ³±¹ ±² º ½¶ ¯¶¬ ½. T
±Â±¯²Õ ¬¶½»¶ ½¯ ·¯² ¯¸» ¶² ¯»½Ä ¹ ¼ ¸±¹½ »¶¹ µ±» ·½¹ ±¹ ±² ¹ µ¯´¯½¸Ö ¸³¯ ²´µ¶º ½ ¶ ¯¶¬ ½±²»±¬·½°¶ µ¯²·½²´¬ ¯²5. M
® µ±¯»°¶ µ¯²·½²´ ¯²µ¶ °¯¹¯²´ ¯²±²» ±¬® ®µ¶ ½¬ ¯²°® µ¼ µ¼»¯²6. M
² ³±¹ ±²®¯» ¶ ½¬¹°¶µ¯ ²·½ ²´¯²²½ ¸¯½-
²½¸ ¯½º ¯¹ ½ ¸°®µ¼ µ¼» ¯²7. M
²» ¯°¬ ¯²°¶½¼¶ ½» ¯¹³¯²´¯¬¯²·½ ¯®µ½¸T
3 D
S
P
HP
S
: P
2012)
K
AHP
(F
2011). C
S
S
(2008)
=
1
/
(
)
J
IK
0
S
IK
(
)
R
(RK)
(IK)
I
(IR)
=
N
IR
IR
/
T
4).
T
4 I
S
: S
2008)
Intensitas
Definisi
Keterangan
1
S
× Ø×ÙÚ ÛÜ Ý ÛÞK
Úß à×ÙÝáÝâ× ÛãÚäå æÛÜäÝãàçÝç× Ø×ÙÚ ÛÜ Ý Û ÞÜÚäâ×ß× ÙÜàèà×Û
3
M
æßÚä×ÜáÚãÝâÙÚ ÛÜÝ ÛÞS
×á×âç×ÜàÙÝáÝâ× ÛçÚßÝåÝÜáÚãÝâßÝ ØÝ Û×ÜÝßÝã× ÛßÝ ÛÞå×ÛÙÝáÝâ× Ûá× Ý ÛÛé×
5
L
ÚãÝâÙÚÛÜÝÛ ÞS
×á×âç×ÜàÙÝáÝâ× ÛáÚãÝâßÝ ØÝ Û×ÜÝßÝã× ÛßÝ ÛÞå× ÛÙÝáÝâ× Ûá× Ý ÛÛé×
7
S
× Û Þ×ÜáÚãÝâÙÚ ÛÜÝ ÛÞS
× Û Þ×ÜÛé×Ü ×áÚãÝâÙÚÛÜÝ ÛÞß× ÛÜ Úäã àåÜÝß×äÝãÚãÚä× Ù×ê×åÜ ×ç× Û Þ× ÜáÚãÝâÙÚ ÛÜÝ ÛÞ ßÝã× ÛßÝ ÛÞå×ÛÙÝáÝâ× Ûá× Ý ÛÛé×
9
A
Ø×Üç×ÛÞ×ÜáÚãÝâÙÚ ÛÜÝÛ ÞJ
Úá×çß× Ûç× ÛÞ×ÜØÚé×åÝ Ûå× Ûè×àâáÚãÝâÙÚÛÜÝ ÛÞßÝã× ÛßÝ ÛÞå×ÛßÚÛÞ×ÛÙÝáÝâ× Ûá× Ý ÛÛé×
2, 4, 6, 8 K
æÛßÝçÝßÝ× ÛÜ×ä×ß à×ÙÝáÝâ× ÛD
ÝÙ ÝáÝâè Ýå×ÙÚäá àå æØ ÙäæØ Ý× ÛÜ×ä×2
ÙÝáÝâ× Ûé× Û ÞßÝã×ÛßÝÛ Þå× Û
R
ÚçÝÙäæåJ
Ýå×ÙÝáÝâ× Û ë ãÚäã æã æÜç×á×âç×Üà ß×äÝÙÝáÝâ× ÛßÝ×Ü ×çßÝã× ÛßÝÛ Þå× Û Ù ÝáÝâ× ÛÝØ×å×è Ýå×ÙÚäã×ÛßÝ Û Þ× Û ßÝã×áÝåØÚ Û è×ßÝÛÝá× Ý åÚã×áÝå× Û Ûé×A
ç àØçÝá æÞÝçOrder
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ìí
0,00 0,00 0,52 0,89 1,11 1,25 1,35 1,40 1,45 1,49
First Order
Differences
n
Waktu Penelitian
! " ! " # " $ "% ! " &
'( ) "* $
+ ) " % "# %% % ! + ) " !$## " ,% !
+ -% % ! % . /( ) "0 !
+ * "1 $ % "%2 ." 2 # %!3) 4322 ( + 5" % . % " "" & 6 677 7 (# (8.$ 6$ % /9 '9 :
icrosoft
Corporation
" ! $ " , !% 2 ." 2" /9 '9 (
+ * "
Zoning Regulation
63 8 * ; 2." 2 $3) 4322 (+ 0 "2 " % "< .(/=>" " * " 3 4 # !- ? 2 # "- 0 0"(
+ ) " @ $