• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM

PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI

NETRIYANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

(3)

ABSTRAK

NETRIYANA. Analisis Struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

Struktur modal merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Jika perusahaan menggunakan kombinasi beberapa jenis sumber dana, maka dilakukan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pada industri telekomunikasi di Indonesia memiliki struktur modal yang didominasi oleh Saham biasa, dengan proporsi rata-rata sebesar 54,21%, hutang jangka panjang sebesar 38,90% dan sisanya merupakan saham preferen, yaitu 9,81%. Dengan perhitungan WACC dapat diketahui bahwa perusahaan di industri telekomunikasi memiliki nilai rata-rata sebesar 12,41%. Lalu berdasarkan perhitungan WACC dan nilai perusahaan diperoleh hasil bahwa PT. Indosat Tbk. telah memiliki struktur modal yang optimum dan PT. XL Axiata Tbk. belum cukup optimum dalam industri telekomunikasi. Namun PT. XL Axiata Tbk. dapat lebih meminimalkan biaya modalnya sehingga bisa lebih menaikkan nilai perusahaannya. Sementara itu, konsep WACC tersebut tidak berlaku pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Kata Kunci : biaya modal, nilai perusahaan, struktur modal, struktur modal yang optimal

ABSTRACT

Netriyana. Optimum Capital Structure Analysis in Telecommunication Company Listed on IDX. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.

Capital structure is an equalization between the use of own capital and the loan. Weighted average cost of capital (WACC) concept is used on the condition when the company apply combination of several sources of fund. From this research it is known that the telecommunication industry has capital structure which is dominated by Common Stocks with an average proportion of 54.21%, bonds about 38,90% and the rest is preferred stock 9,81%. From the WACC calculation, it can be seen that the telecommunication industry has the WACC about 12,41%. while, based on the calculation of firm value, the company in sector of telecommunication industry has average firm value which is higher than the book value. By the WACC and firm value calculation, PT. Indosat Tbk. has capital structure that’s optimum, and PT. XL Axiata Tbk. does not quiet optimum. It is expected that PT. XL Axiata Tbk. can minimalized the cost of capital to increasing the firm value. Meanwhile, the WACC concept does not apply to PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

(4)

ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM

PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI

NETRIYANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI

Nama : Netriyana NIM : H24100151

Disetujui oleh

Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini adalah struktur modal, dengan judul Analisis Struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM. selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu penulis atas segala doa dan kasih sayangnya dan teman-teman manajemen yang selalu memberi dukungan, yaitu Annisa, Alfiani, Humairoh, Sarah, Eka, Esha, Zaza,Tantri, Rindang , Athia dan Fitri. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Anjar Lesmana yang telah mendukung selama proses penelitian serta terima kasih kepada seluruh staf Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor yang telah mendukung penulis dalam melakukan penelitian ini.

Akhir kata, semoga Allah yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun penelitian ini.

Bogor, April 2014

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE 4

Kerangka Pemikiran 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Pengumpulan Data 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gambaran Umum Sektor Industri Telekomunikasi 9

Analisis Struktur Modal 9

Analisis Biaya Modal 12

Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) 17

Struktur Modal yang Optimal 19

SIMPULAN DAN SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 25

(8)

DAFTAR TABEL

1 Struktur modal perusahaan telekomunikasi 10

2 Biaya hutang jangka panjang perusahaan telekomunikasi 12 3 Biaya hutang saham biasa perusahaan telekomunikasi 14 4 Biaya hutang saham preferen perusahaan telekomunikasi 16 5 Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan telekomunikasi 17 6 Nilai WACC rataan pada industri telekomunikasi 19

7 Hasil perhitungan nilai perusahaan 20

8 Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata 21

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik pertumbuhan total pendapatan tiga operator telekomunikasi utama

2 di Indonesia 1

2 Kerangka pemikiran penelitian 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler menurut

klasifikasi daerah tahun 2005 – 2012 25

2 Komposisi struktur modal PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. 25 3 Komposisi struktur modal PT. XL AxiataTbk. 26 4 Komposisi struktur modal PT. Indosat Tbk. 26 5 Perhitungan biaya hutang jangka panjang

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. 27

6 Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT. XL Axiata Tbk. 27 7 Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT. Indosat Tbk. 27 8 Perhitungan biaya saham biasa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. 28 9 Perhitungan biaya saham biasa PT. XL Axiata Tbk. 28 10 Perhitungan biaya saham biasa PT. Indosat Tbk. 28 11 Perhitungan biaya saham preferen PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. 28 12 Perhitungan biaya saham preferen PT. Indosat Tbk. 29 13 Perhitungan WACC PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. 29

14 Perhitungan WACC PT. XL AxiataTbk. 30

15 Perhitungan WACC PT. Indosat Tbk. 30

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia layanan jasa telekomunikasi telah dilakukan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961. Sebagai negara berkembang, pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi tersebut menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi secara umum di Indonesia. Berikut ini grafik pertumbuhan pendapatan 3 operator telekomunikasi utama di Indonesia (PT Telkom, PT Indosat dan PT XL Axiata) pada tahun 2006 hingga tahun 2011.

Gambar 1 Grafik pertumbuhan total pendapatan tiga operator telekomunikasi utama di Indonesia (Widuri 2012)

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan pendapatan yang menurun secara signifikan selama periode 2006-2011. Hal ini menyebabkan perusahaan telekomunikasi perlu mengidentifikasi penyebabnya. Salah satunya yaitu dengan meninjau kembali struktur pendanaannya. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang menggunakan jasa telekomunikasi terus bertambah pada akhirnya menyebabkan kebutuhan akan layanan jasa telekomunikasi pun semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan pertambahan penggunaan telepon seluler pada setiap rumah tangga di Indonesia dari tahun ke tahun yang dapat dilihat pada lampiran 1 (BPS 2013). Ditambah lagi saat ini sudah banyak perusahaan–perusahaan baru yang memproduksi produk gadget terbaru seperti tablet, yang sudah beredar luas di Indonesia. Dengan peluang tersebut masing-masing perusahaan bisa melakukan perluasan pasar di dalam negeri maupun di luar wilayah Indonesia. Ekspansi tersebut juga harus didukung dengan manajemen pendanaan yang tepat. Pendanaan tersebut melingkupi hutang, ekuitas saham biasa dan ekuitas saham preferen. Dengan kata lain perusahaan harus memiliki struktur modal yang optimum agar ekspansi yang dilakukan dapat berlangsung secara tepat dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Komposisi struktur modal yang optimum dapat diketahui dari perhitungan biaya modal (Cost of capital).

Menurut Rusdin (2006) modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan modal

(10)

perusahaan dalam melakukan ekspansi, perusahaan dapat menarik perhatian para investor di pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

Adapun bentuk-bentuk pasar modal adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks sektoral, Jakrta Islamic Indek (JIT), Indeks Papan Utama, indeks Papan pengembangan, indeks LQ 45, Indeks Bisnis 27, Indeks Sri Kehati, Indeks Individual, Indeks Pefindo 25 dan indeks kompas 100. Ketiga perusahaan di atas (Gambar 1) diambil berdasarkan kedudukannya yang secara konsisten ada pada indeks kompas 100 selama beberapa periode. Kompas 100 merupakan salah satu indeks di Bursa Efek Indonesia yang diluncurkan oleh Bursa Efek Jakarta pada tahun 2007. Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam perhitungan indeks Kompas 100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas, kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat disusun permasalahan yang akan diteliti, yaitu :

1) Bagaimana struktur modal pada perusahaan di indutsri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100?

2) Bagaimana cost of capital pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100?

3) Bagaimana struktur modal yang optimum pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100 ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :

1) Mengetahui struktur modal pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100.

2) Menganalisis Cost of Capital pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100.

3) Menganalisis struktur modal yang optimum pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100.

Manfaat Penelitian

(11)

dari pinjaman ataupun ekuitas) dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan.

2) Bagi para pemakai laporan keuangan (terutama investor dan kreditur) dalam rangka menilai kinerja perusahaan yang tercermin dalam struktur modal, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam investasi.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Februari 2013 – Juli 2013. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk dan PT Indosat Tbk. Penelitian ini menggunakan data perusahaan dari tahun 2008 hingga tahun 2012

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur Modal, Biaya Modal, Struktur Modal yang Optimal

Menurut Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jangka panjang umumnya bersifat spontan dan berubah sesuai dengan tingkat penjualan perusahaan. Sementara utang jangka panjang bersifat tetap sebagai sumber pendanaan jangka panjang, sehingga hal tersebut perlu ditentukan secara tepat oleh perusahaan. Menurut Margaretha (2011), struktur modal optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risk dan return sehingga memaksimalkan harga saham (nilai perusahaan). Sedangkan untuk mengukur risiko dari penggunaan struktur modal, dapat digunakan konsep biaya modal. Biaya modal merupakan tingkat imbal hasil minimum yang harus diterima investor sehingga bersedia mendanai suatu proyek pada tingkat risiko tertentu (Mardiyanto 2009). Dalam penentuan struktur modal optimal juga digunakan konsep biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), yaitu perhitungan dari beberapa komponen modal yang merupakan perkalian komposisi struktur modal dengan biaya modalnya. WACC digunakan jika perusahaan menggunakan lebih dari satu sumber modal. Ketika mengestimasikan biaya modal, maka digunakan tingkat pengembalian yang diminta dari saham dan obligasi perusahaan yang masih beredar sebagai suatu titik awal. Tingkat biaya tersebut mencerminkan seberapa berisikonya aktiva suatu perusahaan (Brigham dan Houston 2006).

(12)

dilakukan secara baik yang mengakibatkan pada naiknya nilai perusahaan yang dicapai, sedangkan pada PT Energi Mega Persada Tbk belum dilakukan secara baik yang mengakibatkan pada turunnya nilai perusahaan yang dicapai.

METODE

Kerangka Pemikiran

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Penelitian ini diawali dengan penentuan perusahaan yang termasuk dalam industri telekomunikasi di indeks Kompas 100. Perusahaan tersebut antara lain PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Selanjutnya, data yang diperlukan dari ketiga perusahaan tersebut diambil dari Bursa Efek Indonesia yang meliputi data untuk perhitungan struktur modal seperti hutang, saham preferen dan saham biasa. Lalu dilakukan analisis biaya modal pada masing-masing elemen struktur modal tersebut. Analisis ini menggunakan metode perhitungan biaya modal (cost of capital) dan perhitungan WACC (weighted average cost of capital) untuk memperoleh perimbangan data pada biaya modal ketiga elemen itu. Setelah analisis tersebut dilakukan akan diperoleh kesimpulan apakah perusahaan-perusahaan pada industri telekomunikasi ini sudah memiliki komposisi struktur modal yang optimal.

(13)

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di Bursa Efek Indonesia dengan objek penelitian yaitu tiga perusahaan utama yang bergerak di bidang telekomunikasi, yaitu PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masing-masing selama 5 tahun, yaitu tahun 2008-2012. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada bulan Desember 2013 sampai Januari 2014.

Industri Telekomunikasi (Indeks Kompas 100) :

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk,

Cost Of Capital Capital Structure

Saham Preferen

Pasar Modal Investor

Hutang Saham

Biasa

Biaya Saham Preferen

Biaya Saham

Biasa

Rekomendasi

Perhitungan COC & WACC

Struktur Modal yang Optimum

(14)

Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan dokumen atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data diperoleh dari laporan keuangan PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. masing-masing pada tahun 2008-2012, literatur, penelitian terkait dan internet.

Analisis Data

Untuk memahami struktur modal yang optimal dapat dilakukan perhitungan biaya hutang, biaya saham biasa dan biaya saham preferen yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Perhitungan Biaya Hutang (Kdt)

Penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal dilakukan karena nilai dari saham perusahaan yang ingin dimaksimalkan akan bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan biaya yang dapat dikurangkan, bunga akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih. Untuk itu, rumus yang digunakan untuk menghitung biaya hutang adalah :

Biaya hutang setelah pajak = Tingkat suku bunga – Pengurangan pajak Kdt = kd - kdT ..……….. (1) Kdt = kd(1-T) ..……….. (2) Kd =

�t+ −�b /

( +�b 2 )

..………. (3)

Keterangan :

Kd : biaya hutang sebelum pajak (%) Kdt : biaya hutang setelah pajak (%) T : Pajak (%)

Ct : Bunga yang harus dibayar secara periodik (Rp) Pb : Nilai pasar atau nilai jual obligasi (Rp)

M : Nilai nominal obligasi (Rp) N : Umur obligasi (tahun)

Perhitungan Biaya Saham Preferen (Kps)

Komponen biaya saham preferen yang digunakan untuk menghitung rata-rata tertimbang biaya modal adalah dividen saham preferen yang dibagi dengan harga saham preferen saat ini.

Kps =

Dp

Pp ………..

(15)

Kps =

Dps

Po-Fc

... (5) Keterangan :

Dps : Dividen saham preferen (Rp) Po : Harga jual saham preferen (Rp) Fc : Biaya emisi (Rp)

Perhitungan Biaya Saham Biasa (Ks / Ke)

Ks = Di

NP

+

g ………. (6)

Ke = Di

Po (1−F) + g

………. (7) Ke = Di

Po−F

+ g ………. (8) Ke = Ks

1−F ………. (9)

Keterangan :

Po : harga saham (Rp)

Di : dividen yang diharapkan pada akhir tahun pertama (Rp) g : tingkat pertumbuhan (%)

Fc : biaya emisi(Rp)

F : % biaya emisi t = Fc / Po x 100% Ks : Cost of Common stock (old) (%) Ke : Cost of cammon stock (new) (%)

NP : Net Price (Rp)

Pada rumus perhitungan saham biasa (6) hingga (9) digunakan jika perusahaan mengeluarkan biaya emisi. Biaya emisi merupakan biaya yang harus dibayar oleh perusahaan ketika menerbitkan saham biasa baru. Tetapi jika perusahaan telah menentukan harga saham bersih maka rumus yang digunakan adalah rumus (6). Sementara itu menurut Brigham dan Houston (2006) untuk menghitung biaya saham biasa dilakukan dengan mencari tingkat pertumbuhan terlebih dahulu dengan rumus :

g = (1,0 – tingkat pembayaran)(ROE) ……… (10) Nilai ROE merupakan ekspetasi tingkat pengembalian atas ekuitas di masa depan. Sementara tingkat pembayaran diperoleh dari dividen per saham dibagi dengan laba per saham. Setelah diperoleh tingkat pertumbuhan pada masing-masing tahun maka dilakukan perhitungan biaya saham biasa dengan rumus :

Ke = D1 / Po+ g ………. (11)

Keterangan :

(16)

D1 : Dividen per lembar saham biasa (Rp) Po : Harga per lembar saham biasa (Rp) g : Tingkat pertumbuhan (%)

Perhitungan WACC (Weighted Average Cost of Capital)

Proporsi sasaran atas utang, saham preferen, dan saham biasa beserta biaya dari komponen-komponen tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menghitung rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital – WACC) perusahaan (Brigham dan Houston 2006). Adapun rumus WACC adalah sebagai berikut :

WACC = wdkd(1 – T) + wpkp + wcks ……… (12) Keterangan :

wd = bobot hutang (%)

wp = bobot saham preferen (%) wc = bobot saham biasa (%)

kd = biaya hutang sebelum pajak (%) kp = biaya saham preferen (%) ks = biaya saham biasa (%)

Nilai Perusahaan

Menurut Margaretha (2011), suatu perusahaan pada umumnya dapat dikatakan maksimal jika biaya modalnya minimum, dengan kata lain struktur modal optimal jika WACC diminimalkan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Rumus untuk memperoleh nilai perusahaan adalah sebagai berikut :

V = EBIT x (1−T)

WACC

………. (13)

Keterangan :

V : Nilai perusahaan (Rp)

EBIT : Laba sebelum bunga dan pajak (Rp) T : Pajak (%)

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sektor Telekomunikasi

Sejak tahun 1961, layanan telekomunikasi di Indonesia diselenggarakan oleh badan usaha milik negara. Sebagaimana terjadi pada negara berkembang lainnya, pengembangan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi berperan penting dalam perkembangan ekonomi nasional secara umum. Selain itu, jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mendorong permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi. Pemerintah mengatur regulasi sektor telekomunikasi, terutama melalui menkominfo. Pada awalnya Pemerintah memberlakukan monopoli atas layanan telekomunikasi di Indonesia. Reformasi telah menciptakan kerangka regulasi yang mendorong tumbuhnya persaingan dan percepatan pembangunan fasilitas dan infrastruktur telekomunikasi. Reformasi regulasi berikutnya bulan September 2000, ditujukan untuk meningkatkan persaingan dengan menghapus monopoli, meningkatkan transparansi dan kepastian terhadap kerangka regulasi, menciptakan peluang bagi aliansi strategis dengan mitra asing dan memfasilitasi masuknya pemain baru dalam industri telekomunikasi. Banyaknya perusahaan telekomunikasi ditanggapi oleh pemerintah yang diwakili oleh Departemen Telekomunikasi dan Informasi menyatakan bahwa pemerintah tidak akan menganut paham mengurangi jumlah operator dan jumlah pemain yang banyak bukan berarti harus atur akan tetapi proses seleksi operator telekomunikasi akan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar sehingga hanya operator yang memberikan layanan terbaik yang mampu bertahan. Dengan adanya pernyataan seperti itu membuat perusahaan telekomunikasi harus selalu memikirkan cara dan strategi agar dapat bertahan dan berkembang. Persaingan antaroperator seluler juga memberikan dampak bagi para stakeholder seperti pemerintah, direksi, pemegang saham, dan masyarakat. Pengelolaan aspek keuangan pun menjadi penting dalam menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan dan sinergi sehingga perusahaan dapat menekan biaya untuk melakukan ekspansi pasar dan menghadapi kompetisi sengit di industri telekomunikasi di Indonesia.

Analisis Struktur Modal

(18)

Tabel 1 Struktur modal perusahaan telekomunikasi

Struktur Modal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(19)

Indonesia Tbk terdiri atas 13,00% hutang jangka panjang, 20,05% saham preferen dan 66,95%. Hal ini dikarenakan perusahaan menambah sumber dana dalam bentuk saham biasa kurang lebih sebesar 8,48% dari jumlah ekuitas di tahun sebelumnya. dari data tersebut dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir perusahaan mengalami penurunan sumber dana yang berasal dari hutang jangka panjang dan perusahaan memilih untuk menggunakan sumber dana yang berasal dari saham biasa dengan terus meningkatkan proporsinya.

Struktur Modal PT Indosat Tbk

PT Indosat Tbk mempunyai tiga sumber pendanaan yang digunakan, yaitu hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Pada taun 2008, PT Indosat Tbk mengeluarkan sukuk III dengan nilai nominal Rp.570.000.000.000 dan menerbitkan obligasi dengan dua macam seri. Seri A dengan nilai nominal Rp.760.000.000.000 dan Seri B sebanyak Rp. 320.000.000.000 sehingga sumber modal perusahaan lebih didominasi oleh hutang dan menyebabkan struktur modal perusahaan terdiri dari 52,46% hutang jangka panjang, 0,78% saham preferen, dan 41,49% saham biasa. Sedangkan pada tahun 2009 perusahaan mengurangi proporsi dari hutang jangka panjang yang berupa obligasi, sehingga proporsinya turun menjadi 50,96%, dan saham preferen beserta saham biasa masing-masing menjadi 0,89% dan 48,16%. Pada tahun-tahun berikutnya struktur modal PT Indosat Tbk terus mengalami perubahan, seperti tahun 2010 perusahaan memiliki struktur modal yang terdiri dari 52,03% hutang jangka panjang, 1,01% saham preferen, dan sisanya saham biasa sebesar 46,95%. Tahun 2011 perusahaan tidak menerbitkan obligasi dan pinjaman jangka panjang turun dari tahun sebelumnya sehingga hutang jangka panjang PT Indosat Tbk turun menjadi 49,66%, saham preferen 1,21%, dan saham biasa 49,12%. Hingga tahun 2012 PT Indosat Tbk kembali menurunkan proporsi hutang sehingga menaikkan proporsi ekuitasnya menjadi 47,70% hutang jangka panjang,, 1,44% saham preferen, dan 50,86% saham biasa.

Struktur Modal PT XL Axiata Tbk

(20)

menggantinya dengan menerbitkan saham baru untuk menambah ekuitas perusahaan. Tetapi pada tahun 2012, PT XL Axiata Tbk melakukan pinjaman kepada bank sehingga mengalami sedikit peningkatan pada proporsi hutang jangka panjangnya menjadi 37,48% dan menurunkan proporsi saham biasa menjadi 62,52%.

Analisis Biaya Modal

Menurut Margaretha (2005) cost of capital merupakan biaya yang dikeluarkan karena perusahaan menggunakan sumber dana yang tergabung dalam struktur modal (capital structure). Struktur modal yang berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan. Dalam perhitungan COC, utang jangka pendek tidak diperhitungkan karena sumber pembiayaan spontan, dan untuk membiayai modal kerja bukan untuk investasi jangka panjang. Sumber dana yang digunakan untuk investasi jangka panjang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri yang berupa saham preferen, saham biasa dan laba ditahan.

Perhitungan Biaya Hutang Jangka Panjang

Menurut Mardiyanto (2009), biaya modal utang jangka panjang terdiri atas utang bank dan utang obligasi. Adapun menghitung biaya modal utang jangka panjang dengan menggunakan rumus (2). Hasil perhitungan biaya hutang jangka panjang dari ketiga perusahaan telekomunikasi adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Biaya hutang jangka panjang perusahaan telekomunikasi

(21)

Biaya Hutang Jangka Panjang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Dari hasil perhitungan biaya hutang jangka panjang ,dapat dilihat bahwa biaya hutang jangka panjang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menurun dari tahun 2008 sampai 2010, namun meningkat kembali di tahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2008 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki biaya modal hutang jangka panjang setelah pajak sebesar 16,25%. Pada tahun 2009 dan 2010 biaya hutang jangka panjang setelah pajak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk terus mengalami penurunan persentase menjadi 13,81% dan 11,42%. Hal ini dikarenakan penggunaan hutang jangka panjang perusahaan yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2011 dan 2012 biaya hutang jangka panjang setelah pajak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami kenaikkan kembali menjadi 12,32% dan 16,42% yang disebabkan penggunaan hutang jangka panjang yang menurun disertai beban bunga yang naik turun. Biaya hutang jangka panjang ini juga dipengaruhi penurunan pajak yang dikenakan pemerintah.

Biaya Hutang Jangka Panjang PT XL Axiata Tbk

Pada tahun 2008 PT XL Axiata Tbk mengalami kerugian hingga mencapai Rp.75.209.000.000, sehingga perusahaan tidak dikenakan pajak. Ini menyebabkan Kd sebelum pajak sama dengan Kd setelah pajak, yaitu 6,43%. Namun ditahun berikutnya PT XL Axiata Tbk kembali bangkit dan menghasilkan laba pnenghasilan yang cukup besar, sehingga dikenakan pajak dan memiliki biaya hutang jangka panjang setelah pajak sebesar 8,93%. Pada tahun 2010, biaya hutang jangka panjang PT XL Axiata Tbk mengalami penurunan persentase menjadi 7,33% yang disebabkan oleh penggunaan hutang jangka panjang serta penurunan pajak yang diatur dalam undang-undang. Tahun 2011 biaya hutang jangka panjang mengalami kenaikan kembali menjadi 8,74%, hal ini dikarenakan PT XL Axiata Tbk mengurangi sumber dana yang berasal dari hutang jangka panjang. Dan pada tahun 2012 PT XL Axiata Tbk menambah hutang jangka panjangnya sehingga biaya hutang jangka panjang setelah pajaknya menjadi 6,79%.

Biaya Hutang Jangka Panjang PT Indosat Tbk

(22)

beban yang tinggi, sehingga biaya hutang jangka panjang setelah pajak PT Indosat Tbk naik menjadi 9,39%.

Perhitungan Biaya Saham Biasa

Untuk menghitung biaya saham biasa, pertama dilakukan dengan menggunakan rumus (10) untuk menghitung tingkat pertumbuhan terlebih dahulu lalu rumus (11) untuk biaya saham biasa. Hasil perhitungan biaya saham biasa dari ketiga perusahaan telekomunikasi dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3 Biaya saham biasa perusahaan telekomunikasi

Perusahaan Tahun DPS

(Rp)

Biaya Saham Biasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(23)

Biaya Saham Biasa PT XL Axiata Tbk

Variabel yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan (g) adalah Dividen per saham, ROE, dan laba per saham. Pada tahun 2008, XL mengalami kerugian, sehingga menyebabkan ROE PT XL Axiata Tbk mencapai angka -0,35% dan juga mengakibatkan perusahaan tidak membagikan dividen. Karena jumlah dividen per lembar saham sama dengan nol, maka tingkat pertumbuhan dan biaya modal saham biasa di tahun tersebut sama dengan nilai ROE nya, yaitu -0,35%. Meskipun demikian pada tahun 2009 PT XL Axiata Tbk bangkit dari keterpurukannya, dan berhasil menaikkan ekuitasnya dan mengelolanya dengan baik sehingga perusahaan memperoleh laba bersih sebanyak Rp. 1.709.468.000.000 dan mempunyai ROE sebesar 19,42%. Namun pada tahun ini, perusahaan tidak membagikan dividen karena perusahaan menahan laba untuk dimasukkan ke dalam saldo laba sebagai tambahan modal untuk mengembangkan perusahaan, sehingga baik tingkat pertumbuhan dividen maupun biaya saham biasa memiliki nilai yang sama dengan ROE nya yaitu 19,42%. Pada tahun 2010, Laba bersih PT XL Axiata Tbk kembali meningkat sehingga ROE perusahaan naik menjadi 24,68%. Pada tahun ini juga perusahaan membagikan dividen sebesar Rp.107,00 per lembar saham dan tingkat pertumbuhan menjadi 16,91%. Dengan demikian biaya saham biasa perusahaan di tahun tersebut mengalami perubahan menjadi 18,89% yang disebabkan juga oleh kenaikkan harga per lembar saham menjadi Rp. 5.400,00. Di tahun berikutnya, perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebesar Rp. 61.160.000.000, sehingga ROE perusahaan pun turun menjadi 20,67%. Di tahun ini perusahaan membagikan dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp. 129,88 per lembar saham. Namun harga per lembar saham menurun menjadi Rp. 4.525,00 sehingga menyebabkan biaya modal saham biasa perusahaan turun menjadi 15,45%. Sementara itu, pada tahun 2012, tingkat pertumbuhan perusahaan kembali menurun menjadi 10,49% yang disebabkan oleh penurunan laba per saham dan penurunan laba bersih perusahaan. Biaya saham biasa perusahaan juga kembali turun di tahun 2012 menjadi 12,94% Biaya Saham Biasa PT Indosat Tbk

(24)

Perhitungan Biaya Saham Preferen

Menurut Brigham dan Houston (2006), pada rumus (4) biaya saham preferen dapat dihitung dengan membagi dividen saham preferen dengan harga dari penjualan saham preferen saat ini. Karena keterbatasan informasi dari data sekunder perusahaan, maka diasumsikan data yang digunakan adalah seluruh dividen saham preferen sebagai Dp dan ekuitas yang berasal dari saham preferen sebagai Pp. Salah satu karakteristik Saham preferen adalah memiliki dividen tetap setiap tahun. Untuk itu, setelah diperoleh biaya modal saham preferen pada masing-masing tahun maka dicari rata-rata biaya saham preferen yang akan digunakan pada perhitungan WACC. Hasil perhitungan biaya saham preferen disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4 Biaya saham preferen perusahaan telekomunikasi

Perusahaan Tahun Jumlah Dividen

(dalam juta Rp)

Biaya Saham Preferen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

PT Telekomunikasi Tbk memiliki biaya saham preferen rata-rata sebesar 38,48%. Hal ini dikarenakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan hampir 50% dari ekuitas yang diperoleh dari saham preferen. Pada tahun 2008, perusahaan berhasil memperoleh ekuitas dari saham preferen sebanyak Rp. 9.683.780.000.000

dan pada tahun tersebut perusahaan membagikan dividen sebesar Rp. 4.053.643.000.000 sehingga menghasilkan biaya saham sebesar 41,86%. Namun pada tahun 2009, perusahaan mengalami kenaikkan pendapatan sehingga jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham preferen meningkat menjadi Rp.

4.644.072.000.000 dan biaya saham preferen pun meningkat menjadi 42,48%. Lalu

(25)

Biaya Saham Preferen PT Indosat Tbk Tahun 2008-2012

PT Indosat Tbk memiliki biaya saham preferen rata-rata sebesar 17,76%. Hal ini diakibatkan jumlah dividen yang dibagikan perusahaan dari tahun 2008 hingga tahun 2012 berkisar antara 9% - 22%. Biaya modal saham preferen PT Indosat Tbk lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya saham preferen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Hal ini disebabkan ekuitas saham preferen perusahaan ini lebih kecil dibandingkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. begitu pula dengan dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Pada tahun 2008, perusahaan memiliki ekuitas dari saham preferen sebanyak Rp. 288.938.000.000

dengan jumlah dividen sebesar Rp. 26.763.000.000 dengan biaya modal 9,26%. Jumlah ekuitas dari saham preferen pun terus meningkat hingga tahun 2012. Pada tahun berikutnya, perusahaan memiliki biaya modal saham preferen sebanyak 17,09%, meningkat 7,83% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan penjualan saham preferen yang meningkat dari tahun 2008. Sementara itu, pada tahun 2010, biaya modal saham preferen perusahaan kembali meningkat menjadi 19,92%. Tahun 2011 menjadi 21,50% dan di tahun 2012 turun menjadi 21,03%.

Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)

Terkadang perusahaan seringkali tidak hanya menggunakan satu sumber dana melainkan dari berbagai sumber dana. Proporsi sasaran atas hutang, saham preferen, dan saham biasa, beserta biaya dari komponen-komponen tersebut digunakan untuk menghitung WACC (Brigham & Houston, 2006). Berikut ini hasil perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, dan PT Indosat Tbk selama lima periode tahun 2008-2012.

Tabel 5 Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan telekomunikasi

Perusahaan WACC (%)

2008 2009 2010 2011 2012

PT Telekomunikasi

Indonesia Tbk 18,53 19,73 19,76 18,84 20,07 PT XL Axiata Tbk 5,09 13,60 13,81 13,20 10,64

PT Indosat Tbk 7,47 7,35 6,43 5,96 5,66

WACC PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(26)

untuk hutang jangka panjang, 38,48% untuk saham preferen dan 13,40% untuk saham biasa. Di tahun berikutnya, perusahaan mengubah struktur modalnya dengan menambah ketiga komponensumber dana tersebut sehingga merubah jumlah komposisi maupun biaya modalnya. Secara keseluruhan perubahan ini telah mengubah nilai WACC perusahaan menjadi 19,73%. Lalu pada tahun 2010, perusahaan juga kembali menambah sumber pendanaannya sehingga menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang sedikit meningkat menjadi 19,76%. Namun pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2011, perusahaan mengurangi hutang jangka panjangnya yang menyebabkan biaya modal hutang naik dari tahun sebelumnya, dan menambah ekuitas dari saham preferen sehingga menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan turun sebesar 0,92%. Dan pada tahun 2012, nilai WACC perusahaan kembali meningkat menjadi 20,07%. Angka tersebut merupakan nilai WACC tertinggi selama lima tahun terakhir. Kenaikkan ini disebabkan oleh pengurangan penggunaan sumber modal hutang jangka panjang yang mengakibatkan biaya modalnya naik hingga 16,42% dan juga disebabkan faktor lainnya.

WACC PT XL Axiata Tbk

Biaya modal rata-rata tertimbang PT XL Axiata Tbk lebih rendah jika dibandingkan perusahaan sebelumnya yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tabel di atas dapat dilihat nilai WACC perusahaan mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada 2008, nilai WACC perusahaan cukup rendah, yakni 5,09%. Ini dikarenakan pada tahun tersebut perusahaan mengalami kerugian dan berimbas pada biaya modal keseluruhan. Misalnya saja pada biaya hutang jangka panjang. Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang, perusahaan tidak akan terkena pajak penghasilan (0%) jika suatu perusahaan mengalami kerugian. Jadi biaya modal hutang jangka panjang pada tahun tersebut, perusahaan tidak menambahkan akun pajak pada laporan laba rugi. Walapun pada tahun sebelumnya perusahaan mengalami kerugian, di tahun berikutnya yaitu 2009 perusahaan kembali bangkit dan menambah ekuitasnya yang berasal dari saham biasa. Sehingga perusahaan memiliki biaya modal rata-rata tertimbang yang meningkat menjadi 13,60%. Begitu pula di tahun 2010, perusahaan menambah ekuitas saham biasanya sehingga biaya modal saham biasa menurun menjadi 18,89% dengan proporsi yang lebih besar sehingga tentu mempengaruhi nilai WACC menjadi 13,81%. Namun pada tahun 2011, perusahaan mengurangi jumlah hutang jangka panjangnya sehingga menaikkan biaya modal hutang. Namun biaya saham biasa turun sebanyak 3,44%. Nilai WACC pada tahun tersebut pun turun menjadi 13,20%. Nilai WACC kembali turun pada tahun 2012 menjadi 10,64% yang sebabkan perubahan biaya modal beserta proporsi biaya saham biasa yang meningkat.

WACC PT Indosat Tbk

(27)

meskipun biaya modal hutang rendah tetapi memiliki proporsi yang lebih besar dari ekuitasnya. Lalu pada tahun berikutnya biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan turun sebanyak 0,12% dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan perusahaan menambah ekuitas saham biasanya sehingga biaya modal saham biasa turun menjadi 3,41%. Karena proporsi saham biasa meningkat dari tahun sebelumnya, maka perubahan biaya modal saham biasa tersebut cukup mempengaruhi nilai WACC pada tahun terrsebut. Pada tahun 2010, biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan kembali turun menjadi 6,43% karena perusahaan menambah jumlah hutang jangka panjangnya dengan beba bunga yang tinggi dan mengakibatkan biaya hutang jangka panjang meningkat sebanyak 1,78%. Namun kenaikkan dalam biaya hutang tersebut tidak cukup berpengaruh pada nilai WACC, karena pada tahun tersebut biaya modal saham biasa turun drastis menjadi 3,13% dan menyebabkan nilai WACC turun. Lalu pada tahun selanjutnya yaitu 2011, perusahaan kembali mengubah struktur modalnya dan mengakibatkan nilai WACC turun menjadi 5,96%. Dan pada 2012, biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan juga turun menjadi 5,66% yang disebabkan oleh penambahan ekuitas saham biasa sehingga menyebabkan biaya modal saham biasa turun. Dengan proporsi yang lebih besar dari tahun sebelumnya, penurunan biaya modal saham biasa tersebut mampu menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang sebanyak 0,30%.

Struktur Modal yang Optimal Tabel 6 Nilai WACC rataan pada industri telekomunikasi

Perusahaan

WACC (%) WACC

rataan (%) 2008 2009 2010 2011 2012

PT Telekomunikasi

Indonesia Tbk 18,53 19,73 19,76 18,84 20,07 19,38 PT XL Axiata Tbk 5,09 13,60 13,81 13,20 10,64 11,27 PT Indosat Tbk 7,47 7,35 6,43 5,96 5,66 6,57

Rata-rata 12,41

Nilai WACC rataan tersebut merupakan indikator untuk mengukur apakah perusahaan pada industri telekomunikasi sudah memiliki struktur modal yang optimal. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki nilai WACC sebesar 19,38% di atas nilai WACC rataan, yaitu 12,41%. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki struktur modal dengan biaya modal yang belum proporsional meskipun komposisi struktur modal pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk di dominasi oleh modal sendiri (saham biasa). Biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor terhadap investasinya, jadi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki ekspetasi tingkat pengembalian yang sangat tinggi terutama pada investor atau kreditur yang memberi pinjaman berupa hutang kepada perusahaan tersebut dibandingkan dengan kedua perusahaan lainnya.

(28)

tahun 2008 perusahaan hanya memiliki nilai WACC rataan sebesar 11,27% dibawah nilai rata-rata keseluruhan. Sementara itu pada perusahaan ketiga, yaitu PT Indosat Tbk memiliki biaya modal rata-rata tertimbang yang relatif paling rendah diantara ketiga perusahaan telekomunikasi lainnya sebesar 6,57%. Ini dikarenakan tingkat pengembalian yang cukup rendah baik terhadap hutang, saham preferen maupun saham biasa. Terlihat bahwa nilai dari biaya modal rata-rata tertimbang menurun dari tahun ke tahun. Meskipun jumlah hutang yang digunakan perusahaan dalam pengembangan usaha naik turun, namun beban bunga yang merupakan tingkat pengembalian memiliki jumlah yang cukup besar. Sehingga mempengaruhi proporsi hutang beserta biaya modalnya. Begitu pula dengan ekuitas yang berasal dari saham biasa yang mengalami naik turun dan mempengaruhi proposi serta biaya modalnya, yang pada akhirnya mempengaruhi nilai biaya modal rata-rata tertimbang milik PT Indosat Tbk yang semakin menurun.

Nilai Perusahaan

Dengan menggunakan rumus (13) maka didapatkan hasil perhitungan nilai perusahaan pada perusahaan telekomunikasi pada tabel berikut, disertai dengan disajikannya nilai buku dari masing-masing perusahaan selama lima tahun : Tabel 7 Hasil perhitungan nilai perusahaan

Perusahaan Tahun

(29)

dikeluarkan perusahaan beserta jumlah dari masing-masing komponen modal jangka panjang yang digunakan pada struktur modal perusahaan.

Nilai pasar PT Telekomunikasi Indonesia Tbk terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar Rp. 88.230.063.157.579. Hal ini disebabkan karena perusahaan menggunakan jumlah tingkat modal hutang jangka panjang yang meningkat dari tahun sebelumnya yaitu meningkat sebanyak 3,71% dari tahun 2008. Sehingga biaya modal dari hutang jangka panjang pun meningkatdan mempengaruhi biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Namun nilai pasar tersebut masih di atas nilai buku perusahaan. Dan nilai pasar tertinggi pada perusahaan tersebut ada pada tahun 2012 dimana nilai pasarnya adalah Rp.102.450.777.300.070. Sementara itu pada PT XL Axiata Tbk nilai pasar terendah ada pada tahun 2009, dimana nilai pasar hanya Rp. 13.954.402.235.300 di bawah nilai buku perusahaan itu sendiri dengan jumlah Rp.14.812.007.000.000. Hal ini disebabkan karena pada tahun sebelumnya perusahaan menderita kerugian, sehingga pada tahun tersebut perusahaan menambah ekuitasnya dengan menerbitkan saham biasa baru dengan harga yang cukup rendah, yaitu hanya Rp.1.930 per lembar saham. Dan hal itu menyebabkan biaya modal saham biasa meningkat dan juga meningkatkan nilai dari biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Lalu nilai pasar tertinggi PT XL Axiata Tbk ada pada tahun 2008. Sementara itu pada PT Indosat Tbk memiliki nilai pasar terendah pada tahun 2009 juga. Nilai perusahaan pada tahun tersebut sebesar Rp.33.672.515.475.996 dibawah nilai buku perusahaan. Hal tersebut bisa jadi disebabkan karena pada tahun itu, perusahaan memperoleh laba setelah pajak yang turun dari tahun sebelumnya, sehingga mempengaruhi perhitungan pada nilai pasar perusahaan. Dan nilai pasar tertinggi terjadi pada tahun 2008, dengan nilai pasar sebesar Rp.48.798.915.785.740. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa secara garis besar perusahaan pada industri telekomunikasi ini sudah memiliki nilai perusahaan yang lebih besar dari nilai buku perusahaan.

Tabel 8 Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata

Perusahaan

(30)

kedua perusahaan lainnya. Hal ini juga didukung dengan laba setelah pajak dari perusahaan yang tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Sementara itu, PT XL Axiata Tbk juga memiliki nilai pasar di atas nilai bukunya. Namun nilai tersebut di bawah nilai pasar PT Indosat Tbk dimana nilai WACC rata-rata PT Indosat Tbk memang lebih rendah dari PT XL Axiata Tbk Nilai WACC PT XL Axiata Tbk adalah 11,27% dengan nilai pasar Rp. 26.307.091.565.250, dan PT Indosat memiliki nilai WACC yang lebih rendah yaitu 6,57% dengan nilai pasar perusahaan Rp. 41.639.955.966.425. Dengan demikian secara keseluruhan, sesuai dengan konsep biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), PT Indosat Tbk dapat dikatakan telah memiliki struktur modal yang optimum karena memiliki nilai WACC yang rendah pada industri telekomunikasi dengan nilai perusahaan yang cukup tinggi. Sedangkan pada PT XL Axiata Tbk, meskipun memiliki nilai WACC di bawah rata-rata industri, perusahaan dapat menurunkan kembali biaya modalnya dengan harapan dapat menaikkan nilai perusahaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan interpretasi data di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Kebijakan perusahaan dalam menentukan komposisi struktur modal secara tidak langsung mempengaruhi laba perusahaan, biaya modal serta nilai perusahaan. Struktur modal perusahaan pada industri telekomunikasi selama periode 2008-2012 didominasi oleh komponen modal saham biasa dengan proporsi sebesar 54,21%. Disusul dengan hutang jangka panjang sebesar 38,90% dan saham preferen, yaitu sebesar 9,81%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan pada industri telekomunikasi memilih untuk menggunakan sumber pendanaan jangka panjang yang sebagian besar berasal dari saham biasa.

Berdasarkan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dapat diketahui bahwa perusahaan di industri telekomunikasi pada tahun 2008, memiliki nilai WACC rata-rata sebesar 10,36%. Sementara itu pada tahun berikutnya nilai WACC naik sebesar 3,19% menjadi 13,56%. Kenaikan tersebut dipengaruhi kenaikkan pada nilai WACC pada dua perusahaan telekomunikasi, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT XL Axiata Tbk. Namun pada tahun 2010, biaya modal rata-rata tertimbang turun menjadi 13,33% karena ketiga perusahaan di industri tersebut menurun secara keseluruhan. Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan terus menurun sampai tahun 2012. Pada tahun 2011 nilai WACC turun menjadi 12,67% dan 12,12% di tahun 2012. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan dalam industri telekomunikasi memiliki tingkat pengembalian yang menurun baik kepada investor maupun kreditur.

(31)

yang cukup tinggi. Sedangkan PT XL Axiata Tbk memiliki nilai WACC di bawah rata-rata industri. Namun nilai tersebut cukup tinggi sehingga menghasilkan nilai perusahaan yang rendah jika dibandingkan pada industri telekomunikasi ini. Perusahaan dapat menurunkan kembali biaya modalnya dengan harapan dapat menaikkan nilai perusahaan. Sementara itu, konsep struktur modal optimum tidak sepenuhnya berlaku pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dikarenakan perusahaan tersebut merupakan pemimpin pasar perusahaan telekomunikasi dan pioner dalam industri telekomunikasi sehingga meskipun perusahaan ini memiliki biaya modal yang cukup tinggi di industri telekomunikasi tetapi juga diimbangi dengan ekspetasi laba bersih yang tinggi sehingga tetap dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Saran

Biaya hutang jangka panjang dipengaruhi oleh pajak. Meskipun pajak mengurangi biaya hutang, tetapi disarankan bagi perusahaan terutama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk mempertimbangkan penggunaan hutang dalam sumber pendanaannya. Hal tersebut diperlukan mengingat biaya modal (biaya hutang dan biaya saham preferen) perusahaan yang cukup tinggi serta agar perusahaan dapat memiliki struktur modal yang lebih optimal dan respon positif investor pada perusahaan terus meningkat.

Perusahaan juga sebaiknya mengantisipasi apabila terjadi kondisi perekonomian yang memburuk seperti yang pernah dialami PT XL Axiata Tbk dengan menggunakan hutang jangka panjang di tingkat yang wajar. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar hutang dan bunganya sehingga tidak mengurangi kepercayaan investor maupun kreditur. Selain itu, perusahaan juga harus memperhitungkan struktur modal yang tepat dengan kondisi perusahaan agar perusahaan dapat mendanai aktivitas perusahaan secara tepat dan dapat lebih berkembang.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham EF, Houston JF. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. edisi sepuluh. Buku 1. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari : Fundamentals of Financial Management.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler Menurut Klasifikasi Daerah. Jakarta (ID).

Choiruddin MN. 2008. Analisis Dampak Struktur Modal Optimal Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Energi dan Gas Bumi yang Tercatat di Indeks LQ 45. [skripsi]. Malang (ID) : Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

[IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2008 Jakarta (ID).

[IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2009 Jakarta (ID).

[IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2010 Jakarta (ID).

[IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2011 Jakarta (ID).

[IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2012 Jakarta (ID).

Johnson SA. 1998. The effect of bank debt on optimal capital structure. Financial Management [Internet]. [diunduh 2014 April 3]; 27(1): 47-56. Tersedia pada: http://search.proquest.com/docview/208178270/fulltextPDF/67B98D49D10E4 C6APQ/5?accountid=32819

Margaretha, F. 2005 . Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek. Jakarta (ID) : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Margaretha, F. 2011. Manajemen Keuangan Untuk Manajer Nonkeuangan. Jakarta (ID): Erlangga.

Mardiyanto H. 2009 . Inti sari manajemen keuangan . Jakarta (ID):Grasindo Rusdin. 2006. Pasar Modal Teori Masalah dan Kebijakan dalam Praktik.

Bandung (ID): Alfabeta.

Widuri N. 2012. Pertumbuhan Industri Telekomunikasi di Indonesia [Internet]. 23 Juli 2012. [diunduh 2014 Maret 2]. Tersedia pada:

(33)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler menurut klasifikasi daerah tahun 2005 - 2012 (%)

Tahun Klasifikasi Daerah Perkotaan +

Perdesaan

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Lampiran 2 Komposisi struktur modal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Tahun Komponen Model

Hutang jangka panjang 7.495 14,56

Saham preferen 9.684 18,81

Saham biasa 34.314 66,64

TOTAL 51.493 100

2009

Hutang jangka panjang 11.155 18,26

Saham preferen 10.933 17,90

Saham biasa 38.990 63,84

TOTAL 61.080 100

2010

Hutang jangka panjang 13.506 19,32

Saham preferen 11.996 17,16

Saham biasa 44.419 63,53

TOTAL 69.920 100

2011

Hutang jangka panjang 10.632 14,85

Saham preferen 13.471 18,81

saham biasa 47.510 66,34

TOTAL 71.613 100

2012

Hutang jangka panjang 10.012 13,00

Saham preferen 15.437 20,05

Saham biasa 51.541 66,95

(34)

Lampiran 3 Komposisi struktur modal PT XL Axiata Tbk

Hutang jangka panjang 17.443 80,19

Saham biasa 4.308 19,81

TOTAL 21.751 100

2009

Hutang jangka panjang 10.988 55,52

Saham biasa 8.803 44,48

TOTAL 19.791 100

2010

Hutang jangka panjang 9.202 43,99

Saham biasa 11.715 56,01

TOTAL 20.917 100

2011

Hutang jangka panjang 6.906 33,53

Saham biasa 13.693 66,47

TOTAL 20.599 100

2012

Hutang jangka panjang 9.213 37,48

Saham biasa 15.370 62,52

TOTAL 24.583 100

Lampiran 4 Komposisi struktur modal PT Indosat Tbk

Tahun Komponen Model

Hutang jangka panjang 19.532 52,46

Saham preferen 289 0,78

Saham biasa 17.410 41,49

TOTAL 37.230 100

2009

Hutang jangka panjang 19.001 50,96

Saham preferen 331 0,89

Saham biasa 17.958 48,16

TOTAL 37.289 100

2010

Hutang jangka panjang 19.781 52,03

Saham preferen 386 1,01

Saham biasa 17.851 46,95

TOTAL 38.017 100

2011

Hutang jangka panjang 18.564 49,66

Saham preferen 454 1,21

Saham biasa 18.362 49,12

(35)

Lanjutan lampiran 4

Hutang jangka panjang 17.690 47,70

Saham preferen 534 1,44

saham biasa 18.861 50,86

TOTAL 37.086 100

Lampiran 5 Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Lampiran 6 Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT XL Axiata Tbk

Tahun

Lampiran 7 Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT Indosat Tbk

(36)

Lampiran 8 Perhitungan biaya saham biasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Lampiran 9 Perhitungan biaya saham biasa PT XL Axiata Tbk

Tahun ROE

Lampiran 10 Perhitungan biaya saham biasa PT Indosat Tbk Tahun Lampiran 11 Perhitungan biaya saham preferen PT Telekomunikasi Indonesia

(37)

Lampiran 12 Perhitungan biaya saham preferen PT Indosat Tbk

Lampiran 13 Perhitungan WACC PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

(38)

Lampiran 14 Perhitungan WACC PT XL Axiata Tbk

Lampiran 15 Perhitungan WACC PT Indosat Tbk

(39)

Lanjutan lampiran 15

Lampiran 16 Perhitungan nilai perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Tahun

Lampiran 17 Perhitungan nilai perusahaan PT XL Axiata Tbk

Tahu

Lampiran 18 Perhitungan nilai perusahaan PT Indosat Tbk

(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Netriyana, lahir pada tanggal 8 Agustus 1991 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Mohamad Yunus dan Ibu Ami. Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Alif Dramaga pada tahun 1997 hingga tahun 1998. Lalu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Babakan Dramaga 04 dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Dramaga pada tahun 2004 sampai 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciampea dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis kemudia diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN).

Gambar

Gambar 1 Grafik pertumbuhan total pendapatan tiga operator telekomunikasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1 Struktur modal perusahaan telekomunikasi
Tabel 2 Biaya hutang jangka panjang perusahaan telekomunikasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk self-efficacy sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada

“Ada pengaruh positif yang sangat signifikan antara Motivasi Ayah Untuk Menyekolahkan Anak terhadap Prestasi Belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1

Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan , permintaan untuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau fi sik atau isyarat yang bersifat

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dari hasil laporan tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari data cakupan K1 dan K4, data pemberian

Jumlah bahan baku yang akan dibeli perusahaan tersebut dapat diperhitungkan dengan cara jumlah kebutuhan baku untuk proses produksi ditambah dengan rencana persediaan akhir dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit di Kabupaten Aceh Tamiang secara signifikan adalah penggunaan tenaga kerja, jenis

Prosedur penelitian ini diawali dengan prasurvei ke Desa Wawasan, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan; penentuan sapi PO yang akan diamati yaitu sapi betina

Rekomendasi terkait aktivitas COBIT 4.1 domain PO1 yang digunakan dalam penelitian ini adalah diperlukan adanya pertemuan khusus untuk mengidentifikasi dan