• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Simpanan,Modal Sendiri,Non Performing Financing,Prosentase Bagi Hasil Dan Mark Up Keuntungan Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah:Studi kasus Bank Syariah Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Simpanan,Modal Sendiri,Non Performing Financing,Prosentase Bagi Hasil Dan Mark Up Keuntungan Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah:Studi kasus Bank Syariah Mandiri"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI,

NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI

HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP

PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH

(Studi Kasus Bank Syariah Mandiri)

Oleh

Dida Yunta Hendrasman

NIM: 103081029184

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI,

NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI

HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP

PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH

(Studi Kasus Bank Syariah Mandiri)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Dida Yunta Hendrasman NIM: 103081029184

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MAB

NIP: 150 317 955 NIP: 150 317 593

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI,

NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI

HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP

PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH

(Studi Kasus Bank Syariah Mandiri)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Dida Yunta Hendrasman NIM: 103081029184

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE., MAB

NIP: 150 317955 NIP: 150 317 593

Penguji Ahli

Prof.Dr. Abdul Hamid, MS NIP: 131 474 891

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

Hari ini Rabu 20 Juni Tahun Dua Ribu Tujuh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Dida Yunta Hendrasman NIM: 103081029184dengan judul Skripsi: “ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI, NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri). Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manjemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2007

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Heryanto, SE., MSi

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DIDA YUNTA HENDRASMAN

Tempat, tanggal lahir

: Purwakarta, 05 Agustus 1985

Jenis kelamin : Laki - laki Agama : Islam

Alamat : Kp. Mekarsari RT 05/02 Cibatu Purwakarta Jawa Barat 41181

Telepon : HP: 021-91565998 E-mail : dida_yunta@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

2003–2008 : Jurusan Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi & Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri, Jakarta

2000-2003 : MAN Purwakarta, Purwakarta, Jawa Barat 1997-2000 : MTs Darul Hikmah, Purwakarta, Jawa Barat 1991-1997 : SDN 1 Cibatu, Purwakarta, Jawa Barat

PENGALAMAN KERJA

(6)

ABSTRACT

This research has aim to analyzed influence of Deposit, Stakeholders’ Equity, Non Performing Financing, Percentage of Profit Sharing and Profit Mark Up to Financing in Syariah Mandiri Bank by using dynamic linear model that is Error Correction Model. Data used in this research are monthly time series data since January 2003 until December 2006.

Based on the result of this study, Presentation of Profit sharing and Mark Up of Profit have significant influence in the short run. And Deposit and Stakeholders’ Equity have significant influence In the long run.

The result of F-test analysis shows that Deposit, Equity, Non Performing Financing, Presentation of Profit Sharing and Mark Up Profit have significant influence simultaneously in the short run and long run.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Financing, Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan terhadap Pembiayaan pada Syariah Mandiri dengan menggunakan model linear dinamis yaitu Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series secara bulanan dari bulan Januari 2003 sampai Desember 2006.

Berdasarkan hasil pengujian, variabel Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan dalam jangka pendek. Sedangkan variabel Simpanan atau Dana Pihak Ketiga dan variabel Ekuitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan dalam jangka panjang.

Hasil dari uji F-test menunjukan bahwa Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Financing, Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap Pembiayaan.

(8)

KATA PENGANTAR

ﻢﯿﺤﺮﻠأﻦﻤﺤﺮﻠأﮫﻠﻠأﻢﺴﺒ

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Sang Penguasa

Alam yang merajai di hari akhir dengan segala nikmat yang diberikan-Nya dan

Sang Pemberi kekuatan akal pikiran dengan segudang inspirasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat beserta Salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW Sang Revolusioner yang tak tergantikan di segala zaman

sebagai pembawa kebenaran bagi umatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis baik baik dalam pengetahuan

maupun dalam teknik penulisannya, oleh karena itu dengan rendah hati dan

lapang dada penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun

dari semua pihak. Penyelesaian ini skripsi ini tidak terlepas dari kontribusi

beberapa pihak, karenanya penulis penulis dengan sepenuh hati mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak secara

langsung yang membantu, mendorong serta memberikan inspirasi sehingga

skripsi ini bias selesai sesuai dengan target. Secara khusus penulis ucapkan terima

kasih kepada :

1. Ibunda tercinta Ati Sukmiati yang senantiasa memberikan doa, bimbingan

kesabaran, keikhlasannya bagi penulis. Kakak-kakakku Pipih Herliani, Wiwi

Widianingsih, Yuyun Su’aidah serta Deni Haryandi yang telah menemani

penulis sampai sejauh ini, semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan

memberikan berkah-Nya atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis.

2. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni, MM. selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan serta memberikan solusi ditengah permasalahan yang

muncul dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Indo Yama Nasarudin SE. MAB. selaku dosen pembimbing II, yang

telah memberikan bimbingan dan telah meluangkan waktu dan pikiran untuk

(9)

4. Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA. Selaku dekan Fakulatas Ekonomi dan

Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Prof. Dr Abdul Hamid, MS. Selaku penguji ahli terimakasih atas

nasehat dan masukan dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen, karyawan dan petugas perpustakaan Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial atas semua curahan ilmu, bantuan, perhatian dan pelayanannya,

semoga bermanfaat bagi kami.

7. Sahabat-sahabatku telah memberikan motivasi, bantuan dan pelajaran hidup

bagi penulis, Bom2, Afrian, Yayan, Aristoteles, Arief, Yasser, Jaji, Misbah,

Didi, Syaiful, Ridwan, Zikri, Rizki, Yusuf, Ahyar, serta sahabat-sahabat

lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu semoga Allah SWT

senantiasa memberikan perlindungan dengan segala kekuasaan yang

dimiliki-Nya. Kahade Ulah hilap ka Pribados………

Akhirnya hanyalah sebuah do’a yang terucap yang akan senantiasa

mengiringi kepada kita semua agar selalu mendapat perlindungan serta ridho-Nya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya untuk semua kalangan. Amiiin

Jakarta, 07 Pebruari 2009

(10)

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 13

E. Tujuan dan Manfaat ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbankan Islami... 15

B. Tinjauan Umum Perbankan Islami 1. Pengertian Pembiayaan ... 18

2. Tujuan Pembiayaan... 19

3. Fungsi Pembiayaan ... 21

4. Jenis Pembiayaan ... 20

C. Simpanan ... 27

D. Modal Sendiri ... 30

E. Non Performing Financing ... 33

F. Prosentase Bagi Hasil danMark UpKeuntungan... 37

G. Kerangka Pemikiran ... 41

H. Hipotesis... 43

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

B. Metode Penentuan Sampel ... 46

C. Metode Pengumpulan Data ... 46

D. Metode Analisis 1. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) ... 48

2. Uji Stasioneritas ... 50

3. Uji Kointegrasi ... 51

4. Uji t. ... 51

5. Uji F ... 52

6. Uji Koefisien Determinasi (R2)... 53

E. Operasional Variabel ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ... 55

2. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri ... 57

B. Hasil Analisa dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif ... 59

2. Uji Stasioneritas ... 67

3. Uji Kointegrasi ... 70

4. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) Jangka Pendek ... 70

5. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) Jangka Panjang ... 74

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A...Kesimp

ulan... 81

B...Implikas

i... 82

Daftar Pustaka ... 84

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Jumlah asset Perbankan Syariah (Dalam Jutaan Rupiah ... 5

1.2 Pertumbuhan Bank Syariah Mandiri ... 6

4.1 Jumlah Pembiayaan Bank Syariah Mandiri ... 60

4.2 Jumlah Simpanan Bank Syariah Mandiri ... 63

4.3 Jumlah Modal Sendiri Bank Syariah Mandiri... 64

4.4 NPF Bank Syariah Mandiri... 66

4.5 Nilai Bagi Hasil dan Mark up keuntungan Bank Syariah Mandiri ... 67

4.6 Hasil Uji Unit Root Pada Tingkat Level ... 68

4.7 Hasil Uji Unit Root dengan Pembedaan Pertama ... 69

4.8 Hasil Uji Kointegrasi dengan Pembedaan Pertama ... 70

4.9 Hasil Pengujian ECM Jangka Pendek... 72

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia perbankan syari’ah sebagai lembaga perantara

keuangan (financial intermediary) di dunia internasional sedang mengalami

peningkatan dalam beberapa akhir tahun ini. Hal ini ditandai dengan adanya

restrukturisasi institusi keuangan atau perbankan dengan menggunakan konsep

Islam di beberapa negara seperti Mesir, Malaysia, Iran, Pakistan termasuk di

beberapa negara eropa seperti Denmark, Luxemburg, Switzerland dan Inggris.

Jika kita melihat kembali ke belakang, sejak pertengahan 1970-an perbankan

Islam telah meluas di sekitar 70 negara meliputi sebagian negara muslim.

Sebagai contoh, Faisal Islamic Bank Mesir yang didirikan pada tanggal 27

agustus 1977 di Kairo telah mencatat keberhasilan dengan total asset lebih dari

$500 juta di beberapa provinsi di3 Mesir (Amin:2007:34). Studi statistik yang

dilakukan Samad dan Hasan tahun 1999 (Algaoud dan Lewis:2001:18)

mengenai kinerja Bank Islam Malaysia Berhad dihubungkan dengan

bank-bank komersial lainnya dari 1984 sampai 1997, secara keseluruhan Bank

Islam Malaysia Berhad dianggap sebagai bank yang lebih likuid dan agak

kurang beresiko dibanding bank-bank lainnya.

Melihat adanya perkembangan perbankan syari’ah di beberapa negara

tersebut, secara tidak langsung membawa perubahan terhadap perkembangan

(16)

Triyuwono (Sabirin:2003:415) yang menjelaskan bahwa, secara historis

perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia tidak terlepas dari

perkembangan dan kemajuan perbankan syari’ah internasional

(Surbakti:2005:2).

Menurut Maruf Amin (2007:3-4) berkembangya perbankan syariah di

Indonesia disebabkan oleh berbagai hal. Pertama, potensial market bank

syariah di Indonesia cukup besar dengan mayoritas umat beragama Islam.

Kedua, umat Islam sendiri pada akhirnya akan memilih bank syariah apalagi

setelah MUI menyatakan bahwa system bunga dan semua transaksi dengannya

adalah haram pada tanggal 16 desember 2003. Ketiga, bank syariah ternyata

tidak menimbulkan resistensi bagi mereka yang bukan Muslim bahkan

nasabah bank syariah tidak hanya terdiri dari umat Islam melainkan juga dari

kalangan non muslim. Keempat, bank syariah ternyata memiliki keunggulan

kompetitif seperti memberikan bagi hasil yang lebih besar kepada pemilik

dana dibanding dengan bank konvesional. Kelima, bank syariah tidak

mengenal negative spread karena bank syariah tidak membayar bunga

deposito yang besarnya bisa melampaui pendapatan bank. Keenam, bank

syariah telah berhasil menggerakan potensi ekonomi syariah sehingga tanpa

disadari telah terjadi Gerakan Ekonomi Syariah (GES) yang meliputi

terjadinya sinergi antar potensi ekonomi syariah. Ketujuh, melalui bank

syariah, fiqih muamalah dapat diterapkan secara optimal. Selain itu, Sutan

Remy (2002:13) mensyaratkan bahwa suatu perbankan syari’ah memerlukan

(17)

a. Adanya jumlah pemain (kantor cabang bank syari’ah) yang banyak

b. Jenis instrumen perbankan syari’ah harus beraneka ragam

c. Tersedianya pasar keuangan syari’ah

d. Sistem tersebut harus merefleksikan nilai-nilai ekonomis dalam Islam,

baik dalam substansinya maupun dalam bentuknya

e. Perundang-undangan yang memadai

Lahirnya Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan

menjadi awal bagi perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia.

Perkembangan ini dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia

(BMI) sebagai bank umum syari’ah pertama yang menerapkan konsep bagi

hasil. Bahkan sejak krisis ekonomi pada tahun 1997, hanya bank syari’ah saja

yang tidak mengalami negative spread dibandingkan dengan bank-bank

konvesional yang saat itu mengalami bancrupty. Menurut Arifin (2003)

seperti yang dikutip Muhammad (2005:22), contoh dari krisis ekonomi tahun

1997 adalah Bank Exim yang menawarkan suku bunga sebesar 72.5% untuk

deposito 12 bulan yang menyebabkan bank tersebut menjadibanking crash.

UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan telah memberikan

keleluasaan bagi perbankan syari’ah untuk memperluas jaringannya ke

berbagai daerah walaupun pada saat itu hanya ada satu bank syariah Bank

Muamalat dan sekitar 70 BPR Syariah. Salah satu aturan yang terdapat dalam

UU tersebut antara lain melalui izin pembukaan kantor cabang syariah (KCS)

(18)

Adanya pembukaan kantor cabang syari’ah tersebut diperkuat dengan

pendapat Hariman (Hasbi:2005) yang menyatakan perlu adanya

pengembangan pada dual banking system dengan didasarkan atas berbagai

pertimbangan.Pertama, pengalaman krisis perbankan yang terjadi sejak 1998

membuktikan bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat

bertahan di tengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga bank yang

tinggi. Kedua, perbankan syariah pada awalnya terutama ditujukan dalam

rangka pemenuhan pelayanan jasa perbankan bagi segmen masyarakat yang

belum memperoleh pelayanan jasa perbankan karena sistem perbankan

konvensional dipandang tidak sesuai dengan prinsip syariah yang diyakini.

Keadaan ini didukung oleh karakteristik kegiatan usaha bank syariah yang

melarang bunga bank (riba) dan menggunakan nisbah bagi hasil sebagai

penggantinya (profit/loss sharing contract), serta melarang transaksi keuangan

yang bersifat spekulasi (al-gharar).Ketiga, kegiatan pembiayaan bank syariah

didasarkan investasi riil dan participation system suplai uang dari sistem

perbankan syariah sangat terkait erat dengan kebutuhan transaksi pelaku

ekonomi secara riil. Hal ini terlihat financing to deposit ratio (FDR) yang

melebihi 100 persen, artinya seluruh dana pihak ketiga (DPK) dipergunakan

kembali dalam bentuk pembiayaan.

Indikator utama untuk mengukur perkembangan perbankan syari’ah

adalah melihat besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada

(19)

pembiayaan mulai dari Desember 2006 sampai September 2007 berdasarkan

statistik perbankah syari’ah Bank Indonesia pada September 2007.

Tabel 1.1

Jumlah Asset Perbankan Syariah (Dalam juta Rupiah)

Keterangan Des-06 Jul-07 Agu-07 Sep-07

Kas 346,114 487,365 367,890 410,271

Penempatan pada BI 3,640,734 3,042,103 2,420,532 2,941,506

Penempatan pada bank lain 991,377 1,110,417 1,121,823 1,214,436

Pembiayaan yang diberikan 20,444,907 23,687,318 24,637,850 25,589,806

Penyertaan 5,660 40,660 40,660 40,660

Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP) (514,724) (805,964) (869,517) (867,661)

Aktiva tetap dan invetaris 270,397 275,229 274,559 273,354

Rupa-rupa aktiva 1,495,482 2,034,409 2,120,121 2,171,749

Jumlah 26,722,030 29,034,409 30,144,504 31,802,773

Sumber: Statistik Perbankah Syari’ah Bank Indonesia September 2007.

Tabel 1 menunjukan secara keseluruhan jumlah asset perbankan

syariah terus meningkat dari bulan ke bulan khususnya pada pembiayaan.

Peningkatan tersebut dapat dilihat pada asset bulan Agustus sebesar 24,6

triliun yang lebih tinggi dibandingkan jumlah asset bulan Juli sebesar 23,6

trliun rupiah. Terakhir bulan September mempunyai asset yang lebih tinggi

sebesar 25,6 triliun rupiah dibandingkan bulan Agustus sebesar 24,6 triliun

rupiah.

Contoh bank syari’ah yang sedang mengalami peningkatan dari segi

pembiayaan adalah Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri merupakan

bank kedua setelah Bank Muamalat yang berdiri sebagai bank umum syariah.

(20)

segi pembiayaan, dana pihak ketiga, maupun asset secara keseluruhan pada

tahun 2004 sampai 2006.

Tabel 1.2

Pertumbuhan Bank Syariah Mandiri

Pertumbuhan Bank Syariah Mandiri (dalam jutaan Rupiah) Keterangan

2004 2005 2006

Asset 6.869.949 8.272.965 9.554.967

Dana Pihak Ketiga 5.888.102 7.067.757 8.219.267

Pembiayaan 5.253.985 5.866.876 7.414.757

Sumber: Laporan Keuangan Bank Indonesia, data diolah.

Tabel 2 dapat dilihat bahwa asset Bank Syariah Mandiri meningkat

dari tahun 2004 sampai tahun 2006. Tahun 2004 aset bank tersebut sebesar 6,8

triliun rupiah, tahun 2005 sebesar 8,2 triliun rupiah dan tahun 2006 jumlah

asset sebesar 9,5 triliun rupiah. Dari segi penghimpunan dana pihak ketiga,

Bank Syariah Mandiri mampu menghimpun dana pihak ketiga sebesar 5,8

triliun rupiah pada tahun 2004. Sedangkan tahun 2005 dan 2006

masing-masing dana pihak ketiga sebesar 7,06 triliun rupiah dan 8,2 triliun rupiah.

Terakhir, dana yang disalurkan untuk pembiayaan sebesar 5,2 triliun rupiah

dan 5,8 triliun rupiah pada tahun 2004 dan 2005. Dan tahun 2006 jumlah

pembiayaan yang disalurkan sebesar 7,4 triliun rupiah.

Besarnya kontribusi aktiva pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri

(21)

adalah faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi jumlah pembiayaan

yang disalurkan perbankan syari’ah kepada para nasabahnya.

Pembiayaan memiliki kaitan erat dengan tingkat pendapatan yang

dihimpun oleh perbankan syariah. Secara tidak langsung dapat dikatakan

semakin tinggi tingkat pendapatan perbankan syari’ah maka semakin tinggi

pula pembiayaan yang disalurkan. Oleh karena itu perlu dikaji pula

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah pendapatan perbankan syari’ah.

Seperti yang dikutip oleh Priatin dan Adnan (2005:36), Rose-Kolari

menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi pendapatan lembaga

keuangan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara

lain perubahan teknologi pengiriman jasa, kompetisi dari lembaga keuangan

lainnya, hukum dan peraturan mengenai lembaga keuangan, dan kebijakan

pemerintah yang mempengaruhi sistem ekonomi dan keuangan. Faktor

internal antara lain efisiensi penggunaan sumber daya, pengendalian biaya,

kebijakan manajemen perpajakan, posisi liquiditas, dan posisi resiko. Menurut

Muhammad faktor-faktor lingkungan secara umum dikelompokan menjadi

lingkungan umum dan lingkungan khusus. Faktor lingkungan umum yang

mempengaruhi kinerja perbankan syari’ah antara lain kondisi politik, hukum,

ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, teknologi, kondisi lingkungan

alamiah, dan keamanan negara. Faktor lingkungan khusus yang berpengaruh

antara lain pelanggan atau nasabah, pemasok atau penabung, pesaing, serikat

(22)

Faktor internal misalnya effisiensi sumber daya yang ada pada bank

syaria’ah tersebut dan pengendalian biaya dan posisi resiko. Penggunaan

sumber daya secara effisien dapat mempengaruhi tingkat pendapatan

perbankan syari’ah sekaligus mempengaruhi tingkat pembiayaan yang

disalurkan. Sumber daya yang dihimpun perbankan syari’ah bersumber dari

simpanan atau dana pihak ketiga, pinjaman serta modal sendiri (ekuitas). Hal

ini sesuai dengan pendapat Rose-Kolari yang dikutip oleh Pratin dan Adnan

(2005:36) bahwa sumber-sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan

adalah simpanan (giro, tabungan, deposito berjangka), pinjaman bank sentral

(pinjaman liquiditas), pinjaman dari institusi keuangan internasional, dan

modal ekuitas (modal disetor, laba ditahan, cadangan). Simpanan dan modal

sendiri merupakan bagian yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Simpanan atau dana pihak ketiga merupakan harta titipan dari

masyarakat sekaligus menjadi sumber pendapatan bagi bank syari’ah. Jika

bank syari’ah tidak dapat menggunakan simpanan dengan sebaik-baiknya

dalam memenuhi aktiva pembiayaan, maka tingkat pendapatan yang diperoleh

bank syari’ah akan berkurang. Semakin tinggi simpanan yang dihimpun bank

syari’ah, semakin tinggi pula peluang untuk menyalurkan pembiayaan kepada

para nasabah dengan berbagai variatif pembiayaan seperti pembiayaan

konsumtif, pembiayaan modal kerja maupun pembiayaan investasi.

Sumber dana kedua yang dapat digunakan untuk pembiayaan adalah

modal sendiri yang terdiri dari modal disetor para pemegang saham, laba

(23)

(2005:18) yang menyatakan bahwa modal sendiri dapat digunakan untuk

mendanai kegiatan operasional bank khususnya pada aktiva pembiayaan

(financing). Baik simpanan atau dana pihak ketiga maupun modal sendiri

keduanya merupakan sumber daya bank syari’ah yang harus digunakan

seefisien mungkin guna memenuhi ekspansi aktiva pembiayaan ke berbagai

sektor pembiayaan.

Selain pengaruh jumlah simpanan dan modal sendiri, tingkat

pengendalian biaya dan posisi resiko pun dapat mempengaruhi besarnya

jumlah pembiayaan perbankan syariah. Faktor ini dapat dilihat dari tingkat

kredit bermasalah atauNon Performing Loan(NPL) yang ada pada perbankan

syariah. Istilah dalam kredit bermasalah, bank konvesional menggunakan

istilah Non Performing Loan (NPL), sedangkan bank syari’ah menggunakan

istilah Non Performing Financing (NPF). Menurut Djoko Retnadi dkk

(2005:113), angka NPL yang tinggi bagi sebuah bank komersial merupakan

salah satu indikator yang sering dipakai untuk memprediksi prospek

kelangsungan hidup (sustainability) bank itu sendiri. Survey yang dilakukan

konsultan Booz Allen and Hamilton terhadap penyebab kebangkrutan 200

bank international pada tahun 1987, ternyata masalah perkreditan menduduki

ranking pertama sebesar 61%. Hasil survey tersebut semakin diperkuat dengan

kenyataan bahwa sumber utama terjadinya krisis perbankan di tanah air

maupun di negara lain pada tahun 1997 disebabkan angka NPL yang sangat

besar. Tingginya tingkat kredit bermasalah merepresentasikan tingginya resiko

(24)

Dari faktor eksternal yang mempengaruhi pembiayaan bank syari’ah

misalnya dilihat dari adalah kompetensi dari lembaga keuangan lainnya.

Kompetensi ini dicerminkan dengan tingkat prosentase bagi hasil danmark up

keuntungan yang ada pada perbankan syariah. Muhammad Syafi’i Antonio

(2001:139) menambahkan bahwa nisbah bagi hasil (profit sharing ratio)

mempunyai pengaruh dalam perhitungan bagi hasil pada suatu bank. Bank

syari’ah semaksimal mungkin menetapkan tingkat bagi hasil sama dengan atau

lebih besar dari suku bunga bank konvesional serta menerapkan kebijakan

mark up keuntungan yang lebih rendah dibandingkan suku bunga kredit bank

konvesional.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini akan menguji

faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh

bank syari’ah kepada masyarakat, diantaranya simpanan (DPK), ekuitas

(modal sendiri),Non Performing Financing (NPF), prosentase bagi hasil dan

mark up keuntungan. Simpanan dan ekuitas sebagai faktor efisiensi

penggunaan sumber daya, prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan

sebagai faktor yang menunujukan tingkat kompetensi dari lembaga keuangan

(bank), dan tingkat NPF sebagai faktor pengendalian biaya dan posisi resiko.

Penelitian dilakukan pada Bank Syariah Mandiri dengan jangka waktu selama

4 tahun dari tahun 2003 sampai 2006. Pertimbangan dipilihnya tahun 2003

sampai 2006 karena pada bulan Desember tahun 2003 Majelis Ulama

Indonesia menetapkan fatwa bunga bank haram. Hal ini membawa pengaruh

(25)

syariah daripada bank konvesional yang mengandung unsur riba. Penelitian ini

berjudul “ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI,

NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI HASIL DAN

MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN PADA

(26)

B. Identifikasi Masalah

a. Menganalisis kinerja Bank Syari’ah Mandiri dari tahun 2003 sampai 2006

dengan menggunakan indikator pembiayaan sebagai alat ukur

pertumbuhan.

b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan pada

bank syari’ah baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal dengan

menggunakan model koreksi kesalahan atau Error Correction Model

(ECM).

C. Pembatasan Masalah

a. Dari beberapa variabel yang mempengaruhi pembiayaan pada Bank

Syariah Mandiri, penulis hanya menganalisis beberapa variabel yaitu

variabel simpanan yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito, variabel

modal sendiri atau ekuitas, variabelNon Performing Financing atau kredit

bermasalah, dan variabel prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan.

Simpanan dan ekuitas sebagai faktor efisiensi penggunaan sumber daya,

prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan sebagai faktor yang

menunujukan tingkat kompetensi dari lembaga keuangan (bank), dan

tingakt NPF sebagai faktor pengendalian biaya dan posisi resiko.

b. Data yang digunakan adalah laporan neraca, laporan laba rugi dan data

tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Financing secara bulanan

yang ada pada Bank Syariah Mandiri dengan alat analisis model koreksi

(27)

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah untuk uraian diatas sebagai berikut:

a. Apakah simpanan (DPK), ekuitas (modal sendiri), Non Performing

Financing (NPF), prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan

mempunyai pengaruh terhadap jumlah pembiayaan pada Bank Syari’ah

Mandiri?

b. Dari keempat variabel bebas tersebut, variabel manakah yang mempunyai

pengaruh besar terhadap jumlah pembiayaan pada Bank Syari’ah Mandiri?

E. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh simpanan (DPK), ekuitas (modal sendiri),

Non Performing Financing (NPF), prosentase bagi hasil dan mark up

keuntungan terhadap jumlah pembiayaan pada Bank Syari’ah Mandiri

dengan menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model)

b. Untuk menganalisis variabel manakah yang mempunyai pengaruh besar

terhadap jumlah pembiayaan pada Bank Syari’ah Mandiri.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis

Sebagai ruang inspirasi untuk mengaplikasikan berbagai teori yang didapat

selama di bangku kuliah baik secara formal maupun informal serta

(28)

mempengaruhi pembiayaan di Bank Syariah Mandiri sekaligus

mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan di

Bank Syariah Mandiri.

b. Bagi akademis

Sebagai bahan referensi tambahan untuk melakukan penelitian serupa

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pada bank

syariah.

c. Bagi investor

Sebagai bahan referensi untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang

mempengaruhi pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Hal ini berguna

bagi para investor untuk dapat mempertimbangkan ulang apakah layak

atau tidak dalam menginvestasikan dananya pada bank tersebut maupun

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Perbankan Islami

Bank syari’ah merupakan lembaga intermediasi yang beroperasi

dengan mengikuti prinsip-prinsip syari’ah prinsip-prinsip syariah (syariah

compliance). Kepatuhan akan prinsip-prinsip syari’ah tersebut menjadi sebuah

kewajiban yang harus dilaksanakan bank syari’ah dalam melakukan berbagai

transaksi seperti penghimpunan dana (funding) dari para nasabah maupun

pembiayaan (financing) baik secara individual maupun secara kerjasama

dengan pihak ketiga. Selain itu menurut Zainul Arifin (2006:11), adanya

aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi

masyarakat modern untuk membawa mereka pelaksanaan dua ajaran

Al-Qur’an yaitu prinsip At-Ta’awun dan prinsip menghindari Al Iktinaz yaitu

menahan uang atau dana dan membiarkannya menganggur (idle) dan tidak

berputar dalam transaksi yang bermanfaat untuk umum.

Dari berbagai prinsip-prinsip syari’ah yang dijalankan, larangan riba

(prohibition of usury) merupakan prinsip yang paling dikenal masyarakat dan

prinsip yang membedakan secara fundamental antara bank syari’ah dengan

bank konvesional. Selain larangan riba, ada berbagai aturan yang harus

dipatuhi oleh bank syari’ah. Menurut Mohamed Ibrahim dalam bukunya

Zainul Arifin (2006:12) bahwa prinsip utama yang diikuti oleh bank syari’ah

(30)

a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi

b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan

keuntungan yang sah

c. Memberikan zakat.

Pendapat lain diungkapkan oleh Jafril Khalil (2002:47), prinsip utama

dalam syari’ah yang senantiasa mendasari jaringan perbankan dengan sistem

syariah adalah:

a. Perbankan yang menerapkan larangan riba

b. Perniagaan halal

c. Adanya keridhaan pihak-pihak dalam berkontrak

d. Pengurusan dana yang amanah, jujur dan bertanggungjawab.

Pramuraharjo (2005:29) mengungkapkan bahwa setidaknya bank Islam

memiliki prinsip-prinsip yaitu larangan atas riba pada semua jenis transaksi,

pelaksanaan aktifitas bisnis atas dasar kesetaraan (equality), keadilan

(fairness), keterbukaan (transparency), pembentukan kemitraan yang saling

menguntungkan, dan keuntungan yang didapat harus dari usaha dengan cara

yang halal.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa larangan riba adalah

prinsip yang paling dikenal oleh masyarakat dan faktor pembeda dengan bank

konvesional. Imam Sarakhzi menyatakan dalam bukunya Adiwarman Karim

(2004:34) bahwa riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi

bisinis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syari’ah atas

(31)

kontrak atas harta tertentu yang tidak diketahui persamaan dan ukurannya

ketika akad dilaksanakan atau melambatkan penyerahan barang yang

dipertukarkan atau melambatkan salah satunya (Jafril Khalil:2002:47).

Ilmu fiqih membagi riba kedalam tiga bagian yaitu sebagai berikut

(Karim:2004:32-37):

a. Riba Fadl

Riba fadl disebut juga riba buyu’, yaitu riba yang timbul akibat

pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi criteria sama

kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (an bi

sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadsawa-in). Contohnya dapat

ditemui pada transaksi jual beli valuta sing yang tidak dilakukan secara

tunai.

b. Riba Nasi’ah

Riba nasi’ahdisebut jugariba duyun, yaitu riba yang timbul akibat

hutang piutang yang tidak memenuhi criteria untung bersama risiko (al

ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj

bi dhaman). Contohnya dalam transaksi pembayaran bunga kredit dan

pembayaran bunga tabungan, deposito dan giro.

c. Riba Jahiliyah

Riba jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi pokok

pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana

pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. Contohnya dapat ditemui

(32)

B. Tinjauan Umum Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

(Pasal 1) disebutkan bahwa, “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi

hasil”.

“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam

antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau

pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai

syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaaan modal

(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa

murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain(ijarah

wa iqtina)”.

Sedangkan menurut Muhammad (2005:17) pembiayaan ataufinancing

atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.

(33)

yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada

nasabah.

Zainul Arifin (2006:200) berpendapat bahwa kegiatan pembiayaan

merupakan tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana

untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakandefisit unit.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan

dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pendanaan yang dilakukan oleh bank

syari’ah kepada pihak-pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit unit)

dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal.

2. Tujuan Pembiayaan

Tujuan dari pembiayaan menurut Zainul Arifin (2006:52) adalah

untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang

rendah, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar

posisi liquiditas tetap aman.

Menurut Rose-Kolari seperti yang dikutip oleh Priatin dan Adnan

(2005:37) tujuan dari investasi pembiayaan adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh pendapatan utama dalam jenis pendapatan bunga

(markup murabahah)

b. Memaksimalkan keuntungan

c. Penetrasi pasar

d. Mengembangkan jasa bank lainnya

e. Mengembangkan aktivitas ekonomi

(34)

Menurut Muhammad (2005:17-18) tujuan dari pembiayaan dibagi

menjadi dua kelompok yaitu:

a. Secara makro

Secara makro tujuan dari pembiayaan adalah adanya peningkatan

ekonomi umat atau masyarakat, tersedianya dana bagi peningkatan

usaha atau ekspansi perusahaan, meningkatkan produktivitas usaha

yang dijalani, membuka lapangan kerja baru, serta terjadinya distribusi

pendapatan sebagai hasil dari usaha yang mereka jalankan

b. Secara makro

Secara mikro tujuan dari pembiayaan adalah adanya upaya

memaksimalkan laba, upaya meminimalkan resiko, pendayagunaan

sumber ekonomi, serta penyaluran kelebihan dana.

3. Fungsi Pembiayaan

Ada beberapa fungsi dari pembiayaan (Muhammad:2004:184-186)

diantaranya meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna

barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan berusaha,

meningkatkan stabilitas ekonomi secara makro, sebagai jembatan untuk

meningkatkan pendapatan nasional, sebagai alat hubungan ekonomi

internasional.

4. Jenis Pembiayaan

Menurut Karim (2006:231-254) jenis-jenis pembiayaan yang ada pada

(35)

a. Pembiayaan modal kerja syariah

Pembiayaan modal kerja syari’ah adalah pembiayaan jangka

pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan

modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Jangka

waktu pembiayaan modal kerja maksimum satu tahun dan dapat

diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Pemberian fasilitas

pembiayaan modal kerja kepada debitur atau calon debitur dengan

tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan

bank.

b. Pembiayaan investasi syariah

Pembiayaan investasi syariah pembiayaan jangka menengah atau

jangka panjang utnuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan

pendirian proyek baru, rehabilitasi, moderinisasi, ekspansi, dan

relokasi proyek yang sudah ada. Pembiayaan investasi menurut Zainul

Arifin (2006:207) merupakan pembiayaan yang digunakan nasbah

untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi,

perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru.

c. Pembiayaan konsumtif syariah

Pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan

diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan.

d. Pembiayaan sindikasi

Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih

(36)

tertentu. Pembiayaan sindikasi ini mempunyai tiga bentuk yaitu lead

syndication,club deal, dansub syndication.

e. Pembiayaan berdasarkantake over

Pembiayaan berdasarkantake overadalah pembiayaan yang timbul

sebagai akibat dari take over terhadap transaksi nonsyariah yang telah

berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah.

f. Pembiayaan Letter of Credit (L/C)

Pembiayaan Letter of Credit (L/C) adalah pembiayaan yang

diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor

nasabah.

Menurut tujuan penggunaannya, produk pembiayaan syariah

terbagi kedalam empat kategori sebagai berikut yaitu (Karim:2006:97),

pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa,

pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Pembiayaan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pembiayaan

murabahah,salamdanistishna.

Menurut Zainul Arifin (2006:18) musyarakah adalah suatu

kontrak antara kedua belah pihak atau lebih yang masing-masing

pihak mengumpulkan modal untuk membentuk sebuah perusahaan

sebagai badan hukum (legal identity) dengan pembagian

keuntuangan secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal

(37)

dibebankan secara proporsional kepada masing-masing pemberi

modal.

Karim (2004:103) berpendapat bahwa pembiayaan

murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual

dan pembeli. Akad ini termasuk dalam bentuk natural centatinty

contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate

of return (keuntungan yang ingin diperoleh). Pembayaran murabah

dapat dilakukan secara cicilan (muajjal) atau secara sekaligus

(lump sum).

Menurut Zainul Arifin (2006:23) secara etimologis salam

berarti salaf (pendahuluan). Bai’ as salam adalah akad jual beli

suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan

barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang

disepakati.

Menurut Zainul Arifin (2006:24) bai’ al ishtishna adalah

akad jual beli antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dengan

produsen atau penjual (shani’) dimana barang yang akan

diperjualbelikan harus dibuat terlebih dahulu dengan kriteria yang

jelas. Ishtishna memiliki perbedaan dengan salam. Pada salam

pembayarannya harus dimuka dan segera, sedangkan pada

ishtishna pembayarannya boleh diawal, ditengah atau diakhir, baik

(38)

b. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

Pembiayaan dengan prinsip ini dibagi menjadi dua yaitu:

pembiayaanmudharabahdanmusyarakah.

Menurut Zainul Arifin (2006:19) mudharabah adalah

hubungan kontrak antara penyedia dana (shahibul maal) dengan

enterpreuneur (mudharib) dimana mudharib akan mengembalikan

modal tersebut kepada shahibul maal berikut porsi keuntungan

yang telah disetujui sebelumnya. Bila terjadi kerugian maka

seluruh kerugian dipikul oleh shahibul maal, sedangkan mudharib

kehilangan keuntungan atau mbalan bagi hasil atas kerja yang telah

dilakukannya.

Mudharabah terbagi menjadi dua bagian Karim

(2004:200-201), pertama mudharabah mutlaqah (Unrestricted Investment

Account) dan kedua mudharabah muqayyadah (Restricted

Investment Account). Mudharabah mutlaqah (Unrestricted

Investment Account) adalah mudharabah yang sifatnya mutlaq

dimana shahibul maal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat

tertentu kepada mudharib. Mudharabah muqayyadah (Restricted

Investment Account) terbagi menjadi dua bentuk, yaknion balance

sheet dan off balance sheet. Dalam mudharabah muqayyadah on

balance sheet, aliran dana terjadi dari satu nasabah investor kepada

pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya

(39)

off balance sheet, aliran dana berasal dari satu nasabah investor

kepada satu nasabah pembiayaan dan bank syari’ah hanya

bertindak sebagai perantara saja.

c. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Pembiayaan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pembiayaan

murabahah,salamdanistishna.

Menurut Zainul Arifin (2006:18) musyarakah adalah suatu

kontrak antara kedua belah pihak atau lebih yang masing-masing

pihak mengumpulkan modal untuk membentuk sebuah perusahaan

sebagai badan hukum (legal identity) dengan pembagian

keuntuangan secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal

masing-masing. Bila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut

dibebankan secara proporsional kepada masing-masing pemberi

modal.

Karim (2004:103) berpendapat bahwa pembiayaan

murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual

dan pembeli. Akad ini termasuk dalam bentuk natural centatinty

contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate

of return (keuntungan yang ingin diperoleh). Pembayaran murabah

dapat dilakukan secara cicilan (muajjal) atau secara sekaligus

(40)

Menurut Zainul Arifin (2006:23) secara etimologis salam

berarti salaf (pendahuluan). Bai’ as salam adalah akad jual beli

suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan

barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang

disepakati.

Menurut Zainul Arifin (2006:24) bai’ al ishtishna adalah

akad jual beli antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dengan

produsen atau penjual (shani’) dimana barang yang akan

diperjualbelikan harus dibuat terlebih dahulu dengan kriteria yang

jelas. Ishtishna memiliki perbedaan dengan salam. Pada salam

pembayarannya harus dimuka dan segera, sedangkan pada

ishtishna pembayarannya boleh diawal, ditengah atau diakhir, baik

sekaligus (lump sum) ataupun secara bertahap (muajjal).

d. Pembiayaan dengan prinsip sewa

Pembiayaan dengan prinsip sewa dibagi menjadi dua yaitu:

pembiayaanijarahdanijarah muntahiya biltamlik/wa iqtina.

Menurut fatwa Dewan Syari’ah Nasional

No:9/DSN/MUI/IV/2000 bahwa ijarah adalah akad pemindahan

hak guna atau manfaat atas serta barang atau jasa dalam waktu

tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Ijarah muntahia bittamlikmerupakan kombinasi antara

(41)

Dalam ijarah muntahia bittamlik, pemindahan hak milik

barang terjadi dengan salah satu cara berikut Karim (2004:139):

1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang

akan disewakan tersebut pada akhir masa sewa

2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang

yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.

C. Simpanan (Dana Pihak Ketiga)

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

(Pasal 1) disebutkan bahwa, “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam

bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan

itu”.

Secara umum yang dimaksud dengan simpanan adalah jumlah

keseluruhan dana yang dihasilkan dari berbagai produk penghimpunan dana

seperti giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan dan deposito mudharabah.

Adapun pengertian giro, deposito, dan tabungan menurut syariah

adalah sebagai berikut:.

a. Giro Syariah

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan (Pasal 1) yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,

(42)

pemindahbukuan. Giro yang dijalankan berdasarkan dua prinsip yaitu

giro wadiah dan giro mudharabah. Giro wadiah merupakan giro yang

dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap

saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki (Karim:2004:291).

Giro wadiah juga terbagi menjadi dua bagian (Slamet

Wiyono:2005:68), pertama Wadiah Yad Al Amanah. Prinsip ini

merupakan titipan murni, barang yang dititipkan tidak boleh digunakan

(diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan dikembalikan harus

dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika dalam

selama penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titpan

tidak dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung

jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya titpan. Kedua,Wadiah Yad

Ad Dhamanah yang merupakan pengembangan dari Wadiah Yad Al

Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima

titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari

titipan tersebut.

Giro yang kedua adalah giro mudharabah, yang dimaksud dengan

giro mudharabah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad

mudharabah, baik mudharabah mutlaqah maupun mudharabah

muqayyadah(Karim:2004:294).

b. Tabungan Syariah

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

(43)

yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau

alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Tabungan yang dijalankan berdasarkan dua prinsip, pertama

tabungan wadiahdan kedua tabungan mudharabah. Tabunganwadiah

merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni

titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai

dengan kehendak pemiliknya. Sedangkan tabungan mudharabah

merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah.

Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu, bahwa mudharabah terbagi

kedalam dua bagian yaitumudharabah mutlaqahmaupunmudharabah

muqayyadah(Karim:2004:265).

c. Deposito Syariah

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan (Pasal 1) yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan

yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu

berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dan bank. Menurut

fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No:9/DSN/MUI/IV/2000, bahwa

deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip

mudharabah. Dahlan Siamat (2004:118) berpendapat bahwa sumber

dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai dana mahal

(44)

adalah penyediaan liquiditas untuk kebutuhan penarukan dana ini

hampir dapat diprediksi secara akurat.

D. Modal Sendiri

Secara tradisional, menurut Zainul Arifin (2005:135) modal

didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu

perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan

bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai buku dan aktiva dikurangi dengan

nilai buku dari kewajiban (liabilities).

Menurut Johnson and Johnson seperti yang dikutip oleh Zainul Arifin

(2006:136) modal bank mempunyai tiga fungsi yaitu pertama, sebagai

penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya.

Kedua, sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum oemberian kredit.

Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para pertisipan pasar untuk

mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan

keuntungan. Menurut Dahkan Siamat (2004:99) modal bank memiliki tiga

fungsi yaitu fungsi operasional, fungsi perlindungan, dan fungsi pengamanan

dan pengaturan. Keseluruhan fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Memberikan perlindungan kepada nasabah

b. Modal bank dapat mencegah terjadinya kejatuhan bank

c. Untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris

d. Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum

(45)

f. Untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank

g. Sebagai indikator kekayaan bank

h. Meningkatkan effisiensi operasional bank

Modal terdiri atas dua bagian yaitu modal inti (primary capital) dan

modal pelengkap (secondary capital). Dalam penelitian ini hanya akan

membahas tentang modal sendiri yang terdiri beberapa komponen yaitu

(Lukman Dendawijaya:2001:46-47):

a. Modal disetor

Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh

pemiliknya. Bagi bank yang berbadan hokum koperasi, modal disetor

terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.

b. Agio saham

Agio saham adalah selisih lebih setoranmodal yang diterima oleh bank

sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

c. Cadangan umum

Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba

ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat

persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai

anggaran dasar masing-massing.

d. Cadangan tujuan

Cadangan umum adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat

(46)

e. Laba ditahan

Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang

oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan

untuk tidak dibagikan.

f. Laba tahun lalu

Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi

pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum

pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang

diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Jika bank mempunyai

saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi

faktor pengurang dari modal inti.

g. Laba tahun berjalan

Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku

berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun

buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar

50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh

kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya

dikonsolidasikan

Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan

setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan

(47)

lembaga keuangan bukan bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya

dimiliki oleh bank.

Menurut Siamat (1993), Rose dan Kolari (1995), Syafi’i Antonio

(2001), Suyatno (2001), Muhammad (2002), Sudarsono (2003) dan Karim

(2004) salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan

(loan) adalah modal sendiri, sehingga semakin besar sumber dana

(simpanan) yang ada maka bank akan dapat menyalurkan pembiayaan

semakin besar pula (Priatin dan Adnan:2005:38).

E. Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)

merupakan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh debitur pada suatu

jenis pembiayaan tertentu. Lukman Dendawijaya (2001:86) memberikan

pengertian tentang Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing

Loan (NPL) yaitu kredit-kredit yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam

kriteria kurang lancar (substandar), diragukan (doubtful), dan macet (loss).

Dahlan Siamat (2004:174) memberikan pengertian kredit bermasalah sebagai

pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor

kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali

debitur.

Tingkat Non Performing Financing (NPF) pada suatu bank dapat

dilihat dari kualitas aktiva produktif. Pengertian kualitas menurut Dahlan

(48)

angsuran pokok dan bunga kedit atau bagi hasil pembiayaan oleh nasabah

serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali yang ditanamkan dalam

surat-surat berharga atau sering disebut juga dengan istilah kolektibilitas. Penilaian

kolektibilitas pembiayaan diolongkan kedalam lima kelompok yaitu lancar

(pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandar),

diragukan (doubtful), dan macet (loss).

Adapun kategori kolektibilitas kredit bermasalah terdiri dari tiga

bagian sebagai berikut (Lukman Dendawijaya:2001:86):

a. Kurang lancar (substandar)

Kredit pembiayaan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga)

bulan dari waktu yang diperjanjikan.

b. Diragukan (doubtful)

Kredit pembiayaan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6

(enam) bulan atau dua kali lipat dari jadwal yang telah diperjanjikan.

c. Macet (loss)

Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu

tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.

Menurut Rose-Kolari faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan

yang buruk ini antara lain karakter buruk peminjam, adanya praktek kolusi

(49)

keterampilan, dan perubahan kondisi lingkungan. Untuk menekan atau

meminimalkan tingkat NPF ini perlu dilakukan analisis pembiayaan (Priatin

dan Adnan:2005:38).

Menurut Dahkan Siamat (2004:175-177) faktor-faktor penyebab kredit

bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) dapat dibedakan menjadi

dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

menyebabkan pembiayaan bermasalah adalah kebijakan pembiayaan yang

ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur pembiayaan, lemahnya

sistem administrasi dan pengawasan pembiayaan, lemahnya sistem informasi

pembiayaan, dan itikad kurang baik dari pihak bank. Dari faktor eksternal

yang menyebabkan pembiayaan bermasalah adalah penurunan kegiatan

ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit atau tingkatmark up keuntungan,

pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur,

kegagalan usaha debitur, dan debitur mengalami musibah.

Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit

bermasalah dapat berupa sebagai berikut (Lukman Dendawijaya, 2001:86):

1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari

kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan

berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.

2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR

(bad debt ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan

(50)

3. Bank harus memperbesar penyisiahan untuk cadangan aktiva produktif

yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada

akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat

berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio).

4. Return on assets(ROA) mengalami penurunan.

5. Sebagai akibat dari komplikasi tersebut adalah menurunnya nilai

tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode

CAMEL (Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity).

Menurut Priatin dan Adnan (2005:38) semakin ketat kebijakan

kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan manajemen bank (semakin ditekan

tingkat NPL) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh

masyarakat turun. Hal ini disebabkan karena waktu proses pembiayaan yang

cukup lama, analisis pembiayaan yang mendalam, bahkan ada calon nasabah

yang merasa privasinya terganggu karena adanya analisis karakter yang

mendalam, sehingga mereka merasa lebih baik meminjam (pindah) ke bank

lain yang lebih lunak dalam melakukan analisis pembiayaan/kebijakan kredit.

Menurut Siamat (1993), Rose dan Kolari (1995), Syafi’i Antonio

(2001), Suyatno (2001), Muhammad (2002) dan Karim (2004) pengendalian

biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga

semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin kecil

jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya (Priatin dan

(51)

F. Prosentase Bagi Hasil danMark UpKeuntungan

a. Penetapan Margin Keuntungan

Menurut Karim (2004:253) margin keuntungan adalah persentase

tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan margin keintungan

secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari;

perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun

ditetapkan 12 bulan.

Menurut syari’at, keuntungan margin dalam perdagangan itu tidak

dibatasi oleh hitungan persentase, tetapi tergantung pada permintaan

dan penawaran (supply and demand) banyak atau sedikitnya. Tetapi

dianjurkan bagi seoranga muslim , baik seorang pedagang atau bukan

untuk memberi kemudahan dan toleransi dalam jual beli, tidak terlalu

tinggi dalam mengejar keuntungan serta hendaklah hak-hak ukhuwah

Islamiyah senantiasa sijunjung tinggi. Hal ini didasarkan pada perintah

nabi Muhammad SAW untuk sikap toleran dalam

bermu’amalah.Qhardawi mengatakan bahwa menjual kredit dengan

menaikkan harga diperkenankan. Rasullullah s.a.w sendiri pernah

membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo untuk nafkah

keluarganya. Jumhur (mayoritas) ulama membolehkan jual beli kredit

ini, karena pada asalnya boleh dan nash yang mengharamkannya tidak

ada. Jual beli kredit tidak bisa dipersamakan dengan riba dari segi

(52)

menurut yang pantas, selama tidak sampai kepada batas pemerkosaan

dan kezaliman (Syahrir:2006:27).

Bank syariah menetapkan margin keuntungan terhadap

produk-produk pembiayaan yang berbasisNatural Centainty Contracts(NCC),

yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari

segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan

murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna.

Adapun penetapan besarnya margin keuntungan dilakukan dengan

referensi margin keuntungan, yaitu margin keuntungan yang

ditetapkan rapat ALCO (Assets and Loan Commitment) bank syariah.

Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi,

usul dan saran dari tim ALCO bank syariah dengan

mempertimbangkan beberapa hal ini (Karim:2004:254-255):

a. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR

Yang dimaksud dengan Direct Competitor’s Market Rate

(DCMR) adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan

syari’ah, atau tingkat margin keuntungan rata-rata beberapa bank

syari’ah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor

langsung, atau tingkat margin keuntungan bank syari’ah tertentu

yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung

(53)

b. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)

Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) adalah tingkat

suku bunga rata-rata perbankan nasional, atau tingkat rata-rata suku

bunga beberapa bank konvesional yang dalam rapat ALCO

ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung, atau

tingkat rata-rata suku bunga bank konvesional tertentu yang dalam

rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak lansung terdekat.

c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)

Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah

target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan

kepada dana pihak ketiga.

d. Acquiring Cost

Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank

yang lansung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak

ketiga.

e. Overhead Cost

Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank

yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana

pihak ketiga.

Karim (2004:253) berpendapat bahwa tingkat biaya pembiayaan

(margin keuntungan) berpengaruh terhadap jumlah permintaan

(54)

daripada rata-rata suku bunga perbankan nasional, maka pembiayaan

syariah semakin kompetitif.

b. Penetapan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan

Menurut Karim (2004:260), bank syariah menerapkan nisbah bagi

hasil terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural

Uncertainty Contracts (NUC), yakni akad bisnis yang tidak

memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah

(amount) maupun waktu (timing), seperti mudharabah dan

musyarakah. Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan ditentukan

dengan mempertimbangkan referensi tingkat (margin) keuntungan dan

perkiraan tingkat keuntungan bisnis/proyek yang dibiayai. Adapun

referensi tingkat (margin) keuntungan adalah Referensi tingkat

(margin) keuntungan yang ditetapkan oleh rapat ALCO. Sedangkan

perkiraan tingkat keuntungan bisnis atau proyek yang dibiayai dihitung

dengan mempertimbangkan perkiraan penjualan, lama cash to cash

cycle (seperti lama proses barang, persediaan dan piutang), perkiraan

biaya-biaya langsung, perkiraan biaya-biaya tidak langsung, dan

delayed faktor.

Karim (2004:253) berpendapat bahwa tingkat bagi hasil kepada

dana pihak ketiga berpengaruh terhadap jumlah permintaan

pembiayaan syariah. Bila tingkat bagi hasil kepada dana pihak ketiga

(55)

pembiayaan syariah semakin kompetitif dengan bank-bank

konvesional.

G. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh simpanan. modal sendiri,

non performimg financing, prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan

terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini didasarkan

atas pendapat Rose-Kolari dalam Priatin dan Adnan (2005:36) yang

menyebutkan bahwa simpanan dan ekuitas dapat digunakan untuk pembiayaan

sebagai faktor efisiensi penggunaan sumber daya. Prosentase bagi hasil

sebagai factor yang menunjukan tingkat kompetisi dari lembaga keuangan

(bank), dan Non Performing Financingsebagai faktor pengendalian biaya dan

posis resiko. Untuk mengurangi heterogenitas, semua data variabel baik

variabel terikat maupun variabel bebas dibuat menjadi skala rasio

perbandingan terhadap total aktiva kecuali data tingkat NPF dan prosentase

bagi hasil danmark upkeuntungan. Setelah data dibuat skala rasio prosentase,

maka dilakukan uji stasioneritas data dengan menggunakan uji Augmented

Dickey Fuller (ADF). Jika ada data variabel yang tidak stationer, maka

dilakukan pembedaan tingkat pertama (first differencing). Kemudian data-data

variabel yang telah stationer diuji dengan pengujian kointegrasi untuk melihat

apakah variabel-variabel bebas memiliki hubungan keseimbangan jangka

panjang dengan variabel terikat yaitu pembiayaan. Hubungan keseimbangan

(56)

Dickey Fuller (ADF) apakah signifikan atau tidak. variabel terikat yaitu

pembiayaan. Jika terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara

variabel terikat dengan variabel bebas, maka dilakukan pengujian model

koreksi kesalahan atau Error Correction Model untuk melihat hubungan

jangka pendeknya. Dari output hasil analisis Error Correction Model, maka

dapat dilihat variabel bebas manakah yang memiliki hubungan jangka pendek

secara signifikan dengan variabel terikat yaitu pembiayaan dengan

menggunakan kriteri uji t, uji F serta melihat koefisien error correction term

apakah signifikan atau tidak.

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Simpanan

Modal Sendiri

Non Performing Financing

Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan

(57)

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab

akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Pada

penelitian ini hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ho :βi= 0 : Variabel simpanan, modal sendiri, NPF, dan prosentase bagi hasil

dan mark up keuntungan tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel pembiayaan.

H1: βi≠ 0 : Variabel simpanan, modal sendiri, NPF, dan prosentase bagi hasil

dan mark up keuntungan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel pembiayaan.

I. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Maryanah tentang “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank Syariah Mandiri”

menunjukan bahwa dalam jangka panjang variabel Dana Pihak Ketiga

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan bagi hasil

dengan peningkatan sebesar 2,639%. Dalam jangka pendek variabel Dana

Pihak Ketiga tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel pembiayaan bagi

hasil. Variabel kedua yaitu profit (keuntungan) mempunyai pengaruh terhadap

variabel pembiayaan bagi hasil baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Dalam jangka pendek pembiayaan bagi hasil akan mengalami

peningkatan sebesar 1,276% sedangkan dalam jangka panjang sebesar

Gambar

Tabel 1.1Jumlah Asset Perbankan Syariah
Tabel 1.2Pertumbuhan Bank Syariah Mandiri
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata pembiayaan pada Bank
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di masa krisis seperti ini / usaha kecil dan menengah yang berbasiskan ekonomi rakyat / terbukti ampuh dan mampu bertahan // bahkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam

Iskandar (2001:9) mngemukakan bahwa minat berwirausaha yaitu kesediaan untuk bekerja keras dan tekun untuk mencapai kemajuan usahanya, kesediaan untuk menanggung macam-macam

[r]

Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 (2) Untuk menganalisis pengaruh likuid Current Ratio (CR), Debt to Equity

“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor, disclosure dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur

Jepara yang dikenal sebagai kota ukir, pada perkembangannya tidak dapat. terlepas peran dari R.A Kartini yang memberikan perhatian lebih kepada