SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonorni Syariah (SE.Sy)
OLER: HASANUDDIN
NI!\1:106046101626
KONSENTRASIPERBANKANSYARIAH
PROGRAM STUD I MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIP SI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
HASANUDD!N NIM:106046101626
Di Bawah Bimbingan
セZGャ@
DRy--lnrSilrl:il1, M. Ag.
NiP.
1so322141KONSENTRASI PERBANKAN SY ARIAII
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI I.SLAM) FAKUL T AS SY ARIAH DAN HUKUl\1
UIN SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA
.
1432H/2011M
ii
Bank BTN Syariah" telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satti syarat untuk memperoleh gelar s。セェ。ョ。@ Program Strata 1 (S 1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 1 0 Maret 2011
J)ekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. D . H. Muhammad Amin Suma SH. MA. MM. NIP : 1 5505051982031012
PAN/TIA UJIAN Ketua
Sekretaris
Dr. Enis Amalia, M.Ag NIP: 197107011998032002 Mu'min Roup. mNaセN@
NIP : 150281979
Pembimbing I Dra. Hafni Muchtar, SH, MB, MM
Pembimbing II Dr. Nurhasanah, M. Ag.
Penguji I
Pengttji II
NIP: 150322141
Drs. H. Hamid Farihi M.A NIP: 1958111191986031001 Wiwi Ma'sum, M.A
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajnkan untnk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 di Universitas Islam Neged
(UIN) Syarif Hidayatullah.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbnkti bahwa karya ini bukan karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,maka saya bersedia menerima
sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN).
Jakarta, 09 Februari 2011
Hasauuddin
segala nikmat, rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya tiada hendi. Sesunggulmya
hanya dengan pertolongan-Nya lah ahimya penulis dapat menyelesaikan skeripsi ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi Ahir zaman, yaitu Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan
ununatnya. Arniin.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadari masi banyak kendala yang
menghambat langkah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat
bimbingan, arahan, dan motifasi dari berbagai kalangan pihak, dan Alhamdulillah
pada ahimya penulis dapat menyelesaikan. Oleh karena itu penulis secara khususu
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
I. Bapak Prof. Dr. H. Muhanunad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Euis Amelia, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. H. Ah. Azharuddin Latif, M.A,g., M.H. sebagai Pembimbing Akademik Penulis.
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Segenap pihak Bank B1N Syariah, khususnya Bapak Jimi selaku devisi syariah
yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan Ilmu dan Ahlaq yang
tidak ternilai harganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
7. Segenap staff akademik dan staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
8. Orang tua tercinta dan tersayang H. Mustafa dan Bunda Nur Hayati yang telah
memberikan Doa dan motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Abah H. Muhammad Nai dan Hj. Fatimah yang telah penulis anggap
sebagai orang tua dan kakak ku Usman, Ibu DR. Ratna Sarti dan ibu Rostina
Darmoyo juga yang sangat memberikan dorongan moril dan materil, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Saudara dan saudari penulis; Sahabuddin, Hayatun Nufus, Sahrullah, Nur Intan
Nairn, Anas Muslim, Aril, Hilya, Ila, Eis, dan yang tercinta ayank ku Sulis
Rojiyah yang turut memberikan motivasi.
Ansori, saden, H. Arman, Mayang sari, Annisa Auditasari, Onyon, dan
kawan-kawan ku yang kocak-kocak Group KKN Green Been.
12. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah kelas B angkatan 2006.
13. Dan semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap
penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat penulis. Terimakasih dan Semoga masukan dan
bantuannya di catat oleh Allah sebagai pahala disisi-Nya. Amiiin. Dan semoga
bermamfaat bagi semuanya, Amiin.
Jakarta, 11Februari2011
HASANUDDIN
HALAMAN JUD UL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMEAR PERNY AT AAN ... ,... iii
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISi... v
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... ... ... ... .. ... ... I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Kajian Pustaka ... 8
E. Metode Penelitian ... "... 10
F. Sistematika Penulisan ... 12
BABU GAMBARANUMUMPADABANKBTNSYARIAH A. Sejarah Pendirian Bank B1N Syariah... 15
B. Visi dan Misi ... 17
C. Struktur Organisasi .. .... .... .. ... ... ... ... 18
D. Tata Kelola Perusahaan... 19
A. Pengertian Pembiayaan Mudharabah... ... ... ... ... 28
B. Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah ... 32
C. Jenis-jenis Pembiayaan Mudaharabah ... 35
D. Mudharabah bertingkat ( Mengulang ) ... 36
E. Syarat Sahnya Pembiayaan Mudharabah... 44
F. Praktek Pembiayaan Mudhrabah di Bank Syariah... 47
BAB IV ANALISIS KESESUAIAN PROSES PEMBIA Y AAN AKAD MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH A. Mekanisme, prosedur dalam melakukan pembiayaan Mudharabah pada Bank BIN Syariah ... 50
B. Isi Akad Pembiayaan Mudharabah Bank BIN Syariah... 52
C. Analisa kesesuaian Proses Pembiayaan Akad Mudharabah Bank BIN Syariah ... 62
BABY PENUTUP A. Kesimpulan .. .. .. .. ... ... ... .... .. ... .. ... ... .... ... .. .. 68
B. Saran-saran ... :... 69
DAFT AR PUST AKA... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 73
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah ... 49 Garn bar 3 .1 Struktur Organisasi . . . .. . . .. . . .. . .. . . ... . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . 18
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam yang bersumber pada wahyu Ilahi dan Sunnah Rasul
mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik di
dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat
inilah yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini
berarti bahwa dalam mengajarkan kehidupan di dunia tidak dapat dilakukan
dengan menghalalkan segala cara. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan
umatnya untuk beke1j a keras serta saling membantu sesuai dengan prinsip
Perekonomian merupakan tulang punggung kehidupan masyarakat, karena
itulah Islam sangat melarang segala sesuatu yang dapat merusak kehidupan
perekonomian bangsa, seperti riba ( pembungaan uang ) pada pinjaman.
Al-Qur'an dan As Sunnah, dan sumber pokok hukum Islam melarang keras adanya
bunga karena kedzolimannya. 1
Bank Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan pe1janjian berdasarkan hukum Islam
1
M.A. Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek Dasar - Dasar Ekonomi Islam,
Penerjemah Muhammad Nastagin, Jakaita, PT. Inter Masa, 1992, Cet. Pertama, h. 164.
antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Bank Syariah atau sering disebut Islamic Banking di Negara lain, berbeda
dengan Bank konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi
yang digunakan. Bank konvensional beroperasi berdasarkan bunga, Bank syariah
beroperasi berdasarkan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Hal ini
didasarkan pada keyakinan bahwa bunga Bank mengandung unsur riba yang
dilarang oleh Agama Islam. Menurut pandangan Islam, didalam sistem bunga
terdapat ketidak adilan karena pemilik dana mewajibkan peminjam untuk
membayar lebih daripada yang dipinjam tanpa memperhatikan apakah pemiajam
menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Sebaliknya sistem bagi hasil
yang digunakan bank syariah merupakan sistem ketika peminjam dan yang
meminjamkan berbagi dalam resiko dan keuntungan dengan pembagian sesuai
kesepakatan. Dalam ha! ini tidak ada pihak yang dirugikan oleh pihak lain. Lebih jauh apabila dilihat dari perspektif ekonomi, Bank syariah dapat pula di
definisikan sebagai sebuah lembaga inte1mediasi yang mengalirkan investasi
publik secara optimal ( dengan kewajiban zakat dan larangan riba ) yang bersifat
produktif ( dengan larangan judi ), serta dijalan kan sesuai nilai, etika, moral, dan
prinsip Islam.
Di Indonesia, Bank syariah telal1 muncul semenjak awal 1990-an dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Secara berlalian (bank syariah) dapat
yang sesuai prinsip syariah Islam yang dianutnya, khususnya pelarangan yang
berkaitan pelarangan peraktek riba, kegiatan yang bersifat spekulatif yang non
produktif yang serupa dengan perjudian, ketidak jelasan, dan pelanggaran prinsip
keadilan dalam berteransaksi, serta keharusan penyaluran pembiayaan dan
investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara syariah. 2
Sejak krisis tahun 1999, angka kemiskinan meningkat menjadi 37,17 juta
jiwa (BPS, 2007 ). Angka ini mendekati angka kemiskinan pada tahun 1978 dan
1980 yang artinya perekonomian Indonesia mengalami kemunduran lebih dari 23
tahun. Tidak hanya kemiskinan yang menjadi beban bagi masyarakat Indonesia,
kenaikan harga barang dan laju inflasi membuat beban hidup rakyat terasa
semakin berat dan menderita3
Sesungguhnya persoalan kemiskinan hingga hari ini tetap menjadi
problematika mendasar yang dihadapi bangsa Indonesia. Beberapa indikator
kesejahteraan masyarakat menurun sangat tajam.
Salah satu cara untuk mengatasi kemiskinan diri sendiri adalah mengambil
langkah berani mulai berusaha dan ha! itu dilakukan secara terus-menerus
(berkesinambungan). Jika mengalami kegagalan, maka hendakuya mencobanya
kembali. Oleh karena itu, jika cara tersebut telah kita lakukan, maka tindakan
2
Veithzal Rivai,dkk, Bank and Financial institution managenient Convensional & Shariah
System, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.) hal.733.
3
berikutnya adalah mencari modal untuk bisa mengembangkan usaha, baik modal
itu di peroleh dari bank atau dari pihak investor.
Pada pokoknya, keperluan akan pinjaman timbul karena kebutuhan
seseorang akan dana (modal). Syarat kehidupan yang semakin lama semakin
rumit menj adikan individu-individu dalam masyarakat cenderung _ saling
membutuhkan dan saling membantu dengan cara tertentu dalam mengatasi
masalah-masalah mereka dan salah satujenis bantuan dan pinjaman.4
Prinsip saling tolong-menolong ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya menggunakan sistim mudharabah, Musyarokah, Muzaraah, Mussaqoh
dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip ini memunculkan berbagai variasi dan
produk baru dalam dunia perbankan dan dunia perbisnisan dalam Islam, sehingga
banyak memunculkan lembaga keuangan baru.
Maraknya perbankan syariah dewasa ini bukan merupakan gejala baru
dalam bisnis syariah. Keadaan ini ditandai dengan semangat tinggi dari berbagai
kalangan, yaitu: ulama, akademisi dan praktisi untuk mengembangkan perbankan
tersebut dari sekitar pertengahan abad 20 perkembangan Bank syariah tersebut
juga sampai di negeri Indonesia.
Dewasa ini Bank syariah sedang menjadi pilihan bagi pelaku bisnis
perbankan sampai dengan pertengahan tahun 2001. Di Indonesia telah banyak
berdiri Bank umum syariah (BM!, BNI, BSM, Bukopin, BPD Jabar, Bank !FI,
4
BRI, Danamon, BII, BPD DKI, BCA, MEGA. dll.). dan kurang lebih sekitar 85
kantor cabang, ditambah lagi dengan kurang lebih 88 BPR Syariah ( Bank
Indonesia,2004 ). Dari produk yang ditawarkan oleh Bank syariah dan "dibeli"
oleh masyarakat pengguna di Indonesia masih kecil, dibandingkan dengan produk
Bank konvensional.
Keadaan ini dipengaruhi oleh berapa banyak produk yang dapat
dikembangkan dan diaplikasikan oleh Bank syariah. Berdasarkan prinsip dasar
produk Bank syariah memiliki core produk pembiayaan berupa produk bagi hasil, yang dikembangkan dalam produk pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah.
jenis produk pembiayaan berupa produk Mudharabah. Meskipun, jenis produk pembiayaan dengan akad jual beli ( Murabahah, salam dan istisna) dan sewa (
ijarah dan ijarah muntahia bittaamlik ) juga dapat dioperasikan. Namun, kenyataannya Bank syariah tingkat dunia maupun di Indonesia produk
pembiayaannya masih didomonasi oleh produk pembiayaan dengan akad jual beli
( tijarah ). 5
Bentuk pembiayaan Bank syariah yang utama dan yang paling penting
yang disepakati oleh para ulama adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah. Prinsipnya adalah al-ghunm bi'!-ghurm atau al-khar, bi 'l-idam, yang berarii bal1wa tidak ada bagian keuntungan
tanpa ambil bagian dalam resiko (Al-Omar dan Abdel-Haq, 1996). Ciri utama
5
Muhammad,Proceedings of international serninar on isla1nic econornic 'cs as a solution,
pembiayaan bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh pemilik dana maupun pengusaha.
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana mudhrabah diterapkan pada :
1. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khususus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya.
2. Deposito biasa.
3. Deposito spesial ( special invesment ), dimana dana yang dititipkan misabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya mudharabah saja atau ijarah saja.
Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk : 1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan danjasa.
2. Investasi khusus : disebut juga Mudharabah Muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh shah,hibul maal. 6
Karim mengatakan bahwa : Hampir semua bank syari' ah di dunia di dominasi dengan produk pembiayaan murabahah, Sedangkan sistem bagi hasil mudharabah sangat sedikit diterapkan kecuali di dua negara yaitu Iran (48%) dan Sudan (62%). Di Indonesia sendiri, Bank Muamalat selama lima tahun pertama operasinya tidak menyalurkan pembiayaan dengan sistem bagi hasil mudharabah7
6
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah Wacana U/ama dan Cendekiawa, ( lB dan
Tazkia Institute) Jakarta: 1999. Hal.181.
7
Adiwannan A. Karim, Perbankan Syari'ah : Peluang, Tantangan dan Stategi
Oleh karena itu pembiayaan mudharabah khususnya di indonesia, sepertinya
kurang diminati oleh nasabah, untuk lebih jelasnya penulis merasa perlu
mengamati secara mendalam terhadap pembiayaan mudharabah di bank syariah,
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian,
memberikan gambaran bagaimana aplikasi dilapangan terhadap proses
Pembiayaan Akad Mudharabah pada Bank Syariah, sehingga penulis tertarik
mengambiljudul:
"ANALISIS PROSES PEMBIAYAAN AKAD MUDHARABAH PADA
BANK BTN SYARIAH ".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas agar mendapatkan suatu bahasan
yang jelas. Maka penulis memfokuskan permasalahan yang akan diteliti pada
Analisis Proses Pembiayaan Akad Mudharabah, yang diterapkan di Bank BTN
Syariah. Masalah yang dapat diidentifikasi sehubungan dengan topik diatas
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Proses dalam melakukan Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BTN Syariah.?
2. Apakah Aplikasi Proses Pembiayaan Akad Mudharabah yang digunakan oleh
Bank BTN Syariah telah sesuai konsep Syaria11?
3. Bagaimana Aplikasi Proses Akad pembiayaan Mudharabah yang di terapkan
[image:17.527.31.446.138.474.2]C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan diatas , maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahuai Proses dan prosedur dalam melakukan Pembiayaan akad Mudharabah di Bank BTN Syariah.
2. Untuk Mengetahui secara lebih dekat praktek dan penyaluran pembiayaan yang di lakukan oleh Bank BTN Syariah.
3. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan Pembiayaan Akad Mudharabah di Bank BTN Syariah.
Terkait dengan tujuan diatas, maka penulisan ini memiliki mamfaat bagi :
1. Penulis; Penelitian ini sebagai study awal dan penambah wawasan tentang Analisis Proses Pembiayaan Akad Mudharabah pada Bank BTN Syariah. 2. Fakultas; penelitian ini menambah khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai
refrensi bagi mahasiswa, staf pengajar dan lainnya.
3. Masyarakat; merupakan sumber refrensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermamfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
D. Kajian Pustaka (Review Kajian Terdahulu)
Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa
penelitian skripsi :
I) Aplikasi Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dalam Bank syariah ( Studi
kasus pada BNI Syariah Cabang Fatmawati) Penyusun: Nurmaeli, 2005.
2) Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada BNI Syariah, ( Stndi
kasus pada Bank BNI Syariah) Penyusun: Mahmudah, 2005.
3) Tinjauan Hukum Islam terhadap Akad Pembiayaan Bagi Hasil ( Studi Kasus
PT. BPRS Amanah Ummah) Penyusun: Dian Muslihah, 2003.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmaeli membahas tentang Aplikasi Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dalam Bank syariah, dalam ha! ini Nurmaeli
menjelaskan dan memaparkan tentang Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dalam
Bank syariah yaitu studi di Bank BNI Cabang Fatmawati. Oleh karena itu, di
dalam penelitian yang dilakukan Nurmaeli tidak menguraikian bagaimana
Analisis Proses Pembiayaan Akad Mudharabahnya, akan tetapi lebih kepada
aplikasi Akuntansinya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
pada saat ini, dimana telah diuraikannya Analisis Proses Pembiayaan Akad
Mudharabah pada Bank BTN Syariah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah, membahas tentang penyelesain pembiayaan Murabahah bennasalah pada BNI Syariah, dalam ha! ini
Mahmudah menjelaskan dan memaparkan tentang Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada Bank BNI Syariah, lain halnya yang dilakukan oleh penulis
Mudharabah pada Bank BTN Syariah. Oleh karena itu telah jelas perbedaannya
antara penulis dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Muslihah membahas
Jebih jauh tentang tinjauan hukum Islam terhadap Akad Pembiayaan Bagi Hasil
pada PT. BPRS Amanah Ummah, dengan melihat praktek tentang tinjauan hukum
Islam terhadap akad pembiayaan yang berada di PT. BPRS aュセ。ィ@ Ummah tersebut, sehingga Dian Muslihah lebih menekan kan pada pembahasan tentang masalah hukum Islam terhadap akad p_embiayaan bagi hasil, bukan membahas
tentang Analisis Proses Akad pembiayaannya. Maka sangat jelas perbedaannya
terhadap apa yang di paparkan oleh penulis saat ini. Oleh karena itu, didalam
penelitian yang dilakukan Dian Muslihah tidak menguraikan tentang bagaimana Analisis Proses Pembiayaan Akad Mudharabah. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan penulis saat ini, yang mana telah di uraikan masalah Analisis Proses
Pembiayaan Akad Mudharabah pada Bank BTN Syariah.
E. Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan dari pembahasan skripsi ini, maka penulis
menggunakan lima tahap dalam membahasnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut
adalah:
1. J enis Penelitian
Penelitian ini dilakukan bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian
diperoleh di lapangan. 8 Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa wawancara, kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang-orang yang berkompeten dibidangnya.9 Guna untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian antara kons'\)p dan Analisis Proses Pembiayaan akad Mudharabah pada Bank BTN Syariah.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih tempat penelitian di Bank BTN Syariah, untuk menganalisa Proses pembiayaan Akad Mudharabah yang digunakan oleh Bank BTN Syariah, serta untuk mengetahuai prosedur dan persyaratan dalam melakukan Pembiayaan Akad Mudharabah di Bank BTN Syariah. Dan Mengetahui secara lebih dekat dan mendalam proses penyaluran pembiayaan Akad Mudharabah yang di lakukan oleh Bank BTN Syariah.
3. Sumber Data
Dalam Penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua kategori : a. Data Primer
Y aitu data yang diperoleh langsung dari pihak yang terkait yaitu di Bank BTN Syariah.
8
Suharsimi Ari kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Renika Cipta, 1993), cet ke-2, h. 309
9
b. Data Sekunder
Y aitu data yang diperoleh dari wawancara, laporan-laporan atau
data-data yang merupakan hasil dari library research, dengan teknik studi
dokumentasi terhadap sumber - sumber buku yang dijadikan acuan dalam
menelaah suatu penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun penulisan skripsi m1, penulis menggunakan
pengumpulan data, yaitu :
a. Dokumentasi, pengumpulan data-data
b. Wawancara (interview)
Selain itu, adapun teknis penulisan skripsi ini, merujuk pada buku
panduan pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertai UIN Syarif
Hidayatullal1 Jakarta yang diterbitkan oleh U!N Jakarta Pers talmn 2007.
5. Teknik Analisis
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan Metode Kualitatif
atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang terobservasi.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun menjadi lima bab, masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan
se1ia saran-saran yang dianggap perlu. Adapun penyusunan skripsi ini adalah
BABI Pendahuluan
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode dan teknik penulisan dan sistematika penulisan
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini dibahas mengenai kondisi internal Bank BTN Syariah yang meliputi sejarah pendirian Bank BTN Syariah, visi dan misi, maksud dan tujuan Bank, Struktur organisasi Bank BTN Syariah, Tata Kelola Perusahaan.
BAB III Gambaran Umum Bank BTN Syariah
Dalam bab ini terdiri alas teori-teori yang berkaitan dengan: Pengertian Pembiayaan Mudharabah, Dasar Hukurn Pembiayaan Mudharabah, Jenis - jenis Pembiayaan Mudaharabah, Mudharabah bertingkat (Mengulang), Syarat Sahnya
Pembiayaan Mudhrabah di Bank Syariah.
Pembiayaan, Praktek
BAB IV Analisis Kesesuain Proses Pembiayaan Akad Mudharabah Pada
Bank BTN Syariah
BAB V Penutup
Merupakan akhir dari pembahasan slaipsi ini, yang berisikan
kesimpulan dari keseluruhan bab yang telah di jelaskan di atas dan
A. Sejarah Pendirian Bank BTN Syariah
Bank BTN didirikan bermula pada pendirian perseroan dengan nama
"POSTSPAAR BANK" pada tahun 1897, pada tahun 1942 Jepang membekukan
kegiatan "POSTSP AAR BANK" dan menggantinya dengan nama "TYOKlN
KYOKU" di tahun 1950 "TYOKlN KYOKU" diubah menjadi "Bank Tabungan
Pos" dengan undang-undang darurat No. 9 Tahun 1950. Kemudian pada tahun
1963 perubahan nama Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara atau
BTN (perpu No.4 tahun 1963 dan UU No. 2 tahun 1964), Bank BTN sebagai
Bank milik Negara pada tahun 1968 berdasarkan UU No. 20 tahun 1968, pada
tahun 1974 bank BTN ditugaskan memberikan pelayanan KPR sesuai surat
Menken No. B-49/MK/IV/I/1974 (realisasi KPR pertama tanggal 10 Desember
1976), tahun 1989 Bank BTN beroperasi sebagai Bank Umum dan mulai
menerbitkan obligasi, status hukum bank BTN berubah menjadi perusahaan
perseroan (Persero) di tahun 1992, tahun 1994 perseroan mendapat izin sebagai
bank Devisa, tahun 2000 bank BTN ikut dalam program rekapitalisasi, tahun
2002 bank BTN sebagai bank Umum dengan focus pinjaman tanpa subsidi untuk
perumahan (berdasarkan surat Mentri BUMN No. S-554/M-MBU/2002 tanggal
21 Agustus 2002, tahun 2003 Restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh yang
tertuang dalam persetujuan RJP tahun 2003-2007 (berdasarkan surat mentri
BUMN No. S-984/M-MBU/2003 tanggal 31 Maret 2003 dan ketetapan direksi
bank B1N No. 306/DIR/IR-B1N/XII/2004 prihal revisi RJP bank B1N tahun
2003-2007, di tahun 2005 Bank B1N membuka Unit Syariah (BANK B1N
LAUNCHED ITS SHARIAH BUSINESS UNIT). 1
B1N Syariah merupakan Strategic Bussiness Unit (SBU) dari Bank B1N yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah, mulai beroperasi pada tanggal 14
Februari 2005 melalui pembukaan Kantor Cabang Syariah pertama di Jakarta.
Pembukaan SBU ini guna melayani tingginya minat masyarakat dalam
memanfaatkan jasa keuangan Syariah dan memperhatikan keunggulan prinsip
Perbankan Syariah, adanya Fatwa MUI tentang bunga bank, serta melaksanakan
hasil RUPS tahun 2004.
1. Untuk memenuhi kebutuhan Bank dalam memberikan pelayanan jasa keuangan syariah.
2. Mendukung pencapaian sasaran laba usaha Bank.
3. Meningkatkan ketahanan Bank dalam menghadapi perubahan lingkungan
us aha.
4. Memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap nasabah dan
pegawa1.
1
B. Visi dan Misi
Visi Bank BTN Syariah
"Menjadi Strategic Business Unit BTN yang sehat dan terkemuka dalam penyediaanjasa keuangan syariah dan mengutamakan kemaslahatan bersama."
Misi Bank BTN Syariah
1. Mendukung pencapaian sasaran laba usaha BTN.
2. Memberikan pelayanan jasa keuangan Syariah yang unggul dalam pembiayaan perumahan dan produk serta jasa keuangan Syariah terkait sehingga dapat memberikan kepuasan bagi nasabah dan memperoleh pangsa pasar yang diharapkan.2
3. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip Syariah sehingga dapat meningkatkan ketahanan BTN dalam menghadapi perubahan lingkungan usaha serta meningkatkan shareholders value.
4. Memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap stakeholders
serta memberikan ketentraman pada karyawan dan nasabah.
2
C. Struktur Organisasi
m
0
Om
C\J 0
zO
f- C1J
OJ OJ
セ@
5
z
.µ<(
g
co
.f3w
[J}<( c
w
.S2-
_,_,z
f8
<( ·-C'J c
a:
mdセ@
([ 0
セNセ@
::i .:>!.
([ c f- re W ED r
'
l !..._- - -
-'
I I
D. Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governence/GCG)
sudah menjadi bagian dari bank BTN sejak BTN berdiri dan terus mengalami
peningkatan seiring dengan berjalannya pencatatan saham perdana (IPO) pada
tahun 2009 menjadi pijakan bagi peningkatan kualitas penerapan tata kelola
perusahaan yang lebih baik.
Bagi Bank BTN, tata kelola perusahaan yang baik merupakan penopang
penting dalam menjalankan bisnis di industri perbankan yang semakin kompetitif.
Manfaat yang dapat diambil dari penerapan tata kelola perusahaan yang baik bagi
Bank antara lain memperkuat posisi daya saing bank BTN sebagai bank publik,
dan meningkatkan kepercayaan shareholder dan publik yang akhirnya dapat
mewujudkan transfonnasi bank BTN menjadi bank publik terkemuka (Blue Chip
Company).
Untuk mewujudkan transformasi yang dimaksud, bank BTN telah
menerapkan prinsip-prinsip dan praktik-praktik terbaik tata kelola perusahaan
yang baik secara konsisten, yang diyakini akan memberikan manfaat yang baik
bagi bank BTN maupun para pemangku kepentingan lainnya.
Landasan Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Sebagai institusi yang bergerak dibidang perbankkan, bank BTN berpijak
pada pedoman Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang
pelaksanaan GCG bagi bank umum juncto PBI No. 8/14/PBI/ 2006 tentang
bank Indonesia No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 perihal pelaksanaan GCG
bagi bank umum.
Selain itu, sebagai bank umum yang sejak 17 Desember 2009 bersetatus
sebagai perusahaan publik, maka penerapan GCG serta praktek terbaiknya di
bank BTN juga mengacu pada undang-undang Negara Republik Indonesia seperti
Undang-undang perseroan terbatas, undang-undang BUMN, keputusan mentri
BUMN No. 117/M-MBU/2002 tentang penerapan peraktek GCG pada BUMN
seiia peraturan BUMN terkait, peraturan, BAPEPAM, maupun pedoman GCG
bankBTN.
Tujuan Penerapan Tata kelola Perusahaan
Bagi bank BTN penerapan praktek GCG tidak hanya dimaksudkan
sebagai pemenuhan terhadap peraturan pemerintah saja. Namun managemen
meyakini bahwa perusahaan yang dikelola dengan menerapkan prinsip-prinsip
dasar GCG berarti memfasilitasi value driver agar bekerja optimal yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai perusahaan (value creation). Karena itu
manajemen bank BTN senantiasa menjaga keseimbangan kepentingan internal
dan eksternal dalam mengelola perusahaan dengan berpedoman pada GCG. Bank
BTN menerapkan prinsip-prinsip dasar GCG yang mencakup transparansi.
Accontability, responsbility, independency, dan fairness (TARIF), dengan
keyakinan ba11wa ha! ini akan menjamin terpenuhinya tujuan akhir bank BTN
Manajemen bank BTN berkomitmen penuh dalam mengimplementasikan
GCG dalam pengelolaan bank BTN, karena hal ini disadari akan memberikan
Jima manfaat utama, yakni:
1) Meningkatnya kesungguhan manajemen dalam menerapkan perinsip-prinsip
keterbukaan, dan akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, kewajaran dan
kehati-hatian dalam pengelolaan bank BTN.
2) Meningkatnya kinerja bank, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholder,
dengan meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan
produk, jasa danjaringan, strategis, berbasis teknologi terkini.
3) Mempermudah perolehan dana pembiayaan yang lebih murah yang pada
akhimya akan meningkatkan shareholders values.
4) Meningkatnya minat dan kepercayaan investor.
5) Meningkatnya human capital yang berkualitas, propesional dan memiliki
integritas tinggi.
lmplementasi Tata Kelola
Dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik, diperlukan penilaian
untuk memastikan adanya peningkatan kualitas penerapan GCG, secara
berkesinambungan kedalam proses bisnis. Sejak 2007 bank BTN telah melakukan
penilain terhadap pelaksanaan GCG dengan metode Self-Assesment seiring
dengan dikeluarkannya PBI No. 8/4/PBI yang mengharuskan bank untuk
melakukan penilaian sendiri secara (internal Self-Assessment) terhadap
Hal penting lainnya yang telah dilakukan Bank BTN pada tahun 2009
dengan disahkannya komitmen Manajemen untuk penerapan GCG dalam
Ketetapan Direksi No. 06 /DIR/DKN/2009 pada tanggal 27 Mei 2009. Ketetapan
Direksi tersebut menjadi pedoman GCG. Selain itu, dilandasi oleh kesadaran akan
pentingnya penerapan GCG, Bank BTN juga melakukan penunjukan coordinator
dan assessor GCG Bank BTN di setiap unit kerja divisi kantor pusat.
Memahami pentingnya pelaksanaan GCG, maka Dewan Komisaris dan
Direksi Bank BTN telah meajadikan GCG sebagai sebagian dari pengelolaan
Bank BTN melalui penerapan suatu sistem yang mencerminkan prinsip-prinsip
keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, serta
kesetaraan dan kewajaran.
Secara um um penerapan prinsip-prinsip GCG di Bank BTN antara lain :
1. Keterbukaan
a. Bank BTN mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh stakeholders
sesuai dengan haknya. Informasi tersebut meliputi visi, misi, sasaran
bisnis, strategi Bank BTN, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, pejabat eksekutif, pengelolaan
risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, status kepatuhan,
upaya penerapan sistem dalam implementasi GCG serta informasi dan
b. Prinsip keterbukaan itu tetap memperhatikan ketentuan rahasia Bank
BTN, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi sesuai peraturan
pernndang-undangan yang berlaku.
c. Kebijakan Bank BTN harus tertulis dan dikomunikasikan kepada
stakeholders yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan
tersebut.
d. Bank BTN menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia, Badan
Pengawas Pasar Modal, Lembaga Keuangan ( BAPEP AM-LK ), Bursa
Efek Indonesia, serta mengumumkan kepada public mengenai terjadinya
suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi
harga atau nilai efek atau keputusan investasi pemodal secara tepat waktu
dan obyektifberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Akuntabilitas
a. Bank BTN menetapkan tanggung jawab yang dari masing-masing organ
Bank yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi Bank BTN
dan menetapkan kompetensi kepada organ tersebut sesuai dengan
tanggungjawab masing-masing.
b. Dalam pengelolaaunya, Bank BTN menerapkan chek and balance system. c. Bankjuga memiliki ukuran kinerja dari semuajajaran berdasarkan ukuran
yang disepakati konsisten dengan nilai Perusahaan (cooperate values),
sasaran usaha dan strategi Bank serta memiliki sistem reward and
d. Bank BTN meyakini bahwa semua organisasi Bank mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami peraunya dalam implementasi GCG.
3. Tanggung Jawab
a. Bank BTN berpegang pada prinsip kehati - hatian ( prudential banking practices) dan menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. b. Bank BTN sebagai good corporate citizen peduli terhadap lingkungan dan
melaksanakan tanggungjawab sosial secara wajar. 4. Independensi
a. Bank BTN menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak
serta terbebas dari benturan kepentingan (conflict of interest). e
b. Bank BTN mengambil keputusan secara objektif dan bebas dari segala tekanan.
c. Bank BTN memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).
5. Kewajaran
b. Dalam rangka menerapkan prinsip kewajaran (fainess) Bank BTN memperhatikan hak - hak dan perlakuan yang sama terhadap semua
pemegang saham sesuai dengan klasifikasi.
Jnternalisasi Tata Keio/a Perusaltaan Sebelum Go Public
Upaya penerapan GCG yang dilakuakn Bank BTN sebelum menjadi
perusahaan terbuka melalui beberpa langkah sebagai berikut :
1. Mengesahkan Pedoman GCG.
2. Mengimplementasikan Petunjuk Pelaksanaan Pelaporan GCG.
3. Pembentukan Koordinator dan Assessor GCG di setiap unit kerja divisi I desk.
4. Self Assesment pelaksanaan GCG Periode Januari sampai dengan Desember 2008.
5. Program kepedulian terhadap GCG melalui media internal di seluruh jajaran
BankBTN.3
Internalisasi Tata Kelola Perusaltaan Sebelum Go Public dan Rencana Tata
Ketola Perusalzaan ke Depan
Selain melanjutkan langkah - langkah penerapan GCG yang telah
diterapkan pada tahun 2009, Bank BTN melanjutkan langkah-langkah
penyempurnaan GCG setelah menjadi perusahaan terbuka melalui :
1. Melakukan self-assessment pelaksanaan GCG periode Januari sampai dengan
Desember 2009.
3
2. Melanjutkan review terhadap peraturan-peraturan internal agar sesuai dengan
kebutuhan Bank BTN sebagai perusahaan publik dan sesuai dengan
prinsip-prinsip GCG.
3. Melakukan assessment pelaksanaa:n GCG oleh pihak ekstemal yang
berkompeten.
4. Mengoptimalkan sistem teknologi dan infonnasi yang dimiliki Bank BTN
untulc mengakselerasi penerapan GCG yang terpantau pada setiap proses
bisnis Bank BTN.
5. Meningkatkan kepedulian setiap jajaran Bank BTN terhadap penerapan GCG
melalui program e-Learning.
Salah satu upaya untuk menumbuhkan kepedulian terhadap GCG antara
lain melalui sosialisasi prinsip--prinsip dan praktik-praktik terbaik GCG serta
kebijakan terkait lainnya kepada seluruh jajaran manajemen dan pegawai Bank
BTN, seperti cooperate values dan cooperate culture. Langkah sosialisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara antara lain sosialisasi secara langsung melalui
forum workshop. Kelompok Budaya Kerja, manapun sosialisasi melalui media, seperti Majalah Pers Bauk BTN.
Selain itu, sosialisasi dilakukan juga melalui pemuatan materi GCG dalam
Laporan Tahunan, situs, dan media komunikasi Bank BTN lainnya sehingga
pelaksanaan GCG Bank BTN memperoleh pandangan yang lebih objektif.
Peningkatan kepedulian terhadap pelaksanaan GCG juga dibangun dan
seperti memperoleh sertifikasi dan Badan Sertifikasi ISO berupa sertifikat ISO 9001 : 2000 untuk Bidang Audit Intern dan Bidang Pelayanan Pemberian Kredit yaitu KPR dan KP A Komersial. 4
4
A. Tinjauan Teoritis Tentang Proses Pembiayaan Mudharabah pada Bank
BTN Syariah
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berasal dari kata biaya, yang menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti uang yang dikeluarkan untuk menggunakan (mendirikan, melakukan, dan sebagainya) sesuatu.1 Sedangkan kata pembiayaan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.2
Menurut Undang-Undang RI Nomer 21 tahun 2008 tentang Perbaukan Syariah, dalam pasal I ayat (2) menjelaskan pengertian pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang digunakan untuk :
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istisna; d. Transaksi pinjan1 meminjam dalam bentuk piutang qard; dan
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
1
Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.146.
2
Ibid., h.147.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau Unit Usaha Syariah (USS) dan pihak lain yang diwajibkan pihak
yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan
atau bagi hasil. 3
2. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari akronim, "Ad-dhorbu fi'l ardhi", bepergian untuk berdagang. Sinonim kata ini ialah qiradh, yang berasal dari kata Al-Qarhu atau potong, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya, dan sering pula
disebut dengan kata muamalah. Menurut Imam Syaji 'i, Qiradh menurut logat, artinya seorang yang pergi berdagang. Menurut istilah harta yang diserahkan
kepada seseorang supaya diperdagangkan. Sedangkan keuntungan dibagi
(bersyarikat) antara keduanya.4
Dalam fiqih Islam mudharabah merupakan salah satu bentuk kerjasarna antara rab al-ma! (investor) dengan seorang pihak kedua (mudharib) yang berfungsi sebagai pengelola dalam berdagang. Istilah
mudharabah oleh ulama fiqh Hijaz menyebutkan dengan Qiradh. Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau be1jalan.
3 M., Amin Suma, Himpunan Undang-undang Perdata Islam & peraturan Pelaksanaan
Lainnya di Negara Hukum Indonesia, h. 1458.
4
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukul kakinya dalam menjalankan usaha. 5
Secara tenninologi, ulama fiqih mendefinisikan mudharabah atau
qiradh dengan, "Pemilik modal menyerallkan modalnya kepada pekerja
(pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi
menurut kesepakatan bersama." Apabila terjadi kerugian dalam perdagangan
tersebut, kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Definisi ini
menunjukkan bahwa yang diserahkan kepada pekerja tersebut adalah
berbentuk modal, bukan manfaat seperti menyewakan rurnah. 6
"Pemilik modal (investo1) menyerahkan modalnya kepada pekerja
(pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu
menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan ". Mudharib ,.
menynmbangkan tenaga dan waktunya dan mengelola kongsi mereka sesuai
dengan syarat-syarat kontrak. Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa keuntungan, jika ada, akan dibagi antara investor dan mndharib
berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelul11llya. Kerngian, jika ada,
akan ditanggung sendiri oleh si investor.7
5
Muhammad Syafi"i antoni, Bank Syari'ah dari Teori ke Praktik, ha!. 95. Yang dikutip dari M. Rawas Qal"aji, Mu jam Lug/wt al-Fuqaha, (Beirut:Darnn-Nafs, 1985).
6 Abdul Aziz Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, (Jakarta: lchtiar Barn Van Hoeve, 1996), ha!. 1196.
7
Menurut Abdur Rahman L. Doi, mudharabah dalam terminologi hukum adalah suatu kontrak di mana suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock) tertentu (Ras Al-mal) ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurusnya (Rabb Al-ma!) kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan (joint partnership) yang diantara dua pihak dalam kemitraan itu akan berbagi keuntungan. Pihak yang lain berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya mengelola kekayaan itu. Orang ini disebut mudharib. Perjanjian ini adalah suatu contract of co-partnership. 8
Mazhab Hanafi, Akad suatu syarikat dalam keuntungan dengan modal harta dari satu pihak dan dengan pekerjaan (usaha) dari pihak yang lain. Mazhab Maliki, Suatu pemberian modal (taukil) untuk berdagang dengan mata uang tunai yang diserahkan (kepada pengelola) dengan mendapatkan sebagian dari keuntungan jika diketahui jumlah dan keuntungan. Mazhab Syafi'i, Suatu akad yang memuat penyerahan modal kepada orang lain untuk mengusahakannya dan keuntungannya dibagi antara mereka berdua. Mazhab Hambali, Penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahnya atau semaknanya kepada orang yang mengusahakannya dengan mendapatkannya sebagian tertentu dari keuntungannya.9
8
Sutan Remi Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta: PT. Tempriilt,1999), h. 29
9
Menumt Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000,
pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS
kepada pihak lain untuk usaha yang produktif.
J adi definisi yang representatif sebagai jalan tengah kelengkapan definisi dari ahli maupun mazhab menurut hemat penulis, pembiayaan
mudharabah adalah suatu pembiayaan kerjasama antara pemilik modal
dengan pengelola dimana keuntungan dari usaha tersebut akan dibagi menumt
kesepakatan bersama.
3. Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah
Secara umum landasan dasar syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dari ayat-ayat
dan hadist berikut ini:
a. Al- Qur'an
1) Firman Allah QS. Ai-Muzammil [73]:20:
Artinya: "Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah (QS. 73:20)
2) Finnan Allah QS. Al-jumuah [62];10:
,, \ J 0 ' ,, セ@ 0 ,, ,,.,, ,, J ,.. ,,
Ip 41!1
ェスGセャェ@41!1
J,a_;
if ャセャェ@ jGセ@ ZjiNIIセG@ '.:it.; セG^GT。Nji@ セiセᄉ@,.. ,,, ,, ,, ,, ,, ,, ,, ,,.
,, 0 } ;fl ;fl
PセイMウZMキ@
Artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di bumi; dan carilah karunui Allah dan ingatlah Allah
3) Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 198:
J .;; / 0,.... J ,,, ...
,, •. \..l'.,aJ
I !:;o"uf'
セ@ セᄋ@' '
•1 J rY , Y"-:' ( セ@ - セ@Artinya: "Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabmu." (QS. 2: 198)
b. Al-Hadits
1) Hadits Nabi riwayat Thabrani:
YJ:J.1
.>+
J.J't.,..J
I li..J..,....- 0ts':
J
\j ,._;i
セ@
2\i
Iセ@
JJ'l,Y
er.
I c..S JJ"' Jfi
'lj
\_;?."'セ@
'1
i:il
セlNッ@
Js-
..bpi'-iJl..,a.. Jll.1
c!J
|セ|@
4
f'
(:Y
セ@ NNNZjjセ@j..J
01..; セj@J$
」ZZ[iセ@ ;;_,b"'c..>A
'1J
セjij@.
' '• jbli
rL
J セ@ ..:lll セ@ ..:lllJr
JArtinya: "Diriwatkan dari ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak
dibawa mengurangi lautan, menuruni lembah yang
berbahaya atau membeli ternak, jika menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah pun membolehkannya."
(HR. Thabrani/0
2) Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah
セセ@
rL
Jセ@
QQセQQ@
JrJ Jtj: Ju
"-:xi,y
セ・イNi@
tL.o
,y
o\JJ) セ@ '} G.J.) ケNZjセ@
pl! .bb:.IJ 4..,;:> ) .
.<l.IJj>:-f
Jlc_:;ll
:l5'
ーャAセ@HセLy\エZ^NMlN」イNi@
Artinya: "Dari Shalih bin Suhaib r. a bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tiga ha! yang didalamnya terdapat keberkahan:
10
jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual". (HR. Ibnu Majah no 2280, Kitab
Al-Tijarat)
3) Hadits Nabi
).r"
:1)
.J.r"
:1
Artinya: "Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun oranglain" (HR. Ibnu Maj ah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa 'id al-Khudri).
c. Ijma
Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,
mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada seorang
pun mengingkari mereka. Karenanya, ha! itu dipandang sebagai ijma'
(Wahbah Zuhaily, al-Fiqih al-Islami wa Adillatuhu, 1989,4/838). 11
d. Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musaqah (menyuruh seseorang
untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin dan
ada pula yang kaya. Di satu sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau
beke1ja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya
mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua
golongan diatas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan mereka.
11
<·
e. Kaidah Fiqih
\+C._}-
J.>-
J.)JJ
IJ
.>..; 0 \:J
l
[|[NNNセセi@ c: . .i)\.. WI セ@J.o
',I
IArtinya: "Pada dasarnya, semua bentuk muamalah bo/eh dilakukan
kecuali ada dali/ yang mengharamkannya. "
4. Jenis-jenis Pembiayaan Mudaharabah
Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu:
mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah:
a. Mudharabah muthlaqah
Transaksi yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah
adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesikasi jenis usaha,
waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salaf al Shalih
sering kali dicontohkan dengan ungkapan
if'
al ma syi 'ta (lakukakansesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberikan kekuasaan
sangat besar.
b. Mudharabah muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
retricted mudharabahlspesicified mudharabah adalah kebalikan dari
mudharabah muthlaqah. Si mudharib di batasi dengan batasanjenis usaha,
waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali
mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal memasuki dunia
5. Mudharabah bertingkat ( Mengulang)
Dr. Muhammad Abdullah Al-Arabi adalah orang yang pertama kali yang mengemukakan gagasan kebolehan pengembangan sistem akad investasi bentuk kedua dari sistem tradisional dalam fiqih Islam untuk menjadi alternative Islam dalam aktifitas-aktifitas perbankan, dalam perkara yang berkaitan dengan simpan pinjam.12
Dr. Muhammad Abdullah Al-Arabi mengatakan : "saya yakin bahwa akad investasi dibolehkan dan diatur oleh syariat Islam menjamin kita akan sampai pada tujuan. Maka berdasarkan pada akad ini dan dalam hukum Islam di dalarnnya kita dapat menjelaskan bagaimana hubungannya" :
a. antara akumulasi para deposan merupakan pihak yang lain dan bank merupakan pihak lain juga.
b. Antara bank yang merupakan pihak lain dan pemilik proposal yang menerima uang dari bank merupakan pihak yang lain juga.
Kemudian dia memaparkan urgensi hukurn akad ini yang menjadi acuan beradaptasi sebelum menetapkan landasan pandangannya berupa acuan penyesuaian hubungan antara investor dan pihak bank, dan antara pihak bank dengan pihak nasabah.
Dalam mekanisme hubungan yang pertama antara investor dengan pihak bank, para investor secara keseluruhan (bukan pribadi) sebagai pemi!ik
12
asset dan pihak bank sebagai spekulan yaitn spekulan mntlak, yakni pihak
yang memiliki hak mewakili yang lain dalam mengembangkan asset investor.
Mengenai perhitnngan keuntnngan dan pembagiannya, dilihat dari
masing-masing lamanya harta yang di investasikan menurnt peraturan perbankan yang
dijalankan oleh bank berdasarkan pembagian yang rata antara kenntnngan dan
kerugian dari semna sistem yang dijalankan, dimana kadangkala meranp
kenntnngan yang besar, kadangkala meranp keuntnngan yang kecil dan
kadangkala mengalami kegagalan atan kerugian pada asset-aset investor dan
pada sebahagian saham bank, laba bersih setelah bank memotong pengelnaran
,.
umumnya berupa gaji pegawai dan pekerjanya, juga dana-dana sosial yang
hams dibayar berdasarkan peraturan yang berlakn atas semua bank. Setelah
itu barn dibagi sisanya antara pihak bank dengan para investor berdasarkan
kesepakatan yang telah disepakati keduanya, dengan besan1ya prosentasi yang
di investasikan dan masa tenggang waktn investasi yang dikelola oleh pihak
bank dan besarnya saham yang dihasilkan. Sedangkan bagian khusus piliak
bank diambil dari !aha bersih lain dibagi atas pemilik saham berdasarkan
prosentasi besarnya saham mereka.
Sementara mekanisme hubungan yang kedua yaitu antara pihak bank
dengan pihak nasabah. Maka pihak bank terhadap nasabal1 yang menarik
modal sebagai pemilik harta atau modal, sedangkan nasabah sebagai pihak
spekulan, lain ini berlakn aturan bagi hasil (mndharabah) dalam perkara hak
(sebagai spekulan) akan dibagi dengan pihak bank (sebagai pemilik modal)
berdasarkan prosentasi yang disepakati, dan laba pihak bank (seperti
sebelumnya) berdasarkan pembagian yang rata, dimana berlaku pembagian
laba bersih secara merata setelah dipotong pengeluaran dan gaji yang
dikeluarkan dan seternsnya, antara pihak bank dengan para investor seperti
mekanisme po la hubungan pertama.
Adapunjika nasabah tidak untung atau rngi karena kernsakan/prodnksi
cacat dan cuma ada modalnya maka nasabah tidak mendapatkan apa-apa
sementara modal hams dikembalikan ke pihak bank. Sementara kalau yang
rnsak atau cacat sebahagian modal pokoknya atau semuanya yang bnkan
disebabkan oleh nasabah maka kerugian tidak ditanggung oleh nasabah
melainkan dipikul oleh pemilik modal (bank), adapun jika nasabah (spekulan)
yang menyebabkan kerngian sampai modalnya juga tidak bisa kembali yakni
terjadi bemlangkali maka nasabah harus menjamin atau mengganti modal
pokoknya. Menurnt pandangan Dr. Arabi semoga dirahmati Allah, bahwa
berdasarkan ha! ini bank akan melakukan (sebagai pemilik modal) mengedit
secara detail orang-orang yang tidak bertanggungjawab terhadap hartanya
dalam hal-hal yang belum dikaji, tidak tepat atau orang-orang yang tidak
benar pilihannya dalam menjalankan usahanya. 13
Muhammad Baqir Ash-Shadr telah mengemnkakan upayanya dalam
sumbang sarannya pada mekanisme aktifitas perbankkan tanpa ada manfaat,
ini disebutkan dalam kitabnya "Bank Allaaribawiy fil Islam" (perbankkan
bebas riba dalam Islam). 14 dimana ia mengemukakan upayanya untuk
memperbaiki sistem perbankkan tradisional yang sistemnya bertumpu pada
nilai manfaat, ini bisa di rubah dari sistem perbankkan ribawi menjadi sistem
perbankkan bebas riba dengan menerapkan hukum Islam dalam aktifitas
perbankkan. Dalam krangka 1m, Muhammad Baqir Ash-Shadr
mengupayakan adanya pengembangan akad investasi sebagai dasar yang
dihukumi dalam hubungan interaksi perbankkan dengan investasi yang tetap.
(membungakan atau penundaan) dari satu sisi, dan para pembunga yang hanya
mencari harta tambahan dari bank yang bersumber dari investasi yang tetap
tadi merupakan sisi yang lain. Dimana ia memandang bahwa aktifitas
menaruh investasi di bank dan aktifitas nasabah mengajukan permohonan
untuk memperoleh modal ke bank merupakan aktifitas yang sah. Ini
memungkin untuk mempertemukan dalam satu hubungan yang disebut dalam
fiqhi Islam "al-mudharabah" (bagi hasil). dalam gambaran tersebut
Muhanunad Baqir Ash-Shadr bahwa bagi hasil yang dia maksud terdapat tiga
elemen:
a. Investor (al-mauudi') : pos1smya sebagai pemilik modal, disebut juga
sebagai rabbal ma! (pihak yang punya modal).
14
Muhammad Baqir Ash-Shadr, Bank allaaribawiy jil is/am, daar at-ta'aawun lil
b. Nasabah (al-mustatsmir ) : posisinya sebagai pekerja, disebut sebagai
pekerja atau Mudhaarab (pihak pelaksana)
c. Bank : posisinya sebagai perantara kedua belah pihak dan wakil dari
pemilik modal dalam kesepakatan bersama pekerja.15
Mazhab Hanafi berpendapat tidak boleh bagi mudharib (bank)
mengulang mudharabah harta itu dengan orang lain (nasabah), kecuali
diizinkan oleh pemilik harta (rabbu al maal). Jika mudharib memberikan harta pada yang lain sebagai mudharabah dan ada izin dari pemilik harta itu,
menurut Abu Hanifah harta dijamin oleh mudharib yang pertama walaupun ia
sudah menyerahkan harta pada yang kedua, dan tidak ada penjelasan
mudharib yang kedua sampai beruntung. Jika beruntung maka mudharib yang
pertama menjamin untuk pemilik harta. Adapun sebelum beruntung, maka
tidak ada jaminan. Kalau harta rusak ditangan orang kedua sebelum
beruntung, maka rusaknya seperti rusaknya amanat.
a. Bentuk pertama (sebelum diusahakan): penyerahan harta dari mudharib
adalah amanah darinya. Ia memiliki amanat (titipan) harta mudharabah, maka tidaklah dijamin penyerahannya.
b. Bentuk kedua (setelah diusahakan): penyerahan dari mudharib pertama pada yang kedua dianggap perdagangan dan ia memiliki pemiagaan. Maka
jika yang ォ・、オセ@ beruntung, tetaplah bagi yang pertama syarikat dalam harta, maka yang pertama menjamin terhadap pemilik harta, seperti jika
15
dicampurkan harta dengan yang lain ha! seperti· itulah dikatakan
mudharabah yang shahih (bener). Akantetapi jika rusak, maka mudharib
pertama tidak menjamin kecuali setelah untung, karena mudharib kedua
adalah (buruh/pekerja) dalam harta saat itu, baginya memperoleh upah
yang semisal, maka tidak sah syarikah yang mewajibkan dhaman (ganti rugi).
Zufar berkata: mudharib pertama menjamin harta ketika
penyerahannya pada yang kedua, baik yang kedua sudah mengelolalanya atau
belum, karena mudharib memiliki penyerahan pengelolaan dalam bentuk
titipan (amanah) dan penyerahannya dalam bentuk mudharabah. Jika
diserahkan, jadilah pelimpa11an itu sebagai pembela, maka jadilah ia sebagai
penjamin (dhomin), seperti pemegang amanah jika mengamanahkannya pada
orang lain.
Dua sahabat Abu Hanifa berkata: jika mudharib kedua mengelola,
maka yang pertama menjamin, baik ia beruntung maupun tidak, karena
mudharib kedua terhadap apa yang ia kelola termasuk pengelolaan mudharib
pertama yang tidak ada izin harta, maka jelaslah dhaman atasnya, beruntung
atau tidak.16 Saat itu, bila mudharib kedua telah mengelola maka pemilik
harta: jika ingin yang pertama meminjam hartanya atau yang kedua yang
memmJamnya.
16
Al Bada'i: 6196, Takmilah Fathu Al Khadir: 7/70, al mabsuth: 22/98, Tabyinu al Haqa'iq:
Menurut pendapat Hanafiyah yang terkuat: mudharib pertama tidak
menjamin dalam mudharabah yang benar, kalau hanya dengan pelimpahan
harta pada mudharib yang kedua. Tetapi ia menjamin bila mudharib yang
kedua telah mengelolanya baik ia beruntung atau tidak.
Bentuk kedua, Mazhab selain hanafiyah, malikiyah berkata pengelola (amil) adalah dhamin (menjamin) jika ia meminjamkan harta tanpa izin
pemiliknya, artinya, pelimpahannya adalah pada yang lain untuk dikelola dan
keuntungan saat itu adalah milik pengelola kedua dan pemilik harta tidak ada
!aha bagi pengelola pertama, karena keuntungan pinjaman adalah upah
(ujrah), tidaklah ia berhak kecuali dengan pengelolaan yang sempurna. Karena
pengelola pertama tidak melakukan pekerjaan, maka ia tidak mendapat
keuntungan dari modal pengelola pertama untuk ya11g kedua apa-apa yang ia
syaratkan baginya dari tambahan pada keuntungan yang baginya hak dari
pemilik harta.
Syafi'iyah berkata: tidak boleh bagi pengelola meminjamkan bagi
yang lain agar ia berserikat dalam pengelolaan dan keuntungan, walaupun ada
izin dari pemilik.
Ketika itu, peminjam selalu benar bersama pengelola yang pertama.
Karena qiradh (pinjaman) berbeda dengan kiyas, sasarannya adalah salah satu
yang berakad. Sebagai pemilik, tidak ada amal baginya, dan yang lain sebagai
berakadnya dua orang pengelola sendiri, maka jadilah qiradh antara dua orang pengelola, ini tidak sah.
Kesimpulan: Mazhab yang empat sepakat atas berlakunya dhaman bagi pengelola pertama jika ia mudharabahkan lagi pada yang lain.
Adapun kesimpulan hukum-hukum mudharib dalam mudharabah yang
mutlak menurut hanafiyah ada tiga macam:
a. Yang dimiliki mudharib berdasarkan 'urf (kebiasaan), yaitu semua jenis
perdagangan yang sudah biasa, seperti jual beli dan perwakilan dalam jual
beli. Jika tidak ada izin baginya secara nyata tetapi ia terkenal baik, maka
itu tidak melewati batas yang sudah menjadi kebiasaan umum, karena ia
adalah wakil dan walcil sal1 menurut kebiasaan. Adapun penjaualannya,
ada perbedaan dikalangan hanafiyah, adapun yang kuat adalah bahwa ia
terkait dengan kebiasaan.
b. Yang tidak dimiliki jika diizinkan bertindak dengannya dalam
mudharabah sesuai pendapatnya. Dikatakan, kerjakanlah hal itu sesuai
pendapatnya, atau seperti apa yang kau lihat, yaitu semua yang
berhubungan dengan pemiagaan, seperti memberikan harta sebagai
mudharabah bagi orang lain yang memudharabahkannya atau
menjadikannya sebagai modal untuk syarikat ('annan) meskipun tidak
diizinkan, boleh saja.
c. Yang tidak dimiliki oleh mudharib kecuali dengan nash yang jelas, seperti
(peminjaman/pengutangan) menjual untuk waktu tertentu, ini menurut
Syafi'iyah, Malikiyah dan Hanabilah. Serta pembelian dengan lebih dari
modal dan untung menurut kebanyakan fuqaha.17
6. Syarat Sahnya Akad Pembiayaan Mudharabah
Rukun dan Syarat Mudharabah
Dalam ha! rukun akad mudharabah terdapat beberapa perbedaan pendapat antara Ulama Hanafiyah dengan Jumhur Ulama. Ulama Hanafiyah
berpendapat bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah !jab dan
Qabul. Sedangkan Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun akad mudharabah adalah terdiri atas orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja
dan akad; tidak hanya terbatas pada rukun sebagaimana yang dikemukakan
Ulama Hanafiyah, akan tetapi, Ulama Hanafiyah memasukkan rukun-rukun yang disebutkan Jumhur Ulama itu, selain !jab dan Qabul sebagai syarat akad
mudharabah. Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang clikemukakan Jurnhur Ulama di atas adalah :
I) Orang yang berakal harus cakap be1iindak hukum dan cakap diangkat
sebagai wakil.
2) Mengenai modal disyaratkan :
a) berbentuk uang,
b) jelas jumlahnya,
17
Zuhaili wahbah, Fiqih Muamalah Perbankan Syariah, Tim Counterpart PT. Bank
c) tunai, dan
d) diserahkan sepenuhya kepada mudharib (pengelola).
Oleh karenanya jika modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya. 3) Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian
keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan dagang itu.
Menurut ulan1a Mazhab Hanafi, rukun mudharabah tersebut hanyalah ijab (ungkapan penyerahan modal dari pemiliknya) dan Kabul (ungkapan menerima modal dan persetujuan mengelola modal dari pedagang). Jumhur ulama mengatakan bahwa rukun mudharabah adalah:
a. 01..\]\>. (kedua pihak yang mengadakan persetuan)
b. セ@ (ucapan pernyataan)
c.
Jl.o
(harta sebagai modal)d. セ@ (kerja)
Untuk masing-masing rukun tersebut di atas terdapat syarat-syarat
yang harus dipenuhi:
a. Kedua pihak yang mengadakan persetujuan
Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orang yang
cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil.
b. Ucapan pemyataan
Ucapan (sighat) yaitu penawaran dan penerimaan (ijab dan kabul) harus diucapkan oleh kedua pihak guna menunjukkan kemauan mereka untuk
menyempurnakan akad. Sighat tersebut harus sesuai dengan hal - hal
berikut:
1) Secara eksplisit dan implisit menunjukkan tujuan akad.
2) Sighat dianggap tidak sah jika salah satu pihak meninggalkan tempat
berlangsungnya negosiasi akad tersebut, sebelum kesepakatan
disempumakan.
3) Akad boleh dilakukan secara lisan atau verbal, bisajuga secara tertulis
dan Konferensi Islam (OKI) membolehkan pula pelaksanaan akad
melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara
komunikasi modem seperti faksimili atau komputer.18
18
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah; Wacana Ulama dan Cendikiawan,
7. Praktek Pembiayaan Bank Syariah di Bank Syariah
Penetapan dana di bank syariah dapat dilakukan dalam bentuk
pembiayaan berakad ju