• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika siswa SMP global Islamic School Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika siswa SMP global Islamic School Jakarta"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidkan (S.Pd)

Disusun Oleh : NOVITA CHAERANI

NIM. 103017027202

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

i

Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara

cluster random sampling dengan mengambil sampel 40% dari seluruh siswa kelas IX. Instrumen penelitian yang diberikan berupa tes sebanyak 22 soal tipe pilihan ganda dan angket motivasi berprestasi sebanyak 20 butir pertanyaan. Uji prasyarat analisis dengan menggunakan uji liliefors menyimpulkan galat tafsiran regresi Y atas X berdistribusi normal. Bersamaan regresi ini bertujuan untukmengetahui apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika. Persamaan regresi yang didapat Yˆ= -48,12 + 1,42X Uji keberartian regresi diperoleh Fhit (159,44)>Ftabel (4,10). Ini membuktikan bahwa regresi berarti. Sedangkan uji kelinieran menghasilkan Fhit (1,63) < Ftab (2,19). Ini berarti model regresi yang dipakai linier. Untuk menguji hipotesis penelitian dengan menghitung koefisien korelasi antara X dan Y dengan menggunakan rumus

pearson product moment” . Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai rxy= 0,899 kemudian dibandingkan dengan rtabel pada taraf signifikan 0.05 diperoleh nilai rtabel = 0,320, karena rxy > rtabel atau 0,899 > 0,320 maka H1 diterima, maka terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika siswa.

(3)

ii

yang telah memberikan segala nikmat, kesempatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah membimbing seluruh umat manusia ke arah kebenaran yang hakiki, amin.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan dan kendala yang penulis alami, namun berkat do’a, kesungguhan hati, ketekunan, kesabaran, kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segala ketulusan hati ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis, khususnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Marematika sekaligus dosen pembimbing akademik serta dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan dan saran serta selalu memberikan semangat selama penulis menjalani perkuliahan dan selama penyusunan skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Marematika.

4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing, memberikan saran dan masukan serta selalu memberikan semangat selama penyusunan skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(4)

iii

memberikan dorongan dan semangat baik secara moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas dengan keridhaan-Nya. Amiin.

7. Dan juga untuk orangtuaku H. Abdul Mukti dan Ibu Marhumah yang telah berjasa memberikan dorongan dan semangat penulis dalam menyelesaikan kuliah sehingga dapat mencapai tahapan penyelesaian skripsi ini.

8. Untuk suami dan anak-anakku tercinta, Hilalunnuri, Innani Hadani dan Haniya Mahmudah yang selalu memotivasi penulis untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini.

9. Untuk Kakak – kakakku, Ahmad Fikri, Ahmad Zaki, Neneng Febriana, Ahmad Sukri, dan Ahmad Faisal, beserta Kakak – kakak Iparku, yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10.Bapak Kepala Sekolah SMP Global Islamic School Jakarta Timur, serta

Bapak Aqso T Afino yang telah memberikan jalan kemudahan penulis dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk skripsi ini.

(5)

iv

pendidikan pada umumya. Amiin Yaa Rabbal ‘ Alaamiin.

Jakarta, Februari 2011

(6)

NIM : 103017027202

Jurusan : Pendidikan Matematika/S1 Alamat : Jl.DD Rt.08 Rw.05 No.43

Suk-Sel Kebon Jeruk Jakarta-Barat 11560

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Global Islamic School Jakarta adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan:

1. Nama : Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd NIP : 194803231982031001

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika 2. Nama : Dra.Maifalinda Fatra, M.Pd

NIP : 197005281996032002 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Februari 2011 Yang menyatakan,

(7)

Siswa” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FTTK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 15 November 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang pendidikan matematika.

Jakarta, November 2010 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Maifalinda Fatra, M.Pd ………. ………

NIP. 19700528.199603.2.002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Otong Suhyanto, M.Si ………. ………

NIP.

Penguji I,

………. ………

NIP.

Penguji II,

………. ………

NIP

Mengetahui, Dekan,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ...

ABSTRAK ………... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ……….….. v

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ...………... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi Masalah ………..… 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ………... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ……….…... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teoritis ………...………..… 11

1.Belajar dan Pembelajaran Matematika ...…………... 11

a. Konsep Belajar dan Prinsip Belajar ……….... 11

b. Pembelajaran Matematika……….... 17

c. Hasil Belajar Matematika……… 22

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ………. 26

(9)

ix

a. Pengertian Motivasi Berprestasi... 29

b. Faktor-faktor Pendukung Motivasi Berprestasi... 29

c. Motivasi Berprestasi Dalam Belajar Matematika... 32

B. Kerangka Berpikir…….……….. 38

C. Pengajuan Hipotesis.….……….. 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 41

B. Metode dan Desain Penelitian…...……….... 41

C. Populasi dan Sampel……….………... 41

D. Teknik Pengumpulan Data... 42

1. Definisi Konseptual dan Operasional……….. 42

2. Instrumen Penelitian……….… 46

a. Validitas……….… 46

b. Reliabilitas……….… 47

c. Taraf Kesukaran……….… 48

d. Daya Pembeda………... 49

E. Teknik Analisis Data...………….……... 50

F. Hipotesis Statistik...……….... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 53

1. Motivasi Berprestasi ... 53

2. Hasil Belajar Matematika Siswa………..… 55

B. Pengujian Data ………... 57

1. Pengujian Prasyarat Analisis ………... 57

a. Uji normalitas ……….. 57

b. Uji linieritas regresi ………. 57

2. Uji keberartian regresi ….……… 58

C. Pengujian Hipotesis ..………... 59

(10)

x BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. 61

B. Saran………... 61

DAFTAR PUSTAKA... 63

(11)

xi

[image:11.595.120.523.81.647.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi... 43

2 Keterangan Skor Jawaban……….. 46

3 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran………. 49

4 Perhitungan Daya Pembeda Instrumen….….……… 50

5 Data Motivasi Berprestasi Siswa (X) dan Hasil Belajar Matematika Siswa (Y)………..…. 83

6 Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi……… 54

7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika……… 55

8 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Matematika……… . 56

9 Uji Normalitas Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar …… 88

10 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ……….………. 92

11 Hasil Uji Normalitas Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Matematika ……….……… . 57

12 Analisis Varians ( ANAVA ) Linearitas Regresi……… 58

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman Bagan Kerangka Berpikir ... 39

Histogram dan Poligon Frekuensi Motivasi Berprestasi ... 54

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Instrumen motivasi berprestasi... 66

2 Instrumen Hasil Belajar Matematika ……… 67

3 Uji validitas butir instrument motivasi berprestasi……… 69

4 Validitas dan Realibilitas Instrumen motivasi berprestasi …….. 70

5 Hasil penilaian instrument motivasi berprestasi….….…………. 76

6 Uji validitas butir soal hasil belajar matematika ……… 77

7 Hasil penilaian instrument hasil belajar matematika……… 80

8 Indeks kesukaran ……….. 81

9 Tabel daya pembeda……….. 82

10 Perhitungan Rata-rata, Varians, Simpangan Baku Variabel X dan Y……… 84

11 Tabel Uji Normalitas ……… 86

12 Perhitungan Rata-rata, Varians dan Simpangan Baku Regresi Linier Sederhana ……… 90

13 Uji Keberartian dan Kelinearan……….. 94

14 Uji Kelinieran Regresi ………... 97

15 Uji Koefisien Korelasi Product moment ……… 99

16 Perhitungan Koefisien Determinasi ……… 100

17 Persentil Untuk Distribusi F ……… 101

18 Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors ……….. 104

[image:13.595.118.527.80.466.2]
(14)

xiv

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan merupakan hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti, perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, dan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi objek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang kreatif, mandiri, dan profesional dibidangnya masing-masing.

Berbagai upaya dilakukan seseorang untuk mendapatkan pendidikan. Dengan pendidikan seseorang akan mendapat ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan manusia akan berkembang menuju kematangan. Tetapi, masih banyak hal yang harus dibenahi, mengingat pendidikan adalah investasi masa depan bangsa dimana anak bangsa dididik agar bisa meneruskan gerak langkah kehidupan bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan berpendidikan serta bermoral.1 Dengan kata lain, masa depan bangsa ini sangat tergantung kepada kondisi pendidikan.

Pada Negara-negara yang sudah berkembang ataupun yang sudah mengalami stabilitas politik dan agama, pendidikan menjadi perhatian penting bagi masyarakat.2 Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di

1

Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), h.5

2

(16)

masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang baru, memperbaiki kurikulum, meningkatkan kemampuan pendidik, serta memperbaiki sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Melalui upaya-upaya tersebut, diharapkan akan terjadi proses belajar mengajar yang lebih baik yang pada akhirnya terjadi peningkatan hasil belajar. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh fungsi-fungsi yang terdapat dalam sistem pembelajaran, baik fungsi belajar yang dilakukan oleh peserta didik, fungsi pembelajaran dan fungsi evaluasi yang dilakukan oleh pendidik.3

Hasil studi United Nations for Development Programme (UNDP) tahun 2010 tentang indeks pembangunan manusia menempatkan Indonesia pada peringkat ke-108 dari 169 negara, sementara negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Australia memiliki peringkat yang lebih baik.4 Sementara laporan The Thirtd International Mathematic and Science Study (TIMMS) tahun 2009 bahwa prestasi siswa Indonesia dalam bidang matematika berada jauh di bawah Cina (600), bahkan dibandingkan Singapura (562) dan Hongkong (555), Indonesia masih dibawah negara-negara ASEAN.5

Prestasi yang masih jauh tertinggal tersebut dapat dimaklumi, hal ini karena pelajaran matematika sering dikeluhkan sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Rumus-rumus yang rumit dan soal-soal yang sulit dipecahkan membuat siswa takut pada pelajaran matematika. Bahkan Russefendi mengemukakan pendapat bahwa pelajaran matematika pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi dan yang paling dibenci

3

Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: UHAMKA Press, 1996 ), h.15

4

www.jevuska.com/.../peringkat+undp+kualitas+manusia+2010.html

5

(17)

oleh anak-anak. Hal ini, menyebabkan siswa tidak memiliki minat terhadap matematika. Sikap negatif ini tentunya berdampak pada pencapaian hasil belajar yang rendah. Siswa yang tidak menyukai matematika dan membencinya, akan menghindari matematika. Hal ini senada dengan ungkapan Sujono bahwa banyak orang takut terhadap matematika dan sejauh mungkin berusaha menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan. Siswa cenderung kurang memberikan perhatian ketika guru menjelaskan materi pelajaran matematika. Kurangnya perhatian ini disebabkan siswa tidak memiliki minat dan motivasi yang tinggi.

Disamping itu peranan seorang guru dalam mengatasi persoalan ini akan tergantung pada kreativitasnya menyajikan materi berupa penggunaan pola-pola atau metode pengajaran yang dapat menarik minat peserta didik dalam mempelajari matematika. Ruseffendi mengatakan bahwa sistem pengajaran kita ditentukan oleh pemerintah. Bila pemerintah menginginkan pembaharuan, maka pemerintah menugaskan orang-orang yang ahli untuk mengadakan perubahan.6

Lebih lanjut Ruseffendi menjelaskan bahwa sistem ini bila pemilihannya tepat, adalah cara yang baik. Sebab kita dapat melakukan perubahan dalam waktu yang relative singkat. Misalnya, pemerintah dan para ahlinya menginginkan agar sistem desimal, kalkulator dan komputer itu diterapkan di sekolah-sekolah. Kenyataannya masih banyak sekolah yang tidak melaksanakan. Begitu pula masyarakat ( persekolahan ) kita pada masa ini masih mengutamakan ujian yang penekanannya mengutamakan kegiatan kognitif, ingatan sementara yang ada pada saat siswa menempuh ujian. Tingkat penguasaan dasar siswa sekolah dasar juga dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar di sekolah menengah pertama untuk mata pelajaran yang sama.

6

(18)

Untuk mencapai tujuan pendidikan maka diselenggarakan rangkaian kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjenjang dan sistematis melalui pendidikan formal seperti sekolah. Tidaklah sederhana untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan, termasuk untuk menentukan kualitas pembelajaran matematika sekarang.

Dampak dari kualitas pembelajaran matematika tersebut dan kesadaran semua pihak akan pentingnya pembelajaran matematika yang berkualitas, telah mendongkrak berbagai upaya pembenahan pembelajaran matematika. Namun sayang, upaya tersebut sampai saat ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Hampir tiga dekade pelaksanaan kurikulum bermuatan modern, tetapi keberhasilan belajar siswa belum tercapai secara optimal. Kualitas hasil pembelajaran matematika sekolah, masih memprihatinkan baik dalam hasil belajar siswa maupun dalam proses pembelajarannya.

Di sekolah, siswa mempelajari beberapa mata pelajaran salah satunya adalah matematika. Pelajaran matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah. Diberikannya matematika di setiap jenjang pendidikan dengan bobot yang kuat menunjukkan bahwa matematika sebagai salah satu bidang pelajaran yang mempunyai kedudukan yang amat penting.

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.7 Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, karena matematika merupakan: sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Materi matematika membutuhkan daya ingat dan nalar yang cukup tinggi sehingga membuat siswa sulit mempelajarinya. Karena pada umumnya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah pembelajaran dengan

7

(19)

metode konvensional dan bersifat teacher oriented, yaitu metode dimana pembelajaran hanya berpusat pada guru.

Matematika mempunyai nilai strategis dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keterampilan matematika merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menghadapi berbagai pekerjaan penting di masyarakat sekarang yang sarat teknologi tinggi. Mengingat pentingnya matematika dalam dunia ilmu pengetahuan serta dalam kehidupan pada umumnya, maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa sekolah formal.

Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi, matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya . Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.

(20)

siswa yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kompetensi guru , sarana dan prasarana sekolah, kesejahteraan keluarga dan sebagainya. Sedangkan faktor internal meliputi kecerdasan, emosional, intelegensi, motivasi, kebiasaan,minat, dan sebagainya.

Salah satu yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Aktivitas pengajaran guru yang tidak dikelola secara terprogram, tidak teratur dan tidak mengikuti prinsi-prinsip pengelolaan serta kaidah-kaidah pengajaran yang baik merupakan masalah krusial terhadap pelaksanaan pengajaran. Guru yang hanya menuntut menghapal bahan mata pelajaran dari buku, jarang hadir, hubungan personal dengan siswa tidak baik dan tidak mau belajar lagi membenahi diri akan menyebabkan hasil belajar siswa/i rendah. Seorang guru yang memberikan mata pelajaran dengan menggunakan metode dan media yang tidak menarik akan mengakibatkan keengganan siswa/i untuk mengikuti pelajaran tersebut. Ketidaktertarikan siswa/i terhadap materi pelajaran yang disajikan menjadikan siswa/i sulit untuk memahami materi

Fasilitas yang minim di sekolah turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Keterbatasan fasilitas laboratorium, buku-buku di perpustakaan, kamar mandi, kantin, kelas yang tidak memenuhi standar kesehatan sedikit banyak berpengaruh terhadap proses belajar siswa/i. Tersedianya sarana/fasilitas pendidikan seperti: laboratorium dan perpustakaan yang lengkap dapat meningkatkan keinginan siswa/i untuk belajar. Sekolah tinggi yang sedikit memiliki laboratorium dan buku-buku di perpustakaan yang kurang memadai membuat siswanya sedikit mendapat sumber bacaan dan pengalaman bereksperimen dalam laboratorium.

(21)

Intelegensi juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Bila intelegensi rendah umumnya penangkapan/pemahaman mata pelajaran rendah. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar dan lamanya adaptasi/daya tangkap. Intelegensi yang rendah akan menyebabkan siswa sulit untuk memahami mata pelajaran dan mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan rumah (PR).

Orang tua jarang memantau prestasi belajar anaknya karena beranggapan anak di sekolah sudah seratus persen tanggung jawab guru atau anak sudah diangggap mandiri dalam belajar. Kurang sadarnya orang tua akan tanggung jawab mereka dapat menyebabkan kesalahpahaman. Sebagai contoh adanya orang tua yang selalu menyalahkan guru apabila anaknya tidak memperoleh prestasi belajar yang baik.

Sungguh pun begitu, guru tidak menutup mata bahwa diantara sekelompok anak didik yang mempunyai motivasi untuk belajar, ada sekelompok anak didik lain yang belum bermotivasi untuk belajar. Ketika seorang guru melihat perilaku anak didik seperti itu, maka perlu diambil langkah-langkah yang dapat menimbulkan motivasi untuk belajar bagi anak didik tersebut.

Pencapaian hasil belajar yang berkualitas merupakan salah satu tujuan pembelajaran berbagai mata pelajaran. Demikian pula pada mata pelajaran matematika yang merupakan pokok bahasan dalam penelitian ini. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika yang tinggi merupakan harapan bagi semua siswa, orangtua dan guru mata pelajaran tersebut. Selanjutnya pertanyaan yang cukup mendasar adalah bagaimana siswa agar terdorong untuk belajar matematika dengan baik? Motivasi dapat muncul dengan sendirinya, jika siswa merasa membutuhkan ilmu matematika. Tugas guru mata pelajaran matematika untuk menumbuhkan dan mengakomodasi motivasi berprestasi siswa, agar merasa tertantang untuk mempelajari dan membutuhkan pelajaran matematika tersebut.

(22)

arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya ke arah yang lebih baik. Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa yang bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan kebiasaan itu dapat dibentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya. Suatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin sering kita saksikan orang-orang yang begitu aktif dan penuh vitalitas dalam bekerja. Bila anda seorang guru, akan menemukan murid-murid yang berlainan intensitas dan cara kerjanya dalam menyelesaikan tugasnya. Ada yang amat giat untuk mencapai sukses, ada yang sedang-sedang saja, bahkan ada pula yang nampaknya tidak ada gairah.

Terkait dengan motivasi berprestasi pada setiap individu, dalam bahasan ini khususnya pada murid merupakan hal yang penting dalam hubungannya dengan hasil belajar matematika siswa. Berangkat dari

pemikiran tersebut peneliti memilih judul “Hubungan Motivasi Berprestasi

dengan Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Global Islamic School

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka hasil belajar dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kompetensi guru yang rendah

2. Sarana dan prasarana sekolah yang minim

3. Hasil belajar matematika siswa yang masih rendah 4. Kecerdasan emosional yang labil

5. Intelegensi siswa yang rendah 6. Sikap belajar yang negatif

7. Motivasi berprestasi yang rendah

C. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini maka masalah yang akan dibahas dibatasi dengan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Masalah yang diteliti dibatasi pada: Adakah hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika siswa.

2. Motivasi yang dimaksud adalah motivasi berprestasi untuk mencapai prestasi yang baik.

3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar pada aspek kognitif

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi siswa dengan hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

(24)

F.Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa; agar dapat membantu siswa dalam motivasi berprestasi untuk meningkatkan hasil belajarnya

2. Bagi guru dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswanya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

3. Bagi peneliti; sebagai tambahan wawasan pengetahuan untuk menangani masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat menerapkan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar 4. Bagi sekolah; hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik

(25)

11 A. Landasan Teoritis

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika a. Konsep Belajar dan Prinsip Belajar

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan masyarakat dan bernegara, karena belajar selalu berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada segala aspek kehidupan jasmaniah dan rohaniah. Dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup. Menurut Cronbach di dalam bukunya Educational Psycologi mengemukakan definisi belajar : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.1

Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca indranya. Sesuai dengan pendapat ini adalah

pendapatnya Harold Spears. Spears menyatakan bahwa:

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.2

W. Stren juga mengemukakan definisi belajar :“ Learn” ist

kenntnisserweb durch wiedurholte darbeitunge“, yang dalam arti luasnya juga meliputi derAnsignung neur Fertigkeiten durch Wiederhelung die Rede. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan :

a) bahwa belajar itu membawa perubahan ( dalam arti behavior changes, actual maupun potensial ),

1

Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2002),hal.231

2

(26)

b) bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru ( dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit)

c) bahwa perubahan itu terjadi karena usaha( dengan sengaja ).3 Proses perubahan yang terjadi pada manusia mengarah kepada kemampuan yang lebih tinggi. Tanpa belajar manusia mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, tuntutan hidup, dan kehidupan yang senantiasa berubah. Jadi belajar merupakan suatu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang hayat manusia.

Belajar adalah aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui proses belajar, maka seorang siswa akan mendapatkan pengetahuan dari berbagai pengalaman yang dialaminya. “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif

mantap berkat latihan dan pengalaman”.4

Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik disekolah, di kelas, di jalan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya.

“Belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.5 Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup.

3

Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan………. , hal.232

4

Prof.DR.Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.154

5

Zikri Neni Iska, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s,

(27)

Fontana berpandangan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari

pengalaman”, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar progam belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.6

Belajar atau learning oleh Percival dan Ellington diartikan sebagai:

a) perubahan yang terjadi dari hubungan yang stabil antara stimulus (rangsangan) yang diterima oleh organism (mahluk hidup) secara individual dan respon (jawaban)-nya yang sifatnya tersamar (tersembunyi) maupun jawaban yang terbuka,

b) adalah perubahan prilaku yang relative permanen sebagai akibat (hasil) dari pengalaman masa lalu yang diperoleh secara hati-hati maupun dengan sengaja.7

Good dan Brophy mengartikan belajar yaitu “learning is the

development of few associations or a result of experience.” Beranjak

dari definisi yang dikemukakan oleh Good dan Brophy selanjutnya menjelaskan bahwa belajar itu satu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internal event). Suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.

Muhibbin mengatakan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, terdiri dari :

1) faktor internal, yaitu keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa, 2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan

di sekitar siswa,

6

Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika kontemporer, (Bandung: UPI, 3003),h. 7

7

(28)

3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.8

Faktor situasi atau keadaan yang mempengaruhi proses belajar pada siswa berkaitan dengan diri siswa sendiri, keadaan belajar, proses belajar, guru yang memberi pelajaran, teman belajar dan bergaul, serta program belajar yang ditempuh merupakan faktor yang mempunyai pertalian erat satu dengan yang lain.9

Faktor-faktor di atas dalam beberapa hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa akan berhasil apabila didukung oleh motivasi, minat, IQ yang semuanya berada dalam diri sendiri (internal) dan peranan yang berada di luar (ekternal), yaitu peran guru, orang tua, lingkungan, kurikulum.

Para ahli yang menganut aliran tingkah laku yang ditemukan dan dikembangkan oleh Thorndike mengatakan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulasi dan respons. Perubahan perilaku yang dialami siswa dalam kemampuan tertentu sebagai hasil interaksi antara stimulas dan respon. Teori ini menggambarkan seakan-akan stimulasi yang dimaksud adalah berupa guru, sarana prasarana, lingkungan yang berada di luar sedangkan respons di sini adalah siswa.

Hal senada juga diungkapkan oleh Skinner, bahwa timbulnya tingkah laku disebabkan adanya hubungan antara stimulus dengan respon. Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu (a).

Respondent response (reflexive response), yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, air liur yang keluar setelah melihat makanan tertentu. (b). Operant response (instrumental respons), yaitu respon yang timbul dan

8

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001 )h. 130

9

(29)

berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimulasi atau

reinforcer, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organism. Contoh, seorang anak yang belajar diberi hadiah, maka belajarnya akan tambah giat dan rajin. Ini berarti responnya lebih kuat.10

Ada dua hal yang sangat penting dalam proses belajar menurut Hull, yaitu adanya incentive motivation (motivasi insentif) dan drive stimulus reduction (penguruangan stimulus pendorong). Kecepatan merespon berubah bila besarnya hadiah berubah.11

Dalam belajar yang dikemukan oleh Gagne sebagaimana dikutip Rasyad, dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dan keduanya saling berinteraksi. Lebih lanjut konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme. Ada delapan macam proses yang terjadi dalam belajar, yaitu:

a) Signal learning atau belajar melalui isyarat atau sinyal. Misalnya bila melihat tanda merah pada strika listrik menandakan strum listrik sudah mengalir dan sebentar lagi strika akan panas, maka sudah siap untuk menyetrika baju.

b) Stimulus respons learning. Misalnya mendengarkan bel berbunyi semua peserta didik berbaris untuk masuk kelas.

c) Chaining, belajar tipe ini disebut skill learning. Misalnya belajar berpikir dengan menguhubung-hubungkan varial cairan merah di lantai dengan pisau silet dan jarum benang, maka terjadilah proses berpikir dan berkesimpulan ada orang luka sedang menjahit.

d) Verbal association. Misalnya nama suatu benda bola.

10

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), h 95-96

11

(30)

e) Multiple discrimination. Misalnya peserta didik belajar membedakan berbagai suku bangsa di Indonesia, mulai dari suku Aceh, Melayu, Minangkabau sampai ke suku di Papua.

f) Concept learning. Misalnya seseorang peserta didik memberi nama sebuah kotak dan juga menamakan sebuah balok bersegi empat.

g) Principle learning, yaitu belajar berdasarkan azas.

h) Problem solving, adalah belajar memecahkan masalah. Belajar dengan memecahkan masalah adalah dengan tujuan tertentu. Menurut Gagne, apa yang dipelajari sebenarnya adalah suatu azas yang tingkat kesulitannya lebih tinggi, karena menghasilkan dua atau lebih azas yang lebih rendah.12

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar yaitu:

a. belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat berupa perubahan tingkah laku yang baik atau sebaliknya.

b. belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.

c. perubahan dari hasil latihan dan pengalaman tersebut cenderung

menetap. Dari uraian di atas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui latihan atau pengalaman yang cenderung menetap.

12

(31)

b. Pembelajaran Matematika

Standar isi mata pelajaran matematika ( Depdiknas, 2006 ) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.13

Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Menurut konsep sosiologi, “pembelajaran adalah rekayasa sosio -psikologis untuk memelihara kegiatan belajar sehingga tiap individu yang belajar akan secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan

dapat hidup sebagai anggota masyarakat”.14

Interaksi siswa dalam pembelajaran tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik melainkan siswa dapat belajar melalui media apa saja. Pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. 15 Pembelajaran adalah bantuan yang diberikan oleh guru atau pendidik agar dapat terjadi proses perubahan tingkah laku yang ditandai dengan pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. 16

13

Shadiq Fadjar, Logika Matematika dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika SMA, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008 ), hal.1

14

Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran...,h. 7-8

15

Pengertian Pembelajaran, http://franciscusti.blogspot.com/2008/06/pembelajaran-merupakan-proses.html (Senin, 16 November, pukul 16.23)

16

(32)

Pelajaran matematika dalam kurikulum 2006 diarahkan untuk memenuhi tuntutan inovasi pendidikan, sehingga matematika diarahkan kepada pembelajaran yang menekankan kepada:

1) penelusuran pola dan hubungan;

2) kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan; (3) kegiatan pemecahan masalah (problem solving); dan

(33)

Aktivitas dalam proses pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Proses pembelajaran dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran.

Dalam kurikulum 2006, pembelajaran matematika di SMP berfungsi mengembangkan potensi siswa secara optimal. Dengan berasumsi bahwa karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika diberikan apabila mempunyai motivasi, belajar dengan caranya sendiri, belajar dengan bekerja sama dan belajar dalam konteks dan situasi yang berbeda-beda.

Selain itu, pembelajaran matematika juga diusahakan dapat menyentuh aspek afektif siswa yang meliputi menerima keadaan (receiving), merespon (responding), pembentukan nilai (valuaing) dan organisasi dan karakterisasi.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM), dikatakan bahwa guru hendaknya menerapkan prinsip belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa baik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial, serta sesuai dengan tingkat perkembangan anak SMP. Adapun metode penilaian, dan sarana yang digunakan dalam KBM dapat ditentukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

(34)

ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya. Bila seseorang memandang ilmu pengetahuan hanya terbatas pada dunia fisika, maka matematika atau sekurang-kurangnya matematika murni, bukanlah ilmu pengetahuan.17

Pandangan Hasley dan Jonson mendefinisikan matematika sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari bilangan himpunan titik-titik, unsur-unsur abstrak dan hubungan antar unsur-unsur dengan pengajarannya. Ada beberapa pendekatan dalam pengajaran matematika, masing-masing didasarkan atas teori belajar yang berbeda. Ada empat pendekatan yang paling berpengaruh dalam pengajaran matematika,

(1) urutan belajar yang bersifat perkembangan ( development learning sequences),

(2) belajar tuntas (matery learning), (3) strategi belajar (learning strategis), (4) pemecahan masalah(problem solving). 18

Pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar, dan pengajaran keterampilan matematika prasyarat. Dengan demikian, penetapan teknologi informasi sebagai sarana pendukung/media sangat diperlukan dalam perluasan penerapan matematika sebagai pengetahuan siswa disamping pemilihan metode pembelajaran.

Menurut Palling, matematika adalah hubungan yang berisi tentang perjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, matematika berisi tentang topik aljabar dan geometri, matematika juga berisi tentang macam-macam pikiran logika.19 Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan proses penalaran atau logika dan pemecahan masalah.Walaupun kita mengetahui bahwa pemecahan masalah itu harus diutamakan, menjadi mengutamakan aspek

17

http:/id.wikipedia.org/wiki/matematika diakses tanggal 27 Juli 2009

18

Abdurrahman Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: Depdikbud & Rineka Cipta,2003),hal.255

19

(35)

ingatan, pemahaman dan paling tinggi aplikasi, tidak aspek yang lebih kompleks analisa, sintesa, dan evaluasi. Dengan kata lain, kita terpaksa memperbanyak latihan soal-soal dan latihan hafal, walaupun kita menyadari bahwa perbuatan kita keliru.20

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu bahasa simbol-simbol yang melambangkan serangkaian makna dari suatu pernyataan, ide, atau gagasan yang bersifat abstrak yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dengan struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur berdasarkan urutan yang logis dan dengan menggunakan penalaran deduktif serta digunakan untuk pemecahan masalah dalam bidang ilmu matematika, ilmu-ilmu lainnya atau masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan matematika yang menekankan pada penalaran maka dalam pengambilan keputusan akan lebih akurat.

Seorang siswa untuk dapat menguasai matematika tidak cukup dengan membaca dan menghapal rumus matematika dari berbagai buku. Yang lebih utama dan penting, siswa tersebut harus dapat menguasai, memahami dan mengerti akan konsep/aturan yang ada pada matematika dari awal sesuai dengan apa yang telah ditentukan yaitu dari pemahamannya tentang ide atau konsep yang mudah dan sederhana sampai ide atau konsep yang lebih sukar atau kompleks. Puncak keberhasilan pembelajaran matematika adalah ketika para siswa mampu memecahkan masalah yang mereka hadapi. Alasannya, pada proses pemecahan masalah, para siswa harus menggunakan pengetahuan matematika, kemampuan bernalar dan berkomunikasi, serta memiliki sikap yang baik terhadap matematika. 21 Dalam hal ini siswa tidak dapat mempelajar matematika hanya sepotong-potong tanpa memperhatikan

20

Rusefendi, Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru, dan SPG, Bandung. 1985 Hal.48

21

(36)

keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya dalam sistem matematika itu

c. Hasil Belajar Matematika

Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat terlihat dari apa yang dapat dilakukan oleh siswa, yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan.

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang dalam selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok atribut kognitif yang “respon” hasil pengukurannya tergolong pendapat (judgmen), yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah. Hasil belajar merupakan tingkah laku secara keseluruhan. Menurut Nasution22 “hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada tingkah laku individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang

belajar”.

Keberhasilan dalam pelajaran matematika dapat diketahui melalui tes hasil belajar. Tes merupakan alat ukur yang utama dan skor yang diperoleh sebagai ukuran keberhasilan. Tes ialah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (prilaku) tertentu dari orang yang dites. Dalam tes prestasi belajar yang hendak diukur ialah tingkat kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan kepadanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Anas Sudijono yang menyatakan bahwa tes adalah alat atau prosedur

22

(37)

yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.23 Butir-butir tes dipilih secara sistematis, dan diberikan kepada semua siswa dalam bentuk, situasi dan kondisi yang sama.

Ditinjau dari fungsi dan kegunaan tes, Gronlund menyatakan bahwa tes berguna untuk:

(1) memperbaiki hasil siswa, (2) menambah motivasi siswa,

(3) meningkatkan daya ingat dan transfer belajar,

(4) memberikan umpan balik mengenai keefektifan pengajaran, (5) membantu siswa dalam pemahaman konsep diri.24

Maksudnya skor yang diperoleh siswa dari tes yang dilaksanakan merupakan informasi mengenai sejauh mana siswa telah menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari proses belajar, dan hasil belajar tersebut dapat menunjukkan perbedaan tingkat kemampuan.

Dalam pelajaran matematika misalnya, pengetahuan tentang definisi atau terminology pemahaman tentang konsep atau generalisasi, kemampuan membuat perbandingan, menganalisis data, kemampuan menentukan hubungan atau melakukan pembuktian merupakan hasil belajar yang membentuk jenjang kemampuan.

Pengetahuan tentang keberhasilan dan efisiensi pembelajaran di kelas dilakukan dengan melakukan penilaian dalam bentuk tes. Penilaian tersebut dirancang untuk menggolongkan siswa kepada suatu tingkat kemampuan. Dalam kurikulum 2006 disebutkan bahwa penilaian di kelas diarahkan kepada beberapa kemampuan antara lain:

(1) pemahaman konsep, kemampuan dalam mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh dari konsep

(2) prosedur, kemampuan siswa mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar

23

Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001), hal.66

24

(38)

(3) komunikasi, kemampuan siswa menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan dan tertulis

(4) penalaran, kemampaun siswa memberikan alasan induktif, dan deduktif sederhana

(5) pemecahan masalah, kemampuan siswa memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah.25

Hasil belajar pada domain kognitif oleh Bloom yang dikutip Sudjana digolongkan menjadi enam aspek yang tersusun secara hierarki dari yang sederhana hingga yang kompleks meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Pengetahuan menyangkut perilaku siswa yang tekanannya pada menghapal dan mengingat kembali materi pelajaran yang telah diberikan. Dalam pelajaran matematika, mengingat dan menghapal diarahkan pada simbol-simbol, istilah, fakta, konsep, aksioma, dan dalil. Misalnya siswa dapat menyebutkan definisi sudut, menulis rumus persamaan kuadrat.

Pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti dari materi atau bahan yang telah dipelajarinya. Pemahaman dapat ditunjukkan dengan menterjemahkan materi dari kata-kata kepada angka, meninterprestasikan materi, menjelaskan, meringkas, dan meramalkan akibat sesuatu. Misalnya mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika.

Aplikasi menyangkut perilaku siswa tentang kemampuan menerapkan konsep, prinsip, rumus, ke situasi lain. Misalnya siswa mampu menggunakan terampilan menyelesaikan persamaan kuadrat untuk mencari panjang sisi-sisi sesuatu persegi panjang yang diketahui luasnya. Umumnya soal-soal berbentuk cerita yang harus diselesaikan dengan menggunakan rumus-rumus matematika.

25

(39)

Analisis menyangkut perilaku siswa tentang kemampuan menguraikan suatu situasi atau informasi ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen pembentuknya sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga aspek sebelumnya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.

Sintesis menyangkut perilaku siswa tentang kemampuan untuk menggabungkan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis atalah berfikir divergen. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam proses belajar matematika.

Sedangkan evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi, metode, gagasan, tujuan yang telah ditentukan berdasarkan kriteria atau standar tertentu.

Pendapat Keller yang dikutip Abdurrahman26 memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Masukan tersebut dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kelompok masukan pribadi (personal inputs) dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (environmental inputs). Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan atau kecakapan seseorang sedang belajar dan dapat diukur oleh guru melalui tes sebagai hasil proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, yang dimaksud hasil belajar matematika adalah penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran matematika di sekolah yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar, sehingga menghasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.

26

(40)

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.27 Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motoris, dan sikap.28

Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari, dan relatif tetap yang berkenaan dengan ide-ide dan struktur-struktur, yang diatur menurut urutan yang logis serta mampu mengaitkan simbol-simbol dan struktur-struktur, sehingga di dapat pengertian dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta dapat diukur untuk mengetahui performan maksimal siswa dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan selama proses belajar mengajar berlangsung melalui suatu tes yang disusun secara terencana oleh guru. Tes hasil belajar matematika dalam penelitian ini dibatasi hanya pemahaman konsep, penalaran, dan pemecahan masalah (problem solving).

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: 29

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;

1). Aspek fisiologis (jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

27

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.22

28

Agus Suprijono, Cooperative… (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Cet. 1, h.5

29

(41)

pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apalagi disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif), sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi orang-orang khususnya siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensori register (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses penyerapan informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.

2). Aspek psikologis (rohaniah)

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: i). Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan

antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

(42)

dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripda organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan

“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

iii).Bakat, secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat dapt diartiakn sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan iv).Motivasi, pengertian dasarnya adalah keadaaan internal

organime, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbaut sesuatu. Dalam pengertiam ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah.

v).Sikap, adalah gejala internal yang berdimensi sfektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yng relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa:

1) Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

2) Faktor Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

(43)

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.30 Faktor ini disebut juga dengan gaya belajar.

2. Motivasi Berprestasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Motivasi Berprestasi

Suatu prestasi atau Achievment berkaitan erat dengan harapan ( Expectation ). Inilah yang membedakan motivasi berprestasi

dengan motivasi lain seperti lapar, haus dan motif biologis lainnya. Motivasi berpangkal dari kata "motif" yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut McClelland, kerangka acuan sangat penting tapi bukan merupakan motivasi itu sendiri. Fungsi kerangka acuan sebagai standar untuk memungkinkan bangkitnya afeksi. Dengan demikian, pengertian motivasi berprestasi yang dikembangkan McClelland dan kawan – kawannya didasarkan atas afeksi dalam kaitannya dengan perbuatan yang dievaluasi. Oleh karena itulah motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya yang mengacu kepada standar keunggulan.

b. Faktor - faktor Pendukung Motivasi Berprestasi

Pada kenyataannya, ada siswa yang motif berprestasinya lebih bersifat intrinsik sedangkan pada orang lain bersifat ekstrinsik hal ini karena adanya

1) Faktor Individual

30

(44)

Penelitian pada siswa berdasarkan dimensi instrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu mengembangkan motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini lebih menyukai tugas-tugas yang menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sebaliknya, pada siswa dengan persepsi diri yang rendah, lebih menyukai tugas-tugas yang mudah dan sangat tergantung pada pengarahan guru. Yang termasuk faktor individual antara lain pengarahan orang tua.

2) Faktor Situasional

Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Motivasi berprestasi seseorang akan tercermin pada perilaku. Ada beberapa ciri yang menjadi indikator orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Individu yang motif berprestasi tinggi akan menampakkan tingkah laku dengan ciri-ciri menyenangkan pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tangung jawab pribadi, memilih pekerjaan yang resikonya sedang (moderat), mempunyai dorongan sebagai umpan balik (feed back) tentang perebutannya dan berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara kreatif.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua buah karakteristik yang membedakan antara seseorang yang motivasi berprestasinya rendah dengan orang yang motivasi berprestasinya tinggi. Kedua karakteristik itu ialah :

(45)

tersebut bangga apabila dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Rasa bangga ini menyebabkan bertambahnya keinginan untuk melakukan aktifitas yang lain.

b) Kegigihan berusaha. Usaha adalah faktor yang tidak stabil karena bergantung pada kemampuan seseorang. Orang yang motivasi berprestasi tinggi akan cenderung bekerja keras sesudah mengalami kegagalan untuk mecapai sukses pada waktu-waktu selanjutnya, ia akan terus berusaha untuk mencapai tujuan yang sebelumnya gagal di capai. Sebaliknya orang yang motivasi berprestasi rendah menganggap kegagalan disebabkan oleh ketidakmampuan.

Kemampuan adalah faktor yang stabil, tidak dapat diubah oleh kemauan semata-semata. Oleh karena itu, dalam anggapannya kegagalan akan diikuti oleh rentetan kegagalan pula. Pada individu yang rendah motivasi berprestasinya, usahanya untuk berprestasi juga lemah dan mudah menyerah.

Dari pengertian yang dikemukakan oleh Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.

(46)

Dari uraian tentang ciri-ciri orang yang memiliki motivitas tinggi, akhirnya dapat dinyatakan bahwa individu akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempresepsikan bahwa keberhasilan adalah merupakan akibat dari kemauan dan usaha. Sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan mempersepsikan bahwa kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya kemampuan dan tidak melihat usaha sebagai penentuan keberhasilan

Orang-orang yang memiliki profil/karakteristik sebagaimana tersebut di atas tidak terlalu peduli atau menghiraukan orang lain. Baginya yang panting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu prestasi dengan predikat unggul dibandingkan dengan yang lain. Keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu yang lebih baik dari yang lain adalah merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga ia akan terdorong untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Kerangka berpikir orang-orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah bagaimana usaha / perjuangan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu prestasi yang unggul.

c. Motivasi Berprestasi Dalam Belajar Matematika

(47)

Standar keunggulan ini, menurut Heckhausen terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian tugas dengan sebaik-baiknya. Standar keunggulan diri adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini. Adapun standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang dicapai oleh siswa lain (misalnya teman sekelas). Standar ini lebih ditujukan kepada keinginan siswa untuk menjadikan juara pertama dalam setiap kompetisi.

Sementara itu Ausubel seperti dikutip oleh Howe mengemukakan bahwa motivasi berprestasi terdiri atas tiga komponen, yaitu dorongan kognitif, An ego-enhacncing one, dan komponen afiliasi. Dorongan kognitif adalah keinginan siswa untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaik-baiknya. An Ego-enhanching one maksudnya keinginan siswa untuk meningkatkan status dan harga dirinya (self-esteem), misalnya dengan jalan berprestasi dalam segala bidang, sedangkan komponen afiliasi adalah keinginan siswa untuk selalu berafiliasi dengan siswa lain.

Teori motivasi yang dikembangkan McClelland disebut The Affeective Arousal Model. Disebut demikian karena dalam konsep mereka, motiv berasal dari perubahan afeksi. McClelland dkk,

mendefinisikan motivasi sebagai : …the redintegration by a cue of a change in an affective situation.

Tiga istilah penting disini adalah : redintegration, cue dan

(48)

peristiwa di dalam lingkungannya. Cue (isyarat) merupakan penyebab tergugahnya afeksi dalam diri individu. Contoh, bila seorang siswa melihat gurunya yang sudah lama berpisah, maka persepsi tentang guru tersebut akan bekerja sebagai isyarat yang menggugah perasaannya (affective feeling) dan keseluruhan proses psikologisnya dikembalikan lagi (reinstead). Affective situation (disebut juga affective state), asumsi McClelland bahwa setiap orang memiliki situasi afeksi yang merupakan dasar semua situasi motif.31 Afeksi ini dapat disebut primary affect

yang tidak dipelajari. Situasi ini berasal dari kesenjangan antara harapan (expectation, yang disebut juga Adaption Level) dengan kenyataan. Situasi afeksi disebut positif, bila penyimpangan itu kecil, sedang afeksi negatif bila penyimpangan tersebut lebih besar.

Jadi, apabila sebuah isyarat dalam lingkungan menyertai atau berpasangan dengan situasi afeksi dalam diri individu, maka efeksi tersebut akan berubah. Karena perubahan situasi efeksi itulah motif timbul. Dalam perjalanan hidupnya, tiap orang akan banyak mengalami peristiwa, di mana harapannya tidak selamanya terpenuhi. Hal ini mengakibatkan adanya berbagai kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, dan oleh karena itu dalam diri seseorang akan terdapat berbagai primary affect yang merupakan sumber berbagai motif.

Pengertian motivasi berprestasi diterapkan dalam bidang pendidikan seperti dikemukakan oleh W.S. Winkel, yaitu :

“Achievement motivation adalah daya penggerak dalam diri seseorang

untuk mencapai taraf prestasi yang setinggi mungkin dan penghargaan

diri sendiri”.32

Beberapa definisi yang dikemukakan di atas mengenai motivasi berprestasi ada suatu kesamaan dalam memberikan penjelasan, bahwa motivasi berprestasi dihubungkan dengan suatu ukuran keunggulan. Standar keunggulan dipakai sebagai ukuran dalam motivasi berprestasi.

31

Djaali,Prof,Dr,H,.Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta.2008 hlm. 107-108

32

(49)

Dengan mencapai standar keunggulan, tujuan yang diharapkan dapat berhasil. Beberapa teori menjelaskan mengenai hubungan kesuksesan dengan motivasi berprestasi. Atkinson mengembangkan teori motivasi yang dikenal dengan Teori Nilai Harapan (Expectation Value Theory).

Motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai sukses sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Sukses dalam hal ini berkaitan dengan perilaku produktif dan selalu memperhatikan / menjaga kualitas produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya dengan kesuksesan (keberhasilan), namun untuk mencapai

Gambar

Tabel
Tabel daya pembeda……………………………………………..
Tabel 1 Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi
Tabel 2 Keterangan Skor Jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Fasilitas Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Melalui Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Ungaran.. Impact

PENGARUH KEJUJURAN DALAM MENGERJAKAN TUGAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 1 JATEN.. KARANGANYAR DITINJAU DARI

Jika dalam kegiatan belajar mengajar matematika guru memberikan tugas, saya mengerjakan sendiri.. Saya mengerjakan tugas matematika tepat waktu sesuai dengan waktu

jukkan bahwa proses belajar siswa SMP Terbuka 2 dengan program blended learning adalah sangat mendukung prestasi belajar matematika (Y) karena sebagian besar

hipotesis kedua bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan visual lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar

Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1)

Saya akan bertanya dengan guru jika tidak bisa mengerjakan soal ekonomi yang sulit.. Saya tetap belajar ekonomi meskipun mendapat nilai jelek ketika

Hubungan antara Karakter Siswa dengan Motivasi Berprestasi Siswa SMP Al-Izzah Islamic Boarding School Batu ……...… 68. BAB V : KESIMPULAN DAN