• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan berpikir dengan orientasi masa depan pada dewasa awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan berpikir dengan orientasi masa depan pada dewasa awal"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyarntan Memperoleh Gelar Kesarjanaan セウゥォッャッァゥ@

Oleh

r

,/

I )

l jiff,,,

/ ···fyj

RAHMA ZIKR.Lt·,., ..

103070029114

FAKULTAS PSIKOLQ(jl

UNIVERSITAS ISLAM NEGERll SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Kesarjanaan Psikologi

Oleh

RAHMAZIKRA

NIM.

1030700291'I4

Di bawah Bimbingan,

FAKUL TAS PSIKOLOGI

Pembimbing JI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF H!DAYATULLAH

JAKARTA

2007

(3)

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN BERPIKIR OENGAN ORIENTASI MASA

OEPAN PAOA OEWASA AWAL telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 14 Juni 2007. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.

Jakarta, 14 Juni 2007

Ketua Mei· ngka Anggota,

M.Si

Pembim

Ora. Nett

セ@

tati M.Si

NIP. 1502 1:933

Penguji I

Sidang Munaqasyah

111

Pembimbing II

(4)

Sk,ripsi ini (u persem6ali.kJr,n <Buat <Papa&:, :Mama k,u tersayang,

yang tefali. mem6esarkJr,n dan mendidik,ananda, terk,li.usus 6uat

Saudara-sawfarak,u yang tercinta "<Bang .J/.d dan <Bang Jfamtfi,

X..,ak,I na dan /{fdua ad:indak,u

If

dan Si[mi serta /{f[uarga 6esar

yang k,u sayangi.

(5)

f)emi masa (waktu}, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecua/i

orang /ang beriman dan beramal sha/eh dan nasehat menasehat dalam

kebenaran dan kesobaran (Al-Ashr)

Akhir itu /ebih batk bagimu daripada permulacn (Ad-dhuha)

Kukatakan pada hatiku

Jika kegelisahan meloncat keluar, maka bergembiralah ketakutan itu ukcm segera sirna

(Aidh al-Qarni)

If You fail to plan, you are planning to fail

Jika gagal berencana, berarti sedang merencanakan kegagalan

Pikiran adalah pengungkit besar bagi segala hal, pemikiran merupakan proses untuk mendapatkan jawaban tertinggi bagi tujuan hidup (Winston Churchill)

l<esuksesan ukan selalu ditemukan pada akhir per jalcman po.njang yang bertaburan sampah kegagalan (Walter Staples)

(6)

(C) Rahma Zikra

(D) Hubungan 8erpikir dengan Orientasi Masa Depan pada Dewasa Awai (E) 137 halarnan (termasuk lampiran)

(F) Berp;kir adalah proses perhatian tertuju pada hal positif dan negatif dengan menggunakan bahasa untuk membentuk clan mengungkapkan pikiran. Aspek berpikir dapat dilihat dengan 4 indikator yaitu : harapan, afirmasi diri, pernyataan, penyesuaian diri terhadap kenyataan. Orientasi masa depan adalah gejala yang melibatkan kognitif motivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasf·dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan, dengan 3 indikator yaitu :

motivation (motivasi), planning (perencanaar), evaluation (evaluasi). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dergan metode penelitian korelasional. .Jumlah populasi dalam penelitia'l ini adalah 322 orang dari dua angkatan 2004-2005. Dari jumlah tersebut dipilih 30 orang responden sebagai sampEil pene!itian dengan

menggunakan purposive sampling lnstrumen pengumpulan data adalah

Skala model likert. Bentuk pengolahan dan analisa data menggunakan onalisa statistika dengan menggunakan program SPSS 12.0, oada uji

validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson dan untuk

menguji reliabilitas inst1·ument dengan Alpha Cronbach. Dan untuk

menguji hipotesis penelitian menggunakan Producl' Moment. Jumlah item

yang valid untuk skala berpikir 54 item clan 12 item yang tidak valid. Reliabilitas skala berpikir adalah 0.91 fi. sedangkan item yang valid pada

skala oreintasi masa depan terdapat 57 item yang valid dan 9 item yang

tidak valid. Reliabilitas ska! orientasi masa depan adalah 0.935.

Berdasarkan analisis korelasi Product Moment dari Pearson terhadap

hipotesis yang d'.ajukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berpikir dengan oriantasi masa depan. Karena r hitung (0. 772) > r table (0.361) yang berarti seorang dewasa awal yang memiliki

cara berpikir 1ang positif akan memiliki orientasi masa depan yang jelas clan positif, sebaliknya seseorang yang memiliki ori•entasi masa depan yang negatif maka akan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas clan cenderung negatif. Untuk penelitian &Elanjutnya diharapkan dapat mengambil sampel dalam jumlah yang lebih banyak dan umum, agar penelitian ir.i lebih representatif.

('..3) Bahan Bacaan : 50 (1980-2007)

(7)

segala alam yang selalu melimpahkan kasih sayang dan nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan buat Nabi junjungan alam Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia menuju alam penuh ilmu pen2etahuan.

8anyak hal yang penulis dapatkan dsri sebuah karya tulis ini, tidak hanya s2buah hasil karya, juga pengalaman hidup yang beragam yang melatih penulis untuk rr.enjadi lebih baik dan dewasa dalam menjalani hidup. Penulis nienyadari sekali penulisan ini jauh dari kesempurnaan seperti yang

diharapkan, walaupun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbaik.

Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat selesai, yanu merupakan salah satu syarat untuk riencapai gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang ti1k ternilai kepada :

1 lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi dan

Dosen pembimbing I dalam penelitian ini, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh perhatian dan keikhlasan serta

selalu memot:vasi penulis sehingga karya tulis ini selesai.

2. lbu Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si, Bapak Ors. Ahmad Syahid, M.Ag

dan Bapak F>rof. Dr. Rif'at Syauqi Nawawi, MA (pembimbing akademik)

selaku pembantu Dekan yang turut berperan dalam penyelesaian karya tulis ini.

3. lbu Natris ldriyani, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu menghadapi penulis dengan penuh kesabaran, sehingga karya tulis ini dapat terwujud.

4. Kepada kedua orang tuaku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat dengan penuh keikhlasan dalam menghadapi penulis karena mereka menjadi sumber inspirasi bagi penulis. Semoga Allah sela;u •nemberikan rahmat dan kesehatan serta membalas atas kobaikan mereka berdua.

(8)

6. Kepada te'11an-temanku !ante ami, lchCI yang tidak bosan mendengarkan curhatku serta nita, syarah, ela dan islna yang turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga Mahasiswa Minang (KMM), uda-uni senior (da daus, da

busman, da bujo, da ud, da andi, da budi, da inyiak, da mamak, da datuk, ni Yenti dll) yang selalu memberikan support kepada penulis dan anggota KMM (Boy, Udys, Ila, Oky, Rani, Ommi, Rina, Randy, Rino, da Rom1, da Taufik, da rasul, dafe, kanda Syamsul, da Rozi, Arya, da im, Keling, P.yu, ni ra, ni Surya dll) yang turut serta membantu penu.lis dalam penelitian ini.

8. Teman-teman FP21 (Adang, Fitri, lcha, lbnu, Sun-sun, Fakih dan teman-teman angkatan 2004) yang telah memberikan kebersamaari dan hari-hari indah di organisasi, sehingga banyak hal yang kita peroleh disana,

semoga silaturrahmi kita tetap terjaga.

9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2003 (lela, ucup, ratna, farah,

fira, nca, cigung, rini, ilunk, kamal, wawan, farah, titi, fatma de-el-el yang

tidak penulis sebutkan satu persatu) yang menjadi teman diskusi penulis sehingga turut membantu proses panyelesaian skripsi ini.

I 0. Terkhusus buc;,t teman-teman kelas C (iryn, ayu, nia, ina, fanny, wulan, joya, litha, ika, ajeng, intan, andin, inonk, iis, nana, mia, novi, lucky, indah, dewi, aay, nur, pak ustadz, yoga, awing, angga, deni, don n pokoknya semua yang ada di absen dech) yang selalu memb13rikan kebersamaan, tawa canda yang selalu berbekas dihatiku dan 。ォ。セQ@ selalu kurindukan.

11. Seluruh team TLC, kak Jamali, kak Bekti, kak Andi, Kak Yudi dan juga kak Ana yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

1 :2. Mahasiswa Psikologi yang telah membantu penulis dalam pengisian

。ョァォ・セ@ sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

(9)

Halaman Pcrsetujuan ... .ii

Malaman P!=!ngesahan ... iii

Persembahan ... iv

Motto ... v

Abstrak ... vi

!Cata Pengantar ... vii

Daftar lsi ... : ... ix

Daftar Tabel ... : ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB1.PENDAHULUAN 1 . 1 . Latar Belakang ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah ... 5

·1.3.

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

1.3.1. Pernbatcisan Masalah ... 5

1.3.2. Perurnusan Masalah ... 6

セ@ .4. Tujuan dail Mamfaat penelitian ... 6

1.4.1. Tujuar penelitian ... 6

1.4.2. Manfaat penelitian ... 7

1 .5. Sistematika Penulisan ... 8

fJAB 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Berpikir ... 9

2.1.1. Pengertian ... 9

(10)

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir ... 16

2.1.6. Tin!c]katan dalam berpikir ... 20

2.1.7. Bentuk berpikir ... 21

2.1.8. Hamoatan Berpikir ... 23

2.1.9. Berpikir dalam Perspektif lslam ... 24

2.2. Orientasi Masa Depan ... 29

2.2.1. Penge,iian ... 29

2.2.2. Pe.nbentukan orientasi masa depan ... 30

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruh1 mientasi rnasa depan ... 33

2.2.4. Orientcisi Masa Depan dalarn P,erspektif Islam ... 38

/..3. Dewasa Awai ... .40

2.3.1. Periodisssi Dewasa Awai ... .40

2.3.2. Tug as perkembangan ... .41

2.3.3. Pei kembangan Kcgnitif Dewasa Awai ... .43

2.3.4. Perkembangan Psikososial Dewasa Awai ... .45

<..4. Kerangka Berpikir ... .45

2.5. Pengajuan Hipotesa ... 50

RAB 3. METOIJOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 51

3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian ... 51

3.1.2. Definisi variabel dan operasional ... 51

3.2. Pengarnbilan sampel ... 52

3.2.1. Pop1,;lasi ... 52

3.2.2. Sampel ... 53

(11)

3.3.2. Teknik uji instrumen penelitian ... 59

3.4.Teknik a11alisis data ... 61

BAB 4. ANALl5!S HASIL PENELITIAN 4.1. Gamba ran Um um Responden ... 63

4 .2. Uji lnstrumen Peneliticin ... 63

4.2.1. Has ii Uji Validitas Skala Berpikir ... 64

4.2.2. Hasil Uji Valiclitas Skala Orientasi Masa Depan ... 67

4.2.3. Has ii Uji Reliabilitas Berpikir clan Orientasi MasB Depan ... 68

"'· 3. Uji Persyaratan ... 70

4.3.1. Uji エセッイュ。ャゥエ。ウ@ ... 72

4.3.2. Uji Homogenitas ... 70

4.3.3. Uji Hipotesis ... 73

4.4. Hasil P':lnelitian ... 7 4 3AB 5. PENUTUP S.1. Kesimpulan ... 75

Ee .2. Diskusi ... 75

5.3. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(12)
[image:12.595.43.461.121.559.2]

Tabel 3.1. Blue Print Skala Berpikir ···-'.···· ... 56

Tabel 3.2. Blue Print Skala Orientasi Masa Oepan ... 58

Tabel 4.1. Hasil Uji lnstrumen Item yang Valid Skala Berpikir ... 65

Tabel 4.2. Blue Print Skala Berpikir Pasca Try Out Tabel ... 66

Tabel 4.3. H8sil Uji lnstrumen Item yang Valid OMO ... 67

Tabel 4.4. Blue Print Skala OMO Pasca Try Out. ... 68

Tabel 4.5. Norma Reliabilitas ... 69

(13)
[image:13.595.41.470.149.623.2]

Gambar 2.1. Skema Orientasi Masa Depan ... 32

Gambar 2.2. :lustrasi Kerangka Berpikir ... .49

Gambar 4.3. Q-Q Plot Skala Berpikir ... 71

Garn bar 4.4. C-Q Plot Skala Orientasi Masa Depan ... 72

(14)

Lampiran 1

C'ata Hasil Try Out

Lampiran 2

Hasil Uji Validitas Skala Berpikir dan Orientasi Masa Depan

Lampiran 3

Reliabilitas Skala Berpikir dan Orientasi Masa Depan

Lampiran 4

uata Hasil Penelitian

Lampiran 5

l-1asil Uji Normalitas

Lampiran 6

l-1asil Uji Homoge11itcis

Lampiran 7

hasil Uji Hipotesis

Lampiran 8

lnstrumen PenGlitian

(15)

1. 1 Latar Belakang

Masa depan merupi3kan hari esok yang menjadi penantian setiap orang.

fvlasa depan juga sebuah harapan dan cita-cita yang menjadi bayang-bayang

k;;hidupan. Sebab tidak satupun orang tahu apa yang akan terjadi pada masa

depannya. Kecuali dengan perencanaan, usaha dan keyakinan barulah

manusia tenang dalam menjalani hidup. Manusia selaku mahluk-Nya

dianugerahi akal untuk berpikir dan merencanakan masa depan agar dapat

h1dup lebih baik. Setiap individu perlu memfungsikan dan mengoptimalkan

potensi berpikirnya guna merencanakan masa clepannya sebail< mungkin

dalam menjalani kehidupan.

Dalam diri manusia tardai)at tiga ranah psikologis yan£1 saling mempengaruhi

satu dengan lainnya. Ketiga ranah ini juga sangat rnenentukan sikap dan

perilaku 1ndividu. R3nah psikologis itu terdiri dari ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. Ranah kognitif yang disebut juga dengan fungsi intelektual dan

(16)

seseorang. Karena manusia memiliki akal yang diciptakan Allah, maka

mereka dapat berpikir guna mengatur setiap gerak. Kemampuan berpikir

r,1erupakan pusat kendali seseorang dan tanpa berpikir seseorang tidal< akan

rnampu merumuskan dan merencanakan serta menjalani kehidupannya di

masa sekarang dan masa mendatang yang lebih baik. Sehingga menjadi

orang yang gaga! dan putus asa dalam kehidupan. Oleh !<arena itu

kemampuan berpikir merupal<an penentu dan cara seseorang menyelesaikan

masalah menuju masa depan yang lebih baik dan suk,sef •. Hal ini merupakan

indikator terwujudnya sebuah masyarakat dan bangsa yang maju.

Marwah Daud Ibrahim dalam buku Mengelola Hidup dan Merencanakan

Masa Depan (lv1Hf\1MD) menjelaskan bahwa untuk mernperoleh bangsa yang

maju harus merubah pola pikir generasi dengan menyusun peta kehidupan.

Karena itu orientasi masa depan merupakan sesuatu yang harus dirumusl<an,

dipetakan dan di1dentifikasi dengan cara memikirkannya. Karena dengan

berpikir seseora11g mampu memilih apa yang terbaik untuk masa depannya.

1-ial ini diduku11g juga oleh penelitian Astin, Green dan Korn (dalam Santrock,

1995)

yang dilakukan pada

500

sekolah tinggi dan universitas. Adapun

jumlah mahasiswa kurang lebih

3000

orang, pada tahun

1987,

8,7

%

mahasiswa me:nyalami depresi karena cemas dan putuf. asa dengan masa

(17)

%

mahasiswa mengalami kecemasan menghadapi masa depan yang

cerujung pada stress. Mereka mengalami tekanan kan:ma 1,etakutan akan

kegagalan dalarri menghad3pi masa depan, kecemasan dan kebingungan

menanti masa depan. Hal di atas meliputi keinginan untuk memperoleh

kesuksesan dalam mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan finansial.

Dalam menghadapi masa depan akan muncul ketakutan, kecemasan,

kebingungan can pikiran negatif lain yai1g selalu menghantui generasi muda

yang mengakibatkan turunnya motivasi mereka. Tingkat persaingan semakin

tinggi sehingga menjadikan motivasi untuk memperoleh pekerjaan rendah

didukung lagi dengan keterbatasan lapangan pekerjaan, membuat mereka

rnenjadi putus asa dan tidak tahu harus melakukan perbuatan yang dap2t

mengobati rasa takut.

Peristiwa ini sesuai dengan hasil wawancara, 1·ang penulis laksanakan pada

30 orang mahasis.wa Universitas Islam Negeri (UIN), 90 persen dari mereka

IT'engaku tidak tahu bagaimana cara merencanakan masa depan, cemas

ketika lulus kuliah dan takut gagal untuk menghadapi hari depan. Merek;i

(18)

..!ika generasi muda Indonesia mengalami hal tersebut diatas, maka akan

berujung pada meningkatnya pengangriuran di Indonesia. Data total

penganggura'l vang tercatat di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Oepnakertrans) sampai Juni 2006, mencapai 11, 1 orang dan dari :ahun ke

t<Jhun, bahkan clalam hitungan bulan tingkat penganguran Indonesia semakin

meningkat (Pikiran Rakyat, November 2006).

Berpikir meruµakan tingkah laku mental yang menjadi bagian dari kegiatan

mental sehari-hari pada setiap orang. Namun yang menjadi parsoalan tidak

semua orang 、。セ。エ@ berpikir secara positif dalam merencanakan sesuatu.

Seseorang yang mampu memikirkan sesuatu secara positif, diharapkan

mampu merencanakan masa depan dengan jelas sebaliknya orang yang

berpikir negatif akar, melihat setiap pennasalahan 、・ョAセ。ョ@ pandangan yang

sampit dan terbatas sehingga sulit merencanakan masa depan dengan baik

k'Jrena selalu berpandangan sempit dan menilai masa depan itu akan datang

dengan sendirinya. Mereka selalu mempertimbangkan apapun dengan

melihat hal negatif sehingga seringkali mereka mengalami kebuntuan dalam

berpikir make: berujung pada sikap pesimistis, putus asa dan tanpa harapan

(19)

Oleh karena it1J juga, berpikir merupakan aspek yang paling dekat dengan

orientasi masa depan. Jadi penulis tertarik membahas apakah ada

HUBUNGAN BERPli<IR DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA

DEWASA AWAL.

1.2. ldGntifikasi Masalah

Rardasarkan latar belakang di atas, maka penulis mennidentifikasi masalah

dalam penelitian 1ni adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan berpikir ?

2. Apakah maksud orientasi masa depan ?

3. Apakah yang dimaksud dengan dewasa awal ?

4. Apakah ada hubungan berpikir dengan orientasi masa depan pada

dewasa awal?

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini, variable-vanabel yang berkaitan d€mgan judul peneliforn

(20)

Berpikir adalah proses perhatian tertuju pada hal positif dan negatif dengan

menggunakan barasa untuk membentuk dan rnengun9kapkan pikiran.

Sedangkan orientasi masa depan adalah gejala yang rnelibatkan kognitif

motivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasi da!l evaluasi tentang

diri di masa depan dalam interaksinya der.gan ャゥョァォオョセQ。ョL@ orientasi masa

depan dibatasi dengan melihat faktor motivasi (motivation), perencanaan

(r!anning) dan evaluasi (evaluation).

1.:3.2.

Perumusa11 masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah ada hubungan berpikir dengan orientasi :Tiasa depan pada dewasa

awal?

1.4. Tujuan dan manfaat penulisan

1.4.1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah ada hubungan berpikir terhaidap orientasi masa

(21)

1.4.2. Manfaat penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur

bagi khazanah kajian psikologi, khususnya mengenai psikologi kognitif.

Adapun manfaat secara praktisnya adalah agar dapat memberikan sebuah

ii1formasi merigenai hubungan berpikir dengan orientasi masa depan. Serta

agar dapat membantu peneliti selanjutnya untuk mengembangkan r:enelitian.

1.5. Sistematika Penulisan

,l\dapun sistemalika penulisan yang akan digunakan oleh penulis dalam

i:;enyusunan pmposal ini adalah :

EAB 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang; identifikasi masalah,

pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, sistematika penulisan.

BAB 2 : Kajian pustaka diantaranya mengenai definisi berpikir, fungsi berpikir,

aspek berpikir, fal<tor yang mempengaruhi pikiran, tingkat:::m berpikir,

bentuk-tentuk berpikir, hambatan berpikir dan berpikir dalam perspektif Islam.

Pengertian orientasi masa depan, faktor yang mempengaruhi orie:itasi masa

(22)

mempengaruhi orientasi masa depan serta orientasi masa depan dalam

perspektif Islam. Kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis.

BAB 3 : Metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian meliputi pendekatan

dan metode yang digunakc.n, definisi variabel dan operasional variabel.

Pengambilan populasi dan sample, teknik pengarnbilan sample,

pengumpulan data meliputi rnetode dan instrument penelitian dan teknik uji

instrument penelitian dan teknik analisis data.

BAB 4 : Presentasi dan analisa data terdiri dari gambaran umum responden,

11ji instrumen penelitian, hasil uji validitas skala berpikir dan skala orientasi

masa depan serta hasil uji reliabilitas berpikir dan orientasi masa depan. Uji

persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji h1potesis

serta hasil utama penelitian

(23)

2.1. Berpikir

2.1.1. Pengertian berpikir

Kata Berpikir dalarn Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) mengandung

c:rti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan

Eesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan. Adapun hasil dari berpikir

dan aktualisasi akal adalah pikiran, Dalam Oxford Advanced Dictionary

English (1974), berpikir sepadan dengan to think with, y&itu menggunakan

atau melatih pikiran untuk membentuk opini dan menarik kesimpulan

oarinya, me111pertimbangkan sesualu (consider; take into account),

rnembayangkan (imagine), merenung akan sesuatu (reflect to, how),

Mengharap, kontemplasi (contemplate). Sernentara rnenurut Glass dar

1-!olyok (1988) berpikir adalah proses menghasilkan representasi mental yang

baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kornplek

2ntara atribut-atribut mental. Sarwono (2000) memberi batasan berpikir

2clalah tingkah la:rn yang menggunaka;i idG, yaitu suatu proses simbolis.

(24)

karena tidak menggurr:iKan ide dan simbol-sirnbol tertentu. Philip L Harriman

mengungkapkan bahwa berpikir adalah aktivitas dalarn menanggapi suatu

situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panc:a indera. Atkinson

mendefinisikan bahwa berpikir merupakan aktifitas mental yang dianggap

sebagai bahasa otak. Jadi dapat disimpulkan berpikir adalah rnenggunakan

akal budi untuk rnempertimbangkan dan memutuskan sesuatu dalam

n 1enanggapi suatu situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panca

indera. Sementara itu berpikir positif menu rut Albrecht (1980) adalah

kemampuan berpikir seseorang untuk memusatkan perhatian pada sisi positif

dari keadaan ciiri, orang lain dan suatu peristiwa. Sedangkan berpikir negatif

adalah kemami;uan berpikir seseorang dengan memu<;atkan perhatian pada

s1si negatif. Lain halnya menurut Pecde berpikir positif adalah memusatkan

p1kiran pada hal positif sehingga akan menimbulkan energi yang positif bagi

s0seorang dalam menyelesaikan pekerjaan, mengatasi masalah, dan

1T.enghadapi tantangan, sebaliknya berpikir negatif akan menghasilkan energi

n0gatif, yang akan menghambat proses penyelesaian masalah se.seorang.

A1dh Al-Qarni (2005) dalam bukunya La Tahzan menjelaskan berpikir positif

adalah senantiasa berpikiran/berprasangka baik pada manusia dan Tuhan

d'llam menyelesaikan suatu pekerjaan, karena prasan£1ka Tuhan itu sesuai

dengan prasangka hamba-Nya. Ary Ginanjar (2006) memberi batasan

(25)

kondisi lingkuni:;an secara positif sehingga saling percaya, saling mendukung,

koperatif, terbuka akhirnya bisa menghasilkan performa terb;;,ik terhadap

lii1gkungan sebaliknya orang yang tidal< dapat menciptakan kondisi yang

positif adalah orang yang berpikirnn negatif. Abdullah Gymnastiar (2006)

mendefinisikan berpikir positif adalah orang yang selcilu memandang segalci

s-:;suatu dari sisi positif, tanpa adanya prasangka. Goleman (1997) jJga

n 1emberi definisi berpikir positif yaitu orang yang memiliki pandangan yang

cukup mengenai dirinya dan menyadari kekurangnnya sebaliknya orang ya.19

berpikiran negatif akan merasa dirinya selalu mengalami kekurangan dan

tidal< pernah puas. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah

111emusatkan perhatian pada hal positif sebaliknya orang yang berpikir negatif

ai<an memilki perhatian yang terpaku pada hal negatif.

2:1.2 Funglii bc;;rpikir

82rp.kir merupakan proses mental yang terjad1 dalam diri manusia, maka

setiap manusia yang berakal akan memamfaatkan akalnya dengan berpikir,

adapun fur.gsi berpikir itu menurut Davidof (1981) terbagi pada tiga bagian

(26)

ada yang menentukan masa depan kita. Keputusan yang kita arnbil

beraneka ragam, tetapi ada tanda-tanda umumnya, yaitu:

a. Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usal1a intelektual;

h. Keputusan selalu melibatkan pilihan dan berbagai alternatif'

c. Kepu:usan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun dalam

pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

2. Menghasilkan sesuatu yang baru (creativity)

Kreativitas adalah berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru, hanya

manusia ym1g mam;:iu melakukan creafivity di sepanjang sejarah

hidupnya. Berpikir kreatif, menurut Coleman dan Coustance L. Hammen

(1974), adalah 'thinking which procedure, new methods new concepts

new understandings, new inventions, new work of art." Berpiki• kreatif adalah berpikir analogis-metoforis. George Lakoff clan Mark Johnson

menjelaskan bagaimana pemikiran kreatif ini berhasil memperluas

cakrawala pemikiran. Sementara Guilford membedakan antara berpikir

kreatif dan tidak kreatif dengan konsep berpikir ko;wergen dan diverge:1.

(27)

menghasilkan sejumlah solusi dari berbagai sudut pandang, dengan

kreativitas. Berpikir divergen dapat diukur dengan 17uency, flexi.'?i/itas, dan

originality

3. Pemecahan Masalah (problem solving)

Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan. Namun suatu ketika

kita dihadapkan dengan situasi yang tidak dapat kita hadapi dengan cara

yang biasa maka akan timbul masalah. Selanjutnya yang harus dilakukan

adalah mengatasi masalah itu. Proses memecahkan masalah itu

berlangsung melalui lima tahap, yaitu:

a. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa diharnbat karena

seoab-sebab tertentu.

b. Mencoba menggali memori untuk mengetahui car;;i-cara ape saja yang

efektif pada masa lalu.

c. Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yan£1 pernah diingat atau

dapat dipikirkan. Pada tahap ini terjadi trial and error yang disebut

dengan penyelesaian mekanik (mechanical solution)

d. Mulai menggunakan larnbang-lambang verbal atau grafis untuk

mengatasi masalah; mencoba rnemahami situasi yang terjadi, mencari

jawaban, dan menemukan kesimpulan yang <epat mungkin

menggunakan deduksi atau induksi; tetapi karena jarang memperoleh

(28)

e. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu pemecahan. Kilasan pemecahan

masalah i11i <:lisebut Aha Er/ebnis (pe11galaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.

?.1.3. Macam-rnacam berpikir

Para ahli membagi berpikir dalam berbagai perspektif, Davidof membagi

cerpikir deng&11 berpikir terarah dan tidak terarah. Floyd L. Ruch (dalam

J\bdurrahman 2004) menyebutkan tiga macam bagian dari berpikir yaitu

secara deduktif, induktif dan evaluatif. Sarlito (2000) juga membagi berpikir

ilu dengan berpikir asosiatif dan terarah. Berpikir terarah diarahkan pada

pemecahan masalah yang dibagi lagi menjadi berpikir kritis dan kreatif.

Sedangkan Albrect membagi berpikir dengan berpikir positif dan negatif.

Berpikir positif adalah perhatian tertuju pada subyel< positif dan

menggunakan bahasa positif untuk membent.uk dan mengungkapkan

pikiran.

2. Berpikir negatif adalah pemusatan perhatian pada hal negatif dan

menggunnkan bahasa negatif dalam meng•Jngkapkan pikiran contoh :

kritik terhadaµ diri, pertimbangan nilai negatif, kein£1inan negatif dan

(29)

2.1.4. Aspek-aspek berpikir

Positif atau negatifnya proses berpikir seseorang dapat dilihat melalui

aspek-aspek yang ada dalam diri. Adapun aspek-aspek-aspek-aspek berpikir tersebut

dikemukakan oleh Albrecht (1980). yaitu :

1 l-larapan, yaitu melakukan sesuatu lebih rnemusatkan perhatian pada

!<esuksesan, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari bayang-bayang

tentang kegagalan, harapan negatif dan larut dalam kebuntuan.

2. Afirmasi diri yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan diri sendiri,

melihat diri sendiri secara positif dan menjauhkan pemusatan perhatian

pada pemikiran negatif.

3. Pernyataan, maksudnya suatu pernyataan yang telah mengarah pada

penggambamn keadaan dari pada menilai keadaan! tidak kaku dan fanatik

dalam berpendapat. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai pengganti pada

saat seseorang cenderung untuk memberikan pernyataan yang negatif

terhadap suatu r.al.

4 Penyesuaian diri terhadap kenyataan, yaitu mengakui kenyataan dan

segera berusaha menyesuaikan airi, menjauhkan diri dari penyesalan,

(30)

Disamping melihat aspek-aspek berpikir, faktor-faktor yang mempengaruhi

cara be·pikir ;;eseorang apakah positif atau negatif dapat terlihat dari faktor

yang mempengaruhi.

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir

Adapun faktor-Iaktor yang mempengaruhi berpikir, Goleman (1997; 420)

rnenjelaskan taktor-faktor yang mempengaruhi berpikir adalah :

1. F aktor tempramen bawaan

Salah satu sumber mengapa orang berpikir positif atau negatif Goleman

menyebutkan mungkin saja dipengaruhi oleh tempramen bawaan, namun

tempramen tidal< secara mutlak akan terbawa sampai clewasa, tetapi

temprarnen dapat berubah berdasarkan pengalaman-pengalaman yang

d;ialui selama l<ehidupan.

2. Faktor lingku11gan

Lingl<ungan merupakan tempat manusia dapat berhubungan dengan oranG

lain, baik itu lingkungan rumah, sekolah <-itau lingkungan masyarakat.

Lingkungan dapat mempengaruhi cara manusia berpikir, membentuk

(31)

セ・ウ・ッイ。ョァ@ dididik dalam lingkungan yang penuh dengan segi-segi negatif,

maka pola pemikiran:iya sudah tersimpan sehingga apaoun yang baik tidak

bisa merubah pandangannya. Artinya orang yang hidup dalam lingkungan

yang mengajarkan hal-hal negatif, ajaran tersebut akan terinternalisasi pada

rola ー・ュゥォゥイ。セQョケ。L@ maka setiap peristiwa atau keadaan yang dihadapi akan

selalu nampak negatif, karena selalu dilihat dari sudut pandang sendiri.

Orang lain yang menjelaskan kebenaran peri$liwa atau keadaan yang sesuai

dengan realitas cenderung kurang dapat merubah pandangan tersebut.

セM Faktor pernahaman diri

Orang yang berpikir positif dipengaruhi juga oleh faktor pemahaman diri yang

baik. Dapat d1asumsikan orang yang berpikir positif yaitu orang yang memiliki

randangan yang cukup mengenai dirinya dan menyadari kekurangnnya. Dari

remahaman di1 i yang cukup inilah orang tersebut dapat menempatkan

airinya sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga tidak berpikir

untuk memaksakan diri diluar kemampuannya yang merugikan. Sebaliknya

orang yang berpikiran negatif cenderung kurang memahami diri karena

merasa diri yar,g paling benar dan tidak menyadari kek.urangannya. Sehingga

orang yang berpikiran negatif sulit untuk bisa rnenempatkan diri sesuai

kelebihan dan kekumngannya sehingga terlihat memaksakan kehendak

(32)

4. Faktor persepsi sosial

Persepsi sosial juga mempengaruhi cara berpikir seseorang, Golema:i

mengungkapkan bahwa persepsi sosial merupakan jaringan yang saling

terkait dengan pengetahuan, pengharapan dan penilaian. Persepsi sosial erat

kaitannya dengan pemahaman dan penilaian terhadap C:iri dan lingl(ungan.

5. Faktor pengalaman masa lalu

Masa lalu serir.gkali mempengarur.i pikiran seseorang baik itu positif atau

n:;gatif. Pengalaman ini akan selalu terbawa dan berkembang bersama

tumbuh dan dewasanya seseorang. Goleman menjelai>kan bahwa pik1ran

dan reaksi pada masa sekarang akan diwarnai pikiran dan reaksi pada masa

lalu, meskipun kemungkinan reaksi tersebut selalu disebabkan oleh keadaan

lingkungan saat itu. Edward (1986) menjelaskan bahwa kehidupan disusun

dalam semacam mata rantai ciari pengalaman masa lalu, sehingga manusia

cenderung menjadi budak pengalaman masa lalu.

6. Faktor keadaan dan suasana hati

Sebagian besar pola pikir seseorang dipengaruhi oleh suasana hati dan

keadaan diri Tindakan dan pikiran manusia pada saa1. bahagia akan

(33)

Staples (1994) bahwa pikiran manusia akan menentuk.an watak, karir dan

segala sisi kehidupan baik yang positif atau negatif.

Sementara Vinacke (1952) menjelaskan juga bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi c;ara berpikir seseorang :

c:i. Faktor etnosentris

Faktor etnosentris adalah sifat-sifat yng dimiliki oleh suatu kelompok atau ras

1ang menjadi ciri khas dari kelompol< atau ras tersebul yang berbeda dengan

kelompok atau ras lai:l. Faktor etnosentris ini berupa keluarga, status sosial,

ienis kelamin, agarna, kebangsaan dan kebudayaan. Hal-hal tersebut akan

r,1embentuk kecenderungan cara berpikir yang sama diantara

individu-individu dalam kelompok sosial yang sama. Pengaruh faktor etnosentris

dapat dilihat dari penelitian Davis, Gardener dan GardEmer (Vinacke, 1953)

y::mg menunjukkan bahwa orang kulit putih yang digolongkan ke dalam

masyarakat kelas atas cenderung memliki cara berpiki1' yang lebih positif

dibanding dengan orang kulit hitam yang digolongkan ke dalam masyarakat

k31as bawah.

b. F al<tor egosentris

Egosentris adalah sifat dan prilaku yang selalu menjadikan diri sendiri

(34)

F'iage dan Murry (Vinacke, 1953) mengemukakan bahwa egosentris adalah

ketidakmampuan untuk menaruh perhatian, mengambil bagian dan ikut

merasakan kehutuhan, perasaan dan pandangan orang lain. Hal ini juga

sesuai dengan pendapat Elkind, Looft dan Charles (Vinacke, 1953)

111enyatakan bahwa egosentris adalah suatu ketidakmampuan untuk

menerima pandangan orang lain karena individu yang bersangkutan terlalu

menekan pada pandangan hidupnya sendiri.

Tentang pengaruh faktor egosentris, Lurton (1958) mengemukakan bahwa

seseorang yang memiliki rasa percaya diri dan menghargai dirinya secara

positif cenderung memberikan reaksi yang positif terhadap tantangan yang

dihadapi. Sebalikn:1a perasaan rendah diri (inferior) dan merasa dirinya

kurang berharga menyebabkan seseorang cenderung berp1kiran negatif

sehingga bers!kEip pesimis terhadap tantrngan yang dihadapi.

2.1.6. Tingkatan dalam berpikir

Sesuai dengan perkembangan kemampuan kecerdasan dan juga tingkat ····

l<esadaran manusia, berpikir ternyata mengalami perkernbangan. Menu rut

(35)

1. Reverie or day dreaming, ialah kegiatan mental yang setara dengan minat dan reaksi asosiasi yang sekarang dengan ォ・」・ョ、Qセイオョァ。ョ@ untuk

melarikan diri dari dunia nyata ke dunia fantasi.

2. Aesthetic appreciation, ialah reaksi mental yang m1m1punyai komponen-komponen emosi yang kuat.

3. Accussition information, ialah reaksi mental yang cukup untuk

mengasimilasikan, mengingat fakta-iakta dan pengalaman-pengalaman

yang baru.·

4. Ref/ektif thinking and creative thinking (problem solving), yang pertar.ia (Ref/ektif thinl\ing), ialah memberikan pertimbangan dan menimbulkan atau membangkitkan pengalaman yang relevan dengan pemecahan

suatu kesulitan (masalah). Kedua (creative thinking), ialah menolak pengalaman hingga timbulah gagasan-gci'gasan baru.

2:1.7. Bentuk-bentuk berpikir

Pad a hakekatnya berpikir merupakan hasil "transfer of .trying" latihan yang dilakukan secara terus menerus tentang suatu masalah sehingga kerangka

Jogis dan kebiasaan dalam berpikir akan membentuk pola berpikir seseorang

te.rhadap suatu masalah, baik itu positif atau pun negatif. Kemudian Crow

(36)

1. Berpikir dengan pengalaman (routine thinking), dalam bentuk ini seseorang lebih banyak bergerak atau giat menghimpun

pengalaman-pengalaman. Hal ini sejalan dengan penjelasan Edward (1986) bahwa

kehidupan disusun dalam semacam mata rantai dari pengalaman masa

lalu, sehingga manusia cenderung menjadi budak pengalaman rnasa lalu.

Maka posi<if <itau negatifnya pola pikir akan dipengaruhi pengalaman

masa lalu seseorang.

2. Berpikir representatif, bentuk ini sangat 「・イァ。ョエオョセQ@ pada ingatan-ingatan dan tanggapan-tanggapan saja, di mana ingatan dan tanggapan tersebut

dipakai untuk pemecahan masalah yang dihadapi..

3. Berpikir kreatif, bentuk ini menekankan mengenai pentingnya

menghasilkan temuan-temuan baru baik dengan menggunakan

metode-metode yang telah dikenal atau langsung dengan mengajukan alternatif

metode baru yang terasa lebih cocok dengan yang dihadapi.

4. Berpikir produktif adalah bentuk ini manekankan untuk menemukan

temuan baru dengan menggunakan metode yang telah ada.

5. Berpikir reproduktif untuk menghadapi situasi-situasi dalam memecahkan

masalah dan digunakan cara-cara berpikir logis. Berpikir rasional ini tidak

hanya sekedar mengumpulkan pengalaman dari hasil berpikir yang telah

ada melainkan dengan keaktifan akal dalam memecahkan masalah yang

(37)

2.1.8. Hambatan berpikir

Dalam proses berpikir tidak semua berjalan lancar, banyak

hambatan-rambatan yang terjadi. Positif atau negatifnya pemikiran seseorang juga

clipengaruhi 0leh penjelasan atau informasi yang diperoleh. Menurut

Abdurrahman (2004) hambatan itu diantaranya adalah :

1. Data yang ada kurang sempurna, sehingga seseomng akan menafsirkan

sesuatu sesuai dengan data yang ada, maka dengan data yang tidak

lengkap mem!:Juat seseorang cenderung memiliki persepsi sendiri dan

seringkali negatif menilai sesuatu. Untuk memperoleh sebuah clata kongrit

masih banyak lagi data yang harus diperbleh agar bisa menilai sesuatu

secara positif.

2. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang bertentangan dengan

data yang lain, seseorang memperoleh informasi atau data dari

seseorang secara pcsitif, sebaliknya ia juga memperoleh data negatif dari

orang ケ。ョセj@ berbeda, sehingga keadaan ini al<an ュQセュ「ゥョァオョァォ。ョ@ dalam proses berpilcir. Disamping itu Utsman Najati pun membahas mengenai

faktor-faktor yang menghambat berpil<ir. Menurutnya, Al-Qur'an juga

mengemukakan sebagai faktor pE.nting yang menghambat pemil<iran

(38)

a. Berpegang teguh pada pikiran-pikiran lama hal ini dapat diperlihcitkan

dalam: O.S. Yunus (10):78, Q.S. az-Zui<hruf 143):22-23, Q.S.

al-Maidah(5):104, Q.S. al-Baqarah (2\:170, Q.S. al-A'raf (7):70,Q.S.

Saba' (34):43,

b. Tidak cul<up data yang ada

Hal ini pun dapat diperhatikan pada:' Q.S. al-lsra (17):36, Q.S. al-Hajj

(22):2&8, Q.S. al-Mu'min (40):35&56

c. Sikap mem;hak yang emosional dan apriori, mengenai hal ini

Al-Qur'an mengungkapkan: Q.S. al-Qashash (28):50, Q.S. Shad

(38):26, Q.S. an-Nisa(4):136, Q.S.al-Jatsiyah(45):23, Q.S. an-Najm

(53):23, Q.S. ar-Rum (30):29

2.1.9. Berpikir dalam perspektif Islam

Al-Qur'an memberikan porsi yang besar sekal; da:am p13ndayagunaan akal

drin aktivitas akal itu sendiri, yaitu berpikir. UntiJk itulah akal dan berpikir

IT'enjadi sentrum manusia Muslim yang dianjurkan Islam. Dalam Al-Qur'an

scndiri banyak redaksi yang mengcinjurkan dan menjelm;kan akan

pentingnya berpikir. Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa manusia telah

(39)

untuk memikirkan masa depan dunia dan akhirat.Hal yang paling mencolok

adalah penggunaan bentuk pertanyaan negatif yang berorientasi sebagai

motivasi dan pendorong semangat bagi manusia dalam pendayagunE1an

。セ\。ャョケ。@ demi rnewujudkan masa depannya." Contoh redaksi pertanyaan

n3gatif yaitu afala ta'qilun yang diulang sebanyak

13

kali dalam al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah (2) ayat 44 berikut :

P⦅Lゥセ@

セヲ@ セiセLIZセ@

セヲ⦅L@

fセヲ@

PZ[NMZカNGNゥェ[Iセ@

uNセj|@

P⦅Lセgヲ@

"Mengapa kaf'flu suru/J orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)-mu sendiri, pada/Ja/ kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakka/J kamu berpikir?"

Selain pertanyaan negatif yang diperlihatkan Al-Qur'an, berkaitan dengan

objek mana saja yang menjadi objek dari berpikir itu sendiri. Objek berpikir

yang dimaksudkan adalah objek yang berupa tanda-tanda keagungan

ciptaan-Nya, yaitu ayat yang membincang alam semesta yang dengannya

fl'\anusia dapat mengambil pelajaran. Salah satu ayatnya terdapat dalam

(40)

"3esungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, si/ih bergantinya siang '.:lan ma/8.m, bahtera yang berlayar di /aut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, /a/u dengan air .'tu ia hidupkan bumi setelah matinya dan ia sebarkan di muka bumi itu segala }cnis hewan clan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara /angit

'.Jan oumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran Alla/1) bagi kaum yang berpikir"

f11enurut Qardhawi (1998) lebih lanjut, makna 'mereka berpikir', adalah

sebagai cercaan terhadap manusia yang tidak mendayagunakan akalnya

untuk berpikir. Meskipun akal sudah menjadi sentrum clalam diri manusia,

tetapi fungsinya sendiri nihil. Untuk itulah statemen neg3tif muncul dalam

Al-Qur'an yang menjelaskan manusia terlepas dari hidayah Allah dan mereka

ingkar. Adapun statemen positif dijelaskan dalam rangka perenungan akan

ayat-ayat penciptaan yang diperlihatkan dalam galaksi, benda mati,

tu.nbuhar1 dan manusia (Qardawi, 1998).

B•.1kan saja be:-pikir tentang ayat kauniyah, ajakan berpikir juga menuntun kita

(41)

yang diembannya. Maka dapat disimpulkan bahwa ajakan berpikir yang

terdapat dalc.m Al-Quran mempunyai hubungan satu sama lain dan

kesemuanya itu berpusat pada bimbingan manusia kepada Tuhannya, Allah,

Lebih jauh lagi yang menjadi objek berpikir itu sendiri tidak lain landasan

dasarnya adalah pelajciran bagi manusia dan hikmah.

Dalam Al-Quran banyak sekali kata-kata berpikir disajikan, dalam berbagai

bentuk dan makna. Ayat-ayat tersebut menjelaskan konsep berpikir secara

Gamblang dan dari berbagai perspektif, sehinggci kita dapat melihat banyak

segi dan marn'aat berpikir itu sendiri. Betapa tidak, berpikir merupakcm bekal

perjalanan rranusia dalam relung kehidupannya menuju yang Haqq.

Otomatis berpikir atau olah pikir itu sendiri didasari dengan objek pikirnya,

yaitu tanda yang Allah perlihatkan dalam ruang semest:i. Dan

tanda-tanda itu sendiri meinperlihati<an mal•nanya dengan hasil berpikir yang dibcilik

tanda itu sendiri adalah jalan dan pencapaian manusia kepada kebesaran

can keesaan Allah.

5erhubungan dengan pikiran positif dan negatif lslarn juga membahas secara

gamblang, Nash menjelaskan bahwa manusia itu sesuai dengan prasangka

hambanya. Hal ini terdapat dalam sebuah Hadist Qudsi yang artinya :

(42)

"Alw selalu berada di pihak hamba-Ku yang berbaik sangka kepada-Ku, oleh karena itu hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sesuai dengan apa yang ia k3hendaki."

Tidak dapat diragukan lagi bahwa hadis ini menjelaskan tentang keutamaan

b3rprsangka baik atau berpikir positif. Allah akan mengabulkan segala

k0inginan hamba, tentunya sesuai dengan prasangka clan pikiran hamba

tersebut. Orang yang berpikir positif akan mendapatkan balasan atas

kebaikannya itu. sebaliknya orang yang beroikiran negatif aknn mendapat

ganjaran sesuai pemikirannya kecuali mereka bertobat dan kembali kejalan

Allah. lbnu Qayyim (1996) menjelaskan bahwa ーイ。ウ。ョセQォ。@ buruk atau pikiran

negatif tidak akan pernah bersatu dengan plkiran positif. Karena orang yang

scdalu berburuk sangka cenderung melakukan perilaku kejahatan sebaliknya

orang yang berpi:·dr positif adalah orang yang memiliki pemahaman agama

yang bagus dan hamba yang taat kepada perintah-Nya. Hasan Basri (dalc.m

lbnu Qayyim, 1996) menyatakan orang mukmin yang berbaik sangka dan

berpikir posit1f kepada Tuhannya, maka ia senantiasa melakukan amal

k.abc.ikan. Seba!iknya orang yang berprasangka buruk atau berpikiran negatif

pada Tuhannya maka ia selalu melakukan kejahatan. ,Jadi dapat disimpulkan

posit!f atau ne.gatifnya cara berpikir seseorang berbanding lurus dengan

(43)

pikiran positif akan selalu mendominasi diri, sebaliknya jika pemahaman

agamanya kurariy baik maka pikiran negatif akan selalu menguasai diri.

2.2 Orientasi Masa Depan

2.2.1. Pengertian orientasi masa depan

lv1anusia sebagai makhluk pemikir akan selalu berorientasi pada

peristiwa-peristiwa dan hasil-hasil yang akan terjadi di masa mendatang. Bandura

(1980), menel;a;ikar, bahwa kemampuan untuk merencanakan masa depan

;n'.')rupakan salah satu ciri dasar pemikiran manusia. Oppenheimer (1978)

mengungkapkan orientasi masa depan merupakan ciri dari tingkah laku yang

bertujuan. Sementma Nurmi (1991) menjelaskan orientasi masa depan

diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap masa depannya.

Bilgaimana individu memandang masa depannya, akan tergarnbar melalui

harapan-harapan, tujuan, standar perencanaan,dan strntegi (Nurmi, 1991 ).

M;:irwah daud !bra.him (2004) memberikan pengertian bagaimana seseorang

m2rencanakan dan menyusun peta hidup. Ary Ginanjar (2004) juga

memberikan definisi orientasi masa depan adalah bagaimanr.i seseorang

marumuskan dan menyusun visi kedepan dengan membagi orientasi jangka

(44)

(2006) menjelaskan orientasi masa depan adalah menyusun rencana untuk

menuju masa depan. Sejalan dengan itu Trommsdorf (1983) mengernukakan

pengertian orientasi masa depan sebagai gejala yang meli;iatkan kognitif

rnotivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasi dan evaluasi tentang

cliri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa orientasi masa depan adalah kemampuan dalam

merencanakan mc.sa depan melalui harapa·n-harapan, tujuan, standar

perencanaan dan strategi.

2.2.2 Pembentukan orientasi masa depan

Dalam usahanyci mengantisipasi masa depan, individu harus membentuk

:;.kemata kognitif. Skemata ini memberikan gambaran mengenai diri serta

lingkungan individu yang diantisipasi di masa mendatang. Gambaran ini akan

rnengarahkan individu untuk aktivitas masa depan. Berdasarkan skemata

yang dihasilkar, individu membentuk harapan-harapan baru yang ingin

c'iwujudkan da:am kehidupannya di masa mendatang. Selain membentuk

gambaran mengenai dirinya di masa depan, individu juga mengantisiapasi

kejadian yang almn terjadi di masa depan, dan rnembe>ri arti tersendiri bagi

(45)

mampu memberikan penilaian atau evaluasi mengenai kejadian-kejadian dan

hRsil tingkah la!<t .. yang diharapkan di masa depan. Pada akhirnya individu

n .empunyai kemampuan untuk mengantisipasi kejadian-kejadian di masa

mencJatang dan kemampuan untuk bertindak menurut apa yang tel;;h ia

paharni, ウ・ィゥョセュ。@ menjadi dasar bagi terbentuknya ッイォセョエ。ウゥ@ masa depan

pada individu tersebut.

Berdasarkan teori Cognitif Psychology dan /lction Therapy (Nurmi. 1989),

ッセゥ・ョエ。ウゥ@ masa depan dideskripsikan melalui tiga proses, yaitu :

1. Motivation (motivasi), berkaitan dengan apa yang rnenjadi tujuan yang dicapai, waktu pencapaian dan dorongan/motif mencapai tujuan di masa

depar ..

2. Planning (perencanaan), berkaitan dengan bagaimana seseorang

meny11sun perencanaan, menjalankan dan merealisasikan dari minatnya

dalam kontesk masa depan.

3. Evaluation (evaluasi), individu harus mengevaluasi i<eyakinan diri, kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

dan rencana-rencana yang telah dibuat serta emosi.

nオイョセゥ@ (1991 ), menjelaskan bahwa ッイゥ・セエ。ウゥ@ masa de pan juga dapat

(46)

dan evaluation yang berinteraksi dengan skemata mengenai perkembangan d1 masa depan yarg telah diantisipasi. Untyk lebih jelasnya, berikut

[image:46.595.46.465.152.647.2]

diterangkan dalam bagan :

Gambar 2.1

セ。ァ。ョ@ orientasi masa depan

/ I

Motivation /

-Anticipated Goals

life-span /

/

development

.,,

/ /

Contextuai

[

Planning

knowledge

Skill

Plans

Self-concept Evaluation

/

Atributional / /

/

style

.,,

Attributions

(47)

Skema di atas menjelaskan proses orientasi masa depan :

Pertama, individu mernbentuk tujuan-tujuannya berdasarkan perbandingan

antara motif dan nilai dengan pengetahuan yang mereka miliki tentang

perkembangan sepanjang kehidupan yang diantisipasi.

Kedua, setelah individu menentukan tujuan yang ingin dicapai, dibutuhkan

aktivitas perencanaan agar tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan.

P3ngetahuan mengenai konteks masa depan menjadi landasan bagi

perencanaan ini.

Akhirnya, kesempatan-kesempatan untuk mereaiisasikan tujuan dan

rnncana-rencam:. ini dievaluasi. Dalam proses evaluasi juga terkait

p2rtimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu :serta perasaan yang

menyertainya.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan

Ada banyak hal yang mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan

sebelum individu memulai mengambii keputusan mengenai masa depannya,

menyusun rencuna dan melaksanakannya. Orientasi rnasa depan te:bentuk

s0bagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Nurmi (1989)

mengungkapkan dua faktor utama yang mempengaruhi orientasi masa

(48)

1. Faktor individu

Orient:;isi rnas3 dep'ln merupakan suatu proses yang berlangsung di dalam

ristem kognisi indiviclu. Menurut Nurmi (1991) faktor-faktor psikologis individu

Mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan. Seperti halnya

peningkatan berpikir mempengaruhi kemampuan individu untuk menentukan

tujuan, menyusun rencana dan mencari jalan yang paling efektif untuk

r1encapai tujuan walaupun mencari alternatif lain jika perencanaan tersebut

riengalami perubahan.

2. Faktor kontekstual

lndividu tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Segala sesuatu yang

diterima indiviciu dari lingkungan akan mempengaruhi pengetahuan individu

dan pandangan individu ke masa depan. Sejalan dengan berlambahnya usia,

kemampuan so::>i8lisasi individu juga berkembang. lndividu tidak hanya

berhubungan dengan anggota keluarga, tetapi juga dengan orang-orang di

luar lingkungan keluarga seperti teman sebaya, guru, lingkungan tempat

tinggal, media masa. Kesempatan yang diberil<an oleh lingl<ungan akan

mempengaruhi wawasan pengetahuan individu yang berperan dalam

perkembangan orientasi masa depan. Menurut Trommsdorff (dalam Nurmi,

セ@ 891 ), terdapat hubungan yang cul<up kuat antara hara pan yang diberil<an

(49)

Trommsdorff (1983) menyebutkan ada empat hal utama yang berkaitan

:lc;ngan perki;,mbangan kemampuan tentang orientasi masa depan yaitu ·

a. Pengaruh dari tuntutan situasi

Struktur orientasi masa depan individu terg3ntung pada gambaran individu

mengenai situasi yang ia hadapi saat ini dan yang akan ia hadapi di masa

yang akan datang. Jika apa yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai

suatu tujuan relatif sedikit, maka orientasi masa depan individu tersebut akan

memiliki stuktur yang lebih sederhana. Jika individu memandang suatu tujuan

ycing akan dicapai pada masa depan sulit untuk dicapai maka individu

cenderung untuk menyusun orientasi yang lebih dekat, sehingga

kemungkinan keherhasilan tampak lebih jelas.

Dengan demikian membentuk orientasi masa depan yang lebih se::lerhana

atau kompleks dengan konsekuensi menunda pemuasan dalam mencapai

tujuan dapat diartikan sebagai pendekatan yang realistik terhadap situasi

sosial yang dihac!api dan bagaimana mengatasinya. Orientasi masa depan

individu berfun9si sebagai pendekatan untuk mempersiapkan diri mengatasi

rr.asalah yang mungkin timbul di masa depan sesuai dengan situasi yang

(50)

IJ. Kematangan kcgnitif

F'eningkatan kernampuan kognitif yang terjadi melalui masa akhir

kanak-kanak dan remaJa mempengaruhi orientasi masa depan (Trommsdorf

198fl). Pengaruh kemampuan koynitif terhadap orientasi masa depan

diuraikan dalam penjelasan di bawah ini:

i. Pencapaian tahap formal operations selama masa dewasa awal

memungkirikan dewasa awal untuk membentuk hipotesis dalam

mengeksplorasi berbagai kemungkin<m. Kemampuan ini

diharapkan al<an membantu individu untuk menetapkan tujuan masa

depan dan nienyusun berbagai alternantif rencana tindakan dalam pikiran

mereka. Menurut Keating (dalam Nurmi, 1991), perencanan d:dasarkan

pada pengetahuan, penetapan masalah dan pemilihar strategi yang

tampak lebih sering digunakan.

ii. Pencapaian tahap formal operations meningkatkan kemampuan untulc

mengkonsGptualisasikan pemikiran mereka yang dimfleksikan dalam

metakognis:. Kemampuan metakognisi ini merupakan hal penting,

terutama dalam situasi ketika individu memiliki masalah dalam

(51)

iii. Tahap formal operations memungkinkan ウ・ウ・ッイ。ョAセ@ lebih mampu

mengkon:.eµtualisasikan pemikiran orang lain. Kecenderungan untuk

lebih memµerhatikan apa yang dipikirkan orang lain akan meningkatkan

pengaruh orang lain, delam hal ini pengaruh lingkungan terhadap

pemikiran mereka tentang masa depan.

Perkembangan kognitif pada tahap formal operational memberikan

kemampuan seorang anak untuk mengantisipasi kejadian-kejadian di

masa depan dan untuk memikirkan l<onsekuensi-kom:ekuensi yang akan

datang.

1v Pengaruh dari .:;osial laarning

Selain faktor kematangan kognisi yang berlangsu_nu dalam diri individu.

terdapat hktor di luar individu seperti pengalaman belajar yang ia alami

dalam lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya maupun !ingkungan

kerja yang berpengaruh terhadap pembentukan orientasi masa depannya.

Beberapa penelitian pada dewasa awal yang berasal dari kelas sosial

yang berbeda, latar belakang etnik dan budaya yang berbeda, serta

tingkat pendidikan yang berbeda, dengan jelas menunjukkan efek yang

signifikan dari lingkungan sosial pada perkembangan orientasi masa

(52)

v. Proses inleraksi

Beberapa penelitian mengenai orientasi masa depan menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang cukup kuat antara harapan yang diberikan

lingkungan k'";:iada individu dengan pembentukan orientasi masa depan

individu itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Rosenthal & Jacobson

(1968), Lewin & Wang (1983) mendukung teori ini bahwa individu yang

diharapkan lingkungan untuk berhasil dalam kehidupannya dan mendapat

bantuan dari orang tu::rnya serta mendukung mereka dalam pengambilan

keputusan akan membuat individu tersebut lebih percaya diri dengan

kemampuannya, lebih memiliki harapan, lebih optirnis memandang masa

depannya, dan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas. Dewasa

awal yang diharapkan berhasil dikemudian hari oleh lingkungan sosialnya,

ternyata lebih optimis dalam orientasi masa depan dan memiliki keyakinan

untuk mengontrol diri

2.2.4. Orientasi me1sa depan dalam perspektif Islam

Masa depan merupakan yang tak luput dari pandangan Islam, Al-Qur'an dan

(53)

A1taranya O.S. Ad-dhuha ( 93) ayat 4 :

Sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari yang permulaan

Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan nabi Muhammad SAW itu akan

manjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan

kesulitan-kesul:tan. ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhir

dengan kehidupan akhirat beserta segala ォ・ウ・ョ。ョセQ。ョョケ。@ dan ada pula

dengan arti kehidupan dunia.

Ketika seseorang memengerjakan sesuatu hendaklah berorientasi pada

al;hir, karena akhir itu adalah hasil dari proses kerja keras seseorang untuk

mencapai kesuksesan. Al-Quran juga mengajarkan pacla umat manusia

untuk sel<llu merencanakan masa depan dengan membuat perencanaan dan

mengevaluasi setiap rencana tersebut, karena keteraturan itu selalu diajarkan

(54)

"Lfai orang-orang yang beriman, bertaqwak/ah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan perbuatan apa yang tela/7 dilakukannya, sebagai persediaan unluk hari esok. Bertaqwalah kepada Allah. Sungguh Allah tahu benar apa yang kamu lakukan.

Ayat ini menjelaskan betapa pentingnya perencanaan untuk hari esok, dan

mengevaluasi apa yang telah dilakukan had ini dengan melihat kesalahan

dan kekurangannya serta memperbaiki. Umumnya ke£1agalan suatu usaha

terletak pada tahap pen;ncanaan awal, salah dalam menetapkan tujuan akan

berakibat fata• dalam hidup. Dernikian juga dengan evaluasi, karena dengan

selalu menilai sebuah perkerjaan maka perbaikan akan terus diberlakukan

niaka hasil yang memuaskan akan dapat terwujud.

2.3. Dewasa Awai

2.3.1. Periodiaasi dewasa awal

ャセエゥャ。ィ@ adult berasal dari bahasa latin "adultus" yang berarti "telah tumbuh menjadi kekuatnn dan ukuran yang sernpurna". Dewasa adalah individu yang

tP-lah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dFJlam

masyarakat bersama dewasa lainnya. (Hurlock,

1980).

Masa dewasa (early
(55)

tahun atau awal •Jsia dua puluh tahun dan berakhir pada usia tiga puluh

te.hun.

l\t.asa muda menurut (youth) menurut Kenneth Kenniston (dalam Santrock,

1995) adalah periode transisi dari masa remaja ke masa dewasa yang

merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi, dengan rentang

usia 19-26 tahun. Sementara menurut Erikson masa dewasa awal adalah

rr:asa yang ditandai dengan adanya peremuan intimitas atau isolasi dan

r&ntang usia 21-25 tahun. Levinson menyebutkan bahwa rentang usia

dewasa awal 17-40 tahun karena ia membagi periode kehidupan kedalam

empat bagian yaitu masa anak dan remaja (0-22), masa dewasa awal

(17-40), dewasa madya (40-65), dewas akhir (65-keatas). Jladi masa dewasa

av;al adalah masa transisi aari dunia remaja menuju dewasa, dari masa

penuh ketergantungan menuju masa kemandirian dengan rentang usia 19-25

tahun.

2.3.2.Tugas perlcembangan dewasa awal

T ugas perkembangan merupakan tuntutan dan hara pan sosial terhadap

individu dalam menjalani kehidupan. Tugas perkembangan ini akan dapat

(56)

psikologis, serta <:i.danya dukungan dari lingkungan sosial (Nihayah, dkk,

2006). Menurut Hurlock (1980) tugas-tugas perkembangan pada dewasa

awal adalah :

1. Tercapainya kemandirian ekonomi

2. Kemardirian dalarn membuat keputusan

3. Adanya penyesuaian dengan tugas-tugas baru

4. Pertumbuhan fisik alami telah kelihatan

5. Memiliki orientasi masa depan

1 ugas perkembangan ini tidak sepenuhnya ada pada setiap dewasa awal

tetapi secara gar;s besar seorang dewasa awal hendaknya sudah memiliki

c·ri-r.iri diatas. Tugas perkembangan yang lebih umum pada masa dewasa

awal adalah harapan-harapan kehidupan, mendapatkan pekerjan,

memperoleh pasangan, belajar ilidup bersarria pasangan dan menerima

langgung jswab sebagai warga Negara serta bergabung dalam sebuah

kelompok sosial yang cocok.

1ugas-tugas perkembangan ini pada awal tahun pertama akan

mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika mencapai pekerjaan,

pengakuan sosial, atau kehidupan keluarga. Jika tugas perkembangan ini

dapat dijalani dengan baik maka mereka akan menemukan kebahagiaan saat

(57)

2.3.3.

Perkembannan kognitif dewasa awal

Beberapa para ahli percaya bahwa pada masa dewasa awal individu

11.engatur per.1ikiran operasional formal mereka, sehingga mereka

merencanal<n dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti

remaja tetapi bedanya mereka jadi lebih sistematis ketil<a medeteksi

masalah. Gisela Labouvie-Vief (dalam Strock, 1995) m13njelaskan bahwa

pada dewasa awal akan terjadi integrasi baru clari pemikiran sehingga

tahun-tahun masa dewasa akan menghasilkan pembatasan-peMbatan pragmatis

yang memerlukan strategi penyesuian diri yang seclikit manganclalkan

analisis logis dalam memecahkan masalah. Lain halnya dengan Perry (1970),

juga mengungkapkan perubahan-perubahan penting tentang cara berpikir

dewasa awal d-:ingan remaja adalah ia percaya bahw_a remaja sering

memandang dunia dalam dualisme pada polaritas mendasar seperti

bGnar/salah, kita/mereka atau baik/buruk. Sebaliknya pada masa dewasa

awal mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif

yang dipegang ッセ。ョァ@ lain, yang mengguncang ー。ョ、。ョセQ。ョ@ dualistik mereka.

P·:imikiran dualistik mereka digantikar oleh pemikiran beragam, saat itu

individu paham bahwa orang dewasa tidak selalu memiliki semua jawaban

(58)

berubah dari yang mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan,

gL:na mengejar karir dan membentuk keluarga. Menurutnya ada empat

1T.acam fase dalam perkembangan dewasa awal yaitu :

1. Fase pencapaian prestasi (achieving stage)

fase yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki

konsekuansi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang seperti

pencapaian karir dan pengetahuan.

2. Fase tanggung jawab (the responbility stage)

F ase yang terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan pad a

keperluan-keperluan pasangan dan keturunan.

3. Fase eksel(utif {the executive stage)

Fase yang terjadi pada dewasa tengah dimana seseorang bertanggung

jawab kepada system kemasyarakatan dan organisasi sosial.

4. Fase reintegratif {the reintegratif stage)

Fase· ini terjadi pada masa akhir dewasa, dimana mereka lebih

memfokuskan tenaga mereka pada tuga dan kegiatan yang bermakna

bagi mereku (Santrock, 1995). Dari beberapa pendapat di atas terlihat

jelas bahwa µada masa dewasa awe.I individu teiah merumJJskan mcisa

depan, target jangka panjang dan nenerapkan pengetahuan yang dimilivi

'

(59)

2.3.4. Perkembangan psikososial dewasa awal

Erikson dalam ceori psikososial, mengemukakan perkembangan ego pada

masa dewasa awal dengan dimensi polarisasi antara keintiman dan

keterasingan. Masa ketika seseorang mewujudkan orientasi masa depan

dengan memperoleh kesempatan untuk berkiprah dalam masyarakat,

kesiapan mencapai cita-cita dan pekerjaan, kesiapan rnemilih pasangan

ridup dan hidup bersama dalam suatu perkawinan (Singgih, 2003). Menurut

Erikson seseorang harus bisa membina hubungan-hubungan secara baik

agar dapat me'lampilkan diri secarc; penuh. Karena keterbukaan dan

k2mauan untuk rnemberi serta ュ・ョ・セゥュ。@ dalam jalinan cinta kasih akan

menghasilkan kemesraan dan keintiman. Sebaliknya jika mereka tidak

mampu menemukan keintiman maka mereka akan merasa terasing.

2.4. Kerangka Berpikir

Masa depan yang baik adalah harapan setiap individu untuk memperoleh

kehidupan yang bahagia. Untuk mewujudkan masa depan yang 「。ゥセ@ tidak

semudah membalikkan tangan, diperlukan cara-cara yang dapat membuat

(60)

menetapkan tujuan rnasa depan. Dengan proses berpikir seseorang dapat

rnerencanakan masa depan, menetapkan tujuan dan mengevaluasi rencana

tersebut apakah masih layak diberlakukan atau diganti. Mas<.i usia dewasa

awal, kebanyakan individu berada da!am kebingungan, kecemasan karena

sembari menjctlankan pendidikan di perguruan tinggi, mereka akan

dihadapkan dengan masa depan yang lebih tinggi yaitu dunia kerja, usia

yang terus bertamb<ih dan kebutuhan ak;;m kemapanan. ldealnyR mereka

sudah memiliki orientasi yang jelas untul< menjalani kehidupan, karena

crientasi hidup yang jelas, pekerjaan tetap merupai<an bagian dari tugas

perkembangan dan tuntutan sosial masyarakat, namun yang terjadi mereka

mengalami kebingungan, kecemasan dan ketakutan dalam menan!i masa

depan. Merek<i takut gagal dalam merencanakan hidup, karena selalu

dipengaruhi oleh pikiran was-was, cemas dan harapan··harapan negatif, yang

mernbuat akal sehat mereka tertutup bahkan buntu karena selalu dihantui

dengan ketakutan-ketakutan.

Untuk itu diper'ukan perubahan pola pikir pada dewasa :iwal ini, mereka

harus bisa merubah pikiran mereka dari pikiran negatif menjadi pikirnn positif.

Karena pikiran pcsitif mengandung pengertian memusatkan perhatian pada

hal-hal positif sehingga terwujud dalam bahasa dan tindakan positif sebagai

(61)

negatif, akan membuat seseorang terkungkung dalam ketakutan sehingga

membuat mereka buntu dalam berpikir.

hal ini akan membuat mereka putus asa jika terus larut dalam kebuntuan,

karena tidak bisa dipungkin t1ndakan seseorang tergantung pada pikirannya.

Dan setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih responnya

masing-masing, baik itu itu positif atau negatif tergantung dari persepsi yang timbul

dari pikirannya. Karena pikiran adalah raja, pikiran penentu gerak langkah

manusia, lingkungan luar hanya akan memberikan ー・ョAセ。イオィ@ tetapi

keputusan ber;ida dalam pikiran seseorang.

r::>engan pikiran seseorang mampu menghasilkan energi untuk dirinya dalam

menyelesaikan pekerjaan, mengatasi masalah dan menghad<:>pi tantangan.

Berpikir juga sangat penting untuk meyakinkan seseorang terhadap sebu'3h

C:ta-cita, harapan, dc:n tujuan karena dengan berpikir seseorang akan dapat

menjalankan sesuatu dengan tenang sehingga dapat menyusun

planing-p:anning, target, tujuan menuju masa depan sukses. Namun berp;kir disini

adalah berpikir yang ditujukan pada hal positif contohnya optimis dengan

masa depan dengan selalu berusaha membangun skill, bukan sebaliknya

(62)

Penulis berangga;:>an bahwa seseorang yang selalu menanamkan pikiran

positif dalam diri dan menjauhkan pikiran negatif, terhadap masa depannya

niaka ia akan mamiliki masa depan yang cerah sebaliknya jika seseorang

yan

Gambar

Tabel 3.1. Blue Print Skala Berpikir ········-'.···· ...............................................
Gambar 2.1. Skema Orientasi Masa Depan ................................................
Gambar 2.1 セ。ァ。ョ@orientasi masa depan
Gambar 2.2 Bagan Hubungan Berpikir dengan Orientasi Masa Depan
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... LANDASAN TEORI ... Disiplin Kerja .... Definisi disiplin kerja

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Pembatasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Tinjauan Pustaka .... Hasil Belajar

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Penelitian ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Batasan Penelitian ... Struktur Organisasi Skripsi...

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Pembatasan Masalah ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... LANDASAN TEORI

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Pembatasan Masalah ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ...

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... LANDASAN TEORI ... Pengertian Perkawinan .... Peran pria dan wanita di

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Perumusan dan Pemecahan Masalah ... Perumusan Masalah ... Pemecahan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Tujuan Penelitian ...

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan... Pengertian