SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyarntan Memperoleh Gelar Kesarjanaan セウゥォッャッァゥ@
Oleh
r
,/
I )
l jiff,,,
/ ···fyj
RAHMA ZIKR.Lt·,., ..
103070029114
FAKULTAS PSIKOLQ(jl
UNIVERSITAS ISLAM NEGERll SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Kesarjanaan Psikologi
Oleh
RAHMAZIKRA
NIM.
1030700291'I4
Di bawah Bimbingan,
FAKUL TAS PSIKOLOGI
Pembimbing JI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF H!DAYATULLAH
JAKARTA
2007
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN BERPIKIR OENGAN ORIENTASI MASA
OEPAN PAOA OEWASA AWAL telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 14 Juni 2007. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.
Jakarta, 14 Juni 2007
Ketua Mei· ngka Anggota,
M.Si
Pembim
Ora. Nett
セ@
tati M.SiNIP. 1502 1:933
Penguji I
Sidang Munaqasyah
111
Pembimbing II
Sk,ripsi ini (u persem6ali.kJr,n <Buat <Papa&:, :Mama k,u tersayang,
yang tefali. mem6esarkJr,n dan mendidik,ananda, terk,li.usus 6uat
Saudara-sawfarak,u yang tercinta "<Bang .J/.d dan <Bang Jfamtfi,
X..,ak,I na dan /{fdua ad:indak,u
If
dan Si[mi serta /{f[uarga 6esar
yang k,u sayangi.
f)emi masa (waktu}, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecua/i
orang /ang beriman dan beramal sha/eh dan nasehat menasehat dalam
kebenaran dan kesobaran (Al-Ashr)
Akhir itu /ebih batk bagimu daripada permulacn (Ad-dhuha)
Kukatakan pada hatiku
Jika kegelisahan meloncat keluar, maka bergembiralah ketakutan itu ukcm segera sirna
(Aidh al-Qarni)
If You fail to plan, you are planning to fail
Jika gagal berencana, berarti sedang merencanakan kegagalan
Pikiran adalah pengungkit besar bagi segala hal, pemikiran merupakan proses untuk mendapatkan jawaban tertinggi bagi tujuan hidup (Winston Churchill)
l<esuksesan ukan selalu ditemukan pada akhir per jalcman po.njang yang bertaburan sampah kegagalan (Walter Staples)
(C) Rahma Zikra
(D) Hubungan 8erpikir dengan Orientasi Masa Depan pada Dewasa Awai (E) 137 halarnan (termasuk lampiran)
(F) Berp;kir adalah proses perhatian tertuju pada hal positif dan negatif dengan menggunakan bahasa untuk membentuk clan mengungkapkan pikiran. Aspek berpikir dapat dilihat dengan 4 indikator yaitu : harapan, afirmasi diri, pernyataan, penyesuaian diri terhadap kenyataan. Orientasi masa depan adalah gejala yang melibatkan kognitif motivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasf·dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan, dengan 3 indikator yaitu :
motivation (motivasi), planning (perencanaar), evaluation (evaluasi). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dergan metode penelitian korelasional. .Jumlah populasi dalam penelitia'l ini adalah 322 orang dari dua angkatan 2004-2005. Dari jumlah tersebut dipilih 30 orang responden sebagai sampEil pene!itian dengan
menggunakan purposive sampling lnstrumen pengumpulan data adalah
Skala model likert. Bentuk pengolahan dan analisa data menggunakan onalisa statistika dengan menggunakan program SPSS 12.0, oada uji
validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson dan untuk
menguji reliabilitas inst1·ument dengan Alpha Cronbach. Dan untuk
menguji hipotesis penelitian menggunakan Producl' Moment. Jumlah item
yang valid untuk skala berpikir 54 item clan 12 item yang tidak valid. Reliabilitas skala berpikir adalah 0.91 fi. sedangkan item yang valid pada
skala oreintasi masa depan terdapat 57 item yang valid dan 9 item yang
tidak valid. Reliabilitas ska! orientasi masa depan adalah 0.935.
Berdasarkan analisis korelasi Product Moment dari Pearson terhadap
hipotesis yang d'.ajukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berpikir dengan oriantasi masa depan. Karena r hitung (0. 772) > r table (0.361) yang berarti seorang dewasa awal yang memiliki
cara berpikir 1ang positif akan memiliki orientasi masa depan yang jelas clan positif, sebaliknya seseorang yang memiliki ori•entasi masa depan yang negatif maka akan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas clan cenderung negatif. Untuk penelitian &Elanjutnya diharapkan dapat mengambil sampel dalam jumlah yang lebih banyak dan umum, agar penelitian ir.i lebih representatif.
('..3) Bahan Bacaan : 50 (1980-2007)
segala alam yang selalu melimpahkan kasih sayang dan nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan buat Nabi junjungan alam Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia menuju alam penuh ilmu pen2etahuan.
8anyak hal yang penulis dapatkan dsri sebuah karya tulis ini, tidak hanya s2buah hasil karya, juga pengalaman hidup yang beragam yang melatih penulis untuk rr.enjadi lebih baik dan dewasa dalam menjalani hidup. Penulis nienyadari sekali penulisan ini jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan, walaupun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbaik.
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat selesai, yanu merupakan salah satu syarat untuk riencapai gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang ti1k ternilai kepada :
1 lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi dan
Dosen pembimbing I dalam penelitian ini, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh perhatian dan keikhlasan serta
selalu memot:vasi penulis sehingga karya tulis ini selesai.
2. lbu Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si, Bapak Ors. Ahmad Syahid, M.Ag
dan Bapak F>rof. Dr. Rif'at Syauqi Nawawi, MA (pembimbing akademik)
selaku pembantu Dekan yang turut berperan dalam penyelesaian karya tulis ini.
3. lbu Natris ldriyani, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu menghadapi penulis dengan penuh kesabaran, sehingga karya tulis ini dapat terwujud.
4. Kepada kedua orang tuaku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat dengan penuh keikhlasan dalam menghadapi penulis karena mereka menjadi sumber inspirasi bagi penulis. Semoga Allah sela;u •nemberikan rahmat dan kesehatan serta membalas atas kobaikan mereka berdua.
6. Kepada te'11an-temanku !ante ami, lchCI yang tidak bosan mendengarkan curhatku serta nita, syarah, ela dan islna yang turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga Mahasiswa Minang (KMM), uda-uni senior (da daus, da
busman, da bujo, da ud, da andi, da budi, da inyiak, da mamak, da datuk, ni Yenti dll) yang selalu memberikan support kepada penulis dan anggota KMM (Boy, Udys, Ila, Oky, Rani, Ommi, Rina, Randy, Rino, da Rom1, da Taufik, da rasul, dafe, kanda Syamsul, da Rozi, Arya, da im, Keling, P.yu, ni ra, ni Surya dll) yang turut serta membantu penu.lis dalam penelitian ini.
8. Teman-teman FP21 (Adang, Fitri, lcha, lbnu, Sun-sun, Fakih dan teman-teman angkatan 2004) yang telah memberikan kebersamaari dan hari-hari indah di organisasi, sehingga banyak hal yang kita peroleh disana,
semoga silaturrahmi kita tetap terjaga.
9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2003 (lela, ucup, ratna, farah,
fira, nca, cigung, rini, ilunk, kamal, wawan, farah, titi, fatma de-el-el yang
tidak penulis sebutkan satu persatu) yang menjadi teman diskusi penulis sehingga turut membantu proses panyelesaian skripsi ini.
I 0. Terkhusus buc;,t teman-teman kelas C (iryn, ayu, nia, ina, fanny, wulan, joya, litha, ika, ajeng, intan, andin, inonk, iis, nana, mia, novi, lucky, indah, dewi, aay, nur, pak ustadz, yoga, awing, angga, deni, don n pokoknya semua yang ada di absen dech) yang selalu memb13rikan kebersamaan, tawa canda yang selalu berbekas dihatiku dan 。ォ。セQ@ selalu kurindukan.
11. Seluruh team TLC, kak Jamali, kak Bekti, kak Andi, Kak Yudi dan juga kak Ana yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
1 :2. Mahasiswa Psikologi yang telah membantu penulis dalam pengisian
。ョァォ・セ@ sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.
Halaman Pcrsetujuan ... .ii
Malaman P!=!ngesahan ... iii
Persembahan ... iv
Motto ... v
Abstrak ... vi
!Cata Pengantar ... vii
Daftar lsi ... : ... ix
Daftar Tabel ... : ... xii
Daftar Gambar ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB1.PENDAHULUAN 1 . 1 . Latar Belakang ... 1
1.2. ldentifikasi Masalah ... 5
·1.3.
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 51.3.1. Pernbatcisan Masalah ... 5
1.3.2. Perurnusan Masalah ... 6
セ@ .4. Tujuan dail Mamfaat penelitian ... 6
1.4.1. Tujuar penelitian ... 6
1.4.2. Manfaat penelitian ... 7
1 .5. Sistematika Penulisan ... 8
fJAB 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Berpikir ... 9
2.1.1. Pengertian ... 9
2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir ... 16
2.1.6. Tin!c]katan dalam berpikir ... 20
2.1.7. Bentuk berpikir ... 21
2.1.8. Hamoatan Berpikir ... 23
2.1.9. Berpikir dalam Perspektif lslam ... 24
2.2. Orientasi Masa Depan ... 29
2.2.1. Penge,iian ... 29
2.2.2. Pe.nbentukan orientasi masa depan ... 30
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruh1 mientasi rnasa depan ... 33
2.2.4. Orientcisi Masa Depan dalarn P,erspektif Islam ... 38
/..3. Dewasa Awai ... .40
2.3.1. Periodisssi Dewasa Awai ... .40
2.3.2. Tug as perkembangan ... .41
2.3.3. Pei kembangan Kcgnitif Dewasa Awai ... .43
2.3.4. Perkembangan Psikososial Dewasa Awai ... .45
<..4. Kerangka Berpikir ... .45
2.5. Pengajuan Hipotesa ... 50
RAB 3. METOIJOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 51
3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian ... 51
3.1.2. Definisi variabel dan operasional ... 51
3.2. Pengarnbilan sampel ... 52
3.2.1. Pop1,;lasi ... 52
3.2.2. Sampel ... 53
3.3.2. Teknik uji instrumen penelitian ... 59
3.4.Teknik a11alisis data ... 61
BAB 4. ANALl5!S HASIL PENELITIAN 4.1. Gamba ran Um um Responden ... 63
4 .2. Uji lnstrumen Peneliticin ... 63
4.2.1. Has ii Uji Validitas Skala Berpikir ... 64
4.2.2. Hasil Uji Valiclitas Skala Orientasi Masa Depan ... 67
4.2.3. Has ii Uji Reliabilitas Berpikir clan Orientasi MasB Depan ... 68
"'· 3. Uji Persyaratan ... 70
4.3.1. Uji エセッイュ。ャゥエ。ウ@ ... 72
4.3.2. Uji Homogenitas ... 70
4.3.3. Uji Hipotesis ... 73
4.4. Hasil P':lnelitian ... 7 4 3AB 5. PENUTUP S.1. Kesimpulan ... 75
Ee .2. Diskusi ... 75
5.3. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 3.1. Blue Print Skala Berpikir ···-'.···· ... 56
Tabel 3.2. Blue Print Skala Orientasi Masa Oepan ... 58
Tabel 4.1. Hasil Uji lnstrumen Item yang Valid Skala Berpikir ... 65
Tabel 4.2. Blue Print Skala Berpikir Pasca Try Out Tabel ... 66
Tabel 4.3. H8sil Uji lnstrumen Item yang Valid OMO ... 67
Tabel 4.4. Blue Print Skala OMO Pasca Try Out. ... 68
Tabel 4.5. Norma Reliabilitas ... 69
Gambar 2.1. Skema Orientasi Masa Depan ... 32
Gambar 2.2. :lustrasi Kerangka Berpikir ... .49
Gambar 4.3. Q-Q Plot Skala Berpikir ... 71
Garn bar 4.4. C-Q Plot Skala Orientasi Masa Depan ... 72
Lampiran 1
C'ata Hasil Try Out
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas Skala Berpikir dan Orientasi Masa Depan
Lampiran 3
Reliabilitas Skala Berpikir dan Orientasi Masa Depan
Lampiran 4
uata Hasil Penelitian
Lampiran 5
l-1asil Uji Normalitas
Lampiran 6
l-1asil Uji Homoge11itcis
Lampiran 7
hasil Uji Hipotesis
Lampiran 8
lnstrumen PenGlitian
1. 1 Latar Belakang
Masa depan merupi3kan hari esok yang menjadi penantian setiap orang.
fvlasa depan juga sebuah harapan dan cita-cita yang menjadi bayang-bayang
k;;hidupan. Sebab tidak satupun orang tahu apa yang akan terjadi pada masa
depannya. Kecuali dengan perencanaan, usaha dan keyakinan barulah
manusia tenang dalam menjalani hidup. Manusia selaku mahluk-Nya
dianugerahi akal untuk berpikir dan merencanakan masa depan agar dapat
h1dup lebih baik. Setiap individu perlu memfungsikan dan mengoptimalkan
potensi berpikirnya guna merencanakan masa clepannya sebail< mungkin
dalam menjalani kehidupan.
Dalam diri manusia tardai)at tiga ranah psikologis yan£1 saling mempengaruhi
satu dengan lainnya. Ketiga ranah ini juga sangat rnenentukan sikap dan
perilaku 1ndividu. R3nah psikologis itu terdiri dari ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah kognitif yang disebut juga dengan fungsi intelektual dan
seseorang. Karena manusia memiliki akal yang diciptakan Allah, maka
mereka dapat berpikir guna mengatur setiap gerak. Kemampuan berpikir
r,1erupakan pusat kendali seseorang dan tanpa berpikir seseorang tidal< akan
rnampu merumuskan dan merencanakan serta menjalani kehidupannya di
masa sekarang dan masa mendatang yang lebih baik. Sehingga menjadi
orang yang gaga! dan putus asa dalam kehidupan. Oleh !<arena itu
kemampuan berpikir merupal<an penentu dan cara seseorang menyelesaikan
masalah menuju masa depan yang lebih baik dan suk,sef •. Hal ini merupakan
indikator terwujudnya sebuah masyarakat dan bangsa yang maju.
Marwah Daud Ibrahim dalam buku Mengelola Hidup dan Merencanakan
Masa Depan (lv1Hf\1MD) menjelaskan bahwa untuk mernperoleh bangsa yang
maju harus merubah pola pikir generasi dengan menyusun peta kehidupan.
Karena itu orientasi masa depan merupakan sesuatu yang harus dirumusl<an,
dipetakan dan di1dentifikasi dengan cara memikirkannya. Karena dengan
berpikir seseora11g mampu memilih apa yang terbaik untuk masa depannya.
1-ial ini diduku11g juga oleh penelitian Astin, Green dan Korn (dalam Santrock,
1995)
yang dilakukan pada500
sekolah tinggi dan universitas. Adapunjumlah mahasiswa kurang lebih
3000
orang, pada tahun1987,
8,7%
mahasiswa me:nyalami depresi karena cemas dan putuf. asa dengan masa
%
mahasiswa mengalami kecemasan menghadapi masa depan yangcerujung pada stress. Mereka mengalami tekanan kan:ma 1,etakutan akan
kegagalan dalarri menghad3pi masa depan, kecemasan dan kebingungan
menanti masa depan. Hal di atas meliputi keinginan untuk memperoleh
kesuksesan dalam mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan finansial.
Dalam menghadapi masa depan akan muncul ketakutan, kecemasan,
kebingungan can pikiran negatif lain yai1g selalu menghantui generasi muda
yang mengakibatkan turunnya motivasi mereka. Tingkat persaingan semakin
tinggi sehingga menjadikan motivasi untuk memperoleh pekerjaan rendah
didukung lagi dengan keterbatasan lapangan pekerjaan, membuat mereka
rnenjadi putus asa dan tidak tahu harus melakukan perbuatan yang dap2t
mengobati rasa takut.
Peristiwa ini sesuai dengan hasil wawancara, 1·ang penulis laksanakan pada
30 orang mahasis.wa Universitas Islam Negeri (UIN), 90 persen dari mereka
IT'engaku tidak tahu bagaimana cara merencanakan masa depan, cemas
ketika lulus kuliah dan takut gagal untuk menghadapi hari depan. Merek;i
..!ika generasi muda Indonesia mengalami hal tersebut diatas, maka akan
berujung pada meningkatnya pengangriuran di Indonesia. Data total
penganggura'l vang tercatat di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Oepnakertrans) sampai Juni 2006, mencapai 11, 1 orang dan dari :ahun ke
t<Jhun, bahkan clalam hitungan bulan tingkat penganguran Indonesia semakin
meningkat (Pikiran Rakyat, November 2006).
Berpikir meruµakan tingkah laku mental yang menjadi bagian dari kegiatan
mental sehari-hari pada setiap orang. Namun yang menjadi parsoalan tidak
semua orang 、。セ。エ@ berpikir secara positif dalam merencanakan sesuatu.
Seseorang yang mampu memikirkan sesuatu secara positif, diharapkan
mampu merencanakan masa depan dengan jelas sebaliknya orang yang
berpikir negatif akar, melihat setiap pennasalahan 、・ョAセ。ョ@ pandangan yang
sampit dan terbatas sehingga sulit merencanakan masa depan dengan baik
k'Jrena selalu berpandangan sempit dan menilai masa depan itu akan datang
dengan sendirinya. Mereka selalu mempertimbangkan apapun dengan
melihat hal negatif sehingga seringkali mereka mengalami kebuntuan dalam
berpikir make: berujung pada sikap pesimistis, putus asa dan tanpa harapan
Oleh karena it1J juga, berpikir merupakan aspek yang paling dekat dengan
orientasi masa depan. Jadi penulis tertarik membahas apakah ada
HUBUNGAN BERPli<IR DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA
DEWASA AWAL.
1.2. ldGntifikasi Masalah
Rardasarkan latar belakang di atas, maka penulis mennidentifikasi masalah
dalam penelitian 1ni adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan berpikir ?
2. Apakah maksud orientasi masa depan ?
3. Apakah yang dimaksud dengan dewasa awal ?
4. Apakah ada hubungan berpikir dengan orientasi masa depan pada
dewasa awal?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Dalam penelitian ini, variable-vanabel yang berkaitan d€mgan judul peneliforn
Berpikir adalah proses perhatian tertuju pada hal positif dan negatif dengan
menggunakan barasa untuk membentuk dan rnengun9kapkan pikiran.
Sedangkan orientasi masa depan adalah gejala yang rnelibatkan kognitif
motivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasi da!l evaluasi tentang
diri di masa depan dalam interaksinya der.gan ャゥョァォオョセQ。ョL@ orientasi masa
depan dibatasi dengan melihat faktor motivasi (motivation), perencanaan
(r!anning) dan evaluasi (evaluation).
1.:3.2.
Perumusa11 masalahAdapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah ada hubungan berpikir dengan orientasi :Tiasa depan pada dewasa
awal?
1.4. Tujuan dan manfaat penulisan
1.4.1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui apakah ada hubungan berpikir terhaidap orientasi masa
1.4.2. Manfaat penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur
bagi khazanah kajian psikologi, khususnya mengenai psikologi kognitif.
Adapun manfaat secara praktisnya adalah agar dapat memberikan sebuah
ii1formasi merigenai hubungan berpikir dengan orientasi masa depan. Serta
agar dapat membantu peneliti selanjutnya untuk mengembangkan r:enelitian.
1.5. Sistematika Penulisan
,l\dapun sistemalika penulisan yang akan digunakan oleh penulis dalam
i:;enyusunan pmposal ini adalah :
EAB 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang; identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, sistematika penulisan.
BAB 2 : Kajian pustaka diantaranya mengenai definisi berpikir, fungsi berpikir,
aspek berpikir, fal<tor yang mempengaruhi pikiran, tingkat:::m berpikir,
bentuk-tentuk berpikir, hambatan berpikir dan berpikir dalam perspektif Islam.
Pengertian orientasi masa depan, faktor yang mempengaruhi orie:itasi masa
mempengaruhi orientasi masa depan serta orientasi masa depan dalam
perspektif Islam. Kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis.
BAB 3 : Metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian meliputi pendekatan
dan metode yang digunakc.n, definisi variabel dan operasional variabel.
Pengambilan populasi dan sample, teknik pengarnbilan sample,
pengumpulan data meliputi rnetode dan instrument penelitian dan teknik uji
instrument penelitian dan teknik analisis data.
BAB 4 : Presentasi dan analisa data terdiri dari gambaran umum responden,
11ji instrumen penelitian, hasil uji validitas skala berpikir dan skala orientasi
masa depan serta hasil uji reliabilitas berpikir dan orientasi masa depan. Uji
persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji h1potesis
serta hasil utama penelitian
2.1. Berpikir
2.1.1. Pengertian berpikir
Kata Berpikir dalarn Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) mengandung
c:rti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
Eesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan. Adapun hasil dari berpikir
dan aktualisasi akal adalah pikiran, Dalam Oxford Advanced Dictionary
English (1974), berpikir sepadan dengan to think with, y&itu menggunakan
atau melatih pikiran untuk membentuk opini dan menarik kesimpulan
oarinya, me111pertimbangkan sesualu (consider; take into account),
rnembayangkan (imagine), merenung akan sesuatu (reflect to, how),
Mengharap, kontemplasi (contemplate). Sernentara rnenurut Glass dar
1-!olyok (1988) berpikir adalah proses menghasilkan representasi mental yang
baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kornplek
2ntara atribut-atribut mental. Sarwono (2000) memberi batasan berpikir
2clalah tingkah la:rn yang menggunaka;i idG, yaitu suatu proses simbolis.
karena tidak menggurr:iKan ide dan simbol-sirnbol tertentu. Philip L Harriman
mengungkapkan bahwa berpikir adalah aktivitas dalarn menanggapi suatu
situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panc:a indera. Atkinson
mendefinisikan bahwa berpikir merupakan aktifitas mental yang dianggap
sebagai bahasa otak. Jadi dapat disimpulkan berpikir adalah rnenggunakan
akal budi untuk rnempertimbangkan dan memutuskan sesuatu dalam
n 1enanggapi suatu situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panca
indera. Sementara itu berpikir positif menu rut Albrecht (1980) adalah
kemampuan berpikir seseorang untuk memusatkan perhatian pada sisi positif
dari keadaan ciiri, orang lain dan suatu peristiwa. Sedangkan berpikir negatif
adalah kemami;uan berpikir seseorang dengan memu<;atkan perhatian pada
s1si negatif. Lain halnya menurut Pecde berpikir positif adalah memusatkan
p1kiran pada hal positif sehingga akan menimbulkan energi yang positif bagi
s0seorang dalam menyelesaikan pekerjaan, mengatasi masalah, dan
1T.enghadapi tantangan, sebaliknya berpikir negatif akan menghasilkan energi
n0gatif, yang akan menghambat proses penyelesaian masalah se.seorang.
A1dh Al-Qarni (2005) dalam bukunya La Tahzan menjelaskan berpikir positif
adalah senantiasa berpikiran/berprasangka baik pada manusia dan Tuhan
d'llam menyelesaikan suatu pekerjaan, karena prasan£1ka Tuhan itu sesuai
dengan prasangka hamba-Nya. Ary Ginanjar (2006) memberi batasan
kondisi lingkuni:;an secara positif sehingga saling percaya, saling mendukung,
koperatif, terbuka akhirnya bisa menghasilkan performa terb;;,ik terhadap
lii1gkungan sebaliknya orang yang tidal< dapat menciptakan kondisi yang
positif adalah orang yang berpikirnn negatif. Abdullah Gymnastiar (2006)
mendefinisikan berpikir positif adalah orang yang selcilu memandang segalci
s-:;suatu dari sisi positif, tanpa adanya prasangka. Goleman (1997) jJga
n 1emberi definisi berpikir positif yaitu orang yang memiliki pandangan yang
cukup mengenai dirinya dan menyadari kekurangnnya sebaliknya orang ya.19
berpikiran negatif akan merasa dirinya selalu mengalami kekurangan dan
tidal< pernah puas. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah
111emusatkan perhatian pada hal positif sebaliknya orang yang berpikir negatif
ai<an memilki perhatian yang terpaku pada hal negatif.
2:1.2 Funglii bc;;rpikir
82rp.kir merupakan proses mental yang terjad1 dalam diri manusia, maka
setiap manusia yang berakal akan memamfaatkan akalnya dengan berpikir,
adapun fur.gsi berpikir itu menurut Davidof (1981) terbagi pada tiga bagian
ada yang menentukan masa depan kita. Keputusan yang kita arnbil
beraneka ragam, tetapi ada tanda-tanda umumnya, yaitu:
a. Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usal1a intelektual;
h. Keputusan selalu melibatkan pilihan dan berbagai alternatif'
c. Kepu:usan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun dalam
pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
2. Menghasilkan sesuatu yang baru (creativity)
Kreativitas adalah berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru, hanya
manusia ym1g mam;:iu melakukan creafivity di sepanjang sejarah
hidupnya. Berpikir kreatif, menurut Coleman dan Coustance L. Hammen
(1974), adalah 'thinking which procedure, new methods new concepts
new understandings, new inventions, new work of art." Berpiki• kreatif adalah berpikir analogis-metoforis. George Lakoff clan Mark Johnson
menjelaskan bagaimana pemikiran kreatif ini berhasil memperluas
cakrawala pemikiran. Sementara Guilford membedakan antara berpikir
kreatif dan tidak kreatif dengan konsep berpikir ko;wergen dan diverge:1.
menghasilkan sejumlah solusi dari berbagai sudut pandang, dengan
kreativitas. Berpikir divergen dapat diukur dengan 17uency, flexi.'?i/itas, dan
originality
3. Pemecahan Masalah (problem solving)
Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan. Namun suatu ketika
kita dihadapkan dengan situasi yang tidak dapat kita hadapi dengan cara
yang biasa maka akan timbul masalah. Selanjutnya yang harus dilakukan
adalah mengatasi masalah itu. Proses memecahkan masalah itu
berlangsung melalui lima tahap, yaitu:
a. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa diharnbat karena
seoab-sebab tertentu.
b. Mencoba menggali memori untuk mengetahui car;;i-cara ape saja yang
efektif pada masa lalu.
c. Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yan£1 pernah diingat atau
dapat dipikirkan. Pada tahap ini terjadi trial and error yang disebut
dengan penyelesaian mekanik (mechanical solution)
d. Mulai menggunakan larnbang-lambang verbal atau grafis untuk
mengatasi masalah; mencoba rnemahami situasi yang terjadi, mencari
jawaban, dan menemukan kesimpulan yang <epat mungkin
menggunakan deduksi atau induksi; tetapi karena jarang memperoleh
e. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu pemecahan. Kilasan pemecahan
masalah i11i <:lisebut Aha Er/ebnis (pe11galaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.
?.1.3. Macam-rnacam berpikir
Para ahli membagi berpikir dalam berbagai perspektif, Davidof membagi
cerpikir deng&11 berpikir terarah dan tidak terarah. Floyd L. Ruch (dalam
J\bdurrahman 2004) menyebutkan tiga macam bagian dari berpikir yaitu
secara deduktif, induktif dan evaluatif. Sarlito (2000) juga membagi berpikir
ilu dengan berpikir asosiatif dan terarah. Berpikir terarah diarahkan pada
pemecahan masalah yang dibagi lagi menjadi berpikir kritis dan kreatif.
Sedangkan Albrect membagi berpikir dengan berpikir positif dan negatif.
Berpikir positif adalah perhatian tertuju pada subyel< positif dan
menggunakan bahasa positif untuk membent.uk dan mengungkapkan
pikiran.
2. Berpikir negatif adalah pemusatan perhatian pada hal negatif dan
menggunnkan bahasa negatif dalam meng•Jngkapkan pikiran contoh :
kritik terhadaµ diri, pertimbangan nilai negatif, kein£1inan negatif dan
2.1.4. Aspek-aspek berpikir
Positif atau negatifnya proses berpikir seseorang dapat dilihat melalui
aspek-aspek yang ada dalam diri. Adapun aspek-aspek-aspek-aspek berpikir tersebut
dikemukakan oleh Albrecht (1980). yaitu :
1 l-larapan, yaitu melakukan sesuatu lebih rnemusatkan perhatian pada
!<esuksesan, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari bayang-bayang
tentang kegagalan, harapan negatif dan larut dalam kebuntuan.
2. Afirmasi diri yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan diri sendiri,
melihat diri sendiri secara positif dan menjauhkan pemusatan perhatian
pada pemikiran negatif.
3. Pernyataan, maksudnya suatu pernyataan yang telah mengarah pada
penggambamn keadaan dari pada menilai keadaan! tidak kaku dan fanatik
dalam berpendapat. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai pengganti pada
saat seseorang cenderung untuk memberikan pernyataan yang negatif
terhadap suatu r.al.
4 Penyesuaian diri terhadap kenyataan, yaitu mengakui kenyataan dan
segera berusaha menyesuaikan airi, menjauhkan diri dari penyesalan,
Disamping melihat aspek-aspek berpikir, faktor-faktor yang mempengaruhi
cara be·pikir ;;eseorang apakah positif atau negatif dapat terlihat dari faktor
yang mempengaruhi.
2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir
Adapun faktor-Iaktor yang mempengaruhi berpikir, Goleman (1997; 420)
rnenjelaskan taktor-faktor yang mempengaruhi berpikir adalah :
1. F aktor tempramen bawaan
Salah satu sumber mengapa orang berpikir positif atau negatif Goleman
menyebutkan mungkin saja dipengaruhi oleh tempramen bawaan, namun
tempramen tidal< secara mutlak akan terbawa sampai clewasa, tetapi
temprarnen dapat berubah berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
d;ialui selama l<ehidupan.
2. Faktor lingku11gan
Lingl<ungan merupakan tempat manusia dapat berhubungan dengan oranG
lain, baik itu lingkungan rumah, sekolah <-itau lingkungan masyarakat.
Lingkungan dapat mempengaruhi cara manusia berpikir, membentuk
セ・ウ・ッイ。ョァ@ dididik dalam lingkungan yang penuh dengan segi-segi negatif,
maka pola pemikiran:iya sudah tersimpan sehingga apaoun yang baik tidak
bisa merubah pandangannya. Artinya orang yang hidup dalam lingkungan
yang mengajarkan hal-hal negatif, ajaran tersebut akan terinternalisasi pada
rola ー・ュゥォゥイ。セQョケ。L@ maka setiap peristiwa atau keadaan yang dihadapi akan
selalu nampak negatif, karena selalu dilihat dari sudut pandang sendiri.
Orang lain yang menjelaskan kebenaran peri$liwa atau keadaan yang sesuai
dengan realitas cenderung kurang dapat merubah pandangan tersebut.
セM Faktor pernahaman diri
Orang yang berpikir positif dipengaruhi juga oleh faktor pemahaman diri yang
baik. Dapat d1asumsikan orang yang berpikir positif yaitu orang yang memiliki
randangan yang cukup mengenai dirinya dan menyadari kekurangnnya. Dari
remahaman di1 i yang cukup inilah orang tersebut dapat menempatkan
airinya sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga tidak berpikir
untuk memaksakan diri diluar kemampuannya yang merugikan. Sebaliknya
orang yang berpikiran negatif cenderung kurang memahami diri karena
merasa diri yar,g paling benar dan tidak menyadari kek.urangannya. Sehingga
orang yang berpikiran negatif sulit untuk bisa rnenempatkan diri sesuai
kelebihan dan kekumngannya sehingga terlihat memaksakan kehendak
4. Faktor persepsi sosial
Persepsi sosial juga mempengaruhi cara berpikir seseorang, Golema:i
mengungkapkan bahwa persepsi sosial merupakan jaringan yang saling
terkait dengan pengetahuan, pengharapan dan penilaian. Persepsi sosial erat
kaitannya dengan pemahaman dan penilaian terhadap C:iri dan lingl(ungan.
5. Faktor pengalaman masa lalu
Masa lalu serir.gkali mempengarur.i pikiran seseorang baik itu positif atau
n:;gatif. Pengalaman ini akan selalu terbawa dan berkembang bersama
tumbuh dan dewasanya seseorang. Goleman menjelai>kan bahwa pik1ran
dan reaksi pada masa sekarang akan diwarnai pikiran dan reaksi pada masa
lalu, meskipun kemungkinan reaksi tersebut selalu disebabkan oleh keadaan
lingkungan saat itu. Edward (1986) menjelaskan bahwa kehidupan disusun
dalam semacam mata rantai ciari pengalaman masa lalu, sehingga manusia
cenderung menjadi budak pengalaman masa lalu.
6. Faktor keadaan dan suasana hati
Sebagian besar pola pikir seseorang dipengaruhi oleh suasana hati dan
keadaan diri Tindakan dan pikiran manusia pada saa1. bahagia akan
Staples (1994) bahwa pikiran manusia akan menentuk.an watak, karir dan
segala sisi kehidupan baik yang positif atau negatif.
Sementara Vinacke (1952) menjelaskan juga bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi c;ara berpikir seseorang :
c:i. Faktor etnosentris
Faktor etnosentris adalah sifat-sifat yng dimiliki oleh suatu kelompok atau ras
1ang menjadi ciri khas dari kelompol< atau ras tersebul yang berbeda dengan
kelompok atau ras lai:l. Faktor etnosentris ini berupa keluarga, status sosial,
ienis kelamin, agarna, kebangsaan dan kebudayaan. Hal-hal tersebut akan
r,1embentuk kecenderungan cara berpikir yang sama diantara
individu-individu dalam kelompok sosial yang sama. Pengaruh faktor etnosentris
dapat dilihat dari penelitian Davis, Gardener dan GardEmer (Vinacke, 1953)
y::mg menunjukkan bahwa orang kulit putih yang digolongkan ke dalam
masyarakat kelas atas cenderung memliki cara berpiki1' yang lebih positif
dibanding dengan orang kulit hitam yang digolongkan ke dalam masyarakat
k31as bawah.
b. F al<tor egosentris
Egosentris adalah sifat dan prilaku yang selalu menjadikan diri sendiri
F'iage dan Murry (Vinacke, 1953) mengemukakan bahwa egosentris adalah
ketidakmampuan untuk menaruh perhatian, mengambil bagian dan ikut
merasakan kehutuhan, perasaan dan pandangan orang lain. Hal ini juga
sesuai dengan pendapat Elkind, Looft dan Charles (Vinacke, 1953)
111enyatakan bahwa egosentris adalah suatu ketidakmampuan untuk
menerima pandangan orang lain karena individu yang bersangkutan terlalu
menekan pada pandangan hidupnya sendiri.
Tentang pengaruh faktor egosentris, Lurton (1958) mengemukakan bahwa
seseorang yang memiliki rasa percaya diri dan menghargai dirinya secara
positif cenderung memberikan reaksi yang positif terhadap tantangan yang
dihadapi. Sebalikn:1a perasaan rendah diri (inferior) dan merasa dirinya
kurang berharga menyebabkan seseorang cenderung berp1kiran negatif
sehingga bers!kEip pesimis terhadap tantrngan yang dihadapi.
2.1.6. Tingkatan dalam berpikir
Sesuai dengan perkembangan kemampuan kecerdasan dan juga tingkat ····
l<esadaran manusia, berpikir ternyata mengalami perkernbangan. Menu rut
1. Reverie or day dreaming, ialah kegiatan mental yang setara dengan minat dan reaksi asosiasi yang sekarang dengan ォ・」・ョ、Qセイオョァ。ョ@ untuk
melarikan diri dari dunia nyata ke dunia fantasi.
2. Aesthetic appreciation, ialah reaksi mental yang m1m1punyai komponen-komponen emosi yang kuat.
3. Accussition information, ialah reaksi mental yang cukup untuk
mengasimilasikan, mengingat fakta-iakta dan pengalaman-pengalaman
yang baru.·
4. Ref/ektif thinking and creative thinking (problem solving), yang pertar.ia (Ref/ektif thinl\ing), ialah memberikan pertimbangan dan menimbulkan atau membangkitkan pengalaman yang relevan dengan pemecahan
suatu kesulitan (masalah). Kedua (creative thinking), ialah menolak pengalaman hingga timbulah gagasan-gci'gasan baru.
2:1.7. Bentuk-bentuk berpikir
Pad a hakekatnya berpikir merupakan hasil "transfer of .trying" latihan yang dilakukan secara terus menerus tentang suatu masalah sehingga kerangka
Jogis dan kebiasaan dalam berpikir akan membentuk pola berpikir seseorang
te.rhadap suatu masalah, baik itu positif atau pun negatif. Kemudian Crow
1. Berpikir dengan pengalaman (routine thinking), dalam bentuk ini seseorang lebih banyak bergerak atau giat menghimpun
pengalaman-pengalaman. Hal ini sejalan dengan penjelasan Edward (1986) bahwa
kehidupan disusun dalam semacam mata rantai dari pengalaman masa
lalu, sehingga manusia cenderung menjadi budak pengalaman rnasa lalu.
Maka posi<if <itau negatifnya pola pikir akan dipengaruhi pengalaman
masa lalu seseorang.
2. Berpikir representatif, bentuk ini sangat 「・イァ。ョエオョセQ@ pada ingatan-ingatan dan tanggapan-tanggapan saja, di mana ingatan dan tanggapan tersebut
dipakai untuk pemecahan masalah yang dihadapi..
3. Berpikir kreatif, bentuk ini menekankan mengenai pentingnya
menghasilkan temuan-temuan baru baik dengan menggunakan
metode-metode yang telah dikenal atau langsung dengan mengajukan alternatif
metode baru yang terasa lebih cocok dengan yang dihadapi.
4. Berpikir produktif adalah bentuk ini manekankan untuk menemukan
temuan baru dengan menggunakan metode yang telah ada.
5. Berpikir reproduktif untuk menghadapi situasi-situasi dalam memecahkan
masalah dan digunakan cara-cara berpikir logis. Berpikir rasional ini tidak
hanya sekedar mengumpulkan pengalaman dari hasil berpikir yang telah
ada melainkan dengan keaktifan akal dalam memecahkan masalah yang
2.1.8. Hambatan berpikir
Dalam proses berpikir tidak semua berjalan lancar, banyak
hambatan-rambatan yang terjadi. Positif atau negatifnya pemikiran seseorang juga
clipengaruhi 0leh penjelasan atau informasi yang diperoleh. Menurut
Abdurrahman (2004) hambatan itu diantaranya adalah :
1. Data yang ada kurang sempurna, sehingga seseomng akan menafsirkan
sesuatu sesuai dengan data yang ada, maka dengan data yang tidak
lengkap mem!:Juat seseorang cenderung memiliki persepsi sendiri dan
seringkali negatif menilai sesuatu. Untuk memperoleh sebuah clata kongrit
masih banyak lagi data yang harus diperbleh agar bisa menilai sesuatu
secara positif.
2. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang bertentangan dengan
data yang lain, seseorang memperoleh informasi atau data dari
seseorang secara pcsitif, sebaliknya ia juga memperoleh data negatif dari
orang ケ。ョセj@ berbeda, sehingga keadaan ini al<an ュQセュ「ゥョァオョァォ。ョ@ dalam proses berpilcir. Disamping itu Utsman Najati pun membahas mengenai
faktor-faktor yang menghambat berpil<ir. Menurutnya, Al-Qur'an juga
mengemukakan sebagai faktor pE.nting yang menghambat pemil<iran
a. Berpegang teguh pada pikiran-pikiran lama hal ini dapat diperlihcitkan
dalam: O.S. Yunus (10):78, Q.S. az-Zui<hruf 143):22-23, Q.S.
al-Maidah(5):104, Q.S. al-Baqarah (2\:170, Q.S. al-A'raf (7):70,Q.S.
Saba' (34):43,
b. Tidak cul<up data yang ada
Hal ini pun dapat diperhatikan pada:' Q.S. al-lsra (17):36, Q.S. al-Hajj
(22):2&8, Q.S. al-Mu'min (40):35&56
c. Sikap mem;hak yang emosional dan apriori, mengenai hal ini
Al-Qur'an mengungkapkan: Q.S. al-Qashash (28):50, Q.S. Shad
(38):26, Q.S. an-Nisa(4):136, Q.S.al-Jatsiyah(45):23, Q.S. an-Najm
(53):23, Q.S. ar-Rum (30):29
2.1.9. Berpikir dalam perspektif Islam
Al-Qur'an memberikan porsi yang besar sekal; da:am p13ndayagunaan akal
drin aktivitas akal itu sendiri, yaitu berpikir. UntiJk itulah akal dan berpikir
IT'enjadi sentrum manusia Muslim yang dianjurkan Islam. Dalam Al-Qur'an
scndiri banyak redaksi yang mengcinjurkan dan menjelm;kan akan
pentingnya berpikir. Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa manusia telah
untuk memikirkan masa depan dunia dan akhirat.Hal yang paling mencolok
adalah penggunaan bentuk pertanyaan negatif yang berorientasi sebagai
motivasi dan pendorong semangat bagi manusia dalam pendayagunE1an
。セ\。ャョケ。@ demi rnewujudkan masa depannya." Contoh redaksi pertanyaan
n3gatif yaitu afala ta'qilun yang diulang sebanyak
13
kali dalam al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah (2) ayat 44 berikut :P⦅Lゥセ@
セヲ@ セiセLIZセ@
セヲ⦅L@
fセヲ@
PZ[NMZカNGNゥェ[Iセ@
uNセj|@
P⦅Lセgヲ@
"Mengapa kaf'flu suru/J orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)-mu sendiri, pada/Ja/ kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakka/J kamu berpikir?"
Selain pertanyaan negatif yang diperlihatkan Al-Qur'an, berkaitan dengan
objek mana saja yang menjadi objek dari berpikir itu sendiri. Objek berpikir
yang dimaksudkan adalah objek yang berupa tanda-tanda keagungan
ciptaan-Nya, yaitu ayat yang membincang alam semesta yang dengannya
fl'\anusia dapat mengambil pelajaran. Salah satu ayatnya terdapat dalam
"3esungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, si/ih bergantinya siang '.:lan ma/8.m, bahtera yang berlayar di /aut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, /a/u dengan air .'tu ia hidupkan bumi setelah matinya dan ia sebarkan di muka bumi itu segala }cnis hewan clan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara /angit
'.Jan oumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran Alla/1) bagi kaum yang berpikir"
f11enurut Qardhawi (1998) lebih lanjut, makna 'mereka berpikir', adalah
sebagai cercaan terhadap manusia yang tidak mendayagunakan akalnya
untuk berpikir. Meskipun akal sudah menjadi sentrum clalam diri manusia,
tetapi fungsinya sendiri nihil. Untuk itulah statemen neg3tif muncul dalam
Al-Qur'an yang menjelaskan manusia terlepas dari hidayah Allah dan mereka
ingkar. Adapun statemen positif dijelaskan dalam rangka perenungan akan
ayat-ayat penciptaan yang diperlihatkan dalam galaksi, benda mati,
tu.nbuhar1 dan manusia (Qardawi, 1998).
B•.1kan saja be:-pikir tentang ayat kauniyah, ajakan berpikir juga menuntun kita
yang diembannya. Maka dapat disimpulkan bahwa ajakan berpikir yang
terdapat dalc.m Al-Quran mempunyai hubungan satu sama lain dan
kesemuanya itu berpusat pada bimbingan manusia kepada Tuhannya, Allah,
Lebih jauh lagi yang menjadi objek berpikir itu sendiri tidak lain landasan
dasarnya adalah pelajciran bagi manusia dan hikmah.
Dalam Al-Quran banyak sekali kata-kata berpikir disajikan, dalam berbagai
bentuk dan makna. Ayat-ayat tersebut menjelaskan konsep berpikir secara
Gamblang dan dari berbagai perspektif, sehinggci kita dapat melihat banyak
segi dan marn'aat berpikir itu sendiri. Betapa tidak, berpikir merupakcm bekal
perjalanan rranusia dalam relung kehidupannya menuju yang Haqq.
Otomatis berpikir atau olah pikir itu sendiri didasari dengan objek pikirnya,
yaitu tanda yang Allah perlihatkan dalam ruang semest:i. Dan
tanda-tanda itu sendiri meinperlihati<an mal•nanya dengan hasil berpikir yang dibcilik
tanda itu sendiri adalah jalan dan pencapaian manusia kepada kebesaran
can keesaan Allah.
5erhubungan dengan pikiran positif dan negatif lslarn juga membahas secara
gamblang, Nash menjelaskan bahwa manusia itu sesuai dengan prasangka
hambanya. Hal ini terdapat dalam sebuah Hadist Qudsi yang artinya :
"Alw selalu berada di pihak hamba-Ku yang berbaik sangka kepada-Ku, oleh karena itu hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sesuai dengan apa yang ia k3hendaki."
Tidak dapat diragukan lagi bahwa hadis ini menjelaskan tentang keutamaan
b3rprsangka baik atau berpikir positif. Allah akan mengabulkan segala
k0inginan hamba, tentunya sesuai dengan prasangka clan pikiran hamba
tersebut. Orang yang berpikir positif akan mendapatkan balasan atas
kebaikannya itu. sebaliknya orang yang beroikiran negatif aknn mendapat
ganjaran sesuai pemikirannya kecuali mereka bertobat dan kembali kejalan
Allah. lbnu Qayyim (1996) menjelaskan bahwa ーイ。ウ。ョセQォ。@ buruk atau pikiran
negatif tidak akan pernah bersatu dengan plkiran positif. Karena orang yang
scdalu berburuk sangka cenderung melakukan perilaku kejahatan sebaliknya
orang yang berpi:·dr positif adalah orang yang memiliki pemahaman agama
yang bagus dan hamba yang taat kepada perintah-Nya. Hasan Basri (dalc.m
lbnu Qayyim, 1996) menyatakan orang mukmin yang berbaik sangka dan
berpikir posit1f kepada Tuhannya, maka ia senantiasa melakukan amal
k.abc.ikan. Seba!iknya orang yang berprasangka buruk atau berpikiran negatif
pada Tuhannya maka ia selalu melakukan kejahatan. ,Jadi dapat disimpulkan
posit!f atau ne.gatifnya cara berpikir seseorang berbanding lurus dengan
pikiran positif akan selalu mendominasi diri, sebaliknya jika pemahaman
agamanya kurariy baik maka pikiran negatif akan selalu menguasai diri.
2.2 Orientasi Masa Depan
2.2.1. Pengertian orientasi masa depan
lv1anusia sebagai makhluk pemikir akan selalu berorientasi pada
peristiwa-peristiwa dan hasil-hasil yang akan terjadi di masa mendatang. Bandura
(1980), menel;a;ikar, bahwa kemampuan untuk merencanakan masa depan
;n'.')rupakan salah satu ciri dasar pemikiran manusia. Oppenheimer (1978)
mengungkapkan orientasi masa depan merupakan ciri dari tingkah laku yang
bertujuan. Sementma Nurmi (1991) menjelaskan orientasi masa depan
diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap masa depannya.
Bilgaimana individu memandang masa depannya, akan tergarnbar melalui
harapan-harapan, tujuan, standar perencanaan,dan strntegi (Nurmi, 1991 ).
M;:irwah daud !bra.him (2004) memberikan pengertian bagaimana seseorang
m2rencanakan dan menyusun peta hidup. Ary Ginanjar (2004) juga
memberikan definisi orientasi masa depan adalah bagaimanr.i seseorang
marumuskan dan menyusun visi kedepan dengan membagi orientasi jangka
(2006) menjelaskan orientasi masa depan adalah menyusun rencana untuk
menuju masa depan. Sejalan dengan itu Trommsdorf (1983) mengernukakan
pengertian orientasi masa depan sebagai gejala yang meli;iatkan kognitif
rnotivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasi dan evaluasi tentang
cliri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa orientasi masa depan adalah kemampuan dalam
merencanakan mc.sa depan melalui harapa·n-harapan, tujuan, standar
perencanaan dan strategi.
2.2.2 Pembentukan orientasi masa depan
Dalam usahanyci mengantisipasi masa depan, individu harus membentuk
:;.kemata kognitif. Skemata ini memberikan gambaran mengenai diri serta
lingkungan individu yang diantisipasi di masa mendatang. Gambaran ini akan
rnengarahkan individu untuk aktivitas masa depan. Berdasarkan skemata
yang dihasilkar, individu membentuk harapan-harapan baru yang ingin
c'iwujudkan da:am kehidupannya di masa mendatang. Selain membentuk
gambaran mengenai dirinya di masa depan, individu juga mengantisiapasi
kejadian yang almn terjadi di masa depan, dan rnembe>ri arti tersendiri bagi
mampu memberikan penilaian atau evaluasi mengenai kejadian-kejadian dan
hRsil tingkah la!<t .. yang diharapkan di masa depan. Pada akhirnya individu
n .empunyai kemampuan untuk mengantisipasi kejadian-kejadian di masa
mencJatang dan kemampuan untuk bertindak menurut apa yang tel;;h ia
paharni, ウ・ィゥョセュ。@ menjadi dasar bagi terbentuknya ッイォセョエ。ウゥ@ masa depan
pada individu tersebut.
Berdasarkan teori Cognitif Psychology dan /lction Therapy (Nurmi. 1989),
ッセゥ・ョエ。ウゥ@ masa depan dideskripsikan melalui tiga proses, yaitu :
1. Motivation (motivasi), berkaitan dengan apa yang rnenjadi tujuan yang dicapai, waktu pencapaian dan dorongan/motif mencapai tujuan di masa
depar ..
2. Planning (perencanaan), berkaitan dengan bagaimana seseorang
meny11sun perencanaan, menjalankan dan merealisasikan dari minatnya
dalam kontesk masa depan.
3. Evaluation (evaluasi), individu harus mengevaluasi i<eyakinan diri, kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dan rencana-rencana yang telah dibuat serta emosi.
nオイョセゥ@ (1991 ), menjelaskan bahwa ッイゥ・セエ。ウゥ@ masa de pan juga dapat
dan evaluation yang berinteraksi dengan skemata mengenai perkembangan d1 masa depan yarg telah diantisipasi. Untyk lebih jelasnya, berikut
[image:46.595.46.465.152.647.2]diterangkan dalam bagan :
Gambar 2.1
セ。ァ。ョ@ orientasi masa depan
/ I
Motivation /-Anticipated Goals
life-span /
/
development
.,,
/ /Contextuai
[
Planningknowledge
Skill
Plans
Self-concept Evaluation
/
Atributional / /
/
style
.,,
Attributions
Skema di atas menjelaskan proses orientasi masa depan :
Pertama, individu mernbentuk tujuan-tujuannya berdasarkan perbandingan
antara motif dan nilai dengan pengetahuan yang mereka miliki tentang
perkembangan sepanjang kehidupan yang diantisipasi.
Kedua, setelah individu menentukan tujuan yang ingin dicapai, dibutuhkan
aktivitas perencanaan agar tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan.
P3ngetahuan mengenai konteks masa depan menjadi landasan bagi
perencanaan ini.
Akhirnya, kesempatan-kesempatan untuk mereaiisasikan tujuan dan
rnncana-rencam:. ini dievaluasi. Dalam proses evaluasi juga terkait
p2rtimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu :serta perasaan yang
menyertainya.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan
Ada banyak hal yang mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan
sebelum individu memulai mengambii keputusan mengenai masa depannya,
menyusun rencuna dan melaksanakannya. Orientasi rnasa depan te:bentuk
s0bagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Nurmi (1989)
mengungkapkan dua faktor utama yang mempengaruhi orientasi masa
1. Faktor individu
Orient:;isi rnas3 dep'ln merupakan suatu proses yang berlangsung di dalam
ristem kognisi indiviclu. Menurut Nurmi (1991) faktor-faktor psikologis individu
Mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan. Seperti halnya
peningkatan berpikir mempengaruhi kemampuan individu untuk menentukan
tujuan, menyusun rencana dan mencari jalan yang paling efektif untuk
r1encapai tujuan walaupun mencari alternatif lain jika perencanaan tersebut
riengalami perubahan.
2. Faktor kontekstual
lndividu tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Segala sesuatu yang
diterima indiviciu dari lingkungan akan mempengaruhi pengetahuan individu
dan pandangan individu ke masa depan. Sejalan dengan berlambahnya usia,
kemampuan so::>i8lisasi individu juga berkembang. lndividu tidak hanya
berhubungan dengan anggota keluarga, tetapi juga dengan orang-orang di
luar lingkungan keluarga seperti teman sebaya, guru, lingkungan tempat
tinggal, media masa. Kesempatan yang diberil<an oleh lingl<ungan akan
mempengaruhi wawasan pengetahuan individu yang berperan dalam
perkembangan orientasi masa depan. Menurut Trommsdorff (dalam Nurmi,
セ@ 891 ), terdapat hubungan yang cul<up kuat antara hara pan yang diberil<an
Trommsdorff (1983) menyebutkan ada empat hal utama yang berkaitan
:lc;ngan perki;,mbangan kemampuan tentang orientasi masa depan yaitu ·
a. Pengaruh dari tuntutan situasi
Struktur orientasi masa depan individu terg3ntung pada gambaran individu
mengenai situasi yang ia hadapi saat ini dan yang akan ia hadapi di masa
yang akan datang. Jika apa yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai
suatu tujuan relatif sedikit, maka orientasi masa depan individu tersebut akan
memiliki stuktur yang lebih sederhana. Jika individu memandang suatu tujuan
ycing akan dicapai pada masa depan sulit untuk dicapai maka individu
cenderung untuk menyusun orientasi yang lebih dekat, sehingga
kemungkinan keherhasilan tampak lebih jelas.
Dengan demikian membentuk orientasi masa depan yang lebih se::lerhana
atau kompleks dengan konsekuensi menunda pemuasan dalam mencapai
tujuan dapat diartikan sebagai pendekatan yang realistik terhadap situasi
sosial yang dihac!api dan bagaimana mengatasinya. Orientasi masa depan
individu berfun9si sebagai pendekatan untuk mempersiapkan diri mengatasi
rr.asalah yang mungkin timbul di masa depan sesuai dengan situasi yang
IJ. Kematangan kcgnitif
F'eningkatan kernampuan kognitif yang terjadi melalui masa akhir
kanak-kanak dan remaJa mempengaruhi orientasi masa depan (Trommsdorf
198fl). Pengaruh kemampuan koynitif terhadap orientasi masa depan
diuraikan dalam penjelasan di bawah ini:
i. Pencapaian tahap formal operations selama masa dewasa awal
memungkirikan dewasa awal untuk membentuk hipotesis dalam
mengeksplorasi berbagai kemungkin<m. Kemampuan ini
diharapkan al<an membantu individu untuk menetapkan tujuan masa
depan dan nienyusun berbagai alternantif rencana tindakan dalam pikiran
mereka. Menurut Keating (dalam Nurmi, 1991), perencanan d:dasarkan
pada pengetahuan, penetapan masalah dan pemilihar strategi yang
tampak lebih sering digunakan.
ii. Pencapaian tahap formal operations meningkatkan kemampuan untulc
mengkonsGptualisasikan pemikiran mereka yang dimfleksikan dalam
metakognis:. Kemampuan metakognisi ini merupakan hal penting,
terutama dalam situasi ketika individu memiliki masalah dalam
iii. Tahap formal operations memungkinkan ウ・ウ・ッイ。ョAセ@ lebih mampu
mengkon:.eµtualisasikan pemikiran orang lain. Kecenderungan untuk
lebih memµerhatikan apa yang dipikirkan orang lain akan meningkatkan
pengaruh orang lain, delam hal ini pengaruh lingkungan terhadap
pemikiran mereka tentang masa depan.
Perkembangan kognitif pada tahap formal operational memberikan
kemampuan seorang anak untuk mengantisipasi kejadian-kejadian di
masa depan dan untuk memikirkan l<onsekuensi-kom:ekuensi yang akan
datang.
1v Pengaruh dari .:;osial laarning
Selain faktor kematangan kognisi yang berlangsu_nu dalam diri individu.
terdapat hktor di luar individu seperti pengalaman belajar yang ia alami
dalam lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya maupun !ingkungan
kerja yang berpengaruh terhadap pembentukan orientasi masa depannya.
Beberapa penelitian pada dewasa awal yang berasal dari kelas sosial
yang berbeda, latar belakang etnik dan budaya yang berbeda, serta
tingkat pendidikan yang berbeda, dengan jelas menunjukkan efek yang
signifikan dari lingkungan sosial pada perkembangan orientasi masa
v. Proses inleraksi
Beberapa penelitian mengenai orientasi masa depan menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang cukup kuat antara harapan yang diberikan
lingkungan k'";:iada individu dengan pembentukan orientasi masa depan
individu itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Rosenthal & Jacobson
(1968), Lewin & Wang (1983) mendukung teori ini bahwa individu yang
diharapkan lingkungan untuk berhasil dalam kehidupannya dan mendapat
bantuan dari orang tu::rnya serta mendukung mereka dalam pengambilan
keputusan akan membuat individu tersebut lebih percaya diri dengan
kemampuannya, lebih memiliki harapan, lebih optirnis memandang masa
depannya, dan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas. Dewasa
awal yang diharapkan berhasil dikemudian hari oleh lingkungan sosialnya,
ternyata lebih optimis dalam orientasi masa depan dan memiliki keyakinan
untuk mengontrol diri
2.2.4. Orientasi me1sa depan dalam perspektif Islam
Masa depan merupakan yang tak luput dari pandangan Islam, Al-Qur'an dan
A1taranya O.S. Ad-dhuha ( 93) ayat 4 :
Sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari yang permulaan
Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan nabi Muhammad SAW itu akan
manjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan
kesulitan-kesul:tan. ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhir
dengan kehidupan akhirat beserta segala ォ・ウ・ョ。ョセQ。ョョケ。@ dan ada pula
dengan arti kehidupan dunia.
Ketika seseorang memengerjakan sesuatu hendaklah berorientasi pada
al;hir, karena akhir itu adalah hasil dari proses kerja keras seseorang untuk
mencapai kesuksesan. Al-Quran juga mengajarkan pacla umat manusia
untuk sel<llu merencanakan masa depan dengan membuat perencanaan dan
mengevaluasi setiap rencana tersebut, karena keteraturan itu selalu diajarkan
"Lfai orang-orang yang beriman, bertaqwak/ah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan perbuatan apa yang tela/7 dilakukannya, sebagai persediaan unluk hari esok. Bertaqwalah kepada Allah. Sungguh Allah tahu benar apa yang kamu lakukan.
Ayat ini menjelaskan betapa pentingnya perencanaan untuk hari esok, dan
mengevaluasi apa yang telah dilakukan had ini dengan melihat kesalahan
dan kekurangannya serta memperbaiki. Umumnya ke£1agalan suatu usaha
terletak pada tahap pen;ncanaan awal, salah dalam menetapkan tujuan akan
berakibat fata• dalam hidup. Dernikian juga dengan evaluasi, karena dengan
selalu menilai sebuah perkerjaan maka perbaikan akan terus diberlakukan
niaka hasil yang memuaskan akan dapat terwujud.
2.3. Dewasa Awai
2.3.1. Periodiaasi dewasa awal
ャセエゥャ。ィ@ adult berasal dari bahasa latin "adultus" yang berarti "telah tumbuh menjadi kekuatnn dan ukuran yang sernpurna". Dewasa adalah individu yang
tP-lah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dFJlam
masyarakat bersama dewasa lainnya. (Hurlock,
1980).
Masa dewasa (earlytahun atau awal •Jsia dua puluh tahun dan berakhir pada usia tiga puluh
te.hun.
l\t.asa muda menurut (youth) menurut Kenneth Kenniston (dalam Santrock,
1995) adalah periode transisi dari masa remaja ke masa dewasa yang
merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi, dengan rentang
usia 19-26 tahun. Sementara menurut Erikson masa dewasa awal adalah
rr:asa yang ditandai dengan adanya peremuan intimitas atau isolasi dan
r&ntang usia 21-25 tahun. Levinson menyebutkan bahwa rentang usia
dewasa awal 17-40 tahun karena ia membagi periode kehidupan kedalam
empat bagian yaitu masa anak dan remaja (0-22), masa dewasa awal
(17-40), dewasa madya (40-65), dewas akhir (65-keatas). Jladi masa dewasa
av;al adalah masa transisi aari dunia remaja menuju dewasa, dari masa
penuh ketergantungan menuju masa kemandirian dengan rentang usia 19-25
tahun.
2.3.2.Tugas perlcembangan dewasa awal
T ugas perkembangan merupakan tuntutan dan hara pan sosial terhadap
individu dalam menjalani kehidupan. Tugas perkembangan ini akan dapat
psikologis, serta <:i.danya dukungan dari lingkungan sosial (Nihayah, dkk,
2006). Menurut Hurlock (1980) tugas-tugas perkembangan pada dewasa
awal adalah :
1. Tercapainya kemandirian ekonomi
2. Kemardirian dalarn membuat keputusan
3. Adanya penyesuaian dengan tugas-tugas baru
4. Pertumbuhan fisik alami telah kelihatan
5. Memiliki orientasi masa depan
1 ugas perkembangan ini tidak sepenuhnya ada pada setiap dewasa awal
tetapi secara gar;s besar seorang dewasa awal hendaknya sudah memiliki
c·ri-r.iri diatas. Tugas perkembangan yang lebih umum pada masa dewasa
awal adalah harapan-harapan kehidupan, mendapatkan pekerjan,
memperoleh pasangan, belajar ilidup bersarria pasangan dan menerima
langgung jswab sebagai warga Negara serta bergabung dalam sebuah
kelompok sosial yang cocok.
1ugas-tugas perkembangan ini pada awal tahun pertama akan
mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika mencapai pekerjaan,
pengakuan sosial, atau kehidupan keluarga. Jika tugas perkembangan ini
dapat dijalani dengan baik maka mereka akan menemukan kebahagiaan saat
2.3.3.
Perkembannan kognitif dewasa awalBeberapa para ahli percaya bahwa pada masa dewasa awal individu
11.engatur per.1ikiran operasional formal mereka, sehingga mereka
merencanal<n dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti
remaja tetapi bedanya mereka jadi lebih sistematis ketil<a medeteksi
masalah. Gisela Labouvie-Vief (dalam Strock, 1995) m13njelaskan bahwa
pada dewasa awal akan terjadi integrasi baru clari pemikiran sehingga
tahun-tahun masa dewasa akan menghasilkan pembatasan-peMbatan pragmatis
yang memerlukan strategi penyesuian diri yang seclikit manganclalkan
analisis logis dalam memecahkan masalah. Lain halnya dengan Perry (1970),
juga mengungkapkan perubahan-perubahan penting tentang cara berpikir
dewasa awal d-:ingan remaja adalah ia percaya bahw_a remaja sering
memandang dunia dalam dualisme pada polaritas mendasar seperti
bGnar/salah, kita/mereka atau baik/buruk. Sebaliknya pada masa dewasa
awal mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif
yang dipegang ッセ。ョァ@ lain, yang mengguncang ー。ョ、。ョセQ。ョ@ dualistik mereka.
P·:imikiran dualistik mereka digantikar oleh pemikiran beragam, saat itu
individu paham bahwa orang dewasa tidak selalu memiliki semua jawaban
berubah dari yang mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan,
gL:na mengejar karir dan membentuk keluarga. Menurutnya ada empat
1T.acam fase dalam perkembangan dewasa awal yaitu :
1. Fase pencapaian prestasi (achieving stage)
fase yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki
konsekuansi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang seperti
pencapaian karir dan pengetahuan.
2. Fase tanggung jawab (the responbility stage)
F ase yang terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan pad a
keperluan-keperluan pasangan dan keturunan.
3. Fase eksel(utif {the executive stage)
Fase yang terjadi pada dewasa tengah dimana seseorang bertanggung
jawab kepada system kemasyarakatan dan organisasi sosial.
4. Fase reintegratif {the reintegratif stage)
Fase· ini terjadi pada masa akhir dewasa, dimana mereka lebih
memfokuskan tenaga mereka pada tuga dan kegiatan yang bermakna
bagi mereku (Santrock, 1995). Dari beberapa pendapat di atas terlihat
jelas bahwa µada masa dewasa awe.I individu teiah merumJJskan mcisa
depan, target jangka panjang dan nenerapkan pengetahuan yang dimilivi
'
2.3.4. Perkembangan psikososial dewasa awal
Erikson dalam ceori psikososial, mengemukakan perkembangan ego pada
masa dewasa awal dengan dimensi polarisasi antara keintiman dan
keterasingan. Masa ketika seseorang mewujudkan orientasi masa depan
dengan memperoleh kesempatan untuk berkiprah dalam masyarakat,
kesiapan mencapai cita-cita dan pekerjaan, kesiapan rnemilih pasangan
ridup dan hidup bersama dalam suatu perkawinan (Singgih, 2003). Menurut
Erikson seseorang harus bisa membina hubungan-hubungan secara baik
agar dapat me'lampilkan diri secarc; penuh. Karena keterbukaan dan
k2mauan untuk rnemberi serta ュ・ョ・セゥュ。@ dalam jalinan cinta kasih akan
menghasilkan kemesraan dan keintiman. Sebaliknya jika mereka tidak
mampu menemukan keintiman maka mereka akan merasa terasing.
2.4. Kerangka Berpikir
Masa depan yang baik adalah harapan setiap individu untuk memperoleh
kehidupan yang bahagia. Untuk mewujudkan masa depan yang 「。ゥセ@ tidak
semudah membalikkan tangan, diperlukan cara-cara yang dapat membuat
menetapkan tujuan rnasa depan. Dengan proses berpikir seseorang dapat
rnerencanakan masa depan, menetapkan tujuan dan mengevaluasi rencana
tersebut apakah masih layak diberlakukan atau diganti. Mas<.i usia dewasa
awal, kebanyakan individu berada da!am kebingungan, kecemasan karena
sembari menjctlankan pendidikan di perguruan tinggi, mereka akan
dihadapkan dengan masa depan yang lebih tinggi yaitu dunia kerja, usia
yang terus bertamb<ih dan kebutuhan ak;;m kemapanan. ldealnyR mereka
sudah memiliki orientasi yang jelas untul< menjalani kehidupan, karena
crientasi hidup yang jelas, pekerjaan tetap merupai<an bagian dari tugas
perkembangan dan tuntutan sosial masyarakat, namun yang terjadi mereka
mengalami kebingungan, kecemasan dan ketakutan dalam menan!i masa
depan. Merek<i takut gagal dalam merencanakan hidup, karena selalu
dipengaruhi oleh pikiran was-was, cemas dan harapan··harapan negatif, yang
mernbuat akal sehat mereka tertutup bahkan buntu karena selalu dihantui
dengan ketakutan-ketakutan.
Untuk itu diper'ukan perubahan pola pikir pada dewasa :iwal ini, mereka
harus bisa merubah pikiran mereka dari pikiran negatif menjadi pikirnn positif.
Karena pikiran pcsitif mengandung pengertian memusatkan perhatian pada
hal-hal positif sehingga terwujud dalam bahasa dan tindakan positif sebagai
negatif, akan membuat seseorang terkungkung dalam ketakutan sehingga
membuat mereka buntu dalam berpikir.
hal ini akan membuat mereka putus asa jika terus larut dalam kebuntuan,
karena tidak bisa dipungkin t1ndakan seseorang tergantung pada pikirannya.
Dan setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih responnya
masing-masing, baik itu itu positif atau negatif tergantung dari persepsi yang timbul
dari pikirannya. Karena pikiran adalah raja, pikiran penentu gerak langkah
manusia, lingkungan luar hanya akan memberikan ー・ョAセ。イオィ@ tetapi
keputusan ber;ida dalam pikiran seseorang.
r::>engan pikiran seseorang mampu menghasilkan energi untuk dirinya dalam
menyelesaikan pekerjaan, mengatasi masalah dan menghad<:>pi tantangan.
Berpikir juga sangat penting untuk meyakinkan seseorang terhadap sebu'3h
C:ta-cita, harapan, dc:n tujuan karena dengan berpikir seseorang akan dapat
menjalankan sesuatu dengan tenang sehingga dapat menyusun
planing-p:anning, target, tujuan menuju masa depan sukses. Namun berp;kir disini
adalah berpikir yang ditujukan pada hal positif contohnya optimis dengan
masa depan dengan selalu berusaha membangun skill, bukan sebaliknya
Penulis berangga;:>an bahwa seseorang yang selalu menanamkan pikiran
positif dalam diri dan menjauhkan pikiran negatif, terhadap masa depannya
niaka ia akan mamiliki masa depan yang cerah sebaliknya jika seseorang
yan