Skripsi
Diajukan Kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Solikah
NIM 1812011000083
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iii
Al-Islamiyyah Bekasi. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas V di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi menggunakan metode kuantitatif korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas I-VI SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi tahun ajaran 2015/2016 dan sampel pada penelitian ini adalah 44 orang siswa kelas V. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah dengan teknik purposive sample. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket pola asuh orang tua sebagai variabel X dan data prestasi belajar pada UTS PAI Semester Genap siswa kelas V sebagai data variabel Y.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) antara variabel X dan variabel Y adalah -0,1107 yang berarti pola asuh orang tua dengan prestasi belajar PAI siswa kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau rendah sehingga itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi).
iv
Irsyad Al-Islamiyya Bekasi. Essay. Jakarta: Department of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiyah Science and Teaching (FITK), State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta.
This study aims to determine how much the relationship between parenting parents with class V student achievement in elementary Irsyad Al-Islamiyya Bekasi.
This research was conducted in SD Al-Irsyad Al-Islamiyya Bekasi using quantitative correlation method. The study population was all students in Grades I-VI SD Al-Irsyad Al-Islamiyya Bekasi academic year 2015/2016 and the sample in this study were 44 students of class V. The technique used in the sampling technique is purposive sample. Collecting data in this study using a questionnaire parenting parents as a variable X and learning achievement data on PAI UTS Semester students of class V as variable data Y.
Based on the results of statistical analysis using the technique of Pearson product moment correlation shows the correlation coefficient (r) between the variables X and Y is -0.1107 meaning parenting parents with student achievement PAI fifth grade students of elementary Al-Irsyad Al-Islamiyya Bekasi there is a correlation, but the correlation is very weak or low so that it is ignored (considered to be no correlation).
vi
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pola Asuh Orang Tua ... 8
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 8
2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua ... 10
3. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua ... 13
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 20
1. Definisi Prestasi Belajar ... 20
vii
E. Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
B. Metode dan Desain Penelitian... 29
C. Populasi dan Sampel ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data... 32
E. Teknik Analisis Data ... 34
F. Hipotesis Statistik ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data... 41
1. Gambaran Umum Siswa SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi 41 2. Uji Validitas Instrumen ... 43
3. Uji Reliabilitas Instrumen ... 45
4. Prosentase Hasil Angket Penelitian ... 45
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 55
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57
1. Interpretasi Data Hasil Statistik ... 57
D. Keterbatasan Penelitian... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran... 62
viii
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X ... 32
Tabel 3.2. Pedoman Scoring Jawaban Responden ... ... 35
Tabel 3.3. Penafsiran Prosentase ... ... 37
Tabel 3.4. Interpretasi Analisa Data Berdasarkan Korelasi Product Moment (rxy) ... ... 38
Tabel 4.1 Data Siswa Wajib Belajar Di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi ... 41
Tabel 4.2 Daftar Nama Siswa Kelas V Sebagai Sampel Penelitian ... 42
Tabel 4.3 Hasil Analisis Butir Pernyataan Dalam Angket ... 43
Tabel 4.4 Saya Menemani Anak Belajar Atau Mengerjakan PR Di Rumah... 45
Tabel 4.5 Saya Menanyakan Tugas Anak Dari Sekolah ... 46
Tabel 4.6 Saya Menanyakan Hasil Belajar Anak Di Sekolah Ketika Mereka Pulang Sekolah ... 46
Tabel 4.7 Saya Menanyakan Anak Kendala Belajar Di Sekolah ... 47
Tabel 4.8 Saya Mengajari Anak Mengaji (Membaca Al –Qur’an) ... 47
Tabel 4.9 Saya Mengajak Anak Membaca Al Qur’an Bersama ... 48
Tabel 4.10 Saya Menghibur Anak Ketika Nilai Anak Rendah ... 48
Tabel 4.11 Saya Memberi Penghargaan / Hadiah Ketika Nilai Anak Bagus ... 49
Tabel 4.12 Saya Membangunkan Anak Di Pagi Hari Sebelum Adzan Subuh ... 49
Tabel 4.13 Saya Mengajak Anak Sholat Subuh Berjamaah ... 50
Tabel 4.14 Saya Menanamkan Akhlak Dan Budi Pekerti Kepada Anak ... 50
Tabel 4.15 Saya Mengatur Waktu Belajar , Waktu Bermain Dan Waktu Istirahat Anak ... 51
ix
Keputusan ... 53
Tabel 4.20 Saya Menasihati Anak Jika Anak Melakukan Kesalahan ... 53
Tabel 4.21 Saya Menasihati Anak Untuk Jujur Dalam Mengerjakan Tugas Sekolahnya ... 54
Tabel 4.22 Saya Mengajarkan Anak Doa Sehari-Hari ... 54
Tabel 4.23 Saya Memasukkan Anak Ke Tempat Les Untuk Membantu Anak Belajar ... 55
Tabel 4.24 Data Hasil Perhitungan Antara Variabel X dengan Variabel Y ... 56
x
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Observasi dari Fakultas
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah
Lampiran 5 Angket Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X (Pola Asuh Orang Tua)
Lampiran 6 Angket Penelitian Variabel X (Pola Asuh Orang Tua)
Lampiran 7 Data Variabel X (Angket Pola Asuh Orang Tua
Lampiran 8 Data Variabel Y (Prestasi Belajar PAI)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Pendidikan merupakan sebuah proses panjang yang dialami oleh
manusia sebagai makhluk pembelajar.Pendidikan berlangsung sejak lahir
hingga akhir hayat. Proses belajar seorang anak mulanya diterima melalui
orang tua mereka masing-masing. Orang tua berperan penuh mendidik anak
sesuai dengan polaasuh yang diterapkan kepada anak-anak mereka.Pola
asuh orang tua terhadap anaknya akan membentuk pribadi dan prestasi anak
di kemudian hari.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.1
Selanjutnya, dalam perspektif Islam, belajar merupakan kewajiban
bagi setiap Muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga
derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat
1
Mujadalah : 11 yang artinya: ... niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan “berilmu”. Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman
dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.2
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam
keluarga.Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara,
dan sebagai pendidik terhadap anak–anaknya.Setiap orang tua pasti
menginginkan anak–anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan
berakhlakul karimah. Akan tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari
bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan,
dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang
tuanya. Perasaan–perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap,
perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.
Keluarga adalah koloniter kecil di dalam masyarakat dan dari
keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur
dalam satu masyarakat. Ayah dan ibu akan menjadi contoh utama yang
mesti berhati-hati dalam bertindak. Lingkungan keluarga acap kali disebut
lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek
perkembangan anak.Ada kalanya ini berlangsung melalui ucapan-ucapan,
perintah-perintah yang di berikan secara langsung untuk menunjukanapa
yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan anak. Ada kalanya orang tua
bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh agar ditiru dan apa
yang ditiru akan meresap dalam dirinya. Dan menjadi bagian dari kebiasaan
bersikap dan bertingkah laku atau bagian dari kepribadiannya.Orang tua
menjadi factor terpenting dalam menanamkan dasar kepribadiaan tersebut
yang turut menentukan corak dan gambaran kepribadiaan dan prestasi
seseorang setelah dewasa.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh
dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk
2
aspekmoral, spiritual, dan etossosial anak.Mengingat orang tua adalah
seorang figure terbaik dalam pandangan anak, yang tindak–tanduk dan
sopan-santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan
bentuk perkataan, perbuatan dan tindak-tanduknya,akan senantiasa
tertanam dalam kepribadian anak3
Prinsip serta harapan-harapan seseorang dalam bidang pendidikan
anak beranekaragam coraknya. Ada yang menginginkan anaknya
menjalankan disiplin keras, ada yang menginginkan anaknya lebih banyak
kebebasan dalam berpiki rmaupun bertindak. Ada orang tua yang terlalu
melindungi anak, ada yang bersikap acuh terhadap anak.Ada yang
mengadakan suatu jarak dengan anak dan ada pula yang menganggap anak
sebagai teman.
Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh
kembangkan totalitas potensi anak secara wajar.Potensi jasmaniah dan
Rohaniah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras.Potensi
jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan.Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan
pengembangannya secara wajar melalui usaha pembinaan intelektual,
perasaan, dan budi pekerti.
Saat memasuki usia sekolah, prestasi belajar anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Baik buruknya situasi proses belajar-mengajar dan tingkat
pencapaian hasil belajar salah satunya dipengaruhi pula oleh pola asuh
orang tuanya. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar
mengajar di sekolahialah kondisi rumah dan status sosial ekonomi keluarga
siswa yang meliputi : tingkat keharmonisan kedua orang tua, tata ruang dan
peralatan rumah, dan status atau kelas sosial ekonomi (kelas atas, kelas
menengah, atau kelas bawah).4
3
Abdullah NashihUlwan. PendidikanAnakdalam Islam( Jakarta : PustakaAmani ), Cet. II. h.142
4
Orang tua sangatlah berperan penting dalam perkembangan moral
anak. Karena orang tualah yang mengetahui bagaimana karakter anak. Di
dalam perkembangan moral anak haruslah terjalin interaksi antara orang tua
dan anak. Allah subhanahu wata’ala telah memperingatkan umat manusia
tentang kemungkinan muncul generasi–generasi yang lemah dikarenakan
sebab-sebab tertentu, dalam firman-Nya (Qs. An-Nisa : 9) :
9.
“
dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkanPerkataan yang benar.“ (Qs. An-Nisa : 9)
Dan Allah menjelaskan pula dalam Qs. At Tahrim : 6
„Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka… . “ (Qs. At Tahrim : 6).
Pola asuh orang tua terbagi menjadi tiga tipe utama, yaitu pola asuh
Otoriter, pola asuh Permisif, dan pola asuh Demokratis. Para orang tua
cenderung menerapkan ketiga pola asuh ini, namun dominan untuk
menerapkan satu saja dari ketiga pola asuh tersebut untuk diterapkan dalam
mendidik anak-anak mereka.
Kegiatan belajar mengajar yang terlaksana di sekolah menjadi proses
menurut pola asuh orang tuanya masing-masing. Prestasi belajar siswa di
sekolah menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh orang tua siswa.
Orangtua yang menginginkan anak-anaknya memiliki prestasi belajar yang
baik di sekolah kurang menyadari bahwa anak-anak mereka membutuhkan
peran orang tua.
Dalam proses pendidikan agama Islam, sangat diharapkan mampu
menata lingkungan psikologis ruang belajar sehingga mengandung
atmosfer (suasana perasaan) iklim kondusif yang memungkinkan para
siswa mengikuti proses belajardengan tenang dan bergairah5. Dari seluruh mata pelajaran yang diterima siswa di sekolah, peneliti melihat pentingnya
siswa mendapat hasil belajar yang baik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam diharapkan berkesesuaian dengan pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua siswa tersebut. Pola asuh orang tua di rumah juga mencakup
pendidikan agama berupa kegiatan ibadah dan akhlak sehari-hari.
Dari pemaparan masalah-masalah di atas, peneliti hendak meneliti
keterkaitan hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar
siswa kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi. Penulis mengambil
tempat penelitian di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi karena tempat
tersebut merupakan tempat peneliti mengajar sebagai guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI).
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Banyaknya harapan orang tua yang tidak sesuai dengan kehendak anak
2. Rendahnya prestasi belajar anak karena kurangnya pola asuh orang tua
3. Siswa kurang disiplin dengan tugas dirumah
4. Banyak siswa yang tidak peduli dengan peraturan sistem poin,
sehingga poin dan sanksi yang diterima siswa tidak menimbulkan efek
jera.
C. Pembatasan Masalah
Karena terbatasnya waktu, tenaga serta sarana yang tersedia, maka
penulis membatasi masalah kepada hubungan polaasuh orang tua dengan
prestasi belajar PAI siswa kelas V SD Al – Irsyad Al- Islamiyyah Bekasi
dengan batasan sebagai berikut :
1. Pola asuh yang diteliti adalah otoritarian, permisif, dan demokratis
2. Prestasi belajar adalah hasil aktivitas belajar siswa yang
diaktualisasikan dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku
raport.
3. Hanya pada siswa kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang diteliti sebagai berikut:
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh
orang tua dengan prestasi belajar PAI siswa kelas V SD Irsyad
Al-Islamiyyah Bekasi.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan hasil hubungan antara pola asuh orang
tua dengan prestasi belajar siswa di tempat peneliti mengajar.
b. Bagi Pembaca
Dapat menjadi sumbangsih bagi para pembaca untuk
melakukan kajian lebih lanjut dan mendalam tentang penelitian
yang sama
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua
Sebagai bahan referensi dan informasi mengenai peranan pola
asuh orang tua dengan prestasi belajar anak.
b. Bagi Guru
Mendapatkan informasi tentang prestasi belajar siswa yang
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk mengembangkan
disiplin diri ini adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap
penataan : lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal,
pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan anak–anak, suasana
psikologis, sosiobudaya, perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya
pertemuan dengan anak–anak, kontrol terhadap perilaku anak–anak dan
menentukan nilai–nilai moral sebagai dasar berprilaku dan yang
diupayakan kepada anak–anak. Pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin
diri dimasukkan sebagai upaya orang tua dalam “meletakkan“ dasar–dasar
disiplin diri kepada anak dan membantu mengembangkannya sehingga
anak memiliki disiplin diri.1
Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan sosial anak–
anak tidak hanya terbatas pada situasi sosial–ekonominya atau pada
1
keutuhan struktur dan interaksinya saja. Juga cara–cara dan sikap–sikap
dalam pergaulannya memegang peranan yang cukup penting didalamnya.2 Dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam pola asuh yang
bias dipilih dan digunakan oleh orang tua. Sebelum berlanjut kepada
pembahasan berikutnya, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian dari
pola asuh itu sendiri.
Pola asuh terdiri dari kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap”.3
Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan
mendidik) anak kecil, membimbing (membantu ; melatih dan sebagainya),
dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga”.4
Dari pendapat diatas, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
pola asuh orang tua ialah bentuk, cara atau model interaksi antara orang tua
dengan anak–anaknya baik dalam bentuk sikap maupun perhatian dalam
melatih, membesarkan dan membimbing tingkah laku, pengetahuan serta
nilai–nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat
mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal
Pengasuhan (parenting) memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat
sedikit pendidikan formal menganai tugas ini.Kebanyakan orang tua
mempelajari praktik pengasuhan dari orng tua mereka sendiri.Sebagian
praktik tersebut mereka terima, namun sebagai lagi mereka tinggalkan.
Suami dan istri mungkin saja membawa pandangan yang berbeda mengenai
pengasuhan ke dalam pernikahan5
s
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco,1988),cet.11, h.188.
3
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), cet. 4. h.884
4
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007) cet. 4, h.73
5
Dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah cara orang
tua mengasuh dan membesarkan anaknya dari kecil sampai tumbuh dewasa.
Baik dalam kebutuhan rohani atau jasmani. Dimana orang tua harus
bertanggung jawab dalam setiap proses perkembangan anak. Apapun yang
orang tua terapkan dalam kehidupan anak dari dia lahir sampai dewasa
akan terus mengalir dan tersimpan di dalam memori anak.
2. Jenis – jenis Pola Asuh Orang Tua a. Pengasuhan Otoritarian
Pengasuhan Otoritarian adalah gaya yang membatasi dan
menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti
arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang
tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak
dan meminimalisir perdebatan verbal. Contohnya, orang tua yang
otoriter mungkin berkata, “Lakukan dengan caraku atau tak usah”,
orang tua yang otoriter mungkin juga sering memukul anak,
memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan
menunjukkan amarah pada anak. Anak dari orang tua yang otoriter
sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan
diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki
kemampuan komunikasi yang lemah.Putra dari orang tua yang otoriter
mungkin berperilaku agresif.6
Jadi, pengasuhan otoritarian adalah gaya pengasuhan yang
menekankan suatu keharusan atau paksaan terhadap anak tanpa orang
tua tahu batas kemampuan anak. Orang tua menjadikan anak seperti
robot dan segala yang dilakukan anak ada didalam kendali orang tua.
Segi positif dari gaya pengasuhan ini anak menjadi disiplin mentaati
peraturan orang tua, akan tetapi dari segi negative bias jadi anak hanya
6
menunjukan sikap tersebut dihadapan orang tua berbeda dengan apa
yang ada dihatinya
b. Pengasuhan Otoritatif
Pengasuhan Otoritatif adalah gaya yang mendorong anak untuk
mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan
mereka. Tindakan verbal member dan menerima dimungkinkan, dan
orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Orang tua
yang otoritatif mungkin merangkul anak dengan mesra dan berkata, “Kamu tahu kamu tak seharusnya melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain kali.” Orang tua yang otoritatif menunjukkan kesenangan dan dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruktif anak.Mereka
juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan sesuai
dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua otoritatif sering kali
ceria, bias menghendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada
prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang
ramah dengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, dan
bias mengawasi stress dengan baik7
Para orang tua yang menggunakan pola asuh ini menghadirkan
lingkungan rumah yang penuh kasih dan dukungan. Dimana orang tua
dan anak sama–sama membina kerukunan dirumah, adanya interaksi
yang baik menjadikan hubungan anak dan orang tua selalu selarasa
seimbang. Tetapi semua kebebasan yang orang tua berikan bukan
berarti anak bebas melakukan apa yang bersifat negative. Segi positif
dari pola pengasuhan ini anak menjadi lebih bertanggung jawab, jujur
dan terbuka.
7
c. Pengasuhan yang mengabaikan (acuh tak acuh)
Pengasuhan yang mengabaikan adalah gaya dimana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang
tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua
lebih penting dari pada diri mereka. Anak–anak lain cenderung tidak
memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki
pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Mereka sering kali
memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing
dan keluarga.Dalam masa remaja, mereka mungkin menunjukkan
sikap suka membolos dan nakal.8
Pola pengasuhan mengabaikan atau acuh tak acuh dapat terjadi
karena orang tua tidak mementingkan perkembangan anak dalam
kehidupan sehari–hari. Bisa saja terjadi karena orang tua yang sibuk
dengan urusannya sehingga ia mengabaikan pengasuhan anak. Hal
seperti ini dapat berdampak negatif karena anak menjadi kurang
perhatian, merasa sepi dan asing dirumah, merasa ditiadakan sebagai
membuat anak mencari perhatian diluar rumah.
d. Pengasuhan yang menuruti (permisif)
Pengasuhan yang menuruti adalah gaya pengasuhan dimana
orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut
atau mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak
melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar
mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan
keinginannya. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak mereka
dengan cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi antara
keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak
yang kreatif dan percaya diri. Namun, anak yang memiliki orang tua
yang selalu menurutinya jarang belajar menghormati orang lain dan
8
mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilakunya. Mereka
mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan, dan
kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya (peer)9
Jadi pola pengasuhan yang menuruti / permisif memusatkan
pada kebebasan anak dalam bertingkah laku dan bertindak. Orang tua
hanya menuruti apa yang anak inginkan. Dilihat dari segi negatifnya
biasanya pola pengasuhan yang seperti ini membuat anak kurang
disiplin terhadap aturan–aturan yang berlaku. Tapi jika anak tersebut
termasuk anak yang bertanggung jawab ia bisa menjadi anak yang
disiplin, mandiri, kreatif dan mampu bersosialisasi dengan baik
Keempat klasifikasi pengasuhan ini melibatkan antara
penerimaan dan sikap responsif di satu sisi serta tuntutan dan kendali
di sisi lain.10
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
seharusnya orang tua mempunyai kiat–kiat khusus dalam mengasuh
anak, sebab mengasuh anak bukanlah hal yang mudah. Pola asuh orang
tua yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak haruslah sesuai
dengan tingkat perkembangan anak sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam mengasuh. Karena mendidik dan membimbing anak merupakan
sebuah seni tersendiri, jadi tergantung bagaimana orang tua
menggunakan pola pengasuhan.
3. Macam – macam Pola Asuh Orang Tua
Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik
anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda–beda, yang antara
satu sama lain hampir mempunyai persamaan, yaitu sebagai berikut :
9
John W Santrock, Perkembangan Anak/Child Development, Terj.Mila Rahmawati dan Anna Kuswanti, (Jakarta : Erlangga. 2007), edisi ketujuh, jilid dua,h.167
10
Dr. Paul Hauck menggolongkan pengelolaan anak ke dalam empat macam
pola, yaitu :
1) Kasar dan tegas
Orang tua yang mengurus keluarganya menurut skema neurotik
menentukan peraturan yang keras dan teguh yang tidak akan di
ubah dan mereka membina suatu hubungan majikan–pembantu
antara mereka sendiri dan anak–anak mereka.
2) Baik hati dan tidak tegas
Metode pengelolaan anak ini cenderung membuahkan anak–anak
nakal yang manja, yang lemah dan yang tergantung, dan yang
bersifat kekanak–kanakan secara emosional.
3) Kasar dan tidak tegas
Inilah kombinasi yang menghancurkan kekasaran tersebut biasanya
diperlihatkan dengan keyakinan bahwa anak sengaja berprilaku
buruk dan ia bisa memperbaikinya bila ia mempunyai kemauan
untuk itu.
4) Baik hati dan tegas
Orang tua tidak ragu untuk membicarakan dengan anak–anak
mereka tindakan yang mereka tidak setujui. Namun dalam
melakukan ini, mereka membuat suatu batas hanya memusatkan
selalu pada tindakan itu sendiri, tidak pernah si anak atau
pribadinya.11
Drs. H. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Fels Research Instiute, corak hubungan
orang tua – anak dapat dibedakan menjadi tiga pola, yaitu :
1. Pola menerima–menolak, pola ini berdasarkan atas taraf kemesraan
orang tua terhadap anak.
11
2. Pola memiliki–melepaskan, pola ini berdasarkan atas sikap
protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap
orang tua yang overprotektif dan memiliki anak sampai kepada
sikap mengabaikan anak sama sekali.
3. Pola demokrasi–otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisipasi
anak dalam menentukan kegiatan–kegiatan dalam keluarga. Pola
otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak,
sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas–batas tertentu,
anak dapat berpartisipasi dalam keputusan–keputusan keluarga.12
Menurut Elizabeth B. Hurlock ada beberapa sikap orang tua yang khas
dalam mengasuh anaknya, antara lain :
1. Melindungi secara berlebihan
Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan
pengendalian anak yang berlebihan
2. Permisivitas
Permisivitas terlihat pada orang tua yang memberikan anak berbuat
sesuka hati dengan sedikit pengendalian
3. Memanjakan
Permisivitas yang berlebihan memanjakan membuat anak egois,
menuntut dan sering tiranik
4. Penolakan
Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak
atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan
yang terbuka.
5. Penerimaan
Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang
pada anak, orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan
kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak
12
6. Dominasi
Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat
jujur, sopan dan berhati–hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah
dipengaruhi orang lain, mengalah dan sangat sensitif
7. Tundukan pada anak
Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi
mereka dan rumah mereka
8. Favoritism
Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak
dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini
membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari
pada anak lain dalam keluarga
9. Ambisi orang tua
Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka
seringkali sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering
dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang
tua supaya anak mereka naik di tangga status sosial.13
Danny I. Yatim – Irwanto mengemukakan beberapa pola asuh orang tua, yaitu :
1. Pola asuh otoriter, pola ini ditandai dengan adanya aturan – aturan
yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi.
2. Pola asuh demokratik, pola ini ditandai dengan adanya sikap
terbuka antara orang tua dengan anaknya.
3. Pola asuh permisif, pola asuh ini ditandai dengan adanya
kebebasan tanpa batas pada anak untuk berprilaku sesuai dengan
keinginannya.
4. Pola asuh dengan ancaman, ancaman atau peringatan yang dengan
keras diberikan pada anak akan dirasa sebagai tantangan terhadap
13
otonomi dan pribadinya. Ia akan melanggarnya untuk
menunjukkan bahwa ia mempunyai harga diri.
5. Pola asuhan dengan hadiah, yang dimaksud disini adalah jika orang
tua mempergunakan hadiah yang bersifat material atau suatu janji
ketika menyuruh anak berprilaku seperti yang diinginkan.14
Thomas Gordon mengemukakan metode pengelolaan anak, yaitu :
a. Pola asuh menang
b. Pola asuh mengalah
c. Pola asuh tidak menang dan tidak kalah15
Menurut Syamsu Yusuf terdapat 7 macam bentuk pola asuh yaitu :
a. Overprotection (terlalu melindungi)
g. Over discipline (terlalu disiplin)16
Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat macam pola
asuh yang dilakukan orang tua dalam keluarga, yaitu :
a. Autokratis (otoriter)
Ditandai dengan adanya aturan – aturan yang kaku dari orang tua dan
kebebasan anak sangat dibatasi
b. Demokratis
Ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.
14
Danny I. Yatim – Irwanto. Kepribadian ………… h.94
15
Thomas Gordon, Menjadi orang tua efektif/P.E.T.Parent Effectiveness Training,Terj. Farida Lestira Subardja dkk., (Jakarta : Gramedia, 1994), h.127
16
c. Permisif
Ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk
berprilaku sesuai dengan keinginannya sendiri.
d. Laissez faire
Ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya. 17
Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, penulis
hanya akan mengemukakan tiga macam saja, yaitu pola asuh otoriter,
demokratis dan laisser faire. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar
pembahasan menjadi lebih terfokus dan jelas.
Jika dilihat dari berbagai macam bentuk pola asuh di atas pada intinya
hampir sama. Misalnya saja antara pola asuh autokratis, over protection, over
discipline.Dominasi, favoritism, ambisi orang tua dan otoriter, semuanya
menekankan pada sikap kekuasaan, kedisiplinan dan kepatuhan yang
berlebihan. Demikian pula halnya dengan pola asuh laissez faire, rejection,
submission, permissiveness, memanjakan.Secara implisit, kesemuanya itu
memperlihatkan suatu sikap yang kurang berwibawa, bebas, acuh tak acuh.
Adapun acceptance (penerimaan) bisa termasuk bagian dari pola asuh
demokratis.
Oleh karena itulah, maka penulis hanya membahas tiga pola asuh,
yaitu pola asuh secara teoritis lebih kenal bila dibandingkan dengan yang
lainnya. Yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan laissez faire.
1. Otoriter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, otoriter berarti “berkuasa
sendiri dan sewenang–wenang“18 Menurut Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang
menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan
17
Marcolm Hardy dan Steve Hayes, Terj. Soenardji, Pengantar Psikologi/Beginning Psychology, (Jakarta : Erlangga, 1986), Edisi ke – 2, h. 131
18
yang dibuat oleh orang tua tanpa adanya kebebasan untuk bertanya atau
mengemukakan pendapatnya sendiri.19
Jadi pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan
orang itu dengan menentukan sendiri aturan–aturan dan batasan–batasan
yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan
memperhitungkan keadaan anak. Serta orang tualah yang berkuasa
menentukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanyalah sebagai objek
pelaksanaan saja. Jika anak–anaknya menentang atau membantah, maka ia
tak segan–segan memberikan hukuman. Jadi, dalam hal ini kebebasan
anak sangatlah dibatasi.Apa saja yang dilakukan anak harus sesuai dengan
keinginan orang tua.
Pada pola asuhan ini akan terjadi komunikasi satu arah. Orang
tualah yang memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa
memperhitungkan keadaan dan keinginan anak.Perintah yang diberikan
berorientasi pada sikap keras orang tua. Karena menurutnya tanpa sikap
keras tersebut anak tidak akan melakukan tugas dan kewajibannya. Jadi
anak melakukan perintah orang tua karena takut, bukan karena suatu
kesadaran bahwa apa yang dikerjakannya itu akan bermanfaat bagi
kehidupannya kelak.20
Penerapan pola asuh otoriter oleh orang tua terhadap anak, dapat
mempengaruhi proses pendidikan anak terutama dalam pembentukan
kepribadiannya. Karena disiplin yang dinilai efektif oleh orang tua
(sepihak). Belum tentu serasi dengan perkembangan anak. Prof. Dr. utami Munandar mengemukakan bahwa, “sikap orang tua yang otoriter paling tidak menunjang perkembangan kemandirian dan tanggung jawab social.
Anak menjadi patuh, sopan, rajin mengerjakan pekerjaan sekolah, tetapi
kurang bebas dan kurang percaya diri.“21
19
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta : PT BPK. Gunung Mulia, 1995), Cet. Ke – 7, h.87
20
Parsono , Materi Pokok Landasan Pendidikan, (Jakarta : Universitas terbuka, 1994). Cet ke – 2, h.6-8
21
Disini perkambangan anak itu semata – mata ditentukan oleh orang
tuanya. Sifat pribadinya anak yang otoriter biasanya suka menyindir,
mengalami kemunduran kematangannya, ragu–ragu didalam semua
tindakan, serta lambat berinisiatif.22 Anak yang dibesarkan di rumah yang bernuansa otoriter akan mengalami perkembangan yang tidak diharapkan
orang tua. Anak akan menjadi kurang kreatif jika orang tua selalu
melarang segala tindakan anak yang sedikit menyimpang dari yang
seharusnya dilakukan. Larangan dan hukuman orang tua akan menekan
daya kreativitas anak yang sedang berkembang, anak tidak akan berani
mencoba, dan ia tidak akan mengembangkan kemampuan untuk
melakukan sesuatu karena tidak dapat kesempatan untuk mencoba. Anak
juga akan takut untuk mengemukakan pendapatnya, ia merasa tidak dapat
mengimbangi teman–temannya dalam segala hal, sehingga anak menjadi
pasif dalam pergaulan. Lama–lama ia akan mempunyai perasaan rendah
diri dan kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri.
Karena kepercayaan terhadap diri sendiri tidak ada, maka setelah
dewasa pun masih akan terus mencari bantuan, perlindungan dan
pengamanan. Ini berarti anak tidak berani memikul tanggung jawab.
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Definisi Prestasi Belajar
Menurut WS Winkel prestasi belajar adalah keberhasilan usaha
yang dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau
mempelajari sesuatuDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru.
Menurut Djalal, "prestasi belajar siswa adalah gambaran
kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar
siswa dalam mencapai tujuan pengajaran"23
Hamalik berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan
sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah
mempelajari sesuatu.24Benyamin S. Bloom, prestasi belajar merupakan hasil perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas:
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Saifudin Azwar mengatakan prestasi belajar merupakan dapat
dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport,
indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.25 Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi
Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat
memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk
mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai,
pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk
menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/
dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses
pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test) 26
2. Evaluasi Prestasi Belajar
a. Pengertian Evaluasi Prestasi Belajar
Prestasi belajar erat hubungannya dengan evaluasi hasil
belajar, karena seorang siswa terukur prestasi belajarnya melalui proses evaluasi hasil belajar. Menurut Muhibbin Syah, “Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
23
Djalal, MF, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing, (Malang: P3T IKIP Malang, 1986), h.4.
24
Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 45
25
Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h.44
26
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”27. Menurut Tardif (1989), evaluasi (assesment) berarti proses penilaian untuk
menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan28. Evaluasi juga lebih dikenal dalam dunia pendidikan sebagai kegiatan tes, ujian, dan
ulangan.
b. Tujuan Evaluasi Prestasi Belajar
Dalam buku Muhibbin Syah, kata assesment menurut Petty
ialah mengukur keluasan dan kedalaman belajar, sedangkan
evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar
yang pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi
siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Namun,
kebanyakan pelaksanaan evaluasi cenderung bersifat kuantitatif,
lantaran penggunaan simbol angka untuk menentukan kualitas
keseluruhan kinerja akademik siswa dianggap nisbi.29
Adapun tujuan evaluasi hasil belajar ialah sebagai berikut :
1. mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh
siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu
2. mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam
kelompok kelasnya.
3. mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam
belajar.
4. mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan
kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang
dimilikinya) untuk keperluan belajar.
27
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru),(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 139
28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 139
29
5. Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode
mengajar yang telah digunakan guru dalam proses
mengajar-belajar (PMB). Apabila sebuah metode yang
digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi
belajar siswa yang memuaskan, guru amat dianjurkan
mengganti metode tersebut atau mengkombinasikannya
dengan metode lain yang serasi.30
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1)
evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Oleh karena itu, evaluasi belajar seyogyanya
dilakuakn guru secara terus-menerus dengan berbagai cara, bukan
hanya pada saat-saat ulangan terjadwal atau hanya pada saat
ujian.31
Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar ialah hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran
kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi
belajar yang ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai
sumatif.
c. Fungsi evaluasi
Di samping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki
fungsi psikologis yang cukup signifikan bagi siswa maupun bagi
guru dan orangtuanya. Bagi siswa, penilaian guru merupakan alat
bantu untuk mengatasi kekurangmampuan atau ketidakmampuannya
dalam menilai kemampuan dan kemajuan dirinya sendiri, sehingga
siswa memiliki self consciousness, kesadarannya yang lugas
30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 140
31
mengenai eksistensi dirinya, dan juga metacognitive, pengetahuan
yang benar mengenai batas kemampuan akalnya sendiri (Mulcahy et
al, 1991).32
Bagi orangtua atau wali siswa, dengan adanya evaluasi maka
kebutuhan akan pengetahuan mengenai hasil usaha dan tanggung
jawabnya mengembangkan potensi anak akan terpenuhi.
Pengetahuanseperti ini dapat mendatangkan rasa pasti kepada
orangtua dan wali siswa dalam menentukan langkah-langkah
pendidikan lanjutan bagi anaknya.33
3. Pendidikan Agama Islam Kelas V SD
Agama memiliki peranan yang amat penting dalam
kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya
mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai, dan
bermartabat. Pendidikan Agama Islam merupakan dasar bagi
pembentukan akhlak siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah. Materi pada mata pelajaran PAI mencakup
pembahasan Al-Qur’an, aqidah, akhlak, dan ibadah.34
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
jenjang kelas V SD semester genap mencakup beberapa bab, seperti
yang tercantum dalam buku pegangan siswa terbitan PT Dian Rakyat:
1. Surah Pendek Pilihan; di dalamnya mencakup Surah Al-Ma’un dan
Surah Al-Fiil.
2. Rasul-Rasul Allah subhanahu wa ta’ala; nama-nama Rasul Allah
dan yang termasuk ke dalam Ulul Azmi, serta perbedaan antara Nabi
dan Rasul
32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 141
33
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 141
34
3. Kisah sahabat Nabi; dalam bab ini di bahas mengenai kedudukan
Khulafaur Rasyidin, kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallaahu
anhu, dan kehidupan Umar bin Khattab radhiallahu anhu.
4. Perilaku Terpuji; yang isinya meneladani perilaku Abu Bakar
Ash-Shiddiq radhiallaahu anhu dan Umar bin Khattab radhiallahu anhu.
5. Puasa Wajib; membahas pengertian dan ketentuan puasa Ramadhan
dan puasa Sunnah.35
C. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dwi Yuli Setiasih, 2015, Jurusan PGSD Universitas PGRI Yogyakarta
yang berjudul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas V SD Se-Gugus Wonokerto Turi Sleman.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V Gugus Wonokerto
Turi Sleman yang berjumlah 162 siswa dan sampel penelitian yang
berjumlah 84 siswa dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Pola asuh orang tua siswa
sebesar 16,67% berada (sangat tinggi); 67,86% (tinggi); 15,48%
(sedang); (2) Prestasi belajar siswa kelas V sebesar 33,33% (sangat
tinggi); 59,52% (tinggi); 7,14% (sedang); (3) ada hubungan yang
positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi
belajar siswa dengan nilai p < 0,05 atau 0,000 < 0,05; (4) Sumbangan
efektif pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar sebesar 49,1%.
2. Hanung Panjie Putra, 2013, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh
Otoriter Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Satu Sekolah
Dasar. Penelitian ini menggunakan studi populasi, sehingga seluruh
populasi yang ada digunakan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan
35
data dalam penelitian ini menggunakan angket pola asuh orangtua dan
data sekunder menggunakan raport anak ketika kelas satu semester
satu dan dua yang digunakan untuk melihat prestasi belajar. Hipotesis
yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara pola asuh otoriter
dengan prestasi belajar siswa kelas satu sekolah dasar. Berdasarkan
hasil analisis statistik dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,142 dengan p = 0,293 (p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan
antara pola asuh otoriter orangtua dengan prestasi belajar siswa.
3. Dyashinta Retpusa Putri, 2012, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ipa Siswa
Kelas VII Smp Nurul Islam Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran
2011/2012. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif
korelasional. Variabel dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua
(pola asuh otoriter = 1 X , pola asuh permisif = 2 X , dan pola asuh demokratis = 3 X ) sebagai variabel bebas, dan prestasi belajar IPA siswa (Y) sebagai variabel terikat. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode Proportional Random Sampling.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Fhitung > Ftabel, yaitu
23,630 > 2,695 dan nilai signifikansi < 0,05, dengan demikian ada
pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar IPA siswa
kelas VII SMP Nurul Islam Ngemplak Boyolali tahun ajaran
2011/2012, dan kontribusi pola asuh orang tua terhadap prestasi siswa
dalam belajar sebesar 41,2%. Hal ini berarti bahwa meningkat atau
menurunnya prestasi siswa dalam belajar ditentukan oleh pola asuh
orang tua sebesar 41,2% sedangkan sisanya 58,8 % ditentukan oleh
variabel lain yang tidak diteliti. Dari hasil perhitungan sumbangan
relatif (SR), dan sumbangan efektif (SE), diketahui bahwa dari ketiga
memberikan sumbangan terbanyak, kemudian diikuti oleh pola asuh
permisif dan yang terakhir yaitu pola asuh otoriter.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian dalam
skripsi ini dengan penelitian-penelitian relevan yang telah disebutkan
sebelumnya. Persamaan-persamaannya di antaranya ialah :
a. Menggunakan penelitian jenis kuantitatif korelasional
b. Menguji dan melihat hubungan antara pola asuh orang tua dengan
prestasi belajar siswa
b. Menggunakan angket untuk mendapatkan data pola asuh orangtua
dan menggunakan nilai raport sebagai data prestasi belajar siswa.
Hal-hal yang membedakan penelitian pada skripsi ini
dengan penelitian-penelitian sebelumnya ialah sebagai berikut :
a. Waktu dan Lokasi penelitian.
b. Prestasi belajar siswa yang diteliti hanya dari mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas V SD semester genap.
c. Peneliti memfokuskan pada pelajaran PAI untuk melihat peran pola
asuh orang tua di rumah dalam membentuk pemahaman keislaman
siswa sehingga mempengaruhi pemahaman dan prestasi belajar PAI
siswa di sekolah.
D.Kerangka Berpikir
Pendidikan yang diterima oleh seorang anak berawal dari orang tuanya
dalam mendidik sesuai pola asuh masing-masing. Orang tua sering kali
menginginkan anaknya berprestasi di sekolah dan menganggap pendidikan di
sekolah memegang peranan paling penting terhadap prestasi anak.Padahal
orang tua memiliki peran yang besar pula dalam membentuk prestasi belajar
anak di sekolah. Karakter dan cara belajar anak di sekolah disesuaikan dengan
Orang tua yang otoriter cenderung membuat anak lebih menuruti
keinginan orang tua, namun ada hal-hal yang mempengaruhi pola belajar anak
di sekolah dengan pola asuh yang diterima oleh anak dari orang tuanya
masing-masing.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memegang peranan penting
dan menjadi mata pelajaran yang erat dengan pendidikan yang diberikan orang
tua dirumah. Orang tua diharapkan telah menanamkan nilai-nilai dan ilmu
tentang Agama Islam sejak dari rumah sehingga anak mampu menerima
pelajaran Agama Islam di sekolah dengan lebih mudah dan hanya sebagai
lanjutan dari pendidikan orang tuanya sebelumnya.
Dari latar belakang tersebut, peneliti berharap mendapatkan hasil dari
penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar
siswa kelas V pada mata pelajaran PAI di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.
.
E.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
prestasi belajar siswa.
H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.
Alasan pemilihan tempat penelitian dikarenakan kemudahan tempat
penelitian untuk diakses oleh peneliti. Hal ini menjadi SD Irsyad
Al-Islamiyyah Bekasi dipilih menjadi tempat penelitian ini karena keragaman
latar belakang orang tua siswa yang menjadi objek penelitian. Prestasi
belajar siswa yang akan dilihat ialah dari nilai mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi. Penelitian
dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2016.
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Margono, “Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”11
Teknik analisis penelitian ini menggunakan teknik penelitian
korelasional. Teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa
1
variable. Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui
hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain.
Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana suatu variable
berhubungan dengan variable lain, yaitu hubungan antara pola asuh orang
tua terhadap prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PAI di SD
Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.
Kajian teoritik didapatkan melalui studi literasi dari berbagai
sumber bacaan yang relevan dengan penelitian, baik itu berasal dari buku
fisik maupun bacaan yang bersumber via dunia maya (online).
Teknik kepenulisan skrpsi ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi terbitan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.
Menurut Hatch dalam Sugiyono, variabel adalah sebagai atribut seseorang atau obyek, yang memiliki “variasi” diantara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan yang lain.2
Variabel-variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent variabel) atau variabel X adalah suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
timbulnya variable terikat. Adanya variabel ini dalam
penelitian kuantitatif sebagai variable yang menjelaskan
terjadinya topik atau fokus penelitian.
2. Variabel terikat (dependent variabel) atau variabel Y adalah variable yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Keberadaan variabel tersebut sebagai variabel yang
dijelaskan dalam fokus/topik penelitian.3
Penulis menggunakan koefisien korelasi bivariat dua variable.
Adapun pembagian variabel-variabel yang hendak diteliti yaitu:
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
(Bandung : Alfabeta, 2010), h. 114
3
Variabel bebas (X) : pola asuh orang tua
Variabel terikat (Y) : prestasi belajar PAI siswa kelas V SD
Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang menjadi pusat perhatian
penelitian dan tempat untuk menggeneralisasi temuan penelitian.4 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I-VI SD Al-Irsyad
Al-Islamiyyah Bekasi yang berjumlah 321 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh
suatu populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat biasanya menggunakan
teknik tertentu. Teknik pengambilan sampel biasa disebut dengan teknik
sampling.5
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sample, yaitu mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.6 Purposive sample ini digunakan oleh peneliti dengan pertimbangan
sebagai berikut :
1. Keterbatasan, waktu, dana, dan tenaga
2. Subjek sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti.
3. Subjek merupakan peserta didik yang diajarkan mata pelajaran PAI
oleh peneliti.
Sampel yang diambil peneliti untuk penelitian ini adalah siswa
kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi yang berjumlah 44 orang.
4
B. Sandjaja, . Panduan Penelitian,(Jakarta : Prestasi Pustaka. 2006),h. 184
5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alvabeta, 2010), cet. IX, h. 118
6
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif ini
menggunakan :
1. Data variable X (Pola Asuh Orang Tua)
Pengumpulan data variable (X) menggunakan metode angket,
yaitu cara pengumpulan data dengan mempergunakan
pernyataan-pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden.
Angket yang digunakan adalah angket terstruktur, yaitu pernyataan
disampaikan dengan sudah adanya pilihan jawaban yang akan dipilih
satu jawaban yang sesuai dengan jawaban responden. Angket ini
tergolong angket tertutup dan berbentuk check list. Pada angket ini
pertanyaan-pertanyaannya harus dijawab responden dengan cara
memberikan check list ( √ ) pada jawaban yang dipilihnya.7
Angket digunakan untuk mendapatkan data-data yang
dibutuhkan. Kuisioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.8 Angket yang disebar dalam penelitian ini sesuai dengan jumlah sampel yaitu 44 set
kepada 44 orang tua siswa dan berbentuk skala Likert. Skala Likert
adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap pendapat,
dan mengamati suatu fenomena. Berikut ini tabel kisi-kisi Angket
Variabel X :
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X
No. Pernyataan Jenis Pola
Asuh
Jenis Kalimat (Positif/Negatif)
1 Saya Menemani Anak Belajar
atau mengerjakan PR di rumah Demokratis Positif
2 Saya menanyakan tugas anak dari
sekolah Demokratis Positif
7
B.Sandjaja, Panduan Penelitian, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006), h. 151-152
8Ibid,
3 Saya memaksa anak mengerjakan
tugas sekolahnya Demokratis Negatif
4 Saya membiarkan anak
mengerjakan tugasnya sendiri Permisif Negatif
5
Saya menanyakan hasil belajar anak di sekolah ketika mereka
pulang sekolah Demokratis Positif
6 Saya menanyakan anak kendala
belajar di sekolah Demokratis Positif
7 Saya memberikan fasilitas
smartphone kepada anak Permisif Negatif
8 Saya membatasi akses internet
anak dalam belajarnya Otoriter Positif
9
Saya membebaskan anak menggunakan fasilitas internet
dirumah untuk mengerjakan tugas Permisif Negatif
10 Saya mengajari anak mengaji
(membaca Al –Qur’an) Demokratis Positif
11 Saya mengajak anak membaca Al
Qur’an bersama Demokratis Positif
12 Saya menghibur anak ketika nilai
anak rendah Demokratis Positif
13 Saya memarahi anak ketika nilai
anak rendah Otoriter Negatif
14 Saya memberi penghargaan /
hadiah ketika nilai anak bagus Demokratis Positif
15 Saya membangunkan anak di pagi
hari sebelum adzan subuh Demokratis Positif
16 Saya mengajak anak sholat subuh
berjamaah Demokratis Positif
17 Saya memaksa anak sholat subuh Otoriter Positif
18 Saya membatasi waktu bermain
anak Otoriter Positif
19 Saya memerintahkan anak untuk
tidur sebelum pukul 21.00 WIB Otoriter Positif
20 Saya menanamkan akhlak dan
budi pekerti kepada anak Demokratis Positif
21
Saya mengatur waktu belajar , waktu bermain dan waktu istirahat
anak Otoriter Positif
22
Saya membebaskan waktu belajar , waktu bermain dan waktu
istirahat anak Permisif Negatif
23 Saya menghukum anak jika tidak
24 Saya membiarkan anak tidak
melaksanakan sholat 5 waktu Permisif Negatif
25 Saya memenuhi semua kebutuhan
anak dalam hal fasilitas belajar. Demokratis Positif 26 Saya mengajak anak ke toko buku Demokratis Positif
27
Saya biasa bertanya kepada anak apabila ingin mengambil
keputusan Demokratis Positif
28 Saya memukul anak jika anak
melakukan kesalahan Otoriter Negatif
29 Saya menasihati anak jika anak
melakukan kesalahan Demokratis Positif
30 Saya menghukum anak jika anak
melakukan kesalahan Otoriter Negatif
31
Saya menyayangi semua anak tanpa membeda-bedakan satu
dengan yang lainnya Demokratis Positif
32
Saya menasihati anak untuk jujur dalam mengerjakan tugas
sekolahnya Demokratis Positif
33 Saya mengajarkan anak doa
sehari-hari Demokratis Positif
34 Saya mengajarkan anak untuk
takut kepada Allah Demokratis Positif
35 Saya mengajarkan anak tentang
adab belajar Demokratis Positif
36 Saya memasukkan anak ke tempat
les untuk membantu anak belajar Otoriter Positif
1. Data variable Y (Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas V)
Untuk pengambilan data variable Y, tidak menggunakan
kisi-kisi karena data diperolah dari nilai UTS Semester Genap siswa kelas
V pada mata pelajaran PAI.
E. Teknik Analisis Data
Sebelum menganalisa data, penulis terlebih dahulu mengolah data
yang telah diperoleh. Beberapa langkah yang ditempuh dalam mengolah
1. Editing
Editing merupakan pemeriksaan kembali jawaban yang telah
diterima dari responden. Proses editing dilakukan untuk meminimalisir
kekurangan atau kesalahan jawaban responden pada angket yang telah
dibagikan. Jika ada kekurangan atau kesalahan pada jawaban angket
responden, penulis menghubungi kembali responden untuk
mendapatkan perbaikan.
2. Scoring
Scoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir
pertanyaan pada angket. Setiap pertanyaan dalam angket terdapat 4
butir pilihan jawaban, yaitu : Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang
(KD), dan Tidak Pernah (TP). Setiap item pertanyaan diberi skor
berdasarkan jawaban yang dipilih. Pertanyaan atau pernyataan
bermakna positif diberi skor dari terbesar ke terkecil, sedangkan
pertanyaan atau pernyataan bermakna negative diberi skor
kebalikannya. Pedoman scoring dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2. Pedoman Scoring Jawaban Responden
Jawaban Responden Positif Negatif
Selalu (SL) 4 1
Sering (S) 3 2
Kadang-kadang (KD) 2 3
Tidak Pernah (TP) 1 4
3. Tabulating
Tabulating adalah perhitungan terhadap data yang telah
diperoleh. Teknik tabulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik analisa korelasional. Teknik korelasional adalah teknik analisis
Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya data
dideskripsikan, dianalisa, ditafsirkan, dan disimpulkan maka hasilnya
merupakan data yang kongkrit. Dalam mengolah data, diperlukan dua
jenis data yaitu, sebagai berikut:
1. Data kualitatif, yaitu dengan menguraikan data ke dalam bahasa yang
mudah dipahami oleh pembaca yang disesuaikan dengan objek
penelitian
2. Data Kuantitatif, yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Memeriksa angket yang telah diisi oleh responden (Editing) b. Pemberian skor sesuai dengan tingkatannya (Scoring) c. Uji Validitas
Menurut Sugiyono, validitas adalah kesesuaian alat ukur
yang digunakan untuk mengukur sesuatu. Dalam penelitian ini
setiap pertanyaan/pernyataan diuji validitasnya. Untuk
mengukur validitas instrumen digunakan rumus berikut ini:
∑ - ∑ ∑ √ ∑ - ∑ √ ∑
-Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi data x terhadap data y
n : jumlah sampel uji coba
x : skor butir pernyataan tertentu untuk setiap orang tua
y : skor total (semua pernyataan) untuk setiap orang tua
Kemudian rxy sebagai rhitung dibandingkan dengan rtabel
dengan menggunakan tabel-r Product Moment. Pada penelitian
ini nilai rtabel adalah 0,297 dengan jumlah N (responden) yang
berjumlah 44 Orang.
Dengan kaidah keputusannya yaitu : jika rhitung > rtabel
berarti data valid dan jika rhitung < rtabel berarti data tidak valid.
Untuk memperoleh frekuensi relative (angka persenan),
digunakan rumus :
Keterangan :
P = Angka prosentasi
F = frekuensi yang sedang dicari persentasinya
N = Number of cases (jumlah frekuensi)
Tabel 3.3. Penafsiran Prosentase
No. Prosentase Penafsiran
1 100% Seluruhnya
2 90%-99% Hampir seluruhnya
3 60%-89% Sebagian besar
4 51%-59% Lebih dari setengahnya
5 50% Setengahnya
6 40%-49% Hampir setengahnya
7 10%-39% Sebagian kecil
rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment N = Number of cases
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y ∑X = Jumlah seluruh skor X
∑Y = Jumlah seluruh skor Y9
Setelah diketahui hubungan dari kedua variabel, langkah
selanjutnya adalah membuat interpretasi data dengan cara
sebagai berikut :
9