• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa Kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa Kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Solikah

NIM 1812011000083

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

Al-Islamiyyah Bekasi. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas V di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi menggunakan metode kuantitatif korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas I-VI SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi tahun ajaran 2015/2016 dan sampel pada penelitian ini adalah 44 orang siswa kelas V. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah dengan teknik purposive sample. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket pola asuh orang tua sebagai variabel X dan data prestasi belajar pada UTS PAI Semester Genap siswa kelas V sebagai data variabel Y.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) antara variabel X dan variabel Y adalah -0,1107 yang berarti pola asuh orang tua dengan prestasi belajar PAI siswa kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau rendah sehingga itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi).

(6)

iv

Irsyad Al-Islamiyya Bekasi. Essay. Jakarta: Department of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiyah Science and Teaching (FITK), State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta.

This study aims to determine how much the relationship between parenting parents with class V student achievement in elementary Irsyad Al-Islamiyya Bekasi.

This research was conducted in SD Al-Irsyad Al-Islamiyya Bekasi using quantitative correlation method. The study population was all students in Grades I-VI SD Al-Irsyad Al-Islamiyya Bekasi academic year 2015/2016 and the sample in this study were 44 students of class V. The technique used in the sampling technique is purposive sample. Collecting data in this study using a questionnaire parenting parents as a variable X and learning achievement data on PAI UTS Semester students of class V as variable data Y.

Based on the results of statistical analysis using the technique of Pearson product moment correlation shows the correlation coefficient (r) between the variables X and Y is -0.1107 meaning parenting parents with student achievement PAI fifth grade students of elementary Al-Irsyad Al-Islamiyya Bekasi there is a correlation, but the correlation is very weak or low so that it is ignored (considered to be no correlation).

(7)

vi

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pola Asuh Orang Tua ... 8

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 8

2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua ... 10

3. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua ... 13

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 20

1. Definisi Prestasi Belajar ... 20

(8)

vii

E. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode dan Desain Penelitian... 29

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data... 32

E. Teknik Analisis Data ... 34

F. Hipotesis Statistik ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data... 41

1. Gambaran Umum Siswa SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi 41 2. Uji Validitas Instrumen ... 43

3. Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

4. Prosentase Hasil Angket Penelitian ... 45

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 55

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

1. Interpretasi Data Hasil Statistik ... 57

D. Keterbatasan Penelitian... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 62

(9)

viii

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X ... 32

Tabel 3.2. Pedoman Scoring Jawaban Responden ... ... 35

Tabel 3.3. Penafsiran Prosentase ... ... 37

Tabel 3.4. Interpretasi Analisa Data Berdasarkan Korelasi Product Moment (rxy) ... ... 38

Tabel 4.1 Data Siswa Wajib Belajar Di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi ... 41

Tabel 4.2 Daftar Nama Siswa Kelas V Sebagai Sampel Penelitian ... 42

Tabel 4.3 Hasil Analisis Butir Pernyataan Dalam Angket ... 43

Tabel 4.4 Saya Menemani Anak Belajar Atau Mengerjakan PR Di Rumah... 45

Tabel 4.5 Saya Menanyakan Tugas Anak Dari Sekolah ... 46

Tabel 4.6 Saya Menanyakan Hasil Belajar Anak Di Sekolah Ketika Mereka Pulang Sekolah ... 46

Tabel 4.7 Saya Menanyakan Anak Kendala Belajar Di Sekolah ... 47

Tabel 4.8 Saya Mengajari Anak Mengaji (Membaca Al –Qur’an) ... 47

Tabel 4.9 Saya Mengajak Anak Membaca Al Qur’an Bersama ... 48

Tabel 4.10 Saya Menghibur Anak Ketika Nilai Anak Rendah ... 48

Tabel 4.11 Saya Memberi Penghargaan / Hadiah Ketika Nilai Anak Bagus ... 49

Tabel 4.12 Saya Membangunkan Anak Di Pagi Hari Sebelum Adzan Subuh ... 49

Tabel 4.13 Saya Mengajak Anak Sholat Subuh Berjamaah ... 50

Tabel 4.14 Saya Menanamkan Akhlak Dan Budi Pekerti Kepada Anak ... 50

Tabel 4.15 Saya Mengatur Waktu Belajar , Waktu Bermain Dan Waktu Istirahat Anak ... 51

(10)

ix

Keputusan ... 53

Tabel 4.20 Saya Menasihati Anak Jika Anak Melakukan Kesalahan ... 53

Tabel 4.21 Saya Menasihati Anak Untuk Jujur Dalam Mengerjakan Tugas Sekolahnya ... 54

Tabel 4.22 Saya Mengajarkan Anak Doa Sehari-Hari ... 54

Tabel 4.23 Saya Memasukkan Anak Ke Tempat Les Untuk Membantu Anak Belajar ... 55

Tabel 4.24 Data Hasil Perhitungan Antara Variabel X dengan Variabel Y ... 56

(11)

x

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Observasi dari Fakultas

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah

Lampiran 5 Angket Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X (Pola Asuh Orang Tua)

Lampiran 6 Angket Penelitian Variabel X (Pola Asuh Orang Tua)

Lampiran 7 Data Variabel X (Angket Pola Asuh Orang Tua

Lampiran 8 Data Variabel Y (Prestasi Belajar PAI)

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah

Pendidikan merupakan sebuah proses panjang yang dialami oleh

manusia sebagai makhluk pembelajar.Pendidikan berlangsung sejak lahir

hingga akhir hayat. Proses belajar seorang anak mulanya diterima melalui

orang tua mereka masing-masing. Orang tua berperan penuh mendidik anak

sesuai dengan polaasuh yang diterapkan kepada anak-anak mereka.Pola

asuh orang tua terhadap anaknya akan membentuk pribadi dan prestasi anak

di kemudian hari.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,

baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau

keluarganya sendiri.1

Selanjutnya, dalam perspektif Islam, belajar merupakan kewajiban

bagi setiap Muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga

derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat

1

(13)

Mujadalah : 11 yang artinya: ... niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan “berilmu”. Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman

dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.2

Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam

keluarga.Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara,

dan sebagai pendidik terhadap anak–anaknya.Setiap orang tua pasti

menginginkan anak–anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan

berakhlakul karimah. Akan tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari

bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan,

dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang

tuanya. Perasaan–perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap,

perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.

Keluarga adalah koloniter kecil di dalam masyarakat dan dari

keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur

dalam satu masyarakat. Ayah dan ibu akan menjadi contoh utama yang

mesti berhati-hati dalam bertindak. Lingkungan keluarga acap kali disebut

lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek

perkembangan anak.Ada kalanya ini berlangsung melalui ucapan-ucapan,

perintah-perintah yang di berikan secara langsung untuk menunjukanapa

yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan anak. Ada kalanya orang tua

bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh agar ditiru dan apa

yang ditiru akan meresap dalam dirinya. Dan menjadi bagian dari kebiasaan

bersikap dan bertingkah laku atau bagian dari kepribadiannya.Orang tua

menjadi factor terpenting dalam menanamkan dasar kepribadiaan tersebut

yang turut menentukan corak dan gambaran kepribadiaan dan prestasi

seseorang setelah dewasa.

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh

dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk

2

(14)

aspekmoral, spiritual, dan etossosial anak.Mengingat orang tua adalah

seorang figure terbaik dalam pandangan anak, yang tindak–tanduk dan

sopan-santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan

bentuk perkataan, perbuatan dan tindak-tanduknya,akan senantiasa

tertanam dalam kepribadian anak3

Prinsip serta harapan-harapan seseorang dalam bidang pendidikan

anak beranekaragam coraknya. Ada yang menginginkan anaknya

menjalankan disiplin keras, ada yang menginginkan anaknya lebih banyak

kebebasan dalam berpiki rmaupun bertindak. Ada orang tua yang terlalu

melindungi anak, ada yang bersikap acuh terhadap anak.Ada yang

mengadakan suatu jarak dengan anak dan ada pula yang menganggap anak

sebagai teman.

Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh

kembangkan totalitas potensi anak secara wajar.Potensi jasmaniah dan

Rohaniah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras.Potensi

jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan

sandang, pangan dan papan.Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan

pengembangannya secara wajar melalui usaha pembinaan intelektual,

perasaan, dan budi pekerti.

Saat memasuki usia sekolah, prestasi belajar anak dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Baik buruknya situasi proses belajar-mengajar dan tingkat

pencapaian hasil belajar salah satunya dipengaruhi pula oleh pola asuh

orang tuanya. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar

mengajar di sekolahialah kondisi rumah dan status sosial ekonomi keluarga

siswa yang meliputi : tingkat keharmonisan kedua orang tua, tata ruang dan

peralatan rumah, dan status atau kelas sosial ekonomi (kelas atas, kelas

menengah, atau kelas bawah).4

3

Abdullah NashihUlwan. PendidikanAnakdalam Islam( Jakarta : PustakaAmani ), Cet. II. h.142

4

(15)

Orang tua sangatlah berperan penting dalam perkembangan moral

anak. Karena orang tualah yang mengetahui bagaimana karakter anak. Di

dalam perkembangan moral anak haruslah terjalin interaksi antara orang tua

dan anak. Allah subhanahu wata’ala telah memperingatkan umat manusia

tentang kemungkinan muncul generasi–generasi yang lemah dikarenakan

sebab-sebab tertentu, dalam firman-Nya (Qs. An-Nisa : 9) :

9.

dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

Perkataan yang benar.“ (Qs. An-Nisa : 9)

Dan Allah menjelaskan pula dalam Qs. At Tahrim : 6

„Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka… . “ (Qs. At Tahrim : 6).

Pola asuh orang tua terbagi menjadi tiga tipe utama, yaitu pola asuh

Otoriter, pola asuh Permisif, dan pola asuh Demokratis. Para orang tua

cenderung menerapkan ketiga pola asuh ini, namun dominan untuk

menerapkan satu saja dari ketiga pola asuh tersebut untuk diterapkan dalam

mendidik anak-anak mereka.

Kegiatan belajar mengajar yang terlaksana di sekolah menjadi proses

(16)

menurut pola asuh orang tuanya masing-masing. Prestasi belajar siswa di

sekolah menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh orang tua siswa.

Orangtua yang menginginkan anak-anaknya memiliki prestasi belajar yang

baik di sekolah kurang menyadari bahwa anak-anak mereka membutuhkan

peran orang tua.

Dalam proses pendidikan agama Islam, sangat diharapkan mampu

menata lingkungan psikologis ruang belajar sehingga mengandung

atmosfer (suasana perasaan) iklim kondusif yang memungkinkan para

siswa mengikuti proses belajardengan tenang dan bergairah5. Dari seluruh mata pelajaran yang diterima siswa di sekolah, peneliti melihat pentingnya

siswa mendapat hasil belajar yang baik pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam diharapkan berkesesuaian dengan pola asuh yang diterapkan oleh

orang tua siswa tersebut. Pola asuh orang tua di rumah juga mencakup

pendidikan agama berupa kegiatan ibadah dan akhlak sehari-hari.

Dari pemaparan masalah-masalah di atas, peneliti hendak meneliti

keterkaitan hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar

siswa kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi. Penulis mengambil

tempat penelitian di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi karena tempat

tersebut merupakan tempat peneliti mengajar sebagai guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI).

5

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan

yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Banyaknya harapan orang tua yang tidak sesuai dengan kehendak anak

2. Rendahnya prestasi belajar anak karena kurangnya pola asuh orang tua

3. Siswa kurang disiplin dengan tugas dirumah

4. Banyak siswa yang tidak peduli dengan peraturan sistem poin,

sehingga poin dan sanksi yang diterima siswa tidak menimbulkan efek

jera.

C. Pembatasan Masalah

Karena terbatasnya waktu, tenaga serta sarana yang tersedia, maka

penulis membatasi masalah kepada hubungan polaasuh orang tua dengan

prestasi belajar PAI siswa kelas V SD Al – Irsyad Al- Islamiyyah Bekasi

dengan batasan sebagai berikut :

1. Pola asuh yang diteliti adalah otoritarian, permisif, dan demokratis

2. Prestasi belajar adalah hasil aktivitas belajar siswa yang

diaktualisasikan dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku

raport.

3. Hanya pada siswa kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah yang diteliti sebagai berikut:

(18)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh

orang tua dengan prestasi belajar PAI siswa kelas V SD Irsyad

Al-Islamiyyah Bekasi.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan hasil hubungan antara pola asuh orang

tua dengan prestasi belajar siswa di tempat peneliti mengajar.

b. Bagi Pembaca

Dapat menjadi sumbangsih bagi para pembaca untuk

melakukan kajian lebih lanjut dan mendalam tentang penelitian

yang sama

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua

Sebagai bahan referensi dan informasi mengenai peranan pola

asuh orang tua dengan prestasi belajar anak.

b. Bagi Guru

Mendapatkan informasi tentang prestasi belajar siswa yang

(19)

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk mengembangkan

disiplin diri ini adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap

penataan : lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal,

pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan anak–anak, suasana

psikologis, sosiobudaya, perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya

pertemuan dengan anak–anak, kontrol terhadap perilaku anak–anak dan

menentukan nilai–nilai moral sebagai dasar berprilaku dan yang

diupayakan kepada anak–anak. Pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin

diri dimasukkan sebagai upaya orang tua dalam “meletakkan“ dasar–dasar

disiplin diri kepada anak dan membantu mengembangkannya sehingga

anak memiliki disiplin diri.1

Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan sosial anak–

anak tidak hanya terbatas pada situasi sosial–ekonominya atau pada

1

(20)

keutuhan struktur dan interaksinya saja. Juga cara–cara dan sikap–sikap

dalam pergaulannya memegang peranan yang cukup penting didalamnya.2 Dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam pola asuh yang

bias dipilih dan digunakan oleh orang tua. Sebelum berlanjut kepada

pembahasan berikutnya, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian dari

pola asuh itu sendiri.

Pola asuh terdiri dari kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap”.3

Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan

mendidik) anak kecil, membimbing (membantu ; melatih dan sebagainya),

dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga”.4

Dari pendapat diatas, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

pola asuh orang tua ialah bentuk, cara atau model interaksi antara orang tua

dengan anak–anaknya baik dalam bentuk sikap maupun perhatian dalam

melatih, membesarkan dan membimbing tingkah laku, pengetahuan serta

nilai–nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat

mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal

Pengasuhan (parenting) memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat

sedikit pendidikan formal menganai tugas ini.Kebanyakan orang tua

mempelajari praktik pengasuhan dari orng tua mereka sendiri.Sebagian

praktik tersebut mereka terima, namun sebagai lagi mereka tinggalkan.

Suami dan istri mungkin saja membawa pandangan yang berbeda mengenai

pengasuhan ke dalam pernikahan5

s

W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco,1988),cet.11, h.188.

3

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), cet. 4. h.884

4

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007) cet. 4, h.73

5

(21)

Dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah cara orang

tua mengasuh dan membesarkan anaknya dari kecil sampai tumbuh dewasa.

Baik dalam kebutuhan rohani atau jasmani. Dimana orang tua harus

bertanggung jawab dalam setiap proses perkembangan anak. Apapun yang

orang tua terapkan dalam kehidupan anak dari dia lahir sampai dewasa

akan terus mengalir dan tersimpan di dalam memori anak.

2. Jenis – jenis Pola Asuh Orang Tua a. Pengasuhan Otoritarian

Pengasuhan Otoritarian adalah gaya yang membatasi dan

menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti

arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang

tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak

dan meminimalisir perdebatan verbal. Contohnya, orang tua yang

otoriter mungkin berkata, “Lakukan dengan caraku atau tak usah”,

orang tua yang otoriter mungkin juga sering memukul anak,

memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan

menunjukkan amarah pada anak. Anak dari orang tua yang otoriter

sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan

diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki

kemampuan komunikasi yang lemah.Putra dari orang tua yang otoriter

mungkin berperilaku agresif.6

Jadi, pengasuhan otoritarian adalah gaya pengasuhan yang

menekankan suatu keharusan atau paksaan terhadap anak tanpa orang

tua tahu batas kemampuan anak. Orang tua menjadikan anak seperti

robot dan segala yang dilakukan anak ada didalam kendali orang tua.

Segi positif dari gaya pengasuhan ini anak menjadi disiplin mentaati

peraturan orang tua, akan tetapi dari segi negative bias jadi anak hanya

6

(22)

menunjukan sikap tersebut dihadapan orang tua berbeda dengan apa

yang ada dihatinya

b. Pengasuhan Otoritatif

Pengasuhan Otoritatif adalah gaya yang mendorong anak untuk

mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan

mereka. Tindakan verbal member dan menerima dimungkinkan, dan

orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Orang tua

yang otoritatif mungkin merangkul anak dengan mesra dan berkata, “Kamu tahu kamu tak seharusnya melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain kali.” Orang tua yang otoritatif menunjukkan kesenangan dan dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruktif anak.Mereka

juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan sesuai

dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua otoritatif sering kali

ceria, bias menghendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada

prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang

ramah dengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, dan

bias mengawasi stress dengan baik7

Para orang tua yang menggunakan pola asuh ini menghadirkan

lingkungan rumah yang penuh kasih dan dukungan. Dimana orang tua

dan anak sama–sama membina kerukunan dirumah, adanya interaksi

yang baik menjadikan hubungan anak dan orang tua selalu selarasa

seimbang. Tetapi semua kebebasan yang orang tua berikan bukan

berarti anak bebas melakukan apa yang bersifat negative. Segi positif

dari pola pengasuhan ini anak menjadi lebih bertanggung jawab, jujur

dan terbuka.

7

(23)

c. Pengasuhan yang mengabaikan (acuh tak acuh)

Pengasuhan yang mengabaikan adalah gaya dimana orang tua

sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang

tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua

lebih penting dari pada diri mereka. Anak–anak lain cenderung tidak

memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki

pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Mereka sering kali

memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing

dan keluarga.Dalam masa remaja, mereka mungkin menunjukkan

sikap suka membolos dan nakal.8

Pola pengasuhan mengabaikan atau acuh tak acuh dapat terjadi

karena orang tua tidak mementingkan perkembangan anak dalam

kehidupan sehari–hari. Bisa saja terjadi karena orang tua yang sibuk

dengan urusannya sehingga ia mengabaikan pengasuhan anak. Hal

seperti ini dapat berdampak negatif karena anak menjadi kurang

perhatian, merasa sepi dan asing dirumah, merasa ditiadakan sebagai

membuat anak mencari perhatian diluar rumah.

d. Pengasuhan yang menuruti (permisif)

Pengasuhan yang menuruti adalah gaya pengasuhan dimana

orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut

atau mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak

melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar

mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan

keinginannya. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak mereka

dengan cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi antara

keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak

yang kreatif dan percaya diri. Namun, anak yang memiliki orang tua

yang selalu menurutinya jarang belajar menghormati orang lain dan

8

(24)

mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilakunya. Mereka

mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan, dan

kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya (peer)9

Jadi pola pengasuhan yang menuruti / permisif memusatkan

pada kebebasan anak dalam bertingkah laku dan bertindak. Orang tua

hanya menuruti apa yang anak inginkan. Dilihat dari segi negatifnya

biasanya pola pengasuhan yang seperti ini membuat anak kurang

disiplin terhadap aturan–aturan yang berlaku. Tapi jika anak tersebut

termasuk anak yang bertanggung jawab ia bisa menjadi anak yang

disiplin, mandiri, kreatif dan mampu bersosialisasi dengan baik

Keempat klasifikasi pengasuhan ini melibatkan antara

penerimaan dan sikap responsif di satu sisi serta tuntutan dan kendali

di sisi lain.10

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa

seharusnya orang tua mempunyai kiat–kiat khusus dalam mengasuh

anak, sebab mengasuh anak bukanlah hal yang mudah. Pola asuh orang

tua yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak haruslah sesuai

dengan tingkat perkembangan anak sehingga tidak terjadi kesalahan

dalam mengasuh. Karena mendidik dan membimbing anak merupakan

sebuah seni tersendiri, jadi tergantung bagaimana orang tua

menggunakan pola pengasuhan.

3. Macam – macam Pola Asuh Orang Tua

Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik

anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda–beda, yang antara

satu sama lain hampir mempunyai persamaan, yaitu sebagai berikut :

9

John W Santrock, Perkembangan Anak/Child Development, Terj.Mila Rahmawati dan Anna Kuswanti, (Jakarta : Erlangga. 2007), edisi ketujuh, jilid dua,h.167

10

(25)

Dr. Paul Hauck menggolongkan pengelolaan anak ke dalam empat macam

pola, yaitu :

1) Kasar dan tegas

Orang tua yang mengurus keluarganya menurut skema neurotik

menentukan peraturan yang keras dan teguh yang tidak akan di

ubah dan mereka membina suatu hubungan majikan–pembantu

antara mereka sendiri dan anak–anak mereka.

2) Baik hati dan tidak tegas

Metode pengelolaan anak ini cenderung membuahkan anak–anak

nakal yang manja, yang lemah dan yang tergantung, dan yang

bersifat kekanak–kanakan secara emosional.

3) Kasar dan tidak tegas

Inilah kombinasi yang menghancurkan kekasaran tersebut biasanya

diperlihatkan dengan keyakinan bahwa anak sengaja berprilaku

buruk dan ia bisa memperbaikinya bila ia mempunyai kemauan

untuk itu.

4) Baik hati dan tegas

Orang tua tidak ragu untuk membicarakan dengan anak–anak

mereka tindakan yang mereka tidak setujui. Namun dalam

melakukan ini, mereka membuat suatu batas hanya memusatkan

selalu pada tindakan itu sendiri, tidak pernah si anak atau

pribadinya.11

Drs. H. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa, berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Fels Research Instiute, corak hubungan

orang tua – anak dapat dibedakan menjadi tiga pola, yaitu :

1. Pola menerima–menolak, pola ini berdasarkan atas taraf kemesraan

orang tua terhadap anak.

11

(26)

2. Pola memiliki–melepaskan, pola ini berdasarkan atas sikap

protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap

orang tua yang overprotektif dan memiliki anak sampai kepada

sikap mengabaikan anak sama sekali.

3. Pola demokrasi–otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisipasi

anak dalam menentukan kegiatan–kegiatan dalam keluarga. Pola

otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak,

sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas–batas tertentu,

anak dapat berpartisipasi dalam keputusan–keputusan keluarga.12

Menurut Elizabeth B. Hurlock ada beberapa sikap orang tua yang khas

dalam mengasuh anaknya, antara lain :

1. Melindungi secara berlebihan

Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan

pengendalian anak yang berlebihan

2. Permisivitas

Permisivitas terlihat pada orang tua yang memberikan anak berbuat

sesuka hati dengan sedikit pengendalian

3. Memanjakan

Permisivitas yang berlebihan memanjakan membuat anak egois,

menuntut dan sering tiranik

4. Penolakan

Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak

atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan

yang terbuka.

5. Penerimaan

Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang

pada anak, orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan

kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak

12

(27)

6. Dominasi

Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat

jujur, sopan dan berhati–hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah

dipengaruhi orang lain, mengalah dan sangat sensitif

7. Tundukan pada anak

Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi

mereka dan rumah mereka

8. Favoritism

Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak

dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini

membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari

pada anak lain dalam keluarga

9. Ambisi orang tua

Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka

seringkali sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering

dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang

tua supaya anak mereka naik di tangga status sosial.13

Danny I. Yatim – Irwanto mengemukakan beberapa pola asuh orang tua, yaitu :

1. Pola asuh otoriter, pola ini ditandai dengan adanya aturan – aturan

yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi.

2. Pola asuh demokratik, pola ini ditandai dengan adanya sikap

terbuka antara orang tua dengan anaknya.

3. Pola asuh permisif, pola asuh ini ditandai dengan adanya

kebebasan tanpa batas pada anak untuk berprilaku sesuai dengan

keinginannya.

4. Pola asuh dengan ancaman, ancaman atau peringatan yang dengan

keras diberikan pada anak akan dirasa sebagai tantangan terhadap

13

(28)

otonomi dan pribadinya. Ia akan melanggarnya untuk

menunjukkan bahwa ia mempunyai harga diri.

5. Pola asuhan dengan hadiah, yang dimaksud disini adalah jika orang

tua mempergunakan hadiah yang bersifat material atau suatu janji

ketika menyuruh anak berprilaku seperti yang diinginkan.14

Thomas Gordon mengemukakan metode pengelolaan anak, yaitu :

a. Pola asuh menang

b. Pola asuh mengalah

c. Pola asuh tidak menang dan tidak kalah15

Menurut Syamsu Yusuf terdapat 7 macam bentuk pola asuh yaitu :

a. Overprotection (terlalu melindungi)

g. Over discipline (terlalu disiplin)16

Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat macam pola

asuh yang dilakukan orang tua dalam keluarga, yaitu :

a. Autokratis (otoriter)

Ditandai dengan adanya aturan – aturan yang kaku dari orang tua dan

kebebasan anak sangat dibatasi

b. Demokratis

Ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.

14

Danny I. Yatim – Irwanto. Kepribadian ………… h.94

15

Thomas Gordon, Menjadi orang tua efektif/P.E.T.Parent Effectiveness Training,Terj. Farida Lestira Subardja dkk., (Jakarta : Gramedia, 1994), h.127

16

(29)

c. Permisif

Ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk

berprilaku sesuai dengan keinginannya sendiri.

d. Laissez faire

Ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya. 17

Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, penulis

hanya akan mengemukakan tiga macam saja, yaitu pola asuh otoriter,

demokratis dan laisser faire. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar

pembahasan menjadi lebih terfokus dan jelas.

Jika dilihat dari berbagai macam bentuk pola asuh di atas pada intinya

hampir sama. Misalnya saja antara pola asuh autokratis, over protection, over

discipline.Dominasi, favoritism, ambisi orang tua dan otoriter, semuanya

menekankan pada sikap kekuasaan, kedisiplinan dan kepatuhan yang

berlebihan. Demikian pula halnya dengan pola asuh laissez faire, rejection,

submission, permissiveness, memanjakan.Secara implisit, kesemuanya itu

memperlihatkan suatu sikap yang kurang berwibawa, bebas, acuh tak acuh.

Adapun acceptance (penerimaan) bisa termasuk bagian dari pola asuh

demokratis.

Oleh karena itulah, maka penulis hanya membahas tiga pola asuh,

yaitu pola asuh secara teoritis lebih kenal bila dibandingkan dengan yang

lainnya. Yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan laissez faire.

1. Otoriter

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, otoriter berarti “berkuasa

sendiri dan sewenang–wenang“18 Menurut Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang

menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan

17

Marcolm Hardy dan Steve Hayes, Terj. Soenardji, Pengantar Psikologi/Beginning Psychology, (Jakarta : Erlangga, 1986), Edisi ke – 2, h. 131

18

(30)

yang dibuat oleh orang tua tanpa adanya kebebasan untuk bertanya atau

mengemukakan pendapatnya sendiri.19

Jadi pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan

orang itu dengan menentukan sendiri aturan–aturan dan batasan–batasan

yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan

memperhitungkan keadaan anak. Serta orang tualah yang berkuasa

menentukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanyalah sebagai objek

pelaksanaan saja. Jika anak–anaknya menentang atau membantah, maka ia

tak segan–segan memberikan hukuman. Jadi, dalam hal ini kebebasan

anak sangatlah dibatasi.Apa saja yang dilakukan anak harus sesuai dengan

keinginan orang tua.

Pada pola asuhan ini akan terjadi komunikasi satu arah. Orang

tualah yang memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa

memperhitungkan keadaan dan keinginan anak.Perintah yang diberikan

berorientasi pada sikap keras orang tua. Karena menurutnya tanpa sikap

keras tersebut anak tidak akan melakukan tugas dan kewajibannya. Jadi

anak melakukan perintah orang tua karena takut, bukan karena suatu

kesadaran bahwa apa yang dikerjakannya itu akan bermanfaat bagi

kehidupannya kelak.20

Penerapan pola asuh otoriter oleh orang tua terhadap anak, dapat

mempengaruhi proses pendidikan anak terutama dalam pembentukan

kepribadiannya. Karena disiplin yang dinilai efektif oleh orang tua

(sepihak). Belum tentu serasi dengan perkembangan anak. Prof. Dr. utami Munandar mengemukakan bahwa, “sikap orang tua yang otoriter paling tidak menunjang perkembangan kemandirian dan tanggung jawab social.

Anak menjadi patuh, sopan, rajin mengerjakan pekerjaan sekolah, tetapi

kurang bebas dan kurang percaya diri.“21

19

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta : PT BPK. Gunung Mulia, 1995), Cet. Ke – 7, h.87

20

Parsono , Materi Pokok Landasan Pendidikan, (Jakarta : Universitas terbuka, 1994). Cet ke – 2, h.6-8

21

(31)

Disini perkambangan anak itu semata – mata ditentukan oleh orang

tuanya. Sifat pribadinya anak yang otoriter biasanya suka menyindir,

mengalami kemunduran kematangannya, ragu–ragu didalam semua

tindakan, serta lambat berinisiatif.22 Anak yang dibesarkan di rumah yang bernuansa otoriter akan mengalami perkembangan yang tidak diharapkan

orang tua. Anak akan menjadi kurang kreatif jika orang tua selalu

melarang segala tindakan anak yang sedikit menyimpang dari yang

seharusnya dilakukan. Larangan dan hukuman orang tua akan menekan

daya kreativitas anak yang sedang berkembang, anak tidak akan berani

mencoba, dan ia tidak akan mengembangkan kemampuan untuk

melakukan sesuatu karena tidak dapat kesempatan untuk mencoba. Anak

juga akan takut untuk mengemukakan pendapatnya, ia merasa tidak dapat

mengimbangi teman–temannya dalam segala hal, sehingga anak menjadi

pasif dalam pergaulan. Lama–lama ia akan mempunyai perasaan rendah

diri dan kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri.

Karena kepercayaan terhadap diri sendiri tidak ada, maka setelah

dewasa pun masih akan terus mencari bantuan, perlindungan dan

pengamanan. Ini berarti anak tidak berani memikul tanggung jawab.

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Definisi Prestasi Belajar

Menurut WS Winkel prestasi belajar adalah keberhasilan usaha

yang dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau

mempelajari sesuatuDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai

yang diberikan oleh guru.

(32)

Menurut Djalal, "prestasi belajar siswa adalah gambaran

kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar

siswa dalam mencapai tujuan pengajaran"23

Hamalik berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan

sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah

mempelajari sesuatu.24Benyamin S. Bloom, prestasi belajar merupakan hasil perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas:

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Saifudin Azwar mengatakan prestasi belajar merupakan dapat

dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport,

indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.25 Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi

Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat

memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk

mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai,

pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk

menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/

dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses

pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test) 26

2. Evaluasi Prestasi Belajar

a. Pengertian Evaluasi Prestasi Belajar

Prestasi belajar erat hubungannya dengan evaluasi hasil

belajar, karena seorang siswa terukur prestasi belajarnya melalui proses evaluasi hasil belajar. Menurut Muhibbin Syah, “Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai

23

Djalal, MF, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing, (Malang: P3T IKIP Malang, 1986), h.4.

24

Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 45

25

Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h.44

26

(33)

tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”27. Menurut Tardif (1989), evaluasi (assesment) berarti proses penilaian untuk

menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan28. Evaluasi juga lebih dikenal dalam dunia pendidikan sebagai kegiatan tes, ujian, dan

ulangan.

b. Tujuan Evaluasi Prestasi Belajar

Dalam buku Muhibbin Syah, kata assesment menurut Petty

ialah mengukur keluasan dan kedalaman belajar, sedangkan

evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar

yang pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi

siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Namun,

kebanyakan pelaksanaan evaluasi cenderung bersifat kuantitatif,

lantaran penggunaan simbol angka untuk menentukan kualitas

keseluruhan kinerja akademik siswa dianggap nisbi.29

Adapun tujuan evaluasi hasil belajar ialah sebagai berikut :

1. mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh

siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu

2. mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam

kelompok kelasnya.

3. mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam

belajar.

4. mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan

kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang

dimilikinya) untuk keperluan belajar.

27

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru),(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 139

28

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 139

29

(34)

5. Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode

mengajar yang telah digunakan guru dalam proses

mengajar-belajar (PMB). Apabila sebuah metode yang

digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi

belajar siswa yang memuaskan, guru amat dianjurkan

mengganti metode tersebut atau mengkombinasikannya

dengan metode lain yang serasi.30

Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1)

evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau

proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan. Oleh karena itu, evaluasi belajar seyogyanya

dilakuakn guru secara terus-menerus dengan berbagai cara, bukan

hanya pada saat-saat ulangan terjadwal atau hanya pada saat

ujian.31

Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar ialah hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran

kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi

belajar yang ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai

sumatif.

c. Fungsi evaluasi

Di samping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki

fungsi psikologis yang cukup signifikan bagi siswa maupun bagi

guru dan orangtuanya. Bagi siswa, penilaian guru merupakan alat

bantu untuk mengatasi kekurangmampuan atau ketidakmampuannya

dalam menilai kemampuan dan kemajuan dirinya sendiri, sehingga

siswa memiliki self consciousness, kesadarannya yang lugas

30

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 140

31

(35)

mengenai eksistensi dirinya, dan juga metacognitive, pengetahuan

yang benar mengenai batas kemampuan akalnya sendiri (Mulcahy et

al, 1991).32

Bagi orangtua atau wali siswa, dengan adanya evaluasi maka

kebutuhan akan pengetahuan mengenai hasil usaha dan tanggung

jawabnya mengembangkan potensi anak akan terpenuhi.

Pengetahuanseperti ini dapat mendatangkan rasa pasti kepada

orangtua dan wali siswa dalam menentukan langkah-langkah

pendidikan lanjutan bagi anaknya.33

3. Pendidikan Agama Islam Kelas V SD

Agama memiliki peranan yang amat penting dalam

kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai, dan

bermartabat. Pendidikan Agama Islam merupakan dasar bagi

pembentukan akhlak siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah. Materi pada mata pelajaran PAI mencakup

pembahasan Al-Qur’an, aqidah, akhlak, dan ibadah.34

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada

jenjang kelas V SD semester genap mencakup beberapa bab, seperti

yang tercantum dalam buku pegangan siswa terbitan PT Dian Rakyat:

1. Surah Pendek Pilihan; di dalamnya mencakup Surah Al-Ma’un dan

Surah Al-Fiil.

2. Rasul-Rasul Allah subhanahu wa ta’ala; nama-nama Rasul Allah

dan yang termasuk ke dalam Ulul Azmi, serta perbedaan antara Nabi

dan Rasul

32

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 141

33

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 141

34

(36)

3. Kisah sahabat Nabi; dalam bab ini di bahas mengenai kedudukan

Khulafaur Rasyidin, kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallaahu

anhu, dan kehidupan Umar bin Khattab radhiallahu anhu.

4. Perilaku Terpuji; yang isinya meneladani perilaku Abu Bakar

Ash-Shiddiq radhiallaahu anhu dan Umar bin Khattab radhiallahu anhu.

5. Puasa Wajib; membahas pengertian dan ketentuan puasa Ramadhan

dan puasa Sunnah.35

C. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Dwi Yuli Setiasih, 2015, Jurusan PGSD Universitas PGRI Yogyakarta

yang berjudul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi

Belajar Siswa Kelas V SD Se-Gugus Wonokerto Turi Sleman.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V Gugus Wonokerto

Turi Sleman yang berjumlah 162 siswa dan sampel penelitian yang

berjumlah 84 siswa dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan dokumentasi. Teknik

analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Pola asuh orang tua siswa

sebesar 16,67% berada (sangat tinggi); 67,86% (tinggi); 15,48%

(sedang); (2) Prestasi belajar siswa kelas V sebesar 33,33% (sangat

tinggi); 59,52% (tinggi); 7,14% (sedang); (3) ada hubungan yang

positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi

belajar siswa dengan nilai p < 0,05 atau 0,000 < 0,05; (4) Sumbangan

efektif pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar sebesar 49,1%.

2. Hanung Panjie Putra, 2013, Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh

Otoriter Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Satu Sekolah

Dasar. Penelitian ini menggunakan studi populasi, sehingga seluruh

populasi yang ada digunakan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan

35

(37)

data dalam penelitian ini menggunakan angket pola asuh orangtua dan

data sekunder menggunakan raport anak ketika kelas satu semester

satu dan dua yang digunakan untuk melihat prestasi belajar. Hipotesis

yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara pola asuh otoriter

dengan prestasi belajar siswa kelas satu sekolah dasar. Berdasarkan

hasil analisis statistik dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,142 dengan p = 0,293 (p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan

antara pola asuh otoriter orangtua dengan prestasi belajar siswa.

3. Dyashinta Retpusa Putri, 2012, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ipa Siswa

Kelas VII Smp Nurul Islam Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran

2011/2012. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif

korelasional. Variabel dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua

(pola asuh otoriter = 1 X , pola asuh permisif = 2 X , dan pola asuh demokratis = 3 X ) sebagai variabel bebas, dan prestasi belajar IPA siswa (Y) sebagai variabel terikat. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode Proportional Random Sampling.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Fhitung > Ftabel, yaitu

23,630 > 2,695 dan nilai signifikansi < 0,05, dengan demikian ada

pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar IPA siswa

kelas VII SMP Nurul Islam Ngemplak Boyolali tahun ajaran

2011/2012, dan kontribusi pola asuh orang tua terhadap prestasi siswa

dalam belajar sebesar 41,2%. Hal ini berarti bahwa meningkat atau

menurunnya prestasi siswa dalam belajar ditentukan oleh pola asuh

orang tua sebesar 41,2% sedangkan sisanya 58,8 % ditentukan oleh

variabel lain yang tidak diteliti. Dari hasil perhitungan sumbangan

relatif (SR), dan sumbangan efektif (SE), diketahui bahwa dari ketiga

(38)

memberikan sumbangan terbanyak, kemudian diikuti oleh pola asuh

permisif dan yang terakhir yaitu pola asuh otoriter.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian dalam

skripsi ini dengan penelitian-penelitian relevan yang telah disebutkan

sebelumnya. Persamaan-persamaannya di antaranya ialah :

a. Menggunakan penelitian jenis kuantitatif korelasional

b. Menguji dan melihat hubungan antara pola asuh orang tua dengan

prestasi belajar siswa

b. Menggunakan angket untuk mendapatkan data pola asuh orangtua

dan menggunakan nilai raport sebagai data prestasi belajar siswa.

Hal-hal yang membedakan penelitian pada skripsi ini

dengan penelitian-penelitian sebelumnya ialah sebagai berikut :

a. Waktu dan Lokasi penelitian.

b. Prestasi belajar siswa yang diteliti hanya dari mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas V SD semester genap.

c. Peneliti memfokuskan pada pelajaran PAI untuk melihat peran pola

asuh orang tua di rumah dalam membentuk pemahaman keislaman

siswa sehingga mempengaruhi pemahaman dan prestasi belajar PAI

siswa di sekolah.

D.Kerangka Berpikir

Pendidikan yang diterima oleh seorang anak berawal dari orang tuanya

dalam mendidik sesuai pola asuh masing-masing. Orang tua sering kali

menginginkan anaknya berprestasi di sekolah dan menganggap pendidikan di

sekolah memegang peranan paling penting terhadap prestasi anak.Padahal

orang tua memiliki peran yang besar pula dalam membentuk prestasi belajar

anak di sekolah. Karakter dan cara belajar anak di sekolah disesuaikan dengan

(39)

Orang tua yang otoriter cenderung membuat anak lebih menuruti

keinginan orang tua, namun ada hal-hal yang mempengaruhi pola belajar anak

di sekolah dengan pola asuh yang diterima oleh anak dari orang tuanya

masing-masing.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memegang peranan penting

dan menjadi mata pelajaran yang erat dengan pendidikan yang diberikan orang

tua dirumah. Orang tua diharapkan telah menanamkan nilai-nilai dan ilmu

tentang Agama Islam sejak dari rumah sehingga anak mampu menerima

pelajaran Agama Islam di sekolah dengan lebih mudah dan hanya sebagai

lanjutan dari pendidikan orang tuanya sebelumnya.

Dari latar belakang tersebut, peneliti berharap mendapatkan hasil dari

penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar

siswa kelas V pada mata pelajaran PAI di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.

.

E.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

prestasi belajar siswa.

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

(40)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.

Alasan pemilihan tempat penelitian dikarenakan kemudahan tempat

penelitian untuk diakses oleh peneliti. Hal ini menjadi SD Irsyad

Al-Islamiyyah Bekasi dipilih menjadi tempat penelitian ini karena keragaman

latar belakang orang tua siswa yang menjadi objek penelitian. Prestasi

belajar siswa yang akan dilihat ialah dari nilai mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi. Penelitian

dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2016.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Margono, “Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”11

Teknik analisis penelitian ini menggunakan teknik penelitian

korelasional. Teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

1

(41)

variable. Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui

hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain.

Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana suatu variable

berhubungan dengan variable lain, yaitu hubungan antara pola asuh orang

tua terhadap prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PAI di SD

Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.

Kajian teoritik didapatkan melalui studi literasi dari berbagai

sumber bacaan yang relevan dengan penelitian, baik itu berasal dari buku

fisik maupun bacaan yang bersumber via dunia maya (online).

Teknik kepenulisan skrpsi ini mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi terbitan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.

Menurut Hatch dalam Sugiyono, variabel adalah sebagai atribut seseorang atau obyek, yang memiliki “variasi” diantara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan yang lain.2

Variabel-variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (independent variabel) atau variabel X adalah suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

timbulnya variable terikat. Adanya variabel ini dalam

penelitian kuantitatif sebagai variable yang menjelaskan

terjadinya topik atau fokus penelitian.

2. Variabel terikat (dependent variabel) atau variabel Y adalah variable yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel

bebas. Keberadaan variabel tersebut sebagai variabel yang

dijelaskan dalam fokus/topik penelitian.3

Penulis menggunakan koefisien korelasi bivariat dua variable.

Adapun pembagian variabel-variabel yang hendak diteliti yaitu:

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,

(Bandung : Alfabeta, 2010), h. 114

3

(42)

Variabel bebas (X) : pola asuh orang tua

Variabel terikat (Y) : prestasi belajar PAI siswa kelas V SD

Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang menjadi pusat perhatian

penelitian dan tempat untuk menggeneralisasi temuan penelitian.4 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I-VI SD Al-Irsyad

Al-Islamiyyah Bekasi yang berjumlah 321 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh

suatu populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat biasanya menggunakan

teknik tertentu. Teknik pengambilan sampel biasa disebut dengan teknik

sampling.5

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sample, yaitu mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.6 Purposive sample ini digunakan oleh peneliti dengan pertimbangan

sebagai berikut :

1. Keterbatasan, waktu, dana, dan tenaga

2. Subjek sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti.

3. Subjek merupakan peserta didik yang diajarkan mata pelajaran PAI

oleh peneliti.

Sampel yang diambil peneliti untuk penelitian ini adalah siswa

kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi yang berjumlah 44 orang.

4

B. Sandjaja, . Panduan Penelitian,(Jakarta : Prestasi Pustaka. 2006),h. 184

5

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alvabeta, 2010), cet. IX, h. 118

6

(43)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif ini

menggunakan :

1. Data variable X (Pola Asuh Orang Tua)

Pengumpulan data variable (X) menggunakan metode angket,

yaitu cara pengumpulan data dengan mempergunakan

pernyataan-pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden.

Angket yang digunakan adalah angket terstruktur, yaitu pernyataan

disampaikan dengan sudah adanya pilihan jawaban yang akan dipilih

satu jawaban yang sesuai dengan jawaban responden. Angket ini

tergolong angket tertutup dan berbentuk check list. Pada angket ini

pertanyaan-pertanyaannya harus dijawab responden dengan cara

memberikan check list ( √ ) pada jawaban yang dipilihnya.7

Angket digunakan untuk mendapatkan data-data yang

dibutuhkan. Kuisioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.8 Angket yang disebar dalam penelitian ini sesuai dengan jumlah sampel yaitu 44 set

kepada 44 orang tua siswa dan berbentuk skala Likert. Skala Likert

adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap pendapat,

dan mengamati suatu fenomena. Berikut ini tabel kisi-kisi Angket

Variabel X :

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X

No. Pernyataan Jenis Pola

Asuh

Jenis Kalimat (Positif/Negatif)

1 Saya Menemani Anak Belajar

atau mengerjakan PR di rumah Demokratis Positif

2 Saya menanyakan tugas anak dari

sekolah Demokratis Positif

7

B.Sandjaja, Panduan Penelitian, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006), h. 151-152

8Ibid,

(44)

3 Saya memaksa anak mengerjakan

tugas sekolahnya Demokratis Negatif

4 Saya membiarkan anak

mengerjakan tugasnya sendiri Permisif Negatif

5

Saya menanyakan hasil belajar anak di sekolah ketika mereka

pulang sekolah Demokratis Positif

6 Saya menanyakan anak kendala

belajar di sekolah Demokratis Positif

7 Saya memberikan fasilitas

smartphone kepada anak Permisif Negatif

8 Saya membatasi akses internet

anak dalam belajarnya Otoriter Positif

9

Saya membebaskan anak menggunakan fasilitas internet

dirumah untuk mengerjakan tugas Permisif Negatif

10 Saya mengajari anak mengaji

(membaca Al –Qur’an) Demokratis Positif

11 Saya mengajak anak membaca Al

Qur’an bersama Demokratis Positif

12 Saya menghibur anak ketika nilai

anak rendah Demokratis Positif

13 Saya memarahi anak ketika nilai

anak rendah Otoriter Negatif

14 Saya memberi penghargaan /

hadiah ketika nilai anak bagus Demokratis Positif

15 Saya membangunkan anak di pagi

hari sebelum adzan subuh Demokratis Positif

16 Saya mengajak anak sholat subuh

berjamaah Demokratis Positif

17 Saya memaksa anak sholat subuh Otoriter Positif

18 Saya membatasi waktu bermain

anak Otoriter Positif

19 Saya memerintahkan anak untuk

tidur sebelum pukul 21.00 WIB Otoriter Positif

20 Saya menanamkan akhlak dan

budi pekerti kepada anak Demokratis Positif

21

Saya mengatur waktu belajar , waktu bermain dan waktu istirahat

anak Otoriter Positif

22

Saya membebaskan waktu belajar , waktu bermain dan waktu

istirahat anak Permisif Negatif

23 Saya menghukum anak jika tidak

(45)

24 Saya membiarkan anak tidak

melaksanakan sholat 5 waktu Permisif Negatif

25 Saya memenuhi semua kebutuhan

anak dalam hal fasilitas belajar. Demokratis Positif 26 Saya mengajak anak ke toko buku Demokratis Positif

27

Saya biasa bertanya kepada anak apabila ingin mengambil

keputusan Demokratis Positif

28 Saya memukul anak jika anak

melakukan kesalahan Otoriter Negatif

29 Saya menasihati anak jika anak

melakukan kesalahan Demokratis Positif

30 Saya menghukum anak jika anak

melakukan kesalahan Otoriter Negatif

31

Saya menyayangi semua anak tanpa membeda-bedakan satu

dengan yang lainnya Demokratis Positif

32

Saya menasihati anak untuk jujur dalam mengerjakan tugas

sekolahnya Demokratis Positif

33 Saya mengajarkan anak doa

sehari-hari Demokratis Positif

34 Saya mengajarkan anak untuk

takut kepada Allah Demokratis Positif

35 Saya mengajarkan anak tentang

adab belajar Demokratis Positif

36 Saya memasukkan anak ke tempat

les untuk membantu anak belajar Otoriter Positif

1. Data variable Y (Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas V)

Untuk pengambilan data variable Y, tidak menggunakan

kisi-kisi karena data diperolah dari nilai UTS Semester Genap siswa kelas

V pada mata pelajaran PAI.

E. Teknik Analisis Data

Sebelum menganalisa data, penulis terlebih dahulu mengolah data

yang telah diperoleh. Beberapa langkah yang ditempuh dalam mengolah

(46)

1. Editing

Editing merupakan pemeriksaan kembali jawaban yang telah

diterima dari responden. Proses editing dilakukan untuk meminimalisir

kekurangan atau kesalahan jawaban responden pada angket yang telah

dibagikan. Jika ada kekurangan atau kesalahan pada jawaban angket

responden, penulis menghubungi kembali responden untuk

mendapatkan perbaikan.

2. Scoring

Scoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir

pertanyaan pada angket. Setiap pertanyaan dalam angket terdapat 4

butir pilihan jawaban, yaitu : Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang

(KD), dan Tidak Pernah (TP). Setiap item pertanyaan diberi skor

berdasarkan jawaban yang dipilih. Pertanyaan atau pernyataan

bermakna positif diberi skor dari terbesar ke terkecil, sedangkan

pertanyaan atau pernyataan bermakna negative diberi skor

kebalikannya. Pedoman scoring dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2. Pedoman Scoring Jawaban Responden

Jawaban Responden Positif Negatif

Selalu (SL) 4 1

Sering (S) 3 2

Kadang-kadang (KD) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

3. Tabulating

Tabulating adalah perhitungan terhadap data yang telah

diperoleh. Teknik tabulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah

teknik analisa korelasional. Teknik korelasional adalah teknik analisis

(47)

Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya data

dideskripsikan, dianalisa, ditafsirkan, dan disimpulkan maka hasilnya

merupakan data yang kongkrit. Dalam mengolah data, diperlukan dua

jenis data yaitu, sebagai berikut:

1. Data kualitatif, yaitu dengan menguraikan data ke dalam bahasa yang

mudah dipahami oleh pembaca yang disesuaikan dengan objek

penelitian

2. Data Kuantitatif, yaitu dengan cara sebagai berikut :

a. Memeriksa angket yang telah diisi oleh responden (Editing) b. Pemberian skor sesuai dengan tingkatannya (Scoring) c. Uji Validitas

Menurut Sugiyono, validitas adalah kesesuaian alat ukur

yang digunakan untuk mengukur sesuatu. Dalam penelitian ini

setiap pertanyaan/pernyataan diuji validitasnya. Untuk

mengukur validitas instrumen digunakan rumus berikut ini:

∑ - ∑ ∑ √ ∑ - ∑ √ ∑

-Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi data x terhadap data y

n : jumlah sampel uji coba

x : skor butir pernyataan tertentu untuk setiap orang tua

y : skor total (semua pernyataan) untuk setiap orang tua

Kemudian rxy sebagai rhitung dibandingkan dengan rtabel

dengan menggunakan tabel-r Product Moment. Pada penelitian

ini nilai rtabel adalah 0,297 dengan jumlah N (responden) yang

berjumlah 44 Orang.

Dengan kaidah keputusannya yaitu : jika rhitung > rtabel

berarti data valid dan jika rhitung < rtabel berarti data tidak valid.

(48)

Untuk memperoleh frekuensi relative (angka persenan),

digunakan rumus :

Keterangan :

P = Angka prosentasi

F = frekuensi yang sedang dicari persentasinya

N = Number of cases (jumlah frekuensi)

Tabel 3.3. Penafsiran Prosentase

No. Prosentase Penafsiran

1 100% Seluruhnya

2 90%-99% Hampir seluruhnya

3 60%-89% Sebagian besar

4 51%-59% Lebih dari setengahnya

5 50% Setengahnya

6 40%-49% Hampir setengahnya

7 10%-39% Sebagian kecil

rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment N = Number of cases

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y ∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y9

Setelah diketahui hubungan dari kedua variabel, langkah

selanjutnya adalah membuat interpretasi data dengan cara

sebagai berikut :

9

Gambar

Tabel 4.25 Interpretasi Angka Indeks Korelasi Product Moment (Rxy) ........... 58
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X
Tabel 3.2. Pedoman Scoring Jawaban Responden
Tabel 3.3. Penafsiran Prosentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jubilee Enterprise, 2008, Latihan Membuat Company Profile Dengan Flash , Elexmedia

Yang menjadi masalah pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana prosedur yang digunakan dalam menetapkan pendapatan dan biaya pada rumah sakit yang bergerak di

[r]

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan DaLrah Kabupaten/Kota, perlu

Stasiun 5 dan 6 dinyatakan cukup sesuai, hal ini berhubungan dengan beberapa parameter seperti kedalaman yang terukur kurang sesuai atau terlalu dalam, pH perairan

Dealing with the students’ responses on their ability to answer the teacher’s questions in English, the data indicated that 44,7% of the students somewhat agreed that they were able

[r]

170 Hal ini berbeda dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Lingkungan yang klausulanya lebih menegaskan