(Studi Kasus pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk, Pusat) Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
IBNU UBAEDILLAH NIM: 106046101633
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
DALAM PEMBERDAYAAN PETANI
(Studi Kasus pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk, Pusat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah ( SE.Sy)
Oleh:
IBNU UBAEDILLAH NIM : 106046101633
Pembimbing
Dr. Alimin, M. Ag NIP. 196908252000031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iii
SYARIAH DALAM PEMBERDAYAAN PETANI (Studi Kasus pada PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk Pusat). telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pada tanggal 09 Juni 2011. Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 09 Juni 2011
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 165505051982031012
1. Ketua : Prof.Dr.H. M. Amin Suma, SH, MA, MM ( ) (NIP. 165505051982031012)
2. Sekretaris : Mu’min Roup, S. Ag., MA ( ) (NIP. 150281979)
3. Pembimbing : Dr. Alimin, M. Ag ( ) (NIP. 196908252000031001)
4. Penguji 1 : Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra ( ) (NIP. 080030109)
iv
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Mei 2011
v terus dikembangkan.
Berbagai pelayanan disajikan sesuai kebutuhan nasabah dengan prinsip syariah. Kebutuhan pasar untuk suatu produk atau jasa sangatlah luas. Perusahaan tidak mudah untuk memasuki pasar yang demikian luas dan kalaupun bisa kemungkinan berhasil sangat kecil, apalagi untuk usaha-usaha baru. Pasar yang demikian luas ini jika tidak dipilah-pilah akan menyulitkan perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasarannya. Karena pasar yang demikian luas maka sebelum memasarkan produknya produsen harus lebih dulu melakukan riset pasar. Tujuannya adalah untukmengetahui seberapa besar pasar yang akan dimasuki, siapa yang menjadi konsumen produk tersebut, dan seberapa kuat saingan kita. Tentu saja semua ini tergantung kemampuan perusahaan tersebut.
PT. Bank Muamalat Tbk sebagai pelopor perbankan syariah melirik suatu investasi yang baik dan profit bagus. Analisa yang tidak cukup sebentar memakan waktu, menghasilkan buah yang manis pada bisnis agribisnis pada kelapa sawit.
vi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademis di Jurusan Mu’amalat Perbankan Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan dan suri tauladan
kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini berjudul Efektifitas Pembiayaan Agribisnis Bank Syaariah Dalam Pemberdayaan Petani, akhirnya dapat terselesaikan dengan yang di harapkan penulis. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah
dapat mempersembanhkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan sahabat-sahabat.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM Dekan Fakultas Syariah
vii Muamalat.
3. Ah. Azharudin Lathif, M. Ag sebagai pembimbing akademik penulis, yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, dan memberikan berbagai petunjuk awal pembuatan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Dr. Alimin M. Ag sebagai pembimbing skripsi penulis, yang selalu
memberikan bimbingan, pengarahan, dan memberikan berbagai masukkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. H. A. Juaini. Lc. MA dan Dr. H. Fuad Thohari. M. Ag, selaku dosen
Penguji skripsi penulis, yang telah memberikan pertanyaan dan masukan yang membuat wawasan dan pengetahuan penulis bertambah. Dan juga yang telah
memberikan hasil akhir yang memuaskan kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis sejak penulis duduk di bangku kuliah hingga lulus dari kampus tercinta ini.
viii
maupun Perpustakaan Utama yang telah memberikan banyak referensi dan
inspirasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini
9. Untuk Ibu Oke yang tidak pernah lelah melayani keluhan kami dan yang
selalu memberikan informasi terupdate untuk mahasiswa reguler.
10. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda Chaerudin dan Ibunda tercinta Sumarni, kakakku Dewi Qomariah dan keluarganya dan
adik-adikku tersayang Nia Khusniati dan Adji Santoso yang telah mendo’akan penulis.
11. Murtaslimah yang selalu menemani dan selalu memotivasi penulis sampai akhirnya selesai jua skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuanganku, PS B 06 khususnya serta tanpa terkecuali yang
telah turut berjasa dalam penyusunan skripsi ini.
Mudah-mudahan atas segala bantuan serta budi baik yang telah penulis terima
selama menjalani pendidikan mendapat ridha Allah SWT. Penulis sangat menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang kontruktif agar lebih baik lagi.
Atas perhatiannya penulis haturkan terima kasih.
Jakarta, 20 Mei 2011
ix
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Riview Studi Terdahulu ... 9
E. Kerangka Teori ... 10
F. Metode Penelitian ... 12
G. Teknik Penulisan ... 14
H. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Efektivitas ... 17
x
D. Pengertian Pembiayaan ... 23
E. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ... 30
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT A. Sejarah dan Perkembangan Bank ... 36
B. Visi dan Misi ... 40
C. Struktur Organisasi ... 40
D. Jenis Produk dan Jasa ... 42
BAB IV ANALISIS EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN AGRIBISNIS BANK SYARIAH DALAM PEMBERDAYAAN PETANI A. Aplikasi dan Prosedur Pembiayaan di Bank Syariah ... 59
B. Analisis Efektivitas Pembiayaan Bank Syariah Terhadap Pemberdayaan Petani ... 65
C. Analisa Penulis Tentang Efektivitas Pembiayaan Bank Syariah Terhadap Pemberdayaan Petani ... 67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
xi 3. Surat Keterangan Wawancara
4. Hasil Wawancara
5. Data Produksi Kelapa Sawit menurut Badan Pusat Statistik 6. Contoh Memorandum Pembiayaan Istishna
7. Tahapan Proses Pembiayaan.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Pola Intiflasma
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahDewasa ini semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan. Namun, dana pemerintah yang bersumber dari APBN sangat terbatas untuk menutup kebutuhan dana di atas, karenanya pemerintah
menggandeng dan mendorong pihak swasta untuk ikut berperan serta membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa. Pihak swastapun, secara individual maupun kelembagaan, kepemilikan dananya juga terbatas untuk memenuhi
operasional dan pengembangan usahanya. Untuk itu perbankan nasional memegang peranan penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan permodalan
pengembangan sektor-sektor produktif.
Perananan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Oleh
karena itu kemajuan suatu bank disuatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin
besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakat.
Dalam dunia moden saat ini, peranan perbankan dalam memanjukan
berhubungan dengan kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu saat ini dan masa yang akan datang semua faktor yang berkaitan
dengan finansial tidak akan lepas dari dunia perbankan.
Sistem bank yang terbebas dari praktik bunga merupakan kehadiran
sistem lembaga keuangan yang sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga tuntutan moralitasnya. Disinilah bank syariah sebagai lembaga perantara jasa keuangan (financial intermediary), yang tugas pokonya adalah
menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dengan dana dimaksud dapat memenuhi kebutuhan dana yang tidak disediakan oleh pihak negara dan swasta
serta sebagai alternatif bagi masyarakat untuk melakukan simpan pinjam dengan pola usaha yang disediakan.1
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu:2
1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.
2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa.
3. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
1 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari‟ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005) h. 15
2
Indonesia sebagai negara agraris, namun pada kenyataannya argibisnis di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Padahal sektor agribisnis
memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah
untuk mengentaskan kemiskinan.
Di masa lampau, agribisnis di Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan telah memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia,
termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan angka kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan
pokok seperti beras, jagung, gula, dan kacang kedelai. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari
setengah hektar, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan. Walaupun telah ada
pergeseran menuju bentuk agribisnis dengan nilai tambah yang tinggi, pengaruh diversifikasi tetap terbatas hanya pada daerah dan komoditas tertentu di dalam sub-sektor.3
Sektor agribisnis merupakan sektor yang sangat strategis, setidaknya ada lima alasan mengapa sektor pertanian menjadi strategis. Pertama, pertanian
merupakan sektor yang menyediakan kebutuhan pangan masyarakat. Kedua,
3
merupakan penyedia bahan baku bagi sektor industri (agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi devisa negara melalui komoditas yang diekspor.
Keempat, menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan. Dan kelima, perlu dipertahankan untuk keseimbangan ekosistem (lingkungan).
Ironisnya, meski pertanian dianggap strategis, tetapi kondisi petaninya kian tahun termarginalkan. Dari data sensus pertanian Badan Pusat Statistik tahun 2005, luas tanaman perkebunan kelapa sawit 2991,3 Ha meningkat 66,17% pada
tahun 2009 yang jumlahnya 4520,6 Ha. Dengan melihat lahan yang semakin meningkat, produksi akan kelapa sawit pun kian meningkat, produksi perkebunan
kelapa sawit pada tahun 2009 mencapai 12.954.662 ton meningkat 39,33% dari tahun 2005 silam dengan produksi 5.094.885 ton. Sayangnya petani gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 16,6% rakyat Indonesia yang
termasuk kelompok miskin, 60%-nya adalah kalangan petani sawit.4 Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari kebijakan nasional dalam mengembangkan sektor
pertanian (politik pertanian).
Jika mencermati dengan seksama, ada satu kesamaan pada sistem pertanian dan bank syariah. Sektor perbankan dengan sistem syariah merupakan
sektor terpenting dalam pergerakan ekonomi. Begitu juga sektor pertanian dengan
4
sistem agribisnis. Dalam menghadapi badai krisis ekonomi, ternyata keduanya mampu bertahan dan terbukti memiliki pertumbuhan positif.5
Dengan satu kesamaan ini, sekarang bagaimana cara menyatukan sektor argibisnis yang penuh dengan resiko dan sektor perbankan syariah yang
menetapkan sistem bagi hasil menjadi sebuah kekuatan membangun perekonomian bangsa yang bebas bunga.6
Di satu sisi memang si pelaku usaha di sektor agribisnis sebagian besar
adalah petani kecil dengan skala usaha mikro, kepemilikan lahan kecil dan selalu menghadapi kendala kurangnya permodalan. Dengan kondisi seperti itu petani
mengalami keterbatasan kemampuan untuk mengakses perbankan, karena kesulitan memenuhi persyaratan yang telah diatur lembaga keuangan, seperti agunan sertifikat tanah, dan lain-lain. Di sisi lain usaha agribisnis dapat lebih
berkembang, karena keuntungan dan kerugian ditanggung bersama antara pemilik modal dan pelaku usaha. Karena itu, dengan sistem bagi hasil yang diterapkan
bank syariah sangat piawan dengan usaha agribisnis yang memiliki resiko tinggi, karena sangat bergantung pada iklim dan kondisi alam setempat.
Prinsip dalam pembiayaan syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dengan nasabah. Secara garis besar ada empat model pembiayaan syariah yang dapat diterapkan dalam pembiayaan pertanian yaitu;
5
Pusat Pembiayaan Pertanian, Bunga Rampai Pembiayaan Pertanian Mendukung Revitalisasi Pertanian, (Jakarta: Departemen Pertanian, 2007) h. 38
6
prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang (murabahah), dan pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa tanpa jaminan (ijarah).7
Melihat realita yang ada, maka perlulah untuk membenahi segala macam
permasalahan-permasalahan agribisnis. Dalam hal ini kesejahteraan petani, dan peningkatan hasil pangan sangatlah memprihatinkan, butuh banyak pendekatan-pendekatan emosional dalam membenahai hal ini. Padahal merekalah penduduk
miskin di pedesaan yang membutuhkan perhatian dan pemihakan para pakar terutama ahli-ahli pertanian dan ekonomi pertanian. Diantaranya yaitu pemberian
pembiayaan-pembiayaan pada bidang pertanian oleh lembaga keuangan syariah dan tentunya andil pemerintah dalam kebijakan pembiayaan perbankan untuk Usaha Kecil Menengah (UKM), hal ini dimaksudkan untuk memberikan modal
terhadap petani-petani miskin yang hanya memiliki kurang dari setengah hektar lahan garapan. Dan metode-metode strategi pemasaran pembiayaan yang baik
pada lembaga keuangan mikro syariah akan sangat membantu dalam masalah-masalah yang banyak dihadapi oleh petani, dimana banyak petani-petani miskin masih takut, tidak mengetahui, dan ragu terhadap pengajuan pembiayaan kepada
lembaga keuangan syariah. Sehingga masalah demi masalah kian menumpuk dalam hal peningkatan hasil pangan dan kesejahteraan petani miskin.
7
Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efektifitas pembiayaan agribisnis yang digunakan oleh bank syariah kepada petani, dimana
pembiayaan-pembiayaan tersebut diharapakan dapat memberi manfaat terhadap kesejahteraan petani dan peningkatan hasil pangan untuk pasokan yang cukup terhadap
kebutuhan pangan masyarakat Indonesia serta perbaikan ekonomi yang berkesinambungan untuk negara Indonesia.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, hal inilah yang menjadi motivasi bagi
penulis untuk mencoba membahas dan mengangkat masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN AGRIBISNIS BANK SYARIAH DALAM PEMBERDAYAAN PETANI (Studi Kasus pada PT. BANK MUAMALAT Tbk Pusat)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dari berbagai uraian yang telah dipaparkan di atas dan melihat luasnya ruang
lingkup sektor agribisnis, untuk membatasi ruang penelitian, maka penulis memfokuskan penelitian pada aspek efektifitas pembiayaan dalam perberdayaan petani dalam hal ini PT. Bank Muamalat sebagai lembaga
keuangan syariah yang memberikan pembiayaan pada petani. Penulis akan mencoba memaparkan apakah pembiayaan pertanian tersebut telah relevan
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan yang akan dilakukan
penulis dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana prosedur pembiayaan yang digunakan oleh PT. Bank Muamalat
dalam pembiayaan agribisnis?
b. Bagaimana peluang dan tantangan dalam pembiayaan pertanian pada PT Bank Muamalat?
c. Apakah pembiayaan bank syariah pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, Pusat efektif dalam pemberdayaan petani?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Memahami efektifitas pembiayaan agribisnis yang dilakukan oleh pihak lembaga keuangan terhadap sektor perkebunan.
b. Tercapainya salah satu syarat akademik dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Secara spesifik manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
Menambah literatur keilmuan tentang pembiayaan pada sektor pertanian, serta tercapainya salah satu syarat akademik dalam memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Bagi Bank Syariah
Hasil penelitin ini dapat memberi masukan yang bermanfaat dalam menentukan langkah selanjutnya berkaitan dengan pengembangan dan
program pemberdayaan penelitian (research and development). c. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumbangan yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan.
D. Review Studi Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Wira Noer Riadho mahasiswa jurusan Muamalah Fakultas Syari’ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada Tahun 2009 yang berjudul “ Strategi Pemasaran Pembiayaan
Pertanian (Studi Kasus Pada LKM Talang Emas di Desa Selopamioro
Dusun Nogosari Kec. Imogiri Kab. Bantul Yogyakarta)”. Skripsi ini
membahas tentang strategi pemasaran pembiayaan pertanian dilihat dari segi
2. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Evi Yulianti mahasiswi jurusan Muamalah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada Tahun 2009 yang berjudul “ Efektivitas Strategi Penanganan
Pembiayaan Bermasalah Pada PT. Bank Muamalat Tbk”. Skripsi ini
membahas tentang strategi penanganan pembiayaan bermasalah ditinjau dari segi efektivitas strategi pembiayaan bermasalah.
E. Kerangka Teori
Pentingnya kegiatan ekonomi, Islam mengatur berbagai macam hal yang tentunya kegiatan ekonomi tersebut berkaitan erat dengan hubungan manusia
dengan manusia (muamalah). Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (prinsip tabbaru’). Mereka harus mempunyai informasi yang sama sehingga tidak ada pihak yang merasa
dicurigai/ditipu karena ada sesuatu yang unknow to one party (keadaan dimana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini disebut juga assymetric information), atau dalam bahasa fiqhnya disebut tadlis.8 Menurut
Adiwarman Karim dalam buku Bank Islam bahwa ada juga prinsip yang tidak boleh dilanggar ialah prinsip la tazhlimuna wa la tuzhlamun, yakni jangan
mendzalimi dan jangan didzalimi.”9
8
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Kedua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004) h.29
9
Konsep bermuamalah tersebut di atas dapat dibandingkan dengan praktik-praktik dalam kegiatan agribisnis di Indonesia. Banyak praktik-praktik-praktik-praktik yang
sangat menyengsarakan petani, seperti pembelian secara sistem ijon, kegiatan ikhtiar oleh tengkulak, peminjaman modal dengan sistem riba. Kegiatan-kegiatan
tersebut mengakibatkan makin beratnya kehidupan para petani karena mereka terjerat dalam sistem-sistem yang sangat merugikan. Untuk itu lembaga keuangan syariah selaku tonggak penerapan cara bermuamalah secara syariah berperan
penting dan sebagai solusi dalam mengatasi masalah-masalah tersebut, dimana dari lembaga keuangan syariah tersebut mempunyai sistem saling menguntungkan
antara petani dalam memecahkan masalah-masalah pembiayaan.10
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan dan bagi hasil.
Prospek pembiayaan syariah secara umum sangat baik. Banyak faktor yang mendukung argumentasi ini, antara lain: (1) prospek pertumbuhan ekonomi makro Indonesia semakin membaik di masa-masa yang akan datang, (2) potensi
perbankan syariah menjadi semakin sejalan dengan perhatian pemerintah terhadap sektor UMKM, (3) semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
10
bertransaksi secara syariah, (4) keyakinan semakin tinggi bahwa sistem ekonomi syariah lebih memberikan nafas segar keadilan.
Strategi dapat ditempuh guna memperbesar peranan lembaga keuangan syariah yaitu mendorong fungsi intermediasi lembaga keuangan syariah melalui
dua aspek yaitu kelembagaan keuangan syariah dan petani. Dari aspek lembaga keuangan syariah antara lain: penyediaan portofolio penyaluran kredit untuk sektor agribisnis terutama untuk usaha mikro dan kecil, menyediakan berbagai
macam alternatif pola pendanaan syariah berdasarkan subsektor (tanaman pangan, perkebunan, dan perternakan). Dari aspek petani, dapat diberikan pembinaan
petani sebagai nasabah, pengkajian bentuk-bentuk skim pembiayaan syariah yang dapat melayani sektor perkebunan serta sosialisasi pola pembiayaan syariah untuk sektor perkebunan kepada para petani dan pelaku agribisnis yang lain.11
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini berdasarkan analisis pendekatan Artifical Neuron Network (ANN) yang digunakan oleh Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra dalam
bukunya “ Ruqyah Syar‟iyyah Teori, Model, dan Sistem Ekonomi” dan penelitian yang dilakukan Dr. Euis Amalia, M.Ag dalam disestasinya dengan judul “Reformasi Kebijakan Bagi Penguatan Peran Lembaga Keuangan Mikro dan
Usaha Kecil Mikro di Indonesia (Analisis Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam)”.
11
Penelitian merupakan sebuah upaya untuk menemukan kebenaran berdasarkan data dan tidak melalui sebuah pemikiran kritis (critical thinking).
Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atas jawaban sementara, membuat kesimpulan dan
sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah cocok dengan hipotesis.12
Kajian pada skripsi ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Kualitatif
yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.13
Analisa ini menggunakan metode sebagai berikut: 1. Sumber Data
Dalam penyusunan ini penulis menggunakan dua jenis sumber data
yaitu:
a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari Lembaga
Keuangan Syariah. PT. Bank Muamalat Tbk Pusat sebagai subyek penelitian.
b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari buku/data, karya
ilmiah, dokumen, situs internet yang terkait, dan sumber lain yang relevan dengan skripsi ini.
12
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) cet. Ke-5, h.13 13
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini penulis lakukan
dengan dua macam metode, yaitu:
a. Studi dokumentasi, yaitu dengan melihat dokumen serta arsip yang
dijadikan objek penelitian yang bersumber dari PT Bank Muamalat.
b. Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan ahli yang
berkompeten dari PT Bank Muamalat. 3. Analisis Data
Berdasarkan metode penelitian di atas, penulisan skripsi ini bersifat deskriptif analitis, yaitu dengan memaparkan masalah untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data,
menyusun atau mengklarifikasi, menganalisis dan menginterprestasikan dengan tujuan memberikan gambaran yang
sistematis, faktual, aktual, akurat mengenai fakta-fakta dan kegiatan yang berkaitan dengan pembiayaan pada sektor agribisnis.
G. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu pada “Buku Pedoman Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007” yang diterbitkan oleh
H. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah dan memudahkan penulisan serta memperoleh
gambaran secara utuh. Penulis membuat sistematika sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang dibagi ke dalam lima bab, masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran yang dianggap perlu. Adapun penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, teknik penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Mengemukakan penjelasan mengenai pengertian efektivitas, kriteria penilaian efektivitas, perencanaan yang efektif, pengertian
pembiayaan, serta tujuan dan fungsi pembiayaan.
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT
Membahas tentang sejarah singkat, visi dan misi, produk-produk yang
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang aplikasi dan analisis efisiensi pembiayaan bank
syariah dalam perberdayaan petani yang dilaksanakan Bank Muamalat.
BAB V PENUTUP
Menjelaskan tentang intisari (kesimpulan) dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan
17
LANDASAN TEORI
A. Pengertian EfektivitasDua konsep utama untuk mengukur potensi kerja (performance) manajemen adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Sedangkan efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk
pecapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang manajer efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas adalah: 1) keadaan berpengaruh, hal berkesan: 2) kemanjuran, kemujaraban; dan 3) keberhasilan
(tentang usaha, tindakan). Efisien adalah besaran atau angka.15
Dalam Kamus Istilah Ekonomi, efektivitas adalah suatu besaran atau angka untuk menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran (target) tercapai.16
Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut : “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan
14
T.Hani Handoko,Manajemen, (Yogyakarta:BPFE Yogyakarta,2003), edisi 2, h. 7 15
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2005) edisi ketiga, h. 284
16
keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.17
Sementara itu Abdurahmat (2003:92) “Efektivitas adalah pemanpaatan
sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.
Menurut ahli manajemen Peter Drucker, efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things), sedang efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right). 18
Menurut Amin Widjaja, efektivitas adalah berhubungan dengan penentuan apakah tujuan perusahaan yang telah ditetapkan tercapai.19 Sementara itu, Tjukir
P. Tawat mengatakan bahwa efektifitas adalah kemampuan suatu unit kerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan menurut Hasan Sadili, efektivitas bermakna menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan
efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.20
Untuk itu efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat.
Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya.21
B. Kriteria Penilaian Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah 1) ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai. 2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.22 Oleh karena itu, strategi dapat diartikan sebagai
perencanaan yang cermat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai bahwa suatu
strategi/perencanaan tersebut berjalan secara efektif, yaitu mencakup:
a. Berhasil guna, untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
20
Hasan Sadili, Ensiklopedia Bahasa Indonesia, h. 371 21
Amirullah, dan Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 8
22
b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian efektif itu, maka biaya, tenaga kerja material, peralatan,
waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan
tidak adanya pemborosan serta penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, dan waktu yang tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus
seimbang dengan tanggunng jawab. Dan harus dihindari adanya dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan serta pelayanan
kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.23
23
Adapun menurut T. Hani Handoko, beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai efektifitas perencanaan, yaitu mencakup :
a. Kegunaan; agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan, dan sederhana.
b. Ketepatan dan objektivitas; rencana-rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jenis, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai
keputusan dan kegiatan manajemen lainnya hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat.
c. Ruang lingkup; perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi. d. Efektivitas biaya; efektivitas biaya perencanaan dalam perencanaan
dalam hal ini adalah menyangkut waktu, usaha, dan aliran emosional. e. Akuntabilitas; ada dua aspek perencanaan: 1) tanggung jawab atas
pelaksanaan perencanaan dan 2) tanggung jawab atas implementasi rencana. Suatu perencanaan harus mencakup keduanya.
f. Ketepatan waktu; berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan
dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.24
24
C. Perencanaan yang Efektif
Untuk membuat strategi/perencanaan yang baik, pada dasarnya melalui
empat tahap berikut ini :
a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Tanpa rumusan tujuan
yang jelas, suatu perusahaan akan menggunakan sumber daya- sumber dayanya secara tidak efektif.
b. Merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi perusahaan
sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya-sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan, adalah sangat penting,
karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini di analisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.
c. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu
diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi
mencapai tujuannya, atau yang mungkin menimbulkan masalah. d. Mengenbangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) di antara berbagai alternatif yang ada.25
Sebuah strategi/perencanaan dikatakan baik, jika memenuhi persyaratan berikut ini :
a. Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Standar baik dalam agama Islam adalah yang sesuai dengan ajaran Islam.
b. Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki banyak manfaat. Manfaat ini bukan sekedar untuk orang yang melakukan
perencanaan, tetapi juga untuk orang lain.
c. Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan.
d. Dilakukan studi banding (benchmark). Benchmark adalah melakukan studi terhadap praktik terbaik dari perusahaan sejenis yang telah
sukses menjalankan bisnisnya.
e. Dipikirkan proses perencanaan agar berjalan maksimal.26
D. Pengertian Pembiayaan
Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit bisnis adalah penting, namun di dalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya ketidakadilan,
25
T. Handoko, Manajemen, h. 79 26
ketidakjujuran dan “penghisapan” dari satu pihak ke ihak lain (bank dengan
nasabahnya). Kedudukan bank syariah dalam hubungan dengan para nasabah
adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedang dalam bank pada umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur.
Sehubungan dengan jalinan investor dan pedagang tersebut, maka dalam menjalankan pekerjaannya, bank syariah menggunakan berbagai teknik dan metode investasi. Kontrak hubungan investasi antara bank syariah dengan
nasabah ini disebut pembiayaan. Dalam aktivitas pembiayaan bank syariah akan menjalankan berbagai teknik dan metode, yang penerapannya tergantung pada
tujuan dan aktivitas, seperti kontrak Mudharabah, Musyarakah dan yang lainnya. Di samping itu bank syariah juga terlibat dalam kontrak murabahah. Mekanisme perbankan syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha adalah bebas bunga.
Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada para deposan atau pembebanan suatu bunga dari arah nasabah tidak muncul.
Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi aspek
syar’I dan aspek ekonomi.27Aspek syar’i artinya setiap realisasi pembiayaan
kepada para nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat Islam
(antara lain tidak mengandung unsure maisir, gharar dan riba serta bidang usahanya harus halal), sedangkan aspek ekonomi, berarti di samping
27
mempertimbangkan hal-hal syariah bank syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun bagi nasabah bank syariah.
Pembiayaan dan aktivitas bisnis selalu berkaitan. Bisnis merupakan aktivitas yang menjuru pada peningkatan nilai lebih melalui proses penyerahan
jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Pelaku bisnis dalam menjalankan roda bisnisnya pastinya memerlukan modal ataupun dana tambahan. Hal itu disebabkan pelaku bisnis tidak memiliki modal hanya keahlian saja atau
pelaku bisnis tidak memiliki modal yang cukup, sehingga pelaku bisnis akan berhubungan dengan pihak lain, misal bank, untuk mendapatkan dana segar
sebagai suntikan untuk menjalankan bisnisnya, dengan melakukan pembiayaan. Untuk mengetahui lebih jauh tentang dua hal yang saling berkaitan, maka perlu dibahas secara singkat, guna lebih dimengerti.
Bisnis adalah suatu aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang
(produksi). Dengan kata lain, bisnis merupakan aktivitas berupa pengembangan aktivitas ekonomi dalam bidang jasa, perdagangan dan industri guna menilai keuntungan seoptimal mungkin.28
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
28
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.29
Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syari’ah atau istilah
teknisnya disebut sebagai aktiva produktif. Menurut Ketentuan Bank Indonesia, aktiva produktif adalah penanaman dana Bank Syari’ah baik dalam rupiah
maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, gadai, surat berharga syari’ah, penempatan, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi
pada rekening administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003).
Untuk dapat merincikan pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan dibagi berdasarkan jenisnya, yaitu:
1. Berdasarkan Tujuan Penggunaannya, dibedakan dalam :
a. Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk memberikan modal usaha seperti antara lain pembelian bahan baku atau
barang yang akan diperdagangkan.
b. Pembiayaan investasi, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk modal usaha pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian barang modal
berupa aktiva tetap / investaris.
29
c. Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan perseorangan (
pribadi ).
2. Berdasarkan Cara Pembayaran / Angsuran Bagi Hasil, dibedakan dalam:
a. Pembiayaan dengan angsuran pokok dan bagi hasil periodik, yakni angsuran untuk jenis pokok dan bagi hasil dibayar / diangsur tiap periodik yang telah ditentukan misalnya bulanan.
b. Pembiayaan dengan bagi hasil angsuran pokok periodik dan akhir, yakni untuk bagi hasil dibayar / diangsur tiap periodik sedangkan pokok dibayar
sepenuhnya pada saat akhir jangka waktu angsuran
c. Pembiayaan Dengan Angsuran Pokok dan Bagi Hasil Akhir, yakni untuk pokok dan bagi hasil dibayar pada saat akhir jangka waktu pembayaran,
dengan catatan jangka waktu maksimal satu bulan.
3. Metode Hitung Angsuran yang akan digunakan. Ada tiga metode yang
ditawarkan yaitu :
a. Efektif, yakni angsuran yang dibayarkan selama periode angsuran. Tipe ini adalah angsuran pokok pembiayaan meningkat dan bagi hasil menurun
dengan total sama dalam periode angsuran.
b. Flat, yakni angsuran pokok dan margin merata untuk setiap periode.
4. Berdasarkan Jangka Waktu Pemberiannya, dibedakan dalam :
a. Pembiayaan dengan jangka waktu pendek umumnya dibawah 1 tahun
b. Pembiayaan dengan jangka waktu menengah umumnya sama dengan 1 tahun
c. Pembiayaan dengan jangka waktu panjang, umumnya diatas 1 tahun sampai dengan 3 tahun.
d. Pembiayaan dengan jangka waktu diatas tiga tahun dalam kasus yang
tertentu seperti untuk pembiayaan investasi perumahan, atau penyelamatan pembiayaan
5. Berdasarkan Sektor Usaha yang dibiayai :
a. Pembiayaan sektor perdagangan (contoh : pasar, toko kelontong, warung sembako dll.)
b. Pembiayaan sektor industri (contoh : home industri; konfeksi, sepatu) c. Pembiyaan konsumtif, kepemilikan kendaraan bermotor (contoh : motor ,
mobil dll.)30
6. Pembiayaan Berdasarkan Syariah Islam
Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 25 mengenai kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh suatu perbankan syariah disebutkan bahwa
30
penyaluran dana (pembiayaan) yang dapat dilakukan oleh bank syariahsyariah adalah melalui :
a. Transaksi berdasarkan prinsip jual beli:
Murabahah;adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
shahibul maal menyediakan modal 100%, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelolah. Istishna; adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Salam;adalah pembelian barang yang diserahkan di
kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka, dan jual beli lainnya.
b. Transaksi berdasarkan prinsip sewa menyewa:
Ijarah; adalah akad pemindahan hak guna atas barang/jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.
Ijarah muntahiya bittamlik; adalah akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan di tangan penyewa.
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil:
Mudharabah;adalah ,Musyarakah;adalah ,bagi hasil lainnya. c. Pembiayaan dengan berdasarkan prinsip jasa:
Rahn; adalah menahan salah satu harta si milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Harta tersebut memiliki nilai
jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang di tanggung.
Melakukan kegiatan lainnya yang lazim dilakukan bank syariah sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.31
E. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.32
Menurut M. Syafi’I Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.33
Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan: Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
31
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004) hal 87
32
Muhammad, Manajemen Bank Syariah,( Yogyakarta : UPP AMP YKPN,2005) hal. 304. 33Muhammad Syafi’I Antonio,
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.34
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan
nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi
barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.35
Secara umum tujuan pembiayaan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan
akses ekonomi. Dengan demikian dapat mengingkatkan taraf ekonominya.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk
pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan
34
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, ayat 1 pasal 12. 35
ini dapat diperoleh melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak surlus dana menyalurkan keada pihak minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya.
Sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana. d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dibukanya sektor-sektor usaha
melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut
akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari
pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu
mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.
risiko yang mungkin timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan
sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan sumber daya modal tidak ada. Maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya
dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.
Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada
pihak yang memiliki kelebihan dana sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan enyaluran kelebihan dana dari
pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana. Dua fungsi utama dari perbankan adalah pengumpulan dana dan
penyaluran dana. Penyaluran dana yang terdapat di bank konvensional dengan yang terdapat di bank syariah mempunyai perbedaan yang esensial, baik dalam hal nama, akad, maupun transaksinya. Dalam perbankan konvensional
penyaluran dana ini dikenal dengan nama kredit sedangkan diperbankan syariah adalah pembiayaan.
hasil berdasarkan kesepakatan antara bank dan debitur. Misalnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk membeli barang, sedangkan yang
menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapat jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan
jasa sekaligus.
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang
kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank.
Oleh Karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik sehingga penyaluran dan atau dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun
syariat Islam itu sendiri.
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya :
a. Sistem yang dijalankan Bank Syariah sesuai dengan sistem syariah dengan tidak memasukkan unsur-unsur gharar dan ribawi.
c. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank
konvensional.
d. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh
rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.36
36
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT
A. Sejarah dan Perkembangan Bank
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabiu Tsani 1412 H (1 Nopember 1991) dan mulai beroperasi pada 27 Syawal 1412 H (1 Mei 1992).
Pendirian Bank yang diprakarsai oleh beberapa tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan beberapa cendekiawan muslim yang tergabung dalam Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) serta pemerintah ini mendapat dukungan dari tokoh-tokoh dan pemimpin muslim terkemuka, beberapa pengusaha muslim, serta masyarakat. Bentuk dukungan dari masyarakat yaitu berupa komitmen
pembelian saham senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan Akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, dalam acara silaturahmi pendirian di Istana Bogor,
diperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat sebesar Rp 22 miliar sehingga menjadi Rp 106 miliar sebagai wujud dukungannya. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (d/h PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk) ("Bank”)
didirikan berdasarkan akta No. 1 tanggal 1 Nopember 1991 dari Yudo Paripurno, S.H.,notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2- 2413.HT.01.01.Th.92 tanggal 21 Maret 1992 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 34 tanggal 28 April 1992, Tambahan No. 1919A.
Indonesia Tbk) (the “Bank) was established based on notarial deed No. 1 dated
November 1, 1991 of Yudo Paripurno, S.H., notary in Jakarta. The deed of
establishment was approved by the Minister of Justice in his Decision Letter No. C2- 2413.HT.01.01. Th.92 dated March 21, 1992 and was published in State
Gazette No. 34 dated April 28, 1992, Supplement No. 1919A. Bank telah mengalami perubahan nama yang semula PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk menjadi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk sesuai dengan akta No. 104
tanggal 12 Nopember 2008 dari notaris Arry Supratno, S.H., notaris di Jakarta. Akta pernyataan keputusan rapat itu telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No. AHU- 98507.AH.01.02.TH.08 tanggal 22 Desember 2008 dan telah dicatat dalam tata usaha pengawasan Bank Indonesia sejak 4 September 2009.
Setelah 2 tahun didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat Bank Devisa pada 27 Oktober 1994. Pengakuan ini semakin memperkokoh
posisinya sebagai bank syariah pertama di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus dikembangkan.
Sistem syariah menjadikan Bank Muamalat terjaga dari negative spread
pada saat krisis moneter terjadi tahun 1997-1998, sehingga Bank Muamalat tetap dapat bertahan dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN
Bank Muamalat berupaya mencari pemodal potensial guna memperkuat permodalannya. mendapat tanggapan positif dari Islamic Development Bank
(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia. Pada Rapat Umum Pemegang Saham 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat.
Kurun waktu antara tahun 1998 dan 2008 merupakan masa yang penuh tantangan dan keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam periode tersebut, Bank
Muamalat berhasil membalikkan keadaan dari kondisi rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang
kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Bank Muamalat berhasil melalui masa sulit dan bangkit dari keterpurukan yang diawali dengan pengangkatan
direksi baru dari internal. Kemudian menggelar rencana kerja lima tahun yang berhasil mengembalikan Bank Muamalat ke kondisi keuangan dan pertumbuhan
yang berkesinambungan.
Di tahun 2004, sebuah inovasi lahir untuk mengawal fatwa MUI tentang haramnya bunga bank, yaitu dengan diluncurkannya produk Shar-E. Shar-E lahir
untuk memberi pelayanan di wilayah yang sebelumnya tak terlayani (unserved area) dan serta merta menggugurkan unsur ketidaktersediaan jaringan layanan
perbankan syariah yang memperoleh pengecualian fatwa MUI tersebut di atas. Berkat terobosan ini, Shar-E meraih predikat The Most Innovative Product untuk
Teknologi/Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sejak kehadiran Shar-E, Bank Muamalat berhasil mengembangkan jaringan pelayanannya secara
pesat dan signifikan.
Ditunjang oleh inovasi Shar-E, Bank Muamalat kemudian
mengembangkan strategi WAR, yaitu singkatan dari Wholesale, Alliance dan Remote, yang .memungkinkan Bank Muamalat menjangkau pelosok-pelosok Indonesia yang sebelumnya tidak terlayani oleh perbankan syariah. Strategi WAR
berhasil mengembangkan jaringan pelayanan Bank Muamalat hingga menjadi ribuan jumlahnya, selain juga memperkokoh basis nasabah Muamalat hingga
mencapai jutaan nasabah. Melanjuti keberhasilan strategi WAR yang luar biasa, Bank Muamalat menggulirkan program Service Transformation dalam rangka menggairahkan pelayanannya untuk juga melayani kebutuhan nasabah di
kota-kota besar akan suatu layanan perbankan syariah yang prima.
Memasuki tahun 2009 ini, dunia dihadapkan oleh krisis ekonomi yang
terburuk sejak Era Depresi 1929 yang saat itu juga dipicu oleh runtuhnya sektor keuangan dan pasar modal Amerika Serikat. Dengan perkembangan ini, maka dapat dikatakan bahwa Manajemen Bank Muamalat periode 1998-2003, yang
berlanjut dengan periode lima tahun berikutnya hingga akhir tahun 2008, berhasil membawa perjalanan 10 tahun Bank Muamalat, dari krisis ke krisis, untuk
menjadi juara diantara para juara perbankan dari segi pertumbuhan usaha.
23,6 kali lipat menjadi Rp 966 milyar, sedangkan jumlah nasabah berkembang hingga menjadi 2,9 juta nasabah. Bank Muamalat berhasil menutup tahun krisis
finansial global 2008 dengan peningkatan laba bersih 43% menjadi Rp 207 miliar, di kala laba sektor perbankan konvensional nasional secara agregat menurun
sebesar 13%, dan laba agregat perbankan syariah pun turun 20%. Bank Muamalat juga berhasil memaksimalkan nilai kepada pemegang saham dengan ROE sebesar 33%. Hasil-hasil tersebut mengukuhkan keunggulan serta nilai spiritual yang
dianut oleh Bank Mumalat sebagai bank Pertama Murni Syariah di Indonesia.37
B. Visi dan Misi Visi
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.
Misi
Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada stakeholder.
C. Struktur Organisasi
Berikut ini adalah struktur organisasi yang ada di Bank Muamalat Indonesia : a. Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board)
37“Sekilas Bank Muamalat”,
Ketua : K.H. Ma’ruf Amin
Anggota : Prof. Dr. H. Muardi Chatib
Anggota : Prof. Dr. H. Umar Shihab b. Dewan Komisaris (Board of Commissioners)
Komisaris Utama : Dr. Widigdo Sukarman Komisaris : Emirsyah Satar, S.E.
Komisaris : Abdulla Saud Abdul Azis Al-Mulaifi, M.B.A.
Komisaris : Ir. Andre Mirza Hartawan, M.B.A. Komisaris : Irfan Ahmed Akhtar, CFA.
Komisaris : Sultan Mohammed Hasan Abdulrauf, M.A. & FI.
c. Direksi (Board of Directors)
Direktur Utama : Ir. H. Arviyan Arifin Direktur :
Compliance and
Corporate Planing : Ir. H. Andi Buchari, M.M. Treasury and
Intenational Banking : Farouk Abdullah Alwyni, M.A, MBA Retail Banking : Adrian Asharyanto Gunadi, MBA
D. Jenis Produk dan Jasa
Ada 4 jenis produk yang ditawarkan Bank Muamalat Indonesia, yaitu :
a. Produk Penghimpunan Dana –Funding Products
Produk ini merupakan bentuk penghimpunan dana oleh bank dari
nasabah. Ada 9 jenis produk penghimpunan dana di Bank Muamalat, yaitu sebagai berikut :
1) Shar-E
Shar-E adalah tabungan instan investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu
dan dapat dibeli di kantor layanan Bank Muamalat juga di Kantor Pos Online di seluruh Indonesia. Shar-e memiliki beberapa pengembangan produk yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan asuransi di
Indonesia, yaitu :
• Shar-e fulPROTEK merupakan kartu multiguna yang berfungsi sebagai
kartu asuransi, ATM dan debit yang berkerja sama dengan PT Asuransi Takaful Keluarga.
• Shar-e Sharia Mega Covers merupakan kartu tabungan multiguna yang
bekerja sama dengan PT Asuransi Jiwa Mega Life.
• Shar-e Taawun Card adalah sebuah kartu tabungan dengan berbagai
• Shar-e Fitrah Card merupakan kartu tabungan yang bekerja sama
dengan PT Asuransi Jiwa Sinarmas.
2) TabunganKu
Merupakan tabungan bebas biaya administrasi bulanan yang dapat
diakses dengan mudah dan murah. Nasabah cukup menyediakan dana Rp 20.000 untuk dapat memiliki rekening TabunganKu dan dapat menyetor di seluruh kantor cabang dan menarik di kantor cabang Bank
Muamalat secara bebas biaya.
3) Tabungan Ummat
Merupakan investasi tabungan dengan aqad Mudharabah di Counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia.
4) Tabungan Haji Arafah dan Arafah Plus
Tabungan Haji Arafah merupakan tabungan haji yang dilengkapi fasilitas asuransi jiwa yang dimaksudkan untuk membantu nasabah
untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan.
Tabungan Haji Arafah Plus diperuntukkan bagi nasabah premium
yang memiliki perencanaan haji singkat. Dengan menjadi nasabah Tabungan Haji Arafah Plus, nasabah juga akan mendapat
5) Deposito Mudharabah
Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan badan hokum
yang tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. 6) Deposito Fulinves
Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal minimal Rp 2.000.000,- atau senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa.
7) Giro Wadi‟ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang
diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan. 8) Kas Kilat
Layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari
Malaysia ke Indonesia melalui rekening tabungan Shar-E, bekerja sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad.
9) Dana Pensiun Muamalat
Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45 -
65 tahun dengan iuran minimal Rp 20.000 per bulan. b. Produk Pembiayaan dan Jasa
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Pembiayaan yang diberikan dapat digunakan untuk kebutuhan Modal Kerja, Investasi atau Konsumtif. Penyalurannya dapat dilakukan
secara bilateral yaitu oleh satu bank syariah kepada satu pihak maupun secara multilateral/sindikasi yaitu oleh lebih dari satu bank syariah/unit usaha syariah/lembaga keuangan kepada satu pihak.
c. Produk Penyaluran Dana (pembiayaan)
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa :
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; 2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahinya bittamlik;
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna‟;
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh;
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
d. Produk Pelayanan Jasa
Produk pelayanan jasa meliputi Letter of Credit (L/C) Impor
Syariah berdasarkan Akad Wakalah bil Ujroh dan Kafalah, Bank Garansi Syariah berdasarkan Akad Kafalah, dan Penukaran Valuta Asing berdasarkan Akad Sharf.
Produk-produk pembiayaan seluruhnya dibuat berdasarkan Prinsip Syariah dan prinsip kehati-hatian serta sesuai dengan Akad yang merupakan kesepakatan
tertulis antara Bank Syariah dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.
Dari berbagai jenis transaksi pembiayaan syariah didasarkan kepada;
prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip pinjam meminjam, prinsip sewa menyewa, dan prinsip sewa menyewa jasa (multijasa).
Prinsip Jual Beli
Jenis produk pembiayaan sesuai prinsip jual beli dibagi berdasarkan Akad murabahah, salam, dan istishna’.
Murabahah adalah transaksi jual-beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual
Landasan Syariah : didalamnya terdapat keberkahan : jual-beli secara tangguh, Muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung Untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual ( HR Ibnu Majah )
Ketentuan Umum :
Bank bertindak sebagai pihak penyedia dan dalam kegiatan transaksi
Murabahah dengan nasabah;
Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya;
Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang
yang dipesan nasabah;
Bank dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar dengan tanpa
diperjanjikan dimuka.
Salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...”(QR Al-Baqarah : 28 )
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui” (HR Ibnu Majah)
Ketentuan Umum :
Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan transaksi
Salam dengan nasabah;
Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa Akad Pembiayaan atas dasar Salam;
Penyediaan dana oleh Bank kepada nasabah harus dilakukan di muka
secara penuh yaitu pembayaran segera setelah Pembiayaan atas dasar Akad Salam disepakati atau paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Pembiayaan atas
dasar Akad Salam disepakati;
Pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk
pembebasan utang nasabah kepada Bank atau dalam bentuk piutang Bank. Istishna‟ adalah transaksi jual beli barang dalam bentuk pemesanan