PENGARUH CASH RATIO, LOAN DEPOSIT RATIO DAN CAPITAL ASSET RATIO TERHADAP PROFITABILITAS PADA SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Skripsi
Oleh :
APRIANSYAH RAHMAN 104081002492
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Apriansyah Rahman Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Lahir : Jakarta Tanggal Lahir : 6 April 1986 Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Anak ke : Kedua dari dua bersaudara Orang Tua
Ayah : Chairul Rachmat Ibu : Jusmaini Joesuf
Alamat : Gg Gaya no.28 RT 003/01 Pasar Minggu,Jakarta Selatan.12520 Telepon : 08568557085
e-mail : apriansyah.rahman@gmail.com
Pendidikan Formal :
1. SDI Al-Azhar Pasar Minggu 2. SLTPI Assalaam Pasar Minggu 3. SMU Negeri 49 Jagakarsa
ABSTRACT
This study aimed to examine the influence between liquidity (Cash Ratio (CR) and the Loan to Deposit Ratio (LDR)) and capital (Capital Asset Ratio (CAR)) to profitability (Return on Assets (ROA)), a company engaged in the banking sector andlisted in Indonesia Stock Exchange. Results from this study suggests that the Cash Ratio (CR) and the Capital Asset Ratio (CAR) has a significant influence to Profitability (Return on Assets (ROA), while the Loan to Deposit Ratio (LDR) has no significant influence to the Return on Assets (ROA). The analysis used in this research is to path analysis or path analysis method of trimming to remove insignificant variables in advance to the next is described again by using only path analysis of variables has a significant effect. The results of these methods have shown that the Cash Ratio significant effect on Return on Assets. Loan Deposit Ratio partially not have a significant influence on Return on Assets. Furthermore, in the capital as measured by the Capital Asset Ratio showed a significant effect partially to the Return on Assets
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara likuiditas (Cash
Ratio (CR) dan Loan to Deposit Ratio(LDR)) dan permodalan (Capital Asset
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur bagi ALLAH SWT Tuhan seru sekalian alam. Shalawat serta salam tercurah kepada pembimbing umat manusia baginda Nabi serta Rasul, Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Atas rahmat dan ridho ALLAH SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “CASH RATIO, LOAN DEPOSIT RATIO DAN CAPITAL ASSET RATIO TERHADAP PROFITABILITAS PADA SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1. Ibunda peneliti, Jusmaini Joesoef yang selalu mendo’akan yang terbaik bagi putra-putranya juga memberikan semangat serta dukungan, kepercayaan dan materi yang begitu besar kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak peneliti Yanuarsyah Rahman yang selalu mendo’akan dan memberi semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Keluargaku, Tante Reno, Om Edo, Tante Ine, Oma Yesi, Nenek Noersitin, Alm Joesoef Noer, Om Ardi yang telah banyak memberikan nasihat, masukan dan bantuannya kepada penulis.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM, selaku Pudek. Akademik, Dosen Metodelogi Penelitian, Seminar Manajemen Keuangan dan Pembimbing I yang selalu memberi motivasi dan solusi dalam penelitian ini.
5. Ibu Drs. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku Dosen Manajemen Keuangan, Penganggaran Perusahaan, Manajemen keuangan Internasional dan Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya, selalu memberi motivasi serta solusi dalam penelitian ini.
6. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen yang telah memberikan nasihat dan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang selalu memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika FEIS yang telah memberikan
ilmunya yang tidak ternilai, atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan studi di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10.Teman-teman Mahasiswa Manajemen khususnya Manajemen C Angkatan 2004 Sugih, Fahmi, Arif, Roby, Noval, Ahmad, Dennis, Ahmad Fauzi, Kudrian, Leni Maulani, Artha Rizky, Umi, Vivi, Tia, Diki, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
11.Teman-teman Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Afandi, M. Sifa Sofwan, Titin Ristina, Miftahul Ulum, Ahmad Fajarudin, Windy Veronica, Septia Handayani, Saifullah, Titi Khairunnisa, Susanti, Nurlia Aldilarachma, Panji Prianggoro, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12.Teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rifki Febi Nur Fadillah (Khususnya), Erza, Arif Iskandar, Nadya, M.Ridwansyah, Towil, , Chacha Setiawan, M. Luthfi Rahman, Aip Rochadi, Iyus, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
14.Sahabat-sahabatku Enrico, Suhendra, Rizki Fauzi, Afif Asrif, Rizky Rhamadanti, Nissa, Yuanifar, Rizky Arasyid, . terima kasih atas doa dan bantuannya kepada penulis.
15.Semua pihak yang telah mambantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun tidak disebutkan diatas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Jika terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, di tengah keterbatasan penulis sebagai makhluk ciptaan-Nya. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga ALLAH SWT selalu membimbing dan menyertai langkah kita, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup i
Abstact ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN 3. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan 15
4. Rasio Keuangan Sebagai Tolak Ukur Kinerja
Keuangan Perbankan 16
5. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 16
6. Profitabilitas 16
7. Cash Ratio 22
8. Loan Deposit Ratio 25
C. Penelitian Terdahulu 32
D. Kerangka Pemikiran 37
E. Hipotesis 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 40
B. Metode Penentuan Sampel 40
C. Metode Pengumpulan Data 41
D. Metode Analisa Data 42
E. Definisi Operasional Variabel 46 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 50
B. Analisis dan Pembahasan 55
1. Analisa Profitabilitas 55
2. Deskriptif Variabel 56
C. Pengujian Statistik 58
D. Interpretasi 74
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan 83
B. Implikasi 84
Daftar Pustaka xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
3.1 Definisi Operasional Variabel 45
4.1 Daftar Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Selama Tiga Tahun di Bursa Efek Indonesia 56
4.2 Deskriptif variabel 56
4.3 Pengujian Koefisien Determinasi 58
4.4 Uji F 59
4.5 Uji t 60
4.6 Korelasi 62
4.7 Pengaruh Langsung 65
4.8 Pengujian Hipotesis 66
4.9 Pengujian Koefisien Determinasi 67
4.10 Uji F 68
4.11 Uji t 69
4.12 Korelasi 70
4.13 Pengujian Hipotesis 71
4.14 Pengaruh Langsung 72
4,15 Pengaruh Tidak Langsung 73
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Daftar Cash Ratio Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 87 2. Daftar LDRPerusahaan Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 88 3. Daftar CAR Perusahaan Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 89 4. Daftar ROAPerusahaan Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 90
5. Model Sumary 91
6. ANOVA 91
7. Coefficients 91
8. Residuals Statistics 91
9. Korelasi 92
10. Model Sumary 92
11. ANOVA 93
12. Coefficients 93
13. Coefficients correlations 93
14. Collinearity diagnostic 93
15. Residuals Statistics 94
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Apriansyah Rahman
NIM : 104081002492
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya
Jakarta, 3 September 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perbankan berperan penting sebagai lembaga intermediasi yakni sebagai perantara keuangan, dimana fungsi utama perbankan memperlancar kegiatan masyarakat berkenaan dengan lalu lintas pembayaran yang menjebatani pihak pemilik dana dan pemakai dana. Karenanya, manajemen perbankan dituntut perencanaan terarah dengan sistem organisasi yang efektif dan efisien serta sistem pengawasan yang bertanggungjawab dalam menunjang tingkat kesahatan bank. Selain manajemen, ditetapkan pula posisi permodalan, asset, rentabilitas dan likuiditas sebagai indikator kesehatan bank. Kajian penelitian ini hanya menyangkut likuiditas dan permodalan dimana likuiditas bank
diukur dari cash ratio dan loan deposit ratio, sementara kecukupan modal
diukur dari capital asset ratio (Jurnal Manajemen, 2003:85).
Bank senantiasa menjaga likuiditas dan kecukupan modal pada posisi yang tepat karena kesalahan dalam manajemen bank dalam mengatur likuiditas dan kecukupan modal akan mengakibatkan kesulitan dalam membayar kewajiban jangka pendek dan menutup resiko kerugian jika terjadi dimana hal ini menentukan tingkat kredibilitas bank bersangkutan. Kebutuhan dana sesuai
ketentuan Bank Indonesia (BI) berupa minimum cash (statutory reserves)
untuk mengatisipasi kemungkinan terjadinya deposit yang ditarik sebelum
terduga. Tingkat likuiditas dan rentabilitas dalam manajemen likuiditas, tidak selalu berjalan searah artinya pada saat tingkat likuiditas tinggi, tingkat rentabilitas belum tentu tinggi, sebaliknya pada tingkat likuiditas rendah bisa mencapai tingakat rentabilitas tinggi, karena likuiditas yang berlebihan dapat menekan rentabilitas perusahaan, sementara likuiditas yang terlalu kecil dapat meningkatkan risiko likuiditas bank (Hadiwijaya dalam Margo, 1998).
Salah satu alat ukur likuiditas yaitu cash ratio atau minimum reserve
requirement dimana semakin tinggi tingkat cash ratio menunjukkan
persediaan jumlah uang tunai semakin besar sehingga pembayaran kewajiban
segera dibayar tidak mengalami kesulitan. Cash ratio yang terlalu tinggi juga
akan mengurangi potensi mendapatkan profit yang lebih tinggi, karena uang tunai tersebut tidak berputar namun mengendap pada kas. Dalam dunia perbankan cash ratio harus berada pada tingkat yang tepat, sehingga mempunyai kinerja yang baik untuk membayar kewajiban jangka pendek maupun untuk mempertinggi profit (Jurnal Manajemen, 2003:88).
Dalam ikhtisar ketentuan-ketentuan perbankan Indonesia (biro peneliti dan pengembangan perbankan, 1989) disebutkan bahwa pemerintah
berulang-ulang mengubah ketentuan cash ratio bagi bank dengan tujuan untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar. Sebelum Pakto 1988 (7 Oktober 1988)
pemerintah mengeluarkan ketentuan cash ratio minimum 15%, setelah itu
pemerintah mengubah cash ratio minimum menjadi 2% dengan tujuan agar
lebih banyak dana untuk ekspansi kredit (loanable fund). Tetapi yang terjadi
dikhawatirkan dapat memacu inflasi sehingga pada bulan Februari 1996
ketentuan cash ratio diubah menjadi 3% kemudian dilakukan perubahan
kembali menjadi 5%. Tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat ketentuan ini akan berubah kembali
Di kalangan perbankan sejak dahulu timbul pertentangan antar
kepentingan (conflict of interst) antara likuiditas dan profitabilitas (Sinungan,
1994:60) dalam (Margo, 2003), artinya bila posisi likuiditas ingin
memperbesar cadangan kas maka bank tidak akan memakai seluruh loanable
fund yang ada karena sebagian dikembalikan lagi dalam bentuk cadangan
tunai (cash reserver). Ini berarti usaha pencapaian profitabilitas akan
berkurang, sebaliknya jika ingin mempertinggi profitabilitas akan berkurang,
sebaliknya jika ingin mempertinngi profitabilitas maka cash reserve yang
likuid terpakai untuk usaha bank.
Rasio likuiditas lainnya yang sering pula dipakai sebagai tolok ukur
keberhasilan manajemen bank adalah loan deposit ratio atau banking ratio.
Menurut ketentuan BI berdasarkan paket kebijakan 29 Mei 1993 LDR dibatasi hanya sampai dengan 110%, yakni jika LDR > 110% bobotnya 0 (nol) sedangkan jika LDR < 110% bobotnya 5 dalam penelitian kesehatan bank. Hal ini dengan tujuan agar bank tidak terlalu berlebihan mengucurkan kreditnya, karena pemberian kredit yang terlalu besar akan menambah risiko dan mempengaruhi posisi likuiditas bank.
Ketentuan BI lainnya yang berkaitan dengan tingkat kesehatan bank
kecukupan modal untuk menjaga risiko yang mungkin timbul. BI menetapkan kewajiban penyediaan modal minimum (minimum CAR) yaitu 8% yang pelaksaaannya dilakukan secara bertahap yaitu 7% sejak akhir Maret 1993 dan 8% sejak akhir Desember 1993. Dikarenakan kondisi perbankan yang belum pulih maka pemerintah mengambil kebijakan melonggarkan kewajiban modal 4% awal tahun 2000 dan 8% akhir tahun 2001. pelaksanaan secara bertahap ini dengan tujuan agar bank dapat mempersiapkan diri dalam memenuhi kewajiban minimum penyediaan dana (Surat keputusan Bank Indonesia, 1998).
Harapan pemerintah dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan agar bank memiliki tingkat kesehatan baik ditinjau dari modal, kualitas asset, manajemen, rentabilitas maupun likuiditas. Kondisi bank yang sehat akan memberikan rasa aman baik bagi manajemen, pemerintah maupun masyarakat nasabah. Mengingat manajemen likuiditas dan permodalan memiliki hubungan kausalitas dengan profitabilitas, menjadi menarik untuk tetap dikaji dalam penelitian guna memberi informasi bagi perbaikan pengelolaan perbankan (margo, 1998:82).
Pertanyaan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
likuiditas bank yang diukur dari cash ratio dan loan deposit ratio, serta
pengaruh kecukupan modal yang diukur dari capital asset ratio terhadap
profitabilitas (yang diukur dengan return on asset) bank Go Public yang data
keuangannya terdapat di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun berturut-turut
deposit ratio dan capital asset ratio terhadap return on asset, juga akan menganalisis mana di antara variabel tersebut yang mempunyai pengaruh dominan.
Pada penelitian ini berbeda dengan penalitian terdahulu yang dilakukan
oleh Margo Mulyono dan Nurdin Kaimiddin yang berjudul Pengaruh Cash
Ratio, Loan Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Public di Indonesia Periode Amatan Th. 1995 s/d 1998. Penelitian
terdahulu menggunakan metode penelitian regresi linear berganda dan
menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu, Cash Ratio dan Loan Deposit ratio
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On Asset, Capital Asset
Ratio memiliki pengaruh positif yang signifikan dengan Return On Asset
dimana ketika Capital Asset Ratio positif Return On Asset juga positif namun
manakala Capital Asset Ratio negatif d tahun 1998 maka Return On Asset juga
negatif , dan indikasi bahwa baik Cash Ratio maupun Loan Deposit Ratio
memiliki kecenderungan negatif dengan Return On Asset disebabkan karena
nilai Cash Ratio dan Loan Deposit Ratio yang berkembang positif dari tahun
ke tahun diikuti dengan negatifnya nilai Return On Asset pada tahun 1998.
Kelebihan dalam penelitian ini adalah bukan hanya melihat pengaruh secara langsung dari likuiditas dan permodalan terhadap profitabilitas, namun juga melihat pengaruh tidak langsungnya terhadap profitabilitas.
Bertitik tolak pada latar belakang dan parameter di atas, penulis tertarik
Ratio, Loan Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio Terhadap Profitabilitas
Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka masalah pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengaruh dari
cash ratio, loan deposit ratio dan capital asset ratio terhadap profitabilitas
(Return On Asset) pada sektor perbankan yang terdaftar di bursa efek
indonesia. Dan berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Cash Ratio mempengaruhi Return On Asset baik secara langsung
maupun tidak langsung pada sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia ?
2. Apakah Loan Deposit Ratio mempengaruhi Return On Asset baik secara
langsung maupun tidak langsung pada sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah Capital Asset Ratio mempengaruhi Return On Asset baik secara
langsung maupun tidak langsung pada sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia ?
4. Mana pengaruh yang paling dominan antara Cash Ratio, Loan Deposit
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisa karateristik pengaruh Cash Ratio dengan Return On
Asset baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Untuk menganalisa karateristik pengaruh antara Loan Deposit Ratio
dengan Return On Asset baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Untuk menganalisa karateristik pengaruh antara Capital Asset Ratio
dengan Return On Asset baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Untuk menganalisa karateristik pengaruh antara Cash Ratio, Loan
Deposit Ratio Dan Capital Asset Ratio yang paling dominan
mempengaruhi Return On Asset pada industri perbankan di Bursa Efek
Indonesia.
b. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah informasi
mengenai pengaruh Cash Ratio, Loan Deposit Ratio Dan Capital Asset
Ratio terhadap Return On Asset dalam menetapkan keputusan untuk
berinvestasi. 2. Bagi Penulis
3. Bagi Akademik
Memberikan sedikit kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu memberikan manfaatnya didalam dunia pendidikan atau akademis maupun dalam dunia praktisi.
4. Bagi Masyarakat / Calon Investor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah sebagai berikut:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak (pasal 1, butir 2).
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (pasal 1, butir 3).
Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) adalah:
Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang
memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu
Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990
pengertian bank adalah: “Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di
bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada
masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”.
Falsafah yang mendasari usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini tampak dari kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat yang kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam penerimaan simpanan masyarakat, bank hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan waktu tertentu. Bank juga tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas kredit yang diberikan kepada debiturnya yang telah memiliki reputasi yang lebih baik. Disamping itu, sebagai lembaga kepercayaan, bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal sendiri dari pihak atau pemegang saham (Susilo, 2000).
1. Sumber Dana Bank
Sumber-sumber dana bank dapat dihimpun dari berbagai sumber antara lain: dana yang bersumber dari modal sendiri berupa setoran dari pemegang saham, laba bank yang belum dibagi, cadangan-cadangan lain.
2. Alokasi Dana Bank
Pengalokasian dana bank harus mempunyai tujuan yang jelas, yaitu tercapainya tingkat profitabilitas yang tinggi serta terjaganya likuiditas sehingga kepercayaan masyarakat semakin tinggi, serta terjaganya likuiditas seingga kepercayaan masyarakat semakin tinggi.
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
yang ada serta memperahankan kekuatan yang dimilikinya. Dalam laporan
keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (asset) dan
jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (disisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi yang memuat seperti di atas tergambar dalam laporan keuangan yang kita sebut neraca.
Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas (Susilo, 2000:148).
Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri. Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut (Susilo,2000:148):
a. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis
aktiva yang dimiliki.
b. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan
jenis-jenis kewajiaban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.
c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis
d. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.
e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang
dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
f. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.
g. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode
dari hasil laporan keuangan yang disajikan.
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan (Susilo, 2000:150).
2. Jenis-jenis laporan keuangan bank
Dalam praktiknya jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud adalah sebagai berikut (Susilo, 2000:166):
a. Neraca
Dalam penyajiannya, aktiva dan kewajiban dalam neraca bank tidak dikelompokkan menurut lancar atau tidak lancar, namun sedapat mungkin tetap disusun menurut tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Setiap aktiva produktif disajikan di neraca sebesar jumlah bruto dari tagihan atau penempatan bank dikurangi dengan penyisihan penghapusan yang dibentuk untuk menutupi kemungkinan kerugian yang timbul dari masing-masing aktiva produktif yang bersangkutan. b. Laporan Komitmen dan Kontijensi
Laporan ini wajib disajikan secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi komitmen dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban pada tanggal laporan. Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Kontijensi adalah tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
c. Laporan Laba/Rugi
periode tertentu. Laporan laba/rugi bank disusun dalam bentuk
berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau
beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Cara penyajian laporan laba/rugi bank antara lain wajib memuat secara rinci unsur pendapatan dan beban, unsur pendapatan dan beban harus dibedakan antara pendapatan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non operasional.
d. Laporan Arus Kas
Laporan ini harus disusun berdasarkan kas selama periode laporan dan harus menunjukkan semua aspek penting dari kegiatan bank tanpa memandang apakah transaksi tersebut berpengaruh langsung pada kas. e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Disamping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam standar akuntansi keuangan, bank juga wajib mengungkapkan dalam catatan tersendiri mengenai posisi devisa netto menurut jenis mata uang serta aktifitas-aktifitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan harta dan penyaluran kredit pengelolaan.
f. Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi
3. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan.
Pihak-pihak yang berkepentingan pada laporan keuangan antara lain: pemilik bank, nasabah pemakai dana, nasabah pemasok dana, karyawan, masyarakat, perpajakan, pemerintah, bank lain.
Masing masing pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda antara satu sama lain. Bahkan tidak jarang perbedaan kepentingan ini yang menjadikan tantangan bagi manajer untuk dapat menghadapinya dan mengambil keputusan yang tepat dalam mengambil keputusan.
4. Rasio Keuangan Sebagai Tolak Ukur Kinerja Keuangan Perbankan
Analisis rasio keuangan sangat diperlukan bagi penilaian prestasi usaha yang sudah dilakukan oleh sebuah bank, terutama bagi manajemen penyusunan kebijaksanaan strategi bank. Banyak jenis analisis rasio keuangan yang umum berlaku di dalam bank. Tetapi ada juga alat analisis rasio keuangan lainnya yang lebih khusus dan berkembang dari kalangan perbankan .
5. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
6. Rasio Profitabilitas
Rasio keuangan merupakan salah satu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam analisa laporan keuangan. Analisa laporan keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan. Dalam hal ini menganalisis harus dapat menyesuaikan faktor-faktor yang mungkin ada pada periode masa datang yang mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha perusahaan di masa yang akan datang. Rasio keuangan yang diperoleh akan dianalisis dan digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan dan status perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain atau dengan perusahaan itu sendiri dalam kurun waktu tertentu.
Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dalam penggunaannya menggunakan analisis berupa rasio. Rasio ini akan dapat memberikan gambaran kepada pimpinan perusahaan ataupun manajer mengenai keadaan keuangan perusahaan pada saat ini bila dibandingkan dengan rasio keuangan pada tahun-tahun
sebelumnya (Susilo, 2000:169).
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas.
Pada umumnya perusahaan adalah organisasi yang bertujuan untuk mencari laba, maka tujuan perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Atau dapat juga dikatakan tujuan utama perusahaan adalah mencapai profitabilitas yang tinggi (aini,2006).
Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahaan tersebut. Untuk kemudian menunjukan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan (Febriani, 2003).
Analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau kesehatan suatu perusahaan. Selain itu, profitabilitas juga sebagai pengukur efisiensi penggunaan modal dan rentabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. (Aang dalam Petronila , 2003) menyatakan rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan tentu saja berkaitan dengan hasil akhir berbagai kebijakan dan keputusan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan pada periode berjalan.
maka jika rasio lancar (current ratio) yang tinggi akan menunjukan posisi likuiditas yang kuat, tetapi juga sebaliknya menandakan adanya kas yang
berlebihan yang tentunya tidak baik, hal ini berarti current ratio yang
tinggi pada perusahaan menyebabkan profitabilitas perusahaan rendah dan
sebaliknya, sedangkan pada rasio hutang (debt ratio) semakin tinggi rasio
ini maka profitabilitas perusahaan menunjukan nilai yang rendah karena semakin besar risiko yang akan terbebani oleh perusahaan dan sebaliknya.jika dilihat dari sisi rasio aktivitas (inventory turn over), jika inventory terlalu besar dari kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya pemeliharaan dan penyimpanan di gudang kemungkinan besar akan menyebabkan kerugian, maka profitabilitas perusahaan menurun dan sebaliknya. Semakin tinggi rasio menandakan semakin cepat perputaran asset, semakin baik perusahaan dalam mengelola asset yang ada pada perusahaan (kajian ekonomi dan keuangan, 2003).
2. Indikator mengukur tingkat profitabilitas, yaitu dengan
menggunakan:
a. Net Profit Margin ( Margin Laba )
Dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. Return On Asset ( Pengembalian atas Aktiva ) b. Return On Asset ( Pengembalian atas Aktiva )
Pengembalian atas aktiva adalah suatu pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan. Rasio ini merupakan prngukuran yang baik untuk membandingkan kinerja antar perusahaan karena independen dari keputusan pembiayaan. Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap aktiva yang telah dihasilkan oleh perusahaan.
Pengembalian atas aktiva adalah suatu pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan. Rasio ini merupakan prngukuran yang baik untuk membandingkan kinerja antar perusahaan karena independen dari keputusan pembiayaan. Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap aktiva yang telah dihasilkan oleh perusahaan.
Dapat dirumuskan sebagai berikut (James Van Horne, 1995): Dapat dirumuskan sebagai berikut (James Van Horne, 1995):
Net Profit Margin =
Dengan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil ROA sebagai rasio yang mewakili profitabilitas.
Dengan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil ROA sebagai rasio yang mewakili profitabilitas.
c. Return On Equity (Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa) c. Return On Equity (Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa)
perusahaan pemegang saham, setelah semua biaya pembiayaan dipertimbangkan.
Dapat dirumuskan sebagai berikut (James Van Horne, 1995)
ROE =
Laba Bersih
Total Equity Pemegang Saham
d. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor )
Pengertian marjin laba kotor menurut James Van Horne (1995 : 135) dalm bukunya Manajemen Keuangan adalah: “Marjin laba kotor adalah perbandingan antara laba kotor dengan jumlah penjualan bersih”.
Rumus untuk menghitung marjin laba kotor sebagai berikut:
Margin Laba Kotor =
Laba Kotor x 100%
Penjualan
7. Cash Ratio
Cash Ratio adalah alat pengukuran likuiditas minimum yang wajib
dipelihara oleh setiap bank. Cash ratio merupakan perbandingan antara alat-alat likuid yang dukuasai bank, dengan kewajiban yang segera dibayar. Rumus cash ratio dalam Value based management.net dituliskan sebagai berikut :
Cash + cash equivalent
Alat-alat likuid yang dikuasai bank adalah bagian dari kekayaan bank
(aktiva) yang berbentuk uang tunai (cash). Komponen-komponen alat
likuid untuk semua jenis bank adalah sama, yaitu saldo kas dan saldo rekening pada BI. Untuk memperhitungkan cash ratio, hanya dua pos diatas saja yang dianggap sebagai alat-alat likuid. Namun secara teoritis masih ada lagi komponen alat likuid yang diuasai yakni saldo giro pada bank lain disamping saldo khusus untuk jaminan clearing. Khusus untuk saldo jaminan clearing jumlahya telah termasuk dalam saldo rekening pada BI (margo,1998).
Ketika pemerintah menurunkan batas minimal cash ratio dari 15%
menjadi 2%, tujuan pemerintah agar bank lebih leluasa memberikan kredit
kepada masyarakat karena turunya batas minimal cash ratio maka
loanable fund akan menjadi besar. Dengan lebih leluasanya bank
memberikan kredit menunjang harapan pemerintah agar bisa menggalakkan perekonomian melalui peningkatan produktivitas sektor riil. Tetapi kemudian batas minimal 2% dikhawatirkan akan menimbulkan masalah baru yaitu inflasi, akibat bertambahnya jumlah uang beredar. Kekhawatiran ini mendasari kebijakan batas minimal 2% diubah menjadi
3% dan terakir diubah lagi menjadi 5%, sehingga mengakibatkan loanable
fund lebih kecil dibandingkan dengan batas minimal cash ratio 2%.
Penentuan cash ratio merupakan pilihan yang saling bertolak belakang
bagi dunia perbankan, jika cash ratio ditentukan pada posisi tinggi agar
dari pendapatan bunga akan kecil. Sebaliknya jika posisi cash ratio rendah
maka loanabel fund besar yang jika direalisasi dalam bentuk kredit maka
profit bank dari pendapatan bunga akan besar (margo,1998).
Diskusi Panel Economic Outlook 2008 menyebutkan bahwa cash ratio
juga mempunyai hubungan yang negatif dengan LDR, dimana saat cash
ratio tinggi dapat diartikan bahwa dana yang ada pada bank digunakan
untuk menjaga batas likuiditas minimum sehingga dana yang dipinjamkan kecil (LDR turun). Hal ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi profitabilitas bank yang juga akan semakin menurun karena semaikin berkurangnya pendapatan bank dari bunga.
Selain hubungannya dengan LDR, cash ratio juga mempunyai
hubungan yang berbanding lurus dengan CAR, dimana saat cash ratio
tinggi, maka permodalan suatu bank juga dapat dikatakan tinggi (Walewangko, 2008).
Komponen kewajiban segera dibayar menurut sinaungan dalam bukunya yang berjudul manajemen dana bank adalah:
a. Giro, yang dimsukkan ke dalam pos ini adalah: simpanan-simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan.
b. Deposito berjangka, yang dimasukkan dalam pos ini adalah deposito
c. Tabungan, yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah: simpanan-simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat da cara-cara tertentu.
d. Kewajiban jangka pendek lainnya, yang dimasukkan ke dalam pos ini
adalah semua kewajiban bank kepada pihak ketiga selain kewajiban yang disebutkan yaitu giro, deposito dan tabungan yang berjangka waktu sampai dengan 24 bulan dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar. Di dalam pos ini dicatat pula semua kewajiban baik kepada pemerintah pusat seperti pajak penghasilan (pph), pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak-pajak lainnya yang masih harus disetorkan ke kas negara. Jika suatu bank ingin memperbesar cash ratio maka cara yang harus ditempuh sebaiknya memperbesar posisi aktiva lancar yaitu kas dan simpanan giro di BI atau memperkecil kewajiban jangka pendek lainnya.
8. Loan Deposit Ratio
Loan deposit Ratio/banking ratio adalah perbandingan antara kredit dan simpanan (sinaungan,1993):
Total Loans LDR = X 100% Total Deposit
Di negara berkembang seperti Indonesia kegiatan memberikan
pinjaman (loan) sangat vital dalam mencapai tujuan perusahaan bank yaitu
karena bank masih harus menyediakan sejumlah uang dari dana-dana tersebut sebagai cadangan yang dipergunakan untuk pembayaran, apabila sewaktu-sewaktu pihak ketiga menarik simpanannya. Rumus berikut menunjukkan berapa besar dana yang dipunyai bank untuk bisa memberikan kredit (Setyawati, 2007).
Loanable Fund = alat likuid - % batas minimal cash ratio. Oleh karena itu, besarnya Loanable Fund sangat bergantung pada ketetapan likuiditas minimum/cash ratio. Jika BI menetapkan cash ratio kecil maka pihak bank mempunyai loanable yang besar, begitu pula sebaliknya.
Penanaman dana yang bisa dilakukan oleh bank meliputi (sinaungan dalam margo, 1998):
1. Penanaman dalam bentuk pemberian pinjaman atau kredit adalah penanaman dana bank yang terbesar, ini bisa dilihat dari sisi aktiva pada pos piutang/loan, mempunyai tampilan yang paling besar dibandingka pos-pos yang lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika pendapatan terbesar bank adalah dari pendapatan bunga.
3. Penanaman dan penyertaan, adalah penanaman dana yang sifatnya hanya sementara dan harus mendapat izin dari BI, karena aktivitas ini sebetulnya menyimpang dari usaa pokok bank
4. Penanaman dalam harta tetap dan inventaris, bagi bank swasta yang baru berdiri tidak boleh melebihi 50% dari modal setor, sedangkan bagi yang sudah beroperasi tidak boleh melebihi 50% dari modal setor ditambah cadangan bebas. Untuk bank negara harus sesuai dengan anggaran investasi yang telah digariskan dalam rencana kerja.
Dalam penelitian ini difokuskan pada kredit sebagai salah satu unsur dalam menghitung loan deposit ratio. Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan kontra prestasi berupa bunga (Sinungan, 1993:3). UU Republik Indonesia no 7 tahun 1992 tentang perbankan memberi definisi kredit sebagai penyadiaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetjuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
berlaku juga sebaliknya. Mengingat sangat kompleksnya pengelolaan aktiva dan pasiva suatu bank dan tentu saja melibatkan berbagai macam bagian dari suatu bank, kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh suatu badan di dalam bank yang terdiri dari wakil-wakil berbagai bagian dalam bank Assetliability committee atau Alco merupakan suatu bentuk komite atau badan yang melaksanakan tugas tersebut (sinaungan,1993).
Pemberian kredit dan penerimaan simpanan baik berupa giro, deposito maupun tabungan merupakan tulang punggung kegiatan bank, karena sesuai dengan definisi bank menurut UU Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Loan Deposit Ratio merupakan salah satu faktor yang harus dinilai
dalam kesehatan bank. Batasan yang diberikan oleh pemerintah melalui BI
adalah LDR ≥ 110% nilainya 0 sedangkan jika LDR < 110% nilainya 5.
berakibat pada sikap kurang percaya masyarakat terhadap bank dan sebagai dampaknya masyarakat enggan berhubungan dengan bank. Sudah barang tetu hal tersebut berdampak negatif terhadap bank karena pendapatan/profit bank akan berkurang. Pada sisi lain kekhawatiran bahwa tinggi atau besarnya kredit/piutang/loan, mengisyaratkan pula bahwa ada
kredit macet yang cukup besar. Oleh karena itu, dengan kelemahan loan
deposit ratio yang terlalu tinggi maka pada akhirnya kelemahan tersebut akan berakibat terhadap penurunan profitabilitas ROA (Margo, 1998).
Selain pengaruhnya terhadap ROA, Djoko Retnadi,Eko B. Supriyanto dalam bukunya yang berjudul Memilih bank yang sehat: kenali kinerja dan pelayanannya menyebutkan juga bahwa ada pola hubungan yang teratur antara LDR terhadap CAR, bahwa dengan semakin besar LDR sebuah bank, maka CAR bank tersebut akan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena dana yang ada pada bank lebih banyak digunakan untuk penyaluran kredit, sehingga modal bank menjadi menurun dimana hal ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi laba suatu bank.
9. Manajemen Permodalan
meliputi modal yang disetor oleh pemiliknya ditambah cadangan umum dan cadangan lainya serta ditambah lagi sisa laba/rugi tahun-tahun yang lalu maupun tahun yang berjalan. Sementara fungsi modal adalah:
a. Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian yang
tidak dapat dihindarkan.
b. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
usahanya sampai batas-batas tertentu.
c. Sebagai alat pengukur besar-kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh para
pemegang saham.
d. Dengan modal yang cukup memungkinkan bagi manajemen bank untuk
bekerja dengan efisiensi yang tinggi seerti yang dikehendaki oleh para pemegang saham.
ekonomi yang kodusif bagi pembangun. Tugas yang dilakukan oleh bank berkaitan dengan modal adalah strategi penempatan modal. Bagaimana suatu bank mengoperasikan modal dengan hasil yang optimal dan resiko sekecil mungkin dan bagaimana mempertahankan posisi capital yang tinggi serta selektif terhadap pemberian kredit karena kerugian akibat pengelolaan kredit yang salah akan menyerap modal (Mulyono, 1998:143-144).
Manajemen permodalan meliputi capital adequacy ratio atau capital asset ratio dan loan deposit ratio, BI menetapkan standar penilaian permodalan dengan menggunakan capital adequacy ratio (CAR). CAR mengukur kemampuan permodalan yang ada serta menutup kemungkinan kerugian dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Semakin besar ketentuan minimum CAR yang ditetapkan oleh BI maka semakin besar pula modal yang harus disediakan oleh bank.
Alat untuk mengetahui kecukupan modal antara lain capiatal adequacy ratio dan capital asset ratio (Mulyono, 1999:118-120 dalam Margo Mulyo, 2003).
Equity Capital
Capital Adequacy Ratio = x 100% Total Loans + Securities
Equity Capital
Capital Asset Ratio = x 100%
Tujuan utama analisis dalam menggunakan rumus permodalan ini adalah:
a. Apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung
kegiatan bank secara efisien
b. Apakah permodalan bank akan mampu untuk menutupi
kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan
c. Apakah kekayaan bank (kekayaan pemegang saham) semakin besar
atau semakin kecil.
Pemerintah mengharapkan bank mempunyai CAR yang cukup. Hal ini mengisyaratkan bahwa pemberian kredit/loan dan penurunan asset oleh
bank masih dapat ditutup oleh equity capital yang tersedia, dimana bank
harus ditunjang oleh struktur permodalan yang kuat. Hal ini juga
mempengaruhi pada meningkatnya likuiditas minimum Cash Ratio, karena
dengan modal yang kuat, maka likuiditas minimum sebuah bank juga akan semakin baik.
Modal bank merupakan manifestasi dan keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan. Modal bank digunkan untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat amat penting bagi bank karena dengan rasa percaya masyarakat berhubungan dengan bank, baik untuk menyimpan, memperoleh kredit maupun dalam bidang usaha bank yang lain. Dampak dari sikap positif masyarakat tersebut akan meningkatkan pendapatan bank yang kemudian bermuara
C. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini berbeda dengan penalitian terdahulu yang dilakukan oleh :
1. Margo Mulyono dan Nurdin Kaimiddin yang berjudul Pengaruh
Cash Ratio, Loan Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Public di Indonesia Periode Amatan Th. 1995 s/d 1998. Penelitian terdahulu menggunakan metode
penelitian regresi linear berganda dan menghasilkan beberapa
kesimpulan yaitu, Cash Ratio dan Loan Deposit ratio tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On Asset, Capital
Asset Ratio memiliki pengaruh positif yang signifikan dengan
Return On Asset dimana ketika Capital Asset Ratio positif Return On Asset juga positif namun manakala Capital Asset Ratio negatif
d tahun 1998 maka Return On Asset juga negatif , dan indikasi
bahwa baik Cash Ratio maupun Loan Deposit Ratio memiliki
kecenderungan negatif dengan Return On Asset disebabkan karena
nilai Cash Ratio dan Loan Deposit Ratio yang berkembang positif
dari tahun ke tahun diikuti dengan negatifnya nilai Return On Asset
2. Latifah Setiyawati yang berjudul PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA periode amatan tahun 2001-2005. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian regresi kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:
1. Rata-rata LDR bank selama 2001 -2005 adalah sebesar 44,46 %. Rata-rata LDR tertinggi dimiliki oleh Bank NISP yaitu sebesar 71,76 % dan rata-rata LDR terendah dimiliki oleh Bank Lippo yaitu sebesar 19,22 %. Secara keseluruhan LDR semua bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang menetapkan batas aman LDR adalah sebesar 110%. 2. Rata-rata CAR bank selama tahun 2001 – 2005 adalah 18 %,
yang berarti secara umum telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI yaitu tidak kurang dari 8 %. Bank Lippo merupakan bank dengan rata-rata CAR tertinggi yaitu sebesar 40 %, sedangkan rata-rata CAR terendah dimiliki oleh Bank Permata yaitu sebesar 6 %.
dimiliki oleh Bank BII yaitu sebesar 1,68 %. Secara Keseluruhan Tingkat ROA bank masuk kategori cukup sehat. 4. Rata-rata harga saham relatif bank selama tahun 2001 – 2005
naik sebesar 0,10 % dengan rata-rata terendah dimiliki oleh Bank Internasional Indonesia yaitu turun sebesar 0,48 %, dan rata-rata tertinggi dimiliki oleh Bank Pan Indonesia dengan kenaikan sebesar 1,84 %.
5. Secara simultan terdapat pengaruh antara loan to deposit ratio (LDR), capital adequacy ratio (CAR), dan return on assets (ROA) terhadap harga saham perusahaan perbankan, yaitu sebesar 19 %, sedangkan secara parsial hanya variabel CAR dan ROA yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan perbankan yatu sebesar 11,70 % dan 11,69 %. 6. Dari variabel loan to deposit ratio (LDR), capital adequacy
ratio (CAR), dan return on assets (ROA), CAR merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap harga saham perbankan yaitu sebesar 11,70 %.
3. Heri Sutadanu, yang berjudul Pengaruh Loan to Deposit Ratio dan Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Asset Bank, pada penelitian ini yang menjadi variabel independen hanya Loan to Deposit Ratio dan Capital Adequacy Ratio, dengan menggunakan analisis statistik parametrik yakni analisis statistik regresi multipel dan korelasi multipel. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan tahunan sebagai data dari 9 bank davisa selama tahun 2000-2003 sebagai sampel penelitian.
4. Donnie Bayu Pranoto dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Pengaruh Cash Ratio, Loan Deposit Ratio Dan Capital Asset Ratio Terhadap Profitabilitas Bank Go Public Di Indonesia Periode
Tahun 2005 – 2007, menyebutkan bahwa dari hasil analisis secara
parsial dengan menggunakan metode regresi linier berganda metode entered menunjukkan bahwa Cash Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap Return on Asset. Loan Deposit Ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return on Asset. Selanjutnya, pada sisi permodalan yang diukur dengan Capital Asset Ratio menunjukkan pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap Return on Asset
5. Kyriaki Kosmidoua, Constantin Zopounidisb yang berjudul
Measurement Of Bank Performance In Greece (Pengukuran
digunakan untuk mengevaluasi kinerja bank komersial dan bank koperasi di Yunani. Metode Promethee dianggap sebagai perpanjangan dari sistem penilaian CAMEL, yang secara luas digunakan dalam penilaian kinerja perbankan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bank-bank komersial cenderung untuk
meningkatkan account, untuk menarik lebih banyak pelanggan dan
memperbaiki indeks financial mereka sehingga menjadi lebih kompetitif dan memaksimalkan keuntungan mereka. Dalam pandanga kedua perbankan, bank-bank komersial cenderung untuk memperbaiki kinerja dan nilai risiko keuangan agar lebih kompetitif di antara lembaga perbankan Eropa. Mengenai bank koperasi di Yunani, kesimpulan tidak begitu seragam, karena ada bank yang meningkatkan keuntungan dan pasar saham, sementara yang lain melaporkan indeks keuangan memburuk. Akhirnya, sebuah analisis komparatif Yunani dan Eropa terhadap bank komersial dan koperasi memerlukan penelitian lebih lanjut. Dalam pandangan globalisasi pasar dan reformasi lingkungan keuangan yang telah dibuat, sebuah studi dari Yunani dan Sistem efisiensi bank Eropa yang didasarkan pada keuangan, pasar saham dan melakukan kriteria strategis.
6. Dalam penelitiannya yang berjudul Operating Performance Of The
Banking Industry: An Empirical Investigation Of The South
Mamatzaki, Anastasia Koutsomanoli-Filippaki, mengkaji kinerja operasi industri perbankan Selatan Eropa Timur (SEE) selama periode 1998-2003. Untuk tujuan ini, kami menyelidiki empiris hubungan antara biaya operasi dan bank, pasar dan negara karakterisitik tertentu. Kinerja operasi secara positif berkaitan dengan kualitas pinjaman dan ukuran asset atau pangsa pasar bank, dan terkait negative dengan likuiditas, kredit dan usia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dan menghasilkan kesimpulan bahwa biaya operasional telah menurun di semua sektor perbankan selama periode amatan 1998-2003, kecuali untuk FYR Macedonia dan Serbia Montenegro karena kedua negara tersebut menggunakan pendekatan khusus untuk selalu memperbaiki kinerja operasi sector perbankannya dari waktu ke waktu. Bagaimanapun, biaya operasional dan komponen-komponennya masih sangat tingi apabila dibandingkan dengan bank-bank mitra Eropa lainnya.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh Cash Ratio, Loan Deposit
Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Return On Asset pada perusahaan sektor perbankan d Bursa Efek Indonesia, baik secara individual maupun secara bersama-sama pengaruhnya terhadap ROA setelah menelusuri konsep,
ratio dan capital asset ratio, berarti antara variabel independen terdapat korelasi sehingga pada penelitian ini digunakan pendekatan analisis jalur.
Paradigma penelitian ini diilustrasikan pada gambar berikut ini :
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari seragkaian masalah yang ditetapkan (Abdul Hamid,2007:22).
I. Hipotesis
Hipotesa merupakan dugaan sementara yang disusun oleh peneliti dan akan diuji kebenarannya melalui penelitan yang dilakukan. Perumusan hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Hipotesis 1
Ho : CR, LDR dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
Ha : CR, LDR dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA
Hipotesis 2
Ho : CR tidak berpengruh signifikan terhadap ROA
Ha : CR berpengruh signifikan terhadap ROA
Hipotesis 3
Ho : LDR tidak berpengruh signifikan terhadap ROA
Ha : LDR berpengruh signifikan terhadap ROA
Hipotesis 4
Ho : CAR tidak berpengruh signifikan terhadap ROA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian bersifat studi kasus dengan cara mengumpulkan, mempelajari, menganalisis dan mengintegrasikan variabel-variabel dari hasil publikasi Laporan Keuangan Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian dan diolah berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang ditentukan peneliti.
Objek penelitian terbatas pada perusahaan perbankkan go-publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tersedianya laporan keuangan selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Adapun variabel bebas yang
digunakan untuk menganaisis pengaruh tersebut adalah rasio likuiditas (cash
ratio, loan deposit ratio) dan rasio permodalan (Capital Asset Ratio)
sedangkan variabel terikatnya adalah rasio profitabilitas yang dalam penelitian
ini hanya menggunakan renturn on asset.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah bagia dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2009:81). Pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi sampel adalah sebagai berikut ini:
1. Perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Mengeluarkan laporan keuangan yang lengkap selama 2006-2008
berturut-turut.
3. Tidak melakukan merger/akuisisi selama periode amatan.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jadi dan dipublikasikan. Data-data diperoleh dari pusat referensi pasar modal (PRPM) di Bursa Efek Jakarta. Data tersebut adalah laporan keuangan sektor perbankkan selama periode penelitian yaitu dari tahun
2006 sampai dengan 2008.
c. Riset kepustakaan
D. Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahap – tahap sebagai berikut :
1. Analisis jalur (Path Analysis)
Analisa dalam penelitian ini menggunakan metode analisis jalur
atau Path Analysis. Pengertian analisis jalur adalah penggunaan analisis
regresi untuk menaksir hubungan kasualitas antar variable (model kasual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Imam Ghozali, 2005:160). Menurut Robert D. Retherford, 1993 dalam Novi, 2009) analisis jalur ialah suatu tekhnik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variable bebasnya mempengaruhi variable tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung.
Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan esimasi tingkat kepentingan
(magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat
hipoteka dalam seperangkat variabel. (Pail Webley 1997 dalam Novi, 2009).
Analisis jalur dikembangkan oleh Sewal Wright pada tahun 1934 (Ridwan, engkos: 17) dengan tujuan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung secara relatif dinyatakan oleh besaran numerik koefisien jalur (Path Analysis).
Model path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat
atau “a set of hypothesized casual asymmetric relation among the
variables”. Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian dalam kerangkan
path analysis berkisar pada:
• Apakah variabel eksogen (X1, X2, …, Xk) berpengaruh terhadap variabel
endogen Y?
• Berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal total maupun simultan
seperankat variabel eksogen (X1, X2, …, Xk) terhadap variabel endogen
Y?
Adapun langkah-langkah umum yang lazim digunakan dalam analisis jalur adalah sebagai berikut (engkos,2007):
1) Menggambarkan Diagram Jalur. Diagram Jalur mencerminkan hipotesis
konseptual sehingga memperjelas posisi variabel penyebab dan variabel akibat yang menjadi objek penelitian. Persamaan umumnya adalah :
PyX = PyxX+ε.
2) Menghitung korelasi antar variabel X1, X2, ...., Xn dan Y.
3) Menghitung matriks korelasi antar variabel eksogen.
4) Menghitung matriks invers dari matrik korelasi antar variabel eksogen
5) Menghitung koefisien jalur dengan rumus :
Pyxi =
∑
6) Menghitung koefisien determinasi total X1, X2, ...., Xn terhadap
variabel Y dengan Rumus :
R2 yx1 ... xn =
∑
7) Menghitung koefisien jalur variabel luar (Pyε) terhadap Y dengan
rumus.
Setelah dihitung koefisien jalurnya, langkah selanjutnya adalah menguji kebermaknaan atau keberartian koefisien jalur tersebut. Meperhatikan berbagai karakteristik setiap variabe penelitian yang diuji, maka terdapat dua tahapan pengujian dalam analisis jalur, yaitu pengujian secara keseluruhan dan pengujian individual (engkos, 2007), dengan rincian sebagai berikut :
1) Pengujian sinifikansi pengaruh dilakukan dengan
menggunakan uji t, dengan proses sebagai berikut :
H0 : ρYXi = 0 H1 : ρYXi ≠ 0 Dimana I = 1, 2, …, n
Statisitik uji individual yang dipergunakan adalah :
ti =
2) Perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung dari
masing-masing variabel adalah sebagai berikut : Pengaruh langsung :
Y Xi Y : (Pyxi)(pyxi) x 100%
Pengaruh tidak langusng :
Y Xi Ω Hj Y :
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasi Variabel Penelitian ini merupakan bagian yang paling penting dalam bab ini, karena menjelaskan pengertian serta cara mengukur dari masing-masing variabel. Definisi operasi varabel dalam penelitian ini meliputi, definisi variabel independen dan dependen.
Tabel 3.1
Nama Variabel Konsep Variabel Skala Data
Return on asset Rasio
Cash ratio Aktiva Lancar
Kewajiban lancar Rasio
Loan deposit ratio Rasio
Capital asset ratio Rasio
• Variabel Dependen
Ada berbagai cara untuk mengukur profitabilitas, tetapi dalam penelitian ini menggunakan ROA mengacu pada surat edaran BI No. 26/5/BPPP perihal tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, mengemukakan bahwa untuk mengukur kesehatan bank dari sudut
rentabilitas salah satunya adalah dengan melihat posisi Return On Asset
( Margo Mulyono, 1998). Net profit after tax
ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan (Syamsuddin, 1995:63 dalam Margo Mulyo, 2003)
• Variabel Independen
a. Cash Ratio
Cash Ratio adalah alat pengukuran likuiditas minimum yang wajib dipelihara oleh setiap bank. Cash ratio merupakan perbandingan antara alat-alat likuid yang dukuasai bank, dengan kewajiban yang segera bagdibayar (margo, 1998).
Alat-alat likuid yang dikuasai Cash ratio = x 100% Kewajiban-kewajiban segera dapat dibayar
Alat-alat likuid yang dikuasai bank adalah bagian dari kekayaan
bank (aktiva) yang berbentuk uang tunai (cash). Komponen-komponen
alat likuid untuk semua jenis bank adalah sama, yaitu saldo kas dan saldo rekening pada BI. Untuk memperhitungkan cash ratio, hanya dua pos diatas saja yang dianggap sebagai alat-alat likuid.
b. Loan Deposit Ratio
Loan deposit Ratio/banking ratio adalah perbandingan antara kredit dan simpanan (Sinanungan, 1993):
Di negara berkembang seperti Indonesia kegiatan memberikan
pinjaman (loan) sangat vital dalam mencapai tujuan perusahaan bank
yaitu memperoleh profit optimal. Loanable funds yaitu bagian dari dana-dana yang dapat digunakan untuk memberikan pinjaman atau dana-dana yang dapat dijadikan kredit. Tidak semua dana digunakan untuk perkreditan karena bank masih harus menyediakan sejumlah uang dari dana-dana tersebut sebagai cadangan yang dipergunakan untuk pembayaran, apabila sewaktu-sewaktu pihak ketiga menarik simpanannya. Oleh karena itu, besarnya Loanable Fund sangat bergantung pada ketetapan likuiditas minimum/cash ratio. Jika BI menetapkan cash ratio kecil maka pihak bank mempunyai loanable yang besar, begitu pula sebaliknya.
c. Capital Asset Ratio
Alat untuk mengetahui kecukupan modal antara lain capiatal adequacy ratio dan capital asset ratio (Mulyono, 1999:118-120 dalam Margo Mulyo, 2003).
Equity Capital
Capital Adequacy Ratio = x 100% Total Loans + Securities
Equity Capital
Capital Asset Ratio = x 100%
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Profitabilitas
Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Riyanto,2001:35). Profitabilitas diukur dengan ROA yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya,2003:120). ROA adalah rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan total asetnya (Santoso,2000:32) atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari asset perusahaan. Dan menurut Munawir (2001:65),
profitabilitas ialah keefektifan operasi serta derajat keuangan suatu perusahaan.
ROA mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana, yang sering disebut dengan hasil pengembalian atas investasi
(Return On Investment, ROI). Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran
profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bank adalah kemampuan bank untuk menghasilkan laba tertentu dengan menggunakan aktiva yang tertentu pula. Profitabilitas diukur dengan rasio antara laba bersih dengan total aktiva yang digunakan. Dan dalam penelitian ini profitabilitas yang akan diukur adalah profitabilitas perbankan yang mencerminkan tingkat efisiensi usaha perbankan. Biasanya apabila profitabilitas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini akan mempengaruhi harga saham bank tersebut. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset (Dendawijaya,2003:120).
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.
Beberapa indikator untuk menentukan profitabilitas menurut Susilo (2000:32) adalah: (1) ROA, adalah perbandingan antara keuntungan dengan nilai total
asetnya, dan (2) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara
keuntungan yang diperoleh bank dengan total modal sendiri. Menurut Muljono dalam Enderayanti (2005:29) perubahan rasio ROA ini dapat dikarenakan sebab antara lain (1) lebih banyak asset yang digunakan, hingga
membuat operating income dalam skala yang lebih besar, (2) adanya
kemampuan manajemen untuk mengalihkan portofolio / surat berharga ke
jenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi, (3) adanya kenaikan
tingkat bunga secara umum, dan (4) adanya pemanfaatan aset-aset yang semula tidak poduktif menjadi aset produktif.
Sedangkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui tingkat profitabilitas adalah (a) masyarakat, (b) pemegang saham, (c) perpajakan, (d) pemerintah, (e) karyawan dan (f) manajemen bank.
bank mana yang akan membiayai proyeknya. Begitu juga bagi seseorang yang akan melaksanakan transaksi dengan luar negeri akan dapat memilih bank yang tepat. Dari laba / rugi yang diumumkan dengan dihubungkan dengan pos-pos neraca (pasiva dan aktiva), masyarakat umum juga akan mampu membuat perhitungan secara kasar tentang tingkat efisiensi bank yang bersangkutan dalam melaksanakan kegiatannya.
Untuk kepentingan pemegang saham, sebagian bank-bank di Indonesia pada saat ini dimiliki oleh kelompok yang terbatas antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah dan sekelompok individu pengusaha dan setelah itu
segelintir bank yang go public. Sehingga kepentingan para pemilik disini
Tingkat profitabilitas bagi kepentingan perpajakan dimaksudkan agar dengan mempelajari laporan-laporan keuangan yang telah diumumkan maka pihak pajak akan dapat lebih mudah menjalankan tugasnya dalam menetapkan besarnya pajak perseroan bagi bank yang bersangkutan. Pemerintah juga berkepentingan untuk mengetahui tingkat profitabilitas bank karena pemerintah menganggap bank sebagai kesatuan usaha yang vital dengan tugas untuk membantu mengatur kegiatan perekonomian negara pada umumnya dan kegiatan moneter pada khususnya. Bank-bank terutama bank pemerintah merupakan alat untuk melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang moneter. Mengingat kedudukannya strategis tidaklah mengherankan apabila Bank Indonesia merasa perlu mengadakan pengawasan dan pembinaan yang intensif terhadap bank-bank pemerintah maupun swasta dalam hal penentuan CAR atau rasio kecukupan modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank.