• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Keparahan Penyakit Periodontal Secara Klinis dengan Kehilangan Tulang Alveolar Pada Perempuan Menopause

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Keparahan Penyakit Periodontal Secara Klinis dengan Kehilangan Tulang Alveolar Pada Perempuan Menopause"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPARAHAN PENYAKIT

PERIODONTAL SECARA KLINIS DENGAN

KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PADA

PEREMPUAN MENOPAUSE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Oleh :

LAIDINI AYU SIREGAR NIM: 110600025

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2015

Laidini Ayu Siregar

Hubungan Antara Keparahan Penyakit Periodontal Secara Klinis dengan Kehilangan Tulang Alveolar Pada Perempuan Menopause.

xi + 38 halaman

Menopause merupakan suatu fase berhentinya menstruasi disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium. Pada fase ini kadar hormon estrogen dalam tubuh menurun yang menyebabkan banyak perubahan fungsi tubuh, salah satunya adalah perubahan pada jaringan periodonsium berupa kehilangan perlekatan, peningkatan kehilangan tulang alveolar, dan kehilangan gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keparahan penyakit periodontal secara klinis dengan kehilangan tulang alveolar pada perempuan menopause.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan rancangan Cross Sectional.Subjek penelitian diperoleh dari dua kelompok yaitu perempuan sudah menopause dan perempuan belum menopause yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan klinis yaitu pemeriksaan indeks periodontal Russel serta pemeriksaan radiografi panoramik untuk menilai kehilangan tulang alveolar.Analisis data keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar pada masing-masing kelompok dilakukan secara statistik dengan Uji T Independen, sedangkan analisis hubungan antara keparahan kedua variabel tersebut dilakukan dengan Uji Korelasi.

(3)

menopause (3,74+0,99) dan hasilnya bermakna secara statistik yaitu nilai p=0,000 (p<0,05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat korelasi positif antara indeks periodontal dengan kehilangan tulang alveolar pada kelompok perempuan belum menopause dan perempuan menopause dengan korelasi tidak signifikan secara statistik (p=0,063 dan p=0,43). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar pada perempuan menopause.

(4)

Faculty of Dentistry

Departement of Periodontology 2015

Laidini Ayu Siregar

Relationship Between Severity of Clinical Periodontal Disease with Alveolar Bone Loss In Women Menopause.

xi + 38 pages

Menopause is a phase of cessation of menstruation due to loss of ovarian follicular activity. In this phase the levels of the hormone estrogen in the body decreases which causes a lot of changes in body functions, one of which is the change in the network periodonsium form of periodontal attachment loss, increased alveolar bone loss and tooth loss. The purpose of this study was to determine the relationship between clinical severity of periodontal disease with alveolar bone loss in postmenopausal women.

This research is descriptive analytic research using cross sectional design. Subjects were obtained from two groups of women are menopausal and premenopausal women were selected based on inclusion and exclusion criteria. Data collection is done by performing a clinical examination is the examination Russel periodontal index and panoramic radiographs to assess alveolar bone loss. Data analysis severity of periodontal disease with alveolar bone loss in each group performed statistically with Independent T test, while the analysis of the relationship between the two variables severity done Correlation Test.

(5)

female menopause with no statistically significant correlation (p = 0.063 and p = 0.43). The conclusion of this study there was no correlation between the severity of periodontal disease with alveolar bone loss in menopause women.

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 12 Juni 2015

Pembimbing Tanda tangan

(7)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal 12 Juni 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Rini Octavia Nasution, drg., SH., Sp.Perio., M.Kes ………

ANGGOTA : 1. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D ……… 2. Zulkarnain, drg., M.Kes ....………

Mengetahui : KETUA DEPARTEMEN

Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D ………

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Uswatun hasanah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Skripsi ini yang berjudul Hubungan Antara Keparahan Penyakit Periodontal Secara Klinis dengan Kehilangan Tulang Alveolar pada Perempuan Menopause disusun dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit periodontal pada perempuan menopause yang dari beberapa penelitian sebelumnya telah diketahui penurunan level estrogen dan progesteron berpengaruh terhadap kondisi periodontal dan tulang alveolar perempuan menopause sehingga penulis tertarik meneliti hubungan antara kedua variabel tersebut.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tersayang, Ibunda Pike Harsida Harahap dan Ayahanda dr. Alam Hasinoan Siregar, Sp.Rad yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, mendoakan, memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada saudara- saudara penulis tercinta, Kakanda Lainufar Rahma Siregar, S.Farm, Abangda Alfarisi Hikmatullah Siregar, S.Psi, adik penulis Haspi Apriansyah Siregar dan Nenek tersayang Nur Aslam Siregar, mereka yang telah banyak mendukung, mendoakan serta memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, dukungan, motivasi serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(9)

3. Rini Octavia Nasution, drg., SH., Sp.Perio., M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya.

4. Siti Bahirrah Lubis, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing akademik penulis, yang telah membina dan mengarahkan penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Periodonsia yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Maya Fitria, S.K.M, M.Kes selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah membimbing penulis dalam pengolahan data. 7. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Fajar Fitriah Lestari, Novita Eka Putri

Butar-Butar, Rizqa Ayunda, Sorayya Moriza, Surtiva M Pulungan, Vinda Dewi Anggela, Aisyah Safitri, Cici Handayani, Fatma Sari Lubis, Lovia Wulanda, Ulfa Fitriah Anggraini, Amalia Ihsani dan juga teman-teman angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

8. Kak Ruth Marina yang telah membantu dalam proses pengolahan data sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

9. Teman-teman seperjuangan di Departemen Periodonsia: Vinda, Novita, Surayya, Julia, Michelle, Anushiya, Dziah, Restu, Annysa, Dwi, Fellicia, Diah Okty, Febrina, Felix, Robert, Sona, Lisna, Elang, Xinyi, Intan, Eka.

10. Tanoto Foundation Group yang telah memberi bantuan danapenelitian ini sehingga skripsi ini berjalan dengan baik.

(10)

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat dan diridhoi oleh Allah SWT.

Medan, 12 Juni 2015 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………...

HALAMAN PERSETUJUAN………

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………...

(12)

2.4 Kerangka Teori……….. 13

2.5 Kerangka Konsep………... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……… 15

3.1 Rancangan Penelitian……… 15

3.2 Lokasi Penelitian………... 15

3.3 Waktu Penelitian……… 15

3.4 Populasi dan Subjek……….. 15

3.4.1 Populasi……… 15

3.4.2 Subjek………. 15

3.5 Besar Sampel………. 16

3.6 Variabel Penelitian………. 17

3.7 Definisi Operasional……….. 18

3.8 Alat dan Bahan………... 18

3.8.1 Alat………... 18

3.8.2 Bahan………... 19

3.9 Alur Penelitian……… 19

3.10 Prosedur Penelitian…..……… 19

3.11 Pengolahan dan Analisis Data……….. 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN………...……… 23

3.1 Hasil Penelitian…………..……… 23

3.2 Pengujian Hipotesis………... 29

BAB 5 PEMBAHASAN……… 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 35

6.1 Kesimpulan………. 35

6.2 Saran……… 35

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fase Klimakterium...………... 6

2. Skema Bagaimana Defisiensi Estrogen Menyebabkan Penyakit

Periodontal yang Parah………... 11

3. Radiografi Panoramik dan pengukuran kehilangan tulang alveolar

pada subjek peneltian 21

4. Perbandingan radiografis kehilangan tulang alveolar pada perempuan belum menopause dengan perempuan sudah

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi operasional………...…. 18

2. Kriteria indeks Periodontal………...……….. 20

3. Karakteristik umum subjek penelitian………...…………. 23

4. Data perawatan gigi subjek penelitian………..………... 24

5. Data deskriptif subjek penelitian………. 25

6. Perbandingan indeks periodontal pada perempuan yang belum menopause dan perempuan yang sudah menopause………... 26

7. Perbandingan kehilangan tulang pada perempuan yang belum menopause dan perempuan yang sudah menopause………... 27

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Komisi Etik

2. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian 3. Lembar persetujuan setelah penjelasan 4. Kuesioner

5. Lembar pemeriksaan subjek penelitian

6. Lembar pengukuran radiografis subjek penelitian 7. Hasil analisis data

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua secara alamiah menyebabkan perubahan fisik dan psikologis terutama pada perempuan.1,2 Fase menopause merupakan peristiwa biologis yang pasti akan dialami perempuan berusia lanjut.3

Pada saat ini, proporsi penduduk usia lanjut bertambah lebih cepat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup dibandingkan kelompok usia lain.1,4,5 Sejalan dengan itu, harapan hidup bagi perempuan meningkat secara signifikan dan sebagian besar perempuan menghabiskan sepertiga kehidupannya setelah menopause.6 Data sensus penduduk tahun 2010, menunjukkan jumlah penduduk perempuan Indonesia usia 60-64 tahun mencapai 3,1 juta, 65-69 tahun mencapai 2,4 juta, dan 70-74 tahun mencapai 1,9 juta.7 Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 5.320.000 perempuan Indonesia memasuki masa menopause per tahunnya, dan 68 persen dari jumlah tersebut mengalami gejala-gejala menopause.3

Menopause adalah proses fisiologis yang ditandai dengan berhentinya menstruasi secara permanen.8-13 Menopause terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir, tetapi kepastiannya baru dapat diperoleh jika seorang perempuan sudah tidak mengalami siklus haid lagi selama minimal 12 bulan.2,13 Hal ini terjadi karena pembentukan hormon estrogen dan progesteron di ovarium berkurang selama menurunnya fase folikular dan fluteal, sehingga ovarium berhenti melepaskan sel telur.2,14 Akibatnya aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali.2 Menopause dibagi atas empat tahap yaitu pramenopause, perimenopause, menopause, dan pascamenopause.15

(17)

xerostomia (mulut kering) dan penipisan mukosa rongga mulut.9,11,14 Pada jaringan periodonsium, berkurangnya kadar estrogen pada perempuan usia lanjut dihubungkan dengan gingivitis, peningkatan kehilangan tulang alveolar, kehilangan perlekatan jaringan periodontal, peningkatan keparahan penyakit periodontal dan kehilangan gigi.9,12,17,18

Umumnya keparahan penyakit periodontal pada perempuan yang sudah menopause lebih tinggi dibandingkan perempuan yang belum menopause.18 Kerusakan jaringan periodontal meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.19 Penelitian yang dilakukan WHO tentang prevalensi penyakit periodontal pada usia lanjut di Chicago, Amerika Serikat tahun 2010 menunjukkan prevalensi penyakit periodontal mengalami peningkatan pada usia lanjut yaitu 70,1%, sedangkan di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58%.19

Sebuah penelitian longitudinal dari 24 perempuan pascamenopause yang memiliki defisiensi estrogen mengalami kehilangan tulang alveolar, sementara tidak demikian pada wanita yang memiliki estrogen yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa defisiensi estrogen dapat menjadi faktor risiko kehilangan tulang alveolar.20

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keparahan penyakit periodontal secara klinis dengan kehilangan tulang alveolar pada perempuan menopause. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status periodontal perempuan usia lanjut sehingga dapat dijadikan dasar penyusunan program pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

1.2.Rumusan Masalah

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara keparahan penyakit periodontal secara klinis dengan kehilangan tulang alveolar pada perempuan menopause.

1.3.2. Tujuan khusus

Mengetahui perbandingan keparahan penyakit periodontal secara klinis dengan kehilangan tulang alveolar antara perempuan menopause dengan perempuan belum menopause.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara keparahan penyakit periodontal secara klinis dengan kehilangan tulang alveolar pada perempuan menopause.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Perempuan yang sudah memasuki masa menopause diharapkan mengetahui perubahan rongga mulutnya sehingga dapat memelihara dan mempertahankan kesehatan rongga mulutnya.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kesehatan masyarakat.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan data tentang perbandingan status periodontal pada perempuan menopause dengan belum menopause sehingga menjadi sumber perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause

Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan pada fungsi tubuh manusia. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses menua. Perubahan-perubahan itu banyak terjadi pada perempuan karena pada proses menuanya perempuan terjadi suatu fase. Fase tersebut disebut menopause.2

2.1.1 Pengertian Menopause

Kata menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu minminos (bulan) dan pafsis (penghentian).21 Menopause sebagai berhentinya menstruasi disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium. 2,21 Umumnya menopause terjadi ketika seorang perempuan sudah 12 bulan atau lebih tidak lagi menstruasi tanpa sebab yang pasti dan bukan disebabkan oleh hal yang patologis.2

Pedoman WHO 1996 dan Stages of Reproductive Aging Workshop (STRAW) 2001 menyebutkan bahwasannya menopause adalah periode menstruasi terakhir yang terjadi pada usia 51 tahun.22,23,24 Meski 51 tahun merupakan usia rata-rata menopause, namun menopause biasanya terjadi pada usia antara 45 hingga 58 tahun dan dapat terjadi lebih awal pada beberapa perempuan.25 Sebagian besar perempuan mulai mengalami gejalanya pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun. Kebanyakan perempuan mengalami gejalanya kurang dari 5 tahun dan sekitar 25% lebih dari 5 tahun.2,26

(20)

bertambah gemuk, sering tidak mampu untuk menahan kencing, stress dan depresi, nyeri otot sendi, hot flush atau sering terasa panas, terjadinya kekeringan pada vagina karena berkurangnya produksi lendir pada vagina, terjadinya gangguan pada tulang, gelisah, khawatir, sulit konsentrasi dan mudah lupa.15

2.1.2 Tahapan Menopause

Menopause terdiri dari empat tahap antara lain (Gambar 2.1) :

1) Pramenopause, yaitu waktu sebelum periode menstruasi berakhir, biasanya sebelum gejala mulai muncul.25 Sebelum terjadinya menopause biasanya didahului dengan fase pramenopause, dimana masa ini merupakan peralihan dari masa subur menuju tidak adanya pembuahan.2 Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala pramenopause pada usia 40-an.2,15 Pramenopause seringkali mempunyai dua pengertian yaitu satu atau dua tahun segera sebelum menopause atau pada semua periode reproduktif sebelum menopause. Namun pramenopause, sebagai permulaan transisi klimakterik sering dimulai 2-5 tahun sebelum menopause.2 Pada fase ini seorang perempuan akan mengalami kekacauan menstruasi, terjadi perubahan psikologis dan fisik yang berlangsung selama antara 4-5 tahun.26,27 Gejala yang timbul pada masa pramenopause adalah siklus menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi memanjang, jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak, serta adanya rasa nyeri saat menstruasi.15,28 2) Perimenopause, yaitu waktu di sekitar menopause saat pendarahan menstruasi

(21)

Konsentrasi FSH meningkat disebabkan oleh penurunan eksponensial pada folikel ovarium gonadotropin-sensitif yang mendekati menopause.29 Gejala-gejala yang timbul pada masa perimenopause yaitu siklus menstruasi menjadi tidak teratur, siklus menstruasi menjadi lebih panjang.15

3) Menopause, yaitu masa berhentinya menstruasi, tenggang waktu sekitar satu sampai dua tahun.30Fase ini terjadi akibat adanya perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh.15 Pada periode ini perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol.26,27 Menopause rata-rata terjadi pada usia 45-58 tahun.25

4) Pascamenopause, yaitu waktu dalam kehidupan perempuan setelah periode menstruasi berhenti paling tidak satu tahun.25 Pascamenopause terjadi saat perempuan telah mengalami menopause.3,15 Fase ini terjadi dua tahun setelah berhenti menstruasi yang disertai kadar estrogen sangat rendah.27 Pascamenopause biasanya terjadi pada usia diatas 60-65 tahun. Perempuan sudah beradaptasi terhadap perubahan psikologis dan fisik serta keluhan makin berkurang.26,27 Pada masa pascamenopause seorang perempuan akan mudah sekali mengidap penyakit jantung dan pengeroposan tulang (osteoporosis).15

(22)

2.1.3 Penyebab Menopause

Tubuh perempuan mempunyai persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur telah kehabisan sel telur atau ovum, hal ini menyebabkan produksi hormon dalam tubuh terganggu yaitu berhentinya produksi hormon perempuan yang tidak lain adalah hormon estrogen dan progesteron.15

Penurunan fungsi hormon dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan terasa meskipun menstruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat adanya perubahan pada haid yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih singkat dan untuk jumlah darah menstruasi yang dikeluarkan menjadi tidak konsisten yaitu relatif lebih banyak dari sebelumnya.15

Hormon merupakan pembawa pesan kimia yang dilepaskan dalam sistem peredaran darah yang akan dipengaruhi organ yang ada di seluruh tubuh. Hipotalamus akan mengontrol menstruasi dengan mensekresikan hormon gonadotropin ke kelenjar pituitari. Selama masa reproduksi kelenjar pituitari akan merespon dengan memproduksi dua hormon yaitu follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteiningsing hormone (LH). Hormon ini akan menentukan jumlah hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium atau indung telur.15

Hormon FSH akan merangsang produksi ovum atau sel telur dan hormon LH akan merangsang terjadinya ovulasi atau pelepasan sel telur. Ketika akan mendekati masa menopause maka ovulasi akan semakin jarang terjadi. Hal ini yang akan menyebabkan menstruasi menjadi tidak teratur dan tidak menentu sampai pada akhirnya sama sekali berhenti. Sehingga untuk mengimbanginya maka tubuh akan lebih banyak mensekresikan hormon FSH dan LH agar mampu merangsang produksi ovum atau sel telur.15

(23)

timbulnya gelisah, depresi, mudah tersinggung atau marah, libido menjadi rendah, dan bertambahnya berat badan.15

Bukan berarti karena hormon estrogen turun secara drastis setelah ovarium tidak lagi memproduksi sel telur atau ovum (sampai dengan 60%), hormon ini tidak akan hilang seluruhnya dalam tubuh. Tubuh akan menemukan cara untuk memproduksinya. Ketika kelenjar adrenal memproduksi androstenedion yang akan diubah menjadi estron sehingga sangat penting untuk tetap menjaga tubuh tetap sehat dengan gaya hidup sehat dan mengelola stress. Hal ini dikarenakan dalam keadaan stress maka kelenjar adrenal tidak sanggup untuk memproduksi androstenedion.15

2.2 Perubahan Jaringan Periodontal pada Menopause

Ada empat momen di mana seorang perempuan lebih berisiko terhadap penyakit periodontal, yaitu setelah menopause, pubertas, kehamilan, dan saat menstruasi.31 Perubahan jaringan periodontal yang biasa terjadi pada menopause adalah menipisnya keratinisasi pada epitel, berkurangnya aliran saliva, mulut kering, jaringan gingiva berwarna merah atau kepucatan, pendarahan pada saat probing dan menyikat gigi.14

Umumnya pada perempuan menopause mengalami penurunan kadar estrogen dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kehilangan tulang sistemik. Kehilangan tulang pada perempuan pascamenopause diprediksi meyebabkan kehilangan gigi setiap 1% pertahunnya, menurunnya kepadatan mineral tulang di seluruh tubuh dan resiko kehilangan gigi meningkat empat kali lipat. Selain itu, perempuan dengan osteoporosis yang parah, tiga kali lebih mungkin menjadi edentulus dibandingkan yang sehat (dengan kontrol usia yang sama).20

(24)

dengan kehilangan tulang sistemik merupakan multifaktorial dan belum sepenuhnya dipahami. 20

Namun, American Academy of Periodontology menganggap osteoporosis merupakan faktor risiko pada penyakit periodontal. Faktanya, kehilangan tulang alveolar tidak hanya berkaitan dengan osteoporosis tetapi juga dengan osteopenia. 20 Osteopenia adalah pengurangan massa tulang akibat ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang yang mendukung resorpsi dan mengakibatkan demineralisasi serta osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan massa tulang rendah dan kerapuhan serta berakibat meningkatnya resiko fraktur.32

Pada kebanyakan perempuan, puncak massa tulang terjadi antara 20 sampai 30 tahun. Menopause mempercepat turunnya massa tulang. Diperkirakan bahwa 25 juta orang Amerika mengalami osteoporosis, 80% diantaranya adalah perempuan. Beberapa penelitian yang sedang berlangsung memeriksa hubungan osteoporosis primer pada pascamenopause dengan kepadatan tulang mineral maksila/mandibula, gigi, atrofi alveolar ridge, dan kehilangan perlekatan periodontal. Banyak bukti terbaru menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara osteoporosis dan kehilangan gigi serta kehilangan tulang alveolar.32

Kepadatan mineral tulang juga telah diteliti berhubungan dengan hilangnya perlekatan ligamen periodontal. Perempuan pascamenopause yang memiliki kepadatan mineral tulang tinggi akan lebih mudah mempertahankan gigi dibandingkan mereka dengan kepadatan tulang rendah atau dengan osteoporosis, bahkan jika individu tersebut memiliki poket periodontal (tanda penyakit periodontal). Temuan ini menjelaskan pada perempuan osteoporosis ditemukan secara signifikan kehilangan perlekatan yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang tidak osteoporosis. 20

(25)

Penelitian lain menunjukkan hubungan yang lemah antara perubahan ketinggian tulang alveolar (pada penyakit periodontal, turunnya tinggi tulang) dengan level perlekatan. Meskipun adanya hubungan bisa terjadi, tetapi hubungan itu masih kompleks dan diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Para penulis tidak menemukan hubungan yang jelas antara level perlekatan klinis dengan kepadatan mineral tulang pada tulang belakang lumbar, tetapi mereka mengakui adanya kaitan kehilangan perlekatan yang mendahului hilangnya tulang alveolar dalam waktu yang signifikan.20

Beberapa penelitian menemukan adanya kemungkinan hubungan antara kepadatan tulang di rahang dengan kepadatan di seluruh tulang. Hilangnya kepadatan mineral tulang di pinggul, pergelangan tangan, dan daerah lumbal berkaitan dengan rendahnya kepadatan tulang di rahang bawah. Selain itu, kepadatan tulang belakang lumbar berhubungan dengan kepadatan korteks mandibula pada menopause dan kepadatan kedua korteks dengan tulang cancellous pada menopause. 20

Namun, apa pun hasil pengukuran statistik tersebut, kerentanan terjadinya periodontitis meningkat secara progresif saat perempuan sudah memasuki menopause dan penyebab utamanya adalah plak bakteri. Perlindungan terbaik terhadap rentannya terjadi peningkatan yaitu melakukan perawatan gigi untuk menghilangkan plak bakteri. 20

2.3 Mekanisme Keparahan Penyakit Periodontal pada Menopause

(26)

Gambar 2.2. Skema bagaimana defisiensi estrogen menyebabkan penyakit periodontal yang parah.20

Defisiensi estrogen merupakan faktor risiko terjadinya penyakit periodontal. Defisiensi estrogen menghasilkan sitokin yang mengakibatkan resorpsi tulang yang diproduksi oleh sel imun (monosit dan makrofag) serta osteoblas. Ketika kondisi ini dimodulasi oleh adanya lapisan biofilm, faktor resorpsi tulang seperti lipopolisakarida dan toksin bakteri akan menyebabkan sistem imun memproduksi sitokin inflamatori yang menghasilkan osteoklas lebih banyak sehingga menyebabkan resorpsi tulang. Penumpukan bakteri plak pada lapisan biofilm terdiri dari bakteri patogen terlihat lebih berperan pada perempuan dengan defisiensi estrogen dalam menyebabkan kehilangan perlekatan dan tulang alveolar. Respon host terhadap inflamasi akibat adanya biofilm dimulai dengan adanya inflamasi dapat menyebabkan aktivasi jaringan protease dan enzim degradatif yang konstan, menyebabkan kerusakan jaringan ikat, resorpsi tulang alveolar dan akhirnya kehilangan gigi, sehingga hal ini lah yang menyebabkan peningkatan risiko penyakit periodontal serta terjadinya osteoporosis pada perempuan pascamenopause.20

Defisiensi estrogen

Regulasi makrofag meningkat Regulasi osteoblas meningkat

(27)
(28)

2.4 Kerangka Teori

Perempuan Menopause

Penyakit Periodontal Parah

Tahapan Menopause:

1. Pramenopause 2. Perimenopause 3. Menopause 4. Pascamenopause

Penurunan Hormon Estrogen

 Keratinisasi epitel menipis

 Aliran saliva berkurang

 Mulut kering

 Jaringan gingiva berwarna merah atau pucat

 Pendarahan saat probing dan menyikat gigi

 Massa tulang berkurang

 Kehilangan perlekatan

(29)

2.5 Kerangka Konsep

Menopause

Keparahan penyakit periodontal & kehilangan

tulang alveolar

 Pekerjaan

 Pemeliharaan kesehatan gigi & mulut

 Umur

 Oral Hygiene

 Periodontitis

(30)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan cross sectional study, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan seluruh variabel diukur menurut keadaan dan status sewaktu diobservasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Maimun dan Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan bulan Februari sampai Maret 2015.

3.4 Populasi dan Subjek 3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan di Kecamatan Medan Maimun.

3.4.2 Subjek

Subjek yang diambil adalah perempuan menopause dan perempuan belum menopause di kelompok Bina Lansia Kecamatan Medan Maimun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan diambil dengan metode purposive sampling.

Kriteria inklusi:

(31)

2) Sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12 bulan berturut-turut dan lebih.

3) Pendidikan SD-SMA. 4) Oral Hygiene buruk.

5) Periodontitis sedang sampai parah.

 Perempuan belum menopause 1) Berusia 45-58 tahun. 2) Belum berhenti menstruasi. 3) Pendidikan SD-SMA. 4) Oral Hygiene buruk.

5) Periodontitis sedang sampai parah.

Kriteria eksklusi:

 Perempuan menopause dan belum menopause 1) Menggunakan hormon pengganti estrogen. 2) Subjek sedang hamil atau menyusui.

3) Menderita penyakit sistemik seperti: diabetes mellitus, paratiroid, cancer, penyakit metabolisme tulang dan penyakit sistemik lainnya.

4) Subjek sedang menggunakan obat antibiotik, antiinflamasi steroid dan non steroid (minimal sudah tiga bulan).

5) Menolak pengambilan foto ronsen.

3.5 Besar Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n = 2σ 2(Zα + Zβ)2

(32)

Keterangan:

n = jumlah subjek minimal pada penelitian ini

σ = harga varians populasi dari penelitian terdahulu, σ = 2,7 Zα = deviat baku alpa, untuk α sebesar 5%, maka Zα = 1,96 Zβ = deviat baku beta, untuk β sebesar 10%, maka Zβ = 1,282 µ1 – µ 2 = difference (perbedaan) 0,021% yaitu 2,1

n = 2 (2,7)2 (1,96 + 1,282)2 (2,1)2 n = 14,58 (10,51)

4,41 n = 153,23 4,41

n = 34,75 karena untuk mencegah terjadinya bias, maka jumlah sampel digenapkan menjadi 36.

n = 36

Oleh karena pada penelitian ini dilakukan pada dua populasi, maka sampel yang diambil adalah sebanyak 36 subjek, yaitu 18 subjek perempuan menopause dan 18 subjek perempuan belum menopause.

3.6 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independen) Menopause.

2. Variabel terikat (dependen)

Keparahan penyakit periodontal dan kehilangan tulang alveolar. 3. Variabel terkendali

Umur, oral hygiene, periodontitis, tingkat pendidikan. 4. Variabel tidak terkendali

(33)

3.7 Definisi Operasional

No Variabel Penelitian Definisi Operasional Skala Ukur

1 Keparahan penyakit

posterior yang ada, diukur

berdasarkan jarak dari batas

sementum enamel (BSE) ke krista

tulang alveolar (KTA) dikurangi

1mm sebagai jarak normal.

Numerik

3 Menopause Perempuan yang sudah berhenti

(34)

3.8.2 Bahan Penenitian

1. Handscoon disposable 2. Masker

3. Bahan antiseptik

4. Film radiografi panoramik

3.9 Alur Penelitian

3.10 Prosedur Penelitian

1. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta diminta persetujuannya dengan menandatangani lembar informed consent (lampiran 2 dan 3).

Pemilihan subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Permintaan kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar informed consent

Pemeriksaan kondisi keparahan periodontal secara klinis dengan kehilangan tulang alveolar yang dilihat

menggunakan radiografi panoramik

Pencatatan hasil pemeriksaan

Pengolahan data

(35)

2. Pemeriksaan klinis untuk menentukan keparahan penyakit periodontal pasien dinilai dengan cara memeriksa indeks periodontal Russel. Berikut kriteria dalam penilaian indeks periodontal:

 Indeks periodontal

Indeks periodontal yang digunakan adalah indeks periodontal menurut Russel. Skor indeks periodontal dihitung dengan menjumlahkan skor dari setiap gigi yang diperiksa, lalu dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.

Skor indeks periodontal:

Skor Kriteria Kriteria radiografis

0 Negatif. Tidak terlihat inflamasi pada gingiva

maupun kehilangan fungsi akibat destruksi struktur

periodontal pendukung.

Gambaran radiografis normal.

1 Gingivitis ringan. Terlihat daerah inflamasi ringan

pada daerah gingiva bebas, tetapi perluasannya tidak

sampai mengelilingi gigi.

Gambaran radiografis normal.

2 Gingivitis. Inflamasi telah meluas menge lilingi gigi,

tetapi perlekatan epitel belum mengalami kerusakan.

Gambaran radiografis normal.

4 (Digunakan apabila ada fasilitas radiografi) Adanya resorpsi awal pada krista

tulang alveolar.

6 Gingivitis dengan pembentukan poket. Perlekatan

epitel telah mengalami destruksi dan terjadi

pembentukan poket periodontal. Tidak ada

hambatan pada fungsi pegunyahan, gigi masih ketat

dan tidak bergeser posisinya.

Kehilangan tulang horizontal pada

krista tulang alveolar sampai

setengah panjang akar gigi.

8 Destruksi lanjut disertai kehilangan fungsi

pengunyahan. Gigi bisa goyah, bisa drifting, pada perkusi tidak berbunyi nyaring atau dapat di

depresikan ke dalam poket.

Kehilangan tulang yang lanjut

melibatkan lebih dari setengah

panjang akar gigi, atau adanya poket

infraboni dengan pelebaran ligament

periodontal. Dapat juga dijumpai

resorpsi akar gigi atau rarefying

(36)

3. Radiografi dilakukan dengan menggunakan radiografi panoramik yang bertujuan untuk melihat kondisi kehilangan tulang alveolar rata-rata pada subjek. Alasan memilih radiografi panoramik disebabkan pada penelitian ini radiografi panoramik memiliki keunggulan daripada radiografi intraoral yaitu memberikan kenyamanan pada subjek saat melakukan pengambilan foto karena film diletakkan di luar mulut subjek serta pengambilan foto hanya sekali dilakukan sehingga menghemat waktu dalam pengambilan foto.33,34

Gambar 3.1. Radiografi panoramik dan pengukuran kehilangan tulang alveolar pada subjek peneltian.

(37)

4. Data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis dan radiografis selanjutnya dianalisis secara statistik.

3.11 Pengolahan dan Analisis Data

Data diproses dan diolah dengan bantuan komputer dengan program SPSS. Analisis keparahan penyakit periodontal dan kehilangan tulang alveolar pada masing-masing kelompok, jika data berdistribusi normal maka digunakan Uji T Indepandent, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan Mann-Whitney. Analisis data untuk melihat hubungan antara keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar pada masing-masing kelompok maka digunakan Uji Korelasi. Kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan nilai p<0,05.

Hasil dari koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai kekuatan korelasi yang mengacu kepada kriteria Guillford, yaitu :

a. Kurang dari 0,20 : korelasi yang sangat kecil b. 0,20 - <0,40 : korelasi yang kecil

c. 0,40 - <0,70 : korelasi yang cukup erat d. 0,70 - <0,90 : korelasi yang erat (reliable)

(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Maimun dengan subjek penelitian sebanyak 36 orang yang terdiri dari 18 perempuan menopause dan 18 perempuan belum menopause. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2015.

Karakteristik umum subjek penelitian ditunjukan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik umum subjek penelitian

Variabel Belum menopause Menopause

N % N %

(39)

umur 50-54 tahun (11,1%). Data pada tabel tersebut juga menunjukkan jumlah subjek menopause adalah sama besar pada kelompok umur 50-54 tahun dan >54 tahun yaitu sebanyak 50%.

Rerata seluruh subjek belum menopause dan menopause adalah kawin (94,4% dan 88,9%) dan hanya satu orang (5,6%) subjek belum menopause serta dua orang subjek menopause (11,1%) yang tidak kawin.

Jika dilihat dari kondisi siklus menstruasi yang terjadi pada perempuan belum menopause, siklus yang teratur paling banyak dijumpai yaitu 83,3% dan siklus tidak teratur hanya 16,7%. Lama siklus menstruasi yang dialami subjek menunjukkan paling banyak pada >5 hari yaitu 66,7% dan yang terendah <3 hari sebanyak 11,1%.

Jumlah gigi yang tinggal pada subjek belum menopause adalah 83,3% masih memilki >21 gigi dan 16,7% memiliki 16-20 gigi, sedangkan jumlah gigi yang tinggal pada subjek menopause >21 gigi menunjukkan persentase terbanyak yaitu 38,9% dan yang terendah adalah pada jumlah gigi 11-15 yaitu 11,1%.

Data perawatan gigi subjek penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data perawatan gigi subjek penelitian

Variabel Belum menopause Menopause

(40)

Data pada Tabel 4.2 menunjukkan perawatan gigi terakhir yang paling banyak dilakukan baik pada perempuan belum menopause maupun menopause adalah pencabutan yaitu sebanyak 50% dan 38,9%. Khusus untuk perawatan periodontal, rerata subjek tidak pernah melakukan skeling dan hanya satu subjek menopause yang pernah melakukan skeling sebagai perawatan gigi terakhir.

Rerata seluruh subjek baik belum menopause maupun menopause menyikat gigi dua kali sehari (72,2% dan 66,7%) dan hanya satu dari subjek menopause menyikat gigi satu kali sehari. Hal yang sama juga dapat dilihat bahwa hampir semua subjek belum menopause dan menopause menyikat seluruh permukaan gigi (94,4% dan 88,9%) dan hanya satu orang subjek belum menopause dan dua orang subjek menopause menyikat satu permukaan gigi saja. Hal ini menunjukkan bahwasannya kesadaran subjek untuk melakukan penyikatan gigi sudah baik, namun berdasarkan kuesioner yang diberikan menunjukkan waktu dan teknik penyikatan gigi subjek belum tepat sehingga penyakit periodontal dapat terjadi.

Tabel 4.3 Data deskriptif subjek penelitian

Subjek Variabel Minimum Maximum Mean + SD

Belum menopause

Indeks periodontal 0,91 6,35 2,58 + 1,40

Kehilangan tulang 2,08 6,42 3,74 + 0,99

Menopause

Indeks periodontal 2,48 6,00 4,04 + 1,24

Kehilangan tulang 3,05 9,90 6,35+ 1,91

(41)

menopause lebih tinggi dibandingkan kelompok belum menopause (4,04 + 1,24 dan 2,58 + 1,40).

Tabel 4.3 juga menunjukkan kondisi kehilangan tulang minimum maupun maksimum pada kelompok perempuan menopause lebih tinggi dibandingkan kelompok perempuan belum menopause. Hal ini juga dibuktikan dengan nilai rerata kehilangan tulang pada kelompok perempuan menopause lebih tinggi dibandingkan kelompok belum menopause (6,35+ 1,91dan 3,74 + 0,99).

Perbandingan indeks periodontal pada perempuan belum menopause dan perempuan menopause ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perbandingan indeks periodontal pada perempuan belum menopause dan perempuan menopause

Subjek Indeks periodontal

Mean + SD P

Belum menopause

2,58 + 1,40

0,002* Menopause

4,04 + 1,24

*Nilai p signifikan apabila p<0,05

(42)

dimana indeks periodontal pada kelompok perempuan menopause lebih tinggi dibandingkan kelompok perempuan belum menopause.

Perbandingan kehilangan tulang pada perempuan belum menopause dan perempuan menopause ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perbandingan kehilangan tulang alveolar pada perempuan belum menopause dan perempuan menopause

Subjek Kehilangan tulang alveolar

Mean + SD P

Belum menopause 3,74 + 0,99

0,000*

Menopause 6,35 + 1,92

*Nilai p signifikan apabila p<0,05

Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis statistik terhadap rerata kehilangan tulang alveolar kelompok perempuan menopause dan belum menopause. Rerata kehilangan tulang alveolar pada kelompok perempuan menopause lebih tinggi dibandingkan kelompok perempuan belum menopause dan perbedaannya signifikan secara statistik (p=0,000).

Gambaran perbandingan radiografis kehilangan tulang alveolar pada perempuan belum menopause dan perempuan menopause ditunjukkan pada Gambar 4.1a dan 4.1b

(43)

Gambar 4.1b. Kehilangan tulang pada kelompok perempuan menopause

Gambar 4.1a dan 4.1b menunjukkan kehilangan tulang pada kelompok perempuan menopause didapati hampir pada seluruh gigi yang diperiksa. Kehilangan tulang yang besar juga menyebabkan kehilangan gigi pada kelompok perempuan menopause.

Hubungan keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang pada perempuan belum menopause dan perempuan menopause ditunjukkan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Hubungan keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang pada subjek penelitian

Subjek

Hubungan indeks periodontal dengan kehilangan tulang

Koefisien korelasi Nilai p

Belum menopause

0,45 0,063

Menopause

0,20 0,43

Data pada Tabel 4.6 menunjukkan terdapat korelasi positif antara indeks periodontal dengan kehilangan tulang alveolar pada kelompok perempuan belum menopause dengan tipe kekuatan korelasi yang cukup erat (0,45) berdasarkan kriteria Guilford. Namun korelasi tersebut tidak signifikan secara statistik (p=0,063).

(44)

yang kecil (0,20) dan korelasi tersebut tidak signifikan secara statistik (p=0,43), maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang.

4.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis :

Terdapat hubungan antara keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang.

Analisis :

Hasil uji korelasi menunjukkan korelasi positif. Korelasi yang cukup erat ditunjukkan pada kelompok perempuan belum menopause (0,45). Korelasi yang sangat kecil dijumpai pada kelompok perempuan menopause (0,20). Keseluruhan korelasi tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0,05).

(45)

BAB 5 PEMBAHASAN

Menopause merupakan suatu masa yang dialami perempuan seiring bertambahnya usia yang ditandai dengan berhentinya menstruasi. Selama masa tersebut banyak terjadi perubahan pada fungsi tubuh mereka, salah satunya adalah perubahan pada jaringan periodontal, antara lain pada gingiva, ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar.

Hormon estrogen dan progesteron bertanggung jawab terhadap perubahan fisiologis perempuan dalam fase tertentu yang dimulai dari pubertas sampai menopause. Estrogen berperan dalam menginduksi beberapa pengembangan pubertas pada perempuan, sedangkan progesteron berperan sinergis dengan estrogen untuk mengontrol siklus menstruasi dan menghambat sekresi folitropin oleh kelenjar hipofisis anterior. Estrogen dapat mempengaruhi sitodifferensial pada lapisan epitel skuamosa serta mensintesis dan memelihara reseptor estrogen fibrous. Reseptor estrogen tersebut dapat ditemukan dalam osteoblast yang merupakan mekanisme langsung dari aktivitas tulang.14 Sama seperti pada teori menopause yang sudah dikemukakan sebelumnya, bahwasannya pada masa menopause kadar estrogen mengalami penurunan yang dihubungkan dengan terjadinya peningkatan resorbsi tulang alveolar, kehilangan perlekatan serta kehilangan gigi.18

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara keparahan penyakit periodontal dalam menyebabkan kehilangan tulang alveolar yang dialami oleh perempuan menopause. Subjek dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok perempuan belum menopause dan kelompok perempuan menopause. Hal ini bertujuan untuk melihat perbandingan keparahan penyakit periodontal dan kehilangan tulang antara dua kelompok tersebut.

(46)

sesuai dengan hasil penelitian Arina dkk bahwa keparahan penyakit periodontal pada perempuan menopause lebih tinggi dibandingkan perempuan belum menopause.18 Penelitian Arina dkk juga menyimpulkan bahwa lama menopause berhubungan dengan keparahan penyakit periodontal. 18

Berdasarkan data perbandingan kondisi periodontal antara perempuan menopause dengan belum menopause diketahui kondisi periodontal pada kelompok perempuan menopause kondisi periodontalnya termasuk kategori gingivitis sampai gingivitis dengan pembentukan poket dan terdapat kehilangan tulang horizontal pada krista tulang alveolar sampai setengah panjang akar gigi, sedangkan pada perempuan belum menopause termasuk kategori gingivitis ringan sampai adanya resorbsi awal krista tulang alveolar. Namun hasil kriteria tersebut merupakan rerata dari seluruh subjek pada setiap kelompok dan rerata dari seluruh gigi yang ada pada tiap-tiap subjek, sedangkan hasil pemeriksaan periodontal subjek pada dasarnya terdapat kriteria mulai dari gingivitis ringan, gingivitis dengan pembentukan poket, bahkan menunjukkan kondisi periodontal yang lebih parah.

Hasil pengukuran kehilangan tulang alveolar antar kelompok juga menunjukkan kehilangan tulang alveolar pada perempuan menopause lebih tinggi dibandingkan perempuan belum menopause. Banyak hal yang dapat memicu terjadinya kehilangan tulang alveolar baik pada subjek belum menopause maupun menopause seperti defisiensi estrogen, bertambahnya usia dan kondisi mulut terutama penyakit periodontal mereka yang terus tidak dirawat sehingga menyebabkan kehilangan tulang. Ini terlihat jelas dari kondisi mulut subjek dengan oral hygiene yang buruk dan sudah banyak ditemukan kehilangan gigi mereka terutama pada perempuan menopause. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan untuk memelihara gigi dan rongga mulut serta keterbatasan biaya dapat memungkinkan masalah gigi dan rongga mulut mereka jadi terabaikan.

(47)

artikel Amit dkk yang menjelaskan perubahan perifer dari androgen ke estrogen menjadi faktor utama melindungi tulang karena estrogen memiliki efek menghambat fungsi osteoklastik.14 Sedangkan Lopez dkk menyatakan walaupun banyak penjelasan mengenai meningkatnya resorpsi tulang karena endokrin menjadi penyebab patogen utama yang mendasari cepatnya kehilangan tulang pada perempuan sudah menopause, namun mereka telah mengamati tidak ada hubungan antara dua fenomena tersebut.9 Menurut mereka efek dari penurunan 17- beta-estradiol yang ada pada perempuan menopause berhubungan dengan reabsorpsi inflamasi tulang alveolar, meskipun hubungan ini masih belum jelas terutama karena kurangnya penelitian jangka panjang yang dirancang untuk mengevaluasi tanda-tanda klinis inflamasi gingiva dan perkembangan periodontitis. Penanda lain terkait dengan tulang akibat dari penyakit periodontal adalah osteocalcin. Hal ini ditunjukkan Bullon dkk dalam sebuah penelitian dari 39 wanita pascamenopause, ditemukan serum osteocalcin yang rendah berhubungan secara signifikan terhadap penurunan yang lebih besar pada kedalaman poket dan kehilangan perlekatan setelah perawatan periodontal pada perempuan menopause.9

Namun hasil sesuai dengan penelitian lain yang dijelaskan dalam artikel Maria dkk yang menyatakan adanya hubungan yang lemah antara perubahan ketinggian tulang alveolar dengan penyakit periodontal dimana pada penelitian tersebut menilai penyakit periodontal berdasarkan pemeriksaan kehilangan perlekatan.20 Hal serupa dijelaskan oleh Famili et al dalam penelitiannya, bahwa tidak adanya hubungan antara kehilangan tulang, penyakit periodontal dan gigi edentulus. Ini menunjukkan terjadinya kehilangan tulang alveolar merupakan multifaktorial dan belum sepenuhnya dapat dimengerti.20

(48)

dihubungkan dengan berkurangnya krista tulang alveolar dan terjadinya infeksi periodontal.14 Sementara tidak adanya hubungan yang terjadi antara keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar pada perempuan belum menopause dapat terjadi karena umur yang diambil pada kelompok subjek tersebut masih berada pada tahapan perimenopause (45-49 tahun), dimana level estrogen belum banyak terganggu dan umur subjek belum terlalu tua dalam menyebabkan kehilangan tulang.

Namun apapun pengukuran statistik dalam mengetahui kerentanan keparahan penyakit periodontal terhadap menopause, tetap penyebab utamanya adalah plak bakteri, sedangkan defisiensi estrogen sebagai faktor risiko untuk penyakit periodontal.20 Bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal ini banyak terdapat pada pasien dengan oral hygiene yang buruk.31 Kondisi tersebut dapat ditemukan pada semua subjek. Selain itu, tingkat keparahan penyakit periodontal juga tampak lebih besar pada subjek dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dibandingkan dengan subjek yang sehat.31

Pada penelitian ini, peneliti tidak membatasi syarat jumlah gigi dalam pemeriksaan. Hal ini disebabkan untuk memudahkan pemeriksaan indeks yang dipakai dan membantu menilai sejauh mana keparahan penyakit periodontal menyebabkan kehilangan tulang dan apabila berlanjut menyebabkan kehilangan gigi. Hal tersebut dapat diketahui dari riwayat dental subjek mengenai kondisi gigi yang hilang pada mereka.

(49)
(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rerata indeks periodontal pada kelompok perempuan menopause lebih tinggi daripada kelompok perempuan belum menopause.

2. Rerata kehilangan tulang alveolar pada kelompok perempuan menopause lebih tinggi daripada kelompok perempuan belum menopause.

3. Terdapat hubungan dengan kekuatan yang kecil antara keparahan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar pada kelompok perempuan menopause dan kekuatan yang cukup kuat pada kelompok perempuan belum menopause.

6.2 Saran

1. Perlu membahas lebih lanjut untuk mengetahui tindakan dan perawatan apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah keparahan penyakit periodontal dan kehilangan tulang alveolar yang terjadi pada perempuan menopause.

2. Perempuan usia lanjut perlu memperhatikan dan memelihara gigi dan mulut mereka agar kondisi periodontal dan kehilangan tulang alveolar tidak bertambah parah.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ratmini NK, Arifin. Hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup lansia. J Ilmu Gizi 2011; 2(2): 139-47.

2. Proverawati A. Menopause dan sindrome premenopause. Yogyakarta: Nuha Medika, 2013:1-3.

3. Putri AK, Hamidah. Hubungan antara penerimaan diri dengan depresi pada wanita perimenopause. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 2012; 1(2): 1-6.

4. Wangsarahadja K, Dharmawan OV, Kasim E. Hubungan antara status kesehatan mulut dan kualitas hidup pada lanjut usia. Universa Medicina 2007; 26(4): 186-93.

5. Lestari S, Boesro S, Sudhana W. Gambaran perilaku dan status kesehatan gigi dan mulut lansia di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi 2005; 20(62): 83-9.

6. Yalcin F, Gurgan S, Gurgan T. The effect of menopause, Hormone Replacement Therapy (HRT), Alendroneate (ALN), and Calcium supplements on saliva. The J of Contemporary Dental Practice 2005; 6(2): 1-8.

7. BKKBN. Profil kependudukan dan pembangunan di Indonesia tahun 2013. Jakarta: BKKBN, 2013: 4.

8. Rao SS, Singh M, Parkar M, Sugumaran R. Health maintenance for postmenopausal women. Am Fam Physician 2008; 8(5): 583-91.

9. López BC, Pérez MGS, Soriano YJ. Dental considerations in pregnancy and menopause. J Clin Exp Dent 2011; 3(2): 135-44.

10. Henriques PSG, Neto AMP. Association between tooth loss and bone mineral density in brazilian postmenopausal women. J Clin Med Res 2011; 3(3): 118-23. 11. Santosh P, Nidhi S, Sumita K, Farzan R, Bharati D, Ashok KP. Oral findings in

(52)

12. Machuca G, Rodriguez S, Martinez MA, Bullon P, Machuca C, Scully C. Descriptive study about the influence of general health and sociocultural variables on the periodontal health of early menopausal patients. Perio 2005; 2(2): 75-84.

13. Rodrigues SMO. Menopause and sleep disorders: does peri and post menopause influence the development of OSA and/ or insomnia?. J Cardiol Curr Res 2014; 1(3): 1-12.

14. Bhardwaj A, Bhardwaj SV. Effect of Androgens, Estrogens And Progesterone on periodontal tissues. Journal Of Orofacial Research 2012; 2(3): 165-70.

15. Mulyani NS. Menopause akhir siklus menstruasi pada wanita di usia pertengahan. Yogyakarta: Nuha Medika, 2013: 9-16.

16. Välimaa H, Savolainen S, Soukka T, Silvoniemi P, Mäkelä S, Kujari H, Gustafsson J-A And M Laine M. Estrogen receptor-β is the predominant estrogen receptor subtype in human oral epithelium and salivary glands. J Endocrinol 2004; 180: 55–62.

17. Suresh S, Kumar TSS, Saraswathy PK, Shankar KHP. Periodontitis and bone mineral density among pre and post menopausal women: a comparative study. Journal Of Indian Society Of Periodontology 2010; 14(1): 30-4.

18. Arina YMD. Immunoekspresi reseptor estrogen α pada poket periodontal lebih banyak daripada reseptor estrogen β. Indonesian Journal Of Dentistry 2008; 15 (1):50-6.

19. Lumentut RAN, Gunawan PN, Mintjelungan CN. Status periodontal dan kebutuhan perawatan pada usia lanjut. Jurnal e-GiGi 2013; 1(2): 79-83.

20. Buencamino MCA, Palomo L, Thacker HL. How menopause affects oral health, and what we can do about it. Cleveland Clinic Journal of Medicine 2009; 76(8): 467-75.

21. Farronato G, Maspero C, Folegatti C, Giannini L. Menopause: changes in the mouth cavity and preventive strategies. J women’s Health Care 2012; 1(1): 1-4. 22. Prior JC. Clearing confusion about perimenopause. BC medical journal 2005;

(53)

23. Parry BL. Perimenopausal depression. Am J Psychiatry 2008; 165(1):23-7. 24. Parry BL. Optimal management of perimenopausal depression. International

Journal of Women’s Health 2010; 2: 143–51.

25. Andrews G. Buku ajar kesehatan reproduksi wanita. 2th ed. Jakarta: EGC, 2009: 465.

26. Sibagariang EE, Pusmaika R, Rismalinda. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media, 2013: 192.

27. Manuaba IAC, Manuaba IBG, Manuaba IBG. Memahami kesehatan reproduksi wanita. 2th ed. Jakarta: EGC, 2009: 218,221.

28. Baziad A. Menopause dan andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2003: 2.

29. Soares C de Novas, Cohen LS. The perimenopause, depressive disorders, and hormonal variability. Sao Paulo Med J 2001; 119(2):78-83.

30. Manuaba IASKDS, Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Buku ajar Ginekologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC, 2009: 49.

31. Tanjaya J, Auerkari EI. IL-1β genetic polimorphism in menopause women as periodontal disease risk factor. Journal of Dentistry Indonesia 2011; 18, (1), 1-5. 32. Corgel JO. Periodontal therapy in the female patient (puberty, menses,

pregnancy, and menopause). In : Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia: W.B Saunders Co, 2002: 523.

33. Semenoff L, Semenoff TAD, Pedro FLM, Volpato ER, Machado MA de AM, Borges AH, et al. Are panoramic radiographs reliable to diagnose mild alveolar bone resorption?. International Scholarly Research Network 2011; 2011: 1-4. 34. Sairam V, Puri G. Comparison of measurements of alveolar bone levels by

(54)
(55)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi ibu,

Perkenalkan nama saya Laidini Ayu Siregar. Saya mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Keparahan Penyakit Periodontal Secara Klinis Dengan Kehilangan Tulang Alveolar Pada Perempuan Menopause”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status periodontal pada perempuan usia lanjut baik secara klinis maupun radiografi, serta untuk mengetahui perbandingan satatus periodontal antara perempuan yang sudah menopause dengan perempuan yang belum menopause. Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan bagi dokter gigi, mahasiswa kedokteran gigi, dan masyarakat mengenai status periodontal pada perempuan usia lanjut. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam usaha peningkatan kesehatan gigi dan mulut khususnya pada perempuan menopause.

Penelitian yang akan saya lakukan, dilaksanakan dengan wawancara, pemeriksaan rongga mulut dan radiografi. Dalam penelitian ini, saya akan mewawancarai ibu, setelah wawancara selesai, selanjutnya saya akan memeriksa keadaan gigi geligi ibu. Setelah itu, gigi ibu akan diambil foto ronsen yang akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

Kegiatan yang saya lakukan tidak menimbulkan efek samping dan seluruh biaya penelitian akan dibebankan pada peneliti. Jika ibu bersedia, lembar persetujuan dan kuesioner dapat diisi lalu ditandatangani dan dikembalikan.Surat kesediaan ini tidak mengikat ibu dan ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.

(56)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab dengan memuaskan pada penelitian yang berjudul:

“HUBUNGAN ANTARA KEPARAHAN PENYAKIT PERIODONTAL

SECARA KLINIS DENGAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PADA

PEREMPUAN MENOPAUSE”

Saya secara sadar dan tanpa paksaan bersedia berpatisipasi dalam penelitian ini, tanpa tekanan atau paksaan siapapun, maka dengan surat ini saya menyatakan setuju menjadi subjek penelitian ini.

(57)
(58)

LAMPIRAN 4

No. Urut :

Tanggal Pemeriksaan: Data Subjek Penelitian

PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEPARAHAN PENYAKIT PERIODONTAL SECARA KLINIS DENGAN KEHILANGAN TULANG

ALVEOLAR PADA PEREMPUAN MENOPAUSE

KUESIONER

I. Data Responden

Nama : Bersita Marpaung

T.T.L : Medan, 29-09-1958 Usia: 56 tahun Alamat : JL. Pimpinan Gg. Delima No.13

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan terakhir : SMEA

Status Perkawinan : Kawin Jumlah Anak :2 orang

II. Pertanyaan

1. Sudahkah ibu berhenti menstruasi ? Sejak kapan ? a. Belum berhenti

b. < 2 tahun c. 2-5 tahun d. > 5 tahun

(59)

2. Jika belum berhenti, apakah :

 Menstruasi datang teratur ? a. Ya

b. Tidak

 Berapa lama menstruasi berlangsung ? a. < 3 hari

b. 3-5 hari c. > 5 hari

3. Adakah ibu mempunyai penyakit sistemik ?

 Gula (diabetes mellitus) a. Ya

b. Tidak

 Osteoporosis a. Ya

b. idak

 Jantung a. Ya b. Tidak

 Kista dinding rahim a. Ya

b. Tidak

 Hipertensi a. Ya b. Tidak

4. Apakah ibu sedang minum obat tertentu ?

(60)

5. Apakah ibu sedang menggunakan obat atau alat kontrasepsi ?

a. Ya Jika ya, jenisnya apa ?... b. Tidak

6. Apakah ibu pernah menjalani operasi yang berkaitan dengan kondisi rahim (seperti: pengangkatan kista, tumor,rahim) ?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah ibu saat ini menggunakan supplemen tambahan (seperti: susu, vitamin, dll)?

a. Ya Jika ya, sebutkan jenisnya………..

b. Tidak

8. Pernahkah ibu ke dokter gigi ? Perawatan gigi/ periodontal apa yang terakhir kali dilakukan ?

a. Tidak Pernah b. Pencabutan gigi

c. Pembersihan karang gigi d. Penambalan gigi

e. Pembuatan protesa

9. Berapa kali ibu menyikat gigi sehari ? a. Jarang

b. 1 kali sehari c. 1-2 kali sehari d. Lebih 2 kali sehari

(61)

11. Permukaan gigi mana saja yang ibu sikat ? a. Sebelah luar saja

(62)

LAMPIRAN 5

HASIL PEMERIKSAAN KLINIS

Nama Subjek : Bersita Marpaung Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2015

Index Periodontal (Russel)

V 0 6 0 0 6 6 0 0 0 0 1 6 6 0 0 0

O 0 6 0 0 6 6 0 0 0 0 1 6 6 0 0 0

GIGI 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

V 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 2 6 0 0 0

O 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 2 6 0 0 0

(63)

LAMPIRAN 6

HASIL PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

Nama Subjek : Bersita Marpaung Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2015

M 6,1 0 0 5 4.9 6,1 0 0

D 5,3 0 0 6,4 3,9 4,5 0 0

GIGI

17 16 15 14 24 25 26 27

47 46 45 44 34 35 36 37

M 0 0 0 0 6,4 5,7 0 0

(64)

LAMPIRAN 7

Descriptives Belum Menopause

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 18 45 50 46.33 1.940

IP 18 .91 6.35 2.5794 1.40281

skor kehilangan tulang 18 2.08 6.42 3.7361 .98862

Valid N (listwise) 18

Frequency Table Belum Menopause

statuskawin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kawin 17 94.4 94.4 94.4

Tidak Kawin 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

Siklus Teratur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 15 83.3 83.3 83.3

Tidak 3 16.7 16.7 100.0

(65)

Lama Menstruasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <3 hr 2 11.1 11.1 11.1

3-5 hr 4 22.2 22.2 33.3

>5 hr 12 66.7 66.7 100.0

Total 18 100.0 100.0

Jumlah Gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 16-20 3 16.7 16.7 16.7

>20 15 83.3 83.3 100.0

Total 18 100.0 100.0

rawatgigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pencabutan 9 50.0 50.0 50.0

Berobat 3 16.7 16.7 66.7

Belum Pernah 6 33.3 33.3 100.0

Total 18 100.0 100.0

waktusikat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2x/hr 13 72.2 72.2 72.2

>2x/hr 5 27.8 27.8 100.0

(66)

permukaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Permukaan 1 5.6 5.6 5.6

Seluruh Permukaan 17 94.4 94.4 100.0

Total 18 100.0 100.0

Descriptives Sudah Menopause

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 18 50 58 54.28 2.866

IP 18 2.48 6.00 4.0444 1.24242

skor kehilangan tulang 18 3.05 9.90 6.3522 1.91883

Valid N (listwise) 18

Frequency Table Sudah Menopause

statuskawin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kawin 16 88.9 88.9 88.9

Tidak Kawin 2 11.1 11.1 100.0

(67)

Jumlah Gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 5-10 5 27.8 27.8 27.8

11-15 2 11.1 11.1 38.9

16-20 4 22.2 22.2 61.1

>20 7 38.9 38.9 100.0

Total 18 100.0 100.0

rawatgigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pencabutan 7 38.9 38.9 38.9

Pembersihan 1 5.6 5.6 44.4

Protesa 4 22.2 22.2 66.7

Belum Pernah 6 33.3 33.3 100.0

Total 18 100.0 100.0

waktusikat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1x/hr 1 5.6 5.6 5.6

2x/hr 12 66.7 66.7 72.2

>2x/hr 5 27.8 27.8 100.0

(68)

permukaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Permukaan 2 11.1 11.1 11.1

Seluruh Permukaan 16 88.9 88.9 100.0

Total 18 100.0 100.0

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Indeks Periodontal Belum Menopause .125 18 .200* .915 18 .104

Sudah Menopause .211 18 .033 .885 18 .051

Kehilangan Tulang Belum Menopause .233 18 .011 .890 18 .059

Sudah Menopause .145 18 .200* .961 18 .624

a. Lilliefors Significance Correction

(69)

T-Test

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Indeks Periodontal Belum Menopause 18 2.5794 1.40281 .33065

Sudah Menopause 18 4.0444 1.24242 .29284

Kehilangan Tulang Belum Menopause 18 3.7361 .98862 .23302

Sudah Menopause 18 6.3522 1.91883 .45227

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

(70)

Correlations (Sudah Menopause)

Correlations

Indeks Periodontal Kehilangan Tulang

Indeks Periodontal Pearson Correlation 1 .447

Sig. (2-tailed) .063

N 18 18

Kehilangan Tulang Pearson Correlation .447 1

Sig. (2-tailed) .063

N 18 18

Correlations (Belum Menopause)

Correlations

Indeks Periodontal Kehilangan Tulang

Indeks Periodontal Pearson Correlation 1 .200

Sig. (2-tailed) .426

N 18 18

Kehilangan Tulang Pearson Correlation .200 1

Sig. (2-tailed) .426

(71)

Gambar

Tabel
Gambar 2.1. Fase klimakterium.28
Gambar 2.2. Skema bagaimana defisiensi estrogen menyebabkan penyakit periodontal yang parah.20
Gambaran radiografis normal.
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Barangsiapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu,

Perbandingan hipertensi lebih banyak menyerang perempuan dari pada laki – laki Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan derajat

PENDlDlKAN DASAR D4N PERANAN LEMBAGA. PENDIDIKAN

Sebagai contoh misalnya kita memiliki proyek konstruksi basement dengan volume galian 12.000 m3 berapa jumlah excavator dan dump truck

Hasil dari pembuatan aplikasi sipoli ini didasari untuk memberikan kemudahan pada pihak admin maupun dokter untuk melakukan tugasnya agar kinerja pelayanan kesehatan terhadap

Sumber data primer yaitu sumber pertama sebuah data dihasilkan (Bungin, 2008:129). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa

Berdasarkan hasil kajian di atas jelas terlihat bahwa klasifikasi fase retinopati diabetes menggunakan pendekatan eliminasi optic disc memberikan pengaruh yang sangat

Generally, the TYT study curve had lower average weights for each gestaional age compared to the Lubchenco curve except for 34– 37 weeks.. Compared to the Alisjahbana