PENENTUAN KADAR ASAM SIKLAMAT DALAM MINUMAN
RINGAN ION TUBUH SWEAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
KARYA ILMIAH
APRIYANA BR PURBA
062401034
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR ASAM SIKLAMAT DALAM MINUMAN
RINGAN ION TUBUH SWEAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
APRIYANA BR PURBA
062401034
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR ASAM SIKLAMAT DALAM
MINUMAN RINGAN ION TUBUH SWEAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : APRIYANA BR PURBA
Nomor Induk Mahasiswa : 062401034
Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juli 2009
Diketahui/Disetujui oleh Disetujui oleh Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS
NIP : 131 459 466 NIP : 131 459 466
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR ASAM SIKLAMAT DALAM MINUMAN
RINGAN ION TUBUH SWEAT SECARA SPEKTOFOTOMETRI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2009
062401034
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan atas Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan HidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “ Penentuan Kadar Asam Siklamat Dalam Minuman Ringan Ion Tubuh Sweat Secara Spektrofotometri”, guna melengkapi tugas sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program studi D-3 Kimia Analis Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan karya ilmiah ini tak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dorongan dari pihak keluarga, pihak-pihak tertentu dan rekan-rekan sekalian. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta yaitu Ayahanda G. Purba dan Ibunda M. Br Ginting yang telah mendidik dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Dan juga buat Abang dan Kakak penulis : Pembina Purba, Pembela Purba, Susilawati, dan Dian.N. Br Sembiring serta seluruh keluarga penulis lainnya.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain:
1. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
2. Ibu Dr. Marpongahtun,Msc, selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Prof. Dr Eddy Marlianto Msc, selaku Dekan Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Zakiah Kurniati, S.farm,Apt, selaku Koordinator PKL di Balai Besar Pom yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan unutk memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan PKL.
5. Buat teman-teman PKL Darlina, Afif, Lapenris, Yuli, Ayu dan Weny yang telah banyak menjalani suka dan duka bersama penulis selama PKL.
6. Buat Keluarga Harmonika 07, yang tetap setia menemani penulis baik dalam senang maupun duka.
7. Teman-teman jurusan Kimia Analis FMIPA USU semoga kita tetap semangat dan semakin kompak
Demikianlah Karya Ilmiah ini penulis perbuat dan penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunannya dikarenakan keterbatasan, kemampuan, serta pengetahuan penulis. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangaun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah imi. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan khususnya penulis.
PENENTUAN KADAR ASAM SIKAMAT DALAM MINUMAN RINGAN ION TUBUH SWEAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ABSTRAK
DETERMINATION OF CYCLAMATE ACID IN SOFT DRINK ION TUBUH SWEAT BY SPEKTROFOTOMETRY
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Tambahan Pangan (Zat Aditif) 5
2.2 Bahan Pemanis 7
2.2.1 Pemanis Alam 9
2.2.2 Bahan Pemanis Sintetis 9
2.3 Tujuan Penggunaan Bahan Pemanis 11
2.4 Spektrofotometri 12
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT 16
3.2 BAHAN 16
3.3 PROSEDUR KERJA 17
3.3.1 Pembuatan pereaksi 17
3.3.2 Larutan Uji Sampel Ion Tubuh Sweat 17
3.3.3 Larutan Baku Na Siklamat 18
3.3.4.Prosedur Analisa Spektrofotometer 18
3.3.5 Perhitungan 19 3.7.6 Flowchart Uji Sampel Ion Tubuh Sweat 20
BAB IV HASIL PERCOBAAN
4.1. DATA PERCOBAAN 22
4.2 PERHITUNGAN 22
4.3 PEMBAHASAN 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 24
5.2. Saran 24
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik penentuan Baku Na siklamat pada panjang gelombang maksimum 314 nm, konsentrasi vs absorbansi
PENENTUAN KADAR ASAM SIKAMAT DALAM MINUMAN RINGAN ION TUBUH SWEAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ABSTRAK
DETERMINATION OF CYCLAMATE ACID IN SOFT DRINK ION TUBUH SWEAT BY SPEKTROFOTOMETRY
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Zat pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula. Umumnya zat pemanis sintetik mempunyai struktur kimia yang berbeda dengan struktur polihidrat gula alam. (Winarno, 1997)
Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol , mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama. (Eriawan R. dan Imam P., 2002)
dan minuman jadi dan perkembangan pemakaian gula pasir sebagai bahan baku utama oleh industri tersebut.
Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na. Nama lain dari siklamat adalah natrium
sikloheksisulfamat atau natrium siklamat. Dalam perdagangan, siklamt dikenal dengan mana assugin, sucaryl atau sucrosa. Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisnnya ± 30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai sebahai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-nutritive) untuk pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng. Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian bahwa tikus yang diberikan siklamat dan sakarin dapat menimbulkan kanker kantong kemih. Penelitian baru menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan antropi, yaitu terjadinya pengecilan testikuler dan kerusakan kromosom. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli Academy of Science pada tahun 1985 melaporkan bahwa siklamat maupun turunannya (sikloheksiamin) tidak bersifat karsinogenik, tetapi diduga sebagai tumor promotor. Sampai saat ini hasil penelitian mengenai dampak siklamat terhadap kesehatan masih diperdebatkan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah minuman ringan Ion Tubuh Sweat yang dianalisa telah memenuhi standart sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Pu/IX/88 yang mensyaratkan batas maksimum pengunaan siklamat pada minuman ringan adalah 3 g/kg.
1.2Permasalahan
Permasalahan dalam Karya Ilmiah ini adalah
- Apakah kadar Asam Siklamat dalam minuman ringan Ion Tubuh Sweat sudah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/ MenKes/ PU/IX/88
- Bagaimana cara menentukan kadar Asam Siklamat secara sepektrofotometri
1.3Tujuan
Tujuan Karya Ilmiah ini adalah :
- Untuk mengetahui berapa kadar Asam Siklamat pada minuman ringan ion Tubuh Sweat
- Untuk mengetahui cara penentuan kadar Asam Siklamat pada minuman ringan Ion Tubuh Sweat secara Spektrofotometri
1.4Manfaat
Manfaat Karya Ilmiah ini adalah :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Tambahan Pangan (Zat Aditif)
Bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut.
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, Dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras.
residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida.), antibiotik, dan hidrokarbon aromatik polisiklis.
Apabila dilihat dari asalnya, bahan tambahan dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan sebagainya. Bahan ini dapat juga disintetis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan β-karoten dan asam askorbat. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah, tetapi ada pula kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan atau manusia.
Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila: 1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam
pengolahan,
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan,
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan,
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis bahan tambahan pangan ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa).
Pada kenyataannya, berbagai bahan tambahan yang dikenal sekarang merupakan modifikasi bahan-bahan yang secara alamiah ada dalam bahan makanan sebelumnya.
Adapun tujuan pengunaan bahan tambahan adalah untuk:
1. Mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan. Contohnya; tambahan vitamin, iodin, besi, asam amino.
2. Mempertahankan kesegaran bahan, terutama untuk menghambat kerusakan oleh mikroorganisme (jamur, bakteri dan khamir). Bahan pengawet juga bertujuan untuk mempertahankan kesegaran warna maupun aroma. Contohnya; natrium nitrit (mematikan bakteri, mempertahankan warna daging), anti oksidan (mencegah ketengikan dengan vitamin, Butyllated Hydroxy Anisol/BHA atau Butylated Hydroxy Toluen/BHT).
3. Membantu mempermudah pengolahan dan persiapan. Contohnya; bahan pengemulsi (kuning telur, lecithin), penstabil, pengental, pengembang (ragi, bubuk roti), pencegah lengket (anticaking untuk garam halus supaya tidak lengket). 4. Membantu memperbaiki kenampakan atau aroma makanan. Contohnya; pewarna
makanan (alamiah maupun buatan) dan aroma. (Sudarmadji,1989)
2.2 Bahan Pemanis
terdapat pula pemanis buatan yang sengaja dibuat dari campuran bahan kimia untuk tujuan tertentu.
Pada mulanya pemanis buatan diproduksi dengan tujuan komersial untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan minuman bagi penderita dibetes mellitus (kencing manis) yang harus mengontrol kalori makanannya. Gula merupakan pemasuk kalori. Dalam perkembangannya, pemanis buatan mengalami diversifikasi fungsi. Kalangan pengusaha juga menggunakannya untuk meningkatkan rasa manis dan cita rasa pada produk-produk yanga sudah mengandung gula. (Syah.D,dkk, 2005)
Pemanis merupakan komponen bahan pangan yang umum, oleh karena itu agak aneh kalau dimasukkan ke dalam daftar bahan tambahan makanan. Pemanis yang termasuk bahan tambahan makanan adalah pemanis pengganti gula (sukrosa). Pemanis, baik yang alami maupun yang sintetis, merupakan senyawa yang memberikan persepsi rasa manis tetapi tidak (atau hanya sedikit) mempunyai nilai gizi (non-nutritive sweeteners). Suatu senyawa untuk dapat digunakan sebagai pemanis, kecuali berasa manis, harus memenuhi beberapa kriteria tertentu, seperti :
- Larut dan stabil dalam kisaran pH yang luas, - Stabil pada kisaran suhu yang luas,
- Mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai side atau after-taste, dan - Murah, setidak-tidaknya tidak melebihi harga gula.
2.2.1 Pemanis Alam
Pemanis alam biasanya berasal dari tanaman-tanaman penghasil pemanis yang utama adalah tebu (saccharum officanarum L) dan bit (Beta vugaris L). Bahan pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut dikenal sebagai gula alam atau sukrosa. Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah :
1. Sukrosa 6. D-Fruktosa
2. Laktosa 7. Sorbitol
3. Maltosa 8. Manitol
4. Galaktosa 9. Gliserol
5. D-Glukosa 10. Glisina
(Cahyadi,2006)
2.2.2 Bahan Pemanis Sintetis
Pemanis sintetis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Beberapa pemanis sintetis yang telah dikenal dan banyak digunakan adalah:
1. Sakarin 4. Dulsin
2. Siklamat 5. Sorbitol sintetis
3.Aspartam 6. Nitro-propoksi-anilin
Sampai saat sekarang ini penelitian mengenai calon-calon bahan pemanis sintetis masih terus diteliti. Beberapa bahan pemanis tersebut diantaranya adalah Dihydrochalcone asesulfame-K dan Steviosida.(Cahyadi,2006)
Ca-pemanis. Kemudian penggunaannya dilarang di Amerika Serikat karena diperkirakan bersifat karsinogenik. ( Winarno,2004)
Siklamat
Siklamat merupakan garam natrium dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na. Natrium siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang
disenangi. Sangat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya sekitar 30 kali tingkat kemanisan gula tebu murni. Rasa manis siklamat masih dapat dirasakan sampai tingkat pengenceran 1: 10.000. sukrosa masih sangat manis dengan pengenceran yang lebih kecil yaitu 1 : 140, sedangkan sakarin lebih tinggi lagi yaitu 1:100.000.
NH-SO2-ONa
Struktur Na Siklamat
Natrium siklamat dalam industri pangan dipakai sebagai pemanis nirgizi untuk menggantikan sukrosa. Dalam perdagangan dikenal sebagai Assugin, Sucaryl, Sucrosa. Nama kimiawinya adalah natrium-sikloheksilsulfamat atau natrium siklamat. Karena sifatnya yang tahan panas maka sesuai untuk dipakai dalam makanan yang diproses misalnya makanan dalam kaleng.
menyebabkan kanker betapapun kecilnya tidak dapat dipakai, maka sejak bulan oktober 1969 siklamat secara resmi dilarang pemakaiannya di Amerika Serikat.
(Luthana, http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2008/12/16/siklamat/)
2.3 Tujuan Penggunaan Bahan Pemanis
Pemanis ditambahkan ke dalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai berikut.
1. Sebagai pangan bagi penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah. Pada penderita diabetes mellitus disarankan menggunakan pemanis sintetis untuk menghindari bahaya gula. Dari tahun 1955 sampai tahun 1966 digunakan campuran siklamat dan sakarin pada pangan dan minuman bagi penderita diabetes mellitus.
2. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan. Kegemukan merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan penyebab utama kematian. Untuk orang yang kurang aktif secara fisik disarankan untuk mengurangi masukan kalori per harinya. Pemanis sintetis merupakan salah satu bahan pangan untuk mengurangi masukan kalori.
3. Sebagai panyalut obat
4. Menghindari kerusakan gigi
Pada pangan seperti permen lebih sering ditambahkan pemanis sintetis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis yang lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja sudah menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak merusak gigi.
5. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintetis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya relatif murah dibandingkan dengan gula yang diproduksi di alam.
(Cahyadi,2006)
2.4 Spektrofotometri
Sudah lama ahli kimia menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan visual dalam mana studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam pencirian dan pengukuran kuantitatif. Dengan menggantikan mata manusia dengan detektor-detektor radiasi lain, dimungkinkan studi absorpsi (serapan) diluar daerah spektrum tampak, dan seringkali eksperimen spektrofotometri dilakukan secara automatik. Dalam penggunaan dewasa ini, istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pula pada suatu panjang gelombang. (Underwood,2002)
Keterangan :
SR = Sumber radiasi D = Detektor
M = Monokromator A = Amplifier atau penguat SK = Sampel Komponen VS = Visual display atau meter
Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer UV-Vis memegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait fungsi dan peranannya. Setiap fungsi dan peranan tiap bagian di tuntut ketelitian dan ketetapan yang optimal, sehingga akan diperoleh hasil pengukuran yang tinggi tingkat ketelitian dan ketepatannya. Dilihat dari sistem optik spektrofotometer dapat digolongkan dalam tiga macam yaitu :
1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (Single Beam) 2. Sistem optik radiasi berkas ganda (Double Beam)
3. Sistem optik radiasi berkas terpisah (Splitter Beam) (Mulja, 1995)
Komponen-Komponen Spektrofotometer
Baik Spektrofotometer berkas tunggal maupun berkas rangkap, dan instrumen yang beroperasi dalam berbagai daerah spektrum, semuanya mempunyai komponen-komponen hakiki, meskipun rinciannya sangat berbeda dalam beberapa hal.
a. Sumber radiasi
Beberapa macam sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium, lampu tungsten, dan lampu merkuri. Sumber radiasi deutrium dapat dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm
radiasi deuterium memberikan spektrum energi radiasi yang lurus. Sedangkan pada panjang gelombang 486 nm dan 651,1 nm memberikan dua garis spektra yang dapat dipakai untuk mengecek ketepatan panjang gelombang pada spektrofotometer UV-Vis. Umur sumber radisi deuterium (D2) sekitar 500 jam pemakaian. Sumber radiasi
tungsten merupakan campuran dari filamen tungsten dan gas iodin (halogen), oleh sebab itu disebut sebagai sumber radiasi “iodine”. Sumber radiasi tungsten-iodine ini dipakai pada spektrofotometer UV-Vis sebagai sumber radiasi pada daerah pengukuran sinar tampak dengan rentangan panjang gelombang 380-900 nm, karena pada daerah tersebut sumber radiasi “tungsten-iodine” memberikan energi radiasi sebagai garis lengkung. Umur tungsten-iodin sekitsar 1000 jam pemakaian. Sumber radiasi merkuri adalah suatu sumber radiasi mengandung uap merkuri bertekanan randah dan biasanya sumber radiasi merkuri ini dipakai untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada spektrofotometer UV-Vis pada daerah ultra violet khususnya disekitar panjang gelombang 365 nm (365,0 : 365,5 dan 366,3 nm), dan sekaligus mengecek resolusi dari monokromator.
b. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator pada spektrofotometer UV-Vis biasanya terdiri dari susunan : celah (slit) masuk-filter-prisma-kisi (Gatting)-celah keluar.
- Filter optik merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang 380-780 nm merupakan cahaya putih yang merupakan campuran cahaya dengan berbagai panjang gelombang.
- Prisma dan kisi merupakan bagian monokromator yang terpenting. Prisma dan kisi pada prinsipnya mendispersi radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya didapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
c. Sel atau kuvet
Kuvet atau sel merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari pemakaiannya kuvet ada dua macam yaitu kuvet yang permanen terbuat dari bahan gelas atau leburan silika dan kuvet disposible untuk satu kali pemakaian yang terbuat dari teflon atau plastik.
d. Detektor
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT
- Spektrofotometer UV-Visible Hitachi
- Beaker glass Pyrex
- Corong pisah Pyrex
- Gelas ukur Pyrex
- Pipet tetes
- Corong Pyrex
- Kertas saring Whatman No 40
- Labu ukur Pyrex
3.2 BAHAN
- NaOH Pro analisis
- H2SO4 Pro analisis
3.3 PROSEDUR KERJA
3.3.1 Pembuatan pereaksi - NaOH 0,5 N
Timbang 20 g NaOH, larutkan dalam aquadest bebas CO2 sampai 1000 ml
- NaOH 10 N
Timbang 400 g NaOH, larutkan dalam aquadest bebas CO2 sampai 1000 ml
- H2SO4 30%
Encerkan 31,25 ml H2SO4 (p) dengan aquadest sampai 100 ml
3.3.2 Larutan Uji Sampel Ion Tubuh Sweat
- Sejumlah 1 g sampel diencerkan dengan 100 ml aquadest, dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml
- Tambahkan 5 ml H2SO4 (p) atau 30%
- Setelah dingin, tambah 100 ml etil asetat - Kocok selama 2 menit
- Lapisan etil asetat dimasukkan kedalam corong pisah kedua - Dikocok 3 kali, setiap kali dengan 30 ml aquadest.
- Kumpulan lapisan air dimasukkan kedalam corong pisah ketiga - Tambah 2 ml NaOH 10N dan 10 ml sikloheksana
- Kocok selama 1 menit
- Lapisan air dipisah dan dimasukkan kedalam corong pisah ke 4
- Tambah 5 ml H2SO4 30% dan 10 ml sikoheksan dengan volume pipet dan 10
tambah lagi 10 ml Na-hipoklorit 1%
- Lapisan air dibuang, lapisan sikoheksana dicuci dengan 50 ml NaOH 0,5N - Kocok selama 1 menit, lapisan bawah dibuang
- Lapisan sikloheksana dikocok dengan 50 ml air, lapisan air dibuang
- Lapisan sikloheksana disaring melalui kapas, masukkan dalam labu ukur 10 ml (A)
3.3.3 Larutan Baku Na Siklamat
- Timbang seksama 50 mg Na- siklamat BP
- Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan aquadest sampai garis tanda
- Pipet 1,0 ml ; 2,0 ml ; 4,0 ml ; 6,0 ml ; dan 8,0 ml dan masing-masing masukkan kedalam labu ukur 100 ml
- Tambah aquadest sampai garis tanda dan diperlakukan sama seperti larutan uji (B).
3.3.4 Prosedur Analisa Spektrofotometri
- Hubungkan alat dengan sumber arus listrik
- Hidupkan dengan menekan tombol power pada posisi ON pada seluruh alat, tunggu sampai proses initialisasi selesai
- Hidupkan CPU, monitor, printer
- Pada menu windows, double klik icon UV-probe - Klik icon spectrum
connect
- Pengisian parameter klik icon methode :
a. Pada tab measurement isi panjang gelombang 314 nm, scan speed 314 nm
b. Pada tab sample preparation isi weight,vol dilution
c. Pada tab instrument parameter isi measuring mode, slidth, klik OK. - Masukkan blanko pada kuvet reference dan kuvet sampel, klik pada taksbar baseline tunggu sampai pembacaan selesai
- Masukkan larutan standart, klik START - Masukkan larutan uji, klik START
3.3.5. Perhitungan
- Masing-masing larutan A dan B diukur pada panjang gelombang maksimum ±314 nm, menggunakan air yang diperlakukan sam seperti larutan uji sebagai blanko.
- Kadar Na Siklamat dalam minuman
xKb
Bu = Bobot atau Volume cuplikan yang ditimbang (g atau ml) Fp sampel = Faktor pengenceran sampel
3.7.6. Flow Chart Uji Sampel Ion Tubuh Sweat
- Ditambah 1 gr
- Ditambah 100 ml aquadest - Ditambah 5 ml H2SO4 30%
- Ditambah 100 ml etil asetat - Dikocok selama 2 menit
- Dikocok 3 x, setiap kali dengan 30 ml aquadest
- Dikumpulkan
- Ditambah 2 ml NaOH 10 N
- Ditambah 10 ml sikloheksan dengan gelas ukur - Dikocok Selama 1 menit
- Ditampung dalam corong pisah - Ditambah 5 ml H2SO4 30%
--Ditambah 10 ml Sikloheksan dengan pipet volume
- Ditambah 10 ml Na.Hipoklorit kocok selama 2 menit (Bila lap. Sikloheksan tdk berwarna kuning )
- Ditambah 10 ml Na. Hipoklorit 1%
- Dicuci dengan 50 ml NaOH 0,5 N - Dikocok selama 2 menit
- Dikocok dengan 50 ml air (2 x)
- - Disaring dengan kapas
- Dimasukkan dalam labu 10 ml
Corong Pisah 1
Lap.etil asetat (atas) dalam corong pisah 2
Lap. Air (bawah) dibuang
Lap. Air (bawah) dalam corong 3
Lap.etil asetat (atas)
Lap. Sikloheksan (atas)
Lap. Air (Bawah)
Lap. Sikloheksan (atas) Lap. Air (bawah) dibuang
Lap. atas Lap. Bawah (dibuang)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PERCOBAAN
Absorbansi dari larutan baku Na Siklamat terdapat pada tabel 4.1 dan absorbansi sampel Ion Tubuh Sweat terdapat pada tabel 4.2 dibawah ini :
4.1. Absorbansi Baku Na Siklamat No Konsentrasi
(mg/ml)
4.2. Absorbansi Sampel Ion Tubuh Sweat No Absorbansi Asam Siklamat
(g/kg)
Rata-rata Asam Siklamat (g/kg)
1 0,0428 0,3623
0,3606
4.2 PERHITUNGAN Fp. Sampel = Faktor pengenceran sampel Fp. Baku = Faktor pengenceran baku Kb = Kemurnian baku (%)
Contoh perhitungan untuk sampel Ion Tubuh Sweat No.1 pada tabel 4.2
4.3 PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar asam siklamat dari minuman ringan Ion Tubuh Sweat sebesar 0,3606 g/kg, dan tidak melebihi batas standart yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, sehingga minuman ringan Ion Tubuh Sweat layak dikonsumsi oleh masyarakat.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Admin, http://www.tambur.dikti.net/?p=148
Cahyadi,W.C., 2006. Analisis & Aspek Kesehatan bahan Tambahan Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta : Bumi Aksara
Luthana, Y.K, http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2008/12/16/siklamat Mulja.M., 1995., Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press
Rismana,E. Prayanto, I., 2002. BeberapaBahan Pemanis Alternatif yang Aman. Jakarta : kompas Cyber Media
Sudarmadji, S.dkk., 1989. Analisa bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Liberty
Syah,D.dkk, 2005. Manfaat & bahaya bahan tambahan pangan. Bogor : Himpunan Alumni Teknik institut Pertanian Bogor
Underwood,A.L, 2002. AnalisisKimia Kuantitatif. Edisi ke Enam. Jakarta : Penerbit Erlangga