• Tidak ada hasil yang ditemukan

Valuasi Ekonomi Hutan sebagai Penyedia Air untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Persawahan di DAS Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Valuasi Ekonomi Hutan sebagai Penyedia Air untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Persawahan di DAS Deli"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA AIR

UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA DAN

PERSAWAHAN DI DAS DELI

SKRIPSI

Oleh:

RUSNENI VITARIA

051201002/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

RUSNENI VITARIA: Valuasi Ekonomi Hutan sebagai Penyedia Air untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Persawahan di DAS Deli. Dibimbing oleh NURDIN SULISTIYONO dan BEJO SLAMET

Air merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Nilai ekonomi air saat ini tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya karena adanya anggapan bahwa air adalah barang publik yang selalu ada disediakan oleh alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi hutan sebagai penyedia air untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan, menentukan model penduga konsumsi air untuk rumah tangga dan persawahan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi air total untuk kebutuhan rumah tangga adalah Rp. 172.408.040.201,15 dan untuk persawahanan Rp.13.171.583.836. Model penduga konsumsi air untuk rumah tangga adalah Y = 25,85 – 0,006 harga air (X1) + 28,23 jumlah anggota rumah tangga (X3) dan untuk persawahan adalah Y = -1406,51883 -2,8639 harga air (X1) + 3401,903 luas sawah (X4) + 1,146 jarak antara sawah dengan sumber air (X7).Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air untuk rumah tangga adalah harga air berdasarkan biaya pengadaan dan jumlah anggota keluarga.Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air untuk persawahan adalah harga air berdasarkan metode pengadaan, luas sawah, dan jarak antara sawah dengan sumber air.

(3)

ABSTRACT

Rusneni Vitaria Purba : Forest economic valuation as water supply for household consumtion and rice field at Deli Catchment Area.

Water is an important support component for human live and other creature. Nowadays, economic value of water is not compatible with the real value because an opinion that water is a public need which always provided by nature. The gims of this research is to get the forest economic value as a water support for house hold and rice farm, estimate model of water consumtion of house hold and rice farm, and the factor that influence the water use.

The result shows that total water economic value for house hold is Rp. 172.408.040.201,15 and for rice farm is Rp. 13.171.583.836. Estimation model of house hold water consumtion is Y = 25,85 – 0,006 water price (X1) + 28,23 number of house hold (X3) and for the rice farm Y = -1406,51883 -2,8639 water price (X1) + 3401,903 extend of farm rice (X4) + 1,146 the distance between rice field with water source (X7). House hold water comsumtion influenced by water production cost and the number of house hold member.Rice farm water consumtion influence by the cost of water production method, extend of rice field, and the distance with the source.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 20 Mei 1986 dari ayah NG . Purba dan ibu M. Br Ginting. Penulis merupakan putri keempat dari empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melaui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Valuasi Ekonomi Hutan sebagai Penyedia Air untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Persawahan di DAS Deli”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis NG. Purba dan M. Br Ginting yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini dan juga kepada abang dan kakak penulis yang selalu memberi semangat kepada penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Nurdin Sulistiyono, S.Hut, M.Si dan Bapak Bejo Slamet, S,Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai Departemen Kehutanan serta semua rekan mahasiswa khususnya kepada sahabat-sahabat penulis (Nehemia, Mondang, Bella, Lamria, Yessa, Erick, Fajar, Ardian) dan teman-teman stambuk 2005 yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Air ... 4

Kebutuhan dan Pemakaian Air ... 5

Permasalahan Sumber Daya Air ... 7

Kualitas Air ... 10

Penilaian Ekonomi Sumber Daya Air ... 10

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 13

Letak dan luas DAS Deli ... 13

Panjang dan kemiringan DAS Deli ... 14

Penutupan lahan atau penggunaan lahan ... 14

Jenis tanah ... 15

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Alat dan Bahan ... 16

Sampel dan Populasi Penelitian ... 16

Pengumpulan Data ... 17

Pengolahan Data ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Hutan sebagai Penyedia Air untuk Rumah Tangga... 23

Karakteristik konsumen air ... 23

Pendapatan ... 23

Jumlah anggota rumah tangga ... 24

Mata pencaharian ... 25

(7)

Jarak dengan sumber air ... 26

Ketinggian ... 27

Slope ... 27

Sumber air ... 28

Model penduga konsumsi air ... 29

Kurva permintaan air ... 32

Nilai manfaat air ... 33

Nilai Hutan sebagai Penyedia Air untuk Persawahan ... 35

Karakteristik konsumen air ... 35

Pendapatan ... 35

Mata pencaharian ... 36

Tingkat pendidikan ... 37

Jarak dengan sumber air ... 38

Ketinggian ... 38

Slope ... 39

Luas dan produktivitas sawah ... 39

Model penduga konsumsi air ... 41

Kurva permintaan air ... 43

Nilai manfaat air ... 45

Ketelitian Model Penduga Konsumsi Air ... 46

Uji normalitas ... 46

Uji multikolinearitas ... 46

Uji heterokedasitas ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Panjang dan kemiringan DAS Deli ... 14

2. Penggunaan lahan DAS Deli ... 15

3. Jenis tanah di DAS Deli ... 15

4. Penetapan umur ekonomis alat ... 19

5. Tingkat pendapatan konsumen air rumah tangga ... 23

6. Jumlah anggota rumah tangga konsumen air untuk rumah tangga ... 24

7. Persentase mata pencaharian konsumen air untuk rumah tangga ... 25

8. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga konsumen air untuk rumah tangga ... 25

9. Jarak antara tempat tinggal konsumen air untuk rumah tangga dengan sumber air ... 26

10.Tinggi tempat tinggal konsumen air untuk rumah tangga ... 27

11.Slope tempat tinggal konsumen air untuk rumah tangga ... 28

12.Sumber air untuk kebutuhan rumah tangga ... 28

13.Permintaan air untuk rumah tangga berdasarkan berbagai tingkat harga air ... 33

14.Tingkat pendapatan konsumen air untuk persawahan ... 35

15.Persentase mata pencaharian konsumen air untuk persawahan ... 36

16.Tingkat pendidikan kepala rumah tangga konsumen air untuk persawahan ... 37

17.Jarak antara tempat tinggal konsumen air untuk persawahan dengan sumber air ... 38

18.Tinggi tempat tinggal konsumen air untuk rumah tangga ... 38

19.Slope tempat tinggal konsumen air untuk rumah tangga ... 39

20.Luas sawah konsumen air untuk persawahan ... 40

21.Produktivitas sawah konsumen air untuk persawahan ... 40

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data Konsumen Air untuk Kebutuhan Rumah Tangg ... 53

2. Data Konsumen Air untuk Persawahan ... 63

3. Out Put SPSS ... 68

4. Perhitungan Nilai Ekonomi Air ... 74

5. Peta Sebaran Responden di DAS Deli ... 75

6. Peta Kelerengan DAS Deli ... 76

(11)

ABSTRAK

RUSNENI VITARIA: Valuasi Ekonomi Hutan sebagai Penyedia Air untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Persawahan di DAS Deli. Dibimbing oleh NURDIN SULISTIYONO dan BEJO SLAMET

Air merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Nilai ekonomi air saat ini tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya karena adanya anggapan bahwa air adalah barang publik yang selalu ada disediakan oleh alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi hutan sebagai penyedia air untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan, menentukan model penduga konsumsi air untuk rumah tangga dan persawahan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi air total untuk kebutuhan rumah tangga adalah Rp. 172.408.040.201,15 dan untuk persawahanan Rp.13.171.583.836. Model penduga konsumsi air untuk rumah tangga adalah Y = 25,85 – 0,006 harga air (X1) + 28,23 jumlah anggota rumah tangga (X3) dan untuk persawahan adalah Y = -1406,51883 -2,8639 harga air (X1) + 3401,903 luas sawah (X4) + 1,146 jarak antara sawah dengan sumber air (X7).Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air untuk rumah tangga adalah harga air berdasarkan biaya pengadaan dan jumlah anggota keluarga.Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air untuk persawahan adalah harga air berdasarkan metode pengadaan, luas sawah, dan jarak antara sawah dengan sumber air.

(12)

ABSTRACT

Rusneni Vitaria Purba : Forest economic valuation as water supply for household consumtion and rice field at Deli Catchment Area.

Water is an important support component for human live and other creature. Nowadays, economic value of water is not compatible with the real value because an opinion that water is a public need which always provided by nature. The gims of this research is to get the forest economic value as a water support for house hold and rice farm, estimate model of water consumtion of house hold and rice farm, and the factor that influence the water use.

The result shows that total water economic value for house hold is Rp. 172.408.040.201,15 and for rice farm is Rp. 13.171.583.836. Estimation model of house hold water consumtion is Y = 25,85 – 0,006 water price (X1) + 28,23 number of house hold (X3) and for the rice farm Y = -1406,51883 -2,8639 water price (X1) + 3401,903 extend of farm rice (X4) + 1,146 the distance between rice field with water source (X7). House hold water comsumtion influenced by water production cost and the number of house hold member.Rice farm water consumtion influence by the cost of water production method, extend of rice field, and the distance with the source.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beberapa kajian empiris menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun mendatang banyak negara berkembang yang diprediksikan akan mengalami kelangkaan air yang gawat. Tanpa upaya serius dan sistematis, maka akan terjadi kelangkaan air bersih, ketahanan pangan melemah, frekuensi konflik meningkat, dan kemiskinan meluas (Sumaryanto dan Sinaga, 2008).

Serupa dengan fenomena yang dialami negara-negara berkembang lainnya, kebutuhan air di seluruh sektor perekonomian di Indonesia juga terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Di sisi yang lain, pasokan air yang layak dikategorikan sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan semakin langka seiring dengan terjadinya penurunan fungsi sungai dan degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS)

(Sumaryanto dan Sinaga, 2008).

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan (Caesari, 2006).

(14)

dari bagian hulu di Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang dan mengalir melintasi Kota Medan, hingga ke bagian hilir di Desa Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Sungai Deli perlu dilestarikan karena dengan luasan tersebut, kawasan ini tidak hanya menyumbang proporsi besar sebagai sumber air minum penduduk kota Medan dan sekitarnya tetapi berperan juga dalam menggerakkan sektor-sektor perekonomian wilayah terutama untuk kabupaten Karo, Deli Serdang dan kota Medan. Sektor-sektor yang dimaksud seperti pertanian, perkebunan, industri, perikanan, pariwisata dan lain sebagainya (Chairani, 2007).

(15)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menghitung besarnya nilai ekonomi hutan sebagai penyedia air untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan di DAS Deli.

2. Menentukan model penduga nilai ekonomi hutan sebagai penyedia air untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan DAS Deli.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian air untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan di DAS Deli.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi mengenai manfaat hasil hutan yaitu manfaat air untuk kebutuhan sektor rumah tangga dan persawahan.

2. Sebagai bahan masukan bagi keperluan pengambilan keputusan terhadap pengelolaan kawasan tersebut.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Daya Air

Manfaat hutan berdasarkan kemampuan untuk dipasarkan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: manfaat marketable dan manfaat non marketable. Manfaat hutan marketable adalah kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu, damar, dan lain-lain. Manfaat hutan marketable adalah barang dan jasa hasil hutan yang belum dikenal nilainya atau belum ada pasarnya seperti: beberapa jenis kayu lokal, kayu energi, binatang, dan seluruh manfaat intangible (Affandi, dkk, 2004).

Air merupakan sumberdaya yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumberdaya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).

(17)

akan naik sementara penawaran agregat (agregate supply) relatif konstan bahkan dapat dikatakan menurun jika faktor pencemaran turut diperhitungkan

(Dumairy, 1992).

Kebutuhan dan Pemakaian Air

Guna memenuhi kebutuhan akan air berbagai cara dan upaya yang dilakukan manusia untuk mengatasi masalah-masalah keairan yang dihadapinya. Menemukan sumber-sumber air baru, membangun dam, memurnikan air kotor, mendesalinasikan air laut dan menciptakan hujan buatan adalah beberapa contoh (Dumairy, 1992).

Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air untuk keperluan pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk keperluan publik. Air untuk keperluan pertanian (irigasi) pada umumnya bersumber dari sungai, danau/waduk dan air tanah. Air sungai mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut:

1. Debitnya cukup besar dibandingkan dengan sumber-sumber air alami lainnya; besar debitnya itu sendiri tidak konstan melainkan tergantung musim dan lokasinya.

(18)

3. Pengambilan airnya relatif mudah, tergantung pada topografi daerah sumber dan daerah pertanian yang dialiri

(Dumairy, 1992).

Kebutuhan air untuk suatu areal pertanian dapat secara menyeluruh atau total dan dapat dilihat secara bagian demi bagian atau parsial. Kebutuhan air secara parsial bermacam-macam tergantung dari bagian mana kita melihatnya. Kebutuhan air secara parsial dibedakan atas kebutuhan air tanaman, kebutuhan air pada tingkat usaha tani, dan kebutuhan air irigasi. Disamping itu, berdasarkan corak pertaniannya, dibedakan atas kebutuhan air di persawahan dan kebutuhan air di perladangan. Kebutuhan air di persawahan dihitung berdasarkan dalamnya kebutuhan air dikalikan dengan luas daerah yang diirigasi. Kebutuhan air di perladangan dihitung berdasarkan luas dikalikan laju evapotranspirasi

(Dumairy, 1992).

Kebutuhan air bagi sektor pertanian, sumber pangan manusia sangat luar biasa besarnya. Sebagai contoh untuk memperoleh satu kilogram padi dibutuhkan air sekitar 6.500 liter. Air dalam kehidupan tanaman berfungsi sebagai penjamin kelangsungan proses fisiologi dan biologi pertumbuhannya, yaitu:

a. untuk pemakaian konsumtif (evapotranspirasi) b. untuk proses asimilasi

c. sebagai pelarut unsur-unsur hara

d. sebagai media pengangkut unsur-unsur dalam tubuh tanaman e. sebagai pengatur tegangan sel dan bagian dari tanaman itu sendiri

f. memberikan kelembaban pada tanah dan pencucian garam-garam dalam tanah.

(19)

Permasalahan Sumber Daya Air

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumberdaya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik,dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumberdaya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung kepada sumberdaya air secara seksama (Effendi, 2003).

Pertumbuhan penduduk di perkotaan menyebabkan penyediaan air bersih menjadi penting bagi kelayakan hidup masyarakatnya. Pada kota-kota yang penduduknya relatif mampu secara ekonomi, masyarakat dapat memperoleh air dengan mudah karena investasi untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan air memiliki dana yang lebih dari cukup. Dengan sendirinya masyarakat mendapat air dengan nilai ekonomis yang murah. Namun, hal itu sama sekali berbeda bila dibandingkan dengan pedesaan yang belum terjangkau jaringan pipa dan penduduknya miskin. Mereka harus membayar dengan mahal untuk memperoleh layanan air (Sunaryo dkk, 2004).

(20)

Konservasi air ditujukan tidak hanya meningkatkan volume air tanah tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaanya sekaligus memperbaiki kulaitasnya sesuai dengan peruntukannya. Konservasi air mempunyai efek ganda antara lain yaitu mengurangi biaya kerugian akibat banjir, menguragi biaya pengolahan air, mengurangi ukuran jaringan pipa dan lain sebagainya. Konservasi air yang baik yaitu menyimpan air di kala berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk keperluan tertentu yang produkstif . Sehingga konservasi air domestic berarti menggunakan air sesedikit mungkin untuk mandi, mencuci, MCK, dan penggunaan-penggunaan lainnya. Konservasi air industri berarti pemakainan air sesedikit mungkin untuk menghasilkan suatu produk. Konservasi air pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air sesedikit mungkin untuk menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya (Suripin, 2001).

Sungai merupakan satu kesatuan antara wadah air dan air yang mengalir, karena itu kesatuan sungai dan lingkungan merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya perairan. Namun, asas tersebut sering diabaikan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan sehingga orientasi kolektif terhadap pelestarian aspek lingkungan sungai masih rendah. Pemanfaatan lahan di sempadan sungai untuk keperluan pemukiman, pertanian dan usaha lain yang mengganggu kelancaran pengaliran air merupakan contoh khas dari diabaikannya aspek lingkungan sungai. Demikian juga dengan praktik-praktik membuang sampah ke perrairan terbuka merupakan bukti dari sikap meremehkan kelestarian sumber daya air (Sunaryo, dkk, 2004).

(21)

mengakibatkan erosi tanah, banjir serta terganggunya fungsi penyerapan air, kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan, berubahnya fungsi daerah tangkapan air, serta distribusi air yang tidak merata menunjukkan bahwa perhatian terhadap kelestarian sumberdaya ini perlu secara total ditingkatkan. Disisi lain harga air apapun bentuk produk yang dijual, umumnya belum mencerminkan harga yang sebenarnya. Penentuan harga ini umumnya belum sepenuhnya memasukkan biaya kerusakan lingkungan yang terjadi. Bahkan dapat dilihat baha beberapa produk air dapat dimanfaatkan secara bebas tanpa biaya, misalnya pemanfaatan air tanah dengan pompa oleh masyarakat. Akibatnya, masyarakat dan pelaku ekonomi tidak mempunyai dorongan untuk bertindak efisien dan efektif dalam memanfaatkan air (Kodoatie, 2002).

Fenomena umum yang terjadi di negara-negara berkembang di Asia dan Afrika menunjukkan lebih dari 75 persen air digunakan untuk kegiatan pertanian dengan tingkat efisien penggunaan yang rendah sangat rendah. Oleh sebab itu, peningkatan efisiensi irigasi dapat berperan sebagai salah satu cara yang sangat strategis untuk memecahkan masalah kelangkaan air, baik di sektor pertanian itu sendiri maupun sektor lain yang terkait (Sumaryanto dan Sinaga, 2008).

(22)

Kualitas Air

Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Nilai kualitas dari masing-masing golongan yaitu:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai baku air minum

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003).

Penilaian Ekonomi Sumber Daya Air

Masalah pokok pada penggunaan penggunaan sumber-sumber air adalah adanya anggapan bahwa air merupakan suatu barang bebas (free goods) yang disediakan oleh alam. Anggapan ini membuat setiap orang merasa bebas menggunakan air tanpa membayar dengan harga tertentu (Marsono, 2004).

(23)

Saat ini berbagai manfaat sumber daya hutan masih dinilai sangat rendah sehingga timbul eksploitasi secara berlebihan. Hal ini disebabkan masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat SDH secara komprehensif. Kerusakan hutan yang sudah sangat mengkhawatirkan menghadapkan semua pihak untuk merenungkan kembali apakah nilai ekonomi SDH yang sebenarnya sudah diperhitungkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan. SDH menghasilkan bukan hanya kayu dan non kayu, tertapi juga intangible produk seperti jasa lingkungan yang berasal dari keberadaan hutan seperti air, penyerapan dan ekowisata yang manfaat dan keberadaannya semakin dibutuhkan baik dalam lokal, nasional dan global (Ginoga, dkk, 2007).

(24)

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak dan luas DAS Deli

Sungai Deli adalah salah satu sungai terpanjang di Propinsi Sumatera Utara dan merupakan sungai terpanjang di Kota Medan. Aliran sungai ini dimulai dari bagian hulu di Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang dan mengalir melintasi Kota Medan, hingga ke bagian hilir di Desa Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003).

Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli di sebelah timur berbatasan dengan DAS Percut, sedangkan di sebelah barat dengan DAS Belawan. DAS tersebut terdiri dari tujuh Sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003).

Letak Sub DAS tersebut dalam DAS antara lain : Sub DAS Petani terletak di hulu, yakni ujung selatan berbatasan langsung dengan DAS yang alirannya mengalir ke selatan. Sub DAS Simai-mai berada di bagian hulu sebelah timur Sub DAS Petani, berbatasan langsung dengan DAS Percut. Sub DAS Deli terletak di tengah berbatasan langsung dengan Sub DAS Simai-mai, DAS Percut dan Sub DAS Babura. Sub DAS Babura dijumpai di tengah berbatasan dengan Sub DAS Petani, Sub DAS Bekala, Sub DAS Deli dan Sub DAS Sei Kambing

(BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003).

Panjang dan kemiringan DAS Deli

(25)

(sangat curam). Panjang dan kemiringan lereng DAS Deli tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Panjang dan kemiringan DAS Deli

Kelas Lereng Luas (Ha) Luas (%)

Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2003).

Penutupan lahan atau penggunaan lahan

Penutupan lahan atau penggunaan lahan adalah aktivitas manusia atas lahan, yang ditunjukkan dengan adanya bentuk pemanfaatan oleh manusia seperti permukiman dan sebagainya. DAS Deli memiliki bentuk penggunaan lahan yang dapat dikelolmpokkan menjadi 12 kategori penutupan lahan. Lahan berupa hutan dijumpai pada bagian hulu DAS (Sibolangit ke selatan) dan di bagian pantai (Hamparan Perak). Hutan dibagian hulu biasanya didominasi oleh jenis-jenis campuran, sedang hutan pantai ditempati dengan jenis-jenis bakau. Masing – masing jenis dan luas penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Penggunaan lahan DAS Deli

Kelas Luas (Ha) Luas (%)

Perkebunan Tembakau 5.628 11,69

Alang-alang 479 0,99

Rawa 69 0,14

Pemukiman 5.374 11,16

Lain-lain 2.187 4,54

Jumlah 48.162 100

(26)

Jenis tanah

Berdasarkan peta tanah DAS Deli terdapat jenis tanah yang tersebar menurut fisiografinya, yaitu yang berada di wilayah daratan dan yang terdapat di wilayah perbukitan hingga pegunungan. Peta tanah daerah DAS Deli didominasi oleh jenis hidromorfik kelagu glei seluas 22.688 Ha (47,11 %) dan podsolik coklat kekuningan seluas 11.307 Ha (23,48 %). Penyebaran pada wilayah DAS Deli dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Jenis tanah pada DAS Deli

Jenis tanah Luas (ha) Persentase (%)

Hidromorfik Kelabu Glei 22.688 47,11

Latosol Coklat 6.604 13,71

Podsolik Merah Kuning 2.497 5,18

Podsolik Coklat Kekuningan 11.307 23,48

Podsolik,Litosol,Regosol 5.066 10,52

Jumlah 48.162 100

(27)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat penelitian adalah di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli yang terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Kota Madya Medan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2009.

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni: 1. GPS untuk mengetahui koordinat lokasi dan ketinggian tempat tinggal

responden Lembar kuisioner yang berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan konsumsi air oleh responden

2. Kamera sebagai alat dokumentasi 3. Kalkulator dan alat tulis

4. Program Arcview GIS, Global Mapper, dan SPSS untuk mengolah data.

Sampel dan Populasi Penelitian

(28)

suatu penelitian. Unit sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah tangga. Sedangkan yang menjadi populasinya adalah seluruh rumah tangga yang berada di DAS Deli.

Sampel diperoleh dari empat desa yang terletak di DAS Deli hulu, tengah dan hilir. Lokasi penelitian bagian hulu yaitu Desa Doulu, bagian tengah Desa Sikeben dan Desa Biru-biru serta bagian hilir yaitu Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Labuhan. Unit sampel (n) yang diperoleh dari keempat lokasi penelitian ini masing-masing berjumlah 30 responden. Populasi (N) yang diperoleh berjumlah 108.758 kepala keluarga.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data primer

a. Karakteristik responden

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air seperti: sumber air, jumlah konsumsi air, biaya pengadaan, biaya perawatan, biaya operasi, dan untuk konsumsi air persawahan ditambah dengan pertanyaan tentang luas sawah dan produktivitas sawah.

(29)

2. Data Sekunder

a. Data kondisi umum wilayah penelitian yang diperoleh dari BPDAS b. Data jumlah pelanggan PAM yang disesuaikan dengan persentase luas

wilayah yang masuk ke dalam DAS Deli

c. Data jumlah populasi (N) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang disesuaikan dengan persentase luas wilayah yang masuk ke dalam DAS Deli yang kemudian dikurangi dengan jumlah pelanggan PAM.

Pengolahan Data

Biaya pengadaan diperoleh dengan cara mengitung biaya pengadaan ataupun pemasangan sumber air pada rumah tangga tersebut ditambah dengan biaya perawatan dan biaya operasi selama satu tahun. Demikian juga halnya untuk kebutuhan persawahan. Penghitungan biaya ini didasarkan pada umur ekonomis peralatan yang digunakan. Sedangkan besarnya harga air dimana harga air yang dimaksud adalah biaya pengadaan air per meter kubik air ditentukan dengan persamaan :

H = BP / KA Dimana :

H = harga air (Rp/m3)

(30)

Tabel 4. Penetapan umur ekonomis alat (Ibrahim 1992 dalam Sulistiyono dan Slamet, 2007)

Jenis Alat Umur (tahun)

Sumur 25

Kolam 10

Bangunan 10

Sanyo 5

Tangki Air 5

Tempayan 2

Jerigen 2

Ember 0,5

Gayung 1

PAM 20

Pendugaan persamaan konsumsi air dari hasil wawancara responden untuk sektor rumah tangga diformulasikan dalam persamaan regresi sebagai berikut :

Y = f{ a, bi, X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 } Dimana :

Y = konsumsi air rumah tangga per tahun (m3/tahun) a = intersep

bi = slope kemiringan garis regresi

X1 = harga air untuk setiap meter kubik berdasarkan metode biaya pengadaan (Rp / m3)

X2 = pendapatan rata-rata rumah tangga selama satu tahun (Rp/tahun) X3 = jumlah anggota rumah tangga (orang)

X4 = mata pencaharian

X5 = tingkat pendidikan kepala rumah tangga

X6 = jarak tempat tinggal responden dengan sumber air (m) X7 = tinggi tempat tinggal responden (mdpl)

(31)

Sedangkan untuk kebutuhan persawahan, pendugaan persamaan konsumsi air diformulasikan dalam persamaan regresi :

Y = f{ a, bi, X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9 } Dimana :

Y = konsumsi air untuk persawahan per tahun (m3/tahun) a = intersep

bi = slope kemiringan garis regresi

X1 = harga air untuk setiap meter kubik berdasarkan metode biaya pengadaan (Rp / m3)

X2 = mata pencaharian

X3 = pendapatan rata-rata rumah tangga per bulan X4 = luas sawah yang dikelola rumah tangga (ha) X5 = produktivitas tanaman (ton/ha/thn)

X6 = tingkat pendidikan kepala rumah tangga X7 = jarak sawah dengan sumber air (m) X8 = tinggi lahan sawah (mdpl)

X9 = slope lahan/sawah dengan sumber air

Semua faktor yang dijadikan sebagai variabel X yang berupa data nominal dan data ordinal dimana dalam persamaan regresi data ordinal tersebut dibuat dalam bentuk skoring (dummy variable) atau penilaian dengan interval tertentu. Data yang dibuat dalam bentuk skoring antara lain:

- Mata pencaharian responden

Mata pencaharian dalam hal ini dibagi menjadi dua yang termasuk dalam golongan petani diberi skor 1 dan di luar petani diberi skor 2.

(32)

Untuk pendidikan kepala rumah tangga diberi skor 6 jika lulus SD, skor 9 jika lulus SMP/SLTP, dan skor 12 jika lulus SMA dan Perguruan Tinggi.

- Slope kemiringan lahan tempat tinggal responden dan sawah responden

Untuk slope datar diberi skor 1, landai diberi skor 2, sedang diberi skor 3, curam diberi skor 4 dan sangat curam diberi skor 5

Model regresi yang diperoleh selanjutnya diuji dengan uji normalitas, multikolinieritas dan heterokedaksitas. Menurut Santoso (2000) model regresi yang baik adalah model regresi yang memenuhi syarat normalitas, multikolinieritas dan heterokedaksitas.

Berdasarkan persamaan regresi di atas maka disusunlah kurva permintaan yang menggambarkan jumlah air yang diminta pada harga tertentu, dimana sumbu tegak merupakan biaya pengadaan air dan sumbu datar merupakan besarnya konsumsi air (m3/tahun). Nilai ekonomi air yang diperoleh konsumen adalah luas daerah yang berada di bawah kurva permintaan air.

Y

Y1 Surplus konsumen

Q Y2

Nilai yang dikorbankan

O X

X2 X1 Gambar 1. Contoh kurva permintaan air

(33)

di DAS Deli. Daerah yang berbentuk persegi panjang OX2QY2 merupakan besarnya nilai yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh air.

Berdasarkan kurva permintaan yang terbentuk, besarnya nilai ekonomi air diperoleh dengan menggunakan formula :

1. Penghitungan Nilai Manfaat Air (NMA)

NMA tot = NMA rata-rata x jumlah KK penelitian

2. Penghitungan Biaya Konsumsi Air (BKA) untuk rumah tangga dan untuk persawahan :

BKA tot = BKA rata-rata x jumlah KK penelitian

3. Penghitungan Surplus Konsumen Air (SKA) untuk rumah tangga dan persawahan :

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Hutan sebagai Penyedia Air Untuk Rumah Tangga Karakteristik konsumen air

Karakteristik konsumen air untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan yang diperoleh dari responden disajikan dalam bentuk tabel. Persentase pendapatan per bulan, jumlah anggota rumah tangga, mata pencaharian, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, jarak dengan sumber air

slope atau kemiringan lahan serta sumber air disajikan dalam tabel-tabel di bawah

ini.

Pendapatan

Tingkat pendapatan per bulan dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu pendapatan < Rp. 500.000, Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000, Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000, Rp. 2.000.000 – Rp.4.000.000 dan pendapatan > Rp.500.000.

Tabel 5. Tingkat pendapatan konsumen air rumah tangga No. Pendapatan per bulan (Rp.) Jumlah

rumah 1.000.000 – 2.000.000 2.000.000 – 4.000.000

(35)

sebesar 4,35%. Responden yang memiliki pendapatan di atas Rp. 4.000.000 pada umumnya bermata pencaharian sebagai wiraswasta atau pegawai. Responden yang berpendapatan rendah pada umumnya dari golongan petani.

Pendapatan ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi air karena seberapa pun pendapatan seseorang ia tetap membutuhkan air, hanya saja ketersediaan dana bisa saja memberikan pengaruh terhadap pengadaan sarana untuk mempermudah memperoleh air. Kemudahan memperoleh air oleh tersedianya sarana yang memadai tidak berarti menunjukkan kemudahan memperoleh air karena biaya untuk pembuatan sarana tersebut besar.

Jumlah anggota rumah tangga

Jumlah anggota rumah tangga konsumen air untuk rumah tangga dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu jumlah anggota rumah tangga < 5 orang dan > 5 orang.

Tabel 6. Jumlah anggota rumah tangga konsumen air untuk rumah tangga No. Jumlah anggota rumah tangga (orang) Jumlah KK Persentase (%)

1 2

< 5 > 5

81 34

70,43 29,56

Total 115 100,00

Jumlah anggota rumah tangga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

konsumsi air oleh rumah tangga dimana semakin banyak jumlah anggota rumah tangga

maka kebutuhan akan air juga akan meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(36)

Mata pencaharian

Mata pencaharian dibagi menjadi dua kelompok yaitu petani dan non petani, dimana yang termasuk dalam kelompok non petani yaitu pegawai swasta, PNS, guru, pedagang, pensiunan dan wiraswasta. Persentase hasil pengelompokan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase mata pencaharian konsumen air untuk rumah tangga

No. Mata pencaharian Jumlah KK Persentase (%) 1

Hasil penelitian menunjukkan 71,30% responden bermata pencaharian sebagai petani baik petani sawah/kebun ataupun nelayan. Responden yang bermata pencaharian non petani sebesar 28,69% merupakan responden yang bekerja sebagai wiraswasta, guru dan pegawai, supir dan pedagang.

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir dari kepala keluarga yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu tamatan SD, SMP sederajat, SMA sederajat dan Perguruan Tinggi. Persentase tingkat pendidikan ini disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga konsumen air untuk rumah tangga

No. Pendidikan kepala rumah tangga Jumlah KK Persentase (%) 1

(37)

perguruan tinggi hanya 6,96%. Responden yang hanya memiliki pendidikan SD inilah yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan yang memiliki pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi pada umumnya bekerja sebagai pegawai.

Jarak dengan sumber air

Jarak antara tempat tinggal responden dengan sumber air untuk kebutuhan rumah tangga dikelompokkan ke dalam 4 kelompok dan persentasenya disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jarak antara tempat tinggal konsumen air untuk rumah tangga dengan sumber air

No. Jarak dengan sumber air (m) Jumlah KK (org)

Persentase (%)

1 2 3 4

< 10 10 - 100 100 - 1000

> 1000

13 42 30 30

11,30 36,52 26,00 26,00

Total 115 100,00

(38)

Ketinggian

Tinggi tempat tinggal responden yang dimaksud adalah ketinggian dari permukaan laut (mdpl). Ketinggian ini dikelompukkan ke dalam 4 kelompok yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Tinggi tempat tinggal konsumen air untuk rumah tangga No. Tinggi tempat tinggal (mdpl) Jumlah KK

(org)

Persentase (%)

1 2 3 4

< 10 10 - 100 100 - 1000

> 1000

20 5 60 30

17,39 4,34 52,17 26,00

Total 115 100,00

Hasil penelitian menunjukkan 26% tempat tinggal responden berada pada ketinggian > 1000 mdpl. Pada ketinggian ini kondisi hutan masih terjaga karena lokasi ini berada di bagian hulu sungai sehingga mempengaruhi ketersediaan air. Masyarakat yang tinggal di daerah hulu pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh air yang berarti biaya pengadaan untuk memperoleh air cukup murah. Sebagian besar responden (52,17% ) tinggal pada ketinggian 100-1000 mdpl. Hasil penelitian menunjukkan semakin rendah ketinggian suatu tempat menunjukkan daerah tersebut mendekati daerah hilir dari sungai dimana ketersediaan air bersih semakin berkurang.

Slope

Slope adalah kemiringan lahan tempat tinggal responden. Slope ini terbagi

(39)

Tabel 11. Slope tempat tinggal konsumen air untuk rumah tangga

No. Kemiringan lahan Jumlah KK Persentase (%) 1

Kemiringan lahan tempat tinggal responden 78,26% berada pada lahan datar. Pada umumnya masyarakat lebih memilih tempat tinggal dengan kondisi lahan yang datar. Kondisi lahan yang datar memungkinkan penyaluran air menjadi lebih mudah.

Sumber air

Sumber air yang digunakan oleh responden di lokasi penelitian terbagi ke dalam 3 jenis sumber. Adapun sumber air yang digunakan adalah mata air, sungai, dan sumur. Persentase sumber air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Sumber air untuk kebutuhan rumah tangga

No. Jenis sumber air Jumlah KK Persentase (%)

(40)

Dalam hal ini, masyarakat di DAS Deli yang menggunakan air PAM tidak diikusertakan sebagai responden karena air dari PAM telah memiliki tarif tersendiri dan dapat dikatakan air dalam hal ini telah digunakan untuk industri.

Model penduga konsumsi air

Model regresi penduga konsumsi air untuk kebutuhan rumah tangga diperoleh dari penelitian ini adalah:

Y = 25,85 – 0,006*biaya pengadaan air + 28,23*jumlah anggota rumah tangga. Berdasarkan model yang diperoleh, besarnya intersep adalah 25,85. Intersep ini adalah suatu titik perpotongan antara suatu garis dengan sumbu Y saat nilai X = 0 atau dengan kata lain intersep adalah nilai rata-rata pada variabel Y apabila nilai pada variabel X bernilai 0. Koefisien biaya pengadaan dan jumlah anggota rumah tangga disebut slope yaitu merupakan suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar kontribusi (sumbangan) yang diberikan variabel tersebut terhadap Y. Nilai

slope dapat pula diartikan sebagai rata-rata pertambahan (atau pengurangan) yang

terjadi pada variabel Y untuk setiap peningkatan satu satuan variabel X (Kurniawan, 2008). Dalam hal ini, jika jumlah anggota rumah tangga konstan maka kenaikan satu satuan dari biaya pengadaan air akan mengurangi konsumsi air sebesar 0,006 satuan. Kenaikan jumlah anggota rumah tangga sebesar satu satuan (biaya pengadaan konstan) akan memberikan peningkatan konsumsi air sebesar 28,23 satuan.

(41)

diperoleh. Koefisien determinan (R²) yang dipeoleh menunjukkan konsumsi air untuk rumah tangga tidak begitu kuat dijelaskan oleh biaya pengadaan dan jumlah anggota rumah tangga karena angka tersebut tidak begitu besar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pengadaan air dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap konsumsi air. Sedangkan peubah lain seperti pendapatan rata-rata rumah tangga, mata pencaharian, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, jarak tempat tinggal responden dengan sumber air, tinggi tempat tinggal responden, dan slope atau kemiringan lahan antara tempat tinggal responden dengan sumber air berpengaruh tidak nyata dalam jumlah konsumsi air oleh rumah tangga (Lampiran 3).

Persamaan konsumsi air untuk kebutuhan rumah tangga menunjukkan bahwa konsumsi air dipengaruhi oleh biaya pengadaan air per volume air yang dipakai selama satu tahun. Jumlah air yang dikonsumsi dengan biaya pengadaan air memiliki hubungan timbal balik yang ditunjukkan oleh koefisien biaya pengadaan air yang bertanda negatif. Semakin besar biaya pengadaan air maka konsumsi air akan menjadi lebih sedikit, demikian sebaliknya semakin kecil biaya pengadaan air maka konsumsi air akan semakin besar. Hubungan ini sesuai dengan teori permintaan ekonomi yakni semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang diminta akan komoditi tersebut akan semakin besar jika faktor lain yang mempengaruhi sama (Lipsey dkk, 1987).

(42)

rata-rata adalah 4 orang. Pertambahan jumlah anggota keluarga tentu akan menambah kebutuhan air total karena manusia tidak dapat hidup tanpa air. Dumairy (1992) menyatakan bahwa air adalah segala-galanya bagi kehidupan juga peradaban bagi manusia, bagi tanaman dan hewan, bagi pertanian, bagi industri dan bagi keseimbangan alam. Persediaan air yang mencukupi pada saat yang tepat dan dengan kualitas yang memadai adalah persoalan hidup dan mati. Manusia mungkin dapat bertahan hidup selama beberapa minggu tanpa makan tetapi tanpa air ia hanya akan bertahan hidup paling lama selama sepuluh hari. Pertumbuhan populasi penghuni bumi dan perkembangan peradaban membawa konsekuensi meningkatnya kebutuhan akan air bersih. Ini berarti permintaan agregat (agregate demand) pasti akan naik sementara penawaran agregat

(agregate supply) relatif konstan bahkan dapat dikatakan menurun jika faktor

pencemaran turut diperhitungkan.

(43)

memperoleh kemudahan untuk mendapatkan air sebagai kebutuhan primer. Hal ini juga dinyatakan oleh Dumairy (1992) yaitu guna memenuhi kebutuhan akan air berbagai cara dan upaya yang dilakukan manusia untuk mengatasi masalah-masalah keairan yang dihadapinya. Menemukan sumber-sumber air baru, membangun dam, memurnikan air kotor, mendesalinasikan air laut dan menciptakan hujan buatan adalah beberapa contoh.

Kurva permintaan air

Kurva permintaan air menggambarkan jumlah air yang diminta pada tingkat biaya pengadaan air tertentu, dimana sumbu tegak merupakan biaya pengadaan air per meter kubik air dan sumbu datar merupakan besarnya konsumsi air (m3/tahun). Nilai ekonomi air yang diperoleh konsumen adalah luas daerah yang berada di bawah kurva permintaan air. Kurva ini terbentuk dari model penduga konsumsi air.

Berdasarkan beberapa tingkat biaya pengadaan air, besarnya konsumsi air per tahun untuk kebutuhan rumah tangga di DAS Deli disajikan pada Tabel 13 yang kemudian dapat digambarkan kurvanya seperti Gambar 2.

Tabel 13. Permintaan air untuk rumah tangga berdasarkan berbagai tingkat harga air

(44)

Gambar 3. Kurva permintaan air untuk rumah tangga

Nilai manfaat air

Berdasarkan kurva permintaan air untuk rumah tangga, besarnya nilai manfaat air total yang diperoleh adalah sebesar Rp. 172.408.040.201,- dan biaya konsumsi air total sebesar Rp. 30.597.778.277,-. Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang dikorbankan jauh lebih kecil dari manfaat yang diperoleh. Dengan mengorbankan biaya sebesar Rp. 30.597.778.277,-maka diperoleh kepuasan atau pun surplus bagi konsumen sebesar Rp. 141.810.261.923,- (Lampiran 4). Nilai yang dikorbankan sangat tidak sebanding dengan manfaat ataupun surplus yang diperoleh. Hal disebabkan karena air merupakan barang publik yang merupakan hasil hutan non kayu dan bersifat intangible dan non marketable. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie (2002) yaitu harga air apapun bentuk produk yang dijual, umumnya belum mencerminkan harga yang sebenarnya. Penentuan harga ini umumnya belum sepenuhnya memasukkan biaya kerusakan lingkungan yang terjadi. Bahkan dapat dilihat bahwa beberapa produk air dapat dimanfaatkan

Kurva Permintaan Air Rumah Tangga

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Jumlah Konsumsi Air (m³/thn) Biaya Pengadaan (Rp/m³ )

Surplus Konsumen

(45)

secara bebas tanpa biaya, misalnya pemanfaatan air tanah dengan pompa oleh masyarakat. Akibatnya, masyarakat dan pelaku ekonomi tidak mempunyai dorongan untuk bertindak efisien dan efektif dalam memanfaatkan air.

Anggapan bahwa air adalah barang bebas yang tersedia dalam jumlah yang melimpah dan tak akan bisa habis menyebabkan air dinilai dengan harga yang rendah, sangat tidak sesuai dengan peranannya dalam kehidupan. Di lain sisi secara umum tidak ada batasan berapa pun jumlah air yang ingin dikonsumsi oleh individu apalagi jika lingkungan tempat tinggalnya menyediakan air dalam jumlah yang melimpah. Kesulitan memperoleh air adalah kesulitan dalam pengadaan sarananya semata yang dapat dijadikan satu metode dalam menduga harga air yang sebenarnya secara tidak langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hufschmidt, dkk (1992) bahwa jasa kualitas lingkungan, kemudahan alami, udara bersih, serta air bersih sering dapat digolongkan ke dalam barang publik. Karena tidak mungkin atau berfaedah untuk memaksa semua orang yang menikmati manfaat perbaikan kualitas lingkungan untuk membayarnya dan biasa dikenal dengan masalah “pengenyam gratis” permintaan tersirat diambil sebagai petunjuk kesediaan membayar seseorang dan harus diukur dengan teknik penilaian tidak langsung.

Nilai Hutan sebagai Penyedia Air untuk Persawahan Karakteristik konsumen air

(46)

tangga, jarak dengan sumber air slope atau kemiringan lahan, luas lahan dan produktivitas sawah disajikan dalam tabel-tabel berikut ini.

Pendapatan

Tingkat pendapatan per bulan dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu pendapatan < Rp. 500.000, Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000, Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000, Rp. 2.000.000 – Rp.4.000.000 dan pendapatan > Rp.500.000.

Tabel 14. Tingkat pendapatan konsumen air untuk persawahan

No. Pendapatan per bulan (Rp) Jumlah KK Persentase (%) 1 1.000.000 - 2.000.000 2.000.000 - 4.000.000

> 4.000.000

Pendapatan rata-rata responden adalah adalah sebesar Rp. 1.352.500,- per bulan atau sekitar Rp. 16.230.000,- per tahun. Pendapatan terendah sebesar Rp. 50.000 per bulan dan pendapatan tertinggi sebesar Rp.6.000.000 per bulan. Dilihat dari persentase tingkat pendapatan, rumah tangga yang berpendapatan Rp. 1.000.000–Rp. 2.000.000 memiliki persentase terbesar yaitu sekitar 45%, persentase terkecil dari tingkat pendapatan adalah rumah tangga yang berpendapatan di atas Rp. 4.000.000 yaitu sebesar 1,6%.

(47)

sesuai dengan besarnya ukuran saluran air yang ia pakai yang dikenal dengan istilah ”pancur”. Semakin besar ukuran saluran air yang masuk ke sawah petani tersebut maka biaya yang harus ia keluarkan juga semakin besar.

Mata pencaharian

Mata pencaharian dibagi menjadi dua kelompok yaitu petani dan non petani, dimana yang termasuk dalam kelompok non petani yaitu pegawai swasta, PNS, guru, pedagang, pensiunan dan wiraswasta. Persentase hasil pengelompokan disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Persentase mata pencaharian konsumen air untuk persawahan

No. Mata pencaharian Jumlah KK Persentase (%) 1

2

Non Petani Petani

10 50

16,66 83,33

Total 60 100,00

Hasil penelitian menunjukkan 83,33% responden bermata pencaharian utama sebagai petani yakni petani sawah atau padi. Responden yang bermata pencaharian non petani sebesar 16,66% merupakan responden yang memiliki pekerjaan utama bukan sebagai petani tetapi mereka masih menanam padi sebagai usaha sampingan.

Tingkat pendidikan

(48)

Tabel 16. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga konsumen air untuk persawahan

No. Pendidikan kepala rumah tangga Jumlah KK Persentase (%) 1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan SD yaitu sebesar 46,67%, sedangkan tingkat pendidikan yang mencapai perguruan tinggi hanya 5%. Responden yang hanya memiliki pendidikan SD inilah yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani,

sedangkan yang memiliki pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi pada umumnya memiliki pekerjaan utama non petani.

Jarak dengan sumber air

Jarak antara sawah responden dengan sumber air dikelompokkan ke dalam 4 kelompok dan persentasenya disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Jarak antara sawah konsumen air untuk persawahan dengan sumber air No. Jarak dengan sumber air (m) Jumlah KK Persentase (%)

(49)

Ketinggian

Tinggi lahan sawah yang dimaksud adalah ketinggian dari permukaan laut (mdpl). Ketinggian ini dikelompokkan ke dalam 4 kelompok yang disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Tinggi sawah konsumen air untuk persawahan

No. Tinggi sawah (mdpl) Jumlah KK Persentase (%)

Hasil penelitian menunjukkan 88,33% sawah responden berada pada ketinggian 100-1000 mdpl. Persawahan ini umumnya banyak dijumpai pada bagian tengah dari DAS Deli dimana komoditas utama pertanian daerah ini adalah tanaman padi. Bagian hulu atau ketinggian di atas 1000 mdpl hanya sekitar 11,67% responden yang memiliki sawah karena pada daerah ini contohnya seperti Desa Doulu, prioritas utama pertanian mereka adalah sayur-sayuran.

Slope

Slope adalah kemiringan lahan sawah responden. Slope ini terbagi dalam 5

kelompok yaitu: datar, landai, sedang, curam dan sangat curam yang persentasenya disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Slope sawah konsumen air untuk persawahan

(50)

Kemiringan lahan sawah responden 81,67 % berada pada lahan datar. Pada umumnya, persawahan berada pada lahan yang datar karena tidak mungkin membuat sawah pada lahan yang sedang atau pun curam. Hal ini tentu akan menyulitkan petani juga menyulitkan dalam hal pengairannya. Adapun masyarakat yang memiliki sawah di lahan landai hanya sekitar 18,33% dan alternatifnya dibuat terasering.

Luas dan produktivitas sawah

Sawah yang menjadi objek penelitian terdapat di tiga lokasi penelitian yaitu Desa Sikeben, Desa Sibiru-biru dan Desa Doulu. Petani yang dijadikan responden adalah petani padi yang menggunakan air yang bersumber dari DAS Deli untuk mengairi sawahnya, dengan kata lain jenis sawah yang dikelola bukan sawah tadah hujan. Persentase luas sawah dan produktivitas sawah konsumen air untuk persawahan disajikan pada Tabel 20 dan 21 berikut.

Tabel 20. Luas sawah konsumen air untuk persawahan

No. Luas sawah (Ha) Jumlah KK Persentase (%) 1

2 3

< 0,5 0,5 - 1

> 1

28 31 1

46,67 51,67 1,67

Total 60 100,00

(51)

Tabel 21. Produktivitas sawah konsumen air untuk persawahan

No. Produktivitas sawah (ton/Ha/tahun) Jumlah KK Persentase (%) 1

2 3 4

< 0,5 0,5 - 1

1 - 2 > 2

6 9 23 22

10,00 15,00 38,33 36,67

Total 60 100,00

Produktivitas sawah masyarakat rata-rata di atas 1 ton/Ha/tahun. Produktivitas ini dipengaruhi oleh luas sawah dan berapa kali dalam setahun petani menanam padi di sawah tersebut. Sebagian petani hanya menanam padi sekali dalam setahun sehingga produksi padinya dalam setahun sedikit. Produktivitas padi ini menurut petani sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Jika air tidak tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan maka produktivitas akan menurun karena padi sawah sangat tergantung dengan ketersediaan air.

Model penduga konsumsi air untuk persawahan

Model regresi penduga konsumsi air untuk persawahan diperoleh dari penelitian ini yaitu:

Y = -1406,51883 - 2,8639*biaya pengadaan air + 3401,903*luas sawah + 1,146*jarak sawah

(52)

penduga yang diperoleh jika luas sawah dan jarak sawah dengan sumber air konstan maka kenaikan satu satuan dari biaya pengadaan air akan mengurangi konsumsi air sebesar 2,8639 satuan. Kenaikan luas sawah sebesar satu satuan dimana biaya pengadaan dan jarak sawah dengan sumber air konstan akan memberikan peningkatan konsumsi air sebesar 3401,903 satuan. Hal yang sama akan terjadi pada jarak sawah dengan sumber air, kenaikan jarak sawah sebesar satu satuan dimana biaya pengadaan dan luas sawah konstan akan memberikan peningkatan konsumsi air sebesar 1,146 satuan.

Persamaan regresi dengan memasukkan kedelapan variabel tersebut menghasilkan R² sebesar 72,9%. Sehingga dapat diartikan bahwa sebesar 72,9% konsumsi air oleh rumah tangga dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas dalam model yaitu biaya pengadaan, luas sawah dan jarak sawah dengan sumber air. Semakin besar nilai R² semakin baik model regresi yang diperoleh.

Model penduga konsumsi air untuk kebutuhan persawahan menunjukkan bahwa konsumsi air untuk persawahan dipengaruhi sangat nyata oleh biaya pengadaan air, luas sawah dan jarak sawah dengan sumber air. Sedangkan peubah lain seperti mata pencaharian, pendapatan rata-rata kepala keluarga, produktivitas tanaman padi, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, tinggi lahan sawah dan

slope tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kebutuhan air untuk persawahan.

(53)

untuk mengairi sawahnya secara teratur seperti biaya untuk pihak yang mengelola saluran irigasi sawah. Biaya pengadaan yang besar menunjukkan adanya kesulitan dalam memperoleh air dalam jumlah yang diinginkan. Biaya ini merupakan biaya yang harus dikeluarkan jika ingin memperoleh air dengan mudah. Hubungan antara permintaan air dengan biaya pengadaan air yang bersifat negatif, artinya hubungan tersebut sudah sesuai dengan hukum permintaan dimana semakin tinggi harga air yang didekati dari besar biaya pengadaan air maka tingkat konsumsi air semakin sedikit, demikian sebaliknya. Hubungan antara permintaan air terhadap luas lahan sawah bersifat positif , artinya semakin besar luas lahan sawah yang diolah oleh petani untuk menanam padi maka permintaan petani terhadap air akan semakin besar. Hal ini terjadi karena air merupakan kebutuhan vital bagi pertanian sehingga tidak dapat diabaikan keberadaannya.

(54)

dalam perjalanannya dari bangunan induk menuju petak persawahan baik karena evaporasi maupun perembesan ke dalam tanah (Dumairy, 1992).

Kurva permintaan air sawah

Sama halnya dengan kurva permintaan air untuk kebutuhan rumah tangga, kurva permintaan air untuk persawahan juga merupakan jumlah air yang diminta pada tingkat biaya pengadaan tertentu, dimana sumbu tegak merupakan biaya pengadaan air (Rp/m³) dan sumbu datar merupakan besarnya konsumsi air (m3/tahun). Nilai ekonomi air yang diperoleh konsumen adalah luas daerah yang berada di bawah kurva permintaan air. Kurva ini terbentuk dari model penduga konsumsi air untuk persawahan.

Berdasarkan beberapa tingkat biaya pengadaan air, besarnya konsumsi air per tahun untuk kebutuhan persawahan di DAS Deli disajikan pada Tabel 22 yang kemudian dapat digambarkan kurvanya seperti Gambar 3.

Tabel 22. Permintaan air untuk persawahan dengan beberapa tingkat harga air Biaya Pengadaan (Rp/m³) Konsumsi Air (m³/thn)

5 25 50 100 125 250 500 750 900

(55)

Gambar 3. Kurva permintaan air untuk persawahan.

Nilai manfaat air

Nilai manfaat air diperoleh melalui perhitungan secara integral pada kurva permintaan air untuk persawahan. Nilai manfaat air total yang diperoleh sebesar Rp. 13.171.583.836,- dan biaya konsumsi air total sebesar Rp. 4.763.087.083,-. Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang dikorbankan jauh lebih kecil dari manfaat yang diperoleh. Dengan mengorbankan biaya sebesar Rp. 4.763.087.083,-diperoleh surplus bagi konsumen sebesar Rp. 8.408.496.753,-.

Nilai yang dikorbankan jauh melebihi surplus konsumen air untuk kebutuhan rumah tangga di Kawasan DAS Deli sendiri. Sungguh suatu nilai yang sangat besar, namun saat ini nilai seperti ini belum disadari oleh pengguna air itu sendiri sehingga tidak timbul rasa untuk melestarikannya dan menggunakannya sebaik mungkin. Padahal secara langsung dapat dilihat, produktivitas tanaman khususnya tanaman padi sawah akan berkurang jika air tidak tersedia dalam jumlah yang memadai.

Kurva Permintaan Air Sawah

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Jumlah Konsumsi Air (m³/thn)

Biaya Pengadaan (Rp/m³)

Nilai yang dikorbnkan Surplus

(56)

Anggapan bahwa air adalah barang yang tidak pernah habis dan masyarakat petani tidak pernah dikenakan biaya untuk membeli air untuk pertanian dapat menyebabkan masyarakat itu sendiri kurang memahami nilai penting dari keberadaan air yang merupakan suatu produk jasa lingkungan hutan. Padahal jumlah air yang dibutuhkan untuk pertanian khususnya yang tumbuh di lahan basah seperti sawah sangatlah besar. Hal ini didukung oleh pernyataan Ginoga, dkk (2007) yang menyatakan bahwa saat ini berbagai manfaat sumber daya hutan masih dinilai sangat rendah sehingga timbul eksploitasi secara berlebihan. Hal ini disebabkan masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat SDH secara komprehensif. Kerusakan hutan yang sudah sangat mengkhawatirkan menghadapkan semua pihak untuk merenungkan kembali apakah nilai ekonomi SDH yang sebenarnya sudah diperhitungkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan. SDH menghasilkan bukan hanya kayu dan non kayu, tertapi juga intangible produk seperti jasa lingkungan yang berasal dari keberadaan hutan seperti air, penyerapan dan ekowisata yang manfaat dan keberadaannya semakin dibutuhkan baik dalam lokal, nasional dan global.

Ketelitian Model Penduga Konsumsi Air Uji normalitas

(57)

dimana data tersebar di sekitar nilai rata-rata. Syarat ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Santoso (2000) yang menyatakan bahwa syarat model penduga konsumsi air dikatakan baik apabila memenuhi syarat kenormalan. Syarat kenormalan dapat ditunjukkan oleh tampilan plot yang menunjukkan penyebaran data di sekitar garis diagonal.

Uji multikolinearitas

Uji miltikolinearitas yang dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar variabel bebas dimana jika terjadi korelasi antar variabel bebas yang kuat maka telah terjadi multikolinaritas yang serius. Untuk menguji multikolinearitas, dilakukan pengujian dengan ketentuan yaitu: model regresi memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) disekitar angka 1 dan mempunyai angka Tolerance mendekati 1. Apabila kriteria tersebut dipenuhi, maka dinyatakan tidak ada masalah multikolinearitas.

(58)

1, dan nilai Tolerance mendekati angka 1. Hasil analisis ini berarti, ketiga variabel bebas tidak terdapat gejala multikolinearitas.

Syarat ini dinyatakan oleh Santoso (2000) yakni untuk mengetahui baik tidaknya suatu model persamaan dapat dilihat juga melalui uji multikolinieritas. Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan hubungan antara variabel-variabel bebas dan hubungan tersebut cukup besar. Suatu model yang bebas multikolinieritas adalah adalah model yang memiliki Factor Varians Inflasi (VIF) di sekitar angka 1.

Uji heterokedasitas

(59)
(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nilai manfaat air total untuk kebutuhan rumah tangga yang diperoleh adalah sebesar Rp.172.408.040.201,15/thn dengan nilai manfaat rata-rata rumah tangga Rp.1.585.244,67/thn. Sedangkan nilai manfaat air total untuk kebutuhan persawahan sebesar Rp.13.171.583.836/thn dengan nilai manfaat rata-rata Rp.1.156.315/thn.

2. Model penduga permintaan air untuk kebutuhan rumah tangga adalah Y = 25,85 – 0,006 harga air (X1) + 28,23 jumlah anggota rumah tangga (X3). Sedangkan model penduga persamaan permintaan air untuk persawahan adalah Y = -1406,51883 -2,8639 harga air (X1) + 3401,903 luas sawah (X4) + 1,146 jarak antara sawah dengan sumber air (X7).

(61)

Saran

Melihat nilai ekonomi air DAS Deli ini cukup besar maka:

1. Diharapkan agar pemerintah bersama-sama masyarakat memiliki tindakan kesadaran untuk melestarikan kawasan ini agar pasokan air tetap terjaga. 2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai nilai ekonomi DAS

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, O. dan Pindi P. 2004. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan non Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. usu.ac.id/download/fp/hutan-oding3.pdf [24 Maret 2009].

[BPDAS] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu – Sei Ular. 2003. Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu Deli. BPDAS Wampu – Sei Ular. Medan.

Caesari, A. 2006. Survai Tutupan Lahan di DAS Deli Kabupaten Karo dan Deli Serdang, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Environmental Services Program USAID. http://www.esp.or.id/category/pengelolaan-das/r 0189.pdf.[30 Oktober 2008].

Chairani, I. 2007. Penilaian Ekonomi Air untuk Kebutuhan Sektor Rumah Tangga di Sekitar Lau Kawar. Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian USU. Medan.

Dumairy. 1992. Ekonomika Sumber Daya Air. BPFE. Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta.

[ESP] Enviromental Services Program. 2006. Mendengarkan, Belajar dan melakukan Aksi Bersama Masyarakat, Rencana Aksi Pengelolaan Ekosistem Sungai Deli, Provinsi Sumatera Utara. http:/www.usaid.go.id./pdf.docs/PNAD L933.pdf [ 24 Maret 2009].

Ginoga, K.L. dan M. Lugina. 2007. Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi

Sumber Daya Hutan (SDH).

[24 Maret 2009].

Hufchmidt M.M, David E.J, Anton D.M, Blair T.B, John A.D. 1992. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan. Pedoman Penilaian Ekonomis. UGM Press.Yogyakarta.

Kodoatie, R.J. 2002. Banjir. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kurniawan,D. 2008. Regresi Linier. Forum Statistika.

Lipsey, Richard G, Peter O.S, Douglas D.P. 18987. Economics. Erlangga, Jakarta Marsono, D. 2004. Konservasi Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup. Bigraf

(63)

Santoso, S. 2007. Menguasai Statistisk di Era Informasi dengan SPSS 15. PT Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia. Jakarta.

Soekartawi.1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta Sosrodarsono, S. 1993. Hidrologi untuk Pengairan. PT Pradya Paramita. Jakarta. Sulistyono, N dan B. Slamet, 2007. Pendugaan Nilai Ekonomi Air untuk

Kebutuhan Sektor Rumah Tangga di Kawasan resapan Air Sibolangit. Prosiding Semiloka Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular, Medan.

Sumaryanto dan B.M Sinaga, 2008. Estimasi Nilai Ekonomi Air Irigasi dan Strategi Pemanfaatannya dalam Penentuan Iuran Irigasi. Pusat Penelitian Sosek badan Litbang Pertanian IPB. Bogor.

Sunaryo T.M, T. Walujo, dan A. Harnanto, 2004. Pengelolaan Sumber Daya Air Konsep dan Penerapannya. Bayumedia. Jakarta.

(64)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Konsumen Air untuk Kebutuhan Rumah Tangga

No.

Nama Responden

Lokasi Konsumsi Air

Pencaharian Pendidikan

Jarak (m)

Ketinggian

(mdpl) Slope

1. Jamin Ginting Sikeben 109,50

Sembiring Sikeben 219,00

Sembiring Sikeben 73,00

Ginting Sikeben 146,00

Sembiring Sikeben 73,00

Sinukaban Sikeben 36,50

(65)

No.

Nama

Responden Lokasi

Konsumsi

Pencaharian Pendidikan Jarak (m)

Ketinggian

Sinukaban Sikeben 146,00

Sinuhaji Sikeben 36,50

Sembiring Sikeben 182,50

22. Selesai Tarigan Sikeben 146,00

(66)

No.

Nama Responden

Lokasi Konsumsi Air

Pencaharian Pendidikan

Jarak (m)

Ketinggian

(mdpl) Slope

23. Pelita Ginting Sikeben 146,00

24. Bakti Surbakti Sikeben 109,50

25. Edo Hutajulu Sikeben 109,50

26. Rudi Ginting Sikeben 109,50

Ginting Sikeben 365,00

29. Jones Tarigan Sikeben 109,50

Ginting Sikeben 36,50

Sembiring Biru-biru 73,00

32. Ternalem Trg. Biru-biru 73,00

33. Agen Ginting Biru-biru 109,50

34. Neken Pinem Biru-biru 109,50

(67)

Responden Air

35. Minggu barus Biru-biru 73,00

Sembiring Biru-biru 73,00

37. Bengkel STP Biru-biru 54,75

38. Senjata Barus Biru-biru 109,50

Barus Biru-biru 109,50

Bangun Biru-biru 73,00

42. Tuhu tarigan Biru-biru 73,00

Sembiring Biru-biru 109,50

Ginting Biru-biru 73,00

Tarigan Biru-biru 109,50

46. Dahin Ginting Biru-biru 127,75

Barus Biru-biru 109,50

(68)

No.

Nama Responden

Lokasi Konsumsi Air

Pencaharian Pendidikan

Jarak

Tarigan Biru-biru 91,25

50. Sucipto Biru-biru 127,75

51. Misdi Saragih Biru-biru 54,75

Ginting Biru-biru 109,50

Sembiring Biru-biru 73,00

Sembiring Biru-biru 127,75

Ginting Biru-biru 54,75

Sembiring Biru-biru 109,50

57. Johanes Barus Biru-biru 127,75

Sembiring Biru-biru 109,50

Ginting Biru-biru 109,50

(69)

No.

Nama

Responden Lokasi

Konsumsi

Pencaharian Pendidikan Jarak (m)

Ketinggian

Sembiring Doulu 87,60

(70)

No.

Nama Responden

Lokasi Konsumsi Air

Pencaharian Pendidikan

Jarak

75. Nurlina Purba Doulu 146,00

(71)

No.

Nama

Responden Lokasi

Konsumsi

Pencaharian Pendidikan Jarak (m)

Ketinggian

93. Muslim Sitorus

(72)

No.

Nama Responden

Lokasi Konsumsi Air

Pencaharian Pendidikan

Jarak

103. Syahrul bahri

Labuhan

104. Saidi Amri

(73)

No.

Nama

Responden Lokasi

Konsumsi

Pencaharian Pendidikan

(74)

Lampiran 2 Data Konsumen Air untuk Kebutuhan Persawahan No. Nama

Responden

Lokasi Konsumsi Air

Pendidikan Jarak (m)

(75)

No.

Nama

Responden Lokasi

Konsumsi

Pendidikan Jarak (m)

(76)

No.

Nama

Responden Lokasi

Konsumsi

Pendidikan Jarak (m)

(77)

No.

Nama

Responden Lokasi

Konsumsi

Pendidikan Jarak (m)

(78)

No.

Nama

Responden Lokasi

Konsumsi

Pendidikan Jarak (m)

Gambar

Tabel 1.  Panjang dan kemiringan DAS Deli Kelas Lereng
Tabel 3.  Jenis tanah pada DAS Deli
Tabel 4.  Penetapan umur ekonomis alat (Ibrahim 1992 dalam Sulistiyono dan   Slamet, 2007) Jenis Alat Umur (tahun)
Tabel 5.  Tingkat pendapatan konsumen air rumah tangga No. Pendapatan per bulan (Rp.) Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 dimana guru konselor harus memiliki

Dan plot ketiga menyatakan hubungan dengan sikap pada ekowisata yaitu iklan Central ( Means 4,75),dan variable dependent x3,angka signifikansi di bawah 0,05

Apakah bisa disebut sebuah maslahat bagi Islam dan kaum muslimin ketika Al-Baghdadi memaksa kelompok-kelompok lain di Irak dan Syam untuk melepaskan ikatan

Pada dasarnya, kedua sufiks ini mempunyai arti yang sama namun adjketiva yang diikuti oleh sufiks ini lebih mewujudkan bentuk atau rasa dari adjketiva itu sendiri dan dapat

Saya tidak mudah murung ketika mengalami kesulitan beradaptasi dengan orang Jawa.. Pikiran saya tetap fokus meskipun mendengar bahasa Jawa yang tidak saya

Dalam strategi pengajaran dan pembelajaran seni bahasa guru harus menetapkan objektif yang perlu dicapai oleh murid dengan merujuk Standard Kandungan dan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Air Rebusan

Keterampilan berpikir kritis siswa sudah baik (Tabel 7). Berkaitan dengan hasil penelitian, maka perangkat RPP efektif digunakan berdasarkan 1) hasil belajar siswa