• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Organisasi Masyarakat Batak Toba Terhadap Pembentukan Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 (Studi Kasus: Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI&B) Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Organisasi Masyarakat Batak Toba Terhadap Pembentukan Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 (Studi Kasus: Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI&B) Kota Pematangsiantar"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN ORGANISASI MASYARAKAT BATAK TOBA

TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU PEMILIH PADA

PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2009

(Studi Kasus : Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI&B) Kota Pematang Siantar )

D I S U S U N OLEH :

NAMA : BRANDO SINURAT

NIM : 060906066 Dosen Pembimbing : Warjio, SS, MA

Dosen Pembaca : Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat, kasih dan rahmat yang telah diberikannya sehingga saya dapat

meneyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi saya ini adalah Membahas

tentang Peranan Organisasi Masyarakat Batak Toba Terhadap Pembentukan

Perilaku Pemilih dengan studi kasus adalah Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina

Dohot Boruna (PSSSI&B) Kota Pematangsiantar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari

segi penyampaian isi maupun pembahasan masalah. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis

menyadari banyak mendapat dukungan, bimbingan, bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang terkait. Semoga skripsi saya ini bermanfaat untuk

semua pihak yang membacanya

Medan, 8 September 2010 Penulis

(3)

Abstrak

Perilaku pemilih adalah tindakan para pemilih dalam memberikan suaranya pada saat pemilihan umum. Studi perilaku pemilih dimaksudkan sebagai suatu studi yang memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka melakukan pilihan itu. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihannya dalam pemilihan umum antara lain agama, suku, ataupun organisasi kemasyarakatan yang berkembang di daerahnya.

Dalam skripsi ini penulis membahas mengenai Peranan Organisasi Masyarakat Batak Toba Dalam Membentuk Perilaku Pemilih (studi kasus : Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna Kota Pematangsiantar). Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan rumus Taro Yamane,dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Populasi diambil dari jumlah anggota Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina yang berjumlah 2386 kepala keluarga. Dari rumus tersebut maka didapat jumlah sampel sebesar 96 orang.

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

ABSTRAK ...ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...vi

BAB I PENDAHULUAN ...1

I.1. LATAR BELAKANG ...1

I.2. RUMUSAN MASALAH ...7

I.3. TUJUAN PENELITIAN ...8

I.4. MANFAAT PENELITIAN ...8

I.5. KERANGKA TEORI I.5.1. Organisasi ...9

I.5.1.1 Karakteristik Organisasi ...10

I.5.1.2 Arti Penting Organisasi ...13

I.5.1.3 Alasan Berdirinya Organisasi ...13

I.5.2. Perilaku Pemilih...14

I. 5.2.1. Pendekatan Sosiologis ...14

I.5.2.2. Pendekatan Psikologis ... 15

I.5.2.3. Pendekatan Rasional ... 16

I.5.3. Pemilihan Umum ... 21

I. 5.3.1. Sistem Pemilihan Umum ... 23

I. 5.3.2 Pemilu Legislatif ... 26

(5)

I.6. METODE PENELITIAN

I.6.1. Jenis penelitian ... 29

I.6.2. Lokasi Penelitian ... 30

I.6.3. Populasi dan Sampel ... 30

I.6.4. Teknik Pengumpulan Data ... 31

I.6.5. Teknik Analisa Data ... 32

I.7. SITEMATIKA PENULISAN ... 33

BAB II Deskripsi Orgainasasi Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI&B) Kota Pematangsiantar II.1 Sejarah Berdirinya PSSSI&B ...34

II.2 Deskripsi PSSSI&B ...35

II.3 Dasar dan Tujuan Dibentuknya PSSSI&B ...36

II.3.1 Kepengurusan dan Keanggotaam ...38

II.3.2 Hak dan Kewajiban Anggota ...40

II.4 Hubungan Dengan Organisasi Lain ...41

II.5 Struktur Kepengurusan ...42

II.6 Lambang Organisasi ...45

BAB III Penyajian dan Analisa Data III.1 Penyajian Data ...46

III.2 Identitas Responden ...46

(6)

IV.2 Saran ...78

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Distribusi responden berdasarkan umur ...46

Tabel 2: Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin...47

Tabel 3: Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir ...48

Tabel 4: Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ...49

Tabel 5: Distribusi jawaban responden tentang kapan bergabung menjadi Anggota PSSSI&B kota Pematangsiantar ...50

Tabel 6: Distribusi jawaban responden yang ikut dalam pemilihan umum legislatif pada tahun 2009 lalu ...51

Tabel 7: Distribusi jawaban responden yang pilihannya terpilih menjadi anggota legislatif pada pemilu legislatif tahun 2009 lalu ...51

Tabel 8: Distribusi jawaban responden tentang apakah pelaksanaan pemilu legislatif 2009 yang lalu sudah menampung aspirasi masyarakat ...52

Tabel 9: Distribusi jawaban responden tentang apakah dalam memilih lebih melihat ke-partai politiknya ...53

Tabel 10: Distribusi jawaban responden tentang apakah ada anggota PSSSI&B yang mencalonkan diri pada pemilihan umum legislative 2009 lalu ...54

Tabel 11: Distribusi jawaban responden tentang apakah ada anggota PSSSI&B yang meminta dukungan langsung kepada PSSSI&B dalam Pemilu...55

Tabel 12: Distribusi jawaban responden tentang apakah ada pengurus PSSSI&B yang menyarankan untuk memilih anggota PSSSI&B yang meminta dukungan pencalonan tersebut ...56

Tabel 13: Distribusi jawaban responden tentang tanggapan terhadap saran Memilih ...57

Tabel 14: Distribusi jawaban responden tentang berapa anggota PSSSI&B yang mencalonkan menjadi anggota legislatif 2009 yang lalu yang meminta dukungan kepada PSSSI&B ...58

Tabel 15: Distribusi jawaban responden tentang apakah bapak/ibu memilih salah satu dari anggota PSSSI&B yang mencalonkan tersebut ...59

(8)

menjatuhkan pilihannya ...60

Tabel 17: Distribusi jawaban responden tentang apakah ada anggota diluar

PSSSI&B yang mencalonkan calon legislatif meminta dukungan ...61

Tabel 18: Distribusi jawaban responden tentang bagaimana tanggapan

bapak/ibu ketika itu apakah memilihnya ketika pemilu egislatif 2009

yang lalu ...62

Tabel 19: Distribusi jawaban responden tentang apa yang menjadi alasan

bapak/ibu memilihnya ...63

Tabel 20: Distribusi jawaban responden tentang apakah faktor kesamaan etnis

mempengaruhi bapak/ibu dalam menjatuhkan pilihannya pada

pemilih legislatif tahun 2009 lalu ...64

Tabel 21: Distribusi jawaban responden tentang apakah faktor agama

mempengaruhi bapak/ibu dalam menjatuhkan pilihannya pada

pemilih legislatif tahun 2009 lalu ...65

Tabel 22: Distribusi jawaban responden tentang apakah factor kesamaan marga

mempengaruhi bapak/ibu dalam menjatuhkan pilihannya pada

pemilih legislatif tahun 2009 lalu ...66

Tabel 23: Distribusi jawaban responden tentang apakah sosok kepemimpinan

mempengaruhi bapak/ibu dalam menjatuhkan pilihannya pada

pemilih legislatif tahun 2009 lalu ...67

Tabel 24: Distribusi jawaban responden tentang apakah responden memilih

berdasarkan etnisitas dalam artian yang satu suku dengan

responden ...68

Tabel 25: Distribusi jawaban responden tentang apakah responden merasakan

adanya politik uang...69

Tabel 26: Distribusi jawaban responden tentang apabila dalam pemilihan

legislatif 2009 yang lalu ada calon legislative yang member uang apa

tindakan yang diambil ...70

Tabel 27: Distribusi jawaban responden tentang apakah responden yakin

anggota legislatif terpilih dapat memenuhi janjinya seperti yang

(9)

Tabel 28: Distribusi jawaban responden yang setuju apabila anggota

legislatifyang terpilih kembali terpilih pada periode berikutnya ...72

Tabel 29: Distribusi jawaban responden tentang apakah anggota terpilih sudah

sesuai dengan keinginan responden...73

Tabel 30: Distribusi jawaban responden tentang apakah tradisi adat toba

tentang seorang pemimpin masih cocok untuk diterapkan ...74

Tabel 31: Distribusi jawaban responden tentang seorang pemimpin menurut

budaya batak toba haruslah seorang laki-laki ...75

(10)

Abstrak

Perilaku pemilih adalah tindakan para pemilih dalam memberikan suaranya pada saat pemilihan umum. Studi perilaku pemilih dimaksudkan sebagai suatu studi yang memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka melakukan pilihan itu. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihannya dalam pemilihan umum antara lain agama, suku, ataupun organisasi kemasyarakatan yang berkembang di daerahnya.

Dalam skripsi ini penulis membahas mengenai Peranan Organisasi Masyarakat Batak Toba Dalam Membentuk Perilaku Pemilih (studi kasus : Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna Kota Pematangsiantar). Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan rumus Taro Yamane,dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Populasi diambil dari jumlah anggota Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina yang berjumlah 2386 kepala keluarga. Dari rumus tersebut maka didapat jumlah sampel sebesar 96 orang.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku pemilih adalah tindakan para pemilih dalam memberikan

suaranya pada saat pemilihan umum. Studi perilaku pemilih dimaksudkan sebagai

suatu studi yang memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau

kecenderungan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa

mereka melakukan pilihan itu. Faktor-faktor seperti agama, suku, ikatan

emosional pada seorang calon atau partai politik, ataupun isu-isu politik dan

kandidat masih menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan pilihan.

Berangkat dari pernyataan diatas, masyarakat Batak Toba juga memiliki

kebiasaan atau kecenderungan yang sama dalam memilih seorang pemimpin.

Etnis Batak Toba dalam memilih seorang pemimpin masih dipengaruhi oleh

sisa-sisa kebiasaan lama. Ada istilah bagi orang Batak Toba yang menyatakan “ Dang tumagonan tu halak adong do di hita” (buat apa memilih orang lain kalau masih ada dari kita sendiri). Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa Faktor

kesamaan suku masih menjadi faktor utama bagi orang Batak Toba dalam

memilih pemimpin.

Dalam kehidupan bermasyarakat, dasar fundamental yang mengatur

hubungan sosial orang Batak Toba ialah marga. Sistem hubungan ditentukan oleh

(12)

(dongan tubu), dan penerima istri (boru). Hubungan diperlihatkan dengan memperlihatkan silsilah dan analogi marga yang didasarkan pada relasi kerabat

dekat yang lain, baik dalam hubungan internal maupun eksternal.16

Di dalam hubungan sosial, marga adalah unsur dasar yang menentukan

hubungan sosial. Setelah saling memberitahukan marga, masing-masing

mengingat latar belakang silsilah dan analogi internal dan eksternal. Latar

belakang silsilah dan analogi itu antara lain tingkatan kedudukan dalam silsilah.

Dengan cara ini orang Batak Toba dapat menentukan refrensi panggilan apakah

orang itu kedudukannya sebagai adik atau abang, bapak tua atau bapak muda,

saudara perempuan (ito) dan yang lainnya.17

Namun seiring dengan kemajuan zaman kearah informasi yang bisa

mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya akibat perkembangan dari

masyarakat dan masuknya budaya dari luar, perilaku pemilih juga bisa jadi

semakin sulit ditebak dan dibaca. Faktor-faktor kebiasaan lama seperti yang Untuk lebih mengenal antara yang

satu dengan yang lainnya dan menambah keakraban di antara mereka maka orang

Batak akan membentuk suatu perkumpulan yang anggotanya terdiri-dari marga

yang sama. Jadi tidak mengherankan apabila jika kita melihat bahwa organisasi

yang berkembang di masyarakat Batak Toba adalah organisasi yang terdiri dari

perkumpulan marga-marga. Biasanya jika ada orang Batak Toba ingin

mencalonkan diri menjadi pemimpin, maka langkah pertama yang akan

dilakukannya adalah meminta dukungan dari perkumpulan marga-marganya.

16

Bungaran Antonius Simanjuntak, Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009 hal. 111

17

(13)

terjadi di masyarakat Batak Toba bisa jadi tidak lagi menjadi faktor yang berperan

dalam menentukan pilihan.

Sulitnya menebak atau membaca perilaku pemilih masyarakat saat ini

dapat kita lihat dari hasil pemilihan umum legislatif 2009 lalu. Jika pada

pemilu-pemilu sebelumnya, partai-partai politik seperti PDIP dan Partai Golkar selalu

mendominasi maka pada pemilu legislatif 2009 lalu Partai Demokrat muncul

sebagai pemenang di sebagian besar daerah di Indonesia, baik itu di tingkat pusat,

daerah tingkat I dan II. Padahal Partai Demokrat masih tergolong partai baru

(berdiri tahun 2001). Artinya pemilihan umum legislatif 2009 adalah

keikutsertaan Partai Demokrat yang kedua dalam pemilihan umum. Hal ini tentu

dapat menggambarkan bahwa perilaku pemilih masyarakat kita semakin sulit

untuk dibaca dan ditebak.

Untuk itulah kemudian penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang perilaku pemilih. Pasti ada banyak faktor yang berperan dalam

membentuk atau mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat. Untuk itu, dalam

penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian tentang “Peranan Organisasi

Masyarakat Batak Toba Dalam Pembentukan Perilaku Pemilih Pada Pemilihan

Umum Legislatif 2009”. Dalam arti, penulis ingin melihat seberapa jauh

organisasi ini masih berperan dalam mempengaruhi perilaku pemilih anggotanya

dan bagaimana pola perilaku pemilih organisasi tersebut.

Melihat begitu banyaknya jumlah organisasi masyarakat yang berkembang

di Suku Batak Toba maka penulis memilih salah satu dari organisasi yang ada di

(14)

penelitian adalah Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna

(PSSSI&B) kota Pematangsiantar. Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot

Boru (PSSSI & B) kota Pematangsiantar dipilih karena Organisasi ini merupakan

salah satu organisasi masyarakat Batak Toba terbesar di kota Pematangsiantar

dengan jumlah anggota mencapai 2386 kepala keluarga.18

18

Hasil wawancara dengan Marisius Simanjuntak selaku Sekretaris Umum Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina (PSSSI) kota Pematangsiantar pada tanggal 2 Juni 2010 di Kota Pematangsiantar

Tentu jumlah ini

merupakan sasaran yang begitu potensial bagi partai politik atau seorang calon

legislatif untuk mendulang suara. Jadi, tak mengherankan jika seorang calon

legislatif atau Partai Politik berlomba-lomba untuk meminta dukungan dari

organisasi ini. Bahkan bukan dari marga simanjuntak saja, calon legislatif dari

suku lain pun ada yang meminta dukungan terhadap organisasi ini.

Pemilihan umum legislatif 2009 dipilih penulis sebagai objek penelitian

karena pada Pemilihan Umum legislatif 2009 lalu banyak terdapat anggota

punguan/organisasi yang mencalonkan menjadi anggota legislatif 2009. Tentu hal

ini akan memudahkan peneliti untuk melihat bagaimana perilaku pemilih anggota

organisasi ini apakah masih mempertahankan tradisi lama dalam menentukan

pilihannya ( dalam arti akan tetap memilih anggota organisasi yang mencalonkan

diri menjadi calon legislatif atau yang satu marga dengannya ) atau ada faktor lain

yang mempengaruhi mereka dalam menentukan pilihannya. Apalagi Sistem

pemilihan umum anggota legislatif tahun 2009 di Indonesia menggunakan sistem

proporsional terbuka, artinya masyarakat langsung memilih calon anggota

(15)

Berbeda dengan pemilihan umum sebelumnya, dalam pemilihan umum

legislatif kali ini sudah dimodifikasi ulang, dimana penentuan calon legislatif

terpilih didasarkan pada suara terbanyak bukan berdasarkan nomor urut seperti

pada pemilihan umum legislatif sebelumnya. Hal ini tercantum dalam UU No.10

tahun 2008 tentang pemilihan umum legislatif. Selain itu, Parliamentary Threshold juga diberlakukan sebagai ketentuan batas minimal yang harus dipenuhi Partai Politik untuk bisa menempatkan calon legislatifnya di parlemen.

Partai Politik yang tidak memperoleh suara minimal 2,5% tak berhak mempunyai

perwakilan di DPR. Sehingga suara yang telah diperoleh oleh partai politik

tersebut dianggap hangus karena suara-suara yang mereka peroleh tersebut akan

di masukkan kepada partai-partai yang masuk dalam ambang batas minimum

Parliamentary threshold.

Dengan adanya ketentuan ini, tentu Partai politik akan berlomba-lomba

untuk menjaring suara sebanyak-banyaknya agar dapat memenuhi ambang batas

minimum Parliamentary threshold. Tentu ini akan membuka kompetisi menjadi lebih terbuka dan lebih ketat bukan hanya antara partai politik tetapi juga antara

calon legislatif dari partai politik yang sama karena penentuan dilakukan

berdasarkan suara terbanyak. Dalam alam demokrasi, persaingan dalam dunia

politik merupakan suatu hal yang tak bisa dihindari. Untuk mencapai jenjang

tertentu dalam dunia politik, seseorang atau sebuah kelompok harus bersaing

dengan pihak lain. Bahkan kadang-kadang persaingan ini harus pula disertai

kekerasan dan kecurangan. Konsep persaingan ini juga perlu disadari oleh

(16)

sendiri bermata dua.19

19

Firmanzah, Mengelola Partai Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, hal 123

Di satu sisi, persaingan akan meningkatkan kinerja politik

masing-masing pihak yang berada di dalamnya. Namun, di sisi lain, persaingan

yang sangat tinggi bisa juga merugikan. Hal ini terjadi ketika masing-masing

peserta politik berusaha menghalalkan semua cara (at all costs) guna memenangkan persaingan.

Menjelang pemilihan umum, Partai Politik ataupun calon legislatif pasti

sudah mengatur strategi kampanyenya guna mendapatkan dukungan dari

masyarakat. Ada banyak cara yang dilakukan oleh partai politik maupun calon

anggota legislatif untuk menarik simpati masyarakat agar menjatuhkan pilihannya

pada partai politik atau calon anggota legislatif yang bersangkutan. Seorang calon

anggota legislatif ataupun partai politik itu sendiri pasti sudah memiliki sasaran

pemilih yang menjadi target utamanya untuk mendulang suara. Ada partai politik

ataupun calon anggota legislatif yang menargetkan pemilih pemula sebagai

sasaran utama untuk mendulang suara, ada juga yang memilih kelompok agama,

suku, kelompok masyarakat, ataupun teman yang seprofesi sebagai bidikan utama.

Membaca perilaku pemilih menjadi faktor penting yang perlu diamati

terutama oleh seorang calon legislatif dan partai politik untuk menjaring suara

sebanyak-banyaknya. Dengan memahami terlebih dahulu perilaku pemilih yang

dalam hal ini adalah masyarakat, maka akan memudahkan seorang calon legislatif

atau partai politik untuk menjalankan strateginya untuk menarik simpati rakyat

agar menjatuhkan pilihan kepada calon legislatif atau partai politik yang

(17)

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di kota Pematangsiantar. Penulis

memilih daerah ini, karena organisasi masyarakat Batak Toba cukup berkembang

dengan baik di daerah ini seperti halnya Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina

yang masih tetap eksis meski sudah berusia 64 tahun.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa

masalah yang dikemukakan dalam penilitian itu dipandang menarik, penting dan

perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang

menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang lengkap dan rinci mengenai

ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi masalah dan

pembatasan masalah.20

Yang menjadi tujuan penulis dalam meneliti permasalahan ini adalah

untuk menganalisa atau mengamati pola perilaku pemilih anggota organisasi

masyarakat Batak Toba yang dalam hal ini adalah Punguan Simanjuntak Sitolu

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di

atas, yang menjadi rumusan masalah adalah sejauh mana Organisasi Masyarakat

Batak Toba dapat mempengaruhi perilaku pemilih anggotanya dalam Pemilu

legislatif pada tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

20

(18)

Sada Ina (PSSSI) kota Pematang siantar dalam Pemilu legislatif 2009 serta

menganalisa apakah organisasi PSSSI ini cukup berperan dalam membentuk

perilaku pemilih anggotanya.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai sebuah karya ilmiah tentu penelitian itu memiliki banyak manfaat.

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

• Bagi penulis yaitu semakin memperkaya referensi yang ada dan

menambah wawasan atau pengetahuan, pemahaman penulis tentang

perilaku pemilih dan semakin melatih penulis dalam mengembangkan

pemikirannya.Selain itu,juga melatih penulis dalam membuat atau menulis

karya ilmiah

• Bagi organisasi masyarakat yang terkait dalam penelitian ini, yaitu PSSSI

dapat menambah referensi dan dapat memahami serta melihat seberapa

jauh pengaruh organisasi ini dalam membentuk perilaku pemilih

anggotanya.

• Juga diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang ada,terutama

bagi mahasiswa politik dan juga bagi siapa saja yang membaca penelitian

(19)

1.5. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian lebih mendalam, seorang penulis perlu

menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari

segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.21

Menurut FN Karliger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang

berhubungan satu dengan yang lain,suatu set dari proporsi yang mengandung

suatu pandangan yang sistematis dari fenomena.22

Organisasi menurut Stephen Robbins adalah:

1.5.1. Organisasi

23

Sejalan dengan definisi yang diutarakan oleh Robbins, David Cherrington

juga memberikan definisi organisasi yang hampir sama yaitu:

“Unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

24

Yang dimaksud dengan tujuan bersama adalah adanya anggapan bahwa

tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota organisasi tidak berbeda “Organisasi adalah sistem sosial yang mempunyai pola kerja teratur yang didirikan oleh manusia dan beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka untuk mencapai satu set tujuan tertentu”

21

Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955, hal.40

22

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam teori dan Praktek, Jakarta:Reineka Cipta, 1997, hal 20.

23

(20)

dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi itu sendiri. Anggapan ini

didasarkan pada asumsi bahwa tujuan didirikan organisasi adalah agar para

anggotanya bisa mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karenanya selama

mereka masih mau bergabung dengan organisasi berarti mereka juga mau saling

membantu dalam mencapai tujuan masing-masing. Keinginan saling membantu

dalam mencapai tujuan itulah yang disebut tujuan bersama

1.5.1.1. Karakteristik Organisasi

Organisasi pada dasarnya mempunyai lima karakteristik utama yaitu

1.Unit/entitas sosial

Organisasi adalah rekayasa sosial hasil karya cipta manusia yang bersifat

tidak kasat mata dan abstrak sehingga organisasi sering disebut sebagai artificial being. Karena sifatnya tersebut, organisasi dengan demikian lebih merupakan realitas sosial ketimbang realitas fisik. Meski bukan sebagai realitas fisik, bukan

berarti bahwa organisasi tidak membutuhkan fasilitas fisik. Fasilitas fisik seperti

gedung, peralatan kantor maupun mesin-mesin masih tetap dibutuhkan (meski

tidak harus dimiliki) karena dengan fasilitas fisik inilah sebuah organisasi bisa

melakukan kegiatannya. Disamping itu dari fasilitas fisik ini pula orang luar

mudah mengenali adanya entitas sosial.

Sebagai entitas sosial, organisasi umumnya didirikan untuk jangka waktu

yang relative lama bisa berumur puluhan tahun atau ratusan tahun bahkan bisa

mencapai waktu yang tidak terbatas. Keberadaan sebuah organisasi tidak terkait

24

(21)

dengan masih ada atau tidaknya pendiri organisasi tersebut. Meskipun

kadang berumur puluhan atau ratusan tahun dan tidak terbatas, organisasi

kadang-kadang sengaja didirikan untuk jangka waktu tertentu dan dengan sendirinya

bubar atau dibubarkan setelah kegiatan yang berkaitan dengan pendirian

organisasi tersebut berakhir.

2. Beranggotakan minimal dua orang

Bisa Sebagai hasil karya cipta manusia, organisasi bisa didirikan oleh

seseorang yang mempunyai kemampuan, pengetahuan dan sarana lainnya.

Kadang-kadang juga didirikan oleh dua orang atau lebih yang sepakat dan

mempunyai ide yang sama untuk mendirikan organisasi. Unsur utama organisasi

adalah manusia. Sebab tanpa keterlibatan unsure manusia sebuah entitas sosial

tidak bisa dikatakan sebagai organisasi. Namun, untuk dikatakan sebagai

organisasi, seseorang tidak bisa bekerja sendirian misalnya hanya dibantu

mesin-mesin tetapi harus melibatkan orang lain yang bisa saling bekerja sama,

melakukan pembagian kerja dan agar dapat spesialisasi dalam pekerjaan.

3. Berpola kerja yang terstruktur

Berkumpulnya dua orang atau lebih belum dikatakan sebagai organisasi

manakala mereka tidak terkoordinasi dan tidak mempunyai pola kerja yang

terstruktur. Tanpa koordinasi dan pola kerja yang terstruktur, kumpulan dua orang

atau lebih hanyalah sekedar kumpulan bukan organisasi

4. Mempunyai tujuan

Organisasi didirikan bukan untuk siapa-siapa dan bukan tanpa tujuan.

(22)

organisasi. Organisasi didirikan karena manusia sebagai mahluk sosial, sukar

untuk mencapai tujuan individualnya jika segala sesuatunya harus dikerjakan

sendiri. Artinya, tujuan didirikannya sebuah organisasi adalah agar sekelompok

manusia yang bekerja dalam satu ikatan kerja lebih mudah mencapai tujuannya

ketimbang mereka harus bekerja sendiri-sendiri.

Dalam hal ini harus dipahami bahwa meski ada kerjasama di antara

kelompok orang dalam satu ikatan kerja tetapi tidak bisa diinterpretasikan bahwa

tujuan mereka sama. Ada kemungkinan tujuan masing-masing individu tersebut

berbeda, tetapi kesediaan mereka berada dan bergabung dalam sebuah organisasi

menunjukkan atau dianggap, bahwa mereka mempunyai kesepakatan untuk saling

membantu dalam mencapai satu set tujuan masing-masing individu (tujuan

anggota organisasi) maupun tujuan organisasi itu sendiri (tujuan para pendiri

organisasi)

5. Mempunyai identitas diri

Jika sekelompok manusia diorganisir untuk melakukan kegiatan maka

jadilah sekelompok manusia yang berbeda dengan entitas sosial lainnya.

Perbedaan entitas sosial dengan entitas lainnya sulit untuk ditengarai karena

beberapa alasan. Pertama, sifat organisasi yang tidak kasat mata dan abstrak

menyulitkan orang untuk melihat atau menyentuh organisasi. Kedua, organisasi

sebagai subsistem dari sistem sosial yang lebih besar memungkinkan para

anggotanya saling berinteraksi dengan anggota masyarakat di luar organisasi.

(23)

sehingga batasan organisasi seolah-olah menjadi kabur kalau batasan tersebut

hanya dilihat dari keanggotaan seseorang.25

1. Alasan mengapa organisasi eksis

1.5.1.2. Arti Penting Organisasi Bagi Manusia

Arti penting organisasi bagi manusia didasari bahwa manusia pada

dasarnya tidak bisa memenuhi semua keinginannya secara mandiri. Ia

membutuhkan orang lain untuk membantu memenuhi keinginan tersebut. Kondisi

inilah yang menjadi pendorong berdiri dan tumbuhnya organisasi di sekitar kita.

Akibatnya, manusia tidak saja menjadi mahluk sosial tapi juga menjadi

masyarakat organisasi-masyarakat yang tidak bisa hidup tanpa organisasi. Cahrles

Perrow sebagaimana dikutip oleh Richard Daft, mengatakan bahwa organisasi

yang berdiri dan tumbuh disekitar kita mempunyai dampak langsung terhadap

kehidupan politik, kelas sosial dan kehidupan keluarga.

Peranan organisasi bagi kehidupan manusia dapat dijelaskan dari

pernyataan-pernyataan berikut ini:

2. Kegiatan apa yang dilakukan organisasi

3. Pihak-pihak mana yang berkepentingan terhadap organisasi26

1.5.1.3. Alasan Berdirinya Organisasi

1. Meningkatkan spesialisasi dan melakukan pembagian kerja

2. Menggunakan teknologi tinggi

25

(24)

3. Mengelola lingkungan eksternal lebih baik

4. Meminimalkan biaya transaksi

5. Menggunakan kekuasaan dan pengendalian dalam meningkatkan kinerja27

1.5.2. Perilaku Pemilih

Menurut Ramlan Surbakti perilaku pemilih adalah :

“aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) di dalam suatu pemilihan umum (pilkada secara langsung). Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu”.28

Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa kemudian

dikembangkan di Amerika Serikat oleh ilmuwan sosial yang memiliki latar

belakang pendidikan Eropa. Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa

karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup

signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti usia

(tua-muda), jenis kelamin (laki-perempuan), agama, kelas sosial, organisasi Bentuk-bentuk perilaku pemilih dalam hal ini dapat berupa keikutsertaan

masyarakat dalam kampanye, keikutsertaan masyarakat dalam partai politik dan

juga puncaknya keikutsertaan masyarakat dalam pemungutan suara (vote).

Penjelasan mengenai perilaku pemilih ( voting behavior ) didasarkan pada tiga model atau pendekatan yaitu :

1.5.2.1. Pendekatan Sosiologis

26

(25)

agama, atau organisasi kemasyarakatan dan semacamnya dianggap memiliki

peranan di dalam menentukan pilihan-pilihan politiknya.29

27

Ibid, haL 14

28

Ramlan Surbakti, Partai,Pemilih dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997, hal 170

29

Tim Peneliti FISIP UMM, Perilaku Partai Politik. Malang: UMM Press, 2006, hal 23

Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal,

seperti kelompok keagamaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi maupun

pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok kecil

lainnya akan sangat berguna bagi penjelasan perilaku pemilih seseorang.

Pengelompokan ini memiliki peranan besar dalam membentuk sikap,persepsi,dan

orientasi seseorang, yang nantinya sebagai dasar atau preferensi dalam

menentukan pilihan politiknya.

1.5.2.2. Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika Serikat karena

dikembangkan sepenuhnya di Amerika Serikat melalui melalui Survey Research Center di Universitas Michigan. Munculnya pendekatan ini merupakan reaksi atas ketidakpuasan beberapa ilmuwan politik terhadap pendekatan sosiologis.

Beberapa ilmuwan yang menganut pendekatan psikologis ini menganggap

pendekatan sosiologis secara metodologis sulit dilaksanakan, terutama dalam

aspek pengukurannya. Misalnya, bagaimana mengukur secara tepat sejumlah

indikator kelas sosial, kelompok primer atau sekunder, kelompok agama,

organisasi masyarakat dan sebagainya. Apakah variabel tersebut benar-benar

(26)

Menurut pendekatan ini, perilaku pemilih ditentukan oleh kekuatan

psikologis yang berkembang dalam diri pemilih (voters) sebagai produk dari proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi

dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang menentukan dalam

mempengaruhi perilaku politiknya. Menurut Greenstein terdapat tiga alasan

mengapa sikap sebagai variabel sentral untuk menjelaskan perilaku pemilih.

Pertama, sikap merupakan fungsi kepentingan. Artinya, penilaian terhadap suatu

obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat, dan kepentingan orang tersebut.

Kedua, sikap merupakan fungsi penyesuaian diri. Seseorang bersikap tertentu

sesuai dengan kepentingan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh

yang diseganinya atau kelompok panutannya. Ketiga, sikap merupakan

eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikap seseorang itu merupakan upaya

untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis yang mungkin berwujud

mekanisme pertahanan (defence mechanism) dan eksternalisasi diri sperti proyeksi, rasionalisasi, dan identifikasi.30

Pendekatan rasional sebenarnya diadopsi dari ilmu ekonomi. Mereka

melihat adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku pemilih (politik).

Apabila secara ekonomi masyarakat dapat bertindak secara rasional yaitu mereka

menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang

sebesar-besarnya, maka dalam perilaku politik pun masyarakat akan dapat bertindak

1.5.2.3. Pendekatan Rasional

30

(27)

secara rasional, yakni memberikan suara ke pasar yang dianggap mendatangkan

keuntungan yang sebesar-besarnya dan menekan kerugian.

Dalam konteks pilihan rasional, ketika pemilih merasa tidak mendapatkan

faedah dengan memilih partai atau calon presiden yang tengah berkompetisi,ia

tidak akan melakukan pilihan pada pemilu. Hal ini didasarkan pada kalkulasi

ekonomi, di mana perhitungan biaya yang dikeluarkan lebih besar dengan apa

yang didapatnya kelak. Maka jalan terbaik bagi pemilih adalah melakukan

kegiatan atau aktivitas kesehariannya.

Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa calon presiden, calon legislatif

atau partai yang bertanding akan berupaya dan berusaha untuk mengemukakan

berbagai program untuk menarik simpati dan keinginan pemilih memilih. Namun

apabila patai ataupun calon presiden gagal mempromosikan programnya pada

pemilih, maka pilihan untuk tidak memilih adalah rasional bagi pemilih. Oleh

karena itu, pada pemilu 2008 sistem pemilihan diubah, dan mempersilakan rakyat

untuk ikut andil memilih pasangan presiden yang mereka anggap dapat

memberikan harapan. Layaknya seorang pembeli di pasar, pemilih melakukan

pilihan dengan cermat bukan hanya dalam pemilihan presiden tetapi juga anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

baik tingkat I dan II, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). 31

31

Muhammad Asfar, Pemilu dan Perilaku pemilih 1955-2004. Jakarta : Pustaka Eureka, 2006, hal1.37

(28)

• Pemilih rasional yaitu pemilih dalam hal ini mengutamakan kemampuan

partai politik atau calon peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka

melihat program kerja tersebut melalui kinerja partai atau kontestan

dimasa lampau, dan tawaran program yang diberikan sang calon atau

partai politik dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang

terjadi. Pemilih jenis ini tidak begitu mementingkan ikatan ideologi

kepada suatu partai politik atau seorang kontestan.

• Pemilu kritis dalam hal ini proses untuk menjadi pemilih ini bisa terjadi

melalui 2 hal yaitu pertama, jenis pemilih yang menjadikan nilai ideologis

sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai atau kontestan pemilu

mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi

kebijakan yang akan atau telah dilakukan dan yang kedua, bisa juga terjadi

sebaliknya dimana pemilih tertarik dahulu dengan program kerja yang

ditawarkan sebuah partai atau kontestan pemilu baru kemudian mencoba

memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah

kebijakan. Pemilu jenis ini adalah yang kritis, artinya mereka akan selalu

menganalisis kaitan antara ideology partai dengan kebijakan yang dibuat.

• Pemilih Tradisional yaitu pemilih yang memiliki orientasi ideology yang

sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang

kontestan sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan.

Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai,

(29)

politik atau kontestan pemilu. Pemilih jenis ini sangat mudah dimobilisasi

selama masa kampanye, pemilih jenis ini memiliki loyalitas yang tinggi.

• Pemilih skeptis adalah pemilih yang tidak memiliki orientasi ideologi yang

cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau kontestan pemilu, pemilih

ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal yang

penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya mereka

melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa

siapapun yang menjadi pemenang dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak

ada perubahan yang berarti yang dapat terjadi bagi kondisi daerah atau

negara ini.

Perilaku politik, sebagaimana perilaku manusia pada umumnya, dapat

dijelaskan melalui beberapa pendekatan. Jika kita melihat melalui pendekatan

budaya politik dan pendekatan sosiologis, menyatakan bahwa pilihan politik

seseorang sedikit banyak ditentukan oleh sejauh mana orientasi politik individu

terhadap sistem politik secara keseluruhan termasuk di dalamnya partai politik,

aktor,atau elit politik. Asumsi pendekatan budaya politik dan pendekatan

sosiologis menyatakan bahwa orientasi seseorang terbentuk melalui keanggotaan

pada berbagai tipe kelompok sosial. Luas sempitnya orientasi dan pemahaman

seseorang ditentukan oleh ruang lingkup dari kelompok sosial dan/atau

keagamaan yang dimasukinya. Dengan kata lain, seseorag yang hanya terlibat ke

dalam keanggotaan kelompok primer, misalnya adat atau desa, akan memiliki

(30)

yang lebih luas, misalnya partai politik. Pendekatan psikologis lebih melihat

faktor kekuatan dari dalam diri individu sebagai faktor yang menentukan

pilihan-pilihan politiknya. Kekuatan psikis tersebut terefleksikan ke dalam sikap-sikap

dan kepribadian yang dibentuk melalui proses sosialisasi.

Terlepas dari beberapa pendekatan tersebut, Bambang Cipto (1999) dalam

Indra Ismawan (1999:23) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan

pemilih dapat diperkirakan menurut tolak ukur tradisional yang meliputi tiga

aspek penting, yakni :32

32

Tim Peneliti FISIP UMM,Op.Cit., hal 28

Faktor pertama, party identification (Identifikasi partai). Identifikasi partai merupakan perasaan terikat pada kelompok di mana ia menjadi anggota ataupun

kelompok yang ia pilih. Identifikasi partai akan berkaitan dengan kesetiaan

(loyalitas) dan ketidaksetiaan (volatilitas) dari massa suatu partai. Semakin tinggi

identifikasi partai akan semakin menjamin loyalitas massa partai, sebaliknya

semakin rendah identifikasi partai akan semakin rendah pula loyalitas massanya.

Di Indonesia, identifikasi partai agaknya sulit dijelaskan karena tidak ada

satu partai politik pun yang memiliki massa pendukung yang jelas. Kalaupun ada

hanya nampak latar belakang kelompok agamanya saja, Hal itu bukan termasuk

cirri atau identifikasi partai tersebut. Yang ada justru massa mengambang(floating mass). Loyalitas massa pendukung partai akan berpengaruh terhadap kemenangan partai dalam pemilu. Oleh karena itu, setiap partai akan mengupayakan tetap

(31)

Faktor penentu kedua adalah isu-isu di seputar kandidat dari suatu partai

maupun isu-isu di seputar partai tersebut(Issues of candidate and party). Faktor ini nyata sekali berkaitan dengan merosotnya perolehan suara PDIP pada pemilu

2004. Jika dibandingkan dengan pemilu 1999, suara PDIP pada pemilu 2004

mengalami penurunan sekitar 15%. Menurut Riswanda Imawan dalam opininya di

Harian Kompas (20/4/2004) disebabkan oleh disamping adanya protest voters

terhadap PDIP dalam pemilu, juga adanya fenomena split voting (suara terbelah).

Oleh beberapa pengamat, terbelahnya suara PDIP ini disinyalir sebagai akibat dari

beberapa tokoh puncak PDIP yang beramai-ramai mendirikan Partai Nasional

Banteng Kemerdekaan (PNBK) dan Partai Tanah Air Indonesia (PITA). Faktor

ketiga yang ikut dalam menentukan pengambilan keputusan pemilih dalam

menjatuhkan pilihannya adalah kepribadian, gaya hidup, dan performa dari partai

maupun kandidat partai.

1.5.3. Pemilihan Umum (Pemilu)

Pemilu merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan demokrasi dan

penentuan masa depan bangsa Indonesia. Pemilu didefinisikan sebagai suatu

proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

politik tertentu. Mulai dari presiden, wakil rakyat dari berbagai tingkat

pemeintahan, sampai kepala desa. Pada pelaksanaan pemilu sesungguhnya

merupakan tradisi politik dan manifestasi dianutnya paham demokrasi dalam

sistem pemerintahan negara kita. Pemilu juga dapat diartikan sebagai suatu proses

(32)

langsung, baik itu badan legislatif maupun badan eksekutif. Sebuah kehidupan

bangsa yang demokratis selalu dilandasi prinsip bahwa rakyatlah yang berdaulat

sehingga berhak terlibat dalam aktivitas politik, walau disadari betul partisipasi

rakyat secara penuh dalam seluruh proses politik mustahil dilakukan pada masa

sekarang ini akibat dari lambannya proses perbaikan dalam kehidupan bernegara

dan bermasyarakat sehingga menimbulkan kejenuhan.

Di banyak negara demokrasi, pemilihan umum dianggap sebagai tolak

ukur dari demokrasi sendiri. Hasil pemilu yang diselenggarakan dengan dalam

suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat,

dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

Meskipun begitu, pemilu bukanlah satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi

dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan

seperti partisipai dalam kegiatan partai, lobby, dan lain-lain.33

Pemilu menurut Ali Murtopo34

Menurut Dr.Indria Samego, pemilihan umum disebut juga dengan

Political Market. Artinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian

adalah sarana yang tersedia bagi rakyat

untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga demokrasi. Kemudian

menurut Manuel Kaisepo pemilu memang telah menjadi tradisi penting dalam

berbagai sistem politik di dunia, penting karena berfungsi memberikan legitimasi

atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi inilah yang

dicari.

33

(33)

masyarakat) antara peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih

(rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian

aktivitas politik yang meliputi kampanye, propaganda, iklan politik melalui media

massa cetak, audio (radio) maupun audio visual (televisi) serta media lainnya

seperti, spanduk, pamphlet, selebaran bahkan komunikasi antar pribadi yang

berbentuk face to face (tatapmuka) atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengenai program, platform, asas, ideology serta janji-janji politik lainnya guna

meyakinkan pemilih sehingga pada pencoblosan dapat menentukan pilihannya

terhadap salah satu partai politik yang menjadi peserta pemilihan umum untuk

mewakilinya dalam badan legislatif maupun eksekutif.35

Sistem ini disebut juga dengan sistem Pemilihan mayoritas atau single-member constituency. Sistem pemilihan distrik adalah suatu sistem pemilihan umum dimana wilayah suatu negara yang menyelenggarakan suatu pemilihan

umum memilih wakil di Parlemen, dibagi atas distrik-distrik pemilihan yang

jumlahnya sama dengan kursi yang tersedia di Parlemen ( kursi yang diperebutkan

dalam pemilihan umum tersebut), dan tiap distrik memilih hanya satu wakil untuk

duduk di Parlemen dari sekian calon untuk distrik tersebut ( karena itu sistem

1.5.3.1. Sistem Pemilihan Umum 1.5.3.1.1. Sistem Pemilihan Distrik

34

Ali Murtopo, Strategi Pembangunan Nasional. CSIS, 1981, hal.179, dalam Bintan R Saragih,

Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia,Jakarta:Gaya Media Pratama,1987

35

(34)

pemilihan ini sering disebut single-member constituency ) yaitu yang memperoleh suara terbanyak (mayoritas) dalam pemilhan umum.36

a. Banyaknya kemungkinan terdapat suara yang terbuang, dan ada

kemungkinan calon terpilih mendapat suara minoritas dari seluruh

suara yang diperoleh lawan-lawannya.

Sistem pemilihan distrik mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

b. Sistem ini akan menyulitkan partai-partai keci dan golongan-golongan

minoritas apalagi mereka ini terpencar dalam berbagai distrik

pemilihan, dengan kata lain susah bagi mereka ini mempunyai wakil di

Lembaga perwakilan.37

Sistem pemilihan distrik juga mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu:

a. Bahwa hubungan antara si pemilih dengan wakilnya sangat dekat.

Partai-partai politik tidak berani mencalonkan orang yang tidak

popular didistrik tersbut. Dan terpilihnya seseorang biasanya karena

kepopuleran orang tersebut, baru kemudian kepopuleran partainya.

b. Bahwa sistem ini mendorong penyatuan partai-partai karena calon

yang terpilih hanya satu maka beberapa partai bergabung mencalonkan

seorang yang lebih popular dan berbakat di antara mereka.

c. Organisasi dari penyelenggaraan pemilihan dengan sistem ini adalah

sederhana, tidak perlu memakai banyak orang untuk duduk dalam

36

Bintan R Saragih. Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum Di Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987 hal. 174

37

(35)

panitia pemilihan, juga biayanya lebih murah dan penyelenggaraan

singkat karena tidak perlu menghitung sisa suara terbuang.38

1.5.3.1.2. Sistem Pemilihan Proporsional

Sistem pemilihan proporsional disebut juga sebagai sitem pemilihan multi-member constituency atau sistem perwakilan berimbang. Sistem pemilihan proporsional adalah sistem pemilihan umum dimana kursi yang tersedia di

Parlemen Pusat untuk diperebutkan dalam suatu pemilihan umum, dibagikan

kepada partai-partai/golongan-golongan politik yang ikut dalam pemilihan umum

sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dalam pemilihan umum.39

a. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya

partai-partai baru. Sistem ini tidak menjurus kearah integrasi

bermacam-macam golongan dalam masyarakat. Mereka lebih cenderung

mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong

untuk mencari dan memanfaatkan persamaan-persamaan. Umumnya

dianggap bahwa sistem ini mempunyai akibat memperbanyak jumlah

partai.

Sistem pemilihan proporsional juga memiliki kelemahan dan kelebihan.

Adapun yang menjadi kelemahan sistem proporsional adalah:

b. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan

kurang merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya. Hal

ini disebabkan karena dianggap bahwa dalam pemilihan semacam ini

38

(36)

partai lebih menonjol peranannya daripada kepribadian seseorang. Hal

ini memperkuat kedudukan partai.

c. Banyaknya partai mempersulit terbentuknya pemerintaha yang stabil,

oleh karena umumnya harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua

partai atau lebih. 40

Yang menjadi kelebihan sistem proporsional adalah:

a. Suara yang terbuang sangat sedikit

b. Partai-partai kecil/minoritas, besar kemungkinan mempunyai wakil di

parlemen.41

1.5.3.2. Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang pemilihan umum

anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang dimaksud dengan pemilihan umum adalah sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Sistem pemilihan legislatif di Indonesia menggunakan sistem proporsional

terbuka, artinya masyarakat langsung memilih calon anggota legislatif yang

dicalonkan partai. Berbeda dengan pemilu sebelumnya, pemilu kali ini berbeda

yaitu karena dalam penentuan calon legislatif terpilih berdasarkan suara terbanyak

bukan berdasarkan nomor urut seperti pemilu-pemilu sebelumnya.42

(37)

Parliamentary Threhold merupakan peraturan perundang-undangan yang digunakan pada saat pemilihan umum legislatif 2009. Peraturan ini diambil dari

UU Pemilu No.10 tahun 2008 tepatnya dalam pasal 202 ayat 1 yang berisi “Partai

politik peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara

sekurang-kurangnya 2,5% (dua koma lima perseratus) dari jumlah suara sah secara nasional

untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi di DPR.43

43

Undang-Undang Pemilu No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah , Pasal 202 (1)

Parliamentary threshold merupakan ketentuan batas minimal yang harus dipenuhi partai politik untuk bisa menenmpatkan calon anggota legislatifnya di parlemen. Partai politik

yang tidak memperoleh suara minimal 2,5% tak berhak mempunyai perwakilan di

DPR. Sehingga suara yang telah diperoleh oleh partai politik tersebut dianggap

hangus karena suara-suara yang mereka peroleh tersebut akan di masukkan

kepada partai-partai yang masuk dalam ambang batas minimum Parliamentary threshold.

1.5.4. Legislatif

Badan legislatif (parlemen) yaitu lembaga yang membuat undang-undang

yang anggota-anggotanya merupakan representasi dari rakyat Indonesia

dimanapun dia berada (termasuk yang berdomisili di luar negeri) yang dipilih

melalui pemilihan umum.

Landasan teori yang melatarbelakangi adanya badan legislatif (parlemen)

(38)

a. Rousseau, tentang Volonte Generale atau General Will yang menyatakan bahwa “rakyatlah yang berdaulat, rakyat yang berdaulat

ini mempunyai suatu kemauan”.

b. Miriam Budiarjo, Dewan Perwakilan Rakyat dianggap merumuskan

kemauan rakyat atau kemauan umum ini dengan jalan mengikat

seluruh masyarakat. Undang-undang yang dibuatnya mencerminkan

kebijaksanaan-kebijaksanaan itu. Dapat dikatakan bahwa merupakan

badan yang membuat keputusan yang menyangkut kepentingan

umum.44

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (2), kedaulatan

berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD, maka legislatif dinggap

sebagai representasi dari rakyat yang merumuskan keinginan rakyat melalui

penentuan kebijakan-kebijakan umum. Dalam konsep inilah sebetulnya kita

dapatkan bentuk konkret dari idealisme bahwa di dalam Negara rakyatlah yang

berdaulat sepenuhnya. Di dalam Negara demokrasi yang peraturan perundangan

harus berdasarkan kedaulatan rakyat, maka badan perwakilan rakyat harus

dianggap sebagai badan yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk menyusun

undang-undang, badan inilah yang disebut legisltif.45

44

A. Rahman H.I, Op.cit. hal 123

45

(39)

Oleh karena itu, rakyat memberikan legalitas kekuasaan kepada Negara

untuk melindungi mereka. Karena rakyat tidak mungkin melaksanakan

pemerintahan sendiri maka dibuatlah konsep perwakilan politik sebagai dasar

legitimasi kekuasaan yang diberikan rakyat tersebut. Mekanisme perwakilan

sejatinya adalah hubungan antara wakil dan yang diwakili. Wakil melaksanakan

suatu hal yang seharusnya sesuai dengan tuntutan terwakil. Hubungan demikian

merupakan tetap berangkat dari kepentingan yang diwakili.

1.6.Metodologi Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif deskriptif. Dimana saya akan menggambarkan atau melukiskan subjek

ataupun objek yang diamati dan tentu saja yang sesuai dengan fakta-fakta yang

terlihat di lapangan selama dalam melakukan penelitian. Akan dipaparkan juga di

dalamnya tentang hasil atau data-data yang telah diamati atau yang telah diteliti.

1.6.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Pematangsiantar. Alasan pemilihan lokasi

penelitian adalah karena di kota Pematangsiantar organisasi masyarakat Batak

Toba seperti Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina (PSSSI) sangat berkembang

dengan baik dan termasuk salah satu organisasi besar dari bebrapa organisasi

Batak Toba yang ada di kota Pematangsiantar. Organisasi seperti PSSSI ini telah

(40)

tersebut, anggota organisasi sudah berpengalaman dalam mengikuti pemilihan

umum. Hal ini akan sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan

dapat mengambarkan bagaimana sebenarnya perilaku pemilih organisasi PSSSI

ini nantinya.

1.6.3. Populasi dan Sampel Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota

organisasi Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina (PSSSI) yang terdaftar dan

tercatat sebagai anggota organisasi yang berjumlah 2386 Kepala Keluarga.

Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang menggunakan

cara tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah anggota organisasi

Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina (PSSSI) yang ikut memilih pada pemilihan

umum legislatif 2009. Dalam menentukan jumlah sampel untuk kuisioner, penulis

menggunakan rumus Taro Yamane,46

N

N d2 +1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

sebagai berikut :

46

Rakhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya,1991, hal.81

(41)

d = Presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

dari rumus diatas, maka dapat diambil sebagai berikut

2386

2386 (0,1)2 + 1

n = 95.97 orang

Maka jumlah sampelnya adalah 96 orang.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis

melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data Primer yang didasarkan pada peninjauan langsung pada objek yang

diteliti untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Studi lapangan yang

dilakukan dengan berkunjung langsung ke lokasi penelitian dengan cara

melakukan wawancara dan menyebarkan angket atau kuisioner kepada

responden yang termasuk dalam sampel penelitian. Responden menjawab

dengan memilih pilihan jawaban yang telah disediakan dalam daftar

pertanyaan. Atau disebut juga dengan field research.

2. Data Sekunder, yaitu dengan mencari sumber data dan informasi melalui

buku-buku, jurnal, internet dan lain-lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini. Atau dengan kata lain disebut dengan library research.

1.6.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

(42)

tunggal, dimana jenis analisa data seperti ini banyak dipergunakan dalam jenis

penelitian deskriptif, yakni suatu metode lebih didasarkan kepada pemberian

gambaran yang terperinci dan metode penelitian seperti ini lebih mengutamakan

penghayatan dan berusaha memahami suatu peristiwa dalam situasi tertentu

menurut pandangan peneliti. 47

47

Hadari Namawi, Op. cit ., hal 40

Kemudian data yang ada dikelompokkan dan

disajikan dalam bentuk table-tabel dan uraian. Dalam hal ini penulis hanya

menganalisa dengan cara menggambarkan data yang diperoleh dengan

mengadakan atau member interpretasi.

1.7. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dari penulisan penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi penelitian dan

Sistematika Penulisan

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai seberapa jauh organisasi masyarakat

Batak Toba Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina (PSSSI) dalam mempengaruhi

perilaku pemilih anggotanya.

BAB III : ANALISA HASIL PENELITIAN

Pada bab ini data dan informasi disajikan dan dianalisis secara sistematis

(43)

BABA IV : PENUTUP

Bab ini merupakan ulasan terakhir yang berisikan kesimpulan yang

(44)

BAB II

DESKRIPSI ORGANISASI PUNGUAN SIMANJUNTAK SITOLU SADA INA DAN BORU BERE (PSSSI/BB) KOTA PEMATANGSIANTAR

2.1. Sejarah Singkat Berdirinya Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI & B)

Simanjuntak sitolu sada ina adalah tiga bersaudara yang lahir dari satu ibu

bernama Sobosihon boru Sihotang. Ketiga bersaudara itu adalah Mardaup

Simanjuntak, Sitombuk Simanjuntak, dan Hutabulu Simanjuntak.48 Dan ketiga

keturunan inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya istilah Simanjuntak Sitolu

Sada Ina ( Tiga Simanjuntak Satu Ibu). Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina

Dohot Boruna (PSSSI&B) kota Pematangsiantar mulai berdiri pada tahun 1951

tepatnya di sebuah kelurahan di Pematangsiantar yang bernama Kelurahan

Kampung Kristen. Pada awal berdirinya Punguan ini bernama Marsihu

(Mardaup, Sitombuk, Hutabulu). Pada masa itu anggotanya masih sedikit kira-kira

100 kepala keluarga dan kepengurusan masih bersifat sentralistik.49

Punguan ini ternyata cepat berkembang seiring dengan bertambah banyak

anggota yang bergabung dan pada tahun 1960 berganti nama menjadi Punguan

Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna. Karena semakin banyaknya anggota

Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna kota Pematangsiantar, maka

kepengurusan tidak lagi bersifat sentralistik tetapi bersifat otonomi dengan tujuan

untuk mempermudah menjangkau dan mengkoordinir anggotanya yang begitu

48

(45)

banyak.50

49

Hasil wawancara dengan Marcius Simanjuntak selaku sekretaris umum PSSSI&B kota Pematangsiantar pada tanggal 26 Agustus 2010 di Kota Pematangsiantar

50

Hasil wawancara dengan Jhonson Simanjuntak selaku Ketua I PSSSI&B Kota Pematangsiantar pada tanggal 27 Agustus 2010 di Pematangsiantar

PSSSI&B kota Pematangsiantar kemudian membentuk kepengurusan

berdasarkan sektor-sektor daerah tempat tinggal masing-masing anggota.

Pengurus setiap sektor dipilih oleh anggota disetiap sektor masing-masing.

Sampai saat ini Punguan Siamnjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna kota

Pematangsiantar terbagi menjadi 31 sektor.

2.2. Deskripsi Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI&B)

Sekretariat Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna beralamat

di jalan Marimbun II No. 105 Pematangsiantar. Punguan Simanjuntak Sitolu Sada

Ina kota Pematangsiantar terdiri dari 31 sektor dengan anggota mencapai 2386

kepala keluarga. ke-31 sektor tersebut adalah Sektor Kampung Kristen, Sektor

Pokok Bambu ,Sektor Lapangan Bola atas, Sektor Simarimbun Dolok, Sektor

Siantar Sawah, Sektor Matio, Sektor Simpang dua, Sektor Naga Huta, Sektor

Gurgur, Sektor Sinta Nauli, Sektor Sipinggol-pinggol, Sektor Tojai, Sektor Suka

Dame, Sektor Parluasan, Sektor Lorong Dua Puluh, Sektor Rame I, Sektor

Bombongan, Sektor Rame II, Sektor Asuhan, Sektor Stadion, Sektor Stadion II,

Sektor Tomuan, Sektor Tomuan II, Sektor Rambung Merah, Sektor BDB, Sektor

PN Kertas, Sektor Pintu Bosi, Sektor Marihat Lambou, Sektor Pardamean, Sektor

Lambou, dan Sektor Suka Selamat. Setiap sektor terdiri dari 20 sampai 150 kepala

(46)

Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI & B) kota

Pematangsiantar dalam kepengurusannya lebih tercermin dalam mengurus

adat-istiadat daripada perkumpulan itu sendiri. Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan

dalam perkumpulan marga Simanjuntak ini adalah berbentuk kumpulan arisan,

kerohaniawan, pertamiangan (Doa Bersama), perkumpulan sektor, perkumpulan

satu ompu (keturunan), kegiatan suka dan duka (misalnya hari pernikahan anak

salah satu anggota atau kegiatan dukacita jika ada anggota PSSSI&B yang

meninggal) dan perkumpulan satu asal muasal dari bona pasogit (kampung

halaman) yang bentuknya seperti kegiatan ulang tahun, syukuran bona tahun

(awal tahun/tahun baru). Tujuan dari kegiatan-kegiatan ini adalah untuk

mempererat rasa persaudaraan, mengukuhkan rasa sukacita dan dukacita

(seperasaan), dan juga membuat persamaan sikap untuk kemajuan dan

keberhasilan anggota atau untuk sesuatu hal yang berguna untuk memperbesar

marga simanjuntak.

2.2. Dasar dan Tujuan Dibentuknya Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boru (PSSSI&B) Kota Pematangsiantar

Dalam anggaran dasar Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boru

(PSSSI&B) kota Pematangsiantar tahun 2003 pada Bab II pasal 2 disebutkan

bahwa PSSSI&B dibentuk berdasarkan kekeluargaan.

Adapun tujuan dibentuknya Punguan ini tercermin dalam pasal 3 yaitu:

1. Memelihara dan membina persatuan, kesatuan dan kerukunan antara

(47)

2. Menumbuhkembangkan rasa cinta kasih diantara sesame anggota atas

dasar kekeluargaan yang diwujudkan dengan rasa solidaritas dan saling

menolong dalam suka maupun duka.

3. Memelihara, mengembangkan dan membina Adat/Budaya Batak.

4. Menjaga hubungan baik dengan persatuan-persatuan marga/suku lain agar

dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai.

Selain itu, Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI&B)

kota Pematangsiantar berupaya untuk :

1. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dan berbagai kegiatan yang

dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan

anggota.

2. Mengkoordinasikan kegiatan umum anggota.

3. Mengadakan hubungan dengan instansi pemerintah maupun badan-badan

swasta dalam upaya mencari peluang untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan kesejahteraan anggota.

4. Mendirikan badan yang dapat menjadi sumber dana untuk mencapai tujuan

organisasi.

2.3.1. Kepengurusan dan Keanggotaan PSSSI & B Kota Pematangsiantar

Dalam bab IX pasal 11 tentang pengurus Pematangsiantar disebutkan

(48)

1. Pengurus cabang Pematangsiantar

a. Dipilih dan diangkat untuk masa jabatan selama 6 tahun dan dipilih

kembali untuk masa bakti berikutnya oleh ketua-ketua sektor.

b. Seorang dapat menjabat satu jabatan yang sama hanya untuk dua

masa bakti secara berturut-turut.

c. Apabila seorang penguru berhenti sebelum masa bakti berakhir,

pengurus cabang pematangsiantar menetapkan penggantinya untuk

selama masa bhakti yang tersisa.

d. Pengurus cabang pematangsiantar terdiri dari pengurus harian,

pembantu pengurus harian dan dewan penasehat.

2. Pengurus harian terdiri dari:

a. Seorang ketua umum, Ketua I, Ketua II, dan Ketua III.

b. Seorang sekretaris umum dan seorang sekretaris.

c. Seorang bendahara umum dan seorang bendahara.

3. Ketua umum, ketua I, ketua II, ketua III dipilih oleh musyawarah cabang

PSSSI&B Pematangsiantar.

4. Sekretaris Umum, sekretaris, bendahara umum dan bendahara dipilih oleh

musyawarah pematangsiantar.

5. Koordinator-koordinator:

a. koordinator bidang sosial budaya dibidangi tiga satuan, yaitu: satuan

pembinaan adat/budaya, satuaan pembinaan kerohanian dan satuan

(49)

b. Koordinator bidang pengembangan sumber daya manusia

membidangi dua satuan, yaitu: satuan pengembangan sumber daya

manusia dan ketenagakerjaan, satuan pembinaan generasi muda dan

beasiswa.

c. Koordinator bidang dana membidangi dua satuan yaitu satuan

pengembangan sumber dana spontan dan satuan pengembangan

sumber dana swadaya.

d. Koordinator wilayah yang meliputi beberapa sektor, jumlahnya

tergantung kepada situasi dan kondisi.

e. Pengurus harian Pematangsiantar diangkat oleh Ketua Umum atas

usul pengurus pematangsiantar harian bersama Dewan Penasehat dan

dilantik oleh Ketua Umum.

Walaupun tidak tertulis dalam anggaran dasar biasanya seorang ketua

umum dipilih bergantian. Artinya apabila dalam periode tertentu yang terpilih

adalah Simanjuntak Keturunan Mardaup, maka pada periode berikutnya seorang

ketua umum berasal dari keturunan Simanjuntak Sitombuk, dan periode

berikutnya lagi berasal dari Simanjuntak Hutabulu, begitu seterusnya. Selain itu,

seorang ketua harus berasal dari keluarga yang bisa dikategorikan mapan secara

ekonomi. Marga Simanjuntak yang usianya tergolong tua di tempatkan sebagai

penasehat organisasi.

Dalam anggaran dasar Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot

(50)

1. Yang dapat diterima menjadi anggota ialah setiap warga Simanjuntak

Sitolu Sada Ina dohot Boruna yang telah berumah tangga dan bertempat

tinggal di daerah Pematangsiantar dan di salah satu sektor di daerah kota

Pematangsiantar.

2. Keanggotaan berakhir apabila:

a. Suami istri meninggal dunia.

b. Diberhentikan oleh pengurus sektor.

c. Mengundurkan diri sebagai anggota.

d. Berpindah domisili ke luar kota pematangsiantar.

2.3.2. Hak Dan Kewajiban Anggota

Setiap anggota berhak untuk:

1. Mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama dengan anggota lainnya

dari organisasi sesuai dengan ketentuan sector masing-masing.

2. Mengajukan saran, usul, kritik sehat dan pendapat organisasi.

3. Memperoleh informasi tentang kegiatan organisasi.

4. Memperoleh perlindungan dan pembelaan sepanjang tidak bertentangan

dengan dasar dan tujuan organisasi.

5. Memilih dan dipilih menjadi pengurus organisasi.

Sementara yang menjadi kewajiban setiap anggota adalah untuk:

1. Menjaga nama baik organisasi.

2. Memenuhi kewajiban yang ditentukan sebagai daerah sektor sesuai dengan

(51)

2.4. Hubungan Dengan Organisasi Lain Dalam Kalangan Simanjuntak Sitolu Sada Ina Dohot Boruna (PSSSI&B)

Dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Punguan Simanjuntak

Sitolu Sada Ina Dohot Boruna pada tahun 2003 disebutkan bahwa:

1. Punguan Simanjuntak Sitolu Sda Ina Dohot Boruna kota Pematangsiantar

mengakui dan menghormati keberadaan organisasi yang didirikan dan

berkedudukan di daerah Pematangsiantar dan sekitarnya berdasarkan

keturunan ompu atau daerah asal tertentu dikalangan Simanjuntak Sitolu

Sada Ina Dohot Boruna yang berdomisili di Pematangsiantar sepanjang

anggota-anggotanya adalah Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina kota

Pematangsiantar dohot Boruna kota Pematangsiantar. Seterusnya anggaran

dasar dan anggaran rumah tangga tidak bertentangan dengan anggaran

dasar dan anggaran rumah tangga Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina

Dohot Boruna (PSSSI&B) Pemtangsiantar beserta sector.

2. PSSSI&B kota Pematangsiantar secara vertical tidak mempunyai

hubungan langsung dengan organisasi tersebut, tetapi menjadi mitra

dialog/kerja dalam mempererat persaudaraan dikalangan Simanjuntak

Sitolu Sada Ina Dohot Boruna.

3. Organisasi-organisasi tersebut sebaiknya didaftarkan atau dilaporkan

(52)

2.5. Struktur Kepengurusan

Pemtangsiantar, 03 Maret 2008

Nomor : 04/PSSSI-B/PS/03/2008 Kepada Yth.

Lamp : Pengurus PSSSI/B

Hal : Undangan Pelantikan Kota Pematangsiantar

Di tempat

Sesuai dengan hasil rapat pemilihan ketua umum PSSSI&B

Pematangsiantar pada tanggal 08 Desember 2007 bertempat di Restaurant

Binaling Jl. Cornel Simanjuntak dan hasil rapat formatur untuk pemilihan

kelengkapan Pengurus PSSSI&B kota Pematangsiantar tanggal 5 Januari 2008

bertempat di rumah ketua umum terpilih Ir. Saud Simanjuntak jalan Merak No.17

Pematangsiantar, maka telah terpilih pengurus yang baru periode 2008-2013

sebagi berikut:

I. Ketua Umum : Ir. Saud Simanjuntak.

Ketua I : Drs. Jhonson Simanjuntak, MSi.

Ketua II : Edi Simanjuntak

Ketua III : Drs. Thamrin Simanjuntak, MSi.

II. Sekretaris Umum : Marcius Simanjuntak

Sekretaris I : Leonardo Simanjuntak, SH, M.Hum.

Sekretaris II : Drs. Ramses Simanjuntak

Sekretaris III : Guntar Simanjuntak

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait