PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS
BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN
ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2010
Oleh :
AGUS PRATAMA PONIJAN
080100396
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS
BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN
ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
AGUS PRATAMA PONIJAN
080100396
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian
Atas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010
Nama : Agus Pratama Ponijan
NIM : 080100396
Pembimbing
Penguji
(dr.Ilhamd, Sp. PD)
(dr. Yahwardiah, PhD)
NIP:196623041996031011
NIP: 195508071983032001
(dr. Lita Feriyawati, MKes)
NIP: 1970002082001122001
Medan, 12 Januari 2012
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
NIP: 195402201980111001
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil Penelitian dengan Judul:
Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas
Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2010
Yang dipersiapkan oleh:
NAMA: Agus Pratama Ponijan
NIM: 080100396
Karya Tulis Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke
Sidang Karya Tulis Ilmiah.
Medan, 15 Desember 2011
Disetujui,
Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Latar belakang:
Perdarahan saluran cerna seperti dengan gejala
melena
dan
hematemesis
adalah suatu kondisi umum yang sering dijumpai oleh para dokter
dan para petugas endoskopi. Angka kematian oleh karena perdarahan saluran
cerna bahagian atas cukup tinggi. Pada penelitian ini, menghitung proporsi dan
karakteristik penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas sepanjang tahun
2010.
Metode:
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif restrospektif. Dengan
mengambil data dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi saluran
cerna bahagian atas di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan selama periode 1 Januari 2010
hingga 31 Desember 2010.
Hasil:
Dari 984 orang yang melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna
bahagian atas sepanjang tahun 2010, ditemukan sebanyak 250 pasien (25,4%)
yang mengalami perdarahan saluran cerna bahagian atas. Dengan jumlah pasien
laki-laki sebanyak 177 (71%) dan perempuan sebanyak 73 (29%). Sedangkan
suku yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna
bahagian atas adalah suku Batak sebanyak 134 orang (53,6%) dan diikuti suku
Jawa sebanyak 74 orang (29,6%). Usia yang paling sering melakukan
pemeriksaan endoskopi dengan keluhan perdarahan saluran cerna bahagian atas
adalah usia 41-50 tahun sebanyak 71 orang (28,4%). Lalu kasus terbanyak yang
menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah
varices esofagus
sebanyak 104 kasus (31%), disusul oleh
ulkus gaster
sebanyak 52 kasus (15%).
Kesimpulan:
Etiologi penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSUP
H. Adam Malik paling banyak adalah
varices esofagus
yang selalu disertai dengan
sirosis hati
sebagai penyakit penyerta.
ABSTRACT
Background:
Gastrointestinal bleeding such as hematemesis or melena are
common conditions in clinical practice and endoscopic service. The mortality rate
that caused by upper gastrointestinal bleeding is quite high. In this research, we
count the etiology proportion that cause upper gastrointestinal bleeding at the
whole year of 2010.
Methods:
This research was done descriptive retrospectively. We took data from
the patient medical record that did the upper gastrointestinal endoscope at
Division of Gastroenterology and Hepatology, from Internal Medicine
Department, at H. Adam Malik Hospital, from the 1
stJanuary until 31
stDecember.
KATA PENGANTAR
Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerahNya saya dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini. Tidak lupa terima kasih saya ucapkan juga kepada dosen-dosen yang telah
membimbing dan mengajar saya selama ini. Terima kasih kepada:
1.
Kedua orang tua yang telah turut mendukung setiap langkah saya
dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.
2.
dr. Ilhamd, Sp.PD yang telah membimbing saya selama pembuatan
karya tulis ilmiah ini.
3.
Terima kasih kepada keluarga dan segenap teman-teman yang telah
mendukung saya selama ini.
Karya tulis ilmiah ini adalah mengenai penelitian yang telah dilakukan
dengan judul
“
Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna
Bahagian Atas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2010
”.
Masih tingginya insidensi perdarahan saluran cerna
bahagian atas dan angka kematian yang tidak berkurang tentunya perlu mendapat
perhatian khusus. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya pemeriksaan awal. Padahal dengan pemeriksaan awal yang cepat
maka perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat ditangani secara cepat
sehingga jumlah kematian akibat perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat
ditekan.
Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Saya sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
menyempurnakan lagi karya tulis ilmiah ini. Kepada semua yang membaca karya
tulis ilmiah ini saya mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu
untuk membaca karya tulis penelitian ini.
(Agus Pratama Ponijan)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan
………..
i
Abstrak
………
ii
Abstract
……….
iii
Kata Pengantar
………
iv
Daftar Isi
………
v
Daftar Tabel
………..
vii
Daftar Gambar
………
…..
viii
Daftar Singkatan
………...
ix
Daftar Lampiran
……….
x
BAB 1 PENDAHULUAN
……….
1
1.1.
Latar Belakang... 1
1.2.
Rumusan Masalah... 2
1.3.
Tujuan Penelitian... 2
1.4.
Manfaat Penelitian... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
... 4
2.1.
Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas... 4
2.1.1.
Definisi………
4
2.1.2. Gambaran Umum
………
4
2.1.3. Etiologi... 5
2.1.4. Faktor Resiko... 8
2.1.5. Gejala Klinis... 9
2.1.6. Diagnosis... 10
2.1.7. Tata Laksana... 11
2.2.
Endoskopi... 12
2.2.1. Definisi Endoskopi... 12
2.2.2. Prinsip Dasar Endoskop
i………...
12
2.2.3.
Gambaran Endoskopi………..
14
3.1.
Kerangka Konsep Penelitian... 16
3.2.
Definisi Operasional... 16
3.2.1.
Definisi………
16
3.2.2.
Cara Ukur………
16
3.2.3.
Alat Ukur……….
16
3.2.4.
Hasil Ukur………
17
3.2.5.
Skala Pengukuran……….
17
BAB 4 METODE PENELITIAN
... 18
4.1.
Rancangan Penelitian
………..
18
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
………...
18
4.2.1.
Tempat Penelitian………
18
4.2.2.
Waktu Penelitian……….
18
4.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
………..
18
4.3.1.
Populasi………..
18
4.3.2.
Sampel………..
18
4.4.
Metode Pengumpulan Data
……….
18
4.5.
Pengolahan dan Analisa Data
………..
19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
……….
20
5.1.
Hasil Penelitian……….
20
5.1.1.
Deskripsi Lokasi Penelitian………...
20
5.1.2.
Hasil Penelitian………..
20
5.2.
Pembahasan………...
25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
……….
28
6.1.
Kesimpulan………..
28
6.2.
Saran……….
28
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Etiologi
UGIB
dari data
Center for Ulcer Research and Education
(
CURE
)
………
6
Tabel 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambaran endoskopi pada pasien gastric ulcer akibat penggunaan
NSAIDs dan test H.Pylori negatif
………..
14
Gambar 2.2.
Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori
positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs
………
14
Gambar 2.3.
Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear
………..
14
Gambar 2.4.
Gambaran endoskopi dari esophageal varices
………
15
Gambar 2.5.
Gambaran endoskopi dari gastric varices dan esophageal variceal
ligation-related ulcers
………
15
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
……….
16
Gambar 5.1. Distribusi Golongan Umur dari 250 Pasien yang Menjalani
Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian
Atas
………...
20
Gambar 5.2. Distribusi Suku dan Jenis Kelamin Pasien yang Melakukan
Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian
Atas
………...……….
21
Gambar 5.3. Distribusi Penyakit Penyerta yang Timbul Bersamaan dengan
Perdarahan
Saluran
Cerna
Bahagian
Atas
……….
21
Gambar 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan
Keluhan
Perdarahan
Saluran
Cerna
Bahagian
DAFTAR SINGKATAN
GI
: Gastrointestinal
UGIB
: Upper Gastrointestinal Bleeding
SCBA
: Saluran Cerna Bahagian Atas
PUD
: Peptic Ulcer Disease
NSAIDs
: Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs
OAINS
: Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid
ICU
: Intensive Care Unit
ASGE
: American Society of Gastrointestinal Endoscopy
NGT
: Nasogastric Tube
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Persetujuan Komisi Etik
Lampiran 4
Data Induk
Lampiran 5
Hasil Analisa Data
ABSTRAK
Latar belakang:
Perdarahan saluran cerna seperti dengan gejala
melena
dan
hematemesis
adalah suatu kondisi umum yang sering dijumpai oleh para dokter
dan para petugas endoskopi. Angka kematian oleh karena perdarahan saluran
cerna bahagian atas cukup tinggi. Pada penelitian ini, menghitung proporsi dan
karakteristik penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas sepanjang tahun
2010.
Metode:
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif restrospektif. Dengan
mengambil data dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi saluran
cerna bahagian atas di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan selama periode 1 Januari 2010
hingga 31 Desember 2010.
Hasil:
Dari 984 orang yang melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna
bahagian atas sepanjang tahun 2010, ditemukan sebanyak 250 pasien (25,4%)
yang mengalami perdarahan saluran cerna bahagian atas. Dengan jumlah pasien
laki-laki sebanyak 177 (71%) dan perempuan sebanyak 73 (29%). Sedangkan
suku yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna
bahagian atas adalah suku Batak sebanyak 134 orang (53,6%) dan diikuti suku
Jawa sebanyak 74 orang (29,6%). Usia yang paling sering melakukan
pemeriksaan endoskopi dengan keluhan perdarahan saluran cerna bahagian atas
adalah usia 41-50 tahun sebanyak 71 orang (28,4%). Lalu kasus terbanyak yang
menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah
varices esofagus
sebanyak 104 kasus (31%), disusul oleh
ulkus gaster
sebanyak 52 kasus (15%).
Kesimpulan:
Etiologi penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSUP
H. Adam Malik paling banyak adalah
varices esofagus
yang selalu disertai dengan
sirosis hati
sebagai penyakit penyerta.
ABSTRACT
Background:
Gastrointestinal bleeding such as hematemesis or melena are
common conditions in clinical practice and endoscopic service. The mortality rate
that caused by upper gastrointestinal bleeding is quite high. In this research, we
count the etiology proportion that cause upper gastrointestinal bleeding at the
whole year of 2010.
Methods:
This research was done descriptive retrospectively. We took data from
the patient medical record that did the upper gastrointestinal endoscope at
Division of Gastroenterology and Hepatology, from Internal Medicine
Department, at H. Adam Malik Hospital, from the 1
stJanuary until 31
stDecember.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah perdarahan yang terjadi di
saluran cerna yang dimulai dari mulut hingga ke 2/3 bagian dari
duodenum
.
Ari F. Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM Jakarta menyebutkan
bahwa kebanyakan penderita perdarahan saluran cerna bahagian atas disebabkan
oleh
varises esophagus
sekitar (33,5 %). Tingginya angka penderita
varises
esophagus
dikarenakan adanya hubungan antara
varises esophagus
dengan
munculnya penyakit hepatitis B dan C di Indonesia.
Demikian pula pada penelitian yang dilakukan oleh Nasrul Zubir dan
Julius di kota Padang tahun 1992 tepatnya di RSU dr. M. Jamil, jenis kelainan
yang ditemukan pada pemeriksaan endoskopi yang terbanyak adalah
varises
esophagus
= 196 penderita (23,17 %),
gastritis refluks
menempati urutan tertinggi
diantara
gastritis
lainnya (41,21 %). Jumlah tukak lambung dan tukak
duodenum
pada penelitian ini hampir sebanding (1,04 : 1). (Jubril, N.,
et al
., 1992)
Berbeda dengan sebagian besar negara di Eropa dan Amerika dalam buku
Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology
yang sebahagian besar
penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas dikarenakan
peptic ulcer
dan
sesuai dengan data penelitian yang dilakukan oleh
CURE
ada sekitar 55 % pasien
perdarahan saluran cerna bahagian atas yang disebabkan oleh
peptic ulcer
.
(Jutabha, R.,
et al.
2003)
Angka kematian di berbagai belahan dunia juga masih menunjukkan
jumlah yang cukup tinggi terutama di Indonesia yang wajib jadi perhatian khusus.
Berdasarakan hasil penelitian di Jakarta didapati bahwa jumlah kematian akibat
perdarahan saluran cerna atas berkisar 26 %. (Syam, A.F.,
et al
., 2005)
Di Perancis, sebuah laporan menyimpulkan bahwa jumlah kematian dari
perdarahan saluran cerna bahagian atas telah turun dari sekitar 11 % menjadi 7 %;
adanya penurunan jumlah kematian tersebut. Di Spanyol sendiri mendapatkan
bahwa perdarahan saluran cerna bahagian atas 6 kali lebih sering terjadi
dibandingkan dengan perdarahan saluran cerna bahagian bawah. (Caestecker, J.d.,
2011)
Di Amerika Serikat, setiap tahun pasien yang masuk ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD) dengan sebab perdarahan saluran cerna atas. Sejak tahun 1945,
angka kematian di Amerika Serikat oleh sebab perdarahan saluran cerna atas
mencapai 5
–
10 % dan tidak berubah hingga saat ini. (John, R.S., 2009)
Insidensi dari perdarahan saluran cerna bahagian atas di Indonesia tidak
jauh berbeda daripada di negara maju lainnya, yaitu penderita perdarahan saluran
cerna bahagian atas lebih banyak pada pria daripada wanita dan pada pasien
dengan usia lebih dari 60 tahun seperti yang dikemukakan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ari F. Syam serta penelitan yang dilakukan oleh Nasrul Zubir.
Insidensi dari perdarahan saluran cerna bahagian atas dua kali lebih sering
pada pria daripada pada wanita, dalam seluruh tingkatan usia; tetapi, jumlah angka
kematian tetap sama pada kedua jenis kelamin.
Angka kematian meningkat pada
usia yang lebih tua (>60 tahun) pada pria dan wanita. (Caestecker, J.d., 2011)
Untuk memeriksa perdarahan saluran cerna bahagian atas dilakukanlah
pemeriksaan endoskopi untuk menegakkan diagnosa tentang penyebab yang dapat
menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian atas.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas maka
muncullah suatu rumusan masalah yang perlu dibahas, yaitu:
“
Bagaimana proporsi dan karakteristik penyebab perdarahan saluran
cerna bahagian atas dari hasil endoskopi pasien di RSUP H. Adam Malk Medan
tahun 2010
?”
Untuk mengetahui proporsi penyebab perdarahan saluran cerna bahagian
atas di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010.
1.3.2.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui karakteristik daripada penderita perdarahan saluran
cerna bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4.
Manfaat Penelitian
Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti tentang perdarahan saluran cerna
bahagian atas, memberikan informasi tentang proporsi perdarahan saluran cerna
bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010, dan dapat dijadikan
sumber pendukung untuk penelitian berikutnya yang membahas tentang
perdarahan saluran cerna bahagian atas.
Kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat diserahkan ke Departemen
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar dijadikan sebagai laporan serta informasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perdarahan Saluran Cerna Atas
2.1.1. Definisi
Perdarahan saluran cerna bahagian atas (didefinisikan sebagai perdarahan
yang terjadi di sebelah
proksimal ligamentum Treitz
pada
duodenum distal
.
Sebagian besar perdarahan saluran cerna bahagian atas
terjadi sebagai akibat
penyakit
ulkus peptikum
(
PUD
,
peptic ulcer disease
) (yang disebabkan oleh
H.
Pylori
atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) atau
alkohol). Robekan
Mallory-Weiss
,
varises esofagus
, dan
gastritis
merupakan
penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas yang jarang. (Dubey, S., 2008)
2.1.2. Gambaran Umum
Perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat bermanifestasi klinis mulai
dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang
mengancam hidup.
Hematemesis
adalah muntah darah segar (merah segar) atau
hematin
(hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran
cerna bagian atas atau
proksimal ligamentum Treitz
. Perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA), terutama dari
duodenum
dapat pula bermanifestasi dalam
bentuk
melena
.
Hematokezia
(darah segar keluar per
anum
) biasanya berasal dari
perdarahan saluran cerna bagian bawah (
kolon
).
Maroon stools
(feses berwarna
merah hati) dapat berasal dari perdarahan
kolon
bagian
proksimal
(
ileo-caecal
).
(Djojoningrat, D., 2006)
Upper gastrointestinal
tract bleeding
(“
UGI
bleeding
”)
atau lebih dikenal
perdarahan saluran cerna bahagian atas memiliki prevalensi sekitar 75 % hingga
80 % dari seluruh kasus perdarahan akut saluran cerna. Insidensinya telah
menurun, tetapi angka kematian dari perdarahan akut saluran cerna, masih
Tidak berubahnya angka kematian ini kemungkinan besar berhubungan dengan
bertambahnya usia pasien yang menderita perdarahan saluran cerna serta dengan
meningkatnya kondisi
comorbid
.
Peptic ulcers
adalah penyebab terbanyak pada
pasien perdarahan saluran cerna, terhitung sekitar 40 % dari seluruh kasus.
Penyebab lainnya seperti
erosi gastric
(15 % - 25 % dari kasus), perdarahan
varises
(5 % - 25 % dari kasus), dan
Mallory-Weiss Tear
(5 % - 15 % dari kasus).
Penggunaan
aspirin
ataupun
NSAIDs
memiliki prevalensi sekitar 45 % hingga 60
% dari keseluruhan kasus perdarahan akut. (Alexander, J.A., 2008
)
2.1.3. Etiologi
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas
pada buku
The Merck Manual of Patient Symptoms
(Porter, R.S.,
et al.
, 2008):
1.
Duodenal ulcer
(20
–
30 %)
2.
Gastric
atau
duodenal erosions
(20
–
30 %)
3.
Varices
(15
–
20 %)
4.
Gastric ulcer
(10
–
20 %)
5.
Mallory
–
Weiss tear
(5
–
10 %)
6.
Erosive esophagitis
(5
–
10 %)
7.
Angioma
(5
–
10 %)
8.
Arteriovenous malformation
(< 5 %)
9.
Gastrointestinal stromal tumors
Dalam buku
Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology
ada
beberapa etiologi yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian
atas beserta tabel hasil penelitian dari
Center for Ulcer Research and Education
Tabel 2.1. Etiologi UGIB dari Data
Center for Ulcer Research and Education
(CURE)
Diagnosis
Number of Patients
(%)(n=948)
Peptic ulcers
524 (55)
Gastroesophageal varices
131 (14)
Angiomas
54 (6)
Mallory-Weiss tear
45 (5)
Tumors
42 (4)
Erosions
41 (4)
Dieulafoy’s lesion
6 (1)
Other
105 (11)
2.1.3.1. Penyakit-Penyakit
Ulcerativa
atau
Erosive
2.1.3.1.1. Penyakit
Peptic Ulcer
Di Amerika Serikat,
PUD
(
Peptic Ulcer Disease
) dijumpai pada sekitar
4,5 juta orang pada tahun 2011. Kira-kira 10 % dari populasi di Amerika Serikat
memiliki
PUD
. Dari sebahagian besar yang terinfeksi
H pylori,
prevalensinya
pada orang usia tua 20%. Hanya sekitar 10% dari orang muda memiliki infeksi
H
pylori
; proporsi orang-orang yang terinfeksi meningkat secara konstan dengan
bertambahnya usia. (Anand, B.S., 2011)
Secara keseluruhan, insidensi dari
duodenal ulcers
telah menurun pada
3-4 dekade terkahir. Walaupun jumlah daripada
simple
gastric ulcer mengalami
penurunan, insidensi daripada
complicated gastric ulcer
dan opname tetap stabil,
sebagian dikarenakan penggunaan
aspirin
pada populasi usia tua. Jumlah pasien
opname karena
PUD
berkisar 30 pasien per 100,000 kasus. (Anand, B.S., 2011)
Prevalensi kemunculan
PUD
berpindah dari yang predominant pada
pria ke frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin. Prevalensi berkisar 11-14
% pada pria dan 8-11 % pada wanita. Sedangkan kaitan dengan usia, jumlah
kemunculan
ulcer
mengalami penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk
2.1.3.1.2.
Stress Ulcer
Dari buku “
Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology
”
dikatakan bahwa hingga saat ini masih belum dipahami bagaimana terjadinya
stress ulcer
, tetapi banyak dikaitkan dengan hipersekresi daripada asam pada
beberapa pasien,
mucosal ischemia
, dan alterasi pada
mucus gastric
. (Jutabha, R.,
et al.
2003)
2.1.3.1.3.
Medication-Induced Ulcer
Berbagai macam pengobatan berperan penting dalam perkembangan
daripada penyakit
peptic ulcer
dan perdarahan saluran cerna bahagian atas akut.
Paling sering,
aspirin
dan
NSAIDs
dapat menyebabkan erosi
gastroduodenal
atau
ulcers
, khususnya pada pasien lanjut usia. (Jutabha, R.,
et al.
2003)
2.1.3.2.
Mallory-Weiss Tear
Mallory- Weiss Tear
muncul pada bagian
distal esophagus
di bagian
gastroesophageal junction
. Perdarahan muncul ketika luka sobekan telah
melibatkan
esophageal venous
atau
arterial plexus
. Pasien dengan
hipertensi
portal
dapat meningkatkan resiko daripada perdarahan oleh
Mallory-Weiss Tear
dibandingkan dengan pasien
hipertensi non-portal
.
Sekitar 1000 pasien di
University of California Los Angeles
datang ke
ICU dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang berat,
Mallory-Weiss
Tear
adalah diagnosis keempat yang menyebabkan perdarahan saluran cerna
bahagian atas, terhitung sekitar 5 % dari seluruh kasus.
(Jutabha, R.,
et al.
2003)
2.1.3.3.
Gastroesophageal Varices
alkoholic liver
adalah penyakit yang paling sering menimbulkan penyakit
hipertensi portal
intrahepatic
di Amerika Serikat. (Jutabha, R.,
et al.
2003)
2.1.3.4. Pengaruh Obat
NSAIDs
Penggunaan
NSAIDs
merupakan penyebab umum terjadi
tukak gaster
.
Penggunaan obat ini dapat mengganggu proses peresapan mukosa, proses
penghancuran mukosa, dan dapat menyebabkan cedera. Sebanyak 30% orang
dewasa yang menggunakan
NSAIDs
mempunyai
GI
yang kurang baik. Faktor
yang menyebabkan peningkatan penyakit
tukak gaster
dari penggunaan
NSAIDs
adalah usia, jenis kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau kombinasi dari
NSAIDs
, penggunaan
NSAIDs
dalam jangka waktu yang lama, penggunaan
disertai antikoagulan, dan
severe comorbid illness.
(Anand, B.S., 2011B.S.
Anand, 2011)
Sebuah studi prospektif jangka panjang didapatkan pasien dengan
arthritis
dengan usia diatas 65 tahun, yang secara teratur menggunakan
aspirin
pada dosis rendah beresiko menderita
dyspepsia
apabila berhenti menggunakan
NSAIDs
. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
NSAIDs
harus dikurangi.
(Anand, B.S., 2011)
Walaupun prevalensi penggunaan
NSAIDs
pada anak tidak diketahui,
tetapi sudah tampak adanya peningkatan, terutama pada anak dengan
arthritis
kronik yang dirawat dengan
NSAIDs
. Laporan menunjukkan terjadinya
ulserasi
pada penggunaan
ibuprofen
dosis rendah, walau hanya 1 atau 2 dosis. (Anand,
B.S., 2011)
Penggunaan
kortikosteroid
saja tidak meningkatkan terjadinya
tukak
gaster
, tetapi penggunaan bersama
NSAIDs
mempunyai potensi untuk
menimbulkan
tukak gaster
. (Anand, B.S., 2011)
Resiko perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat terjadi dengan
penggunaan
spironolactone
diuretic
atau
serotonin reuptake inhibitor
.
(Anand,
B.S., 2011)
The American Society for Gastrointestinal Endoscopy
(
ASGE
)
mengelompokkan pasien dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas
berdasarkan usia dan kaitan antara kelompok usia dengan resiko kematian.
ASGE
menemukan angka mortalitas untuk 3.3% pada pasien usia 21-31 tahun, untuk
10.1% pada pasien berusia 41-50 tahun, dan untuk 14.4% untuk pasien berusia
71-80 tahun . (Caestecker, J.d., 2011)
Menurut organisasi tersebut, ada beberapa faktor resiko yang
menyebabkan kematian, perdarahan berulang, kebutuhan akan endoskopi
hemostasis
ataupun operasi, yaitu: usia lebih dari 60 tahun
,
comorbidity
berat
,
perdarahan aktif (contoh,
hematemesis
, darah merah per
nasogastric tube
, darah
segar per
rectum
)
,
hipotensi
,
dan
coagulopathy
berat
Pasien dengan
hemorrhagic shock
memiliki angka kematian yang
mencapai 30 %. (Caestecker, J.d., 2011)
2.1.5. Gejala Klinis
Gejala klinis perdarahan saluran cerna:
Ada 3 gejala khas, yaitu:
1.
Hematemesis
Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas,
yang berwarna coklat merah atau “
coffee ground
”.
(Porter, R.S.,
et al.
, 2008)
2.
Hematochezia
Keluarnya darah dari
rectum
yang diakibatkan perdarahan saluran cerna
bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian
atas yang sudah berat. (Porter, R.S.,
et al.
, 2008)
3.
Melena
Kotoran (
feses
) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur
asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas,
atau perdarahan daripada usus-usus ataupun
colon
bahagian kanan dapat juga
menjadi sumber lainnya. (Porter, R.S.,
et al.
, 2008)
Disertai gejala
anemia
, yaitu: pusing,
syncope, angina
atau
dyspnea.
Studi
meta-analysis
mendokumentasikan insidensi dari gejala klinis
UGIB
akut sebagai berikut:
Hematemesis
- 40-50%,
Melena
- 70-80%,
Hematochezia
-
15-20%,
Hematochezia
disertai
melena
- 90-98%,
Syncope
- 14.4%,
Presyncope
-
43.2%,
Dyspepsia
- 18%, Nyeri
epigastric
- 41%,
Heartburn
- 21%,
Diffuse
nyeri
abdominal
- 10%,
Dysphagia
- 5%, Berat badan turun - 12%, dan
Jaundice
- 5.2%
(Caestecker, J.d., 2011)
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan inspeksi muntahan pasien atau
pemasangan selang
nasogastric
(
NGT
,
nasogastric tube
) dan deteksi darah yang
jelas terlihat; cairan bercampur darah, atau “
ampas kopi
”’ Namun, aspirat
perdarahan telah berhenti, intermiten, atau tidak dapat dideteksi akibat
spasme
pilorik
. (Dubey S., 2008)
Pada semua pasien dengan perdarahan saluran
gastrointestinal
(
GIT
) perlu
dimasukkan pipa nasogastrik dengan melakukan aspirasi isi lambung. Hal ini
terutama penting apabila perdarahan tidak jelas. Tujuan dari tindakan ini adalah:
1.
Menentukan tempat perdarahan.
2.
Memperkirakan jumlah perdarahan dan apakah perdarahan telah berhenti.
(Soeprapto, P.,
et al.
, 2010)
Angiography
dapat digunakan untuk mendiagnosa dan menatalaksana
perdarahan berat, khususnya ketika penyebab perdarahan tidak dapat ditentukan
dengan menggunakan endoskopi atas maupun bawah. (Savides, T.J.,
et al.
, 2010)
Conventional radiographic imaging
biasanya tidak terlalu dibutuhkan
pada pasien dengan perdarahan saluran cerna tetapi adakalanya dapat memberikan
beberapa informasi penting. Misalnya pada
CT scan
;
CT Scan
dapat
mengidentifikasi adanya lesi massa, seperti tumor
intra
-
abdominal
ataupun
abnormalitas pada usus yang mungkin dapat menjadi sumber perdarahan.
(Savides, T.J.,
et al.
, 2010)
Mempertahankan saluran nafas paten dan restorasi volume
intravascular
adalah tujuan tata laksana awal. Infus
kristaloid
awal, sampai 30 mL/ kg, dapat
diikuti transfusi darah O-negatif atau yang
crossmatched
jika diperlukan. Pasien
dengan
perdarahan
aktif
memerlukan
konsultasi
emergensi
untuk
esofagogastroduodenoskopi
(
EGD
). Pasien tanpa perdarahan aktif dapat dipantau,
diobservasi, dan mungkin dijadwalkan untuk
EGD
. Intervensi selama
EGD
meliputi injeksi
epinefrin
submukosa
,
skleroterapi
, dan
ligase
pita. Jika tindakan
ini gagal menghentikan perdarahan,
angiografi
dengan
embolisasi
atau
pembedahan mungkin diperlukan. Untuk pasien yang diduga mengalami
perdarahan
varises
, tata laksana medis dapat diberikan sambil menunggu tindakan
definitif.
Oktreotid
dapat digunakan untuk menurunkan tekanan
vena
porta
, dan
pipa
Sengstaken-Blakmore
dapat dipasang sebagai tindakan sementara untuk
bertahan. (Dubey S., 2008)
2.2.
Endoskopi
2.2.1. Definisi Endoskopi
Endoskopi adalah suatu alat untuk melihat ke bagian dalam tubuh dengan
menggunakan suatu selang fiberoptik yang disesuaikan dengan sistem kerja
lapangan pandang manusia sehingga memungkinkan kita untuk melakukan
pemeriksaan pada organ-organ bagian dalam tubuh manusia. (Wong, L.M.,
et al
.,
2008)
2.2.2. Prinsip Dasar Endoskopi
Prinsip Kerja Endoskopi Fleksibel meliputi:
1.
Control Head
.
2.
Flexible Shaft
yang dilengkapi dengan
manoeverable tip
.
3.
Head sendiri yang dihubungkan dengan sumber cahaya
via umbilical cord
a.
Indikasi
Indikasi endoskopi, yaitu: perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA),
dyspepsia, disfagia, odinofagia,
nyeri
epigastrium
kronis, kecurigaan obsruksi
outlet,
survey endoskopi, curiga keganasan, dan nyeri dada tidak khas (Putra,
D.S., 2009)
b.
Kontra Indikasi Absolut
Kontra indikasi endoskopi, yaitu: tidak kooperatif,
psikopat,
alergi obat
premedikasi, syok,
infark miokard
akut, respiratori
distress, dan
perdarahan masif
(Putra, D.S., 2009)
c.
Kontra Indikasi Relatif
Kontra indikasi relatif, yaitu: kelainan
kolumna vertebralis,
gagal jantung
,
sesak nafas
,
gangguan kesadaran
,
infeksi akut
, aneurisma aorta torakalis,
tumor
mediastinum, stenosis esofagus, gastritis
korosif akut
,
dan
gastritis flegmonosis
(Putra, D.S., 2009)
2.2.3. Gambaran Endoskopi
Gambar 2.1.
Gambaran endoskopi pada pasien gastric ulcer akibat penggunaan
NSAIDs dan test H.Pylori negatif
(Vakil, N., 2010)
Gambar 2.2.
Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori
positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs
(Vakil, N., 2010)
b.
Mallory-Weiss Tear
Gambar 2.3.
Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear
(Savides, T.J.,
et
al.
, 2010)
c.
Gastroesophageal varices
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
[image:30.595.110.517.423.752.2]3.1. Kerangka Konsep
Gambar 3.1
.
Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Defenisi
Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Perdadarahan
saluran
cerna
bahagian atas adalah
perdarahan
yang
terjadi di saluran
cerna yang dimulai
dari mulut hingga ke
2/3
bagian
dari
duodenum.
Endoskopi
adalah
suatu
alat
untuk
melihat ke bagian
dalam tubuh dengan
menggunakan suatu
selang
fiberoptik
yang
disesuaikan
dengan sistem kerja
lapangan
pandang
manusia
sehingga
Alat
ukur
berupa
rekam
medic
pasien yang
melakukan
pemeriksaan
endoskopi.
Penilaian
terhadap
hasil
endoskopi
yang
tertera pada
rekam
medik.
Jenis
–
jenis
kelainan
yang
diperoleh
dengan
melakukan
endoskopi.
Skala
pengukuran
adalah skala
nominal
1.
Pasien rawat inap
2.
Pasien rawat jalan
3.
Konsul
Perdarahan saluran cerna
bahagian atas
Hasil Endoskopi
Karakteristik Penderita:
1.
Usia
memungkinkan kita
untuk
melakukan
pemeriksaan
pada
organ-organ bagian
dalam
tubuh
manusia.
Usia adalah lama
waktu hidup atau
ada
(sejak
dilahirkan
atau
diadakan).
Jenis
kelamin
adalah sesuatu yang
dapat membedakan
antara laki-laki dan
perempuan.
Suku adalah perihal
atau sifat mengenai
suku (bangsa).
Hasil
endoskopi
adalah hasil yang
diperoleh
dari
tindakan
pemeriksaan
endoskopi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif retrospektif
dengan metode penelitian
cross-sectional
.
4.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian mengambil tempat di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011.
4.3.
Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua penderita yang selama tahun 2010
telah melakukan pemeriksaan endoskopi datang dengan keluhan perdarahan
saluran cerna atas.
4.3.2. Sampel
Sampel data berasal dari hasil pemeriksaan endoskopi penderita
perdarahan saluran cerna atas di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi,
Departemen Ilmu Penaykit Dalam RSUP H. Adam Malik sejak Januari 2010
hingga Desember 2010.
Adapun kriteria inklusi yang dibutuhkan adalah data hasil endoskopi yang
lengkap dalam rekam medis sedangkan untuk kriteria eksklusi adalah setiap data
hasil endoskopi yang tidak lengkap dan setiap pasien yang batal melakukan
tindakan pemeriksaan endoskopi dengan berbagai alasan yang tercatat di dalam
4.4.
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan diperoleh dari rekam medik berupa usia pasien,
jenis kelamin, dan hasil endoskopi pasien yang melakukan prosedur pemeriksaan
endoskopi di Departemen Gastroenterologi dan Hepatologi RSUP H. Adam
Malik. Data dikumpulkan dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2010.
4.5.
Pengolahan dan Analisa Data
Semua data yang terkumpul dijumlahkan dan disusun dalam bentuk tabel
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan
dengan sumber yang berasal dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi
sejak tanggal 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik Medan yang
merupakan rumah sakit pemerintah yang ditujukan sebagai pusat pelayanan
kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan, dan pelatihan kesehatan; tepatnya di
Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
5.1.2. Hasil Penelitian
Dari perhitungan ditemukan bahwa sepanjang tahun 2010 sejak tanggal 1
Januari hingga 31 Desember, data rekam medik dari RSUP H. Adam Malik Divisi
Gastroenterologi dan Hepatologi mencatat sebanyak 984 pasien yang datang
melakukan pemeriksaan endoskopi, 250 (25,4%) diantaranya dengan perdarahan
saluran cerna bahagian atas. Sebanyak 145 (14,7%) pasien dieksklusi dikarenakan
ketidaklengkapan data rekam medik dan dikarenakan pembatalan pemeriksaan
endoskopi dikarenakan berbagai alasan medis.
6
9
28
52
8
25
9
0
2
4
6
19
13
20
8
1
0
20
40
60
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
[image:34.595.121.514.557.684.2]Laki-Laki
Perempuan
Gambar 5.1. Distribusi Golongan Umur dari 250 Pasien yang Menjalani
Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa usia yang paling sering
melakukan pemeriksaan endoskopi dengan perdarahan saluran cerna bahagian
atas adalah golongan umur 41-50 tahun (28%) disusul kelompok umur 51-60
tahun (24%) dan kelompok umur 61-70 tahun (18%).
88
59
13
17
0
46
15
8
3
1
0
20
40
60
80
100
Batak
Jawa
Melayu
Aceh
Dayak
Laki-Laki
Perempuan
Gambar 5.2. Distribusi Suku dan Jenis Kelamin Pasien yang Melakukan
Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian
Atas
Pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa suku Batak adalah suku paling banyak
menderita perdarahan saluran cerna bahagian atas dengan jumlah total 134 pasien
(52,5%) lalu disusul suku Jawa dengan jumlah total 74 pasien (32%).
Juga dapat dilihat pada tabel 5.2. bahwasanya laki-laki 177 orang (70,8%)
lebih cenderung menderita perdarahan saluran cerna bahagian atas daripada
wanita 73 orang (29,2%) dengan rasio perbandingan (2:1).
165
1
2
1
1
84
1
0
50
100
150
200
Tanpa Penyakit PenyertaHematoma Hepatitis B Hepatitis C Jaudice Obstruksi
Sirosis Hati Tuberculosis Paru
[image:35.595.115.518.196.368.2]Jumlah
Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa keluhan penyakit penyerta yang paling
sering menyertai perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah
sirosis
hati
sebanyak 84 (33%), tetapi yang menarik adalah sebanyak 165 (65%) ternyata
tidak memiliki penyakit penyerta.
Tabel 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan
Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas
Kelainan Endoskopi
Jumlah Penderita
Persentase (%)
Varices Esofagus
104
31%
Ulkus Gaster
52
15%
Gastritis
46
14%
Gastropati
42
12%
Normal
24
7%
Ulkus Duodenal
15
4%
Esofagitis
13
4%
Ligasi
12
4%
Kanker
8
2%
Barret Esofagus
3
1%
Candidiasis Esofagus
3
1%
Bulbitis
3
1%
Penyakit Bile Refluks
2
1%
Polip Gaster
2
1%
Varices Gaster
2
1%
Clot Gaster
1
0%
Hernia Hiatus
Oesophagus
1
0%
Asites
1
0%
Polip Esofagus
1
0%
Varices Duodenal
1
0%
Obstruksi Gaster
1
0%
[image:36.595.135.491.246.623.2]104
52
46
42
24
15
13
12
0
20
40
60
80
100
120
Varices Esofagus
Ulkus Gaster
Gastritis Gastropati Normal Ulkus Duodenal
Esofagitis Ligasi
[image:37.595.115.510.115.328.2]Jumlah Kelainan Endoskopi
Gambar 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan
Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas
Pada tabel 5.4. dan gambar 5.4. dapat dilhat bahwa dari hasil pemeriksaan
endoskopi; penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas terbanyak adalah
varices esofagus sebanyak 104 kasus (31%) diikuti oleh
ulkus gaster
52 kasus
(15%) lalu, gastritis terdapat 46 kasus (14%), gastropati 42 kasus (12%), normal
24 kasus (7%), ulkus duodenal 15 kasus (4%), esofagitis 13 kasus (4%),
ligasi 12
kasus (4%), dan keganasan 8 kasus (3%). Dari hasil pemeriksaan endoskopi juga
ditemukan bahwa kebanyakan pasien yang datang melakukan pemeriksaan
endoskopi memiliki lebih dari satu kelainan pada saluran cerna.
5.2.
Pembahasan
Perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah salah satu gangguan sistem
pencernaan yang umumnya membuat pasien sering berkunjung ke dokter untuk
berobat sehingga pemeriksaan endoskopi diperlukan untuk mengidentifikasi
Pada penelitian ini, ditemukan insidensi perdarahan saluran cerna bahagian
atas lebih sering terjadi pada laki-laki (70,8%). Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Syam, A.F.,
et al
., 2005 yang menemukan bahwa insidensi
perdarahan saluran cerna bahagian atas pada laki-laki sebesar 66%. Pada
penelitian lain yang dilakukan Zaltman C,
et al.
,
2002 ditemukan insidensi
terjadinya perdarahan saluran cerna bahagian atas pada laki-laki dan perempuan
dengan rasio 2:1.
Bila kita observasi dari segi usia pasien, pada penelitian ini ditemukan
bahwa usia yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi dengan
keluhan perdarahan saluran cerna bahagian atas yaitu pasien dengan usia 41-50
tahun sebanyak 71 pasien (28%), Hasil ini sedikit berbeda dengan referensi yang
didapat, dimana referensi menyatakan bahwa pasien yang beresiko menderita
perdarahan saluran cerna bahagian atas lebih sering pada usia lebih dari 60 tahun.
Ini menunjukkan bahwa perdarahan saluran cerna bahagian atas lebih sering
terjadi pada pasien yang lebih tua. Data ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Caestecker, J.d
. et al.
, 2011, Syam, A.F.,
et al
., 2005, dan
referensi lain yang menyebutkan salah satu faktor resiko daripada perdarahan
saluran cerna bahagian atas adalah usia di atas 60 tahun. Pasien-pasien di atas 60
tahun memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dibanding pasien muda. Dengan
kebanyakan hasil diagnosis yang ditemukan pada pasien-pasien tersebut berupa
varices esofagus
dan
ulkus peptik
.
Pada penelitian ini, proporsi
varices esofagus
di RSUP H. Adam Malik
Medan sangat tinggi dimana terdapat sebanyak 104 pasien (31%) dan hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syam, A.F.,
et al
., 2005 yang
mendapatkan sekitar (33,5%) kasus perdarahan saluran cerna bahagian atas di
RSCM Jakarta diakibatkan
varices esofagus
. Berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Zaltman C,
et al.
,
2002 di Brazil yang hanya menemukan
(18,75%). Pada penelitian ini,
varices esofagus
berperan penting sebagai
penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas;
varices esofagus
biasanya
disebabkan oleh
sirosis
hati yang merupakan akibat infeksi kronik daripada virus
kronik di Indonesia sangat tinggi. Pada penelitian dijumpai sebanyak 84 (33%)
kasus perdarahan saluran cerna bahagian atas yang disertai dengan
sirosis hati
.
Lalu ada sekitar 49 pasien diantaranya muncul bersamaan dengan
gastropati
hipertensi portal
.
Sirosis hati
sering disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis B
sehingga menyebabkan perburukan keadaan menjadi
gastropati hipertensi portal
yang berakhir menjadi perdarahan saluran cerna bahagian atas. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Aguslina, Farida. 2004 yang
menyebutkan bahwa berdasarkan pemeriksaan
HBsAg pada kelompok donor
darah di Indonesia prevalensi
hepatitis B berkisar antara 2,50
–
36,17%.
Varices
ini dapat berdarah, meningkatkan risiko infeksi dan kematian dalam periode
waktu yang singkat sehingga dibutuhkan manajemen pemeriksaan endoskopi
segera yang mencakup diagnosis dan terapi. (Norberto C,
et al
., 2010)
Pada studi ini, ditemukan bahwa proporsi
ulkus peptik
cukup tinggi yaitu
sebanyak 67 pasiem (19,2%) baik dari
ulkus gaster
maupun
ulkus duodenal
.
Angka ini menjadi urutan kedua terbanyak setelah
varices esofagus
dan sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Syam, A.F.,
et al
., 2005 yang juga
menemukan sekitar (26,8%) sementara berbeda dengan Zaltman C,
et al.
,
2002
dimana penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah
ulkus peptik
yaitu sekitar (39,7%).
Penderita
ulkus peptik
yang mengakibatkan perdarahan saluran cerna
bahagian atas biasanya berusia lebih dari 60 tahun, ini menunjukkan bahwa usia
memiliki peranan penting yang harus dipertimbangkan dalam menegakkan
diagnosa perdarahan saluran cerna bahagian atas. Penelitian sebelumnya oleh
Kirk
and Richard, 1980
yang menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit
sirosis
hati
dikarenakan
ulkus peptik
dengan frekuensi 6% sampai 19% mengalami
perdarahan
gastrointestinal
.
Penelitian ini terdapat sebanyak 46 pasien (14%) yang mengalami
gastritis
yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh McCormack,
et al
., 1985 dimana diamati adanya
gastritis
saluran cerna bahagian atas. Asam dalam
lumen
, asam empedu, alkohol, ASA
(Asam
Asetilsalisilat
/
Asetosal
) dan berbagai penyebab lainnya menyebabkan
penghancuran
epitel
sawar lambung sehingga asam kembali berdifusi ke
mukosa
.
Hal ini menyebabkan peningkatan penghancuran sel
mukosa
yang menimbulkan
peningkatan
pepsinogen
-
pepsin
yang menyebabkan rusaknya fungsi sawar
lambung sehingga terjadi penghancuran
kapiler
dan
vena
kecil. Peningkatan
penghancuran sel
mukosa
juga menimbulkan peningkatan asam yang merangsang
aktivitas
kolinergik
. Selain itu penghancuran sel
mukosa
juga menyebabkan
terjadinya peningkatan
histamin
yang menyebabkan peningkatan
vasodilatasi
permeabilitas terhadap protein, terjadi kebocoran plasma ke
intestinum
,
edema
,
juga terjadi kebocoran plasma ke lambung. Secara keseluruhan dari hal di atas
dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas (Agus, Priyanto,
2008).
Dari pembahasan di atas dapat dilihat bahwa endoskopi memiliki peranan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa penyebab perdarahan saluran cerna
bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan yang paling banyak disebabkan
oleh
varices esofagus
dan dari kebanyakan kasus
varices esofagus
disertai oleh
sirosis hati
. Oleh karena itu butuh tindakan pemeriksaan endoskopi segera pada
pasien
sirosis hati
sebelum terjadinya perdarahan saluran cerna bahagian atas
dengan demikian dapat secara cepat ditangani oleh para dokter sehingga dapat
dicegah timbulnya perdarahan saluran cerna bahagian atas.
6.2.
Saran
Kepada pelayan kesehatan diharapkan mampu mengadakan penyuluhan
kepada masyarakat tentang perdarahan saluran cerna bahagian atas beserta
kaitaanya dengan penyakit
sirosis hati
lalu mengedukasi masyarakat mengenai
gejala awal perdarahan saluran cerna bahagian atas sehingga dapat dengan segera
dilakukan pemeriksaan dini.
Kepada masyarakat diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dalam
menjaga kesehatan dan bila ditemukan gejala awal perdarahan saluran cerna
bahagian atas segera lakukan pemeriksaan dini.
Kepada pihak rumah sakit diharapkan kedepannya memperbaiki sistem
pendataan pasien sehingga data-data yang dibutuhkan oleh peneliti lebih lengkap
dan akurat karena hasil penelitian juga bergantung pada kelengkapan data yang
tersedia.
Kepada peneliti lainnya diharapakan agar mampu membuat dan
mengembangkan mutu penelitian ini kedepannya dengan menggunakan metode
DAFTAR PUSTAKA
Aguslina, Farida. 2004.
Hepatitis B Ditinjau Dari Kesehatan Masyarakat Dan
Upaya Pencegahan
[jurnal ilmiah]. USU Respotory. FKM USU,
Medan
Agus, Priyanto, 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
Alexander, J.A., 2008
. Chapter 11: Nonvariceal Gastroinestinal Tract Bleeding
.
Dalam
: Hauser, S.C.,
et al.
Mayo Clinic Gastroenterology and
Hepatology Board Review 3
rded
. Canada:
Scientific Publication
Anand, B.S., 2011.
Peptic Ulcer Disease
,
Bayler College of Medicine
. Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/181753-overview#a0156
(Accesed 1 Mei 2011)
Caestecker, J.d., 2011.
Upper Gastrointestinal Bleeding Clinical Presentation,
Hahnemann
University
.
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/187857-clinical#a0216
(Accesed 1 Mei 2011)
Djojoningrat, D., 2006.
Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal
.
Dalam
:
Sudoyo, A.W.,
et al
.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: 4
thed. Vol 1
.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI,
289
–
292.
Dubey, S., 2008.
Perdarahan Gastrointestinal Atas
.
Dalam
: Greenberg, M.I.,
et
al.
Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1
. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 275.
Jubril, N.,
et al
., 1992.
Gambaran Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas di
Bagian Penyakit Dalam RSU dr. Jamil, Padang
. Dalam: Sriwidodo.
1992.
Majalah Cermin Dunia Kedokteran
. Jakarta: Grup PT Kalbe
Farma, 26
–
28.
Jutabha, R.,
et al.
2003.
Acute Upper Gastrointestinal Bleeding
.
Dalam
:
Friedman, S.L.,
et al
.
Current Diagnosis & Treatment in
Gastroenterology 2 ed
. USA:
McGraw-Hill Companies
, 53
–
67.
Kirk
and
Richard, 1980.
Continous Intravenous Vasopressin in Active Upper
Gastrointestinal Bleeding A Placebo- Controlled Trial
. USA:
McGraw-Hill Companies
, 324
–
342.
Laine, L., 2008.
Gastrointestinal Bleeding
.
Dalam
: Fauci, A.S.,
et al
.
Harrison’s
Principles of Internal Medicine: 17
thed. Vol 1
. USA:
McGraw-Hill
Companies
, 257
–
260.
McCormack,
et al
., 1985.
Upper Digestive Hemorrhage in Liver Cirrhosis:
Clinical and endoscopic finding
. USA:
Saunders Elsevier
Norberto C,
et al
., 2010.
Characteristics and Outcomes of Acute Upper
Gastrointestinal Bleeding After Therapeutic Endoscopy In The Elderly.
USA
: McGraw-Hill Companies
Porter, R.S.,
et al.
, 2008.
The Merck Manual of Patient Symptoms
. USA:
Merck
Research Laboratories.
Putra, D.S., 2009.
Endoskopi Saluran Cerna
. Available from:
http://www.dr-deddy.com/artikel-kesehatan/105-endoskopi.html
(Accesed 1 Mei
Savides, T.J.,
et al.
, 2010.
Chapter 19: Gastrointestinal Bleeding
.
Dalam
:
Feldman, M.,
et al
.
Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and
Liver Disease Pathophysiology/ Diagnosis/ Management 9
thed Vol 1
.
USA:
Saunders Elsevier
Shah, V.H.,
et al.
, 2010.
Chapter 90: Portal Hypertension and Gastrointestinal
Bleeding
.
Dalam
: Feldman, M.,
et al
.
Sleisenger and Fordtran’s
Gastrointestinal and Liver Disease Pathophysiology/ Diagnosis/
Management 9
thed Vol 2
. USA:
Saunders Elsevier
Soeprapto, P.,
et al.
, 2010.
Kegawatdaruratan Gastrointestinal
Dalam
: Juffrie,
M.,
et al
.
Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi: 1
sted
. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI, 27
–
50.
Syam, A.F.,
et al
., 2005.
The Causes of Upper Gastrointestinal Bleeding in The
National Referral Hospital: Evaluation on Upper Gastrointestinal
Tract Endoscopic Result in Five Years Period Vol 6 No.3
. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Available from:
www.ina-jghe.com/?page=journal.download_abs
tract
_process&id=183
(Accesed 28 April 2011)
Vakil, N., 2010.
Chapter 52: Peptic Ulcer Disease
.
Dalam
: Feldman, M.,
et al
.
Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease
Pathophysiology/ Diagnosis/ Management 9
thed Vol 1
. USA:
Saunders Elsevier
Wong, L.M.,
et al
., 2008.
Gastrointestinal Endoscopy
.
Dalam
: Fauci, A.S.,
et al
.
Harrison’s Principles of Internal Medicine: 17
thed. Vol 2
. USA:
Zaltman C, Souza HS, Castro ME, Sobral Mde F, Dias PC, Lemos V Jr. 2002.
LAMPIRAN 1
CURRICULUM VITAE
Nama
: Agus Pratama Ponijan
Tempat / tanggal lahir
: Kisaran / 1 Agustus 1989
Pekerjaan
: Mahasiswa
Agama
: Buddha
Alamat
: Jl. Dr. Mansyur 3A, Medan
Nomor Telepon
: 085658053687
Orang Tua
: Dimin Ponidjan
Tio Lie Lie
Riwayat Pendidikan
:
Perguruan Diponegoro Kisaran (1995-2004)
SMA Santo Thomas 1 Medan (2004-2005)
SMA Dian Kasih Jakarta (2005-2007)
Lampiran 4
Usia
Jenis Kelamin
Hasil Endoskopi
Suku
84
Perempuan
Normal
Batak
81-90
60
Perempuan
Esofagitis
Batak
51-60
59
Laki-Laki
Gastropati
Batak
51-60
75
Laki-Laki
Normal
Batak
71-80
37
Laki-Laki
Candidiasis Esofagus + Gastritis
Batak
31-40
36
Laki-Laki
Gastritis
Batak
31-40
44
Laki-Laki
Candidiasis Esofagus + Gastritis +
Gastropati
Batak
41-50
48
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
37
Laki-Laki
Varices Esofagus + Gastropati
Batak
31-40
63
Perempuan
Gastritis
Batak
61-70
69
Perempuan
Ligasi
Batak
61-70
50
Laki-Laki
Ulkus Gaster + Ulkus Duodenal
Batak
41-50
52
Laki-Laki
Polip Gaster
Batak
51-60
38
Laki-Laki
Varices Esofagus + Gastropati
Batak
31-40
50
Laki-Laki
Ca Gaster
Batak
41-50
38
Laki-Laki
Ligasi
Batak
31-40
46
Laki-Laki
Ulkus Gaster + Polip Gaster
Batak
41-50
60
Perempuan
Varices Esofagus + Gastropati +
65
Perempuan
Ulkus Gaster
Batak
61-70
50
Laki-Laki
Ulkus Gaster
Batak
41-50
43
Perempuan
Varices Esofagus
Batak
41-50
48
Laki-Laki
Ulkus Gaster
Batak
41-50
56
Laki-Laki
Gastritis
Batak
51-60
53
Laki-Laki
Gastropati
Batak
51-60
45
Laki-Laki
Esofagitis + Gastritis + Bulbitis
Batak
41-50
64
Laki-Laki
Ulkus Gaster
Batak
61-70
20
Laki-Laki
Ulkus Gaster + Bulbitis
Batak
11-20
50
Laki-Laki
Ulkus Gaster
Batak
41-50
50
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
42
Laki-Laki
Ulkus Duodenal
Batak
41-50
43
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
44
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
55
Laki-Laki
Varices Esofagus + Ulkus Duodenal
Batak
51-60
34
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
31-40
50
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
50
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
54
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
51-60
56
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
51-60
40
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
31-40
48
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
54
Perempuan
Varices Esofagus
Batak
51-60
51
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
51-60
32
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
31-40
43
Laki-Laki
Varices Esofagus + Gastropati
Batak
41-50
57
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
51-60
67
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
61-70
44
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
44
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
40
Laki-Laki
Varices Esofagus + Ulkus Gaster
Batak
31-40
63
Perempuan
Gastropati
Batak
61-70
58
Perempuan
Varices Esofagus
Batak
51-60
79
Perempuan
Varices Esofagus
Batak
71-80
73
Laki-Laki
Varices Esofagus + Gastropati
Batak
71-80
62
Perempuan
Varices Esofagus + Gastropati
Batak
61-70
65
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
61-70
46
Laki-Laki
Varices Esofagus + Gastropati +
70
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
61-70
38
Perempuan
Varices Esofagus
Batak
31-40
65
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
61-70
46
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
41
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
41-50
47
Laki-Laki
Varices Esofagus + Gastropati +
Ulkus Gaster
Batak
41-50
66
Perempuan
Varices Esofagus + Gastritis
Batak
61-70
57
Laki-Laki
Varices Esofagus
Batak
51-60
44
Perempuan