• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM SI REGULER MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERN BIDANG AKUNTANSI DAN PENGEMBANGAN MUTU

KARYAWAN TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN AKUNTANSI

DI PERUSAHAAN

OLEH

NAMA : Nico Sahap Tua Simanjuntak

NIM : 090503259

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2013

Nico Sahap Simanjuntak

(3)

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap staff accounting di 24 perusahaan yang berada di Kotamadya Medan. Data diperoleh dengan memberikan pernyataan dalam bentuk kuesioner dan wawancara langsung pada responden untuk memperoleh data yang valid.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Sedangkan untuk pengembangan mutu karyawan memberikan pengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dari penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 12,2 %, angka ini menunjukkan bahwa pencegahan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan sebesar 12,2 % dan sisanya 88,8 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar kedua variabel independent dalam penelitian ini.

(4)

ABSTRACT

Formulation of the problem in this research is the extent to which the influence of the effectiveness of internal control and accounting employees on the prevention of the development of quality accounting fraud at the company. This study aimed to examine the effect of the effectiveness of internal controls in accounting and the development of quality employees on the prevention of accounting fraud at the company.

Primary data were collected using a survey of accounting staff in 24 companies located in Medan. Data obtained by giving a statement in the form of questionnaires and interviews in respondents to obtain valid data.

The results of this study show that the effectiveness of internal controls in accounting had no effect on the prevention of significant partial accounting fraud at the company. As for the development of the quality of the employees have a significant impact on the prevention of partial accounting fraud at the company. Values obtained from this study Adjusted R Square of 12.2%,this figure suggests that prevention is influenced by the effectiveness of accounting fraud and internal control quality development of employees by 12,2 % and the remaining 88,8 % is influenced by other factors outside of the second independent variables in this study.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena anugerah-Nya yang teramat besar sehingga Penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan”.

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M. selaku Pelaksana tugas Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si. Ak. selaku Dosen Pembimbing saya, yang telah sangat banyak membantu dan membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

(6)

6. Secara khusus untuk orangtua penulis ayahanda tersayang J.E Simanjuntak, S.E. (Alm) dan ibunda tercinta D.P.M Hutagaol yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, nasehat dan selalu mendoakan anak-anaknya agar dikuatkan untuk mencapai cita-cita, juga kepada abang Dody Simanjuntak, S.E. , kakak Mayanti Simanjuntak, Amd. dan Triana Simanjuntak, S.H. yang telah memberikan motivasi bagi saya dalam pengerjaan skripsi ini. Tidak lupa juga rekan-rekan seperjuangan di Akuntansi stambuk 2009, FE USU dan GMKI Komisariat FE USU yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih buat segala yang telah dilalui bersama.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Januari 2013

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ...ii

KATA PENGANTAR ... ...iii

DAFTAR ISI ... ...v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1 Audit ... 7

2.1.1.1 Pengertian Audit ... 7

2.1.1.2 Konsep – konsep dasar melaksanakan audit... ... 8

2.1.1.3 Fase Audit ... 9

2.1.1.4 Klasifikasi Audit ... 9

2.1.1.5 Sikap Seorang Auditor ... 10

2.1.2 Kecurangan (Fraud) ... ...11

2.1.2.1 Pengertian Fraud ... 11

2.1.2.2 Fraud Tree (Pohon Kecurangan) ... 13

2.1.2.2.1 Korupsi ( Corruption ) ... 16

2.1.2.2.2 Penyimpangan atas Aset... 18

2.1.2.2.3 Pernyataan Palsu ... 19

2.1.2.3 Faktor terjadinya Fraud ... 20

2.1.2.4 Karakteristik Pemeriksa Fraud ... 22

2.1.2.5 Ruang Lingkup Audit Fraud ... 24

2.1.2.6 Keterbatasan Audit Laporan Keuangan ... 27

2.1.3 Pengendalian Intern ... 29

2.1.3.1 Definisi dan Tujuan Pengendalian Internal ... 29

2.1.3.2 Klasifikasi Pengendalian Intern ... 32

2.1.3.3 Unsur-unsur Pengendalian Intern ... 35

2.1.3.4 Sifat Sistem Pengendalian Intern ... 39

2.1.4 Pengembangan Mutu Karyawan ... 41

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 43

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 45

(8)

2.3.1 Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 51

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 52

3.3.1 Variabel Independent ... 52

3.3.1.1 Pengendalian Intern Bidang Akuntansi ... 52

3.3.1.2 Pengembangan Mutu Karyawan ... 52

3.3.2 Variabel Dependent ... 53

3.3.2.1 Pencegahan Kecurangan Akuntansi ... 53

3.3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 54

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.5 Jenis Data dan Sumber Data ... 57

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 57

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ... 57

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 57

3.7.2 Uji Kualitas Data ... 58

3.7.2.1 Uji Validitas ... 58

3.7.2.2 Uji Reliabilitas ... 58

3.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 59

3.7.3.1 Uji Normalitas ... 59

3.7.3.2 Uji Multikolinearitas ... 59

3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 60

3.7.4 Pengujian Hipotesis ... 60

3.7.4.1 Koefisien Determinasi ... 61

3.7.4.2 Uji Simultan (F-test) ... 62

3.7.4.3 Uji Parsial (t-test) ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 64

4.2 AnalisisDeskripsi ... 65

4.2.1 Data Demografi Responden ... 65

4.2.2 Analisis Frekuensi ... 67

4.3 Uji Kualitas Data ... 69

4.3.1 Uji Validitas ... 69

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 71

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 73

4.4.1 Uji Normalitas ... 73

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 74

4.4.3 Uji Multikolinearitas... 76

4.5 Pengujian Hipotesis ... 76

4.5.1 Uji Determinan ... 76

4.5.2 Uji F ( Uji simultan) ... 77

(9)

4.6 Pembahasan ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 44

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 51

Tabel 3.2 Indikator Pengukuran Penelitian ... 53

Tabel 3.3 Scoring Jawaban Kuesioner ... 55

Tabel 4.1 Penyebaran Kuesioner ... 65

Tabel 4.2 Data Demografi Responden ... 66

Tabel 4.3 Frekuensi Jawaban Responden ... 67

Tabel 4.4 Uji Validitas ... 69

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas ... 76

Tabel 4.6 Uji Determinan ... 77

Tabel 4.7 Uji F (Uji secara simultan) ... 78

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Fraud Tree ... 15

Gambar 2.2 Fraud Triangle ... 21

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 45

Gambar 4.1 Histogram ... 73

Gambar 4.2 Grafik Linear Regression Plot ... 74

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 90

Lampiran 2 Nama Perusahaan untuk Sampel Penelitian ... 95

Lampiran 3 Data Mentah ... 97

Lampiran 4 Hasil Uji Reliability dan Uji Validitas ... 100

Lampiran 5 Hasil Uji Determinan ... 104

Hasil Uji F ... 104

Hasil Uji t ... 105

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ... 105

Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 106

(13)

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap staff accounting di 24 perusahaan yang berada di Kotamadya Medan. Data diperoleh dengan memberikan pernyataan dalam bentuk kuesioner dan wawancara langsung pada responden untuk memperoleh data yang valid.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Sedangkan untuk pengembangan mutu karyawan memberikan pengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dari penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 12,2 %, angka ini menunjukkan bahwa pencegahan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan sebesar 12,2 % dan sisanya 88,8 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar kedua variabel independent dalam penelitian ini.

(14)

ABSTRACT

Formulation of the problem in this research is the extent to which the influence of the effectiveness of internal control and accounting employees on the prevention of the development of quality accounting fraud at the company. This study aimed to examine the effect of the effectiveness of internal controls in accounting and the development of quality employees on the prevention of accounting fraud at the company.

Primary data were collected using a survey of accounting staff in 24 companies located in Medan. Data obtained by giving a statement in the form of questionnaires and interviews in respondents to obtain valid data.

The results of this study show that the effectiveness of internal controls in accounting had no effect on the prevention of significant partial accounting fraud at the company. As for the development of the quality of the employees have a significant impact on the prevention of partial accounting fraud at the company. Values obtained from this study Adjusted R Square of 12.2%,this figure suggests that prevention is influenced by the effectiveness of accounting fraud and internal control quality development of employees by 12,2 % and the remaining 88,8 % is influenced by other factors outside of the second independent variables in this study.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini, dalam kehidupan kita sehari – hari tindak kejahatan dan pelanggaran menjadi sesuatu hal yang sudah menjadi suatu hal yang wajar untuk dilakukan oleh masyarakat. Terkhusus di Indonesia kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) semakin berkembang, oleh sebab itu maka dasar hukum perundang – undangan yang mengaturnya harus mengalami penyesuaian dengan perkembangannya. Namun, walaupun telah ada suatu aturan ataupun hukum yang mengatur kehidupan kita, tetap saja aturan itu dilanggar oleh masyarakat. Aturan dianggap menjadi sesuatu yang harus dilanggar oleh masyarakat, bukan untuk ditaati ataupun dijalankan.

(16)

• Pencurian

• Pemerasan dan pengancaman

• Penggelapan

• Menghancurkan atau merusakkan benda

Terkhusus untuk di Indonesia, kecurangan dalam bidang akuntansi yang paling sering terjadi ialah kejahatan kerah putih (white-collar crime) atau yang lebih dikenal dengan sebutan korupsi. Kejahatan ini dilakukan oleh seseorang yang memiliki kedudukan dan jabatan penting di lingkungan organisasinya. Dimana, dengan memanfaatkan semua yang ia punya, maka akan memberikannya kemudahan untuk melakukan kecurangan tersebut tanpa dicurigai oleh siapa pun. Di Indonesia, seluruh kalangan masyarakat telah menilai korupsi sudah menjadi sebagai suatu budaya dalam kehidupan sehari – hari yang disebabkan oleh mulai banyaknya kasus – kasus korupsi yang mulai diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melibatkan banyak pihak dari semua kalangan, baik dari tingkatan desa hingga pemerintah pusat.

(17)

Kecurangan (fraud) terjadi baik pada sektor pemerintahan maupun pada sektor swasta tanpa terkecuali. Di sektor pemerintah misalnya adanya praktik mark up dalam proyek – proyek yang dikerjakan oleh pemerintah yang dilakukan oleh para pejabat dan yang paling sering ialah bisnis plat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga – lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun. Pada sektor swasta kecurangan (fraud) yang sering terjadi, antara lain melalui pembayaran gaji karyawan yang dilakukan pemalsuan jumlah gaji sampai membuat adanya karyawan fiktif, pembayaran kembali biaya – biaya yang sudah dibayar dan penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kenyataannya, sehingga menyesatkan bagi pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

Penyebab atau akar permasalahan dari kecurangan (fraud) dijelaskan secara ringkas melalui ungkapan fraud by need, by greed, and by opportunity (kecurangan terjadi karena kebutuhan, karena serakah dan karena ada peluang). Sedangkan menurut Cressey, kecurangan (fraud) disebabkan oleh tekanan (pressure), persepsi akan adanya peluang (perceived opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).

(18)

sistem yang bertujuan mengidentifikasikan potensi – potensi atau resiko terjadinya fraud. Sedangkan investigative audit, bertujuan untuk membuktikan terjadinya kecurangan (fraud).

Fraud adalah kejahatan yang dapat ditangani dengan dua cara, yaitu dengan mencegah dan mendeteksi fraud. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya ialah dengan melakukan pencegahan pada kecurangan (fraud). Karena seperti penyakit pada tubuh manusia, maka kecurangan (fraud) lebih baik untuk dicegah daripada diobati. Pencegahan terhadap kecurangan (fraud) dimulai dengan pengendalian intern, di samping itu dilakukan pencegahan dengan dua konsep penting lainnya untuk mencegah kecurangan (fraud) yakni menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment).

(19)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti mencoba untuk merumuskan masalah sebagai berikut yaitu: Apakah pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

1.3.3 Manfaat penelitian

Peneliti berharap penellitian ini dapat berguna tidak hanya bagi peneliti saja, tetapi juga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti:

(20)
(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Audit

2.1.1.1 Pengertian Audit

Audit berasal dari bahasa Latin “Audire” yang berarti mendengarkan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada waktu itu laporan pertanggungjawaban keuangan dibacakan oleh penanggungjawab, dimana petugas controller ikut duduk sebagai seorang pendengar yang kritis. Kata audit yang sering kita jumpai saat ini, berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang artinya ialah pemeriksaan, sehingga secara substantif dua istilah tersebut sebenarnya, mempunyai makna yang sama.

(22)

Sedangkan Komite Konsep Audit Dasar (Committee on Basic Auditing Concepts) merumuskan defenisi umum dari audit yaitu suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

2.1.1.2 Konsep – Konsep Dasar Melaksanakan Audit

Konsep penting yang terlibat dalam melaksanakan audit ialah :

• Risiko Audit (Audit Risk) ialah risiko yang terjadi karena tanpa

sepengetahuannya auditor gagal untuk memodifikasi secara benar pendapatnya, atas laporan keuangan yang salah saji material.

• Materialitas (materiality) adalah salah saji informasi akuntansi,

yang dalam hubungannya dengan kondisi sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang mengandalkan informasi tersebut akan terpengaruh dengan salah saji tersebut.

• Bukti mengenai asersi manajemen, bahwa auditor harus

(23)

2.1.1.3 Fase Audit

Fase – fase besar dalam audit ialah

a) Menerima/ melanjutkan klien dan menetapkan syarat – syarat perikatan

b) Praperencanaan

c) Menetapkan materialitas dan menentukan risiko d) Merencanakan audit

e) Mempertimbangkan dan mengaudit pengendalian internal

f) Audit proses bisnis dan akun terkait misalnya menghasilkan pendapatan

g) Menyelesaikan audit

h) Mengevaluasi hasil dan menerbitkan laporan audit 2.1.1.4 Klasifikasi Audit

Menurut Kell dan Boyton berdasarkan tujuan dilaksanakannya, audit diklasifikasikan atas :

a) Audit laporan keuangan (financial statement audit)

(24)

b) Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang ditentukan tersebut berasal dari berbagai sumber seperti manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintah.

c) Audit operasional (operational audit)

Audit operasional meliputi penghimpunan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektifitas, maupun kehematan operasional.

Berdasarkan tujuan dilaksanakannya, Audit Fraud termasuk dalam kelompok Compliance Audit, yaitu untuk mempertimbangkan apakah klien telah melaksanakan prosedur atau aturan yang telah di tetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.

2.1.1.5 Sikap Seorang Auditor

(25)

• Independen.

• Objektif.

• Skeptis.

2.1.2 Kecurangan (Fraud) 2.1.2.1 Pengertian Fraud

Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) fraud adalah:

Perbuatan - perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary adalah :

a. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan;

b. Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat;

(26)

material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.

Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi fraud ialah

setiap tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada aplikasi kekerasan atau ancaman kekerasan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh partai dan organisasi untuk memperoleh kekayaan uang, atau jasa; untuk menghindari pembayaran atau hilangnya layanan, atau untuk mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis

Bologna dan Lindquist (1987) mendefinisikan fraud adalah “istilah generik, dan mencakup semua sarana yang beraneka kecerdikan manusia bisa merancang, yang terpaksa oleh satu individu, untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain dengan keterangan palsu.” Silverstone dan Sheetz (2004) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai “sebuah aktivitas yang mengambil lokasi di bidang sosial dan memiliki konsekuensi yang besar untuk perekonomian, perusahaan, dan individu-individu.”

Menurut AICPA US Auditing Standards (AU 312) dalam Rustiana (2008) error meliputi:

1. Kesalahan dalam proses menyusun laporan keuangan secara tidak disengaja.

(27)

Dari beberapa pengertian di atas, secara garis besar para ahli memiliki makna dan tujuan yang sama dalam menjelaskan arti dari fraud. Kecurangan (fraud) memiliki beberapa unsur yang menandakan bahwa hal tersebut merupakan fraud, bila tidak terdapat unsur fraud maka hal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai fraud. Berikut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam fraud, yaitu :

a. Harus terdapat kesalahan penyajian (misrepresentation) b. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present) c. Faktanya bersifat material (material fact)

d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (recklessly) e. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan pihak lain bereaksi; f. Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap kesalahan

penyajian tersebut (misrepresentation)

g. Mengakibatkan kerugian (detriment). Fraud disini tidak terbatas pada manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan.

2.1.2.2 Fraud Tree (Pohon Kecurangan)

(28)
(29)

Gambar 2.1 Fraud Tree

Sumber: Association of Certified Fraud Examiners, 2008 Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse.

(30)

2.1.2.2.1 Korupsi (Corruption)

Menurut Associatian of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan corruption sebagai berikut :

a. Conflicts of interest ialah suatu keadaan dimana para pejabat memanfaatkan kuasanya untuk menggunakan keluarga ataupun kroninya menjadi pemasok atau rekanan di lembaga – lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun.

b. Bribery ialah pemberian hadiah kepada seseorang dengan maksud untuk mencapai sutu tujuan (penyuapan).

c. Illegal gratuities ialah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Contoh hadiah ulang tahun, parsel dll.

d. Economic extortion ialah suatu bentuk meminta dengan mengancam (pemerasan) kepada orang lain.

Menurut Adji (1996) berdasarkan pemahaman dan dimensi baru mengenai kejahatan yang memiliki konteks pembangunan pengertian korupsi tidak lagi hanya diasosiasikan dengan penggelapan keuangan negara saja.

(31)

disebut sebagai invisible crime (kejahatan yang tak terlihat). Istilah invisble crime banyak ditujukan untuk menunjuk pada kejahatan yang sulit dibuktikan maupun tingkat profesionalitas yang tinggi dari pelakunya.

Untuk kepentingan perumusan strategi pemberantasan korupsi dipandang perlu untuk terlebih dahulu mengenali karakteristik dan jenis korupsi. Syed Hussain Alatas (1987), seorang ahli sosiologi korupsi, membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologinya sebagai berikut :

(1) Transactive corruption

Adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya. Korupsi jenis ini biasanya melibatkan dunia usaha dan pemerintah atau masyarakat dan pemerintah.

(2) Exortive corruption

Jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya, atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya. (3) Investive corruption

Pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.

(4) Nepotistic corruption

(32)

memberikan perlakuan yang mengutamakan, dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.

(5) Defensive corruption

Perilaku korban korupsi ini adalah dengan pemerasan. Alasan melakukan korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri si pelaku sendiri.

(6) Autogenic corruption

Korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya seorang diri. Misalnya pembuatan laporan keuangan yang tidak benar.

(7) Supportive corruption

Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah ada. Misalnya menyewa preman untuk berbuat jahat, menghambat pejabat yang jujur dan cakap agar tidak menduduki jabatan tertentu.

2.1.2.2.2 Penyimpangan Atas Aset (Asset Misappropriation)

(33)

secara fisik masuk ke perusahaan. Sedangkan kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan kemudian baru dijarah, maka fraud ini disebut larceny.

Fraudulent disbursements ialah pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah. Modus operandi dalam penjarahan aset yang bukan uang tunai atau uang di bank adalah misuse dan larceny. Misuse adalah penyalahgunaan, misalnya penggunaan kendaraan bermotor perusahaan atau aset tetap lainnya untuk kepentingan pribadi. Kalau hanya dipakai selama menjabat disebut misuse, namun kalau tidak dikembalikan sesudah tidak lagi menjabat disebut larceny.

2.1.2.2.3 Pernyataan Palsu (FraudulentStatement)

(34)

2.1.2.3 Faktor Terjadinya Fraud

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:

1. Greed (keserakahan) 2. Opportunity (kesempatan) 3. Need (kebutuhan)

4. Exposure (pengungkapan)

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku fraud (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan fraud (disebut juga faktor generik/umum).

Kecurangan atau penipuan yang disengaja (intentional deception) adalah suatu strategi untuk mencapai sasaran strategi untuk mencapai sasaran individu atau organisasi atau untuk memuaskan kebutuhan manusiawi. Secara umum, daya saing yang kompetitif dapat menjadi motivasi untuk melakukan tindakan yang benar maupun yang tidak benar. Bila persaingan berlangsung secara ketat dan sangat kompetitif, melakukan hal yang tidak benar sering dianggap rasional (hal yang salah namun dianggap benar).

(35)

Pressure

Opportunity Rationalization Sumber : Tuanakotta (2011)

Gambar 2.2 Fraud Triangle

1. Insentif/ Tekanan (Insentives/Pressures) : Manajemen atau pegawai merasakan suatu tekanan yang berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk melakukan fraud. Melalui penelitiannya, Cressey menyimpulkan bahwa status sosial pun dapat menjadi suatu tekanan bagi seseorang untuk melakukan fraud. Cressey mengelompokkannya atas :

Violation of ascribed obligation, yaitu suatu keadaan melakukan

fraud akibat seseorang harus menjaga martabatnya saat memiliki kedudukan atau jabatan

Problems resulting from personal failure, yaitu suatu keadaan

melakukan fraud karena kegagalan yang terjadi pada diri sendiri akibat perbuatan sendiri.

Business reversals, yaitu suatu keadaan melakukan fraud yang di

akibatkan oleh faktor eksternal. Contohnya tingkat bunga yang tinggi.

Physical isolation, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di

(36)

Status gaining, yaitu uatu keadaan melakukan fraud yang di

akibatkan oleh tidak mau kalah dengan orang lain.

Employer-employee relations, yaitu uatu keadaan melakukan

fraud yang di akibatkan oleh kekesalan atau kebencian kepada perusahaannya.

2. Kesempatan (opportunity) : Adanya persepsi bahwa ada peluang atau kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan fraud. Ada dua persepsi, yaitu :

General information, yaitu pengetahuan bahwa kedudukan yang

mengandung kepercayaan dapat dilanggar tanpa konsekuensi.

Technical skill, yaitu keahlian yang dimiliki seseorang dan yang

menyebabkan seseorang tersebut mendapat kedudukan.

3. Sikap/Rasionalisasi (attitudes/rationalization) : Sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak benar, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak benar.

2.1.2.4 Karakteristik Pemeriksa Fraud

(37)

lengkap. Kemampuan untuk memastikan kebenaran dari fakta yang dikumpulkan dan kemudian melaporkannya dengan akurat dan lengkap adalah sama pentingnya. Pemeriksa fraud adalah gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan detektif (investigator).

Art Buckwalter mengatakan, “The secret is for each private investigator to be the kind of person others will want to deal with.” (“Rahasia seorang private investigator adalah menjadi sosok yang disukai orang lain.”). Pemeriksa yang menyesatkan orang lain, sering kali tersesat sendiri. Pemeriksa memang berurusan dengan orang yang bersalah, tetapi ia juga kan bertemu dengan para saksi yang tidak bersalah. Para saksi ini dan kesaksian mereka merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam metodologi pemeriksaan fraud. Oleh karena pemeriksa berurusan dengan segala macam jenis manusia dari berbagai latar belakang, kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri orang lain itu, sangat menentukan.

(38)

Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya. Ciri yang unik dari kasus-kasus fraud, yakni berbeda dengan kejahatan tradisional atas harta benda, adalah identitas pelakunya biasanya diketahui. Dalam perampokan bank misalnya, issue-nya bukanlah kejahatan terjadi, melainkan siapa pelakuissue-nya? Dalam kasus-kasus fraud, issue-nya bukanlah penentuan identitas pelakunya, namun apakah perbuatannya dapat dianggap meruapakan fraud.

Sangat penting bagi pemeriksa untuk menyederhanakan konsep-konsep keuangan sehingga para saksi dapat memahami apa yang dimaksudkannya. Dalam kenyataannya kebanyakan kasus fraud sangat sederhana, namun metode-metode penyembunyiannya atau penyamarannya yang membuatnya terlihat rumit.

2.1.2.5 Ruang Lingkup Audit Fraud Ruang lingkup audit fraud mencakup :

1. Pencegahan (preventive), yaitu upaya untuk mencegah terjadinya fraud dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor – faktor penyebab terjadinya fraud. Pencegahan dilakukan dengan Anti Fraud Control, yang isinya antara lain :

• Audit dengan kunjungan mendadak

• Alih tugas/ wajib ambil cuti

• Saluran komunikasi khusus untuk melapor ketidakberesan

(39)

• Pelatihan mengenai fraud untuk manajer dan eksekutif

• Audit internal

2. Pendeteksian (detective), yaitu proses mengarahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan terjadinya fraud dengan cepat, tepat, dan dengan biaya yang rasional. Teknik- teknik untuk mendeteksi fraud ialah :

• Penggunaan teknik – teknik audit yang dilakukan oleh internal

maupun eksternal auditor dalam mengaudit laporan keuangan, namun secara lebih mendalam dan luas.

• Pemanfaatan teknik audit investigatif

• Penelusuran jejak – jejak arus uang

• Penerapan teknik analisi dalam bidang hukum

• Penggunaan computer forensics

• Penggunaan teknik interogasi

• Pemanfaatan whistleblower

(40)

a. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui (accepted bes practies).

b. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.

c. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi, diindeks dan jejak audit tersedia.

d. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya.

e. Beban pembuktian ada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana.

f. Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu.

(41)

2.1.2.6 Keterbatasan Audit Laporan Keuangan dalam Pendeteksian Kecurangan

Menurut Rustiana (2008), fraudulent dalam suatu organisasi merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, akuntan publik harus dapat mencegah dan mendeteksi secara dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya fraud sering kali ditunjukkan adanya gejala awal (symptoms) berupa red flag (fraud indicator) misalnya perilaku tidak etis manajemen. Red flag ini biasanya muncul dalam setiap kasus kecurangan (fraud) yang terjadi. Effendi (2008) mengutip penelitian Wilopo (2006) yang membuktikan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Selain itu, riset Wilopo (2006) menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak parsial. Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Mengefektifkan pengendalian internal.

(42)

4. Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara, dan masyarakat.

Konsep keyakinan yang diberikan kepada auditor selama melaksanakan tanggung jawab perlu diketahui sepenuhnya oleh pihak auditor sendiri dan pihak manajemen. Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan menjadi bagian dalam tanggung jawab umum auditor. Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan - kesalahan yang disengaja diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.

Menurut Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 316.1 mengenai pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan menyatakan bahwa: “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”.

(43)

untuk membuat suatu pertimbangan audit. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan auditor, khususnya di Indonesia, dalam pendeteksian kecurangan yaitu:

1. Auditor kesulitan untuk mendeteksi berbagai karakteristik kecurangan karena keterbatasan pengalaman dan keahlian dalam menghadapi kecurangan tersebut.

2. Kurang memadainya standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan di Indonesia.

3. Tekanan kompetensi dan fee audit. 4. Tekanan waktu.

5. Hubungan auditor dan auditee yang terbentur dengan independensi dan obyektivitas auditor.

6. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian kecurangan.

2.1.3 Pengendalian Intern

2.1.3.1 Definisi, Tujuan dan Sasaran Pengendalian Internal

(44)

a. Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk mencegah kesalahan (errors) ataupun peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.

b. Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.

c. Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Menurut Midjan dan Susanto (2001:58) pengendalian internal meliputi :

Struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, serta mendorong ketaatan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemimpin perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001:163), pengendalian intern meliputi “struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.

(45)

untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut :

• Efektivitas dan efisiensi operasi • Keandalan laporan keuangan

• Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

American Institute of Certified Public Accountants mendefinisikan pengendalian internal ialah struktur organisasi, semua metode dan ketentuan – ketentuan yang terkordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

Tujuan pengendalian internal menurut Midjan dan Susanto (2001:58) adalah :

• Mengamankan harta perusahaan.

• Menguji ketelitian dan keandalan data akuntansi.

• Meningkatkan efisiensi perusahaan.

• Ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan pimpinan

perusahaan.

(46)

Sasaran Pengendalian Intern adalah :

1. Mendukung operasi perusahaan yang efektif dan efisien. 2. Laporan Keuangan yang handal/akuntabel

3. Perlindungan aset

4. Mengecek keakuratan dan kehandalan data akuntansi

5. Kesesuaian dengan hukum dan peraturan–peraturan yang berlaku 6. Membantu menentukan kebijakan manajerial

2.1.3.2 Klasifikasi Pengendalian Intern

Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian intern akuntansi (preventive controls) dan pengendalian intern administratif (feedback controls).

a. Pengendalian intern akuntansi (aktif)

Dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi, pemberian otorisasi atau persetujuan, pelaksanaan dan pencatatan transaksi serta pertanggungjawabannya.

Ada empat konsep dasar yang secara implisit ada dalam pengendalian akuntansi, yaitu :

1. Tanggung jawab manajemen

(47)

harus diikuti. Demi keefektifan sistem pengendalian intern maka harus ada pengawasan secara terus menerus dari manajemen. 2. Jaminan yang beralasan

Maksudnya ialah tujuan yang diharapkan seperti pengamanan harta atau aktiva dan dipercayainya data akuntansi akan tercapai. 3. Pembatasan – pembatasan

Semua sistem pengendalian akuntansi dipengaruhi atau dibatasi oleh batasan - batasan yang melekat. Satu batasannya adalah faktor manusia yang berada pada sebagian prosedur. Oleh karena itu, faktor manusia memiliki peran yang sangat penting dalam pengendalian.

4. Metode pengolahan data

Sistem pengolahan data dapat seluruhnya dikerjakan secara manual atau dapat dikombinasi dengan mekanis dan elektronis. Metode yang digunakan akan berpengaruh terhadap sistem pengendalian akuntansi.

Kelemahan pengendalian intern aktif ialah :

• Musuh utamanya ialah sumber daya manusia.

• Sangat rawan untuk ditembus oleh para pelaku kecurangan.

• Biayanya mahal.

• Banyak unsur dari pengendalian akuntansi (aktif) yang

(48)

b. Pengendalian intern administratif (pasif)

Pengendalian administrasi meliputi rencana organisasi serta prosedur – prosedur dan catatan – catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang mengarah kepada tindakan manajemen untuk menyetujui atau memberi wewenang. Tujuan pengendalian administrasi diutamakan pada pencapaian tujuan operasional, seperti efisiensi dan efektivitas operasi serta mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen (dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi). Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.

Dalam sistem pengendalian administrasi ada dua unsur yang mempengaruhi, yaitu :

1. Sistem rencana organisasi yang merupakan tulang punggung (sarana). Dalam penyusunan rencana yang efektif untuk memperkuat Sistem Pengendalian Intern perlu diadakan pemisahan tugas antara berbagai fungsi operasi.

(49)

• Tidak mahal

• Tidak bergantung kepada manusia

• Tidak mempengaruhi produktivitas

• Tidak rawan untuk ditembus oleh pelaku kecurangan

2.1.3.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Pengendalian intern mempunyai berbagai unsur, dimana setiap unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengawasan perusahaan demikian juga dengan langkah-langkah yang ditempuh perusahaan dalam memenuhinya. Untuk membentuk suatu pengendalian intern yang memadai maka diperlukan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Unsur pokok pengendalian intern menurut Mulyadi (2001:164) adalah :

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

(50)

Struktur organisasi yang baik harus memperlihatkan secara jelas pemisahan fungsi antara fungsi operasi, pencatatan, dan pemeriksaan intern selain itu tanggung jawab setiap bagian harus ditetapkan secara jelas, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Suatu sistem dan prosedur pencatatan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat mewujudkan pengendalian akuntansi yang memadai terhadap kegiatan-kegiatan usaha dan transaksi yang terjadi serta memudahkan klasifikasi data keuangan, untuk itu diperlukan formulir-formulir dan suatu pedoman akuntansi.

3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

(51)

dapat memberikan jaminan yang memadai bagi manajemen tentang kebenaran transaksi yang diikuti dan mempertinggi kemungkinan ditemukannya kesalahan-kesalahan dan kecurangan lebih dini.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Bagaimana pun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktek yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam melaksanakan pengendalian internal.

Pengendalian internal sebagaimana didefinisikan oleh COSO,

terdiri atas lima komponen yang saling terkait (Mustafa, 2004), yaitu:

a. Lingkungan pengendalian (control environment)

Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu

organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para

anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi

komponen pengendalian internal lainnya, memberikan disiplin dan

struktur serta mencakup :

• Integritas dan nilai etika

• Komitmen terhadap kompetensi

• Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

• Filosofi dan gaya operasi manajemen

(52)

• Pemberian otoritas dan tanggung jawab

• Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

b. Penaksiran risiko (risk assessment)

Proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang

relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk

menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi,

industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan

mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko

spesial terkait dengan perubahan tersebut.

c. Aktivitas pengendalian (control activities)

Kebijakan dan prosedur yang dibangun oleh manajemen untuk

mencapai tujuan laporan keuangan yang obyektif. Aktivitas

pengendalian dapat digolongkan dalam pemisahan tugas yang

memadai, otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas,

pendokumentasian dan pencatatan yang cukup, pengawasan aset

antara catatan dan fisik, serta pemeriksaan independen atas kinerja.

d. Informasi dan komunikasi (information and communication)

Metode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi,

mengumpulkan, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan semua

transaksi entitas, serta untuk memelihara akuntabilitas yang

berhubungan dengan aset. Transaksi-transaksi harus memuaskan

dalam hal eksistensi, kelengkapan, ketepatan, klasifikasi, tepat waktu,

(53)

e. Pemantauan (monitoring)

Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses

untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu.

Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang

berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari

keduanya.

2.1.3.4 Sifat (Characteristics) Sistem Pengendalian Intern

Ada lima sifat sistem pengendalian intern yang dapat dipercaya

(Hartadi, 1999) :

• Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.

Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam

pengendalian adalah orang-orang yang dapat menunjang suatu

sistem dapat berjalan baik. Masalah karyawan kadang-kadang

menimbulkan permasalahan dalam pengendalian intern. Ada

tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan

kualitas karyawan, yaitu :

a. Menarik tenaga kerja, manajemen harus mengusahakan

seluas mungkin sumber tenaga kerja. Luasnya sumber

tenaga kerja akan lebih besar kemungkinan mendapat

calon tenaga kerja yang dikehendaki.

b. Pengembangan mutu karyawan, menyangkut usaha-usaha

meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau

(54)

c. Pengukuran prestasi, menilai pelaksanaaan tugas-tugas

yang menjadi tanggung jawab masing-masing karyawan.

• Rencana organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi

secara layak

Tujuan dari pemisahan adalah agar tidak ada seorang pun

yang harus mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab

fungsi. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu

karyawan akan sulit berbuat kecurangan dan adanya saling cek

(cross-check) suatu transaksi karena adanya koordinasi.

• Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan

yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang,

penghasilan dan biaya.

Setiap manajemen bertanggung jawab untuk menentukan,

melaksanakan dan memelihara serta meningkatkan sistem

pengendaliannya. Manajemen harus menentukan ukuran untuk

mengakui transaksi dalam sistem akuntansinya dan untuk

pengawasan persetujuan transaksi. Perusahaan juga harus

memiliki bagan rekening (chart of accounts) dan dengan

penjelasan dan instruksi tertulis tentang klasifikasi transaksi.

Pengawasan adalah suatu alat untuk memonitor dan menjaga

(55)

• Pengendalian aktiva, dokumen dan formulir yang penting

Pengendalian fisik atas aktiva, catatan dan dokumen

lainnya harus dibatasi kepada orang-orang tertentu saja.

Pengendalian ini bertujuan untuk menghindari dari kesalahan

dan ketidakberesan dari orang-orang yang tidak bertanggung

jawab.

• Perbandingan secara periodik

Perbandingan secara periodik dapat meliputi perhitungan

fisik saldo kas, rekonsiliasi bank, dan teknik-teknik lainnya

yang dilakukan untuk menentukan apakah catatan akuntansi

sesuai dengan keadaan sebenarnya. Manajemen yang

melakukan perbandingan secara periodik akan mempunyai

kesempatan lebih banyak dalam menemukan kesalahan dalam

catatan-catatan daripada tidak melakukannya.

2.1.4 Pengembangan Mutu Karyawan

Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha

meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.

Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan

bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi

dan karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara

(56)

Perusahan bertujuan untuk mengembangkan mutu karyawan agar tercapainya engaged performance. Engaged Performance merupakan hasil yang dicapai oleh suat antusiasme karyawan terhadap pekrjaannya dan mengarahkannya pada kesuksesan organisasi tersebut.

Dengan kata lain, karyawan yang terlbat sepenuhnya dengan apa yg mereka lakukan, dan terhadap organisasi tempatnya bekerja, akan mengerahkan upaya ekstra untuk mencapai strategi dan tujuan organisasi. Keuntungan lain dengan memiliki karyawan yg engaged adalah bahwa mereka akan tetap tinggal di organisasi dalam jangka waktu yg lama, sehingga organisasi dapat menghemat biaya terkait dengan turn over karyawan.

Beberapa Hal yang mendukung terciptanya EP (engaged performance) ialah :

1. Efektifitas organisasi dan kepemimpinan yang dipersepsikan.

2. Support dari organisasi kepada karyawan untuk memampukan mereka dalam menjalankan peran di pekerjaannya.

3. Kewajaran dan keadilan organisasi dalam pengembangan dan penghargaan karyawan.

(57)

Sifat pengembangan mutu karyawan, yaitu:

• Pengembangan pengetahuan

Proses pengembangan dilakukan dengan pengembangan

intelektualitas dari karyawan, dimana metode pengembangan

yang digunakan seperti memberikan sekolah ataupun kuliah bagi

karyawan dan mengadakan Programmed Instruction bagi

karyawan terhadap hal-hal baru yang berkembang mengenai

perusahaan.

• Pengembangan keterampilan

Proses pengembangannya dilakukan dengan pemberian

latihan/praktik langsung kepada karyawan, dimana metode

pengembangan yang digunakan seperti diskusi kasus, permainan

bisnis, studi proyek.

• Pengembangan sikap

Proses pengembangan dilakukan dengan pengembangan sifat

emosional, dimana metode pengembangan yang digunakan

seperti melakukan permainan, uji sensitivitas dan latihan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

(58)

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti

(tahun)

(59)

Monica, Agnes

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.

(60)

Kecurangan telah menjadi suatu penyakit yang harus dapat dilawan oleh setiap elemen di perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya untuk dapat melawan terjadinya kecurangan di suatu perusahaan.

Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dapat dimulai dari pengendalian intern, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan, yang dilakukan perusahaan ketika melakukan pengembangan terhadap mutu karyawan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, dewan komisaris dan direksi.

2.3.3 Hipotesis Penelitian

(61)

a) Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan manajemen

b) Trannsaksi dicatat agar memudahkan penyiapan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi dan mengadakan pertanggungjawaban atas aktiva

c) Penggunaan atas harta/aktiva diberikan hanya dengan persetujuan manajemen

d) Jumlah aktiva seperti yang ada pada laporan/catatan perusahaan dibandingkan dengan aktiva yang ada dan bila terjadi perbedaan dilakukan tindakan yang tepat.

Peterson dan Gibson (2003), secara detail menjelaskan bahwa prosedur pengendalian intern yang jelek berhubungan pada kekurangan dalam pemisahan tugas dan ketidakhadiran rekonsiliasi bebas dari uang dan dokumentasi yang jelek dipandang sebagai faktor dimana memungkinkan kecurangan untuk terjadi. Rae dan Nava (2008), dalam penelitiannya menghasilkan suatu kesimpulan, bahwa kejadian penipuan karyawan lebih tinggi terjadi di suatu perusahaan yang kualitas pengendalian internalnya buruk ataupun rendah.

(62)

mencegah kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk lebih mengetahui sejauh mana peranan pengendalian intern pada pencegahan kecurangan karyawan di perusahaan. Dengan mempersempit ruang lingkup pengendalian intern, maka peneliti melakukan penelitian terhadap pengaruh pengendalian intern bidang akuntansi dalam pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dengan demikian, hipotesis pertama dari penelitian ini adalah keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Sifat pengembangan mutu karyawan ada tiga yaitu pengembangan pengetahuan, pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap. Ketiga sifat ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Selain dapat meningkatkan kinerja karyawan agar lebih baik lagi dalam mencapai tujuan perusahaan dengan lebih efektif dan efisien, pengembangan mutu karyawan juga sangat efektif dalam menumbuh kembangkan pemahaman karyawan untuk dapat mengetahui kecurangan (fraud awareness) dengan lebih luas dan mencegah terjadinya hal tersebut di perusahaan.

(63)

suatu kesalahan di lingkungan perusahaan, dari penelitiannya tersebut Roberta menghasilkan suatu kesimpulan bahwa dengan memberikan denda bagi seorang karyawan dapat memberikan pengaruh terhadap pencegahan kecurangan di suatu perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di luar dari faktor yang telah diteliti oleh para peneliti terdahulu, yaitu meneliti sejauh mana pengaruh pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Dengan demikian, hipotesis kedua dari penelitian ini adalah pengembangan mutu karyawan berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.

Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dapat dimulai dari membuat adanya suatu pengendalian intern di perusahaan, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, termasuk dewan komisaris dan direksi.

(64)

pondasi awal yang lebih baik lagi bagi memberantas kecurangan ataupun niat melakukan kecurangan bagi para karyawan di lingkungan perusahaan.

(65)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang ingin diteliti, penelitian ini menggunakan studi kausal (causal study). Studi kausal ialah studi yang dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah. Tujuan dari studi kausal ialah agar mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

(66)

3.3. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Independent

3.3.1.1 Pengendalian Intern Bidang Akuntansi

Pengendalian intern akuntansi (aktif), dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi terdiri dari 16 item pertanyaan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka pengendalian intern bidang akuntansi semakin efektif.

3.3.1.2 Pengembangan Mutu Karyawan

Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha

meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.

Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan

bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi

dan karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara

(67)

3.3.2. Variabel Dependent

3.3.2.1. Pencegahan Kecurangan Akuntansi (fraud)

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kecurangan telah menjadi suatu penyakit yang harus dapat dilawan oleh setiap elemen di perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dimulai dari pengendalian intern, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, termasuk dewan komisaris dan direksi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pencegahan kecurangan akuntansi terdiri dari 14 item pertanyaan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka semakin efektif pencegahan kecurangan akuntansi.

Tabel 3.2

• Pemberian otorisasi terhadap setiap transaksi

• Metode pengolahan data • Tanggung jawab manajemen • Pemisahan fungsi

• Pengendalian fisik • Pemantauan dan evaluasi

(68)

Pengembangan • Menilai risiko terjadinya kecurangan

3.3.3 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran untuk variabel X dan variabel Y adalah ordinal dengan tipe skala likert. Tipe skala likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan pengukuran menggunakan skala likert ini, responden diminta mengisi pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (positif) atau tidak mendukung pernyataan (negatif).

(69)

Scoring Jawaban Kuesioner Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Kurang Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Dalam tipe skala likert, jawaban dari responden dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori tanggapan, yakni sangat setuju, setuju, kurang setuju (Ragu - ragu), tidak setuju dan sangat tidak setuju.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN dan Swasta di kota Medan (jumlahnya 248 buah menurut BPS Sumatera Utara,2010), yang berasal dari jenis industri yang berbeda-beda seperti manufaktur, perkebunan, jasa, utilitas, investasi dan asuransi. Perusahaan-perusahaan sampel yang dikirimi kuesioner dipilih dengan cara random.

(70)

umum juga dapat memberikan informasi lebih dan mengetahui kejadian kecurangan pada tiap-tiap bagian dalam organisasi, sehingga dapat membantu mencegah terjadinya kecurangan akuntansi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

Staff accounting yang bekerja di perusahaan BUMN dan Swasta di

kota Medan serta perusahaannya terdaftar di BPS

Staff accounting yang telah bekerja di perusahaannya minimal 24

bulan atau 2 tahun

Penentuan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini di dasarkan pada pendapat Roscoe (1975) dalam Sekaran (2006) sebagai berikut:

1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.

2. Dalam penelitian multivariat (termasuk analisis berganda), ukuran sampel sebaiknya beberapa kali (pada umumnya 10 kali atau lebih) lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian. Berdasarkan pendapat Roscoe tersebut, maka jumlah sampel untuk responden dalam penelitian ini minimal 30 responden, yang diperoleh dari mengalikan jumlah variabel dengan 10.

3.5. Jenis Data dan Sumber Data

(71)

menjadi sampel dalam penelitian ini. Instrumen pertanyaan dalam kuesioner dan wawancara langsung pada para responden yang diberikan oleh peneliti merupakan instrumen pertanyaan yang dikembangkan oleh para peneliti sebelumnya, yaitu dari Ikatan Akuntan Indonesia (2001), Hartadi (1999) dan Tuanakotta (2010).

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan survey method, yaitu data diperoleh dengan pendistribusian kuesioner yang diberikan kepada responden secara langsung maupun melaui jaringan link person. Responden yang sempat dan bersedia secara langsung menjawab kuesioner yang diberikan dapat langsung dikumpulkan kepada peneliti maupun jaringan link person yang ditunjuk dan bagi responden yang bersedia secara langsung menjawab kuesioner akan dilakukan juga wawancara singkat untuk semakin menguatkan sumber informasi yang diperoleh berkaitan dengan penelitian. Kuesioner yang terkumpul melalui jaringan link person selanjutnya akan dikirimkan kepada peneliti.

3.7. Metode dan Teknik Analisis Data 3.7.1 Statistik Deskriptif

(72)

yang kembali kepada saya dan yang dipastikan diisi sendiri oleh responden yang bersangkutan.

3.7.2 Uji Kualitas Data

Menurut Hair et al (1996) kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas. Pengujian yang dimaksud adalah untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Prosedur pengujian kualitas data adalah sebagai berikut:

3.7.2.1 Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai correlated Item. Total Correlation dengan kriteria sebagai berikut: Jika nilai �ℎ����� lebih besar dari ������ dan nilainya positif, maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dikatakan “valid” (Ghozali, 2006). Namun sebaliknya, jika nilai

�ℎ����� lebih kecil dari ������, maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan

“tidak valid”.

3.7.2.2 Uji Reliabilitas

(73)

dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien cronbach alpha lebih dari 0,60 (Nunnally, 1969 dalam Ghozali, 2005).

3.7.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda (multiple regression), maka diperlukan uji asumsi klasik yang terdiri dari :

3.7.3.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Normalitas data dapat dideteksi dengan menggunakan alat analisis grafik yang berupa uji Kolmorov Smirnov yang dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut :

• Apabila probabilitas atau signifikansi > 0,05, maka distribusi

data normal.

• Apabila probabilitas atau signifikansi < 0,05, maka distribusi

data tidal normal. 3.7.3.2 Uji Multikolinearitas

Referensi

Dokumen terkait

Bukti - bukti diatas adalah sebagai pertanda bahwa proses pembelajaran dan pendidikan yang ada di MA Silahul Ulum Asempapan Trangkil merupakan proses pendidikan dan

[r]

Pengelolaan sumber daya alam yang berbasis pengetahuan dan kearifan lokal demikian niscaya akan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, baik generasi kini

Dapatan kajian menunjukkan menunjukkan 3 dimensi kriteria personal (orientasi ekstrinsik, komitmen organisasi dan efikasi kendiri) memberi pengaruh yang positif dan

22 Berdasarkan perlakuan penelitian yang dilakukan pada masing-masing kelas sampel, maka diperoleh data hasil belajar Biologi siswa pada pokok bahasan klasifikasi makhluk hidup

 Bila Ag spesifik diikat oleh Ab.spesifik yang tak berlabel Bila Ag spesifik diikat oleh Ab.spesifik yang tak berlabel.. Ikatan tsb diikat oleh antibodi non spesifik yang dapat

Golden Eagle Energy Tbk pada tahun 2011 mengalami tingkat kebangkrutan yang sangat besar berdasarkan perhitungan dari nilai yang sudah ditetapkan oleh model Fulmer H- score yakni

Beberapa galur harapan padi fungsional telah dihasilkan seperti beras merah, beras merah aromatik, beras hitam, dan ketan hitam dengan kandungan antosianin dan daya