PERANAN PRAMUWISATA SEBAGAI PENUNJANG
PERKEMBANGAN OBJEK WISATA RUMAH TJONG A FIE
KERTAS KARYA
OLEH
INTAN SARI SINAGA
102204018
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN
PERANAN PRAMUWISATA SEBAGAI PENUNJANG PERKEMBANGAN
OBJEK WISATA RUMAH TJONG A FIE
OLEH
INTAN SARI SINAGA
102204018
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
Dr. Asmyta Surbakti, M.Si.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : PERANAN PRAMUWISATA SEBAGAI PENUNJANG PERKEMBANGAN OBJEK WISATA RUMAH TJONG A FIE
Oleh : INTAN SARI SINAGA
NIM : 102204018
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,
ABSTRAK
Usaha pemerintah menggalakkan pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara sejak pencanangan Visit Indonesia Year 1991 perlu didukung secara nyata oleh semua pihak yang berkecimpung dalam bidang ini. Baik itu pengusaha industri pariwisata, para duta kita di luar negeri, maupun pencetak tenaga-tenaga profesional serta pramuwisata yang merupakan pihak yang langsung berhubungan dengan wisatawan. Pramuwisata mempunyai peranan penting dalam meningkatkan promosi pariwisata Indonesia. Caranya tidak lain dengan jalan meningkatkan kemampuan, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan wisatawan. Sehubungan dengan upaya peningkatan kepariwisataan di Sumatera Utara, maka penting sekali pengadaan pramuwisata pada objek-objek wisata di Sumatera Utara untuk melengkapi sarana dan prasarana objek wisata yang tersedia, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih memuaskan kepada wisatawan. Semisal penyediaan pramuwisata pada objek wisata Rumah Tjong A Fie. Dengan adanya pramuwisata pada objek wisata Rumah Tjong A Fie akan dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat mengenai sejarah serta hal-hal yang berkaitan dengan objek wisata tersebut, selain itu juga sebagai kawan yang menyenangkan bagi wisatawan selama mengunjungi objek wisata tersebut. Dengan pertimbangan di atas, diharapkan pramuwisata akan dapat meningkatkan perkembangan pada objek wisata Rumah Tjong A Fie.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirrahim.
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT., karena berkat rahmad dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan judul “Peranan Pramuwisata Sebagai Penunjang Perkembangan Objek Wisata Rumah Tjong A Fie”.
Dalam menyelesaikan kertas karya ini, banyak dukungan dan bantuan baik dari segi moril, doa dan materi yang penulis peroleh dari berbagai pihak selama menjalankan perkuliahan dan sampai selesainya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih teristimewa kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Imanurasyid Sinaga dan Ibunda Darwita Darwis yang selama ini telah membesarkan, menjaga, mendidik dan memberikan segenap kasih sayang yang tulus dan murni kepada penulis.
Dalam kesempatan yang berharga ini, penulis tidak lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Haris Sultan, MSP, selaku dosen pembaca yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membaca serta mengoreksi kertas karya ini. 5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, M.S.P., selaku Koordinator Praktek Jurusan
Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis.
6. Seluruh Dosen program studi Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, dan Para Staff Pegawai dan Pegawai Perpustakaan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh karyawan di SILK AIR khusus di Polonia Internasional Airport dan di bagian pelayanan yang telah membimbing penulis selama pkl.
8. Seluruh karyawan di PT. Bali Travel yang telah memberi izin selama pkl. 9. Buat saudara-saudara penulis, Kakak dan Adik yang tercinta, Sylvia Rasyita
Sinaga S.Kom., Siti Hasanah Sinaga, Khofifah Indah Rasyita Sinaga, Fadrul Daffa Arrasyid Sinaga, yang memberikan hangatnya kasih sayang dan dukungan kepada penulis.
10.Buat teman- teman seperjuangan Usaha Wisata 2010, Atul, Uci, Erta, dan Zaza. Terima kasih atas perhatian dan pengertian kalian selama ini yang membuat penulis selalu merasa bahagia apabila berada di dekat kalian.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan kertas karya ini, baik ditinjau dari segi pengalaman, penyusunan, materi maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan kertas karya ini.
Demikianlah harapan penulis dan semoga kertas karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2013 Penulis
DAFTAR ISI
BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Objek Wisata ... 6
BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN DAN RUMAH TJONG A PERKEMBANGAN OBJEK WISATA RUMAH TJONG A FIE 4.1 Pentingnya Pramuwisata pada Objek Wisata ... 52
4.2 Peranan Pramuwisata sebagai Penunjang Perkembangan Objek Wisata Rumah Tjong A Fie ... 53
4.3 Pramuwisata yang Profesional ... 56
4.4 Upaya Pemenuhan Kebutuhan dan Peningkatan Kemampuan Pramuwisata ... 60
4.4.1 Meningkatkan Sikap dalam Memberi Pelayanan ... 60
4.4.2 Memperbaiki Cara dan Teknik Pelayanan ... 61
4.4.3 Mempelajari Karakteristik Wisatawan ... 63
4.4.4 Mengenal Objek Wisata dan Daerahnya serta Masyarakat Setempat ... 60
BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 66
DAFTAR GAMBAR
3.1 Rumah Tjong A Fie ... 44
3.2 Ruangan Dalam Rumah Tjong A Fie ... 44
3.3 Tjong A Fie ... 45
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
Usaha pemerintah menggalakkan pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara sejak pencanangan Visit Indonesia Year 1991 perlu didukung secara nyata oleh semua pihak yang berkecimpung dalam bidang ini. Baik itu pengusaha industri pariwisata, para duta kita di luar negeri, maupun pencetak tenaga-tenaga profesional serta pramuwisata yang merupakan pihak yang langsung berhubungan dengan wisatawan. Pramuwisata mempunyai peranan penting dalam meningkatkan promosi pariwisata Indonesia. Caranya tidak lain dengan jalan meningkatkan kemampuan, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan wisatawan. Sehubungan dengan upaya peningkatan kepariwisataan di Sumatera Utara, maka penting sekali pengadaan pramuwisata pada objek-objek wisata di Sumatera Utara untuk melengkapi sarana dan prasarana objek wisata yang tersedia, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih memuaskan kepada wisatawan. Semisal penyediaan pramuwisata pada objek wisata Rumah Tjong A Fie. Dengan adanya pramuwisata pada objek wisata Rumah Tjong A Fie akan dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat mengenai sejarah serta hal-hal yang berkaitan dengan objek wisata tersebut, selain itu juga sebagai kawan yang menyenangkan bagi wisatawan selama mengunjungi objek wisata tersebut. Dengan pertimbangan di atas, diharapkan pramuwisata akan dapat meningkatkan perkembangan pada objek wisata Rumah Tjong A Fie.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Pariwisata adalah salah satu komoditi penting yang menunjang dan berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara, karena melalui sektor pariwisata, pemerintah menerima pendapatan berupa devisa negara. Begitu juga bagi Indonesia, meskipun sudah memiliki Bali sebagai salah satu objek wisata yang sangat terkenal, saat ini Indonesia sedang berusaha untuk mengembangkan dan mempromosikan objek-objek wisata di provinsi lain ke dunia internasional. Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan budaya, pemandangan alam yang indah, bangunan-bangunan bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional.
disesuaikan dengan bangsa yang menjajah Indonesia serta adanya penggunaan tenaga kerja manusia yang diambil dari Pulau Jawa dan dari luar Indonesia.
Salah satu bangunan bersejarah yang terkenal di Kota Medan adalah Rumah Tjong A Fie. Rumah Tjong A Fie memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangunan-bangunan bersejarah lainnya yang masih dijaga keaslian bangunannya, suasana yang mencerminkan kehidupan masa lampau yang dibangkitkan kembali melalui cara berpakaian, tindakan sampai kuliner adalah potensi yang dapat diberikan sebagai daya tarik wisata di Rumah Tjong A Fie dalam membangun pariwisata kota Medan.
Demi menunjang kemajuan objek wisata Rumah Tjong A Fie, maka sangat dibutuhkan partisipasi pramuwisata yang profesional untuk dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap dan terperinci segala sesuatunya yang berkaitan dengan objek wisata yang dimaksud. Berkenaan hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis kertas karya dengan judul “PERANAN PRAMUWISATA SEBAGAI PENUNJANG PERKEMBANGAN OBJEK WISATA RUMAH TJONG A FIE”.
1.2 Pembatasan Permasalahan
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Program pendidikan Diploma III Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Membahas Rumah Tjong A Fie sebagai salah satu objek wisata di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui sejauh mana peranan pramuwisata sebagai penunjang perkembangan objek wisata Rumah Tjong A Fie.
1.4 Metode penulisan
Dalam menyusun kertas karya ini penulis mengumpulkan data dengan dua cara, yaitu :
1. Studi pustaka (library research), yaitu pengumpulan data/teori dengan membaca buku-buku perkuliahan dan bahan yang ada sangkut pautnya dengan kepariwisataan, serta yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : Bab ini menjelaskan tentang pendahuluan dalam kertas karya yang meliputi alasan pemilihan judul, pembatasan permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini menjelaskan tentang uraian teoritis yang mencakup tentang pengertian pariwisata, wisatawan, objek wisata, dan pramuwisata, manfaat dan jenis pariwisata, persyaratan, penggolongan, tata krama pramuwisata, fungsi serta tugas dan kewajiban pramuwisata.
BAB III : Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum mengenai Kota Medan dan Rumah Tjong A Fie, mengenai letak geografis, sejarah berdirinya, sarana dan prasarana, penduduk dan mata pencaharian, ODTW di Kota Medan, sejarah rumah Tjong A Fie, riwayat hidup Tjong A Fie serta sejarah sastra melayu Tionghoa.
BAB IV : Dalam bab ini akan membahas tentang pentingnya pramuwisata pada objek wisata, peranan pramuwisata sebagai penunjang perkembangan objek wisata rumah Tjong A Fie, pramuwisata yang profesional, upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kemampuan pramuwisata.
BAB II
URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA
2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Objek Wisata
2.1.1 Pengertian Pariwisata
Istilah “Pariwisata” secara etomologi berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “Pari dan Wisata” (Yoeti, 1985 : 102-103). Pari berarti berkali-kali atau berulang-ulang, sedangkan wisata berarti perjalanan. Maka Pariwisata adalah sebagai perjalanan yang dilakukan berulang-ulang dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk lebih jelas, penulis telah mengutip beberapa pendapat para ahli tentang Pariwisata.
Leiper (dalam Pitana, 2009 : 44-45), telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut:
“Tourism comprises the ideas and opinions people hold which shape their decisions
about going on trips, about where to go (and where not to go) and what to do or not
to do, about how to relate to other tourists, locals and service personnel. And it is all
the behavioural manifestations of those ideas and opinions”.
MacIntosh (dalam Pitana, 2009 : 45) memberikan batasan tentang pengertian pariwisata sebagai berikut :
“The sum of the phenomena and relationships arising from the interaction of tourists,
businesses, host governments, and host communities, in the process of attracting and
Weaver dan Opperman (dalam Pitana, 2009 : 45) memberikan batasan tentang pengertian pariwisata sebagai berikut :
“Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the
interaction among tourists, business suppliers, host government, host communities,
origin governments, universities, community colleges and non-governmental
organisations, in the process of attracting, transporting, hosting, and managing these
tourists and other visitors”.
Freuler (dalam Yoeti, 1996 : 115 ) merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut :
“Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian
yang sadar dan menumbuhkan ( cinta ) terhadap keindahan alam dan pada
khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
masyarakat. Manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri,
perdagangan, serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan”.
Schulalard, seorang ahli ekonomi bangsa Austria, dalam Yoeti (1996 : 114) telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut:
“Tourism is the sum of operations,mainly of an economic nature,Which directly
related to the entry,stay and movement of foreigner, Inside certain country,city or
region”.
langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.
Menurut Dr. Hubbert Gulden (dalam Yoeti, 1996 : 117),
“... Pariwisata merupakan suatu seni dari lalu lintas dimana manusia berdiam di
suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh
tinggal atau menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun
sementara waktu, yang sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan”.
Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt (dalam Yoeti, 1996 : 115) memberikan batasan yang bersifat teknis yaitu sebagai berikut :
“... Pariwisata adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal
sementara asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh
penghasilan dari aktivitas yang sifatnya sementara tersebut”.
Richard Sihite (dalam Marpaung dan Bahar, 2000 : 46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut :
“... Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara
waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempat
semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati
kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka
Definisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli, hal yang memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga bias ditemui pada berbagai disiplin ilmu lain. Dari definisi yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pariwisata yang sesungguhnya adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. Selain itu pariwisata juga dapat dikatakan sebagai sebuah industri jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan pada wisatawan sehingga pariwisata dikenal dengan industri tanpa asap.
2.1.2 Pengertian Wisatawan
Ditinjau dari segi etimologi, wisatawan berasal dari kata “wisata”, berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “perjalanan” yang dapat disamakan dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveller” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya dan kedudukan seseorang.
Menurut Komisi Liga Bangsa-Bangsa 1937 (dalam RG. Soekadijo, 2000 : 13-16), “... wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan
di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa”.
“Wisatawan adalah semua orang yang memenuhi dua syarat, pertama bahwa
mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu
tahun dan kedua bahwa sementara mereka pergi, mereka mengeluarkan uang di
tempat yang mereka kunjungi tidak dengan mencari nafkah di tempat tersebut”.
Pendapat Soekadijo (1997 : 3) mengatakan wisatawan adalah :
“…orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di
tempat yang didatangi”.
Holloway (dalam Pendit, 1986 : 30), mendefenisikan wisatawan sebagai :
“…seseorang yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan
kemudian mengeluh bila ia membayar sesuatu yang tidak sesuai”.
Dari berbagai defenisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa wisatawan sebenarnya adalah seseorang ataupun sekelompok orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan motif yang berbeda-beda tetapi bukan untuk tinggal menetap ataupun mencari nafkah.
Seseorang dapat dikatakan wisatawan apabila melakukan perjalanan dari tempat asalnya ke tempat lain dengan berbagai tujuan tetapi bukan untuk tinggal menetap seperti pendapat Dirjen Pariwisata (1989 : 10) yang mengatakan, ciri-ciri yang menentukan seseorang sebagai wisatawan adalah:
1. Melakukan perjalanan di luar tempat tinggalnya sehubungan dengan berbagai keperluan rekreasi, kesehatan, pendidikan, bisnis, dan sebagainya.
3. Melakukan perjalanan di luar tempat tinggalnya tidak dengan maksud untuk memperoleh penghasilan tetap atau gaji di tempat yang dikunjunginya.
Wisatawan memiliki hubungan erat dengan pariwisata, karena orang-orang yang melakukan berbagai kegiatan pariwisata disebut sebagai wisatawan. Kegiatan pariwisata tidak akan terlaksana tanpa adanya perpindahan yang dilakukan oleh wisatawan dari tempat asalnya ke sebuah tempat tujuan wisata.
2.1.3 Pengertian Objek Wisata
Objek wisata dan atraksi wisata atau “tourism resources” adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industry pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Secara pintas produk wisata dengan objek wisata serta atraksi wisata seolah-olah memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya memiliki perbedaan secara prinsipal. (Yoeti, 1996 : 172) menjelaskan bahwa di luar negeri terminologi objek wisata tidak dikenal, disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut dengan nama “tourist attraction” sedangkan di Negara Indonesia keduanya dikenal dan keduanya memiliki pengertian masing-masing.
“... Objek Wisata sebagai segala objek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi
para wisatawan untuk dapat mengunjunginya. Misalnya keadaan alam, bangunan
bersejarah, kebudayaan dan pusat-pusat rekreasi modern”.
Adapun pengertian objek wisata yaitu semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja. Mengenai pengertian objek wisata, kita dapat melihat beberapa sumber acuan antara lain :
1. Peraturan Pemerintah No.24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : “perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.
2. SK. MENPARPOSTEL NO.KM. 98 / PW.102 / MPPT-87 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : “tempat atau keadaaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan”.
Dari uraian di atas, menurut Oka A. Yoeti (dalam Yoeti 1996 : 172) dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Pariwisata” menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan objek wisata adalah “kita dapat mengatakan sesuatu sebagai objek wisata jika kita melihat objek itu tidak dipersiapkan sebelumnya dengan kata lain objek tersebut dapat dikatakan tanpa bantuan orang lain”.
tempat itu. Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan tiga hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi yaitu :
1. Daerah itu harus memiliki apa yang disebut sebagai “something to see”. Artinya, di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata, yang berbeda dan tidak dimiliki oleh daerah lain serta menarik untuk dilihat pengunjung. 2. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something
to do”. Artinya, di tempat itu harus disediakan fasilitas rekreasi yang membuat mereka betah dan ingin tinggal lebih lama. Sehingga pengunjung dapat melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan.
3. Di daerah itu harus ada yang disebut dengan “something to buy”. Artinya, harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang cenderamata sebagai hasil kerajinan tangan.
Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain.
2. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dibidang pembangunan dan pengembangan.
4. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.
5. Terdapat fasilitas, sarana dan prasarana, amenitas dan eksebilitas serta sadar wisata masyarakatnya yang mampu mendukung objek wisata tersebut.
(Dalam Yoeti, 1996 : 178).
2.2 Manfaat Pariwisata
Dalam pengembangannya, pariwisata akan membawa manfaat yang terbagi dalam beberapa bidang, yaitu :
1. Ekonomi
Pariwisata akan menambah pendapatan Negara dan memperkuat neraca pembayaran, bertambahnya pendapatan dari sektor pajak, merangsang pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lain, seperti pertanian, peternakan, industri ringan, dekorasi, kerajinan dan kreasi seni yang semuanya saling menunjang dan saling terkait.
2. Memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan.
3. Seni Budaya
Umumnya para wisatawan yang akan datang mengunjungi daerah atau wilayah dengan maksud untuk menikmati, mengagumi suatu kreasi budaya yang asli, maka pariwisata mendorong pengembangan kreasi, penggalian, pemeliharaan atau pagelaran seni yang baik. Disamping hal ini ada kaitannya dengan bertambahnya pencaharian rakyat setempat, namun kemudian timbulnya usaha-usaha untuk meningkatkan mutu dari hasil budaya tersebut. 4. Pariwisata turut menunjang politik Negara.
Pariwisata dalam negri menimbulkan persatuan dan kesatuan nasional karena timbulnya rasa cinta pada tanah air dan bangsa sendiri. Dan pengenalan terhadap budaya bangsa akan menumbuhkan rasa kebanggaan pribadi terhadap bangsa sendiri.
5. Pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup.
Wisatawan senantiasa ingin mengunjungi tempat-tempat yang mereka anggap nyaman, sejuk, pemandangan yang indah dan asli. Hal ini mendorong pemeliharaan lingkungan alam yang sekitarnya dapat memenuhi selera para wisatawan itu. Selain itu, pada akhirnya kita harus berusaha membangun kembali lingkungan alam yang selama ini terlantar dan kemudian dimanfaatkan sebagai tourist object.
6. Memperluas kesempatan kerja.
berintikan pada pemberian pelayanan sebaik mungkin. Karena itu berkembangnya industri pariwisata akan menyerap banyak tenaga kerja dalam semua tingkatan untuk mengisi kesempatan-kesempatan kerja yang tersedia dalam industri itu.
7. Menunjang perbaikan kesehatan dan prestasi kerja
Kegiatan pariwisata akan melepas ketegangan bagi jasmani dan rohani. Dengan demikian akan menumbuhkan kesehatan yang baik bagi seseorang. Pelepasan ketegangan ini akan memberikan pengaruh dalam bentuk menghimpun kembali tenaga dan sekaligus turut meningkatkan prestasi kerja dan kehidupan yang baik dalam masyarakat.
2.3 Jenis-Jenis Wisata
Wisatawan melakukan perjalanan ke suatu daerah memiliki gambaran bahwa ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Masing-masing orang mempunyai motif berbeda dalam melakukan perjalanan Mc.Intosh (dalam Soekadijo, 1997 : 37) mengklasifikasikan, paling tidak ada empat motif yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan yaitu: motif fisik, motif budaya, motif interpersonal, motif status, atau motif prestise.
1. Wisata Budaya
Perjalanan ini merupakan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.
2. Wisata Kesehatan
Wisata kesehatan ini merupakan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
3. Wisata Olah Raga
Perjalanan ini maksudnya adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain.
4. Wisata Komersil
5. Wisata Industri
Wisata industri ini erat hubungannya dengan wisata komersial. Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau termasuk dalam golongan wisata industri ini. 6. Wisata Konvensi
Wisata Konvensi erat hubungannya dengan wisata politik. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas membangun dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.
7. Wisata Sosial
Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah wisata remaja (youth tourism). Maksud dari jenis wisata adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat luks) untuk mengadakan perjalanan, seperti misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.
8. Wisata Pertanian
pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.
9. Wisata Maritim
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di negara-negara maritim di Lautan Karibia, Tahiti, Fiji dan sebagainya. 10.Wisata Cagar Alam
Jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
11.Wisata Buru
12.Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat dalam masyarakat dan dilakukan oleh para perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh sebagai manusia ajaib penuh legenda. 13.Wisata Bulan Madu
Jenis wisata ini merupakan suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan. Sesungguhnya masih banyak jenis-jenis wisata lain, tergantung kepada kondisi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau negeri yang memang menginginkan industri pariwisatanya berkembang. Pada umumnya, semua ini tergantung pada selera atau daya kreativitas para ahli professional yang berkecimpung dalam dunia pariwisata ini.
2.4 Pengertian Pramuwisata
dalam hal ini, Pramuwisata dapat disebut dengan Pelayan Wisata, yaitu pelayan bagi orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan wisata.
Sesuai dengan pengertian pramuwisata yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No:KM/82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998, yang dimaksud pramuwisata adalah: “Seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang objek wisata, serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan” .(Yoeti 2000:11)
Dari sudut pandang wisatawan, pramuwisata adalah seseorang yang bekerja pada suatu biro perjalanan atau suatu kantor pariwisata (Tourist Office) yang bertugas memberikan informasi, petunjuk dan advis secara langsung kepada wisatawan sebelum dan selama dalam perjalanan wisata berlangsung.
Berikut ini pengertian pramuwisata menurut beberapa sumber:
1. Drs. Oka A. Yoeti (Dalam bukunya Guiding System) mengatakan bahwa : Pramuwisata adalah orang yang memberi penerangan, penjelasan, serta penunjuk jalan kepada wisatawan dan travellers lainnya tentang segala sesuatu yang hendak dilihat, disaksikan oleh wisatawan ataupun travellers yang bersangkutan bilamana mereka berkunjung pada suatu objek, tempat atau daerah tertentu.
2. D. Samadi (Dalam bukunya : Guiding Technique) mengatakan bahwa :
A guide is a person who shows the way, as specially a person who is
employed by travellers or tourist for example in a strange country or to point
3. Mr. E. Amato – dari UNDP (Dalam bukunya Pedoman Guiding) menulis bahwa :
Expert Guiding Technique, in general sense of the team the tour guide is a
person who is hired to conduct the travellers or tourist and to point out object
of interest.
4. International Dictionary (Published by the Academic International Tourisme of Monte Carlo Principality of Monaco), tertulis bahwa :
From the tourist point of view, the tour guide is a person employed either
directly by the travellers and officials private Tourist Organizations or travel
agent to inform directly and advice the tourist before and during his journey.
5. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English
A person employed to point bout interesting sights on a journey or visit.
6. Menurut SK. MENPARPOSTEL NO. KM 82/PW. 102/MPPT - 1998 tentang pramuwisata, mengatakan bahwa :
Seseorang yang memberi bimbingan penerangan dan petunjuk, tentang objek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan.
7. R.S Damardjati(Istilah-istilah Dunia Pariwisata, 2001:101)
objek spesialisasi khusus terhadap para wisatawan baik sebagai perorangan atau dalam suatu kelompok, dengan menggunakan satu atau beberapa bahasa tertentu.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pramuwisata adalah seseorang yang mengarahkan sebuah tour. Ia adalah kunci utama yang akan membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama tur. Pramuwisata juga merupakan seseorang yang memimpin wisatawan dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang memilii daya tarik bagi wisatawan.
2.4.1 Persyaratan Pramuwisata
Secara formal untuk menjadi seorang pramuwisata (Tour Guide) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No.KM.82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998, khususnya dalam Pasal 8 Bab III, syarat-syarat untuk menjadi pramuwisata ditentukan sebagai berikut:
1. Untuk menjadi pramuwisata dan pengatur wisata diisyaratkan memiliki sertifikasi sebagai hasil mengikuti kursus dan ujian, serta diberikan tanda pengenal (badge) sebagai ijin operasional.
2. Materi ujian, bentuk sertifikat, dan tanda pengenal (badge) pramuwisata dan pengatur wisata ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata.
3. Sertifikat dan tanda penegenal (badge) pramuwisata oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I atau pejabat yang ditunjuk.
a. Warga Negara Indonesia;
b. Umur serendah-rendahnya 25 (duapuluh lima) tahun;
c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar; d. Memiliki keterampilan membawa rombongan wisata;
e. Memiliki sertifikat Pramuwisata Madya atau telah berpengalaman di bidang pramuwisata selama 5 (lima) tahun;
f. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan serta atraksi pariwisata di seluruh Indonesia;
g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas. Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Muda disyaratkan: a. Warga Negara Indonesia;
b. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun;
c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa aing dengan lancar;
d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat II tempat Pramuwisata Muda dan Daerah Tingkat I secara umum; e. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.
Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Madya disyaratkan sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia;
c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar; d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi
pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat I tempat Pramuwisata Madya dan Indonesia secara umum;
e. Memiliki kemampuan membawa rombongan wisata;
f. Memiliki sertifikat Pramuwisata Muda atau telah berpengalaman di bidang Pramuwisata selama 3 (tiga) tahun;
g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.
Oleh karena itu setiap orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang pramuwisata harus melalui prosedur tersebut diatas. Hal ini dianggap perlu karena pemerintah saat ini sedang melakukan penertiban terhadap pramuwisata liar yang tidak terdaftar demi menjaga nama baik korp pramuwisata dari petualang Indonesia yang tidak bertanggungjawab serta sering merusak citra pariwisata Indonesia.
2.4.2 Penggolongan Pramuwisata
Di dalam Pasal 2 Bab II Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi tersebut di atas atau sesuai dengan penggolongan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pariwisata, pramuwisata dapat digolongkan sebagai berikut: Pertama : Pramuwisata Muda, yakni pramuwisata yang bertugas di wilayah Daerah
Kedua : Pramuwisata Madya, yaitu pramuwisata yang bertugas dan beroperasi dalam Wilayah Daerah Tingkat I, tempat sertifikat keahliannya dikeluarkan.
Di dalam praktek kita mengenal ada macam-macam pramuwisata, yang dibedakan dari keahlian dan tempat atau objek tempat ia bertugas. Oleh sebab itu, pramuwisata dapat dikelompokkan sesuai dengan sudut pandang berikut ini:
1. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya, yaitu: a. Transfer Guide
Transfer Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput wisatawan di bandara, pelabuhan, stasiun atau terminal menuju ke hotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel lainnya. b. Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide
Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya memandu wisata dalam suatu tour.
c. Local/Expert Guide
Local/Expert Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya khusus memandu wisatawan pada suatu objek atau atraksi wisata tertentu, misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa, gedung bersejarah dan lain-lain.
d. Common Guide
e. Driver Guide
Driver Guide adalah pengemudi yang sekaligus berperan sebagai Pramuwisata. Ia bertugas mengantarkan wisatawan ke objek atau atraksi wisata yang dikehendaki sekaligus memberikan informasi yang diperlukan.
2. Berdasarkan Status, yaitu: a. Payroll Guide
Payroll Guide adalah pramuwisata yang berstatus sebagai pegawai tetap perusahaan perjalanan (travel agency) dengan mendapat gaji tetap disamping komisi dan tip yang diterima dari wisatawan.
b. Part timer/Free lance Guide
Part timer/Free lance Guide adalah pramuwisata yang bekerja pada suatu perusahaan perjalanan tertentu dan dibayar untuk tiap pekerjaan yang dilakukan serta tidak terikat oleh suatu perusahaan perjalanan tertentu. c. Member of guide Association
Member of guide Association adalah pramuwisata yang berstatus sebagai peserta dari suatu asosiasi pramuwisata dan melakukan kegiatannya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh asosiasi tersebut.
d. Government Officials
e. Company Guide
Company Guide adalah karyawan sebuah perusahaan yang bertugas memberikan penjelasan kepada tamu tentang aktivitas atau objek perusahaan.
3. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu, yaitu: a. Individual Tourist Guide
Individual Tourist Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan individu.
b. Group Tour Guide
Group Tour Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan rombongan.
c. Domestic Tourist Guide
Domestic Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan nusantara/domestik.
d. Foreign Tourist Guide
Foreign Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan mancanegara.
2.4.3 Tata Krama Pramuwisata
Seorang pramuwisata akan datang dan mempunyai kepribadian yang kuat bilamana ia dapat mengikuti tata karma yang diharapkan dapat menuntunnya dalam praktek, terhadap tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan yaitu hal-hal sebagai berikut :
a. Ingat bahwa tugasnya bukan hanya sebagai pramuwisata saja, tetapi yang lebih penting adalah perananannya untuk mewakili negaranya sendiri. Tingkah laku akan member kesan, bagaimana keadaan negara yang sebenarnya.
b. Berpakaian yang rapi, sehingga dapat memberikan kesan bahwa pramuwisata sanggup dan dapat mengurus diri sendiri.
c. Bertindaklah secara sopan dan jangan gugup atau gemetar dan ciptakanlah suatu kegembiraan dalam perjalanan dengan membuat humor yang sehat. d. Hilangkan prasangka-prasangka negatif tentang negara lain, kepercayaannya,
kebiasaannya, politik yang dianutnya dan hindarkan semua percakapan yang dapat melukai perasaan wisatawan.
e. Ikutilah peraturan, kebiasaan dan adat istiadat bangsa wisatawan yang sedang menjadi tamu itu.
f. Berilah pelayanan yang sama terhadap semua anggota rombongan dan jangan sekali-kali pilih kasih dengan memberikan keistimewaan kepada seseorang atau yang muda saja.
h. Selama dalam bertugas, hindarkanlah membicarakan masalah pribadi wisatawan, kecuali bila sudah merasa dekat dengannya dan janganlah menerima hadiah atau tip selama masih dalam keadaan bertugas.
i. Jangan sekali-kali merekomendasikan kepada seseorang untuk mengunjungi suatu tempat, bila pramuwisata sendiri belum pernah datang ke tempat tersebut dan jangan membawa rombongan ke daerah-daerah terlarang.
j. Seorang pramuwisata harus dapat menahan dirinya untuk memberikan kritik terhadap pelayanan yang diberikan oleh Biro Perjalanan Wisata lainnya.
2.4.4 Fungsi Pramuwisata
Yang dimaksud dengan fungsi adalah suatu pemikiran teoritis tentang sesuatu tugas yang dilakukan seorang pramuwisata meliputi :
1. Memberi penerangan dan penjelasan kepada para wisatawan yang harus mempunyai “Sense of Diplomacy”.
2. Sebagai teman dalam perjalanan bagi wisatawan dalam batas-batas kewajaran. 3. Sebagai pelindung dari berbagai bentuk gangguan terhadap wisatawan dan
barang-barang bawaannya.
4. Sebagai wakil dari Biro Perjalanan Wisata / Instansi dimana dia bekerja. 5. Pramuwisata sebagai penjual jasanya kepada Biro Perjalanan Wisata maupun
2.4.5 Tugas dan Kewajiban Pramuwisata
Tugas pramuwisata telah diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No: KM. 82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998. Sesuai Ayat 1 Pasal 3 Surat Keputusan tersebut tugas pramuwisata adalah :
a. Mengantar wisatawan, baik rombongan maupun perorangan yang mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia.
b. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan memberi petunjuk tentang objek wisata, serta memberi penjelasan mengenai dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi, dan fasilitas wisatawan lainnya.
c. Membantu mengurus barang bawaan wisatawan dan memberi pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat kecelakaan, kehilangan atau musibah lainnya.
Dalam melakukan tugas-tugasnya itu seorang pramuwisata harus mentaati kode etik profesi, memakai tanda pengenal (badge) dan memenuhi acara perjalanan yang telah ditetapkan. Mengenai kewajiban pramuwisata dan pengatur pramuwisata di dalam pasal 11 dikatakan sebagai berikut :
1. Pramuwisata berkewajiban melaporkan pelaksanaan tugasnya secara berkala kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 dan tembusannya kepada biro perjalanan umum yang menugaskannya.
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN DAN RUMAH TJONG A FIE
3.1 Gambaran Umum Kota Medan
3.1.1 Letak geografis
3.1.2 Sejarah Kota Medan
Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan (ekspor-impor) tembakau sejak masa lalu. Sebagai tambahan John Anderson merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli atau Kota Medan pada tahun 1833 menemukan sebuah kampong yang bernama Medan. Kampung itu berpenduduk 200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli. Pada tahun 1883, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial Belanda membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.
bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan ulama. Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Sebagai hari lahir Kota Medan adalah 1 Juli 1590.
Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Putri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, Kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata “Guru” berarti “Tabib” ataupun “Orang Pintar”, kemudian kata “Pa” merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya, hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikin di sekitar Balai Kota Medan.
akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peranan para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang maupun lainnya. Nienhuys sebagai pendatang asing mempunyai peranan sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Maryland telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat perdagangan tembakau miliknya ke Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal dengan kawasan Gaharu.
Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan cikal-bakal Kota Medan seperti sekarang ini. Sedang dijadikannya Medan menjadi ibukota dari Deli juga telah mendorong Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan, sebagaimana terdapat dalam konsep modern mengenai perkembangan kota. Sampai saat ini, disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara.
3.1.3 Sarana dan Prasarana
3.1.4 Penduduk dan Mata Pencaharian
1. Penduduk
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain-lain. Mayoritas penduduknya menganut agama Islam disusul kemudian oleh agama Kristen, dan Budha. Sementara agama Hindu merupakan agama yang paling sedikit dianut oleh penduduk Kota Medan.
Luas Kota Medan yang mencapai 265,10 km² dan terdiri dari 21 daerah Kecamatan yang terpecah lagi pada 155 daerah Kelurahan, jumlah penduduknya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. (Lihat Tabel 3.1)
Table 3.1 Jumlah Penduduk Kota Medan
Tahun Jumlah
2. Mata Pencaharian
Di Kota Medan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang. Rata-rata para pengusaha Medan ini menjadi pedagang di komoditas perkebunan. Di sektor perdagangan ini dikuasai oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Orang-orang Mandailing menguasai bidang pemerintahan dan politik, sedangkan dalam bidang pendidikan, hukum, kesehatan, jurnalistik banyak dilakukan oleh orang Minangkabau yang menetap di Medan.
3.2 ODTW di Kota Medan
Adapun berbagai ODTW di Kota Medan yang telah dikelola dan dikembangkan oleh pihak pemerintah maupun swasta. (Lihat Tabel 3.2)
Tabel 3.2 ODTW yang terdapat di Kota Medan
No. ODTW di Kota Medan Jenis Objek
1 Istana Maimoon Sejarah
2 Mesjid Raya Bangunan
3 Vihara Gunung Timur Sejarah
4 Rahmat Gallery Fauna
5 Kuil Shri Mariamman Bangunan
6 Tjong A Fie Mansion Sejarah
7 Penangkaran Buaya Taman Budaya
8 Museum Negeri Sumatera Utara Sejarah
9 Menara Tirtanadi Sejarah
10 Museum Bukit Barisan Sejarah
11 Medan City Hall Bangunan
12 Kantor Pos Bangunan
13 Merdeka Walk Kuliner
14 Sun Plaza Bangunan
15 Kantor Gubernur Sumatera Utara Bangunan
16 Bank Indonesia Bangunan
17 Gereja Immanuel Bangunan
1. Istana Maimoon
Istana Maimoon merupakan salah satu objek wisata utama di Kota Medan yang dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun Al-Rasyid memerintah dari tahun 1873-1924. Arsiteknya adalah TH.Van Erp bekerja sebagai tentara KNIL. Rancangannya melambangkan Bangunan Tradisional Melayu dan India Muslim. Sedangkan gaya arsitekturnya perpaduan antara Indonesia, Persia, dan Eropa.
2. Mesjid Raya
Mesjid ini sebagai lambang Kota Medan. Mesjid ini dapat menampung sekitar 1500 jamaah. Mesjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid di desain oleh Dengimans dari Belanda dengan gaya Moorish dan berdiri pada tahun 1906. Mesjid ini terletak di Jalan Sisingamangaraja dan hanya 200m dari Istana Maimoon.
3. Vihara Gunung Timur
Vihara Gunung Timur dikenal sebagai Vihara Budha tertua di Medan. Didirikan oleh umat Budha pada tahun 1962, terletak di suatu lokasi strategis ditepi sungai Babura. Vihara ini digunakan untuk bersembahyang dan untuk acara ritual lainnya dalam agama Budha seperti memperingati hari ulang tahun Sidharta Gautama biasanya tanggal 4-15 April setiap tahun, perayaan Imlek dan sebagainya.
4. Rahmat Gallery
Parman. Keseluruhan species diawetkan dengan penampilan eksperif dan anatomi estetika berkualitas tinggi sehingga benar-benar terlihat seperti binatang hidup.
5. Kuil Shri Mariamman
Kuil Shri Mariamman merupakan kuil Hindu tertua di Medan yang dibangun pada tahun 1884 oleh umat Hindu. Kuil ini berada di Jalan Zainul Arifin. Kuil ini digunakan untuk bersembahyang dan untuk acara ritual lainnya dalam agama Hindhu seperti memperingati Hari Depawali, perayaan Hari Nyepi dan sebagainya.
6. Tjong A Fie Mansion
Rumah Tjong A Fie merupakan sebuah warisan rumah besar yang di bangun pada tahun 1900. Lokasinya terletak di Jalan Ahmad Yani, Kesawan. Tjong A Fie merupakan seorang jutawan pertama di Sumatera, yang namanya sangat terkenal hingga sekarang. Tjong A Fie meninggal dunia pada tahun 1921.
7. Penangkaran Buaya
Penangkaran ini dibangun oleh Lo Than Mok sejak tahun 1959. Terletak di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang, luas area ± 2 hektar, jaraknya 10 km dari pusat kota. Penangkaran ini memiliki 2700 buaya dari usia paling muda sampai yang paling tua berumur 30 tahun. Buka pada pukul 09.00-17.00. 8. Museum Negeri Sumatera Utara
9. Menara Tirtanadi
Satu ciri lagi khas Kota Medan adalah bangunan Menara Air yang kini menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah Tirtanadi. Menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersih kebutuhan warga kota sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang. Menara ini terletak di Jalan Sisingamangaraja.
10. Museum Bukit Barisan
Museum Militer ini dibuka pada tahun 1971. Museum ini merupakan salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi yang menyimpan benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan rakyat di Sumatera Utara seperti senjata, obat-obatan dan pakaian seragam yang digunakan pada perang kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun 1958. Museum ini terletak di Jalan Zainul Arifin.
11. Medan City Hall
Bangunan ini terletak di Jalan Balai Kota dan merupakan bangunan tertua di Kota Medan yang dibangun pada tahun 1908, dan pertama kali digunakan oleh Baron Mackay pada tahun 1918 seorang Mayor dari Medan.
12. Kantor Pos
Bangunan ini merupakan bangunan yang memiliki sejarah yang sangat hebat yang dibangun pada tahun 1911 oleh SNUYF, seorang arsitek dari Belanda.
13. Merdeka Walk
14. Sun Plaza
Sun plaza merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Kota Medan yang terletak di Jalan Zainul Arifin.
15. Kantor Gubernur Sumatera Utara
Kantor Gubernur Sumatera Utara ini terletak disebelah kanan Sun Plaza dengan banyak bank didalamnya, seperti Bank Danamon, Bank Ekonomi, Bank BCA, BII, HSBC.
16. Bank Indonesia
Pertama di Medan adalah “De Javasche Bank”, sekarang disebut dengan Bank Indonesia. Bank ini dibangun pada tahun 1907 dan terletak di pusat Kota Medan yaitu di Jalan Balai Kota.
17. Gereja Immanuel
Gereja ini merupakan gereja tertua di Medan yang terletak di Jalan Diponegoro dan dibangun pada tahun 1921.
3.3 Sejarah Rumah Tjong A Fie
Kolonial Belanda. Pada tahun 1911, ia diangkat menjadi Kapitan Cina atau Mayor der Chinezeen (istilah Belanda) yang berarti wakil tertinggi masyarakat Tionghoa di Medan.
Tjong A Fie adalah simbol sukses cerita imigran Cina di hari Deli perintis. Ia berasal dari Kanton pada tahun 1875, dengan beberapa potong dijahit perak pada sabuknya dan membuat kekayaannya di Pantai Timur Sumatera dalam waktu singkat dalam industri perkebunan. Pada saat dia meninggal pada tahun 1921, Tjong A Fie telah menjadi tokoh legendaris. Di Penang, ada Cheong Fatt Tze Mansion yang terlihat persis sama sama dengan tinggal Tjong A Fie. Cheong Fatt Tze adalah paman Tjong A Fie. Kedua nya bekerja sama dalam banyak bisnis dan Tjong A Fie membangun rumah menyerupai pamannya. Rumah di Penang telah dibuat menjadi sebuah hotel yang bersejarah.
penuh warna. Di dalam Rumah Tjong A Fie, kita jatuh seolah-olah kita sudah kembali pada pergantian abad terakhir.
Gambar 3.1 Rumah Tjog A Fie
Sumber : Gambar 3.2 Ruangan Dalam Rumah Tjong A Fie
3.4 Sejarah Tjong A Fie
Gambar 3.3 Tjong A Fie
Sumber :
Tjong A Fie dilahirkan dengan nama Tjong Fung Nam (orang Hakka), di Sungkow, Meixian, Guangdong, (Tiongkok) pada tahun 1860. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Bersama kakaknya Tjong Yong Hian (1850-1911). Tjong A Fie meninggalkan bangku sekolah dan membantu menjaga toko ayahnya. Walaupun hanya mendapatkan pendidikan seadanya, tetapi Tjong A Fie sangat cerdas dan menguasai cara-cara berdagang sehingga usaha keluarganya cukup sukses.
memutuskan untuk merantau ke Hindia Belanda (Indonesia) untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Tjong A Fie meninggalkan kampung halamannya, menyusul kakaknya Tjong Yong Hian yang sudah terlebih dahulu datang ke Medan dan tinggal selama 5 tahun. Tjong A Fie adalah seorang yang berwatak mandiri dan tidak mau menggantungkan diri pada orang lain terutama pada kakaknya, Tjong Yong Hian yang pada saat itu sudah menjadi kapitan (pemimpin) Cina di Medan.
Tjong A Fie bekerja di toko milik teman kakaknya yang bernama Tjong Sui Fo. Di toko tersebut, Tjong A Fie bekerja dari memegang buku, melayani pelanggan, menagih hutang serta tugas-tugas lainnya. Ia dikenal pandai bergaul, tidak hanya dengan orang Tionghoa, namun juga dengan warga Melayu, Arab, India, dan Orang Belanda. Ia mulai belajar berbicara dengan bahasa Melayu yang menjadi bahasa perantara masyarakat di Tanah Deli.
Karena kejeliannya melihat peluang bisnis, maka pada tahun 1886 Tjong A Fie kemudian memindahkan pusat imperium bisnisnya ke Medan. Kala itu, Medan hanyalah sebuah kampung kecil yang berada diantara Sungai Deli dan Sungai Babura. Di sini ia bekerja keras dan giat membangun relasi, hingga kemudian terkenal sebagai seorang wirausahawan, banker dan industrialis Tionghoa yang paling dihormati di Asia Tenggara. Lebih dari itu, A Fie dianggap sebagai salah satu pendiri Kota Medan. Perusahaannya mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan. Meskipun ia bukan satu-satunya yang terkaya di Medan, tapi kedermawanan dan kepemimpinannya sebagai Kapitan Cina (Majoor der Chineezen), membuat namanya istimewa.
Di Tanah Deli, Tjong A Fie mempunyai pergaulan yang luas dan terkenal sebagai pedagang yang luwes dan dermawan, ia kemudian membina hubungan yang baik dengan Sultan Deli, Makmoen Al Rasyid Perkasa Alamsyah dan Tuanku Raja Moeda. Atas kesetiakawanan yang tinggi, maka Tjong A Fie berhasil menjadi orang kepercayaan Sultan Deli dan mulai menangani beberapa urusan bisnis. Pengaruhnya terbentang mulai dari Sumatera, Jawa, Penang, Hongkong, Cina, hingga daratan Eropa. Jabatan Major Cina membuatnya banyak urusan dengan masalah hubungan kerja, persengketaan dan masalah-masalah sosial lainnya. Ia dianggap bijak memberi solusi untuk setiap persoalan yang muncul sebagai akibat pertumbuhan industri di Tanah Deli dan ikutannya ke luar negeri.
pemerintah setempat. Hubungan yang baik dengan Sultan Deli ini menjadi awal sukses Tjong A Fie dalam dunia bisnis. Sultan memberi konsesi penyediaan atap daun nipah untuk keperluan perkebunan tembakau antara lain untuk pembuatan bangsal. Dengan rekomendasi Sultan Deli, Tjong A Fie menjadi anggota gemeenteraad (dewan kota) dan cultuurraad (dewan kebudayaan) selain menjabat sebagai penasehat pemerintah Hindia Belanda untuk urusan Tiongkok.
Karena dinilai kaya raya dan punya hubungan baik dengan Sultan Deli, pemerintah Belanda menganugrahinya pangkat Letnan, tercatat pada tanggal 4 September 1885. Ini merupakan jabatan bergengsi bagi orang-orang Cina di Tanah Deli. Tak lama kemudian Tjong A Fie ditunjuk sebagai kepala orang-orang Cina Tanah Deli. Sewaktu menjabat sebagai Kapitan Cina, Tjong A Fie ikut mengoperasikan tempat perjudian yang disahkan pemerintah dan hampir tiga puluh rumah bordil. Di Amsterdam, dia menjadi salah seorang pendiri Institut Kolonial yang kini bernama Institut Tropis Kerajaan (Koninklijk Instituut voor de Tropen).
pekuburan Cina di daerah Pulo Brayan, Medan. Selain itu, Tjong A Fie ternyata punya peran dalam pembangunan Istana Maimoon milik Sultan Deli.
Tjong A Fie menjadi orang Tionghoa pertama yang memiliki perkebunan tembakau. Ia juga mengembangkan usahanya di bidang perkebunan teh di Bandar Baru, di samping perkebunan teh si Boelan. Ia juga memiliki perkebunan kelapa yang sangat luas. Di Sumatera Barat ia menanamkan modalnya di bidang pertambangan di daerah Sawah Luntoh, Bukit Tinggi.
Ketika masih berada di Tiongkok, Tjong A Fie telah menikahi seorang gadis yang bermarga Lie. Saat tiba di Deli ia menikah dengan Nona Chew dari Penang dan memiliki tiga orang anak, yakni Tjong Kong Liong, Tjong Song-Jin dan Tjong Kwei-Jin. Namun istri keduanya meninggal dunia. Untuk ketiga kalinya dia menikah dengan Lim Koei Yap dari Timbang Langkat, Binjai, putri seorang mandor perkebunan tembakau di Sungai Mencirim. Bersama Lim Koei Yap, Tjong A Fie memiliki tujuh orang anak, yakni Tjong Foek-Yin (Queeny), Tjong Fa-Liong, Tjong Khian-Liong, Tjong Kaet Liong (Munchung), Tjong Lie Liong (Kocik), Tjong See Yin (Noni) dan Tjong Tsoeng-Liong (Adek).
Pada 4 Februari 1921, Tjong A Fie meninggal dunia karena apopleksia atau pendarahan otak, di kediamannya di Jalan Kesawan, Medan. Seluruh Kota Medan gempar dan turut berkabung, ribuan orang pelayat datang berduyun-duyun bukan saja dari Kota Medan, tetapi dari berbagai kota di Sumatera Timur, Aceh, Padang, Penang, Malaysia, Singapura dan Pulau Jawa. Upacara pemakamannya berlangsung dengan megah dan penuh kebesaran sesuai dengan tradisi dan kedudukannya pada masa itu. Karena kedermawanannya, tnpa membeda-bedakan bangsa, ras, agama dan asal-usul, Tjong A Fie telah menjadi legenda dan namanya dikenang oleh penduduk Kota Medan dan sekitarnya.
Empat bulan sebelum meninggal dunia, Tjong A Fie telah membuat surat wasiat di hadapan notaris Dirk Johan Facquin den Grave. Isinya adalah mewariskan seluruh kekayaannya di Sumatera maupun di luar Sumatera kepada Yayasan Toen Moek Tong yang harus didirikan di Medan dan Sungkow pada saat ia meninggal dunia. Yayasan yang berkedudukan di Medan diminta untuk melakukan lima hal. Tiga diantaranya untuk memberikan bantuan keuangan kepada kaum muda yang berbakat dan berkelakuan baik serta ingin menyelesaikan pendidikannya, tanpa membedakan kebangsaan. Yayasan ini juga harus membantu mereka yang tidak mampu bekerja dengan baik karena cacat tubuh, buta, atau menderita penyakit berat. Juga yayasan diharapkan membantu para korban bencana alam tanpa memandang kebangsaan atau etnisnya.
Beberapa jasanya dalam usaha mengembangkan Kota Medan adalah menyumbangkan menara lonceng untuk Gedung Balai Kota Medan yang lama. Bangunan yang didirikan tahun 1908 ini didesain oleh Hulswit & Fermont Weltevreden bersama Ed Cuypers Amsterdam. Pembangunannya diikuti oleh pembangunan Kantor Pos Besar pada tahun 1909-1911, yang didesain oleh Snuyf, Kepala Departemen Pekerjaan Umum.
Pada tahun 1910, Javasche Bank yang juga didesain Hulswit & Fermont Weltevreden + Ed Cuypers Amsterdam, berdiri, pembangunan Istana Maimoon, Gereja Uskup Agung Sugiopranoto, Kuil Buddha di Brayan , Kuil Hindu untuk warga India, Batavia Bank, Deli Bank, Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin serta mendirikan rumah sakit Tionghoa pertama di Medan bernama Tjie On Jie Jan.
3.5 Sejarah Sastra Melayu Tionghoa
Istilah sastra Melayu rendah atau sastra Melayu Tionghoa digunakan untuk menyebutkan karya sastra dalam bahasa melayu yang ditulis oleh peranakan Tionghoa. Kosakatanya banyak dipengaruhi oleh bahasa dalam kehidupan sehari-hari atau bahasa pasar, khususnya unsur-unsur bahasa Tionghoa. Oleh karena itulah pada zamannya sering disebut bahasa gado-gado atau capcai. Istilah Melayu Tionghoa juga sering disebut sastra Melayu Tionghoa peranakan. Mereka adalah golongan peranakan yang sudah lahir di Indonesia yang ikut menghasilkan, mendukung, dan menikmati karya sastra Melayu. Mereka adalah masyarakat yang mengalami keterputusan budaya dan belum ada adaptasi budaya dan bahasa yang memadai.
Gambar 3.4 Melayu Tionghoa Peranakan
Sumber :
di Semenanjung Melayu, yang digunakan dalam karya sastra Balai Pustaka. Bahasa Melayu Tinggi dengan demikian identik dengan bahasa sastra tinggi.
Pemerintah kolonial memang antipati terhadap etnis Cina, dan dengan demian terhadap bahasa dan sastra Tionghoa, dengan alasan bahwa masyarakat Tionghoa menganut paham Marxis, berakiran kiri, agresif, lebih banyak menolak kebijakan pemerintah kolonial. Masyarakat Tionghoa juga ditempatkan pada daerah tertentu dan sastranya dianggap sebagai bacaan liar. Perdebatan tentang Melayu Tionghoa belum banyak. Pada umumnya pembicaraan ini muncul dalam kaitanya dengan masalah angkatan. Seperti diketahui, angkatan dalam sastra Indonesia modern dimulai dengan Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan seterusnya. Seolah ada keengganan para sarjana untuk menghindari karena :
1. Sastra Melayu Tionghoa adalah adalah karya-karya yang secara khusus diapresiasikan di kalangan masyarakat Tionghoa peranakan, jadi bukan merupakan bagian sastra Indonesia.
2. Tidak adanya data yang untuk dibicarakan.
Dengan mengutip pendapat Ajib Rosidi (1964:5-6) Pengertian modern dalam sastra Indonesia adalah semangat politis, bukan semata-mata Zaman, era, periode, dan perkembangan historis lainya. Oleh karena itu sastra Indonesia modern pada dasarnya tidak mengenal istilah dan tidak bisa dilawankan dengan sastra Indonesia lama sebab pengertian yang terakhir ini digantikan dengan sastra-sastra daerah, yaitu keseluruhan sastra yang ada di wilayah Nusantara. Termasuk sastra melayu itu sendiri. oleh karena itu hubungan pergertian modern meliputi tiga aspek :
1. Ditulis dengan huruf latin dan disebarluaskan dengan teknologi modern. 2. Mengunakan bahasa Indonseia atau pada masa kolonialisme melayu. 3. Mengunakan bentuk baru, karena pengaruh sastra Barat seperti: cerpen,
novel, drama, dan puisi.
Sastra yang lahir sebelum abad ke-20 diangap sebagai sastra daerah. Sastra Melayu Tinggi dengan demikian mengalami keterputusan historis, terpecah menjadi dua kelompok baik secara liteler amaupun secara kultural. Sebaliknya, sastra Melayu Tionghoa sejak awal pertumbuhanya hinggga abad ke-20 tetap eksis. Bila dikaitkan dengan penulsnya sastra sebelum abad ke-20 dapat dibedakan sebagai berikut:
2. Karya sastra yang ditulis oleh orang Tionghoa, diawali oleh Thio Tjien Boen (Oey se,1903), Gouw Peng Liang (LO Fen Koei,1903), dan Oei Soei (Njai Alimah, 1904). Sejak penerbitan ini terjadi perkembangan pesat dalam bidang sastra Melayu Rendah.
Sastra Melayu Tionghoa sangat kaya, hampir selama satu abad 1870-1960-an rentang waktu yang yang sama bahkan melebihi seluruh periode Balai Pustaka hingga tahun 2000-an. Jumlah buku yang dihasilkan sebanyak 2.757 judul buku. Yang terdiri dari anonim 248 judul, sehingga jumlah keseluruhan sekitar 3.005 judul. Dengan rincian 1398 novel dan cerpen alsi, 73 sandiwara, 183 syair, 233 terjemahan sastra Barat, 759 terjemahan karya sastra dari bahasa Cina. Kekayaan dan keberagaman sastra Melayu Tionghoa ini jauh melebihi Khazanah Balai Pustaka.
BAB IV
PERANAN PRAMUWISATA SEBAGAI PENUNJANG PERKEMBANGAN
OBJEK WISATA RUMAH TJONG A FIE
4.1 Pentingnya Pramuwisata pada Objek Wisata
Dunia pariwisata sekarang ini penuh dengan persaingan. Objek dan Daerah Tujuan Wisata (ODTW) yang satu selalu berusaha menarik wisatawan lebih banyak dari ODTW yang lain. Untuk dapat memenangkan persaingan itu bukan dengan memberikan potongan harga (discount) yang besar atau hadiah-hadiah yang menarik, tetapi yang penting adalah pelayanan yang profesional. Pelayanan yang profesional yang dimaksud adalah pelayanan yang dapat memuaskan wisatawan yang berkunjung ke ODTW tersebut.
4.2 Peranan Pramuwisata sebagai Penunjang Perkembangan Objek Wisata
Rumah Tjong A Fie
Pramuwisata mempunyai peranan yang cukup penting pada suatu Objek dan Daerah Tujuan Wisata (ODTW) khususnya sebagai penunjang perkembangan pada objek wisata Rumah Tjong A Fie, disamping tugas-tugas pokoknya yang terdiri atas :
a. Mengantar wisatawan baik perorangan ataupun rombongan yang mengunjungi objek wisata Rumah Tjong A Fie tersebut.
b. Memberikan penjelasan secara lebih lengkap dan terinci segala sesuatunya yang berkenaan dengan objek wisata yang dimaksud.
c. Memberikan pertolongan kepada wisatawan yang mendapat musibah selama melakukan kunjungan pada objek wisata tersebut.
Selain tugas-tugas tersebut di atas, pramuwisata juga mempunyai misi tersendiri selama menjalankan tugasnya, yaitu memperkenalkan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam dengan jalan memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai objek wisata yang bersangkutan. Cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh pramuwisata harus dibuat semenarik mungkin supaya wisatawan yang dibawanya mengerti apa yang disampaikan oleh pramuwisata, sehingga misi yang dijalankan dapat tercapai.
wisata tersebut tidak sia-sia, karena mereka memperoleh apa yang mereka inginkan, yaitu informasi yang benar mengenai objek wisata yang mereka kunjungi dan juga pengetahuan baru mengenai kebudayaan Indonesia yang disampaikan melalui pramuwisata. Oleh karena itu, pramuwisata yang bertugas diharapkan betul-betul menguasai materi mengenai objek wisata yang bersangkutan, sehingga tidak mengecewakan wisatawan karena tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka yang berhubungan dengan objek wisata tersebut.
Hal yang penting pada saat pertama kali bertemu dengan dengan wisatawan adalah bagaimana cara pramuwisata supaya wisatawan tersebut menaruh kepercayaan terhadapnya dengan sikap dan perkataannya. Hal ini penting artinya bagi pramuwisata, karena kalau pada saat pertama kali bertemu wisatawan sudah tidak mempercayainya, maka selanjutnya ia tidak akan begitu memperhatikan apa yang diucapkan oleh pramuwisata.
Seorang pramuwisata juga harus mengetahui kebiasaan-kebiasaan wisatawan dari berbagai negara. Pengetahuan ini penting, supaya pramuwisata dapat cepat beradaptasi dengan rombongannya. Dengan demikian proses penyampaian informasi akan lebih berhasil. Dalam tugasnya sehari-hari, pramuwisata di objek wisata Rumah Tjong A Fie rata-rata membawa wisatawan tiga kali dalam sehari, bahkan mencapai tujuh kali pada waktu musim liburan. Status dari pramuwisata pada objek wisata tersebut adalah free lance, tetapi mereka dwajibkan untuk datang setiap hari seperti pegawai tetap. Sehingga statusnya dapat dikatakan setengah terikat setengah tidak terhadap objek wisata tersebut.
Dalam menghadapi komplain, pramuwisata harus bersikap sopan dan tetap menghormati tamu, dan juga tidak boleh menyalahkan wisatawan, karena umumnya wistawan tidak mau disalahkan dan selalu merasa dirinya benar. Untuk itu pramuwisata harus memberikan pengertian secara halus kepada wisatawan supaya komplain tersebut tidak berlanjut. Kesan pramuwisata pada objek wisata Rumah Tjong A Fie selama menjalankan tugasnya cukup banyak suka dukanya, karena mereka menghadapi bermacam-macam orang dari berbagai bangsa dan negara yang mempunyai kebiasaan dan sifat yang berbeda-beda, sehingga terkadang susah bagi mereka untuk menyesuaikan diri.