• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah Tjong A Fie Salah Satu Objek Wisata Bangunan Bersejarah Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rumah Tjong A Fie Salah Satu Objek Wisata Bangunan Bersejarah Di Kota Medan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA

BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

OLEH

FRANSISKA UTAMA

082204021

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU

OBJEK WISATA BANGUNAN

BERSEJARAH DI KOTA MEDAN

Oleh

: Fransiska Utama

NIM

: 082204021

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, MA

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA

BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN

OLEH

FRANSISKA UTAMA

082204021

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

(4)

ABSTRAK

Pariwisata adalah salah satu komoditi penting yang menunjang dan berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara, karena melalui sektor pariwisata, pemerintah menrima pendapatan berupa devisa negara. Saat ini Indonesia sedang berusaha untuk mengembangkan dan mempromosikan objek-objek wisata di provinsi lain ke dunia internasional. Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan budaya, pemandangan alam yang indah serta bangunan-bangunan bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional. Salah satu provinsi yang mempunyai banyak bangunan-bangunan bersejarah adalah Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kota Medan. Rumah Tjong A Fie adalah salah satu dari sekian banyak bangunan bersejarah di Kota Medan. Rumah ini dibangun dengan menggunakan tiga campuran arsitektur yaitu China, Eropa dan Melayu. Keunikan dari arsitektur China terdapat di ukiran-ukiran kayu yang ada di pintu rumah, atap dan perabotannya. Keunikan dari arsitektur Eropa terdapat di perabotan-perabotannya sedangkan keunikan dari arsitektur Melayu terdapat di bentuk-bentuk jendelanya serta beberapa perabotan-perabotan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas kasih dan

anugrah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya

ini.

Kertas karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilaksanakan oleh setiap

mahasiswa Program Studi Pariwisata untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan studi diploma III Ahli Madya Pariwisata di Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

Atas bimbingan dan berbagai pengetahuan yang penulis terima selama mengikuti

perkuliahan sampai penyelesaian kertas karya ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, SE., M.Si., selaku Ketua Program Program Studi

D-III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan dosen

pembimbing yang memberikan bimbingan dan saran kepada penulis

selama penyusunan kertas karya ini..

3. Bapak Solahuddin Nasution, SE., M.SP, selaku koordinator praktek

(6)

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai pada program Studi D-III Pariwisata,

yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama perkuliahan.

5. Terkhusus buat mama Juni Untung, dan juga semua keluargaku. Terima

kasih buat doa dan dukungan serta kasih saying yang telah diberikan

selama ini.

6. Buat kawan-kawan UW stambuk ’08 Yolanda Lumban Tobing, Mardiana

Nainggolan, Intan purnamasari, Jahrona, Lenni Dora Barus, Kasih dan

lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih buat

semuanya.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari sempurna.

Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

memperbaiki kertas karya ini.

Akhir kata penulis berharap kertas karya ini dapat member manfaat bagi

semua pihak yang membacanya.

Medan, Maret 2011

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Pembahasan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penelitian ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN HERITAGE TOURISM 2.1 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata ... 6

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 6

2.1.2 Pengertian Industri Pariwisata ... 8

(8)

2.2.1 Sarana Kepariwisataan ... 10

2.2.2 Prasarana Kepariwisataan ... 12

2.3 Jenis-jenis Pariwisata ... 14

2.4 Benyuk-bentuk Pariwisata ... 17

2.5 Motivasi melakukan perjalanan wisata ... 19

2.6 Pengertian Heritage ... 20

2.6.1 Peraturan pemerintah mengenai Heritage ... 22

2.7 Peraturan pemerintah untuk pelestarian bangunan bersejarah ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM DAN SEJARAH TJONG A FIE 3.1 Sejarah Tjong A Fie ... 30

3.2 Potensi Rumah Tjong A Fie sebagai objek wisata ... 36

3.3 Upaya pengembangan Rumah Tjong A Fie sebagai Cagar Budaya ... 37

BAB IV RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN 4.1 Keunikan dari Rumah Tjong A Fie ... 40

(9)

4.1.2 Keunikan dari Segi Arsitektur ... 42

4.1.3 Keunikan dari segi budaya ... 44

4.2 Upaya pemerintah setempat mengembangkan dan menjaga Rumah Tjong A Fie salah satu bangunan bersejarah di Kota Medan ... 45

4.3 Kendala yang dihadapi ... 46

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(10)

ABSTRAK

Pariwisata adalah salah satu komoditi penting yang menunjang dan berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara, karena melalui sektor pariwisata, pemerintah menrima pendapatan berupa devisa negara. Saat ini Indonesia sedang berusaha untuk mengembangkan dan mempromosikan objek-objek wisata di provinsi lain ke dunia internasional. Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan budaya, pemandangan alam yang indah serta bangunan-bangunan bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional. Salah satu provinsi yang mempunyai banyak bangunan-bangunan bersejarah adalah Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kota Medan. Rumah Tjong A Fie adalah salah satu dari sekian banyak bangunan bersejarah di Kota Medan. Rumah ini dibangun dengan menggunakan tiga campuran arsitektur yaitu China, Eropa dan Melayu. Keunikan dari arsitektur China terdapat di ukiran-ukiran kayu yang ada di pintu rumah, atap dan perabotannya. Keunikan dari arsitektur Eropa terdapat di perabotan-perabotannya sedangkan keunikan dari arsitektur Melayu terdapat di bentuk-bentuk jendelanya serta beberapa perabotan-perabotan.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah salah satu komoditi penting yang menunjang dan

berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara, karena melalui sektor pariwisata,

pemerintah menerima pendapatan berupa devisa negara. Begitu juga bagi Indonesia,

meskipun sudah memiliki Bali sebagai salah satu objek wisata yang sangat terkenal, saat

ini Indonesia sedang berusaha untuk mengembangkan dan mempromosikan objek-objek

wisata di provinsi lain ke dunia internasional. Indonesia merupakan suatu negara yang

kaya akan budaya, pemandangan alam yang indah, bangunan-bangunan bersejarah yang

sangat diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional.

Salah satu provinsi yang mempunyai potensi pariwisata yang

menjanjikan adalah Provinsi Sumatera Utara dengan ibukotanya Medan. Kota Medan

dikenal sebagai kota ke-4 terbesar di Indonesia yang dihuni oleh masyarakat dari

berbagai suku, agama, bahasa yang hidup berdampingan. Kota Medan juga memiliki

banyak objek wisata, salah satunya adalah bangunan bersejarah yang sangat diminati

oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang terletak di pusat kota

Medan. Banyaknya bangunan-bangunan bersejarah disebabkan karena Indonesia

dulunya dijajah oleh tiga negara sehingga arsitektur bangunan yang dibangun pada masa

itu disesuaikan dengan bangsa yang menjajah Indonesia serta adanya penggunaan tenaga

(12)

Salah satu bangunan bersejarah yang terkenal di Kota Medan adalah rumah Tjong A Fie.

Rumah Tjong A Fie memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan

bangunan-bangunan bersejarah lainnya yang masih dijaga keaslian bangunan-bangunannya serta perabotan di

dalam rumah tersebut. Selain itu masih banyak lagi keunikan yang menjadi daya tarik

yang terdapat di rumah Tjong A Fie ini. Oleh sebab itu, penulis memilih judul “Rumah

Tjong A Fie Salah Satu Objek Wisata Bangunan Bersejarah Di Kota Medan” agar

masyarakat lebih mengetahui mengenai bangunan bersejarah ini.

1.2 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dalam penulisan kertas karya ini adalah :

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya program

Diploma III Pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk memperkenalkan Rumah Tjong A Fie sebagai salah satu bangunan

bersejarah sebagai objek wisata di Kota Medan yang berpotensi

mengembangkan pariwisata di Kota Medan.

3. Untuk menambah wawasan bagi pembaca umumnya dan bagi penulis

(13)

1.3 Batasan Masalah

Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan

pembahasan tentang :

1. Kepariwisataan Indonesia serta potensi-potensi pariwisata yang

ada di Indonesia.

2. Informasi umum serta objek-objek wisata yang ada di Provinsi

Sumatera Utara.

3. Keunikan dan daya tarik dari rumah Tjong A Fie.

4. Upaya pemerintah dalam mengembangkan serta menjaga keaslian

rumah Tjong A Fie sebagai salah satu objek wisata bangunan

bersejarah di Kota Medan.

1.4 Metode Penelitian

a. Library research (penelitian kepustakaan), yakni

pengumpulan data-data yang berasal dari buku-buku, artikel-artikel dan media

massa yang berkaitan dengan topik pembahasan.

(14)

pengumpulan data-data yang dilakukan dengan cara mewawancarai langsung

masyarakat sekitar, pengelola yang bertanggung jawab, dinas pariwisata dan

penulis langsung ke lokasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menyusun sistematika pembahasan

dalam lima bab, dan pembahasan tiap-tiap bab dibagi kedalam sub-sub bab. Sistematika

pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan,

meliputi Latar Belakang, Tujuan Pembahasan, Batasan Masalah,

Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Bab II : Uraian Teoritis,

membahas mengenai pengertian pariwisata, jenis-jenis pariwisata,

bentuk-bentuk pariwisata, motivasi melakukan suatu perjalanan wisata,

cagar budaya, peraturan pemerintah untuk pelestarian bangunan

bersejarah.

Bab III : Gambaran Umum Tjong A Fie,

meliputi sejarah Tjong A Fie, potensi rumah Tjong A Fie sebagai objek

wisata, program-program pengembangan rumah Tjong A Fie sebagai

(15)

Bab IV : Rumah Tjong A Fie salah satu objek wisata bangunan bersejarah di

Kota Medan, yang

membahas keunikan dari rumah Tjong A Fie, upaya pemerintah setempat

dalam mengembangkan dan menjaga rumah Tjong A Fie sebagai salah

satu bangunan bersejarah di Kota Medan.

Bab V : Penutup

Meliputi kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

(16)

BAB II

URAIN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN

HERITAGE TOURISM

2.1. Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata “pari“ yang berarti halus

maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata“ yang berarti kunjungan atau

perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati dan mempelajari sesuatu. Jadi

pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi.

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan

dijelaskan pengertian pariwisata yaitu “berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah

dan pemerintah daerah“.

Beberapa defenisi tentang pariwisata akan dikemukakan sebagai berikut :

1. Menurut Pendit (2006)

(17)

2. Menurut Fandeli (2001), pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan, proses dan

kaitan-kaitan yang berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari

orang-orang di luar tempat tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah.

3. Menurut Matheison dan Wall (dalam Fandeli, 2001), pariwisata atau tourism

adalah fenomena yang meliputi perpindahan ke dan tempat tujuan di luar tempat

tinggal sehari-hari.

4. Menurut Yoeti (2000), pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan wisata terutama pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha

yang terkait dengan bidang tersebut.

5. Menurut Prof. Hunziker dan Prof. Krapf (Bapak Ilmu Pariwisata), pariwisata

adalah sejumlah hubungan dan gejala yang dihasilkan dari tinggalnya

orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat

tinggal serta usaha-usaha yang bersifat permanen sebagai usaha mencari kerja

penuh.

Dari beberapa definisi pariwisata di atas, beberapa unsur pokok pariwisata adalah

(18)

a. Perjalanan pariwisata ke suatu tempat yang bukan tempat asalnya atau tempat

tinggalnya.

b. Perjalanan pariwisata ke suatu tempat bukan dengan tujuan untuk tinggal dan

bekerja secara permanen.

c. Pariwisata membutuhkan pihak lain dalam penyediaan fasilitas-fasiltas yang

diperlukan oleh wisatawan yang datang berkunjung ke suatu tempat.

d. Perjalanan pariwisata harus memiliki unsur rekreasi atau bersenang-senang

e. Orang yang melakukan perjalanan itu harus sebagai konsumen.

2.1.2 Pengertian Industri Pariwisata

Pengertian kata industri di sini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan

mentah menjadi barang jadi. Namun pengertian kata industri di sini lebih cenderung

memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam

perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (Goods and

Services) yang dibutuhkan wisatawan khususnya dan travel pada umumnya.

Beberapa pengertian mengenai industri pariwisata dapat dikemukakan sebagai

berikut :

(19)

Industri pariwisata adalah industri yang kompleks, yang meliputi industri-industri lain. Dalam kompleks industri-industri pariwisata terdapat industri-industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan/cendera mata, industri perjalanan dan sebagainya. Konsumen dari industri pariwisata disebut wisatawan.

2. Menurut Kusudianto (1996, p.11),

Industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang berpergian.

3. Menurut Prof. Dr. Hunzieker (dalam Yoeti, 1996:154),

Industri pariwisata adalah “ Tourism Enterprise are always business entities which by combining various means of production provide goods and service of specially tourists nature “. Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan.

4. Menurut R. S. Damarjati ( dalam Yoeti, 1996:153),

Industri pariwisata adalah rangkumkan dari berbagai bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk maupun jasa yang nantinya secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya.

5. Menurut GA. Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (dalam Yoeti,

1985:143)

(20)

kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata

adalah kumpulan perusahaan, baik perusahaan swasta maupun pemerintah yang secara

bersama-sama menghasilkan dan memasarkan barang dan jasa yang dibutuhkan

wisatawan pada khususnya dan travellers pada umumnya selama perjalanannya, dan

yang termasuk sebagai industri pariwisata adalah :

- Perusahaan pengangkutan

- Tour Operator / Travel Agent

- Akomodasi

- Bar, Restaurant, Catering Trade

- Souvenir Shop and Handicraft Industry

- Money Changer

- Entertaiment

2.2 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

2.2.1 Sarana Pariwisata

Sarana pariwisata (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang

memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat

memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang

(21)

Sarana kepariwisataan merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan

wisatanya. (Suwantono, 2004:22)

Pembangunan sarana kepariwisataan di daerah tujuan wisata maupun objek

wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif

maupun kumulatif. Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata

yang harus disediakan, dan secara kualitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan

yang diberikan dan tercermin pada kepuasaan wisatawan yang memperoleh pelayanan.

Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan

wisata telah disusun standar wisata yang baku, baik secara nasional maupun secara

internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih dan menentukan jenis

dan kualitas yang akan disediakan.

Kita mengenal tiga macam sarana kepariwisataan (Yoeti, 1996:199), yakni :

1. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure) adalah perusahaan yang

usahanya sangat tergantung pada kedatangan wisatawanya. Perusahaan-perusahaan yang

dimaksud adalah perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan

merencanakan suatu perjalanan wisata seperti : Travel Agent, Tour Operator, Tourist

Transportation. Selain itu perusahaan-perusahaan lain juga dapat memberikan pelayanan

di daerah tujuan kemana wisatawan pergi. Seperti : Hotel, Motel, Cottages dan lain-lain.

Ketentuannya apabila tidak ada wisatawan, maka perusahaan tersebut tidak dapat hidup

(22)

2. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supllementing Tourism Superstructure) adalah

perusahaan yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak

hanya melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat

agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal atau di daerah yang dikunjunginya.

Perusahaan ini mendorong wisatawan agar lebih lama tinggal di suatu tempat.

Sarana pelengkap yang dimaksud adalah :

- Sarana olahraga, seperti : golf course, tennis court, swimming pool, daerah

perburuan, pelayaran dan sebagainya.

- Sarana ketangkasan, seperti : Billyard, dan sebagainya.

3. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Superstrructure) adalah

perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok yang berfungsi

tidak hanya membuat wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di

tempat yang dikunjunginya dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

Night Club, Souvenir Shop, Bioscop, Opera dan Steambath.

2.2.2 Prasarana Kepariwisataan

Prasarana berarti semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses

perekonomian dapat berjalan dengan lancer sedemikian rupa sehingga memudahkan

manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Prasarana kepariwisataan adalah sumberdaya alam dan sumberdaya manusia

(23)

seperti air, jalan, listrik, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya.

(Suwantono, 2004:21)

Menurut Yoeti (1985, p.181), prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas

yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga

dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka

ragam.

Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti, 1996:192) prasarana dibagi dalam

tiga bagian, yaitu :

1. Prasarana umum (General Infrastructure), yakni prasarana yang menyangkut

orang banyak yang pengadaannya untuk memajukan kelancaran roda

perekonomian seperti pembangkit tenaga listrik, penyediaan air bersih, sistem

irigasi, perhubungan dan lain-lain.

2. Prasarana kebutuhan masyarakat banyak (Basic needs of civil life), misalnya

seperti Rumah sakit, bank dan kantor pos.

3. Prasarana kepariwisataan, adalah prasarana yang menyangkut kepariwisataan.

Prasarana ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

a. Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk usaha yang mengurus

kedatangan wisatawan seperti BPW dan APW.

b. Resident Tourist Plan adalah segala fasilitas yang menampung wisatawan

(24)

c. Rerecreative and Sportive Tourist Plan adalah semua fasilitas yang dapat

digunakan untuk kegiatan olahraga seperti kolam renang, lapangan golf

dan lain-lain.

Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti, 1996:197), prasarana

kepariwisataan adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan

kepada wisatawan, tetapi hidup dan kehidupannya tidak tergantung kepada wisatawan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prasarana kepariwisataan adalah

semua fasilitas yang memungkinkan semua sarana kepariwisataan dapat hidup dan

berkembang, serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi

berbagai kebutuhan mereka dalam perjalanan.

2.3 Jenis-jenis Pariwisata

Pendit (1999:42-48) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa

jenis yaitu :

1. Wisata Budaya, adalah perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas

pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat

lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat

mereka.

2. Wisata Kesehatan, adalah perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk

menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi

(25)

mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral

yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau

tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olahraga, adalah wisata yang dilakukan dengan tujuan berolahraga atau

memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif sebagai peserta olahraga di

satu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber

Cup dan lain-lain. Bisa juga olahraga seperti memancing, berburu, berenang.

4. Wisata Komersial, yakni perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan

pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang

dan sebagainya.

5. Wisata Industri, yakni perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau

mahasiswa atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian

dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud tujuan

untuk mengadakan peninjauan atau penelitian, misalnya, rombongan pelajar

yang mengunjungi industri tekstil.

6. Wisata Politik, yakni perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau

mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik, misalnya, ulang tahun

17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, penobatan Ratu Inggris,

perayaan kemerdekaan, kongres atau konvensi politik disertai dengan

(26)

7. Wisata Konvensi, yaitu perjalanan yang dilakukan untuk kegiatan konvensi atau

konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok.

8. Wisata Sosial merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah

untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk

mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa,

petani dan sebagainya.

9. Wisata Pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke

proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana

wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk

tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman

beraneka ragam warna dan suburnya pembibitan di tempat yang dikunjunginya.

10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari adalah wisata yang dikaitkan dengan

kegiatan olahraga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut, seperti

memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayungdan lainnya.

11. Wisata Cagar Alam adalah wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau

biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata

ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah pegunungan

dan sebagainya.

12. Wisata Buru adalah wisata untuk berburu di tempat atau hutan yang telah

ditetapkan pemerintah negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan

(27)

13. Wisata Pilgrim adalah wisata yang berkaitkan dengan agama, sejarah,

adat-istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat ini banyak

dilakukan rombongan atau perorangan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam

orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman

tokoh atau pemimpin yang dianggap legenda. Contoh makam Bung Karno di

Blitar, makam Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur, Pura

Besakihdi Bali, Sendang Solodi Jawa Tengah dan sebagainya.

14. Wisata Bulan Madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi

pasangan-pasangan, penganti baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas

khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.

2.4 Bentuk-bentuk Pariwisata

Menurut Pendit (2002:37) bentuk pariwisata dapat dibagi menjadi lima kategori

yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut

jangka waktu, menurut jumlah wisatawan dan menurut alat angkut yang digunakan.

Bentuk-bentuk pariwisata tersebut dijelaskan di bawah ini :

1. Menurut asal wisatawan

Pertama-tama perlu diketahui apakah asal wisatawan dari dalam maupun dari

luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri sendiri berarti bahwa sang

wisatawan ini hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah

(28)

wisatawan domestik. Sedangkan kalau ia datang dari luar negeri dinamakan

wisatawan internasional.

2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing.

Pemasukan valuta asing ini berarti memberi efek positif terhadap neraca

pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi wisatawan, ini disebut

pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warganegara ke luar negeri

memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negri negaranya, ini

disebut pariwisata pasif.

3. Menurut jangka waktu

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula

menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal

ini menimbulkan istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang,

yang mana tergantung pada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu

negara untuk mengukur panjang atau pendeknya waktu yang dimaksud.

4. Menurut jumlah wisatawan

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah

wisatawan itu datang sendiri atau dalam suatau rombongan. Maka timbullah

istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

(29)

Kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata

kereta api dan mobil, tergantung apakah sang wisatwan tiba dengan pesawat

udara, kapal laut, kereta api, atau mobil.

2.5 Motivasi Melakukan Perjalanan Pariwisata

Motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan melakukan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhan secara biologis atau keinginan secara psikologis.

Motivasi yang berbeda ditimbulkan dari kebiasaan dan minat yang berbeda. Demikian

pula dalam berwisata, wisatawan juga mempunyai motivasi yang berbeda dalam

melakukan perjalanan dan menentukan tujuan wisata. Karena itu motivasi-motivasi dan

karakter wisatawan yang berbeda-beda dipadukan dengan jalan mengemas paket-paket

dan tujuan-tujuan wisata.

Menurut Fridgen ( 1996 ), ada empat motivasi yang utama yaitu :

1. Motivasi untuk melarikan diri, yakni

lari dari rutinitas, menghindari stress, lari dari orang-orang sekitar dan dari

norma-norma yang ada.

Contoh : libur akhir pekan, berlibur di sebuah pulau, berlibur sendirian dan

melihat kebudayaan yang baru.

2. Motivasi sosial

Motivasi ini bersifat keinginan untuk berkumpul dengan orang lain, menjalin

(30)

Contoh : mengunjungi teman, keluarga, bertemu dengan orang –orang baru,

berlibur seorang diri.

3. Motivasi untuk membandingkan, yakni motivasi yang biasanya dilakukan oleh

petualang untuk mendapatkan simbol status, tantangan fisik, pemuasan secara

internal.

Contoh : mendaki gunung, berlayar dengan kapal pesiar yang mahal, belajar

memanjat tebing, mengumpulkan batuan-batuan unik dari seluruh dunia untuk

koleksi.

4. Motivasi untuk mencari sesuatu yang baru

Penjelajahan, memuaskan rasa penasaran, membangkitkan semangat.

Contoh : mengunjungi negara-negara di belahan bumi lain, jalan-jalan atau arung

jeram.

2.6 Pengertian Heritage

Akhir-akhir ini di dunia pariwisata dikenal istilah ‘wisata heritage’. Namun

pengertian heritage seringkali dipahami terlalu spesifik, yaitu semata-mata berwisata

mengunjungi gedung atau bangunan kuno. Demikian pula, dengan berdirinya klub-klub

pemerhati dan pecinta kota tua yang menggunakan heritage sebagai sebutannya, seperti :

Jakarta Heritage Society, Bandung Heritage Society, hingga Magelang Heritage Society.

(31)

gedung-gedung lama (terbatas) peninggalan masa-masa pra kemerdekaan. Padahal pengertian

heritage sesungguhnya cukup luas.

Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan John M Echols dan Hassan Shadily,

heritage berarti warisan atau pusaka. Sedangkan dalam kamus Oxford, heritage ditulis

sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa atau negara selama

bertahun-tahun dan diangap sebagai bagian penting dari karakter mereka. Dalam buku

Heritage : Management, Interpretation, Identity, Peter Howard memaknakan heritage

sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material

maupun alam. Selama ini warisan budaya lebih ditujukan pada warisan budaya secara

publik, seperti berbagai benda yang tersimpan di museum. Padahal menurut Howard,

tiap orang juga punya latar belakang kehidupan yang bisa jadi warisan tersendiri.

Merujuk pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di

Ciloto 13 Desember 2003, heritage disepakati sebagai pusaka. Pusaka (heritage)

Indonesia meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana. Pusaka Alam

adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka Budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan

karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah air Indonesia, secara

sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain

sepanjang sejarah keberadaannya.

Pusaka Budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud

(intangible). Pusaka Saujana adalah gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam

(32)

cultural landscape (saujana budaya), yakni menitikberatkan pada keterkaitan antara

budaya dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud

dan tidak berwujud.

Berpegang pada paparan di atas, folklor dalam bentuk cerita rakyat, tarian, kulinari,

musik tradisional, dan lainnya masuk dalam pusaka budaya yang dalam bahasa kerennya

disebut heritage. Selanjutnya, Howard mengingatkan bahwa peninggalan atau warisan

orang per orang pun masuk dalam katagori heritage. Terserah pada keluarga mereka

apakah akan menyimpan dan memelihara kenangan atas, katakan, kakek atau nenek

mereka. Baik itu dalam bentuk petuah, buku harian, koleksi buku, etos kerja, mobil tua,

album foto, dll.

Khusus untuk gedung atau bangunan tua, yang bisa dikategorikan sebagai pusaka

kota, kita bisa mengacu pada UU No 5 Tahun 1992, tentang Cagar Budaya. Dalam UU

itu, kategori gedung atau bangunan yang berusia di atas 50 tahun bisa dimasukkan

sebagai cagar budaya yang keberadaannya harus dilindungi dan dilestarikan.

2.6.1 Peraturan Pemerintah Mengenai Heritage

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang

Cagar Budaya Pasal 1 mengatakan bahwa :

1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar

Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,

(33)

keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan.

2. Benda Cagar Budaya adalah benda alam atau benda buatan manusia, baik

bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok dan

bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan

dan sejarah perkembangan manusia.

3. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau

tidak berdinding dan beratap.

4. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau

benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu

dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.

5. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat atau di air yang

mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar

Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

6. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs

Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan memperlihatkan ciri tata

ruang yang khas.

7. Kepemilikan adalah hak terkuat dan terpenuh terhadap Cagar Budaya dengan

(34)

8. Penguasaan adalah pemberian wewenang dari pemilik kepada Pemerintah,

Pemerintah Daerah, atau setiap orang untuk mengelola Cagar Budaya dengan

tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.

9. Dikuasai oleh Negara adalah kewenangan tertinggi yang dimiliki oleh negara

dalam menyelenggarakan pengaturan perbuatan hukum berkenaan dengan

pelestarian Cagar Budaya.

10. Pengalihan adalah proses pemindahan hak kepemilikan atau penguasaan Cagar

Budaya dari setiap orang kepada setiap orang lain atau kepada negara.

11. Kompensasi adalah imbalan berupa uang atau bukan uang dari Pemerintah atau

Pemerintah Daerah.

12. Insentif adalah dukungan berupa advokasi, perbantuan, atau bentuk lain bersifat

nondana untuk mendorong pelestarian Cagar Budaya dari Pemerintah atau

Pemerintah Daerah.

13. Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang

ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi

penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan Cagar Budaya.

14. Tenaga Ahli Pelestarian adalah orang yang karena kompetensi keahlian

khususnya atau memiliki sertifikat di bidang Pelindungan, Pengembangan, atau

(35)

15. Kurator adalah orang yang karena kompetensi keahliannya bertanggung jawab

dalam pengelolaan koleksi museum.

16. Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda, bangunan, struktur, lokasi, dan

satuan ruang geografis untuk diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada

pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri dan

selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.

17. Penetapan adalah pemberian status Cagar Budaya terhadap benda, bangunan,

struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang dilakukan oleh pemerintah

kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya.

18. Register Nasional Cagar Budaya adalah daftar resmi kekayaan budaya bangsa

berupa Cagar Budaya yang berada di dalam dan di luar negeri.

19. Penghapusan adalah tindakan menghapus status Cagar Budaya dari Register

Nasional Cagar Budaya.

20. Cagar Budaya Nasional adalah Cagar Budaya peringkat nasional yang ditetapkan

Menteri sebagai prioritas nasional.

21. Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan

memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan,

(36)

22. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar

Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan

memanfaatkannya.

23. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,

kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi,

Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.

24. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan menanggulangi Cagar Budaya

dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

25. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah Cagar Budaya dari ancaman

dan gangguan.

26. Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan

Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

27. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik Cagar

Budaya tetap lestari.

28. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar Budaya,

Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan

keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan teknik pengerjaan untuk memperpanjang

(37)

29. Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar

Budaya serta pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi

secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian.

30. Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan metode

yang sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan bagi

kepentingan Pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan, dan pengembangan

kebudayaan.

31. Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan

kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru

yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

32. Adaptasi adalah upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih

sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang

tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada

bagian yang mempunyai nilai penting.

33. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan

sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

34. Perbanyakan adalah kegiatan duplikasi langsung terhadap Benda Cagar, Budaya,

Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya, baik seluruh maupun

(38)

35. Setiap orang adalah perseorangan, kelompok orang, masyarakat, badan usaha

berbadan hukum atau badan usaha bukan berbadan hukum.

36. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

37. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau wali kota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kebudayaan.

Di dalam Pasal 5 mengatakan bahwa :

Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya,

Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:

1. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih.

2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun.

3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan

kebudayaan.

(39)

Di dalam Pasal 7 mengatakan bahwa :

Bangunan Cagar Budaya dapat :

1. Berunsur tunggal atau banyak.

2. Berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.

2.7 Peraturan pemerintah untuk pelestarian bangunan bersejarah

Bangunan bersejarah mempunyai nilai yang sangat penting bagi suatu negara

karena merupakan salah satu objek yang bisa mendukung di dalam sektor pariwisata

sehingga perlu dijaga dan dilestarikan dengan sebaik mungkin. Pelstarian bangunan

bersejarah juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan tetapi haruslah dilakukan

sesuai dengan peraturan pemerintah.

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Pasal 53-55

mengenai pelestarian bangunan bersejarah sebagai salah satu cagar budaya yaitu :

1. Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang

dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif.

2. Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan

oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan etika pelestarian.

3. Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan kemungkinan

(40)

4. Pelestarian Cagar Budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian

sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan

keasliannya.

5. Setiap orang berhak memperoleh dukungan teknis atau kepakaran dari

Pemerintah atau Pemerintah Daerah atas upaya Pelestarian Cagar Budaya yang

dimiliki atau yang dikuasai.

6. Setiap orang dilarang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau

(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN SEJARAH TJONG A FIE

3.1 Sejarah Tjong A Fie

Tjong A Fie dilahirkan dengan nama Tjong Fung Nam

di

yang sederhana. Bersama kakaknya

meninggalkan bangku

mendapatkan pendidikan seadanya, tetapi Tjong A Fie sangat cerdas dan menguasai

cara-cara

Tjong A Fie datang pada tahun kelima sejak dimulainya sejarah pengapalan kuli

Cina ke Tanah Deli pada tahun 1875. Sejak itu, pertumbuhan perantau Cina tumbuh

pesat di Kota Medan. Pada saat itu ia baru berusia 18 tahun berbekal 10dolar perak uang

Manchu yang diikatkan ke ikat pinggangnya, Tjong A Fie memutuskan untuk merantau

ke

meninggalkan kampung halamannya, menyusul kakaknya

terlebih dahulu datang ke Medan dan tinggal selama 5 tahun. Tjong A Fie adalah

seorang yang berwatak mandiri dan tidak mau menggantungkan diri pada orang lain

terutama kepada kakaknya, pada saat itu sudah

(42)

Tjong A Fie bekerja di toko milik teman kakaknya yang bernama Tjong Sui Fo.

Di toko tersebut, Tjong A Fie bekerja dari memegang buku, melayani pelanggan,

menagih utang serta tugas-tugas lainnya. Ia dikenal pandai bergaul, tidak hanya dengan

orang

mulai belajar berbicara dengan

masyarakat di tanah

Tjong A Fie tumbuh menjadi sosok yang tangguh, menjauhi candu, judi,

mabuk-mabukan dan pelacuran. Ia menjadi teladan dan menampilkan watak

antara orang Tionghoa dengan etnis lain. Di daerah perkebunan milik Belanda sering

terjadi keributan di kalangan buruh yang menimbulkan kekacauan. Karena

kemampuannya, Tjong A Fie sering diminta Belanda untuk membantu mengatasi

masalah-masalah tersebut. Ia lalu diangkat menjadi

Medan. Tjong A Fie membangun rumahnya di Kesawan, di atas bekas persawahan

penduduk lokal yang masih banyak pacet, dan kemudian berkembang menjadi pusat

bisnis baru.

Karena kejeliaannya melihat peluang bisnis, maka pada tahun 1886 Tjong A Fie

kemudian memindahkan pusat imperium bisnisnya ke Medan. Kala itu, Medan hanyalah

sebuah kampung kecil yang berada diantara Sungai Deli dan Sungai Babura.

Di sini ia bekerja keras dan giat membangun relasi, hingga kemudian terkenal

(43)

di Asia Tenggara. Lebih dari itu, A Fie dianggap sebagai salah satu pendiri Kota Medan.

Perusahaannya mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan. Meskipun ia bukan

satu-satunya yang terkaya di Medan, tapi kedermawanan dan kepemimpinannya sebagai

Kapitan China (Majoor der Chineezen), membuat namanya istimewa.

Di tanah Deli, Tjong A Fie mempunyai pergaulan yang luas dan terkenal sebagai

pedagang yang luwes dan dermawan, ia kemudian membina hubungan yang baik dengan

Sultan Deli, Makmoen Al Rasjid Perkasa Alamsjah dan Tuanku Raja Moeda. Atas

kesetiakawanan yang tinggi, maka Tjong A Fie berhasil menjadi orang kepercayaan

Sultan Deli dan mulai menangani beberapa urusan bisnis. Pengaruhnya terbentang mulai

dari Sumatera, Jawa, Penang, Hongkong, Cina, hingga daratan Eropa. Jabatan Major

Cina membuatnya banyak berurusan dengan masalah hubungan kerja, persengketaan,

dan masalah-masalah sosial lainnya. Ia dianggap bijak memberi solusi untuk setiap

persoalan yang muncul sebagai akibat pertumbuhan industri di Tanah Deli dan

ikutannya ke luar negeri.

Dengan demikian ia memperoleh reputasi yang baik dan terkenal di seluruh Deli.

Ia terkenal baik di kalangan pedagang maupun orang Eropa, serta pejabat pemerintah

setempat. Hubungan yang baik dengan Sultan Deli ini menjadi awal sukses Tjong A Fie

dalam dunia bisnis. Sultan memberinya konsesi penyediaan atap daun nipah untuk

keperluan perkebunan tembakau antara lain untuk pembuatan bangsal. Dengan

(44)

dan cultuurraad

Hindia Belanda untuk urusan Tiongkok.

Karena dinilai kaya raya dan punya hubungan baik dengan Sultan Deli,

pemerintah Belanda menganugrahinya pangkat Letnan, tercatat pada tanggal 4

September 1885. Ini merupakan jabatan bergengsi bagi orang-orang Cina di Tanah Deli.

Tak lama kemudian Tjong A Fie ditunjuk sebagai kepala orang-orang Cina Tanah Deli.

Sewaktu menjabat sebagai Kapitan Cina, Tjong A Fie ikut mengoperasikan

tempat perjudian yang disahkan pemerintah dan hampir tiga puluh rumah bordil. Di

Amsterdam, dia menjadi salah seorang pendiri Institut Kolonial yang kini bernama

Institut Tropis Kerajaan (Koninklijk Instituut voor de Tropen).

Di propinsi Nanking, Cina, Tjong A Fie membangun sebuah pabrik, untuk

mendorong perindustrian di sana. Atas jasa-jasanya yang begitu besar pada Kerajaan

Cina, Tjong A Fie diangkat menjadi bangsawan dengan gelar Tjie Voe, dan pada tahun

1911 gelar itu dinaikkan lagi menjadi To Thay. Keluhuran budi Tjong A Fie juga

diperlihatkannya ketika dia membangun kuburan khusus untuk orang-orang Cina di

Medan. Pasalnya, ketika jalur kereta api Medan-Belawan dibangun, Tjong A Fie sering

menerima laporan kalau para pekerja sering menemukan tengkorak orang Cina. dan

untuk menghormati jenasah orang-orang Cina itulah, dia kemudian membangun

pekuburan Cina di daerah Pulo Brayan, Medan. Selain itu Tjong A Fie ternyata punya

(45)

Tjong A Fie menjadi orang Tionghoa pertama yang memiliki perkebunan

tembakau. Ia juga mengembangkan usahanya di bidang perkebunan teh di Bandar Baroe,

di samping perkebunan teh si Boelan. Ia juga memiliki perkebunan kelapa yang sangat

luas. Di Sumatera Barat ia menanamkan modalnya di bidang pertambangan di daerah

Sawah Luntoh, Bukit Tinggi.

Ketika masih berada di Tiongkok, Tjong A Fie telah menikahi

seorang

dari

Tjong Kwei-Jin. Namun istri keduanya meninggal dunia. Untuk ketiga kalinya ia

menikah dengan Lim Koei Yap dari

perkebunan tembakau di

memiliki tujuh orang anak, yakni Tjong Foek-Yin (Queeny), Tjong Fa-Liong, Tjong

Khian-Liong, Tjong Kaet Liong (Munchung), Tjong Lie Liong (Kocik), Tjong See Yin

(Noni) dan Tjong Tsoeng-Liong (Adek).

Bersama kakaknya Tjong Yong Hian, Tjong A Fie bekerjasama dengan Tio Tiaw

Siat alias Chang Pi Shih, paman sekaligus konsul Tiongkok di Singapura mendirikan

perusahaan kereta api The Chow-Chow & Swatow Railyway Co.Ltd. di daerah

Tiongkok Selatan yang menghubungkan kedua kota tersebut. Untuk jasanya mereka

sempat bertemu muka dengan ibu suri Tsu His di Beixing.

Pada 4 Februari 1921, Tjong A Fie meninggal dunia karena apopleksia atau

(46)

gempar dan turut berkabung, ribuan orang pelayat datang berduyun-duyun bukan saja

dari kota Medan, tetapi dari berbagai kota di Sumatera Timur, Aceh, Padang, Penang,

Malaysia, Singapura dan Pulau Jawa. Upacara pemakamannya berlangsung dengan

megah dan penuh kebesaran sesuai dengan tradisi dan kedudukannya pada masa itu.

Karena kedermawanannya, tanpa membeda-bedakan bangsa, ras, agama dan asal-usul,

Tjong A Fie telah menjadi legenda dan namanya dikenang oleh penduduk kota Medan

dan sekitarnya.

Empat bulan sebelum meninggal dunia, Tjong A Fie telah membuat surat wasiat

di hadapan notaris Dirk Johan Facquin den Grave. Isinya adalah mewariskan seluruh

kekayaannya di Sumatera maupun di luar Sumatera kepada Yayasan Toen Moek Tong

yang harus didirikan di Medan dan Sungkow pada saat ia meninggal dunia. Yayasan

yang berkedudukan di Medan diminta untuk melakukan lima hal. Tiga diantaranya

untuk memberikan bantuan keuangan kepada kaum muda yang berbakat dan

berkelakuan baik serta ingin menyelesaikan pendidikannya, tanpa membedakan

kebangsaan. Yayasan ini juga harus membantu mereka yang tidak mampu bekerja

dengan baik karena cacat tubuh, buta, atau menderita penyakit berat. Juga yayasan

diharapkan membantu para korban bencana alam tanpa memandang kebangsaan atau

etnisnya.

Tjong A Fie dikenal sangat berjasa dalam membangun

saat itu dinamakan

Beberapa jasanya dalam usaha mengembangkan kota Medan adalah menyumbangkan

(47)

tahun 1908 ini didesain oleh Hulswit & Fermont Weltevreden bersama Ed Cuypers

Amsterdam. Pembangunannya diikuti oleh pembangunan Kantor Pos Besar pada tahun

1909-1911, yang didesain oleh Snuyf, kepala Departemen Pekerjaan Umum. Pada tahun

1910, Javasche Bank yang juga didesain Hulswit & Fermont Weltevreden + Ed Cuypers

Amsterdam, berdiri, pembanguna

Ia dikenal pula sebagai pelopor industri perkebunan dan transportasi kereta api

pertama di

Medan dengan pelabuhan

dengan masyarakat

orang. Sebagai dermawan, ia banyak menyumbang untuk warga yang kurang mampu. Ia

sangat menghormati warga

ibadah yakni

hari-hari besar keagamaan bersama mereka. Nama Tjong A Fie pernah akan dijadikan

sebagai nama sebuah jalan di kota Medan, tapi dibatalkan dan jalan itu menjadi Jalan

K.H.

3.2 Potensi Rumah Tjong A Fie Sebagai Objek Wisata

Rumah Tjong A Fie terletak di Jalan Ahmad Yani Medan atau di kawasan

(48)

peninggalan zaman penjajahan dahulu. Kita bisa mengenali bangunan-bangunan tersebut

dari arsitekturnya yang unik dan berbeda dengan arsitektur zaman sekarang, tetapi

sayang banyak bangunan-bangunan ini sudah tidak terurus bahkan sudah dijadikan

sebagai gedung-gedung perkantoran, padahal bila dilestarikan dan dirawat maka akan

mennunjang sektor pariwisata di Kota Medan.

Salah satu bangunan tua atau bangunan bersejarah yang masih sangat terawat

hingga kini adalah Rumah Tjong A Fie. Rumah ini sangat mudah dikenali karena sangat

berbeda dengan rumah-rumah yang ada di sekitarnya dengan arsitektur Tiongkok sangat

kental di bagian atap dan juga pintu gerbangnya.

Rumah Tjong A Fie yang sebelumnya tidak dibuka untuk umum memiliki daya

tarik atau potensi tersendiri. Potensi yang dimiliki oleh rumah ini bisa kita lihat dari

arsitektur rumah yang megah, perabotan-perabotan yang masih asli yang dipakai oleh

Tjong A Fie dan keluarganya semasa hidup, foto-foto Tjong A Fie bersama dengan

pembesar-pembesar sampai foto-foto keluarga yang bersifat pribadi misalnya foto

pernikahan anak-anaknya, foto pernikahan cucu-cucunya dan sebagainya.

3.3 Upaya Pengembangan Rumah Tjong A Fie Sebagai Cagar Budaya

Sebelumnya rumah Tjong A Fie tidak pernah dibuka untuk umum dikarenakan

alasan keamanan mengingat usianya yang sudah lebih 100 tahun. Tetapi pada tanggal 18

Agustus 2009 rumah Tjong A Fie telah dibuka untuk umum. Pembukaan rumah ini

(49)

Exhibition” yang pertama kali dilaksanakan sejak wafatnya Tjong A Fie 88 tahun yang

lalu.

Setelah melalui diskusi keluarga, Fon Prawira alias “Munchong” yang

merupakan cucu Tjong A Fie dari anak keempat pernikahannya dengan Liem Koei Yap

di daulat sebagai penanggungjawab pengelolaan keseluruhan rumah yang akhirnya di

tetapkan pemerintah sebagai cagar budaya sejak tahun 1999. Campur tangan UNESCO

disebut-sebut berpengaruh dalam penetapannya sebagai bagian dari sejarah yang harus

dilestarikan.

Di dalam proses pengembangannya, rumah Tjong A Fie saat ini dikelola hampir

sepenuhnya oleh pihak keluarga yaitu sekitar 90% sedangkan sisa 10% lagi dikelola oleh

pemerintah. Wallpaper yang dulunya melekat di dinding rumah Tjong A Fie telah

dilepaskan dan di ganti dengan cat permanen, ini dikarenakan sudah kusamnya dan ada

bagian-bagian yang robek membuat keadaan rumah tersebut terlihat tidak menarik dan

tidak terurus. Rumah Tjong A Fie diperbaharui cat rumahnya setiap tahunnya oleh

petugas dari pemerintah. Patung-patung singa yang berada di pintu gerbangnya

dibersihkan setiap hari oleh petugas yang ada, serta beberapa barang yang lainnya

layaknya membersihkan sebuah rumah pada umumnya. Selain itu foto-foto Tjong A Fie

bersama para pembesar-pembesar jaman dulu maupun dengan keluarga juga dipajang

dengan baik dan rapi agar setiap pengunjung dapat melihatnya dengan nyaman.

Perabotan-perabotan yang masih asli, yang dipakai semasa hidupnya juga diletakkan

sesuai dengan tempatnya terdahulu meskipun ada beberapa perabotan-perabotan yang

(50)

Di lantai dua rumah Tjong A Fie, kita hanya bisa melihat foto-foto keluarga

Tjong A Fie dan beberapa piala juara dari anak-anak Tjong A Fie. Di lantai dua rumah

ini tidak diletakkan perabotan maupun benda-benda yang berbeban berat dikarenakan

dijaga kelestarian lantai ruangan yang terbuat dari kayu yang masih asli, tetapi kayu

tersebut masih kokoh dan kuat.

Salah satu usaha pengembangan rumah Tjong A Fie yang terbaru adalah

beberapa ruangan rumah Tjong A Fie akan disulap dan dijadikan sebagai cafe yang

menyajikan beberapa macam makanan peranakan. Kemungkinan cafe ini akan segera

dibuka dalam tahun ini. Bagian-bagian dalam ruangan ini tidak akan diubah

arsitekturnya tetapi tetap dipertahankan sehingga terdapat suasana jaman dulu yang bisa

kita rasakan pada saat kita menikmati makanan khas peranakan, hanya saja akan

(51)

BAB IV

RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA

BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN

4.1 Keunikan dari rumah Tjong A Fie

Terletak di Jalan Ahmad Yani di Medan, kawasan Kesawan, rumah Tjong A

Fie ini selesai dibangun sebesar luas sekarang pada tahun

menunjukkan pengaruh campuran

juga dermawan, Major Tjong A Fie kini menjadi salah satu ikon kota Medan.

Bentuk rumah ini sangat mirip dengan rumah Cheong Fatt Tze, famili mereka yang

merupakan

Rumah tersebut memang mempunyai desain yang unik dan penuh improvisasi.

Bila melihat dari depan rumah Tjong A Fie, tampak adanya perpaduan arsitektur

bergaya Eropa, China, dan lokal. Rumah tersebut memang menggambarkan sosok si

pemilik yang berasal dari negeri China, pengembara yang sukses mengembangkan hasil

perkebunan pada zaman penjajahan Belanda. Rumah Tjong A Fie kaya akan

ornament-ornamen pada pembatas ruangannya serta ukiran pada kayunya, menunjukan fragmen

cerita tradisional China.

Luas Bangunan rumah Tjong A Fie lebih kurang 2.200 meter persegi. Di

tengah-tengah rumah terdapat plasa bergaya Eropa, sempat dibanggakan oleh sang anak sendiri.

(52)

yang dicahayai dengan sangat melimpah. Ada taman indah yang menghubungkan rumah

dengan jalan raya di depannya “, demikian penuturan Queeny Chang, anak Tjong A Fie,

dalam bukunya yang berjudul Memories of a Nonya. Bangunan itu memiliki ukiran kayu

yang indah dan memiliki dua patung singa yang terletak di dekat gerbang.

4.1.1 Keunikan dari Segi Sejarah

Tjong A Fie adalah salah satu tokoh jaman dulu yang memiliki cerita kehidupan

atau sejarah yang unik. Dia berasal dari keluarga yang pas-pasan dan juga dia adalah

seorang yang tidak menyelesaikan sekolahnya, tetapi ingin mencoba hal lain. Seperti

halnya orang lain yang ingin mencoba peruntungan di negeri orang lain, maka Tjong A

Fie datang ke Indonesia untuk mencoba peruntungan itu.

Hari berganti hari dan tahun berganti tahun, berkat kegigihannya dan juga

semangat kerja kerasnya, akhirnya Tjong A Fie menjadi seorang yang berhasil bahkan

dia dipercaya menjadi seorang letnan atau kepala orang cina yang ada di Medan.

Selain itu, Tjong A Fie juga dikenal sebagai seorang yang ramah dan pandai, dia

berteman dengan siapa saja tanpa memandang suku bangsa, agama serta status sosial

mereka. Ini dibuktikan dengan banyaknya campur tangan Tjong A fie didalam

pembangunan beberapa Mesjid di Medan, serta Tjong A Fie juga bersahabat karib

dengan sang Sultan Deli. Karena sifatnya tersebut Tjong A Fie sangat disegani oleh

masyarakat maupun pembesar-pembesar jaman dulu.

Kepintaran yang dimiliki oleh Tjong A fie juga membawa dia menjadi seorang

(53)

industrialis Tionghoa yang paling dihormati di Asia Tenggara, dia juga memiliki kebun

tembakau sendiri sehingga dia menjadi orang cina terkaya di Medan.

4.1.2 Keunikan dari Segi Arsitektur

Dikarenakan Tjong A Fie adalah salah satu orang terkaya di Medan dan juga

mempunyai banyak kenalan orang-orang penting pada masa itu, maka dia harus

menyesuaikan rumahnya untuk menerima tamu-tamu penting yang berasal dari berbagai

kalangan dalam menyambut mereka untuk acara-acara tertentu.

Rumah Tjong A Fie dibangun dengan megah dan luas yang seperti sekarang.

Arsitektur yang terdapat di dalam rumah merupaka gabiungan dari seni arsitektur China,

Eropa dan juga melayu. Arsitektur Chinanya tampak dari ornamen-ornamen rumahnya,

lampion-lampion, serta terdapat huruf-huruf tulisan cina. Begitu memasuki pekarangan

yang bagian tengahnya ditumbuhi bunga berbentuk melingkar, kita akan tiba di teras

depan dengan langit-langit yang sangat tinggi. Disini kita akan bertemu dengan pintu

besar yang bagian atasnya berbentuk bundar. Pintu ini berasal dari kayu jati yang di

pesan langsung dari daratan China, terdiri dari dua bagian yang sekelilingnya diberi

ukiran bertuliskan huruf China. Sesuai dengan Fengshui, pintu ini berfungsi untuk

menghimpun semua energi positif untuk masuk ke dalamnya. Pintu ini juga dibuat lebar,

untuk memudahkan pengangkutan barang-barang berskala besar. Di samping kiri dan

kanan pintu gerbang ini terdapat dua patung singa khas cina. Pada bagian atap juga

(54)

Arsitektur yang berasal dari Eropa dapat kita lihat dari lantai tegel yang berasal

dari Italia yang dilukis dengan tangan, serta beberapa perabotan yang ada di

ruangan-ruangannya.

Sedangkan dari arsitektur Melayu dapat kita liahat dari bentuk jendela yang

terdapat di rumah Tjong A Fie, serta warna cat rumahnya yaitu warna hijau dan putih

kekuning-kuningan yang bermakna kesuburan.

Tjong A Fie mansion terbagi menjadi 3 bangunan utama, yaitu gedung bagian

kiri, tengah, dan kanan. Gedung bagian kanan dan tengah terbuka bagi pengunjung,

sedangkan gedung bagian kiri tertutup bagi wisatawan mengingat gedung ini masih

dihuni oleh keluarga dan kerabat Tjong A Fie. Ruangan terasa sejuk karena tinggi

plafond yang mencapai 6 meter dan ukuran jendela yang besar-besar. Di bagian kiri kita

bisa menemukan seperangkat kursi lengkap dengan meja kecil berbahan metal. Tak jauh

dari situ, terdapat sebuah lemari tua yang berisi aneka jenis foto tua. Kebanyakan foto

itu berisi aktivitas Tjong A Fie dengan keluarganya. Sedang di dindingnya terdapat

beberapa foto dalam ukuran besar berlapis kaca. Di salah satu bagian, terpampang jelas

foto Tjong A Fie yang terlihat gagah bersanding dengan foto istri ketiganya Liem Koei

Yap.

Sedangkan di bagian kanan rumah, terdapat seperangkat perabotan tua dengan

latar belakang sebuah jendela besar yang jarang di buka. Berbeda dengan sisi kiri,

(55)

Dari semua sisi ruangan, bagian tengah merupakan bagian yang paling mewah.

Sebuah sofa berwarna merah lengkap dengan pembatas ruangan ber-ornamen etnis

China yang juga berwarna merah tampak begitu mendominasi. Biasanya, di tempat ini

para tamu akan dijamu oleh tuan rumah.

Dan, apabila kita melangkah lebih jauh melewati pembatas ruangan bagian

tengah, kita akan menemukan sepetak ruang kosong beratapkan langit, yang di

pinggirnya dipenuhi bunga aneka warna. Bangunan ini menjadi khas, karena terdapat 4

buah kayu jati berdiameter 0,5 m yang berfungsi sebagai penopang bangunan yang

bagian belakangnya terdiri dari 2 lantai. Kemiripan 4 tiang penopang tersebut dibuatkan

pada sebuah mesjid di daerah kesawan, Medan, yang terkenal dengan sebutan “ Mesjid

Bengkok ”. Kabarnya, sebagian dana pembuatan masjid berasal dari sumbangan pribadi

seorang Tjong A Fie.

4.1.3 Keunikan dari Segi Budaya

Di dalam hidupnya Tjong A Fie adalah seorang yang sangat menghormati dan

menghargai budayanya sendiri maupun budaya orang lain. Meskipun Tjong A Fie telah

bermukim ke Indonesia tetapi beliau tidak pernah melupakan budayanya. Terdapat dua

ruangan di dalam rumah Tjong A fie yang dijadikan sebagai tempat untuk

bersembahyang. Satu ruangan di lantai satu dipergunakan untuk altar tempat

sembahyang dan menaruh papan nama leluhur yang sudah meninggal, sedangkan di

lantai dua terdapat altar tempat sembahyang bagi dewa, konon di tempat inilah Tjong A

(56)

diharuskan untuk berkata jujur, apabila ada yang berkata bohong maka dewa akan

mengetahuinya dan akan memberikan hukuman.

Di dalam rumah Tjong A fie juga terdapat beberapa ruangan khusus untuk

menerima tamunya. Ruangan-ruangan ini disesuaikan perabotannya maupun suasananya

dalam menyambut tamu-tamunya. Di dalam menyambut tamu yang berasal dari China,

maka ruangan tamunya diisi oleh berbagai perabotan-perabotan yang khas memiliki

unsur cina dan diimport langsung dari China. Sedangkan untuk tamu-tamunya yang

berkebangsaan Melayu, maka dikhususkan satu ruang tamu yang juga diisi dengan

perabotan-perabotan khas Melayu. Ruang tamu ini terdapat di lantai satu. Ruang tamu

khusus untuk pejabat-pejabat Eropa berada di lantai dua, ruangannya dibuat dengan

besar lenkap dengan ballroom diperuntukan untuk acara dansa.

Berada di jantung rumah tersebut terdapat satu ruangan utama yang luasnya

melebihi ketiga ruang tamu yang lainnya. Ruang tamu ini diperuntukan untuk menerima

tamu yang bersifat umum atau ketika berkumpulnya semua tamu Tjong A Fie yang

berasal dari ketiga suku bangsa tersebut.

Ruang-ruang tamu tersebut dibuat oleh Tjong A Fie sedemikian rupa untuk

menghormati dan menghargai budaya dari para tamu-tamunya yang berkebangsaan

(57)

4.2 Upaya Pemerintah Setempat Mengembangkan dan Menjaga Rumah Tjong

A Fie Salah Satu Bangunan Bersejarah di Kota Medan

Rumah Tjong A Fie sebagian besar dikelola oleh pihak keluarga, apabila ada

campur tangan dari pemerintah itu pun hanya sedikit saja. Salah satu upaya pemerintah

dalam mengembangkan dan menjaga Rumah Tjong A Fie sebagai salah satu bangunan

bersejarah Kota Medan adalah dibukanya rumah Tjong A Fie sebagai salah satu objek

wisata bagi umum. Rumah Tjong A Fie juga tidak boleh berubah fungsi karena telah

dilindungi oleh Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan

dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur dan Kepurbakalaan. Tidak banyak

upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan dan menjaganya.

4.3 Kendala yang Dihadapi

Rumah Tjong A Fie memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar, namun

sejauh ini masih kurang dikembangkan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor yang menjadi kendala pengembangan objek wisata tersebut. Kendala-kendala

tersebut adalah :

1. Faktor usia dan kurangnya bantuan

Rumah Tjong A Fie yang masih berdiri dengan kokohnya itu sudah mulai lapuk

dikarenakan faktor usia. Di dalam sepuluh tahun terakhir ini tidak ada bantuan

biaya renovasi. Padahal, ahli waris sudah menyampaikan permohonan bantuan

tersebut kepada pihak pemerintah maupun swasta. Pihak keluarga tidak berani

(58)

total di kawasan bangunan seluas 3.000 meter persegi ini. Dari pihak Badan

Warisan Sumatera pernah menyarankan agar rumah tersebut di renovasi.

Berdasarkan pembicaraan awal dengan konsultan arsitektur, renovasi total

bangunan ini membutuhkan sedikitnya Rp 3 miliar. Pihak keluarga tidak mampu

mengeluarkan uang sebanyak itu jika tidak ada bantuan sama sekali.

2. Kurangnya promosi

Salah satu untuk memperkenalkan suatu objek wisata adalah dengan melakukan

promosi supaya lebih dikenal oleh umum dan dapat menarik minat wisatwan

untuk mengunjunginya. Dalam hal promosi rumah Tjong A Fie sudah pernah

dilakukan pembukaan untuk umum pasalnya rumah tersebut sebelumnya tidak

diperuntukan untuk umum. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat di

Kota Medan yang tidak mengetahuinya.

3. Kurang terawatnya

Menarik, bersih adalah salah satu faktor yang membuat wisatawan tertarik

kepada suatu objek dan mempunyai suatu keinginan untuk mengunjunginya.

Rumah Tjong A Fie memang masih terlihat sangat megah dan cukup indah,

tetapi kurang terawat. Hal ini bisa kita lihat pada saat kita memasuki pekarangan

rumahnya, taman bunga dan pekarangan rumahnya sedikit kotor, tidak ada lagi

bunga yang bisa dilihat serta pada beberapa bagian taman bunga terdapat rumpur

liar yang sangat menganggu pemandangan. Selain itu, sistem sanitasi rumah juga

(59)

4. Kurangnya campur tangan dari pemerintah

Pemerintah telah menetapkan rumah Tjong A Fie beserta segala perabotan yang

ada di dalamnya sebagai salah satu bangunan tua yang harus dilindungi dan

dilestarikan, serta turut serta dalam pembukaan rumah Tjong A Fie untuk umum.

Namun, ketika rumah tersebut membutuhkan renovasi dalam

mempertahankannya agar tidak rusak, pemerimtah sama sekali tidak begitu ikut

serta. Begitu juga didalam hal promosi, pemerintah hanya mempromosikannya

melalui brosur-brosur saja dan di dalam brosur tersebut hanya beerisi sedikit

(60)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai banyak sekali objek-objek

wisata yang menarik, salah satunya adalah bangunan bersejarah atau biasa disebut

sebagai bangunan tua peninggalan kolonial Belanda dulu. Salah satu kota yang tidak

luput adalah Kota Medan. Kota Medan juga mempunyai banyak sekali

bangunan-bangunan tua yang bisa kita lihat sampai sekarang. Salah satunya adalah rumah Tjong A

Fie. Rumah ini sangat mencolok karena bangunannya yang sangat khas Tiongkok.

Rumah ini dulunya adalah rumah seorang miliuner Tionkok yang bernama Tjong A Fie.

Beliau adalah seorang perantau yang dapat untuk mengadu nasib di Indonesia dan beliau

berhasil menjadi sukses sehingga beliau menjadi salah satu tokoh yang sangat terkenal

hingga kini.

Rumah yang ditinggalinya kini telah menjadi salah satu objek wisata bangunan

bersejarah di Kota Medan dikarenakan rumah tersebut adalah rumah tua dan mempunyai

nilai sejarah yang sangat terkenal. Bentuk serta bangunan rumah tersebut juga unik

sehingga mempunyai daya tarik sendiri. Perabotan-perabotan yang dipakai oleh Tjong A

Fie juga masih bisa kita lihat apabila kita berkunjung ke rumah tersebut. Rumah yang

luas tersebut dibangun dengan menggabungkan tiga seni arsitektur yaitu China, Eropa

dan juga Melayu. Kita juga bisa melihat kebesaran-kebesaranya pada saat kita

(61)

Yang namanya bangunan tua, bisa rusak dan rubuh kapan saja. Rumah tersebut

mulai terlihat kurang terawat dengan adanya beberapa bagian yang dimakan rayap, juga

Referensi

Dokumen terkait

Beragam objek wisata sejarah yang ada hanya memberikan pengalaman masa lalu tanpa memberikan pemahaman mengenai sejarah tersebut, hal ini penting sebagai bahan evaluasi

Sehubungan dengan upaya peningkatan kepariwisataan di Sumatera Utara, maka penting sekali pengadaan pramuwisata pada objek-objek wisata di Sumatera Utara untuk melengkapi

Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan (2012), Brosur-brosur Pariwisata Kota Medan..

Informan yang telah memberikan kesempatan waktu, wawancara dan juga berbagi pengetahuan kepada penulis, yaitu Bapak Fon Prawira selaku Executive Director Rumah Tjong

Seluruh objek tersebut sudah termuat dalam RTRW dan RIPDA sebagai perencanaan objek wisata sejarah, namun kenyataan di lapangan pengembangan objek- objek bersejarah ini ternyata

Dari hasil analisa perbandingan, Rumah Tjong A Fie dan Rumah Cheong Fatt Tze memiliki persamaan dari karakteristik desain yang terdapat di Cina Selatan yang merupakan

Keturunan Tjong A Fie sendiri, yaitu Fon Prawira hingga saat ini masih mempertahankan bangunan Tjong A Fie Memorial Institute agar tidak jatuh ke tangan para investor

Agnes Danovar (2013) pada novelnya yang berjudul “ Kisah Hidup Queeny Chang Putri Orang Terkaya Asal Medan “, menceritakan kisah tentang kehidupan Tjong A Fie dari awal