SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC
VALUE ADDED (EVA) PADA PT. ADHI KARYA (PERSERO), Tbk DAN PT. TOTAL
BANGUN PERSADA, Tbk
OLEH
IDARNIATY BANJARNAHOR
110522061
PROGRAM STUDI STRATA-1 EKSTENSI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC
VALUE ADDED (EVA) PADA PT. ADHI KARYA (PERSERO), Tbk DAN PT. TOTAL
BANGUN PERSADA, Tbk
OLEH
Idarniaty Banjarnahor
110522061
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan EVA serta untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara penerapan analisis rasio keuangan dan metode EVA sebagai pengukur kinerja keuangan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Obyek penelitian ini adalah PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk yang terdaftar di BEI periode 2008 – 2012. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa hasil kinerja keuangan perusahaan diukur dengan analisis rasio keuangan secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih terdapat beberapa rasio yang berfluktuatif. Sedangkan hasil dari metode EVA didapatkan hasil yang positif (EVA > 0) setiap tahunnya, yang berarti bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis. Hasil perbandingan kedua metode menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang diakibatkan oleh diabaikannya biaya modal pada analisis rasio keuangan, walaupun demikian pada metode EVA yang memperhitungkan harapan – harapan para shareholder, dapat digunakan untuk mendukung analisis rasio keuangan karena keduanya menunjukkan hasil yang baik, dan mempunyai konsep yang sama.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the company’s financial performance with using financial ratio analysis and EVA as well as knowing how the comparison between the financial ratio analysis and application of the method of EVA as a measure of financial performance. The type of research used in this research is descriptive using a quantitative approach. The object of the resea rch was PT. Adhi Karya (Persero), Tbk and PT. Total Bangun Persada, Tbk registered in BEI period 2008 – 2012. Result from the study explained that the result of the company’s financial performance as measured by the overall financial ratio analysis can be said to be quite good, although there are still some fluctuation ratio. While the results of the methods of EVA obtained a positive result (EVA > 0) every year, which means that the company has succeeded in creating Economic Value Addded. Results of the comparison of the two methods explained that there were differences caused by the waiver of cost of capital on financial ratio analysis, however on the method of EVA that takes into account the shareholder expectations, can be used to support analysis of financial ratios as both showed good results, and has the same concept.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik . Adapun judul dari skripsi ini
adalah “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan menggunakan
Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya
(Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk” yang merupakan salah
satu syarat kelulusan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tersayang yang telah
memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Teruntuk mama tercinta Rosdiana Br. Lubis dan Bapak Asman
Banjarnahor yang telah memberikan kasih saying penuh kepada penulis, kepada
abang tercinta Dedi Banjarnahor yang tak pernah berhenti memberikan semangat
kepada penulis, dan kepada ketiga orang adik penulis, Corry Tri Suci
Banjarnahor, Nelly Curie Banjarnahor dan Riri Magdalena Banjarnahor.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec.,Ak selaku Dekan
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA dan Bapak
Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,
Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku dosen pembimbing yang
telah berkenan dan berbaik hati memberikan waktu, arahan, dan
bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si selaku dosen pembaca
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.
6. Kepada Bapak/Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu memberikan
informasi yang mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
7. Dan kepada teman terbaik saya Efca Dwiyanta Pasaribu, Sarah
Samosir, Juliana Simanjuntak, Antoni Tambunan, dan seluruh teman
yang banyak membantu dalam memberikan dukungan dan informasi
dalam penulisan skripsi ini serta memberikan dukungan, doa dan
motivasi agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Tidak ada yang sempurna demikian juga halnya dalam penulisan skripsi
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi penulis maupun pihak lain.
Medan, Juli 2015
DAFTAR ISI
2.2.7 Pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan ... 14
2.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added ... 30
2.4.4 Strategi meningkatkan Economic Value Added ... 31
2.4.5 Langkah menentukan Economic Value Added ... 31
2.6 Kerangka Konseptual ... 35
4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Adhi Karya (Persero), Tbk 45 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Adhi Karya (Persero), Tbk ... 45
4.1.2 Struktur Organisasi PT. Adhi Karya (Persero), Tbk ... 48
4.2 Gambaran Umum Perusahaan PT. Total Bangun Persada, Tbk 50 4.2.1 Sejarah Singkat PT. Total Bangun Persada, Tbk ... 50
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 32
3.1 Defenisi Operasional ………. ... 39 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Current Ratio)
PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 53 4.2 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Cash Ratio) PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 54 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Return On Investment) PT.
Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 56 4.4 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Return On Equity) PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 57 4.5 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Debt to Asset Ratio) PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 59 4.6 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Debt to Equity Ratio) PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 60 4.7 Hasil Perhitungan EVA (NOPAT)PT. Adhi Karya (Persero), Tbk
dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 62 4.8 Hasil Perhitungan EVA (WACC)PT. Adhi Karya (Persero), Tbk
dan PT. Total Bangun Persada, Tbk Tahun 2008, 2009, 2010,
2011, 2012 ... 63 4.9 Hasil Perhitungan EVA (Invested Capital)PT. Adhi Karya
(Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 64 4.10 Hasil Perhitungan EVA PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT.
Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011,
2012 ... 66 4.11 Hasil Perbandingan Analisis Kinerja Berdasarkan Konsep Rasio
Keuangan dan Konsep Economic Value Added pada PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 67 4.12 Hasil Perbandingan Analisis Kinerja Berdasarkan Konsep Rasio
Keuangan dan Konsep Economic Value Added pada PT. Total
DAFTAR GAMBAR
No. Tabel Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Current Ratio)
PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 82 Lampiran 2 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Cash Ratio) PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 83 Lampiran 3 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Return On Investment) PT.
Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 84 Lampiran 4 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Return On Equity) PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 85 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Debt to Asset Ratio) PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada,Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 86 Lampiran 6 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan (Debt to Equity Ratio) PT.
Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 87 Lampiran 7 Hasil Perhitungan EVA (NOPAT)PT. Adhi Karya (Persero), Tbk
dan PT. Total Bangun Persada, Tbk Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 88 Lampiran 8 Hasil Perhitungan EVA (WACC)PT. Adhi Karya (Persero), Tbk
dan PT. Total Bangun Persada, TbkTahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 89 Lampiran 9 Hasil Perhitungan EVA (Invested Capital)PT. Adhi Karya
(Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 ... 90 Lampiran 10 Hasil Perhitungan EVA PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT.
Total Bangun Persada, Tbk tahun 2008, 2009, 2010, 2011,
2012 ... 91
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC
VALUE ADDED (EVA) PADA PT. ADHI KARYA (PERSERO), Tbk DAN PT. TOTAL
BANGUN PERSADA, Tbk
OLEH
Idarniaty Banjarnahor
110522061
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan EVA serta untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara penerapan analisis rasio keuangan dan metode EVA sebagai pengukur kinerja keuangan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Obyek penelitian ini adalah PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk yang terdaftar di BEI periode 2008 – 2012. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa hasil kinerja keuangan perusahaan diukur dengan analisis rasio keuangan secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih terdapat beberapa rasio yang berfluktuatif. Sedangkan hasil dari metode EVA didapatkan hasil yang positif (EVA > 0) setiap tahunnya, yang berarti bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis. Hasil perbandingan kedua metode menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang diakibatkan oleh diabaikannya biaya modal pada analisis rasio keuangan, walaupun demikian pada metode EVA yang memperhitungkan harapan – harapan para shareholder, dapat digunakan untuk mendukung analisis rasio keuangan karena keduanya menunjukkan hasil yang baik, dan mempunyai konsep yang sama.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the company’s financial performance with using financial ratio analysis and EVA as well as knowing how the comparison between the financial ratio analysis and application of the method of EVA as a measure of financial performance. The type of research used in this research is descriptive using a quantitative approach. The object of the resea rch was PT. Adhi Karya (Persero), Tbk and PT. Total Bangun Persada, Tbk registered in BEI period 2008 – 2012. Result from the study explained that the result of the company’s financial performance as measured by the overall financial ratio analysis can be said to be quite good, although there are still some fluctuation ratio. While the results of the methods of EVA obtained a positive result (EVA > 0) every year, which means that the company has succeeded in creating Economic Value Addded. Results of the comparison of the two methods explained that there were differences caused by the waiver of cost of capital on financial ratio analysis, however on the method of EVA that takes into account the shareholder expectations, can be used to support analysis of financial ratios as both showed good results, and has the same concept.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh
laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang
penting disamping informasi lainnya seperti informasi industri, kondisi
perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya dalam
hal untuk mengukur kinerja suatu perusahaan.
Analisis kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan laporan keuangan. Informasi laporan keuangan digunakan dan
memiliki fungsi sebagai dasar pengambilan keputusan baik oleh investor maupun
calon investor.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasinya
merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis
fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang
dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang
menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Selain laba perusahaan para investor juga seringkali melihat kemampuan
aset perusahaan. Semakin besar aset perusahaan menandakan perusahaan dalam
Teknik fundamental terdiri dari beberapa alat ukur kinerja perusahaan
internal seperti menggunakan rasio dan pengukuran keuangan lainnya dan analisis
fundamental untuk pasar uang yang meliputi kondisi perekonomian secara umum.
Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada variabel analisis fundamental yang
bersifat internal untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, seperti rasio
likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas.
Untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam mengukur
kemampuannya untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aset atau aktivanya adalah menggunakan rasio likuiditas. Alat ukur
utama untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam kegiatan investasi
yang umum digunakan oleh para investor adalah rasio profitabilitas sedangkan
rasio untuk menunjukkan proporsi hutang dalam membiayai aktiva perusahaan
dengan menggunakan rasio solvabilitas. Daya tarik utama bagi pemilik
perusahaan pemegang saham terletak pada rasio profitabilitas, yang menunjukkan
hasil pengelolaan manajemen perusahaan atas dana yang diinvestasikan. Rasio
profitabilitas atau rasio keuntungan berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan
dan efektivitas operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio
likuiditas sendiri berkaitan dengan kemampuan aktivitas perusahaan. Dan rasio
solvabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban.
Investor dalam melakukan investasi tentunya perlu melihat apakah
perusahaan yang akan dijadikan tempat kegiatan investasi memiliki kinerja yang
memberikan tingkat pengembalian saham yang diharapkan. Untuk dapat
mengetahui kinerja sebuah perusahaan diperlukan metode penilaian kerja yang
mampu mengukur seberapa baik kinerja yang dimiliki sebuah perusahaan.
Metode analisis kinerja ada 2 macam yaitu metode Rasio Keuangan yang
terdiri dari Current Ratio (CuR), Cash Ratio (CR), Return on Investment (ROI),
Return on Equity (ROE), Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER)
dan metode Value Based yaitu Economic Value Added (EVA).
Metode Rasio Keuangan sering menggunakan laba dan arus kas serta
aktivitas perusahaan sebagai indikator utama keberhasilan kinerja suatu
perusahaan. Metode Value Based dinilai lebih baik karena mempertimbangkan
resiko biaya modal yang dihadapi oleh perusahaan. Dalam metode Rasio
Keuangan pengukuran kinerja lebih menekankan pada laba perusahaan dan arus
kasnya. Perusahaan yang memiliki Return on Investment yang tinggi atau
Operating Cash Flow yang tinggi, dianggap menghasilkan kinerja yang baik,
demikian pula sebaliknya. Kekuatan kas perusahaan juga menjadi perhitungan
perusahaan. Namun, sebenarnya tidak semudah itu sebab pengukuran dengan
metode Rasio Keuangan memiliki kelemahan yang berasal dari metode
pencatatan akuntansi.
Semakin banyaknya kritikan atas pengukuran kinerja Rasio Keuangan
menyebabkan munculnya berbagai metode penilaian kinerja baru, yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada metode penelitian
kinerja tradisional yang menggunakan pengukuran akuntansi. Salah satunya
Metode ini yang paling dikenal adalah EVA (Economic Value Added). EVA
mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara
mengurangi laba operasi setelah pajak dengan biaya modal (cost of capital),
dimana biaya modal mencerminkan tingkat resiko perusahaan. EVA (Economic
Value Added) merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu
investasi. EVA (Economic Value Added) sebagai alat ukur kinerja perusahaan,
tidak hanya memperhatikan pengembalian, tetapi juga mempertimbangkan tingkat
resiko perusahaan. EVA yang positif menandakan perusahaan telah menciptakan
kekayaan atau berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal, karena perusahaan
mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal.
Untuk mengetahui tentang kepastian yang akan dilakukan terhadap
perusahaan yang dinilai termasuk dalam kategori perusahaan yang memiliki
kinerja baik, sangatlah penting untuk memperhatikan metode – metode penilaian
kinerja dan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian investasi.
PT. Adhi Karya (Persero), Tbk merupakan perusahaan milik pemerintah
yang bergerak di bidang konstruksi ke-2 (dua) terbesar di Indonesia dan PT. Total
Bangun Persada, Tbk merupakan perusahaan milik swasta yang juga bergerak
dalam bidang konstruksi ke-3 (tiga) terbesar di Indonesia, namun keduanya masih
membutuhkan pertambahan investasi dari para investor.
Sebagian besar perusahaan pada dasarnya menggunakan metode penilaian
kinerja yang berorientasi pada masa lalu (metode Rasio Keuangan) yang mana
penilaian kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya. Karena
Namun masih terdapat kelemahan terhadap metode tersebut karena kinerja
yang diukur tidak dapat diubah sehingga kadang - kadang justru salah
menunjukkan seberapa besar potensi yang dimiliki oleh seseorang. Metode ini
subjektif. Sedangkan untuk mendapatkan bantuan dari para investor maka pihak
perusahaan yang bersangkutan harus dapat membuktikan kinerja yang baik
dengan menggunakan metode – metode kinerja yang paling sesuai dengan
perusahaan bersangkutan sehingga dapat berpengaruh baik untuk tingkat
pengembalian investasi.
Melihat latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti berminat untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul : “Analisis perbandingan
kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan dan Economic Value
Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (PERSERO), Tbk dan PT. Total Bangun
Persada, Tbk”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka yang
akan menjadi perumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan pada PT. Adhi Karya
(Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk dengan
menggunakan indikator – indikator berdasarkan rasio keuangan
(Current Ratio, Cash Ratio, Return on Investment, Return on Equity,
2. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan pada PT. Adhi Karya
(Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk dengan
menggunakan indikator – indikator berdasarkan metode Value Based
yaitu Economic Value Added
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan pada PT. Adhi Karya
(Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk dengan
menggunakan indikator – indikator berdasarkan rasio keuangan Current
Ratio, Cash Ratio, Return on Investment, Return on Equity, Debt to
Asset Ratio, Debt to Equity Ratio dan metode Value Based yaitu
Economic Value Added
2. Untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan pada PT. Adhi Karya
(Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk dengan
menggunakan indikator – indikator berdasarkan metode Value Based
yaitu Economic Value Added
1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi bagi perusahaan tentang kinerjanya dan
memberikan masukan indikator berdasarkan metode apakah yang lebih
baik digunakan untuk perusahaannya.
2. Bagi Peneliti
Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menerapkan teori yang
telah di dapatkan di bangku kuliah dan menambah wawasan peneliti
dalam bidang keuangan khususnya tentang rasio keuangan (likuiditas,
profitabilitas dan solvabilitas) dan Economic Value Added sebagai alat
ukur penilaian kinerja keuangan perusahaan.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam
melakukan penelitian selanjutnya, khususnya mengenai rasio keuangan
dan Economic Value Added sebagai alat ukur penilaian keuangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Keuangan
Dalam Ikatan Akuntan Indonesia ( 2000 : 332 ) istilah kinerja seringkali
dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting
yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan
cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan
sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk
memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dalam mematuhi
standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan
dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen
atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran keuangan. Tolak ukur yang
digunakan dalam kinerja keuangan tergantung pada posisi perusahaan.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan harus diketahui outputnya maupun
inputnya. Output adalah hasil dari suatu kinerja karyawan sedangkan input adalah
hasil dari suatu ketrampilan yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.
2.2 Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir 1995 : 2)
Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat dipakai untuk
pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon investor sampai
dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan
memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,
yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak – pihak yang
berkepentingan. (Hanafi 2003 : 69)
Laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba – rugi
serta laporan perubahan modal. (Munawir 1995 : 5). Dimana Neraca
menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada
tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laporan laba – rugi memperlihatkan
hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi
selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber
dan penggunaan atau alasan – alasan yang menyebabkan perubahan modal
perusahaan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan salah satu informasi yang penting bagi perusahaan
dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan data – data yang terdiri
dari Neraca dan perhitungan laba rugi serta keterangan yang dimuat dalam
lampiran – lampirannya.
Ikatan Akuntansi Indonesia ( 2004 : 34 ) menyatakan bahwa tujuan
laporan keuangan untuk tujuan umum adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi serta
menunjukkan kinerja yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber – sumber daya
yang dipercayakan kepadanya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan
meliputi :
a. Aktiva.
b. Kewajiban.
c. Ekuitas.
d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan.
e. Arus kas
Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnya yang terdapat
dalam catatan laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas masa depan, khususnya dalam hal waktu dan
kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan alat yang sangat penting utnuk
mendapatkan informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil –
hasil yang dicapai oleh perusahaan. Data keuangan tersebut akan lebih
diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang diambil. Dalam
Statement of Financial Accounting Concept No. 1 (1998 : 76 ), manfaat
laporan keuangan adalah :
a. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor, kreditor dan pengguna lainnya yang potensial dalam membuat keputusan lain yang sejenis secara rasional.
b. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor, kreditor dan pengguna lain yang potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yang akan datang yang berasal dari pembagian deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan.
c. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi perusahaan. Klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal.
d. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu untuk membantu menaksir prospek perusahaan.
2.2.4 Analisis Laporan Keuangan
Untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil – hasil
yang telah dicapai oleh perusahaan perlu adanya analisis terhadap laporan
keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Hanafi ( 2003 : 75 ), suatu analisis laporan keuangan perusahaan pada
dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan
tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Sedangkan Munawir
( 1995 : 8 ) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan merupakan alat
untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan dan hasil – hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga data yang telah
diperoleh dapat diperbandingkan atau dianalisa lebih lanjut agar
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan perhitungan dan kemungkinan di masa depan untuk
dijadikan dasar pertimbangan keputusan oleh pihak – pihak yang
berkepentingan.
2.2.5 Sifat dan keterbatasan Laporan Keuangan
Riyanto (2007 : 6) menyatakan adapun yang menjadi sifat dan
keterbatasan Laporan Keuangan yaitu :
1. Laporan keuangan bersifat historis yang merupakan laporan kejadian yang telah lewat.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan pertimbangan
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material, demikian pula penerapan prinsip akuntansi terdapat pos tertentu yang mungkin tidak dilaksanakan jika tidak menimbulkan pengaruh material terhadap kelayakan laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, yang lazim dipilih adalah alternatif yang menghasilkan laba atau nilai aktiva yang kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan makna ekonomi suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya.
7. Laporan keuangan diasumsikan dengan menggunakan istilah – istilah teknis dan pemakainya diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat informasi yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kumulatif dan faktual yang tidak dapat diidentifikasikan umumnya diabaikan.
2.2.6 Komponen Laporan Keuangan
Ada 3 macam komponen Laporan Keuangan :
Munawir ( 1995 : 13 ) menyatakan neraca adalah laporan yang
sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada
suatu saat tertentu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada
waktu dimana buku – buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu
akhir tahun fiskal atau tahun kelender sehingga Neraca sering disebut
Balance Sheet.
Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu
unit usaha pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumber daya
ekonomis (assets), kewajiban ekonomis (hutang), moda saham dan
hubungan antar item tersebut. Dengan demikian Neraca dapat
meringkaskan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk menganalisis
likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional
dan kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. (
Hanafi 2003 : 80 )
2. Laporan L/R
Munawir ( 1995 : 26 ) menyatakan laporan laba rugi merupakan
laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang
diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Kegiatan
perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau
semestinya agar pembaca laporan keuangan memperoleh informasi yang
relevan.
Hanafi ( 2003 : 82 ) menyatakan ada beberapa elemen pokok dalam
laporan laba rugi antara lain : pendapatan operasional, beban operasional
dan untung atau rugi (gain or loss). Pendapatan ini didefenisikan sebagai
asset masuk selama periode dimana perusahaan memproduksi dan
menyerahkan barang yang merupakan operasi pokok perusahaan. Beban
operasional didefenisikan sebagai asset keluar selama periode dimana
perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang. Untung (gain)
didefenisikan sebagai kenaikan modal saham dari transaksi yang bersifat
insidental. Rugi (loss) didefenisikan sebagai penurunan modal saham
dari transaksi yang bersifat insidental.
3. Laporan arus kas
Hanafi ( 2003 : 83 ) menyatakan bahwa laporan arus kas digunakan
untuk menganalisa dan memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan
investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu.
Tujuan utama dari analisis laporan arus kas adalah menaksir kemampuan
perusahaan menghasilkan kas.
2.2.7 Pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2006 : 308 ) pihak – pihak yang berkepentingan
1. Pemilik perusahaan
Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai
hasil-hasil yang telah dicapai dan untuk menilai kemungkinan hasil –
hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang dan perkembangan
harga saham.
2. Manajer atau pimpinan perusahaan
3. Para investor
2.3 Rasio Keuangan
2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan
“Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart” (Munawir, 2000 : 64 ).
Analisis rasio (ratio analysis) menunjukkan hubungan diantara pos –
pos yang terpilih dari data laporan keuangan, rasio memperlihatkan
hubungan matematis diantara satu kuantitas dan kuantitas lainnya ( John
2005 : 87 )
Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua kelompok data
laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data
dari neraca dan laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran
kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ke tahun.
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam
kinerja perusahaan karena penggunaannya relatif mudah. (Sinuraya, 2008 :
247 ).
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisa rasio keuangan adalah salah satu
teknik analisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk
menunjukkan hubungan diantara pos – pos dari data laporan keuangan
secara matematis.
2.3.2 Keunggulan dan kelemahan Rasio Keuangan
a. Keunggulan Rasio Keuangan
Harahap ( 2006 : 310 ) menyatakan rasio keuangan memiliki
keunggulan antara lain adalah :
1. Rasio merupakan angka – angka atau iktisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit
3. Mengetahui posisi perusahaan dengan industri lain
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model untuk pengambilan keputusan
5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik 6. Lebih mudah melihat trend perusahaan saat melakukan prediksi
di masa yang akan datang.
b. Kelemahan Rasio Keuangan
Menurut Syahyunan ( 2004 : 81 ) rasio keuangan memiliki kelemahan
antara lain adalah :
1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan bergerak di beberapa bidang usaha.
3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
4. Informasi rata – rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
2.3.3 Jenis – jenis Analisa Rasio Keuangan
Munawir ( 2007 : 70) menyatakan bahwa analisis rasio dibedakan
menjadi :
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio)
3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
5. Rasio Pasar (Market Ratio)
Dalam penelitian ini hanya dibahas 3 rasio yaitu Rasio Likuiditas,
Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas.
A. Likuiditas
Tidak hanya bank atau kreditor jangka pendek saja yang tertarik
terhadap angka – angka rasio modal kerja, yaitu rasio yang digunakan untuk
menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi
juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal
kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka
panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak – tidaknya ingin
mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajiban (utang) jangka pendek.
Likuiditas berhubungan erat dengan masalah kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. Perusahaan dikatakan likuid
apabila perusahaan mempunyai aktiva lancar lebih besar dari kewajiban
lancar ( Syamsudin, 2001 : 70 )
Rasio likuiditas menggambarkan atau mengukur kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini
dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos – pos
aktiva lancar dan utang lancar. Aktiva lancar antara lain berupa kas, wesel
tagih, investasi jangka pendek, piutang, persediaan persekot biaya
sedangkan utang lancar antara lain utang usaha, utang jangka panjang yang
segera jatuh tempo, wesel bayar dan utang gaji.
Rasio likuiditas digunakan unuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini membandingkan
kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi
kewajiban tersebut. Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang
keadaan solvabilitas kas pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk
tetap mempertahankan solvabilitas (Horne, 1997 : 135 ).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk memenuhi
kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban jangka pendek (kurang
dari satu tahun) dari sisi likuiditas keuangan.
Horne (1997 : 136) menyatakan suatu perusahaan mempunyai posisi
keuangan yang kuat apabila mampu:
1. Memenuhi kewajiban – kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada waktu ditagih (kewajiban keuangan pada pihak ekstern)
2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan pada pihak ekstern)
3. Membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan 4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan
Horne (1997 : 136) menyatakan bahwa kriteria likuiditas perusahaan
terbagi menjadi :
a. Illiquid : jika nilai likuiditasnya kurang dari 100 % ( <
100%)
b. Liquid : jika nilai likuiditasnya 100% ( = 100% )
c. Over liquid : jika nilai likuiditasnya lebih dari 100% ( > 100% )
Perusahaan yang nilai likuidnya tinggi akan memungkinkan memiliki
laba yang tinggi. Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas)
ada beberapa rasio yang digunakan. Riyanto (2007 : 70) menyatakan rasio
likuiditas terdiri dari :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
3. Working Capital to total asset ratio
4. Kas Rasio (Cash Ratio)
Dalam penelitian ini hanya dibahas pada rasio lancar dan kas rasio :
Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal
kerja suatu perusahaan adalah rasio lancar (current ratio). Current Ratio
adalah perbandingan antar jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar
(Munawir, 2007 : 72 ).
Rasio lancar adalah ketersediaan aktiva lancar untuk memenuhi
kewajiban lancar. (Suhadimanto, 2004 : 70 ).
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban untuk jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi
kewajiban – kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan utang lancar maka semakin tinggi pula kemampuan
perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Hasil rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam
bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1 : 1 atau 100% berarti bahwa
aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar yang
lebih baik / aman adalah jika berada diatas 1 atau di atas 100%, artinya
aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang lancar.
Current Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas
atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan
2. Rasio Kas (Cash Ratio)
Cash Ratio adalah kas yang membandingkan antara kas dan aktiva
lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Ada
penganalisa yang mengeluarkan piutang dan persediaan sehingga
rasionya antara kas dan efek yang segera dapat direalisasi bila
diperlukan dengan total hutang jangka pendek. Rasio ini lebih tajam
dibanding dengan rasio lancar. Rumus mencari Cash Ratio sebagai
berikut :
CR
B. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu
dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen
dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini
dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi
perusahaan. (Raharjaputra, 2011 : 68)
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
Jenis-jenis rasio profitabilitas menurut (Raharjaputra, 2011 : 69 )
1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
3. Basic Earning Power (Daya lebih besar)
4. Return on Investment
5. Return on Equity
Dalam penelitian ini hanya dibahas pada Return on Investment dan
Return on Equity
1. Return on Investment
Return on Investment merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. Return on Investment adalah merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
di dalam perusahaan (Syamsudin 2009 : 63 ).
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. ROI
merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Adapun yang menjadi kelebihan
ROI dinyatakan (Syamsudin 2009 : 64 ) :
a. Merupakan pendekatan yang paling popular dalam menggambarkan ukuran kinerja dari keseluruhan investasi yang dilakukan
b. Merupakan pengukuran komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dalam rasio ini. c. Mudah dipahami, dihitung dan sangat berarti dalam arti absolut.
d. Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap pofitabilitas diluar besar dan jenis usaha.
e. Memiliki pendekatan konseptual karena dapat menggabungkan semua unsur profitabilitas (revenue, costs, investment) dalam suatu persentase.
f. Selain itu data ROI dapat diketahui oleh pesaing dan dapat dijadikan dasar perbandingan.
g. ROI berguna untuk kepentingan perencanaan, misalnya ROI digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan jika perusahaan akan melakukan ekspansi
Adapun kelemahan ROI menurut (Syamsudin 2009 : 65 ) :
a. ROI mendorong manajer untuk melakukan investasi, meskipun dalam proyek yang akan berakibat menurunkan kembalian investasi, meskipun proyek tersebut dapat menaikkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
b. ROI mengakibatkan manajer memusatkan perhatiannya pada sasaran jangka pendek dengan mengorbankan sasaran jangka panjang.
c. Keputusan – keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat menurunkan keseluruhan labanya.
d. ROI memiliki korelasi yang negatif terhadap perubahan – perubahan nilai pasar perusahaan.
e. Kesulitan membandingkan Rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, karena praktek akuntansi yang digunakan oleh perusahaan berbeda – beda.
Adapun rumus Return on Investment yaitu :
ROI
2. Return on Equity
Return on Equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan total ekuitas. ROE merupakan suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik
pemegaang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal
ROE adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
pemegang saham perusahaan (Sawir 2009 : 20 ).
Rumus untuk menghitung ROE adalah sbb :
ROE
C. Solvabilitas
Husnan (1998 : 560) menyatakan, Rasio solvabilitas adalah rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban
jangka panjangnya. Kriteria solvabilitas perusahaan terbagi menjadi :
a. Insolve : jika nilai solvabilitasnya kurang dari 100% (
< 100%)
b. Solvable : jika nilai solvabilitasnya 100% ( = 100% )
c. Over Solvable : jika nilai solvabilitasnya lebih dari 100% ( >
100% )
Macam – macam Rasio Solvabilitas :
1. Debt to Asset Ratio
2. Debt to Equity Ratio
3. Times interest Earned Ratio
Dalam penelitian ini hanya dibahas pada Debt to Asset Ratio dan Debt
to Equity Ratio
1. Debt to Asset Ratio
Rasio total hutang terhadap total aset = total kewajiban / total aktiva.
Digunakan untuk menghitung seberapa besar porsi dana yang disediakan
kreditur untuk investasi asset (Husnan, 1998 : 561). Rumus menghitungnya
adalah :
2. Debt to Equity Ratio
Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara hutang dengan
modal sendiri (Husnan, 1998 : 561). Digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk menutup sebagian atau seluruh hutang –
hutangnya dengan dana yang berasal dari modal sendiri. Semakin tinggi
rasio ini maka semakin kecil kemampuan membayar hutang dari modal
sendiri. Rumusnya adalah :
2.4 Economic Value Added
2.4.1 Pengertian Economic Value Added
Young dan O’Byrne ( 2001:17 ), menyatakan pengertian EVA adalah
didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis, yang menyatakan bahwa
operasional dan modal. Dalam arti sempit ini, EVA benar-benar hanya
merupakan cara alternatif untuk menilai kinerja perusahaan.
Ide dasar dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen
perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada.
Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori
keuntungan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah
diakses oleh manejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam
keuangan atau tidak pernah memikirkannya. EVA membantu para manejer
untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu
mereka untuk mencapai tujuan.
EVA tidak memerlukan adanya sesuatu perbandingan dengan
perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa
kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih
menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya
biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA
dibandingkan pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja
perusahaan.
Economic value added (EVA) atau disebut juga dengan nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada (Wijantini, 2003 : 51).
Economic value added adalah keuntungan operasi setelah pajak
Laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai
(value) didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai
pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian Economic Value Added adalah keuntungan operasi setelah pajak,
dikurangi biaya modal yang yang di gunakan untuk menilai kinerja
perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan-harapan para
pemegang saham dan kreditur. Economic Value Added merupakan
perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini
membuat perhitungan Economic Value Added lain dengan perhitungan
analisis rasio keuangan lainya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada
perhitungan dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added
dilibatkannya biaya modal operasi setelah laba bersih, dimana hal tersebut
tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai Economic Value
Added akan naik terus menerus, karena Economic Value Added adalah
tolak ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital).
Young (2001 : 30 ) menyatakan bahwa ada beberapa cara untuk
meningkatkan nilai Economic Value Added perusahaan yaitu :
1. Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal
2. Mengurangi pemakaian modal.
3. Melakukan investasi pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian
Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan
perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat analisis
kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Konsep ini lebih menekankan pada seberapa besar laba yang
dihasilkan setelah dikurangi dengan biaya modal rata-rata tertimbang.
Metode Economic Value Added sebagai alat ukur kinerja perusahaan
konsep Economic Value Added ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti
laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat
analisis yang digunakan sebagai tambahan informasi keuangan yang sangat
berguna bagi pihak kreditur dan penyediaan dana dalam menentukan
hubungannya dengan perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja
dengan dengan metode Economic Value Added seringkali digunakan untuk
pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna didalam pengambilan
keputusan-keputusan strategi.
EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu
perusahaan harus adil dengan mempertimbangkan harapan-harapan setiap
penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Young dan O’Bryne
(2001 : 32) memformulasikan EVA sebagai berikut:
EVA = Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal
NOPAT = Laba operasi + Penghasilan bunga – Pajak penghasilan
Pembebasan pajak atas bunga
Biaya Modal = Modal yang diinvestasikan x Biaya modal rata-rata
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan sisa
laba setelah penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat
pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua biaya modal yang
digunakan untuk menghasilkan laba. Laba yang dimaksud disini adalah Net
Operating Profit After Tax (NOPAT). Biaya modal adalah biaya bunga
pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT
yang dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital
= WACC).
EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil
menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten dengan
tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif
menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat penurunan dari
tingkat pengembalian investasi.
2.4.2 Manfaat Economic Value Added
Manfaat dari penerapan EVA menurut Young (2001 : 33) antara lain :
1. Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation)
2. Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham. 3. Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti
halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
4 EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan. 5. EVA menyebabkan perusahan untuk lebih memperhatikan struktur
modalnya.
2.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added
Kegunaan model EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan
perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan, sebab inilah salah satu
fungsi penggunaan EVA. Kelebihan lain dari EVA yang diungkapkan oleh
Warsono ( 2003 : 134 ) :
1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai risiko investasi.
2. EVA dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding dari perusahaan lain maupun standar industri sebagaimana konsep analisis rasio keuangan.
3. Konsep EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan memperhatikan harapan penyedia dana secara adil dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku.
4. Penerapan konsep EVA yang praktis merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi pebisnis untuk mengambil keputusan dan kebijaksanaan permodalan.
5. EVA dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberian bonus pada karyawan
6. Konsep EVA mempengaruhi keputusan organisasi untuk keluar dari
unit usaha yang mempunyai negatif value added.
Sehingga dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu metode
penilaian yang akurat dan komperhensif mampu memberikan penilaian
secara wajar atas kondisi suatu perusahaan. Melihat berbagai kelebihan
EVA, ternyata juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang diungkapkan
Mulia ( 2002: 134 ) sebagai berikut:
1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak megukur aktivitas penentu seperti loyalitas dan referensi konsumen tidak diperhatikan.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu.
Walaupun terdapat kelemahan, EVA tetap berguna untuk dijadikan
acuan. Mengingat EVA memberikan pertimbangan atas harapan investor
terhadap investasi mereka. Pengambilan dari suatu investasi baru akan
berarti apabila besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal yang
dikeluarkan untuk mewujudkan investasi tersebut.
2.4.4 Strategi meningkatkan Economic Value Added
Sofiarini ( 2004 : 14 ) menyatakan ada beberapa strategi untuk
meningkatkan EVA :
1. Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (Profitable Growth). Hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi. 2. Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi dalam
hal ini menaikkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal 3. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis
yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewarding businessi)
Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal
dari aktivitas yang menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah dan
menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.
2.4.5 Langkah menentukan Economic Value Added
Langkah – langkah yang dilakukan menentukan EVA menurut
Sofiarini (2004: 17) :
a. Menghitung biaya hutang (cost of debt) b. Menghitung biaya laba ditahan (cost of equity)
c. Menghitung struktur permodalan dari neraca tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
Struktur modal biasanya terdiri dari utang dan ekuitas sehingga dicari : Komposisi utang : rasio utang terhadap jumlah modal
Komposisi ekuitas : rasio modal saham terhadap jumlah modal d. Menghitung biaya modal rata - rata
e. Menghitung EVA
Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan :
1. Jika EVA > 0 maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik,
sehingga terjadi proses penambahan nilai ekonomisnya.
2. Jika EVA = 0 maka kinerja keuangan perusahaan secara ekonomis
dalam keadaan impas
3. Jika EVA < 0 maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan
kurang bagus karena laba yang diperoleh tidak memenuhi penyandang
dana, sehingga tidak terjadi penambahan nilai ekonomis pada
perusahaan. lebih besar daripada PT. Telkom, Tbk 3. Return on Equity pada
PT. Telkom, Tbk jauh lebih baik daripada PT. Indosat, Tbk 4. Return on Asset pada
diatas rata – rata dari
peningkatan namun di tahun 2011 PT. profitabilitas yaitu Net Profit Margin, Return on Equity, Return on penurunan pada tahun tertentu
dalam LQ 45 dengan menggunakan metode Economic Value Added pada 9 perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 menunjukkan hasil yang baik karena didapat hasil yang selalu positif di setiap tahunnya.
dan Metode peningkatan dan hasil
Economic Value Added
lebih unggul daripada metode analisis Rasio Keuangan.
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka berpikir merupakan gambaran tentang
hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang
telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006 : 49). Alat untuk mengukur kinerja
keuangan yang diperlukan di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya
Rasio – rasio keuangan yang dipergunakan untuk menganalisis kinerja
keuangan pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada,
Tbk adalah dengan menggunakan Analysis Time Series yaitu nilai – nilai suatu
variabel yang berurutan menurut waktu atau dengan kata lain suatu peramalan
nilai – nilai masa depan yang didasarkan pada nilai – nilai masa lampau suatu
variabel (Yulianto, 2010 : 67). Rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini
untuk menganalisis kinerja keuangan pada perusahaan ini yakni : rasio likuiditas
(current ratio, cash ratio), rasio profitabilitas (return on investment, return on
equity) dan rasio solvabilitas (debt to asset ratio dan debt to equity ratio).
Menurut Keown (2004 : 70), Economic Value Added adalah laba yang melebihi
kewajiban / hutang dan biaya modal (cost of capital) dalam suatu perusahaan.
Secara lebih rinci dapat didefenisikan sebagai laba usaha dikurangi dengan pajak
dan biaya bunga atas hutang (Net Operating After Tax) serta dikurangi dengan
biaya modal (cost of capital).
Selisih antara laba setelah pajak dengan biaya modal disebut spread EVA,
selisih yang dipergunakan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan
perusahaan, yaitu ketika investasi yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat
pengembalian lebih besar dari biaya modal (cost of capital) yang diciptakan oleh
perusahaan.
Setelah di dapat hasil Rasio Keuangan dan Economic Value Added dari 2
perusahaan sejenis menurut Analisa Time Series ini maka dibandingkan manakah
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang terbaik diantara 2 perusahaan
Kerangka konseptual penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis
dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Kinerja Keuangan
Economic Value Added (EVA)
1. NOPAT 2. WACC
3. Invested Capital Rasio –rasio Keuangan :
1. Current Ratio (CuR) 2. Cash Ratio (CR)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan. Penelitian ini dimulai dengan mengadakan pengumpulan fakta
tentang faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala tertentu,
kemudian dibandingkan. Penelitian ini membandingkan pengukuran Rasio
Keuangan (Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas) dengan Economic Value Added
pada kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun
Persada, Tbk.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Tempat di dalam penelitian ini, penulis tidak langsung datang ke PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk melainkan dengan
mengunjungi situs Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan waktu penelitian
dimulai pada Maret 2015 sampai dengan penyusunan penelitian ini selesai
dilakukan.
3.3 Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis
permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian pada hal –
a. Data laporan keuangan yang dipergunakan adalah laporan keuangan pada
PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk yang
terdaftar di BEI dari periode 2008 – 2012
b. Menggunakan rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja keuangan pada PT.
Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk. Rasio
keuangan yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari Rasio Likuiditas
(Current Ratio dan Cash Ratio), Ratio Profitabilitas (Return on Investment
dan Return on Equity), Ratio Solvabilitas (Debt to total Asset Ratio dan Debt
to Equity Ratio)
c. Menggunakan Economic Value Added sebagai alat ukur kinerja keuangan
pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk
yang variabel – variabelnya terdiri dari Net Operating After Taxes
(NOPAT), Weighted Average Cost of Capital (WACC) dan Invested
Capital.
3.4 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
A. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan analisis yang paling popular untuk
mengidentifikasi kondisi keuangan perusahaan. Jenis – jenis rasio keuangan
yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
Menurut Darsono dan Ashari ( 2005 : 51), rasio likuiditas adalah
rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang
mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti
bahwa perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran aktiva
lancar yang lebih besar daripada hutang lancar.
2. Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir ( 2009 : 329 ) rasio profitabilitas digunakan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau
seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen.
3. Rasio Solvabilitas
Menurut Munawir ( 2004 : 81), rasio solvabilitas adalah rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga Leverage,
yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang.
B. Economic Value Added
Economic Value Added adalah laba usaha dikurangi dengan pajak dan
biaya bunga atas hutang (Net Operating After Tax) serta dikurangi dengan
biaya modal. (Warsono, 2003 : 70 )
Secara garis besar definisi operasional variabel di atas digambarkan pada tabel
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Skala Pengukuran
Current Ratio Rasio yang digunakan untuk
keuntungan (Husnan 1998 : 562)
Return on Equity Rasio yang digunakan untuk
NOPAT Laba usaha adalah laba operasi