TERUNG
TINJAUAN LANGSUNG KEBEBERAPA PASAR
DI KOTA BOGOR
Oleh :
LIANA DWI SRI HASTUTI NIP. 132240334
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan
hidayahNYA penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
Tulisan ini semula merupakan tugas matakuliah Klasifikasi Tanaman
Budidaya yang diberikan pada waktu penulis melaksanakan pendidiksn
program pasca sarjana pada sub-program Taksonomi Departemen Biologi
Institut Pertanian Bogor. Tulisan ini memuat penelitian sederhana yang
penulis langsung lakukan dengan meninjau langsung ke beberapa pasar
tradisional dan pasar swalayan di kota Bogor. Adapun tujuannya adalah
untuk memperoleh suatu masukan apakah klasifikasi terhadap Tanaman
Budi Daya yang di lakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Hortikultura
sudah di sosialisasikan ke masyarakat umum sebagai pengguna serta kepada
para Petani atau Pedagang sayuran dan buahan. Hal ini dirasa perlu karena
begitu banyaknya kultivar-kultivar terung yang di hasilkan dan sudah
dibudi-dayakan dengan ciri dan manfaat yang berbeda. Sehimgga
masyarakat sebagai pengguna dari segi kulitas dan kemanfaatannya tidak
merasa dirugikan sedang petani dan pedagang sebagi produsen secara materi
juga tidak dirugikan.
Demikianlah akhir kata penulis sangat berharap tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pihak tertentu yang tertarik untuk melakukan penelitian
yang sama terhadap tanaman terung di kota Medan serta pihak-pihak lain
yang membutuhkan tulisan ini sebagai bahan referensinya.
Medan, 09 April 2007
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ………... ii
PENDAHULUAN ……….. 1
Asal-Usul terung dan Manfaatnya ……… 1
Macam-Macam Varietas Terung ……….. 2
PERMASALAHAN ………. 5
KESIMPULAN ……… 7
PENDAHULUAN
Terung merupakan sejenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran dan di
tanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung dikenal dengan nama ilmiah
Solanum melongena L. adalah merupakan tanaman asli daerah tropis yang cukup dikenal
di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, buah terung hampir selalu ditemukan di
pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relatif murah. Akhir-akhir ini bisnis
terung masih memberikan peluang pasar yang cukup baik terutama untuk memenuhi
permintaan pasar dalam negeri. Beberapa varietas terung lokal contohnya “terung ungu”
belakangan ini telah berhasil menembus pasaran luar negeri. Namun perlu diakui belum
adanya standardisasi mutu sesuai tuntutan masa kini serta masuknya terung hibrida
introduksi dari Jepang dan Thailand ke pasaran dalam negeri menyebabkan harga
rata-rata terung varietas lokal masih berada di bawah potensi tanaman itu sendiri.
Asal-Usul Terung dan Manfaatnya
Terung diduga berasal dari benua Asia, terutama India dan Birma. Kapan tanaman
ini mulai dibudidayakan oleh manusia belum diketemukan keterangan ataupun data yang
pasti. Beberapa petunjuk menyatakan bahwa tanaman terung banyak tumbuh di Cina.
Dari daerah ini kemudian dibawa ke Spanyol, dan disebarluaskan ke negara-negara lain
di Eropah, Afrika, Amerika Selatan, Malaysia dan Indonesia .
Terung atau Terong (Jawa), torung (Batak), cuang, taung (Bali) atau nasubi
(Jepang) termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari berbagai kalangan di
seluruh pelosok tanah air. Buah terung yang merupakan hasil panen utama tanaman ini
memiliki citarasa yang enak, bernilai gizi diantaranya vitamin A, B1, B2, C, P dan Fosfor
(Trubus, 1998). Selain itu terung memiliki harga yang relatif murah (Rp. 3000 - Rp.
3500/kg terung ungu) sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah. Jadi
tidak mengherankan jika berbagai masakan rumah tangga Indonesia bahkan rumah
makan besar menggunakan terung sebagai salah satu menunya.
Umumnya terung dikonsumsi dengan cara dimasak hingga menjadi sayur
terung seperti misalnya terung Gelatik dan terung Bogor dapat dimakan sebagai lalap
segar. Selain itu beberapa varietas misalnya terung kopek ungu atau terung kopek putih
dapat dijadikan bahan asinan, manisan bahkan rujak.
Kegunaan lain dari terung adalah sebagai bahan obat tradisional, antara lain untuk
obat gatal-gatal pada kulit, obat sakit gigi, wasir, tekanan darah tinggi, pelancar air seni,
serta dipercaya dapat memperlancar proses persalinan jika sering dikonsumsi sebelum
masa persalinan. Bahkan berdasarkan kajian pusat Penelitian Tanaman Industri
maupun balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), bahwa beberapa jenis
terung seperti S. khasianum, S. laciniatum dan S. grandiflorum mengandung senyawa
alkaloid “solanin” atau solasodin antara 2,0%-3,5%. Senyawa ini digunakan sebagai
bahan baku obat steroid untuk kontrasepsi oral Keluarga Berencana (pil KB), sehingga
jenis tersebut dinamakan “terung KB”.
Macam-Macam Varietas Terung
Sebagian besar petani menggunakan benih dari hasil seleksinya sendiri, sehingga
sering menghasilkan keragaman tanaman dan tipe buah yang sangat berbeda. Oleh karena
itu dilahan pertanaman terung bisa terdapat lima tipe buah. Beberapa terung varietas
lokal yang dianjurkan untuk sayur adalah terung kopek ungu dan kopek ungu biasa,
sedangkan untuk dimakan mentah adalah terung Bogor dan Gelatik .
Deskripsi beberapa terung asli Indonesia yang biasa terdapat di pasar-pasar
tradisional di kota Bogor adalah :
1. Terung Kopek Ungu Biasa (terung Kopek Putih)
Buah berukuran besar dan berbentuk bulat agak memanjang seperti buah advokat
atau pir dengan bagian ujung buah bulat tumpul. Buah muda memiliki warna yang
barvariasi, ungu muda, kuning susu atau hijau keputih-putihan sedangkan warna
buah tua ungu keputihan. Buah muda biasanya dimanfaatkan untuk asinan dan
2. Terung Kopek Ungu
Buah berbentuk bulat-panjang dan ujungnya meruncing warna buah muda ungu
muda, warna buah tua ungu muda dimanfaatkan sebagai sayuran, asinan dan
manisan .
3. Terung Bogor (terung Kelapa)
Buah masak berbentuk bulat besar, seukuran bola tenis berwarna putih atau hijau
keputih-putihan, rasanya renyah, manis dan sedikit getir. Biasa di makan dengan
cara dilalap segar.
4. Terung Gelatik (Terung Lalap)
Buah masak berbentuk bulat kecil seukuran bola ping-pong, warna kulit buahnya
ungu atau putih keunguan, cita rasanya renyah dan manis tetapi tidak getir seperti
terung Bogor.
5. Terung Telunjuk
Berbentuk bulat panjang berwarna hijau keseluruhan atau bebercak putih diameter
lebih kurang 1-1,5 cm panjang lebih kurang 10-15 cm. Tetapi sepanjang
pengamatan penulis tidak semua pasar tradisional menyediakan terung jenis ini,
sesekali dapat dijumpai di pasar swalayan.
Namun pada saat ini telah ada perusahaan yang khusus memproduksi
benih dengan kualitas yang baik. Dan biasanya macam varietas terung tersebut
dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran dan warna buah yang bervariasi, sebagai
No Varietas Asal perusahaan Bentuk
Money Maker no.2 Black Dragon
Known You Seed Taiwan
Hungnong Seed Korea
Takii Seed Jepang
Sakata Seed Jepang
Petoseed USA
PERMASALAHAN
Berdasarkan keterangan beberapa ciri-ciri kultivar yang dijelaskan diatas dapatlah
diketahui bahwa banyaknya variasi buah terung sebagian besar hanya terdapat pada
variasi bentuk, ukuran maupun warna kulitnya. Dari segi bentuk buah ada yang bulat,
bulat panjang dan setengan bulat. Ukuran buahnya antara kecil, sedang sampai besar.
Sedangkan warna kulit buah umumnya ungu, hijau keputih-putihan, ungu keputihan,
putih keunguan, atau ungu tua.
Di pasar para penjual terung biasanya memilah-milah buah terung juga didasarkan
pada warna, bentuk dan ukuran buah. Terung sayur ungu bentuk bulat panjang dijadikan
satu kelompok, demikian juga terung lalap bentuk bulat hijau dijadikan satu kelompok.
Ada pula sebagian penjual yang memisahkan lagi terung ungu yang berukuran besar
dengan terung ungu yang berukuran kecil untuk menyesuaikan dengan harga yang akan
dimintanya kepada pembeli.
Pengelompokan secara ini tidak menjamin mutu rasa, karena pemilahan yang
hanya didasarkan pada bentuk, ukuran dan warna kulit buah sangat bersifat general.
Sehingga ketajaman variasi kurang jelas tercirikan atau tidak tergambar dengan jelas.
Dengan demikian bisa saja dalam satu kelompok terung ungu ternyata terdiri dari
beberapa kultivar yang berbeda, sehingga pembeli sering mendapatkan bahwa terung
yang dibelinya memiliki rasa yang tidak seragam. Hal yang lebih merugikan petani atau
pedagang bisa juga terjadi bila pada kelompok terung ungu tersebut terdapat terung ungu
dari kultivar Mustang atau kultivar Dadali yang memiliki mutu lebih baik dan harga lebih
tinggi dari terung ungu biasa. Berdasarkan pengamatan penulis di pasar swalayan harga
terung ungu bisa mencapai Rp. 10 000/kg sedangkan terung ungu asal Jepang dapat
mencapai harga Rp. 12 000/kg. Sementara terung kopek ungu biasa harga rata-rata
dipasar hanya mencapai Rp. 3000/kg. Hal ini tentu saja dapat merugikan petani maupun
penjual dari segi harga, sementara pembeli akan menemukan bahwa terung yang
dibelinya bukanlah terung yang diinginkan.
Hal yang sama juga terjadi untuk terung bulat hijau yang dikonsumsi sebagai
lalap segar, bisa saja dalam satu kelompok terung lalap tersebut ternyata terdiri dari
sebenarnya dari segi rasa jelas berbeda. Sehingga tidak jarang bagi mereka yang
mengutamakan mutu dan tidak mempunyai waktu, pasar swalayan merupakan alternatif
pilihan. Walupun harga rata-rata relatif lebih mahal dibanding harga terung yang ada di
pasar tradisional tetapi keseragaman mutu relatif terjamin bahkan jenis terung yang tidak
umum terdapat dipasar tradisional seringkali terdapat di pasar swalayan seperti terung
telunjuk dan terung ungu tua introduksi dari Jepang atau Thailand. Hal ini tentu saja
semakin menyebabkan anjloknya harga terung di pasar-pasar tradisional.
Beberapa varietas terung hibrida yang dihasilkan Balithor (Balai Penelitian
Hortikultura) dan beberapa perusahaan benih dalam negeri maupun luar negeri
diinformasikan tidak hanya bentuk, ukuran dan warna kulit buah saja, tetapi ada yang
sudah disertai dengan panjang dan diameter buah serta berat buah pergram yang sangat
membantu dalam pengenalan varietas terung. Tetapi informasi mengenai ciri kultivar
terung yang dianjurkan oleh balai-balai penelitian tanaman Hortikultura tersebut belum
seluruhnya disosialisasikan. Hal ini sangat perlu dilakukan mengingat prospek
pengembangan budidaya terung yang semakin cerah. Ditambah lagi sejak diperolehnya
informasi bahwa beberapa jenis terung dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan.
Informasi seperti ini sebaiknya disampaikan ke masyarakat luas secara jelas tentang ciri
terung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan sehingga masyarakat dapat
membedakannya dengan terung yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Namun demikian untuk lebih mempertegas perbedaan varietas tanaman terung
standardisasi sebaiknya tidak hanya berdasar pada ciri morfologi apalagi yang sifatnya
general tetapi yang benar-benar membedakan (diskrit) disertai ciri biokimianya.
Sehingga dilakukannya pencantuman kadar solanin atau kadar gula untuk masa yang
akan datang sangat perlu dilakukan sebagai standardisasi untuk mempertajam perbedaan
KESIMPULAN
Berdasarkan hal yang telah penulis uraikan diatas dan berdasarkan pada
pengamatan yang penulis lakukan dibeberapa pasar tradisional dan swalayan di kota
Bogor dapatlah penulis ambil kesimpulan bahwa adanya suatu standardisasi baik
berdasarkan ciri morfologi maupun ciri biokimia yang dibentuk dalam suatu System
Klassifikasi terhadap varietas tanaman, baik pada terung maupun tanaman budidaya
lainnya perlu dilakukan. Untuk kemudian disosialisasikan kemasyarakat sehingga
manfaatnya dapat dirasakan tidak hanya oleh para konsumen dalam negeri maupun luar
negeri. Tetapi yang lebih penting lagi adalah bagi petani dan pedagang terung yang
dalam hal ini berarti membantu meningkatkan pendapatan bagi ekonomi rumah tangga
mereka. Apalagi setelah diketahui bahwa prospek pengembangan tanaman budidaya ini
makin hari makin menunjukkan peluang yang lebih baik ditandai telah berhasilnya terung
varietas lokal yaitu terung ungu dengan beberapa kultivarnya menembus pasaran luar
negeri. Hal ini mungkin saja berlaku bagi jenis terung lainnya khususnya dan tanaman
budidaya umumnya yang sekarang sangat menanti penelitian secara intensif dan lebih
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Penerbit Kanisius.
Samadi, B. 2001. Budi Daya Terung Hibrida. Penerbit Kanisius.
Sastrapradja, S.D. dan M.A. Rifai. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Plasma
Nutfahnya. Puslitbang Bioteknologi-LIPI. Bogor.
S.P. Peni. 1998. Pro Kontra Terung Ungu Untuk Keperkasaan. Majalah Trubus.
No..340.Thn.XXIX.
Sutarya, R., G. Grubben, H. Sutarno. 1995. Pedoman Bercocok Tanam Sayuran Dataran
Rendah. Gadjah Mada University Press, bekerjasama dengan Prosea Indonesia dan
Balithor Lembang.