• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap Organisasi Pembelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap Organisasi Pembelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH

QUANTUM LEARNING

TERHADAP

ORGANISASI PEMBELAJAR

PADA SMA PLUS PGRI CIBINONG

Oleh

KEMAS FUAD ADRIANSYAH

H24104081

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PADA SMA PLUS PGRI CIBINONG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Oleh

KEMAS FUAD ADRIANSYAH

H24104081

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(3)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap Organisasi Pembelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong

Nama : Kemas Fuad Adriansyah

NPM : H24104081

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd NIP 19591231 198601 2 003

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP 19760623 200604 1 001

(4)
(5)

RINGKASAN

KEMAS FUAD ARDIANSYAH. H24104081. Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap Organisasi Pemebelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong. Di

bawah bimbingan SITI RAHMAWATI

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi aspek terkait dengan

Quantum Learning pada SMA Plus PGRI Cibinong (2) Mengidentifikasi aspek terkait Organisasi Pembelajar pada SMA Plus PGRI Cibinong (3) Menganalisis pengaruh Quantum Learning terhadap Organisasi Pembelajar pada SMA Plus PGRI Cibinong.

Penelitian ini dilakukan di SMA Plus PGRI Cibinong yang berlokasi Jl Golf Ciriung - Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat secara sengaja (Purposive). Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan Mei 2013. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, yaitu dari buku-buku, literatur, dan penelitian sebelumnya. Teknik pengambilan data pada penelitian menggunakan penarikan seluruh populasi. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh quantum learning terhadap organisasi pembelajar adalah analisis regresi linear sederhana, statistik deskriptif dan pengujian hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dengan menggunakan uji t. Analisis tabulasi silang digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik guru dengan quantum learning.

Nilai t hitung antara quantum learning terhadap organisasi pembelajar sebesar

2,866. Nilai thitung>ttabel maka tolak Ho dan terima Ha, yang berarti terdapat

(6)

iii

Kemas Fuad Adriansyah lahir pada tanggal 9 maret 1989 di Tangerang,

merupakan anak terakhir dari 2 (dua) bersaudara dari keluarga Dr. Kemas

Djamaluddin dan Enny Pudjawati

Pada tahun 1992 berpindah tempat tinggal dari Tangerang menuju Montasik

- Aceh Besar dan pada tahun 1992-1994, memulai pendidikan taman kanak-kanak

di TK Jadam Montasik. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SDN Pante

Kareueng Aceh Besar pada tahun 1994 dan pindah kembali ke Tangerang dan

melanjutkan pendidikan di SDN 4 Ciputat hingga lulus pada tahun 2000. Pada

tahun 2000-2003 melanjutkan ke SLTPN 12 Jakarta dan kemudian melanjutkan

ke SMAN 46 Jakarta, setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas,

melanjutkan pendidikan di Politeknik Negeri Jakarta D1 Jurusan Teknik Elektro,

pada tahun kedua, mengambil program D3 Manajemen Informasi dan Dokumen

Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2010. Pada Tahun 2010 melanjutkan

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula shalawat serta salam

semoga tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap

Organisasi Pembelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong. Skripsi merupakan salah

satu syarat guna mencapai gelar kesarjanaan pada Program Sarjana Alih Jenis

Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terutama pada SMA Plus PGRI

(8)

v

Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima

kasih di tujukan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa.

2. Ibu Dra. Hj. Siti Rahmawati M.Pd. yang telah bersedia membimbing dengan

sangat sabar dari awal penulisan hingga selesai.

3. Ibu Erlin Trisyulianti S.TP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan terhadap penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. Edward H. Siregar, MM selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan terhadap penulisan skripsi.

5. Bapak Drs. Basyarudin Thayib, M.Pd selaku kepala sekolah SMA PLUS PGRI

CIBINONG yang memberikan izin penelitian.

6. Bapak Drs. Agus Rohiman M.Pd selaku wakil kepala sekolah sekolah SMA

PLUS PGRI CIBINONG yang memberikan informasi, data memberikan

masukan penulisan skripsi.

7. Rekan IPB angkatan 8 alih jenis Arnold Batara yang banyak membantu proses

penulisan dan pengolahan data

8. M.Ikhsan Nurhadiansyah yang membantu penelitian di SMA PLUS PGRI

CIBINONG

9. Teman-teman alih jenis manajemen angkatan 8 yaitu Bayu Anggerianto,

Pramadyka, Muhammad Sibil, Prasetia Nugraha, Shinya Yatantiko, Ginia

Habiba, Kurniawan Yudha, Fanur indra, Nurmaulida Sifa, Ari Utami, Kartika

Dewanti, yang telah banyak membantu dalam proses penelitian hingga

penulisan skripsi

10.Orangtua dan serta seluruh teman-teman yang telah membantu dalam

pembuatan skripsi ini.

Bogor, Januari 2014

(9)

vi

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pengetahuan ... 10

2.2. Siklus Konversi Pengetahuan... 10

2.3. Manajemen Pengetahuan ... 11

2.3.2. Spiral Pengetahuan ... 13

2.3.3. Ba Ruang Pertukaran Informasi ... 14

2.5. Organisasi Pembelajar ... 15

2.6. Penelitian Terdahulu ... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3. Jenis dan Sumber data ... 20

3.4. Metode Pengumpulan Data Penelitian ... 21

3.5. Teknik Pengambilan Data ... 21

3.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.6.1 Uji Hipotesis ... 22

3.6.2 Analisis Deskriptif ... 23

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 24

3.6.4 Uji Regresi Linear Sederhana ... 26

3.6.5 Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Gambaran Umum SMA Plus PGRI Cibinong ... 28

4.1.1 Kegiatan Instansi ... 29

4.1.2 Visi dan Misi ... 29

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

4.3. Karakteristik Guru ... 34

4.3.1 Jenis Kelamin ... 34

4.3.2 Tingkat Pendidikan ... 35

4.3.3 Usia ... 35

(10)

vii

4.4.2 Analisis Organisasi Pembelajar pada SMA Plus PGRI Cibinong ... 40

4.5. Uji Normalitas ... 42

4.6. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 43

4.7. Pengujian Hipotesis ... 44

4.8. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) ... 45

4.9. Implikasi Manajerial ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(11)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis Pengetahuan ... 11

2. Skor Kriterian Jawaban ... 23

3. Hasil Pengujian Validitas Konversi Pengetahuan ... 31

4. Hasil Pengujian Validitas Spiral Penciptaan Pengetahuan... 32

5. Hasil Pengujian Validitas Ba Ruang Pertukaran Informasi ... 32

6. Hasil Pengujian Validitas Variabel Organisasi Pembelajar ... 33

7. Jenis Kelamin ... 34

8. Tingkat Pendidikan ... 35

9. Usia ... 35

10. Masa Kerja ... 36

11. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Pengaruh Manajemen Pengetahuan Terhadap Organisasi Pembelajar ... 44

12. Koefisien Determinasi ... 44

(12)

ix

No. Halaman

1. Siklus Interaksi Spiral Pengetahuan dari Tacit Knowledge dan Explicit

Knowledge ... 13

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 20

3. Sebaran Menggunakan Diagram Histogram ... 42

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 55

2. Hasil Uji Reliabilitas... 62

3. Kelompok Pekerjaan ... 63

4. Persepsi Guru Tentang Konversi Pengetahuan ... 64

5. Persepsi Guru Tentang Spiral Pengetahuan ... 66

6. Persepsi Guru Tentang BA Pertukaran Informasi ... 67

7. Persepsi Guru Tentang Disiplin Penguasaan Pribadi ... 68

8. Persepsi Guru Tentang Disiplin Model Mental... 68

9. Persepsi Guru Tentang Disiplin Visi Bersama ... 69

10.Persepsi Guru Tentang Disiplin Berpikir Sistem ... 69

11.Persepsi Guru Tentang Disiplin Berpikir Tim ... 70

12.Tabulasi Silang Jenis Kelamin Terhadap Quantum Learning... 71

13.Tabulasi Silang Jenjang Pendidikan Terhadap Quantum Learning... 72

14.Tabulasi Silang Usia Terhadap Quantum Learning ... 73

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan terasa akibatnya

dalam dunia pendidikan, termasuk dunia pendidikan di Indonesia. Sudah

terlihat jelas, hanya bangsa-bangsa yang memiliki sumber daya manusia

(SDM) berkualitas tinggi yang mendapat survive mencapai stabilitas

nasional yang sehat dan dinamis, berkembang dan mencapai kemakmuran

yang berkeadilan.

Dalam rangka merealisasikan upaya tersebut diatas, wahana dan

sarana yang paling tepat adalah peningkatan pendidikan, sebab pada

dasarnya pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas SDM yang

hasilnya diperlukan dalam pembangunan. Namun demikian kemampuan

dunia pendidikan untuk menjalankan fungsi dan perannya secara optimal

baru akan terwujud apabila memiliki sistem dan isi yang relevan dengan

tuntutan kebutuhan pembangunan dan revolusi iptek, yang kenyataannya

karakteristik pendidikan seperti itu justru masih merupakan permasalahan di

negeri ini.

Diantaranya perlu strategi pembelajaran yang membangun minat dan

semangat siswa, untuk mematangkan dan mengembangkan hasil belajar

perlu belajar yang menyenangkan dan guru yang menyenangkan ( Quantum

Learning and Quantum Teaching ).

SMAN Plus Standar Nasional atau lebih dikenal dengan sebutan

Sekolah Unggulan adalah Sekolah Menengah Atas yang memenuhi kriteria

7K, di mana lulusannya (100 persen) berhasil masuk ke perguruan tinggi

dengan nilai rata-rata kelulusan 8,0. Dengan program Penerimaan Siswa

Baru atau PSB, pada siswa Sekolah Menengah Pertama dapat mendaftar ke

sekolah-sekolah ini melalui penyeleksian nilai Ujian Akhir Nasional, yang

meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan

(15)

2

DKI Jakarta menerima siswa-siswi sekolah menengah pertama dengan

rata-rata nilai UAN terendah antara 27,00 sampai 28,00 (www.kompas.com).

Keberadaan SMA dengan kategori plus dimaksudkan agar sekolah

dapat memberikan pelayanan yang lengkap kepada masyarakat, dalam

bentuk pemberian fasilitas kepada siswa-siswi berbakat untuk meningkatkan

kemampuannya.

Globalisasi yang juga terasa akibatnya dalam dunia pendidikan ini

tentu saja menimbulkan persaingan antar sekolah menengah atas, baik

negeri ataupun swasta dan tidak terkecuali dengan SMA Plus PGRI

Cibinong. Semakin besar tantangan pada era globaliasi membuat setiap

sekolah menengah atas harus sigap dalam mengatasinya, agar tidak tersaingi

dengan sekolah menengah atas lain. Keunggulan bersaing menjadi salah

satu hal yang patut diperhatikan.

Tabel 1. Data SMA di Cibinong

Nama sekolah Nilai Akreditasi Peringkat

akreditasi

(16)

SMA Plus PGRI Cibinong menyadari akan persaingan dengan sekolah

menengah atas lain dan memasukan pengembangan pendidikan sebagai

salah satu pilar dalam mengembangkan SMA Plus PGRI Cibinong sebagai

sekolah yang berwawasan global. Suatu sekolah menengah atas yang

berhasil dalam persaingan prestasi antar sekolah tidak hanya berdasarkan

pada kemampuan modal (capital) yang dimilikinya, tetapi juga berdasarkan bagaimana SMA Plus PGRI Cibinong tersebut mampu mengelola modal

lain yang dimilikinya, dalam hal ini peranan SDM (sumber daya manusia)

menjadi salah satu asset berharga yang dimiliki SMA Plus PGRI Cibinong.

Peranan SDM ini sendiri dapat ditingkatkan dengan merubah budaya SMA

Plus PGRI Cibinong, menuju SMA Plus PGRI Cibinong dengan penerapan

manajemen pengetahuan melalui penerapan quantum learning atau dikenal

sebagai organisasi pembelajar. Organisasi pembelajar memilih

mengembangkan pengetahuan baru untuk menyelesaikan permasalahan

yang timbul.

Salah satu faktor yang mepengaruhi kualitas atau mutu pendidikan

adalah kompetensi siswa. Sementara itu, kompetensi siswa dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik dari dalam diri siswa, seperti intelegensi, minat,

motivasi dan faktor lingkungan seperti guru, kurikulum, fasilitas, dan lain-

lain. Salah satu faktor yang banyak mempengaruhi proses dan kualitas

pengajaran adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu motivasi

belajar siswa, oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang

dapat menunjang perkembangan belajar siswa, termasuk dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga akan dapat meningkatkan

hasil belajar.

Orientasi studi manajemen pendidikan masih cenderung melihat

sesuatu yang tampak di mata (tangible), kurang memperhatikan sesuatu yang tidak kelihatan (intangible) seperti nilai, tradisi dan norma yang menjadi budaya. Beberapa tahun terakhir orang banyak beranggapan bahwa

strategi, struktur, dan sistem adalah fokus dan faktor yang menjadi

pendorong kesuksesan lembaga pendidikan. Namun kesuksesan lembaga

(17)

4

pengetahuan yang meliputi nilai, tradisi, norma, yang direkat oleh

kepercayaan, keakraban dan tanggung jawab yang menentukan kesuksesan

lembaga pendidikan. Untuk dapat mengelola pengetahuan diperlukan

pimpinan yang transformatif, memahami filosofi organisasi, mampu

merumuskan visi, misi organisasi, dan menerapkannya melalui proses

perencanaan organisasi (Mangkuprawira, Tb. Sjafri. 2008).

SMA Plus PGRI Cibinong sebagai lembaga pendidikan yang memiliki

tujuan antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang

dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya khanazah ilmu

pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya

untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya

kebudayaan nasional. Demikian kompleksnya tujuan tersebut, maka dalam

memberikan layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat

pada umumnya maka perlu diterapkannya manajemen pengetahuan dengan

baik. Oleh sebab itu SMA Plus PGRI Cibinong menyadari adanya

pergeseran dinamika internal (perkembangan dan perubahan peran) dan

tuntutan eksternal yang semakin berkembang. Pada tahun 2002/2003 SMA

Plus PGRI Cibinong mengadakan reformasi yang signifikan dalam konsep

Quantum learning (http://info.smapluspgri.sch.id/). Pada tanggal 11 Desember 2003 sekolah ini diresmikan sebagai "SMA PLUS PGRI

CIBINONG". Dengan program yang telah dicanangkan sebelumnya SMA

PLUS PGRI CIBINONG di tahun ajaran 2004/2005 mampu

mengembangkan Teknologi Informasi sebagai program yang mendukung

dalam pembelajaran, pabrikasi komputer, dan juga aspek bisnis dari

(18)

Tabel 2. Akreditasi SMA Plus PGRI Cibinong

Tahun Peringkat Akreditasi

1978/1979-1982/1983 Terdaftar

1983/1984 - 1987/1988 Diakui

1988/1989 - 2003/2004 Disamakan

2004/2005-2007/2008 Terakreditasi A

Sumber: Buku Data SMA Plus PGRI Cibinong

Pada tahun 2009 SMA Plus PGRI Cibinong bersama SMA Plus

Muthahhari Bandung, SMA YPHB Bogor dan SMA Al Bayan Sukabumi

(semua sekolah swasta) ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA sebagai

sekolah "Pusat Sumber Belajar” untuk provinsi Jawa Barat.

Tabel 3. Sekolah Pusat Sumber Belajar di Jawa Barat

Nama sekolah Nilai

Sumber: Data Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah Propinsi Jawa Barat

Berkaitan dengan pelaksanaan program jaringan Pendidikan Nasional

(Jardiknas), sekolah yang ditunjuk sebagai Pusat Sumber Belajar (PSB) ini

hanyalah SMA yang telah mampu mengembangkan pembelajaran berbasis

TIK (teknologi Informasi dan komunikasi) (http://info.smapluspgri.sch.id/).

Dengan modal sekolah PSB (pusat sumber belajar) ini, maka SMA Plus

PGRI Cibinong dapat menjadi sebagai salah satu qiblat pendidikan nasional.

(19)

6

rakyat, tidak eksklusif sehingga tidak mahal tapi berkualitas. Dapat

diterapkan diseluruh daerah Indonesia. Memiliki Infrastruktur, sarana dan

prasarana pembelajaran berwawasan Internasional. Didukung oleh SDM

guru yang professional dan memiliki dedikasi tinggi. Menggunakan

metodologi dan filosofi pembelajaran modern. Memiliki rombongan belajar

yang besar, 33 kelas dengan jumlah siswa ± 1500 orang. Jenjang akreditasi

sekolah “Amat Baik” (A/95,89).

SMA Plus PGRI Cibinong adalah Sekolah Kategori Mandiri (SKM)

atau Sekolah Standar Nasional (SSN), dan Sekolah Pusat Sumber Belajar

(PSB). SMA Plus PGRI Cibinong juga dikenal dengan sebutan “sekolahnya

umum kejuruanya banyak”. Hal ini dikarenakan memiliki program-program

keterampilan sesuai dengan bakat siswa. Program-program ini kemudian

menjadi Plus-nya SMA Plus PGRI Cibinong.

Sejak tahun 1999 sampai saat ini SMA Plus PGRI Cibinong telah

menerima kunjungan studi banding dari berbagai pelosok tanah air. Sampai

saat ini tercatat 19 provinsi telah berkunjung ke SMA Plus PGRI Cibinong.

SMA Plus PGRI Cibinong termasuk 56 sekolah unggulan dari seluruh

Indonesia yang diminta masukan atau saran oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) pada saat menyusun 8 standar pendidikan nasional.

Perubahan strategi menuntut adanya pengelolaan pengetahuan yang

lebih mendalam. Strategi pengelolaan manajemen pengetahuan merupakan

faktor yang perlu diperhatikan oleh organisasi. Reformasi yang signifikan

dalam konsep Quantum learning yang diterapkan oleh SMA Plus PGRI Cibinong pada tanggal 11 Desember 2003 telah membawa perubahan pada

kualitas sekolah dimana pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa setelah melakukan

perubahan konsep dan strategi, maka SMA Plus PGRI Cibinong mampu

meraih akreditasi A pada tahun 2008, dimana pada tahun tersebut telah

dilakukan penerapan manajemen pengetahuan. Selain mampu memperoleh

akreditasi A, SMA Plus PGRI Cibinong mampu mengungguli SMA lainnya

di wilayah Cibinong dengan memperoleh nilai akreditasi tertinggi dari

badan akreditasi propinsi jawa barat dengan nilai akreditasi 95,89. Pada

(20)

Cibinong ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar

dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA sebagai sekolah "Pusat Sumber

Belajar” untuk provinsi Jawa Barat. Sedemikian pentingnya peranan

quantum learning telah disadari oleh SMA Plus PGRI Cibinong sebagai

salah satu strategi bersaing untuk memenangkan kompetisi dengan SMA

lainnya. Namun dalam penerapannya SMA Plus PGRI Cibinong perlu untuk

melihat seberapa besar pengaruh quantum learning terhadap sekolah dalam konteks organisasi pembelajar, selain itu SMA Plus PGRI Cibinong juga

perlu melihat seperti apa dan bagaimana tanggapan dan pemahaman guru

terhadap hal-hal yang terkait dengan quantum learning dan organisasi pembelajar guna menyusun kebijakan dan strategi masa depan, hal-hal

seperti apa yang mampu membuat guru untuk lebih terlibat dalam proses

manajemen pengetahuan dalam konteks quantum learning dan bagaimana tata kelola manajemen pengetahuan dalam konteks quantum learning yang mampu mempermudah proses transfer pengetahuan dari satu individu

dengan individu lainnya. Untuk dapat melihat pengaruh serta hal terkait

pengelolaan pengetahuan dengan penerapan quantum learning, maka akan dibahas dalam penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Quantum Learning yang diterapkan oleh SMA Plus PGRI Cibinong yang berorientasi terhadap pengetahuan guna menciptakan keunggulan

bersaing dengan SMA lain. Pengetahuan yang menjadi asset tak terlihat

(intangible asset) milik SMA Plus PGRI Cibinong harus mampu dibangun menjadi sebuah kesatuan yang mampu diterapkan oleh semua guru.

Semakin tinggi pengetahuan guru, maka akan semakin mudah pula tersebut

untuk mengikuti perubahan dan tantangan yang terjadi dalam iklim

pekerjaan. Untuk itulah diperlukan suatu sistim atau tata kelola yang dapat

menciptakan manajemen pengetahuan untuk mencapai visi, misi SMA

PLUS PGRI Cibinong.

Berdasarkan latar belakang mengenai penerapan manajemen

(21)

8

SMA PLUS PGRI Cibinong sebagai organisasi pembelajar, maka

permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Quantum Learning pada SMA PLUS PGRI

Cibinong?

2. Bagaimana keadaan Organisasi Pembelajar pada SMA PLUS PGRI

Cibinong?

3. Bagaimana pengaruh Quantum Learning terhadap Organisasi

Pembelajar pada SMA PLUS PGRI Cibinong ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi aspek terkait dengan Quantum Learning pada SMA PLUS PGRI Cibinong

2. Mengidentifikasi aspek terkait Organisasi Pembelajar pada SMA PLUS

PGRI Cibinong

3. Menganalisis pengaruh penerapan Quantum Learning terhadap

Organisasi Pembelajar pada SMA PLUS PGRI Cibinong

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitan ini adalah:

1. Memberikan informasi yang berguna sebagai bahan pertimbangan dalam

merencanakan dan menyusun kebijakan yang berkaitan dengan quantum learning dan organisasi pembelajar kepada pihak SMA PLUS PGRI Cibinong.

2. Memberikan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan bahan rujukan

untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang berkaitan.

3. Sebagai bahan pembelajaran, meningkatkan pengetahuan dan penerapan

ilmu-ilmu manajerial.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini terbatas pada persepsi guru terhadap manajemen

pengetahuan dengan penerapan Quantum Learning pada SMA PLUS PGRI

(22)

terhadap organisasi pembelajar. Indikator penelitian untuk variabel

Quantum Learning adalah konversi pengetahuan, spiral pengetahuan dan Ba ruang pertukaran informasi. Sedangkan indikator penelitian untuk

Organisasi Pembelajar adalah disiplin penguasaan pribadi, disiplin model

mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir tim dan disiplin berpikir

sistem. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Drucker (1988) yang dikutip oleh Paul

L.Tobing (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan sebagai actionable

information atau informasi yang dapat ditindak lanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, untuk mengambil keputusan

dan untuk menempuh arah serta strategi tertentu. Dari berbagai pendapat

yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka Tjakraatmadja dan Donald

(2006) menyimpulkan bahwa pengetahuan diperoleh dari sekumpulan

informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga memiliki

makna. Informasi yang didapat dari data yang sudah diolah sehingga

memiliki arti. Data yang sudah diolah dan menjadi informasi (memiliki arti)

akan dimiliki oleh seseorang dan tersimpan dalam memori otaknya yang

kemudian ketika manusia tersebut dihadapkan oleh suatu masalah, maka

informasi yang telah tersimpan di dalam otak dan terkait dengan

permasalahan yang dihadapi akan saling terhubung secara sistematik

sehingga seseorang akan memiliki model untuk memahami pengetahuan

terkait masalahnya tersebut, dengan adanya pemahaman tersebut seseorang

akan lebih mudah untuk mengambil keputusan, hal ini didasari oleh

pengalaman, latihan dan juga proses belajar.

2.2. Siklus Konversi Pengetahuan

Polanyi seorang ahli kimia merupakan orang pertama yang

memperkenalkan bahwa knowledge terdiri dari dua jenis yaitu tacit

knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge merupakan

pengetahuan yang ada dalam benak manusia berupa judgment, skill, values

dan belief yang sulit untuk dibagi atau ditransfer kepada orang lain. Sedangkan explicit knowledge adalah pengetahuan yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk lainnya sehingga dengan

(24)

Kedua jenis pengetahuan tersebut oleh Nonaka dan Takeuchi (1995)

dikonversi dalam 4 proses konversi pengetahuan, yaitu: sosialisasi,

eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. Keempat proses ini disebut SECI

PROCESS (S: Socialization, E: Externalization, C: combination, I: Internalization). Masing-masing proses melibatkan perubahan satu bentuk pengetahuan (tacit atau explicit) ke bentuk pengetahuan lain (tacit atau explicit). Model ini memfokuskan pada persoalan penting pada bagaimana pengetahuan dapat diciptakan melalui pembagian keorganisasian dan

menjadi berguna untuk mengidentifikasi dan menilai aktifitas-aktifitas

penting tertentu dalam manajemen pengetahuan.

Tabel 4. Jenis Pengetahuan

Dari Menuju Proses

Tacit Tacit Sosialisasi (socialization) : melalui

interekasi social antar individu baik secara sadar ataupun tidak sadar.

Tacit Explicit Eksternalisasi (externalization):

pendokumentasian secara tertulis pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang

Explicit Explicit Kombinasi : Penggabungan beberapa

pengetahuan tertulis menjadi pengetahuan yang baru

Explicit Tacit Internalisasi : Pengetahuan tertulis yang

ada lalu dirubah oleh individu menjadi pengetahuan personal mereka

Sumber: Empat Model Konversi Knowledge (SECI Process, Nonaka & Takeuchi, 1995)

2.3. Manajemen Pengetahuan

Manajemen Pengetahuan (MP) menurut Tjakrattmadja dan Donald

(2006) menyatakan bahwa manajemen pengetahuan merupakan

langkah-langkah sistematik untuk mengelola pengetahuan dalam suatu organisasi

untuk menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Dalam

hal ini, manajemen pengetahuan merupakan proses sistematik untuk

menemukan, memilih, mengorganisasikan, menyarikan dan menyajikan

informasi dengan cara tertentu, sehingga para karyawan mampu

(25)

12

dalam suatu bidang kajian yang spesifik, untuk kemudian

menginstitusionalisasikannya menjadi pengetahuan organisasi atau

perusahaan.

Menurut Randeree (2006) menyatakan bahwa manajemen

pengetahuan semakin berperan penting dalam bisnis dari banyak organisasi,

karena mereka menyadari bahwa daya saing tergantung pada manajemen

sumber daya intelektual yang efektif. Sejalan dengan Renderee, dalam

jurnal majanemen pengetahuan yang ditulis Yudhianto, dkk (2008)

memahami manajamen pengetahuan sebagai sebagai sebuah sistem

manajemen yang menangkap aspek model mapan organisasi dan

memperluasnya untuk menyediakan metodologi praktis.

2.3.1. Pengetahuan dan Penciptaan Pengetahuan

Posisi pengetahuan sedemikian sentralnya sehingga esensi

perusahaan adalah organisasi pengetahuan (Brown dan Duguid, 2002

yang dikutip Sangkala, 2007). Model yang dikemukakan

memperhitungkan pengetahuan individual (individual knowledge) sebagai starting point bagi penciptaan pengetahuan keorganisasian .

Dan sejak informasi telah menjadi bahan dasar (raw material) dari pegangan pengetahuan individual, maka ia merupakan landasan dasar

dari organisasi pengetahuan (knowledge organization). Cut Zurnali (2010) menambahkan bahwa pengetahuan individual yang muncul

merupakan kombinasi dari informasi, interpretasi, refleksi, dan

pengalaman dalam sebuah konteks yang pasti (certain context). Selanjutnya perlu dipertimbangkan juga pentingnya mengaitkan

informasi baru dengan pengetahuan yang ada. Oleh sebab itu, menurut

Cut Zurnali (2010), pengetahuan individual diciptakan ketika

informasi berjalan melalui proses internal yang mencakup interpretasi,

refleksi dan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan

yang ada pada individu sehingga dapat diaplikasikan ke dalam situasi

atau konteks baru. Agar mendorong individu memproses informasi

untuk menciptakan pengetahuan, maka setiap proses pembelajaran

(26)

2.3.2. Spiral Pengetahuan

Konsep dari spiral pengetahuan dikemukakan oleh Nonaka dan

Takeuchi (1995) yang dikutip oleh Paul L.Tobing. Model ini

menggambarkan bagaimana tacit dan explicit knowledge

bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya

1. Socialization merupakan transformasi dari tacit  tacit

2. Externalization merupakan transformasi dari tacit  explicit

3. Combination merupakan transformasi dari explicit  explicit

4. Internalization merupakan transformasi dari explicit  tacit

Gambar 1. Siklus Interaksi Spiral Pengetahuan dari Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge (Nonaka dan Takeuchi 1995)

Transformasi SECI di atas akan berulang terus hingga

knowledge akhirnya dapat tercipta. Sebagai contoh proses Sosialisasi

disampaikan melalui bentuk seminar, rapat, dan berbagai bentuk

sosialisasi lainnya yang memungkinkan terjadinya perpindahan

pengetahuan dari seseorang ke orang lain.

Pada proses Eksternalisasi seseorang mewujudkan

pengetahuan yang dimilikinya dalam bentuk nyata, seperti menuliskan

dalam bentuk buku, presentasi, dll. Sementara proses Kombinasi

(27)

14

adalah Internalisasi, di mana seseorang menyerap pengetahuan

explicit menjadi pengetahuan tacit yang berada di dalam dirinya. Misalnya dengan seseorang membaca buku dan kemudian

mempraktekkan teori-teori yang ada di dalam buku tadi, maka orang

tersebut akan mengembangkan pengetahuannya sendiri.

2.3.3. Ba Ruang Pertukaran Informasi

Nonaka dan Toyama (2005) mendefinisikan Ba sebagai dasar

dalam kegiatan penciptaan pengetahuan, tempat berlangsungnya

percakapan dan praktik dialektikal untuk menciptakan visi dan

mendorong pencapaian tujuan organisasi. Aset pengetahuan tercipta

dari proses penciptaan pengetahuan melalui percakapan dan praktik

yang dilakukan di dalam Ba ruang pertukaran informasi.

2.4. Quantum Learning

Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta

membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Quantum learning ini berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya

suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti

mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun memberikan

sugesti positif atau negatif (Suyanto, 2000).

Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi DePorter. Dia perintis, pencetus dan pengembang utama Quantum Learning. Sejak tahun

1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum

Learning di SuperCamp. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon dan Sarah

Singer Nouric, DePorter secara terprogram dan terencana menguji coba

gagasan-gagasan Quantum Learning kepada para remaja di SuperCamp salama tahuan awal 1980-an. DePorter menjelaskan bahwa metode ini

(28)

sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp. Prinsip-prinsip dan

metode-metode Quantum Learning ini dibentuk di SuperCamp.

Pada tahap awal perkembangannya, Quantum Learning dimaksudkan

untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja

dirumah tetapi lama kelamaan orang menginginkan DePorter untuk

mengadakan program-program Quantum Learning bagi orang tua siswa. Hal ini menunjukkan bahwa falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat

umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah (De

Porter, dkk. 1992).

2.5. Organisasi Pembelajar

Organisasi pembelajar didefinisikan oleh Quinn (1992) yang dikutip

oleh Tjakraatmadja dan Donald (2006) menjelaskan bahwa organisasi

pembelajar merupakan organisasi cerdas yang mampu mengembangkan

keunggulannya secara berkelanjutan, dari kegiatannya yang berbasis pada

pengetahuan dengan mengandalkan kekayaan intelektualnya.

Organisasi pembelajar memiliki kemampuan untuk menciptakan dan

membangun pengetahuan organisasi melalui proses tranformasi

pengetahuan dari kompetensi individual menjadi pengetahuan organisasi

melalui proses berbagi pengetahuan.

Peter Senge (1990) membuat pengembangan lima disiplin belajar

organisasi yang dapat diterapkan oleh organisasi pembelajar. Kelima

disiplin ini yang akan dijadikan variabel Organisasi Pembelajar, yaitu

sebagai berikut:

1. Disiplin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

Penguasaan pribadi adalah suatu disiplin yang mendalam dan secara

konsisten memperluas dan memperdalam knowledge dan keahlian

masing-masing individu pada organisasi dengan memfokuskan seluruh

usaha untuk mempertajam visi pribadi , mengembangkan kesabaran dan

ketekunan , serta mampu melihat realitas secara objektif.

2. Disiplin Model Mental (Mental Models)

Model mental adalah pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai

(29)

16

Pemahaman ini akan mempengaruhi kemampuan anggota organisasi

untuk mengenali, memahami, menguji dan menigkatkan nilai-nilai yang

sudah diyakini, serta mempengaruhi pemahaman tentang kondisi internal

dan eksternal organisasi sehingga akhirnya dapat menentukan tindakan

yang paling sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi.

3. Disiplin Visi Bersama (Shared Vision)

Disiplin visi bersama merupakan kemampuan dan kemauan seluruh

anggota organisasi untuk menumbuhkan kebersamaan pandangan tentang

visi organisasi kemudian meningkatkan komitmen pada pencapaian visi

organisasi. Disiplin visi bersama berfokus pada upaya meningkatkan

motif dan kekuatan pengikatan diri pada tujuan organisasi sehingga

seluruh karyawan mau dan mampu menunjukan usaha dan semangat

untuk berkorban demi kepentingan bersama agar organisasi dapat

berumur panjang.

4. Disiplin Berpikir Tim (Team Learning)

Disiplin belajar tim merupakan disiplin seluruh anggota untuk mampu

dan mau berdialog dan bekerja sama secara sinergis. Disiplin pembelajar

tim dimulai dengan dialog dan berpikir bersama sehingga dapat terbentuk

pendalaman yang makin kaya, yang tidak mungkin terbentuk secara

individual. Belajar dalam tim penting karena yang menjadi unit belajar

fundamental dalam suatu organisasi modern adalah tim, bukanindividu.

Disiplin ini berfokus pada pengembangan kapasitas organisasi untuk

mampu melihat permasalahan dengan cara pandang yang saling

melengkapi.

5. Disiplin Berpikir Sistem (System Thinking)

Disiplin berpikir sistem merupakan kemampuan untuk berpikir dan

bertindak secara sistem dengan menimbang permasalahan terkait secara

menyeluruh dan terintegrasi. Disiplin berpikir sistem berfokus pada

peningkatan kapasitas organisasi untuk mampu melihat atau mempelajari

hubungan keterkaitan seluruh permasalahan dan proses perubahan

(30)

2.6. Penelitian Terdahulu

Nugroho (2005) dalam tesisnya yang berjudul Hubungan Penerapan

Manajemen Pengetahuan dengan kinerja bertujuan untuk menentukan dan

menjelaskan faktor dominan variabel Manajemen Pengetahuan dan Kinerja

serta menjelaskan tingkat hubungan antara keduanya. Hasil penelitian

digunakan untuk menentukan langkah rekayasa strategi penerapan

Manajemen Pengetahuan guna mencapai kinerja maksimal. Penelitian ini

menggunakan 2 (dua) variabel yaitu Manajemen Pengetahuan dan Kinerja.

Instrumen penelitian menggunakan Metode Structural Equator Modelling

(SEM). Analisis model menggunakan program Linear Structural Relation

(LISREL). Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat penerapan

Manajemen Pengetahuan sedang. Strategi penerapan Manajemen

Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja diantaranya: Pertama,melanjutkan dan mengembangkan Manajemen Pengetahuan. Kedua, mengembangkan

proses dan mengarahkan pelaksanaan Ba sehingga dapat dengan nyata

menunjang transformasi dari spiral pengetahuan secara positif. Ketiga,

membangun tujuan,ukuran dan penilaian kinerja yang terpadu dan tersusun

secara hirarkis pada tingkat organisasi, proses dan tugas. Keempat,

Manajemen Pengetahuan sebagai model peningkatan kinerja.

Irtanti (2009) dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Penerapan

Organisasi Pembelajar dengan Motivasi dan Kepuasaan Kerja Guru di

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Bogor.

Tujuan penelitian yaitu: Pertama, mengetahui persepsi guru tentang Organisasi Pembelajar, Motivasi Kerja dan Kepuasaan Kerja. Kedua,

menganalisis hubungan Motivasi Kerja dengan pengembangan diri. Ketiga,

menganalisis hubungan Organisasi Pembelajar dengan Motivasi Kerja dan

Kepuasan Kerja karyawan. Penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu

Organisasi Pembelajar, Motivasi Kerja dan Kepuasaan Kerja. Analisis data

menggunakan Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan hubungan penerapan Organisasi Pembelajar terhadap Motivasi Kerja yaitu :

0,615 yang berarti kuat dan positif . Hubungan antara Organisasi Pembelajar

(31)

18

Sedangkan hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kepuasan Kerja kuat

dan positif dengan nilai korelasi 0,624.

Dwijayanto (2010) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pengaruh

Manajemen Pengetahuan Terhadap Komitmen Karyawan Pada PTX Tbk,

Cabang Bogor bertujuan untuk mempelajari penerapan manajemen

pengetahuan pada PTX Tbk , mempelajari aplikasi komitmen karyawan

pada PTX Tbk, dan menganalisis pengaruh manajemen pengetahuan

terhadap komitmen karyawan pada PTX Tbk. Pengambilan sampel

dilakukan dengan metode convenience sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif , Analisis Intepretasi, Teknik Korelasi

Pearson Product Moment, dan Analisis Regresi Linear. Berdasarkan hasil penelitian, nilai korelasi antara manajemen pengetahuan dengan komitmen

karyawan adalah sebesar 0,827. Hal ini menunjukkan telah terjadi hubungan

kuat dan positif, berarti semakin besar manajemen pengetahuan yang ada di

perusahaan, maka semakin besar pula komitmen karyawan pada perusahaan.

Pembelajaran yang diambil dari penelitian-penelitian terdahulu adalah

penggunaan variabel Manajemen Pengetahuan dengan indikator yaitu

konversi pengetahuan,spiral pengetahuan dan Ba, serta penggunaan variabel

Organisasi Pembelajar dengan indikator yaitu disiplin penguasaan pribadi,

disipilin model mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir tim dan

disiplin berpikir sistem. Selain itu penelitian terdahulu juga dijadikan

pembelajaran dalam menggunak ananalisis data korelasi Rank Spearman

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

SMA Plus PGRI Cibinong adalah sebuah lembaga pendidikan sekolah

menengah atas swasta yang mempunyai visi dan misi yaitu unggul dalam

mutu dan prestasi, berwawasan global, religius, entrepreneur, sebagai agen

perubahan dan pendidikan budaya bangsa. Untuk mencapai visi dan misi

tersebut dibutuhkan strategi yang tepat, agar dapat mencapai tujuan sesuai

dengan visi dan misinya. Salah satu hal yang dapat diterapkan SMA Plus

PGRI Cibinong adalah menerapkan manajemen pengetahuan dengan

penerapan quantum learning yang diharapkan mampu menghasilkan

keunggulan bersaing yang kompetitif. Dengan penerapan quantum learning, seluruh pengetahuan yang dimiliki setiap individu dalam hal ini guru SMA

Plus PGRI Cibinong, akan dapat dikelola dan dikombinasikan menjadi suatu

pengetahuan yang menjadi aset SMA Plus PGRI Cibinong. Aset

pengetahuan ini akan menjadi suatu asset yang sangat berharga yang akan

terus dipelihara dan didokumentasikan.

Penilaian manajemen pengetahuan dengan penerapan quantum

learning adalah konversi pengetahuan, spiral pengetahuan dan ba ruang pertukaran informasi. Sedangkan penilaian organisasi pembelajar adalah

disiplin penguasaan pribadi, disiplin model mental, disiplin visi bersama,

disiplin berpikir tim dan disiplin berpikir sistem. Analisis yang digunakan

untuk mengetahui pengaruh manajemen pengetahuan terhadap organisasi

pembelajar yaitu analisis regresi linear sederhana. Analisis tabulasi silang

digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik guru yang terdiri dari

jenis kelamin, jenjang pendidikan, usia dan masa kerja dengan quantum

learning. Untuk memperjelas kerangka pemikiran penelitian, akan

(33)

20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Plus PGRI Cibinong yang berlokasi

Jl Golf Ciriung - Cibinong Kabupaten Bogor Jawa Barat secara sengaja

(Purposive). Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan

Mei 2013.

3.3. Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, yaitu sebagai berikut:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan

langsung pada subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran

atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber

SMA Plus PGRI Cibinong

Visi dan Misi Quantum Learning

1.Konversi

(34)

informasi yang dicari. (Azwar,1997). Pada penelitian ini, data diambil

dari hasil wawancara serta hasil dari penyebaran kuesioner kepada guru

SMA Plus PGRI Cibinong.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain yang tidak

langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar,1997).

Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari studi pustaka, yaitu

dari buku-buku, literatur, dan penelitian sebelumnya.

3.4. Metode Pengumpulan Data Penelitian

1. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data

dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan

mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari

pihak peneliti, ( Neuman, W. Lawrence. 2006). Penelitian lapangan

dilakukan dengan materi wawancara serta kuesioner meliputi pertanyaan

yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi pembelajaran guru,

kualitas pembelajaran organisasi, serta hubungan antara kualitas

pembelajaran organisasi dengan tingkat pemahaman guru terhadap

quantum learning. 2. Penelitian kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya

berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah

maupun yang belum dipublikasikan. Penelitian kepustakaan ini

menggunakan sumber dari buku, literatur yang berhubungan dengan

penelitian, guna mendapatkan data sekunder yang berhubungan dengan

penelitian

3.5. Teknik Pengambilan Data

Populasi diartikan sebagai jumlah keseluruhan semua anggota yang

diteliti, sedangkan sampel merupakan bagian yang diambil dari populasi

(Sugiyono, 2009). Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah guru

yang berjumlah 55 orang yang sesuai dengan karakteristik yang

(35)

22

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan merupakan analisis

deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh

gambaran mengenai persepsi guru mengenai pengaruh quantum learning

terhadap organisasi pembelajar. Sedangkan analisis crosstab digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan quantum learning. Analisis kuantitatif berupa analisis regresi linear sederhana dan uji-t.

3.6.1 Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini untuk menentukan apakah benar-benar ada

pengaruh positif antara quantum learning terhadap organisasi

pembelajar maka dirumuskan dalam hipotesis. Langkah-langkah

dalam uji hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Pengujian hipotesis dilakukan dengan syarat, yaitu:

a. Jika thitung> t tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak

b. Jika thitung< t tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima

2. Menetapkan rancangan hipotesis statistik yang diajukan.

a. Ho: ρ = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh quantum learning

(variabel X) terhadap organisasi pembelajar (variabel Y).

b. Ha : ρ 0, Artinya terdapat terdapat pengaruh quantum learning (variabel X) terhadap organisasi pembelajar (variabel Y).

3. Analisis yang digunakan untuk menentukan Ho ditolak atau

diterima dengan menggunakan rumus statistik uji t sebagai

(36)

4. Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikan α (level of significant) yang digunakan adalah 0,1 (10%) dengan derajat kebebasan (db = N-k). Tingkat ini

dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili dalam

pengujian kedua variabel tersebut.

3.6.2 Analisis Deskriptif

Teknik analisis statistik deskriptif adalah metode-metode yang

berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data

sehingga memberikan informasi yang berguna. Contoh statistika

deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram, grafik, dan

besaran-besaran lain. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data

yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat

memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada.

Pengukuran pertanyaan mengenai pengaruh quantum learning

terhadap organisasi pembelajar dari kuesioner yang diajukan kepada

guru menggunakan analisis kuantitatif, walaupun peubahnya bersifat

kualitatif yang membutuhkan perhitungan matematis didalamnya.

Setiap jawaban dari pernyataan diberi skor yang sesuai dengan

jawaban, dimana skor tersebut disesuaikan dengan skala likert.

Skala Likert disebut juga summated rating scale. Skala Likert merupakan skala yang mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan

seseorang terhadap serangkaian pernyataan berkaitan dengan

keyakinan atau perilaku mengenai suatu obyek tertentu. Skala ini

banyak digunakan karena memberi peluang kepada guru untuk

mengekspresikan perasaan mereka dalam betuk persetujuan terhadap

suatu pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan berjenjang, mulai dari

(37)

24

Tabel 5. Skor Kriteria Jawaban

Alternatif

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas diperlukan untuk melakukan

pengujian terhadap item-item yang ada dalam suatu variabel dan

untuk mendapatkan jawaban dari kondisi yang diharapkan.

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai atau

ukuran yang diperoleh benar–benar menyatakan hasil pengukuran

atau pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan

dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor

total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan

mencari korelasi antara masing – masing pertanyaan dengan skor

total menggunakan rumus teknik korelasi product moment dengan rumus:

Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor

total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai

kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment

(38)

maka pertanyaan tersebut signifikan. Perhitungan instrumen

dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar (>) dari nilai r

tabel. Taraf kesalahan menggunakan taraf kesalahan 10%.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Sugiyono, 2009). Setiap alat pengukur seharusnya memiliki

kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten

dari waktu ke waktu. Teknik uji reliabilitas ini menggunakan

teknik alpha cronbach, dengan rumus: Formula Alpha Cronbach

dan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows.

=

∑ ... (3)

Keterangan:

= Koefisien Alpha Cronbach

K = Butir instrumen yang sahih

  Jumlah ragam butir instrumen yang sahih = Ragam skor total

Sebelum dioalah ke dalam rumus Alpha Cronbach terlebih dahulu harus diketahui jumlah butir instrumen, oleh karena itu maka

digunakan rumus sebagai berikut:

=

(∑ )

... (4)

Keterangan:

= Ragam skor total

n = Jumlah guru

X = Jumlah skor

Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha Cronbach

0 sampai 1 Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas

(39)

26

Tabel 6. Nilai Alpha Cronbach

No Nilai Alpha Cronbach Keterangan

1 0,00 - 0,20 Kurang reliabel

2 0,21 - 0,60 Agak reliabel

3 0,42 - 0,60 Cukup reliabel

4 0,61 – 0,80 Reliabel

5 0,81 – 1,00 Sangat Reliabel

Sumber : (Triton, 2005)

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode

alpha Cronbach untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak.

3.6.4 Uji Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Jika terdapat data

dari dua variabel penelitian yang sudah diketahui mana variabel

bebas X (independen) dan variabel terikat Y(dependen), lalu akan

dihitung atau di cari nilai-nilai Y yang lain berdasarkan nilai X yang

diketahui (Umar, 2010). Adapun analisis rumus regresi adalah:

= +

... (5)

Keterangan:

Y = Variabel dependen (organisasi pembelajar) X = Variabel independen (quantum learning) a = Nilai intercept (konstan)

b = Koefisien regresi

Koefisien Determinasi adalah bagian dari variasi total dalam

variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi dalam variabel

(40)

3.6.5 Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Analisis tabulasi silang (Crosstab) adalah metode analisis kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval serta

kombinasi diantaranya dan salah satu analisis korelasional yang

digunakan untuk melihat hubungan antar variabel. Sehingga analisis

tabulasi silang ini dapat digunakan untuk menganalisa lebih dari dua

variabel. Analisis tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan

keterkaitan antar karakteristik guru dengan quantum learning. Karakteristik guru meliputi jenis kelamin, jenjang pendidikan, usia

(41)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum SMA Plus PGRI Cibinong

SMA PGRI Cibinong berdiri atau mulai menerima siswa baru pada

tahun pelajaran 1978/1979 atas instruksi Kepala Kantor Depdikbud

Kabupaten Bogor (Drs. E. Djarkasih), untuk menampung lulusan SMP yang

tidak tertampung oleh SMA Negeri Cibinong. Kegiatan belajar mengajar

(KBM) menggunakan ruang kelas milik SMA Negeri Cibinong termasuk

guru-gurunya. Langkah pertama adalah mencanangkan Program Jangka

Panjang 25 tahun dengan Visi SMA Plus PGRI Cibinong sebagai salah satu

SMA Swasta terkemuka di Jawa Barat. Pada tahun 2002/2003 tanggal 11

Desember 2003 diresmikan sebagai SMA Plus PGRI Cibinong oleh Bapak

Prof. Dr. H. Iim Wasliman, M.Pd, M.Si Kepala Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat.

Prestasi-prestasi yang pernah diraih SMA Plus PGRI Cibinong antara

lain:

Juara 1 Java Night Festival Adu Cepat Programming Th. 2007.

Juara 2 Lomba Presenter TV Se Jabodetabek Piala Uhamka Tahun 2007.

Juara 1 Lomba Animasi SLTA Se Jabodetabek Piala MENPORA Th.

2007.

Juara 1 Lomba Musikalisasi Puisi Kabupaten & Kodya Bogor Th. 2007.

Juara Umum Lomba Fashion Show Kab. Bogor di ITC Cibinong Th. 2007.

Juara Umum Porseni 1 Persekolahan PGRI Se-Kabupaten Bogor Th. 2008.

Juara The Best Catwalk Remaja Putri Th. 2008.

Juara 1 Lomba Fotografi Obscura Th. 2008.

Juara 2 Lomba Fotografi Se-Kota Bogor Th. 208.

Juara 1 Lomba Disain Poster Tingkat SMA Th. 2009.

Juara 1 Lomba Website SMA / SMK / Madrasah Aliyah dan sederajat

(42)

4.1.1. Kegiatan Instansi

SMA Plus PGRI Cibinong melakukan kegiatan belajar

mengajar sama seperti sekolah lain. Untuk pembelajarannya

mengaplikasikan konsep Leissure and Learning yaitu pembelajaran yang mengorientasikan kepada siswa untuk lebih aktif dan banyak

melakukan praktik dibandingkan teori, serta banyak melakukan

kegiatan belajar mengajar di luar kelas. Proses pembelajaran

memakai konsep modern yaitu Quantum Teaching, Quantum

Learning, dan Accelerated Learning.

Selain itu sekolah ini juga menerapkan bahasa Inggris sebagai

bahasa kedua dalam lingkungan sekolah (English Day), dan menerapkan Teknologi Informasi sebagai kurikulum tambahan, juga

berperan dalam infra struktur sekolah dan Entrepreneur Edu-IT. Hal

ini dapat dilihat dari pengadaan beberapa lab komputer, multimedia,

Research Center, serta adanya kelas khusus untuk para siswa yang hanya ditujukan untuk IT.

4.1.2. Visi dan Misi

Visi SMA PLUS PGRI Cibinong mempunyai visi yaitu unggul

dalam mutu dan prestasi, berwawasan global, religius, entrepreneur ,

sebagai agen perubahan dan pendidikan budaya bangsa. SMA Plus

PGRI Cibinong mempunyai misi yaitu :

1. Pengelolaan sekolah secara profesional .

2. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana

pendukung pembelajaran.

3. Peningkatan dan pengembangan kompetensi professional guru.

4. Pengembangan keterampilan belajar siswa (learning skill).

5. Penggunaan teknologi informasi dalam mendukung proses

pembelajaran.

6. Penanaman nilai-nilai Iman dan taqwa bagi seluruh warga

sekolah, dan menampilkan dalam segala aspek kegiatan.

7. Penerapan metode pembelajaran modern sesuai dengan konsep

(43)

30

8. Pemantapan pelaksanaan Catur Budaya sekolah yakni : Budaya

belajar, Budaya disiplin, Buday bersih dan budaya perasatuan

dan persaudaraan.

9. Pemantapan jati diri sebagai lembaga pendidikan PGRI.

Visi pendidikan SMA PLUS PGRI Cibinong adalah

mempersiapkan siswa yang memiliki kepribadian luhur, kemampuan

berpikir, kemampuan berkreasi dan learning skill, serta mampu membina kerjasama dan kebersamaan dalam kehidupan yang luas

sesuai dengan kompetensinya sendiri yaitu menjadi diri sendiri.

Misi Pendidikan SMA PLUS PGRI Cibinong adalah

Mengembangkan pendidikan agama dan budi pekerti dalam

kehidupan sekolah yang dilandasi cinta dan kasih sayang.

Mengembangkan kegiatan-kegiatan ilmiah yang merangsang

tumbuhnya nalar (neocortec) bukan hanya pada tingkat hapalan. Memberi sebanyak mungkin pengalaman kepada siswa untuk belajar

dengan praktek langsung (learning by doing). Memberi bekal kepada siswa learning skill. Melatih siswa membina kerja sama dan kebersamaan. Memberi peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk

mengembangkan kompetensinya masing-masing. Sehingga mereka

berprestasi dengan tetap menjadi dirinya.

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir

pertanyaan pada penelitian. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian

ini menggunakan software Microsoft Excel dengan metode Pearson correlation Product Moment. Pengujian validitas menggunakan jumlah guru sebanyak 30 orang, dengan menggunakan nilai r-tabel yang

diperoleh dari df (degree of freedom). Pada penelitian ini terdapat dua

variabel, yaitu varibel independen quantum learning yang terdiri dari 3

indikator. Indikator pertama yaitu konversi pengetahuan yang terdiri dari

4 sub indikator yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, internalisasi.

(44)

ketiga adalah ba ruang pertukaran informasi. Sedangkan untuk variabel

dependen adalah organisasi pembelajar, terdapat 5 indikator pada

variabel dependen yaitu disiplin penguasaan pribadi, disiplin model

mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir sistem dan disiplin

berpikir tim.

Pengujian validitas untuk variabel independen adalah konversi

pengetahuan dengan jumlah butir pertanyaan indikator sosialisasi (5 butir

pertanyaan) , indikator eksternalisasi (4 butir pertanyaan), indikator

kombinasi (4 butir pertanyaan) dan indikator internalisasi (5 butir

pertanyaan). Berikutnya adalah indikator spiral penciptaan pengetahuan

(5 butir pertanyaan) dan indikator Ba Ruang Pertukaran Informasi (7

butir Pertanyaan). Berikut ini pada Tabel 6 dengan nilai df = 30-2 = 28,

maka akan menghasilkan r-tabel sebesar 0,306.

Tabel 7. Hasil Pengujian Validitas Konversi Pengetahuan Sosialisasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,353 0,306 Valid

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,559 0,306 Valid

2 0,675 0,306 Valid

3 0,442 0,306 Valid

4 0,524 0,306 Valid

Kombinasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,597 0,306 Valid

2 0,602 0,306 Valid

3 0,525 0,306 Valid

4 0,385 0,306 Valid

Internalisasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,413 0,306 Valid

2 0,557 0,306 Valid

3 0,733 0,306 Valid

4 0,685 0,306 Valid

5 0,470 0,306 Valid

(45)

32

Berdasarkan Tabel 7 menujukkan bahwa uji validitas konversi

pengetahuan dinyatakan valid, karena r hitung > r tabel. Berikut

merupakan perhitungan validitas spiral pengetahuan terhadap 30 guru.

Tabel 8. Hasil Pengujian Validitas Spiral Penciptaan Pengetahuan

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,580 0,306 Valid

2 0,726 0,306 Valid

3 0,617 0,306 Valid

4 0,763 0,306 Valid

5 0,402 0,306 Valid

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa hasil pengujian validitas

spiral penciptaan pengetahuan atas 5 pernyataan dinyatakan valid.

Berikut merupakan hasil pengujian validitas ba ruang pertukaran

informasi yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pengujian Validitas Ba Ruang Pertukaran Informasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,420 0,306 Valid

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil validitas ba ruang

pertukaran informasi dinyatakan valid atas 7 pertanyaan. Pengujian

validitas yang dilakukan pada variabel dependen adalah organisasi

pembelajar dengan 5 indikator yaitu disiplin penguasaan pribadi, disiplin

model mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir sistem dan disiplin

berpikir tim. Pada pengujian ini terdapat 29 butir pertanyaan yang terbagi

dalam masing-masing indikator. Untuk indikator disiplin penguasaan

pribadi terdiri dari 6 butir pertanyaan, indikator disiplin model mental 5

butir pertanyaan, indikator disiplin visi bersama 6 butir pertanyaan,

indikator disiplin berpikir system 5 butir pertanyaan dan indikator

disiplin berpikir tim 7 butir pertanyaan. Untuk hasil pengujian semua

(46)

Tabel 10. Hasil Pengujian Validitas Variabel Organisasi Pembelajar Disiplin Penguasaan Pribadi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,337 0,306 Valid

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,654 0,306 Valid

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,361 0,306 Valid

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,439 0,306 Valid

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,442 0,306 Valid

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan pada tabel 10 terdapat 29 butir pertanyaan, dan

seluruh butir pertanyaan dinyatakan valid karena nilai r-hitung > r-tabel.

Sehingga untuk variabel dependen, butir pertanyaan yang dapat diajukan

(47)

34

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan

keandalan kuesioner yang dijawab oleh guru dalam mengukur gejala

yang sama atau untuk mengetahui tingkat kesalahan pengukuran. Untuk

pengujian reliabilitas digunakan Software SPSS 15.0 for Windows. Suatu konstruk variabel dinyatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha> dari 0,60. Hasil dari pengujian reliabilitas dari varibel independen dan variabel dependen menggunakan Software SPSS 15.0 for Windows

memiliki nilai alpha cronbach’s untuk variabel independen sebesar 0,756

dan alpha cronbach’s untuk variabel dependen sebesar 0,850. Nilai

tersebut lebih besar dari 0,60 yang artinya butir pertanyaan kuesioner

yang pada variabel independen dan variabel dependen dapat dinyatakan

reliabel.

4.3. Karakteristik Guru

Guru dalam penelitian ini berjumlah 55 orang yang merupakan guru

SMA Plus PGRI Cibinong yang dipilih dengan menggunakan teknik

convenience. Guru yang menjadi guru pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan beberapa karakteristik yang mencakup jenis kelamin, jenjang

pendidikan, usia, masa kerja, dan kelompok pekerjaan. Kuesioner terlampir

pada (Lampiran 1).

4.3.1. Jenis Kelamin

Karakteristik guru pada SMA Plus PGRI Cibinong menurut

jenis kelamin pria dan wanita berjumlah 55 orang.

Tabel 11. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Pria 27 49,09

Wanita 28 50,91

Total 55 100

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa guru pria berjumlah

27 orang dan memiliki persentase sebesar 49,09%, sedangkan guru

wanita berjumlah 28 orang dan memiliki persentase sebesar 50,91%.

(48)

Cibinong merupakan wanita . Perbedaan jumlah guru pria dan

wanita, tidak menggambarkan bahwa g u r u dengan jumlah

mayoritas memiliki kemampuan lebih baik dalam menerapkan

quantum learning dan organisasi pembelajar. Guru yang berjenis kelamin pria maupun wanita memiliki kedudukan yang

sama di dalam lembaga dalam kemampuannya menerapkan

quantum learning dan organisasi pembelajar.

4.3.2 . Jenjang Pendidikan

Karakteristik guru pada SMA Plus PGRI Cibinong dengan

jenjang pendidikan terbagi atas 3 Kelompok, yaitu S1, S2 dan S3.

Tabel 12. Jenjang Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

S1 49 89.09

S2 5 9,09

S3 1 1,82

Total 55 100

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa guru dengan

jenjang pendidikan S1 mendominasi dengan jumlah 49 orang

(89,09%). Hal ini menunjukan guru pada SMA Plus PGRI Cibinong

memiliki kualitas pendidikan yang baik. Jenjang pendidikan S1

dirasa sudah cukup memiliki kapasitas untuk mendukung proses

quantum learning dan organisasi pembelajar.

4.3.3. Usia

Karakteristik guru pada SMA Plus PGRI Cibinong memiliki

rentang usia yang dikelompokkan menjadi < 30 Tahun, 31-40 Tahun,

41-50 Tahun, 50-60 Tahun dan > 60 Tahun.

Tabel 13. Usia

Gambar

Tabel 4. Jenis Pengetahuan
Gambar 1. Siklus Interaksi Spiral Pengetahuan dari Tacit
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel  5. Skor Kriteria Jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan indeks lingkungan fisik yang dapat digunakan untuk prediksi peningkatan kasus malaria,. dilakukan analisis regresi logistik

Oleh karena itu, studi ini ingin melihat hubungan yang terjadi antara NU dan Muhammadiyah dalam memformulasi Kalender Hijriah, khususnya dalam menggunakan hisab dan rukyat

Demikian penting keberadaan tenaga kependidikan dalam suatu lembaga pendidikan Islam, sehingga penulis tertarik memaparkan kajian tentang manajemen peningkatan

Kemudian, bagi perusahaan kenaikan upah minimum cukup berpengaruh terhadap eksistensi suatu perusahaan karena banyak perusahaan yang tidak mampu memenuhi ketentuan tersebut

Disusun sebagai Laporan Akhir Kegiatan On the Job Learning pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi.. Nama : ENI

Hal ini disebabkan kompos LCC yang diberikan pada medium tanaman karet klon PB 260 dan klon AVROS 2037 bahan organik dapat meningkatkan hara tanah bagi tanaman

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan peneli tian dengan judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbi mbing dengan Metode

Jika organisasi menilai sesorang tidak memiliki kapasitas untuk sebuah jabatan publik (seperti ADUN/Senator atau anggota parlemen) tentu pertimbangan mereka cukup