• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perilaku Menggigit Nyamuk Anopheles balabacensis dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perilaku Menggigit Nyamuk Anopheles balabacensis dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit parasit yang masih menjadi masalah kesehatan pada lebih dari 90 negara di dunia termasuk Indonesia, atau dengan kata lain sebanyak 2,4 miliar orang atau 40% dari penduduk dunia tinggal di daerah endemik malaria. Diperkirakan sebanyak 1.1 juta orang meninggal karena malaria dan 300-500 juta kasus malaria setiap tahunnya. Batas dari penyebaran malaria 64 °L.U (Rusia) sampai 32 °L.S (Argentina). Di Wilayah dengan ketinggian mulai dari 400 meter di bawah permukaan laut (Laut Mati dan Kenya) sampai ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut (Bolivia) dapat ditemukan penyebaran malaria (WHO 2006 dalam Dinkes Lombok Barat 2008).

Indonesia merupakan negara di dunia yang masih berisiko terhadap malaria. Data sampai dengan tahun 2007, 80% Kabupaten/Kota di Indonesia masih endemis malaria dan 45% penduduk Indonesia berdomisili di daerah yang berisiko tertular malaria. Jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2008 sebanyak 1.624.930 kasus, jumlah ini diperkirakan lebih besar dari keadaan yang sebenarnya karena lokasi endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang sulit dan akses pelayanan kesehatan yang rendah. Menurut perhitungan para ahli ekonomi kesehatan, jumlah kasus tersebut menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp 3,3 triliun. Jumlah tersebut antara lain sebagai akibat dari biaya pengobatan, hilangnya kemampuan bekerja, menurunnya tingkat kecerdasan anak sekolah, rendahnya kualitas sumber daya manusia serta menurunnya produktivitas (Depkes RI 2009).

(2)

termasuk High Case Incidence Area (HCI) dengan nilai API > 5 ‰ (Dinkes NTB 2008).

Desa Lembah Sari adalah satu di antara desa di Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat yang merupakan desa endemis malaria dan termasuk kriteria High Case Incidence Area (HCI). Ditemukannya kasus malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dalam jumlah yang besar, mengindikasikan terjadinya penularan setempat (indigenus) dengan gejala klinis yang sangat spesifik (Dinkes Lombok Barat 2009).

Berbagai cara penanggulangan telah dilaksanakan yakni pencarian dan pengobatan penderita serta pengendalian vektor, namun kasus malaria masih tinggi. Tingginya kasus malaria di Kabupaten Lombok Barat membuktikan kurang efektifnya pelaksanaan pemberantasan malaria termasuk kurang lengkapnya data tentang bioekologi vektor. Mengingat vektor malaria di Indonesia sangat banyak dan berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya, maka penelitian bionomik untuk tiap spesies di setiap daerah mutlak diperlukan termasuk perilaku menggigit dan epidemiologi malarianya.

Data atau informasi yang menerangkan hubungan antara jenis Anopheles tertentu dengan lingkungannya, merupakan kunci penting dalam epidemiologi penyakit tular vektor. Penguasaan tentang bionomik vektor sangat diperlukan dalam perencanaan pengendalian vektor. Usaha pengendalian vektor akan memberikan hasil maksimal, apabila ada kecocokan antara perilaku vektor yang menjadi sasaran dengan metoda pengendalian yang diterapkan.

Penularan dan penyebaran malaria dipengaruhi oleh faktor yang disebut inang (host), penyebab (agent) dan lingkungan (environment). Apabila tiga faktor tersebut saling mendukung maka penularan dan penyebaran malaria akan terus terjadi. Dengan memahami hubungan ketiga faktor tersebut maka usaha pemutus mata rantai penularan malaria dapat direncanakan dan ditentukan dengan lebih terarah.

(3)

2.1 Anopheles sebagai vektor malaria

2.1.1 Klasifikasi nyamuk Anopheles balabacensis

Dalam susunan taksonomi, nyamuk Anopheles di klasifikasikan sebagai berikut seperti yang disampaikan oleh (Bruce-Chwatt 1985):

Kingdom : Animal Filum : Artropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Subordo : Nematocera Famili : Culicidae

Subfamili : Anophelinae Genus : Anopheles

Sub genus : Cellia

Species : Anopheles balabacensis

2.1.2 Vektor Malaria

Bionomik vektor malaria sangat beragam. Bionomik vektor yang sangat beragam ini ikut menentukan cara penanggulangannya. Idealnya, intervensi pengendalain vektor harus mengarah kepada vektor sasarannya tanpa menimbulkan efek negatif bagi manusia atau lingkungan sekitarnya. Cara ini disebut dengan ’species sanitation’ yang dikembangkan pada tahun 1920an, sayangnya hanya diaplikasikan pada daerah-daerah tertentu saja. Meskipun beberapa vektor sesuai dengan ’spesies sanitation’ lokal, biaya untuk studi bionomik dan modifikasi lingkungan yang diperlukan seringkali menjadi penghalang (Najera dan Zaim 2003).

Pengetahuan tentang bionomik vektor sangat diperlukan dalam perencanaan pengendaliannya. Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang menerangkan hubungan antara organisme dengan lingkungannya (WHO 1975).

(4)

di antaranya diketahui sebagai vektor malaria. Jumlah spesies Anopheles yang telah dilaporkan di Indonesia sebanyak 80, dan 22 di antaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria (Sukowati 2009). Nyamuk penular malaria adalah berbagai jenis Anopheles. Jenis nyamuk ini antara lain A. maculatus, A. sundaicus, A. aconitus, A. barbirostris, A. vagus, A. balabacensis. Habitatnya bervariasi tergantung spesies, mulai dari lingkungan pegunungan sampai pantai (Sigit dan Hadi 2006).

(5)

3.1 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 1). Desa Lembah Sari merupakan daerah perbukitan yang terletak di daerah sebelah barat Kecamatan Gunung Sari, berada pada ketinggian 200-500 meter diatas permukaan laut, yang terletak ± 8 km² di sebelah utara Kota Mataram Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat (Bappeda Lombok Barat 2007). Di desa ini banyak terdapat perkebunan aren, sebagian kecil merupakan daerah pertanian, sungai yang melintasi desa ini merupakan sumber air utama yang tidak kering sepanjang tahun.

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.

 Kecamatan Batulayar Desa

Lem bah Sar i Lokasi Penelitian

Desa

(6)

Aaaaaa Di sekitar desa ini juga masih terdapat hutan alam dengan berbagai jenis tumbuhan dan banyak mata air yang tidak terlindungi yang menyebabkan terjadinya genangan-genangan air. Sebagian daerah permukiman berada di daerah pinggiran perbukitan, pada dataran tinggi hingga dataran rendah, dan umumnya berkelompok. Topografi wilayah seperti ini sangat berpotensi sebagai tempat berkembangbiak vektor malaria. Risiko masyarakat berkontak dengan vektor sangat tinggi di dukung oleh pekerjaan masyarakat yang umumnya sebagai petani dan pekerja perkebunan.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan April sampai dengan Juli 2009, meliputi survei lapangan, pengumpulan dan analisis data. Penangkapan nyamuk dilakukan di Dusun Kedondong Atas karena topografi wilayahnya dianggap dapat mewakili dusun lainnya selain dusun tersebut merupakan daerah endemis malaria dengan (API) >5‰, sepanjang 3 tahun terakhir (High Case Incidence Area). Penangkapan dilakukan sebanyak 16 kali (satu kali seminggu selama 4 bulan) dari bulan April – Juli 2009.

3.2 Metode penelitian

Penelitian dilakukan dalam lima bentuk kegiatan yaitu (a) pelaksanaan MBS (Mass Blood Survey), (b) penangkapan nyamuk dewasa dengan human landing colection (c) penangkapan dengan magoon trap, (d) pengamatan terhadap penemuan parasit malaria, dan (e) pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat

3.2.1 Pelaksanaan Kegiatan MBS (Mass Blood Survey)

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui angka kesakitan malaria pada kelompok masyarakat dan sebagai dasar penentuan lokasi (rumah) tempat penangkapan nyamuk dewasa. Populasi dalam penelitian ini adalah tersangka penderita malaria yang terjaring atau datang pada kegiatan survei darah massal / Mass Blood Survey (MBS) terdiri dari semua umur baik laki-laki ataupun perempuan (Consecutive sampling) Hulley and Cumming (1988). Besar sampel dihitung menggunakan rumus Notoatmodjo (2005).

(7)

4.1Kegiatan MBS (Mass Blood Survey)

Hasil Kegiatan MBS (Mass Blood Survey) yang dilakukan pada tanggal 2 April 2009 terhadap 116 sampel darah malaria, sebanyak 13 orang positif Plasmodium yang terdiri dari 9 orang positif P. falciparum, 1 orang positif P. vivax dan 3 orang merupakan kasus gabungan antara P. falciparum + P. Vivax (Mix). Bila dibedakan berdasarkan kelompok umur maka dapat diketahui hasil pemeriksaan darah pada kelompok anak-anak antara usia 0 – 11 bulan dan 12 – 23 bulan tidak ditemukan sampel darah positif. Pada kelompok umur 2 – 9 tahun ditemukan 4 positif P. falciparum dan 2 orang positif P. Falciparum + P.vivax (Mix). Pada sampel darah kelompok umur 10 – 14 tahun di temukan 2 orang positif P.falciparum dan berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan usia diatas 15 tahun ditemukan 3 orang positif P. falciparum, 1 orang positif P.vivax dan terdapat 1 orang penderita gabungan P. Falciparum +P.vivax (mix). (Lampiran 1).

4.2 Perilaku menggigit nyamuk Anopheles balabacensis 4.2.1 Jenis Anopheles yang ditemukan

Nyamuk Anopheles yang ditemukan atau tertangkap di Desa Lembah Sari selama penelitian dari bulan April – Juli 2009 hanya satu spesies yakni nyamuk Anopheles balabacensis. Jenis Anopheles yang pernah ditemukan di daerah pegunungan/perbukitan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat ada dua jenis yaitu A. balabacensis dan A. maculatus, kedua spesies tersebut sudah dikonfirmasi menjadi vektor utama malaria ( Depkes RI 2007d).

Berdasarkan kunci identifikasi O’Conor dan Soepanto (1979) nyamuk A. balabacensis dan A. maculatus dapat di bedakan sebagai berikut :

Anopheles balabacensis (Gambar 7) mempunyai ciri-ciri antara lain pada kosta dan urat 1 ada 3 atau kurang noda-noda pucat, dan pada sambungan tibia-tarsus kaki belakang ada gelang pucat yang lebar. Gelang pucat yang terang pada pangkal tarsal ruas 4 kaki belakang, tanda gelap presektor urat 1 kurang lebih

(8)

Sumber : www.remarag.org/images/malari1.jpg

Gambar 7 Nyamuk Anopheles balabacensis betina.

sama panjangnya dengan tanda gelap pada kosta, kalau memanjang ke pangkal, jarang melebihi tengah-tengah tanda gelap humeral pada costa. Habitat A. balabacensis di Pulau Lombok pada umumnya di perbukitan yang tinggi dan banyak mata air.

Adapun nyamuk Anopheles maculatus mempunyai ciri-ciri antara lain pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat. Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang seperti pucat. Sekurang-kurangnya tibia-tarsus ke 5 kaki belakang putih, femur dan tibia berbintik pucat. Habitatnya A. maculatus di Pulau Lombok pada umumnya di perbukitan yang banyak pohon kelapa dan lokasinya lebih terbuka.

4.2.2 Perilaku Mencari Darah

Dari hasil penangkapan menggunakan magoon trap selama penelitian terbukti bahwa nyamuk A. balabacensis lebih menyukai darah hewan (zoofilik). Tidak ada nyamuk A. balabacensis yang diperoleh pada magoon dengan umpan manusia, sedangkan dari penangkapan menggunakan magoon dengan umpan hewan (sapi) diperoleh A. balabacensis rata-rata 10,83 ekor/bulan atau 2,71 ekor/malam dari total tangkapan 43,33 ekor selama penelitian. Penangkapan tertinggi pada bulan Mei sejumlah 14,00 ekor/ bulan dan terendah pada bulan April sejumlah 9,00 ekor/bulan (Tabel 1).

(9)

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Jenis nyamuk Anopheles yang di temukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar hanya satu yakni A.balabacencis. Secara umum nyamuk A.balabacencis lebih banyak tertangkap dengan magoon umpan sapi dibandingkan dengan magoon umpan manusia sehingga terbukti nyamuk A.balabacensis cenderung bersifat zoofilik. Nyamuk aktif mendatangi magoon sapi sepanjang malam mulai pukul 18.00 - 06.00, sedangkan puncak aktivitas antara pukul 21.00 - 22.00 Wita.

Anopheles balabacensis cenderung bersifat eksofagik karena lebih aktif menyerang manusia di luar rumah dibandingkan dengan di dalam rumah. Aktivitas puncak gigitan nyamuk di luar rumah pada pukul 22.00-23.00 dan puncak aktivitas berikutnya pada pukul 01.00-02.00 Wita, sedangkan aktivitas gigitan nyamuk di dalam rumah cenderung datar karena tidak ditemui aktivitas yang menyolok.

Dari 45 kasus malaria mayoritas disebabkan oleh Plasmodium falciparum (78%) dan Plasmodium vivax (22%). Sebagian besar kasus di temukan pada jenis kelamin pria (62%) dibandingkan dengan wanita (38%), hal ini dipengaruhi oleh pekerjaan dan aktivitas pria. Ditemukannya kasus malaria pada bayi umur 0-11 bulan mengindikasikan terjadinya penularan setempat (indigenus).

Jarak rumah penduduk yang sangat dekat (0-500 meter) dari sungai/tempat perkembangbiakan nyamuk (TPN) mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadi transmisi penularan malaria setempat dibandingkan dengan rumah yang jaraknya diatas 500 meter.

(10)

5.2 Saran

Mengingat kasus malaria pada masyarakat di Desa Lembah Sari masih banyak serta ditemukannya A. balabacensis sebagai vektor malaria, maka masyarakat disarankan selalu menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian yang tertutup atau menggunakan repelen saat melakukan kegiatan di luar rumah pada malam hari, menggunakan kelambu tidur pada saat di dalam rumah atau diluar rumah (di berugak), serta menempatkan kandang ternak yang tidak jauh jaraknya dari rumah karena dapat mengurangi gigitan nyamuk pada manusia (cattle barrier).

Gambar

Gambar 1  Peta Lokasi Penelitian Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar   Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat
Gambar 7  Nyamuk Anopheles balabacensis betina.

Referensi

Dokumen terkait

• hasil perhitungan model Alignment Index (AI) pendidikan SMA dapat menjadi bahan evaluasi bagi sekolah dalam menyiapkan lulusan yang

Kandungan tanin pada serasah daun jati mampu memberikan proteksi pada protein pakan terhadap degradasi oleh mikrobia di dalam rumen sehingga menurunkan produksi

distribusi seperti ini permainan harga sangat sering dilakukan dalam tahap sebelum masuk ke proses pengolahan bahan baku menjadi mebel oleh mereka yang memiliki informasi tentang

infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput (meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari infeksi

Setelah dilakukan proses jartest didapatkan bahwa dosis optimum untuk penyisihan COD dengan menggunakan koagulan kitosan keong sawah adalah pada dosis 250 mg/L dengan

Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik status gizi balita pada kelompok penerima PMT Penyuluhan selama 3 bulan secara keseluruhan pemberian antara awal,

Hasil studi di Afrika misalnya mengungkapkan bahwa sistem pertanian semi organik ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perpustakaan STIKES Mega Rezky Makassar peran pustakawan dalam memahami karakter pemustaka belum maksimal mereka hanya bisa