commit to user
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE
(
Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi)TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan
Disusun Oleh :
Titik Putikah
NIM : S 540908120
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE
(
Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi)Disusun Oleh :
Titik Putikah
NIM : S 540908120
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal :
Pembimbing 1 Pembimbing II
Prof. Dr.dr. Didik Tamtomo, MKes MM,PAK Dr. Nunuk Suryani,MPd NIP.19480313 197610 1 001 NIP.19661108 199003
Mengetahui
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga
commit to user
iii
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE
(
Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi)Disusun Oleh :
Titik Putikah
NIM : S 540908120
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. Ambar Mudigdo,dr, Sp PA(K) ...
Sekretaris : Ruben Dharmawan,dr,Ir,Ph.D ...
Anggota : Prof.Dr. Didik Tamtomo,. dr.PAK, MM, M.Kes ... .
Anggota : Dr. Nunuk Suryani,MPd ...
Mengetahui Mengetahui
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Direktur Program Pascasarjana
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Titik Putikah
NIM : S540908120
Program Studi : Kedokteran Keluarga
Alamat : Ngawi
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya ini yang
berjudul HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP,
DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA
MENOPAUSE (Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi) adalah benar-benar hasil karya
sendiri, bukan duplikasi dari karya orang lain kecuali
kutipan-kutipan yang telah jelas sumbernya. Selanjutnya apabila
dikemudian hari ada klaim dari pihak lain, maka bukan menjadi
tanggungjawab Dosen Pembimbing atau Pengelola Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, tetapi menjadi
tanggungjawab kami sendiri. Demikian pernyataan ini dibuat
dengan sadar dan tanpa tekanan dari pihak manapun.
Surakarta, Agustus 2010 Yang menyatakan
commit to user
v MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap kata Syukur Alhamdulillah, Karya ini kupersembahkan
kepada:
1. Suamiku tercinta yang selalu mendukung dan mendampingi setiap langkahku
2. Anak-anakku tersayang yang senantiasa kucintai, kusayangi, dan kudambakan
yang telah memberi semangat dalam kehidupanku
commit to user
vii ABSTRAK
Titik Putikah, S540908120.Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku dengan Kecemasan wanita menopause (Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi), Program Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2010
Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya wanita menopause mengalami kecemasan karena kurangnya pengetahuan dan sikap, perilakunya kurang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku wanita menopause dengan kecemasan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian sebanyak 60 orang dan seluruh populasi diambil semua sebagai sampel.
Hasil penelitian membuktikan pengetahuan berhubungan signifikan dengan kecemasan wanita menopause dengan tingkat signikansi 0,000, Sikap berhubungan signifikan dengan Kecemasan wanita menopause dengan signikansi 0,000, Perilaku berhubungan signifikan dengan kecemasan dengan tingkat signifikansi 0,000. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku secara bersama-sama berhubungan signifikan dengan kecemasan wanita menopause dengan tingkat signikansi 0,000 ( F hitung > F tabel yaitu 35,38 > 2,76 )
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut: Bagi wanita yang memasuki masa menopause agar meningkatkan pengetahuannya tentang menopause, bersikap dan berperilaku positif sehingga tidak mudah cemas. Bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji hubungan pengetahuan tentang menopause, sikap dan perilaku wanita menopause dengan kecemasan sebaiknya variabel penelitiannya diperluas lagi, di samping itu jumlah sampel penelitian sebaiknya ditambah, termasuk lokasi penelitian diperluas sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang lebih representatif.
commit to user
ABSTRACT
Titik Putikah, S540908128. The Relation Between Knowledge, Attitude and Behavior, and Menopause Women’s Anxiety (A Case Study in KawuVillage of Kedunggalar Subdistrict of Ngawi Regency), Family Medical Magister Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. 2010.
The background of study is that many women experience anxiety because of their lack of knowledge on menopause and poor attitude and behavior. The objective of research is to analyze the relationship between knowledge, attitude and behavior, and menopause women’s anxiety.
The type of research is a quantitative research using correlational descriptive method. The population of research was 60 persons in which the whole population was taken as the sample.
The result of research proves that the knowledge is significantly correlated with the menopause women’s anxiety at significance level of 0.000, the attitude is significantly correlated with the menopause women’s anxiety at significance level of 0.000, the behavior is significantly correlated with the menopause women’s anxiety at significance level of 0.000, the knowledge, attitude and behavior are significantly correlated with the menopause women’s anxiety at significance level of 0.000 (Fstatistic > Ftable of 35.38 > 2.76).
Considering the result of research above, the author recommend the women entering menopause time to improve their knowledge on menopause; to show the positive attitude, to behave positively, and the next researcher, who wants to explore the relationship of knowledge, attitude and behavior, and menopause women’s anxiety, to expand the variable. In addition, the number of research sample should be increased so that the result is expected to be more representative.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul”
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU
DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE (Studi Kasus di Desa Kawu
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi) Penelitian tesis ini tidak terlepas dari
dari bantuan semua pihak yang telah membimbing, memberikan dorongan,
semangat serta petunjuk dan penjelasan, tak lupa peneliti mengucapkan terima
kasih kepada ;
1. Prof. Dr. dr. H. Much. Syamsulhadi, SpKJ (K) selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2. Prof. Drs. Suranto,. MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Prof. Dr.dr. Didik Tamtomo, M.Kes,MM,PAK, selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Keluarga.
4. P.Murdani.K. dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
5. Dr. Nunuk Suryani, MPd selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penyusunan tesis ini.
6. Camat Kedunggalar Kabupaten Ngawi
7. Kepala Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi
8. Pengurus Posyandu Lansia Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten
commit to user
9. Keluarga peneliti yang telah memberikan motivasi dan doa restu dalam
mengikuti pendidikan sampai terselesainya penyusunan tesis.
10.Kepada rekan-rekan seangkatan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan tesis ini
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
tesis ini. Oleh sebab itu, masukan dan saran dari pembaca sebagai perbaikan
sangat peneliti harapkan .Semoga Allah S.W.T memberikan balasan pahala atas
segala amal yang telah diberikan kepada peneliti dan semoga tesis ini bermanfaat
bagi peneliti dan semua pihak yang membacanya Amin yaa Rabbal Alamiin.
Surakarta, Agustus 2010
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul...i
Halaman Persetujuan Pembimbing...ii
Halaman Pengesahan...iii
Pernyataan Keaslian Tesis...iv
Motto...v
Persembahan...vi
Abstraksi...vii
Abstract...viii
Kata Pengantar...ix
Daftar Isi...xi
Daftar Tabel...xiii
Datar Gambar...xiv
Daftar Lampiran...xv
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...3
C. Tujuan Penelitian...4
D. Manfaat Penelitian...5
E. Orisinalitas Penelitian...5
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS...6
A. Kajian Teori ...6
1. Menopause ……….6
2. Pengetahuan ...21
3. Sikap ...26
4. Perilaku ...30
5. Kecemasan ...33
B. Penelitian yang Relevan ...36
commit to user
D. Hipotesis ...41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...42
A. Jenis Penelitian...42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...42
C. Populasi dan Sampel………..43
D. Variabel Penelitian………43
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian………44
F. Teknik Pengumpulan Data……….49
G. Metode Analisis Data...53
BAB IV HASIL ANALISIS DATA...55
A. Gambaran Umum Responden...55
B. Hasil Pengumpulan Data...57
C. Teknik Analisis Data………..58
1. Analisis Deskriptif...58
2. Uji Korelasi...60
3. Pengujian Hipotesis...63
D. Pembahasan Hasil Penelitian...64
E. Keterbatasan ...68
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ...69
A. Kesimpulan………..69
B. Implikasi dan Kebijakan...70
C. Saran...70
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Variabel Pengetahuan tentang Menopause ...46
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Sikap wanita yang memasuki masa Menopause...46
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Perilaku wanita yang memasuki masa Menopause...47
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kecemasan yang memasuki wanita masa Menopause...47
Tabel 3.5 Skor Jawaban kuesioner Variabel Pengetahuan tentang menopause ...48
Tabel 3.6 Skor Jawaban kuesioner Variabel sikap wanita menopause...48
Tabel 3.7 Skor Jawaban kuesioner Variabel Perilaku dan Kecemasan wanita menopause...49
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur...55
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat pendidikan... 56
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan...56
Tabel 4.4 Kategori Pengetahuan responden...58
Tabel 4.5 Kategori Sikap Responden ...58
Tabel 4.6 Kategori Perilaku Responden ...59
Tabel 4.7 Kategori Kecemasan Responden ...59
Tabel 4.8 Korelasi antara Pengetahuan Tentang Menopause dengan Kecemasan wanita Menopause ...60
Tabel 4.9 Korelasi antara Sikap Wanita Menopause dengan Kecemasan wanita Menopause...61
Tabel 4.10 Korelasi antara Perilaku Wanita Menopause dengan Kecemasan wanita Menopause ...61
commit to user
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pengantar
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Penelitian
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian.
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian.
Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 6 Hasil Uji Linieritas Instrumen Penelitian.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon yang terjadi pada usia menjelang atau memasuki 50
tahun ( Pakasi, 2000 ). Menopause dalam kehidupan seorang wanita merupakan
suatu proses alami dan sudah pasti terjadi. Ketika wanita memasuki masa
menopause yang umumnya terjadi pada usia sekitar 50 tahun akan terjadi
perubahan-perubahan biologis pada tubuhnya, khususnya hormon yang dihasilkan
oleh ovarium. Secara alami seorang wanita yang berusia 50-55 tahun,
ovariumnya tidak lagi menghasilkan hormon estrogen dan hormon-hormon
lainnya. Hilangnya estrogen dan progesteron secara progresif selama menopause
meningkatkan resiko kesehatan wanita dan akan mempengaruhi kualitas hidup
dikala seoramg wanita seharusnya mencapai kesuksesan.
Masalah-masalah kesehatan yang muncul akibat hilangnya hormon
estrogen yang berperan aktif dalam sistem kerja tubuh wanita. Perubahan yang
terjadi pada saat ini adalah perubahan fisik, mulai dari rambut, mata, kulit sampai
keorgan-organ fisik lainnya. Target organ fisik seperti masalah dipayudara dan
vagina serta muncul rasa panas menjalar ditubuh ( hot fluses). Walaupun bukan
suatu penyakit, peristiwa ini membawa dampak dalam kehidupan wanita terutama
commit to user
Tidak hanya perubahan fisik yang terjadi pada menopause,
perubahan-perubahan psikis pun muncul pada saat ini. Masalah-masalah yang timbul dari
perubahan psikis ini menimbulkan rasa cemas pada kebanyakan wanita
kecemasan yang dialami oleh wanita usia 50-55 tahunini dilihat dari adanya
kenyataan bahwa terdapat mitos tentang menopause bukan hanya omong kosong.
Keaadan ini mengakibatkan gangguan psikomatik, seperti cepat marah, merasa
khawatir terus menerus, merasa tidak percaya diri depresi hingga menagis, bahkan
ada yang tidak mau bertemu orang lain. Jika depresinya berat, biasanya datang ke
psikiater. Hal ini tetapi tidak akan sembuh karena masalah ini disebabkan oleh
adanya gangguan sistem hormon(Agustina, 2007). Pada penelitian Choirah
(2004) di Jakarta, ditemukan hubungan antara penurunan kadar estrogen dengan
perubahan mood yang terjadi pada masan premenopause. Dikatakan bahwa
ditemukan depresi sebanyak 37,9 % wanita premenopause yang mengalami
penurunan kadar estrogen. Kadar estrogen yang rendah memiliki resiko untuk
depresi 3,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami
penurunan estrogen.
Setiap tahunnya diperkirakan 25 juta wanita diseluruh dunia akan
memasuki masa menopause. Jumlah wanita yang berusia 50 tahun keatas
diseluruh dunia akan meningkat dari 500 juta menjadi 1 milyar pada tahun 2030 (
Hill, 1996 ). Di Asia, menurut WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita berusia tua
akan meningkat dari 107 juta menjadi 373 juta. Hal ini didukung dengan Usia
Harapan Hidup wanita yang makin tinggi dan mereka justru lebih aktif setelah
mengalami peningkatan. Pada tahun 1971 umur harapan hidup penduduk
Indonesia adalah 46,5 tahun dan tahun 2005 mencapai 68,2 tahun. Disamping itu
terjadi pergeseran umur menopause dari 46 tahun pada tahun 1980 menjadi 49
tahun pada tahun 2000. Peningkatan ini juga dialami propinsi Jawa Timur tahun
yaitu umur harapan hidup tahun 2005 dari 36, 65 tahun menjadi 68, 69 tahun pada
tahun 2007. Di kabupaten Ngawi umur harapan hidupnya 35,51 tahun pada tahun
2005 dan tahun 2007 umur harapan hidup menjadi 68,69 tahun.
Dari studi pendahuluan Bulan Januari tahun 2010 di Kawu Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi diperoleh data dari 10 wanita menopause 10 responden tersebut 8 orang tidak mengetahui tentang menopause, 7 orang
menunjukkan sikap kurang baik, dan 8 orang berperilaku kurang baik.. Dari ke 10
responden tersebut semuanya sering merasa cemas dalam menghadapi kehidupan
di usia lanjut.
Berdasarkan latar belakang diatas perasaan cemas pada wanita menopause
usia 50-55 timbul karena pengetahuan yang kurang tentang tanda-tanda dan gejala
menopause sehingga sikap dan perilakunya juga kurang baik. Selain itu juga
informasi dan penyuluhan-penyuluhan tentang adanya perubahan pada menopause
belum didapatkan, sehingga menimbulkan rasa takut atau tidak diperhatikan lagi
oleh anggota keluarganya. Dilihat dari latar belakang masalah tersebut penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Hubungan Antara
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Adakah hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita menopause
di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi?
2. Adakah hubungan antara sikap dengan kecemasan wanita menopause di Desa
Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi?
3. Adakah hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita menopause di
Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi?
4. Adakah hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku secara
bersama-sama dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya hubungan antara
pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kecemasan wanita menopause di
Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, sehingga dapat
ditemukan antisipasi menghadapi masa menopause dan upaya mengurangi
rasa cemas bagi para wanita masa menopause.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita
menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi
di Desa Kawu Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
c. Menganalisis hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita
menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memperluas kajian ilmu pendidikan dan pendidikan kesehatan yang
menyangkut pelayanan kesehatan khususnya wanita menopause.
2. Manfaat praktis
a. Diharapkan dapat dipakai sebagai masukan bagi Wanita Monepause di
Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
b. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan menambah
wawasan khususnya para wanita menopause dan keluarganya
c. Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya
tentang wanita menopause.
E. Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini berfokus pada hubungan antara pengetahuan, sikap dan
perilaku dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Masalah ini belum pernah diteliti oleh peneliti
lain. khususnya di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, oleh
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Menopause
a. Pengertian Menopause
Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih
dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel telur (Rachman , 1991:
6). Atau berhentinya menstruasi/haid secara signifikan dan menetap lebih
dari 12 bulan yang disebabkan oleh hilangnya aktifitas folikel ovarium,
terjadi pada usia 45 - 55 tahun dan rata-rata pada usia 50 - 51 tahun
(Murtagh, 1998: 857).
Menurut Zainuddin Sri Kuntjoro (2002a: 1-4) dan Nila Sari Dewi
(2003: 1) menopause adalah suatu keadaan dalam kehidupan seorang
wanita yang berhubungan dengan terhentinya siklus haid atau menstruasi
sebagai akibat berkurangnya produksi hormon estrogen dan progesteron
seiring bertambahnya usia, sedangkan hasil survei The NAMS (2003: 1-2)
yang disiarkan pada 4 September 1997 menunjukkan bahwa 52 % dari 750
wanita memandang menopause sebagai awal yang baru dalam
menyelesaikan tahap kehidupan.
Menurut waktu terjadinya menopause terdiri dari pramenopause
dan pascamenopause. Para menopause adalah masa 4-5 tahun sebelum
menopause sedangkan pascamenopause adalah 3-5 tahun setelah
menopause (Rachman 1991: 6; The NAMS, 1997: 1-2). Usia wanita
memasuki fase menopause bergantung pada banyak faktor, antara lain
faktor kesehatan umum, keadaan gizi dan faktor sosial ekonomi (Nelwati,
2000: 2). Dari hasil studi oleh Women's Health Across the Nation di 7
pusat negara AS dan 5 kelompok etnis, pada wanita berusia 40 - 55 tahun,
dilaporkan usia median saat menopause natural adalah 51,4 tahun. Dengan faktor-faktor seperti kebiasaan merokok, pendidikan rendah, bercerai,
tidak bekerja dan mempunyai riwayat penyakit jantung berhubungan
dengan menopause natural yang lebih dini. Sedangkan paritas, penggunaan
kontrasepsi oral sebelumnya dan ras/etnik Jepang, berkaitan dengan usia
menopause yang lebih lambat (Gold, 2001: 865-874). Usia saat
menopause ini akan semakin menurun, pada wanita yang tidak mempunyai
anak (Wango, 1996: 1-3).
Wanita Australia mengalami menopause rata-rata sekitar umur
51,3 tahun tetapi kurang dari dua persen diantaranya mengalami masa
menopause saat berumur kurang dari 40 tahun dan tujuh sampai 8 persen
setelah berumur 45 tahun. Hal ini sering menyebabkan timbulnya depresi
pada wanita, menurunnya gairah seksual, terjadi kenaikan risiko
osteoporosis, penyakit hati, dan Alzheimer (Karl, 2001: 1).
b. Patogenesis masalah menopause
Pada fase menopause (usia 45 - 55 tahun) seorang wanita akan
mengalami penurunan fungsi ovarium yang setelah kurang lebih selama 30
tahun berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama
commit to user
berlangsung secara berangsur-angsur selama 3 - 5 tahun. Pada fase ini
ovarium tidak peka lagi terhadap rangsangan hormon pengatur dari otak
sehingga telur tidak dapat berkembang lagi menuju kematangannya. Hal
ini akan menyebabkan jarang terjadi ovulasi dan akhirnya berhenti sama
sekali. Ovarium kemudian akan mengecil dan berkurang beratnya
(Rachman, 1991: 16). Produksi hormon estrogen makin lama makin
berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti
(menopause).
Proses menopause tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi merupakan
proses yang terjadi secara bertahap seperti disebutkan dalam "Managing your menopause", di mana kandung telur mulai berkurang memproduksi hormon-hormon seks wanita, hal ini terjadi sejak 3 sampai 5 tahun
sebelum haid berhenti. Masa ini disebut sebagai masa klimakterium atau
masa perimenopause (Utian and Jacobowitz, 1990: 1-2).
c. Perubahan yang terjadi saat menopause
Ketika menopause mulai dialami oleh perempuan, maka dia akan
mengalami berbagai perubahan fisik dan psikologis. Perubahan-perubahan
ini diasumsikan dapat mempengaruhi kesehatan mental perempuan
(American Psychological Association, 2002: 1-3; Nila Sari Dewi, 2003: 1;
Junetty Halim, 2003: 1; Ika Erika, 2003: 1).
Menurut Zainuddin Sri Kuntjoro (2002: 1-4) beberapa perubahan
1) Perubahan Fisik
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami
ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara
tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala leher dan dada bagian
atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau
dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah dan dada
berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan
gejala menopause yaitu: ketidak teraturan siklus haid, gejolak rasa
panas, kekeringan vagina, perubahan kulit, keringat di malam hari,
sulit tidur, perubahan pada mulut (kemampuan mengecap kurang
peka), kerapuhan tulang, badan menjadi gemuk, dan timbulnya
penyakit (jantung, pembuluh darah, kanker).
2) Perubahan Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada masa menopause amat penting
peranannya dalam kehidupan sosial wanita tersebut. Beberapa gejala
yang psikologis yang menonjol ketika menopause adalah timbulnya
rasa cemas, mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian,
tidak sabar, tegang, (tension), cemas dan depresi. Ada juga wanita yang merasa rendah diri karena menurunnya daya tarik fisik dan
seksual, merasa tidak dibutuhkan lagi oleh suami serta merasa
kehilangan feminitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa
keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala menopause yaitu:
commit to user
Secara nyata menjelang dan pada saat menopause terjadi perubahan
pada organ-organ reproduksi seorang wanita. Hal inilah yang
menimbulkan berbagai keluhan psikogenik seperti mudah tersinggung,
depresi, cemas, sedih, hilang atau sulitnya berkonsentrasi, perasaan
tidak dicintai, sulit tidur, perubahan suasana hati (mood), hilangnya rasa percaya diri, konflik keluarga, dan gangguan di tempat kerja
(Rachman, 1991: 13-14). Gejala klinis yang terjadi pada masa
menopause adalah sebagai berikut (Rachman 1991: 11-13):
a) Vasomotor, berupa: hot flushes, keringat malam, palpitasi. pusing, dan migren.
b) Urogenital, berupa: vagina atrofi dan mengering, dispareunia,
libido menurun, disfungsi kandung kencing (disuria], incontinensia alvi vagina, prolapsus uterovaginal.
c) Perubahan pada kulit dan jaringan lain: kulit menjadi kering,
jaringan kelenjar payudara atrofi, rambut baru pada wajah. Tanda
lain: kelelahan, sakit kepala.
d) Ekstragenital dapat berupa adipositas (penimbunan lemak) pada tungkai atas, pinggul, perut bagian bawah dan lengan atas,
hipertensi, hiperkolesterolemia, aterosklerosis dan osteoporosis.
Bagi kebanyakan wanita penduduk Amerika Utara, kata
menopause mempunyai asosiasi arti yang negatif. Secara umum wanita
pasti selalu menginginkan bisa tampil cantik dan selalu terlihat muda, oleh
akhir dari kecantikan seorang wanita. Sehingga kenyataan yang dapat kita
lihat bahwa banyak wanita mengalami depresi berat ketika mereka dalam
masa menopause (Carter, 2001: 463-466).
Pada masa menjelang usia setengah abad, seorang wanita berada
pada masa dewasa, ia telah mencapai "kemantapan" dalam berbagai hal.
Masa dewasa mantap, karena banyak keinginannya sudah tercapai dan
sudah menerima semua hal yang tidak tercapai. Kenyataannya menjelang
menopause atau pada masa menopause, wanita mulai mengalami gejolak
hidup, yang bisa berakibat fatal dan yang tidak perlu terjadi apabila
sebelumnya sudah siap mental (Gunarsa, 2000: 82). Mengingat menopause
sesungguhnya bukanlah suatu problema konstitusi maka studi-studi
tentang pengetahuan tersebut jarang dilaksanakan di antara
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan reproduksi wanita tersebut (Hadijono
et al., 1999: 1-7).
Perubahan psikologis yang dialami seorang wanita menjelang
menopause meliputi merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan karena takut menjadi tua, mudah tersinggung, mudah kaget sehingga jantung
berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut
bahwa suami akan menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan sulit
mencapai orgasme. Mereka juga merasa tidak berguna dan tidak
menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan keluarga dan orang lain
commit to user
Menurut Manuaba (1999) perubahan fisik yang terjadi pada masa
menopause adalah sebagai berikut: 1) Perubahan kulit
Pada perubahan kulit ini, lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit
menjadi kendor. Otot di bawah kulit muka juga mengendor sehingga
jatuh dan melembek. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan
menimbulkan pigmentasi dan tumbuh bintik hitam. Kelenjar kulit
kurang berfungsi sehingga kulit kering dan keriput.
2) Perubahan metabolisme tubuh
Ditandai dengan menurunya pengeluaran hormon tiroksin dan insulin
pembakaran dan keperluan tubuh menjadi menurun. Untuk dapat
menyesuaikan penurunan metabolisme dilakukan perubahan pola
makan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Bila pola makan tetap
seperti umur sekitar 30 tahun maka kelebihan nutrisi akan disimpan
dalam bentuk lemak dan gula. Akibatnya akan terjadi kegemukan,
dimana deposit lemak terdapat pada bokong, payudara dan perut.
Kelebihan gula (makanan yang mengandung banyak gula) dapat
menyebabkan gangguan metabolisme gula yang akan menjurus pada
penyakit kencing manis (Diabetus Mellitus).
3) Perubahan pola makan
Perubahan pola makan dianjurkan menjurus ke arah makanan yang
mengandung banyak serat. Juga terjadi perubahan pada kerja usus
perubahan kerja usus menjadi lambat. Kemampuan mereabsorbsi sari
makanan makin berkurang. Kerja usus halus dan besar yang lambat
menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi (sembelit).
4) Perubahan sistem jantung dan pembuluh darah
Terjadi karena adanya perubahan metabolisme, menurunya estrogen,
menurunnya pengeluaran hormon paratiroid. Hubungan emosi dengan
sistem ini menimbulkan jantung mudah berdebar. Meningkatnya
hormon FSH dan LH serta rendahnya estrogen dapat menimbulkan
perubahan pembuluh darah. Melebarnya pembuluh darah pada wajah,
leher dan tengkuk menimbulkan rasa panas yang disebut “Hot Flushes” badan terasa panas. Penimbunan kolesterol pada pembuluh darah menimbulkan penyakit jantung koroner.
5) Perubahan pada alat genital
Perubahan yang terjadi pada alat genetalia meliputi liang senggama
terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan
mudah terjadi infeksi (infeksi kandung kencing, infeksi liang
senggama). Daerah sensitif makin sulit untuk dirangsang. Saat
hubungan seksual dapat terjadi nyeri (disparaeunia) sulit mencapai orgasme. Lemahnya penyangga alat kelamin bagian dalam
menyababkan terasa kurang enak sekitar liang senggama, liang
senggama terasa tuirun (menonjol) dalam bentuk tonjolan kandung
commit to user
6) Perubahan pada tulangPerubahan terjadi karena kombinasi rendahnya hormon estrogen dan
hormon paratiroid. Tulang mengalami dekalsifikasi (pengapuran)
artinya kalsium menurun hingga tulang keropos dan mudah terjadi
patah tulang. Patah tulang terutama terjadi pada persendian paha.
7) Perubahan fungsi saraf
Terjadinya penurunan fungsi pada panca indra seperti penglihatan dan
pendengaran. Hal ini disebabkan terjadi degenerasi sel saraf dan sel
otak sehingga menimbulkan manifestasi klinis.
8) Perubahan fungsi motorik
Otot sudah mulai lemah untuk memegang dan mengambil barang,
koordinator sudah kurang tepat dan pegangan sering lepas, gerak otot
mulai sulit dikendalikan sehingga sering gemetar, dalam keadaan
diam, dengan tidak terasa tangan dan kaki bergerak sendiri (tremor),
artikulasi suara mengalami gangguan sehingga sering keseleo bila
bicara.
9) Perubahan fungsi sensorik
Terjadi gangguan pada rasa tidak enak, kram atau sakit, gejala ini
timbul saat berdiam diri dan akan menghilang bila digerakkan.
Kemunduran fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan
menimbulkan keluhan klinis, terdapat gangguan rasa perabaan, karena
d. Menopause dan Depresi
Hubungan antara menopause dan gejala depresi telah menjadi topik perdebatan para ahli kesehatan selama beberapa tahun, walaupun
hanya sedikit bukti-bukti yang mendukung adanya hubungan kausal antara
gejala depresi dan menopause namun terbukti bahwa kedua kondisi tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan baik fisik maupun mental
(Collins, 1997:1-2). Selain itu beberapa studi juga menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara transisi menjelang menopause dengan terjadinya
depresi (Bennett, 2001: 1-2; Mullen, 2002: 1-2; ).
Terdapatnya penyakit yang diderita seorang wanita sebelum
memasuki masa menopause (premorbid), misalnya diabetes akan menyebabkan kelemahan dan menurunkan kualitas hidup. Banyak orang
dengan penyakit diabetes tercatat mengalami depresi dan menurun
aktivitas kehidupannya (DeCotiis, 2001: 1). Munculnya penyakit pada
masa menopause tersebut banyak disebabkan oleh masalah sosial yang timbul dan pola hidup, di mana banyak ditemukan berhubungan dengan
hipertensi. Akan tetapi hubungan tersebut tidak berpengaruh secara
langsung dengan ada atau tidak adanya depresi. Meskipun demikian pada
penelitian yang melibatkan 695 responden yang mayoritas kulit hitam
menunjukkan bahwa pada responden yang mengalami depresi 4 kali lebih
banyak mempunyai hipertensi (Reiff, 2001: 1).
commit to user
dalamnya gangguan tidur, gejala-gejala fisik seperti: hot flushes, pegal-pegal; mudah marah, cemas, perasaan gelisah serta sulit berkonsentrasi
(Schwartz, 1999: 1; Bennett, 2001: 1-2). Kadar hormon estrogen yang
berubah-ubah (fluktuasi) berperan dalam mempengaruhi mood (keadaan jiwa). Boleh jadi kurangnya hormon estrogen dalam tubuh wanita itulah
yang memudahkan wanita terkena depresi ketika menopause (Hunter,
1996). Walaupun hubungan estrogen dengan emosi seseorang tidak dapat
secara lengkap diketahui dengan pasti, namun ada bukti bahwa estrogen
mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap
produksi beberapa unsur kimiawi otak (neuretransmitter) yang dikenal sebagai unsur pembentuk mood dan fungsi kognitif. Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa pemberian hormon estrogen pada wanita
yang mengalami menopause, baik dalam masa awal, transisi maupun selama mengalaminya, akan sangat membantu dalam mengurangi
gejala-gejala depresi yang biasanya muncul (Minkin and Hanlon, 2000: 1;
Johnston, 2001: 1).
e. Penyebab Menopause
Menjelang menopause terjadi perubahan hubungan hormon
siklus maupun jumlahnya, sampai suatu waktu berhenti sama sekali.
Turunnya kadar hormon steroid, terutama estrogen, bukan saja mengubah
pola haid, tetapi juga mempunyai dampak terhadap kesehatan umum
(Hidayat dalam Prawirohardjo, 2006).
f. Profil hormonal dalam siklus menopause
Masa hidup Fisiologis Gambaran klinis normal Patologi Klimakterium (46-50 tahun) Menopause (50-55 tahun) Pascamenopause > 55 Senium > 60 tahun
Fungsi ovarium turun Estrogen/pro gesteron Berfluktuasi Ovarium tidak berfungsi Kadar estrogen makin turun Dua tahun setelah berhenti menopause Beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen Menstruasi tidak teratur Rangsangan estrogen dominan Menstruasi berhenti Disparenunia Kadar estrogen sangat rendah Gejala psikosomatik menonjol Gejala defisiensi hormon estrogen Psikologis :
- takut tua - tak menarik - cepat marah - sukar tidur Gejala
psikosomatik semakin bertambah
alat kelamin dapat mengalami :
- kering tanpa lendir - pengecilan ukuran rahim Mulai adaptasi terhadap keadaan estrogen rendah. Gejala osteoporosis karena tulang tipis dan keropos.
Mudah terjadi patah tulang terutama tulang paha.
[image:32.612.156.510.204.646.2]commit to user
g. Upaya-upaya menghadapi menopause
Persepsi atau sikap positif dari masyarakat dan petugas kesehatan,
yaitu:
1) Menerima menopause sebagai karunia yang disyukuri karena dilebihkan dari perempuan lain, dengan umur yang lebih panjang,
dengan segala kesempatan.
2) Menganggap menopause tidak hanya sebagai proses penuaan fisik saja, tetapi lebih dari sebagai proses, pematangan dalam segi intelektual,
konsep pemikiran, spiritual dan wawasan hidup.
3) Menurut Manuaba (1999) upaya untuk menghindari perubahan
psikologis menghadapi menopause berdasar atas keharmonisan keluarga dan saling pengertian.
Menurut Manuaba (1999) upaya untuk menghindari penuaan kulit
terlalu cepat dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
1) Jangan terlalu gemuk, sehingga hilangnya lemak bawah kulit tidak
terlalu kelihatan
2) Hindari sebanyak mungkin sinar matahari karena ultraviolet dapat
merusak kulit dan menimbulkan kanker kulit.
3) Kelancaran peredaran darah dengan mengurangi kulit keriput melalui
peningkatan aktifitas fisik dan masase (salon kecantikan).
4) Memakai pelembab kulit.
Menurut Arisman (2004) upaya pencegahan dan mempertahankan
1) Olah raga secara teratur disertai dengan kegiatan harian yang
sederhana seperti mengangkat barang.
2) Mengurangi kafein, garam dan gula. Kafein yang berlebihan dapat
merangsang gejolak panas, poliuri dan defisiensi masa tulang.
3) Melaksanakan anjuran dalam mengkonsumsi makanan.
4) Pola makan sehat
Hal-hal yang diperhatikan dalam menerapkan pola makan sehat
adalah: 1) Pilihlah jenis makanan yang bermanfaat, misalnya makanan
berprotein mengandung lemak tak jenuh, seperti ikan tuna dan salmon, 2)
Patuhi jadwal makan, yaitu makan makanan yang bergizi seimbang tiga
kali sehari pada waktu yang tepat, yaitu sarapan, makan siang dan makan
malam dan dua kali makanan selingan, 3) Jangan makan pada pada kondisi
lapar, dikhawatirkan hal ini menjadi kebiasaan yang menimbulkan lemak
tubuh, 4) Mengurangi resiko konstipasi, di antaranya mengkonsumsi
makanan berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan
sereal untuk membentuk feces yang mudah dikeluarkan. Biji utuh yang
telah dimasak seperti bubur gandum, bulgur, beras merah merupakan
sumber serat yang baik dan minum paling sedikit 8 gelas. 5)
Memperlambat perkembangan osteoporosis, dengan menambah suplemen
vitamin D (biasanya 400-800 IU setiap hari) untuk meyakinkan penyerapan kalsium terutama wanita yang sedikit paparan sinar matahari.
Paparan sinar matahari pada kulit merupakan langkah yang penting untuk
commit to user
susu dan produk olahan susu, 6) Memperkuat daya tahan tubuh. Karena itu
makan makanan yang penting untuk kekebalan seperti vitamin E, B6 dan
Zn. Contoh bahan makanan yang mengandung zat gizi tersebut adalah
biji-bijian utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut, daging yang tidak
berlemak, margarine dan minyak tumbuhan, 7) Mengurangi resiko
penyakit jantung, yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak
mengandung kolesterol dan natrium, dan banyak makanan yang kaya akan
vitamin B6 dan B12 asam folat, serat yang larut, kalsium dan kalium.
Contoh buah termasuk nanas, kacang kering, sayuran, susu tanpa lemak,
daging tidak berlemak, biji-bijian utuh, 8) Agar ingatan tetap baik dan
sistem saraf tetap bagus harus banyak makan vitamin B6, B12, dan asam
folat.
Menurut Varney (2009) Beberapa upaya untuk mencegah
dampak dari perubahan fisik pada menopause tersebut adalah pemeriksaan ginekologi secara rutin, pemeriksaan kesehatan umum secara rutin,
misalnya tensi, timbang berat badan, rekam jantung, pemeriksaan Bone Mass Densitometri, pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol), pemeriksaan pap smear secara rutin, perabaan payudara (sadari) (Varney,
2009). Menurut Hidayat dalam Prawirohardjo (2006): Terapi Sulih
Hormon (TSH) diberikan atas indikasi medis, dalam jangka pendek
(paling lama 5 tahun) mulai dosis kecil. Fitoestrogen dalam bentuk
2. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu subjek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: Indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007: 10). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagian
hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda kepercayaan (belief) takhayul (supperstitions) dan penerangan yang keliru (missinformations).
Menurut Suprapto dalam Alex Sobur , 2003: 34). Pengetahuan
bersal dari “Kata science bahasa Latin yang berarti ”pengetahuan” Kata
scentia berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya “mempelajari”
“mengetahui”. Menurut Agus Supriyono, (2009: 6) “Hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikhomotor. Domain
kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan) comprehension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, mengemukakan contoh),
application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), syntesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai)”
Muchith (2007: 59) mengatakan: “Kognitif adalah salah satu ranah
commit to user
pemahaman (comprehension) (3) penerapan (aplication), (4) analisa (analysis) (5) sintesa (sinthesia), (6) evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses
atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan rasional yang dimiliki oleh
orang lain”.
Menurut Hatta, dalam Alex Sobur (2003: 35) “Pengetahuan yang
didapat dari pengalaman disebut pengetahuan pengalaman, (knowledge). Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu
pengetahuan atau ilmu atau science. Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu, yaitu: sistematik, rasional,
empiris, umum dan kumulatif”
Menurut Mehra dan Burhan dalam Alex Sobur (2003: 35)
“Pengetahuan adalah suatu sistem gagasan yang bersesuaian dengan
sistem benda-benda dan dihubungkan oleh keyakinan Ada 3 (tiga) sumber
pengetahuan yaitu pengetahuan yang diperoleh dari gambaran langsung,
pengetahuan yang diperoleh dari suatu konklusi dan pengetahuan yang
diperoleh dari kesaksian dan anhathori
Bloom (1986: 7) menyusun ke dalam tiga klasifikasi (ranah) yaitu:
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan terdiri dari
enam aspek yang bersifat hierarkis. Pengetahuan terdiri dari (1)
pengetahuan tentang hal-hal spesifik yaitu pengetahuan tentang
tentang cara-cara berkenaan dengan hal-hal spesifik yaitu pengetahuan
tentang konvensi, pengetahuan tentang kecenderungan dan urutan,
pengetahuan tentang klasifikasi dan katagori, pengetahuan tentang kriteria,
dan pengetahuan tentang metodologi. (3) pengetahuan tentang
unsur-unsur universal dan abstraksi dalam satu bidang yaitu pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi, pengetahuan tentang teori dan struktur.
b. Hakikat Pengetahuan
Agus Supriyono, (2009: 30) mengatakan: “Hakikat pengetahuan
memberikan sumbangan terhadap usaha mendekonstruksi pembelajaran
mekanis. Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat
dirangkum sebagai berikut; (1) pengetahuan bukanlah gambaran dunia
kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui
subjek. (2) subjek membentuk skema kognitif, katagori, konsep dan
struktur yang perlu untuk pengetahuan. (3) pengetahuan dibentuk dalam
struktur konsep seseorang.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tindakan, yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling
commit to user
dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi kondisi riil (sebenarnya) . aplikasi di
sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja
dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2007 :
145-146)
Berdasarkan beberapa teori tersebut maka pengetahuan tentang
menopause dapat didefinisikan sebagai suatu informasi yang berkaitan
dengan suatu keadaan dalam kehidupan seorang wanita yang berhubungan
dengan terhentinya siklus haid atau menstruasi sebagai akibat
berkurangnya produksi hormon estrogen dan progesteron seiring
bertambahnya usia.
3. Sikap
a. Pengertian Sikap
Menurut Azwar S, (2003: 6) Sikap adalah evaluasi umum yang
dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isue.
Notoatmodjo, (2002: 146) mendefinisikan: Sikap seagai reaksi atau respon
seseorang yang masih terhadap suatu stimulus atau objek Sedangkan
Purwanto H, (1999: 62) mengatakan: Sikap adalah pandangan-pandangan
atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap
commit to user
b. Komponen Sikap
Azwar S (2003: 24 – 28) mengatakan struktur sikap terdiri atas 3
komponen yang saling menunjang yaitu:
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang kontroversial.
2) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Ada
kecenderungan untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu.
c. Tingkatan Sikap
Menurut (Notoatmodjo, 2002) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yakni:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu
menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudara, dsb)
untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang
gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.
d. Sifat Sikap
Menurut Purwanto H, (1999: 25) Sikap dapat pula bersifat positif
dan dapat pula bersifat negatif
1) Sikap positif cenderung tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari,
commit to user
e. Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan
perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Sax dalam Azwar S. (2003 : 87-88) menunjukkan beberapa karakteristik sikap yaitu :
1) Sikap mempunyai arah, arti sikap terpilah pada dua arah kesetuju yaitu
apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak
mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu
atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung dan
memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang
arahnya positif dan sebaliknya.
2) Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap
terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin
berbeda.
3) Sikap memiliki keluasan, kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap
suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat
spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek.
Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan
tidak mendukung pada suatu objek. Sikap bersifat evaluatif dan berakhir
pada nilai yang dianut dan terbentuk kaitannya dengan suatu objek. Sikap
merupakan perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu
disiapkan, dipelajari dan diatur melaui pengalaman yang memberikan
keadaan. Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Newcomb menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan bertindak. Sikap belum merupakan
tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu kesiapan terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan objek. Menurut
Notoatmodjo (2003) membagi sikap dalam tiga komponen yaitu
kepercayaan (keyakinan) terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak.
Berdasarkan pengertian sikap dtersebut, maka sikap wanita
monepose yang positif adalah
1) Menerima menopause sebagai karunia yang disyukuri karena dilebihkan dari perempuan lain, dengan umur yang lebih panjang,
dengan segala kesempatan.
2) Menganggap menopause tidak hanya sebagai proses penuaan fisik saja, tetapi lebih dari sebagai proses, pematangan dalam segi intelektual,
konsep pemikiran, spiritual dan wawasan hidup.
3) Adanya saling pengertian dilingkungan keluarga sehingga hubungan
keluarga tetap harmonis.
4. Perilaku
a. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau
commit to user
merupakan hasil daripada segala macam pengalaman kerja interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam hentuk pengetahuan.
sikap dan tindakan. Skiner dalam Notoatmodjo S. (2007 : 43) merumuskan
bahwa perilaku merupakan respons seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui
proses: stimulus.
b. Perilaku Wanita Menopause dalam memelihara Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Azwar (1995) dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: a) Latar belakang sesorang yang meliputi
norma-norma yang ada, kebiasaan, nilai budaya dan keadaan sosial ekonomi yang
berlaku dalam masyarakat, b) Kepercayaan dalam bidang kesehatan,
perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut
terhadap kesehatan. Kepercayaan yang dimaksud meliputi yang akan
didapat, hambatan yang ada, kerugian dan kepercayaan bahwa seseorang
dapat terserang penyakit, c) Sarana : tersedia, atau tidaknya fasilitas yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan d) Cetusan seseorang yang
mempunyai latar belakang pengetahuan yang baik dan bertempat tinggal
dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja belum pernah memanfaatkan
sarana kesehatan tersebut. Suatu ketika orang tersebut terpaksa minta
bantuan dokter karena mengalami perdarahan ketika orang tersebut
terpaksa minta bantuan dokter karena mengalami perdararahan ketika
melahirkan bayi kejadian itu dapat memperkuat perilaku orang tersebut
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Notoatmodjo, 1997: .
121). Klasifikasi perilaku kesehatan meliputi :
1) Perilaku kesehatan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
2) Perilaku sakit, yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal
keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
3) Perilaku peran sakit, yaitu segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh
kesembuhan (Notoatmodjo, 1997: 124).
Berdasarkan pengertian perilaku tersebut di atas, maka yang
dumaksud dengan perilaku wanita menopause adalah hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang wanita yang
mengalami masa menopause dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku wanita
menopause yang positif adalah perilaku yang ditunjukkan seseorang yang
mengalami masa menopause dalam memelihara kesehatannya.
5. Kecemasan
a.Pengertian Kecemasan
Kecemasan (ansietas / anxielv) gangguan alam perasaan (affective)
commit to user
mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas (Reality Testing Ability I RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami/keretakan kepribadian/splitting oj personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, D., 2008:19 ).
Kecemasan menurut Taylor ialah suatu pengalaman subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan
gejala-gejala flsiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat,
dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik. tegang,
bingung. tak dapat berkonsentrasi dan sebagainya) (Taylor,1995).
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman yang mendalam dari rasa
takut dan berkelanjutan. Kriteria ansietas menurut definisi dari ICHPPC
(the International Classification of Health Problems in Primary Care}
adalah ketidaknyamanan dan kecemasan menetap atau perasaan cemas.
Tidak berkaitan dengan respon secara luas terhadap stressor psikososial,
stimulus, atau kejadian (Murtagh, J.,1998:1043).
Ansietas (cemas ) dapat ditemukan di mana-mana; tidak demikian
dengan gangguan ansietas. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak
menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala
fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur
-kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya dengan rasa
cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau
obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut dilawan. Rasa
takut juga bersifat universal dan dapat menimbulkan gambaran gejala
ansietas yang akut; tetapi berbeda dengan ansietas, penyebab rasa takul
biasanya jelas dan dapat dipahami. Suatu gambaran yang lazim pada
semua gangguan ansietas adalah kualitas gejala yang tidak menyenangkan
dan tidak alami (ansietas, fobia, obsesi) yaitu ego alien dan ego distonik.
Gejala-gejala ini cenderung menjadi kondisi relaps kronis-waspadalah
terhadap kemungkinan bunuh diri (Tomb, D.A., 2004:96).
b.Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Perubahan-perubahan tata nilai kehidupan/psikososial telah
mempengaruhi nilai-nilai moral etika dan gaya hidup, tidak semua orang
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut di atas,
sehingga bisa mengalami gangguan penyesuaian diri.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain :
1) Pola hidup masyarakat dari yang semula sosial-religius ke arah pola
kehidupan masyarakat individual, materialistis dan sekuler.
2) Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup
mewah dan konsumtif.
3) Struktur keluarga yang semula keluarga besar (extendedfamily)
commit to user
4) Hubungan kekeluargaan yang semula erat dan kuat (tightfamily relationship) cenderung menjadi longgar dan rapuh (loose family relationship).
5) Nilai-nilai religius dan tradisional masyarakat, cenderung berubah
menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan serba boleh serta
toleransi berlebihan (permissive society)
6) Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung
untuk memilih hidup bebas atau hidup bersama tanpa ikatan
perkawinan.
7) Ambisi karier dan materi yang sebelumnya menganut azas-azas hukum
dan moral serta etika, cenderung berpola tujuan menghalalkan segala
cara; misalnya dengan melakukan K.KN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) (Hawari, D., 2008:1-3).
c.Gejala-gejala Kecemasan
1) Sistem urogenital dengan sebentar-sebentar ingin kencing, atau bahkan
sulit kencing
2) Sistem kardiovaskuler (jantung dan sistem pembuluh darah), gejala
darah tinggi, keringat dingin, debaran jantung berdetak lebih kencang,
sakit kepala, kaki dan tangan terasa dingin.
3) Sistem gastrointestinaiis: diare, kembung, lambung terasa perih,
perasaan sebah, banyak angin di dalam perut (dinyatakan sebagai
angin duduk). Kemungkinan dapat pula terjadi obstipasi (susah
4) Sistem respiratorius, ditandai dengan gejala megap-megap tak dapat
bernapas, dan hidung tersumbat.
5) Gangguan pada sistem muskulosketel dalam bentuk gejala
kejang-kejang pada otot, gangguan pada sendi (mirip gejala rematik).
6) Gangguan psikologis dengan tanda-tanda akan pingsan, takut sekali
akan menjadi gila dan takut mati. Gejala psikologis lainya berupa
derealisasi (merasa apa yang ada diluar dirinya berubah menjadi lain),
serta dengan gejala depersonalisasi (dirinya bukan dirinya).
7) Gangguan kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan, desertai
distorsi persepsi, gangguan orientasi, (ruang dan waktu). Distorsi yang
semacam ini akan mengganggu kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan kemampuan assosiatif (Ibrahim, A. S., 2002).
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitai ini dan
dijadikan acuan antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian Ika Erika (2004) dengan judul:” Hubungan antara Konsep Diri
dengan Derajat Stress pada Masa Menopause Hubungan antara Konsep
Diri dengan Derajat Stress pada Masa Menopause
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa wanita yang dibekali tentang
menopause akan memiliki konsep diri yang baik dibanding wanita yang tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tentang menopause.
2. Penelitian Al-Shammari dan Al-Subaie (1999) dengan Judul: “Prevalence
commit to user
faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada orang tua di Arab
Saudi
Hasil penelitiannya menunjukkan dari total responden ditemukan
gejala depresi terjadi pada 3110 responden (39%), dan 8,4% termasuk dalam
kategori depresi berat. Karakteristik pribadi yang berhubungan kuat dengan
terjadinya depresi adalah tingkat pendidikan yang rendah (p= 0,001). Tidak
bekerja (p= 0,001), status perkawinan (p= 0,001), dan usia tua (p= 0,001).
Tempat tinggal di daerah terpencil dan rumah dengan penataan ruang yang
kurang baik dan bangunan sudah tua juga berhubungan signifikan dengan
depresi yang sangat berat (p= 0,001). Terbatasnya privasi, seperti tidak
mempunyai kamar sendiri untuk orang dewasa, juga berhubungan dengan
terjadinya depresi yang lebih berat dibandingkan dengan adanya pembagian
ruangan/kamar dengan orang lain (p= 0,001),. Rendahnya pendapatan
mengakibatkan besarnya ketergantungan terhadap orang lain sehingga
berhubungan signifikan dengan terjadinya depresi (p= 0,001). Terdapat juga
asosiasi yang signifikan antara depresi pada responden yang jauh sanak famili,
tinggal sendirian, dan tidak banyak melakukan aktivitas rekreasi. Minimnya
persepsi responden tentang pengetahuan kesehatan, ketergantungan aktivitas
sehari-hari pada orang lain, dan problem kesehatan khususnya masalah
kencing yang berlebihan juga berhubungan dengan terjadinya depresi (p =
0,001).
3. Penelitian Joffe at al. (2002) dengan judul:” Does Menopause Place
dilakukan pada 363 wanita yang berusia 40-60 tahun yang secara
bersamaan dilakukan perawatan klinik dasar di Rumah sakit Umum
Massachusetts dengan menggunakan skor depresi.
Hasil studi menunjukkan bahwa pada wanita-wanita perimenopause
mempunyai kecenderungan dua kali lebih banyak mengalami tanda-tanda
depresi dari pada wanita-wanita premenopause usia pertengahan. Dan hot
flushes juga mempunyai korelasi positif dengan peningkatan skor depresi, di
mana makin cepat seorang wanita mengalami menopause makin besar
kemungkinan mengalami depresi.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan beberapa teori tersebut, kerangka pemikiran dalam penelitian
ini sebagai berikut.
1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecemasan
Jika wanita menopause memiliki pengetahuan yang luas tentang menopause,
maka cenderung akan semakin menurunkan tingkat kecemasan. Sebaliknya
jika pengetahuannya sempit, maka cenderung timbul kecemasan yang tinggi.
2. Hubungan antara Sikap dengan Kecemasan
Jika wanita menopause menunjukkan sikap yang baik serta mengikuti saran
dan menghindari larangan bagi wanita menopause, maka cenderung akan
menurunkan tingkat kecemasan wanita menopause, sebaliknya semakin buruk
commit to user
3. Hubungan antara Perilaku dengan Kecemasan
Jika wanita menopause menunjukkan perilaku baik, maka semakin rendah
tingkat kecemasan. Sebaliknya semakin buruk perilakunya, maka semakin
meningkat tingkat kecemasannya.
4. Hubungan antara Pengetahuan, sikap, dan perilaku secara
bersama-sama dengan Kecemasan
Jika wanita menopause memiliki pengetahuan yang luas tentang menopause,
menunjukkan sikap dan berperilaku yang baik, (sesuai saran dan petunjuk
yang harus dilakukan bagi wanita menopause), maka semakin rendah tingkat
kecemasan wanita menopause. Sebaliknya jika pengetahuannya sempit, sikap
dan perilakunya buruk, maka semakin meningkat tingkat kecemasannya.
Lebih jelasnya kerangka pemikiraan dapat digambarkan dalam bagan sebagai
[image:53.612.143.508.209.671.2]berikut:
GAMBAR 1
KERANGKA PEMIKIRAN
Keterangan
Variabel Independen : Pengetahuan (X1) Sikap (X2) dan Perilaku (X3)
Variabel Dependen : Kecemasan Wanita Menopause (Y)
Kecemasan Wanita Menopause
(Y) Pengetahuan
(X1)
Sikap (X2)
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis
dalam peneliutian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Ho : Hipotesis Nihil
a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita
menopause.
b. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kecemasan wanita menopause.
c. Tidak ada hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita menopause.
d. Tidak ada hubungan antara pengetahuan sikap dan perilaku secara
bersama-sama dengan kecemasan wanita menopause
2.H1 : Hipotesis Alternatif.
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita menopause.
b Ada hubungan antara sikap dengan kecemasan wanita menopause.
c. Ada hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita menopause.
d. Ada hubungan antara pengetahuan sikap dan perilaku secara
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian bersifat kuantitatif dengan
menggunakan metode deskriptif korelasional, untuk melihat hubungan variabel
independen terhadap variabel dependen, yang dilakukan pengukuran dalam waktu
bersamaan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten
Ngawi. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini yaitu sebagai berikut.
a. Data yang ada dan kondisi wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi. berdasarkan penelitian pendahuluan
diperoleh informasi bahwa wanita menopause mengalami kecemasan.
b. Camat Kedunggalar Kabupaten Ngawi memberikan izin untuk melakukan
penelitian
c. Kepala Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dan
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Agustus 2010.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2005: 90) “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini wanita menopause di Desa
Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi yang berusia 50-55 tahun
dengan kriteria bisa baca dan tulis minimal tamat SD. Atas dasar kriteria
tersebut populasi sebanyak 60 orang
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2005: 94) ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Mengingat populasi relatif
kecil maka penelitian ini merupakan penelitian total sampling, karena seluruh
populasi diambil semua sebagai sampel. Hal ini sesuai pendapat Suharsimi
Arikunto (2001: 120).
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2005: 39) “variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat”. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
pengetahuan (X1), sikap (X2) dan perilaku wanita menopause (X3).
2. Variabel Terikat
Menurut Sugiyono (2005: 40) ”variabel terikat merupakan variabel
commit to user
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk memperjelas kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas
maka diberikan defenisi operasional dari setiap variabel penelitian sebagai
berikut:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah tingkat pemahaman wanita menopause tentang
pengertian, penyebab, perubahan yang terjadi, upaya menghadapi
menopause. Indikatornya meliputi: pengertian menopause, penyebab
menopause, perubahan akibat menopause, upaya menghadapi menopause
(Notoatmodjo, 2007).
b. Sikap
Sikap adalah merupakan respon evaluatif yang didasarkan pada
proses evaluatif diri, yang disimpulkan berupa penilaian positif atau
negatif yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek.
Dalam pen